SKRIPSI PENGARUH PENDAMPINGAN SUAMI TERHADAP PENGURANGAN RASA CEMAS PADA PROSES PERSALINAN IBU PRIMIGRAVIDA KALA I DI KLINIK PRATAMA JANNAH MEDAN TEMBUNG TAHUN 2018 MAIRIDA HASANAH P07524414028 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSANKEBIDANAN MEDAN PRODI D-IVKEBIDANAN TAHUN 2018
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SKRIPSI
PENGARUH PENDAMPINGAN SUAMI TERHADAP PENGURANGAN RASA CEMAS PADA PROSES
PERSALINAN IBU PRIMIGRAVIDA KALA I DI KLINIK PRATAMA JANNAH
MEDAN TEMBUNG TAHUN 2018
MAIRIDA HASANAH
P07524414028
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSANKEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IVKEBIDANAN TAHUN 2018
SKRIPSI
PENGARUH PENDAMPINGAN SUAMI TERHADAP PENGURANGAN RASA CEMAS PADA PROSES
PERSALINAN IBU PRIMIGRAVIDA KALA I DI KLINIK PRATAMA JANNAH
MEDAN TEMBUNG TAHUN 2018
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma IV Kebidanan
MAIRIDA HASANAH
P07524414028
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSANKEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IVKEBIDANAN TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN SKRIPSI, 24 JULI 2018 MAIRIDA HASANAH [email protected]
PENGARUH PENDAMPINGAN SUAMI TERHADAP PENGURANGAN RASA CEMAS PADA PROSES PERSALINAN IBU PRIMIGRAVIDA KALA I DI KLINIK PRATAMA JANNAH MEDAN TEMBUNG TAHUN 2018
ix + 49 halaman, 5 tabel, 2 gambar, 12 lampiran
ABSTRAK
Pada kala I persalinan banyak masalah yang terjadi pada ibu yang akan bersalin, terutama kecemasan dalam menghadapi persalinan. Untuk mengurangi kecemasan pada saat persalinan ialah dengan adanya pendampingan suami. Adanya kehadiran suami dapat memberikan kenyamanan pada saat bersalin. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pendampingan suami terhadap pengurangan rasa cemas pada proses persalinan ibu primigravida kala I di Klinik Pratama Jannah Medan Tembung tahun 2018.
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional yang dilakukan pada bulan Mei-Juli 2018. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuhterhadap 30 responden ibu inpartu kala I. Pengumpulan data menggunakan kuesioner kecemasan Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS) dan kuesioner pendampingan suami. Data dianalisis menggunakan uji Fisher Exact.
Hasil penelitian menunjukkan pendampingan suami pada ibu bersalin kala I mayoritas dalam kategori baik sebanyak (90%), dan tingkat kecemasan ibu bersalin kala I mayoritas ringan sebanyak (60%). Hasil analisis dengan nilai p<0,05 sehingga disimpulkan ada pengaruh pendampingan suami terhadap pengurangan rasa cemas pada proses persalinan ibu primigravida kala I di Klinik Pratama Jannah Medan Tembung tahun 2018.
Maka diharapkan tenaga kesehatan dapat memfasilitasi pendampingan suami dan keluarga pada saat proses persalinan kala I.
Kata Kunci : Kecemasan, Persalinan, Pendampingan Suami Daftar bacaan : 25 (2012-2017)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Pengurangan
Rasa Cemas Pada Proses Persalinan Ibu PrimigravidaKala Idi Klinik Pratama
Jannah Medan Tembung Tahun 2018”.
Dalam penyusunanskiripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
RI Medan.
2. Betty Mangkuji, SST,M.Keb Selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan.
3. Yusniar Siregar, SST,M.Kes selaku Ketua Jurusan Jurusan Kebidanan D-
IV Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
4. Tri Marini, SST,M.Keb selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan kesempatan bagi
penulis untuk berkonsultasi dan bersedia memberikan masukan, kritik,
Welan Sari Tampubolon, Yolanda Risky Oktavien Ketaren yang selalu
bersama saya dalam suka maupun duka selama kuliah di D-IV Kebidanan
Poltekkes Medan.
14. Rekan-rekan Mahasiswa Program D-IV Kebidanan Poltekkes Medan
yang telah berbagi pengalaman, masukan dan memberikan dorongan
moril terhadap penulis dalam pembuatan skripsi ini, juga untuk
kebersamaan yang bermakna dan tak akan terlupakan selama
pendidikan.
Penulis menyadari bahwaskiripsi ini masih jauh dari sempurna. Baik
dari teknis penulisan maupun bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya skiripsi ini. Semoga dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun bagi pembacanya.
Medan, Juli 2018
Mairida Hasanah
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Lembar Persetujuan Lembar Pengesahan Abstrak. .............................................................................................. i Kata Pengantar.................................................................................. .. iii Daftar Isi ............................................................................................. v Daftar Tabel ........................................................................................ vii Daftar Gambar ................................................................................... viii Daftar Lampiran ................................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum .......................................................................... 4 C.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 4
A.4.2 Syarat-Syarat Sebagai Pendampingan Persalinan ....... 26 A.4.3 Peran Pendamping Persalinan Kala I ........................... 27
A.4.4 Pendampingan Suami .................................................. 27 B. Kerangka Teori .............................................................................. 30
C. Kerangka Konsep ........................................................................... 31 D. Definisi Operasional ....................................................................... 31 E. Hipotesis ........................................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................... 33 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 33 C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 34 D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................ 34 E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian ..................................... 36 F. Prosedur Penelitian ........................................................................ 37 G. Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 37 H. Etika Penelitian. ............................................................................. 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian. ............................................................................. 40 A.1 Analisis Univariat. ............................................................... 41 A.2 Analisis Bivariat. ................................................................. 41
B. Pembahasan. ................................................................................. 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan. ................................................................................... 49 B. Saran. ............................................................................................ 49 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 DefInisi Operasional ............................................................. 31 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik ......................................... 40 Tabel 4.2 Distribusi Pendampingan Suami. .......................................... 41 Tabel 4.3 Distribusi Kecemasan Ibu Inpartu Kala I. .............................. 41 Tabel 4.4 Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Kecemasan. .... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ................................................ 30 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ............................................ 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Survei Penelitian Lampiran 2 Surat Balasan Izin Survei Penelitian Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Surat Balasan Izin Penelitian Lampiran 5 Etical Clearance Lampiran 6 Kuesioner Lampiran 7 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 8 Master Tabel Lampiran 9 Output Komputerisasi Lampiran 10 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi Lampiran 11 Dokumentasi Lampiran 12 Riwayat Hidup Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan atau melahirkan bayi adalah suatu proses normal pada wanita
usia subur. Persalinan merupakan peristiwa penting yang sangat ditunggu oleh
setiap pasangan suami-istri. Maka segala dukungan moral dan material
dicurahkan oleh suami, keluarga bahkan seluruh anggota masyarakat, demi
kesejahteraan ibu dan janinnya. Namun mendekati proses persalinan berbagai
perasaan akan campur-aduk dalam hati para ibu hamil. Selain tidak sabar ingin
melihat buah hatinya lahir ke dunia, rasa takut dan cemas menghadapi proses
persalinan berkecamuk dalam pikiran(Maryunani, 2015).
Berdasarkan data World Health Organization 2015 diperoleh 216
kematian ibu setiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan
persalinan. Sedangkan Angka Kematian Ibu di Negara berkembang mencapai
239 per 100.000 kelahiran hidup, 20 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju
(WHO, 2015).
Menurut data United Nations Children’s Fund mengatakan bahwa ibu
yang mengalami masalah dalam persalinan sekitar 12.230.142 juta jiwa dari 30%
diantaranya karena kecemasan sebab hamil pertama (Sitepu, 2016). Saat ini,
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan Survei Penduduk
Antar Sensus Tahun 2015, AKI di Indonesia sebesar 305 per 100.000 kelahiran
hidup (Kemenkes RI, 2017). Kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh tiga
penyebab utama yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi
(Kemenkes RI, 2017). Di Indonesia terdapat 373.000.000 orang ibu hamil, dan
yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan ada sebanyak
107.000.000 orang (28,7 %) (Sitepu, 2016).
Pada kala I persalinan banyak masalah yang terjadi pada ibu yang akan
bersalin, seperti sulit tidur, ketakutan, kesepian, stres, marah, keletihan, kecewa,
perasaan putus asa, terutama kecemasan dalam menghadapi persalinan (Murray
dan Gayle, 2013).Menurut Hawari (2013)kecemasan adalah gangguan alam
perasaanyang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang
mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas
(Reality Testing Ability/ RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak
mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality), prilaku dapat
terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal.
Kecemasan yang dialami oleh ibu bersalinsemakin lama akan semakin
meningkat seiring dengan semakin seringnya kontraksi pada abdomen sehingga
keadaan ini akan membuat ibustress pada saat persalinan. Stress psikologis
yang dialami ibu pada saat akan bersalin menyebabkan meningkatnya rasa nyeri
dan cemas (Kartikasari, 2015).
Untuk mengurangi kecemasan pada saat persalinan ialah dengan
adanya kehadiran pendamping, seperti suami, ibu kandung, saudara atau
sahabat perempuan ibu. Kehadiran orang kedua atau pendamping atau
penolong persalinan dapat memberi kenyamanan pada saat bersalin. Kehadiran
pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap
persalinan, yaitu dapat menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit,
mempersingkat persalinan, dan menurunkan angka persalinan dengan operasi
termasuk bedah caesar (Marmi, 2016).
Suami adalah pendamping persalinan yang sangat penting dan
dianjurkan untuk melakukan peran aktif dalam mendukung ibu dan
mengidentifikasikan langkah-langkah yang mungkin untuk kenyamanan ibu(Sari
dan Kurnia, 2015). Kehadiran suami akan membawa ketenangan dan
menjauhkan sang ibu dari stres dan kecemasan yang dapat mempersulit proses
kelahiran dan persalinan, membawa pengaruh positif secara psikologis, dan
berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara fisik (Marmi, 2016). Dukungan
suami dalam proses persalinan akan memberikan efek pada ibu yaitu dalam hal
emosi, emosi ibu yang tenang yang menyebabkan sel-sel sarafnya
mengeluarkan hormonoksitosin yang reaksinya akan menyebabkan kontraksi
pada rahim pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan bayi (Sari dan Kurnia,
2015).
Dukungan suami dapat berupa dorongan, motivasi terhadap istri baik
secara moral maupun material serta dukungan fisik, psikologis, emosi, informasi,
penilaian dan finansial. Dukungan minimal berupa sentuhan dan kata-kata pujian
yang membuat nyaman serta memberi penguatan pada saat proses persalinan
berlangsung hasilnya akan mengurangi durasi kelahiran (Marmi, 2016).
Menurut penelitian Primasnia, dkk (2013) bahwa ibu primigravida yang
mengalami proses persalinan kala I tanpa didampingi oleh suami mempunyai
peluang 6.750 kali untuk terjadi kecemasan dibanding ibu primigravida yang
menghadapi proses persalinan kala I dengan didampingi oleh suami.
Penelitian yang dilakukan oleh Nelisa, dkk (2013) pendampingan suami
pada persalinan istri dapat memberikan semangat serta motivasi bagi istri dalam
persalinan. Selain itu, dengan kehadiran suami disamping istri pada saat
persalinan akan memberikan rasa aman dan nyaman serta mengurangi
perasaan cemas istri saat bersalin.
Berdasarkan data profil kab/kota , AKIdi Sumatera Utara tahun 2014
mencapai 75 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk
2010, AKI di Sumatera Utara sebesar 328 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan estimasi maka Angka Kematian Ibumengalami penurunan sampai
tahun 2013 (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal
27 November 2017 di Klinik Bersalin Pratama Jannah didapatkan data jumlah ibu
bersalin primigravida pada bulan November 2017 sebanyak 30 orang. Diantara
30 orang pasien primigravida tersebut, telah dilakukan wawancara terhadap 18
orang pasien, yang mana 11 orang ibu primigravida pada saat akan melahirkan
tidak didampingi oleh suaminya. Tujuh orang ibu primigravida pada saat akan
melahirkan didampingi oleh suaminya. Hasil wawancara terhadap 18 orang ibu
primigravida menunjukkan bahwa kondisi psikologis ibu yang didampingi oleh
suami merasa lebih percaya diri dan tingkat kecemasannya tidak terlalu tinggi
dibandingkan dengan ibu yang melahirkan tanpa didampingi oleh suaminya.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul ”Pengaruh pendampingan suami terhadap pengurangan
rasa cemas pada proses persalinan ibu primigravida kala Idi KlinikPratama
Jannah Medan Tembung Tahun 2018 ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui
”Apakah ada pengaruh pendampingan suami terhadap pengurangan rasa
cemas pada proses persalinan ibu primigravida kala Idi KlinikPratama
Jannah Medan Tembung Tahun 2018 ”.
C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendampingan suami terhadap
pengurangan rasa cemas pada proses persalinan ibu primigravida kala Idi
KlinikPratama Jannah Medan Tembung Tahun 2018 ”.
C.2 Tujuan Khusus
1. Diperoleh gambaran distribusi frekuensi pendampingan suami pada
proses persalinan ibu primigravida kala Idi KlinikPratama Jannah
Medan Tembung Tahun 2018.
2. Untuk mendeskripsikan distribusi intensitas rasa cemas pada proses
persalinan ibu primigravida kala Idi Klinik Pratama Jannah Medan
Tembung Tahun 2018.
3. Untuk menganalisis pengaruh pendampingan suami terhadap
pengurangan rasa cemas pada proses persalinan ibu primigravida
kala I di KlinikPratama Jannah Medan Tembung Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat Teoritis
Data atau informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan, memperluas wawasan dan pengalaman
peneliti tentang pengaruh pendampingan suami terhadap
pengurangan rasa cemas pada proses persalinan ibu primigravida
kala I. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumber pustaka dan dapat mengembangkan penelitian ini.
D.2 Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi klinik bersalin dalam melakukan
konseling untuk mencegah kecemasan pada ibu bersalin dan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien,
khususnya ibu hamil, dan ibu bersalin dalam menghadapi proses
persalinan.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Pengurangan
Rasa Cemas pada Proses persalinan Ibu Primigravida Kala I di Klinik
Pratama Jannah Medan Tembung Tahun 2018 yang hampir serupa
dengan penelitian ini :
1. Dewi Susilowati (2012) “Pengaruh Dukungan Keluarga dan Paritas
Terhadap Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Dalam Menghadapi
Persalinan Di RB Harapan Bunda Surakarta”. Jenis penelitian ini
adalah analitik observasional. Sedangkan rancangan penelitiannya
adalah cross sectional. Tehnik pengambilan sampel menggunakan
tehnik consecutive sampling. Analisa data menggunakan analisis
regresi linier ganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh
yang secara statistik signifikan antara dukungan keluarga maupun
paritas terhadap kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
Persamaan dengan penelitian tersebut terletak pada jenis penelitian
dan rancangan penelitian. Perbedaan dengan penelitian tersebut
terletak pada variabel penelitian, tehnik pengambilan sampel dan
analisis data menggunakan Fisher Exact.
2. Tefani Septya Nelisa dan Anggorowati (2013) “Hubungan Penda
mpingan Suami terhadap Tingkat Kecemasan Ibu pada Fase Aktif
Kala I Proses Persalinan Normal di Ruang Bersalin RSUD Kendal
2013”. Jenis penelitian ini adalah studi korelatif dengan pendekatan
cross sectional. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan tehnik
accidental sampling. Analisa data dengan menggunakan uji Chi
Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pendampingan suami terhadap tingkat kecemasan terhadap tingkat
kecemasan ibu pada fase aktif kala I proses persalinan normal di
Ruang Bersalin RSUD Kendal. Persamaan dengan penelitian tersebut
terletak pada variabel penelitian yaitu pendampingan suami (variabel
bebas) dan kecemasan (variabel terikat) dan rancangan penelitian.
Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada, jenis penelitian,
tehnik pengambilan sampel dan analisis data menggunakan Fisher
Exact.
3. Iin Prasetyani (2016) “Hubungan Pendampingan Suami dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Bangsal
Melati RSUD DR. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri”. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan tehnik total
sampling. Analisa data dengan menggunakan korelasi product
moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
signifikan antara pendampingan suami dengan tingkat kecemasan
pasien pre operasi sectio caesarea, adapun kekuatan hubungan
adalah sangat kuat. Persamaan dengan penelitian tersebut terletak
pada variabel penelitian yaitu pendampingan suami (variabel bebas)
dan kecemasan (variabel terikat), rancangan penelitian dan tehnik
pengambilan sampel. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak
pada, jenis penelitian, dan analisis data menggunakan Fisher Exact.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
A.1 Kehamilan
A.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang
sedang tumbuh di dala tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).
Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal
peroide menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu
proses reproduksi yang perlu perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan
baik, karena kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin. Resiko
kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal,
secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi (Walyani, 2015).
A.2 Persalinan
A.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)(Sari dan Kurnia, 2015).
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm
(bukan premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak
diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya
(bukan partus presipitatus atau partus lama), mempunyai janin (tunggal) dengan
presentasi vertex (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis
terlaksana tanpa bantuanartificial (seperti forsep), tidak mencakup komplikasi
(seperti perdarahan hebat), dan mencakup pelahiran plasenta yang normal(Sari
dan Kurnia, 2015).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir(Saridan Kurnia 2015). Definisi persalinan
normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko
rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama prose persalinan. Bayi
dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun
bayi berada di dalam kondisi sehat.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta(Sari dan Kurnia, 2015).
A.2.2Jenis Persalinan
Jenis persalinan dibagi dalam 2 kategori, yang pertama yaitu jenis
persalinan berdasarkan bentuk terjadinya dan jenis persalinan menurut lama
kehamilan dan berat janin. Jenis persalinan menurut berdasarkan bentuk
terjadinya di bagi menjadi persalinan spontan, persalinan buatan, dan persalinan
anjuran. Sedangkan jenis persalinan menurut lama kehamilan dan berat janin di
bagi menjadi abortus, partus immaturus, partrus prematurus, persalinan aterm,
partus serotinus, atau postmaturus, dan partus presipitatus.
1. Jenis persalinan berdasarkan bentuk terjadinya
a. Persalinan Spontan
Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan
kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir (Sari dan Kurnia, 2015).
Persalinan normal disebut juga partus spontan yaitu proses lahirnya bayi
pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam (Sari dan Kurnia, 2015).
b. Persalinan Buatan
Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung
dengan bantuan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forceps atau
dilakukan operasi section caesarea(Sari dan Kurnia, 2015).
c. Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya
pemberian pitocin dan prostaglandin(Sari dan Kurnia, 2015).
A.2.3 Teori Penyebab Persalinan
Menurut buku Obstetri Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
(1985) dan Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB oleh Manuaba (1998)
dalam Sari dan Kurnia (2015) telah disebutkan beberapa teori yang menyatakan
kemungkinan proses persalinan, antara lain:
1. Teori Penurunan kadar Prostaglandin
Progesteron merupakan hormon penting untuk mempertahankan
kehamilan. Hormon ini meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang
dikeluarkan oleh desidua. Progesterone berfungsi menurunkan kontraktilitas
dengan cara meningkatkan potensi membrane istirahat pada sel miometrium
sehingga menstabilkan Ca membrane dan kontraksi berkurang, uterus rileks
dan tenang. Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesterone yang
mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena adanya sintesa
prostaglandin di uterus. Prostaglandin terbagi menjadi Prostaglandin E dan
Prostaglandin F (pE dan pF) yang bekerja di rahim wanita untuk merangsang
kontraksi selama kehamilan. Prostaglandin E2 menyebabkan kontraksi rahim
dan telah digunakan untuk menginduksi persalinan. Hasil darp percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara
intravena, intra dan extramnial menimbulkan kontraksi miometrium pada
setiap umur kehamilan, hal ini disokong dengan adanya kadar prostaglandin
yang tinggi dalam air ketuban maupun darah periver pada ibu-ibu hamil
sebelum melahirkan atau selama persalinan.
2. Teori Penurunan Progesteron
Progesteron merupakan hormon penting dalam menjaga kehamilan
tetap terjadi hingga masa persalinan. Hormon ini dihasilkan oleh plasenta,
yang akan berkurang seiring terjadinya penuaan plasenta yang terjadi pada
usia hamil 28 minggu, dimana terjadi penimbun an jaringan ikat, pembuluh
darah mengalami penyempitan dan buntu. Ketika hormon ini mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oksitosin. Akibatnya
otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron
tertentu.
3. Teori Rangsangan Estrogen
Estrogen juga merupakan hormon yang dominan saat hamil. Hormon ini
memiliki dua fungsi, yaitu meningkatkan sensitivitas otot rahim dan
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis. Hal ini mungkin
disebabkan karena peningkatan konsentrasi actin-myocin dan adenosine
tripospat (ATP).
4. Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hicks
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi berlangsung
lama dengan persiapan semakin meningkatnya reseptor oksitosin. Oksitosin
adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parts posterior.
Distribusi reseptor oksitosin, dominan pada fundus dan korpus uteri, ia makin
berkurang jumlahnya dalam segmen bawah rahim dan praktis tidak banyak
keseimbangan dijumpai pada serviks uteri. Perubahan keseimbangan
esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim. Sehingga
terjadi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan,menyebabkan oksitosin meningkat, sehingga persalinan dapat
dimulai.
5. Teori Keregangan Otot Rahim
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai. Rahim menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter. Misalnya ibu hamil
ganda sering terjadi kontraksi setelah peregangan tertentu sehingga
menimbulkan proses persalinan.
6. Teori Fetal Cortisol
Dalam teori ini diajukan sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan dalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandinn, yang
menyebabkan irritability miometrium meningkat. Pada cacat bawaan janin
seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya kelenjar
hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan
baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
7. Teori Fetal Membran
Teori fetal membran phospolipid-arachnoid acid prostaglandin.
Meningkatnya hormone estrogen menyebabkan terjadinya esterified yang
menghasilkan arachnoid acid, yang membentukan prostaglandin dan
mengakibatkan kontraksi miometrium.
8. Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan anensefalus, sehingga terjadi
keterlambatan dalam persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini
dikemukakan oleh Linggin pada tahun 1973 dalam Sari dan Kurnia, 2015).
Sedangkan Malpar (1933) dalam Sari dan Kurnia, 2015, telah melakukan
percobaan dengan kelinci, dimana otak kelinci tersebut diambil, hasilnya
kehamilan kelinci berlangsung lebih lama. Dari hasil percobaan tersebut dapat
disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituitari dengan mulainya
persalinan, dan glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya
persalinan. Menurut Manuaba (1998) dalam Sari dan Kurnia (2015)
mengemukakan bahwa pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan
maturitas pada janin.
9. Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terdapat ganglion servikale (fleksus frankenhauser).
Bila ganglion ini ditekan dan digeser, misalnya oleh kepala janin, maka akan
timbul kontraksi.
10. Teori Plasenta Sudah Tua
Menurut teori ini, plasenta yang menjadi tua dapat menyebabkan
menurunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan
pembuluh darah pada vili chorialis di plasenta, sehingga menyebabkan
kontraksi pada rahim.
11. Teori Tekanan Serviks
Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran saraf sehingga
serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan SAR
(Segmen Atas Rahim) dan SBR (Segmen Bawah Rahim) bekerja berlawanan
sehingga terjadi kontraksi dan retraksi.
12. Induksi Partus (Induction of Labor)
Persalinan juga dapat ditimbulkan oleh:
a. Ganggang laminaria : Beberapa laminaria dimasukkan kedalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang Fleksus Frankenhauser.
b. Amniotomi: yaitu pemecahan ketuban dengan sengaja.
c. Oksitosin Drips: Pemberian oksitosin melalui tetesan infuse per menit.
Syarat dilakukannya hal ini yang perlu diperhatikan adalah serviks
sudah matang (serviks sudah pendek dan lembek) dan kanalis
servikalis terbuka untuk 1 jari (Sari dan Kurnia, 2015).
A.2.4 Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Manuaba(1998)dalam oleh Sari dan Kurnia (2015) telah
disebutkan bahwa tanda-tanda persalinan dibagi menjadi dua fase, yaitu tanda
bahwa persalinan sudah dekat dan tanda timbulnya persalinan (inpartu).
1. Tanda-Tanda Bahwa Persalinan Sudah dekat
a. Terjadi Lightening
Menjelang minggu ke 36 kehamilan, tanda pada primigravida adalah
terjadinya penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu
atas panggul yang disebabkan: kontraksi Braxton Hicks, ketegangan dinding
perut, ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya berat janin dimana
kepala ke arah bawah. Masuknya bayi ke pintu atas panggul menyebabkan
ibu merasakan:
• Ringan di bagian atas perut, dan rasa sesaknya berkurang.
• Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal.
• Kesulitan berjalan.
• Sering buang air kecil (follaksuria).
Gambaran Lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal
antara ketiga P, yaitu Power, Passege, Passenger.Sedangkan pada
multipara gambarannya tidak begitu jelas, karena kepala janin baru masuk
pintu atas panggul menjelang persalinan.
b. Terjadinya his permulaan
Pada sewaktu umur kehamilan masih muda, yaitu sejak trimester
pertama kehamilan uterus akan sering mengalami kontraksi ringan. Pada
trimester kedua dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Fenomena
ini dikemukakan pertama kali oleh Braxton Hicks pada tahun 1872 sehingga
disebut sebagai Kontraksi Braxton Hicks. Sampai bulan terakhir kehamilan
biasanya kontraksi ini sangat jarang dan meningkat pada satu atau dua
minggu sebelum persalinan. Kontraksi ini terjadi karena adanya perubahan
keseimbangan estrogen dam progesteron sehingga terjadi peningkatan
jumlah reseptor oksitosin dan gap junction diantara sel-sel miometrium (Sari
dan Kurnia, 2015).
Dengan semakin tuanya kehamilan, pengeluaran estrogen dan
progesteron semakin berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan
kontraksi yang lebih sering, yang dikenal sebagai his palsu, dengan sifat
sebagai berikut:
• Rasa nyeri ringan dibagian bawah.
• Datangnya tidak teratur.
• Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.
• Durasinya pendek.
• Tidak bertambah bila beraktivitas.
2. Tanda- Tanda Timbulnya Persalinan (inpartu)
Pada fase ini sudah memasuki tanda-tanda inpartu:
a. Terjadinya His Persalinan
His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa nyeri
diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi rahim yan
dimulai pada 2 face maker yang letaknya di dekat cornu uteri. His yang
menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut his
efektif. His efektif mempunyai sifat adanya dominan kontraksi uterus pada
fundus uteri (fundal dominance), kondisi berlangsung secara sinkron dan
harmonis, adanya intensitas kontraksi yang maksimal diantara dua
kontraksi, irama teratur dan frekuensi yng kian sering, lama his berkisar
45-60 detik.
Pengaruh his ini dapat menimbulkan desakan didaerah uterus
(meningkat) terjadi penurunanjanin, terjadi penebalan pada dinding
korpus uteri, terjadi peregangan dan penipisn pada istmus uteri, serta
terjadinya pembukaan pada kanalis servikalis.
His persalinan memiliki sifat sebagai berikut:
• Pinggang terasa sakit dan mulai menjalar ke depan.
• Teratur dengan interval yang makin pendek dan kekuatannya makin
besar.
• Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks.
• Penambahan aktivitas (seperti berjalan) maka his tersebut semakin
meningkat,
b. Keluarnya lendir becampur darah (show)
Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis.
Sedangkan pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya pembuluh
darah waktu serviks membuka.
c. Terkadang disertai ketuban pecah
Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya
selaput ketuban menjelang persalinan. Jika ketuban sudah pecah, maka
ditargetkan persalinan dapat berlngsung dalam 24 jam. Namun, apabila
persalinan tidak tercapai, maka persalinan harus diakhiridengan tindakan
tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau sectio caesarea.
d. Dilatasi dan Effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara
berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacemenet adalah pendataran
atau pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm menjadi
hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang tipis seperti
kertas.
A.2.5 Fase Dalam Persalinan Kala I
Kala I disebut juga sebagai kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada permulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat
berjalan-jalan (Sari dan Kurnia, 2015). Proses pembukaan serviks sebagai akibat
his dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a. Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat samapi
mencapai ukuran 3 cm.
b. Fase Aktif, dibagi dala 3 fase lagi, yaitu:
1. Fase Akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4
cm.
2. Fase Dilatasi Maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3. Fase Deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Namun, lamanya kala I untuk primigravida dan multigravida berbeda.
Untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan multigravida berlangsung 8
jam. Berdasarkan hitungan Friedman, pembukaan primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multigravida 2cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan. Fase-fase diatas dialami oleh
primigravida juga multigravida. Namun mekanisme pembukaan serviks berbeda
antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum
akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru
kemudian ostium uteri eksternum. Pada multigravida ostium uteri internum sudah
sedikit terbuka. Kemudian ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan
dan pendataran serviks terjadi pada saat yang sama. Kala I selesai apabila
pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira
12 jam, sedangkan multigravida 7 jam (Sari dan Kurnia, 2015).
Dalam beberapa buku, proses membukanya serviks disebut dengan
berbagai istilah: melembek (softening), menipis (thinned out), obliterasi atau
pendataran (obliterated), mendatar dan tertarik ke atas (effaced and taken up),
dan membuka (dilatation).
A.2.6 Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin
Bentuk-bentuk perubahan psikologis:
1. Perasaan takut ketika hendak melahirkan. Hal ini merupakan hal yang
wajar, apalagi bagi ibu yang pertama kali akan melahirkan.
2. Perasaan cemas pra-melahirkan. Menjelang proses persalinan, tidak
sedikit calaon ibu yang mengalami rasa takut saat proses kelahiran.
Padahal rasa cemas itulah yang justru memicu rasa sakit saat
melahirkan.
3. Rasa sakit. Muncul karena mau melahirkan, mereka merasa tegang
dan takut, akibat telah mendengar berbagai cerita seram seputar
melahirkan. Perasaan ini selanjutnya membuat jalur lahir menjadi
mengeras dan menyempit. Pada saat kontraksi alamiah mendorong
kepala bayi untuk mulai melewati jalur lahir, terjadi resistensi yang
kuat. Ini yang menyebabkan rasa sakit yang dialami seorang ibu.
4. Depresi. Dikarenakan keadaan ini cukup berbahaya, disarankan agar
ibu yang ingin melahirkan agar tidak depresi, sehingga ia harus
ditemani anggota keluarga karena ibu yang melahirkan rawan depresi.
5. Perasaan sedih jika persalinan tidak berjalan sesuai denagan harapan
ibu dan keluarga.
6. Ragu-ragu dalam menghadapi persalinan dan ragu akan
kemampuannya dalam merawat bayinya kelak.
7. Perasaan tidak enak, sering berpikir apakah persalinan akan berjalan
normal.
8. Menganggap persalinan sebagai cobaan.
9. Sering berpikir apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana
dalam menolongnya.
10. Sering berpikir apakah bayinya akan normal atau tidak.
Perubahan-perubahan psikologis dalam persalinan, dapat diatasi
dengan berbagai cara sebagai berikut:
a. Teknik relaksasi
Diharapkan ibu telah memperoleh pengetahuan tentang teknik
relaksasi pada saat pemeriksaan kehamilan ritinatau Antenatal
Care/ANC, bila ibu belum mendapatkan, ibu harus diajarkan dahulu
teknik relaksasi dengan tepat.
b. Hypnobirthing
Untuk mendapatkan proses melahirkan dengan alami, nyaman,
dan lancar, tentunya memerlukan persiapan secara holistikdan
dilakukan sejak proses kehamilan. Ibu hamil dan pasangannya yang
mengikuti pelatihan hypnobirthing berperan sebagai subjek aktif,
sedangkan petugas kesehatan berperan sebagai fasilitator untuk
memandu sang subjek mencapai keadaan alfa. Disini ibu diajarkan
untuk berpikir tenang dan positif sehingga proses melahirkan bisa
dihadapi dengan tenang.
c. Dukungan fisik dan psikologis dari keluarga dan tenaga
kesehatan (Asuhan Sayang Ibu).
Dalam hal ini, keluarga sang ibu diminta untuk terus mendukung
dan menemani ibu dan membantu memenuhi kebutuhannya, hal ini
baik untuk keadaan psikologisnya, dengan begitu ibu tidak merasa
sendirian.
d. Senam Hamil
Pada saat calon ibu mengandung, disarankan untuk mengikuti
senam hamil. Pada senam hamil ini diajarkan teknik pernapasan, cara
meneran saat mengeluarkan bayi, dan keterampilan dalam
menenangkan diri atau kecemasan saat proses melahirkan.
e. Mobilitas
Diusahakan ibu untuk tetap tegar dan bergerak, dengan berjalan-
jalan atau mengubah posisi tidur, itu akan memungkinkan ibu dapat
menguasai keadaan dan proses persalinan sendiri dapat berjalan
dengan baik.
f. Memberi Informasi
Ibu dan keluarga harus diberi informasi yang selengkap-
lengkapnya tentang semua perkembangan dan kemajuan selama
proses persalinan. Setiap tindakan dan intervensi yang dilakukan
harus di antisipasi dan dijelaskan, dan ibu diikutsertakan dalam
pengambilan keputusan klinis.
g. Percakapan
Saat inpartu, ibu membutuhkan waktu untuk bercakap-cakap
atau diam. Jika proses persalinan sedang berlangsung, maka
kesunyian, simpatik, dan keakraban yang disukainya. Pada tahap ini,
ibu akan merasa lelah, setiap kontraksi akan memerlukan konsentrasi
penuh dan semua cadangan emosional dan fisik dikerahkannya.
Kesunyian yang sangat dibutuhkan, bisa diberikan dalam bentuk
sentuhan atau ekspresi wajah dari orang-orang sekitarnya.
h. Dorongan Semangat
Adakalanya ibu merasa putus asa. Bidan harus berusaha
memberikan dorongan dan semangat pada ibu selama persalinan.
Dengan beberapa kata yang diucapkan secara lembut setelah
kontraksi atau beberapa pujian non verbal pada saat terjadi kontraksi
akan sangat memberi semangat atau dorongan pada ibu. Bidan harus
berusaha untuk dapat berkomunikasi dengan memberi respon yang
hangat dan antusias, maka kemungkinan besar persalinan akan
berjalan lancar.
i. Menghadirkan Pendamping Saat Persalinan
Penelitian menunjukkan bahwa kehadiran seseorang pendamping
pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap
persalinan, antara lain dapat menurunkan angka morbiditas,
mengurangi rasa sakit, persalinan lebih singkat, dan menurunnya
persalinan dengan tindakan (Hodnett, 1997, Klau dan Kennel, 1993
dalam Sari dan Kurnia, 2015).
A.3 Kecemasan
A.3.1 Pengertian Kecemasan
Menurut Taylor (1995) dalam Solehati dan Cecep (2015), kecemasan
adalah pengalaman manusia yang bersifat universal, suatu respons emosional
yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran, suatu rasa takut yang tidak
terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran
sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak teridentifikasi. Menurut Sarafino
(1994) dalam Solehati dan Cecep (2015), kecemasan merupakan suatu
ketakutan terhadap ketidakberdayaan dirinya dan respons terhadap kehidupan
yang hampa dan tidak berarti.
Pengertian lain tentang kecemasan dikemukakan oleh Selye (1996)
dalam oleh Solehati dan Cecep (2015) yang menyatakan bahwa kecemasan
adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau
kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan
dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh, serta perilaku terganggu tetapi
masih dalam batas normal. Berdasarkan ketiga pengertian tersebut, bahwa
kecemasan adalah suatu respons emosional di mana seseorang merasa takut
pada suatu sumber ancaman yang belum jelas dan tidak teridentifikasi.
Sedangkan menurut Hawari (2013), kecemasan (ansietas/ anxiety)
adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/ RTA, masih
baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/
splitting of personality), prilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas
normal.
A.3.2 Teori Kecemasan
Konsep kecemasan ini berkembang dari zaman dahulu sampai sekarang.
Tiap-tiap model mengembangkan teori mengenai segi tertentu dari fenomena
kecemasan. Beberapa teori mengenai kecemasan menurut Kaplan dan Saddock
(1996) dalam Solehati dan Cecep (2015) , adalah sebagai berikut.
1. Teori Genetik
Pada sebagian manusia yang menunjukkan kecemasan, riwayat hidup,
dan riwayat keluarga merupakan predisposisi untuk berperilaku cemas.
Penelitian mengenai riwayat keluarga dari anak kembar menetukan, bahwa
faktor genetik ikur berperan dalam gangguan kecemasan.
2. Teori Katekolamin
Teori ini menyatakan, bahwa reaksi cemas berkaitan dengan
peningkatan kadar katekolamin yang beredar dalam tubuh.
3. Teori Psikoanalisa
Kecemasan berasal dari diri sendiri, ketakutan berpisah, kecemasan
kastrasi, dan ketakutan terhadap perasaan dosa yang menyiksa diri.
4. Teori Sosial
Kecemasan sebagai suatu respons terhadap sensor lingkungan, seperti
pengalaman-pengalaman hidup yang penuh dengan ketegangan dan
respons terhadap kehidupan hampa yang tidak berarti.
A.3.3 Tipe Kepribadian Pencemas
Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang
bersangkutan tidak mampu mengatasi stresor psikososial yang dihadapinya.
Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stresor psikososial, yang
bersngkutan menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan corak atau
tipe kepribadian pencemas, yaitu antara lain:
a. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang;
b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir);
c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung);
d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain;
e. Tidak mudah mengalah, suka “ ngotot”;
f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah;
g. Seringkali mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir
berlebihan terhadap penyakit;
h. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil
(dramatisasi);
i. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu;
j. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang;
k. Kalau sedang emosi seringkali bertindak histeris.
Orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak selamanya mengeluh
hal-hal yang sifatnya psikis tetapi sering juga disertai dengan keluhan-keluhan
fisik (somatik) dan juga tumpang tindih dengan ciri-ciri kepribadian depresif atau
dengan kata lain batasannya seringkali tidak jelas (Hawari, 2013).
A.3.4 Jenis Kecemasan
Menurut Kaplan dan Sadock (1997) dalam Susilowati (2012),
kecemasan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Kecemasan normal
Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan,
perubahan, pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba dan
penemuan identitasnya sendiri dan arti hidup.
2. Kecemasan patologi
Kecemasan patologi adalah respon yang tidak sesuai terhadap stimulus
yang diberikan berdasarkan pada intensitas dan durasinya.
A.3.5 Gejala Klinis Cemas
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami
gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut:
1. Cemas,khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung;
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah,mudah terkejut;
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang;
4. Gangguan pola tidur,mimpi-mimpi yang menegangkan;
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat;
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
oleh suami, dan depresi sebelumnya dari riwayat kesehatan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pendampingan suami pada proses persalinan ibu primigravida
kala I di Klinik Pratama Jannah Medan Tembung Tahun 2018
mayoritas pendampingan suaminya baik.
2. Tingkat kecemasan pada ibu bersalin kala I di Klinik Pratama
Jannah Medan Tembung Tahun 2018 mayoritas kecemasan
ringan.
3. Terdapat pengaruh pendampingan suami terhadap pengurangan
rasa cemas pada proses persalinan ibu primigravida kala I di Klinik
Pratama Jannah Medan Tembung Tahun 2018 dengan nilai
p<0,05.
B. SARAN
1. Disarankan kepada Institusi pendidikan agar lebih memperbanyak
sumber-sumber pustaka khususnya buku tentang kecemasan ibu
bersalin dan kepada peneliti selanjutnya agar dapat
mengembangkan penelitian ini bukan hanya mengukur
pendampingan suami, namun juga bisa pendampingan keluarga.
Selain itu, untuk waktu penelitiannya juga bisa diperpanjang, serta
jumlah sampel yang lebih diperbanyak. Agar penelitian yang
dihasilkan lebih akurat dan lebih baik lagi.
2. Disarankan kepada pelayanan kesehatan dapat memfasilitasi
pendampingan suami dan keluarga pada saat proses persalinan
kala I dan lebih memperhatikan kecemasan ibu bersalin kala I.
Dengan memberikan bantuan dan dukungan pada ibu agar
seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman
baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adelina, E. 2014. Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Persalinan Di Puskesmas Turi Sleman. Skripsi. Program Studi Ners STIKES Alma Ata. Yogyakarta (diunduh 07 November 2017).
Hawari, D. 2013. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Jannah, N. 2017. Askeb II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta: EGC.
Kartikasari, E, dkk. 2015. Hubungan Pendampingan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida dalam Menghadapi Proses Persalinan. Jurnal Keperawatan 11(2): 250-257 (diunduh 06 November 2017).
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2014.http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2014/02_Sumut_2014.pdf#page=7&zoom=auto,-104,755 (diunduh 28 November 2017).
. 2017. www.pusdatin.kemkes.go.id (diunduh 31 Januari 2018).
Marmi. 2016. Intranatal Care Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Maryunani, A. 2015. Nyeri Dalam Persalinan, Teknik dan Cara Penanganannya. Jakarta: TIM.
Murray, M.L, dan Gayle. 2013. Persalinan dan Melahirkan. Jakarta: EGC.
Nelisa, T.F, dan Anggorowati. 2014. Hubungan Pendampingan Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Pada Fase Aktif Kala I Proses Persalinan Normal Di Ruang Bersalin RSUD Kendal. Jurnal Keperawatan Maternitas 2(1): 1-6.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prasetyani, I. 2016. Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Bangsal Melati RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Skripsi. Program S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada (STIKESKH). Surakarta (diunduh 06 November 2017).
Primasnia, P, dkk. 2013. Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I di Rumah Bersalin Wilayah Kota Ungaran. Jurnal Keperawatan (diunduh 06 November 2017).
Rukiah, A.Y, dkk. 2013a. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: TIM.
. 2013b. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta: TIM.
Sitepu, S. 2016. Hubungan Dukungan Suamidengan Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin Kala I Primigravida DI Klinik Pratama Niar Marendal II Medan. Jurnal Kebidanan 9(1) (diunduh 13 Desember 2017).
Solehati, T dan Cecep. 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan Maternitas. Bandung: Rafika Aditama.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Susilowati, Dewi. 2012. Pengaruh Dukungan Keluarga dan Paritas Terhadap Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Dalam Menghadapi Persalinan Di RB Harapan Bunda. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Walyani, E.S. 2015. Perawatan Kehamilan dan Menyusui Anak Pertama Agar Bayi Lahir dan Tumbuh Sehat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
WHO. 2015. Angka Kematian Ibu di Dunia dan di Indonesia.http://scholar.unand.ac.id/12059/2/Pendahuluan.pdf.2015 (diunduh 23 November 2017).
Widiarini, A dan Adinda. 2017. Penyebab Tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia. https://www.viva.co.id (diunduh 07 Desember 2017).
Wijaya, R. 2014. Perbedaan Kejadian Kecemasan Siswa Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler Di SMAN 1 Padang. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang (diunduh 17 Februari 2018).
Yanti. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka