SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI ISTISHNA’ (Studi Kasus Jual Beli Batu Bata Di Desa Sumber Agung Kec. Seputih Mataram Lampung Tengah) Oleh: Suci Hadiyanti NPM.13104514 Jurusan : Ekonomi Syariah (Esy) Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1439/2018
97
Embed
SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SKRIPSI
PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI ISTISHNA’
(Studi Kasus Jual Beli Batu Bata Di Desa Sumber Agung
Kec. Seputih Mataram Lampung Tengah)
Oleh:
Suci Hadiyanti
NPM.13104514
Jurusan : Ekonomi Syariah (Esy)
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1439/2018
ii
ii
PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI ISTISHNA‟
(Studi Kasus Jual Beli Batu Bata di Desa Sumber Agung
Kec. Seputih Mataram Lampung Tengah)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh:
Suci Hadiyanti
NPM.13104514
Pembimbing I : Siti Zulaikha, S.Ag., MH
Pembimbing II : Imam Mustofa, M.S.I
Jurusan : Ekonomi Syariah (Esy)
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1439/2018
iii
iii
iv
iv
v
v
PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI ISTISHNA’
(Studi Kasus Jual Beli Batu Bata di Desa Sumber Agung
Kec. Seputih Mataram Lampung Tengah)
ABSTRAK
Oleh
SUCI HADIYANTI
Islam memberikan keleluasan untuk memilih untuk membatalkan akad
jual beli atau meneruskan akad jual yaitu dalam bentuk hak khiyar. Begitupun
dalam jual beli yang menggunakan sistem istshna‟ atau pemesanan. Diadakannya
khiyar oleh syara‟ agar antara penjual dan pembeli dapat memikirkan
kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak terjadi penyesalan
dikemudian hari lantaran merasa tertipu atau rugi. Dengan demikian, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penerapan hak khiyar pada jual beli istishna‟ dalam
jual beli batu bata desa Sumber Agung Kec. Seputih Mataram Lampung Tengah.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan
metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi,
wawancara dan dokumentasi, serta teknik analisis data kualitatif dengan
menggunakan metode berfikir induktif. Yaitu pengambilan kesimpulan dimulai
dari pertanyaan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat
umum. Data dan fakta hasil pengamatan lapangan disusun, diolah, dikaji
kemudian ditarik maknanya dalam pernyataan atau kesimpulan yang bersifat
umum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan hak khiyar dalam
transaksi jual beli batu bata secara umum sudah sesuai dengan konsep istishna‟
meskipun belum maksimal, karena tidak semua penjual memahami arti khiyar.
Dalam praktiknya, penjual akan memberikan ganti rugi kepada pembeli jika batu
bata yang dijual terdapat kerusakan setelah terjadi transaksi jual beli. Namun,
tidak semua kerusakan batu bata diganti rugi oleh penjual. Hanya sebagian saja
dari kerusakan batu bata yang diganti. Hal ini yang menjadikan penerapan khiyar
dalam transaksi jual beli batu bata belum maksimal.
vi
vi
vii
vii
MOTTO
Artinya: (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji
(yang dibuat)nya dan bertakwa, Maka Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Imron (3): 76)
viii
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
berkahnya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan
lancar.
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:
1. Ayahanda Hadi Sutrisno dan Ibunda Seri yang selalu memberikan cinta,
kasih sayang, membimbing, mendo‟akan juga memberikan dukungan baik
moril maupun materil demi keberhasilan studiku. Terimakasih atas
cintamu, sayangmu, lelahmu, pesanmu, dukamu dan marahmu adalah jalan
yang indah bagiku.
2. Adikku Endah Aulia yang selalu mendukung dan mendoakan dengan tulus
sehingga saya mampu untuk melanjutkan pendidikan.
3. Untuk sahabat-sahabatku tersayang khususnya (Umi N.f, Septi, Ro‟is,
Azizah, Lilis) yang telah banyak membantu baik dalam mencari ilmu
maupun memberi dukungan moril dan senantiasa bersama dalam suka
maupun duka selama menuntut ilmu di Kampus tercinta.
4. Rekan-rekan seperjuangan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam angkatan
2013, terutama keluarga besar Ekonomi Syariah kelas B angkatan 2013.
Terimakasih atas persahabatan yang telah kalian tebarkan.
5. Almamaterku tercinta Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.
ix
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penelitian skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Metro guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (S.E). Selama menyelesaikan skripsi ini, peneliti telah menerima banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih peneliti
sampaikan kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, selaku Rektor IAIN Metro.
2. Ibu Dr.Widhiya Ninsiana, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam.
3. Ibu Rina El maza, M.E.Sy selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah.
4. Ibu Siti Zulaikha, S.Ag., MH, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Dosen Pembimbing I yang di tengah kesibukannya, beliau masih dengan
sabar membimbing dan memberikan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
peneliti selesaikan.
5. Bapak Imam Mustofa, M.S.I, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan waktu, bimbingan, motivasi dan petunjuk sehingga skripsi
ini dapat peneliti selesaikan.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi
Syariah yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman
kepada peneliti.
7. Bapak Marno dan Bapak Dartam selaku pemilik industri batu bata yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian sehingga skripsi ini
dapat peneliti selesaikan.
8. Masyarakat pembeli batu bata yang bersedia memberikan informasi yang
peneliti butuhkan sehingga skripsi ini dapat peneliti selesaikan.
9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membentu peneliti sehingga skripsi ini dapat peneliti selesaikan.
x
x
xi
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN .............................................. vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .............................................................. 8
D. Sistematika Penulisan ............................................................................. 8
E. Penelitian Relevan ................................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Jual Beli Istishna‟ .................................................................................... 13
8 Yulia Hafizah, Khiyar Sebagai Upaya Mewujudkan Keadilan Dalam Bisnis Islam,dalam
Jurnal At-Taradhi (Manado: Universitas Sam Ratulangi), Vol. 3/No. 2 /Desember/2012, h. 165. 9 Chandra Dewi Puspitasari, Tanggung Jawab Developer untuk Menanggung Cacat
Tersembunyi dalam Perjanjian Jual Beli Rumah Perumahan, dalam Jurnal Penelitian
Humaniora(Yogyakarta: FISE UNY), Vol 12, no 2, Oktober 2007, h. 4.
5
Pelaksanaan jual beli istishna‟ biasanya menunggu waktu beberapa
minggu sampai batu bata yang dipesan benar-benar selesai dan dapat
digunakan oleh pihak pemesan. Para pemesan tidak hanya yang
berdomisili di desa Sumber Agung bahkan banyak pesanan dari berbagai
desa-desa tetangga.
Berdasarkan hasil pra-survey penelitian lapangan tepatnya di
Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah,
peneliti mewawancarai Bapak Marno salah satu penjual batu bata di desa
Sumber Agung. Menurut beliau, pelaksanaan jual beli batu bata yang
dilakukan oleh masyarakat di desa Sumber Agung adalah menggunakan
sistem pemesanan. Batu bata yang di pesan dari pembeli bukan hanya
seribu atau dua ribu batu bata saja, biasanya mencapai puluhan ribu batu
bata dalam sekali pesan. Batu bata yang di pesan biasanya dikirim dengan
menggunakan mobil truk. Batu bata yang dimasukkan ke dalam mobil
dibantu oleh kuli yang bekerja di industri tersebut. Dari sekian banyak
melakukan pengiriman dan pembuatan pesanan itu, ada juga pembeli yang
komplain dengan alasan terjadi ketidaksesuaian yang telah di pesan
dengan yang di kirimkan atau dibuatkan oleh penjual kepada si pembeli.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi di antaranya dari bentuk batu bata yang
rusak ketika dikirim, atau waktu pengiriman yang tidak sesuai dengan
yang diperjanjikan.10
10
Prasurvey dengan Bapak Marno Selaku Pemilik Industri Batu Bata, 24 September
2017.
6
Cacat atau rusaknya batu bata tersebut bisa berupa retaknya batu
bata yang sebelumnya tidak diketahui oleh pembeli karena sistem
pembelian berupa pemesanan tetapi hal ini tidak diberitahukan penjual.
Bisa juga disebabkan karena bercampurnya batu bata yang mempunyai
kualitas bagus dan jelek ketika hendak diangkut ke mobil dan dikirim ke
pembeli. Namun terkadang cacat yang ada pada batu bata tersebut
disebabkan karena rusak ketika sedang dalam pengiriman ke lokasi atau
tempat kediaman pembeli.
Penjual yang mengetahui kerusakan tersebut banyak yang tidak
mau mengganti rugi batu bata tersebut dan akhirnya pembeli yang merasa
dirugikan. Sedangkan dalam Islam ketika seorang pembeli menemukan
adanya cacat barang yang terdapat dalam objek jual beli maka dia
mempunyai hak untuk mengembalikan barang tersebut dan mendapat ganti
yang sesuai.
Berdasarkan pra-survey dilapangan, Susanto selaku kuli
mengatakan bahwa cara jual beli batu bata tersebut dilakukan dengan si
pembeli memberikan uang muka kepada penjual agar dibuatkan batu bata.
Kemudian setelah jadi, barulah batu bata tersebut dikirim menggunakan
mobil ke kediaman pembeli. Menurut Susanto, dia sudah memasukkan
batu bata dengan kualitas bagus, tapi masih ada pembeli yang komplain
dengan alasan batu bata itu rusak ketika sampai di lokasi.
Berdasarkan keterangan bapak Dalijo selaku pembeli, beliau
merasa dirugikan ketika memesan batu bata kepada penjual dengan
7
perjanjian hanya dua minggu dan penjualpun menyetujuinya. Akan tetapi
setelah waktu tiba, batu bata yang dipesan belum selesai. Dan ketika batu
bata itu sampai dirumahnya, terdapat batu bata yang rusak. Namun ketika
dia komplain dengan penjual, penjual tidak mau mengganti rugi atas
kerusakan tersebut. Dengan alasan bahwa penjual sudah memasukkan batu
bata dengan kualitas bagus ketika hendak mengirimnya.11
Berdasarkan kenyataan dan keterangan itulah yang
melatarbelakangi penulis untuk meneliti lebih jauh mengenai penerapan
hak khiyar dalam jual beli pesanan dan membahasnya lebih lanjut dalam
bentuk skripsi yang penulis beri judul “Penerapan Hak Khiyar Pada Jual
Beli Istishna‟ (Studi Kasus Jual Beli Batu Bata desa Sumber Agung Kec.
Seputih Mataram Lampung Tengah)”.
B. Pertanyaan Penelitian
Melihat permasalahan yang ada dalam latar belakang masalah,
maka timbul pertanyaan yaitu: Bagaimana penerapan hak khiyar pada jual
beli istishna‟ dalam jual beli batu bata desa Sumber Agung Kec. Seputih
Mataram Lampung Tengah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui penerapan hak khiyar pada jual beli istishna‟ dalam
11
Prasurvey dengan dengan beberapa pembeli batu bata Kabupaten Lampung Tengah, 15
Mei 2017.
8
jual beli batu bata desa Sumber Agung Kec. Seputih Mataram
Lampung Tengah.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Manfaat penelitian ini, secara teoritis adalah sebagai bentuk
penerapan terhadap ilmu pengetahuan, terutama terkait peneraan
hak khiyar dalam jual beli istishna‟ dan alat pemahaman mendalam
mengenai hak khiyar dalam jual beli istishna‟.
b. Secara Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
bahan masukan pengetahuan serta bahan bacaan bagi pihak-pihak
yang ingin mengetahui tentang penerapan hak khiyar pada jual beli
istishna‟ dan hal-hal yang terkait dengan hal tersebut.
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bab pertama dari proposal penelitian
yang akan menghantarkan pembaca untuk mengetahui apa yang akan
diteliti, mengapa diteliti dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Dalam bab
ini dipaparkan bahwa adanya ketidaksesuaian antara teori dengan praktek
mengenai penerapan hak khiyar pada jual beli istishna‟ dalam jual beli
batu bata yang terjadi di desa Sumber Agung Kec. Seputih Mataram
Lampung Tengah. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk meneliti
penerapan hak khiyar pada jual beli istishna‟ dalam jual beli batu bata
9
yang terjadi di desa Sumber Agung Kec. Seputih Mataram Lampung
Tengah.
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan teori merupakan bab kedua dalam proposal ini yang
membahas teori-teori yang berhubungan dengan hak khiyar dalam jual beli
istishna‟. Pada bab ini peneliti membahas tentang penerapan hak khiyar
dan hal-hal yang terkait dengan jual beli istishna‟. Kemudian dilanjutkan
dengan konsep umum jual beli istishna‟ yang mencakup pengertian dan
dasar hukum jual beli istishna‟, syarat dan rukun jual beli istishna‟,
perjanjian jual beli dan hak khiyar.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan bab yang membahas mengenai
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian seperti, sifat dan jenis
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik penjamin
keabsahan data dan teknik analisis data. Penelitian ini bersifat deskriptif
dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara,
observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian ini sumber data primer
adalah penjual, pembeli serta kuli batu bata di desa Sumber Agung
Kecamatan Seputih Mataram, sedangkan sumber data sekunder diperoleh
peneliti melalui buku-buku, jurnal-jurnal dan situs internet. Kemudian
teknik keabsahan data berupa triangulasi dan teknik analisa deskriptif yang
akan memudahkan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
10
Bab hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang temuan
peneliti yang diperoleh dari lapangan dengan metode penelitian yang telah
ditentukan sebelumnya. Dalam bab ini dipaparkan tentang penerapan hak
khiyar yang terjadi dalam jual beli istisna‟ dalam jual beli batu bata
tersebut kemudian diuraikan dengan paparan teori sebelumnya, sehingga
diperoleh hasil analisa data.
BAB V PENUTUP
Penutup memuat temuan pokok dan kesimpulan, kesimpulan
diambil peneliti dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab
sebelumnya. Kesimpulan ini ditarik guna menjawab pertanyaan penelitian.
Dalam bab penutup ini juga terdapat saran-saran serta rekomendasi
terhadap penerapan hak khiyar pada jual beli istishna‟ yang terjadi di desa
Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah.
E. Penelitian Relevan
Penelitian relevan berisi tentang uraian hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan persoalan yang akan dikaji. Beberapa penelitian
a. Masyarakat telah banyak mempraktikannya secara luas tanpa
adanya keberatan sama sekali.
b. Dalam istishna‟ terdapat atas kebutuhan masyarakat. Orang banyak
sekali memerlukan barang yang tidak tersedia di pasar sehingga
cenderung melalukan kontrak untuk membuatkan barang.
c. Jual beli istishna‟ diperbolehkan atau sah sesuai dengan aturan
umum, selama tidak bertentangan dengan aturan syariah.9
3. Rukun dan Syarat Jual Beli Istisna’
a. Rukun Jual Beli Istishna‟
Rukun istishna‟ menurut Hanafiyah adalah ijab dan kabul. Akan
tetapi menurut jumhur ulama, rukun istishna‟ ada tiga, yaitu:
1) „Akid (para pihak yang berakad) yaitu: shani‟ (produsen/penjual)
dan mustashni‟ (orang yang memesan/konsumen), atau pembeli.
2) Ma‟qud „alaih (objek akad), yaitu „amal (pekerjaan), barang
yang dipesan dan harga.
3) Sighat ijab dan qabul.10
8 Dimyauddin Djwaini, Pengantar Fiqh, h. 138
9 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Pers, 200), h. 113 10
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 104
17
b. Syarat Jual Beli Istishna‟
1) Objek akad (atau produk yang dipesan) harus dinyatakan secara
rinci: jenis, ukuran dan sifatnya. Syarat ini sangat penting
untuk menghilangkan unsur jihalah dan gharar.
2) Produk yang dipesan berupa hasil pekerjaan atau kerajinan
yang mana masyarakat lazim memesannya, seperti sepatu,
perabot rumah tangga, dan lain-lain.
3) Waktu pengadaan produk tidak dibatasi. Jika dibatasi dengan
waktu tenggang tertentu, maka ia menjadi akad salam.11
4. Ketentuan Jual Beli Istishna’
Ada tiga ketentuan tentang jual beli istishna‟.12
a. Pertama, ketentuan tentang pembayaran:
1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa
uang, barang atau manfaat.
2) Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang.
b. Kedua, ketentuan tentang barang
1) Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang.
2) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya
3) Penyerahannya dilakukan kemudian.
11
Gufron A. Mas‟adi, Fiqih Mu‟amalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 149 12
Siti Mujiatun, Jual Beli Dalam Perspektif Islam: Salam dan Istishna‟ dalam Jurnal
Riset Akuntansi dan Bisnis, h. 214
18
4) Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan
berdasarkan kesepakatan.
5) Pembeli (mustashni‟) tidak boleh menjual barang sebelum
menerimanya.
6) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis
sesuai kesepakatan.
7) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih)
untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
c. Ketiga, penyerahan barang sebelum atau pada waktunya13
.
1) Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya
dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati.
2) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih
tinggi penjual tidak boleh meminta tambahan harga.
3) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih
rendah dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh
menuntut pengurangan harga (diskon).
4) Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang
disepakati dengan syarat: kualitas dan jumlah barang sesuai
dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut tambahan
harga.
13
Ibid h. 215
19
5) Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu
penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak
menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan. Pertama,
membatalkan kontrak dan meninta kembali uangnya. Kedua,
menunggu sampai barang tersedia.
B. Hak Khiyar
1. Pengertian Khiyar
Kata khiyar berasal dari bahasa arab berarti pilihan.
Pembahasan khiyar dikemukakan ulama fiqih dalam permasalahan
menyangkut transaksi dalam bidang perdata khususnya masalah
ekonomi, sebagai salah satu hak bagi kedua belah pihak yang
melakukan transaksi tersebut.14
Secara terminologi khiyar adalah
mencari kebaikan dari dua perkara, yaitu melangsungkan atau
meninggalkan jual beli.
Hak khiyar ditetapkan dalam Islam untuk menjamin
kerelaan dan kepuasan timbal balik pihak-pihak yang melakukan jual
beli. Dari satu segi memang khiyar ini tidak praktis karena
mengandung ketidakpastian suatu transaksi, namun dari segi kepuasan
pihak yang melakukan transaksi, khiyar ini termasuk jalan yang
terbaik.15
Landasan hukum khiyar dalam Al-Qur‟an memang tidak
dijelaskan secara rinci. Al-qur‟an hanya menyebutkan secara garis
14
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 129 15
Nizaruddin, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Idea Press, 2013) h. 122
20
besar bahwa dalam pengelolaan harta tidak boleh dengan cara bathil
sebagaimana disebutkan dalam AL-Qur‟an Surah AN-Nisa ayat 29:
) :99انىساء)
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali dengan
jalan perniagaan berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu...(Qs. An-Nisa‟: 29)16
Yang diperbolehkan dalam memakan harta orang lain
adalah dengan jalan perniagaan yang saling “berkeridhaan” (suka
sama suka) di antaramu (kedua belah pihak). Walaupun kerelaan
adalah sesuatu yang tersembunyi di lubuk hati, tetapi indikator dan
tanda-tandanya dapat terlihat. Ijab dan qabul, atau apa saja yang
dikenal dalam adat kebiasaan sebagai serah terima adalah bentuk-
bentuk yang digunakan hukum untuk menunjukkan kerelaan. Artinya
penting dalam bertransaksi itu harus saling ridho. Oleh karena itu
Islam memberikan hak khiyar terhadap orang yang melakukan jual
beli.
16
QS. AN-Nisa: 29.
21
2. Macam-Macam Hak Khiyar
a. Khiyar Majlis
Khiyar majlis adalah tempat yang dijadikan
berlangsungnya transaksi jual beli. Imam Syafi‟i dan Ahmad
berpendapat bahwa apabila jual beli telah terjadi, kedua belah
pihak mempunyai hak khiyar majlis selama mereka belum berpisah
dan menetapkan pilihannya untuk melangsungkan jual belinya.
Alasan Imam Syafi‟i adalah hadis: penjual dan pembeli
mempunyai hak khiyar majlis selama keduanya belum berpisah.17
Terkadang seseorang membeli barang kepada orang lain
karena membutuhkannya, tetapi kemudian ia menyesal karena
kemahalan harga atau adanya sesuatu yang tidak diharapkan pada
barang yang dibelinya. Oleh karena itu Rasulullah menetapkan
bagi setiap pihak untuk mempunyai hak khiyar setelah ijab qabul
untuk meneruskan atau meninggalkan jual beli selama masih dalam
satu majlis. Apabila salah seorang meninggalkan tempat akad, hak
khiyar bagi kedua pihak sudah hilang.
b. Khiyar Syarat
Khiyar syarat yaitu jika kedua pihak yang mengadakan
transaksi dengan mengajukan syarat adanya khiyar dalam akadnya
17
Siah Khosyi‟ah, Fiqih Muamalah Perbandingan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014) h.
126
22
atau setelah akad, yaitu semasa khiyar berlangsung, dalam tempo
sama-sama diketahui oleh kedua belah pihak.18
Khiyar syarat batal dengan ucapan dan tindakan pembeli
terhadap barang yang dibelinya dengan cara mewakafkan,
menghibbahkan atau membayar harga tersebut. Karena
tindakannya tersebut menunjukkan keridhaannya atas akad jual
beli. Rasulullah bersabda:
)رواي انبيهقي( نيال اوت بانخيار في كم سهعة ابتعتها ثلاث
Artinya: “Kamu boleh khiyar pada setiap benda yang telah dibeli
selama tiga hari tiga malam” (Riwayat Baihaqi).
Dari hadits diatas diketahui bahwa masa khiyar syarat paling lama
hanya tiga hari tiga malam terhitung dari waktu akad yang
dilakukan.
Khiyar syarat sama halnya dengan khiyar majlis hanya
berlaku pada akad-akad yang umum saja, yaitu jenis akad yang
dapat dibatalkan oleh kerelaan pihak yang menyelenggarakannya
seperti akad jual beli, ijarah (yang bersifat mengikat kedua belah
pihak).19
Sebab-sebab berakhirnya khiyar syarat adalah sebagai
berikut :
18
Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani,dkk,
dengan judul asli Al-Mulakhsul Fiqhi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 378 19
Yulia Hafizah, Khiyar Sebagai Upaya Mewujudkan Keadilan Dalam Bisnis Islam, dalam Jurnal At-Taradhi (Manado: Universitas Sam Ratulangi), Vol. 3/No. 2 /Desember/2012, h.
166
23
1) adanya pembatalan akad.
2) melewati batas waktu khiyar yang telah disepakati/ditetapkan.
Ada perbedaan pendapat tentang batas waktu khiyar, menurut
Imam Syafi‟I dan Abu Hanifah berpendapat bahwa jangka
waktu khiyar adalah tiga hari, sedangkan menurut Imam Malik
jangka waktu khiyar adalah sesuai dengan kebutuhan.
3) terjadi penambahan atau pengembangan dalam penguasaan
pihak pembeli baik dari segi jumlah seperti beranak atau
mengembang.
4) terjadi kerusakan pada objek akad. Jika kerusakaan tersebut
terjadi dalam penguasaan pihak penjual maka akadnya batal
dan berkhirlah khiyar. Namun apabila kerusakaan terjadi dalam
penguasaan pihak pembeli maka berakhirlah khiyar namun
tidak membatalkan akad.20
c. Khiyar „Aib
Khiyar „aib yaitu suatu hak yang diberikan kepada
pembeli dalam kontrak jual beli untuk membatalkan atau
meneruskan kontrak jika si pembeli menemukan cacat dalam
barang yang telah dibelinya sehingga menurunkan nilai barang
itu.21
Hak ini telah digariskan oleh hukum, dan pihak-pihak yang
terlibat tidak boleh melanggarnya dalam kontrak.
20
Shobirin, Jual Beli Dalam Pandangan Islam, dalam Jurnal Bisnis (Kudus: STAIN
KUDUS) Vol. 3, No. 2, Desember 2015, h. 258. 21
Mardani, Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah, h. 106
24
Ketetapan adanya khiyar mensyaratkan adanya barang
pengganti, baik diucapkan secara jelas atau tidak, kecuali ada
keridhoan dari yang akad. Sebaliknya, jika tidak tampak adanya
kecacatan, barang pengganti tidak diperlukan lagi.22
Apabila akad telah dilakukan dan pembeli telah
mengetahui adanya cacat pada barang tersebut dan mereka tidak
menganggap kekurangan tersebut suatu cacat yang dapat
mengurangi nilai jual atau nilai barang maka akadnya sah dan tidak
ada lagi khiyar setelahnya. Alasannya ia telah rela dengan barang
tersebut beserta kondisinya.
Namun jika pembeli belum mengetahui cacat barang
tersebut dan mengetahuinya setelah akad, maka akad tetap
dinyatakan benar dan pihak pembeli berhak melakukan khiyar
antara mengembalikan barang atau meminta ganti rugi sesuai
dengan adanya cacat.
Khiyar „aib bisa dijalankan dengan syarat sebagai
berikut23
:
1) Adanya cacat setelah akad atau sebelum diserahkan, yakni
cacat tersebut telah lama ada.
2) Pembeli tidak mengetahui adanya cacat ketika akad dan ketika
menerima barang. Sebaliknya, jika pembeli sudah mengetahui