PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA PETA BILANGAN MELALUI PENDEKATAN
KONTEKSTUAL PADA BILANGAN BULAT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
KELAS III SDN 6 GELANGGANG KECAMATAN SAKRA TIMUR TAHUN PELAJARAN
2013/2014
SKRIPSI
OLEH
ROSFITA CHANDRA CHOMALANPM 1111 0342
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARJURUSAN ILMU
PENDIDIKANSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN2014
ABSTRAK
Judul penelitian ini adalah Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Peta
Bilangan Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Bilangan Bulat
Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas III SDN 6 Gelanggang
Kecamatan Sakra Timur Tahun Pelajaran 2013/2014. Masalah yang
diangkat adalah: Apakah ada Pengaruh penggunaan alat peraga peta
bilangan melalui pendekatan kontekstual pada bilangan bulat
terhadap hasil belajar matematika Kelas III SDN 6 Gelanggang
Kecamatan Sakra Timur Tahun Pelajaran 2013/2014? Tujuan Penelitian
ini adalah: untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh penggunaan
alat peraga peta bilangan melalui pendekatan kontekstual pada
bilangan bulat terhadap hasil belajar matematika Kelas III SDN 6
Gelanggang Kecamatan Sakra Timur Tahun Pelajaran 2013/2014.
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah lokasi
penelitian.Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dan
metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dan memiliki
ciri khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol. Agar
dalam hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan maka perlu
dipehatikan urutan eksperimen. Adapun urutan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : (1)Mengidentifikasi masalah dan rumusan
masalah. (2) Mengkaji landasan teoritis dan perumusan hipotesis.
(3) Menyusun rencana penelitian. (4) Melaksanakan penelitian. (5)
Mengolah dan menganalisis data, dan (6) Membuat laporan hasil
penelitian. Teknik pengumpulan data melalui dua cara yaitu (1) tes
dan (2) observasi.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa:1. Peningkatan hasil dan aktivitas belajar siswa dibuktikan
dengan hasil analisis, dimana pada siklus I mempunyai nilai
ketuntasan 62,50% dengan nilai rata-rata 62,50 sedangkan pada
siklus II mengalami peningkatan dengan nilai ketuntasan 87,50%
dengan nilai rata-rata 76,50.2. Bahwa aktivitas siswa dari siklus
ke siklus mengalami peningkatan, ini dilihat dari nilai rata-rata
persentase aktivitas siswa pada siklus I adalah 60,16% untuk
pertemuan I dan pertemuan II sebesar 66,41% sedangkan pada siklus
II pertemuan I sebesar 76,56% dan pertemuan II sebesar 80,03%.3.
Untuk aktivitas guru juga mengalami peningkatan dimana dari
kategori cukup aktif menjadi aktif dengan nilai persentase untuk
siklus I pertemuan I sebesar 43,33% dan pertemuan II sebesar
66,67%. Sedangkan untuk siklus II pertemuan I sebesar 70,00% dengan
mengalami peningkatan sebesar 83,33% untuk pertemuan II.
MOTTO
Kerja keras dan doa adalah kunci keberhasilan. Kebenaran,
keyakinan dan kepercayaan diri adalah salah satu modal utama untuk
meraih keberhasilan. Kebijaksanaan membuat kita bisa bertahan dalam
kehidupan yang fana ini. Diam itu adalah emas.
LEMBAR PERSETUJUANPENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA PETA BILANGAN
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA BILANGAN BULAT TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA KELAS III SDN 6 GELANGGANG KECAMATAN SAKRA TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
ROSFITA CHANDRA CHOMALANPM. 11110342
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratanDalam
mendapatkan gelar Sarjana PendidikanProgram Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
Menyetujui:
Pembimbing I
ABDULLAH, M.SiNIDN. 081126605Pembimbing II
ATIATURRAHMANIAH, M.PdNIDN. 0821048001
Mengetahui:Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD)STKIP HAMZANWADI Selong
M. SURURUDDIN, M.PdNIDN. 0815097401
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA PETA BILANGAN MELALUI PENDEKATAN
KONTEKSTUAL PADA BILANGAN BULAT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
KELAS III SDN 6 GELANGGANG KECAMATAN SAKRA TIMUR TAHUN PELAJARAN
2013/2014
ROSFITA CHANDRA CHOMALANPM. 11110342
Skripsi ini telah dipertanggungjawabkan di depan Dewan
PengujiProgram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) STKIP
HAMZANWADI SelongPada Tanggal: 5 September 2013
Dewan Penguji:
1. SUHIRMAN, M. PdNIDN. 0831127701Ketua
.............................
.............................
2. MIJAHAMUDDIN ALWI, M. PdNIDN. 0812017801 Anggota
.............................
.............................
3. M. SURURUDDIN, M. PdNIDN. 0815097401Anggota
.............................
.............................
Mengetahui;Pembantu Ketua Bidang Akademik STKIP HAMZANWADI
Selong,
Dr. KHIRJAN NAHDI, M. HumNIP. 19681231 200212 1 005
LEMBAR PENGESAHAN
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT SEDERHANA PADA
MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN 3 SURABAYA TAHUN PELAJARAN
2012/2013
ROSFITA CHANDRA CHOMALANPM. 11110342
Skripsi ini telah dipertanggungjawabkan di depan Dewan
PengujiProgram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) STKIP
HAMZANWADI SelongPada Tanggal: 5 September 2013
Dewan Penguji:
1. SUHIRMAN, M. PdNIDN. 0831127701Ketua
.............................
.............................
2. MIJAHAMUDDIN ALWI, M. PdNIDN. 0812017801 Anggota
.............................
.............................
3. M. SURURUDDIN, M. PdNIDN. 0815097401Anggota
.............................
.............................
Mengetahui;Pembantu Ketua Bidang Akademik STKIP HAMZANWADI
Selong,
Dr. KHIRJAN NAHDI, M. HumNIP. 19681231 200212 1 005
BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahSalah satu permasalahan
pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya
pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi
guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,
pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan
peningkatan mutu manajemen sekolah.Namun demikian, berbagai
indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang
berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan
peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun
sebagian lainnya masih memprihatinkan. Berdasarkan masalah ini,
maka berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam
penyelenggaraan pendidikan kita? Dari berbagai pengamatan dan
analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu
pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. Faktor
pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan education production function atau
input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.
Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai
pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang
diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan
menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap
bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan
buku dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana
pendidikan lainnya dipenuhi, maka mutu pendidikan (output) secara
otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang
diharapkan tidak terjadi. Mengapa? Karena selama ini dalam
menerapkan pendekatan education production function terlalu
memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada
proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan
output pendidikan.Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional
dilakukan secara birokratik-sentralistik sehingga menempatkan
sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan
kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan
kondisi sekolah setempat. Sekolah lebih merupakan subordinasi dari
birokrasi diatasnya sehingga mereka kehilangan kemandirian,
keluwesan, motivasi, kreativitas/inisiatif untuk mengembangkan dan
memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai
salah satu tujuan pendidikan nasional.Faktor ketiga, peranserta
warga sekolah khususnya guru dan peranserta masyarakat khususnya
orangtua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat
minim. Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering
diabaikan, padahal terjadi atau tidaknya perubahan di sekolah
sangat tergantung pada guru. Dikenalkan pembaruan apapun jika guru
tidak berubah, maka tidak akan terjadi perubahan di sekolah
tersebut. Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya sebatas
pada dukungan dana, sedang dukungan-dukungan lain seperti
pemikiran, moral, dan barang/jasa kurang diperhatikan.
Akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga lemah. Sekolah tidak
mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan
pendidikan kepada masyarakat, khususnya orangtua siswa, sebagai
salah satu unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan
(stakeholder).Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut di atas,
tentu saja perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah satunya
adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari
manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah.Upaya dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan dan pengajaran di SDN 6 Gelanggang banyak kendala
yang dihadapi guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar, baik yang
berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas III maupun
perangkat pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan kinerja
guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas
III SDN 6 Gelanggang, dan hal ini tidak semudah yang dibayangkan.
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam
kegiatan pembelajaran di SDN 6 Gelanggang, namun demikian masih
belum memberikan kepuasan dalam pencapaian hasil belajar siswa
terutama pembelajaran matematika dalam pokok bahasan Bilangan
Bulat, sehingga menuntut adanya perenungan dan pemikiran yang
serius dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.Berdasarkan
uraian di atas masalah pembelajaran matematika tentang pokok
bahasan bilangan bulat di SDN 6 Gelanggang masih kurang memuaskan
adapun KKM tahun pembelajaran 2011 sd. 2013 dapat dilihat dalam
table berikut:Tabel 1.1Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas
III SDN 6 Gelanggang materi pokok Bilangan BulatTahun
PembelajaranNilaiKelas
IIIAIIIB
2013/2014Rata-rata66,067,3
Ketuntasan65%64%
2013/2014Rata-rata48,948,6
Ketuntasan30%34%
Sumber: Data nilai kelas III SDN 6 Gelanggang.Maka peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh penggunaan alat
peraga peta bilangan melalui pendekatan kontekstual pada bilangan
bulat terhadap hasil belajar matematika Kelas III SDN 6 Gelanggang
Kecamatan Sakra Timur Tahun Pelajaran 2013/2014
B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang di atas dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :1. Guru
kurang mampu membangkitkan minat, dan kretifitas siswa dalam proses
belajar mengajar;2. Penggunan media belajar yang tidak sesuai
belajar dengan pokok bahasan siswa;3. Proses pembelajaran berjalan
searah umumnya dari guru dan tidak adanya timbal balik dari
siswa;4. Nilai rata-rata hasil belajar matematika belum sesuai
dengan target (KKM).5. Siswa cenderung bersifat individual kurang
bisa bekerjasama dalam kelompok.
C. Batasan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah di atas telah
dikemukakan sejumlah faktor yang diduga dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas III, namun tidak semua masalah dapat
dipecahkan dalam penelitian ini, maka peneliti akan membatasi pada
:1. Penggunaan alat peraga peta bilangan melalui pendekatan
kontektual pada siswa kelas III SDN 6 Gelanggang Tahun Pembelajaran
2013/2014.2. Pengaruh penggunaan alat peraga peta bilangan terhadap
hasil belajar siswa kelas III SDN 6 Gelanggang Tahun Pembelajaran
2013/2014.
D. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka,
peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini Apakah ada
Pengaruh penggunaan alat peraga peta bilangan melalui pendekatan
kontekstual pada bilangan bulat terhadap hasil belajar matematika
Kelas III SDN 6 Gelanggang Kecamatan Sakra Timur Tahun Pelajaran
2013/2014? E. Tujuan PenelitianTujuan dilakukan penelitian ini
adalah untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh penggunaan alat
peraga peta bilangan melalui pendekatan kontekstual pada bilangan
bulat terhadap hasil belajar matematika Kelas III SDN 6 Gelanggang
Kecamatan Sakra Timur Tahun Pelajaran 2013/2014?
F. Manfaat Penelitian1. Manfaat Teoritisa. Menambah khasanah
ilmu pengetahuan khususnya dalam pembelajaran matematika.b. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih
lanjut.c. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk para
guru sebagai panduan tambahan dalam menetukan sistem pembelajaran
bidang studi matematika pada khususnya dalam rangka meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III SDN 6 Gelanggang.2. Manfaat Praktisa.
Guru dapat mengembangkan dan menemukan alat peraga yang tepat dalam
mengajar untuk upaya meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
pada mata pelajaran matematika.b. Membantu siswa untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam pelajaran matematika yaitu bilangan
bulat menggunakan alat peraga peta bilangan.c. Siswa lebih aktif
dalam mempelajari matematika khususnya pembelajaran bilangan
bulat.
BAB IILANDASAN TEORIA. Kajian Teori1. Pengertian Media Kata
media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar. Gerlach Riny & Ely Sastio
(2001) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau
sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah, merupakan media. (http://en.wikipedia.org/wiki/definitions
of_mathematics,2009).Menurut Azhar Kohan (2011 : 3), Media
Pembelajaran dalam proses belajar mengajar cendrung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau
verbal.Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang
sebagian diantaranya akan diberikan berikut ini. AECT (Association
Of Education and Communikation Technology, 2001) member batasan
tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan
untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping sebagai system
penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan mediator
menurut Fleming (2001:234) adalah penyebab atau alat yang turut
campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah
mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur
hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses
belajar-siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat
pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang
melakukan peran mediasi, muali dari guru sampai kepada peralatan
paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat
yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan
pembelajaran.Berdasarkan uraian ahli di atas dapat dijelaskan bahwa
alat praga dapat disebut sebagai media yang mengantar atau
menyampaikan pesan pembelajaran agar siswa mampu mendapatkan
pemahaman.2. Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)a.
Pengertian CTLPembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari
istilah Contextual Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal
dari kata contex yang berarti hubungan, konteks, suasana, atau
keadaan. Dengan demikian contextual diartikan yang berhubungan
dengan suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning
(CTL) dapat diartikan sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan
dengan suasana tertentu, (http://en.wikipedia.org/wiki/Definitions
of_mathematics,2009)..Pembelajaran kontekstual didasarkan pada
hasil penelitian John Dewey yang menyimpulkan bahwa siswa akan
belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa
yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang
terjadi disekelilingnya.Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali
dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya
Washington State Consortum for Contextual oleh Departemen
Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001
sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk
mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan
pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut
melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan
mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75 orang guru
yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya
(http://en.wikipedia.org/wiki/Definitions of_mathematics,
2009).Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk
level perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan untuk
segera disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah,
pelaksanaan dari program ini memperlihatkan suatu hasil yang
signifikan, yakni meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar,
dan meningkatkan partisipasi aktif siswa secara
keseluruhan.Pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran
konvensional, Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) mengemukakan
perbedaan antara Contextual Teaching Learning (CTL) dengan
pembelajaran konvensional sebagai berikut:
CTLKonvensional
Pemilihan informasi kebutuhan individu siswa;Pemilihan informasi
ditentukan oleh guru;
Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin);Cenderung
terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu;
Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah
dimiliki siswa;Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai
pada saatnya diperlukan;
Menerapkan penilaian autentik melalui melalui penerapan praktis
dalam pemecahan masalah;Penilaian hasil belajar hanya melalui
kegiatan akademik berupa ujian/ulang
b. Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning
(CTL)Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari
pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar
(Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection)
dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas,
2003:5). 1) Konstruktivisme (Constructivism) Setiap individu dapat
membuat struktur kognitif atau mental berdasarkan pengalaman mereka
maka setiap individu dapat membentuk konsep atau ide baru, ini
dikatakan sebagai konstruktivisme (Ateec Saarch, 2000). Fungsi guru
disini membantu membentuk konsep tersebut melalui metode penemuan
(self-discovery), inquiri dan lain sebagainya, siswa berpartisipasi
secara aktif dalam membentuk ide baru.Menurut Piaget dan Bloom
pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu
:1)Mengandung pengalaman nyata (Experience);2)Adanya interaksi
sosial (Social interaction);3)Terbentuknya kepekaan terhadap
lingkungan (Sense making);4)Lebih memperhatikan pengetahuan awal
(Prior Knowledge).Konstruktivisme merupakan landasan berpikir
(filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, pembelajaran harus
dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan
(Depdiknas, 2003:6).Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai
kontruksi pengetahuan dalam otak. Manusia memiliki struktur
pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing
berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap kotak itu akan
diisi oleh pengalaman yang dimaknai berbeda-beda oleh setiap
individu. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak yang
sudah berisi pengalaman lama sehingga dapat dikembangkan. Struktur
pengetahuan dalam otak manusia dikembangkan melalui dua cara yaitu
asimilasi dan akomodasi. 2) Bertanya (Questioning) Bertanya
merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Kegiatan
bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan berpikir siswa sedangkan bagi siswa kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran
yang berbasis inquiry. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif,
kegiatan bertanya berguna untuk :a)Menggali informasi, baik
administratif maupun akademis;b)Mengecek pengetahuan awal siswa dan
pemahaman siswa;c)Membangkitkan respon kepada siswa;d)Mengetahui
sejauh mana keingintahuan siswa;e)Memfokuskan perhatian siswa pada
sesuatu yang dikehendaki guru;f)Membangkitkan lebih banyak lagi
pertanyaan dari siswa;g) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3) Menemukan (Inquiry)Menemukan merupakan bagian inti dari
pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta
tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan
atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan
melalui beberapa langkah, yaitu :a)Merumuskan masalah ;b)Mengajukan
hipotesis;c)Mengumpulkan data;d)Menguji hipotesis berdasarkan data
yang ditemukan;e)Membuat kesimpulan.Melalui proses berpikir yang
sistematis, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan
logis untuk pembentukan kreativitas siswa. 4) Masyarakat belajar
(Learning Community) Konsep Learning Community menyarankan agar
hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok,
dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu
materi. Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan disini dengan
berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003). 5) Pemodelan (Modeling)
Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual merupakan sebuah
keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menggunakan model yang
bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau
guru memberi contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti guru
memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dalam pembelajaran
kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa.Menurut Bandura Kemmi dan Walters
Shonix, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula
dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati
atau ditiru siswa digolongkan menjadi :a) Kehidupan yang nyata
(real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.;b) Simbolik
(symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau
dalam bentuk gambar ;c) Representasi (representation), model yang
dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya
televisi dan radio.
6) Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan cara berpikir
tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang
apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa
yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru.
Struktur pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi
dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas,
2003).Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang
guru pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar
siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa :a)
Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh pada
pembelajaran yang baru saja dilakukan.;b) Catatan atau jurnal di
buku siswa;c) Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah
dilakukan.7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat
memastikan apakah siswa telah mengalami proses belajar yang benar.
Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran sehingga
data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajaran.Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas
(2003) di antaranya: dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar
berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang
diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat fakta,
berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai
feedback. Authentic assessment biasanya berupa kegiatan yang
dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa,
demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis.3.
Pembelajaran Matematika SDGerakan atau reformasi untuk memperbaiki
pembelajaran matematika di sekolah selalu terjadi dan mengalir dari
waktu ke waktu. Isi, metode pembelajaran, urutan pembelajaran, dan
cara evaluasi pembelajaran dimodifikasi, direformasi, dan
direstrukturisasi.Para pelaku pendidikan perlu menyadari bahwa
pembelajaran dengan latihan dan pengerjaan (drill and practice
instruction) dan pembelajaran bermakna (meaningful instruction)
tidak bertentangan tetapi saling melengkapi (complementary).
Pembelajaran bermakna diberikan untuk mengawali kegiatan belajar,
dan pembelajaran drill & practice dkiberikan kemudian.
Pembelajaran bermakna akan membuat materi pelajaran menjadi
menarik, bermanfaat dan menantang, serta pembelajaran drill &
practice akan membuat peserta didik terbiasa (familiar) terhadap
penerapan konsep, sehingga konsep-konsep itu akan dipahami dan
tertanam dengan baik dalam pikiran peserta didik.Dalam proses
belajar matematika, Bruner (2003) dalam dalam Pembelajaran
Matematika SD menyatakan pentingnya takanan pada kemampuan peserta
didik dalam berpikir intuitif dan analitik akan mencerdaskan
peserta didik membuat prediksi dan trampil dalam menemukan pola
(pattern) dan hubungan/keterkaitan (relations). Pembaruan dalam
proses belajar ini, dari proses drill & practice ke proses
bermakna, dan dilanjutkan proses berpikir intuitif dan analitik,
merupakan usaha luar biasa untuk selalu meningkatkan mutu
pembelajaran matematika. Reaksi-reaksi positif untuk perubahan
mempunyai dampak perkembangan kurikulum matematika sekolah yang
dinamis.Gerakan matematika modern pada tahun 1950-1960 menekankan
perlunya makna (meaning), terutama dari sudut pandang materi
(subject masser) yaitu pemusatan perhatian pada pemahaman
(understanding). Struktur atau sistem formal matematika lebih
diutamakan untuk dipahami dari pola latihan, pengerjaan, dan
keterampilan komputasional, dengan harapan peserta didik lebih
mudah dan lebih mampu menggunakan matematika pada situasi yang
beragam.Pesona atau daya pikat matematika modern mulai menyusul
ketika para matematisi dan pendidik mengkritik formalism matematika
sebagai sesuatu yang terlalu berlebihan dan tidak konsisten dengan
keperluan kehidupan. Penurunan keterampilan peserta didik dalam
komputasi dituduhkan akibat kurikulum matematika modern. Pada tahun
tujuh-puluhan, gerakan keterampilan dasar (basic skills movement)
berusaha mengembalikan keterampilan berhitung peserta didik tanpa
harus membuang kegiatan pembelajaran yang bermakna.Selalu melalui
tahapan yang cukup waktu, sekitar 10 tahun, ternyata diketahui
bahwa gerakan basic skills mempunyai dampak peserta didik lebih
pandai berhitung daripada peserta didik pada tahun-tahun
sebelumnya, tetapi mereka kurang pandai menggunakan keterampilan
dalam menyelesaikan masalah beragam. Reaksi tentang dampak positif
ini ditandai dengan munculnya gerakan pemecahan masalah (Problem
solving) pada tahun delapan-puluhan. Gerakan ini merekomendasikan
bahwa pemecahan masalah menjadi focus dari kurikulum sekolah dan
keterampilan dasar berhitung perlu diperluas untuk member arah
lebih, tidak sekadar kemampuan komputasional. Banyak ragam kegiatan
dan pendapat tentang penjabaran makna pemecahan masalah, antara
lain soal tidak rutin (non-routine problems), soal cerita (word
problems), soal penerapan (application problems), soal dengan
banyak selesaian (multiple solutions problems), soal dengan banyak
cara menyelesaikan (multiple methods odd solutions of problems),
dan soal yang memerlukan pemikiran tingkat tinggi. Ada juga
pendapat yang mengaitkan sebagai strategi atau serangkaian langkah
terencana dalam menjawab soal, dan penyelesaian soal yang
mengaitkan bantuan kalkulator, grafik atau diagram. Seiring dengan
perkembangannya strategi pembelajaran dari berpusat pada guru
(teacher centred) menjadi berpusat pada peseta didik (student
centred) maka berkembang pula cara pandang terhadap bagaimana
peserta didik belajar dan memperoleh pengetahuan. Kenyataan bahwa
peserta didik adalah mahluk hidup yang mempunyai kemampuan
berpikir, maka tentu mereka mepunyai kemampuan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan belajar dan lingkungan hidup. Mereka secara
individual atau berkelompok, dapat membangun sendiri pengetahuan
mereka dari berbagai sumber belajar di sekitar mereka, tidak hanya
yang berasal dari guru. Aliran ini disebut aliran konstruktivisme.
4. Peta Bilangan a. Membilangan secara urutPerhatikan gambar garis
bilangan berikut ini!
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urutan bilangan pada garis bilangan di atas menunjukkan makin ke
kanan bilangannya makin besar. Bilangan yang terletak di sebelah
kanan lebih besar dari daripada bilangan yang terletak di sebelah
kiri.b. Mengurutkan dan Membandingkan Dua BilanganSetelah kamu
belajar letak suatu bilangan pada garis bilangan, maka kamu dapat
membandingkan dua bilangan dengan bantuan garis bilangan.
Perhatikan!Contoh:
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 41
1) kurang dari 33 karena 32 terletak di sebelah kiri 33;2) 35
lebih dari 34 karena 35 terletak di sebelah kanan 34;3) 32 kurang
dari 33; maka dapat ditulis 32 < 33.4) 35 lebih dari 34; maka
dapat ditulis 35 > 34.< dibaca lebih kecil daripada, artinya
kurang dari.> dibaca lebibesar daripada, artinya lebih dari.B.
Penelitian yang RelevanAdapun penelitian yang relevan dengan
penelitian ini adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Suhaili
2010 tentang Efektifitas Penggunaan Media Peta Garis Bilangan Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Pokok
melakukan Mengurutkan dan membandingkan bilangan bulat dalam
pemecahan masalah. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
Media Peta Garis Bilangan lebih efektif untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.2. Penelitian yang dilakukan oleh Musthofa dari
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Mataram pada tahun 2004 menggunakan Media gambar. Simpulan yang
diperoleh dari hasil penelitannya adalah penggunaan media gambar
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika,
dapat meningkatkan aktivitas guru, dan dapat meningkatkan keaktifan
siswa.3. Penelitian yang dilalkukan oleh Hamdani dari Universitas
Negeri Mataram tahun 2009 menggunakan Media Dimensi Tiga. Simpulan
yang diperoleh dari hasil penelitiannya adalah penggunaan Media
Dimensi Tiga dapat meningkkatkan prestasi belajar matematika siswa
pada pokok bahasan mengurutkan bilangan bulat.
C. Kerangka PikirDalam kagiatan belajar mengajar di sekolah
banyak masalah yang dihadapi oleh guru maupun siswa. Guru lebih
mendominasi kegiatan pembelajaran, Tidak pariatif dalam menggunakan
media pembelajaran, Guru sering dalam menjelaskan materi
pembelajaran tanpa media, Partisipasi aktif siswa kurang (Siswa
pasif), Prestasi belajar rendah.Penggunaan media dalam proses
belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Media merupakan suatu perantara untuk
menarik dan membangkitkan situasi proses belajar mengajar yang di
harapkan. Dengan adanya media belajar yang menyenangkan, minat
belajar siswa akan semakin bertambah terhadap pelajaran matematika.
Selain menambah minat belajar, media pembelajara matematika juga
harus bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu
media tersebut adalah media peta bilangan. Media ini mengkondisikan
siswa agar terampil dalam berfikir kritis ilmiah, dimana siswa
diajak untuk menganalisa permasalahan, kemudian merumuskan
hipotesis dari masalah dan selanjutnya memecahkan masalah tersebut
dengan bimbingan intensif dari guru. Dalam proses pembelajaran
siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5
orang yang akan diberikan tugas baik itu bersifat individu ataupun
kelompok. Sehingga diakhir pembelajaran siswa lebih termotivasi
belajar dengan pengalaman yang berbeda, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajar yang sama-sama diharapkan oleh
sekolah, guru, dan masyarakat.Dari kajian teoritis di atas, dapat
disusun suatu kerangka berfikir dalam bentuk bagan dibawah ini:
KBM
Matematika Nila rata-rata hasil belajar matematika belum sesuai
target
Rendahnya minat belajar siswa Pembelajaran terpusat pada
guruProses pembelajaran searah umumnya dari guru dan tidak adanya
timbal balik dari siswaSiswa cendrung bersifat individual kurang
bisa bekerjasama dalam kelompok (team work)
Penggunaan Alat Praga Peta Bilangan
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat lansung dan
mengelola informasi sehingga siswa langsung berinteraksi dan saling
memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif
Kreatif siswa
Meningkatnya minat dan hasil belajar siswa D. Hipotesis
PenelitianHipotesis menurut Suharsimi Arikunto diartikan suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian
sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (2003 : 63).
Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir di atas dapat
dikemukakan hipotesis tindakan bahwa Pengaruh penggunaan alat
peraga peta bilangan melalui pendekatan kontekstual pada bilangan
Bulat terhadap hasil belajar matematika Kelas III SDN 6 Gelanggang
Kecamatan Sakra Timur Tahun Pelajaran 2013/2014, dapat ditunjukkan
dengan data hasil penelitian hasil observasi yang didata oleh
peneliti maka penelitian ini akan terbukti.Berdasarkan kerangka
pikir di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut Ada
pengaruh penggunaan alat praga peta bilangan terhadap hasil belajar
matematika pokok bahasan peta bilangan bulat pada siswa kelas III
SDN 6 Gelanggang tahun pembelajaran 2013/2014.
BAB IIIMETODE PENELITIANA. Jenis PenelitianPenelitian ini adalah
penelitian eksperimental dan metode yang digunakan adalah
deskriptif kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri terutama
dengan adanya kelompok kontrol. Dalam bidang sains, peneliti dapat
menggunakan desain eksperimen karena variabel-variabel dapat
dipilih dan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses
eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Dalam metode ini,
peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol
variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya terhadap
variabel terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan
salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental
dari penelitian-penelitian lain.a. Wiersma Etar dalam Emzir
mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang
sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai
variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti (Yatim
Riyanto, 2001:44).b. Suharsimi Arikunto (2006 : 56) mendefinisikan
eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat
(hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh
peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan
faktor-faktor lain yang mengganggu.
B. Tempat dan Waktu PenelitianSalah satu hal yang perlu
dijelaskan dalam penelitian ini adalah soal tempat dan waktu
penelitian secara rinci sebagai berikut:1. TempatAdapun tempat
penelitian ini adalah SDN 6 Gelanggang Kecamatan Sakra Timur
Kabupaten Lombok Timur.2. WaktuWaktu penelitian ini adalah selama 2
bulan yaitu akan dilaksanakan pada bulan Januari Februari Tahun
2014.
C. Prosedur PenelitianJenis eksperimen yang dilakukan adalah
sebagai berikut:Tabel : 3.1Berikut ini adalah tabel desain
penelitianKelompokPerlakuanPost-test
EksperimenXT-1
Kontrol-T-1
Kelas ekperimen dan kelas kontrol masing-masing diberikan
post-test serta kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu
penerapan metode pembelajaran menggunakan media peta bilangan.
Sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah dan
mencatat.Agar dalam hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan
maka perlu dipehatikan urutan eksperimen. Adapun urutan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Mengidentifikasi masalah
dan rumusan masalah.2. Mengkaji landasan teoritis dan perumusan
hipotesis.3. Menyusun rencana penelitiana. Mengidentifikasi
variabel penelitian eksperimen.b. Memilih desain penelitian.c.
Menentukan sampel penelitian eksperimen dan sampel pembandingd.
Menyusun instrumen pengumpulan data eksperimene. Merumuskan
hipotesis4. Melaksanakan penelitiana. Menyiapkan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrolb. Pelaksanaan penelitian sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukanc. Pengumpulan data pada
pertemuan terakhir5. Mengolah dan menganalisis data6. Membuat
laporan hasil penelitian
D. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi adalah keseluruhan
subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:110) sedangkan menurut
Sugiono (2009:80) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya. Ahli lain
mengatakan bahwa populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita
tentukan. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan data,
subjek, penelitian yang mempunyai kaitan erat dengan kuantitas dan
karakteristik tertentu dan yang dijadikan perhatian setiap orang
yang sedang melakukan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi penelitian adalah semua peserta didik kelas III SDN 6
Gelanggang Kecamatan Sakra Timur Tahun Pelajaran 2013/2014.2.
Sampel PenelitianTeknik sampling adalah teknik pengambilan sampel.
Pada penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel
adalah teknik sampel jenuh. Teknik sampel jenuh adalah teknik
pengumpulan sampel bila semua populasi digunakan sebagai sampel
karena jumlah subyek yang diteliti kurang dari 100 orang (Sugiyono,
2011:85).Dalam hal ini peneliti mengambil sampel sebanyak dua kelas
yang masing-masing kelas terdiri dari 16 orang siswa pada kelas III
A dan 16 orang pada kelas III B sehingga jumlah keseluruhan
sampelnya adalah 32 orang. Dimana kelas pertama akan dijadikan
kelas eksperimen dan kelas kedua akan dijadikan kelas control.
Tabel 3.2Data Keadaan Sampel Kelas III SDN 6 Gelanggang Tahun
Pembelajaran 2013/2014NoKelasSiswa laki-lakiSiswa perempuanJumlah
siswa
1IIIA7916
2IIIB61016
Jumlah182232
E. Variabel Penelitian1. Identifikasi Variabel Variabel adalah
obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Suharsimi Arikunto, 2011:161). Untuk gambaran yang
jelas mengenai pengertian obyek ini, Suharsimi Arikunto (2006:119).
Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel
bebas atau independent variabel (X), sedangkan variabel akibat
disebut variabel tidak bebas, variabel tergantung, variabel terikat
atau dependent variable (Y).Pada penelitian ini variabel-variabel
yang terlibat didefinisikan sebagai berikut : a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menpengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,
2011:39).Berdasarkan pengertian tersebut maka yang menjadi variabel
bebasnya adalah penggunaan media pembelajaran peta bilangan
b. Variabel terikat Variabel terikat ialah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2011:39).Maka yang menjadi variabel terikat pada
penelitian ini adalah hasil belajar matematika.2.Definisi
Operasional VariabelRidwan (2005:43) menjelaskan bahwa suatu
definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam
mengukur suatu variabel atau memanipulasinya. Suatu definisi
operasional merupakan semacam buku pegangan yang berisi petunjuk
bagi peneliti.Dengan demikian yang perlu didefinisikan secara
operasional adalah kegiatan variabel sebagaimana yang telah
disebutkan diatas:a. Media peta bilangan yaitu suatu upaya
penyajian bahan pelajaran dimana siswa dibentuk dalam beberapa
kelompok yang heterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih
ketua kelompoknya untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing
siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas
pertanyaan) kemudian dilempar ke siswa lain yang masing-masing
siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Metode ini
berlakukan hanya pada kelompok eksperimen sedangkan pada kelompk
kontrol tidak diberlakukanb. Hasil belajar adalah hasil usaha
kegiatan belajar yang berupa penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh pelajaran matematika yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktivitas belajar matematika.
F. Teknik Pengumpulan DataInstrumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Secara spesial semua fenomena ini disebut varibel penelitian (
Sugiyono. 2011 : 102). Ahli lain mengatakan bahwa instrumen adalah
alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah (Suharsimi Arikunto, 2006:136 ).Sesuai dengan definisi dari
instrumen di atas, maka instrumen yang di gunakan dalam pengumpulan
data untuk penelitian ini adalah tes. Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Suharsimi
Arikunto, 2011:193). Instrumen tes berupa daftar pertanyaan atau
perintah yang di peruntukkan untuk siswa yang menjadi sampel.
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui prestasi belajar
matematika siswa.Tes yang diajukan adalah tes dalam bentuk soal
essay sebanyak 15 butir soal dengan skor maksimum yang diharapkan
adalah 25 dan skor salah adalah 0 (nol). Karena tes ini sangat
cocok untuk mengukur atau menilai hasil dari suatu proses belajar
yang kompleks dan penggunaan tes essay memberikan kesempatan kepada
anak-anak untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya
sendiri. Hal ini sangat penting untuk melatih siswa agar bisa
mengemukakan jalan pikiran secara teratur. Tes essay adalah sejenis
tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan atau uraian kata-kata. Tes tersebut diberikan kepada
kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Metode tes yang digunakan adalah post-test. Post-test dilakukan
kepada kedua kelompok setelah diberi perlakuan.Sebelum tes
dilaksanakan dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan derajat kesukaran dari tes
tersebut.1. Uji validitasUji validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas yang tinggi,
sedangkan yang tidak akan atau kurang valid memiliki validitas yang
rendah (Suharsimi Arikunto, 2011 : 211).Untuk mengetahui validitas
instrumen terlebih dahulu di cari korelasi setiap butir soal dengan
skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir soal, dengan rumus
pearson product moment :
Dimana : X= Skor item Y= Skor totalN= Jumlah Siswa rxy=
Koefisien korelasi2. Uji reliabilitasReliabilitas menunjukkan pada
suatu pengertian bahwa instrumen yang disusun dapat dipercaya
sebagai alat pengumpulan data, instrumen memiliki keajegan dalam
menilai apa yang dinilainya. Artinya kapan pun digunakan, akan
memberikan hasil yang relatif sama.Untuk mengukur indeks
reliabilitas secara keseluruhan pernyataan angket digunakan rumus
alpha:
( Suharsimi Arikunto 2003: 171)Dimana:
= Reliabilitas instrumen n= Banyaknya butir pertanyaan atau
banyaknya soal
= Jumlah varians soal
= Varians total3. Derajat kesukaran (DK) Soal yang baik adalah
soal yang mempunyai derajat kesukaran memadai dalam arti tidak
terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Bilangan yang menunjukan
sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Besarnya
indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran
ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran
0,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0
menunjukan bahwa soal terlalu mudah. Indeks kesukaran ini diberi
simbol P singkatan dari kata proporsi. Untuk mengukur derajat
kesukaran soal digunakan rumus sebagai berikut :
( Suharsimi Arikunto, 2006:210)Dimana :P= Derajat kesukaranB=
Banyaknya siswa yang menjawab benarJs= Jumlah seluruh peserta
tes
G. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Pada
umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan
instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh dari instrumen
(Sukmadinata, 2006: 230).Berdasarkan pendapat di atas, maka
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. TesBentuk
soal yang dipergunakan dalam ulangan harian/evaluasi adalah essay
yang berjumlah 10 soal, dimana soal untuk siklus I berjumlah 5 soal
dan siklus II berjumlah 5. Soal tersebut untuk mengetahui prestasi
belajar siswa dan soal dibuat oleh peneliti yang berdasarkan
kurikulum KTSP dengan buku Matematika BSE kelas III, namun belum
diketahui validitas dan reliabelnya sehingga akan diuji diteknik
uji coba instrumen. Untuk masing-masing soal memiliki skor 0 - 5
sehingga skor keseluruhan 40. (Lampiran 1)2. Lembar observasiLembar
observasi yang akan digunakan ada dua macam, yaitu:a) Lembar
observasi aktivitas siswa. (Lampiran 2)b) Lembar observasi
aktivitas guru. (Lampiran 3)Tabel 3,3Penskoran Aspek Lembar
ObservasiKeaktifan Belajar Siswa dan Guru
SkorKeterangan
123451. diskriptor nampak2. diskriptor nampak3. diskriptor
nampak4. diskriptor nampak5. Semua diskriptor nampak
(Arifah Nur Triyanti, 2009: 47)
H. Analisis DataAdapun teknik analisis data yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Teknik uji
prasyarat analisis, 2) Teknik uji hipotesis.1. Teknik Uji Prasyarat
AnalisisAnalisa data dilakukan untuk mengetahui kebenaran hipotesis
yang diajukan. Dalam penelitian ini digunakan teknik anava satu
jalan dengan frekuensi isi sel tak sama. Untuk dapat menggunakan
anava, sebelumnya harus dilakukan uji prasyarat analisis sebagai
berikut :a. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah sampel dari
berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan menggunakan
metode uji chi kuadrat dengan rumus :
(Sugiyono, 2009 : 107)Kriteria : Jika X2hitung < Xtabel, maka
sampel berasal dari populasi berdistribusi normal, dan jika
X2hitung > Xtabel, maka sampel tidak berasal dari populasi
berdistribusi normal. Pada taraf signifikan 5%.c. Uji
HomogenitasUji homogenitas pada prinsipnya ingin menguji apakah
sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup
tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi, maka
dikatakan homogen. Sedangkan jika varians tidak sama, maka
dikatakan heterogen. Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak digunakan metode Barlett dengan
rumus :
Dimana :Ln 10= 2, 3026 (bentuk logaritma dari bilangan 10)B=
Satuan BarlettSi= Standar deviasi totalni= Besaran ukuran
sampel.Langkah-langkah pengujian homogenitas data sebagai
berikut:1. Urutkan nilai variabel X, mulai yang terkecil sampai
yang terbesar.2. Jika ada nilai yang sama dari urutan tersebut,
dikelompokkan sebanyak nilai yang sama artinya jumlah kelompok
sebanyak pasangan nilai yang sama dari urutan nilai tersebut.3.
Jumlah angka yang sama pada masing-masing kelompok akan menjadi
nilai db1.4. Menentukan nilai S2 pada pasangan angka yang sama dari
masing-masing kelompok, kemudian S2 di logaritmakan dan dikalikan
dengan db-nya.5. Menghitung variasi gabungan sebagai berikut: Sgab2
= 6. Hasil Sgab2 dilogaritmakan7. Menghitung nilai B = db x log
Sgab28. Menghitung 2 = In x n x (B (db x log Sgab2))9. Menentukan
2tabel10. Uji hipotesis: jika 2hit < 2tabel , maka Homogen
(Fauzan : 8-9).Kriteria : Jika Xobs < Xtabel, maka sampel
berasal dari populasi yang homogen, dan jika Xobs > Xtabel, maka
sampel tidak berasal dari populasi yang tidak homogen. Pada taraf
signifikan 5%
2. Teknik uji HipotesisHipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto,
2006:71). Hipotesis ini adalah hipotesis yang terdapat pada BAB II
yang berbunyi Ada pengaruh yang positif terhadap penggunaan media
pembelajaran peta bilangan terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas III SDN 6 Gelanggang Tahun Pembelajaran 2013/2014 yang
merupakan hipotesis alternatif.Sesuai dengan analisis tehnik yang
digunakan seperti yang disebut diatas, maka hipotesis alternatif
diubah menjadi hipotesis nihil (Ho). Hal ini didasarkan pada
pendapat ahli yang menyatakan bahwa Dalam pengajuan hipotesis Ha
diubah menjadi hipotesis Ho, Ho merupakan hipotesis yang diuji dan
nantinya akan diterima atau ditolak tergantung pada kenyataannya
(Suharsimi Arikunto, 2002:69).Menurut ahli yang sama dikemukakan
bahwa Ho sering juga disebut hipotesis statistik karena digunakan
dalam perhitungan statistik (Suharsimi Arikunto, 2002:67).Untuk
keperluan pengujian hipotesis digunakan uji statistik yaitu uji t
(t-tes) dengan rumus sebagai berikut:
Dimana: t = t-hitung
= Rata-rata kelompok eksperimen
= Rata-rata kelompok eksperimen kontrolS = Standar Deviasi
masing-masing kelompokn1 = jumlah sampel kelompok eksperimenn2 =
jumlah sampel eksperimen kontrol (Sugioyono, 2004 : 134)Kriteria
:Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel pada taraf uji 50% dan
derajat kebebasan (dk = n1 + n2 2). Sebaliknya Ho diterima apabila
t-hitung < t-tabel pada taraf uji yang sama. Dan jika Ho ditolak
berarti terbukti signifikan.
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian1. Analisis Hasil Ualangana. Validitas
SoalBerdasarkan hasil perhitungan validitas pada (lampiran 04)
bahwa soal yang valid sebanyak 10 soal yakni nomor 2, 3, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, dan 14 sedangkan soal yang tidak valid sebanyak 5
soal yaitu 1, 4, 12, 13, 15. Dari hasil uji validitas tersebut,
maka soal yang valid itu akan digunakan untuk menguji hasil belajar
siswa di SDN 6 Gelanggang.b. Reliabelitas SoalBerdasarkan hasil
perhitungan diperoleh bahwa nilai r11 = 0,75, kemudian
dikonsultasikan dengan r-tabel = 0,413 pada taraf signifikan 0,05
dan dk = n 2 = 16 2 = 14. Soal dikatakan reliabel apabila r11 >
r-tabel, perhitungan reliabelitas dapat dilihat pada (lampiran
05).
2. Penelitian Tindakan Siklus I a) Tahap Perencanaan Adapun
rencana yang dilakukan pada siklus 1 meliputi : 1) Menyiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 02)2) Menyiapkan
kisi-kisi instrumen penelitian (lampiran 06)3) Menyiapkan lembar
instrumen penelitian (lampiran 07)4) Menyiapkan kunci jawaban
(lampiran 08)5) Menyiapkan kisi-kisi observasi aktivitas belajar
(lampiran 09)6) Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa
(lampiran 10)a) Tahap Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan rencana
yang telah dibuat, kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan alat
peraga peta bilangan melalui pendekatan kontekstual pada bilangan
bulat. Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah disusun. Peneliti dibantu oleh seorang guru
kelas sekaligus sebagai pengamat. Selama kegiatan pembelajaran,
peneliti dan pengamat ikut serta mendampingi siswa dalam belajar
kelompok, membantu guru membagikan buku paket. Pengamat/guru kelas
membantu peneliti mengamati keaktifan siswa dengan menggunakan
lembar observasiDeskripsi pelaksanan dan pengamatan pembelajaran
matematika menggunakan alat peraga peta bilangan melalui pendekatan
kontekstual pada bilangan bulat di kelas III adalah sebagai
berikut:1) Presentasi kelasPada siklus I, kegiatan pembelajaran
dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan
pada hari Rabu, tanggal 21 Agustus 2013. Guru membuka pertemuan
dengan mengucapkan salam, kemudian meminta siswa untuk mengeluarkan
buku mata pelajarannya matematika. Guru menjelaskan kepada siswa
bahwa mulai hari itu pelaksanan pembelajaran akan dilaksanakan
berbeda dengan pembelajaran biasanya, yaitu dengan menggunakan alat
peraga peta bilangan melalui pendekatan kontekstual pada bilangan
bulat. Kemudian guru memotivasi siswa agar lebih aktif pada saat
belajar. Guru juga menyampaikan bahwa siswa tidak perlu merasa
terganggu dengan kehadiran peneliti karena peneliti akan ikut
membantu guru kelas dalam pelaksanaan pembelajaran. Kemudian guru
mempresentasikan dan menyampaikan materi tentang bilangan bulat.
Setelah selesai mempresentasikan materi selama kurang lebih 15
menit, guru menginstruksikan kepada siswa untuk mendiskusikan LKS
yang sudah di bagikan dan mengerjakannya.Pada pertemuan kedua,
siswa sudah berkelompok karena pada pertemuan sebelumnya pada hari
sebelumnya sudah diinstruksikan oleh guru untuk langsung
berkelompok jika pelajaran matematika dimulai. Guru mengawali
pertemuan dengan menanyakan kepada siswa beberapa pertanyaan untuk
mengingat materi pada pertemuan sebelumnya. Guru: urutkan bilangan
pada garis bilangan dalam LKS. Semua siswa mengamati garis
bilangan. Kemudian guru melanjutkan: Siapa yang masih ingat 33
kurang dari 32 karena apa?. Siswa menjawab dengan bersahut-sahutan
sehingga kelas menjadi agak gaduh, karena 32 terletak di sebelah
kiri 33. Guru menenangkan siswa dan mempertegas kesimpulan yang
diperoleh pada pertemuan sebelumnya.2) Belajar KelompokPada
pertemuan pertama, setelah guru mengucapkan salam siswa bekelompok
dan menentukan ketua kelompoknya (team heroic leadership) sesuai
dengan instruksi guru. Para siswa membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk berkelompok karena bingung akan duduk dimana. Melihat kondisi
kelas yang gaduh guru segera membantu mengatur tempat duduk siswa.
Setelah semua berkumpul dengan kelompok masing-masing, guru segera
mempresentasikan materi yang akan dipelajari. Siswa mulai
mempelajari LKS 1 dengan tenang. Hanya beberapa siswa masih
terdengar bisik-bisik. Guru dan peneliti berkeliling pada semua
kelompok. Pada kelompok 2 peneliti melihat tidak semua siswa
mengerjakan LKS 1. Terdapat seorang siswa putra yang mengerjakan
LKS 1 sendirian Peneliti mendekati dan menanyakan alasan siswa
tersebut mengerjakan sendirian. Alasan siswa tersebut adalah siswa
malu belajar bersama dalam kelompok tersebut. Kemudian peneliti
memberikan penjelasan kepada siswa tersebut agar tidak perlu merasa
malu karena tujuan dari pembelajaran ini adalah melatih siswa
bekerjasama dan lebih aktif, kreatif dan menyenangkan dalam belajar
matematika. Selanjutnya peneliti mengamati kelompok 1. Diskusi
berjalan dengan baik pada kelompok 1. Semua anggota kelompok 1
aktif dalam diskusi kelompok. Pada kelompok 4, peneliti melihat
siswa agak gaduh karena saling tunjuk dengan teman untuk
mengerjakan LKS 1. Guru mendatangi mereka dan menegaskan kembali
bahwa mereka harus bekerjasama dan aktif untuk mempelajari LKS
tersebut. Jika hanya saling tunjuk maka mereka tidak akan bisa
menyelesaikan LKS sesuai waktu yang diberikan dan juga mereka tidak
akan dapat memahami apa materi yang dipelajari dalam LKS 1
tersebut. Berbeda dengan kelompok 5 yang mengerjakan LKS 1 dengan
berbagi tugas. 2 siswa mengerjakan soal lain dan 3 siswa lainnya
mengerjakan soal yang berbeda dari temannya. Sedangkan diskusi
dalam kelompok 3 dan 4 terlihat belum berjalan dengan baik. Masih
terlihat beberapa dari anggotanya yang tidak ikut berdiskusi. Dari
pengamatan peneliti, kelompok 1 dan 5 yang lebih dulu berinisiatif
untuk bertanya pada guru. Sedangkan kelompok lain menunggu sampai
guru bertanya apakah mereka mengalami kesulitan apa tidak.Setelah
15 menit menyelesaikan LKS I, guru meminta kelompok 1 untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan dipimpin oleh
ketua kelompok. Semua siswa hanya diam sehingga guru perlu
memberikan motivasi kepada siswa. Guru membimbing siswa dalam
mempresentasikan hasil diskusi. Siswa perwakilan kelompok
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya dan
menanggapi hasil diskusi kelompok 1. Tidak ada satupun siswa yang
berani bertanya atau menanggapi sehingga guru berinisiatif untuk
bertanya kepada kelompok 3: Bagaimana kelompok 3 sepertinya ada
yang ingin ditanyakan?. Salah satu siswa dalam kelompok 3 menjawab:
Iya, kami belum paham tentang penjelasan dari kelompok 1. Kemudian
guru menyuruh kembali kelompok 1 menjelaskan materi yang dibahas.
Perwakilan dari kelompok 1 memberikan penjelasan sedangkan guru
melengkapi penjelasan yang diberikan perwakilan kelompok 1. Guru
masih memberikan kesempatan kepada kelompok lain yan ingin
bertanya. Karena sudah tidak ada yang bertanya lagi, guru segera
mengakhiri presentasi dan meminta siswa yang lain untuk memberikan
applause untuk kelompok 1.Pada pertemuan kedua, semua siswa sudah
berada pada kelompok masing-masing saat guru memasuki kelas. Guru
dengan dibantu peneliti membagikan LKS 2. Setelah membagikan LKS 2,
guru menjelaskan bahwa LKS 2 berisi tentang soal latihan materi
pelajaran matematika membandingkaan bilangan. Pertemuan kedua ini
guru menyuruh perwakilan kelompok 2 untuk maju mempersentasikan
hasil diskusinya selama 20 menit. Sedangkan kelompok lain
menanggapi penjelasan temannya kemudian guru dan peneliti mengamati
aktivitas siswa. Dari kegiatan ini hanya kelompok 1 yang masih
bingung dengan materi penjelasan kelompok 2, kemudian guru menyuruh
kelompok 1 menjelaskan kembali sambil dibantu oleh guru. Setelah
dilakukan presentasi kemudian guru menyuruh siswa kembali duduk
terpisah sesuai dengan tempat duduknya masing-masing karena guru
akan melakukan evaluasi hasil dari materi yang sudah
dipresentasikan. b) Tahap Observasi/evaluasi1) Data Hasil Belajar
Siswa Data ringkasan hasil belajar siswa siklus I dapat dilihat
pada tabel berikut ini.Tabel 4.1Ringkasan Data Hasil Evaluasi
Belajar Siswa Siklus I
Jumlah SiswaTotal NilaiNilai Rata-rataBanyak Siswa Yang
TuntasPersentase Ketuntasan
16100062,51062,5%
Sumber : Data evaluasi siswa siklus I, 2013Data lengkap tentang
hasil belajar siswa sikus I dapat dilihat pada Lampiran 11. Dari
tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 16 siswa yang mengikuti tes
evaluasi terdapat 10 siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata
keseluruhan 62,5 sehingga persentase ketuntasan belajar pada siklus
I ini adalah 62,5%, nilai ini masih kurang dari 85%. Jadi
kesimpulannya bahwa pada pelaksanaan evaluasi siklus I belum
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, dengan demikian perlu
dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.2) Data hasil observasi
aktivitas belajar siswaData lengkap tentang aktivitas belajar siswa
dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan alat peraga peta
bilangan melalui pendekatan kontekstual pada bilangan bulat pada
siklus I, dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14. Berdasarkan hasil
observasi aktivitas belajar siswa siklus I dari dua kali pertemuan
dengan skor rata-rata siswa dapat dilihat pada Tabel 4.Tabel
4.2Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
NoPertemuanJumlah NilaiRata-rataPersentaseKategori
1I774,8160,16Cukup Aktif
2II855,3166,41Cukup Aktif
Sumber: Data Observasi Siswa, 2013Berdasarkan tabel 4.2 di atas
bahwa siswa yang aktif dalam belajar dengan menggunakan alat peraga
peta bilangan melalui pendekatan kontekstual pada bilangan bulat
adalah sebanyak 5 orang siswa kurang aktif 4 orang siswa cukup
aktif 4 orang siswa aktif dan 3 orang siswa yang memiliki aktivitas
sangat aktif untuk siklus I pertemuan I sedangkan untuk pertemuan
II bahwa siswa yang beraktivitas kurang aktif sebanyak 2 orang
cukup aktif 4 orang aktif 6 orang siswa dan sangat aktif 4
orang.Dari kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa yang telah
ditetapkan di bab III yaitu antara 55% 70% ini berarti bahwa
kriteria aktivitas belajar siswa pada siklus I tergolong berada
masih cukup aktif, karena itu aktivitas siswa pada siklus
berikutnya perlu ditingkatkan.3) Data hasil observasi aktivitas
guruData lengkap tentang aktivitas guru dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan alat peraga peta bilangan melalui pendekatan
kontekstual pada bilangan bulat pada siklus I dapat dilihat pada
Lampiran 17. Dari dua kali pertemuan skor rata-rata aktivitas guru
dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.3Ringkasan Hasil
Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I
NoPertemuanJumlah NilaiPersentase (%)Kategori
1I1343,33 Cukup Aktif
2II2063,67Aktif
Sumber : Data Observasi Guru, 2013Dari ringkasan tabel di atas
dapat dilihat bahwa nilai skor aktivitas guru pada pertemuan
pertama siklus I sebesar 13 dan nilai persentase sebesar 43,33%
dengan kategori cukup aktif, sedangkan pertemuan kedua skornya
sebesar 20 tergolong kategori aktif dengan nilai persentase 63,67%.
Oleh karena itu, aktivitas cara pembelajaran guru pada siklus
berikutnya perlu ditingkatkan.c) RefleksiBerdasarkan refleksi yang
dilakukan terhadap siklus I, alat peraga peta bilangan melalui
pendekatan kontekstual pada bilangan bulat sudah berjalan sesuai
prosedur yang telah direncanakan. Walaupun demikian masih terdapat
beberapa permasalahan yang harus diselesaikan supaya pada siklus II
dapat diperbaiki. Permasalahan tersebut antara lain:1) Siswa masih
kurang aktif dalam kegiatan belajar kelompok dan mencatat
materi/soal/hasil pembahasan. Keaktifan yang baik baru terlihat
pada kelompok 1 dan 4. Sedangkan pada kelompok lain jika tidak bisa
mengerjakan LKS yang diberikan kebanyakan siswa hanya diam menunggu
sampai ditanya oleh guru. Siswa mencatat materi/soal/hasil
pembahasan juga menunggu instruksi dari guru.2) Kerjasama dalam
kegiatan belajar kelompok belum terbangun dengan baik dan terutama
pada ketua kelompok belum mampu mengkoordinir anggota kelompok. Hal
ini terlihat dari aspek berdiskusi/berpartisipasi dalam kelompok
yang termasuk pada kriteria sedang Siswa dalam satu kelompok masih
takut untuk bertanya dengan teman satu kelompoknya. Selain itu
masih ada beberapa kelompok yang anggotanya saling tunjuk untuk
menyelesaikan menyelesaikan permasalahan dalam LKS.3) Siswa kurang
memanfaatkan buku paket selain LKS yang diberikan untuk memperoleh
informasi. Hasil dari lembar observasi keaktifan belajar siswa
menunjukkan bahwa aspek memanfaatkan sumber belajar yang ada
termasuk dalam kriteria rendah.Dari permasalahan-permasalahan yang
muncul pada siklus I, peneliti bersama guru kelas merencanakan
langkah-langkah perbaikan yang akan diterapkan pada siklus II.
3. Hasil Tindakan Siklus IIa) Tahap Perencanaan Berdasarkan
hasil refleksi pada siklus I, perencanaan yang disusun untuk siklus
II dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Guru
harus selalu memotivasi siswa agar aktif dalam belajar kelompok dan
diharapkan juga kepada ketua tim (kelompok) untuk mampu
mengkoordinir anggota dan peserta kelompok. Guru juga menekankan
agar siswa lebih berani mengungkapkan pendapat atau bertanya.
Walaupun pendapat yang diungkapkan salah guru tidak akan
menertawakan ataupun marah, bahkan guru akan bangga dengan
keberanian siswa.2) Untuk meningkatkan kerjasama antar anggota,
pada pertemuan selanjutnya siswa diberikan permasalahan yang
memungkinkan siswa melakukan aktifitas.3) Guru mengingatkan pada
siswa bahwa dalam mempelajari materi, siswa boleh menggunakan buku
matematika lainnya selain LKS yang diberikan. Hal ini dimaksudkan
agar siswa aktif mencari sumber belajar yang lain selain LKS yang
diberikan. LKS untuk siklus II dibuat agar siswa tidak hanya
menggunakan buku sebagai sumber belajar tetapi juga peralatan lain
yang mendukung pembelajaran.b) Tahap Pelaksanaan 1) Presentasi
kelasPada siklus II, kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak 2
kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu,
tanggal 28 Agustus 2013. Guru membuka pertemuan dengan mengucapkan
salam, kemudian meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan
kelompok yang telah ditetapkan. Guru menjelaskan kepada siswa
materi selanjutnya yaitu perbandingan nilai tempat bilangan.
Kemudian guru memotivasi siswa agar lebih aktif pada saat belajar
berkelompok. Kemudian guru mempresentasikan dan menyampaikan materi
tentang perbandingan nilai tempat bilangan. Setelah selesai
mempresentasikan materi selama kurang lebih 15 menit, guru
menginstruksikan kepada siswa untuk mengerjakan LKS 3 yang
dibagikan oleh guru dan mengerjakannya.Pada pertemuan kedua, siswa
sudah berkelompok karena pada pertemuan sebelumnya pada hari
sebelumnya sudah diinstruksikan oleh guru untuk langsung
berkelompok jika pelajaran matematika dimulai. Setelah guru
melakukan presentasi kemudian guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Pada siklus II ini, aktivitas bertanya siswa
meningkat jika dibandingkan dengan siklus I. Hal ini ditunjukkan
oleh semua anggota kelompok bertanya.2) Belajar KelompokPada siklus
II siswa masih akan belajar dengan menggunakan strategi student
team heroic leadership. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Rabu tanggal 28 Agustus 2013. Siswa berkelompok sesuai dengan
kelompoknya masing-masing seperti pada siklus pertama. Setiap
kelompok mendapatkan LKS 3. Karena materi yang harus dipelajari
cukup banyak, guru mengingatkan siswa untuk memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya. Guru dan peneliti membagikan LKS 3. pada pertemuan
pertama ini guru menyuruh kelompok 4 untuk maju mempersentasikan
hasil diskusinya. Setelah dipersentasikan guru menyuruh
masing-masing kelompok untuk bertanya apakah ada materi yang belum
dipahami tetapi hanya sebagian kelompok yang mengacungkan tangan
dan kelompok lain sudah mengerti. Pada pertemuan kedua, hari Rabu,
4 September 2013 siswa sudah berkelompok kemudian guru dan peneliti
membagikan LKS 4 untuk didiskukan. Setelah didiskusikan kemudian
guru menyuruh perwakilan kelompok 5 untuk maju mempersentasikan
hasil diskusinya. Setelah dipersentasikan di depan guru menyuruh
siswa untuk bertanya apakah ada materi yang belum dipahami ternyata
semuan kelompok sudah mengerti.Dari hasil diskusi tersebut maka
guru kelas dan peneliti melakukan pengamatan guna untuk mengetahui
keaktifan siswa. Setelah melakukan diskusi maka guru menyuruh siswa
kembali ke tempat duduknya masing-masing untuk melakukan evaluasi
guna mengetahui seberapa jauh kemajuan siswa dalam belajar.c) Tahap
Observasi/Evaluasi1) Data Hasil Belajar Siswa Data lengkap tentang
hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada Lampiran 12,
yang menunjukkan bahwa hasil evaluasi belajar siswa siklus II
sebesar 87,50%, dimana dari 16 siswa, terdapat 14 siswa yang tuntas
belajar dengan nilai minimal 60. Data ringkasan hasil evaluasi
belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini.Tabel
4.4Ringkasan Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus II
Jumlah SiswaTotal NilaiNilai Rata-rataBanyak Siswa Yang
TuntasPersentase Ketuntasan
16122476,501487,50%
Sumber : Data evaluasi siswa siklus II, 2013Berdasarkan syarat
ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh kurikulum bahwa
minimal 85% siswa memperoleh nilai evaluasi sebesar 60. Jadi
berdasarkan tabel ringkasan hasil evaluasi belajar siswa siklus II
telah menunjukkan bahwa telah tercapai target ketuntasan belajar
yang telah ditetapkan oleh kurikulum.
2) Data observasi aktivitas belajar siswaUntuk lebih jelasnya
data lengkap tentang aktivitas belajar iswa pada siklus II dapat
dilihat pada (lampiran 15 dan 16), yang menunjukkan bahwa aktivitas
belajar siswa mengalami peningkatan. Hasil observasi pada siklus II
dari dua kali pertemuan dengan skor rata-rata aktivitas siswa dapat
dilihat pada tabel 4.5.Tabel 4.5Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas
Siswa Siklus II
NoPertemuanJumlah NilaiPersentase (%)Kategori
1I9876,56Aktif
2II10580,03Aktif
Sumber : Data Observasi Siswa, 2013Dari kriteria penggolongan
kategori aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar yang
sudah ditetapkan bahwa kategori aktivitas belajar siswa pada siklus
II tergolong aktif dengan skornya sebesar 76,56 dan 76,27 berada
pada interval 70,01 % - 85%.3) Data hasil observasi aktivitas
guruData lengkap tentang hasil observasi aktivitas guru selama
proses pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan alat praga
peta bilangan dapat dilihat pada lampiran 21 dan 22. Dengan
menerapkan strategi pembelajaran kelompok (team heroic leadership)
dalam proses belajar mengajar pada siklus II dari dua kali
pertemuan dengan perolehan skor rata-rata aktivitas guru adalah
dapat dilihat pada tabel 4.6.Tabel 4.6Ringkasan Hasil Observasi
Aktivitas Guru Pada Siklus II
NoPertemuanJumlah NilaiPersentase (%)Kategori
1I2170,00Aktif
2II2583,33Sangat Aktif
Sumber : Data Observasi Guru, 2012Dari ringkasan tabel diatas
dapat dilihat bahwa persentase aktivitas guru pada siklus II
masing-masing sebesar 70,00% terogolong aktif dan 83,33% tergolong
kategori sangat aktif, dan siklus berikutnya dihentikan.d)
RefleksiBerdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II dengan
nilai rata-rata kelas 76,50 mencapai nilai KKM yaitu 60 dan
persentase ketuntasan belajar siswa adalah 87,50% serta skor
aktivitas belajar siswa adalah adalah lebih dari 70% yaitu antara
antara 76,56% sampai dengan 80,03% yang diratakan berada pada
kategori tergolong aktif. Jadi dari hasil penelitian yang dilakukan
dari siklus I sampai siklus II ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa dan aktivitas belajar siswa dengan
menggunakan alat praga peta bilangan pada pelajaran matematika
pokok bahasan Mengurutkan dan Membandingkan Dua Bilangan.Dari hasil
yang diperoleh pada siklus II ternyata target yang ditetapkan dalam
kurikulum telah tercapai, sehingga penelitian dapat dihentikan.
Tetapi ada beberapa siswa yang nilainya masih di bawah yang
ditargetkaan dalam kurikulum, maka sangat perlu mendapatkan
perhatian khusus dari guru kelas yang bersangkutan, perhatian
khusus yang dimaksud di sini adalah memberikan bimbingan belajar
khusus maupun bimbingan sosial dengan siswa yang bersangkutan.
B. PembahasanTabel 9Rekapitulasi Perbandingan Nilai Siklus I dan
Siklus IISiklusAktivitas SiswaAktivitas GuruHasil Belajar
P1 (%)P2 (%)P1 (%)P2 (%)NTNTRNRKK
I60,16 (CA)66,41 (A)43,33 (CA)66,67 (A)845262,5062,50%
II76,56 (A)80,03 (A)70,00 (A)83,33 (A)965276,5087,50%
Keterangan :P1: Pertemuan pertamaP2: Pertemuan ke-duaNT: Nilai
tertinggiNTR: Nilai terendahNR: Nilai rata-rataKK: Ketuntasan
klasikalKA: Kurang aktifCA: Cukup aktifSA: Sangat aktifCB: Cukup
baik
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa hasil dari siklus
ke siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I menunjukkan bahwa
nilai rata-rata kelas sebesar 62,50 dengan nilai tertinggi 84 dan
nilai terendah 52 serta persentase ketuntasan belajar secara
klasikal sebesar 62,50%, ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar
siswa belum mencapai target yang ditetapkan oleh kurikulum. Hal ini
disebabkan oleh kerjasama dalam kelompok diskusi dan ketua kelompok
(team) belum mampu mengkoordinir anggota kelompk dalam proses
pembelajaran dengan menggunakanalat praga peta bilangan, ditambah
lagi dengan kurangnya keberanian siswa untuk bertanya kepada teman
kelompoknya maupun pada kelompok lain, kurangnya keberanian siswa
untuk mengacungkan tangan untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan
kurangnya keberanian siswa menjawab pertanyaan yang dilemparkan
oleh guru. Untuk mengatasi hal tersebut guru melakukan
perbaikan-perbaikan dalam proses belajar mengajar serta
meningkatkan hal-hal yang masih dianggap kurang. Dan berdasarkan
analisa data pada siklus I bahwa rata-rata persentase aktivitas
siswa untuk pertemuan I sebesar 60,16% yang tergolong cukup aktif
dan pertemuan II adalah 66,41% tergolong cukup aktif sedangkan
persentase aktivitas kegiatan guru sebesar 43,33% dengan kategori
cukup baik untuk pertemuan I sedangkan untuk pertemuan II
persentase aktivitas kegiatan guru sebesar 66,67% yang berkategori
aktif. Dari persentase belajar siswa, aktivitas belajar siswa dan
guru dalam proses pembelajaran belum mencapai target yang
ditetapkan oleh kurikulum. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan
pada siklus II.Pada siklus II guru melakukan penyempurnaan dan
perbaikan-perbaikan kekurangan pada siklus I dengan memberikan
perbaikan-perbaikan diantaranya adalah sebagai berikut: guru
menentukan atau memilih tutor sebaya untuk tiap-tiap kelompok untuk
membantu/mengajari temannya yang belum paham tentang materi yang
dipelajari dan guru menekankan kepada siswa bahwa suatu kelompok
dikatakan berhasil jika tiap-tiap anggota kelompok paham tentang
materi yang dipelajari dan bisa menjawab pertanyaan yang
dilemparkan oleh guru dengan benar. Guru memotivasi siswa untuk
lebih berani dan tidak malu-malu untuk bertanya kepada temannya,
guru mengingatkan pentingnya tugas kelompok agar semua anggota
kelompok memiliki tanggung jawab yang sama atas masalah yang ada
pada kelompoknya. Guru menekankan pada siswa bahwa tiap kelompok
yang maju persentase harus semua anggota kelompoknya berani dan
bisa mengemukakan pendapat dari hasil diskusi mereka. Pada siklus
II ini guru memfokuskan pada pemberian perhatian untuk semua
kelompok dan lebih meningkatkan pada cara membimbing siswa dalam
proses pembelajaran.Berdasarkan hasil analisa data pada siklus II
menunjukkan bahwa rata-rata nilai kelas sebesar 76,50 dengan nilai
terendah 52 dan nilai tertinggi sebesar 96 dengan ketuntasan
belajar siswa adalah 87,50%, hal ini menunjukkan bahwa tercapainya
ketuntasan belajar yang ditargetkan oleh kurikulum yaitu dengan
rata-rata nilai kelas minimal 60 dengan persentase ketuntasan
belajar siswa minimal 85%. Dan persentase rata-rata aktifitas siswa
pada siklus II untuk pertemuan I adalah sebesar 72,92% yang
tergolong aktif dan 76,27% untuk pertemuan II dengan berkategori
aktif. Sedangkan untuk kegiatan guru mengalami peningkatan dengan
nilai rata-rata persentase kegiatan untuk siklus II pertemuan I
berkategori aktif dengan nilai rata-rata persentase sebesar 70,00%
dan untuk pertemuan II sebesar 83,33% yang juga berkategori aktif.
c. Dengan menerapkan strategi belajar kelompok (student team heroic
leadership) dalam pembelajaran matematika kelas III SDN 6
Gelanggang pada pokok bahasan Mengurutkan dan Membandingkan Dua
Bilangan membawa siswa pada berperan aktif dan mengikut sertakan
kemajuan yang dimiliki oleh siswa, maka dengan demikian pemahaman
tentang suatu materi dapat diterima oleh siswa dengan baik. Karena
dengan mencampurkan para siswa dengan kemampuan yang beragam, maka
siswa yang kurang akan sangat membantu dan termotivasi siswa yang
lebih, demikian juga siswa yang lebih akan semakin terasah
pemahamannya. Ini berarti bahwa pembelajaran matematika menggunakan
alat praga peta bilangan menjadiakan pembelajaran lebih efektif
dalam pembelajaran, kerena dapat meningkatakan hasil belajar siswa
dan aktifitas belajar siswa dan guru, dengan demikian alat praga
peta bilangan sangant baik dipersiapkan oleh guru dalam mengajarkan
matematika terutama dalam pokok bahasan Mengurutkan dan
Membandingkan Dua Bilangan.
BAB VKESIMPULAN DAN SARANB. Kesimpulan Dengan menggunakan alat
peraga peta bilangan melalui pendekatan kontekstual pada mata
pelajaran matematika pokok bahasan bilangan bulat dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktifitas belajar siswa kelas III
semester ganjil di SDN 6 Gelanggang Tahun Pelajaran 2013/2014. 1.
Peningkatan hasil dan aktivitas belajar siswa dibuktikan dengan
hasil analisis, dimana pada siklus I mempunyai nilai ketuntasan
62,50% dengan nilai rata-rata 62,50 sedangkan pada siklus II
mengalami peningkatan dengan nilai ketuntasan 87,50% dengan nilai
rata-rata 76,50.2. Bahwa aktivitas siswa dari siklus ke siklus
mengalami peningkatan, ini dilihat dari nilai rata-rata persentase
aktivitas siswa pada siklus I adalah 60,16% untuk pertemuan I dan
pertemuan II sebesar 66,41% sedangkan pada siklus II pertemuan I
sebesar 76,56% dan pertemuan II sebesar 80,03%.3. Untuk aktivitas
guru juga mengalami peningkatan dimana dari kategori cukup aktif
menjadi aktif dengan nilai persentase untuk siklus I pertemuan I
sebesar 43,33% dan pertemuan II sebesar 66,67%. Sedangkan untuk
siklus II pertemuan I sebesar 70,00% dengan mengalami peningkatan
sebesar 83,33% untuk pertemuan II.
C. Saran-SaranBerdasarkan hasil yang telah dicapai dalam
penelitian ini, maka saran-saran yang dapat dismpulakan adalah
sebagai berikut :1. Kepada Kepala SDN 6 Gelanggang diharapkan untuk
menyarankan guru kelas III untuk menggunakan alat praga peta
bilangan dalam melaksanakan proses belajar di kelas.2. Kepada guru
kelas untuk memiliki dan menggunakan metode mengajar sesuai materi
pelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dalam upaya meningkatkan
hasil belajar siswa dengan memberikan dorongan-dorongan yang dapat
memacu semangat siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya tanpa
membedakan darimana siswa berasal.3. Kepada siswa diharapkan untuk
selalu belajar dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dalam
mencapai cita-cita atau prestasi belajar yang diinginkan.4. Bagi
peneliti yang berminat meneliti diharapkan mencoba alat praga peta
bilangan dalam pembelajaran matematika pada kelas III dan model
pembelajaran yang lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKAAstahar R, 2011.
http://www.sarjanaku.com/media-audio-visual.htmlDavid Hopkins,
2000. Metode Penelitian untuk Pendidikan. Penerbit Alfa Babeta.
Bandung.K. Prent dkk., 6 Kamus Latin-Indonesia, 2000Peter Salim,
2002. The Contemporary English-Indonesian Dictionary.Smaldino,
2008. Handbook of Educational Psychology. New York, Simon &
Schuster Macmillan.Subroto, D. Edi. 2000. Metode penelitian
liguistik II. Surakarta : Sebelas Maret University PressSuharsimi
Arikunto, 2006. Pengantar Metodologi Penelitian Linghuistik
Struktural. Surakarta : Sebelas Maret University Press.Revery
Everton dan Torn Halley, 2000. Handbook of Educational Psychology.
New York, Simon & Schuster Macmillan.Russeffendi, 2003 Ragam
Jurnarlistik (Kertas Kerja). Simposium Ragam Jurnalistik di IKIP
Semarang.Sugiono, 2007. Metode Penelitian untuk Pendidikan.
Penerbit Alfa Babeta. Bandung.Suharsimi Arikunto, 2006. Metodologi
Penelitian Teori dan Praktik. Rineka Cipta. Bandung.Yatim Riyanto,
2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit SIC. Surabaya.
Lampiran 01
Tes EssayKerjakanlah soal-soal di bawah ini!1. Bilangan 629,
628, 631, 630 jika diurutkan dari kecil ke besar adalah , .., 2.
Isilah titik-titik pada garis bilangan berikut! 0 2 3 63. Isilah
titik-titik pada garis bilangan berikut! 4 9 14 24 29 344. Sesudah
475 bilangan berikutnya adalah 5. Buatlah garis bilangan yang
memuat bilangan-bilangan:2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 206.
Buatlah garis bilangan yang memuat bilangan-bilangan:10, 20, 30,
40, 50, 60, 70, 80, 1007. Isilah titik-titik pada garis bilangan
berikut! -15 5 5 10 158. Bilangan di antara 564 dan 566 adalah 9.
Urutkan bilangan berikut dari yang terbesar ke yang terkecil 101,
107, 108, 110, 109, 10510. Bentuk panjang dari 3752 adalah .+ .+ +
11. Sebuah bilangan terdiri dari 2 ribuan, 6 ratusan, 4 puluhan dan
9 satuan. Bilangan itu adalah 12. Nilai tempat angka 8 pada
bilangan 1398 adalah ..13. Angka puluhan pada bilangan 3.918 adalah
14. Angka yang menempati ratusan pada bilangan 2.897 adalah angka
15. Penulisan lambang bilangan seribu dua ratus satu adalah
Lampiran 02
Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik
Nama Sekolah:SDN 6 GelanggangKelas/Semester:III / 1Alokasi
Waktu: 6 x pertemuan
Standar Kompetensi:1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai
tiga angkaKompetensi Dasar:1.1 Menentukan letak bilangan pada garis
bilanganIndikator:1. Mengenal garis bilangan2. Meletakkan bilangan
pada garis bilangan3. Mengenal bilangan bulat positif dan negatif4.
Menentukan sebuah bilangan yang terletak di antara dua
bilangan5.Mengurutkan bilangan dan menentukan posisinya pada garis
bilangan6.Menulis bilangan secara panjang (ribuan, ratusan,
puluhan, dan satuan)
I. TUJUAN PEMBELAJARANMelalui penunjukan garis bilangan
diharapkan siswa dapat:1.Mengenal garis bilangan 2. Meletakkan
bilangan pada garis bilangan3. Mengenal bilangan bulat positif dan
negatif4. Menentukan sebuah bilangan yang terletak di antara dua
bilangan5.Mengurutkan bilangan dan menentukan posisinya pada garis
bilangan6.Menulis bilangan secara panjang (ribuan, ratusan,
puluhan, dan satuan)II. Materi Pokok Garis bilangan
III. MetodE Pembelajaran 1. Informasi 2. Diskusi 3. Tanya jawab
4. Demontrasi 5. Pemberian tugasIV. Langkah-langkah
pembelajaranPertemuan Ke-1A. Kegiatan AwalApresepsi : Mengisi
daftar kelas, berdoa , mempersiapkan materi ajar, model dan alat
peraga. Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat. Mengajukan
beberapa pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari B. Kegiatan
Inti EksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru menunjukkan
dan menjelaskan garis bilangan Melalui kegiatan diskusi siswa
mengenal bagian-bagian dari garis bilangan Secara bergantian siswa
ditugaskan menyebutkan bagian-bagian dari garis bilangan Guru
membimbing siswa pada setiap kegiatanC. Kegiatan AkhirDalam
kegiatan Akhir, guru: Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi
yang diajarkan Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang
diajarkan Guru dan siswa menyimpulkan materi yang
diajarkanPertemuan Ke-2A. Kegiatan AwalApresepsi : Mengisi daftar
kelas, berdoa , mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga.
Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat. Mengajukan beberapa
pertanyaan tentang materi hari yang lalu B. Kegiatan Inti
EksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru menunjukkan dan
menjelaskan garis bilangan Melalui kegiatan diskusi siswa
meletakkan bilangan pada garis bilangan Secara bergantian siswa
ditugaskan meletakkan bilangan pada garis bilangan Guru membimbing
siswa pada setiap kegiatanC. Kegiatan AkhirDalam kegiatan Akhir,
guru: Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang diajarkan
Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang diajarkan Guru dan
siswa menyimpulkan materi yang diajarkan
Pertemuan Ke-3A. Kegiatan AwalApresepsi : Mengisi daftar kelas,
berdoa , mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga.
Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat. Mengajukan beberapa
pertanyaan tentang materi hari yang lalu B. Kegiatan Inti
EksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru menunjukkan dan
menjelaskan garis bilangan Melalui kegiatan diskusi siswa mengenal
bilangan bulat positif dan negatif Secara bergantian siswa
ditugaskan menyebutkan bilangan bulat positif dan negatif Guru
membimbing siswa pada setiap kegiatanC. Kegiatan AkhirDalam
kegiatan Akhir, guru: Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi
yang diajarkan Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang
diajarkan Guru dan siswa menyimpulkan materi yang
diajarkanPertemuan Ke-4A. Kegiatan AwalApresepsi : Mengisi daftar
kelas, berdoa , mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga.
Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat. Mengajukan beberapa
pertanyaan tentang materi hari yang lalu B. Kegiatan Inti
EksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru menunjukkan dan
menjelaskan garis bilangan Melalui kegiatan diskusi siswa
menentukan sebuah bilangan yang terletak di antara dua bilangan
Secara bergantian siswa ditugaskan menentukan sebuah bilangan yang
terletak di antara dua bilangan Guru membimbing siswa pada setiap
kegiatan
C. Kegiatan AkhirDalam kegiatan Akhir, guru: Guru mengajukan
pertanyaan sekitar materi yang diajarkan Siswa mengumpulkan tugas
sesuai materi yang diajarkan Guru dan siswa menyimpulkan materi
yang diajarkan
Pertemuan Ke-5A. Kegiatan AwalApresepsi : Mengisi daftar kelas,
berdoa , mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga.
Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat. Mengajukan beberapa
pertanyaan tentang materi hari yang lalu B. Kegiatan Inti
EksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru: Guru menjelaskan cara
membaca bilangan dari alat peraga garis bilangan Melalui garis
bilangan siswa membaca bilangan dari yang kecil hingga yang besar
Siswa membaca bilangan dari yang besar hingga yang kecil pada garis
bilangan Siswa mengisi kotak-kotak yang kosong pada garis bilangan
sehingga terbentuk urutan yang tepat Guru membimbing siswa pada
setiap kegiatanC. Kegiatan AkhirDalam kegiatan Akhir, guru: Guru
mengajukan pertanyaan sekitar materi yang diajarkan Siswa
mengumpulkan tugas sesuai materi yang diajarkan Guru dan siswa
menyimpulkan materi yang diajarkanPertemuan Ke-6A. Kegiatan
AwalApresepsi : Mengisi daftar kelas, berdoa , mempersiapkan materi
ajar, model dan alat peraga. Memotivasi siswa untuk mengeluarkan
pendapat. Mengajukan beberapa pertanyaan tentang materi hari yang
lalu B. Kegiatan Inti EksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru menjelaskan cara menulis bilangan secara panjang (ribuan,
ratusan, puluhan, dan satuan) Dengan berkelompok siswa menulis
bilangan secara panjang (ribuan, ratusan, puluhan, dan satuan)
Siswa melakukan penjumlahan dan pengurangan tanpa menyimpan Siswa
melakukan penjumlahan dan pengurangan dengan menyimpan Guru
membimbing siswa pada setiap kegiatanC. Kegiatan AkhirDalam
kegiatan Akhir, guru: Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi
yang diajarkan Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang
diajarkanGuru dan siswa menyimpulkan materi yang diajarkanV. ALAT
DAN SUMBER BELAJARSumber belajar : 1. Buku Matematika Alat Peraga1.
Garis BilanganVI. PENILAIANPenilaian dilaksanakan selama proses dan
sesudah pembelajaran Indikator Pencapaian KompetensiPenilaian
TeknikBentuk InstrumenContohInstrumen
1. Matematika : Menaksirkan bilangan yang dibutuhkan letaknya
pada garis bilangan Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan
penjumlahan dan pengurangan Memecahkan masalah sehari-hari yang
melibatkan perkalian dan pembagian
Tes lisan Tes tertulis
uraianisian1. Matematika : Naksirkan bilangan yang dibutuhkan
letaknya pada garis bilangan Jelaskanlah Pecahan masalah
sehari-hari yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan Jelaskanlah
Pecahan masalah sehari-hari yang melibatkan perkalian dan
pembagian
Kriteria Penilaian 1. Produk ( hasil diskusi
)No.AspekKriteriaSkor
1.Konsepa. Semua benarb. Sebagian besar benarc. Sebagian kecil
benard. Semua salah4321
2. Performansi No.AspekKriteriaSkor
1.
2.Kerjasama
Partisipasia. Memberi bantuan pada orang lainb. Menghargai
pendapat orang lain c. Menunjukkan kekompakan d. Menunjukkan peran
aktif dalam kelompok
a. Menyatakan pendapatb. Mengajukan pertanyaanc. Mengerjakan
tugas dengan baikd. Menjawab pertanyaan4
3
2
1
43
2
1
3. Lembar PenilaianNoNama SiswaPerformanProdukJumlah
SkorNilai
KerjasamaPartisipasi
1.2.3.4.5.
CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X
10.
Mengetahui Kepala SDN 6 Gelanggang,
( .. )NIP/NIK : Bagek Perie, .. 20 Guru Tematik Kelas III
( ... )NIP/NIK :
Lampiran 03 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURUNOHAL YANG
DIAMATISKOR
SKOR SIKLUS ISKOR SIKLUS II
12345Jlh12345Jlh
1.Guru mampu menumbuhkan semangat siswa
2.Guru menyiapkan persiapan untuk mengajar
3.Guru mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif
4.Pembelajaran terpusat pada siswa
5.Guru aktif sebagai fasilitator pembelajaran
6.Guru mampu memanfatkan waktu denga efektif
Total
Persentase
Catatan: Centang () pada kolom skor yang sesuaiBagek Perie, ..
2013Observer, Peneliti,
LALU IRHAM WAHYUDDIN, S.PdI ROSFITA CHANDRA CNIP. - NPM. 1111
0342
Lampiran 06KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Nama sekolah: SDN 6 GELANGGANGJumlah Soal: 10 ESSAYMata
Pelajaran: MatematikaAlokasi waktu: 35 MenitPenulis : ROSFITA
CHANDRA CHOMALA
No urutStandar KompetensiKompetensi Dasar/ Indikator Pencapaian
KompetensiKelas/ SemesterMateriIndikator tesTekhnik/ Bentuk tesNo
SoalKategori soal
(1)(2)(3)(4)(5)(6)(7)(8)(9)
11.Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka1.1
Menentukan letak bilangan pada garis bilangan1.1.1 Mengenal garis
bilangan
1.1.2 Meletakkan bilangan pada garis bilangan
1.1.3 Mengenal bilangan bulat positif dan negative
IIIGaris Bilangan
1. Disajikan gambar garis bilangan, siswa dapat mengenal lambang
bilangan pada garis bilangan dengan benar
2. Disajikan gambar garis bilangan, siswa dapat meletakkan
bilangan pada garis bilangan dengan benar
3. Disajikan gambar garis bilangan, siswa dapat mengenal
bilangan bulat positif dan negatif dengan benar.
Essay
Essay
Essay
1&2
3&4
5
Mudah
Mudah