PENGARUH METO DE PEMBELAJ ARAN PROBLEM SOLVING TERH ADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA PO KO K BAHASAN IKATAN KIMIA DITINJAU DARI KEMAMP UAN PENALARAN PADA SISWA KELAS X S MAN 1 TAWANG SARI TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Oleh: Apriyanti K 3305003 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERS ITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
104
Embed
Skripsi/Pengaruh... · Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika ... Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN
IKATAN KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PENALARAN PADA SISWA KELAS X
SMAN 1 TAWANGSARI
TAHUN AJARAN
2009/2010
Skripsi
Oleh:
Apriyanti
K 3305003
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN
IKATAN KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PENALARAN PADA SISWA KELAS X
SMAN 1 TAWANGSARI
TAHUN AJARAN
2009/2010
Skripsi
Oleh:
Apriyanti
K 3305003
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan pembimbing:
Pembimbing I
Dra. Hj. Kus Sri Mart ini, M.Si
NIP. 19500104 197501 2 001
Pembimbing II
Endang Susilowati, S.Si, M.Si.
NIP.19700117 200003 2 001
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari:
Tanggal:
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Ketua : Dra. Bakt i Mulyani, M. Si. ...................
Anggota I : Dra. Kus Sri Martini, M.Si. ....................
Anggota II : Endang Susilowati, S.Si, M.Si. ....................
Disahkan Oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Dekan.
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Apriyanti . PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN PADA SISWA KELAS X SMAN 1 TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. Pebruari 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan
metode pembelajaran Problem Solving terhadap prestasi belajar ikatan kimia. (2)
Pengaruh kemampuan penalaran terhadap prestasi belajar ikatan kimia. (3)
Interaksi antara penggunaan metode pembelajaran Problem Solving dan
kemampuan penalaran terhadap prestasi belajar ikatan kimia.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen dan menggunakan
rancangan penelitian “Factorial Design 2x2”. Sampel terdiri dari dua kelas yang
diambil dengan teknik Cluster Random Sam pling. Satu kelas sebagai kelas
eksperimen metode Problem Solving dan satu kelas untuk kelas kontrol. Populasi
yang digunakan adalah siswa kelas X SMAN 1 Tawangsari Tahun Ajaran
2009/2010. Teknik pengambilan data prestasi belajar siswa menggunakan tes
bentuk obyektif untuk aspek kognitif dan angket untuk aspek afektif serta nilai
kemampuan penalaran siswa dengan angket penalaran. Data yang telah terkumpul
dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif sebagai statistik uji
Analisis Variansi Dua Jalan dengan frekuensi sel tidak sama.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan: (1) Ada pengaruh
penggunaan metode pembelajaran Problem Solving terhadap prestasi belajar
ikatan kimia ditandai dengan nilai FA = 34,524 > F0,05; 1,60 = 4,00 untuk aspek
kognitif tetapi tidak untuk aspek afektif. (2) Ada pengaruh kemampuan penalaran
terhadap prestasi belajar ikatan kimia ditandai dengan nilai FB = 4,478 > F0,05; 1,60
= 4,00 untuk prestasi kognitif tetapi tidak untuk aspek afekt if. (3) Tidak ada
interaksi antara penggunaan metode pembelajaran Problem Solving dan
kemampuan penalaran terhadap prestasi belajar ikatan kimia ditandai dengan FAB
= 1,903 < F0,05; 1,76 = 4,00.
vi
ABSTRACT Apriyanti . THE EFFECT OF PROBLEM SOLVING LEARNING METHOD ON THE CHEMISTRY LEARNING ACHIEVEMENT IN THE SUBJECT MATTER OF CHEMICAL BOND VIEWED FROM THE LOGICAL REASONING CAPABILITY IN THE X GRADERS OF SMA N 1 TAWANGSARI IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010. Thesis. Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. Surakarta. February 2010.
This research aims to find out: (1) the effect of the use of problem solving learning method on the chemical bond learning achievement, (2) the effect of the use of logical reasoning capability on the chemical bond learning achievement , and (3) the interaction between the use of problem solving learning method and the logical reasoning capability on the chemical bond learning achievement .
This research was taken place in experimental method and used “Factorial Design 2x2”. The sample consist of two class was taken with Cluster Random Sampling, that is, two classes: one class is the experimental class of problem solving method and one control class. The population used was the X graders of SMA N 1 Tawangsari in the School Year of 2009/2010. Technique of collecting data employed were objective test method for the cognitive learning achievement , quistionnaire for the data on student learning affective and student’s logical reasoning capability. The data obtained was analyzed using quantitative approach of “Two-way variance analysis with different cell”.
Based on the result of research can be concluded that: (1) there is the effect of the use of problem solving learning method on the chemical bond learning achievement because FA = 34,524 > F0,05; 1,60 = 4,00 for cognitive aspect but no for affective aspect, (2) There is the effect of the use of logical reasoning capability on the chemical bond learning achievement because FB = 4,478 > F0,05;
1,60 = 4,00 for cognitive aspect but no for affective aspect, and (3) There is no interaction between the use of problem solving learning method and the logical reasoning capability on the chemical bond learning achievement because FAB = 1,903 < F0,05; 1,76 = 4,00.
vii
MO TTO
• Lakukan apa yang bisa kamu kerjakan hari ini.
• Setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan.
• Kita hidup bukan untuk kita sendiri, lakukan yang terbaik untuk orang-
orang yang mencintai kita.
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta,
atas doa dan restunya.
2. Aning & Bowo adik-adikku tersayang.
3. Keponakanku Dika, Dody, Raha, Iga, Yoga
terima kasih untuk semangatnya.
4. Teman-teman seperjuanganku, Titik, Elmi,
Evy, Linggar, Mas Mawan, Tina, Ika, Ima,
Dieni, Titin, Astri terima kasih atas
dukungannya.
5. Rekan-rekan angkatan 2005.
6. Almamater.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan proses penelitian dan penyusunan
skripsi ini. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat dalam mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Kimia Jurusan P. MIPA, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam menulis skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, petunjuk dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan ijin penelitian kepada penulis.
2. Ibu Dra. Kus Sri Martini, M. Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan
baik.
3. Ibu Dra. Tri Redjeki, M. S, selaku Ketua Program Kimia yang telah
memberikan ijin penelitian kepada penulis.
4. Ibu Endang Susilowati, S.Si, M. Si, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan saran dan arahan kepada penulis.
5. Bapak Prof. Dr. Ashadi, selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
6. Ibu Sri Lastari, M.Pd selaku kepala SMAN 1 Tawangsari yang telah
memberikan ijin kepada penulis.
7. Bapak Drs. Daryono selaku Guru Kimia SMAN 1 Tawangsari yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu dalam kegiatan
penelitian ini.
8. Bapak ibu guru, segenap karyawan dan karyawati dan siswa SMAN 1
Tawangsari, yang telah m emberikan dukungan.
x
9. Teman-teman angkatan 2005 yang selalu memberi bantuan dan semangat
dalam penyusunan makalah ini.
10. Semua pihak yang belum penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak
kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun, salah satunya
dengan penelitian lanjutan dari penelitian ini.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Surakarta, Pebruari 2010
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN.......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xix
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Ident ifikasi Masalah............................................................... 3
C. Perumusan Masalah ............................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
BAB II. LANDASAN TEORI................................................................... 5
A. Kajian Teori........................................................................... 5
1. Belajar .............................................................................. 5
2. Pembelajaran Problem Solving ........................................ 6
3. Prestasi Belajar ................................................................. 12
Tabel 15. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK Fobs Fa
Baris (A) JKA p-1 RKA Fa F*
Kolom (B) JKB q-1 RKB Fb F*
Interaksi
(AB)
JKAB (p-
1)(q-
1)
RKAB Fab F*
Galat (G) JKG N-pq RKG - -
Total JKT N-1 - - -
(Budiyono, 2000: 224-228)
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data
Data dalam penelitian ini meliputi data skor kemampuan penalaran dan
nilai prestasi belajar pada pokok bahasan ikatan kimia. Prestasi belajar siswa
meliputi aspek kognitif dan aspek afekt if. Data-data tersebut diambil dari
kelompok Eksperimen dan kelom pok Kontrol. Jumlah siswa yang dilibatkan pada
penelitian ini adalah 64 siswa dari kelas XC dan XD SMA Negeri 1 Tawangsari
tahun pelajaran 2009/2010. Untuk lebih jelasnya dibawah ini disajikan deskripsi
data penelitian dari masing-masing variabel.
1. Data nilai kemampuan awal siswa.
Data nilai kemampuan awal siswa dapat dilihat pada Lampiran 21.
deskripsi data kemampuan awal siswa untuk kelas Eksperimen dengan metode
Problem Solving dan Kelas Kontrol dengan menggunakan metode belajar
konvesional disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah Siswa, Rata-Rata Dan Variansi Nilai Kemampuan Awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
n 32 32
Rata-rata 5,0344 4,9875
Variansi 0,8533 0,8379
Keterangan:
n : jumlah siswa
Distribusi frekuensi nilai kemampuan awal siswa untuk kelas eksperimen
yang diajar dengan metode pembelajaran Problem Solving disajikan pada Tabel
17, selanjutnya data-data dibuat histogram seperti yang ditunjukkan pada Gambar
10.
51
52
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Kelas Eksperimen Problem Solving.
Interval Tengah interval Frekuensi % Frekuensi
3,3 - 3,8 3,55 3 9,38
3,9 - 4,4 4,15 6 18,75
4,5 - 5,0 4,75 8 25
5,1 - 5,6 5,35 6 18,75
5,7 - 6,2 5,95 5 15,63
6,3 - 6,8 6,55 4 12,5
Jumlah 32 100
Selanjutnya data-data tersebut dapat dibuat histogram sepert i yang
ditunjukkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Histogram Nilai Kemampuan Awal Kelas Eksperimen Problem Solving.
Distribusi frekuensi nilai kemampuan awal kelas eksperimen yang diajar
dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional pada Tabel 18 dan
histogramnya dapat dilihat pada Gambar 11.
53
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Kelas Eksperimen Konvensional.
Interval Tengah interval Frekuensi % Frekuensi
3,0 - 3,6 3,3 2 6,25
3,7 - 4,3 4,0 7 21,88
4,4 - 5,0 4,7 9 28,13
5,1 - 5,7 5,4 8 25
5,8 - 6,4 6,1 5 15,63
6,5 - 7,1 6,8 1 3,13
Jumlah 32 100
Gambar 11. Histogram Nilai Kemampuan Awal Kelas Eksperimen Konvensional.
2. Data Skor Kemampuan Penalaran
Deskripsi data skor kemampuan penalaran dan kriterianya dapat dilihat
pada Lampiran 21. Data penelitian mengenai skor kemampuan penalaran
diperoleh dengan cara tes. Data dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu skor
sama dengan atau diatas rerata termasuk dalam kategori kemampuan penalaran
tinggi dan skor dibawah rerata termasuk dalam kategori penalaran rendah. Ini
didasarkan pada mean (rerata) hasil tes kemampuan penalaran untuk kedua kelas
(kelas Eksperimen Problem Solving dan Kelas Eksperimen Konvensional).
54
Pada kelas eksperimen Problem Solving terdapat 17 siswa yang
mempunyai kemampuan penalaran tinggi dan 15 siswa yang mempunyai
kemampuan penalaran rendah. Distribusi frekuensi skor kemampuan penalaran
siswa untuk kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan metode Problem
Solving disajikan pada Tabel 19 dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar 12.
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen Problem Solving.
Interval Tengah interval Frekuensi % Frekuensi
4,0 - 4,7 4,35 3 9,38
4,8 - 5,5 5,15 5 15,63
5,6 - 6,3 5,95 7 21,88
6,4 - 7,1 6,75 8 25,00
7,2 - 7,9 7,55 5 15,63
8,0 - 8,7 8,35 4 12,50
Jumlah 32 100
Gambar 12. Histogram Skor Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen Problem Solving.
Pada kelas eksperimen dengan metode pembelajaran konvensional
terdapat 17 siswa yang mempunyai kemampuan penalaran tinggi dan 15 siswa
yang mempunyai kemampuan penalaran rendah. Distribusi frekuensi skor
55
kemampuan penalaran untuk kelas eksperimen yang diajar dengan metode
pembelajaran konvensional disajikan pada Tabel 20 dan histogramnya dapat
dilihat pada Gambar 13.
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Penalaran Untuk Kelas Eksperimen Konvensional.
Interval Tengah interval Frekuensi % Frekuensi
4,7 - 5,3 5,00 7 21,88
5,4 - 6,0 5,70 8 25,00
6,1 - 6,7 6,40 8 25,00
6,8 - 7,4 7,10 5 15,63
7,5 - 8,1 7,80 3 9,38
8,2 - 8,8 8,50 1 3,13
Jumlah 32 100
Gambar 13. Histogram Skor Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen Konvensional.
Perbandingan distribusi frekuensi skor Kemampuan Penalaran antara kelas
Eksperimen (Problem Solving) dan Kelas Kontrol (Konvensional) disajikan dalam
Tabel 21 dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar 14.
56
Tabel 21. Perbandingan Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Penalaran Antara Kelas Eksperimen (Problem Solving) dan Kelas Kontrol (Konvensional).
Kelas
Interval
Nilai
Tengah
Kelas Problem
Solving
Kelas
Konvensional
Frekuensi % Frekuensi Frekuensi %
Frekuensi
4,0 - 4,6
4,7 - 5,3
5,4 - 6,0
6,1 - 6,7
6,8 - 7,4
7,5 – 8,1
8,2 – 8,8
4,3 1 3,13 0 0
5,0 7 21,88 7 21,88
5,7 7 21,88 8 25
6,4 8 25 8 25
7,1 5 15,63 5 15,63
7,8 3 9,38 3 9,38
8,5 1 3,13 1 3,13
Jumlah 32 100 32 100
Gambar 14. Histogram perbandingan Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Penalaran Antara Kelas Problem Solving dan Kelas Konvensional.
57
3. Data Prestasi Belajar Kimia
Data penelitian mengenai prestasi belajar yang meliputi aspek kognitif dan
aspek afekt if siswa pada pokok bahasan Ikatan Kimia kelas eksperiman I yang
diajar dengan metode Problem Solving yaitu kelas X.D SMA Negeri 1
Tawangsari dengan sampel sebanyak 32 siswa. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 21. Distibusi Frekuensi Pretes, postes dan selisih nilai kognitif
disajikan dalam Tabel 22, 23, dan 24 dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar
15, 16, dan 17.
Tabel 22. Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kognitif Kelas Eksperimen Dengan Metode Problem Solving pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
Interval Tengah interval Frekuensi % Frekuensi
1,3 - 1,9 1,60 2 6,25
2,0 - 2,6 2,30 6 18,75
2,7 - 3,3 3,00 16 50
3,4 - 4,0 3,70 4 12,5
4,1 - 4,7 4,40 2 6,25
4,8 - 5,4 5,10 2 6,25
Jumlah 32 100
Gambar 15. Histogram Nilai Pretes Kognitif Kelas Eksperimen Metode Problem Solving pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
58
Tabel 23. Distribusi Frekuensi Nilai Postes Kognitif Kelas Eksperimen Dengan Metode Problem Solving pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
Interval Tengah interval Frekuensi % Frekuensi
3,3 - 3,9 3,60 1 3,13
4,0 - 4,6 4,30 2 6,25
4,7 - 5,3 5,00 3 9,38
5,4 - 6,0 5,70 6 18,75
6,1 - 6,7 6,40 11 34,38
6,8 - 7,4 7,10 9 28,13
Jumlah 32 100
Gambar 16. Histogram Nilai Postes Kognitif Kelas Eksperimen Metode Problem Solving pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
59
Tabel 24. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen dengan Metode Problem Solving pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
Interval Tengah interval Frekuensi % Frekuensi
1,3 - 1,9 1,60 3 9,38
2,0 - 2,6 2,30 5 15,63
2,7 - 3,3 3,00 9 28,13
3,4 - 4,0 3,70 11 34,38
4,1 - 4,7 4,40 3 9,38
4,8 - 5,4 5,10 1 3,13
Jumlah 32 100
Gambar 17. Histogram nilai pretes Kognitif Kelas Eksperimen Metode Problem Solving pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
Data penelitian mengenai prestasi belajar yang meliputi aspek kognitif dan
aspek afekt if siswa pada pokok bahasan Ikatan Kimia kelas eksperiman II yang
diajar dengan metode Konvensional yaitu kelas X.C SMA Negeri 1 Tawangsari
dengan sampel sebanyak 32 siswa. Data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 21. Distibusi Frekuensi Pretes, postes dan selisih nilai kognitif disajikan
dalam Tabel 25, 26, dan 27 dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar 18, 19,
dan 20.
60
Tabel 25. Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kognitif Kelas Kontrol dengan Metode Konvensional pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
Interval Tengah interval Frekuensi % Frekuensi
1,3 - 1,9 1,60 1 3,13
2,0 - 2,6 2,30 3 9,38
2,7 - 3,3 3,00 15 46,88
3,4 - 4,0 3,70 7 21,88
4,1 - 4,7 4,40 4 12,5
4,8 - 5,4 5,10 2 6,25
Jumlah 32 100
Gambar 18. Histogram nilai Pretes Kognitif Kelas Kontrol Metode Konvensional pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
61
Tabel 26. Distribusi Frekuensi Nilai Postes Kognitif Kelas Kontrol dengan Metode Konvensional pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
Interval Tengah interval Frekuensi % Frekuensi
3,0 - 3,6 3,30 1 3,13
3,7 - 4,3 4,00 5 15,63
4,4 - 5,0 4,70 10 31,25
5,1 - 5,7 5,40 9 28,13
5,8 - 6,4 6,10 5 15,63
6,5 - 7,1 6,80 2 6,25
Jumlah 32 100
Gambar 19. Histogram nilai Pretes Kognitif Kelas Kontrol Metode Konvensional pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
62
Tabel 27. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas Kontrol dengan Metode Konvensional pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
Interval Tengah interval Frekuensi % Frekuensi
0,3 - 0,8 0,55 5 15,63
0,9 - 1,4 1,15 8 25,00
1,5 - 2,0 1,75 6 18,75
2,1 - 2,6 2,35 6 18,75
2,7 - 3,2 2,95 4 12,50
3,3 - 3,8 3,55 3 9,38
Jumlah 32 100
Gambar 20. Histogram selisih nilai Kognitif Kelas Kontrol Metode Konvensional pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
Perbandingan Distribusi Frekuensi pretes, postes dan selisih nilai kognitif
siswa untuk kedua kelas eksperimen pada pokok bahasan Ikatan Kimia disajikan
dalam Tabel 28, 29 dan 30 dan data-data tersebut dapat dibuat histogram sepert i
yang ditunjukkan dalam Gambar 21, 22, dan 23.
63
Tabel 28. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kognitif Siswa antara Kelas Eksperimen (Problem Solving) dan Kelas Kontrol (Konvensional).
Kelas
Interval Nilai
Tengah Kelas Problem Solving Kelas Konvensional Frekuensi %
Frekuensi Frekuensi %
Frekuensi 1,3 – 1,9
2,0 – 2,6
2,7 – 3,3
3,4 – 4,0
4,1 – 4,7
4,8 – 5,4
Jumlah
1,60 2 6,25 1 3,13
2,30 6 18,75 3 9,38
3,00 16 50 15 46,88
3,70 4 12,5 7 21,88
4,40 2 6,25 4 12,5
5,10 2 6,25 2 6,25
32 100 32 100
Gambar 21. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kognitif Siswa antara Kelas Eksperimen (Problem Solving) dan Kelas Kontrol (Konvensional).
64
Tabel 29. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Postes Kognitif Siswa antara Kelas Eksperimen (Problem Solving) dan Kelas Kontrol (Konvensional).
Kelas
Interval Nilai
Tengah Kelas Problem Solving Kelas Konvensional
Frekuensi % Frekuensi Frekuensi % Frekuensi
3,3 – 3,8
3,9 – 4,4
4,5 – 5,0
5,1 – 5,6
5,7 – 6,2
6,3 – 6,8
6,9 – 7,4
3,55 1 3,13 2 6,25
4,15 2 6,25 4 12,5
4,75 0 0 10 31,25
5,35 3 9,38 6 18,75
5,95 6 18,75 5 15,63
6,55 11 34,38 5 15,63
6,15 9 28,13 0 0
Jumlah 32 100 32 100
Gambar 22. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Postes Kognitif Siswa antara Kelas Eksperimen (Problem Solving) dan Kelas Kontrol (Konvensional).
65
Tabel 30. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa antara Kelas Eksperimen (Problem Solving) dan Kelas Kontrol (Konvensional).
Kelas
Interval Nilai
Tengah Kelas Problem Solving Kelas Konvensional
Frekuensi % Frekuensi Frekuensi % Frekuensi
0,3 – 0,9
1,0 - 1,6
1,7 – 2,3
2,4 – 3,0
3,1 - 3,7
3,8 – 4,4
4,5 – 5,1
0,6 0 0 5 15,63
1,4 3 9,38 10 31,25
2,0 4 12,5 10 31,25
2,7 6 18,75 4 12,5
3,4 10 31,25 3 9,38
4,1 6 18,75 0 0
4,8 3 9,38 0 0
Jumlah 32 100 32 100
Gambar 23. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa antara Kelas Eksperimen (Problem Solving) dan Kelas Kontrol (Konvensional).
66
4. Data Nilai Afektif
Angket yang digunakan untuk menilai aspek afekt if, sesuai dengan yang
tertera dalam kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian. Deskripsi data nilai afektif siswa selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 21. Distribusi frekuensi nilai afekt if siswa kelas Problem Solving
disajikan dalam Tabel 31 dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar 24.
Tabel 31. Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen Problem Solving pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
Interval Tengah interval Frekuensi % Frekuensi
6,2 - 6,6 6,40 4 12,50
6,7 - 7,1 6,90 8 25
7,2 - 7,6 7,40 9 28,13
7,7 - 8,1 7,90 6 18,75
8,2 - 8,6 8,40 3 9,38
8,7 - 9,1 8,90 2 6,25
Jumlah 32 100
Gambar 24. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Afekt if Kelas Eksperimen Problem Solving pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
67
Distribusi frekuensi nilai afekt if siswa kelas Konvensional disajikan
dalam Tabel 32 dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar 25.
Tabel 32. Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen Konvensional pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
Interval Tengah interval Frekuensi % Frekuensi
6,0 - 6,5 6,3 5 15,63
6,6 - 7,1 6,9 9 28,13
7,2 - 7,7 7,5 11 34,38
7,8 - 8,3 8,1 3 9,38
8,4 - 8,9 8,7 2 6,25
9,0 - 9,5 9,3 2 6,25
Jumlah 32 100
Gambar 25. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Afekt if Kelas Eksperimen Konvensional pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia.
Perbandingan distribusi frekuensi nilai afektif siswa untuk kedua kelas
eksperimen pada pokok bahasan Ikatan kimia disajikan dalam Tabel 33 dan
histogramnya dapat dilihat pada Gambar 26.
68
Tabel 33. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif antara Kelas Ekperimen I (Problem Solving) dan Kontrol (Konvensional).
Kelas
Interval
Nilai
Tengah
Kelas Problem Solving Kelas Konvensional
Frekuensi % Frekuensi Frekuensi % Frekuensi
6,0 – 6,4
6,5 – 6,9
7,0 – 7,4
7,5 – 7,9
8,0 – 8,4
8,5 – 8,9
9,0 – 9,4
6,2 3 9,38 5 15,63
6,7 7 21,88 5 15,63
7,2 8 25 10 31,25
7,7 7 21,88 6 18,75
8,2 4 12,5 2 6,25
8,7 2 6,25 2 6,25
9,2 1 3,13 2 6,25
Jumlah 32 100 32 100
Gambar 26. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif antara Kelas Ekperimen I (Problem Solving) dan Kontrol (Konvensional).
69
B. Hasil Uji Prasyarat
1. Uji Keseimbangan Uji prasyarat eksperimen menggunakan uji keseimbangan. Data yang akan
diuji dalam uji keseimbangan ini diambil dari nilai tes kemampuan kognitif pada
pokok bahasan sebelumnya, yaitu sistem Periodik Unsur. Untuk kelas X.D
sebagai kelas eksperimen 1 dengan jumlah siswa 32 orang diperoleh rata-rata
5,0344 dan variansi 0,8533. Untuk kelas X.C sebagai kelas eksperimen 2 dengan
jumlah siswa 32 orang diperoleh rata-rata 4,9875 dan variansi 0,8379.
Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji t dua pihak diperoleh
thitung = 0,207 dengan t0,975(62) = 2,0 atau -t0,975(62) = -2,0. Karena –ttabel <
thitung < t tabel maka Ho diterima. Hal ini berart i bahwa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol memiliki kemampuan awal yang sama. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa kelompok eksperimen (Kelas Problem Solving) dan kelompok
kontrol (Kelas Konvensional) mempunyai rata-rata yang sama atau kemampuan
awal kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang.
2. Uji Normalitas
Salah satu syarat agar analisis variansi dapat diterapkan maka harus
normal pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat telah
dipenuhi maka dilakukan uji Liliefors. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki apakah
sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi normal atau tidak (Sudjana,
2005: 291-292).
Hasil uji normalitas nilai awal, kemampuan penalaran, nilai pretes kognitif, nilai
postes kognitif, selisih nilai kognitif dan nilai afekt if terangkum dalam Tabel 34,
35, 36, 37, 38 dan 39.
Tabel 34. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Awal
Kelom pok Siswa Harga L Kesimpulan
Berdistribusi Hitung Tabel
Problem Solving 0,0694 0,1566 Normal
Konvensional 0,0857 0,1566 Normal
70
Tabel 35. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kemampuan Penalaran.
Kelom pok Siswa Harga L Kesimpulan
Berdistribusi Hitung Tabel
Problem Solving 0,1131 0,1566 Normal
Konvensional 0,1352 0,1566 Normal
Tabel 36. Ringkasan Hasil Uji Normalitas nilai pretes Kognitif.
Kelom pok Siswa Harga L Kesimpulan
Berdistribusi Hitung Tabel
Problem Solving 0,0694 0,1330 Normal
Konvensional 0,0857 0,1423 Normal
Tabel 37. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Postes Kognitif.
Kelom pok Siswa Harga L Kesimpulan
Berdistribusi Hitung Tabel
Problem Solving 0,1292 0,1566 Normal
Konvensional 0,1279 0,1566 Normal
Tabel 38. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai kognitif.
Kelom pok Siswa Harga L Kesimpulan
Berdistribusi Hitung Tabel
Problem Solving 0,0819 0,1566 Normal
Konvensional 0,1005 0,1566 Normal
Tabel 39. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Afektif.
Kelom pok Siswa Harga L Kesimpulan
Berdistribusi Hitung Tabel
Problem Solving 0,0987 0,1566 Normal
Konvensional 0,1185 0,1566 Normal
Tampak dari Tabel-tabel diatas bahwa harga Lhitung < Ltabel dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.
71
3. Uji Homogenitas
Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi adalah populasi
harus homogen. Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini menggunakan
metode Bartlett (Sudjana, 2005 : 261). Hasil uji homogenitas nilai awal,
kemampuan penalaran, nilai pretes kognitif, nilai postes kognitif, selisih nilai
kognitif dan nilai afektif tercantum dalam Lampiran 31. Hasil uji homogenitas
telah terangkum dalam Tabel 40, 41, 42, 43, 44 dan 45.
Tabel 40. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Awal.
S2 B χ
2Hitung χ
2Tabe l Kesimpulan
0,84560 -4,51578 0,0026 3,841 Homogen
Tabel 41. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Penalaran.
S2 B χ2Hitung χ2
Tabe l Kesimpulan
1,1117 2,8518 0,103 3,841 Homogen
Tabel 42. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretes Kognitif.
S2 B χ
2Hitung χ
2Tabe l Kesimpulan
0,7789 -6,7265 0,073 3,841 Homogen
Tabel 43. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Postes Kognitif.
S2 B χ
2Hitung χ
2Tabe l Kesimpulan
0,8280 -5,0826 0,384 3,841 Homogen
Tabel 44. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif.
S2 B χ2Hitung χ2
Tabe l Kesimpulan
0,9150 -2,3932 0,002 3,841 Homogen
Tabel 45. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Afekt if.
S2 B χ
2itung χ
2Tabe l Kesimpulan
0,6120 -13,2227 0,439 3,841 Homogen
Tampak dari Tabel-tabel diatas bahwa harga statistik ◌ uji χ2 tidak
melampaui harga kritik χ2, dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel pada
penelitian iniberasal dari populasi yang homogen
72
C . Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan
pada Tabel 46.
Tabel 46. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Kognitif.
Sumber JK dk RK Fobs Fα Keputusan
Metode
Pembelajaran (A)
Kemampuan
Penalaran (B)
Interaksi (AB)
Galat
29,50351
3,82659
1,62601
51,27459
1
1
1
60
29,50351
3,82659
1,62601
0,85458
34,524
4,478
1,903
-
4,00
4,00
4,00
-
HOA
Ditolak
HOB
Ditolak
HOAB
Diterima
-
Total 86,23069 63 - - -
Tabel 46. menunjukkan bahwa:
1) Pada efek utama baris (A), Ho ditolak.
Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara metode mengajar
Problem Solving dan Konvensional terhadap kemampuan kognitif siswa
pada pokok bahasan ikatan kimia.
2) Pada efek utama baris (B), Ho ditolak.
Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara kemampuan penalaran
tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan
ikatan kimia.
3) Pada efek utama interaksi (AB), Ho diterima.
Hal ini berart i tidak ada interaksi pengaruh antara metode mengajar dengan
kemampuan penalaran siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada
pokok bahasan ikatan kimia.
73
Tabel 47. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Afekt if.
Sumber JK dk RK Fobs Fα Keputusan
Metode
Pembelajaran (A)
Kemampuan
Penalaran (B)
Interaksi (AB)
Galat
0,02728
0,33645
0,19978
37,40596
1
1
1
60
0,02728
0,33645
0,19978
0,62343
0,044
0,540
0,320
-
4,00
4,00
4,00
-
HOA
Diterima
HOB Diterima
HOAB
Diterima
-
Total 86,23069 63 - - -
Tabel 47. menunjukkan bahwa:
1) Pada efek utama baris (A), Ho diterima.
Hal ini berart i tidak ada perbedaan pengaruh antara m etode Problem Solving
dan Konvensional terhadap kemampuan afekt if siswa pada pokok bahasan
ikatan kimia.
2) Pada efek utama baris (B), Ho diterima.
Hal ini berart i tidak ada pengaruh antara Kemampuan penalaran tinggi dan
Kemampuan penalaran rendah terhadap kemampuan afektif siswa pada
pokok bahasan ikatan kimia.
3) Pada efek utama interaksi (AB), Ho diterima.
Hal ini berart i tidak ada interaksi pengaruh antara metode mengajar dengan
kemampuan penalaran siswa terhadap kemampuan afektif siswa pada pokok
bahasan ikatan kimia.
74
D. Pem bahasan
Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan pembelajaran pada pokok
bahasan ikatan kimia, siswa diberikan pretes. Pretes ini bertujuan untuk
mengetahui sebarapa jauh pengetahuan siswa mengenai materi ikatan kimia yang
akan dipelajari. Hasil pretes ini dapat digunakan untuk memperkirakan pada
bagian-bagian mana yang belum dikuasai dan sudah dikuasai siswa pada pokok
bahasan ikatan kimia. Berdasarkan pretes tersebut didapatkan hasil bahwa
sebagian besar siswa belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang materi
ikatan kimia. Hal ini dapat dilihat dari nilai pretes yang didapat masih sangat
rendah. Baik untuk kelas eksperimen dan kelas Kontrol nilai yang didapat masih <
60. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan siswa tentang materi
ikiatan kimia masih sedikit sekali, terutama pada bagian bagaimana terbentuknya
ikatan ion dan ikatan kovalen. Sehingga pada bagian ini pembelajaran perlu
ditekankan. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan postes untuk mengukur
prestasi kognitif dan afekt if (data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25).
Adanya pretes dan postes ini dapat digunakan untuk mengetahui perubahan
prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Problem Solving
dan Konvensional yang ditinjau dari kemampuan penalaran siswa dalam proses
pembelajaran.
Berikut ini disajikan komparasi antara metode pembelajaran Problem Solving dan
Konvensional.
Tabel 48. Perbandingan Metode Belajar Problem Solving dan Konvensional.
Aspek Problem Solving Konvensional
Tahap
Pembelajaran
• Guru menjelaskan materi
pelajaran secara singkat.
• Guru menjelaskan
langkah-langkah
mengerjakan.
• Guru memberikan soal
kepada siswa.
• Guru menjelaskan materi
secara lengkap.
• Siswa mendengarkan dan
mencatat penjelasan guru.
• Siswa mengerjakan soal-
soal yang diberikan guru.
75
• Siswa menulis alternatif
Jawaban.
• Siswa mencari teori, rumus,
aturan yang berkaitan
dengan soal.
• Siswa menganalisa soal
untuk mendapat data yang
diketahui.
• Siswa menyelesaikan soal
berdasarkan data.
• Menarik kesimpulan
jawaban.
Keaktifan
siswa
• Setiap siswa terlihat aktif
mengerjakan soal-soal
yang diberikan.
• Pada awal pembelajaran
siswa terlihat kurang aktif
tapi setelah dimot ivasi
guru siswa terlihat lebih
aktif
Peran Guru • Guru menjelaskan secara
singkat materi yang
diajarkan dan cara-cara
menyelesaikan suatu
masalah.
• Guru memberikan
masalah-masalah untuk
diselesaikan siswa.
• Guru menerangkan materi
secara jelas.
• Guru sebagai sumber
belajar.
Motivasi • Siswa yang mampu
menyelesaikan masalah
dengan cepat dan benar
diberikan hadiah agar
siswa lebih termotivasi.
• Siswa yang bis menjawab
pertanyaan guru diberikan
hadiah.
76
Waktu • 6 x 45 menit
• Waktu lebih efektif karena
proses pembelajaran lebih
menyenangkan, sehingga
siswa dapat memanfaatkan
waktu dengan baik.
• 6 x 45 menit
• Waktu kurang efektif
karena waktu habis untuk
menjelaskan materi
pelajaran.
Prestasi • Berdasarkan Tabel 46 dan
Tabel 47 dapat
disimpulkan bahwa
prestasi kognitif dan
afektif kelas Problem
Solving lebih tinggi baik
ditinjau dari kemampuan
penalaran tinggi maupun
rendah.
• Berdasarkan Tabel 46 dan
Tabel 47 dapat disimpulkan
bahwa prestasi kognitif dan
afektif kelas konvensional
lebih rendah baik ditinjau
dari kemampuan penalaran
tinggi maupun rendah.
Materi ikatan kimia dibagi menjadi beberapa sub materi yaitu ikatan ion,
ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinat, polarisasi ikatan kovalen dan
pengecualian aturan Oktet.
Pada proses pembelajaran dengan m etode Problem Solving tahap pertama
adalah guru menjelaskan secara singkat tentang materi yang diajarkan.
Selanjutnya guru memberikan contoh suatu masalah dan bagaimana cara
menyelesaikannya. Tahap selanjutnya adalah guru memberikan masalah yang
harus diselesaiakan siswa, siswa mencoba menyelesaikan masalah-masalah yang
diberikan dengan jalan mencari letak sumber kesulitan untuk mencari jalan
pemecahan, menandai aspek mana yang mungkin dipecahkan dengan
menggunakan prinsip atau dalil atau kaidah yang diketahui sebagai pegangan.
Tahap berikutnya siswa menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk
pengalaman orang lain dalam menyelesaikan permasalahan yang serupa,
kemudian mengidentifikasi berbagai alternatif kemungkinan pemecahan yang
dirumuskan sebagai jawaban sementara yang memerlukan pembukt ian.
Selanjutnya setiap alternatif jawaban dianalisa dan dilakukan pengambilan
77
keputusan memilih alternatif yang dipandang mungkin. Kemudian alternat if yang
dipilih, dipraktekkan atau dilaksanakan untuk memperoleh informasi untuk
mencari pemecahan masalah (dalam hal ini soal yang diberikan guru).
Hal yang serupa juga disampaikan Arijit Chatterjee (2006: 3) bahwa
menyelesaikan masalah memerlukan beberapa proses antara lain: memilih
alternatif penyelesaian masalah yang ada, kemudian memilih salah satu alternatif
penyelesaian yang dipandang paling dekat untuk menyelesaikan masalah. Karena
tindakan yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda juga dalam
menyelesaikan masalah. Beberapa tindakan akan memudahkan penyelesaian
tetapi ada juga langkah yang semakin menjauhkan penyelesaian. Untuk itu
diperlukan pemilihan langkah terbaik dalam pembelajaran Problem Solving ini.
Dalam pemilihan alternatif terbaik diperlukan pengetahuan dari individu tersebut,
antara lain pengetahuan heuristik dari pengetauan yang telah dimiliki individu.
Sedangkan pada proses pembelajaran konvensional guru menjelaskan
semua materi ikatan kimia baik ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen
koordinat, polarisasi ikatan kovalen dan pengecualian aturan Oktet. Siswa
mencatat dan memperhat ikan semua penjelasan guru. Di akhir sub bab guru
memberikan contoh soal yang berkaitan dan siswa mencatat contoh soal tersebut.
Metode pembelajaran Problem Solving termasuk kedalam pendekatan
pembelajaran CTL. Pendekatan pembelajaran CTL merupakan konsep belajar
yang membantu siswa mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan memotivasi siswa menghubungkan pengetahuan yang
dimiliki dengankehidupan sehari-hari. Adapun proses yang terdapat dalam
pendekatan CTL meliputi:
1) Pemecahan masalah yang diajukan oleh guru.
2) Melakukan kegiatan menemukan (inquiry).
3) Siswa dituntut untuk mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik
kesimpulan sehingga diperoleh hasil dari proses penemuannya.
Berdasarkan hasil uji analisis variansi dua jalan sel tak sama dan
kom parasi rerata untuk aspek kognitif dan afektif pada pokok bahasan ikatan
kimia yang telah diuraikan di depan pada Tabel 46 dan 47, untuk hipotesis yang
78
pertama dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran Problem Solving
dapat lebih meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa pada pokok bahasan
ikatan kimia. Penggunaan metode pembelajaran Problem Solving memberikan
prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi dari pada metode pembelajaran
konvensional. Dalam metode pembelajaran Problem Solving, siswa dituntut aktif
dalam pembelajaran dari awal sampai akhir. Dalam hal ini, penyampaian konsep
serta kejadian-kejadian yang sebenarnya terjadi melalui penjelasan singkat guru di
awal pembelajaran. Siswa menghubungkan konsep-konsep yang telah mereka
pelajari, dari informasi yang relevan dan dari pengalaman orang lain. Problem
Solving menciptakan suatu kondisi yang lebih banyak melibatkan kegiatan
intelektual daripada metode konvensional. Siswa terlibat dalam setiap tahap yang
dilaluinya dari mengidentifikasi masalah sampai menemukan hasil. Hal ini tentu
saja memberikan pengaruh yang lebih berart i pada proses berpikir dan
pemahaman siswa dibanding bila siswa hanya mendengarkan semuanya dari guru
dengan keterlibatan yang sangat minimal. Jawaban yang diperoleh berasal dari
hasil pemikirannya sendiri secara terstruktur. Metode pembelajaran Problem
Solving memecahkan masalah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah.
2. Menentukan informasi yang berkaitan dengan materi.
3. Memecahkan rumus standar dan meneliti hubungan antar konsep.
4. Mendapatkan hasil / jawaban.
Pada metode konvensional, secara klasikal guru menyampaikan materi
yaitu menjelaskan dari tahap awal sampai akhir penemuan jawabannya dengan
ceramah, sedangkan siswa hanya mendengarkan, sehingga keterlibatan siswa
sangat minim. Sedangkan pada metode Problem Solving, siswa akt if dalam setiap
tahap yang dilalui hingga menemukan jawaban dan guru hanya memberikan
arahan serta bantuan jika siswa memerlukan.
Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan minat , sikap
emosi atau nilai. Menurut Anderson ( dalam Depdiknas, 2003-2004: 1), ada dua
metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode obsevasi berdasar
79
pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan
yang ditampilkan, reaksi psikologi atau keduanya. Metode laporan diri berasumsi
bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri.
Pengukuran aspek afektif pada penelitian ini menggunakan metode laporan diri
karena disamping menghemat waktu, guru juga tidak mungkin dapat menghafal
siswa dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat.
Prestasi nilai afektif pada kelas eksperimaen Problem Solving maupun
kelas konvensional sama. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran Problem
Soving maupun konvensional memberikan pengalaman afekt if yang sama. Hal
tersebut juga terjadi karena antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran tinggi.
Baik untuk kelas yang diajar dengan metode pembelajaran Problem Solving
maupun yang diajar dengan metode pembelajaran Konvensional.
Untuk hipotesis yang kedua dapat disimpulkan bahwa siswa dengan
kemampuan penalaran yang tinggi mempunyai prestasi belajar kognitif yang lebih
baik dari pada siswa dengan kemampuan penalaran yang rendah. Jika diberi
metode pembelajaran Problem Solving dan konvensional pada pokok bahasan
ikatan kimia. Dari kesimpulan tersebut diatas dapat dijelaskan sebagi berikut.
Pada pokok bahasan ikatan kimia, siswa dituntut untuk menginterprestasikan data,
meramalkan arah dan kecenderungannya serta banyak melibatkan kemampuan
siswa untuk berkomunikasi dan menghubungkan konsep-konsep yang telah
dipelajari untuk memecahkan masalah. Jika dalam diri siswa tidak memiliki
kemampuan penalaran yang cukup maka siswa menjadi kurang mampu
menyelesaikan masalah-masalah pada materi pelajaran yang di ajarkan, sehingga
materi ikatan kimia terkesan sulit.
Kemampuan penalaran merupakan salah satu bakat yang dimiliki siswa.
Kemampuan penalaran adalah kemampuan berfikir abstrak, yang dekat sekali
artinya dengan peyimpulan, argumen dan bukt i. Siswa yang mempunyai
kemampuan penalaran yang tinggi tentunya tidak akan mengalami kesulitan
dalam mempelajari materi ikatan kimia, baik yang diajarkan dengan metode
pembelajaran Problem Solving maupun konvensional. Karena mereka sudah
memiliki modal awal untuk menyelesakan masalah-masalah yang ada sehingga
80
prestasi belajarnya juga lebih baik dari siswa yang memiliki kemampuan
penalaran yang rendah. Dengan demikian untuk memperoleh hasil belajar yang
maksimal pada pokok bahasan ikatan kimia harus didukung dengan kemampuan
penalaran yang cukup.
Kemampuan penalaran tidak memberikan perbedaan pengaruh terhadap
prestasi afektif siswa. Karena kemampuan penalaran mendukung prestasi kognitif
siswa. Hal ini dikarenakan kemampuan penalaran merupakan bentuk pemikiran
abstrak yang dekat hubungannya dengan penyelesaian masalah secara kognitif.
Sedangkan pada hipotesis yang ketiga didapatkan kesimpulan tidak ada
interaksi antara penggunaan metode pembelajaran Problem Solving dengan
kemampuan penalaran siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afekt if siswa
pada pokok bahasan ikatan kimia.
Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan
penalaran siswa terhadap prestasi belajar aspek kognitif dan afektif dapat
dijelaskan sebagi berikut :
a. Pembelajaran kimia pada pokok bahasan ikatan kimia dengan metode
pembelajaran Problem Solving menghasilkan prestasi belajar aspek kognitif
yang secara signifikan lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang diberi
materi tersebut dengan metode pembelajaran konvensional, baik ditinjau dari
siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi maupun siswa yang
memiliki penalaran yang rendah.
b. Siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi mempunyai prestasi belajar
aspek kognitif yang secara signifikan lebih baik dari pada siswa yang
memiliki kemampuan penalaran yang rendah, baik ditinjau dari siswa yang
diberi pembelajaran kimia dengan metode pembelajaran Problem Solving
maupun konvensional.
Hal tersebut terjadi karena kemampuan penalaran lebih berperan penting
di dalam pembelajaran materi ikatan kimia. Sehingga siswa yang memiliki
kemampuan penalaran tinggi diajar dengan metode pembelajaran Problem Solving
maupun konvensional akan memiliki prestasi kognitif yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang rendah.
81
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesim pulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis pada
perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran Problem
Solving dan konvesional terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok
bahasan ikatan kimia siswa kelas X semester ganjil SMA Negeri 1
Tawangsari tahun pelajaran 2009 / 2010 ditandai dengan nilai FA = 34,524
> F0,05; 1,60 = 4,00. Tetapi tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan metode
pembelajaran Problem Solving dan konvensional terhadap prestasi afektif
siswa ditandai dengan nilai FA = 0,044 < F0,05; 1,60 = 4,00.
2. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan
penalaran tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan penalaran rendah
pada pokok bahasan ikatan kimia siswa kelas X semester ganjil SMA Negeri
1 Tawangsari tahun pelajaran 2009 / 2010 ditandai dengan nilai FB = 4,478
> F0,05; 1,60 = 4,00. Tetapi tidak ada perbedaan pengaruh kemampuan
penalaran terhadap prestasi belajar afektif ditandai dengan nilai FB = 0,540
< F0,05; 1,60 = 4,00.
3. Tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran Problem
Solving dan konvensional dengan kemampuan penalaran siswa terhadap
prestasi belajar siswa pada pokok bahasan ikatan kimia siswa kelas X
semester ganjil SMA Negeri 1 Tawangsari tahun pelajaran 2009 / 2010
ditandai dengan FAB = 1,903 < F0,05; 1,60 = 4,00. Pembelajaran dengan metode
Problem Solving menghasilkan prestasi belajar yang secara signifikan lebih
baik jika dibandingkan dengan siswa yang diberi metode pembelajaran
konvensional, siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi
menghasilkan prestasi belajar yang secara signifikan lebih baik dengan
metode pembelajaran Problem Solving maupun konvensional.
81
82
B. Implikasi
1. Metode pembelajaran Problem Solving merupakan salah satu alternatif dalam
pemilihan metode pembelajaran untuk menyajikan materi ikatan kimia.
2. Guru perlu memperhatikan kemampuan penalaran siswa. Selain
memperhatikan siswa yang mempunyai kemampuan penalaran tinggi, guru
juga harus lebih memperhatikan siswa yang mempunyai kemampuan
penalaran rendah agar prestasi belajar siswa lebih baik.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
menyajikan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam pembelajaran, disamping guru memilih metode pembelajaran yang
tepat atau sesuai dengan materi, hendaknya guru juga memperhatikan faktor
yang ada pada diri siswa sepert i kemampuan penalaran siswa.
2. Untuk memperkuat penelitian ini, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai penggunaan metode pembelajaran Problem Solving untuk materi
yang lain yang memerlukan penalaran t inggi seperti materi ikatan kimia.
83
DAFTAR PUSTAKA
A.Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin. 1989. Pendekatan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Anas Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGravindo Persada.
Arijit Chatterjee. 2006. Case Based Reasoning with State Transition Mechanism for Problem Solving in AI. India: Vishwakarma Institute Of Technology.
Depdiknas, Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2003. Kurikulum Berbasis Kom petensi Menengah Atas; Pedom an Pengembangan Instrum en Dan Penilaian Ranah Afektif. Jakarta.
Depdiknas, Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2003. Kurikulum Berbasis Kom petensi Menengah Atas; Pedoman Pengembangan Instrum en Dan Penilaian Ranah Psikomotor. Jakarta.
Budiyono. 2006. Statistika Dasar Untuk Penelitian. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Brady, J. E.1999. Kim ia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara.
M. Saekhan Muchits. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group.
Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Michael Purba. 2006. Kim ia Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Erlangga.
Mulyati Arifin. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Bandung: Erlangga.
85
84
Munir Tanrere. 2008. Enviromental Problem Solving in Learning Chem istry for High School Student, Journal of Applied Sciences in Enviromental Sanitation. Makassar: Makassar State University.
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta:Depdiknas
. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2000: Pertanyaan dan Jawab. Jakarta: Grasindo. Peter Salim dan Yenni Salim. 1991. Kam us Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta: Modern English Press.
Petrucci, R. H. dan Suminar.1985. Kim ia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Rooijakkers, Ad. 1991. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Grasindo.
Soekadijo. 1983. Logika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Sudjana. 1996. Metode statistika. Bandung: Tarsito. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Unggul Sudarmo. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
W. J. S. Poerwadarminto. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Winkel. W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.