EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DISTRIK IWAKA KABUPATEN MIMIKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Strata Satu (S-1) Pada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Muhammadiyah Jayapura Disusun Oleh PENINA ALOM NIM. 20102059 SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI (STIKOM) MUHAMMADIYAH JAYAPURA 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EFEKTIFITAS
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DALAM MENINGKATKAN KINERJA
PEGAWAI DISTRIK IWAKA KABUPATEN
MIMIKA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Strata Satu (S-1)
“Penderitaanku selalu datang dan pergi silih berganti dalam hidupku, namun Tuhan adalah penopang dan memberi kekuatan imanku Dia menjadi sahabat hidupku, Tuhan memberi wakilnya yaitu ayah dan ibuku yang telah melahirkan aku dan membimbingku dengan kasih sayang”
PERSEMBAHAN :
Karya ini dipersembahkan kepada
1. Kepada Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM)
Muhammadiyah Jayapura Bapak Syukri, S.Sos.,M.Si
2. Kepada Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Bapak Idris Firmansyah
Reliubun, S.Pd.,MM yang dengan sabar melayani mahasiswa terkait
dengan perkuliahan
3. Kepada Dosen Pembimbing 1, Idris Firmansyah Reliubun, S.Pd.,MM dan
dosen pembimbing 2, Eko Priyo Utomo, M.I.Kom yang telah banyak
memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis
4. Kepada bapak dan ibu dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi
(STIKOM) Muhammadiyah Jayapura
5. Seluruh rekan-rekan angkatan 2010 Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi
(STIKOM) Muhammadiyah Jayapura yang telah memberikan warna bagi
penulis selama mengikuti perkuliahan
6. Kedua orang tuaku yang kukasihi dan seluruh keluarga kakak dan adik-
adik tercinta yang selalu mendoakan kesuksesan penuli
7. Dan yang terakhir adalah seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan
secara satu-persatu.
Jayapura, Oktober 2014
Penulis
iv
ABSTRAK
Penina Alom. Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan
Kinerja Pegawai Distrik Iwaka Kabupaten Mimika (dibimbing oleh Idris
Firmansyah Reliubun dan Eko Priyo Utomo)
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektifitas Komunikasi
dalam meningkatkan kinerja pegawai di Distrik Iwaka Kabupaten Mimika.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif
dengan penentuan narasumber atau informan dilakukan secara sengaja
(purposive). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten
Mimika. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal yang biasa dideskripsikan
yaitu,(1) Komunikasi interpersonal pegawai di Distrik Iwaka Kabupaten Mimika,
pada saat ini masih berjalan efektif, berdasarkan lima indicator kualitas
interpersonal yaitu berkenan menerima masukan dan menyampaikan informasi
penting, menilai dan memahami sudut pandang untuk mencari
kejelasan,menghindari ungkapan evaluatif, memberikan pujian atau pengahargaan
dan menghargai perbedaan dalam mengemukakan sesuatu, Dari lima indikator di
atas, tanggapan karyawan berkenan menerima masukan dan menayampaikan
informasi penting kepada rekan kerja, sangat membantu dalam penyelesaikan
pekerjaaan. (2) Hambatan-hambatan efektifitas komunikasi interpersonal,
hambatan internal dan eksternal tidak terlalu berpengaruh, bilamana terjadi
suasana dan kondisi lingkungan tempat kerja, struktur organisasi, perilaku,
kewenangan atasan dan bawahan mengalami suatu perubahan (3) Peningkatan
kinerja, dengan indikator prestasi kerja, jenjang karier, penghargaan kinerja,
motivasi kerja, disiplin kerja dan penilaian kinerja,yang saling berhubungan ,dan
tercapai hasil yang sesuai harapan serta keinginan interpersonal pegawai di Distrik
Iwaka Kabupaten Mimika, dengan memperhatikan lima kualitas umum ektifitas
komunikasi interpersonal serta kemampuan atasan dan bawahan dapat mengatasi
faktor-faktor penghambat efektifitas komunikasi interpersonal.
Kata kunci : efektifitas, Komunikasi Interpersonal, Peningkatakan Kinerja.
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Persetujuan …………………………………………………….. i
Lembar Pengesahan………………………………………………………. ii
Halaman Persembahan…………………………………………………… iii
Abstrak ……………………………………………………………………. iv
Daftar Isi…………………………………………………………………… v
Daftar Tabel ………………………………………………………………. vii
Daftar Gambar …………………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang …………………………………………………….. 1
2. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 6
3. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 7
4. Manfaat Penelitian………………………………………………….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori …………………………………………………….. 9
1. Pengertian Komunikasi ………………………………………… 9
2. Unsur-Unsur Komunikasi ………………………………………. 14
3. Dimensi Komunikasi……………………………………………. 15
4. Komunikasi Interpersonal ………………………………………. 18
5. Kinerja ………………………………………………………….. 24
6. Pengertian Pelayanan Umum……………………………….….. 18
B. Kerangka Pikir……………………………………………………… 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………….. 28
B. Jenis Penelitian ……………………………………………………… 28
C. informan Penelitian …………………………………………………. 29
D. Jenis dan Sumber Data ……………………………………………… 31
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 31
F. Teknik Analisis Data ………………………………………………. 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……………………………………………………. 35
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ………………………………. 35
a. Wilayah Administrasi Distrik Iwaka…………………………… 35
vi
b. Kantor Distrik Iwaka ………………………………………….. 39
c. Struktur Organisasi Distrik Iwaka……………………………… 40
d. Tugas dan Fungsi Jabatan ……………………………………… 43
Efektifitas Komunikasi Interpersonal ……………………………… 49
Faktor-faktor Penghambat Efektifitas Komunikasi Interpersonal …. 67
Peningkatan Kinerja Pegawai ……………………………………… 73
B. Pembahasan ………………………………………………………. 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 96
B. Saran ……………………………………………………………….. 97
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 99
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jarak tempuh dari dan ke ibukota Distrik Iwaka …………………. 36
Tabel 2 Jumlah Penduduk dann KK di Distrik Iwaka …………………….. 36
Tabel 3 Jumlah Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) ………….. 37
Tabel 4 Data Tempat Ibadah di Distrik Iwaka …………………………….. 38
Tabel 5 Daftar Pegawai Kantor Distrik Iwaka ……………………………. 39
Tabel 6 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi Keterbukaan 53
Tabel 7 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi Empati …… 58
Tabel 8 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi Sikap
Mendukung ………………………………………………………………… 61
Tabel 9 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi Sikap Positif 64
Tabel 10 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Dimensi Sikap Kesetaraan …………………………………………………. 67
Tabel 11 Hambatan Internal Efektivitas Komunikasi Interpersonal ………. 70
Tabel 12 Hambatan Eksternal Efektivitas Komunikasi Interpersonal …….. 72
Tabel 13 Unsur Peningkatan Kinerja Prestasi Kerja ………………………. 74
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Proses Komunikasi ………………………………………. 15
Gambar 2 Kerangka Pikir …………………………………………………. 26
Berikut gambar 3 Struktur Organisasi di Distrik Iwaka …………………… 43
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dalam hidup bermasyarakat selalu melakukan kegiatan
komunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok untuk
saling berinteraksi. Hal ini merupakan hakikat dasar manusia sebagai hasil
integrasi sosial dengan sesamanya, misalnya dalam lingkungan keluarga,
kelompok, bahkan manusia berinteraksi dalam wadah yang lebih formal maupun
informal.
Aplikasi interaksi secara formal adalah wadah dalam organisasi sebagai
sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat,
bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi merupakan
faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang
akan selalu terjadi dalam organisasi adalah proses komunikasi, karena melalui
organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Jadi, proses
komunikasi organisasi yang efektif adalah menunjang keberlangsungan
organisasi. Sebaliknya, jika proses komunikasi kurang atau tidak harmonis dapat
menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi
khususnya kesalahpahaman atau mis urderstanding.
Aktivitas komunikasi dalam organisasi, harus disesuaikan dengan
efektifitas suatu organisasi, baik di dalam maupun di luar organisasi. Dalam
2
konteks komunikasi organisasi dapat dilihat dari aspek hubungan komunikasi
antara atasan dan bawahan, kemudian hubungan antara pegawai kepada atasan.
Ataupun hubungan antara pegawai dengan pegawai dengan pola
komunikasi yang berbeda-beda. Hubungan tersebut sebaiknya berlangsung
melalui two way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi
timbal balik. Untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk
mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai
tujuan suatu organisasi.
Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara
berbagai subsistem dalam perkantoran. Menurut Kohler dalam (Wursanto
2003:11), ada dua model komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan
mencapai tujuan perkantoran ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses
komunikasi yang berfungsi untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem)
perkantoran. Kedua, komunikasi interaktif, ialah proses pertukaran informasi yang
berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang dipakai
sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam perkantoran, maupun
antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan intensitas komunikasi yang
dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu proses komunikasi tersebut.
Komunikasi yang terjadi antara pegawai, kompetensi komunikasi yang
baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya,
sehingga tingkat kinerja suatu organisasi (perkantoran) menjadi semakin baik.
Sebaliknya, apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya
hubungan yang baik, sikap yang otoriter atau acute, perbedaan pendapat atau
3
konflik yang berkepanjangan, dan sebagainya, dapat berdampak pada basil kerja
yang tidak maksimal.
Sumber daya manusia atau pegawai merupakan elemen utama organisasi
dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang, sebab
manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain. Membicarakan sumber daya
manusia tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan atau proses manajemen lainnya
seperti strategi perencanaan, pengembangan manajemen dan pengembangan
organisasi. Keterkaitan antara aspek-aspek manajemen itu sangat erat sekali
sehingga sulit untuk menghindari pembicaraan secara terpisah satu dengan
lainnya.
Permasalahan masalah sumber daya manusia, menurut Sedarmayanti
(2012: 47) dapat dilihat dan dua aspek yaitu: "aspek kuantitas menyangkut jumlah
sumber daya manusia, dan aspek kualitas menyangkut kemampuan bekerja,
berfikir, dan keterampilan lain. Robbins dalam (Sedarmayanti 2012:66)
mengartikan kemampuan sebagai: ''kapasitas seorang individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan." Selanjutnya dijelaskan bahwa
kemampuankemampuan keseluruhan dan seorang individu pada hakekatnya
tersusun dari dua perangkat faktor yaitu: kemampuan intelektual dan kemampuan
fisik.
Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi interpersonal
sebagai salah satu alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain
dalam bidang apapun. Komunikasi interpersonal merupakan aktivitas yang
dilakukan bidang apapun. Komunikasi interpersonal merupakan aktivitas yang
4
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, dan merupakan cara untuk menyampaikan
dan menerima pikiran-pikiran, informasi, gagasan. Perasaan dan bahkan emosi
seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara
komunikator dan komunikan. Secara umum, definisi komunikasi interpersonal
adalah "Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu (biasanya dalam komunikasi diadik)
sehingga orang lain tersebut mengerti apa yang dimaksud oleh penyampaian
pikiran-pikiran atau informasi.
Melakukan sebuah komunikasi yang baik dengan orang lain, pada
dasarnya adalah harapan setiap orang. Setiap orang meyakini bahwa komunikasi
yang baik, yang dibangun oleh setiap orang akan menjadikan hubungan diantara
pelaku komunikasi tersebut akan terjalin dengan baik pula. Dalam komunikasi
sebenarnya tidak hanya pesan yang ingin disampaikan, kepada si penerima pesan,
begitupun dalam kadar Efektifitas komunikasi interpersonal, yang menentukan
bukan hanya "content" tetapi, "relationship" juga menentukan dalam komunikasi.
Walaupun kadar hubungan interpersonal yang terjalin di dalamnya berbeda.
Mengukur prestasi kerja dapat dilakukan dengan mengukur komunikasi
secara internal di sebuah lembaga, organisasi, atau sebuah instansi pemerintahan.
Apabila setiap pegawai memiliki intensitas komunikasi yang rendah, maka tingkat
prestasi dan kinerja pegawaipun dapat dikatakan rendah pula. Namun sebaliknya,
mingkatnya intensitas komunikasi antar sesama pegawai atau interpersonal
communications akan menambah prestasi dan kinerja seluruh pegawai.
5
Hubungan komunikasi dan prestasi kerja pada dasarnya memiliki
hubungan yang erat. Hal ini sesuai dengan keinginan pegawai dan instansi di
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika. Hal ini dikarenakan komunikasi yang
terjalin antar pegawai dalam melaksanakan tugasnya harus berjalan dengan baik,
dan pada akhrinya akan menigkatkan prestasi kerja setiap pegawai. Komunikasi
yang berjalan efektif akan berpengaruh terhadap prestasi kerja.
Pegawai Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika yang terlibat dalam
komunikasi interpersonal antar sesama pegawai di lingkungan kerjanya akan
berdampak terhadap sikap dan keterampilan kerja. Peningkatan konsentrasi
maupun kemampuan-kemampuan lain yang sangat berguna dalam mengerjakan
setiap tugas dan tanggungjawab pegawai dengan sebaik-baiknya, sehingga
berpengaruh terhadap peningkatakan prestasi kerja setiap pegawai.
Dalam tujuan peningkatan prestasi kerja pegawai yang maksimal, sangat
dibutuhkan peranan dari komunikasi antar pegawai yang tinggi. Agar komunikasi
berjalan efektif dan semangat kerja pegawai tercipta dengan baik, perlu dorongan
dan motivasi yang besar dari pimpinan instasni.
Berdasarkan latar belakang dan pemaparan inilah penulis tertarik untuk
meneliti bagaimana Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam
Meningkatkan Kinerja Pegawai Pegawai Distrik Iwaka Kabupaten Mimika.
6
B. Perumusan Masalah
Komunikasi Interpersonal sangat penting dilakukan untuk mendukung
kelancaran komunikasi dalam organisasi. Sistem komunikasi serta hubungan
interpersonal yang baik akan meminimalisir kesenjangan antara berbagai pihak
dalam organisasi dan meminimalisir rasa saling tidak percaya, kecurigaan di
lingkungan kerja. Komunikasi yang baik senantiasa menimbulkan iklim
keterbukaan, demokratis, rasa tanggung jawab, kebersamaan dan rasa memiliki
organisasi.
Efektifitas komunikasi interpersonal di dalam perkantoran ini menjadi
sebuah kebutuhan. Banyak aturan yang harus dilengkapi penjelasan, dimaksudkan
agar kesalahpahaman interpretasi dapat dihindarkan. Apabila salah seorang
pegawai kantor merasa belum jelas dengan informasi yang diterimanya, maka
lebih baik meminta penjelasan. Hal ini disebabkan, komunikasi yang tidak efektif
di kantor bisa jadi mengakibatkan dampak negatif dan kerugian yang serius.
Aktifitas komunikasi interpersonal yang berlangsung di Kantor Distrik
Iwaka Kabupaten Mimika, terdapat beberapa fenomena menarik untuk
digambarkan terkait fokus penelitian ini antara lain, atasan biasa melakukan
komunikasi satu arah yang bersifat instruksi kepada bawahannya, kurangnya
interaksi langsung/tatap muka antara atasan dan bawahan dan regulasi struktur
organisasi Instansi/Kantor Distrik sewaktu-waktu dapat berubah.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
efektifitas komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kinerja Pegawai Kantor
7
Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, dengan merumuskan masalah dalam
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana efektifitas komunikasi interpersonal dalam meningkatkan
kinerja pegawai di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika?
2. Faktor-faktor apa yang menghambat efektifitas komunikasi
interpersonal dalam meningkatkan kinerja pegawai di Kantor Distrik
Iwaka Kabupaten Mimika ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi interpersonal dalam kinerja
pegawai di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat efektifitas
komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kinerja pegawai di
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dilaksanakannya penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi pihak pemerintah Distrik Iwaka Kabupaten Mimika,
terutama yang berkaitan dengan intensitas komunikasi interpersonal.
2. Sebagai sumbangan pemikiran dan referensi bagi peneliti lainnya
dikemudian hari yang akan meneliti tentang efektivitas komunikasi
interpsersonal.
8
3. Sebagai referensi dan sekaligus pengembangan ilmu yang dipelajari Penulis
di masa yang akan datang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Komunikasi
Ketika kita mendengar kata “komunikasi” maka akan terbentuk beraneka
ragam pemikiran, mulai dari berdoa (yang merupakan komunikasi dengan Tuhan),
bersenda-gurau, berpidato, hingga penggunaan alat-alat elektronik seperti
komputer, telephone, handphone, televisi, dan radio. Komunikasi adalah suatu
topik yang amat sering diperbincangkan, bukan saja dikalangan ilmuwan
komunikasi, melainkan juga dikalangan awam, sehingga kata komunikasi itu
sendiri memilki banyak arti yang berlainan.
dalam kehidupan sehari-hari, sangat sering kita jumpai penggunaan
kaliamat atau frase yang mengandung kata komunkasi atau turunanya. Misalkan
“hewan berkomunikasi dengan caranya sendiri”, “handphone adalah salah satu
sarana dalam berkomunikasi”, “dia adalah seseorang yang komunikatif” dan
masih banyak kalimat-kalimat lain yang mengandung kata komunikasi. Hal ini
menandakan bahwa istilah atau kata komunikasi sudah begitu akrab dan lazim
digunakan oleh kalangan masyarakat. Lalu, apa sebenarnya definisi dari
komunikasi itu sendiri ?
Jika kita berbicara tentang komunikasi, tidak ada definisi yang benar
ataupun salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari
kemanfaatanya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan
10
mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalkan
“komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan”, atau terlalu luas, misalkan “komunikasi adalah interaksi antara dua
makhluk hidup atau lebih, sehingga para peserta komunikasi ini mungkin
termasuk hewan, tanaman, hingga makhluk metafisik”.
Secara terminology, komunikasi berasalah dari bahasa Latin yakni
Communico yang artinya membagi, dan Communis yang artinya membangun
kebersamaan antara dua orang atau lebih (Cangara, 2011). Komunikasi sebagai
ilmu yang multidisiplin, begitu banyak definisi yang dibuat oleh para ahli dan
pakar dari berbagai disiplin ilmu. Catatan Dance dan Larson dalam Cangara,
(2011) sampai tahun 1976 sudah ada 126 definisi. Ada definisi yang dibuat
menurut perspektif sosiologi, budaya, engineering, ekonomi, dan ada pula dari
perspektif politik.
Aristoteles yang hidup empat abad sebelum masehi (385-322 SM) dalam
bukunya Rethoric membuat definisi komunikasi dengan menekankan “siapa
mengatakan apa kepada siapa”. Definisi yang diberikan Aristoteles ini sangat
sederhana, tetapi ia telah mengilhami seorang ahli ilmu politik bernama Harold D.
Lasswell pada 1948, dengan mencoba membuat definisi komunikasi yang lebih
sempurna dengan mananyakan “SIAPA mengatakan APA, MELALUI apa,
KEPADA siapa, dan apa AKIBATNYA” (Cangara, 2011).
Beberapa definisi lain, dari komunikasi berdasarkan para ahli dalam
(Santoso, Setiansah, 2010) yaitu :
11
1. Weaver, (1949) Komunikasi adalah semua prosedur dimana pikiran
seseorang bisa mempengaruhi orang lain.
2. Miller, (1951) Komunikasi berarti berlalunya informasi dari satu tempat
ketempat yang lain.
3. Babcock, (1952) Dari sudut pandang komunikasi, sebuah kejadian bisa
diamati dalam bekerjanya simbol-simbol (act), dalam lingkungan tertentu
(scene), oleh individu atau beberapa individu (agent), dengan
menggunakan media (agency), untuk mendefinisikan tujuan.
4. Hovlan, Janis, dan Kelly, (1953) (Komunikasi) adalah proses dimana
seseorang individu (komunikator) mentransmisikan stimulus untuk
mempengaruhi tindakan orang lain.
5. Anderson, (1959) Komunikasi adalah proses dimana kita memahami dan
dipahami orang lain. Hal ini berjalan secara dinamis, terus berubah dan
berganti, tergantung situasi terkait.
6. Gode, (1959) (Komunikasi) adalah proses untuk membuat sama dua atau
beberapa orang, dari monopoli satu atau beberapa orang.
7. Ruesch dan Beteson, (1961) Komunikasi tak semata-mata merujuk pada
transmisi pesan verbal, eksplisit, dan intensional, tetapi juga meliputi
segala proses dimana seseorang mempengaruhi yang lain.
8. Oliver, Zelko, dan Holtzman, (1962) Komunikasi, pada dasarnya,
merupakan gambaran anda tentang stimulus dalam pikiran orang lain atas
kesadaran, pemahaman, dan perasaan anda akan pentingnya persitiwa,
perasaan, fakta, opini atau situasi.
12
9. Emery, Ault, dan Agee, (1963) Komunikasi diantara manusia adalah seni
mentransmisi informasi, ide, dan sikap dari satu orang ke orang lain.
10. Lewis, (1963) Komunikasi adalah sebuah proses dimana seseorang
mengurangi ketidakpastian melalui isyarat yang terdeteksi dalam sebuah
hubungan.
11. Berelson dan Steiner, (1964) Komunikasi : transmisi informasi, ide, emosi,
keterampilan, dsb, dengan menggunakan simbol-simbol (kata, gambar,
grafik, dsb).
12. Garbner, (1964) Komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan
sistem pesan.
13. Dance, (1967) Komunikasi manusia merupakan perolehan respon melalui
simbol-simbol verbal.
14. Hawes, (1973) Komunikasi merupakan tindakan berpola dalam dimensi
ruang dan waktu, dengan rujukan simbolik.
Sedangkan menurut Rogers bersama D Lawrence Kincaid dalam Cangara,
(2011) komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
giliranya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.
Dari beberapa definisi yang telah diberikan oleh para ahli terhadap
komunikasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya, komunikasi adalah
sebuah proses penyampaian pesan (verbal dan non verbal) oleh seorang
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu, dengan
tujuan mempengaruhi perilaku, sebagai bentuk feedback nya.
13
Dalam Effendy (2003) komunikasi dibagi menjadi dua tahap, yaitu
1. Proses komunikasi dalam perspektif psikologi, yaitu proses komunikasi
perspektif yang terjadi didalam diri komunikator dan komunikan. Proses
membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator, yang
dinamakan dengan encoding, akan ia transmisikan kepada komunikan.
Selanjutnya terjadi proses komunikasi interpersonal dalam diri komunikan,
yang disebut decoding, untuk memaknai pesan yang disampaikan
kepadanya.
2. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistik. Untuk jelasnya proses
komunikasi dalam perspektif mekanistik dapat diklasfikasikan lagi
menjadi beberapa, yaitu
a. Proses komunikasi secara primer, yaitu proses penyampaian pikiran
dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang (symbol) sebagai media. Lambang umum yang dipergunakan
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa. Namun
dalam kondisi komunikasi tertentu, lambang-lambang yang
dipergunakan dapat berupa kial (gesture), yakni gerak anggota tubuh,
isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya, yang secara langsung
mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
b. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
14
pertama. Proses komunikasi secara sekunder menggunakan media
yang menyebarkan pesannya yang bersifat informatif yang
digolongkan sebagai media massa (mass media) dan media nirmassa
(media non-massa).
c. Proses komunikasi secara linier, merupakan proses penyampaian pesan
oleh komunikatior kepada komunikan sebagai titik terminal.
Komunikasi linier ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap
muka (face-to-face communication) secara pribadi (interpersonal
communication) dan kelompok (group communication), maupun
dalam situasi bermedia (mediated communication).
d. Proses komunikasi secara sirkular, merupakan lawan dari proses
komunikasi secara linier. Dalam konteks komunikasi yang
dimaksudkan proses komunikasi secara linier. Dalam konteks
komunikasi yang dimaksudkan proses secara sirkuler adalah terjadinya
feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus respons atau
tanggapan dari pihak komunikan terdapat pesan yang diberikan oleh
komunikator.
2. Unsur-Unsur Komunikasi
Jika kita menyimak kandungan makna yang terdapat dalam setiap definisi
komunikasi yang telah dikemukakan, maka kita dapat menemukan adanya
sejumlah unsur yang mendukungnya. Unsur ini berfungsi untuk mendirikan
sebuah bangunan (body) misalkan sebuah lembaga pendidikan tinggi hanya bisa
15
disebut universitas jika ia memiliki unsur-unsur yang mendukungnya, antara lain :
fakultas, kampus, mahasiswa, dosen, pegawai, kurikulum, dan materi
pembelajaran, demikian juga degan komunikasi ia hanya bisa disebut dengan
komunikasi jika memiliki unsur-unsur pendukung yang membangunya sebagai
body of knowledge, yakni : sumber, pesan, media, penerima, pengaruh, umpan
balik, dan lingkungan. Unsur-unsur ini juga sering disebut komponen atau elemen
Cangara, (2011)
Berikut adalah gambaran dari keterkaiatan antara satu unsur dengan unsur
lainya Cangara, (2011) :
Gambar 1. Alur Proses Komunikasi
3. Dimensi Komunikasi
Definisi dimensi atau dalam bahasa latinnya adalah dimensio menurut
kamus umum bahasa Indonesia adalah ukuran, matra. Dimensi suatu besaran
merupakan hubungan antara besaran itu dengan besaran-besaran pokok. Dengan
kata lain, dimensi adalah cara suatu besaran itu tersusun atas besaran-besaran
pokoknya. Demikian juga dengan komunikasi sebagai satu kesatuan disiplin ilmu
tentu saja memiliki dimensi yang merupakan ukuran dan penghubung dari makna
komunikasi secara luas. Menurut Cangara, (2011) terdapat lima dimensi
komunikasi yaitu :
Sumber Pesan Media Penerima Efek
Umpan Balik Lingkungan
16
1. Komunikasi sebagai proses. Jika komunikasi sebagai proses, maka
komunikasi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara
dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur yang
mendukungnya bergerak aktif, dinamis dan tidak statis Berlo, dalam Cangara,
(2011). Dari konteks komunikasi antarpribadi, maka proses menunjukkan
adanya pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain, sedangkan dari
konteks komunikasi massa proses dimulai dari kegiatan pengumpulan,
pengolahan dan penyebaran berita dari penerbit atau stasiun televisi ke
masyarakat luas.
2. Komunikasi sebagai simbolik. Hampir semua pernyataan manusia baik yang
ditunjukkan untuk kepentingan dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain
dinyatakan dalam bentuk simbol. Hubungan antara satu orang dengan orang
lain dalam proses komunikasi banyak dipengaruhi oleh simbol atau lambang-
lambang yang digunakan dalam berkomunikasi. Simbol merupakan hasil
kreasi manusia dalam berkomunikasi, dan sekaligus menunjukkan tingginya
kuaslitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya.
Proses pemberian arti terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam
berkomunkasi, selain dipengaruhi oleh faktor budaya juga faktor psikologi,
terutama pada saat pesan-pesan di decode oleh penerima.
3. Komunikasi sebagai aksi. Komunikasi bisa dikata tidak pernah terjadi tanpa
aksi, apakah itu diucapkan, ditulis, maupun dilakukan dalam bentuk isyarat.
Bahkan gerakan dalam bentuk diam juga merupakan suatu aksi. Oleh karena
aksi (action) merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang, maka
17
ia melakukan interaksi. Jika pada tindakan aksi sifatnya linear dilakukan oleh
seseorang sebagai pelaku komunikasi, maka pada tindakan interaksi
komunikasi menuntut adanya umpak balik antara pihak-pihak yang ikut dalam
proses komunikasi. Dalam konteks ini, maka para pelaku komunikasi berada
pada derajat atau kedudukan yang sama, dan bisa saling mempengaruhi satu
sama lain.
4. Komunikasi sebagai sistem. Sistem sering didefinisikan sebagai suatu
aktivitas dimana semua komponen atau unsur yang mendukungnya saling
berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan luaran. Semprivivo, dalam
Cangara (2011). Jika konsep sistem dikaitkan dengan komunikasi, maka dapat
dikatakan bahwa proses komunikasi adalah suatu sistem. Hal ini tercermin
dari unsur-unsur yang mendukungnya sebagai suatu kesatuan yang integrative
dan saling bergantung satu sama lain.
5. Komunikasi sebagai multidimensional. Jika komunikasi dilihat dari perspektif
multidimensional, maka ada dua tingkatan yang dapat di identifikasi, yakni
dimensi isi (content dimension) dan dimensi hubungan (relationship
dimension) dalam komunikasi antar manusia, kedua dimensi ini tidak terpisah
satu sama lain melainkan menyatu dalam suatu tindakan komunikasi. Dimensi
ini menunjukkan pada kata, bahasa dan informasi yang dibawa oleh pesan,
sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana peserta komunikasi
berinteraksi satu sama lain.
18
4. Komunikasi Interpersonal
Secara kontektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu
komunikasi antar dua individu atau sedikit individu, yang mana individu tersebut
secara fisik saling berinteraksi. Saling memberikan umpan balik, dan
menggunakan indera sebagai sensor untuk mengenali patner komunikasi. Jadi
dalam komunikasi interpersonal itu ada proses transaksi pesan yang bersifat dua
arah, dan perhatian masing-masing pihak tidak semata-mata tertuju pada isi pesan
itu, melainkan juga pada perilaku lawan komunikasi.
Menurut Devito dalam (A.W. Suranto 2011:4), komunikasi interpersonal
adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan, dengan peluang
untuk memberikan umpan balik segera.
1. Komunikasi Interpersonal Yang Efektif.
Komunikasi dapat di katakan efektif apabila pesan diterima dan
dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan di tindak
lanjuti dengan sebuah perbuatan secara suka rela oleh penerima pesan, dapat
meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi, dan tidak ada hambatan untuk
itu. Komunikasi interpersonal dikatakan efektif, apabila memenuhi tiga
persyaratan utama, yaitu :
a. Pengertian yang sama dengan terhadap makna pesan.
Salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran komunikasi
dikatakan efektif, adalah apabila makna pesan yang di kirim oleh
komunikator sama dengan makna pesan yang diterima oleh
19
komunikan. Pada tataran empiris, seringkali terjadi mis komunikasi
yang disebabkan oleh karena komunikan memahami makna pesan
tidak sesuai dengan yang di maksudkan oleh komunikator.
b. Melaksanakan pesan secara suka rela.
Indikator komunikasi interpersonal yang efektif berikutnya adalah
bahwa komunikan menindak lanjuti pesan tersebut dengan perbuatan
dan dilakukan secara suka rela, tidak karena dipaksa. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal,
komunikator dan komunikan memiliki peluang untuk memperoleh
keuntungan. Komunikasi interpersonal yang baik dan berlangsung
dalam kedudukan setara sangat diperlukan agar kedua belah pihak
menceritakan dan mengungkapkan isi pikirannya secara suka rela
jujur, tanpa merasa takut.
Komunikasi interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu kedalam suasana yang
nyaman, harmonis, dan bukan sebagai suasana yang tertekan.
2. Meningkatkan kualitas hubungan Interpersonal.
Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong
terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan, keluarga, dan kolega. Hal ini
disebabkan pihak-pihak yang saling berkomunikasi merasakan memperoleh
manfaat dari komunikasi itu, sehingga merasa perlu unruk memelihara
hubungan interpersonal. Banyak orang menjadi sukses karena memiliki
hubungan yang sangat baik dengan orang lain. Mereka menanamkan identitas
20
yang positif kepada orang lain sehingga mereka memiliki image yang baik di
mata masyarakat.
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas
umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy),
sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan
(equality). (Devito, 1997, p. 259-264). Lima sikap positif tersebut meliputi :
a. Keterbukaan (openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang
hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar
pribadi.
b. Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
c. Dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk
mendukung komunikasi berlangsung efektif.
d. Rasa positif (positif), yaitu seseorang harus memiliki perasaan positif
terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan
menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang
efektif.
e. Kesetaraan atau kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diam-
diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Dengan adanya proses komunikasi yang baik dalam
organisasi/Instansi/Kantor Distrik maka akan ada proses penyampaian informasi
baik dari atasan kepada bawahan. Tetapi proses komunikasi tidak hanya
menyampaikan informasi atau hanya agar orang lain juga bersedia menerima dan
21
melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki sehingga akan terjalin
suasana yang harmonis kepada para bawahan mengetahui secara pasti keinginan
atasan, dan apa yang harus dikerjakan kaitannya dengan usaha kerjasama untuk
mencapai tujuan organisasi/Instansi/Kantor Distrik yang telah ditetapkan.
Seperti yang telah dikemukakan Joseph A.Devito berpendapat bahwa
komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam
organisasi, di dalam kelompok formal maupun informal organisasi. Komunikasi
formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
berorientasi pada organisasi. Isinya berupa cara-cara kerja dalam organisasi,
produktifitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi;
memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers dan surat-surat resmi komunikasi
informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Organisasinya tidak pada
organisasinya sendiri tetapi lebih pada para anggotanya secara individual (Joseph
A. Devito, 1997: 340).
Selanjutnya, hambatan-hambatan komunikasi efektif dalam organisasi.
Menurut Roger Neugebauer dalam (Efendy 2006:12), dalam artikelnya
“Communication : A two-way Street” mengungkapkan beberapa kendala yang
sering dialami oleh sebuah organisasi dalam berkomunikasi dua arah, yaitu :
a. Protectiveness (Perlindungan). Pimpinan seringkali tidak
memberitahukan informasi tertentu pada pegawainya atau timnya
karena takut akan menyakiti hati pegawai. Alasan lain adalah bahwa
pimpinan menganggap bahwa informasi tersebut harus dilindungi,
dan bukan untuk konsumsi pegawai karena pegawai tidak akan
22
mungkin mengerti apa yang akan disampaikan. Demikian pula
dengan pegawai. Mereka serring tidak menyampaikan informasi
tertentu kepada pimpinan untuk melindungi dirinya dari tindakan
pemecatan atau peringatan. Mereka takut jika informasi disampaikan
maka pimpinan akan marah, lalu mendiskreditkan mereka,
memberikan penilaian yang negatif terhadap mereka (sehingga
berdampak pada kenaikan gaji yang kecil), atau bahkan yang paling
ekstrim adalah memecat mereka ?
b. Defensiveness (Pertahanan). Selain menahan informasi, seseorang
juga bisa saja tidak mau menerima informasi (menolak untuk
mendengar informasi yang disampaikan). Hal ini terjadi jika mereka
sudah membentuk emosi negatif terhadap orang yang memberi
informasi, mungkin karena orang tersebut telah merendahkan dengan
kata-kata yang menyakitkan.
c. Tendency to evaluate (kecenderungan untuk menghakimi). Jika
mendapat informasi dari seseorang mengenai keburukan orang lain,
komunikator cenderung mengambil sikap yang mengevaluasi tanpa
mengumpulkan data yang lengkap sebelum berkomunikasi dengan
orang yang dibicarakan tersebut.
d. Narrow perspectives (Perspektif yang sempit). Karena jarang
meninjau pekerjaan orang lain, atau keluar dari lingkungan pekerjaan
sendiri, seseorang seringkali dibatasi pada cara pandangnya sendiri.
Ia tidak Mencoba melihat dari sudut pandang orang lain. Para
23
pegawai seringkali hanya melihat suatu masalah dari sudut
pandangnya sendiri (kepentingan individunya semata, tanpa
mencoba memahami sebuah situasi dan sudut pandang yang
berbeda). Sempitnya perspektif inilah yang sering menyebabkan
konflik. (tiap orang hanya melihat dan sudut pandang sendiri, dan
tidak mencoba memahami orang lain).
e. Mismatched expectations (harapan yang tidak sesuai). Pikiran
manusia seringkali hanya membatasi informasi yang cocok dengan
ekspektasinya. Jika ternyata informasi yang disampaikan tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan, maka orang tersebut cenderung tidak
termotivasi untuk mendengarkan informasi yang disampaikan.
Misalnya: jika dalam rapat-rapat ternyata seringkali tanggapannya
tidak diperhatikan, maka pegawai cenderung enggan menyatakan
pendapat, karena ia beranggapan percuma saja menyampaikan
pendapat, karena biasanya juga tidak ada followup nya.
f. Insufficient time (waktu yang terbatas). Alasan lain adalah
keterbatasan waktu untuk menyampaikan informasi secara
menyeluruh. Karena kegiatan rutin yang harus diselesaikan dengan
segera, seringkali waktu berkomunikasi dilupakan, atau komunikasi
dilakukan dengan tergesa. Akibatnya, informasi yang disampaikan
kepada orang lain pun tidak lengkap sehingga ada kemungkinan
informasi tersebut salah dipahami.
24
Banyak ahli komunikasi yang memiliki kesamaan pandangan mengenai
hubungan antara proses komunikasi dan kinerja perkantoran. Mereka bersepakat
bahwa komunikasi efektif dan tingkat kinerja perkantoran berhubungan secara
signifikan. Memperbaiki komunikasi perkantoran berarti memperbaiki kinerja
perkantoran. Pandangan tersebut mengisyaratkan diterimanya konsep-konsep
sebagai berikut :
a. Komunikasi merupakan salah satu unsur penting yang menandai
kehidupan di dalam suatu perkantoran. Ketika perkantoran itu
berharap dapat bekerja dalam sebuah manajemen yang efisien, maka
di dalamnya mesti dilakukan langkah-langkah komunikasi internal
secara terencana.
b. Komunikasi dapat digunakan untuk mengubah, mempertahankan,
dan meningkatkan kemajuan sebuah perkantoran.
5. Kinerja
Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau
produktifitas kerja sumberdaya manusia baik yang berorientasi produksi barang,
jasa maupun pelayan. Demikian halnya perwujudan kinerja yang membanggakan
juga sebagai imbalan intrinsik. Hal ini akan berlanjut terus dalam bentuk kinerja
berikutnya, dan seterusnya. Agar tercapai kinerja yang professional maka perlu
dikembangkan hal-hal seperti; Kesukarelaan, pengembangan diri pribadi,
pengembangan kerjasama saling menguntungkan, serta partisipasi seutuhnya.
25
Kinerja adalah catatan mengenai akibat-akibat yang dihasilkan pada
sebuah fungsi pekerjaan atau aktifitas selama periode tertentu yang berhubungan
dengan tujuan organisasi. (Hary Suryadi 2009 : 23) Sedangkan menurut Soebandi
(2006:48) kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral serta
etika.
Faktor-faktor yang berkaitan dalam meningkatkan kinerja seseorang
dapat dilihat dari Gibson (1995: 27) :
1. Disiplin kerja, yaitu sikap kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan
yang berlaku di Instansi/Kantor Distrik.
2. Frekuensi kehadiran, yaitu suatu jumlah kehadiran pegawai di
Instansi/Kantor Distrik tempat ia bekerja.
3. Kerjasama, yaitu adanya suatu aktifitas yang dilakukan secara
kolektif di dalam suatu situasi kerja antara satu sama lainnya.
4. Kesenangan kerja, yaitu perasaan senang terhadap pekerjaan yang
dilakukan yang muncul dari dalam hati.
5. Keseriusan kerja, yaitu sikap yang sungguh-sungguh dalam
melakukan pekerjaan.
6. Penghargaan kerja, yaitu sesuatu yang diberikan Instansi/Kantor
Distrik untuk pegawainya yang berprestasi,
26
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian ini, maka kerangka
pikir tentang efektifitas komunikasi interpersonal di Kantor Distrik Iwaka
Kabupaten Mimika, dapat digambarkan pada halaman berikut :
Gambar 2
Kerangka Pikir
Komunikasi interpersonal yang efektif menjadi sebuah kebutuhan di
dalam kehidupan suatu organisasi/Instansi/Kantor Distrik. Banyak aturan yang
haras dilengkapi penjelasan dimaksudkan agar kesalapahaman interpretasi dapat
dihindarkan, Apabila salah seorang pegawai Instansi/Kantor Distrik merasa belum
jelas dengan informasi yang diterimanya, maka lebih baik meminta penjelasan.
Atasan
Bawahan
Efektivitas Komunikasi
Interpersonal
- Keterbukaan
- Empati
- Sikap Mendukung
- Sikap Positif
- Kesetaraan
Peningkatan
Kinerja
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika
27
Hal ini disebabkan, komunikasi yang tidak efektif di Instansi/Kantor Distrik bisa
jadi mengakibatkan dampak negatif dan kerugian yang serius.
Proses komunikasi yang baik dalam organisasi/Instansi/Kantor Distrik
maka akan ada proses penyampaian informasi baik dari atasan kepada bawahan.
Tetapi proses komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau hanya agar
orang lain juga bersedia menerima dan melakukan perbuatan atau kegiatan yang
dikehendaki sehingga akan terjalin suasana harmonis kepada bawahan,
mengetahui secara pasti keinginan atasan, dan apa yang harus dikerjakan
kaitannya dengan usaha kerjasama untuk mencapai tujuan
organisasi/Instansi/Kantor Distrik yang telah ditetapkan. Komunikasi yang baik
memelihara motivasi dengan memberi penjelasan kepada bawahan apa yang harus
dilakukan untuk meningkatkan kinerja, sehingga komunikasi interpersonal yang
efektif di Instansi/Kantor Distrik akan sangat membantu ketepatan dalam
penyelesaian suatu pekerjaan. Dengan demikian harapan-harapan peningkatan
kinerja pegawai dapat tercapai, seperti pada gambar bagan kerangka pikir.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini penulis dilaksanakan di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten
Mimika
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini penelis dapat dilakukan selama 3 (satu bulan) dari tanggal, 1
Juli sampai dengan 30 September 2014.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Menurut
Margono (2003 : 35) bahwa pendekatan penelitian kualitatif lebih banyak
menggunakan logika hipotetiko verikatif. Pendekatan tersebut dimulai dengan
berpikir dedukatif untuk menurunkan hipotesis, kemudian melakukan pengujian
di lapangan. Kesimpulan atau hipotesis tersebut ditarik berdasarkan data empiris.
Tipe penelitian ini, bersifat alami untuk mengeksplorasi data-data dari
sumber-sumber tertentu, seperti dikatakan Creswell (dalam Juliansyah Noor
2011:34), suatu usaha mendapatkan gambaran meneliti kata-kata, laporan
terperinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami
29
C. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah pegawai yang mempunyai
kedudukan sebagai atasan dan bawahan, yang dianggap mampu memahami situasi
dan kondisi Organisasi secara mendalam, pada unit kerja di tenaga (pegawai) pada
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika
Adapun usaha dalam menentukan Informan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Peran dalam unit organisasi, dalam banyak situasi dan kondisi,
pegawai yang memiliki kedudukan strategis dalam struktur
organisasi, jelas bahwa pegawai tersebut mempunyai kemungkinan
besar dalam mengetahui banyak informasi.
b. Berpengetahuan dan berpengalaman ini adalah kriteria yang paling
penting. Seorang informan harus memiliki pengetahuan dan
pengalaman, tanpa itu hanya sekedar orang awam, yang tidak
memiliki sesuatu yang seorang peneliti dapat dimanfaatkan.
c. Kesediaan, informan hanya bermanfaat bila ia memiliki keinginan
untuk menjalin kerjasama dengan peneliti. Bila ia menolak