1 UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI SKRIPSI Analisis Semiotika Foto Jurnalistik Kecelakaan Air Asia Dalam Surat Kabar SINDO Edisi 29 - 30 Desember 2014 (Analisis Charles Sanders Pierce) Diajukan oleh : NAMA : REZA ACHMALYADI NIM : 2011-41-006 KONSENTRASI : JURNALISTIK Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Jakarta 2015
186
Embed
SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
SKRIPSI Analisis Semiotika Foto Jurnalistik Kecelakaan Air Asia
Dalam Surat Kabar SINDO Edisi 29 - 30 Desember 2014
(Analisis Charles Sanders Pierce)
Diajukan oleh :
NAMA : REZA ACHMALYADI
NIM : 2011-41-006
KONSENTRASI : JURNALISTIK
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta
2015
2
3
4
5
KATA PENGANTAR
6
Assalamualaikum, Wr, Wb.
Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan, karena berkat rahmat dan ridho
Allah SWT akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini sesuai dengan
waktu yang diharapkan.
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa, diharapkan mampu untuk
mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan yang nyata. Ilmu
tersebut berguna dalam proses kemajuan bangsa. Fakultas ilmu komunikasi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) sebagai tempat peneliti
memperoleh ilmu dan wawasan lebih luas mengenai ilmu komunikasi,
merupakan batu pijakan yang kuat bagi peneliti untuk melangkah ke masa
depan.
Skripsi adalah salah satu pembuktian bagi peneliti untuk
menyempurnakan status peneliti sebagai mahasiswa Sarjana Strata Satu
(S1). Dengan adanya penelitian yang dirangkum menjadi sebuah skripsi ini,
dan melalui tahap uji proposal penelitian telah mengembangkan kemampuan
peneliti sebagai mahasiswa ilmu komunikasi khususnya jurnalistik.
Dengan skripsi yang berjudul Analisis Semiotika Foto Jurnalistik
Kecelakaan Air Asia Dalam Surat Kabar SINDO Edisi 29-30 Desember
2014 (Analisis Charles Sanders Pierce) peneliti membuat penelitian
kualitatif bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk membahas mengenai makna
pesan dibalik foto-foto jurnalistik kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501 dalam
rubrik Surat Kabar Sindo (Seputar Indonesia).
7
Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, 22 Agustus 2015
Peneliti
8
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas ridho-
Nya, penulis diberi kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi
ini. Dalam rentang waktu empat tahun peneliti telah banyak memperoleh ilmu
pengetahuan yang berharga di Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama) ini,
Ucapan terima kasih, penulis sampaikan pada.
1. Keluarga besar, terutama kepada orang tua penulis, Ikralyadi, Nur Fitri
Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-
objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu
hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari
tanda (sobur, 2004:15).
Charles Sanders Pierce mendefinisikan semiotika sebagai studi
tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, yakni
cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain,
pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang
mempergunakannya (Van Zoest, 1978, dalam Rusmana, 2005). John
Fiske, berpendapat semiotika adalah studi tentang pertanda dan makna
dari sistem tanda; ilmu tentang tanda, tentang bagaiman makna dibangun
dalam “teks” media; atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya
apa pun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna (John
Fiske, 2007 : 282).
33
BAB II
KAJIAN LITERATUR, KERANGKA KONSEP & TEORI
2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis
Kajian pustaka dalam penelitian berguna untuk bahan perbandingan antara
penelitian yang terdahulu dengan penelitian sebelumnya. Sehingga penelitian
yang akan dilakukan dapat lebih baik dari penelitian sebelumnya, dalam hal ini
peneliti menggunakan dua referensi penelitian terdahulu dalam kajian foto
jurnalistik yang relevan dengan penelitian-penelitian bertemakan semiotika foto
jurnalistik. Beberapa penelitian terdahulu berikut ini dibahas dengan maksud
memperlihatkan perbedaan antara penelitian-penelitian yang telah ada
sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan.
1. Penelitian semiotika pada foto juga dilakukan Dawam Syukron yang
mengulas mengenai foto jurnalistik wisata Indonesia dalam majalah Travel
Xpose pada rubrik domestik majalah Travel Xpose. Melalui foto-foto
jurnalistik tersebut Dawam mencoba memaknai suatu pesan baik secara
denotatif (makna yang sebenarnya) dan konotatif (makna yang tersirat)
termasuk ideologi yang ingin disampaikan oleh pewarta foto maupun
medianya dengan menggunakan pendekatan tanda Roland Barthes.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Firman Eka Fitriadi, penelitian yang ia
lakukan bertujuan untuk mengetahui makna pesan yang dibangun dari
fotografi jurnalistik mengenai Bencana alam gempa Sumatra Barat. Pada
harian Kompas edisi 2 Oktober- 9 Oktober 2009. Selain itu peneliti
menggunakan elemen dari teori semiotika Roland Barthes dengan unit
34
analisis denotasi dan konotasi yang berada pada caption pada surat kabar
selama periode penelitian yang berjumlah dua belas foto.
Dalam penelitian tentang semiotika foto jurnalistik tentang kecelakaan
Air Asia dalam surat kabar Sindo (Seputar Indonesia), peneliti mencoba
untuk membahas foto-foto yang terdapat dalam rubrik surat kabar Sindo
(Seputar Indonesia) yang berjudul Air Asia Hilang. Dengan menggunakan
model semiotika Charles Sanders Pierce yaitu objek (ikon, simbol, indeks),
serta pembahasan mengenai Angle of view, Frame size dan teknik fotografi
dari setiap foto-foto yang diteliti.
Foto yang diteliti berjumlah sembilan belas foto yang merupakan
bentuk representasi peristiwa kecelakaan pesawat terbang Air Asia QZ
8501. Peneliti melampirkan secara garis besar intisari dari dua penelitian
terdahulu yang sama-sama mengkaji semiotika fotografi jurnalistik dalam
ruang lingkup media massa cetak. Kedua penelitian terdahulu tersebut
disajikan dalam tabel 2.1.1 yang terlampir pada halaman berikut ini.
35
Tabel 2.1
Matriks Perbandingan Penelitian Mengenai Semiotika Fotografi Jurnalistik
No. Penelitian Teori/Paradigma Metodologi Hasil Penelitian
1. Dawam Syukron
Analisis Foto Jurnalistik Majalah Travel Xpose (Studi Analisis Semiotika Mengenai Foto Wisata Indonesia Dalam Rubrik Domestik Majalah Travel Xpose)
Teori Semiotika Roland Barthes paradigma konstruktivis
Metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan semiotika Roland Barthes
Bahwa majalah Trevel Xpose telah memunculkan ideologi mereka yang dapat terlihat dari cara travel Xpose menyajikan rubrik domestik. Dengan menyajikan foto wisata Indonesia semata-mata tidak hanya untuk mengasah kemampuan memotret para wartawan tetapi menghadirkan foto yang memiliki nilai semiotika agar dapat diterima dengan berbagai macam persepsi.
2.
3.
Firman Eka Fitriadi
Foto Jurnalistik Bencana Alam Gempa Bumi (Studi Analisis Semiotika foto-foto jurnalistik tentang bencana Alam)
Reza AchmalYadi
Analisis Semiotika Foto Jurnalistik Kecelakaan Air Asia Dalam Surat kabar Sindo edisi 29-30 Desember 2014 (Analisis Charles Sanders Pierce)
Teori Semiotika Roland Barthes paradigma konstruktivis
Teori Semiotika Cs Pierce dan Konstruksi realitas sosial paradigma Konstruktivis
Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif
Metode penelitian deskriptif kualitatif semiotika Cs Pierce dengan mengacu pada ikon, indeks, simbol. korpus dan analisis fotografi angel of view, frame size dan teknik fotografi
Bahwa dari pemuatan foto-foto jurnalistik yang diangkat di harian Kompas tentang bencana alam gempa bumi, pada umumnya menanggapi suatu peristiwa yang sudah terjadi tetapi masih hangat beritanya. Sehingga khalayak pembaca masih dapat mengaktualisasi pesan-pesan yang ingin disampaikan Kompas sebagai sebuah gambaran visual untuk melihat langsung peristiwa ini melalui foto-foto jurnalistik
Sumber Analisis Peneliti, Juni 2015
36
2.2 Kerangka Konsep dan Teori
1. Definisi Komunikasi
Secara sederhana pengertian komunikasi adalah proses penyampaian
pesan dari komunikator kepada komunikan. Pengertian isi pesan tersebut
mengacu pada pengertian makna yang disampaikan melalui bahasa, baik
verbal maupun non verbal. Proses dalam penyampaian pesan melibatkan
elemen-elemen komunikasi yaitu sumber (source), media (channel),
penerima (receiver), dan respon (feedback). Komunikasi yang digunakan
melalui media dapat menimbulkan efek. Agar komunikasi lebih efektif, maka
gagasan, ide, dan opini akan di-encode atau diterjemahkan menjadi pesan
yang mudah diterima (decode) oleh penerima.
Menurut Deddy Mulyana, komunikasi yang didefinisikan oleh beberapa
pakar selama ini adalah sebagai proses, karena komunikasi merupakan
kegiatan yang ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran, dan
perpindahan dari sebuah pesan. Hubungan antara jalinan sosial dan pikiran
yang diberikan pada simbol komunikasi akan menguatkan elemen
komunikasi dalam menerjemahkan dan menerima simbol menjadi
pengertian yang bermakna. Fenomena ini menunjukan bahwa revolusi
teknologi komunikasi massa telah mencapai proporsinya yang luar biasa.
Semakin pesat perkembangan teknologi komunikasi massa tentunya
dampak yang ditimbulkan baik positif maupun negatif semakin besar pula
efeknya
37
Bagan 2.2. Proses Komunikasi Model Schramm
Message
Sumber : Lawrence, Kincaid & Wilbur Schramm. Asas- Asas Komunikasi Antar Manusia . LP3ES, Jakarta 1987, hal.77
Menurut Lawrence dan Schramm, makna baru timbul jika orang
menafsirkan isyarat atau simbol dan berusaha memahami aspek pikiran,
perasaan, konsep. Dalam hal ini komunikasi dilihat sebagai proses
penciptaan dan pertukaran pesan diantara dua orang atau lebih. Bagaimana
suatu pesan berinteraksi dengan masyarakat yang bertujuan untuk
menghasilkan sebuah makna. Pada awal abad ke-20 komunikasi sangat
berperan dalam perubahan pola komunikasi di dunia. Perkembangan
komunikasi lebih interaktif, masyarakat dapat menyalurkan pesan- pesan
melalui media massa secara langsung. Kemunculan media massa dan
perkembangan teknologi informasi menjadikan komunikasi merubah
bentuknya menjadi komunikasi massa.
Decode
I Interpretation Encode
Encode
I Interpretation Decode
38
2. Definisi Komunikasi Massa
Seorang ahli komunikasi massa, jalaluddin Rakhmat dalam bukunya
“Psikologi Komunikasi”, menyebutkan bahwa “Abad ini disebut sebagai abad
komunikasi massa.” Tentunya pernyataan ini sangat relevan dengan situasi
saat ini. Dimana teknologi komunikasi massa mengalamai kemajuan sangat
pesat. Apabila menginginkan berbagai informasi secara cepat tentang
peristiwa yang terjadi dibelahan dunia, tidak lagi mengandalkan surat kabar
atau majalah yang harus menunggu beredar. Tetapi bisa langsung
mengakses via internet, begitu juga dengan audio visual atau media
elektronik tak ketinggalan pula.
Fenomena ini menunjukan bahwa revolusi teknologi komunikasi
massa telah mencapai proporsinya yang luar biasa. Semakin pesat
perkembangan teknologi komunikasi massa tentunya dampak yang
ditimbulkan baik positif maupun negatif semakin besar pula efeknya. Untuk
membahas mengenai komunikasi massa itu sendiri, definisi yang paling
sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980:10) yaitu “
Mass communication is messages communicated through a mass medium
to a large number of people”. (Komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).
A. Karakteristik Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki ciri-ciri khusus seperti yang dikatakan
oleh Joseph A. Devito yang dikutip oleh Nurudin dalam ”Pengantar
Komunikasi Massa”, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri
khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya, ciri-cirinya
sebagai berikut :
39
Pertama, Komunikasi pada komunikasi massa melembaga, yakni suatu institusi atau organisasi, oleh karena itu komunikatornya melembaga, mempunyai lebih banyak kebebasan. Kedua, Komunikasi massa berlangsung satu arah. Ketiga, Pesan pada komunikasi massa bersifat umum. Keempat, Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, ciri ini merupakan yang paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Kelima, Komunikasi massa bersifat heterogen, dimana satu sama lain audience tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi.
Pada umumnya memang media massa bersifat seperti diatas
baik media cetak maupun media elektronik. Akan tetapi masyarakat
tidak menyadari bahwa salah satu sifat dari media massa dapat
menimbulkan keserempakan di lingkungan masyarakat.
a. Fungsi dan Efek Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang
menggunakan media massa baik cetak dan elektronik. Penyebaran
informasi komunikasi massa ditujukan guna untuk meratakan
pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan
kegembiraan dalam hidup seseorang. Ada beberapa fungsi komunikasi
massa, yang dilihat dari latar belakang dan tujuan yang berbeda.
Komunikasi yang tujuannya untuk pendidikan dan ada pula yang
tujuannya untuk mempengaruhi khalayak, kepentingan politik,
memberikan hiburan. Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney
(1988) yang dikutip oleh Nurudin dalam buku, “Pengantar Komunikasi
massa” (2007:64) fungsi komunikasi massa adalah; (to inform)
menginformasikan, (to entertain) memberi hiburan, (to persuade)
membujuk, (transmission of the culture), transmisi budaya. Sedangkan
menurut Harold D. Lasswell menyebutkan fungsi komunikasi massa
40
sebagai (surveillance of the environment) fungsi pengawasan,
(correlation of the part of society in responding to the environment )
fungsi korelasi, ( transmission of the social heritage from one generation
to the next) fungsi pewaris sosial.
Sedangkan Efek komunikasi massa menurut Ardianto dan
Komala dalam bukunya Pengantar Komunikasi Massa (2004: 49),
bahwasanya “Komunikasi massa terdiri dari efek media massa yang
berkaitan dengan pesan atau media serta jenis perubahan yang terjadi
pada khalayak yang terdiri atas efek kognitif, afektif dan behavioral.”
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Efek Afektif kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimannya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. Sedangkan Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
Komunikasi massa dalam hal ini media massa memiliki fungsi
mediasi yang dapat berlangsung dalam berbagai bentuk, tergantung
pada tingkat dan bentuk kegiatan, tujuan interaktivitas, dan efektifitas.
Mediasi mengandung banyak manifestasi kegiatan, mulai dari
hubungan langsung antara satu dengan lainnya melalui negoisasi,
sampai dengan pengendalian oleh seseorang terhadap yang lainnya.
variasi manifestasi kegiatan tersebut dapat dipahami dengan
41
memperhatikan citra komunikasi berikut ini yang menunjukkan
berbagai aspek cara media menghubungkan kita dengan
“realitas”.(Dennis Mcquail.1996 : 52)
Media berperan sebagai :
• Jendela, pengalaman yang meluaskan pandangan kita dan
memungkinkan kita mampu memahami apa yang terjadi di
sekitar diri kita, tanpa campur tangan pihak lain atau sikap
memihak.
• Juru bahasa, yang menjelaskan dan memberi makna terhadap
peristiwa atau hal yang terpisah dan kurang jelas.
• Pembawa atau pengantar informasi dan pendapat.
• Jaringan interaktif, yang menghubungkan pengirim dengan
penerima melalui berbagai macam umpan balik.
• Papan penunjuk jalan, yang secara aktif menunjukkan arah,
memberikan bimbingan atau instruksi.
• Penyaring, yang memilih bagian pengalaman yang perlu diberi
perhatian khusus dan menyisihkan aspek pengalaman lainnya,
baik secara sadar dan sistematis maupun tidak.
• Cermin, yang memantulkan citra masyarakat terhadap
masyarakat itu sendiri. Biasanya pantulan citra itu mengalami
perubahan (distorsi) karena adanya penonjolan terhadap segi
yang ingin dilihat oleh para anggota masyarakat, atau seringkali
pula segi yang ingin mereka hakimi atau cela.
42
• Tirai, atau penutup, yang menutupi kebenaran demi pencapai
tujuan propaganda atau pelarian dari suatu kenyataan. (Dennis
Mcquail. 1996 : 43).
Meskipun beberapa citra diatas lahir dari analisis eksternal
terhadap kegiatan media, namun kebanyakan citra itu juga berasal dari
definisi diri pihak media itu sendiri. Pihak media memang sering
menilai dirinya sebagai refleksi masyarakat, yang menampilkan
gambaran masyarakat secara lebih jelas dan memungkinkan unsur-
unsur dalam masyarakat mengekspresikan dirinya ke segenap
anggota masyarakat. Media juga menerima sejumlah tanggung jawab
untuk ikut aktif melibatkan diri dalam interaksi sosial dan kadang kala
menunjukkan arah atau memimpin, serta berperan dalam menciptakan
hubungan dan integrasi. Media sebagai penyaring sudah diakui
masyarakat, karena media seringkali melakukan seleksi dan
penafsiran terhadap suatu masalah yang dianggap membingungkan.
3. Media Massa
Media massa merupakan suatu wadah komunikasi untuk
menyampaikan pesan yang akan dituju. Secara umum, media massa
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Bersifat umum.
2) Sasaran / komunikan bersifat heterogen artinya komunikan
berasal dari berbagai lapisan, latar belakang dan status sosial
yang berlainan.
3) Hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non
pribadi.
43
4) Menimbulkan keserempakan, artinya keserempakan dalam hal
menerima pesan dari komunikator. Bila media cetak agak
kurang menimbulkan keserempakan karena media cetak dibaca
mungkin dalam waktu yang tidak bersamaan, tetapi bila siaran
radio maupun televisi akan menimbulkan dengan cepat karena
radio dan televisi didengar dan dilihat secara bersamaan yang
saat itu mendengarkan radio atau yang menonton televisi.(JB
Wahyudi.1986;42-43).
Media massa sendiri mempunyai pengertian saluran / media yang
dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. (JB
Wahyudi.1986;43). Media massa merupakan alat dalam komunikasi
yang dapat menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada
khalayak yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding
dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang
dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir
seketika pada waktu yang tak terbatas.( Nurudin, M.Si.2007 : 9).
Perlu ditekankan bahwa pengertian media massa disini adalah
media massa yang dihasilkan oleh teknologi modern. Massa dalam arti
kata komunikasi massa lebih mengarah pada penerima pesan yang
berkaitan dengan media massa. Oleh karena itu, massa di sini
menunjukkan kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau
pembaca.
Dalam proses komunikasi massa disamping melibatkan unsur-unsur
komunikasi sebagaimana umumnya, juga membutuhkan peran media
massa sebagai alat/saluran dalam menyampaikan atau menyebarkan
informasi. Media massa itu tidak berdiri sendiri. Didalamnya ada
44
beberapa individu yang bertugas melakukan pengolahan informasi
sebelum informasi itu sampai kepada audience-nya. Mereka yang
bertugas itu sering disebut sebagai gatekeeper.( Nurudin, M.Si.2007; 5).
a. Jurnalistik dan Pers
Jurnalistik berasal dari kata jour (Perancis), yang berarti catatan
atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai
kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pelaporan setiap
hari. Menurut Ensiklopedi Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi
yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau
kehidupan sehari-hari (pada hakekatnya dalam bentuk penerangan,
penafsiran, dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan
sarana-sarana penerbitan yang ada.
Adinegoro dalam buku: “Hukum Komunikasi Jurnalistik,” karya
M. Djen Amar terbitan tahun 1984, mengatakan: Jurnalistik adalah
semacam kepandaian mengarang yang pokoknya memberikan
perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar
luas. Dari kedua tokoh ahli tersebut jurnalistik adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana sebuah informasi dijadikan sesuatu yang
memiliki nilai berita dan dapat disebarkan kepada khalayak luas.
llmu jurnalistik adalah salah satu ilmu terapan (applied science)
dari ilmu komunikasi, yang mempelajari keterampilan seseorang dalam
mencari, mengumpulkan, menyeleksi, dan mengolah informasi yang
mengandung nilai berita menjadi karya jurnalistik, serta menyajikan
kepada khalayak melalui media massa periodic, baik cetak maupun
45
elektronik. Ilmu Jurnalistik dituangkan dalam bentuk karya jurnalistik
yang disajikan kepada khalayak melalui media massa periodic, baik
cetak (surat kabar, majalah, tabloid, dan lain-lain) maupun elektronik
(radio dan Televisi).
Djen Amar menekankan, jurnalistik adalah kegiatan
mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak
seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya (1984:30). Erik Hodgins,
Redaktur Majalah Time, menyatakan, jurnalistik adalah pengiriman
informasi dari sini ke sana dengan benar, saksama, dan cepat, dalam
rangka membela kebenaran dan keadilan berpikir yang selalu dapat
Secara umum, jurnalistik dapat diartikan sebagai teknik
mengolah berita, mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada
menyebarkannya kepada khalayak. Apa saja yang terjadi di dunia,
apakah itu fakta peristiwa atau pendapat yang diucapkan seseorang,
jika diperkirakan menarik perhatian khalayak, bisa dijadikan bahan
berita untuk dapat disebarluaskan kepada masyarakat, dengan
menggunakan sebuah media, seperti yang dikemukakan sumadiria,
dalam bukunya Jurnalistik Indonesia, Berita dan Feature ( Sumadiria,
2005: 3) sebagai berikut:
46
Jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa jurnalistik adalah
sebuah proses pencarian berita sampai berita tersebut disebarluaskan
kepada khalayak dengan menggunakan sebuah media berkala.
Suhandang dalam buku Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi,
Produk dan Kode Etik, (2004:21) memberikan pengertian jurnalistik
sebagai berikut:
Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah,menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya.
Sedangkan hubungan antara jurnalistik dengan pers adalah
pers merupakan suatu lembaga kemasyarakatan yang menjalankan
kegiatan jurnalistik. Dapat dikatakan bahwa pers adalah media khusus
untuk digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya
jurnalistik kepada khalayak. Hubungan antara pers dengan jurnalistik
seperti yang dikemukakan oleh Suhandang dalam buku Pengantar
Jurnalistik, seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik (2004 : 39)
Secara luas, pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan (institusi) yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan dan penerangan tadi dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan hati nurani manusia selaku makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian pula para ahli filsafat menyatakan, karya pers sebagai
suatu kegiatan pemberitahuan tentang apa-apa yang diharapkan
47
umum kepada umum. Menurut mereka, karya pers adalah melayani
umum dalam memberikan kenyataan-kenyataan yang seharusnya
diperoleh rakyat, sebab kenyataan-kenyataan itulah yang akan
memberikan kemerdekaan kepada rakyat.
Maka dari itu pers dan jurnalistik merupakan dwitunggal. Artinya
pers tidak mungkin bisa beroperasi tanpa jurnalistik. Sebaliknya,
jurnalistik tidak akan mungkin mewujudkan suatu karya bernama berita
tanpa adanya pers. Secara luas pers dan jurnalistik merupakan suatu
kesatuan (institusi) yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi,
hiburan, keterangan, dan penerangan. Kesatuan yang dimaksud
merupakan unit kerja dari seluruh komponen yang bersangkutan dalam
bidang penyiaran, jadi merupakan suatu organisasi penyiaran yang
meliputi unsur- unsur manusia, biaya, bahan-bahan, logistik, mesin-
mesin, metode kerja dan pemasaran hasil karyanya.
4. Fotografi
Menurut Yurnaldi (1992:87), foto adalah puisi tanpa kata-kata,
sarana komunikasi tercepat yang efektif dan efisien. Fotografi berasal
dari dua kata yaitu “ photos” dan “graphoo”. Dalam bahasa Yunani ,
photos berarti cahaya dan graphoo berarti menulis atau melukis,
sehingga “fotografi” dapat diartikan sebagai “melukis dengan cahaya.”
Sebagai istilah, fotografi secara umum merupakan kegiatan pembuatan
gambar dengan lensa film yang peka cahaya. Film yang dimaksud
adalah sebuah plastik yang tembus cahaya yang dilapisi dengan emulsi
garam perak halida (Priatna, 2007:1).
48
Pada dasarnya, fotografi merupakan karya seni. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, fotografi adalah karya seni dan proses
pengambilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang
dipekakan. Dalam hal ini tampak adanya persamaan fotografi dan seni
lukis. Perbedaanya terletak pada media yang digunakan oleh kedua
teknik tersebut. Seni lukis menggunakan kuas, cat, dan kanvas,
sedangkan fotografi menggunakan cahaya (melalui kamera) untuk
menghasilkan suatu karya. Giwanda dalam bukunya Panduan Praktis
Belajar Fotografi (2001 :2), menyebutkan :
Tanpa adanya cahaya, karya seni fotografi tidak akan tercipta. Selain cahaya, film yang diletakan di dalam kamera yang kedap cahaya memberikan konstribusi yang cukup besar. Sebuah karya seni akan tercipta jika film terekspos oleh cahaya. Pengertian sederahana ini juga dikemukakan oleh John Hedgecoe
dalam bukunya yang berjudul John Hedgecoe’s Complate Guide to
Photography; A Step-by-Step Course from The World’s Best- Selling
Photographer. Ia mengatakan bahwa, “The words ‘photography’ means
drawing with light..” (Hedgecoe, 1990 : 6). Karenanya, kegiatan fotografi
dengan berbagai teknik hanya dapat dilakukan ketika ada cahaya.
Tanpa cahaya, tidak mungkin dapat dihasilkan sebuah foto.
Apabila memahami sifat cahaya, kita dapat lebih mudah memahami
teknik-teknik dalam fotografi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjojo
(2010), pada dasarnya fotografi adalah kegiatan merekam dan
memanipulasi cahaya untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan.
Fotografi dapat dikategorikan sebagai teknik dan seni. Fotografi sebagai
teknik adalah mengetahui cara-cara memotret dengan benar,
49
mengetahui cara-cara mengatur pencahayaan, mengetahui cara-cara
pengolaan gambar yang benar, dan semua yang berkaitan dengan
fotografi sendiri. Sedangkan fotografi sebagai seni mengandung nilai
estetika yang mencerminkan pikiran dan perasaan dari fotografer yang
ingin menyampaikan pesannya melalui gambar atau foto (Sudjojo, 2010:
vi).
A. Teknik Foto Jurnalistik
Komposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada
bidang gambar objek menjadi pusat perhatian (POI = Point of
Interest). Dengan mengstur komposisi foto kita juga dapat dan akan
membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan
objek.
Berbicara komposisi maka akan selalu terkait dengan
kepekaan dan “rasa” (sense). Untuk itu sangat diperlukan upaya
untuk melatih kepekaan kita agar dapat memotret dengan komposisi
yang baik.
Menurut Feri Thomas dalam artikelnya Teknik Fotografi
Komposisi Didalam Nature Fotografi, ada beberapa cara yang dapat
dipakai untuk menghasilkan komposisi yang baik, daintaranya:
a. Sepertiga Bagian (Rule of Thirds)
Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan
objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat
berbeda dengan yang umum lakukan, di mana kita selalu
menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto.
50
b. Sudut Pemotretan (Angle of View)
Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto
adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan :
b.1. Bird eye viewing Adalah suatu teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan posisi kamera di atas ketinggian objek terlihat rendah, pendek dan kecil. Kesannya seperti kecil/hina terhadap objek. Manfaatnya seperti untuk menyajikan suatu lokasi atau landscape. Hasil teknik ini memperlihatkan lingkungan yang demikian luas dengan benda-benda lain yang nampak di bawah begitu kecil dan berserakan tanpa makna. Sudut pengambilan gambar ini misalnya dilakukan dari halikopter atau gedung bertingkat tinggi. Tujuan pengambilan gambar ini untuk memperlihatkan obyek-obyek yang lemah tidak berdaya.
b.2. High handheld posision
Pemotretan dengan cara mengangkat kamera setinggi-tinggi dengan kedua tangan dan tanpa membidik. Selama kamera diatas obyek maka sudah dianggap high angel. Kesan yang ditimbulkan dari pengambilan gambar ini adalah kesan lemah, tak berdaya, kesendirian, dan kesan lain yang mengandung konotasi dilemahkan atau dikerdilkan. High angel cocok digunakan dalam pengambilan gambar para buruh yang sedang berdemo dan berkerumun di depan gedung DPR.
b.3. Low angel camera Pemotretan dilakukan dari bawah. Kesan efek ini adalah menimbulkan sosok pribadi yang besar, tinggi, kokoh dan berwibawa, juga angkuh.
b.4. Eye level viewing Adalah teknik pemotretan yang sejajar dengan objek posisi kamera dan objek lurus sejajar sehingga gambar yang diperoleh tidak ke atas atau ke bawah. Sudut pengambilan gambar semacam ini standart dilakukan fotografer. Tidak menimbulkan efek-efek khusus yang terlihat menonjol, kecuali efek-efek yang timbul oleh penggunaan lensa tertentu, seperti menggunakan lensa sudut lebar, mata ikan, tele, dan sebagainya karena umumnya sejajar dengan objek.
51
b.5. Frog eye viewing Adalah teknik pemotretan sebatas mata katak, angle ini digunakan pada foto peperangan, fauna dan flora. Dengan teknik ini dihasilkan satu pemandangan objek yang besar terkadang mengerikan dan bisa juga penuh misteri. Yang jelas sudut pengambilan ini mempunyai kesan dramatis untuk memperlihatkan suatu pandangan yang aneh, ganjil, kebesaran atau sesuatu yang menarik tapi diambil dengan variasi tidak biasanya.
b.6. Waist level viewing Pemotretan sebatas pinggang. Sudut pengambilan seperti ini sering digunakan untuk foto-foto candid (diam-diam, tidak diketahui subjek foto), tapi pengambilan foto seperti ini adalah spekulatif.
c. Frame size
Setelah menguasai camera angel berikutnya frame size yang
menjadi kekuatan gambar :
c.1. Extream close-up Ukuran : Sangat dekat, misalnya, hidungnya, matanya, telinga saja. Makna : Menunjukan detail objek.
c.2. Big Close-up
Ukuran :Dari batas kepala hingga dagu objek. Makna :Menampilkan ekspresi pada objek.
c.3. Close-up
Ukuran : Dari batas kepala sampai leher bagian bawah.
Makna : Memberi gambaran objek secara jelas.
c.4. Middle Close up Ukuran : Dari batas kepala hingga dada atas Makna : Menegaskan profil seseorang
c.5. Mid Shot
Ukuran : Dari batas kepala sampai pinggang
Makna : Memperlihatkan seseorang dengan Sosoknya.
52
c.6. Knee Shot Ukuran : Dari batas kepala hingga lutut. Makna : Memperlihatkan sosok objek.
c.7. Full Shot
Ukuran : Dari batas kepala hingga kaki. Makna : Memperlihatkan objek dengan lingkungan.
c.8. Long Shot
Ukuran : Objek penuh dengan latas belakangnya. Makna : Memperlihatkan objek dengan latar belakangnya.
B. Komposisi pola garis Diagonal, Horizontal, Vertikal, Curve.
Didalam pemotretan Naure, pola garis juga menjadi salah satu unsur
yang dapat memperkuat objek foto. Elemen-elemen yang membentuk pola
garis ini sebaiknya diletakan di sepertiga bagian bidang foto. Pola garis ini
dapat membuat komposisi foto menjadi lebih seimbang dinamis dan tidak
kaku. Menurut Ross Collins (2012) dalam tutorial foto jurnalistiknya di situs
www.ndsu.edu, komposisi menyangkut hal yang bersifat visual sehingga perlu
untuk memperhatikan visual tools yang terdiri dari line (garis), shape (bentuk),
tone (gelap-terang), texture (tekstur) dan color (warna). Selain itu, Collins
(2012) juga berpandangan bahwa terdapat lima alat untuk mendapatkan
komposisi yakni ;
a. Contrast (kontras) Sesuatu yang kontras memberikan keragaman dalam sebuah foto. Foto kontras dapat diciptakan dengan memanfaatkan bentuk, warna, mood, dan ekspresi untuk menarik perhatian orang yang melihatnya.
b. Repetition (Pengulangan) Irama dan pengulangan menekankan pada pola yang berulang untuk menarik perhatian orang yang melihat foto kerena mampu membentuk komposisi yang menarik.
c. Dominance (Dominasi) Pemilihan fokus perhatian pada objek yang menonjol atau dominan dalam sebuah scene foto akan menghasilkan komposisi yang menarik. Dominasi objek yang menonjol tersebut tidak harus terlihat memenuhi sebagian besar bidang gambar, yang penting mampu memberikan kesan visual yang kuat.
d. Balance (keseimbangan) Keseimbangan dapat bermakna simetris atau bahkan asimetris, kebanyakan foto, secara simetris tidak seimbang, tetapi secara visual memberikan bobot yang seimbang.
e. Unity (Kesatuan) Kesatuan dalam sebuah foto dapat membentuk komposisi tersendiri dan terlihat jelas dalam keseluruhan gambar.
C. Background (BG) dan Foreground (FG)
Latar belakang dan latar depan dalah benda-benda yang berada di
belakang atau di depan objek inti dari suatu foto. Idealnya, BG (Background)
dan FG (Foreground) ini merupakan pendukung untuk memperkuat kesan
dan fokus perhatian mata kepada objek. Hal lain yang dapat menunjang
komposisi dan dapat membangun point of interest yaitu oleh pemilihan warna,
dalam hal ini warna-warna primer seperti merah dan biru, yang dapat
langsung menarik perhatian mata kita agar terfokus pada gambar.
D. Fokus
Adalah kegiatan mengatur ketajaman objek foto yang telah dijadikan
point of interest pada saat komposisi. Dilakukan dengan cara memutar ring
fokus pada lensa sehingga terlihat pada kaca pembidik, objek yang tadinya
tidak tajam dan tidak jelas, menjadi fokus dan tajam serta jelas bentuk dan
tampilannya. Misalnya jarak sekian maka sesuaikan jarak objek tersebut
dengan angka pada lensa.
54
E. Kecepatan (Speed)
Adalah gerakan tirai yang membuka-menutup sesuai angka yang
dipilih pada tombol kecepatan. jika angka kecepatan besar atau di atas 1/60
detik maka tirai akan membuka- menutup cepat sehingga cahaya yang masuk
ke kamera sedikit. Sebaliknya, jika angka yang dipilih kecil atau di bawah 1/60
detik maka tirai akan membuka-menutup lambat dan cahaya yang masuk ke
dalam kamera menjadi banyak. Kecepatan ini dimulai angka 1/1 detik sampai
1/4000 bahkan 1/8000. Makin besar kecepatan (ditunjukan dengan angka
yang besar), makin sedikit cahaya yang masuk. Makin kecil kecepatan
(ditunjukan dengan angka yang kecil), makin lama cahaya yang masuk ke
dalam kamera.
F. Diafragma (Aperture)
Diafragma di ibaratkan sebagai bola mata manusia. jika bola mata
membesar, berarti cahaya yang masuk semakin banyak sedangkan jika bola
mata mengecil maka cahaya yang masuk sedikit. Teori diafragma yaitu,
“makin besar diafragma (ditunjukan dengan angka yang kecil), makin banyak
cahaya yang bisa lolos ke dalam kamera. Sebaliknya “makin kecil
diafragma(ditunjukan dengan angka yang besar) maka makin sedikit cahaya
yang bisa lolos ke dalam kamera. Angka diafragma yaitu f/1,2- 1,4, -1,8,- 2,-
2,8,3,5,- 4,- 5,6- 8,-11,-16,- 22,- 32,- 46.
55
5. Fotografi Jurnalistik
Foto dapat disebut foto jurnalistik jika foto tersebut
mengungkapkan dan melaporkan semua aspek dari suatu kenyataan
dengan menyiratkan rumus 5W+1H. Dalam dunia media massa cetak
foto jurnalistik sangat penting. Foto membuat nuansa segar halaman
surat kabar. Pembaca menjadi tertarik dengan kemasan yang indah di
pandang mata. Keberadaan foto pada surat kabar menjadi pemisah
antara dua berita agar tidak menonton. Sebuah foto jurnalistik juga
berfungsi sebagai headline (judul berita).
Ahmad DS (1996:124) dkutip oleh Rita Gani dalam bukunya
Jurnalistik Foto, Suatu Pengantar (2013: 46) mengatakan:
“yang termasuk headline adalah berita yang amat menarik, memikat, dan menimbulkan rangsangan pembaca untuk membacanya sampai habis”.
Selain menarik, headline hendaknya memenuhi syarat sebagai
berita yang penting, bahkan terpenting. Dengan demikian foto-foto
yang menyertai headline sebuah surat kabar pada umumnya termasuk
pada foto jurnalistik. Menurut wijaya (2011: 10) yang dimaksud
fotografi jurnalistik adalah foto yang bernilai berita atau foto yang
menarik bagi pembaca tertentu,dan informasi tersebut disampaikan
kepada masyarakat sesingkat mungkin. Definisi ini menjelaskan bahwa
ada pesan tertentu yang terdapat dalam foto tersebut sehingga layak
untuk disiarkan kepada masyarakat. Sedangkan Kobre (1991:viii)
mengatakan bahwa :
56
“Photojournalism report with camera. Their job si to search out the news pand report it in visual form. Today’s news photographers must combine the skills of an investigative reporter and determination of a beat report with the flair of feature writer. Photojurnalism are visual reporters who interpret the news with cameras rather than pencil”.
Definisi ini menjelaskan bahwa sebuah foto jurnalistik merupakan
laporan yang mempergunakan kamera untuk menghasilkan bentuk
visual. Seorang jurnalis foto hendaklah mampu menggabungkan
antara keahlian membuat laporan investigasi dan membedakannya
dengan penulisan feature, Kobre menegaskan bahwa foto jurnalistik
adalah pelaporan visual yang menginterpretasikan berita lebih baik
dibanding tulisan.
Ada delapan karakter foto jurnalistik yang menurut Frank P. Hoy,
dari Sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite,
Universitas Arizona, dalam bukunya yang berjudul Photojournalism The
Visual Approach, adalah sebagai berikut :
Pertama, Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (Comunication Photography), komunikasi yang dilakukan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi. Kedua, Medium foto jurnalistik adalah media cetak koran atau majalah, dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire service). Ketiga, Kegiatan Foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita. Keempat, Foto jurnalistik adalah panduan dari foto dan teks foto. Kelima, Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek, sekaligus pembaca foto jurnalistik. Keenam, Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audience). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam. Ketujuh, Foto jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto. Kedelapan, Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak memenuhi kebutuhan informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press).
57
Foto jurnalistik menghentikan waktu memberi kita gambaran
nyata bagaimana waktu membentuk sejarah. Karena sifat dasarnya
yang dokumentatif, foto jurnalistik mampu membuat masyarakat
melihat kembali rekaman imaji atas apa yang telah mereka lakukan
pada masa lalu. Foto jurnalistik membantu masyarakat memahami
lingkungan dan diri mereka sendiri, termasuk mengidentifikasi segala
sesuatu yang harus diwaspadai. Roland Bartes dalam “Camera
Lucida” yang dikutip Wijaya dalam bukunya Foto Jurnalistik (2014:16)
mengatakan :
“Fotografi tidak perlu memberitahukan apa yang sudah tidak ada, tapi
hanya apa yang pernah berlangsung.”
Mary Warner Marien dalam bukunya, Photography and Its Critics,
menyatakan bahwa efek fotografi yang membuatnya dipuji bukanlah
visual, tapi sosial. Oscar Matuloh, pendiri Galeri Foto Jurnalistik Antara
mengutip Wilson Hick, mantan redaktur foto LIFE dari buku Words and
Picture yang menjelaskan bahwa foto juranalistik adalah media
komunikasi yang menggabungkan elemen verbal dan visual. Elemen
verbal yang berupa kata-kata disebut caption. Caption berfungsi
melengkapi informasi sebuah gambar karena sebuah foto tanpa
keterangan dapat kehilangan makna.
a. Kategori Foto Jurnalistik
Ada dua kategori foto jurnalistik. Yaitu foto tunggal (feature) dan
foto esai. Foto esai mempunyai sifat yang sama dengan esai tulisan, yaitu
mengandung opini dari sudut pandang. Namun dalam praktiknya,
58
mempunyai kekhasan karena esai foto di samping terdiri atas tulisan , juga
terdiri atas foto yang merupakan elemen utama, sementara tulisan yang
menyertainya hanya pelengkap sifatnya. Maka konsekuensinya, maka foto
harus mampu menggantikan kata-kata, sementara hal-hal yang tidak bisa
digambarkan oleh foto, terungkap sebagai naskah (Prasetya, 1996: 52).
Foto esai juga merupakan bagian dari foto jurnalistik, yaitu foto-foto
yang terdiri atas lebih dari satu foto, tetapi temanya satu. Pada hakikatnya
esai foto merupakan gabungan dari satu foto berita dan foto feature. Foto
berita adalah foto yang dibuat tanpa bisa direncanakan sebelumnya, dan
yang paling penting terikat aktualitas. Sementara, foto feature dapat
direncanakan, dapat dibuat dan dipublikasikan kapan saja tanpa terikat
waktu. Foto feature biasanya merupakan foto tentang kehidupan
masyarakat khas di suatu daerah. Seperti foto masyarakat baduy, suku
dayak dan suku pendalaman lainnya. Gabungan foto berita dan foto
feature inilah yang membuat foto esai menjadi ‘utuh’ dan mempunyai ‘alur’
yang sesuai dengan keinginan pembuatannya (Arbain Rambey /Kartono
Riyad, 1994).
Dari penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa foto esai adalah
foto-foto yang terdiri atas lebih dari satu foto dan mempunyai ‘alur’,
temanya satu dan merupakan elemen utama atau dapat dibilang
merupakan gabungan foto berita dan foto feature, sementara tulisan yang
menyertai hanya pelengkap atau penjelasan dari foto-foto tersebut.
b. Unsur Pendukung Nilai Foto Jurnalistik
Menurut Ed Zoelverdi, Mat Kodaknya Indonesia yang dikutib
Yurnaldi dalam buku Jurnalistik Siap Pakai (1992: 93) mengatakan:
59
“Kalau Anda melihat obyek sama dengan orang kebanyakan, berarti Anda tidak melihat apa-apa”.
Jelas seorang wartawan foto tidak saja dituntut menguasai alat-alat
fotografi, tetapi juga harus jeli mencari dan mendapatkan objek, peka
terhadap lingkungan dan isu berita. Dalam konsep dasar penulisan berita,
layak atau tidaknya sebuah peristiwa untuk diberitakan sangat bergantung
pada nilai berita. Banyak versi nilai berita yang pada umumnya yang
menjadi bagian dari pemberitaan tersebut. Aktualitas merupakan nilai
kekinian yang senantiasa ada pada foto jurnalistik. Foto hendaknya
berhubungan dengan berita yang menjadi headline pada hari itu. Kejadian
luar biasa juga kerap menghiasai halaman pertama surat kabar.
Sumadiria (2005: 80) menjelaskan bahwa setidaknya ada sebelas
unsur yang termasuk pada nilai berita pada foto jurnalistik antara lain:
1. Keluarbiasaan (Unusualness)
Unsur ini terkait dengan hal-hal yang tidak biasa, aneh atau unik.
Biasanya hal ini bisa menggugah minat pembaca dan menarik
perhatian banyak orang. Suhadang (2004:142) menjelaskan bahwa
cerita baru, mode baru, produksi baru, kejadian yang aneh dan luar
biasa akan menarik perhatian orang banyak. Yang perlu
diperhatikan disini adalah semakin besar suatu peristiwa, semakin
besar pula nilai berita yang ditimbulkan (Sumadiria, 2005 : 81).
2. Kebaruan (Newsness)
Setiap hari headline berita berganti, begitupun foto yang
menyertainya. Menurut Wijaya (2011:12), hal ini disebabkan oleh
pembaca perlu mengetahui hal yang baru untuk memahami
perubahan keadaan sehingga bisa menyesuaikan diri.
3. Akibat (Impact)
Unsur ini sangat terkait dengan akibat dari pemberitaan karena
pada dasarnya berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas.
Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi dan politik yang
60
ditimbulkannya, semakin besar nilai berita yang dikandungnya.
(Sumadiria, 2005:82).
4. Aktual (Timeliness)
Konsep aktualitas ini bisa dalam artian sedang terjadi atau baru
terjadi. Aktualitas menunjuk pada sifat berita yang disiarkan
berkaitan dengan waktu penyebaran berita dan terjadinya peristiwa
U. De Volder (dalam Susanto, 1976:76) mengatakan bahwa
suatu peristiwa akan memiliki nilai aktual bila:
a. Sedang terjadi
b. Jarang terjadi
c. Mempunyai hubungan “dekat” antara komunikator dan
komunikannya
d. Menarik perhatian
5. Kedekatan (Proximity)
Istilah ini menjadi menarik bila disampaikan melalui foto karena
dengan melihat foto yang disampaikan melalui sebuah foto karena
dengan melihat foto yang ditampilkan akan membantu pembaca
untuk “mengingat” Sumadiria (2005: 84) membagi proximity
berdasarkan unsur geografis dan psikologis.
6. Informasi (Information)
Setiap berita selalu mengandung informasi, namun tidak semua
informasi memiliki nilai berita. Berita yang dimuat di surat kabar
biasanya sudah melalui proses penyaringan, termasuk foto. Foto
yang tidak masuk kategori headline bisa juga dimuat di surat kabar
dalam rubrik yang berbeda.
7. Konflik (Conflict)
Berita tentang konflik atau pertentangan selalu menarik untuk
dimuat di surat kabar. Sumadiria (2005: 87) menegaskan bahwa
ada atau tidak ada pemihakan, konflik akan cenderung berjalan
terus sebab konflik senantiasa imanen (menyatu) dengan dinamika
kehidupan. Foto seputar konflik memiliki nilai berita untuk
menegaskan apa yang diberitakan.
61
8. Orang penting (Prominence)
Unsur ini berkaitan dengan publik figur, selebritas dan pesohor.
Apapun yang dilakukan oleh mereka selalu menarik unutk
dikabarkan kepada masyarakat. Hal ini mengacu pada foto
eksklusif.
9. Ketertarikan (Human interest)
Nilai berita ini sarat dengan muatan manusia, ada juga yang
menyebutnya dengan kekhasan/unik. Foto yang temasuk kategori
human interest harus bisa menggugah rasa manusiawi orang yang
melihatnya, contoh foto feature yang bisa membuat dampak
psikologis.
10. Kejutan (Suprising)
Nilai berita ini merupakan sesuatu yang tidak terduga, tiba-tiba dan
tidak direncanakan. Menurut Sumadiria kejutan bisa menunjuk
pada ucapan dan perbuatan manusia. Sifatnya bisa menyenangkan
atau menyedihkan. Contohnya foto Gayus Tambunan di Bali oleh
jurnalis foto Kompas.
11. Sexs (Sex)
Unsur ini menyangkut dengan paparazzi menurut Sugiarto
(2005:15) paparazzi adalah mereka yang membuat foto semata
untuk mengahsilkan uang sehingga memberikan nilai negatif. Foto-
foto yang dihasilkan bersifat sensasional yang berdasarkan
kehidupan pribadi orang terkenal.
c. Fungsi Foto Jurnalistik
Secara umum, fungsi foto Jurnalistik di media cetak sejalan dengan
fungsi pers, seperti yang disampaikan oleh Effendy (1993:93), yaitu untuk
menyiarkan informasi, mendidik, menghibur, dan memengaruhi,
sedangkan menurut Thomas Elliot Berry dalam bukunya Journalism In
America an Introduction to The News Media menjelaskan lima fungsi
dasar sebuah foto jurnalistik dalam sebuah surat kabar, yaitu ;
62
1. To communicate the news, yaitu untuk mengkomunikasikan
berita.foto seringkali memiliki arti yang sangat penting dalam
penyampaian berita secara keseluruhan.
2. To generate interest, yaitu untuk menimbulkan minat. Sepintas
yang pertama kali terlihat dan diperhatikan oleh pembaca sebelum
membaca headline berita.
3. To give another dimension to a news worthy figure, untuk
menonjolkan dimensi lain dari orang yang diberitakan.
4. To make a brief but important announcement, untuk menyingkat
berita tanpa mengurangi arti dari berita.
5. To make a page attractive, yakni penghias halaman media cetak
sehingga menciptakan ciri tersendiri dari sebuah media cetak.
d. Jenis Foto Jurnalistik
Dalam bukunya yang berjudul Business of Photojournalism, A.E
Loosley (1971) mengategorikan jenis foto jurnalistik berdasarkan:
1. Nilai kepentingannya
a. Foto hard news adalah foto jurnalistik yang sangat penting,
memiliki nilai aktualitas tinggi. Foto seperti ini biasanya dimuat di
halaman utama atau rubrik utama majalah berita.
b. Foto soft news adalah foto jurnalistik yang kurang begitu penting,
namun baik untuk dimuat.
c. Filter news adalah foto jurnalistik yang berfungsi sebagai selingan
atau pengisi halaman. Bila tidak memungkinkan, foto ini bisa juga
tidak dimuat.
2. Penyajiannya
a. Spot news atau foto berita adalah sebuah karya foto yang
merekam kejadian atau peristiwa sesaat dengan waktu yang
singkat dan tidak berulang. Biasanya berupa foto tunggal yang
berdiri sendiri.
b. Photo essay atau foto esai adalah serangkaian foto yang
menggambarkan berbagai aspek dari suatu masalah yang dikupas
secara mendalam.
63
c. Photo sequence adalah serangkaian foto yang menyajikan suatu
kejadian secara mendetail, beruntun, dan kronologis, kejadian atau
peristiwa itu terjadi dalam selisih waktu yang amat singkat.
d. Feature photograph adalah sebuah foto jurnalistik yang
menyangkut kehidupan sehari-hari, namun mengandung segi
kemanusiaan yang menarik (Loosley, 1974: 62).
Sedangkan World Press Photo Foundation atau Badan Foto Jurnalistik
Dunia yang merupakan organisasi profit yang independen, mengategorikan
foto jurnalistik (Alwi, 2004:7) yaitu :
1. Foto Berita (Spot News)
Foto yang dibuat dari peristiwa tidak terduga yang diambil oleh si
fotografer langsung dari tempat kejadian seperti: peristiwa
kecelakaan, kebakaran, perkelahian, bencana dll.
2. Berita Umum (General News)
Foto peristiwa yang terjadwal, rutin, dan biasa. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh sebuah instansi pemerintahan, institusi
pendidikan.
3. Manusia dalam berita (People in the News)
Foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Alwi
(2004: 8) menjelaskan bahwa tokohnya bisa orang populer atau
orang yang tidak populer tetapi menjadi populer. Seperti kampanye
presiden, kegiatan selebritas dll
4. Kehidupan sehari-hari (Daily life)
Foto ini memuat mengenai kehidupan manusia sehari-hari
dipandang dari segi manusiawinya (human interest/foto feature)
tujuan foto ini untuk meghibur para pembaca surat kabar, majalah
berita politik, ekonomi serta berita bencana alam dan kekerasan.
5. Potret
Foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up,
mementingkan karakter dari objek yang difoto. Unsur utama yang
diperhatikan dalam foto ini adalah kekhasan (ekspresi).
64
6. Olahraga (Sport Action)
Foto yang dibuat dari peristiwa olahraga, menampilkan gerakan
dan ekspressi atlet dan hal lain yang menyangkut olahraga.
7. Foto Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Science and Technology
Photo)
Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada
kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya foto
penemuan mikro chip komputer baru, foto proses pengkloningan
domba, dan sebagainya.
8. Seni dan Budaya (Art and Culture Photo)
Foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya. Misalnya,
pertunjukan Iwan Fals di panggung, kegiatan artis di belakang
panggung, dan sebagainya.
9. Lingkungan Sosial (Social and Environtment)
Foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan
hidupnya. Contoh : foto penduduk di sekitar Kali Manggarai yang
sedang mencuci piring dll.
6. Media Cetak
Media massa cetak atau surat kabar atau yang disebut juga koran
adalah suatu bentuk media yang mengutamakan fungsinya sebagai
media yang dapat menyampaikan informasi. Maka media cetak terdiri dari
lembaran dengan sejumlah kata, gambar,atau kolom dalam tata warna
dan halaman putih, dengan fungsi utama untuk meberikan informasi atau
menghibur. Media cetak dapat juga digunakan sebagai dokumen atas
segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang
ditangkap oleh jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto,
dan sebagainya. Disusun dengan susunan rublik yang sudah disesuaikan
dengan temanya (Mc Quail, 2007: 150).
65
7. Surat Kabar
Surat kabar adalah media komunikasi yang berisikan informasi
aktual dari berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial,
kriminalitas, budaya, seni, olahraga, luar negeri, dalam negeri dan
sebagainya. Surat kabar lebih menitikberatkan pada penyebaran
informasi (fakta ataupun peristiwa) agar diketahui. Kelebihan surat
kabar antara lain mampu menyajikan informasi atau berita secara
komperhensif, bisa dibawa ke mana-mana, bisa didokumentasikan,
bisa dibaca berulang-ulang, dan mudah diperoleh jika diperlukan.
Berdasarkan ukurannya, ada surat kabar yang terbit dalam
bentuk plano dan ada pula yang terbit dalam bentuk tabloid.
Sementara dari segi isinya, dapat dibedakan atas dua macam:
pertama, surat kabar yang sifatnya umum, kedua surat kabar yang
sifatnya khusus artinya isinya memiliki ciri khas tertentu dan memiliki
pembaca tertentu pula. Misalnya surat kabar pedesaan surat kabar
untuk wanita, dan sejenisnya.
Menurut Agee, yang dikutib oleh Indah Suryawati dalam
bukunya Jurnalistik Suatu pengantar, Teori dan Praktik (2011: 41)
adalah surat kabar sebagai salah satu medium jurnalistik mengemban
fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer surat kabar terdiri
dari tiga yaitu ;
a. Menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang
apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara, dan dunia.
b. Mengomentari berita yang disampaikan dan
mengembangkannya kedalam fokus berita.
66
c. Menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang
membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di
media.
Sedangkan fungsi sekunder surat kabar terdiri atas :
a. Mengkampanyekan proyek-proyek yang bersifat
kemasyarakatan yang diperlukan sekali untuk membantu
kondisi-kondisi tertentu.
b. Memeberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita
komik, kartun, dan cerita-cerita khusus.
c. Melayani pembaca sebagai konselor yang ramah; dan
d. Menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak.
A. Karakteristik Surat Kabar
Surat kabar atau koran merupakan media massa cetak yang
paling tua dibandingan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah
telah mencatat keberadaam surat kabar atau koran dimulai sejak
ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg di Jerman
(Elvinaro,2007:105). Karakteristik surat kabar sebagai media massa
mencakup; publisitas, perioderisasi, universalitas, aktualitas dan
terdokumentasikan.
1. Publisitas
Publisitas atau publicity adalah penyebaran pada publik atau
khalayak (Effendy,1998:98). Salah satu karakteristik komunikasi
massa adalah pesan dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya
khalayak yang tersebar di berbagai tempat, karena pesan
tersebut penting untuk diketahui umum, atau menarik bagi
khalayak pada umumnya. Dengan demikian semua aktivitas
67
manusia yang menyangkut kepentingan umum dan atau
menarik untuk umum adalah layak untuk disebarluaskan.
2. Perioderitas
Perioderitas merujuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian,
mingguan, atau dwi mingguan. Sifat ini sangat penting dimiliki
media massa cetak khususnya koran atau surat kabar. Setiap
hari manusia membutuhkan informasi, bagi penerbit surat kabar
selama ada dan dan tenaga terampil tidak sulit menerbitkan
surat kabar periodik.
3. Universalitas
Universalitas merujuk pada kemestaan isinya, yang beraneka
ragam dan dari seluruh dunia. Dengan demikian atau isi surat
kabar atau koran meliputi seluruh aspek kehidupan manusia,
seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan,
keamanan dan lain-lain. Selain itu, lingkup kegiatannya bersifat
lokal, regional, nasional bahkan internasional. Apabila ada
penerbit surat kabar atau koran yang hanya memuat atau berisi
salah satu aspek saja, maka penerbitan tersebut tidak dapat
dikategorikan sebagai surat kabar atau koran.
4. Aktualitas
Aktualitas, menurut kata asalnya, berarti “kini” dan “keadaan
sebenarnya” (Effendy,1981:99). Kedua istilah tersebut erat
kaitannya dengan berita, karena definisi berita adalah laporan
tercepat mengenai fakta-fakta atau opini yang penting atau
menarik minat, atau kedua-duanya bagi sejumlah besar orang
(news is the timely report of facts or opinion of either interest or
immportance, or both, to a considerable number of people)
(Charnley, 1965: 34).
68
5. Terdokumentasikan
Dari berbagai fakta yang disajikan dalam surat kabar atau koran
dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa
diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting
untuk diarsipkan atau dibuat kliping. Misalnya karena berita
tersebut berkaitan dengan instansinya, atau artikel itu
bermanfaat untuk menambah pengetahuannya.
8. Pengertian Rubrik
Menurut R. Masri Sareb Putra dalam bukunya Teknik Menulis
Berita dan Feature (2006 : 98) rubrik berasal dari kata “rubrikasi”, kata
ini digunakan setelah Gutenberg menemukan mesin cetak, pada
massa itu buku dicetak dengan massal dan berukuran tebal. Untuk
menandai buku satu dengan buku lain, disekat dengan pita warna
merah. Dalam bahasa latin, merah berarti ruber. Rubrik adalah sebuah
kolom khusus yang lebih spesifik dalam memuat berita. Dalam media
massa lazimnya rubrik dibagi berdasarkan desk ke dalam bidang
tertentu. Sesuai pohon ilmu dan kebutuhan dalam media bersangkutan
Menurut Harimurti Kridalaksana, rubrik adalah “Pers: kelompok
karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau
tema tertentu. Menurut Onong Uchjana Effendy rubrik merupakan
istilah belanda yang berarti ruangan pada surat kabar, majalah, atau
media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam
kehidupan masyarakat, misalnya rubrik wanita, rubrik olahraga, rubrik
pendapat, rubrik pembaca, dan sebagainya.
69
Selain itu menurut Asep Syamsul M. Romli dalam bukunya
yang berjudul “Kamus Jurnalistik, daftar istilah penting, jurnalistik cetak,
radio dan televisi”. (2008: 113) mengatakan rubrik adalah alokasi
halaman untuk memuat tulisan-tulisan tertentu yang setema. Nama
halaman sebagai identitas bahwa halaman tersebut berisikan tulisan-
tulisan bertema khusus, misalnya rubrik ekonomi berarti isinya berita-
berita atau tulisan tentang ekonomi.
9. Semiotika Dan Komunikasi
Komunikasi dan tanda tidak bisa dipisahkan. Theodorson dan
Theodorson memberikan suatu definisi yang menekankan pada
penggunaan tanda atau simbol-simbol dalam komunikasi. Menurut
mereka komunikasi adalah “Transisi dari informasi, ide, perilaku atau
emosi dari satu individu atau kelompok kepada lainya terutama melalui
simbol”. Definisi ini mengatakan bahwa komunikasi menekankan pada
pengiriman pesan. Moss dan Tubbs berpendapat bahwa yang membuat
komunikasi manusia menjadi unik adalah kemampuannya yang istimewa
untuk menciptakan dan menggunakan lambang-lambang.
Dedy Mulyana berpendapat bahwa komunikasi merupakan proses
transaksi, menganggap komunikator secara aktif mengirimkan dan
menafsirkan pesan. Komunikasi berlangsung jika seseorang telah
menafsirkan perilaku orang lain, pihak-pihak yang berkomunikasi berada
pada keadaan interdepedensi dan timbal balik. Asumsi yang sesuai dari
pernyataan di atas dikemukakan oleh Tubbs dan Sylvia Moss yaitu
komunikasi merupakan proses pembentukan makna di antara dua orang
atau lebih. “Tanda” dan “Makna” merupakan kata kunci yang
70
menghubungkan antara semiotika dan komunikasi. Di dalam komunikasi
terdapat unsur pesan berbentuk tanda-tanda, dan tanda-tanda ini memiliki
struktur tertentu yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosiologi ataupun
budaya di tempat komunikasi itu hidup sehingga untuk mempelajari
bagaimana struktur pesan atau konteks di balik pesan-pesan komunikasi
diperlukan studi semiotika terlebih dalam lapangan komunikasi massa.
Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion
yang berarti “tanda” (Sudjiman dan van Zoest, 1996:vii) atau seme, yang
berarti “penafsir tanda” (Cobley dan Jansz, 1994:4). Tanda- tanda (sign)
menurut Littlejohn adalah basis dari seluruh komunikasi. Tanda-tanda
adalah perangkat yang digunakan manusia dalam berusaha mencari jalan
di dunia ini, didalam kehidupan antar sesama manusia. Semiotika, atau
dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari
Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-
objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu
hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari
tanda (sobur, 2004:15).
Charles Sanders Pierce mendefinisikan semiotika sebagai studi
tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, yakni
cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain,
pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang
mempergunakannya (Van Zoest, 1978, dalam Rusmana, 2005). John
Fiske, berpendapat semiotika adalah studi tentang pertanda dan makna
71
dari sistem tanda; ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna
dibangun dalam “teks” media; atau studi tentang bagaimana tanda dari
jenis karya apa pun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna
(John Fiske, 2007 : 282).
10. Teori Semiotika Pierce
Charles Sanders Pierce, ahli filsafat dari Amerika menegaskan
bahwa kita hanya berfikir dengan sarana tanda. Sudah pasti bahwa tanpa
tanda kita tidak dapat berkomunikasi. Selain itu bahasa juga dianggap
sebagi unsur terpenting dalam komunikasi. Dengan bahasa tersebut,
manusia mengadakan komunikasi satu dengan yang lainnya. Diantara
lambang-lambang (simbol) yang digunakan dalam proses komunikasi
yaitu bahasa isyarat, gambar, warna dan lain-lain sebagainya, bahasa
yang paling banyak digunakan.
Hanya bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang
kepada orang lain apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini. Baik
mengenal hal yang konkret maupun yang abstrak, bukan saja tentang hal
atau peristiwa pada saat sekarang, tetapi juga pada waktu yang lalu dan
massa yang akan datang. Teori dari Pierce sering kali disebut “grand
theory” dalam semiotika. Hal ini disebabkan karena gagasan Pierce
bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan.
Pierce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan
menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.
Sebuah tanda atau representamen menurut Charles S Pierce
adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam
beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau
72
kapasitas. Sesuatu yang lain itu oleh Pierce disebut interpretan
dinamakan sebagai interpretan dari tanda yang pertama, pada gilirannya
akan mengacu pada objek tertentu. Dengan demikian menurut Pierce,
sebuah tanda atau representamen memiliki relasi ‘triadik’ langsung
dengan interpretan dan objeknya. Proses ‘semiosis’ merupakan suatu
proses yang memadukan entitas (berupa representamen) dengan entitas
lain yang disebut sebagai objek. Proses ini oleh Pierce disebut sebagai
signifikasi.
Bagan 2.3. Tipologi Tanda Versi Charles S Pierce
Interpretant
Object Representament
Sumber : Indiawan Seto Wibowo. Semiotika Aplikasi Praktis Bagi
Penelitian Dan Penulisan Skripsi Ilmu Komunikasi. Jakarta
2006, hal. 29
Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Pierce terhadap tanda
memiliki kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Pierce
membedakan tipe-tipe tanda menjadi : Ikon (icon), Indeks (indeks) dan
Simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi diantara representament dan
objek.
73
a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga
tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon
hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai
kesamaan dalam beberapa kualitas. Contohnya sebagian besar
rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena
‘menggambarkan bentuk yang memiliki kesamaan dalam objek
yang sebenarnya.
b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau
eksistensi di antara representamen dan objeknya. Di dalam
indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat
konkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial
atau kasual. Contoh jejak telapak kaki di atas permukaan tanah,
misalnya merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang
telah lewat di sana.
c. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat abriter dan
konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang
atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya
adalah simbol-simbol.
Dari sudut pandang Charles Pierce ini, proses signifikansi bisa saja
menghasilkan rangkaian hubungan yang tidak berkesudahan, sehingga
pada gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen, menjadi
interpretan lagi, jadi representamen lagi dan seterusnya. Charles Sanders
Pierce (1893-1914) membagi tanda dan cara kerjanya kedalam tiga
ketegori sebagaimana tampak dalam tabel di bawah ini. Meski begitu
dalam prakteknya, tidak dapat dilakukan secara ‘mutually exclusive’
sebab dalam konteks-konteks tertentu ikon dapat menjadi simbol. Banyak
simbol yang berupa ikon. Disamping menjadi indeks, sebuah tanda
sekaligus juga berfungsi sebagai simbol.
74
Bagan 2.4. Jenis Tanda dan cara kerjanya
Jenis Tanda Ditandai
dengan
Contoh Proses kerja
Ikon Persamaan
(Kesamaan)
Kemiripan
Gambar, foto, dan
patung
Dilihat
Indeks Hubungan sebab
akibat
Keterkaitan
Asap.....api
Gejala penyakit
Diperkirakan
Simbol Konvensi atau
kesepakatan
sosial
Kata-kata
isyarat
Dipelajari
Sumber : Indiawan Seto Wibowo. Semiotika Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan
Penulisan Skripsi Ilmu Komunikasi. Jakarta 2006, hal. 32
Selain itu, Pierce juga memilah-milah tipe tanda menjadi kategori
lanjutan, yakni kategori Firstnes, Secondness dan Thirdness. Tipe-tipe
tanda tersebut meliputi (1) qualisign, (2) signsign, dan (3) legisign. Begitu
juga dibedakan menjadi (1) rheme, (2) tanda disen (dicent sign) dan (3)
argumen (argument).
75
2.3 Bagan Alur Pikir
Dari uraian konsep-konsep yang telah dikemukakan penulis membuat
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Bagan Alur Pikir 2.5.
Fenomena Sebuah foto jurnalistik kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501 pada rubrik Air Asia Hilang dalam Surat Kabar Sindo. Makna pesan yang dibangun dalam foto jurnalistik pada kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 dalam rubrik Air Asia Hilang koran Sindo?
Analisis Semiotika Foto Jurnalistik Kecelakaan Air Asia Dalam Surat Kabar Sindo Edisi 29-30 Desember 2014
Foto-foto Jurnalistik pada rubrik Air Asia Hilang dalam
Surat kabar Sindo edisi 29-30 Desember 2014
Semiotika C.S. Pierce
Ikon, Indeks, Simbol
Makna pesan fotografi jurnalistik kecelakaan Air Asia QZ8501
dalam rubrik Surat kabar Sindo
76
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Penelitian pada hakikatnya merupakan wahana untuk menemukan
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar
kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh para praktisi
melalui model-model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan
paradigma. Menurut Guba, paradigma adalah “Seperangkat kepercayaan
dasar yang menjadi prinsip utama pandangan tentang dunia yang
menjelaskan pada penganutnya tentang alam dunia. Paradigma adalah suatu
cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Menurut Bogdan
dan Biklen (1982;32), adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang
dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir
dan penelitian.(Lexy J.Meleong 2000 : 30).
Bagan 3.1 Kedudukan Paradigma Dalam Kegiatan Penelitian
Isu Positivisme- Post positivisme
Konstuktivisme (Interpretatif
Teori Kritis
Tujuan Penelitian
Menjelaskan, memprediksi, mengontrol, menemukan hukum umum yang diperlukan bagi prediksi kontrol
Memahami, merekonstruksi, memahami dan menggambarkan makna tindakan sosial
Kritik dan transformasi; pemulihan dan emansipasi; pembongkaran mitos dan menumbuhkan kemampuan perubahan sosial bagi masyarakat
77
Teori Logika, sistem deduktif berasal dari interkoneksi aksioma dan hukum
Gambaran tentang kegiatan kelompok, bagaimana makna sistem tumbuh dan berkesinambungan
Kritik harus mampu mengungkapkan kondisi yang sebenarnya dan membantu masyarakat melihat dunia dengan cara yang lebih baik
Hakikat Pengetahuan
Pembuktian hipotesis membuat kuat kedudukan fakta atau hukum; hipotesis adalah fakta atau hukum
Rekonstruksi pemikiran individual yang menyatu dengan lingkungan sosial
Pandangan yang bersifat historis struktural
Kedudukan akal sehat
Kenyataan yang jelas tidak sebanyak teori ilmu pengetahuan
Teori berasal dari kekuatan keseharian yang digunakan masyarakat secara maksimal
Kesadaran palsu merupakan kekuatan luar dari kondisi objektif
Akumulasi Pengetahuan
Pengukuhan penambahan pada bangunan pengetahuan lama; generalisasi dan rantai hubungan sebab-akibat
Rekonstruksi yang bersifat menginformasikan; bersandar pada pengalaman pihak lain
Nilai Dihilangkan pengaruhnya ditolak; ilmu bebas dari nilai tidak memiliki tempat, kecuali pada saat memilih topik.
Tercakup dan ikut memberikan pengaruh; nilai merupakan bagian intergral dalam interaksi sosial
Tercakup dan ikut memberikan pengaruh; nilai merupakan bagian integral dalam interaksi sosial.
Etika Berasal dari luar dan menolak manipulasi
Berasal dari dalam proses mencari relevansi dan problema khusus
Berasal dari dalam mencari kebenaran
Pandangan terhadap kedudukan peneliti
Ilmuan yang bebas kepentingan sebagai pemberi informasi bagi pengambil kebijakan dan agen perubahan
Partisipan yang berkepentingan sebagai fasilitator bagi tuntutan yang beragam
Intelektual transformatif yang berperan dalam advokasi dan sebagai aktivis.
Training Teknis dan kuantitatif; teori subtantif
Rasionalisasi; kuantitatif, sejarah, nilai-nilai pengorbanan dan pemberdayaan
Resosialisasi; kuantitatif dan kualitatif, sejarah, nilai-nilai pengorbanan dan pemberdayaan
Akomodasi Dapat disepadankan Tidak dapat disepadankan
Tidak dapat disepadankan
Hegemoni Dalam kontrol publikasi, pendanaan, promosi, dan lama peneliti
Mencari pengakuan dan masukan
Mencari pengakuan dan masukan
Disarikan dari Guba and Lincoln (1994). ‘Competing Paradigma in Qualitative Research’, in Dezin & Lincoln (eds). Handbook of Qualitative Research. London: SAGE Publication. Neumann, L. (1997). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Third Edition. New York: Allyn and Bacon.
79
Dalam penelitian ini peneliti memilih paradigma konstruktivisme
(constructivism paradigm) dalam melihat isi media sebagai metodologi
penelitian selain menggunakannya pula dalam kerangka berfikir. Alasan
peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme, karena seperti dijelaskan
oleh Indiawan Seto Wibowo dalam bukunya Semiotika Komunikasi Aplikasi
Praktis Bagi Penelitian Dan Penulisan Skripsi Ilmu Komunikasi (2013: 36),
“Paradigma penelitian semiotika banyak mengacu pada paradigma
kostruktivis, meski untuk sejumlah penelitian yang lain menggunakan
paradigma kritis”. Pandangan konstruksionis tidak ada realitas dalam arti real
(nyata) yang seolah-olah ada, sebelum peneliti mendekatinya yang ada
sesungguhnya konstruksi atas suatu realitas.
Paradigma konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial
bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya
konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan
bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa
konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini
seringkali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Ia
sering dilawankan dengan paradigma positivis (paradigma transmisi).
(Eriyanto, 2002, hal. 37).
Konstruktivisme mengembangkan sejumlah indikator sebagai pijakan
dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan ilmu. Beberapa indikator
tersebut antara lain adalah :
80
1. Lebih mengedepankan penggunaan metode kualitatif, ketimbang
metode kuantitatif dalam proses pengumpulan dan analisis data.
2. Mencari relevansi dari indikator kualitas untuk lebih memahami
data-data lapangan.
3. Teori-teori yang dikembangkan harus lebih membumi (Grounded
Theory).
4. Kegiatan ilmu harus bersifat alamiah (apa adanya) dalam
pengamatan dam menghindarkan diri dari kegiatan penelitian yang
kaku dan berorientasi laboratorium.
5. Unit analisis yang digunakan berupa pola-pola dan ketegori-
kategori jawaban, dan bukan variable-variable penelitian yang kaku
dan steril.
6. Penelitian yang dilakukan lebih bersifat partisipatif daripada bersifat
mengontrol sumber informasi.
Konstruktivisme berusaha memberikan tafsiran yang rinci atas setting
kehidupan keseharian, sedangkan teori kritis berusaha membaca makna di
balik dunia materi yang tampak, dan berusaha membantu membangun
kesadaran sosial untuk mengubah kehidupan masyarakat. Berikut kedudukan
paradigma dalam kegiatan penelitian yang dikutib Agus Salim dalam bukunya
Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (2006: 101).
Dengan demikian penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis
karena untuk menganalisa dan memahami secara komperhensif makna
pesan foto jurnalistik pada rubrik Air Asia hilang edisi 29-30 Desember 2014
yang dibangun surat kabar Sindo (Seputar Indonesia) dalam peristiwa
kecelakaan Air Asia QZ 8501.
81
3.2 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam riset ini adalah
pendekatan kualitatif. Riset kualitatif adalah riset yang menggunakan cara
berfikir induktif, yaitu berangkat dari hal-hal khusus (fakta empiris) menuju
hal-hal yang umum (tataran konsep). Menurut Rachmat Kriyantono dalam
bukunya Riset Komunikasi (2008: 56),” Riset kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan
data sedalam-dalamnya”. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi
atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data
yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang
diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Yang ditekankan adalah
persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.
Menurut Agus Salim dalam bukunya Teori dan Paradigma penelitian
sosial (2006: 40), menyatakan “ Konsep pengertian kualitatif sebenarnya
menekankan pada proses. Ini berarti, tatkala menghadapi fenomena yang
memang dapat diukur fenomena tersebut diteliti/diukur tidak secara ketat,
sebagaima na dilihat dari kualitas, jumlah, intensitas atau frekuensi yang
menyertainya”. Peneliti kualitatif lebih menekankan sifat realitas yang
dibangun secara sosial dan penelitian bersifat penuh dengan nilai (value-
laden). Jenis penelitian kualitatif berusaha menjawab pertanyaan tentang
bagaimana pengalaman sosial diciptakan dan diberi arti. Penggunaan
pendekatan kualitatif karena, penelitian semiotika jarang menggunakan
pendekatan kuantitatif (Chandler, 2006). Pemaknaan seseorang terhadap
teks dipengaruhi banyak faktor, seperti budaya, pengalaman, ideologi
sehingga susah untuk objektif.
82
3.3 Metode Penelitian
Moss dan Tubbs berpendapat bahwa yang membuat komunikasi
manusia menjadi unik adalah kemampuannya yang istimewa untuk
menciptakan dan menggunakan lambang-lambang. Dedy Mulyana
berpendapat bahwa komunikasi merupakan proses transaksi, menganggap
komunikator secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Komunikasi
berlangsung jika seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, pihak-pihak
yang berkomunikasi berada pada keadaan interdepedensi dan timbal balik.
Asumsi yang sesuai dari pernyataan di atas dikemukakan oleh Tubbs dan
Sylvia Moss dalam Dedy Mulyana Suatu Pengantar (2008:65), “Komunikasi
merupakan proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih.”
“Tanda” dan “Makna” merupakan kata kunci yang menghubungkan antara
semiotika dan komunikasi.
Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang
berarti “tanda” (Sudjiman dan van Zoest, 1996:vii) atau seme, yang berarti
“penafsir tanda” (Cobley dan Jansz, 1994:4). Tanda- tanda (sign) menurut
Littlejohn adalah basis dari seluruh komunikasi. Tanda-tanda adalah
perangkat yang digunakan manusia dalam berusaha mencari jalan di dunia
ini, didalam kehidupan antar sesama manusia. Semiotika, atau dalam istilah
Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana
dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to
communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa
informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (sobur, 2004:15).
83
Charles Sanders Pierce mendefinisikan semiotika sebagai studi
tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, yakni cara
berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan
penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya (Van Zoest, 1978,
dalam Rusmana, 2005). John Fiske, berpendapat semiotika adalah studi
tentang pertanda dan makna dari sistem tanda; ilmu tentang tanda, tentang
bagaiman makna dibangun dalam “teks” media atau studi tentang bagaimana
tanda dari jenis karya apa pun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan
makna (John Fiske, 2007 : 282).
Menurut Preminger (2001), ilmu ini menganggap bahwa fenomena
sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Analisis semiotik
berupaya menemukan tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik
sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat
kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut.
Yang dimaksud “tanda” ini sangat luas. Pierce (Fiske,1990: 50)
membedakan tanda atas lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index)
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Lambang: suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan
acuannya merupakan hubungan yang sudah terbentuk karena
adanya konsensus dari pengguna tanda lain.
b. Ikon : suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya
berupa hubungan berupa kemiripan. Jadi, ikon adalah bentuk tanda
yang dalam berbagai bentuk menyerupai objek dari tanda tersebut.
84
c. Indeks: suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya
timbul karena ada kedekatan eksistensi. Jadi indeks, suatu tanda
yang mempunyai hubungan langsung. (Kausalitas).
Bagan 3.2. Unsur-unsur Tanda
Ikon Indeks Simbol
• Lukisan kuda
• Gambar kuda
• Patung kuda
• Foto kuda
• Sketsa kuda
• Suara kuda
• Suara langkah-langkah
kuda
• Bau kuda
• Gerakan kuda
• Diucapkannya kata
kuda
• Makna gambar kuda
• Makna bau kuda
• Makna gerakan kuda
Sumber : Rachmat Kriyantono.Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta 2006,
hal. 267
A. Model Analisis Semiotik C.S. Pierce
Semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yang disebut Pierce
tori segitiga makna atau triangle meaning (Fiske, 1990 & Littlejohn,
1998).
a. Tanda
Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh
panca indera manusia dan merupakan susuatu yang merujuk
(merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri.
b. Acuan Tanda (Objek)
Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau
sesuatu yang dirujuk tanda.
c. Pengguna Tanda (Interpretant)
Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan
menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada
dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
85
Yang dikupas teori segitiga, maka adalah persoalan bagaimana makna
muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu
berkomunikasi. Hubungan antara tanda, objek, dan interpretan digambarkan
Pierce (Fiske, 1990: 45).
Bagan 3.2 Hubungan Tanda, Objek dan Interpretan
Sign/Representament
Interpretant Object
Semiosis
Sumber : Vera Nawiroh. Semiotika dalam Riset Komunikasi. 2014, hal 22
Model segitiga Pierce memperlihatkan masing-masing titik
dihubungkan oleh garis dua arah, yang artinya setiap istilah (term) dapat
dipahami hanya dalam hubungan satu dengan lainnya. Pierce menggunakan
istilah yang berbeda untuk menjelaskan fungsi tanda, yang baginya adalah
proses konseptual, terus berlangsung dan tidak terbatas (yang disebutnya
“semiosis tak terbatas”, rantai makna keputusan oleh tanda-tanda baru
menafsirkan tanda sebelumnya atau seperangkat tanda-tanda.
Menurut Pierce salah satu bentuk tanda (sign) adalah kata. Sesuatu
dapat disebut representament (tanda) jika memenuhi 2 syarat berikut.
86
1. Bila dipersepsi, baik dengan panca-indera maupun dengan pikiran
perasaan.
2. Berfungsi sebagai tanda (mewakili sesuatu yang lain).
Objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda, bisa berupa materi yang
tertangkap panca-indera, bisa juga bersifat mental atau imajiner. Sedangkan
interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek
yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna tentang sesuatu
yang diwakili oleh tanda tersebut. Teori semiotika Charles Sanders Pierce
adalah sebuah trikotomi yang terdiri atas 3 tingkat dan 9 sub-tipe tanda.
Bagan 3.4 Trikotomi tanda Charles Sanders Pierce
1 2 3
Representamen (R1)
Object (O2)
Interpretant (I3)
Qualisign
Icon
Rhema
Sinsign
Index
Dicisign
Legisign
Symbol
Argument
Sumber : (Deledalle, 2000: 109)
Berikut klasifikasi berdasarkan kategori yang dikembangkan oleh
Charles Sanders Pierce.
1. Firstness (kepertamaan), yaitu mode sebagaimana adanya, positif
dan tidak mengacu pada sesuatu yang lain. Ia adalah kategori dari
perasaan yang tak terefleksikan, semata-mata potensial, bebas dan
langsung.
2. Secondness (kekeduaan), merupakan metode yang mencakup
relasi antara yang pertama dan kedua, ia merupakan kategori
perbandingan, faktilitas, tindakan, realitas dan pengalaman dalam
ruang dan waktu.
87
3. Thirdness (keketigaan), mengantar yang kedua dalam
hubungannya dengan yang ketiga. Ia adalah kategori mediasi,
kebiasaan, ingatan, kontinuitas, sintetis, komunikasi (semiosis)
representasi, dan tanda-tanda (Adam Rizal M, 2009).
Proses tiga tingkat dari teori segitiga makna yang merupakan proses
semiosis dari kajian semiotika. Proses semiosis adalah proses yang tidak ada
awal maupun akhir, senantiasa terjadi dan saling berhubungan satu dengan
yang lainnya, dalam hal ini antara representament (sering juga disebut
sebagai sign), object dan interpretant. Berikut penjelasan mengenai tiga
trikotomi Charles Sanders Pierce :
1. Trikotomi Pertama
Sign (representament) merupakan bentuk fisik atau segala sesuatu
yang dapat diserap pancaindera dan mengacu pada sesuatu. terdiri
dari :
a. Qualisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan
sifatnya misalnya sifat warna merah adalah qualisign, karena
dapat dipakai tanda untuk menunjukan cinta, bahaya, atau
larangan.
b. Sinsign (singular sign) adalah tanda-tanda yang menjadi tanda
berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Semua
ucapan yang berupa individu bisa merupakan sinsign. Misalnya
suatu jeritan, dapat berarti heran, senang atau kesakitan.
c. Legisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu
peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode.
Bahasa bagian dari legisign, sebab bahasa adalah kode.
Berlaku secara umum.
88
2. Trikotomi Kedua
Pada trikotomi kedua, yaitu berdasarkan objeknya tanda
diklasifikasikan menjadi icon (ikon), index (indeks) dan symbol
(simbol).
a. Ikon adalah merupakan tanda yang menyerupai benda yang
diwakilinya atau suatu tanda yang menggunakan kesamaan
atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkan.
Misalnya kesamaan sebuah peta denga wilayah geografis yang
digambarkannya, foto dan sebagainya.
b. Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung pada
keberadaanya suatu denotasi, sehingga terminologi Pierce
merupakan suatu secondness. Indeks, dengan demikian adalah
suatu tanda yang mempunyai kaitan atau kedekatan dengan
apa yang diwakilinya. Misalnya tanda asap denga api, tiang
penunjuk jalan, dan sebagainya.
c. Simbol adalah suatu tanda, dimana hubungan tanda dan
denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku
umum atau ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama
(konvensi). Misalnya tanda-tanda kebahasaan adalah simbol.
3. Trikotomi ketiga
Berdasarkan interpretannya, tanda dibagi menjadi rhema, dicisign,
dan argument.
a. Rhema, bilamana lambang tersebut interpretannya adalah
sebuah first dan makna tanda tersebut masih dapat
dikembangkan.
b. Dicisign (dicentsign), bilamana antara lambang itu dan
interpretannya terdapat hubungan yang benar ada
(merupakan secondness).
c. Argument, bilamana suatu tanda dan interpretannya
mempunyai sifat yang berlaku umum (merupakan thirdness).
89
Bagan 3.4. Konseptual Trikotomi Makna Charles Sanders Pierce
Sumber : Analisis Peneliti Mei, 2015
Klasifikasi tanda dari Charles Sanders Pierce diidentifikasikan dalam
66 jenis tanda yang berbeda, tetapi yang sering digunakan dalam analisis
semiotika adalah tiga, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Penggunaan teori
semiotika Pierce hendaknya disesuaikan dengan pemahaman, jika
penelitian semiotika hanya ingin menganalisis tanda-tanda yang tersebar
dalam pesan-pesan komunikasi, maka tida jenis tanda Pierce sudah dapat
diketahui hasilnya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode semiotika karena,
menurut Vera Nawiroh dalam bukunya Semiotika Dalam Riset Komunikasi
(2014: 7), semiotika sering digunakan dalam analisis teks (meskipun lebih dari
sekedar analisis tekstual). Sebuah teks, baik verbal maupun non verbal bisa
eksis dalam media apapun. Istilah teks biasanya mengacu pada pesan yang
telah dibuat dalam beberapa cara (tulisan, rekaman video, dan video)
Analisis C.S Pierce
Sign
Objek
Interpretant
qualisign
sinsign
legisign
ikon
indeks
simbol
rheme
dicent sign
argument
90
sehingga secara fisik, antara pengirim dan penerima tidak terkait satu sama
lain.
Teks adalah kumpulan tanda-tanda (seperti kata-kata, gambar, suara
dan/ atau gerakan) yang dikonstruksikan dan diinterpretasikan dengan
mengacu pada konvensi yang terkait dengan genre dan media komunikasi
tertentu (Chandler, 2006). Kajian semiotika adalah mempelajari fungsi tanda
dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam teks
yang berperan membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang
terkandung didalamnya. Semiologi berperan untuk melakukan interogasi
terhadap tanda-tanda yang dipasang oleh penulis adar pembaca bisa
memasuki bilik makna yang tersimpan dalam sebuah teks. Seorang
pembaca, ibarat pemburu harta karun yang menunjukkan dimana “makna-
makna” itu disimpan dan kemudian dengan bimbingan tanda-tanda baca itu,
pintu makna dibuka (Hidayat, 1996: 163).
Semiotika dalam kajian ilmu komunikasi juga memiliki jangkauan yang
luas. Semiotika dapat diterapkan pada berbagai level dan bentuk
komunikasi. Seperti komunikasi massa, komunikasi antarbudaya,
komunikasi politik. Dalam komunikasi massa misalnya kajian semiotika
dapat diaplikasikan pada film, televisi, iklan, lagu, foto jurnalistik. Data –data
tersebut dapat berbentuk verbal maupun non verbal, maka penelitian
semiotika lebih sesuai dengan penggunaan metodelogi kualitatif.
B. Konstruksi Realitas Media Massa
“Konstruksi realitas mengenai realitas dikemukakan oleh Alfred Schutz sebagai berikut: Realitas kehidupan sehari-hari saya bukan semata-mata realitas pribadi saya, tetapi berawal dari hubungan antar subjek yang dibagi, dialami, dan diartikan diantara teman-teman saya; singkatnya ini adalah suatu realitas bagi kami semua. Dalam situasi
91
biografis yang unik di mana saya menemukan diri saya dalam realitas pada suatu saat tertentu dari eksistensi saya, hanyalah bagian yang sangat kecil dari realitas yang dibentuk secara bersama melalui hubungan dengan orang-orang lain. (S. Djuarsa Sendjaja. 2004 : 83)
Istilah konstruksi realitas pertama kali diperkenalkan oleh Peter
L. Berger dan Thomas Luckmann pada tahun 1966 melalui bukunya
The Social Construction of Reality : A Treatise in The Sociological of
Knowledge. Mereka menggambarkan proses sosial melalui tindakan
dan interaksinya, dimana individu secara intens menciptakan suatu
realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.
Selain itu, konstruksi realitas suatu media juga ditentukan oleh
kebijakan redaksi media. Menurut Breed sebagaimana dikutip oleh
Werner J Severin (dialih bahasakan oleh Sugeng Hariyanto) dalam
bukunya Teori Komunikasi, dapat disimpulkan mengenai kebijakan
redaksi bahwa yang dimaksud dengan kebijakan adalah orientasi yang
diperlihatkan dalam berita utamanya berkenaan dengan kejadian atau
permasalahan tertentu. Menurut Breed, pandangan tidak akan
menimbulkan pembohongan, seperti menampilkan berita pro-kebijakan
sebagai berita utama dan menghilangkan berita yang anti-kebijakan.(
Werner J Severin.2005:402)
Definisi kebijakan redaksi adalah pandangan media yang terlihat
melalui berita utamanya. Apa yang terlihat melalui berita utamanya,
itulah yang mencerminkan kebijakan media tersebut. Jacob Oetama
dalam bukunya Perspektif Pers Indonesia mengatakan media setiap
hari menyampaikan pesan berupa liputan kejadian, permasalahan,
atau komentar, semua itu tidak dilakukan begitu saja. Semua itu
92
dilakukan melalui proses pemilihan, proses benturan kesadaran
intelektual dengan kejadian-kejadian atau masalah yang diangkat
menjadi isi pesan media bukan ditempatkan begitu saja tanpa konteks.
Untuk itu diperlukan penempatan kejadian menjadi pesan yang
kontekstual. Konteks itu ikut dibangun oleh filsafat, visi, kerangka
referensi media itu.(Jacob Oetama.1987: 171).
Filsafat, visi, dan kerangka referensi media dapat diciptakan
melalui kebijakan redaksi. Kebijakan redaksi merupakan bentuk
pengambilan keputusan dalam rapat redaksi. Menurut Breed
sebagaimana dikutip oleh Werner J Severin (dialih bahasakan oleh
Sugeng Hariyanto) dalam bukunya Teori Komunikasi mengatakan
bahwa politik, bisnis dan perburuhan adalah bidang kebijakan yang
utama, yang sebagian besar dari pertimbangan kelas. Kebijakan
biasanya bersifat terselubung karena kebijakan itu sering
berseberangan dengan kode etik jurnalisme dan para eksekutif media
tidak ingin dituduh berpihak pada penguasa. (Werner J Severin.2005:
402).
Media massa telah menjadi sumber yang dominan tidak saja
bagi individu tetapi juga bagi masyarakat dalam memperoleh
gambaran dan citra realitas sosial. Melalui ini media, peristiwa-
peristiwa yang terjadi didunia direfleksikan. Shoemaker dan Reese
menyebutkan dua konsep utama dalam melihat refleksi realitas media,
yaitu konsep media secara aktif yang memandang media sebagai
partisipan yang turut mengkonstruksi pesan sehingga muncul
pandangan bahwa tidak ada realitas sesungguhnya dalam media dan
93
konsep media secara pasif yang memandang media hanya sebagai
saluran yang menyalurkan pesan-pesan sesungguhnya, dalam hal ini
media berfungsi sebagai sarana netral yang menampilkan suatu
realitas apa adanya.
Oleh karena itu, media massa memiliki “realitas” yang disebut
sebagai realitas media yang berada dari realitas yang sebenarnya,
walaupun realitas media diproduksi sepenuhnya berdasarkan realitas
empiris. Realitas empiris berupa fakta-fakta, memiliki keutuhan dan
kerangka. Ketika suatu peristiwa direkam atau ditulis oleh wartawan,
sesungguhnya yang direkam atau ditulis itu hanya ‘potongan-potongan
peristiwa dari suatu kejadian yang utuh dan berkerangka.
Berger and Luckmann selanjutnya menjelaskan realitas sosial
dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “Pengetahuan”.
Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam berbagai
realitas, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung
oleh kehendak kita. Sementara itu, pengetahuan didefinisikan sebagai
kepastian bahwa berbagai realitas itu nyata (real) dan memiliki
karakteristik yang spesifik.
“Media massa memiliki peran mediasi (sebagai penengah atau
penghubung) antara realitas sosial yang objektif dengan pengalaman
pribadi”. (Dennis McQuail. 1996:52) Itu artinya media massa seringkali
berada diantara kita seperti hukum, industri, pemerintah dan lain-
lainnya. Dennis McQuail seperti yang dikutip Eriyanto dalam bukunya
Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, “Media
massa merupakan filter yang menyaring sebagian pengalaman dan
94
menyoroti pengalaman lainnya dan sekaligus kendala yang
menghalangi kebenaran”.(Eriyanto. 2002:xii) Maka, makna suatu
peristiwa, yang diproduksi dan disebarluaskan oleh surat kabar,
sebenarnya adalah suatu konstruksi makna yang temporer, dan
rentan.
Proses persepsi selektif yang dilakukan wartawan dan editor,
disadari atau tidak, berperan dalam menghasilkan judul berita,
penempatan berita, komentar mana yang dibuang, komentar mana
yang ditampilkan. Media sesungguhnya memainkan peran khusus
dalam mempengaruhi budaya tertentu melalui penyebaran informasi.
Peran media sangat penting karena menampilkan sebuah cara dalam
memandang realita”.(Alex Sobur. 2004:93).
“Wartawan berperan dalam mengkonstruksi realitas, sehingga
berpengaruh kuat terhadap pembentukan makna atau citra tentang
suatu realitas di tengah masyarakat”. (Alex Sobur, 2004:88) Media
merupakan agen konstruksi, dalam pandangan positivis media dilihat
sebagai saluran, tempat bagaimana transaksi pesan dari semua pihak
yang terlibat dalam berita. Dalam pandangan konstruksionis, media
bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga sebagai subjek yang
mengkonstruksikan realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan
keberpihakkannya. Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial
yang mendefinisikan realitas.
95
3.4 Objek dan Subjek Penelitian
A. Objek Penelitian
Objek penelitian ini ialah foto-foto jurnalistik tentang kecelakaan
pesawat terbang Air Asia QZ 8501 pada harian surat kabar Sindo (Seputar
Indonesia) edisi 29 – 30 Desember 2014 dalam rubrik Air Asia Hilang yang
berjumlah sembilan belas foto. Foto-foto tersebut bagian dari data primer
yang disebut korpus. Korpus adalah bahan utama, yang dikumpulkan tanpa
melibatkan observasi, wawancara, survey dan focus group discussion.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Surat Kabar Sindo (Seputar Indonesia)
yang berlokasi di Jalan Wahid Hasyim No 38, Gedung SINDO Lantai 4,
Jakarta Pusat 10340. Indonesia.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif ini, pengumpulan data dilakukan oleh
manusia yakni peneliti sendiri. Di sini peneliti merupakan perencana,
pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya
menjadi pelapor hasil penelitian. “Pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara”, (Sugiyono:
2011:308).
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
data primer dan sekunder.
96
A. Data Primer
Sumber data primer yang dikumpulkan berupa foto-foto dalam rubrik Air
Asia Hilang yang diperoleh dari surat kabar Harian Sindo (Seputar
Indonesia) edisi 29 -30 Desember 2014. Jumlah keseluruhan data primer
sebanyak 19 korpus.
B. Data Sekunder
Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
studi kepustakaan, buku-buku, jurnal, artikel, surat kabar, dan situs
internet, wawancara, dokumentasi, triangulasi yang relevan dengan obyek
penelitian yang diamati.
b.1 Wawancara
Wawancara mendalam adalah “Suatu cara mengumpulkan data
atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan
agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Pada wawancara
mendalam ini, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas
respon informan, artinya informan bebas memberikan jawaban”.
(Kriyantono, 2007:98).
“Wawancara mendalam memiliki karakteristik yang unik karena digunakan untuk subjek yag sedikit atau bahkan satu dua orang saja, wawancara mendalam digunakan untuk menyelidiki latar belakang secara detail (detailed background) mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu, wawancara mendalam memperhatikan bukan hanya jawaban verbal informan namun juga respon non verbal informan, wawancara mendalam ini biasanyaq dilakukan dalam waktu yang lama dan berkali-kali, dan wawancara mendalam memungkinkan memberikan jawaban yang berbeda atas informasi yang satu dengan yang lain”. (Kriyantono,2007:99). Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan narasumber
yang memiliki wewenang pada pihak surat kabar harian Seputar
97
Indonesia (Sindo) yaitu asisten redaktur yang diwakili oleh Nurcholis
dan Ratman Suratman selaku editor fotografer, untuk mengetahui
makna pesan yang dibangun dari foto jurnalistik dalam rubrik Air Asia
hilang edisi 29-30 Desember 2014 dan mewawancarai Mantan
Direktur SDM & Umum Perum LKBN ANTARA sekaligus dosen
Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama) Dr. Rajab Ritonga M.si
sebagai praktisi di bidang jurnalistik. Hal ini dilakukan untuk menguji
validasi data yang didapatkan dari beberapa sumber data.
b.2 Dokumen
“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang” (Sugiyono, 2011: 240). Dokumen yang
digunakan dan dikumpulkan untuk dianalisa yaitu 19 korpus pada
rubrik Air Asia Hilang dalam surat kabar Seputar Indonesia (Sindo).
b.3 Riset Kepustakaan
Riset Kepustakaan yaitu metode yang digunakan dalam
pengumpulan data dengan cara membaca buku yang ada kaitannya
dengan materi yang dibahas.
Secara praktis teknik pengumpulan data yaitu data primer yaitu
unit analisis dari 19 korpus pada rubrik Air Asia Hilang dalam surat
kabar Seputar Indonesia (Sindo) periode 29-30 Desember 2014. Dan
transkrip wawancara dengan narasumber dan data sekunder yaitu
melalui penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan literatur dari
berbagai bacaan yang relevan dengan penelitian ini.
98
3.6 Teknik Keabsahan Data
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Kriteria
kualitas penelitian ini dengan demikian adalah trustworthiness dan
authenticy. Ada empat kriteria yang digunakan dalam keabsahan data
kualitatif yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
objektivikasi (confirmability). Pertama pada aspek kepercayaan
(credibility) kriterium ini berfungsi melaksanakan instruksi sedemikian
rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan
menunjukkan derajat kepercayaannya hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini transkip wawancara ke-2 informan tersebut dan hasil
analisis 19 korpus pada rubrik Air Asia Hilang dalam surat kabar seputar
indonesia (Sindo) periode 29-30 Desember 2014. Sesuai dengan
kerangka semiotika Pierce yang dapat membuktikan data. Hal ini dapat
dibuktikan dengan transkip wawancara dengan ke-2 informan dan
melampirkan hasil analisa foto.
Pada aspek kedua objektivikasi (confirmability), dalam penelitian ini
peneliti mencoba melakukan konfirmasi data yang telah didapat dari
narasumber, analisis semiotika Pierce dan analisis teknik fotografi. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan tingkat validitas (validity expert) dalam
penelitian ini. Konfirmasi data ini dilakukan untuk menilai perspektif pakar
ahli jurnalistik yang memandang hasil foto jurnalistik dalam rubrik Air Asia
Hilang pada surat kabar Sindo edisi 29-30 Desember 2014.
99
Aspek ketiga yaitu dependability, pada kebutuhan penelitian ini
untuk menilai kesesuaian antara konsep dan konteks yang diteliti. Apakah
dalam penelitian ini penggunaan konsep dan teori sudah adanya
kesusuaian. Pada aspek ke empat yaitu transferability memandang
sejauh mana hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi konteks lain
atau konteks yang lebih spesifik, dengan kata lain penelitian bisa
dikembangkan. Aspek terakhir adalah authenticity (keaslihan) penelitian
dengan harapan temuan benar-benar merupakan refleksi otentik dari
subjek penelitian.
Kriteria ini terdiri dari ontological authenticity (meluaskan konstruksi
personal), educatif authenticity ( mengarahkan untuk pemahaman lainnya
serta tactical authenticity (kemampuan untuk mengubah kondisi yang
sudah ada. Dalam penelitian ini educatif aithenticity, bahwa dapat dilihat
dari hasil penelitian yang sangat membantu untuk memahami konstruksi
orang lain secara lebih baik. Data hasil penemuan penelitian ini sesuai
dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti.
A. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data itu”(Moleong, 2009: 30).
Triangulasi dibedakan atas lima macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, waktu, teori,
periset dan metode. Penelitian ini menggunakan triangulasi data sumber.
Triangulasi dengan data sumber berarti membandingkan atau mengecek
ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber
100
yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Kriyantono, 2012:72). Hal ini
dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di
depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. Pada
tahapan triangulasi ini peneliti menanyakan mengenai makna dalam objek
penelitian yang terkait tentang foto jurnalistik dalam rubrik surat kabar
Sindo edisi 29-30 Desember 2014.
Peneliti memilih sumber yang dianggap memiliki kredibilitas oleh
karena itu peneliti memilih Nurcholis selaku asisten redaktur atau,
Ratman Suratman selaku editor fotografer. Selanjutnya peneliti memilih
praktisi jurnalistik yang dianggap memiliki kompetensi dibidang jurnalistik
yaitu Dr. Rajab Ritonga M.si selaku Direktur SDM & Perum Umum LKBN
ANTARA dan dosen jurnalistik Universitas Prof. Dr.Moestopo (Beragama)
untuk melakukan audit kepastian (confirmability) dari penelitian ini.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
(Sugiyono. 2005 ;120- 131).
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
Dalam hal analisis data kualitatif, bogdan menyatakan bahwa “ Data
analysis is the process of systematically searching and arrangging the
interview trascripts, field notes, and other materials that you accumulate to
increase your own understanding of them and to enable you to present
101
what you have discovered to others”. Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah difahami, dan dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikemukakan di sini bahwa,
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci, semakin lama
peneliti dilapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,
kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis
data. Mereduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema da
polanya. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang
102
memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan
tinggi. Dalam mereduksi data dapat mendiskusikan pada teman
atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu wawasan
peneliti akan berkembang sehingga dapat mereduksi data-data
yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang
signifikasi.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian
data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phiecard,
pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka
data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan. Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “the
most frequent form of display data for qualitative reasearch data
in the past has been narrative text”. Yang sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.
c. Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
103
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredible.
(Sugiyono, 2011:252). Setelah peneliti memilih keseluruhan
korpus pada surat kabar Sindo yang akan di analisisi
menggunakan teori semiotika Pierce, dengan metode ini akan
terlihat konstruksi pesan apa dan makna apa yang ingin
disampaikan Sindo pada peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia
QZ 8501. Setelah itu verifikasi dilakuakan dengan diskusi hasil
penelitian dengan para narasumber yang memiliki kredible di
bidangnya.
Peneliti hanya membedah pemaknaan korpus dengan
menggunakan trikotomi kedua atau tipologi pendekatan dari semiotika
Charles Sanders Pierce dengan model triadic atau triangle meaning dan
menganalisa foto dengan menggunakan teknik fotografi camera angle,
frame size, speed, aparature, focus.
Kerangka analisa semiotika Charles Sanders Pierce melihat sistem
tanda dalam isi media melalui tiga hal, yaitu :
1. Ikon
Merupakan hubungan kesamaan atau kemiripan antara tanda
acuannya. Ikon dapat pula dikatakan sebagai sesuatu yang
melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk
104
objeknya. Misalnya patung Jenderal Sudirman merupakan ikon
pahlawan Jenderal Sudirman.
2. Indeks
Merupakan hubungan sebab akibat antara tanda dan acuannya.
Secara umum indeks merupakan sesuatu yang melaksanakan fungsi
sebagai pananda yang mengisyaratkan petandanya.
3. Simbol
Merupakan hubungan antara tanda dengan acuannya yang terbentuk
secara konvensial serta telah lazim digunakan dalam mesyarakat.
Misalnya anggukan kepala seseorang menunjukan sebuah
persetujuan.
Setelah penulis melakukan analisa terhadap 19 korpus tersebut
sesuai dengan ketiga sistematika semiotika Pierce maka akan nampak
tampilan makna pesan yang dibangun dari foto jurnalistik surat kabar
Seputar Indonesia (Sindo) dalam rubrik Air Asia Hilang edisi 29-30
Desember 2014.
105
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
A. Profil Surat Kabar Seputar Indonesia
Koran Seputar Indonesia terbit perdana pada 30 Juni 2005,
dilahirkan oleh PT. Media Nusantara Informasi (MNI), Sub-sidiary dari PT.
Media Nusantara Citra (MNC) yang menaungi RCTI, MNC TV, Global TV,
dan Trijaya Network, selain itu Global Grup juga mempunyai anak
perusahaan Production House MNC Picture yang memproduksi film – film
Nasional. PT. MNI sudah sangat berpengalaman dalam mengelola media
serta terbilang mapan dan berpengaruh baik kalangan masyarakat
maupun pengambilan keputusan. Moto dan visi misi dari Koran Seputar
Indonesia.
Moto : Koran Seputar Indonesia “Satu Koran Semua Berita”
Visi : Menjadi Print Media atau Koran keluarga, yang menampilkan
pemberitaanya berdasarkan segmen seperti televisi.
Misi : Membuat print media bersifat objektif, tidak berpihak pada satu pihak
tertentu, serta mementingkan kepentingan pembaca.
106
Sebagai surat kabar harian yang bisa dikatakan baru, Koran Seputar
Indonesia ditujukan untuk memudahkan sekaligus untuk memenuhi
kebutuhan pembaca dalam satu keluarga, ketika sang ayah lebih memilih
news (berita), si ibu lebih memilih life style (gaya hidup), dan si anak lebih
memilih bacaan sport (olahraga), dan saat ini Koran Sindo telah menerbitkan
rubrik baru yaitu “Lowongan Kerja” yang hadir setiap hari sabtu. Dengan satu
Koran saja maka keluarga bisa menikmati bersama dengan bertukar section
(bagian), tanpa harus menggangu aktivitas membaca masing-masing.
Koran Seputar Indonesia hadir setiap pagi dengan sajian berita-berita
yang akurat, mendalam , penuh gaya, dan warna. Koran seputar Indonesia
juga akan menyapa pembacanya dengan sentuhan jurnalisme khas untuk
selalu memberikan lebih dari sekedar berita. Ditunjang dengan kreatifitas
visual yang progresif dan tidak konservatif. Koran Seputar Indonesia menjadi
media yang unik dan lebih didominasi oleh masyarakat.
Berita yang disajikan Seputar Indonesia menggunakan bahasa yang
sederhana dan tidak menyajikan bahasa yang kasar, berita yang aktual dan
informatif, karena berita terkini disajikan dengan ringkas dan jelas dengan
topik-topik yang hangat. Koran yang menghibur karena didukung oleh sajian
yang menarik dan tidak membuat kening mengerut. Mampu mengakomodasi
feature Life Style dan Infotaiment sekuat berita. Sajian berita yang bersifat
non partisan atau tidak memihak dan dapat dipercaya.
107
Koran Seputar Indonesia yang bersifat bersahabat bagi para
pembacanya, tercermin dari penggunaan bahasa yang mudah dipahami yang
kaya akan unsur publik. Dan intertaiment, terbit selama 7 hari dalam 1
minggu, dengan format ukuran panjang 7 kolom dan tinggi 54 cm. edisi
regular 40 halaman dan terdapat 3 bagian atau section sedangkan minggu
terbit 40 halaman edisi akhir minggu.
Target pembaca dari Koran Seputar Indonesia adalah masyarakat
kalangan menengah keatas atau kelas A/B, pendidikan sarjana segmentasi
usia dari 18 sampai 40 tahun. Dengan deferensiasi pembaca laki-laki
sebanyak 60% dan pembaca wanita 40%. Target distribusi Koran Seputar
Indonesia adalah kota-kota besar diseluruh Indonesia dengan jumlah oplah
terbesar 336.000 pembaca.
Koran Seputar Indonesia memiliki karakteristik pembaca dengan
kebiasaan membaca lebih dari satu surat kabar, karena setiap pembaca atau
masyarakat tidak mau ketinggalan informasi penting dan informasi hiburan
dalam waktu yang bersamaan. Termasuk kelompok masyarakat yang haus
informasi dan inovatif sehingga mudah menerima hal yang baru dari informasi
yang didapatnya.
108
B. Kepemimpinan Surat Kabar Seputar Indonesia
Harian SINDO dipimpin oleh Hary Tanoesoedibjo yang merupakan
pemilik PT. Media Nusantara Informasi (MNI), Sub-sidiary dari PT. Media
Nusantara Citra (MNC) yang menaungi RCTI, MNC TV, Global TV, dan
Trijaya Network, selain itu Global Grup juga mempunyai anak perusahaan
Production House MNC Picture yang memproduksi film – film Nasional.
MNC Pictures adalah Production House yang merupakan bagian
group Media Nusantara Citra, sebuah group media terbesar di Indonesia.
Sejak berdiri pada tahun 2005, MNC Pictures telah memproduksi beragam
program dengan konten yang berkualitas dalam bentuk drama dan non drama
yang meliputi film, film televisi, dan serial televisi / sinetron, variety show,
reality show, musik, dokumenter dan magazine.
C. Tim Redaksi Surat Kabar Seputar Indonesia
Pemimpin Umum : Hary Tanoesoedibjo
Pemimpin Perusahaan : Sururi Alfaruq
Wakil Pemimpin Perusahaan : Darmawan Edi Tjahjono
Pemimpin Redaksi : Pung Purwanto
Wakil Pemimpin Redaksi : Djaka Susila, Dwi Sasongko, Masirom
Redaktur Pelaksana : Alex Aji Saputra, Hanna Farhana
Wakil Redaktur Pelaksana : Abdul Hakim, Zen Teguh Triwibowo
Redaktur Foto : Achmad Faisal Nasution
Editor : Ratman Suratman
109
4.2 Deskripsi Subjek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi informan untuk melengkapi data-
data peneliti untuk mendapatkan nilai validity expert antara lain :
A. Pihak Praktisi Jurnalistik : Dr. Rajab Ritonga M.si ( Mantan
Direktur SDM & Umum Perum LKBN
Antara) & Dosen di bidang ilmu
jurnalistik.
B. Pihak Redaksi SK Sindo : Nurcholis atau Ratman Suratman selaku
Bagian Redaksional Surat kabar Sindo.
Alasan peneliti menjadikan Dr. Rajab Ritonga M.si sebagai
narasumber karena, peneliti beranggapan bahwa Bapak Rajab salah satu
mantan wartawan dalam bidang fotografi di Antara yang memiliki
pengalaman lebih dari 30 tahun. Dan memiliki pengalaman akademi
menjadi dosen jurnalistik senior di Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama). Sedangkan dari pihak redaksi Seputar Indonesia peneliti
memilih Bapak Nurcholis atau Ratman Suratman selaku bagian
redaksional dan editor fotografer. Alasan peneliti memilih Bapak Nurcholis
atau Bapak Ratman Suratman, karena editor foto dalam sebuah
redaksional dapat menentukan penempatan foto dalam surat kabar,maka
dari itu pemilihan narasumber dianggap memiliki nilai kredibilitas.
110
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Analisis Foto-foto Jurnalistik Kecelakaan Air Asia QZ8501 Dalam SK.Sindo
KORPUS AIR ASIA SINDO 29 DES-30 DES 2014
TGL KORPUS 1 29 DES
A. Ikon : Tiga orang pria beseragam orange dan memakai sepatu berwarna
hitam sedang bersiap dan menaiki helikopter puma skadron 1 lanud
supadio berwarna hijau yang memiliki logo berbentuk perisai berwarna
biru dan corak berwarna kuning.
B. Simbol : Sedikit genangan air menandakan cuaca saat itu kurang
mendukung dalam pencarian korban kecelakaan Air Asia QZ 8501.
Garis kuning melintas disamping helikopter Puma skadron 1 lanud
supadio menggambarkan suasana persiapan untuk evakuasi disebuah
111
landasan udara pada camp TNI.
C. Indeks : Ketiga orang pria tersebut melakukan persiapan evakuasi
korban merupakan komunikasi non verbal sebagai akibat dari peristiwa
kecelakaan Air Asia QZ8501. Warna orange menyatakan bahwa ketiga
orang tersebut merupakan anggota gabungan dari TNI (Tentara Nasional
Indonesia) dan BASARNAS (Badan SAR Nasional). Genangan air dan
garis kuning melintas disamping Helikopter Puma menandakan lokasi di
landasan Udara TNI dan BASARNAS.
Analisis Peneliti
Sudut pengambilan angel of view menggunakan eye level viewing
teknik pemotretan Medium shoot. Pemaknaan angle MS memberikan
makna untuk menegaskan profil seseorang. Dengan memanfaatkan
besarnya Helikopter Puma yang menjadi fokus (Point of Interest). Telihat
bahwa ketiga orang pria tersebut merupakan bagian dari Tim evakuasi
korban kecelakaan Air Asia QZ 8501. Kondisi pencahayaan yang tepat
membuat objek terlihat jelas. Penggunaan diafragma (aparture) dan
kecepatan (speed) sangat baik berada pada komposisi normal, foto ini
terlihat proporsional karena pencahayaan yang baik.
Dari foto ini menjelaskan bahwa persiapan evakuasi yang dilakukan
tim gabungan dari TNI dan BASARNAS dalam pencarian korban
kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501. Kondisi cuaca yang mendung
menjadi hambatan proses pencarian. Lokasi pencarian yang berada di
sekitar perairan mengharuskan pencarian dilakukan menggunakan
helikopter.
112
KORPUS 2
A. Ikon : Dua orang wanita berpakaian warna hitam menggunakan rok
bercorak bunga dan celana jeans yang membawa sebuah koper tas
berwarna kuning dan dikuti seorang pria berpakaian berwarna putih
serta membawa koper tas berwarna hitam hendak bergegas menuju
beberapa tempat, dengan wajah yang tergesah-gesah. Beberapa orang
mengikuti dari belakang dengan membawa kamera.
B. Simbol : Kedua wanita tersebut hendak berlari menghindari pertanyaan
wartawan yang berusaha mengejarnya. Dengan mimik wajar yang penuh
kekhawatiran dan takut kedua wanita ini merupakan bentuk ekspresi dari
peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501. Kebimbangan, sebuah
kecemasan, kesedihan penuh harapan terlihat dari mata kedua wanita
tersebut untuk mengetahui informasi keberadaan keluarga yang menjadi
penumpang pesawat Air Asia QZ8501, merupakan bentuk komunikasi
non verbal.
113
C. Indeks : Beberapa orang terlihat membawa barang bawaan berupa tas
koper dan kamera. kehadiran wartawan untuk mengetahui informasi
tentang peristiwa ini sangat dominan. Wartawan tersebut berusaha
mendekati keluarga korban untuk meminta keterangan lebih lanjut dari
peristiwa ini. Kartu identitas yang menggantung dileher pria berkacamata
yang membawa kamera dan menggunakan baju berwarna biru jelas
terlihat bahwa orang tersebut adalah wartawan.
Analisis Peneliti
Pada imaji ini Sindo berusaha memposisikan empati dirinya dan
peduli terhadap keluarga yang menjadi korban penumpang Air Asia QZ
8501. Angle yang digunakan dalam foto tersebut landscape eye level
viewing dimana kedudukan objek foto sejajar dengan kamera dan dari segi
frame size menggunakan teknik full shot, dimana ukuran yang berada
dalam frame dari batas kepala hingga kaki.
Adapun makna yang ingin ditampilkan secara teknik fotografi adalah
memperlihatkan objek dengan lingkungannya. Yang menjadi point of
interest dari imaji tersebut adalah kedua wanita yang menampilkan mimik
wajah penuh kekhawatiran untuk mengetahui anggota keluarganya yang
menjadi penumpang Air Asia QZ 8501. Komposisi background dan
foreground menjadi penjelasan dari lingkungan sekitar. Penggunaan
speed dan aparature yang baik membuat pencahayaan foto jurnalistik
memberikan makna dari sebuah tragedi.
Peristiwa kecelakaan yang mengakibatkan korban sekitar 155 awak
penumpang, dapat dikatakan sebagai kecelakaan nasional penutup akhir
tahun yang kelam. Seluruh mata menyaksikan tragedi kecelakaan ini.
114
Akibat dari tragedi ini sangat berdampak terhadap penerbangan komersial
lainya untuk lebih mengutamakan keselamatan, keamanan dan
kenyamanan. Air Asia sebagai pesawat komersial yang terkenal dengan
tarif low cost menjadi pertannyaan sejumlah pihak yang dikait-kaitkan
dengan tragedi ini.
KORPUS 3
A. Ikon : Sebuah papan informasi berisi data penumpang pesawat Air Asia
QZ 8501 yang hilang kontak. Satu orang pria berkacamata menggunakan
kemeja dengan motif garis hitam putih, memakai gelang tangan dengan
lengan digulung, sedang menunjuk data di papan informasi. Sedangkan
dua orang wanita yang mengenakan baju berwarna hitam dan bermotif
warna pink-putih memegang telepon genggam juga sedang menunjuk
papan informasi.
115
B. Simbol : Puluhan orang sedang menunggu di bandara Internasional
Juanda Surabaya, untuk mengetahui informasi keluarga yang menjadi
penumpang Air Asia QZ 8501 yang hilang kontak dengan otoritas
bandara. Menurut teori tingkah laku, menurut Altson menunjukkan
sebuah respon/ tindakan dari puluhan orang tersebut yang rela
menunggu kepastian informasi tentang keluarga yang menjadi
penumpang pesawat Air Asia QZ 8501. Tiga orang yang sedang
menunjuk papan informasi yang berisi data penumpang merupakan
bentuk kecemasan yang timbul akibat dari peristiwa ini, mimik wajah
ketiganya sangat serius dan cemas.
C. Indeks : Puluhan orang yang menunggu di Bandara Internasional
Juanda, untuk mengetahui informasi tentang keluarga yang menjadi
penumpang pesawat Air Asia QZ 8501. Suasana yang di selimuti
kecemasan dan kesedihan penuh harapan mewarnai mimik wajah setiap
anggota keluarga.
Analisis Peneliti
Puluhan keluarga penumpang pesawat QZ 8501 rela menunggu
untuk mendapatkan Informasi tentang keluarganya. Sebuah papan
informasi berisi data-data penumpang terpampang dalam sebuah ruangan
di Bandara Internasional Juanda. Tiga orang sangat serius penuh
kecemasan memperhatikan data-data tersebut, untuk melihat dan
memastikan kesamaan data tersebut dengan data pribadi keluarganya.
Kurangnya koordinasi Informasi pada saat itu, membuat sejumlah keluarga
rela menunggu untuk mendapatkan kepastian informasi dari pihak otoritas
Bandara Juanda Surabaya tentang hilang kontak pesawat Air Asia QZ
116
8501. Yang ingin disampaikan oleh Sindo melalui foto jurnalistiknya adalah
kebutuhan informasi dari pihak-pihak terkait seperti Pemerintah, pihak
Angkasa pura Bandara Internasional Juanda Surabaya, dan Pusat
Informasi Air Asia yang bertanggung jawab dari kejadian ini.
Teknik pengambilan angle kamera pada foto ini menggunakan teknik
landscape high angle, dimana posisi fotografer lebih tinggi dibandingan
subjek yang akan diambil. Kesan yang ditimbulkan dari teknik fotografi ini
adalah kesan lemah, takberdaya, kesendirian. Frame size yang digunakan
close up dimana ukuran yang diambil dari kepala hingga dada atas, makna
yang disampaikan untuk memberi gambaran objek secara jelas. Yang
menjadi point of interest dari foto ini adalah tiga orang yang sedang melihat
papan informasi. Pada bagian background dan foreground dibuat sedikit
teknik blur dengan bukaan diagfragma kecil. Dengan pencahayaan yang
baik, memberikan makna yang jelas dari point of interest pada foto tersebut.
KORPUS 4
117
A. Ikon : Pada foto ini terdapat dua orang wanita, wanita pertama
mengenakan baju berwarna hitam berambut hitam panjang dan
menggunakan kacamata sedang memeluk wanita yang berambut pendek
mengenakan baju berwarna cokelat dan menggunakan tas.
B. Simbol : Dua orang wanita tersebut merupakan salah satu keluarga
korban penumpang pesawat Air Asia QZ 8501, menanggis saat dipeluk
oleh keluarga saat menunggu kepastian kabar informasi. Ekspresi wajah
seorang wanita sangat terpukul, kesedihan dan kecemasan terlihat jelas
setelah mengetahui salah satu keluarganya yang menjadi korban dalam
peristiwa ini. Suasana penuh pilu, penuh kekhawatiran dan harapan
mewarnai diruang tunggu Bandara Internasional Juanda Surabaya.
C. Indeks : Beberapa orang berkumpul di ruang informasi Bandara
Internasional Juanda Surabaya, menanti kabar atau informasi mengenai
keberadaan keluarga mereka yang menjadi penumpang pesawat Air Asia
QZ 8501 rute penerbangan Surabaya – Singapura yang hilang kontak
dari otoritas bandara pada tanggal 28 Desember 2014.
Analisis Peneliti
Foto ini menggambarkan rasa duka yang mendalam bagi keluarga
yang mengetahui anggota keluarganya bagian dari penumpang pesawat
Air Asia QZ 8501 dengan rute penerbangan Surabaya- Singapura. Terlihat
beberapa orang juga sedang rela menunggu informasi dari pihak terkait
mengenai kejelasan dan keberadaan anggota keluarga mereka. Suasana
sebuah ruangan di Bandara Internasional Juanda Surabaya menjadi sesak
isak tangis dari keluarga yang mendapatkan kabar anggota keluarganya
118
menjadi penumpang pesawat Air Asia QZ 8501.
Dalam dunia fotografi saat-saat yang sangat menentukan sering
disebut decisive moment atau puncak kejadian. Menurut Atok Sugiarto
bahwa yang lebih berperan dalam menentukan hasil suatu foto adalah
mata, otak dan hati pemotret. Moment tersebut belum tentu dapat terulang
untuk kedua kalinya. Teknik pengambilan angle ini menggunakan eye level
viewing dimana posisi kamera dan objek lurus sejajar sehingga gambar
yang diperoleh tidak ke atas atau kebawah. Frame size yang digunakan
close up kesan yang ditimbulkan dari teknik ini adalah memberikan
gambaran objek secara jelas. Point of interest dari foto ini adalah kedua
wanita yang sedang menanggis. Komposisi speed, dan diafragma
menghasilkan visual yang sempurna. Gesture dan ekspresi kedua wanita
tersebut lebih mendominasi frame dibandingkan unsur backgroud dan
foreground. Pada foto ini latar belakang tidak begitu ditampilkan.
Fotografer mencoba menampilkan sense “rasa” dibandingkan keindahan
visual terhadap sebuah foto. Rasa tersebut dibuktikan dengan ekspresi
wajah dan gestur kedua wanita tersebut.
119
KORPUS 5
A. Ikon : Seorang wanita berkerudung berwarna ungu, memegang sebuah
bingkai foto berwarna emas, dalam bingkai terdapat foto wanita
berpakaian hijau, tiga orang pria memakai baju berwarna kuning dan
hijau, satu orang wanita memakai kerudung berwarna merah.
B. Simbol : Seorang wanita berkerudung memperlihatkan sebuah bingkai
foto berwarna emas, dengan menunjuk seorang perempuan sebelah kiri
pada foto tersebut yang menggunakan pakaian berwarna hijau. Pada foto
tersebut terdapat salah satu anggota keluarga yang menjadi salah satu
penumpang pesawat Air Asia QZ 8501. Dengan mimik wajah yang penuh
ikhlas dan penuh pengharapan, wanita tersebut berusaha tegar dalam
situasi dan kondisi saat itu.
C. Indeks : Luka yang mendalam dirasakan para keluarga korban salah
satunya ibu dari Khairunisa, yang sang putri menjadi bagian dari
penumpang dari pesawat Air Asia QZ 8501. Dari peristiwa ini banyak
keluarga merasakan kesedihan, kekhawatiran yang mendalam.
120
Seorang wanita, yang sedang menunjukan sebuah foto anggota
keluarganya yang menjadi salah satu penumpang korban kecelakaan
pesawat Air Asia QZ 8501 dengan rute penerbangan Surabaya-
Singapura. Perasaan ikhlas dan tegar terlihat dari sosok wanita ini. Foto
yang diambil dalam kediaman Khairunisa di Palembang, Sumatera Barat,
pada tanggal 29 Desember 2014.
Analisis Peneliti
Teknik pengambilan angle menggunakan low angle camera dimana
fotografer berada dibawah objek. Kesan yang ditimbulkan dari teknik ini
adalah sosok pribadi yang besar, tinggi, kokoh dan berwibawa juga
angkuh. Frame size yang digunakan Mid shoot yang memperlihatkan
seseorang dengan sosoknya. Foto ini menyimbolkan sosok wanita yang
tegar dan sabar dalam menghadapi musibah yang menimpa dirinya. Yang
menjadi point of interest adalah jari tangan yang menunjuk kearah salah
satu anggota keluarga yang menjadi korban dari tragedi ini. Untuk
foreground dan background tidak begitu ditonjolkan karena posisi
pengambilan gambar didalam rumah objek. foto ini diambil menggunakan
lensa wide angle dengan format landscape dimana penempatan objek
sedikit bergeser dikanan sedangkan sisa ruang pada frame sedikit
melebar ke kiri, hal ini dilakukan untuk memperlihatkan suasana ruangan.
121
KORPUS 6
A. Ikon : Dua orang pria berseragam militer berwarna hijau, dengan
lambang-lambang di lengan kanan,dada kanan dan kiri. Sebuah peta
kepulawan berwana biru, beberapa buah komputer pelacak dan
earphone yang dikenakan serta beberapa kursi pesawat dibelakangnya
berwana biru.
B. Simbol : Dua orang pria berseragam militer angkatan udara berwarna
hijau dengan lambang lingkaran dan kotak berwarna kuning, hitam dan
biru serta simbol burung menandakan mereka dari satuan militer udara,
menggunakan earphone dikepala, jam tangan dan memegang peta
kepulawan berwarna biru menunjuk bagian dari peta tersebut. Beberapa
komputer berada didepan mereka. Komputer pelacak ini disertai
sejumlah tombol-tombol untuk mencari dan mengkomunikasikan sinyal-
sinyal kepada pos komando. Kedua pria tersebut berada pada sebuah
pesawat CN235 Skuadron Udara 800 Wing Udara 1 Puspenerbal (Pusat
122
Penerbangan Batalyon) ditandai dengan keberadaan beberapa baris
kursi berwarna biru dan lorong kabin pesawat tersebut.
C. Indeks : Dengan mimik wajah yang serius dan teliti kedua pria dari
satuan militer udara berusaha mencari titik koordinat yang menjadi
kemungkinan lokasinjatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501 di Laut Jawa.
Dengan adanya mission system yang ditandai beberapa alat komunikasi
seperti earphone dan komputer disertai tombol-tombol sinyal digunakan
oleh satuan militer udara untuk mempercepat pencarian evakuasi
pesawat Air Asia QZ 8501.
Analisis Peneliti
Dua orang pria berseragam militer yang sedang melihat peta perairan
Indonesia dengan serius dan teliti guna menuntaskan misi evakuasi
pencarian Air Asia QZ8501 di Laut Jawa. Penggunaan alat-alat teknologi
seperti earphone dan beberapa sistem komputerisasi, guna mempercepat
evakuasi. Upaya pemerintah dan pihak terkait dalam pencarian pesawat Air
Asia QZ 8501 mengerahkan bebrapa pihak terkait seperti TNI Angkatan
Laut (AL), Angkatan Udara (AU), Angkatan Darat (AD) BASARNAS, POLRI
dll. Keterlibatan pemerintah dan beberapa institusi ini menandakan
solideritas dan tanggung jawab bersama dalam menuntaskan misi
kemanusiaan ini.
Angle of viewing dari foto ini menggunakan teknik high angle
posision. Dimana kamera berada diatas dari objek foto. Kesan yang
ditimbulkan dari angle ini adalah kesan lemah, tidak berdaya, kesendirian
dll. Namun, pada foto ini yang ingin ditampilkan Sindo adalah kegigihan dari
aparat dinas terkait dalam upaya pencarian pesawat Air Asia QZ 8501.
123
Frame size yang digunakan mid shot makna yang dihasilkan dari teknik ini
memperlihatkan seseorang dengan sosoknya. Yang menjadi point of
interest dari foto ini ialah aktifitas kedua pria ini dalam melakukan misi
evakuasi. Foreground dalam foto ini lebih ditonjolkan dengan menampilkan
alat-alat yang digunakan seperti earphone, peta, komputer serta tombol-
tombol. Sedangkan, background tidak banyak menampilkan visual frame
yang signifikan. Penggunaan speed, aparture dan iso pada foto ini normal
terlihat tidak terjadi over lighting pada objek.
KORPUS 7
A. Ikon : Seorang pria memakai seragam warna orange, menggunakan
jam tangan dengan beberapa lambang di seragam sedang menunjuk
peta Indonesia pada sebuah monitor komputer. Sebuah dekoder,
remote televisi hitam diatas meja, satu buah layar televisi dibelakang
pria tersebut.
124
B. Simbol : Ekspresi serius seorang pria berseragam orange dengan
lambang kotak baret empat warna kuning di kerah baju, dan lengan
kanan berwarna biru menunjuk kearah sebuah peta indonesia pada
layar monitor komputer. Sebuah remote, dekoder dan televisi di
belakang untuk memantau perkembangan informasi dari beberapa
media.
C. Indeks : Basarnas merupakan Badan Sar Nasional yang memiliki
peran dari tragedi kecelakaan Air Asia QZ 8501. Pada peristiwa ini
Basarnas sebagai pemegang komando sekaligus key informan untuk
memberikan informasi kepada publik yang resmi dalam
perkembangan terkini kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501.
Analisis Peneliti
Pada foto ini, tampak seorang pria dari satuan Basarnas, ingin
memberikan informasi tentang kemungkinan keberadaan pesawat Air Asia
QZ 8501 di daerah laut Indonesia. Sebuah layar monitor dengan tampilan
peta Indonesia merupakan bentuk komunikasi visual yang di informasikan
untuk mengetahui keberadaan pesawat Air Asia QZ 8501. Foto ini
menggambarkan sikap kepedulian seluruh pihak yang bertanggung jawab
untuk mengetahui keberadaan pesawat Air Asia. Evakuasi korban pada
kecelakaan ini cukup menyulitkan, karena objek atau pesawat berada di
dasar laut. Dibutuhkan peralatan teknologi canggih untuk membantu
evakuasi. Foto ini menonjolkan kegigihan, sebuah tim evakuasi dalam misi
pencarian bangkai pesawat Air Asia QZ 8501.
Teknik pengambilan angle yang digunakan pada foto ini adalah eye
level viewing, dimana pemotretan yang sejajar dengan objek, kamera
125
berada pada satu garis lurus dengan objek. Posisi objek berada pada kanan
frame sedangkan ruang kosong diisi dengan foreground untuk mengetahui
aktivitas objek yang di foto. Penggunaan lensa wide angle sangat baik
dalam mengambil foto ini. Point of interest dari foto ini jari tangan seorang
pria yang menunjuk kearah monitor komputer, dimana terdapat peta
Indonesia. Frame size yang ditampilkan mid shot, dimana ukuran objek
yang di foto dari mulai kepala sampai pinggang. Makna yang dihasilkan dari
teknik ini adalah memperlihatkan seseorang dengan sosoknya. Kombinasi
iso, aparture, dan speed menghasilkan pencahayaan yang baik tidak over
lighting dan under lighting.
KORPUS 8
A. Ikon : Sejumlah orang yang berada di sebuah ruangan dengan
monitor layar lebar terpampang didepannya. Sebagian orang yang
mengenakan seragam berwarna orange, dan dua orang berseragam
biru dan satu orang mengenakan jaket hitam dan kemeja putih berdiri
126
memperhatikan layar monitor. Beberapa monitor komputer, keyboard,
telepon dan printer didepan sejumlah orang berseragam orange.
B. Simbol : Sejumlah orang sedang menjelaskan tentang lokasi
keberadaan jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501, disimbolkan dengan
gambar peta Indonesia di layar lebar monitor. Beberapa orang yang
berseragam orange sedang duduk, nampak serius dan
memperhatikan tentang informasi yang disampaikan. Satu orang
berdiri menggunakan jaket berwarna hitam dan kemeja putih sedang
fokus memperhatikan informasi yang diberikan pada pria berseragam
biru dihadapannya, sedangkan satu orang berseragam biru
mendampingi disampingnya. Suasana saat itu penuh perhatian,
nampak terlihat beberapa layar monitor komputer, keyboard, telepon
dan printer menandakan disebuah ruangan khusus pada misi
pencarian pesawar Air Asia QZ 8501.
C. Indeks : Layar lebar monitor yang bergambar peta Indonesia
digunakan untuk memberikan informasi tentang lokasi pencarian
jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501, beberapa orang berseragam
orange dan biru menandakan adanya koordinasi untuk memberikan
informasi kepada pihak terkait. Kehadiran Wakil Presiden Jusuf Kalla
merupakan bentuk kejadian ini perlu perhatian khusus dari
pemerintah. Ekspresi sejumlah orang tersebut nampak dramatis
dengan raut wajah fokus, penuh perhatian, dan serius.
127
Analisis Peneliti
Kesulitan pencarian jatunya pesawat Air Asia QZ 8501 di daerah
perairan Indonesia membutuhkan kesabaran dan ketelitian untuk
menemukan kepastian lokasi evakuasi. Foto ini memperlihatkan koordinasi
yang dilakukan oleh Basarnas, TNI dan Pemerintah tercermin pada foto ini,
dimana kehadiran wapres Jusuf Kalla menandakan kejadian ini perlu
perhatian khusus. Sindo mencoba menampilkan kinerja Basarnas sebagai
tim evakuasi bencana, kecelakaan dll dalam melakukan kegiatannya.
Pengambilan angle kamera yang dilakukan fotografer adalah eye
level viewing dengan penggunaan frame size pada foto ini teknik long shot
menghasilkan makna memperjelas atau memperlihatkan objek dengan latar
belakanya. Pada foto ini sindo mencoba tidak mempertajam titik fokus pada
objek, karena yang ditonjolkan dari foto ini adalah foreground dan
background, fokus perhatian dari mata pembaca ketika melihat foto dalam
rubrik Air Asia Hilang pada foreground yaitu kehadiran wapres Jusuf Kalla
dan background ialah para tim satuan Basarnas dan TNI. Penggunaan wide
angle menghasilkan frame pada foto lebih nampak lebar untuk
mendapatkan visual yang tepat dan memperjelas latar belakang objek pada
sebuah foto. Titik pencahayaan dibentuk lebih terang pada foreground
dengan bukaan diafragma kecil dan penggunaan speed yang lebih besar,
hal ini digunakan untuk menghindari over lighting dan blur pada setiap titik
fokus pada objek.
128
KORPUS 9
A. Ikon : Sebuah layar informasi di Bandara Changi, Singapura. Beberapa
perusahaan maskapai penerbangan yang akan tiba di Bandara Changi,
Singapura. Sebuah kode penerbangan pesawat Air Asia QZ 8501 dan
keterangan untuk menuju bagian informasi maskapai tersebut, diikuti
beberapa kode penerbangan lainnya, dengan bahasa mandarin.
B. Simbol : Sebuah tabel informasi berwarna hitam di Bandara Changi,
Singapura. Dan beberapa jalur maskapai penerbangan dan kode
penerbangannya. Terlihat maskapai Air Asia dengan kode penerbangan
QZ 8501 dari Surabaya tujuan Singapura dengan status keterangan
tabel untuk konfirmasi ke bagian informasi maskapai tersebut. Selain itu
beberapa maskapai pernerbangan lain juga terdapat di tabel informasi
tersebut seperti Emirates Airlines, Air Asia, dan maskapai berbahasa
mandarin.
129
C. Indeks : Dengan adanya papan informasi di Bandara Changi, Singapura
merupakan bentuk komunikasi non verbal dari otoritas Bandara untuk
memberikan informasi kepada keluarga korban pesawat Air Asia QZ
8501. Tulisan go to info counter menandakan bahwa informasi yang
resmi mengenai perkembangan pesawat Air Asia QZ 8501 harus
ditanyakan ke bagian informasi Air Asia di Bandara Changi, Singapura.
Setiap penerbangan yang menuju Singapura ditandai oleh beberapa
keterangan terlebih untuk Air Asia QZ 8501 tujuan Surabaya-Singapura.
Analisis Peneliti
Sebuah papan informasi berwarna hitam dengan tulisan putih serta
beberapa perusahaan maskapai penerbangan lainnya terdapat di Bandara
Changi, Singapura. Untuk rute penerbangan Surabaya-Singapura dengan
kode penerbangan QZ 8501 untuk mendapatkan informasi harus menuju
bagian informasi maskapai setempat. Ini ditandai oleh tulisan “Go To Info
Counter”. Ini merupakan bentuk status penerbangan di setiap bandara di
seluruh dunia untuk medapatkan informasi keberangkatan dan kedatangan.
Banyaknya yang ingin mengetahui informasi terkini seputar kecelakaan
Air Asia QZ 8501 membuat informasi yang dihasilkan belum memiliki
kepastiannya. Berbagai pihak memberikan informasi yang berbeda-beda.
Dengan adanya informasi yang diberikan otoritas bandara dan perwakilan
maskapai Air Asia di Singapura, sedikit memberikan keterangan bagi
keluarga dan awak media. Pengambilan gambar menggunakan eye level
viewing, dimana posisi kamera berada sejajar dengan objek. Sudut
pengambilan gambar semacam ini standart dilakukan fotografer. Frame size
yang dihasilkan adalah close up dengan sedikit teknik zooming untuk
130
menegaskan objek yang di potret. Seluruh objek yang dipotret adalah
merupakan menjadi titik fokus, dan menghasilkan pencahayaan yang
proporsional.
TGL KORPUS 10 30 DES
A. Ikon : Seorang pria, sebuah pantai, gundukan pasir pantai bergambar
pesawat dan bertuliskan kode pesawat dan sebuah tulisan didekat
gambar tersebut.
B. Simbol : Seorang pria, yang menggunakan celana panjang jeans dengan
baju lengan panjang yang sedang menggambar sebuah gundukan pasir
pantai bergambar dua pesawat yang hilang dengan kode penerbangan
masing-masing. Sebelah kanan gambar Air Asia QZ 8501 dengan warna
merah dan sebelah kiri Malaysia Airlines MH 370 dengan warna biru serta
pesan bertulisan “Where are they? ”. Menurut teori warna merah adalah
warna yang sangat panas dengan api, kekerasan dan peperangan. Merah
dapat dikaitkan dengan kemarahan dan juga sebagi tanda bahaya. Warna
131
ini dapat menyampaikan kecenderungan untuk menampilkan gambar dan
teks secara lebih besar. Sedangkan, warna biru memberikan kesan
komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, kelmbutan,
dinamis. Warna ini lebih memberikan kesan tenang dan menekankan
keinginan.
C. Indeks : Gambar dua pesawat dari gundukan pasir menunjukan bahwa
publik ingin segera mengetahui keberadaan dua pesawat komersial
tersebut. Pria tersebut memberikan rasa simpatinya atas peristiwa
kecelakaan Air Asia QZ 8501 lewat pesan gambar.
Analisis Peneliti :
Seorang pria yang sedang menggambar sebuah gundukan pasir
bergambar dua pesawat komersial yang mengalami kecelakaan yaitu
Malaysia airlines MH370 dan Air Asia QZ 8501. Selain itu terdapat pesan
diantara gambar pesawat yang mengalami kecelakaan bertuliskan “Where
are they? ” Yang dilakukan pria tersebut merupakan sebagai bentuk rasa
prihatin dan simpati atas peristiwa kecelakaan. Pada foto ini Sindo
menempatkan posisi sebagai media informasi dan wadah komunikasi untuk
dapat menyalurkan berbagai macam bentuk aspirasi dari berbagai pihak
salah satunya pria ini. Pria ini membuat gambar sebagai bentuk simpatisan
terhadap peristiwa yang memakan korban hampir seluruh awak kabil dan
sebelum peristiwa Air Asia QZ 8501 hampir delapan bulan lalu, dunia
penerbangan dikejutkan oleh hilangnya pesawat komersial Malaysia Airlines
dengan rute penerbangan Kuala Lumpur-Beijing (Tiongkok).
132
Teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah eye level viewing
dengan landscape. Frame size yang digunakan full shot makna yang
dihasilkan untuk memperlihatkan objek dengan latar belakangnya.
Penggunaan lensa wide angle menegaskan pada background pantai yang
luas. Foreground dalam foto ini menjadi titik point of interest yaitu gundukan
pasir bergambar pesawat Air Asia QZ 8501 dan Malaysia Airlines MH370,
serta seorang pria. Dengan penggunaan angle yang tepat kesan yang
dihasilkan pada foto ini adalah rasa kepedulian terhadap suasana duka
dalam dunia penerbangan indonesia.
KORPUS 11
A. Ikon : Dua orang pria berseragam orange mengenakan
earphone,kacamata beberapa tombol-tombol dari ruang kabin pilot,
sebuah kertas putih yang berisi koordinat lokasi evakuasi. Hamparan luas
133
berwarna biru.
B. Simbol : Dua orang berseragam orange, mengenakan earphone
sedang mengemudikan pesawat Hercules milik TNI AU (Angkatan
Udara). Banyaknya tombol-tombol menandakan lokasi pengambilan
gambar di ruang kabin pilot pesawat, dengan hamparan Laut
dibawahnya.
C. Indeks : Earphone yang digunakan menandakan bahwa kedua orang
tersebut berada di dalam pesawat ini ditegaskan oleh banyaknya
tombol-tombol dalam kabin serta alat kemudi pesawat. Hamparan
warna biru dibawahnya menandakan bahwa pesawat sedang berada
diatas permukaan laut untuk melakukan pencarian pesawat Air Asia QZ
8501.
Analisis Peneliti
Pada foto ini nampak kedua pria yang menggunakan baju berwarna
orange dan earphone sedang melakukan evakuasi dengan menelusuri
perairan yang menjadi titik pusat evakuasi dalam misi pecarian Air Asia QZ
8501. Seorang pria sedang fokus mengemudikan pesawat terbang dan satu
orang lagi sedang melihat ke sebuah kertas yang dipegangnya. Dengan larat
belakang lautan perlu evakuasi menggunakan pesawat terbang.
Foto yang diambil dalam kabin pesawat tersebut menunjukan suasana
kegigihan para tim evakuasi dalam misi pencarian Air Asia QZ 8501. Upaya
yang dilakukan oleh Basarnas, TNI (AU), dan pihak terkait, menandakan
koordinasi atau kerjasama yang baik dalam misi humanisme ini. Sindo
memilih foto-foto yang menampilkan heroik dan patriotisme dalam penyajian
foto rubrik khusus ini.
134
Angle kamera yang diambil menggunakan high angle dimana posisi
kamera lebih tinggi dari objek yang difoto. Ini memiliki kesan lemah tak
berdaya, selain itu dengan menggambil angle ini fotografer ingin
mendapatkan background yang nyata dan lebih luas lagi untuk memperjelas
aktifitas objek yang difoto. Frame size yang digunakan adalah middle close
up teknik ini dapat memberikan makna menegaskan profil seseorang.
Backgroud pada foto ini hamparan lautan yang luas, sedangkan foreground
foto menampilkan kabin pesawat yang ditandai oleh sejumlah tombol kemudi
dan alat kemudi bagi pilot. Ini memperkuat kesan dan fokus perhatian mata.
Point of interest pada foto ini adalah keseluruhan dari obyek dalam frame.
Penggunaan pencahayaan yang tidak over lighting menjadikan foto ini
nampak lebih natural.
KORPUS 12
135
A. Ikon : Dua orang berbaju kemeja putih salah satu diantaranya
menyalami seorang wanita menggunakan baju bercorak hitam putih.
Beberapa orang menyaksikan momen mengharukan tersebut. Tembok
berwarna putih dan sejumlah orang
B. Simbol : Wakil presiden Jusuf Kalla yang mengenakan kemeja putih
digulung menyalami salah satu keluarga korban penumpang pesawat Air
Asia QZ 8501.Nampak pria berkemeja putih mengawal wakil presiden
dalam memberikan rasa empati kepada keluarga korban. Mimik wajah dari
perempuan ini sangat sedih dan cemas menanti kabar mengenai
keberadaan anggota keluarganya. Selain itu para keluarga lain juga
menyaksikan dengan raut wajah penuh duka dan serius memperhatikan
momen ini. Sedangkan wakil presiden mencoba memegang tangan
perempuan tersebut untuk mencoba mendengarkan keluhannya. Terlihat
wajah wakil presiden Jusuf Kalla penuh haru menahan duka mendalam.
Tembok putih dan sejumlah orang berkumpul di sebuah ruangan khusus
di Bandara Juanda, Surabaya.
C. Indeks : Jabatan tangan merupakan bentuk komunikasi non verbal yang
dilakukan setiap orang untuk mengetahui kondisi saat ini dirasakan.
Bentuk sentuhan ini dapat memberikan rasa tenang dan rasa empati yang
besar disetiap kejadian yang dialami seseorang. Sejumlah orang berada
disebuah raungan khusus untuk menunggu kabar informasi terkini tentang
keberadaan anggota keluarganya yang menjadi penumpang pesawat Air
Asia QZ 8501.
136
Analisis Peneliti
Dua orang pria menggunakan kemeja putih salah satunya Wakil
Presiden Jusuf Kalla menyalami seorang wanita yang menggunakan baju
bercorak garis hitam putih yang merupakan keluarga para korban
kecelakaan pesawat Air Asia. Raut wajah yang haru penuh duka mendalam
terlihat dari wanita ini. Selain itu sejumlah orang juga sedang berkumpul di
sebuah ruangan khusus di Bandara Juanda, Surabaya untuk mengetahui
informasi mengenai anggota keluarganya masing-masing.
Pada foto ini harian Seputar Indonesia (Sindo) mencoba menampilkan
lewat foto jurnalistiknya tentang rasa bela sungkawa yang dalam dari
pemerintah yang diwakilkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk
memposisikan dirinya sebagai orang yang merasakan musibah tersebut.
Rasa care (peduli) terhadap sesama dapat diwakilkan dari foto jurnalistik
tersebut. Ini merupakan sebuah momen. Menurut Budhi Santoso dalam
bukunya “Bekerja Sebagai Fotografer” bahwa foto-foto yang mengandung
unsur human interst bisa memberikan kepada pembaca celah kehidupan
yang nyata.
Pada foto ini teknik pengambilan gambar yang diambil ialah eye level
viewing, dimana merupakan teknik standart yang sering dilakukan oleh
fotografer. Posisi objek sejajar dengan kamera kesan yang ditimbulkan tidak
begitu ditonjolkan namun dapat dilihat apabila fotografer menggunakan lensa
khusus seperti wide angle, fish eye. Frame size yang digunakan adalah Mid
shot dimana pola pengambilan gambar dari ujung kepala hingga perut
bagian bawah. Kesan yang ditimbulkan untuk memperlihatkan seseorang
dengan sosoknya. Point of interst pada foto ini tergambar pada wakil
137
presiden Jusuf Kalla yang menyalami seorang wanita yang merupakan salah
satu anggota keluarga korban dengan wajah yang penuh kesedihan. Pada
foreground tidak ditampilkan, namun background yang ditonjolkan adalah
suasana sebuah ruangan yang penuh duka dan haru, terlihat beberapa
orang yang memiliki raut wajah yang penuh kekecewaan dan kesedihan.
Penggunaan lensa wide angle lebih menegaskan mengenai suasana
disekitar ruangan crisis center Bandara Juanda, Surabaya. Penggunaan iso,
speed dan diafragma disesuaikan dengan pencahayaan diruangan.
Kemungkinan foto ini menggunakan flash lighting untuk menambah
pencahayaan sekitar objek.
KORPUS 13
138
A. Ikon : Dua orang wanita, sejumlah pakaian, sebuah lemari pakaian,
beberapa tas koper, dan tempat tidur, serta tirai jendela.
B. Simbol : Dua orang wanita dengan menggunakan baju berwarna kuning
dan pink memakai celana pendek sedang menata kembali beberapa
pakaian kedalam lemari disebuah ruangan. Sejumlah tas koper berwarna
kuning, dan merah berisi pakaian yang tidak jadi digunakan di tata kembali
ke dalam lemari. Sebuah tempat tidur lengkap dengan bantal guling dan
selimut nampak tergeletak disamping kedua wanita tersebut. Tirai jendela
berwarna kuning menutupi ruangan tersebut.
C. Indeks : Aktifitas yang dilakukan kedua wanita tersebut menandakan
wanita itu sedang berada di sebuah kamar, dan mereka merupakan salah
satu calon penumpang pesawat Air Asia QZ 8501 yang batal berangkat
karena keterlambatan dan miskomunikasi dalam perubahan jadwal.
Banyaknya pakaian dan tas koper yang digunakan menandakan kedua
wanita ini ingin pergi dengan jangka waktu yang lama. Dengan
keterlambatan dan batalnya penerbangan kedua wanita ini tidak jadi
berangkat ke Singapura untuk berlibur dan tidak menjadi korban pesawat
Air Asia QZ 8501.
Analisis Peneliti
Dua orang wanita yangmenggunakan baju berwarna kuning dan pink
serta, memakai celana pendek terlihat sedang menata kembali sejumlah
pakaian yang tidak jadi digunakan, kedalam sebuah lemari pakaian. Terlihat
beberapa tas koper yang tergeletak di lantai kamar. Sebuah tempat tidur
berada disamping kedua wanita tersebut. Tirai berwarna kuning menutupi
jendela sebuah kamar. Akibat dari keterlambatan dan terjadi miskomunikasi
139
kedua wanita ini batal berangkat berlibur ke Singapura menggunakan
pesawat Air Asia QZ 8501.
Pada foto ini surat kabar Seputar Indonesia (Sindo) mencoba
menampilkan sisi human interest dimana akibat dari pembatalan
keberangkatan kedua wanita ini sangat beruntung tidak menaiki pesawat Air
Asia QZ 8501 yang mengalami hilang kontak dengan pihak otoritas Bandara
setempat. Penggunaan pengambilan gambar yang dilakukan fotografer
adalah high angle, dimana kamera berada diatas objek yang dipotret. Kesan
yang ditimbukan dari angle ini, mengandung konotasi dikerdikal, dilemahkan
kesan lemah tak berdaya dan kesendirian. Teknik ini dilakukan untuk
mendapatkan jumlah objek yang lebih banyak karena dilihat dari atas. Lensa
yangmendukung dari pemotretan ini adalah wide angle, sedangkan frame
size yang digunakan full shot, makna yang dihasilkan memperlihatkan objek
dengan lingkungannya. Point of interest pada foto ini adalah seluruh objek
yang tertangkap oleh kamera. yang ditampilkan dalam foto ini lebih
cenderung kepada aktivitas dan lingkungan sekitar objek. Dengan teknik
pengambilan high angle, foreground yang dihasilkan memperkuat suasana
sekitar objek. pencahayaan yang tepat menghasilkan exposure pada foto
tersebut.
140
KORPUS 14
A. Ikon : Sejumlah orang berseragam berwarna corak militer dengan
memakai pelampung berwarna kuning, dan sabuk keselamatan yang
menggantung berwarna merah. Sebuah lorong kabin pesawat terbang.
B. Simbol : Sejumlah personil yang menggunakan seragam bercorak militer
dari Angkatan Udara Singapura dan mengenakan pelampung dileher
berwarna kuning sedang memantau dari jendela pesawat Hercules C-130
dalam misi pencarian Air Asia QZ 8501. Sebuah sabuk keselamatan
berwarna merah menggantung disamping personil tersebut, dan sebuah
lorong kabin pesawat yang menjadi jalan bagi para awak pesawat
tersebut. Raut wajah para personil yang serius memantau kearah jendela
dari dalam pesawat Hercules C 130 dalam misi evakuasi kecelakaan
pesawat Air Asia QZ 8501.
141
C. Indeks : Pada tragedi kecelakaan Air Asia QZ 8501, Indonesia dalam misi
evakuasi mendapat support (dukungan) dan bantuan dari beberapa
negara tetangga dan Dunia seperti : Malaysia, Singapura, Korea Selatan,
Jepang, Australia dan Amerika. Solideritas negara-negara membuktikan
adanya koordinasi dan kerjasama dalam menuntaskan evakuasi. Kesulitan
pencarian bangkai pesawat yang kemungkinan jatuh ke perairan
mengharuskan pencarian dilakukan dari udara. Para personil ini
menggunakan pelampung dan sabuk keselamatan untuk menjada
keselamatan diri ketika berada di dalam pesawat.
Analisis Peneliti
Sejumlah personil angkatan udara Singapura yang menggunakan
pelampung berwarna kuning. Menandakan evakuasi dilakukan dari atas
pesawat terbang, kesulitan pencarian di daerah perairan membuat evakuasi
harus menggunakan pesawat terbang. Solideritas dari negara lain
memberikan bantuan merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab
bersama dalam menjaga hubungan yang baik antar bangsa. Foto ini
menggambarkan jiwa pantang menyerah dan profesional dari para militer
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Pekerjaan yang mengedepankan jiwa sosial dan kemanusiaan
menjadikan Singapura berperan serta pada evakuasi ini dan juga, Singapura
sebagai tujuan dari penerbangan Air Asia QZ 8501. Pada imaji ini terlihat
kerjasama antara Indonesia dan Singapura dalam melakukan evakuasi
korban kecelakaan Air Asia. Pengambilan high angle dan frame size full shot
mempertegas suasana kabin pesawat Hercules C-130 dan menandakan
evakuasi dilakukan oleh beberapa negara termasuk Singapura. Tidak
142
beraturannya komposisi point or interest pada foto ini menandakan bahwa
fotografer hanya menegaskan aktifitas evakuasi yang dilakukan oleh negara
lain. Foregroud yang ditonjolkan adalah sejumlah personil angkatan udara
Singpura dengan Background kabin pesawat Hercules C-130. Foto ini tidak
menggunakan lampu flash melainkan dengan mengatur Iso, Speed untuk
menghasilkan gambar yang natural dari sebuah objek. Hal ini dilakukan untuk
mengajak pembaca merasakan suasana pada objek tersebut.
KORPUS 15
A. Ikon :Tiga orang pria sedang berinteraksi, satu pria menggunakan jaket
hitam, memegang alat komunikasi HT (Handy Talky) menunjuk sebuah
peta. Dua orang pria mengenaka seragam berwarna orange dengan
lambang di bahu kanan dan sebuah tas selempang sedang
memeperhatikan instruksi.
143
B. Simbol : tiga orang yang sedang berinteraksi dalam sebuah ruangan.
Satu orang mengenakan jaket hitam dan memegang alat komunikasi HT
(Handy Talky), merupakan alat komunikasi berbentuk seperti telepon
genggam, tetapi sifatnya searah. Sedang menunjuk sebuah peta yang
terpampang di depannya. Sedangkan dua orang lainya yang berseragam
orange memeperhatikan dengan serius instruksi tersebut, terdapat
lambang lingkaran berwarna kuning di lengan bahu sebelah kanan dan
menggunakan tas selempang.
C. Indeks : Ketiga orang tersebut merupakan satuan TNI Angkatan Udara
(AU) yang sedang melakukan briefing (Pengarahan) sebelum menjalankan
misi pencarian Air Asia QZ 8501. Pengarahan dilakukan untuk
memeberikan instruksi wilayah mana atau daerah mana yang menjadi
target pencarian pesawat Air Asia QZ 8501. Dengan melihat latar
belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan perairan, sangat
sulit menentukan lokasi koordinat tersebut.
Analisis Peneliti :
Pada foto ini yang ingin ditampilkan Sindo adalah proses pra misi
evakuasi atau dengan kata lain, berbagai bentuk persiapan yang dilakukan
pemerintah dalam menangani musibah kecelakaan Air Asia QZ 8501. Melalui
foto ini pembaca dapat mengetahui informasi tetang perkembangan peristiwa
ini. Nilai kerjasama yang dihasilkan TNI AU dan pihak-pihak lain tercermin
dari foto-foto tersebut.
Imanji ini menggunakan teknik pengambilan angle eye level viewing
dengan penggunaan frame size middle close up yang ingin ditegaskan dari
teknik ini adalah profil objek. Point of interest dari foto ini adalah tangan yang
144
menunjuk ke sebuah peta. Fotografer menggunakan lensa tele untuk
mendapatkan fokus pada titik tertentu, penggunaan bukaan kecil diafragma
dan speed yang cepat untuk melakukan teknik freeze. Selain itu akibat dari
penggunaan lensa tele sebagian objek dalam frame mengalami blur fokus
berada pada satu titik hal ini untuk menegaskan dan menonjolkan pesan
gambar yang ingin disampaikan. Penggunaan backgroud peta memperkuat
titik fokus yang diambil. Pada foto jurnalistik moment merupakan hal yang
menjadi segalanya, karena dengan mendapatkan momen-moment tertentu
nilai foto jurnalistik didapatkan.
KORPUS 16
A. Ikon : Dua orang sedang turun dari sebuah kapal, salah satunya
membawa pelampung berwarna kuning dan orange. Seorang pria
mengenakan baju bermotif garis-garis melangkah keluar dari kapal diikuti
sejumlah orang lainnya. Terlihat seorang berseragam cokelat
menggunakan topi biru dan ikat pinggang warna putih berdiri
145
disampingnya. Sebuah kapal berwarna biru bersandar, lampu yang
menggantung di tiang kapal dan langit yang gelap.
B. Simbol : Nampak dua orang pria sedang melangkah turun dari kapal yang
menyandar di dermaga Pelabuhan Manggar, Belitung Timur. Satu orang
menggunakan baju bermotif garis melangkah keluar dan diikuti satu pria
dibelakangnya membawa pelampung berwarna kuning dan orange,
dengan menggunakan baju berwarna orange ikut melangkah keluar dari
kapal. Selain itu seorang pria berdiri disamping dengan berseragam
merupakan aparat kepolisian yang sedang mengawal kedatangan Tim
SAR dalam evakuasi Air Asia QZ 8501. Keterbatasan cahaya karena Tim
SAR tiba pada waktu malam hari, lampu kapal yang menggantung di tiang
kurangnya pencahayaan saat itu.
C. Indeks : Kehadiran Tim SAR pada waktu malam hari menandakan
bahwa kurangnya tim evakuasi pada misi Air Asia QZ 8501, pencarian
yang difokuskan pada kepulauan Belitung Timur. Belitung timur terkenal
daerah yang memiliki banyak kepulauan kecil. pengiriman Basarnas
Provinsi Belitung ke Pulau Nangka langkah fokus pencarian Air Asia QZ
8501.
Analisis Peneliti
Sejumlah orang sedang turun dari sebuah kapal di Pelabuhan Manggar
Belitung Timur. Terlihat aparat kepolisian mengawal sejumlah orang tersebut.
Sejumlah orang ini merupakan Tim SAR yang dikirim Basarnas Provinsi
Belitung Timur untuk memfokuskan pencarian Air Asia pada Pulau Nangka.
Suasana yang malam ditandai oleh langit yang gelap. Lampu kapal
merupakan alat penerangan utama pada saat itu. Keterbatasan personil Tim
146
SAR setempat mengharuskan pemerintah daerah mengirimkan Tim untuk
membantuk misi pencarian pesawat Air Asia QZ 8501. Yang ditonjolkan pada
foto ini adalah bentuk kegigihan Basarnas dan pihak-pihak terkait dalam
menuntaskan misi kemanusiaan.
Foto ini menggunakan teknik pengambilan gambar eye level viewing
dimana posisi kamera sejajar dengan objek. Frame size yang digunakan
pada foto ini adalah metode long shot, dengan menggunakan lensa wide
angle untuk mendapatkan keseluruhan background. Makna yang dihasilkan
dengan metode long shot memperjelas objek dengan latar belakannya. Titik
fokus dari foto ini berada pada keseluruhan objek yang dipotret. Latar
background menjadi utama pada foto ini. Pengambilan fota pada malam hari
memeiliki nilai kesulitan dibandingkan foto pada siang hari. Faktor
pencahayaan yang kurang dapat menjadikan foto tidak fokus atau noise.
Pada foto ini fotografer meleingkapi pencahayaan dengan flash lighting untuk
menghasilkan kecerahan keseluruh objek. penggunaan speed, iso, dan
diafragma menyesuaikan kondisi cahaya sekitar objek.
KORPUS 17
A. Ikon : Sejumlah kerumunan orang yang sedang berdiri mengepalkan
tangan dengan menggunakan sebuah jaket tebal dan topi dari berbagai
kalangan. Sebuah papan sponsor bertuliskan Air Asia World’s Best Low-
Cost Airline berwarna merah dan hitam dibawah sejumlah kerumunan
orang tersebut.
147
B. Simbol : Sejumlah orang yang sedang berdiri mengepalkan tangan secara
bersama-sama melakukan doa bersama untuk keselamatan seluruh
penumpang Air Asia QZ 8501. Sebagian banyak orang tersebut
mengenakan jaket tebal dan topi menandakan cuaca saat itu sangat
dingin. Nampak solideritas para suporter sepak bola Queens Park
Rangers (QPR) , yang merupakan salah satu klub sepak bola divisi utama
di Inggris dan CEO AirAsia Tony Fernandes pemilik dari klub ini. Papan
sponsor memberikan arti bahwa klub sepak bola ini memiliki hubungan
dengan Air Asia. Tulisan World’s Best Low Cost Airline memberikan
makna bahwa hanya Air Asia yang menjadi salah satu maskapai didunia
dengan konsep penerbangan murah. Arti dari warna merah adalah berani,
energi, agresi dan revolusi.warna merah jika dikombinasikan dengan putih
akan mempunyai arti bahagia dibudaya oriental. Sedangkan, warna hitam
sebagai bentuk warna keanggunan, kesedihan dan kegelapan. Warna
hitam juga dapat melambangkan kematian dan kesedihan dibudaya barat.
C. Indeks : Puluhan suporter Queens Park Rangers (QPR) melakukan doa
bersama merupakan bentuk solideritas bersama akibat dari peristiwa
kecelakaan AirAsia QZ8501. Rasa kedekatan yang erat antara para
supporter klub dan pemilik klub tercemin dengan kebersamaan saat
senang maupun duka. Tangan yang mengepal menandakan sejumlah
orang tersebut menaruh rasa simpati dan empati mereka kepada sebagian
keluarga dari para korban kecelakaan Air Asia QZ 8501 dan sekaligus
memberikan semangat bagi keluarga dan proses tim evakuasi.
Analisis Peneliti
Sejumlah orang berdiri yang sedang melakukan doa bersama untuk
148
keselamatan korban kecelakaan Air Asia QZ 8501 di Inggris saat sebelum
menyaksikan pertandingan sepak bola Queens Park Rangers (QPR) di
Stadion Loftus Road, London. Dengan menggunakan jaket tebal dan topi
serta mengepalkan tangan mereka bersama berdoa dengan serius dan
khusyu. Sebuah papan sponsor bertuliskan Air Asia World’s Best Low-Cost
Airline terpampang dibawah para suporter.
Adanya nilai kedekatan antara para suporter dan pemilik klub terlihat dari
aktifitas doa bersama ini. Tony Fernandes merupakan pemilik klub Queens
Park Rangers (QPR) rasa prihatin dan kepedulian antar sesama manusia
tercermin dari foto jurnalistik ini. Surat kabar Seputar Indonesia (Sindo)
mencoba menampilkan sisi lain dibalik peristiwa kecelakaan Air Asia QZ
8501.
Pada imaji ini fotografer mencoba melakukan teknik pengambilan angle
landscape waist level viewing dimana teknik pemotretan hanya sebatas
pinggang. Sudut pengambilan seperti ini sering digunakan untuk foto candid
(diam-diam) tidak diketahui oleh subjek foto. Metode frame size yang diambil
long shot, makna yang dihasilkan untuk memperlihatkan objek dengan latar
belakangnya. Keseluruhan objek dari foto ini merupakan point of interest,
penggunaan lensa wide angle dan zooming digunakan untuk memeberikan
kesan keseluruhan dan sosok objek dengan latar belakannya. Background
yang ditampilkan hanya sejumlah besar orang dalam stadion itu dan
foreground memperlihatkan papan sponsor bertulisakan Air Asia World’s
Best Low Cost Airline dengan penempatan kedua hal ini lebih memperkuat
foto bahwa sejumlah orang tersebut memiliki rasa solideritas dan kepedulian
akibat dari musibah ini. Gambar yang dihasilkan pada foto ini memeberikan
149
suasan yang natural komposisi pencahayaan sudah tepat pada foto ini.
KORPUS 18
A. Ikon : Terdapat 3 orang dalam foto ini. Satu orang wanita yang
menggunakan baju panjang hitam dan kemeja putih sedang menangis
sambil mengusap air matanya. Satu orang wanita didepannya yang
menggunakan kacamata sedang mengepalkan kedua tangan, serta sosok
pria memakai topi hitam dan kemeja biru.
B. Simbol : seorang wanita berpakaian baju lengan panjang dan kemeja
putih yang sedang menangis saat melakukan doa bersama, sambil
mengusap air matanya wanita ini tidak sanggup menahan kesedihan dari
peristiwa ini raut wajah yang sedih menandakan wanita kehilangan
seseorang dari kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501. Disisi lain, seorang
wanita berkacamata dengan mengepalkan kedua tangan dan
memejamkan matanya, sedang berdoa dengan penuh kekhusyuan.
Wanita ini juga merupakan salah satu keluarga korban kecalakaan
pesawat. Selain itu sosok pria yang mengenakan topi hitam dan kemeja
150
biru menandakan mereka semua berada pada satu ruangan di Bandara
Internasional Juanda, Surabaya.
C. Indeks : Proses evakuasi yang lama membuat para keluarga korban
kecelakaan ini menunggu dan melakukan doa bersama untuk keselamatan
dari anggota keluarganya. Selain itu mereka semua memiliki pengharapan
agar proses evakuasi korban membuahkan hasil yang signifikan. Proses
evakuasi hampir 1 minggu melibatkan beberapa negara untuk
mempercepat penemuan lokasi jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501.
Analisis Peneliti
Ekspresi dari wanita yang sedang menangis menggambarkan kesedihan
yang amat luar biasa. Korban jiwa dari kecelakaan ini sebanyak 155 orang,
melibatkan sekitar 7 negara didunia untuk membantu evakuasi pencarian
korban. Dengan kejadian ini pihak maskapai Air Asia mengalami beberapa
masalah baru seperti keselamatan penerbangan, koordinasi pada pihak
Bandara, izin terbang dan biaya perawatan pesawat dll.
Teknik pengambilan angle dari yang dipilih adalah potrait eye level viewing
Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang
berdiri sejajar atau yang mempunyai ketinggian tubuh yang sama dengan
objek. Frame size yang digunakan adalah close up pengambilan gambar
yang dilakukan dari kepala hingga dada atas. Makna yang dihasilkan ialah
memerikan gambaran objek secara jelas. Point of interest pada imaji ini
terletak pada seorang wanita yang sedang menangis. Dimana pengambilan
gambar dilakukan dengan menggunakan lensa zoom, terlihat pada bagian
yang fokus pada satu titik dalam frame. Sedangkan, bagian lainya mengalami
bluring (tidak fokus). Foto ini lebih menonjolkan ekspresi dari objek yang
151
dipotret, jadi backgroud dan foregroud tidak dipentingkan.
KORPUS 19
A. Ikon : Dua orang pria berseragam orange sedang berinteraksi dan
menunjuk sebuah layar monitor bergambar peta kepulauan dan perairan
berwarna biru dan hijau. Garis- garis merah pada peta.
B. Simbol : Dua orang petugas Basarnas (Badan Sar Nasional) yang
menggunakan seragam orange sedang berinteraksi dan menunjuk sebuah
peta kepulauan perairan Indonesia yang berwarna biru menandakan
daerah perairan, sedangkan yang berwarna hijau menandakan daerah
kepulauan. Terlihat garis-garis merah pada peta yang menandakan lokasi
evakuasi pada misi pencarian pesawat Air Asia QZ 8501.
C. Indeks : Warna seragam orange menunjukan Basarnas merupakan
pemegang utama komando dalam misi ini. Tunjukan tangan
menandakan seseorang menegaskan dan memberikan letak suatu
informasi tentang berbagai hal. Penggunaa peta untuk memberikan
petunjuk secara detail tentang daerah mana saja yang menjadi lokasi
152
pencaian. Banyaknya titik-titik lokasi pencarian di daerah perairan
melibatkan berbagai negara seperti Korea Selatan, Amerika, Malaysia,
Singapura dan Australia turut bergabung membantu tim evakuasi untuk
mempercepat penemuan pesawat Air Asia QZ 8501.
Analisis Peneliti
Foto ini memeperlihatkan dua orang yang sedang melakukan interaksi
dalam misi pencarian evakuasi korban Air Asia QZ 8501. Pakaian orange
dengan label di bahu kanan merupakan ciri khas satuan SAR ini. Basarnas
merupakan sebuah tim evakuasi pembinaan, pengkoordinasian dan
pengendalian terhadap potensi SAR penerbangan, pelayaran atau bencana.
Tugas pokok meliputi pencarian (search) dan pertolongan (rescue). Jadi tim
inilah yang bertanggung jawab penuh kepada negara dalam misi pencarian
korban kecelakaan pesawat Air Asia Qz 8501. Yang ingin ditampilkan Sindo
pada foto ini adalah proses evakuasi dan koordinasi yang dilakukan
Basarnas dan beberapa instansi terkait.
Pengambilan angle pada foto ini menggunakan landscape waist level
viewing dimana fotografer secara spekulatif memotret momen tersebut tanpa
diketahui oleh subyek yang difoto. Frame size dipakai middle close up yang
memiliki makna menegaskan profil seseorang. Point of interest pada foto ini
adalah keseluruhan objek pada sebuah frame. Ditandai pleh dua orang dan
sebuah layar monitor besar. Backgroud yang ditonjolkan memperkuat kesan
informasi dan proses evakuasi dengan adanya monitor bergambar peta
kepulauan dan perairan Indonesia. Penggunaan lensa wide angle
memperkuat background yang menjadi pusat perhatian mata pembaca.
153
4.4 Deskripsi Hasil Pembahasan
Menurut Ratman Suratman selaku editor fotografer redaksi koran
Sindo saat diwawancarai oleh peneliti di ruang redaksi koran Sindo pada
tanggal 11 Agustus 2015 pukul 19.30 Wib. Peneliti pertama-tama ingin
menanyakan foto berita menurut koran Sindo, sebagaimana yang
dideskripsikan :
“Secara umum, foto berita bahasa kerennya foto jurnalistik, sesuai kaidah 5W1H, bahwa foto jurnalistik itu adalah foto yang dapat menceritakan sebuah cerita, sebuah event, maupun sesuatu berita dalam bentuk gambar. Secara khusus arti foto berita bagi koran Sindo, sangat berarti terlebih semenjak satu tahun terakhir ini koran Sindo sudah berubah roh dari news papper menjadi view papper. Secara keseluruhan koran Sindo akan bermain di gambar. Baik itu foto,grafis, infografis maupun gambar-gambar kartun. Dalam hal ini foto harus bisa mengikuti dalam perubahan tampilan ini dengan cara menjadikan foto-foto khususnya yang dibuat teman-teman fotografer di lapangan itu sedemikian rupa bercerita, sesuai foto jurnalistik. Ibaratnya foto itu hanya satu lembar namun bisa bercerita seribu kata”. Jadi foto berita menurut koran Sindo tidak dapat dipisahkan dari Koran Sindo.
Dari keterangan Ratman Suratman bahwa foto jurnalistik memiliki
kesamaan dengan arti berita dimana adanya unsur 5 W1H dan foto jurnalistik
yang bagus itu, dimana foto tersebut dapat bercerita, dapat menceritakan
sebuah kejadian yang terjadi. Seperti yang dikemukakan oleh Taufan Wijaya
dalam bukunya Foto Jurnalistik (2014:16), “Foto jurnalistik menghentikan
waktu dan memberikan kita gambaran nyata bagaimana waktu membentuk
sejarah. Karena sifat dasarnya yang dokumentatif, foto jurnalistik mampu
membuat masyarakat melihat kembali rekaman atas apa yang telah mereka
lakukan pada masa lalu.
Peneliti juga ingin mengetahui pandangan editor redaksi foto,
bagaimana foto yang baik menurut koran Sindo. Seperti yang dikemukankan
pihak Seputar Indonesia (SINDO) :
154
“Secara umum foto yang baik menurut kami, ada beberapa poin yang pertama, sehubungan dengan berita-berita bersifat tulis selama ini kami membuat format ada berita ada foto. Jadi, setiap berita tulis sebisa mungkin kami menyertakan foto yang tidak hanya sebagai pelengkap, akan tetapi lebih memberikan nuansa lebih dalam lagi. Misalnya sebagai contoh berita air asia kemarin, ada wawancara khusus dengan komandan pangkalan udara mengenai evakuasi baik yang dilakukan TNI dan Basarnas. Pada berita itu yang kami pasang bukan komandan Lanud nya tetapi lebih kepada peristiwa evakuasi itu sendiri. Jadi tujuan kami adalah apa yang diungkapkan oleh komandan udara itu akan lebih diperdalam lagi dengan tampilan foto. Selain itu, di Koran Sindo juga ada foto lepas atau foto berdiri sendiri artinya foto tanpa berita yang panjang yang hanya dilengkapi dengan caption yang maksimal tiga kalimat itu, tapi bisa menjelaskan banyak hal. Misalnya sebagai contoh foto mengenai kerusuhan demonstrasi di istana rusuh seperti membakar ban dijelaskan dengan narasi berita akan menjadi monoton, namun kami jelaskan dengan foto akan lebih dalam lagi beritanya. Jadi itu yang kami sebut dengan foto yang baik’’.
Bentuk visualisasi pada media cetak khususnya koran sangat dinilai
kurang lengkap tanpa kehadiran foto jurnalistik. Disini Sindo ingin
memberikan sesuatu yang lebih bagi pembaca dengan kehadiran foto
jurnalistiknya dengan tujuan agar para pembaca dapat menyaksikan berita
dalam bentuk informasi dan sekaligus visualisasi. Pernyataan ini didukung
oleh James Nachtwey dalam buku fotografinya yang berjudul Inferno menulis
“Sebuah foto dapat memasuki pikiran dan menjangkau hati dengan kekuatan
kesegeraan. Hal ini memengaruhi bagian jiwa di mana makna hanya sedikit
bergantung pada kata-kata dan membuat satu dampak mendalam, lebih
mendasar. Lebih dekat dengan pengalaman mentah”. Artinya bahwa foto
jurnalistik itu dapat membawa setiap orang yang melihatnya dapat
mempengaruhi jiwa manusia.
Peneliti juga berusaha menanyakan kepada editor koran Sindo
mengenai apakah koran Sindo melakukan proses editing setiap foto-fotonya.
Sesuai pernyataan pihak redaksi Seputar Indonesia (SINDO) :
155
“Itu sudah pasti, karena kita sangat memahami situasi dan kondisi di lapangan yang ditemui oleh fotografer bahwa situasinya itu di sana sangat tidak memungkinkan si fotografer itu memiliki banyak keterbatasan dala, pengambilan foto. Misalnya suasana yang crowded kemudian ada proses pengamanan misalnya untuk proses evakuasi jenazah biasanya kami tidak bisa merapat sampai pada titik yang paling dekat, kemudian yang dilakukan si fotografer adalah berusaha mengatasi keterbatasan itu dengan cara menggunakan lensa panjang atau lensa tele atau mungkin ada kendala setting kamera yang kurang bagus disamping cuaca hujan dll. Hal hal itu akan menyebabkan foto yang dihasilkan kurang bagus, karena kurang bagus itu merupakan tugas editor di Koran Sindo untunk melakukan proses editing, baik pencahayaan maupun dari kualitas-kualitas lainnya”.
Pada tahapan ini redaksi Sindo memiliki otoritas dalam proses editing
semua foto-foto yang ada dan yang dilakukan hanya sebatas teknik
pencahayaan dan tidak menghilangkan fakta serta tidak mengabaikan kode
etik jurnalistik. “Yang tidak boleh dilakukan adalah merekayasa substansi dan
cerita dalam foto” (Wijaya 2014:100).
Dari keterangan Ratman selaku editor foto koran Sindo, membuat rasa
ingin tahu peneliti untuk menanyakan proses pemilihan foto berita yang
menjadi foto dalam rubrik khusus Air Asia Hilang edisi 29-30 Des 2014.
“Biasanya untuk satu moment, fotografer kami mengirimkan lima frame foto. Misalnya kedatangan jenazah teman-teman mengirimkan banyak antara lima sampai sepuluh frame. Baik dengan jaringan produksi nasional (Japron) seperti wadah pengiriman selain email. Ketika mereka mengirim begitu variatif, bahkan mereka cenderung membuat sebuah cerita pada foto-fotonya. Misalnya dimulai dari kedatangan pesawat, kemudian pasukan masuk kedalam pesawat menunggu dibawah dengan ambulan, jenazah turun dimasukan kedalam ambulan. ambulan menuju pangkalan udara hingga jenazah di aotopsi itu kan banyak sekali foto. Dari sekian banyak foto untuk menentukan mana foto yang mewakili biasanya tergantung penempatan foto itu sendiri. Seandainya foto itu nanti ditempatkan di halaman depan atau headline biasanya editor foto, akan melibatkan beberapa pihak misalnya redaktur halaman didampingi oleh redaktur pelaksana, kami memilih dari sekian banyak foto mana yang paling baik sedangkan kami dari editor foto lebih ke tampilan foto entah dari pencahayaan, angle dan komposisinya namun ada kaidah-kaidah yang harus ditaati. Dari situ kami ada rapat kilat biasanya untuk menentukan halaman depan, tapi kalau halaman dalam atau rubrik nasional khusus seperti Air Asia kemarin, editor foto sedikit
156
memiliki otoritas untuk menentukan foto yang baik seperti apa kami punya standarnya. Jadi pemilihan foto lebih seberapa besar mewakili berita.”
Proses pemilihan foto-foto yang ingin dimuat di Sindo memiliki beberapa
tahapan dan adanya regulasi yang harus dilakukan tim editor dan redaksi
yang terkait khusus foto headline editor harus berkoordinasi oleh redaktur
halaman dan redaktur pelaksana, namun apabila penentuan foto dalam rubrik
khusus editor foto memiliki otoritas tersendiri dalam menentukan foto-foto
tersebut.
Peneliti juga menanyakan dalam proses penentuan judul caption pada
foto rubrik “Air Asia Hilang” .
“..........si fotografer mengirimkan foto beserta caption foto misalnya pada foto TNI ini biasanya kami mengambil judul foto yang sekiranya terkait atau sesuai dengan caption foto itu. Misalnya proses persiapan evakuasi, jadi kami baca dulu captionnya baru kami tentukan judul fotonya. Intinya patokan pengambilan judul foto pada caption foto itu sendiri”.
Dari pernyataan Ratman menjelaskan bahwa Sindo mengharuskan
setiap fotografer yang sedang meliput sebuah momen harus mengirimkan foto
beserta keterangan (caption) dimana dengan keterangan foto tersebut dapat
membantu editor foto dalam menentukan judul foto tersebut. Caption adalah
teks yang menyertai foto jurnalistik. Fred S Parrish dalam bukunya,
photojournalism: An Introduction, menjabarkan bahwa caption membantu
mengarahkan perspektif sebuah foto dan menjelaskan detail informasi yang
tidak ada dalam gambar, membingungkan, atau tidak jelas.
Dalam penentuan angle foto dalam sebuah berita sebuah redaksi surat
kabar selalu dipengaruhi oleh ideologi kebijakan redaksi dari masing-masing
157
institusi media massa, peneliti mencoba menanyakan hal tersebut kepada
Sindo.
“.......termasuk ideologi kami tetapi, itu akan berubah terus dan sekarang sudah berubah. Penentuan foto sendiri kami punya standar, koran Sindo memproklamirkan diri koran di kelas Artinya kami koran yang tidak memasang foto-foto yang kotor, kumuh dll. Misalnya kalau foto tragedi air asia, foto mayat kami tidak akan pasang itu dari segi foto...”
Ditegaskan dengan konteks yang lebih relevan oleh Ratman Suratman :
“Menurut kami itu sangat dipengaruhi, kalau untuk komposisi dulu kami pernah membuat komposisi yang tipis panoramic dengan ukuran 7 kolom x 5 cm misalnya dan itu termasuk ideologi kami tetapi, itu akan berubah terus dan sekarang sudah berubah. Penentuan foto sendiri kami punya standar, koran Sindo memproklamirkan diri koran di kelas Artinya kami koran yang tidak memasang foto-foto yang kotor, kumuh dll. Misalnya kalau foto tragedi air asia, foto mayat kami tidak akan pasang itu dari segi foto. Misalnya foto kali yang kumuh kami hindari, kalau kami ingin bercerita kali ciliwung yang kumuh kami tidak harus memotret kali yang kumuh, rumah-rumah bantaran kali tidak harus dengan cara itu, ,mungkin hanya memotret anak kecil yang sedang bermain disekitar situ dan akan dijelaskan dengan caption foto. Jadi kalu visi dan misi sangat dipengaruhi.”
Pada konteks ini Jacob Oetama dalam bukunya Perspektif Pers
Indonesia mengatakan media setiap hari menyampaikan pesan berupa
liputan kejadian, permasalahan, atau komentar, semua itu tidak dilakukan
begitu saja. Semua itu dilakukan melalui proses pemilihan, proses benturan
kesadaran intelektual dengan kejadian-kejadian atau masalah yang diangkat
menjadi isi pesan media bukan ditempatkan begitu saja tanpa konteks. Untuk
itu diperlukan penempatan kejadian menjadi pesan yang kontekstual. Konteks
itu ikut dibangun oleh filsafat, visi, kerangka referensi media itu. (Jacob
Oetama.1987:171). Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa pada
dasarnya setiap media memiliki acuan dalam penentuan keseluruhan konten
pemberitaan, dengan kata lain kebijakan redaksi merupakan bentuk regulasi,
aturan dalam proses pembuatan berita.
158
Setiap media berusaha menampilkan perbedaan dari media-media
yang lain khususnya media cetak biasanya surat kabar, majalah dan tabloid
menampilkan sesuatu ciri khas baik itu dari konten berita, teknik layout,
colour, dan teknik lainya. Peneliti mencoba menanyakan kepada editor foto,
apakah koran Sindo berusaha menampilkan foto yang berbeda dengan surat
kabar lainnya. Sebagaimana yang dijelaskan Ratman :
“........merasa ekslusif merasa paling bagus, beda tapi setelah di cetak sama dengan surat kabar lainnya. Menyiasatinya adalah kami mempelajari editor-editor atau perilaku foto-foto dikoran lain bagaimana angle yang sering mereka tampilkan, dan mengenai kedalaman dari foto tersebut.....” Pada konteks ini editor foto Sindo menegaskan :
“Ya, inginnya seperti itu namun, kami tidak bisa seperti “katak dalam tempurung” merasa ekslusif merasa paling bagus, beda tapi setelah di cetak sama dengan surat kabar lainnya. Menyiasatinya adalah kami mempelajari editor-editor atau perilaku foto-foto dikoran lain bagaimana angle yang sering mereka tampilkan, dan mengenai kedalaman dari foto tersebut. Hal itu dilakukan untuk antisipasi foto yang kami pasang tidak sama minimal untuk satu peristiwa kami memiliki angle atau ruang foto yang berbeda. Seperti Air Asia sama-sama evakuasi ada yang memotret mayat ada yang memotret sepatu anggota Basarnas ada yang pesawatnya saja. Sedangkan kami lebih memilih foto-foto yang dapat mewakili semua seperti aktifitasnya atau suasananya.”
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa selera redaktur dan
editor terutama bermain saat menilai mana foto terbagus diantara banyak
pilihan foto. Selera untuk menilai bagus atau tidaknya tampilan visual satu
foto, antara redaktur foto surat kabar satu dengan surat kabar lainnya.
Redaktur foto adalah orang yang bertanggung jawab dalam penentuan foto
headline. Otoritas redaktur untuk memilih foto diberikan karena redakturlah
dianggap paling menguasai visual foto jurnalistik.
159
Saat peneliti menanyakan pendapat koran Sindo tentang peristiwa
kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501. Pihak Sebagaimana yang dijelaskan
pihak Sindo :
“Untuk kejadian Air Asia itu kami sangat interst dan kami tunjukan dengan mengirim tiga fotografer. Satu itu terbang dengan pesawat angkatan udara, satu lagi terbang dengan pesawat angkatan laut namanya pusat penerbang angkatan laut dan satu lagi dengan pesawat komersil. Tiga pesonil itu, dua personil selama 2 minggu , satu personil lagi bertahan hingga 3 minggu disana. Artinya itu peristiwa itu sangat besar, kami tidak mau melewatkan momen ini begitu saja dari sisi jurnalistik beritanya sangat besar sekali.”
Pada hal ini Sindo menilai bahwa kecelakaan pesawat Air Asia
merupakan kejadian yang memiliki news value yang tinggi bentuk antusias
Sindo pada peristiwa ini adalah mengirimkan tiga fotografer untuk melakukan
peliputan di lapangan. Dari segi fotografi jurnalistik peristiwa ini merupakan
bagian dari peristiwa yang besar, memiliki dampak yang luas bagi
pembacanya. Dampak tersebut didapat dasi sebuah foto dimana respon
perasaan manusia lewat panca indera penglihatan lebih besar, lebih cepat
dan langsung mengenai pikiran dan perasaan. Menurut Wijaya dalam
bukunya Foto Jurnalistik (2014:71). ”Foto kecelakaan banyak menjadi foto
spot. Tabrakan, perahu tenggelam atau tebakar, pesawat jatuh, kereta
terguling, dan seterusnya. Kecelakaan memancing empati, dan memenuhi
rasa ingin tahu pembaca.”
Saat peneliti menanyakan apa yang sebetulnya ingin pihak redaksi
Sindo sampaikan pada foto jurnalistik kecelakaan Air Asia QZ 8501 edisi 29 -
30 Desember 2014 ? Peneliti ingin menggali lebih mendalam mengenai
makna apa yang diharapkan dan ingin disampaikan koran Sindo pada
peristiwa tersebut.
160
“....,kami ini sebagai sumber informasi selain memberikan informasi, kami juga memberikan edukasi...’
Redaksi Sindo menegaskan dalam wawancaranya dengan peneliti :
”Sesuai dengan fungsi media massa terutama koran Sindo, kami ini sebagai sumber informasi selain memberikan informasi, kami juga memberikan edukasi. Informasi itu apa, artinya kami ingi turut menyebarluaskan informasi berita ini bahwa ada pesawat komersil jatuh korbannya berapa, siapa saja yang terlibat dalam proses penanganan itu merupakan hal yang sangat standar. Dari sisi foto sendiri kami mengajak pembaca koran Sindo bukan ingin larut kemudian bersedih dengan melihat foto-foto evakuasi, kantong jenazah dll. Lebih mengajak pada empati bahwa ada saudara, tetangga, teman, kerabat sebangsa ini dalam kecelakaan itu. Jadi memunculkan rasa empati bagi pembaca. Dari segi fotografi sendiri kami menyeleksi foto jurnalistik yang menjelaskan suatu peristiwa, kami juga ada sisi keindahan dalam sebuah kecelakaan itu. Artinya indah disini menarik dilihat, tidak foto yang berdarah-darah tapi indah menarik dilihat. Mungkin foto kantong jenazah menarik dilihat jika fotonya dapat membawa kita kedalam situasi dan suasana tersebut itu yang menurut kami foto yang bagus. Kami hanya sekedar membantu mencatat momen Basarnas, TNI yang melakukan misi kemanuasiaan. Foto-foto koran Sindo akan menjadi dokumentasi yang tidak akan hilang, sekalipun bentuk koran sudah tidak ada tapi orang yang membaca koran Sindo akan tahu koran Sindo merekam peristiwa kecelakaan Pesawat Air Asia. Dan ini juga salah satu bentuk misi kemanusiaan yang dilakukan koran Sindo. Ya, harapan kami dapat memberikan informasi melalui foto tentang kejadian yang sesungguhnya tanpa rekayasa dan dapat menjadi bagian pencatatan sejarah, pembacalah yang menilai. Kami meyakini fungsi kami sebagai lembaga jurnalistik terpenuhi. Jadi intinya, dengan cara kami mewartakan berita yang baik berpegang dengan etika jurnalistik dan foto-foto kami sanggup memunculkan rasa empati manusia tergerak dan itulah tujuan kami.
Redaksi Sindo mengkonstruksi foto kecelakaan Air Asia QZ 8501
dengan cara menampilkan foto-foto yang bersifat menimbukan perasaan
empati dan simpati, selain itu dari segi fotografi sindo menampilkan sisi
keindahan dalam arti foto yang dilihat menarik dipandang dan dapat
membawa perasaan pembaca berada pada kondisi tersebut. Sebagai media
massa selain menyebarluaskan informasi dan edukatif ada satu bentuk misi
kemanusiaan dengan mewartakan berita yang baik yang berpegangan
dengan etika jurnalistik dan menciptakan atau memunculkan rasa empati
161
setiap orang yang melihatnya. Arbain Rambey dan Kartono Ryadi
menyebutkan bahwa “Kamera adalah senjata yang ampuh di tangan jurnalis
foto yang baik” ( Wijaya 2014:68).
Dalam pembahasan ini peneliti mencoba meminta keterangan dari
Bapak Dr. Rajab Ritonga M.si selaku praktisi jurnalistik dan juga mantan
Direktur SDM &Umum LKBN Antara yang memiliki pengalaman di bidang
fotografi jurnalistik hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan credibility
guna penelitian ini bernilai valid. Berikut pembahasan peneliti dalam
mengembangkan diskusi dengan Dr. Rajab Ritonga M.si.
Menurut Dr. Rajab Ritonga M.si selaku praktisi jurnalistik fotografi saat
diwawancarai oleh peneliti di ruang dosen Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama) pada tanggal 7 Juli 2015 pukul 13.30 Wib. Peneliti pertama-tama
ingin menanyakan foto berita menurut pandangan anda.
“ Foto jurnalistik memiliki kesamaan dengan berita, dimana berita dalam bentuk teks, sedangkan foto jurnalistik berbentuk visual (gambar) dan adanya caption foto atau keterangan. Foto jurnalistik harus mengandung unsur 5w+1H untuk memberikan informasi tentang peristiwa yang dipotret.”
Dari keterangan Rajab Ritonga dapat diketahui bahwa sebuah foto
jurnalistik akan dapat lebih bermakna dengan adanya caption pada foto.
Seperti yang dikemukakan oleh Oscar Matuloh, pendiri Galeri Foto Jurnalistik
Antara mengutip Wilson Hick, mantan redaktur foto LIFE dari buku Words and
Picture yang menjelaskan bahwa foto juranalistik adalah media komunikasi
yang menggabungkan elemen verbal dan visual. Elemen verbal yang berupa
kata-kata disebut caption. Caption berfungsi melengkapi informasi sebuah
gambar karena sebuah foto tanpa keterangan dapat kehilangan makna.
162
Kategori foto jurnalistik yang baik selain dari komposisi warna, dan
cahaya selain itu juga adanya caption pada setiap foto. Karena dengan
adanya keterangan pada sebuah foto pembaca akan lebih mengerti dan
memahami maksud dari sebuah foto jurnalistik tersebut.
Peneliti ingin mengetahui foto yang baik menurut pandangan anda
secara umum selaku praktisi jurnalistik. Seperti yang dideskripsikan Rajab
Ritonga :
“Yang terpenting dalam foto jurnalistik adalah nilai berita. Foto bisa saja tidak jelas kabur (Blur), dinilai dari segi fotografi, namun memiliki nilai berita tinggi dari foto jurnalistik. Pada foto kecelakaan Air Asia ini yang dikejar oleh fotografer adalah nilai berita. Foto jurnalistik tidak bisa diatur, foto jurnalistik menampilkan kejadian apa adanya sesuai fakta dan. Foto jurnalistik dinilai oleh orisinalitasnya, dari sebuah peristiwa yang memiliki nilai berita”.
Diketahui bahwa dalam foto jurnalistik yang terpenting adalah nilai
berita. Nilai seni pada sebuah foto dapat dikesampingkan yang ditonjolkan
adalah unsur dari 5W+1H. Pendapat ini di dukung oleh pernyataan dari
Ahmad DS (1996:124) dikutip oleh Rita Gani dalam bukunya Jurnalistik Foto,
suatu pengantar (2013: 46) mengatakan:
“Yang termasuk headline adalah berita yang amat menarik, memikat, dan menimbulkan rangsangan pembaca untuk membacanya sampai habis”.
Selain menarik, headline hendaknya memenuhi syarat sebagai berita
yang penting, bahkan terpenting. Dengan demikian foto-foto yang menyertai
headline sebuah surat kabar pada umumnya termasuk pada foto jurnalistik.
Surat kabar Seputar Indonesia (Sindo) pada peristiwa kecelakaan pesawat
Air Asia QZ 8501 ini lebih mengutamakan unsur nilai berita pada sebuah foto
yaitu pertama, kebaruan (newsness) menurut wijaya (2011:12), hal ini
disebabkan oleh pembaca perlu mengetahui hal yang baru untuk memahami
163
perubahan keadaan sehingga bisa menyesuaikan diri. Kedua, Aktual
(timeliness) Konsep aktualitas ini bisa dalam artian sedang terjadi atau baru
terjadi. Aktualitas menunjuk pada sifat berita yang disiarkan berkaitan dengan
waktu penyebaran berita dan terjadinya peristiwa.
Saat peneliti menanyakan pandangan anda terhadap masing-masing
korpus foto jurnalistik kecelakaan Air Asia QZ 8501.
“Keseluruhan dari foto ini lebih cenderung menampilkan rentetan peristiwa pencarian pesawat Air Asia QZ 8501 yang hilang, dengan di dominasi oleh kinerja misi kemanusiaan Basarnas dan Tni. Selain itu, pada foto ini juga menampilkan makna rasa duka, kesedihan yang mendalam pada keluarga yang ditinggalkan. Nilai berita tetap pesawat yang hilang, maka dalam setiap foto diperjelas dengan caption foto. Teknis foto dari sudut pengambilan gambar yang dilakukan oleh fotografer yang masih kurang namun didukung oleh caption foto dan nilai berita menjadikan beberapa foto ini layak dan sah dijadikan foto jurnalistik. Maka dari itu foto jurnalistik harus disertai caption, karena caption ini yang menggambarkan keadaan”. Keseluruan Foto-foto yang ditampilkan oleh Seputar Indonesia (Sindo)
mencerminkan rasa empati dan simpati dalam misi kemanusiaan terlihat
bahwa objek baik foreground dan background adalah para aparat TNI dan
Basarnas. Selain itu, juga foto dengan wajah haru, cemas dan penuh
kebimbangan menghiasi rubrik Air Asia Hilang. Yang ingin dikonstruksi
Seputar Indonesia pada kesembilan belas foto tersebut adalah misi
kemanusian dalam berempati dan simpati serta rasa duka yang mendalam
bagi keluarga yang menjadi korban kecelakaan. Media massa sebagai
representasi dari sebuah peristiwa yang sedang terjadi, wartawan diberikan
wewenang penuh dalam melihat dan menilai pemberitaan. Bekal seorang
wartawan adalah kode etik jurnalistik dan juga kebijakan redaksional dari
institusi media bersangkutan, kadang untuk menarik pembaca wartawan
164
media cetak dan elektronik termasuk wartawan foto melakukan langkah
dramatisasi pemberitaan.
Pada hal ini peneliti, mencoba menanyakan kepada Rajab untuk
melihat dan mengamati foto-foto jurnalistik kecelakaan Air Asia QZ 8501
dalam rubrik “Air Asia Hilang”. Dengan pertanyaan menurut anda, apakah ada
dramatisasi foto pada tampilan foto jurnalistik kecelakaan Air Asia QZ 8501.
Sebagaimana yang dijabarkan oleh Rajab Ritonga :
“Dramatisasi foto tidak, karena yang utama adalah ada faktanya dulu” namun beberapa wartawan yang tidak memahami kode etik menciptakan itu, terutama wartawan kamera. pada foto-foto ini tidak mengandung dramatisasi, seputar teknis pengambilan objek, angle, frame size dll merupakan bentuk keahlian fotografer bukan bentuk dramatisasi. Dramatisasi foto tidak bisa digambarkan dari foto tersebut, namun Teknik fotografi yang dramatis merupakan bagian dari keahlian fotografer sesuai peristiwa dan fenomenanya. Fakta adalah fakta yang tidak bisa dirubah-ubah. Sebagai media berskala nasional Sindo setidaknya telah berhasil menarik perhatian publik dari foto jurnalistiknya.
Pada fenomena ini wartawan foto melihat hanya apa yang dilihat dan
mencoba menggambarkan lewat media fotografi. Penggunaan Dramastisasi
yang dimaksud dalam foto jurnalistik yaitu berkaitan dengan teknik
kemampuan sang fotografer dalam menempatkan objek dan subjek yang
menjadi target yang dipotret. Dalam foto-foto tersebut redaksi Sindo
berusaha menampilkan fakta dari sebuah peristiwa, tanpa menghilangkan
fakta. Luwi Ishwara dalam buku Jurnlaisme Dasar yang dikutip Arif (2011:76)
menyatakan bahwa fakta yang paling meyakinkan adalah yang dihimpun
wartawan dengan observasi langsung. Berdasarkan penjelasan tersebut
media cetak khususnya surat kabar menaruh kepercayaan besar pada tulisan
yang didasarkan pada saksi mata. Kondisi yang paling ideal adalah jika
165
wartawan itu sendiri yang menjadi saksi mata. Berita akan tersaji lengkap dan
akurat dengan foto jurnalistik.
166
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan yang telah
dilakukan terhadap foto-foto jurnalistik kecelakaan Air Asia QZ 8501 pada
rubrik Air Asia hilang dalam surat kabar Seputar Indonesia (Sindo) edisi 29-
30 Desember 2014, menggunakan analisis semiotika Charles Sanders
Pierce maka peneliti menarik kesimpulan bahwa :
1. Bahwa makna foto-foto jurnalistik kecelakaan Air Asia QZ 8501 dalam
rubrik surat kabar sindo menggunakan teknik eye level viewing. Foto-foto
jurnalistik dalam rubrik surat kabar Sindo merupakan representasi
rentetan peristiwa aktual hilangnya pesawat Air Asia QZ 8501. Dengan di
dominasi oleh aktifitas misi kemanusiaan Basarnas dan TNI. Selain itu
juga terdapat makna duka mendalam dalam pada keluarga korban.
2. Pengambilan gambar pada foto- foto jurnalistik kecelakaan pesawat Air
Asia QZ 8501 dalam rubrik surat kabar Sindo menggunakan teknik mid
shot makna yang dihasilkan dari teknik ini adalah memperlihatkan
seseorang dengan sosoknya. Dengan Dalam teknik pengungkapan
pesan, foto-foto Sindo lebih mengandalkan fakta dilapangan yang terdiri
dari kebaruan (Newsness) dan aktual (Timeliness) dalam penyampaian
pesan.
167
B. SARAN
Dari kesimpulan hasil temuan yang didapat melalui hasil analisa,
ada beberapa hal penting yang dapat dijadikan saran untuk menjadi
masukan pihak pengelola media dan khalayak pembaca dalam penelitian
ini, yaitu :
1. Untuk Seputar Indonesia (Sindo), diupayakan untuk lebih
mempertahankan komposisi foto seperti angle of view ( sudut
• NAMA : Reza AchmalYadi • PLACE AND DATE OF BIRTH : Jakarta, December 29 th 1989 • SEX : Male • NATIONALITY : Indonesia • MARITAL STATUS : Single • ADDRESS (ON ID) : Jl. Layar V No. 45 RT/RW 05/07. Kelapa Dua.
Tangerang. Banten 15810.
• ADDRESS (DOMICILE) : Jl. Rawa Simprug III No.43. RT /RW 03/01. Grogol Selatan. Jakarta Selatan.
Document and Data Control, Maintain Document Control System, Quality Data Control
By Warehouse, Project Data Updating. Calculation Cash Drawer.
Assistant Personal Incharge Store Head.
Computer Literate ( MS.Office), Email, Internet (Be Able).
WORK EXPERIENCE – EMPLOYMENT HISTORY
Work Description Place Year
Photographer To Prepare Camera DSLR, Setting Studio Frame, Insert Picture to PC, Filling Photo Picture (Data Based), Cutting Papper Photo, Editing & Cropping Picture Finally Photo, Handle to Costumer Coming, Prapare Customer for to Studio & Phass Photo.
PT. FUJIFILM DIGITAL IMAGE FDI
(Summarecon Mal Serpong, Tangerang)
6 Month
(Start From Oct 2008 Until June 2009)
Crew Photographer & Merchandise Cashier Selling Photo Jobs Activity Kids, Printing Finally Photo, Stock opname Papper Photo, Dailly Check Income Selling, Check Cash Drawer, Calculate income Merchandise selling. To Prepare Camera DSLR, Handle Customer care.
PT. ARYAN INDONESIA
(KIDZANIA)
One Pacific Place SCBD Jakarta
8 Month
(Start From August 2009 Until March
2010)
186
Cashier Calculation Daily Income Selling, Prapare Chash Drawer, Cleanning Showcase, Sending Email to Office (Daily report), Stock opname warehouse and Brandding. Quality Control (QC) In-Out Item, Handle Costumer Troublee, Breiffing every day, Settle EDC Bank evetyday Check Item everyday, Assistent Leeders in Store.
PT. POINT BREAK
INDONESIA (Point Break Store)
Summarecon Mall Serpong Tangerang
1 Year
(2010 until 2011)
Crew Interviewer Litbang Departement (Temporary) Calling all list random Phone number, Check List Phone Finnish by Phone, Fill Form Data Responden. Codding Responden Data.
PT. KOMPAS GRAMEDIA (Redaksi Litbang Kompas)
Jakarta
2011- Present
Internship Journalist To make Shoot list Camera Angle, Cover News, Writting News, Editting Video, Interview Keyperson Important, Share News to Coordinator News by Email
PT. HIRA RAJAWALI INFOMEDIA
(Tabloid Seputar UKM) Jakarta
Internship 3 Moth
March 2013 until July 2013
INFORMAL EDUCATION
-2012 : Workshop Journalist REDAKSI SINDO at University Prof. Dr.Moestopo. Jkt -2014 : Cource TOICE Level 8 at University Prof Dr Moestopo. Jkt -2015 : Survey Indeks Smart City LITBANG KOMPAS at Kelurahan Ketapang, Tgr