SKRIPSI PESAN MORAL TRADISI BUDAYA MALAM SATU SURO PADA ETNIS SUKU JAWA DI DESA WONOREJO KECAMATAN MANGKUTANA YAYU WULANDARI Nomor Stambuk : 105650002615 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021
88
Embed
SKRIPSI PESAN MORAL TRADISI BUDAYA MALAM SATU SURO …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SKRIPSI
PESAN MORAL TRADISI BUDAYA MALAM SATU SURO
PADA ETNIS SUKU JAWA DI DESA WONOREJO
KECAMATAN MANGKUTANA
YAYU WULANDARI
Nomor Stambuk : 105650002615
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
PESAN MORAL TRADISI BUDAYA MALAM SATU SURO
PADA ETNIS SUKU JAWA DI DESA WONOREJO
KECAMATAN MANGKUTANA
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MenyelesaikanStudidanMemperoleh
GelarSarjana IlmuKomunikasi (S.Kom)
Disusun dan Diajukan Oleh
YAYU WULANDARI
Nomor Stambuk : 105650002615
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Yayu Wulandari
Nomor Stambuk : 105650002615
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa Skripsi ini dengan judul : Pesan Moral Tradisi Budaya
Malam Satu Suro Pada Etnis Suku Jawa Di Desa Wonorejo Kecamatan
Mangkutana adalah sepenuhnya merupakan karya sendiri. Tidak ada bagian di
dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain, tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.
Makassar, 28 April 2021
Yang menyatakan,
Yayu Wulandari
vi
ABSTRAK
Yayu Wulandari. Pesan Moral Tradisi Budaya Malam Satu Suro Pada Etnis
Suku Jawa Di Desa Wonorejo Kecamatan Mangkutana (dibimbing oleh Arni,
S.Kom,. M.I.Kom dan Wardah,S.Sos,. M.A).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa makna tradisi perayaan
budaya malam satu suro dan apa pesan moral perayaan tradisi budaya malam satu
suro. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Kemudian
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
dokumentasi dan penelusuran referensi.
Hasil penelitian ini yaitu; makna dari perayaan tradisi budaya malam satu
suro ialah 1) Sebagai alat untuk mempererat tali silaturahmi. 2) Selalu ingat dan
mendekatkan diri kepada sang khalik. 3) Takir plontang yang dimaknai sebagai
bentuk solidaritas, menjaga kerukunan, kedamaian, dan keberkahan dalam
kehidupan. Adapun pesan moral dari perayaan tradisi budaya malam satu suro
yaitu: 1) Dapat meningkatkan keimanan kita terhadap Allah SWT. 2)Untuk
mengenang sejarah Nabi-Nabi pada malam satu suro. 3) Untuk melestarikan
tradisi peninggalan nenek moyang terdahulu dalam rangka datangnya bulan satu
muharram. 4) Memberikan jaminan kepada orang yang melakukan kebaikan pada
bulan Muharram tersebut.
Kata Kunci : Budaya, Malam Satu Suro vii
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pesan Moral Tradisi Budaya Malam Satu Suro Pada
Etnis Suku Jawa Di Desa Wonorejo Keamatan Mangkutana”. Skripsi ini
merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh
gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat Orang Tua tercinta beserta segenap keluarga yang rela berkorban tanpa
pamrih dalam membesarkan, mendidik serta mendoakan keberhasilan penulis,
yang tiada hentinya memberi dukungan disertai segala pengorbanan yang tulus
dan ikhlas. Ibu Arni, S.Kom,. M.I.Kom selaku Pembimbing I dan Ibu Wardah,
S.Sos.,M.A selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si.
selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar. Bapak Dr. H. Muh. Tahir, M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi
Ilmu Komunikasi dan Dian Muhtadiah Hamna, S.IP M.I.Kom., selaku Sekretaris
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar. Segenap Dosen dan seluruh jajaran Staf Fakultas Ilmu
viii
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak
memberikan pengetahuan di mulai dari semester awal hingga semester akhir.
Teman seperjuangan di Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2015, dan Untuk
sahabat saya yang selama ini membantu dan mensupport selama pembuatan
skripsi, Kak Lukman, Aisyah Wulandari, Fatimah, Mega Nun Zitun, Mirnawati,
Melani Ramang, Evi Septiana, dan Anti Sahwa yang selalu sabar dan memberikan
motivasi dan saran kepada penulis. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya tak ada gading yang tak retak, tak ada ilmu yang memiliki
kebenaran mutlak, tak ada kekuatan dan kesempurnaan, semuanya hanyalah milik
Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan dan perbaikan Skripsi ini senantiasa dinantikan
dengan penuh keterbukaan
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 2021
Penulis,
Yayu Wulandari
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENERIMAAN TIM ................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian....................................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 8
B. Pengertian Konsep dan Teori........................................................................... 12
C. Kerangka Pikir ................................................................................................. 32
D. Fokus Peneliian ............................................................................................... 34
E. Definisi Fokus Penilitian ................................................................................. 34
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................... 36
B. Jenis dan Tipe Penelitian ................................................................................. 36
C. Sumber Data .................................................................................................... 37
x
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 38
E. Informan Penelitian ......................................................................................... 39
F. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 39
G. Keabsahan Data ............................................................................................... 40
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 42
B. Makna Perayaan Tradisi Budaya Malam Satu Suro ........................................ 50
C. Pesan Moral Perayaan Tradisi Budaya Malam Satu Suro ............................... 57
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 70
B. Saran ................................................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... x
xi
DAFTAR GAMBAR
A. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir .............................................................. 33
B. Gambar 4.1 letak Geografis Kaupaten Luwu Timur..................................... 42
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah Negara besar yang terkenal dengan suku,
bahasa dan kebudayaan. Kepulauan Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan sendiri-
sendiri. Kebudayaan merupakan suatu kebudayaan yang masih hidup, dalam artian
kebudayaan tersebut masih sering dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Suku
Jawa merupakan etnis terbesar dari Indonesia yang tersebar hampir semua wilayah
di Indonesia salah satu kebudayaan orang-orang Jawa adalah upacara tradisi malam
satu suro. Adat-istiadat budaya Jawa ini merupakan salah satu tradisi yang selalu
dilakukan setiap tahunnya.
Berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan tentang warisan
budaya tak benda Indonesia pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa warisan budaya tak
benda Indonesia adalah berbagai hasil praktek, perwujudan, ekspresi, pengetahuan
dan keterampilan yang terkait dengan lingkup budaya yang diwariskan dari
generasi ke generasi secara terus menerus melalui pelestarian atau penciptaan
kembali serta merupakan hasil kebudayaan yang berwujud budaya tak benda
setelah melalui proses penetapan budaya tak benda. Dan pasal 2 menyatakan bahwa
warisan budaya tak benda Indonesia berasaskan:
2
a) Pancasila, b) undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c).
Bhinneka Tunggal Ika;zd). Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan e).
transparansi dan akuntabilitas. (UU tentang kebudayaan warisan budaya tak benda
tak benda Nomor 106:2013).
Samovar(2010:25) Komunikasi menjadi peranan penting dalam pemahaman
kita terhadap budaya dan mempengaruhi kita dalam perilaku kita sehari-hari.
Komunikasi dan budaya sangatlah berkaitan erat, karena budaya sangat
membutuhkan komunikasi begitupun sebaliknya. Budaya berpengaruh pada cara
pandang dan tingkah laku, bagaimana kita berpikir, bagaimana kita bertingkah laku
dan bagaimana kita melihat. Rodriguez (Samovar,2010:26) Tidak ada batasan
antara komunikasi dan budaya, seperti yang dikatakan Hall dalam Samovar budaya
adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya, maksudnya karena dalam suatu
budaya tidak terlepas dari komunikasi yang merupakan suatu set dari sikap,
perilaku, dan simbol-simbol yang dimiliki oleh manusia dan biasanya
dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki
24 Kabupaten salah satunya yaitu kabupaten Luwu Timur. Kabupaten Luwu Timur
sendiri terdiri dari 11 Kecamatan salah satunya adalah Kecamatan Mangkutana.
Kecamatan Mangkutana telah ada sejak masih bergabung dengan
Kabupaten Luwu. Kemudian pada tahun 2003, Kabupaten Luwu Utara mengalami
pemekaran menjadi dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Luwu Utara dan Luwu Timur
yang disahkan dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 2003. Setelah terbentuk
3
Luwu Timur, Kecamatan Mangkutana mengalami pemekaran desa menjadi 11
Desa salah satunya yaitu Desa Wonorejo.
Desa Wonorejo merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan
Mangkutana Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Indonesia di Desa
Wonorejo mayoritas penduduknya adalah orang Jawa dan beragama islam. Orang
Jawa khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah telah datang di Desa Wonorejo
sejak puluhan tahun yang lalu dengan membawa tradisi dan budaya Jawa,
kemudian banyak dari mereka yang tinggal menetap dan tidak kembali lagi ke
tanah Jawa. Seiring berkembangnya zaman banyak orang bugis Makassar atau
orang-orang dari daerah yang berbeda juga menetap di Desa Wonorejo. Di Desa
Wonorejo terdiri dari berbagai suku dan agama diantaranya suku Jawa, Pamona,
Bugis, Toraja dan agama yang dianut adalah agama Islam dan Kristen.
Berdasarkan observasi awal penduduk di Desa Wonorejo tercatat dengan
jumlah 2.150 jiwa pada tahun 2019 dengan berbagai suku atau etnis yang berbeda
beda yaitu suku bugis dengan jumlah 390 jiwa, Toraja dengan 8 jiwa, suku Jawa
berjumlah 1.658 jiwa dan terakhir adalah suku pamona yang berjumlah 8 jiwa.
(Mangkutana dalam angka 2019).
Di Desa Wonorejo merupakan Desa yang dihuni oleh suku Jawa terbanyak,
dan masyarakat Wonorejo juga memiliki tradisi sendiri yang dinamakan Tradisi
Budaya Malam Satu Suro. masyarakat Jawa khususnya Desa Wonorejo Kecamatan
Mangkutana Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan yang biasa menggunakan
bahasa Jawa dalam kesehariannya, masyarakat Jawa juga masih menanamkan
4
tradisi budaya yang masih dipertahankan oleh masyarakat Jawa hingga saat ini
yaitu tradisi budaya malam satu suro yang merupakan warisan dari nenek moyang
terdahulu.
Tradisi Malam Satu Suro merupakan perayaan untuk menyambut datangnya
bulan suro atau biasa disebut dengan malam satu Muharram yang dilaksanakan
oleh suku jawa yang merupakan suatu perayaan tahun baru menurut kalender Jawa.
Dalam perhitungan Jawa malam satu suro dimulai dari terbenamnya matahari pada
bulan terakhir kalender Jawa. Masyarakat Jawa khususnya di Desa Wonorejo
melakukan perayaan ini sebelum terbenamnya matahari atau sebelum magrib.
Tradisi perayaan malam satu suro merupakan tradisi turun-temurun yang
dilaksanakan oleh masyarakat Jawa di Desa Wonorejo. Sejak masyarakat Jawa
datang di Desa Wonorejo, sejak itulah Desa Wonorejo sudah berada pada beberapa
generasi yang dikatakan orang Jawa, generasi pertama yang datang ke Wonorejo
tinggal dan menetap di Desa Wonorejo hingga saat ini.
Peristiwa malam satu suro merupakan hasil dari adanya proses komunikasi
yang melibatkan beberapa unsur. Secara garis besar dapat dilihat bahwa
masyarakat Wonorejo menyelenggarakan tradisi budaya malam satu suro berperan
sebagai komunikator yang menyampaikan pesan melalui tradisi malam satu suro.
Pesan-pesan yang disimbolkan dalam rangkaian tradisi malam satu suro kemudian
diterima oleh komunikan yang terdiri dari lapisan masyarakat awam hingga ahli,
dalam proses tersebut terdapat pemaknaan antara pesan yang disampaikan oleh
masyarakat Wonorejo.
5
Tradisi Malam Satu Suro ini juga menarik untuk dikaji karena sebuah tradisi
yang dilakukan oleh masyarakat Wanorejo memiliki makna dan pesan moral bagi
masyarakat setempat. Tradisi ini juga sangat unik, karena hanya ada dalam budaya
Jawa saja. Seperti yang terdapat dalam perayaan Malam Satu Suro ini, simbol-
simbol atau pesan yang terkandung didalamnya mempunyai arti yang sangat
penting bagi masyarakat Desa Wonorejo Kecamatan Mangkutana.
Seperti yang kita ketahui seiring berkembangnya zaman teknologi dan
kemajuan zaman seperti saat ini, kebudayaan adat dan istiadat mulai lagi tak
diperhatikan bahkan terancam punah, justru bukannya punah tapi tidak berkembang
pesat. Disisi lain pada era modern ini masyarakat Wonorejo masih percaya dengan
adanya perayaan tradisi nenek moyang terdahulu salah satunya yaitu tradisi budaya
Malam Satu Suro. Masyarakat Jawa masih mempercayai tradisi ini sehingga dalam
penelitian ini dengan menghimpun pandangan beberapa orang yang mewakili unsur
masyarakat yang terlibat dalam tradisi budaya malam satu suro.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran dan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apa makna tradisi perayaan budaya malam satu suro di Desa Wonorejo
Kecamatan Mangkutana?
2. Apa pesan moral tradisi perayaan budaya malam satu suro di Desa Wonorejo
Kecamatan Mangkutana?
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini tentunya tidak akan menyimpang
dari apa yang dipermasalahkan sehingga tujuannya sebagai berikut:
a) Untuk megetahui makna mengenai tradisi budaya malam satu suro di
Desa Wonorejo Kecamatan Mangkutana
b) Untuk mengetahui pesan moral mengenai perayaan tradisi budaya malam
satu suro di Desa Wonorejo Kecamatan Mangkutana
2. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
pemahaman tentang pesan moral dalam tradisi budaya Malam Satu Suro di
Desa Wonorejo.
b) Secara praktis
Diharapkan dapat berguna untuk menjadi rujukan dalam meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan Jawa yaitu tradisi budaya Malam
satu suro dan dapat memberi kontribusi agar penelitian ini dapat menjadi
7
referensi serta bahan guna menambah wawasan dan pengetahuan dimasa yang
akan datang.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian terdahulu
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Irvan Prasetiawan,2016
dengan judul penelitian Persepsi Masyarakat Jawa Terhadap Budaya Malam
Satu Suro Desa Margolembo. Dengan hasil penelitian malam satu suro adalah
malam yang keramat dan bertepatan dengan satu muharam. Pada saat malam
satu suro, seluruh benda-benda pusaka seperti keris, batu dan benda pusaka
lainnya dimandikan atau disucikan dengan bunga bunga. masyarakat
Margolembo melakukan ritual tersebut dengan bersemedi di tempat yang sakral
atau di tempat yang keramat seperti puncak gunung, pohon besar atau
dipemakaman yang keramat. Dimalam Satu Suro masyarakat dengan penuh
keyakinan meminta keselamatan, rezeki dan dipanjangkan umurnya, tradisi ini
dilakukan setiap tahunnya, apabila tradisi ini tidak dilaksanakan maka akan
menimbulkan bencana bagi masyarakat Margolembo.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Deslaili Anggraini Sagita
2020 yang berjudul tradisi suronan dalam syiar Islam di Desa Rejomulyo
Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Dengan hasil penelitian
pelaksanaan suronan di Desa Rejomulyo selalu melaksanakan ritual tradisi
suronan adalah sebagai wadah penggalang persatuan dan kesatuan bagi seluruh
umat beragama dan melestarikan adat kebudayaan tradisional masyarakat Desa
Rejomulyo leluhur mereka. Selama tidak bertentangan dengan ajaran islamserta
9
syiar islam, untuk itu tradisi tradisi suronan ini dapat dikembangkan dan
dilaksanakan. Masyarakat mempercayai bahwa jika tradisi tidak diadakan atau
dilaksanakan maka akan terjadi malapetaka atau musibah yang akan datang
menghampiri mereka. Berdasarkan kepercayaan tersebutlah masyarakat Desa
Rejomulyo tetap menjalankan tradisi suronan.
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riza Ayu Purnamasari 2014
yang berjudul fenomena Kebo Bule kyai Klamet dalam kirab satu suro Keraton
Kasunan Surakarta. Dengan hasil penelitian yang dilakukan di Surakarta untuk
memperingati tahun baru Islam yang dilakukan dengan serangkaian ritual sarat
doa dan kirab pusaka. Dalam kirab malam satu suro terdapat terdapat simbol
keselamatan berupa Kebo Bule Kyai Slamet sebagai cucuk lampah yang berada
pada barisan terdepan kemudian diikuti barisan pusaka. Masyarakat Keraton
Kusunan memaknai Kebo Bule Kyai Slamet sbagai hewan yang berhubungan
dengan sejarah keraton Surakarta. Terdapat intrepretasi bahwa Kebo Bule
dianggap memiliki kekuatan magis. Kepercayaan tersebut menyebabkan
sekelompok kerbau albino diistimewakan, bahkan orang-orang rela berdesahan
berebut kotoran Kebo Bule Kyai Slamet yng berceceran dijalan untuk ngalab
berkah.
Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini tidak sama atau
tidak ada pengulangan dengan penelitian sebelumnya karena terdapat perbedaan
penelitian yaitu peneliti meneliti tentang pesan moral tradisi budaya malam satu
suro pada etnis suku Jawa Di Desa Wonorejo Kecamatan Mangkutana.
10
Tabel 1.1
Tabel Perbandingan Peneliti da Peneliti Sebelumnya
No Nama Peneliti dan Judul
Peneliti
Perbedaan
Peneliti
Persamaan
Penelitian
Peneliti
Terdahulu
Penelitian
Peneliti
1. Irvan Prasetiawa dengan
judul Persepsi Masyarakat
Jawa Terhadap Budaya
Malam Satu Suro di Desa
Wonorejo
Rumusan
masalah peneliti
1. bagaimana
persepsi
masyarakat
Jawa di Desa
Margolembo
kecamatan
Mangkutana
Kabupaten
Luwu Timur. 2.
Bagaimana
dampak
pelaksanaan
malam satu suro
di Desa
Wonorejo
Kecamatan
Mangkutana
Kabupaten
Luwu Timur.
Rumusan
masalah
peneliti 1. Apa
makna
perayaan
tradisi budaya
malam satu
suro di Desa
Wonorejo
Kecamatan
mangkutana. 2.
Apa pesan
moral tradisi
budaya malam
satu suro di
Desa Wonorejo
Kecamata
Mangkutana.
Jenis penelitian
kualitatif
2. Deslaili Anggraini Sagita
dengan judul Tradisi
Suroan dalam Syar Islam
di Desa Rejo Mulyo
Kecamatan Palas
Kabupaten Lampung
Selatan
Rumusan
masalah peneliti
1. Bagaimana
prosesi
terjadinya
pelaksanaan
tradisi suronan
di Desa
Rejomulyo
Kecamatan
Palas
Kabupaten
Lampung
Selatan
Rumusan
masalah
peneliti 1. Apa
makna
perayaan
tradisi budaya
malam satu
suro di Desa
Wonorejo
Kecamatan
mangkutana. 2.
Apa pesan
moral tradisi
budaya malam
satu suro di
Jenis penelitian
kualitatif
11
Desa Wonorejo
Kecamata
Mangkutana.
3. Fenomena Kebo Bule
Kyai Slamet dalam Kirab
Satu Suro Keraton
Kusunan Surakarta
Rumusan
masalah peneliti
1. Bagaimana
persepsi
masyarakat
keraton di
Surakarta
sebagai
komunikator
pada fenomena
kebo bule
slamet di kirab
malam satu suro
Keraton
Kusunan
Surakarta. 2.
Bagaimana
persepsi
masyarakat ahli
di Surakarta
sebagai
komunikan
pada fenomena
kebo bule kyai
slamet di kirab
malam satu suro
Keraton
Kusunan
Surakarta
Rumusan
masalah
peneliti 1. Apa
makna
perayaan
tradisi budaya
malam satu
suro di Desa
Wonorejo
Kecamatan
mangkutana. 2.
Apa pesan
moral tradisi
budaya malam
satu suro di
Desa Wonorejo
Kecamata
Mangkutana.
Jenis penelitian
kualitatif
12
B. Komunikasi
Komunikasi adalah proses interaksi antara seseorang dengan orang lain
dengan tujuan agar pesan tersampaikan dan memiliki kesamaan pandang. Kata
komunikasi dalam bahasa inggris disebut communication yang mempunyai
makna hubungan atau pemberitahuan. Buku dasar-dasar komunikasi
mengatakan Onong Effendi mengatakan bahwa komunikasi dlam bahasa latin
disebut communication atau communis yang berarti sama, sama makna atau
memiliki kesamaan pandangan. Pengertian tersebut dapat dipahami bahwa
komunikasi dapat berlangsung apabila terjadi kesamaan makna atau pandangan
antara kedua pihak.
Komunikasi merupakan prasyarat dasar kehidupan, dimana aktivitas
hidup manusia tidak bisa dipisahkan dengan komunikasi. Kehidupan manusia
hampa atau tidak ada kehidupan sama sekali tanpa komunikasi. Karena tanpa
komunikasi maka interaksi antar manusia secara perorangan, kelompok,
organisasi, sosial maupun interasional tidak mungkin dapat terjad. Dua orang
dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi-reaksi,
aksi dan reaksi yang dilakukan manusia ini (dalam berbagai tingkatannya), di
dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi.
Dalam kehidupan sehari-hari, tak peduli dimana anda berada, anda selalu
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang tertentu yang berasal dari
kelompok, ras, etnik, atau budaya lain. Berinteraksi atau berkomunikasi dengan
orang orang yang berbeda kebudayaan merupakan kegiatan sehari-hari yang
13
sangat popular dan pasti dijalankan dalam pegaulan manusia.
(Ansar,Akil;2007).
1. Komunikasi Verbal
Yaitu suatu jenis percakapan atau penyampaian pesan dan informasi
yang menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh penerima berdasarkan
yang telah didengarnya. Pesan verbal menggunakan bahasa yang bisa diartikan
sebagai seperangkat kata yang telah tersusun secara struktur sehingga menjadi
kalimat yang mengandung arti, dan bahasa juga menjadi alat yang sangat
penting untuk memahami lingkungan, melalui bahasa kita dapat mengetahui
sikap, perilaku dan pandangan suatu masyarakat.
2. Komunikasi Non Verbal
Yaitu pesan yang digunakan dalam komunikasi dengan bahasa isyarat.
Manusia dalam berkomunikasi selain menggunakan pesan verbal juga
mengunakan pesan non verbal. Komunikasi non verbal tersebut hanya
memberikan pesan pada saat terjadi saat ini dan sekarang yang dapat
mengindikasikan sikap terkait subjek yang dibicarakan. Menurut Cangara
dalam (Anna Sherly;2018) bahwa pesan non verbal merupakan jenis pesan
dalam penyampaiannya dengan cara langsung atau bertatap muka secara
langsung dan pesan yang disampaikan dapat dipahami isinya oleh penerima
melalui gerak gerik, tingkah laku, dan ekspresi muka pengirim pesan. Pada
pesan non verbal hanya mengandalkan indera penglihatan yang berhubungan
dengan kelakuan.
14
Proses komunikasi merupakan aktivitas yang mendasar bagi manusia
sebagai makhluk sosial, dalam komunikasi tersebut mencakup sejumlah
komponen atau unsur, salah satunya adalah komponen pesan. Pesan yang
disampaikan komunikator. Pesan yang disampaikan komunikator adalah
pernyataan sebagai panduan, pikiran dan perasaan, ide, informasi, dan
keyakinan.
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, atau informasi.
Harrold Lasswell menyatakan bahwa komunikasi merupakan jawaban
dari pertanyaan Who Says (siapa berkata), what to whom (kepada siapa), with
what effect (dengan efek apa)? Berdasarkan pernyataan Lasswell tersebut dapat
diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain dan
tidak dapat dipisahkan, serta sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut yaitu :
a). Komunikator (communicator) b). Pesan (massage) c). Media (media,