SKRIPSI PENGARUH KESEJAHTERAAN TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMPN 19 BANDAR LAMPUNG Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Disusun oleh : Peacia Arum Maulidya (11160182000011) JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020
93
Embed
SKRIPSI PENGARUH KESEJAHTERAAN TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53138... · 2020. 10. 22. · v ABSTRAK Peacia Arum Maulidya (11160182000011),
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SKRIPSI
PENGARUH KESEJAHTERAAN TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU
DI SMPN 19 BANDAR LAMPUNG
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh :
Peacia Arum Maulidya (11160182000011)
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
i
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Peacia Arum Maulidya (11160182000011), Pengaruh Kesejahteraan
terhadap Disiplin Kerja Guru di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Skripsi
Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesejahteraan
terhadap disiplin kerja guru di SMPN 19 Bandar Lampung. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak
55 guru. Teknik pengumpulan data utama menggunakan angket yang disebar ke
seluruh guru dengan menggunakan bentuk pilihan skor skala likert yaitu 4
alternatif jawaban. Sedangkan studi dokumen dan wawancara hanya sebagai
teknik pelengkap dalam mengumpulkan data.
Berdasarkan pengolahan data hasil perhitungan program SPSS, pengujian
statistik uji T, menghasilkan bahwa terdapat nilai dari thitung (4,134) > ttabel
(2,00575) maka H0 ditolak, dan menurut nilai dari signifikansi sebesar 0,000 < α
(0,05) maka H0 ditolak Ha diterima. Sehingga terdapat pengaruh yang antara
kesejahteraan terhadap disiplin kerja guru di SMPN 19 Bandar Lampung. Pada
perhitungan koefisien determinasi diketahui pengaruh kesejahteraan dengan
disiplin kerja guru sebesar 24,4%. Sedangkan sisasnya 75,6% dipengaruhi faktor
lain yang tidak diteliti.
Dengan hasil perhitungan tersebut maka terdapat pengaruh positif antara
kesejahteraan dengan disiplin kerja di SMPN 19 Bandar Lampung
Kata Kunci: Kesejahteraan, Disiplin Kerja Guru.
vi
ABSTRACT
Peacia Arum Maulidya (11160182000011), The Effect of Welfare on
Teacher Work Discipline at SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Undergraduate
Thesis Program (S-1), Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2020.
This study aims to determine the effect of welfare on teacher work
discipline at SMPN 19 Bandar Lampung. This research uses quantitative
methods. This study used a sample of 55 teachers. The main data collection
technique used a questionnaire that was distributed to all teachers using the
Likert scale score choice form, namely 4 alternative answers. Meanwhile,
document studies and interviews are only complementary techniques in collecting
data.
Based on the data processing of the results of the calculation of the SPSS
program, statistical testing of the T test, results that there is a value of tcount
(4.134) > ttable (2.00575), then H0 is rejected, and according to the value of
significance of 0.000 < α (0.05) then H0 is rejected Ha accepted. So that there is a
significant influence between welfare on teacher work discipline at SMPN 19
Bandar Lampung. In the calculation of the coefficient of determination, it is
known that the influence of welfare with teacher work discipline is 24.4%. While
the remaining 75.6% is influenced by other factors not examined.
With the results of these calculations, there is a positive influence between
welfare and work discipline at SMPN 19 Bandar Lampung
Keywords: Welfare, Teacher Work Discipline.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala
Rahmat dan Karunia dan Anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai syarat dalam mendapatkan gelar
sarjana pendidikan. Shalawat serta salam tercurahkan kepada baginda Rasul
Muhammad saw beserta keluarga dan sahabatnya.
Penulis skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana pendidikan (S.Pd) pada jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi
“Pengaruh Kesejahteraan terhadap Disiplin Kerja Guru di SMPN 19 Bandar
Lampung”.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan
terlaksana dengan baik tanpa ada bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Armany Lubis, MA sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Sururin, M. Ag sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Muarif SAM, M.Pd sebagai ketua jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hodayatullah Jakarta.
4. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd. selaku Dosen pembimbing I, yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu,
membimbing, mengarahkan, memotivasi penulis dengan penuh kesabaran
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. Zahruddin, Lc, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membantu,
viii
membimbing, mengaahkan dengan penuh kesabaran sehingga penulis
Kesejahteraan dalam artian yang sangat luas meliputi beragam tindakan
yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik.
Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan
fisik belaka, tetapi juga ikut memerhatikan aspek sosial, mental, dan segi
kehidupan spiritual. Kesejahteraan sebagai suatu keadaan di mana tercipta
tatanan atau tata kehidupan yang baik (memadai) dalam masyarakat dan bukan
sekadar kemakmuran pada kehidupan materiil, tetapi juga dalam kehidupan
spiritual masyarakat. Maka dari itu kesejahteraan seorang guru sangat perlu
diperhatikan, karena beban kerja guru yang tidak ringan, dimana harus
mendidik peserta didik ke arah yang lebih baik agar menjadi manusia yang
memiliki wawasan atau pengetahuan.
Akan tetapi masih banyak sekali guru yang belum sejahtera, masih banyak
guru yang mencari penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya. Sehingga hal tersebut merupakan pengaruh dari tidak fokusnya
guru dalam membimbing dan mendidik siswa di sekolah, bahkan guru menjadi
tidak disiplin dalam menjalani profesinya. Seperti yang dikutip dalam kabar
berita Okenews bahwa masih banyak penghasilan guru honorer yang jauh dari
kata layak, bahkan dibawah Upah Minimum Regional (UMR). Tentu dengan
penghasilan yang minim akan mempersulit kehidupan para guru honorer dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.4 Kemudian dalam kabar berita
lainnya disebutkan bahwa pendapatan guru yang minim masih jauh dari kata
sejahtera, mengakibatkan banyak guru yang memiliki pekerjaan tambahan
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga hal inilah yang
menyebabakan guru menjadi tidak fokus dalam pekerjaan utamanya sebagai
tenaga pendidik. Semua bisa menjadi terbengkalai dan mengakibatkan
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.5
4 Isty Maulidya, “Kemendikbud: pemda harusnya lebih berperan sejahterakan guru
honorer”, diakses dari https://nasional.okezone.com/read/2019/11/29/337/2136208/kemendikbud-
pemda-harusnya-lebih-berperan-sejahterakan-guru-honorer, pada tanggal 11 Februari 02:03 WIB. 5 Siti Yulianti, “Masih Rendahnya Kesejahteraan Guru di Indonesia”, diakses dari
kenaikan pangkat, pembebasan dari jabatan, pemberhentian
sementara, pemberhentian atas permintaan sendiri pmeberhentian
dengan hormat, pemberhentian tidak hormat. Pengenaan sanksi
korektif diterapkan dengan memperhatikan beberapa hal. Pertama,
guru yang dikenakan sanksi harus diberitahu kesalahan apa yang
telah dilakukan, kedua diberi kesempatan membela diri, ketiga
dalam hal pengenaan sanksi terberat, yaitu pemberhentian perlu
14
Ibid., h. 130
12
dijelaskan alasan mengapa organisasi terpaksa mengambil
keputusan tersebut.
c. Aspek disiplin kerja
Menurut Harahap terdapat beberapa aspek disiplin kerja yaitu
sebagai berikut: aspek pemahaman terhadap peraturan, aspek ketaatan
terhadap peraturan, aspek ketepatan waktu dalam pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan.
1) Aspek pemahaman terhadap peraturan
Seorang pegawai memperlihatkan disiplin kerjanya apabila
tindakannya memperlihatkan usaha untuk memahami secara baik
mengenai suatu peraturan. Jadi, seseorang dapat dikatakan memiliki
disiplin kerja yang baik jika ia mampu memahami secara baik
mengenai peraturan yang berlaku dalam organisasi.
2) Aspek ketaatan terhadap peraturan
Jika indvidu memiliki ketaatan terhadap peraturan yang berlaku
dalam organisasi dan tidak mempunyai catatan pelanggaran selama
bekerja maka dapat dikatakan indvidu tersebut memiliki disiplin kerja
yang baik.
3) Aspek ketepatan waktu dalam pelaksanaan dan penyelesaian
pekerjaan.
Indvidu dapat dikatakan memiliki disiplin kerja yang baik
apabila ia menghargai waktu sehingga dalam bekerja akan tepat
waktu, datang dan pulang tepat waktu, mengetahui kapan memulai
dan mengakhiri pekerjaan termasuk waktu isitirahat. 15
Kemudian menurut Tika Andriyani, dkk, “Aspek disiplin kerja
adalah (1) kehadiran ketempat kerja (2) tanggung jawab (3) semangat
15 Abdullah Khair Harahap, “Penerapan Tambahan Penghasilan Pegawai dalam
Meningkatkan Kinerja dan Disiplin Pegawai pada Badan Kepegawaian Provinsi Sumatera Utara”,
Tesis pada Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2011, h. 41
13
gairah (4) sanksi resmi terhadap pelanggaran dan hubungan
interpersonal”.16
Menurut Amriany dalam Aris aspek-aspek disiplin kerja terdiri dari
sebagai berikut:
1) Kehadiran
Sebagai guru akan dijadwalkan untuk bekerja atau menjalankan
tugasnya untuk hadir tepat pada waktunya.
2) Waktu kerja
Waktu kerja sebagai jangka waktu pada saat guru atau pekerja
harus hadir unruk memulai pekerjaan, waktu istirahat, dan pulang
kerja harus tepat pada waktunya.
3) Kepatuhan terhadap perintah
Patuh terhadap perintah oleh apa yang dikatakan atasan
4) Produktivitas kerja
Produktivitas kerja maksudnya mampu menghasilkan sesuatu
sesuai dengan waktu yang diharapkan.
5) Kepatuhan teradap peraturan
Patuh terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam organisasi
6) Pemakaian seragam
Setiap pekerja atau guru menerima seragam kerja untuk
digunakan mereka dalam bertugas, maka setiap guru wajib memakai
seragam kerja dan dipakai secara rapi.17
Menurut Eti Hadiati dalam jurnal pengaruh disiplin kerja terhadap
kinerja guru se-MTS Bandar lampung indikator disiplin kerja terdiri dari:
1) Patuh dan taat terhadap aturan tata tertib madrasah/sekolah
2) Bekerja sesuai prosedur/norma yang telah ditetapkan oleh
madrasah/sekolah
3) Tepat waktu sesuai jadwal yang disepakati dalam menjalankan tugas
4) Menghindari sanksi atau hukuman.18
16 Tika Andriyani, dkk, “Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja pada
Karyawan Bagian Iklan PT. X”, Psikologi, Gelombang 2, tahun akademik 2014-2015. h. 666 17 Aris Kamal Ashadi, “Pengaruh Motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja
karyawan bagian produksi I pada Perusahaan daerah air minum (PDAM) Tirta Moedal Kota
Semarang”, Skripsi pada UNNES, Semarang, 2011, h. 31
14
Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas kriteria yang
dipakai dalam disiplin kerja guru dalam penelitian ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga indikator disiplin kerja meliputi:
1) Disiplin waktu
Sebagai seorang tenaga pendidikan disiplin waktu merupakan
sorotan utama, karena waktu sekolah merupakan waktu terjadinya
proses belajar mengajar di sekolah yang akan mempengaruhi proses
belajar siswa. Dalam mengajar disiplin waktu sangat diperlukan,
disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu. Sebagai
seorang guru adalah teladan bagi siswa maka dari itu wajib
mencontohkan semangat menghargai waktu, agar siswa juga
mengikuti hal tersebut. Disiplin waktu diartikan sebagai sikap yang
meliputi ketaatan terhadap jam kerja, tepat waktu sesuai jadwal yang
telah disepakati dalam menjalankan tugas seperti kedatangan di
sekolah dan masuk keluar kelas pada saat jam mengajar.
2) Disiplin peraturan
Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan
penyuluhan bagi karyawan dalam menciptakan tata tertib yang baik
di organisasi. Dengan tata tertib yang baik, semangat kerja, moral
kerja, efisiensi dan efektivitas kerja guru akan meningkat.
Kedisiplinan suatu organisasi dikatakan baik, jika sebagian besar
pegawai mentaati peraturan yang ada. 19
Peraturan atau tata tertib
yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar tujuan suatu organisasi
dapat tercapai dengan baik. Jika guru dapat mematuhi peraturan-
peraturan yang telah dibuat maka akan mendukung untuk
tercapainya tujuan organisasi, dan sebaliknya jika guru tidak
mematuhi peraturan-peraturan organisasi maka tujuan organisasi
sulit dicapai. Disiplin peraturan yaitu patuh dan taat terhadap aturan
tata tertib madrasah/sekolah.
18 Eti Hadiati, “Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru di MTS Se-Bandar
Tujuan dan kemampuan mempengaruhi disiplin kerja guru.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas, dan ditetapkan secara
ideal. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan
kepada guru harus sesuai dengan kemampuan guru yang
bersangkutan, agar guru bekerja sungguh-sungguh dan disiplin
dalam menjalankan tugasnya. Dan sebaliknya jika pekerjaan
yang dibebankan itu di luar kemampuannya maka disiplin akan
rendah karena tidak sesuai dengan kemampuannya. Sebagai
contoh: seorang guru sarjana pendidikan matematika
ditugaskan untuk mengajar Bahasa Indonesia. Jelas guru yang
bersangkutan kurang berdisiplin dalam melakukan
pekerjaannya karena tidak sesuai dengan kemampuannya.
2) Teladan pemimpin
20
Mulyadi, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bogor: IN Media, 2016), h. 54-59
20
Teladan pemimpin menentukan disiplin kerja guru, karena
pimpinan dijadikan panutan oleh bawahannya. Pimpinan harus
memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil.
Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan
akan ikut baik. Namun sebaliknya jika pimpinan kurang
berdisiplin dalam menjalankan tugasnya maka bawahan akan
ikut kurang disiplin. Hal inilah yang mewajibkan pimpinan
untuk memiliki disiplin kerja yang baik agar para bawahannya
memiliki disiplin yang baik.
3) Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) mempengaruhi disiplin
kerja guru karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan
kecintaan guru terhadap pekerjaannya. Jika kecintaan guru
semakin baik terhadap pekerjaannya untuk mengajar dan
mendidik siswa maka disiplin kerja akan semakin baik.
Untuk mewujudkan disiplin kerja yang baik bagi guru
sekolah harus memberikan balas jasa yang baik agar guru
sejahtera mampu mememuhi kebutuhan hidupnya beserta
keluarganya sehingga tidak perlu mencari pekerjaan tambahan
yang justru akan membuatnya tidak fokus bekerja sebagai guru.
Disiplin kerja guru tidak mungkin baik jika balas jasa yang
mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Jadi, balas jasa berperan penting unuk mewujudkan disiplin
kerja guru. Artinya semakin baik balas jasa maka akan semakin
baik pula disiplin kerjanya. Begitupun sebaliknya jika balas
jasa kecil disiplin kerja guru menjadi rendah. Guru sulit untuk
berdisiplin baik jika kebutuhan primernya tidak terpenuhi
dengan baik.
4) Keadilan
21
Keadilan juga mempengaruhi disiplin kerja seorang guru,
karena hakikatnya manusia selalu merasa dirinya untuk
diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan dalam
pemberian balas jasa atau hukuman akan merangsang
terwujudnya disiplin kerja guru yang baik. Pemimpin yang baik
dalam memimpin selalu berusaha untuk bersikap adil terhadap
bawahannya. Dengan keadilan yang baik akan mewujudkan
disiplin kerja yang baik pula.
5) Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan yang paling
efektif untuk mewujudkan disiplin kerja guru. Dengan
pengawasan ketat berarti pimpinan harus aktif dan langsung
mengawasi perilaku, sikap, prestasi kerja, moral, dan semangat
kerja para bawahannya. Dengan pengawasan berarti atasan
harus selalu hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan
memberikan petunjuk, jika ada bawahan yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan atau tidak disiplin
dalam mengerjekan pekerjaannya. Dengan adanya pengawasan
guru akan mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk dan
pengawasan dari pimpinan.
Dengan pengawasan atasan secara langsung maka akan
dapat mengetahui kemampuan dan kedisiplinan masing-masing
indvidu bawahannya, sehingga jika menerapkan sanksi
hukuman dinilai objektif. Percuma jika ada peraturan tapi tidak
ada pengawasan. Maka dari itu sangat penting pengawasan
untuk guru dari atasan agar terciptanya disiplin kerja yang
baik.
6) Sanksi hukuman
Sanksi hukuman juga ikut mempengaruh disiplin kerja
guru. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat dan tegas
maka guru akan semakin takut untuk melanggar peraturan-
22
peraturan organisai yang berlaku. dan begitu pun sebaliknya
jika sanksi hukuman tidak tegas maka guru tidak takut dalam
melanggar peraturan-peraturan. Sanksi hukuman harus
diterapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan
diinformasikan secara jelas kepada seluruh anggota organisasi.
Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu berat atau teralu
ringan, sewajarnya saja untuk setiap tingkatan indisipliner, dan
juga bersifat mendidik guru untuk mengubah perilakunya dan
menjadi motivasi untuk memelihara kedisiplinan.
7) Ketegasan
Ketegasan pemimpin dalam melakukan perbuatan akan
mempengaruhi disiplin kerja guru. Pemimpin harus berani dan
tegas dalam bertindak untuk menghukum bawahannya yang
tidak disiplin sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Pemimpin yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman
akan disegani oleh bawahannya. Namun sebaliknya, jika
pimpinan tidak tegas dalam menghukum bawahannya yang
tidak disiplin maka sulit untuk memelihara disiplin kerja guru,
bahkan makin banyak bawahan yang tidak disiplin karena
berasumsi bahwa peraturan dan sanksi hukuman tidak berlaku.
8) Hubungan kemanusiaan
Hubungan yang harmonis di antara sesama guru, dan
sesama pimpinan juga ikut mempengaruhi disiplin kerja yang
baik. Pemimpin harus berusaha menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis di antara seluruh bawahannya.
Dengan terciptanya hubungan kemanusiaan yang harmonis
maka akan menciptakan suasana kerja yang nyaman yang mana
hal tersebut akan memotivasi untuk kedisiplinan yang baik
dalam organisasi. 21
21
Malayu. S. P. Hasibuan, op. cit, h. 194-198
23
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi disiplin kerja yaitu pemberian kompensasi
(kesejahteraan), teladan pemimpin (yang bersikap adil dan tegas dalam
mengambil keputusan dan juga memiliki disiplin yang baik), peraturan
yang jelas yang sesuai dengan kemampuan para anggota organisasi,
pengawasan, sanksi hukuman, hubungan kemanusiaan antara atasan dan
bawahan maupun sesama pegawai sehingga merasa diperhatikan dan
dihargai sehingga terciptanya suasana kerja yang baik.
2. Konsep Kesejahteraan
a. Pengertian kesejahteraan
“Kesejahteraan mengandung arti yang luas dan mencakup berbagai
segi pandangan. Kesejahteraan dikatakan sebagai suatu keadaan di
mana digambarkan secara ideal adalah tata kehidupan yang meliputi
kehidupan material maupun non material dengan seimbang”.22
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh W.J.S Poerwodarminto
dalam Rohiman, “kesejahteraan adalah keamanan dan keselamatan
(kesenangan hidup). Adapun sejahtera adalah aman sentosa dan
makmur, selamat (terlepas dari segala gangguan kesukaran dan
sebagainya)”.23
Hidup sejahtera adalah hidup aman dan terjamin, sehat dan kuat,
enak, senang dan nikmat, dihargai dan ditaati, dan untuk mewujudkan
ini kita harus memiliki kemampuan untuk memperoleh sarananya.24
Terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, papan merupakan unsur
utama kesejahteraan. Yang sejahtera adalah yang terhindar dari rasa
takut terhadap penindasan, kelaparan, dahaga, penyakit, kebodohan,
bahkan lingkungan. 25
22 Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjasan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), h. 23 23 Rohiman Notowidagdo, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Amzah, 2016), h. 36 24 Ki Mohammad Said, Masalah Pendidikan Nasional, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), h.
55 25
Rohiman, op.cit, h. 45-47
24
Menurut Segel dan Bruzy dalam Astriana Kesejahteraan
merupakan titik ukur bagi suatu masyarakat bahwa telah berada pada
kondisi sejahtera. Kesejahteraan tersebut dapat diukur dari kesehatan,
keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat.26
Menurut Undang-Undang nomor 11 tahun 2009 tentang
kesejahteraan sosial Bab I pasal 1 ayat (1), “kesejahteraan sosial
adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial
warga negara agar dapat hidup layak dan mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”. 27
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kesejahteraan adalah kondisi kehidupan yang aman, makmur baik
berupa kebutuhan material maupun non material sehingga dapat hidup
layak. Kesejahteraan adalah harapan yang paling mendasar bagi setiap
insan, manusia dapat dikatakan sejahtera jika mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
b. Tujuan pemberian kesejahteraan
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial, penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan:
1) Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan
hidup
2) Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandiriran
3) Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan
menangani masalah kesejahteraan sosial
4) Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial
dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara
melembaga dan berkelanjutan
5) Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan
berkelanjutan
6) Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteran
sosial. 28
26
Astriana Widyastuti, Analisis Hubungan Antara Produktivitas Pekerja Dan Tingkat
Pendidikan Pekerja Terhadap Kesejahteraan Keluarga Di Jawa Tengah Tahun 2009, Economics
Development Analysis Journal, Vol 1 2012, h. 2 27 Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, h. 2 28
Ibid, h. 5
25
Menurut Budi Ani terdapat tiga tujuan yang terkait dengan
kesejahteraan yaitu:
1) Tujuan yang bersifat kemanusiaan dan keadilan sosial
Tujuan pemberian kesejahteraan ini berdasarkan pada
keadilan bahwa setiap indvidu memiliki hak yang sama
2) Tujuan yang terkait dengan pengendalian sosial
Tujuan pemberian kesejahteraan ini untuk menjaga
keteraturan sosial di lingkungan masyarakat untuk mencegah
terjadinya penyimpangan sosial
3) Tujuan yang terkait dengan pembangunan ekonomi.
Tujuan pemberian kesejahteraan ini sebagai usaha-usaha
yang dijalankan untuk menaikkan pendapatan, yang
mengutamakan pada usaha meningkatkan harkat dan martabat
guru di masyarakat serta untuk meningkatkan produktifitas guru
dalam mengajar. Kesejahteraan sangat penting bagi guru, sebab
dengan hal tersebut dapat meningkatkan produktifitas hidupnya.29
Menurut Yunita tujuan pemberian kesejahteraan antara lain sebagai
berikut:
1) Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan pegawai pada
perusahaan
2) Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi
karyawan beserta keluarganya
3) Memotivasi gairah kerja, disiplin, dan produktivitas kerja pegawai
4) Menurunkan tingkat absensi dan turn over pegawai
5) Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta
nyaman
6) Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai
tujuan
7) Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas pegawai
8) Mengefektifkan pelaksanaan program pemerintah dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia
9) Meningkatkan status sosial pegawai beserta keluarganya
29 Budi Ani Fatmawati, “Pengaruh Kesejahteraan Guru terhadap Profesionalisme
Mengajar”, Skripsi pada STAIN Salatiga, 2008, h. 20
26
10) Asas kesejahteraan adalah keadilan dan kelayakan.30
Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa tujuan pemberian
kesejahteraan guru adalah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
guru dan meningkatkan produktivitas guru serta memotivasi gairah
kerja serta disiplin kerja guru. Sehingga dengan adanya pemberian
kesejahteraan yang baik maka diharapkan disiplin kerja guru akan
baik.
c. Indikator kesejahteraan guru
Dalam jurnal Siti Nikmah dikatakan secara konseptual orang yang
telah sejahtera adalah mereka yang telah terpenuhi kebutuhan fisik
maupun kebutuhan nonfisiknya. Mengukur kesejahteraan masyarakat
memang merupakan sesuatu yang sulit, di samping belum ada ukuran
yang standar. Sehingga banyak sekali batasan-batasan mengenai
kondisi kesejahteraan masyarakat Indonesia.31
Namun, disebutkan beberapa indikator menurut pendapat ahli
sebagai berikut:
1) Menurut Moeljarto dalam Siti Nikmah indikator kesejahteraan
mencakup, “Tingginya tingkat kesehatan, peningkatan gizi,
kesempatan memperoleh pendidikan setinggi-tingginya,
sedikitnya anak dalam keluarga tetapi berpotensi tinggi,
tersedianya lapangan kerja, dan mampu berpartisipasi dalam
pembangunan”. 32
2) Indikator kesejahteraan guru yang mengacu pada pasal 14
Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
yaitu hak yang diterima guru dalam melaksanakan tugasnya
adalah :
a) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum
dan jaminan kesejahteraan sosial;
b) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan
tugas dan prestasi kerja;
30 Yunita Nurul Asyifah, “Pengaruh Kompetensi, Kepuasan kerja, dan kesejahteraan guru
terhadap perilaku profesional guru ekonomi sekolah menengah atas (SMA) Se-Kabupaten
Semarang”, Skripsi pada UNNES, Semarang, 2017, h. 54 31 Siti Nikmah, “Relevansi Kesejahteraan Ekonomi Keluarga dengan Peningkatan
Perceraian di Kabupaten Bone”, Jurnal Hukum Keluarga Islam, Vol. 2, 2016, h. 181 32
Ibid, h. 181
27
c) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan
hak atas kekayaan intelektual;
d) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
e) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana
pembelejaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan;
f) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, penghargaan, dan/ atau sanksi
kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan;
g) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas;
h) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi
profesi;
i) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan
kebijakan pendidikan;
j) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi;
dan/atau;
k) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
bidangnya.33
3) Menurut Budi kesejahteraan guru memiliki indikator-indikator
sebagai berikut:
a) Kesejahteraan yang berhubungan dengan jasmani
(kesejahteraan material) yang berupa tingkat pendapatan
guru, Asuransi kesehatan pegawai negeri, penyediaan
rumah.
b) Kesejahteraan yang berhubungan dengan jiwa
(kesejahteraan rohani) yang berupa kebutuhan akan rasa
aman, tentram, kebutuhan akan rasa diterima dan diakui,
kebutuhan akan rasa kasih sayang dan dicintai, kebutuhan
akan mengaktulaisasikan diri, berprestasi.34
4) Dalam jurnal Agung Purwanto diuraikan bahwa tingkat
kesejahteraan bisa dilihat dari 4 bentuk kesejahteraan
a) Economical well-being yaitu kesejahteraan ekonomi yang
berarti sebagai tingkat terpenuhinya input secara finansial
oleh keluarga. Hal itu bisa berupa pendapatan, nilai aset
keluarga, maupun pengeluaran. Sedangkan output adalah
berupa manfaat langsung dari investasi tersebut pada
tingkat individu, keluarga dan penduduk.
b) Social well-being, yaitu kesejahteraan sosial dengan
indikator yang digunakan adalah tingkat pendidikan dan
status serta jenis pekerjaan. Selain itu ada pula beberapa
33 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, h.
7-8 34
Budi Ani Fatmawati, op. cit, h. 8
28
indikator lain yang digunakan yaitu penghargaan sosial
dan dukungan sosial. Penghargaan disini bertindak sebagai
pusat pengembangan manusia agar berperan dan berfungsi
secara optimal, kreatif, produktif, terampil dan optimis.
c) Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik dengan
indikator yang digunakan adalah status gizi, status
kesehatan, tingkat mortalitas dan tingkat morbiditas
d) Psychological/spiritual mental, yaitu kesejahteraan
psikologi dengan indikator yang digunakan adalah sakit
jiwa, tingkat stress, tingkat bunuh diri, tingkat perceraian,
tingkat aborsi, tingkat kriminalitas dan tingkat kebebasan
seks. 35
5) Menurut Maryam bahwa kesejahteraan memiliki unsur material
dan nonmaterial
a) Unsur material
Unsur material terdiri dari kebutuhan fisik dan sosial.
Kebutuhan fisik berhubungan dengan kebutuhan dasar
manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya,
seperti sandang, pangan, papan. Jika kebutuhan sosial
adalah kebutuhan dasar manusia dalam berinteraksi dengan
manusia lainnya, seperti pendidikan, kesehatan,
komunikasi, dan transportasi
b) Unsur nonmaterial
Unsur nonmaterial terkait dengan kesejahteraan batiniah.
Unsur kesejahteraan ini adalah kebutuhan spiritual,
keamanan jiwa/kehidupan. Serta kemurnian dan
kesempurnaan akal.36
Dari beberapa pendapat mengenai kesejahteraan yang telah
diuraikan di atas kriteria yang dipakai dalam indikator
kesejahteraan guru untuk penelitian ini dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1) Kesejahteraan material terkait dengan kesejahteraan ekonomi,
biologis/fisik dan sosial. Kebutuhan ekonomi seperti tingkat
pendapatan guru. Kebutuhan fisik berhubungan dengan
kebutuhan dasar manusia dalam mempertahankan
35 Agung Purwanto, “Pengaruh Jumlah Tanggungan Terhadap Tingkat Kesejahteraan
Ekonomi Keluarga Pekerja K3l Universitas Padjadjaran”, Jurnal Pekerjaan Sosial, Vol. 1 No. 2,
2008, h. 36. 36 Maryam Dunggao, “Pengaruh Modal Sosial dan Modal Intelektual terhadap
Keberdayaan Koperasi dan Kesejahteraan Masyarakat di Kota Denpasar”, Disertasi pada
Universitas Udayana, Denpasar, 2017, h. 34
29
kelangsungan hidupnya, seperti tercukupi sandang (pakaian),
pangan (makanan), papan (tempat tinggal) dan status
kesehatan. Kemudian kebutuhan sosial merupakan kebutuhan
dasar manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya
seperti dapat berkomunikasi dengan guru lain, memiliki
kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi,
memperoleh kesempatan mendapatkan pendidikan
(memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi,
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik, dan memperoleh pelatihan
dan pengembangan profesi dalam bidangnya).
2) Kesejahteran non material yang terkait dengan
psikologi/mental jiwa guru seperti kebutuhan spiritual,
kebutuhan akan rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas, kebutuhan akan rasa diterima dan diakui
oleh lingkungan, dan tingkat stress.
d. Hubungan antara disiplin kerja dengan kesejahteraan
Untuk menegakkan disiplin maka tidak hanya cukup dengan
ancaman-ancaman saja. Untuk menegakkan disiplin itu perlu
imbangan, yaitu tingkat kesejahteraan yang cukup. Dengan tingkat
kesejahteraan yang kami maksud terutama adalah besarnya upah yang
mereka terima, sehingga minimal mereka dapat hidup secara layak.
Dengan kelayakan hidup ini mereka akan lebih tenang dalam
melaksanakan tugas-tugasnya, dan dengan ketenangan tersebut
diharapkan mereka akan lebih berdisiplin. Antara kedisiplinan dan
kesejahteraan mempunyai hubungan yang sangat erat, hal ini berarti
bagi suatu perusahaan atau organisasi yang ingin meningkatkan
kedisiplinan perlu meningkatkan kesejahteraan. 37
37
Alex Nitisemito, Manajemen Personalia, (Jakarta: Ghalia Indonesia) h. 200-201
30
B. Penelitian Terdahulu
1. Dalam penelitian Arifah Kurniawati yang berjudul “Pengaruh
Tunjangan Kesejahteraan terhadap Etos Kerja Guru di MTs NU 02 Al-
Ma’arif Boja Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012” mahasiswa dari
Fakultas Tarbiyah program studi Kependidikan Islam Institut Agama
Islam Negeri Walisongo pada tahun 2011. Pada skripsi ini didapatkan
hasil penelitian koefisien determinasi (R square) sebesar 0,8799 maka
dikatakan bahwa tunjangan kesejahteraan mempunyai pengaruh
terhadap etos kerja guru sebesar 88%. Terdapat perbedaan antara
skripsi ini dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu perbedan
pada variabel Y, dalam penelitian yang dilakukan oleh Arifah
Kurniawati membahas mengenai etos kerja sedangkan peneliti hanya
berfokus pada disiplin kerja guru.
2. Dalam penelitian M. Irfaul Aziz yang berjudul “Pengaruh
Kesejahteraan terhadap Kinerja Guru di” mahasiswa dari Fakultas
Tarbiyah program studi Manajemen Pendidikan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tahun 2019. Pada skripsi ini didapatkan
nilai koefisien determinasi (R square) sebesasar 0,489, sehingga dapat
dikatakan bahwa kesejahteraan mempunyai pengaruh positif terhadap
kinerja guru sebesar 48,9%. Terdapat perbedaan antara penelitian ini
dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu perbedaan variabel Y,
dalam penelitian yang dilakukan oleh Irfaul Aziz membahas mengenai
kinerja guru sedangkan peneliti hanya berfokus pada disiplin kerja.
3. Dalam jurnal Jasman Syaripuddin yang berjudul “Pengaruh
Pelaksanaan Program Kesejahteraan terhadap Disiplin Kerja Karyawan
Askes”. Pada Jurnal ini didapatkan thitung (6,282) > ttabel (1,997) maka
H0 ditolak, jadi ada pengaruh yang signifikan kesejahteraan terhadap
disiplin kerja karyawan. Selanjutnya nilai R square sebesar 0,364
sehingga dapat dikatakan bahwa kesejahteraan mempunyai pengaruh
terhadap disiplin kerja sebesar 36,4%. Terdapat perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu pada
31
penelitian Jasman dilakukan pada karyawan sedangkan peneliti pada
guru.
4. Dalam jurnal Wahyudi Kurniawan, Muhammad Ali, Saiful Ichwan
yang berjudul “Tunjangan Kesejahteraan untuk Menigkatkan Etos
Kerja Karyawan pada Kantor PT. Tunas Papua Jaya”. Pada jurnal ini
ditemukan bahwa tunjangan sangat berpengaruh dalam meningkatkan
semangat kerja karyawan, dikarenakan tunjangan bagi karyawan
merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung, jadi secara
langsung bila tunjangan kesejahteraan terpeuhi maka semangat
kerjapun akan terjadi. Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian yang peneliti lakukan, yaitu pada penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dan penelitian yang peneliti lakukan
menggunakan metode kuantitatif, kemudian perbedaan pada subjek
penelitian yang mana penelitian ini subjeknya adalah karyawan dan
penelitian yang peneliti lakukan subjeknya adalah guru.
C. Kerangka Berfikir
Guru merupakan komponen utama dalam memajukan bidang
pendidikan. Tetapi untuk menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah
banyak tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan oleh seorang
guru. Untuk meningkatkan semangat dan disiplin kerja guru perlu
diberikan dorongan berupa kesejahteraan yang tercukupi sehingga guru
merasa aman dalam menjalankan tugasnya tidak perlu mencari
penghasilan tambahan sehingga fokus dan disiplin dalam mendidik dan
membimbing peserta didik.
Guru yang memiliki kesejahteraan yang baik akan sangat
berpengaruh terhadap disiplin kerja guru yang baik. Namun sebaliknya
jika guru memiliki kesejahteraan yang rendah dapat menyebabkan guru
menjadi kurang bersemangat dalam menjalankan tugasnya sehingga
disiplin kerja guru akan rendah. Maka dari itu perlu untuk memperhatikan
kesejahteraan guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam
kedisiplinan guru. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
32
Kesejahteraan
Kesejahteraan Material
1. Ekonomi:
a. Tingkat pendapatan
2. Biologis/fisik:
a. Tercukupi sandang, pangan,
papan.
b. Status kesehatan
3. Sosial:
a. Komunikasi (dapat berinteraksi
satu sama lain)
b. Memperoleh kesempatan
mendapatkan pendidikan
(meningkatkan kompetensi,
memperoleh pelatihan dan
pengembangan profesi).
Kesejahteraan non material
1. Psikologi (jiwa):
a. Spiritual
b. Tingkat stress (beban kerja)
c. Memperoleh rasa aman dan
jaminan keselamatan dalam
menjalankan tugas
d. Kebutuhan akan rasa diterima
dan diakui oleh lingkungan.
Disiplin Kerja Guru
Disiplin Waktu:
1. Ketaatan terhadap jam
kerja (tepat waktu
sesuai jadwal yang
telah disepakati dalam
menjalankan tugas
seperti kehadiran di
sekolah dan masuk-
keluar kelas pada saat
jam mengajar)
Disiplin Peraturan:
1. Patuh dan taat
terhadap aturan tata
tertib
Disiplin Tugas dan
Tanggung Jawab:
1. Ketaatan guru untuk
mematuhi prosedur
kerja sebagai guru
2. Menyelesaikan
tugasnya dengan baik
sesuai dengan waktu
yang diharapkan.
Bagan 2 1 Kerangka Berfikir
33
D. Hipotesis
H0 : Kesejahteraan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
disiplin kerja guru di sekolah
Ha : Kesejahteraan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap disiplin
kerja guru di sekolah
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian mengenai pengaruh kesejahteraan terhadap disiplin kerja
guru ini dilaksanakan di SMPN 19 Bandar Lampung Jalan Soekarno Hatta,
Gang Turi Raya nomor 1 Tanjung Senang, Bandar Lampung.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Februari sampai dengan Oktober
2020. Melalui beberapa tahap dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan
BULAN
2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Studi pendahuluan
2. Perbaikan proposal
3. Penyusunan
instrumen penelitian
4. Penyerahan surat
izin penelitian
5. Penyebaran angket
6. Pengolahan data
7. Penyusunan laporan
akhir skripsi
8. Sidang Skripsi
35
B. Metode Penelitian
Metode merupakan prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis. 38
dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif. Metode ini dipandang lebih tepat untuk
menjelaskan bagaimana pengaruh kesejahteraan terhadap disiplin kerja guru
di SMPN 19 Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan dua variabel,
yaitu variabel (X) kesejahteraan dan variabel (Y) disiplin kerja maka
penelitian ini termasuk penelitian korelasi sederhana.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun
pengukuran, dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang
lengkap dan jelas.39
Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah
seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan
waktu yang ditentukan.40
Dalam penelitian ini populasinya adalah
seluruh guru SMPN 19 Bandar Lampung yang berjumlah 65 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.41
Adapun peneliti menjadikan seluruh guru untuk
dijadikan sampel dalam penelitian, karena menurut Sugiono semakin
besar jumlah sampel mendekati populasi maka peluang kesalahan
generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel
menjauhi populasi, maka makin besar kesalah generalisasi (diberlakukan
umum).42
Dalam buku Sukardi dikatakan jika semakin besar jumlah
sampel yang digunakan dalam studi maka semakin kuat dan
merefleksikan keadaan populasi yang ada. 43
Maka dengan demikian,
38 Husaini Rahman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 41 39 Ibid, h. 42 40 Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 118 41 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatana Kuantitatif, Kualitatif, R&D,
(Bandung : Alfabeta, 2015), h. 81 42 Ibid, Sugiyono, h. 86 43
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 55
36
dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel yang berjumlah 55
orang. Kemudian 10 responden selain sampel akan dijadikan sebagai uji
coba instrumen.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Angket atau kuesioner
Angket adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan
kepada reponden, baik secara langsung atau tidak langsung. 44
dalam
penelitian ini angket diberikan kepada guru sebagai responden yang
berjumlah 55 orang. Angket ini digunakan untuk mengumpulkan data
dari responden, secara tertutup sebagai data utama dalam penelitian
mengenai pengaruh kesejahteraan terhadap disiplin kerja guru.
Pada penelitian ini skala pengukuran menggunakan skala Likert 4
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden
terhadap sesuatu objek. Karena pembuatannya relatif mudah dan tingkat
reliabilitasnya tinggi.45
Tabel 3. 2 Skala Penilaian
Alternatif jawaban Bobot skor (+) Bobot skor (-)
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Kurang setuju 2 3
Tidak setuju 1 4
2. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung. 46
dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak
bebas atau tak berstruktur, yaitu wawancara di mana peneliti dalam
menyampaikan pertanyaan pada responden tidak menggunakan pedoman.
3. Studi dokumentasi
44 Husaini, op. cit., h. 57 45 Ibid, h. 65 46
Ibid, h. 55
37
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. 47
Dokumentasi yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi profil, sejarah, visi misi, sarana
dan prasarana, daftar guru dan siswa.
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Variabel Disiplin Kerja Guru
a. Definisi konseptual
Secara konseptual, disiplin kerja guru adalah sikap ketaatan yang
dimiliki oleh guru untuk mentaati semua peraturan dan norma-norma
sosial yang berlaku secara teratur dan semestinya, dan sanggup
menjalankannya dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah
ditetapkan.
b. Definisi operasional
Secara operasional, disiplin kerja guru adalah merupakan dorongan
yang timbul dari kesadaran guru untuk melakukan kerja yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku seperti 1) disiplin waktu, 2) disiplin
peraturan, dan 3) disiplin tugas dan tanggung jawab.
c. Kisi-kisi instrumen penelitian
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Disiplin Kerja Guru
Variabel Indikator Sub Indikator Item
Disiplin
Kerja
Guru
Disiplin waktu 1. Ketaatan terhadap jam
kerja (tepat waktu
sesuai jadwal yang telah
disepakati dalam
menjalankan tugas)
1*, 2*, 3,
4, 5*, 6
47
Ibid, h. 69
38
Disiplin
peraturan
1. Patuh dan taat terhadap
aturan tata tertib
7*, 8, 9*,
10
Disiplin tugas
dan tanggung
jawab
1. Ketaatan guru untuk
mematuhi prosedur
kerja sebagai guru.
2. Menyelesaikan
tugasnya dengan baik
sesuai dengan waktu
yang diharapkan.
12*, 13*,
15, 16*,
17, 18*
11*,14,15*
2. Variabel Kesejahteraan
a. Definisi konseptual
Secara konseptual, kesejahteraan adalah kondisi kehidupan yang
aman, makmur baik berupa kebutuhan material maupun non material
sehingga dapat hidup layak.
b. Definisi operasional
Secara operasional, kesejahteraan merupakan harapan yang paling
mendasar bagi setiap indvidu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
baik kesejahteraan material yang meliputi ekonomi seperti
pendapatan, dan fisik/biologi seperti kebutuhan sandang, pangan,
papan, dan status kesehatan, dan sosial seperti komunikasi,
memperoleh kesempatan pendidikan, maupun kesejahteraan non
material yang meliputi psikologi/jiwa seperti spiritual, tingkat stress,
memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan,dan kebutuhan akan
rasa diterima dan diakui.
c. Kisi-kisi instrumen penelitian
39
Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Instrumen Kesejahteraan
Variabel Indikator Sub Indikator Item
Kesejahteraan Material
1. Ekonomi
a. Pendapatan
1, 2, 4, 5,
8*, 9, 10
2. Fisik/biologi
a. Tercukupi sandang,
pangan, papan
b. Status kesehatan
3*, 11, 12,
13,
6*,7
3. Sosial
a. Komunikasi (dapat
berinteraksi satu
sama lain)
b. Memperoleh
kesempatan
mendapatkan
pendidikan
(meningkatkan
kompetensi,
memperoleh
pelatihan dan
pengembangan
profesi.
14*, 15*,
16*, 17, 18
Non
Material
4. Psikologi/jiwa
a. Spiritual
b. Tingkat stress
(beban kerja)
c. Memperoleh rasa
aman dan jaminan
keselamatan dalam
19*,20,21*,
22*,23,24*,
25, 26, 27*,
40
menjalankan tugas
d. Kebutuhan akan
rasa diterima dan
diakui oleh
lingkungan.
28, 29*
F. Analisa Uji Instrumen
Untuk menguji kualitas instrumen dalam penelitian harus diukur tingkat
validitas dan reliabilitas.
1. Uji validitas
Uji validitas merupakan uji yang menentukan bahwa instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.48
Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan atau kesahihan
dari sebuah instrumen. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila
bisa mengungkapkan data dari variabel yang akan diteliti. Untuk
mengetahui validitas instrumen dapat digunakan rumus Product Moment,
yaitu:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
= Koefisien korelasi product moment
X = Skor item butir soal
Y = Jumlah skor total tiap soal
n = Jumlah responden.49
48 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatana Kuantitatif, Kualitatif, R&D,
(Bandung : Alfabeta, 2015), h. 121 49 Rostina Sundayana, Statistika Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 59-
60
41
Kemudian melakukan perhiungan dengan uji t dengan rumus:
√
√
r = koefisien korelasi hasil r hitung
n = jumlah responden
Selanjutnya mencari ttabel dengan ttabel = (dk=n-2).50
Uji validitas dilakukan untuk setiap butir soal. Untuk membantu
perhitungan ini, peneliti menggunakan aplikasi program Statistikal
Product and Service Solutions (SPSS) . Lalu membuat kesimpulan, dengan
kriteria pengujian sebagai berikut:
a) Apabila nilai thitung > ttabel maka instrumen dikatakan valid
b) Apabila nilai thitung ≤ ttabel maka instrumen dikatakan tidak valid.51
2. Uji reliabilitas
Setelah uji validitas selanjutnya adalah uji reliabilitas untuk
memastikan apakah instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
reliabel atau tidak. Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan.
Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang
tinggi, jika tes yang dibuat mempunyai hasil konsisten dalam mengukur
yang hendak diukur.52
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus Cronbach’s Alpha sebagai berikut:
r11 = (
) (
∑
)
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrument
n = banyaknya butir pertanyaan
∑Si2 = jumlah varians item
St2 = varians total.
53
50 Ibid, h. 60 51 Ibid,. 52 Sukardi, op. cit, h. 127 53
Rostina Sundayana, op. cit, h. 69
42
Karena uji reliabilitas merupakan kelanjutan dari uji validitas, maka
item yang masuk pengujian hanyalah item yang valid saja. Selanjutnya
interpretasikan dengan menggunakan kriteria Guilford, yaitu sebagai