MANAJEMEN RESIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT MANDIRI SYARI’AH CABANG LENDANG NANGKA UNTUK PEDAGANG BAKULAN DI PASAR UMUM LENDANG NANGKA SKRIPSI Oleh: ROHIMAH NIM. 152. 125. 033 JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM TAHUN 2017
93
Embed
SKRIPSI - etheses.uinmataram.ac.idetheses.uinmataram.ac.id/936/1/Rohimah152125033.pdfmanajemen resiko pembiayaan murabahah pada bmt mandiri syari’ah cabang lendang nangka untuk pedagang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MANAJEMEN RESIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT MANDIRI SYARI’AH CABANG LENDANG NANGKA UNTUK
PEDAGANG BAKULAN DI PASAR UMUM LENDANG NANGKA
SKRIPSI
Oleh:
ROHIMAH NIM. 152. 125. 033
JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TAHUN 2017
i
MANAJEMEN RESIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT MANDIRI SYARI’AH CABANG LENDANG NANGKA UNTUK
PEDAGANG BAKULAN DI PASAR UMUM LENDANG NANGKA
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ROHIMAH NIM. 152. 125. 033
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TAHUN 2017
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rohima
NIM : 152. 125. 033
Jurusan : Ekonomi Syari’ah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Manajemen Resiko Pembiayaan
Murabahah pada BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka untuk
Pedagang Bakulan di Pasar Umum Lendang Nangka” ini secara keseluruhan
adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya. Jika saya terbukti melakukan plagiat tulisan atau karya orang
lain, siap menerima sanksi yang telah ditentukan oleh lembaga.
Mataram, Desember 2017
Rohimah
vi
HALAMAN MOTTO
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (QS. An-Nahl (16) : 43)
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan
shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga
kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses
tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain adalah:
1. Hj. Ani Wafiroh, M. Ag sebagai pembimbing I dan Dewi Sartika Nasution,
M. Ec sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan
koreksi mendetail, terus menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya
dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat
selesai;
2. Sebagai penguji yang telah memberikan saran konstruktif bagi
penyempurnaan skripsi ini;
3. Bq. El Badriati, MEI sebagai Ketua Jurusan;
4. Selaku Dekan fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam;
5. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi
tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan
peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai;
6. Dan seterusnya.
semoga amal kebaikan dari pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaan bagi
semesta. Amin.
Mataram, Desember 2017
Rohimah
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
NOTA DINAS PEMBIMBING ..................................................................... iii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 3
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ............................................ 5
E. Telaah Pustaka ................................................................................. 6
F. Kerangka Teoretik ........................................................................... 8
G. Metode Penelitian ............................................................................ 16
H. Sistematika ...................................................................................... 22
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................ 24
A. BMT Mandiri Syari’ah .................................................................... 24
B. Manajemen Resiko BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang
Nangka dalam Pemberian Pembiayaan kepada Pedagang Bakulan 33
C. Cara Mengatasi Pembiayaan Bermasalah Pada Pedagang Bakulan
di BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka ...................... 41
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 43
A. Manajemen Resiko BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang
Nangka dalam Pemberian Pembiayaan kepada Pedagang Bakulan 43
ix
B. Cara Mengatasi Pembiayaan Bermasalah Pada Pedagang Bakulan
di BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka ..................... 59
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 70
A. Kesimpulan ..................................................................................... 70
B. Saran ................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
ABSTRAK
Manajemen Resiko Pembiayaan Murabahah pada BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka Untuk Pedagang Bakulan Di Pasar Umum Lendang Nangka. Yang dibimbing oleh Ani Warifoh, M.Ag., selaku pembimbing I dan Dewi Sartika Nasution, M.Ec., Selaku pembimbing II Kata Kunci : Resiko, Pembiayaan , dan Pedagang Bakulan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap manusia dalam aktifitasnya baik yang bersifat
duniawi maupun ukhrowi tidak terlepas dari tujuan yang hendak diperoleh.
Proses menuju tujuan yang ingin dicapai dilakukan dengan berbagai macam
cara, salah satunya dengan cara melakukan usaha.
Islam sangat menganjurkan pemeluknya berusaha, termasuk
melakukan kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat
merencanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan
sesuatu yang diinginkan. Akan tetapi tidak seorangpun yang bisa memastikan
hasilnya 100%.
Berbagai macam bisnis yang dilakukan oleh manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Salah satu usaha yang dilakukan yaitu menjadi pedagang
bakulan.Pedagang bakulan merupakan pedagang yang setiap harinya
menjajakan dagangannya tidak menentu tempat dan waktunya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga keuangan bank
atau non bank yang bersifat formal beroperasi di pedesaan, pada umumnya
tidak menjangkau golongan ekonomi lemah ke bawah .Ketidak mampuan
tersebut terutama dari sisi penanggulangan resiko dan biaya operasional, juga
dalam identifikasi usaha dan pemantauan penggunaan pembiayaan yang layak
usaha.
1
2
Untuk mengatasi kekosongan pada segmen pasar keuangan agar tidak
diisi oleh para rentenir yang memberatkan para pengusaha mikro (usaha
bakulan) tersebut, maka perlu adanya lembaga keuangan yang mampu menjadi
jalan tengah agar usaha kecil tetap eksis dalam melakukan usahanya.
Kehadiran BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka diharapkan
dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh para pengusaha kecil,
khususnya para pedagang bakulan di pasar Lendang Nangka. Salah satu upaya
yang dilakukan oleh BMT Mandiri Syari’ah cabang Lendang Nangka, yaitu
memberikan pembiayaan murabahah kepada para pengusaha mikro.1
Dengan adanya pembiayaan murabahah yang diberikan oleh BMT
Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka diharapkan dapat memberikan
penambahan modal usaha kepada para pedagang bakulan di pasar Lendang
Nangka.
Dalam memberikan pembiayaan murabahah ini, pihak BMT Mandiri
Syari’ah Cabang Lendang Nangka tidak semerta-merta langsung mencairkan
dana pembiayaan. Pihak BMT memberikan berbagai macam persyaratan,
seperti fotocopy KTP, fotocopy KK, dan selanjutnya disurvey jenis barang
yang diperjualbelikan. Adapun tujuan dari survey ini untuk mengetahui jenis
barang apa yang layak untuk dibelikan oleh BMT kepada nasabah yang
melakukan pembiayaan murabahah.2
Pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh pihak BMT tentu saja
memiliki resiko, terutama resiko yang sering dihadapi yaitu tentang
1Observasi, BMT Mandiri Syari’ah cabang Lendang Nangka. Lendang Nangka. 15 April 2017.
2Lalu Pipit, Wawancara, Lendang Nangka, 15 April 2017.
3
pembiayaan bermasalah. Meskipun angsuran pembiayaan dikatakan sedikit,
akan tetapi banyak sekali yang penyetoran angsurannya terlambat. Untuk
menghadapi permasalahan ini, tentu saja pihak BMT memiliki strategi tertentu.
Berdasarkanuraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Manajemen Resiko Pembiayaan Murabahah pada
BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka Untuk Pedagang
Bakulan Di Pasar Umum Lendang Nangka.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis dapat mengemukakan
beberapa rumusan masalah antara lain:
1. Bagaimana manajemen resiko BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang
Nangka dalam pemberian pembiayaan kepada pedagang bakulan?
2. Bagaimanacara mengatasi pembiayaan bermasalah pada pedagang bakulan
di BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam melakukan
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui manajemen resiko BMT Mandiri Syari’ah Cabang
Lendang Nangka dalam pemberian pembiayaan kepada pedagang
bakulan.
4
b. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi pembiayaan bermasalah
pada pedagang bakulan di BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang
Nangka.
2. Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.Secara umum manfaat
penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu secara teoritis dan secara praktis.
a. Secara Teoritis
Dari informasi yang diperoleh dalam penilitian ini, diharapkan
dapat menambah khasanah keilmuan dalam bidang ekonomi etika serta
ilmu pengetahuan dan ekonomi terutama penelitian yang berkaitan
dengan pembiayaan bermasalah dalam lembaga keuangan.
b. Secara Praktis
1) Bagi lokasi penelitian, informasi yang didapatkan dalam penelitian ini
diharapkan dapat mengembangkan pemikiran baru tentang bagaimana
penanganan resiko pembiayaan murabahah.
2) Bagi mahasiswa, melalui penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan pemikiran dan informasi bagi semua pihak sebagai dasar
acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap aspek yang
belum terjangkau dalam penelitian ini.
5
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup
Untuk mempermudah penulisan penelitian ini, maka perlu kiranya
dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
a. Penelitian hanya membahas tentang penanganan pembiayaan bermasalah
di BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka.
b. Peneliti melakukan penelitian pada pedagang bakulan yang berada di
Pasar Umum Lendang Nangka dan menjadi nasdabah BMT Mandiri
Syariah Cabang Lendang Nangka.
c. Sumber informasi dalam penelitian yaitu semua karyawan BMT Mandiri
Syariah cabang Lendang Nangka dan pedagang bakulan di Pasar Umum
Lendang Nangka yang menjadi nasdabah BMT Mandiri Syariah Cabang
Lendang Nangka.
2. SettingPenelitian
Penelitian ini dilakukan diBMT Mandiri Syariah cabang Lendang
Nangka.Pemilihan lokasi penelitian ini karena di BMT Mandiri Syariah
Cabang Lendang Nangka terdapat produk murabahah yang pemasarannya
ditujukan kepada pedagang bakulan. Selain itu juga, alasan peneliti memilih
BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka sebagai lokasi penelitian,
karena lokasi BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka dekat
dengan tempat tinggal peneliti.
6
E. Telaah Pustaka
1. Skripsi oleh Saudah,” Penyelesaian Pembiayaan pada PT. Bank BNI
Syari’ah Kantor Cabang Banjarmasin, 2016,” Fakultas Syari’ah dan
Ekonomi Islam (IAIN) Antasari, Banjar Masin.3
Menelaah dari skripsi Rosita, membahas tentang bagaimana cara
mengatasi pembiayaan bermasalah yang terjadi pada BNI Syari’ah cabang
Banjarmasin, selain itu juga menganalisis faktor apa saja yang
mempengaruhi sehingga terjadi pembiayaan tersebut, sedangkan peneliti
menitikberatkan penelitiannya pada pembiayaan bermasalah yang terjadi
pada pengusaha bakulan saja. Adapun persamaan skripsi Saudah dengan
penelitian peneliti yaitu membahas tentang penanganan pembiayaan
bermasalah.
2. Skripsi oleh Muhammad Zainudin, “Analisis Penanganan Pembiayaan
Murabahah Bermasalah Di BMT Surya Sekawan Mandiri Dalam Perspektif
Ekonomi Islam, 2015,” Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Walisongo Semarang, Semarang.4
Menelaah dari skripsi Muhammad Zainudin, membahas tentang
Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BMT Surya
Sekawan Mandiri Dalam Perspektif Ekonomi Islam.Dalam skripsinya,
dibahas pula tentang strategi yang digunakan agar pembiayaaan Murabahah
tidak bermasalah.Adapun perbedaan penelitian Muhamad Zainudin dengan
3Saudah, “Penyelesaian Pembiayaan Pada PT. Bank BNI Syari’ah Kantor Cabang
Banjarmasin”,(Skripsi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari, Banjar Masin, 2016), 4Muhammad Zainudin, “Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di
Bmt Surya Sekawan Mandiri Dalam Perspektif Ekonomi Islam” )Skripsi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Semarang).
7
penelitian peneliti yaitu, Muhamad Zainudin lebih menitikberatkan
penelitiannya pada bagaimana strategi yang diterapkan agar pembiayaan
Murabahah tidak bermasalah, sedangkan peneliti lebih menitikberatkan
penelitiannya pada peranan pembiayaan terhadap pedagang bakulan.
Adapun persamaan penelitian Muhamad Zainudin dengan peneliti yaitu
sama-sama membahas tentang produk Murabahah, selain itu juga persamaan
yang nampak jelas yaitu sama-sama melakukan penelitian di lembaga
keuangan yaitu BMT.
3. Skripsi oleh Alfian, “Pelaksanaan Akad Murabahah untuk Pembiayaan
Modal Usaha (Studi Pada PT. BPRS Margirizki Bahagia Yogyakarta),
2012,” Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.5
Menelaah dari skripsi Alfin, membahas tentang bagaimana
pelaksanaan akad murabahah untuk pembiayaan modal usaha.Alfian
menitikberatkan penelitiannya pada alasan PT. BPRS Margirizki Bahagia
Yogyakarta menerapkan produk murabahah. Adapun alasan PT. BPRS
Margirizki Bahagia Yogyakarta menerapkan produk murabahah, yaitu
alasan ekonomi, alasan kultural dan alasan administrasi. Persamaan
penelitian Alfin dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-
sama membahas tentang produk murabahah.
5Alfian, “Pelaksanaan Akad Murabahah untuk Pembiayaan Modal Usaha (Studi Pada PT. BPRS Margirizki Bahagia Yogyakarta”)Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta).
8
F. Kerangka Teoretik
1. Pedagang Bakulan
Pedagang bakulan adalah pedagang yang dengan modal yang relatif
sedikit melaksanakan aktifitas produksi dalam arti luas (produksi barang,
menjual barang, dan menyelenggarakan jasa) untuk memenuhi kebutuhan
kelompok konsumen tertentu dalam masyarakat usaha yang mana
dilaksanakan ditempat-tempat yang dianggap strategis dan ekonomis dalam
suasana lingkungan yang informal.
2. BMT
Bait Al-Māl Wa at-Tamwĭl (BMT) adalah lembaga keuangan mikro
yang beroperasi dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis
usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta
membela kepentingan kaum fakir miskin yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariat islam yang tata cara beroperasinya mengacu pada
ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadist. Baitu Mal Wa at-Tamwil (BMT)
beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam khususnya yang
menyangkut tatacara bermuamalah secara Islam.
Bait Al-Māl Wa at-Tamwĭl (BMT) merupakan kependekan kata balai
usaha mandiri terpadu atau Bait Al-Māl Wa at-Tamwĭl, yaitu lembaga
keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
9
Adapun fungsi dan peranan BMT, yaitu:
a. Fungsi BMT di masyarakat yaitu;
1) Mengorganisasi dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki
oleh masyarakat dapat bermanpaat secara optimaldi dalam dan diluar
organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.
2) Mengembangkan kesempatan kerja.
3) Memperkuat dan meningkatkan lembaga-lembaga ekonomi dan sosial
masyarakat banyak.
b. Selain itu BMT memiliki peranan di antaranya adalah:
1) Menjauhkan masyarakat dari peraktek ekonomi yang bersifat riba’.
2) Melakukanpembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus
bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro,
misalnya dengan jalan pendamping, pembinaan, penyuluhan, dan
pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah.
3) Menjaga keadilan ekonomi masyrakat dengan distribusi yang merata.6
3. Pembiayaan Murabahah
Secara linguistik, Murabahah yang bermakna tumbuh dan
berkembang dalam perniagaan. Perniagaan yang dilakukan mengalami
perkembangan dan pertumbuhan. Menjual barang secara Murabahah berarti
menjual barang dengan adanya tingkat keuntungan tertentu.7
6Nurul Huda dan Mohamat Heykal, Lembaga Keungan Islam, Tinjauan Toritis dan
Murabahah juga merupakan akad jual beli dengan harga jual sebesar
biaya perolehan ditambahkan keuntungan yang disepakati dan penjualnya
harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.8
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa murabahah
merupakan prinsip jual beli yang harga jualnya terdiri dari harga pokok
yang ditambah keuntungan yang telah disepakati bersama. Akad jual beli
dimana Bait Al-Māl Wa at-Tamwĭl (BMT) bertindak sebagai penjual dan
nasabah bertindak sebagai pembeli, dengan perantara pihak ketiga
(supplier), lembaga keuangan terlebih dahulu memesan barang yang
diinginkan nasabah yang proses pengambilan atas barang tersebut dilakukan
oleh nasabah sebagai agen Bait Al-Māl Wa at-Tamwĭl (BMT) dan proses
pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun secara cicilan.
4. Jenis-jenis pembiayaan Murabahah
a. Murabahah berdasarkan pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang
setelah ada pesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat
bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuik membeli barang
yang dipesannya. Murabahah yang bersifat mengikat berarti pembeli
harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan
pesanannya. Adapun murabahah yang bersifat tidak mengikat bahwa
walaupun telah memesan barang tetapi pembeli tersebut tidak terikat
maka pembeli dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.
8Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah BerbasisPSAKSyariah (Padang:
Akademi Permata, 2012), h. 141.
11
b. Murabahah tanpa pesanan
Murabahahini termasuk jenis murabahah yang bersifat tidak
mengikat. Murabahah ini dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau
tidak sehingga penyediaan barang dilakukan sendiri oleh penjual.9
5. Dasar Hukum Murabahah
a. Al Qur’an
Dasar hukummurabahah yaitu surat An-Nisa ayat 29, yaitu:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.10
b. Hadist
Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:
: البيع إلى أ ّ البرك سلّم قال: ثاث في آل ّبي صلّى ه علي ّ ال
(أجل, ا اب ماج , خلط البر بالّشعير للبي ا للبيع. )ر قـارض ال
Artinya; Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan: menjual
dengan pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari
9Ibid, h. 145. 10 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang, CV. Toha Putra,
2008), h. 118.
12
mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah dan tidak untuk dijual (HR. Ibnu Majah).11
c. Kaidah Fiqh, yang menyatakan:
ا حري عاما اإباح إا ّ أ يدّل دليل على اأصل فى ال
Artinya “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”12
d. Fatwa Dewan Syariah Nasonal Majelis Ulama Indonesia No.04/DSN-
MUI/IV/2000, tentang Murabahah.
6. Manajemen Resiko
Resiko pembiayaan muncul jika pihak lembaga keuangan tidak bisa
memperoleh kembali angsuran pokok dan kesepakatan bagi hasil yang telah
ditentukan. Hal ini terjadi sebagai akibat terlalu mudahnya pihak lembaga
keuangan memberikan pinjaman. Resiko pembiayaan adalah resiko yang
disebabkan oleh adanya kegagalan Counterparty dalam memenuhi
kewajibannya.
Jika semua kerugian potensial yang mungkin menimpa suatu
perusahaan, tidak diketahui, maka tidak mungkin memanajeri resiko
perusahaan yang bersangkutan. Dalam keadaan tidak diidentifikasikan
11 Dasar-hukum-muamalat.blogspot.com 12 http://zenal-Dasar-hukum-muamalat.htmlpml.blogspot.com Rabu,28 november 2017
Pukul.14.02 WITA.
13
semua risiko, berarti perusahaan yang bersangkutan menanggung resiko
tersebut secara tidak sadar. 13
Dalam suatu lembaga keuangan, secara konstan akan menghadapi
dua jenis risiko dasar yaitu, ketidak pastian tentang kejadian masa depan.
Resiko spekulatif (speculative risk), seperti investasi keuangan, melibatkan
kemungkinan untung atau rugi. Risiko murni (pure risk) melibatkan hanya
kemungkinan rugi atau tidak rugi. 14
Setiap pemberian pembiayaan mengandung resiko sebagai akibat
ketidakpastian dalam pengembaliannya. Oleh karena itu, lembaga keuangan
perlu mencegah atau memperhitungkan kemungkinan timbulnya resiko
tersebut. Adapun resiko-resiko yang mungkin timbul adalah:
a. Analisis pembiayaan yang tidak sempurna
b. Monitoring barang-barang yang dibiayai
c. Penyelesaian pembiayaan bermasalah
d. Penilaian dan peninjauan agunan
Sedangkan pada pembiayaan murabahah resiko bisa terjadi, yang
berakibat bagi lembaga keuangan yang menerapkan produk murabahah, di
antara kemungkinan resiko yang harus diantisipasi dalam pembiayaan
murabahah antara lain:
a. Default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran
b. Fluktuasi harga komparatif
13 Drs. Herman Darmawi, Manajemen Risiko (Jakarta: Bumi Aksara), h. 34. 14 Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, Bisnis, Edisi Kedelapan (Jakarta: Erlangga,
2007) h. 219.
14
c. Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah
karena berbagai sebab antara lain adalah rusak dalam perjalanan.15
Dalam analisis risiko pembiayaan yang terkait dengan risiko
pembiayaan murabahah, menggunakan analisis risiko yang berbasis Natural
Certainty Contracts, yaitu mengidentifikasi dan menganalisis dampak dari
seluruh risiko nasabah sehingga keputusan pembiayaan yang diambil sudah
memperhitungkan risiko yang ada dari pembiayaan berbasis Natural
Certainty Contracts.
7. Jenis-jenis Resiko dalam Lembaga Keuangan
a. Resiko Modal (Capital Risk)
Resiko modal berkaitan dengan kualitas asset. Lembaga keuangan
yang menggunakan sebagian besar dananya untuk mendanai asset yang
beresiko perlu memiliki modal penyangga yang besar untuk sandaran bila
kinerja asset itu tidak baik.16
b. Resiko Likuiditas
Resiko ini disebabkan karena lembaga keuangan tidak mampu
memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Lembaga keuangan
memiliki dua sumber utama bagi likuiditas, yaitu asset dan liabilitas.17
15Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani,
2001), h.107. 16Muhammad,Manajemen Bank Syari’ah (Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan,
2005), h. 358. 17Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syaria’ah (Jakarta: Pustaka Alvabet,
2005), h. 60.
15
c. Resiko Pembiayaan
Resiko pembiayaan muncul jika lembaga keuangan tidak bisa
memperoleh kembali angsuran pokok dari pinjaman yang diberikan atau
investasi yang sedang dilakukan. Hal ini terjadi sebagai akibat terlalu
mudahnya lembaga keuangan memberikan pembiayaan atau melakukan
investasi karena dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditasnya
sehingga penilaian pembiayaan menjadi kurang cermat dalam
mengantisipasi berbagai kemungkinan resiko untuk usaha yang
dibiayainya.
d. Resiko Pasar
Resiko pasar adalah resiko kerugian yang dapat dialami lembaga
keuangan melalui portofolio yang dimilikinya sebagai akibat pergerakan
variabel pasar (adverse movement) yang tidak menguntungkan.
e. Resiko Operasional
Resiko operasional adalah resiko akibat kurangnya (deficience)
sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang akan
menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Resiko ini mencakup
kesalahan manusia (human error), kegagalan sistem, dan ketidak
cukupan prosedur dan kontrol yang akan berpengaruh pada operasional
lembaga keuangan.
f. Resiko Hukum
Resiko hukum adalah terkait dengan resiko lembaga keuangan
yang menanggung kerugian akibat adanya tuntunan hukum, kelemahan
16
dalam aspek legal atau yuridis. Kelemahan ini diakibatkan antara lain
oleh ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau
kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat-syarat sahnya
kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.
g. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak
mematuhi dan tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku. Sumber risiko kepatuhan antara lain timbul karena
kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun
standar bisnis yang berlaku umum.
h. Resiko Reputasi
Resiko reputasi adalah resiko yang timbul akibat adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha lembaga keuangan atau
karena adanya persepsi negatif terhadap lembaga keuangan. Hal yang
sangat berpengaruh pada reputasi lembaga keuangan, yaitu Manajemen,
pelayanan, ketaatan pada aturan, dan sebagainya.18
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.19Adapun metode penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti yaitu metode penelitian eksperimen. Metode penelitian
eksperimen adalah suatu cara mengadakan suatu kegiatan percobaan untuk
Struktur Pengurus dan Pengelola KSU BMT Mandiri Syariah
32
e. Perkembangan anggota dan karyawan satu tahun terakhir
Tahun Anggota
Karyawan Penuh Nasabah Total
2017 357 2470 2.827 14
f. Penerapan Software
Penerapan software simpan pinjam Sudah Kerjasama dengan
USSIdengan dukungan 6 unit Komputer/ Laptop. Adapun statuskantor
yang ditempati masih bersifat sewa.
g. Permodalan
a. Setoran pokok: Nilai per anggota : Rp. 1.000.000,-
b. Nilai Sertifikat modal per lembar :-
c. Jumlah pemegang thn terakhir : 62 orang39
h. Alur pemberian modal pembiayaan
Adapun alur pembiayaan yang diberikan oleh BMT Mandiri
Syariah Lendang Nangka yaitu pertama, nasabah mengajukan jenis
pembiayaan kepada BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka dengan
menyerahkan Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP), setelah itu, pihak
BMT Mandiri Syariah melakukan observassi kepada calon nasabah
pembiayaan tersebut. Setelah itu, pihak BMT Mandiri Syariah menentukan
apakah layak atau tidak nasabah tersebut diberikan pembiayaan. Jika
layak, nasabah itu akan diberikan dana ataupun barang minimal 3 hari
39Dokumentasi, BMT Mandiri Syari’ah cabang Lendang Nangka. Lendang Nangka. 25
April 2017.
33
setelah dilakukan observasi oleh pihak BMT Mandiri Syariah Lendang
Nangka. Pada tahap observasi ini, pihak BMT Mandiri Syariah yang
melakukan observasi yaitu Pekerja Lapangan (PL).
a. Pengajuan pembiayaan oleh nasabah
Pada tahap ini, calon nasabah mengajukan pembiayaan kepada
BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka dengan melampirkan poto
Copy Kartu Tanda Pendudu (KTP), selanjutnya mengisi biodata
pengajuan pembiayaan.Selain itu, calon nasabah harus memberikan
penjelasan sekilas tentang usaha yang dijalankannya.
b. Observasi oleh pihak BMT Mandiri Syariah
Pihak BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka melakukan
observasi kepada calon nasabah yang telah mengajukan pembiayaan.
Pada tahap observasi ini, pihak BMT Mandiri Syariah Lendang
Nangka, yaitu Pekerja Lapangan (PL) mencatat alamat usaha, jenis
usaha, dan memperkirakan omset yang didapatkan oleh calon nasabah
pembiayaan tersebut. Tujuan dari observasi ini untuk mengetahui
secara detail tentang calon nasabah pembiayaan untuk menghindari
pembiayaan bermasalah di BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka.
c. Kelayakan pemberian pembiayaan
Calon nasabah yang tergolong layak melakukan pembiayaan di
BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka yaitu calon nasabah yang
telah melengkapi persyaratan sebagai calon nasabah pembiayaan di
34
BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka, selain itu juga nasabah yang
layak ini adalah nasabah yang telah memenuhi kriteria.40
B. Manajemen Resiko BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka dalam Pemberian Pembiayaan kepada Pedagang Bakulan
Sebagaimana yang dipaparkan oleh Sukmadi, dalam manajemen resiko
harus mampu membuat dan menjalankan program-program manajemen
resiko, agar resiko yang timbul tidak menghalangi atau menghambat aktifitas
perusahaan. Program-program tersebut tertuang ke dalam elemen-elemen
manajemen resiko, antara lain:41
1. Identifikasi Resiko
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lalu Hafid Selaku Manajer
di BMT Mandiri Syariah untuk mengidentifikasi resiko yang timbul di
BMT Mandiri Syariah, metode yang diterapkan yaitu: 42
a. Menggunakan daftar pertanyaan untuk menganalisis resiko
Pihak BMT Mandiri Syariah menggunakan daftar pertanyaan
dalam melakukan identifikasi resiko. Tujuan penggunaan metode ini
yaitu agar dapat memberikan petunjuk yang menyangkut tentang
kegiatan operasional perusahaan.
b. Menggunakan laporan keuangan, yaitu dengan menganalisis neraca,
laporan kegiatan operasional dan catatan-catatan pendukung lainnya.
40 Fauzan (Selaku Pekerja Lapangan BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka)
Wawancara, Lendang Nangka, 10 Agustus 2017. 41 Sukmadi, Pengantar Ekonomi Bisnis, h. 84. 42 Lalu Hafid (Selaku Manajer BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 10 Agustus 2017.
35
Dengan menggabungkan laporan-laporan tersebut akan dapat
ditentukan penanggulangan resiko dimasa mendatang. Dengan
menggunakan laporan keuangan dalam hal ini pihak manajer
memeriksa dan mencocokkannya dengan data keuangan yang ada.
Lain halnya dengan apa yang disampaikan oleh Faozan Selaku
Pekerja Lapangan (PL) BMT Mandiri Syariah, ia mengatakan bahwa:
“ Untuk mengidentifikasi resiko pembiayaan, saya mempunyai buku pribadi untuk mencatat semua transaksi yang saya lakukan, terutama mengenai pembiayaan. Tujuan saya melakukan hal seperti itu untuk menjaga kemungkinan timbulnya resiko pembiayaan dikemudian hari. Selain itu juga tujuan saya mencatat dibuku pribadi saya, agar dapat menjadi bukti jika pada suatu hari terjadi masalah yang tidak diinginkan.43
2. Analisis resiko
Setelah mengidentifikasi resiko, selanjutnya resiko tersebut
dianalisis. Tujuan analisis resiko ini untuk mencari tahu jalan keluar atau
tindakan yang akan kita ambil agar resiko tersebut dapat diselesaikan atau
diatasi.44
Dalam tahap analisis resiko, pihak Pekerja Lapangan akan ditanya
apa kendala utama yang dihadapi sehingga timbulnya suatu resiko?
Disamping itu, selaku Pekerja Lapangan akan dituntut melakukan tindakan
yang sekiranya dapat mengatasi resiko tersebut.45
43 Faozan (Selaku Pekerja Lapangan BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 10 Agustus 2017. 44 Lalu Hafid (Selaku Manajer BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 10 Agustus 2017. 45 Lalu Pipit (Selaku Pekerja Lapangan BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 10 Agustus 2017.
36
Berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Baiq Nita Selaku Kasir BMT
Mandiri Syariah, yakni:
“analisis resiko akan kita lakukan awalnya perorangan. Jika resiko tersebut tidak bisa kita atasi secara perorangan, maka pada saat rapat mingguan kita akan mendiskusikannya. Selanjutnya akan kita selesaikan secara bersama-sama sesuai dengan kesepakatan bersama yang telah disetujui oleh manajer BMT Mandiri Syariah”.46
3. Pengukuran resiko
Besar kecilnya suatu resiko dapat diukur dari seberapa besar
permasalahan yang dihadapi dan seberapa rumit strategi yang akan
dijalankan untuk mengatasi resiko tersebut.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Susi Apriani selaku selaku
Kabag Pembiayaan BMT Mandiri Syariah “Pengukuran suatu resiko dapat
dilihat dari seberapa banyak uang yang masih menjadi tanggungan
nasabah, bagaimana cara atau strategi yang diterapkan oleh pihak BMT
Mandiri syariah untuk menyelesaikan resiko tersebut”.47
4. Pengendalian resiko
a. Memperkecil resiko
1) Menentukan jenis-jenis aspek yang dianalisa
Jenis-jenis aspek yang dianalisa secara umum dapat dibagi
Wawancara, Lendang Nangka, 10 Agustus 2017. 47 Susi Apriana (Selaku Kabag Pembiayaan BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang
Nangka), Wawancara, Lendang Nangka, 10 Agustus 2017.
37
a) Analisa terhadap kemauan bayar, disebut analisa kualitatif.
Aspek yang dianalisa mencakup karakter/watak dan komitmen
dari nasabah.
Dalam menganalisa karakter/watak dan komitmen dari nasabah, pihak Pekerja Lapangan (PL) mengamati dan mencari tahu informasi tentang nasabah yang mengajukan pembiayaan tersebut. Informasi tersebut didapatkan dari tetangga, kerabat dekat ataupun rekan jualan yang merupakan orang yang bisa dipercaya sebagai sumber informasi. Jika informasi yang didapatkan sudah lengkap, maka pihak Pekerja Lapangan (PL) BMT Mandiri Syariah akan memberikan laporan kepada pihak manajer apakah nasabah tersebut layak atau tidak untuk melakukan pembiayaan di BMT Mandiri Syariah.48
b) Analisa terhadap kemampuan bayar
Sebagaimana yang dipaparkan oleh Lalu Hapid selaku
manajer BMT Mandiri Syariah, “Dalam melakukan
pembiayaan, setiap Pekerja Lapangan (PL) harus memiliki sifat
kehati-hatian. Sifat kehati-kehatian ini akan tercermin dari
pekerjaan masing-masing. Pekerjaan yang baik tidak akan
selalu memikirkan hasil, akan tetapi melihat bagaimana proses
dan ketelitian dalam bekerja.49
Pada tahap ini, pihak BMT Mandiri Syariah yakni
Pekerja Lapangan (PL) langsung mewawancarai nasabah
tersebut. Adapun poin penting dalam wawancara tersebut yaitu
menanyakan tentang : 1) Berapa pendapatan perhari? 2) Berapa
Nangka), Wawancara, Lendang Nangka, 10 Agustus 2017. 49 Lalu Hapid, Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017.
38
jumlah belanja untuk modal selama satu hari? 3) Berapa
keuntungan yang paling minim didapatka dalam perhari? 4)
Apakah ibu melakukan pembiayaan pada lembaga keuangan
lainnya? 50
2) Kriteria Pemberian Pembiayaan
a) Tidak memberikan pembiayaan bila pertimbangan lebih
kepada :
(1) Belas kasihan
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Baiq Nita selaku Kasir di BMT Mandiri Syariah “ jika kita memberikan pembiayaan yang didasarkan pada belas kasihan maka kita tidak akan bisa maju. Memang dalam kehidupan sehari-hari kita dianjurkan untuk saling tolong menolong. Akan tetapi karena kita berada dalam ranah yang berbeda, maka kita harus memiliki sifat yang bijak. Karena dalam lembaga keuangan terutama pada produk pembiayaan tidak diperkenankan melakukan pembiayaan atas dasar belas kasihan”.51
Lebih jauh lagi sebagaimana yang diungkapkan oleh Susi Apriana selaku Kabag Pembiayaan, “Pembiayaan yang didasarkan atas belas kasihan itu tidak baik. Alasannya pada saat melakukan angsuran dikemudian hari, tidak mampu membayar. Selain itu juga orang yang dikasi belas kasihan akan melakukan angsuran pembiayaan sesuka hatinya. Maka dari itu kami tidak sembarangan dalam memberikan pembiayaan.52
50 Fauzan (Selaku Pekerja Lapangan BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017. 51 Baiq Aniita (Selaku Kasir BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017. 52 Susi Apriana (Selaku Kabag Pembiayaan BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang
Nangka), Wawancara, Lendang Nangka, 10 Agustus 2017.
39
(2) Kenalan (bersaudara atau teman)
Dalam pemberian pembiayaan, kami akan wanti-wanti. Karena kami harus memiliki sifat yang konsisten. Pemberian pembiayaan pada kenalan sedikit dilarang oleh pihak BMT Mandiri Syariah. Alasannya, jika kita memberikan pembiayaan kepada kerabat dekat, jika pada saat pembayaran pembiayaan terjadi pembiayaan bermasalah maka kita sebagai karyawan BMT Mandiri Syariah akan malu untuk melakukan penagihan kepada nasabah yang merupakan kerabat dekat tersebut.53
(3) Nasabah orang terhormat (terkenal, disegani, status sosial
tinggi dan lain-lain)
Sebagaimana yang dituturkan oleh Lalu Hafid selaku Manajer BMT Mandiri Syariah “Dalam pembiayaan tidak ada istilahnya menspesialkan orang. Orang spesial yang dimaksudkan yaitu orang yang disegani, orang yang memiliki jabatan tinggi ataupun orang yang memiliki status sosial yang tinggi. Semua kriteria ini tidak berlaku dalam pemberian pembiayaan. 54
b) Utamakan berdasarkan unsur-unsur :
(1) Kelayakan usaha
Kelayakan usaha merupakan tolak ukur dari besar
kecilnya jumlah pembiayaan yang akan diberikan. Selain
itu juga, besar kecilnya jumlah pembiayaan yang diberikan
tergantung dari besar kecilnya omset yang didapatkan
dalam perhari.
53 Fauzan (Selaku Pekerja Lapangan BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017. 54 Lalu Hafid (Selaku Manajer BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 10 Agustus 2017.
40
Kelayakan usaha menjadi barometer dalam
pemberiaan pembiayaan di BMT Mandiri Syariah.
Sebagian besar nasabah pembiayaan merupakan para
pedagang tetap di pasar umum Lendang Nangka. Sebagian
besar nasabah yang melakukan pembiayaan merupakan
pedagang yang memiliki keterbatasan modal. Keterbatasan
modal usaha ini membuat pedagang bakulan sulit untuk
berkembang.
Kriteria pedagang atau nasabah yang diberikan
pembiayaan yaitu nasabah yang telah memenuhi
persyaratan. Persyaratan ini merupakan hasil dari
pengamatan yang dilakukan oleh Pekerja Lapangan (PL)
BMT Mandiri Syariah.55
(2) Kemampuan membayar
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fauzan selaku Pekerja Lapangan (PL) di BMT Mandiri Syariah “Dalam memberikan pembiayaan kita harus melihat kemampuan membayar dari calon nasabah. Kemampuan membayar ini dapat dilihat dari laporan keuangan atau omset yang didapatkan dalam perhari.56
Begitu juga dengan yang diungkapkan oleh Susi Apriana “Kemampuan membayar harus benar-benar kita analisis, karena analisis yang baik akan mendapatkan hasil yang baik. Kami tidak akan memberikan suatu pembiayaan jika dalam analisis
Nangka), Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017. 56 Fauzan (Selaku Pekerja Lapangan BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017.
41
tidak memenuhi salah satu kriteria yang telah ditetapkan oleh BMT Mandiri Syariah”.57
3) Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan
Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan suatu
lembaga keuangan, yaitu bagian Pekerja Lapangan (PL) harus
memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan
kondisi secara keseluruhan calon nasabah. Prinsip penilaian
dikenal dengan 5C +1S , yaitu:58
a) Character
b) Capacity
c) Capital
d) Collateral
e) Condition
f) Syariah
5. Mengontrol resiko
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lalu Hapid selaku Manajer BMT Mandiri Syariah “Pengontrolan resiko baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi harus tetap kita awasi. Pengontrolan resiko yang telah terjadi dilakukan dengan cara memperketat pengawasan terhadap Pekerja Lapangan dan nasabah. Pengawasan terhadap Pekerja Lapangan ini ditekankan dengan penerapan strategi yang diangkap baik dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah. Begitu juga dengan pengontrolan terhadap resiko yang belum terjadi, kami selalu memeriksa laporan
Nangka), Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017. 58 Lalu Hapid (Selaku Manajer BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017.
42
keuangan maupun laporan operasional yang telah dilakukan persatu minggu sekali.59 Lain halnya dengan apa yang diungkapkan oleh Lalu Pipit “Sebenarnya pengontrolan tersebut tidak hanya dilakukan oleh seorang manajer saja, akan tetapi semua karyawan harus saling mengontrol. Kesalahan tidak akan dapat dilihat jika tidak ada seseorang yang akan menegur”.60
C. Cara Mengatasi Pembiayaan Bermasalah Pada Pedagang Bakulan di BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka
Untuk menyelesaikan permasalahan mengenai pembiayaan bermasalah ini, pihak BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka melakukan pendekatan secara langsung kepada nasabah yang bermasalah, yaitu dengan cara mendatangi nasabah yang bermasalah. Jika cara ini tidak mempan, pihak BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka memberikan surat peringatan kepada nasabah. Jika cara ini juga tidak berhasil, pihak BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka terpaksa menyita barang yang sudah dibiayai oleh pihak BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka tersebut.61
1. Pendekatan secara langsung
Dalam mengatasi pembiayaan bermasalah, pihak BMT Mandiri
syariah Lendang Nangka melakukan pendekatan secara langsung
dengan nasabah yang bermasalah. Pendekatan secara langsung ini
dilakukan oleh pihak Pekerja Lapangan (PL) dengan cara langsung
melakukan tatap muka dengan nasabah yang bermasalah. 62
59 Lalu Hapid (Selaku Manajer BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017. 60 Lalu Pipit (Selaku Manajer BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017. 61Lalu Hapid, Wawancara, Lendang Nangka. 10 Agustus 2017. 62 Lalu Pipit (Selaku Pekerja Lapangan BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017.
43
Begitu juga yang diungkapkan oleh Fauzan ”Pendekatan secara
langsung ini kami lakukan dengan mendatangi rumah nasabah dan
membicarakan permasalahan yang dihadapi sehingga terjadi pembiayaan
bermasalah tersebut”.63
2. Memberikan surat peringatan kepada nasabah
Jika strategi pertama, yaitu melakukan pendekatan secara langsung
tidak berhasil, maka pihak Pekerja Lapangan akan melakukan pelaporan
kepada kasir, selanjutnya kasir yang akan melaporkan masalah tersebut
kepada Manajer BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka. Setelah
pelaporan selesai, pihak Manajemen resiko pembiayaan BMT Mandiri
Syariah Lendang Nangka akan mengeluarkan surat peringatan kepada
nasabah yang bermasalah tersebut. 64
3. Menyita barang yang telah dibiayai
Strategi trakhir yang dilakukan oleh pihak Manajemen Resiko
Pembiayaan di BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka yaitu menyita
barang yang telah dibiayai. Tujuan penyitaan barang yang telah dibiayai
ini agar nasabah yang bermasalah tersebut mau melunasi setoran
pembiayaannya. Jika nasabah tersebut tidak mampu melunasi setoran
pembiayaannya, maka barang yang telah disita itu yang akan dilelang.65
63 Fauzan (Selaku Pekerja Lapangan BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017. 64 Lalu Hafid (Selaku Manajer BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017. 65 Lalu Pipit (Selaku Pekerja Lapangan BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017.
44
Penyitaan barang ini sengaja kami lakukan karena kami sudah
memberitahukan terlebih dahulu, baik secara langsung maupun melalui
surat pemberitahuan. Tujuan penyitaan barang ini agar dapat melunasi sisa
pembiayaan yang telah dilakulkan oleh nasabah tersebut, ungkap Baiq
dirancang secara sistematis tentang resiko yang menyangkut kekayaan
maupun operasi perusahaan.
b. Menggunakan laporan keuangan, yaitu dengan menganalisis neraca,
laporan kegiatan operasional dan catatan-catatan pendukung lainnya.
Merupakan suatu target pencarian yang pertama dalam
identifikasi resiko. Dengan menganalisis laporan keuangan, akan dapat
diketahui atau diidentifikasi semua harta kekayaan, hutang piutang,
dan sebagainya. Sehingga dengan merangkaikan laporan-laporan
tersebut dan berdasarkan ramalan-ramalan anggaran keuangan akan
dapat menentukan penanggulangan resiko dimasa mendatang.
Jika ditinjau dari tindakan yang dilakukan oleh pihak BMT
Mandiri Syariah dalam mengidentifikasi terjadinya suatu resiko, sudah
dapat menerapkan identifikasi resiko yang tergolong sangat bagus.
Karena jika tindakan ini benar-benar dilakukan maka kemungkinan
besar tidak akan terjadi resiko.
2. Penaksiran terhadap resiko atau ketidakpastian, meliputi:
a) Analisis resiko
Analisis resiko merupakan sebuah prosedur untuk mengenali
suatu ancaman dan kerentanan, kemudian menganalisisnya untuk
memastikan hasil yang telah ditentukan, dan mengawasi bagaimana
dampak yang ditimbulkan apakah dapat dihilangkan ataupun
dikurangi.
52
Dalam tahap analisis resiko, BMT Mandiri Syariah menerapkan
dua proses utama, yaitu:
Mengidentifikasi dan menghitung resiko
Pihak BMT Mandiri Syariah akan menggunakan
kemampuannya dan mempertimbangan pengalaman terdahulu
untuk menghitung kegagalan atau resiko yang terjadi. Prosedur ini
melibatkan upaya menyaring atau memilah para calon nasabah
yang akan melakukan pembiayaan di BMT Mandiri Syariah.
Tujuan penyaringan nasabah ini tidak lain hanya untuk
menghindari terjadinya suatu resiko.
Mengurangi probabilitas resiko
Dalam hal ini, pihak BMT Mandiri Syariah mewajibkan
nasabah yang melakukan pembiayaan untuk menyisihkan
tabungannya di BMT Mandiri Syariah. Tujuan penyisihan
tabungan ini untuk menjaga pada saat penonggakan angsuran
pembiayaan.
Kegiatan analisis resiko yang dilakukan oleh pihak BMT
Mandiri syariah dapat dikatakan akan dapat membantu dalam
menyelesaikan resiko yang dihadapi. Keyakinan peneliti
mengungkapkan seperti itu karena memang apa yang diterapkan oleh
pihak BMT Mandiri Syariah dalam menganalisis resiko sudah
dikatakan sangat efektif. Akan tetapi strategi akan dapat dikatakan
efektif apabila dijalankan secara sungguh-sungguh dan konsisten.
53
b) Pengukuran resiko
Besar kecilnya suatu resiko dapat diukur dari seberapa besar
permasalahan yang dihadapi dan seberapa rumit strategi yang akan
dijalankan untuk mengatasi resiko tersebut.
Adapun bagian-bagian yang harus diukur dalam pengukuran
resiko yaitu, frekuensi atau jumlah kejadian yang akan terjadi dan
keparahan dari kerugian yang terjadi.75
Pertama, pengukuran frekuensi atau jumlah kejadian yang
terjadi. Besarnya kemungkinan kejadian artinya berapa besar
kemungkinan suatu peristiwa yang kejadiannya menimbulkan
penyebab langsung kerugian yang dapat menimbulkan resiko dalam
suatu periode.
Kedua, keparahan dari kerugian yang terjadi. Besarnya
kerugian bila suatu resiko terjadi, artinya berapa besar kerugian yang
diderita bila suatu resiko terjadi. Jadi, dalam hal ini tingkat kegawatan
atau keparahan dari kerugian-kerugian tersebut, sampai seberapa besar
pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan.
Dari dua dimensi hasil pengukuran tersebut, diharapkan akan
dapat menghasilkan:
1) Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran
75 Lalu Hafid (Selaku Manajer BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017.
54
2) Variasi nilai kerugian dari suatu periode anggaran kepada periode
anggaran yang lain atau naik turunnya nilai kerugian dari waktu ke
waktu.
3) Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian yang terjadi, terutama
kerugian yang ditanggung sendiri.
Penerapan pengukuran resiko sangat membantu dalam kegiatan
operasional BMT Mandiri Syariah. Oleh karena itu pengukuran resiko
ini selalu diterapkan.
3. Pengendalian resiko
Pengendalian resiko merupakan suatu tindakan untuk
menyelamatkan perusahaan dari suatu kerugian. Setelah melakukan
identifikasi resiko dan analisis resiko, selanjutnya pihak BMT Mandiri
Syariah akan merespon atau dikelola dengan cara sebagai berikut:
a. Memperkecil resiko
Memperkecil resiko adalah dengan cara tidak memperbesar
setiap keputusan yang mengandung keputusan yang mengandung
resiko yang tinggi akan tetapi membatasinya bahkan
meminimalisasinya agar resiko tersebut tidak bertambah besar diluar
kontrol pihak manajemen perusahaan. Salah satu cara untuk
memperkecil kerugian ini yaitu dengan:
55
Menentukan jenis-jenis aspek yang dianalisa
a) Analisa terhadap kemauan bayar, disebut analisa kualitatif.
Aspek yang dianalisa mencakup karakter/watak dan komitmen
dari nasabah.
Adapun tujuan pengamatan ini agar pada saat
pembayaran angsuran pembiayaan tidak terjadi pembiayaan
bermasalah.
b) Analisa terhadap kemampuan bayar, disebut dengan analisa
kuantitatif. Pendekatan yang dilakukan dalam perhitungan
kuantitatif, yaitu untuk menentukan kemampuan bayar dan
perhitungan kebutuhan modal kerja nasabah adalah dengan
pendekatan pendapatan bersih.
Setiap lembaga keuangan selalu berusaha memperkecil
resiko yang terjadi, begitu juga dengan BMT Mandiri Syariah.
Adapun tujuan memperkecil resiko yaitu untuk mengurangi
pembiayaan bermasalah.
Kriteria Pemberian Pembiayaan
Tidak memberikan pembiayaan bila pertimbangan lebih
kepada :
a) Belas kasihan
Pemberian pembiayaan yang didasarkan pada belas
kasihan, akan memberikan dampak yang tidak baik bagi
perusahaan. Alasannya, jika pemberiam pembiayaan yang
56
didasari pada belas kasihan, alamatnya akan merugikan suatu
perusahaan. Karena pada saat pelunasan pembiayaan
diperkirakan nasabahnya semau-maunya dalam hal pelunasan.
b) Kenalan (bersaudara atau teman)
Pemberian pembiayaan oleh lembaga keuangan
bertujuan untuk membantu perkembangan usaha yang
dilakukan oleh masyarakat, terutama para pedagang bakulan
yang memiliki keterbatasan modal.
Proses pemberian pembiayaan tidak semudah dan
segampang yang kita bayangkan. Proses pembiayaan itu sudah
memiliki aturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga
keuangan itu sendiri.
Dalam pembiayaan, pemberian pembiayaan kepada
kerabat terdekat bisa saja dilakukan. Akan tetapi pemberian
pembiayaan meskipun kepada kerabat terdekat harus kita hati-
hati.
c) Nasabah orang terhormat (terkenal, disegani, status sosial
tinggi dll)
Pembiayaan yang baik tidak akan melihat status sosial
ataupun jabatan seseorang. Akan tetapi pembiayaan yang baik
yaitu suatu pembiayaan yang tertuju kepada orang-orang yang
mampu mengembalikan pembiayaan tersebut dengan cara
melihat adanya usaha yang rill.
57
Dalam pembiayaan tidak ada istilahnya menspesialkan
orang. Orang spesial yang dimaksudkan yaitu orang yang
disegani, orang yang memiliki jabatan tinggi ataupun orang yang
memiliki status sosial yang tinggi. Semua kriteria ini tidak berlaku
dalam pemberian pembiayaan. 76
Utamakan berdasarkan unsur-unsur :
c) Kelayakan usaha
Kelayakan usaha merupakan tolak ukur dari besar
kecilnya jumlah pembiayaan yang akan diberikan. Selain itu
juga, besar kecilnya jumlah pembiayaan yang diberikan
tergantung dari besar kecilnya omset yang didapatkan dalam
perhari.
Kelayakan usaha menjadi barometer dalam pemberiaan
pembiayaan di BMT Mandiri Syariah. Sebagian besar nasabah
pembiayaan merupakan para pedagang tetap di pasar umum
Lendang Nangka. Sebagian besar nasabah yang melakukan
pembiayaan merupakan pedagang yang memiliki keterbatasan
modal. Keterbatasan modal usaha ini membuat pedagang
bakulan sulit untuk berkembang.
Kriteria pedagang atau nasabah yang diberikan
pembiayaan yaitu nasabah yang telah memenuhi persyaratan.
Persyaratan ini merupakan hasil dari pengamatan yang
76 Lalu Hafid (Selaku Manajer BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 10 Agustus 2017.
58
dilakukan oleh Pekerja Lapangan (PL) BMT Mandiri
Syariah.77
d) Kemampuan membayar
Kemampuan mengembalikan pembiayaan merupakan
indikator penting dalam penilaian suatu pembiayaan yang
dilakukan oleh calon nasabah. Oleh karena itu, kelengkapan
berkas pengajuan pembiayaan, wawancara, dan observasi
adalah suatu cara untuk memastikan calon nasabah mampu
membayar angsuran pembiayaan setelah pembiayaan
dicairkan.
Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan
Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan
suatu lembaga keuangan, yaitu bagian Pekerja Lapangan (PL)
harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan
dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah. Prinsip
penilaian dikenal dengan 5C +1S , yaitu:78
a) Character Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.
b) Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima
Nangka), Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017. 78 Lalu Hapid (Selaku Manajer BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017.
59
pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.
c) Capital Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya.
d) Collateral Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.
e) Condition Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan.
f) Syariah Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dibiayaai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan murabahah.”
4. Penilaian resiko terhadap biaya
Dalam hal penilaian resiko terhadap biaya, BMT Mandiri syariah
menggabungkan secara langsung pada saat analisis resiko. Jadi
pembahasan mengenai penilaian resiko tidak dibahas secara detail, karena
dianggap sudah termasuk kedalam analisis resiko.
5. Administrasi pelaksanaan program
Dari hasil penelitian yang didapatkan, ada strategi yang diterapkan
oleh BMT Mandiri Syariah dalam menangani resiko bermasalah yang
60
membedakan dengan teori yang diungkapkan oleh Sukmadi. Teori tersebut
yaitu dalam hal mengontrol resiko.
Resiko yang telah terjadi harus tetap dikontrol. Tujuannya agar
resiko tersebut dapat diatasi. Mengontol resiko adalah dengan cara
melakukan kebijakan antisipasi terhadap timbulnya resiko sebelum resiko
itu terjadi. Kontrol terhadap resiko yang terjadi di BMT Mandiri Syariah
adalah dengan cara memperketat pengawasan terhadap karyawan dan
nasabah BMT Mandiri Syariah.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lalu Hapid selaku Manajer
BMT Mandiri Syariah “Pengontrolan resiko baik yang sudah terjadi
maupun yang belum terjadi harus tetap kita awasi. Pengontrolan resiko
yang telah terjadi dilakukan dengan cara memperketat pengawasan
terhadap Pekerja Lapangan dan nasabah. Pengawasan terhadap Pekerja
Lapangan ini ditekankan dengan penerapan strategi yang diangkap baik
dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah. Begitu juga dengan
pengontrolan terhadap resiko yang belum terjadi, kami selalu memeriksa
laporan keuangan maupun laporan operasional yang telah dilakukan
persatu minggu sekali.79
Lain halnya dengan apa yang diungkapkan oleh Lalu Pipit
“Sebenarnya pengontrolan tersebut tidak hanya dilakukan oleh seorang
manajer saja, akan tetapi semua karyawan harus saling mengontrol.
79 Lalu Hapid (Selaku Manajer BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017.
61
Kesalahan tidak akan dapat dilihat jika tidak ada seseorang yang akan
menegur”.80
Pengontrolan terhadap suatu resiko merupakan suatu keharusan
dalam lembaga keuangan. Pengontrolan suatu resiko diharapkan akan
mampu mengurangi resiko yang terjadi. Pengontrolan suatu resiko
dilakukan dengan berbagai macam cara. Hampir setiap lembaga keuangan
memiliki cara tersendiri dalam menangani suatu resiko.
B. Cara Mengatasi Pembiayaan Bermasalah Pada Pedagang Bakulan di BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka
Saat ini ada dua jenis lembaga keuangan, yaitu lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Sedangkan lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan yang
menghimpun dana dari masyarakat melalui penjualan surat-surat berharga.
Bentuk dari lembaga bukan bank ini adalah: Modal Venture, anjak piutang,
dana pensiun dan pegadaian. Lembaga keuangan perbankan merupakan
lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali ke masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana bagi
pihak yang membutuhkan, baik untuk kegiatan produktif maupun konsumtif.
Akan tetapi, sepandai apapun analisis pembiayaan dalam menganalisis setiap
80 Lalu Pipit (Selaku Manajer BMT Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka),
Wawancara, Lendang Nangka, 12 Agustus 2017.
62
permohonan pembiayaan, kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah pasti
ada, penyebab utamanya adalah adanya unsur-unsur sebagai berikut: (1) Dari
pihak lembaga keuangan dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang
teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya.
Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis pembiayaan dengan pihak
nasabah sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.(2)Dari pihak
nasabah adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak
bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga pembiayaan yang
diberikannya bermasalah. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk
membayar. (3) Adanya unsur tidak sengaja, artinya si nasabah mau membayar
akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh pembiayaan yang dibiayai
mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama,kebanjiran dan sebagainya.
Sehingga kemampuan untuk membayar pembiayaan tidak ada.
Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang dilakukan
oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah yang dalam pelaksanaan
pembayaran pembiayaan oleh nasabah itu terjdi hal-hal seperti pembiayaan
yang tidak lancer, pembiayaan yang debiturnya tidak memenuhi persyaratan
yang dijanjikan, serta pembiayaan tersebut tidak menepati jadwal angsuran.
Sehingga hal-hal tersebut memberikan dampak negative bagi kedua belah
pihak.
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu dari resiko dalam suatu
pelaksanaan pembiayaan. Adiwarman A. Karim menjelaskan bahwa resiko
pembiayaan merupakan resiko yang disebabkan oleh adanya counter party
63
dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, resiko pembiayaan
mencakup resiko terkait produk dan resiko terkait dengan pembiayaan
korporasi.81
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu resiko yang pasti
diahadapi oleh setiap lembaga keuangan. Resiko ini dapat bersumber dari
berbagai aktivitas fungsional lembaga keuangan seperti penyaluran pinjaman,
kegiatan tresuri dan investasi, dan kegiatan jasa pembiayaan atas perdagangan,
yang tercatat dalam buku lembaga keuangan. Disisi lain resiko ini timbul
karena kinerja satu atau lebih nasabah yang buruk. Kinerja nasabah yang
buruk ini dapat berupa ketidak mampuan atau ketidak mauan nasabah untuk
memenuhi sebagian atau seluruh perjanjian pembiayaan yang telah disepakati
bersama sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi perhatian lembaga
keuangan bukan hanya kondisi keuangan tetapi juga karakter dari nasabah.
Secara garis besar dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembiayaan
bermasalah yaitu82:
1. Bagi Lembaga Keuangan
a. Likuiditas
Likuiditas adalah napas kehidupan bagi setiap perusahaan,
begitu juga bank. Jika hutang atau kewajiban meningkat, maka bank
perlu mengusahakan untuk meningkatkan sisi aktiva lancar antara lain
81Karim Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2010), h. 260. 82Http://Zenal, Dampak Pembiayaan-Bermasalah-pml blogspot.com (Rabu. 19 September
pembiayaan yang telah dilakukan oleh nasabah yang bermasalah
tersebut.
3. Menyita barang yang telah dibiayai
Strategi trakhir yang dilakukan oleh pihak Manajemen Resiko
Pembiayaan di BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka yaitu menyita
barang yang telah dibiayai. Tujuan penyitaan barang yang telah dibiayai
ini agar nasabah yang bermasalah tersebut mau melunasi setoran
pembiayaannya. Jika nasabah tersebut tidak mampu melunasi setoran
pembiayaannya, maka barang yang telah disita itu yang akan dilelang.
Selain itu juga, strategi yang perlu ditambah oleh manajemen BMT
Mandiri Syariah Cabang Lendang Nangka dalam mengatasi pembiayaan
bermasalah, yaitu:
1. Stay Strategy
Adalah strategi saat lembaga keuangan masih ingin
mempertahankan hubungan bisnis dengan nasabah dalam konteks waktu
jangka panjang.
2. Penagihan intensif Rescheduling
Memperpanjang jangka waktu pembiayaan.Dalam hal ini si
nasabah diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu pembayaran
misalnya perpanjangan jangka waktu pembiayaan dari 6 bulan menjadi
70
satu tahun sehingga si nasabah mempunyai waktu yang lebih lama untuk
mengembalikannya.
3. Reconditioning
Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti
Penundaan pembayaran marjin sampai waktu tertentu. Dalam hal
penundaan pembayaran marjin sampai waktu tertentu, maksudnya hanya
marjin yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok
pembiayaannya tetap harus dibayar seperti biasa.Penurunan marjin,
Penurunan marjin dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah.
4. Restructuring
Dengan menambah jumlah pembiayaan.Dengan menambah equity.
5. Phase out Strategy
Adalah strategi saat pada prinsipnya lembaga keuangan tidak ingin
melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan nasabah yang bersangkutan
dalam konteks waktu yang panjang, kecuali bila ada faktor-faktor lain
yang sangat mendukung kemungkinan adanya perbaikan kondisi nasabah.
Strategi yang umumnya dijalankan, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam pendekatan, yaitu: (1) Soft
Approach; (2) Hard Approach. Apabila cara Soft Approach tidak dapat
menyelesaikan pembiayaan bermasalah yang terjadi, selanjutnya akan
ditempuh cara Hard Approach yang melibatkan jalur hukum, yaitu dapat
berupa:
71
a. BASYARNAS (Badan Arbitrase Syariah Nasional), penyelesaian
tersebut dilakukan melalui keadaan setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.
b. Pengadilan, dapat berupa: (i) Eksekusi Hak Tanggungan (HT) atas
agunan; (ii) Eksekusi agunan yang diikat secara Fidusia yang
didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia (KPF); Melakukan gugatan
terhadap aset-aset lainnya milik nasabah; baik yang berlokasi di dalam
maupun di luar negeri; (iv) Pelaporan pidana terhadap nasabah,dsb.
c. Melibatkan pihak kepolisian Alternatif terakhir ini (hard approach)
dilakukan apabila:
1) Nasabah tidak dapat dihubungi.
2) Nasabah melarikan diri.
3) Nasabah tidak mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan
kewajibannya sementara sesungguhnya nasabah memiliki
kemampuan untuk itu.
4) Nasabah tidak bersedia menyerahkan agunannya
72
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam melakukan proses manajemen resiko, BMT Mandiri Syariah
melakukan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:
Identifikasi resiko
Untuk mengidentifikasi risiko yang timbul di BMT Mandiri Syariah ,
dilakukan dengan cara menggunakan daftar pertanyaan untuk
menganalisis resiko, menggunakan laporan keuangan dengan cara
menganalisis neraca, laporan kegiatan operasional dan catatan-catatan
pendukung lainnya.
Pengendalian resiko dilakukan dengan cara menentukan jenis-jenis
aspek yang dianalisa seperti analisa terhadap kemauan bayar dan
analisa terhadap kemampuan bayar.
Mengontrol resiko dilakukan dengan cara melakukan kebijakan
antisipasi terhadap timbulnya resiko sebelum resiko itu terjadi.
b. Cara Mengatasi Pembiayaan Bermasalah Pada Pedagang Bakulan di
BMT Mandiri Syari’ah Cabang Lendang Nangka. Untuk menyelesaikan
permasalahan mengenai pembianyaan bermasalah ini, pihak BMT Mandiri
Syariah Lendang Nangka melekukan pendekatan secara langsung kepada
nasabah yang bermaslah, yaitu dengan cara mendatangi nasabah yang
bermasalah. Jika cara ini tidak berjalan, pihak Mandiri Syariah Lendang
72
73
Nangka memberikan surat peringatan kepada nasabah. Jika cara ini tidak
berhasil, pihak BMT Mandiri Syariah Lendang Nangka terpaksa menyita
barang yang sudah dibiayai oleh pihak BMT Mandiri Syariah Lendan
Nangka tersebut.
B. Saran
1. Bagi BMT Mandiri Syariah
Keramah-tamahan dan kesopanan perlu dipertahankan oleh BMT
Mandiri Syariah. Selain itu juga dalam melakukan pembiayaan, karyawan
BMT Mandiri Syariah perlu mengetahui seluk beluk dan karakter nasabah
itu sendiri, sehingga nantinya tidak ditemukan angka pembiayaan
bermasalah.
2. Bagi Nasabah
Diharapkan kepada semua nasabah BMT Mandiri Syariah,
terutama bagi nasabah pembiayaan murabahah untuk mematuhi aturan
yang berlaku dalam pembiayaan di BMT Mandiri Syariah, selain itu juga
diharapkan agar melunasi pembiayaan yang sudah jatuh tempo bagi
nasabah yang bermasalah.
3. Bagi Mahasiswa
Bagi siapapun yang membaca skripsi ini agar bisa dijadikan
sebagai bahan pelajaran dan juga sebagai refrensi tentang pembiayaan
bermasalah dan cara mengatasi pembiayaan bermasalah berdasarkan
syari’at Islam.
74
Selain itu juga diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan informasi dan refrensi
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
75
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Pelaksanaan Akad Murabahah untuk Pembiayaan Modal Usaha (Studi Pada PT. BPRS Margirizki Bahagia Yogyakarta, Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.
empat, 2003) Drs. Herman Darmawi, Manajemen Resiko, Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Erma, Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. http://zenal dampak pembiayaan-bermasala pml.blogspot.com (Rabu.19
september 2017). http://zenal Dasar hukum-muamalat pml.blogspot.com (Rabu,28 november 2017. Karim Adiwarman. 2010. Bank Islam Analisis Fiqh dan keuangan, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. 2010. Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah.
Padang: Akademi Permata, 2012. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010. Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif,
Jakarta: PT raja grafindo persada, 2008. Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan
Percetakan, 2005. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani, 2001. Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan,
2005.
76
Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Muhammad Nazir, Metodelogi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Muhammad Zainudin, Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah
Di Bmt Surya Sekawan Mandiri Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Skripsi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Semarang.
Nurul Huda dan Mohamat Heykal, Lembaga Keuangan Islam, Tinjauan Toritis
Dan Praktis. Jakarta: kencan, 2010. Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, Bisnis Edisi kedelapan (Jakarta: Erlangga,
2007) Saudah,“Penyelesaian Pembiayaan Pada PT. Bank BNI Syari’ah Kantor Cabang
Banjarmasin”, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari, Banjar Masin, 2016.
Sandjaja, B dan Albertus Herianto, Panduan Penelitian (Jakarta : Prestasi
Pustakkarya, 2005. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta, 2014. Suyanto Bagong dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Kencana, 2007), UU no 21 tahun 2008, “UU tentang perbankan syariah” Winarno Surahman, Pengantar Penelitian-Penelitian Dasar Metode Teknik. 2007. Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syaria’ah. Jakarta: Pustaka Alvabet,