1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi. Menurut Basha (2009, h.1) hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Sedangkan menurut Sustrani, dkk (2009, h.12) hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Sustrani, dkk (2009, h.12) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa disertai
112
Embed
Skripsi : Pengaruh Pemberian Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka
kesakitan yang tinggi. Menurut Basha (2009, h.1) hipertensi adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka
kematian atau mortalitas. Sedangkan menurut Sustrani, dkk (2009, h.12)
hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Sustrani, dkk (2009, h.12) mengatakan hipertensi sering kali disebut
sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk yang mematikan
tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya. Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120–140
mmHg tekanan sistolik dan 80 – 90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang
dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140/90 mmHg.
Tekanan darah yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko untuk stroke,
serangan jantung, gagal jantung, aneurisma arterial, dan merupakan penyebab
utama gagal jantung kronis (Tekanan Darah Tinggi 2009). Dengan demikian
2
hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yaitu > 140/90 mmHg.
Penelitian yang dilakukan oleh National Health and Nutrition
Examination Surveys (NHANES 2005-2006) di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa sekitar 28,4% dari populasi orang dewasa menderita
hipertensi dan prevalensi ini meningkat tajam dengan bertambahnya usia
(Field 2008). Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Survey Kesehatan
Rumah Tangga / SKRT (2004), pada orang yang berusia 25 tahun ke atas
menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi
(Akhmad 2010). Dengan demikian, penelitian yang dilakukan oleh NHANES
(2005-2006) menunjukan adanya hubungan yang berarti antara prevalensi
hipertensi dengan bertambahnya usia dibuktikan dengan jumlah prevalensi
hipertensi yang selalu meningkat dengan bertambahnya usia, ini disebabkan
karena semakin bertambahnya usia akan menyebabkan penurunan elastisitas
dari pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan darah menjadi meningkat.
Sedangkan menurut SKRT (2004) menunjukan adanya hubungan yang berarti
antara prevalensi hipertensi dengan jenis kelamin, ini disebabkan karena
wanita lebih mudah mengalami stress dari pada laki-laki yang akan
menyebabkan tekanan darah menjadi meningkat.
Selain data diatas, Riset Kesehatan Dasar Nasional (2007) yang di
lakukan oleh Departemen Kesehatan RI menunjukan prevalensi Nasional
Hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun adalah sebesar 29,8% (Soendoro
2007). Penderita hipertensi di Propinsi Jawa Tengah menduduki peringkat
3
ketiga setelah Propinsi Riau dan Propinsi Bangka Belitung. Berdasarkan data
program pengamatan dan pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) di
Kabupaten Cilacap tahun 2008, hipertensi menduduki peringkat pertama pada
urutan jumlah kasus penyakit tidak menular yaitu sebesar 28.874. Sedangkan
kasus penyakit hipertensi berdasarkan golongan umur di Kabupaten Cilacap
tahun 2008 pada lansia yang berumur 45-64 tahun sebesar 15.387. Dan pada
umur > 65 tahun, sebesar 7.369 lansia menderita hipertensi. Menurut Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas/SIMPUS (2010) data hipertensi di Wilayah
Cilacap Tengah selama 2 bulan terakhir yaitu 543 orang, yang tersebar di
lima kelurahan. Kelurahan dengan jumlah hipertensi tertinggi yaitu kelurahan
Sidanegara dengan jumlah penderita 188 orang.
Penyebab penyakit hipertensi secara umum diantaranya aterosklerosis
(penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh
darah), keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke jantung,
penyakit ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem saraf simpatis, obesitas, tekanan
psikologis, stres, dan ketegangan bisa menyebabkan hipertensi
(Marzuky 2009).
Akibat tekanan darah tinggi yang berlanjut dan tidak tertangani secara
tepat, mengakibatkan jantung bekerja lebih keras, hingga otot jantung
membesar. Kerja jantung yang meningkat menyebabkan pembesaran yang
dapat berlanjut menjadi gagal jantung (heart failure). Selain itu, tekanan
darah tinggi juga berpengaruh terhadap pembuluh darah koroner di jantung
berupa terbentuknya plak (timbunan) aterosklerosis yang dapat
4
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah dan menghasilkan serangan
jantung (heart attack) (Merdikoputro 2008). Untuk mencegah agar hipertensi
tidak menyebabkan komplikasi lebih lanjut maka diperlukan penanganan
yang tepat dan efisien. Menurut Marlia (2010) penanganan hipertensi secara
umum yaitu secara farmakologis dan nonfarmakologis.
Penanganan secara farmakologis terdiri atas pemberian obat yang bersifat
diuretik, simpatetik, betabloker, dan vasodilator dengan memperhatikan
tempat, mekanisme kerja dan tingkat kepatuhan. Penanganan secara
farmakologis dianggap mahal oleh masyarakat, selain itu penanganan
farmakologis juga mempunyai efek samping. Efek samping tersebut
bermacam-macam tergantung dari obat yang digunakan. Sebagai contohnya,
seperti yang telah disebutkan oleh Lyrawati (2008) bahwa efek samping dari
obat Calcium Channel Blocker (CCB) yaitu kemerahan pada wajah, pusing
dan pembengkakan pergelangan kaki karena efek vasodilatasi CCB
dihidropiridin, nyeri abdomen dan mual karena terpengaruh oleh influks ion
kalsium, oleh karena itu CCB sering mengakibatkan gangguan gastro‐intestinal yaitu konstipasi.
Penanganan non-farmakologis yaitu meliputi penurunan berat badan,
olah raga secara teratur, diet rendah lemak & garam, dan terapi komplementer
(Marlia 2009). Penanganan secara non-farmakologis sangat diminati oleh
masyarakat karena sangat mudah untuk dipraktekan dan tidak mengeluarkan
biaya yang terlalu banyak. Selain itu, penanganan non-farmakologis juga
tidak memiliki efek samping yang berbahaya tidak seperti penanganan
5
farmakologis. Sehingga masyarakat lebih menyukai penanganan secara non-
farmakologis dari pada secara farmakologis (Marlia 2009).
Salah satu dari penanganan non farmakologis dalam menyembuhkan
penyakit hipertensi yaitu terapi komplementer. Terapi komplementer bersifat
terapi pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi
Seledri atau celery ( Apium graveolens ) merupakan salah satu dari jenis
terapi herbal untuk menangani penyakit hipertensi. Masyarakat Cina
tradisional sudah lama menggunakan seledri untuk menurunkan tekanan
darah. Seledri mengandung apigenin yang sangat bermanfaat untuk
mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Selain itu,
seledri juga mengandung pthalides dan magnesium yang baik untuk
membantu melemaskan otot-otot sekitar pembuluh darah arteri dan
membantu menormalkan penyempitan pembuluh darah arteri. Pthalides
6
dapat mereduksi hormon stres yang dapat meningkatkan darah dikutip dari
Afifah (2009).
Selain mengandung apigenin dan pthalides seledri juga mengandung gizi
yang tinggi, vitamin A,B1, B2, B6 dan juga vitamin C. Seledri juga kaya
pasokan kalium, asam folic, kalsium, magnesium, zat besi, fosfor, sodium dan
banyak mengandung asam amino esensial. Pada pasokan kalium sangat
bermanfaat untuk terapi darah tinggi. Pada 100 g seledri terkandung 344 mg
kalium dan 125 mg natrium. Konsumsi makanan dengan perbandingan
kalium dan natrium yang mencapai 3:1, sangat baik bagi penderita darah
tinggi. Pada seledri perbandingan tersebut mencapai 2,75:1 sudah sangat
mendekati rasio ideal untuk pencegahan Hipertensi dikutip dari Afifah
(2009). Seledri juga sangat mudah dicari, harganya juga sangat terjangkau
oleh masyarakat. Selain itu slederi juga tidak memiliki efek samping yang
berbahaya. Oleh karena itu seledri sangat baik sebagai terapi pengobatan
hipertensi.
Untuk pengobatan hipertensi caranya dengan mengambil 16 tangkai.
Semuanya dicuci dan direbus dengan air bersih sebanyak 2 gelas minum atau
setara dengan 400 ml. Kemudian rebus hingga ¾ bagiannya atau setara
dengan 300 ml. Hasil rebusan tersebut diminum untuk satu hari, masing-
masing ½ bagiannya menurut Muhammadan (2009, h. 173). Selain itu seledri
juga dapat dibuat menjadi jus seledri. Caranya campurkan 250 g seledri segar
dengan 2 buah apel hijau segar. Sebelum dijus seledri rebus terlebih dahulu
7
lalu campur dengan apel lalu blender hingga halus. Minum dua hari sekali
untuk penderita Hipertensi dikutip dari Afifah (2009).
Studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada. tanggal 14 April 2010,
didapatkan data bahwa dari 188 orang di Kelurahan Sidanegara Cilacap
Tengah menderita hipertensi ringan sampai berat. Pada tanggal 27 April
2010, peneliti melakukan studi pendahuluan kembali melibatkan 10 orang
yang menderita hipertensi di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah yang
mengalami hipertensi sejak 2 bulan yang lalu. Selama ini usaha yang mereka
lakukan untuk mengatasi hipertensi pada kasus hipertensi ringan sampai berat
adalah dengan mengurangi asupan garam dan menghindari makanan tinggi
kolesterol. Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah terhadap 10 orang
tersebut, ternyata 8 dari 10 orang masih mengalami hipertensi. Jadi usaha
yang mereka lakukan belum begitu efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Peneliti juga menanyakan tentang terapi seledri untuk hipertensi kepada 10
orang tersebut. Hasilnya dari 10 orang tersebut semuanya belum pernah
mendapatkan terapi seledri.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh seledri terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah tahun 2010.
8
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini peneliti
membuat rumusan masalah sebagai berikut “Apakah pemberian rebusan
seledri berpengaruh terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di
Kelurahan Sidanegara Kecamatan Cilacap Tengah Tahun 2010?”.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh seledri
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Kelurahan
Sidanegara Cilacap Tengah tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi di Kelurahan
Sidanegara Cilacap Tengah tahun 2010.
b. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah sebelum diberikan seledri
di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah tahun 2010.
c. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah sesudah diberikan seledri di
Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah tahun 2010.
d. Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
diberikan seledri di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah tahun 2010.
9
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pustaka mengenai
pengaruh seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam pengalaman
peneliti tentang riset keperawatan serta pengembangan wawasan
tentang pengobatan tradisional dengan mengkonsumsi rebusan seledri.
b. Bagi penderita
Hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih
pengobatan alternatif yang tepat dan praktis dalam menurunkan tekanan
darah yaitu dengan mengkonsumsi rebusan seledri.
c. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat merangsang penelitian tentang
pengobatan alternatif untuk penurunan tekanan darah yang lebih efektif
diberikan kepada penderita Hipertensi.
d. Bagi Masyarakat di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan salah satu alternatif
pengobatan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
Hipertensi.
10
E. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian mengenai pengaruh terapi seledri terhadap hipertensi
belum begitu banyak dilakukan. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Rohaendi, 2008, tentang Pengaruh pemberian teh rosella dan obat terhadap
tekanan darah pasien hipertensi primer di Panti Jompo Welas Asih Kota
Tasikmalaya dan Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya. penelitian ini
menggunakan metode experiment dengan control Group Pretest-postest,
Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan efektifitas teh rosella dan
obat terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Panti Jompo Welas Asih
Kota Tasikmalaya dan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya.
Sampel penelitian ini berjumlah 40 orang responden, terdiri dari 20
responden yang diberikan teh rosella dan 20 orang responden yang minum
obat actrapin 5 mg sehari sekali selama tujuh hari. Pengambilan sampel
dengan cara total sampling untuk responden di panti dan conventiente
sampling untuk pasien rumah sakit. Pengujian efektifitas sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi dengan uji paired-Sample T test, sedangkan
untuk menguji adanya perbedaan efektifitas diantara dua kelompok
menggunakan uji independent Sample T test dan untuk menguji efektifitas
pemberian intervensi setelah dikontrol oleh jenis kelamin, umur, dan Indek
Massa Tubuh menggunakan uji Manova. Hasil penelitian menunjukkan
jenis kelamin paling banyak perempuan, rerata umur responden 60 tahun
dan rerata Indek Masa Tubuh 27,25. Hasil penelitian menunjukan adanya
11
perbedaan tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah intervensi
pada kedua kelompok (p=0,000). Teh rosella dan obat sama efektifnya
dalam menurunkan tekanan darah pada kedua kelompok (p= 0,057 dan
0,242). Jenis kelamin, umur, dan IMT tidak mempengaruhi penurunan
tekanan darah sistolik dan diatolik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
secara signifikan teh rosella dan obat dapat menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi. Rekomendasi dari penelitian
ini adalah perlu adanya penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang
sebih besar, uji kandungan rosella, dan pengukuran secara serial.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah terletak pada
variable bebas, desain, rancangan dan tempat penelitian. Pada penelitian
ini variable bebasnya adalah terapi seledri. Penelitian ini menggunakan
desain Quasi Experiment dengan rancangan yang akan digunakan adalah
rancangan One Group Pretest – Postest Design. Penelitian ini dilakukan di
Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan tentang hipertensi, pengobatan hipertensi
keperawatan holistik, terapi komplementer, seledri sebagai terapi herbal, seledri
dalam hubungannya dengan penurunan tekanan darah dan kerangka teori
penelitian. Penjelasan tentang hipertensi diperlukan untuk menentukan jenis dan
klasifikasi penderita dalam penelitian. Disamping itu klasifikasi tekanan darah
digunakan sebagai standar pengaruh seledri terhadap tekanan darah penderita
hipertensi. Keperawatan holistik diperlukan untuk menjelaskan bahwa dalam
keperawatan penderita merupakan kesatuan yang utuh antara fisik, psikologi,
sosial, ekonomi, spiritual dan budaya. Menurut keperawatan holistik perawat
harus memandang pasien sebagai orang yang memiliki penyakit tertentu.
Penjelasan tentang terapi komplementer dan terapi herbal sudah sangat luas dalam
menangani penyakit tertentu. Demikian pula seledri yaitu bertujuan untuk
menjelaskan bahwa salah satu terapi herbal yang dipergunakan dimasyarakat
adalah seledri.
A. HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systolik dan diastolik
mengalami kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan systole di atas
140mmHg, diastole di atas 90mmHg). Harga normal tekanan darah
(WHO) 120/80mmHg - 140/90mmHg (Arita, 2008, h. 73).
13
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan
tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah
salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan
aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis
(Tekanan Darah Tinggi 2009).
2. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu : (Gunawan, 2001 )
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi
14
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis
kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit
hitam lebih banyak dari kulit putih ).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ),
kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alkohol, minum obat-obatan
(ephedrine, prednison, epineprin).
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1) Penyakit Ginjal
a) Stenosis arteri renalis
b) Pielonefritis
c) Glomerulonefritis
d) Tumor-tumor ginjal
e) Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
15
2) Kelainan Hormonal
a) Hiperaldosteronisme
b) Sindroma Cushing
c) Feokromositoma
3) Obat-obatan
a) Pil KB
b) Kortikosteroid
c) Siklosporin
d) Eritropoietin
e) Kokain
f) Penyalahgunaan alkohol
g) Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4) Penyebab Lainnya
a) Koartasio aorta
b) Preeklamsi pada kehamilan
c) Porfiria intermiten akut
d) Keracunan timbal akut.
(Tekanan Darah Tinggi 2009).
3. Patofisiologis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
16
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas (Tekanan Darah Tinggi 2009).
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler (Tekanan Darah Tinggi 2009).
17
4. Tanda dan Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
a. sakit kepala
b. kelelahan
c. mual
d. muntah
e. sesak nafas
f. gelisah
g. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera (Tekanan
Darah Tinggi 2009).
18
5. Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa (Tekanan Darah Tinggi
2009) yang dapat dilihat pada Tabel 2.1:
Tabel 2.1Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
(Tekanan Darah Tinggi 2009)
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
KategoriTekanan Darah
SistolikTekanan Darah
Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan
tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia
80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian
telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus
dianggap sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan.
19
b. Klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut WHO (dikutip dari
Elisa, dkk 2009 ) yang dapat dilihat dalam tabel 2.2:
Tabel 2.2Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah Menurut WHO
(Elisa, dkk 2009)
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal <120 < 80
Normal <130 < 85
Normal-tinggi 130 - 139 85 - 89
Hipertensi Stage 1 (mild)
140 - 159 90 - 99
Hipertensi Stage 2 (moderate)
160 - 179 100 - 109
Hipertensi Stage 3 (severe)
≥ 180 ≥ 110
c. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa > 18 tahun menurut Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure / JNC VI (dikutip dalam Rohaendi,
2008, h.14), dapat dilihat pada tabel 2.3:
Tabel 2.3Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa > 18 tahun Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure / JNC VI (Rohaendi, 2008, h.14)
d. Sedangkan klasifikasi tekanan darah tinggi menurut Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure / JNC VII tahun 2003 (dikutip dalam Rohaendi,
2008, h.14) pada orang berusia 18 tahun ke atas yang dapat dilihat
pada Tabel 2.4:
Tabel 2.4Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa > 18 tahun Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure / JNC VII (Rohaendi, 2008, h.14)
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal ≥120 < 80
Prehypertension 120 - 139 85 - 89
Derajat 1 140 - 159 90 - 99
Derajat 2 ≥ 160 100
Hipertensi Sistolik Terisolasi
≥ 140 < 90
6. Penegakan Diagnosa Hipertensi
Menurut Muhammadan, 2010, (h. 104 - 105) tekanan darah diukur
setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit. Angka 140/90
21
mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak
dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran. Jika pada
pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah
diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari
berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan
hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan
untuk menggolongkan beratnya hipertensi. Setelah diagnosis ditegakkan,
dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama, terutama pembuluh darah,
jantung, otak dan ginjal.
7. Komplikasi
a. Komplikasi menurut Murwani, 2008, (h. 76)
1) Pada jantung : pembesaran ventrikel kiri dengan atau tanpa payah
jantung, infark jantung, penyakit jantung koroner
2) Pada otak : stroke, enchepalitis
3) Pada ginjal : hematuri, kencing sedikit
4) Pada mata : retinopati hipertensi
b. Penyakit penyerta menurut Dalimarta (2000)
1) Kencing manis (diabetes mellitus)
2) Resistensi Insulin (R-I)
3) Hiperfungsi kelenjar tiroid (hipertiroid)
4) Rematik
5) Asam urat (gout)
6) Kadar lemak darah tinggi (hiperlipidenia)
22
8. Penanganan
Penanganan hipertensi menurut Lenny (2008), secara garis besar
dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Penanganan dengan obat-obatan (farmakologi):
Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk
pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter. Berikut
merupakan macam-macam obat antihipertensi (Lenny 2008):
1) Diuretik: obat-obatan jenis diuretik bekerja ddengan cara
mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume
ciran di tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh obatnya adalah Hidroklorotiazid.
2) Penghambat Simpatetik: Golongan obat ini bekerja dengan
menghambat aktifitas saraf simpatis. Contoh obatnya adalah
Metildopa, Klonidin, dan Reseprin.
3) Betabloker : mekanisme kerja obat ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada
penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan
seperti asma brokial. Contoh obatnya adalah : Metopolol,
Propanolol, dan Atenolol. Pada penderita Diabetes meliitus harus
hati-hati , karena dapat menutupi gejala hipoglikemia yaiu kondisi
dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang
bias berakibat bahaya bagi penderitanya. Pada orang tua terdapat
23
gejala Bronkospasme atau penyempitan saluran pencernafasan
sehingga pemberian obat harus hati-hati.
4) Vasodilator: Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh
darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang
termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini
adalah : sakit kepala dan pusing.
5) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin: Cara kerja obat
golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II
yaitu zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah .
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek
samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas
6) Antagonis kalsium : Golongan obat ini menurunkan daya pompa
jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung atau
kontraktilitas. Yang termasuk golongan obat ini adalah:
Nifedipin, Diltiasem, dan Verapamil. Efek samping yang mungkin
timbul adalah : sembelit pusing, sakit kepala dan muntah.
7) Penghambat Reseptor Angiotensin II: cara kerja obat ini adalah
dengan menghalangi penempelan zat Angiostensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan
24
(Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
b. Penanganan non obat (non farmakologis), diantaranya adalah:
1) Diet rendah garam atau kolesterol atau lemak jenuh.
2) Menurangi berat badan agar mengurangi beban kerja jantung
sehingga kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga
berkurang. Menurut Mansjoer (2000, h. 98), menurunkan berat
badan bila terdapat kelebihan (indeks masa tubuh > 27).
3) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
4) Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi,
yoga atau hypnosis dapat mengontrol system saraf yang akhirnya
dapat menurunkan tekanan darah.
5) Melakukan olahraga seperti senam aerobic atau jalan cepat
selama 30-45 menit sebayak 3-4 kali seminggu. Olahraga,
terutama bila disertai penurunan berat badan. Olahraga
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL), yang dapat
mengurangi hipertensi yang terkait aterosklerosis.
6) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol. Berhenti
merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah
ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
7) Terapi komplementer juga termasuk penanganan secara non
farmakologis, bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya
25
menurut Sustrani, dkk (2005, h. 74-105) adalah dengan terapi
mg, kalium 400 mg, magnesium 85 mg, vitamin A 130 IU, vitamin K 15
mg, vitamin C 15 mg, riboflavin 0,05 mg, tiamin 0,03 mg dan nikotinamid
0,4 mg. Akar mengandung asparagin, manit, zat pati, lendir, minyak asiri,
pentosan, glutamin dan tirosin. Biji mengandung apiin, minyak menguap,
apigenin dan alkaloid. Apigenin berkhasiat hipotensif (Dalimartha, 2005).
D. SELEDRI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENURUNAN
TEKANAN DARAH
Unsur – unsur yang terdapat dalam seledri yang dapat menurunkan tekanan
darah adalah flavanoid, apigenin, vitamin C, fitosterol dan vitamin K yang
dapat berperan dalam metabolisme gula (mengatur kadar gula darah),
metabolisme lemak, efek diuretik dan mempertahankan elastisitas pembuluh
darah. Dengan demikian seledri meiliki peranan mekanisme penurunan
takanan darah.
Kandungan seledri yang dapat menurunkan tekanan darah antara lain :
1. Flavanoid : flavanoid dapat menghalau penyakit
degeneratif. Flavanoid dapat bertindak sebagai quencer atau penstabil
32
oksigen singlet. Salah satu flavonoid yang berkhasiat seperti itu adalah
quercetin. Senyawa ini beraktivitas sebagai antioksidan dengan
melepaskan atau menyumbangkan ion hidrogen kepada radikal bebas
peroksi agar menjadi lebih stabil. Aktivitas tersebut menghalangi reaksi
oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah mengental,
sehingga mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah
(Jupiter 2008).
2. Apigenin : apigenin yang terdapat di seledri sangat bermanfaat untuk
mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi (Seledri
Penyedap yang Berkhasiat 2010).
3. Vitamin C : vitamin C dapat memperkuat otot jantung, vitamin C berperan
penting melalui proses metabolisme kolesterol, karena dalam proses
metabolisme kolesterol vitamin C dapat meningkat laju kolesterol yang
dibuang dalam bentuk asam empedu dan mengatur metabolisme
kolesterol. Vitamin C juga dapat meningkatkan kadar HDL dan berfungsi
sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan pembuangan kotoran
(Kusuma 2010).
4. Fitosterol : adalah sterol yang terdapat dalam tanaman dan mempunyai
struktur mirip kolesterol. Secara alami fitosterol dapat ditemukan di dalam
sayuran, kacang-kacangan, gandum. Fitosterol dapat membantu
menurunkan kadar kolesterol dengan cara menghambat penyerapan
kolesterol di usus sehingga membantu menurunkan jumlah kolesterol yang
33
memasuki aliran darah. Sehingga fitosterol dapat membantu untuk
menurunkan tekanan darah dikutip dari (Grandfa 2007).
5. Vitamin K berfungsi membantu proses pembekuan darah. Vitamin K
berpotensi mencegah penyakit serius seperti penyakit jantung dan stroke
karena efeknya mengurangi pengerasan pembuluh darah oleh faktor-faktor
seperti timbunan plak kalsium (Astawan 2010).
6. Apiin : Apiin bersifat diuretic yaitu membantu ginjal mengeluarkan
kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya
cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah (Masteryen 2009).
34
Pemberian Rebusan Seledri
Tekanan darahSistolikDiastolik
Faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan tekanan darah secara farmakologis antara lain : Diuretik, Beta Blockers, Calcium Chanel Blokers, Angiotensin II, Alpha Blokers, Clonidin dan Vasodilator.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan tekanan darah secara non farmakologis antara lain : diet rendah garam, berhenti merokok dan alkohol, latian fisik secara teratur, menghindari stress, memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat, terapi komplementer (terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi, meditasi, akupuntur, akupresur, homeopati, aromaterapi, terapi black flower remedy, refleksiologi).
35
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
: Area yang diteliti
: Area yang tidak diteliti (dikontrol saat pengambilan sampel)
36
B. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini :
Ho : Tidak ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan
rebusan seledri pada pasien hipertensi
Ha : Ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan
rebusan seledri pada pasien hipertensi
C. IDENTIFIKASI VARIABEL, DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA
PENGUKURAN
Tabel 3.1 Identifikasi Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
No VariabelDefinisi
operasionalCara ukur Hasil ukur Skala
1. Bebas: Pemberian rebusan seledri
Pemberian rebusan seledri pada pasien penderita hipertensi di Kelurahan Sidanegara Cilacap Tengah yang mengalami hipertensi. Cara penyajian: sediakan seledri sebanyak 16 tangkai lalu dicuci bersih. Rebus seledri tersebut dengan 400 ml air hingga menjadi 300 ml. lalu diminum pagi dan sore masing-
Diukur dengan cara memberikan rebusan seledri pada penderita hipertensi yang dijadikan sebagai responden dan telah diperiksa tekanan darahnya. Kemudian diperoleh juga dari hasil cheklist yang diisi oleh keluarga yang telah peneliti berikan sebelum dan sesudah pemberian rebusan seledri.
Hasil ukur dibagi menjadi 2 kategori yaitu 1. Diminum bila dalam setiap hari penderita mengkonsumsi rebusan seledri minimal 1 gelas per hari selama 1 minggu.2. Tidak diminum bila dalam setiap hari penderita mengkonsumsi rebusan
Nominal
37
masing 150 ml. Diminum selama 7 hari secara teratur.
seledri kurang dari 1 gelas per hari atau tidak minum selama 1 minggu.
2 Terikat: Tekanan Darah
Tekanan pada pembuluh arteri darah ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh manusia. Terdapat dua tekanan darah yaitu, sistole (tekanan atas), normalnya 120 mmHg dan diastole (tekanan bawah) normalnya 80 mmHg.
Diukur dengan cara mengukur tekanan darah menggunakan spygnomanome-ter air raksa dan stetoskop dengan posisi berbaring (supine) setelah 1 minggu pemberian rebusan seledri. Kemudian hasil pengukuran tekanan darah dicatat dan dimasukan kedalam hasil ukur
Sesuai dengan hasil pengukuran tekanan darah- Systolik- Diastolik
Rasio
38
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment dengan rancangan
yang digunakan adalah rancangan One Group Pretest – Postest Design tanpa
adanya kelompok kontrol tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pretest)
yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan – perubahan yang
terjadi setelah adanya eksperimen (postest), (Notoatmodjo, 2002, h. 164).
Desain Quasi Eksperimen merupakan desain yang tidak mempunyai
pembatasan yang ketat pada randomisasi dan pada saat yang sama dapat