Top Banner
HUBUNGAN SKALA NYERI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN NYERI KEPALA PRIMER SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Oleh : MURDIA 1007101050012 i
84

SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

Dec 15, 2015

Download

Documents

murdiaulf

edukasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

HUBUNGAN SKALA NYERI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN

NYERI KEPALA PRIMER

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas danmemenuhi syarat-syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

MURDIA1007101050012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALADARUSSALAM BANDA ACEH

TAHUN 2014

i

Page 2: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN SKALA NYERI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN

NYERI KEPALA PRIMER

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

MURDIANIM: 1007101050012

Mahasiswa Program Studi Pendidikan DokterFakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh, Maret 2014

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dr.dr.Endang Mutiawati Rahayuningsih, Sp.S (K) Suryawati, S.Si., Apt., M.ScNIP. 19621213 198903 2 001 NIP. 19820407 200604 2 002

Mengetahui:Dekan Fakultas Kedokteran Unsyiah,

Dr.dr.Mulyadi, Sp.P (K) NIP. 19620819 199002 1 001

ii

Page 3: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi berjudul

“Hubungan Skala Nyeri dengan Tingkat Depresi pada Pasien Nyeri Kepala

Primer”. Shalawat beriring salam kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta

keluarga dan sahabat beliau yang telah berjasa dalam kemajuan peradaban islam

dan ilmu pengetahuan.

Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan, bimbingan serta masukan oleh banyak pihak. Maka pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Dr.dr. Mulyadi, Sp.P (K) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Syiah Kuala.

2. dr. Sulaiman Yusuf, Sp.A (K) selaku dosen wali penulis.

3. Dr. dr. Endang Mutiawati Rahayuningsih Sp.S (K) dan Suryawati, S.Si, Apt,

M.Sc selaku pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu, arahan dan

masukan yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

4. Dr.dr. Imran, M.Kes, Sp.S dan Drh. Azmunir, M.Yc, M.Sc sebagai dosen

penguji yang telah banyak memberikan sumbangan pikiran dan saran.

5. Orangtua Ibunda Dra. Hj. Nurlailawiyah dan Ayahanda Drs. H. M. Diah

Abdullah B.BA atas segala kasih sayang, doa, pengorbanan dan bimbingan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat memberi kontribusi bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

Banda Aceh, Maret 2014Penulis,

Murdia

iii

Page 4: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

ABSTRAK

Nyeri kepala primer merupakan nyeri kepala berulang secara terus-menerus tanpa ada penyebab yang jelas dan hal ini dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari seperti berpikir, berkonsentrasi dan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaannya sehingga ada kecenderungan terjadinya depresi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi pada pasien nyeri kepala primer. Penelitian dilakukan pada pasien nyeri kepala primer yang berkunjung ke Poliklinik Saraf RSUDZA Banda Aceh. Metode penelitian ini bersifat studi cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling selama periode 03 Maret – 10 Maret 2014. Skala nyeri diukur menggunakan Visual Analogue Scale dan tingkat depresi menggunakan Beck Depression Inventory II. Analisa data menggunakan uji Spearman Rank Correlation. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 41 responden didapatkan 1 orang (2,4%) nyeri ringan, 32 orang (78%) nyeri sedang, 6 orang (14,6%) nyeri berat dan 2 orang (4,9%) nyeri sangat berat. Didapatkan pula bahwa 4 orang (9,8%) tidak depresi (normal), 5 orang (12,2%) depresi ringan, 24 orang (58,5%) depresi sedang dan 8 orang (19,5%) depresi berat. Hasil uji Spearman Rank Correlation didapatkan p = 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara skala nyeri dengan tingkat depresi pada pasien nyeri kepala primer.

Kata Kunci: Nyeri Kepala Primer, Skala Nyeri, Tingkat Depresi.

iv

Page 5: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

ABSTRACT

Primary headache is a recurrent headaches continuously without any obvious caused that can lead to disruption of daily activities such as thinking, concentrating and activities related to work, so there is a tendency for depression. The major of this reasearch is to determine the relations of pain scale to depression degree in primary headache patients. This research were conducted to primary headache patients who visited the Poliklinik Saraf at Zainoel Abidin hospital in Banda Aceh. This primary method of research is cross sectional method. The sample of this research is using by accidental sampling. Pain sclae was measured by Visual Analogue Scale and depression degree with Beck Depression Inventory II. The data were taken during March 3th – March 10th, 2014 and analyzed by using Spearman Rank Correlation test. The results of this reseacrh attempt to explain from 41 respondents had founded that 1 person (2,4%) indicated suffering mild pain, 32 persons (78%) has moderate pain, 6 persons (14,6%) has severe pain and 2 persons (4,9%) has very severe pain. Beside that 4 persons (9,8%) did not indicated suffering depression (normal), 5 persons (12,2%) has mild depression, 24 persons (58,5%) has moderate depression and 8 persons (19,5%) has severe depression and this research also shows that Spearman Rank Correlation test obtained p = 0,000. Therefore, researcher concluded that there is a correlation between pain scale and depression degree in primay headache patients.

Keywords: Primary Headache, Pain Scale, Depression Degree.

v

Page 6: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iiKATA PENGANTAR....................................................................................... iiiABSTRAK......................................................................................................... ivABSTRACT........................................................................................................ vDAFTAR ISI ..................................................................................................... viDAFTAR TABEL.............................................................................................. viiiDAFTAR GAMBAR......................................................................................... ixDAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 11.1 Latar Belakang.......................................................................... 11.2 Rumusan Masalah..................................................................... 21.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 21.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 3

1.4.1 Manfaat Ilmiah.............................................................. 31.4.2 Manfaat Praktis............................................................. 3

1.5 Hipotesis.................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 42.1 Nyeri Kepala Primer ................................................................ 4

2.1.1 Definisi.......................................................................... 42.1.2 Epidemiologi................................................................. 42.1.3 Patofisiologi.................................................................. 5

2.2 Depresi...................................................................................... 7 2.2.1 Definisi.......................................................................... 7 2.2.2 Etiologi.......................................................................... 7 2.2.3 Gambaran Klinis............................................................ 8 2.2.4 Derajat Depresi dan Penegakan Diagnosis.................... 8

2.2.5 Beck Depression Inventory............................................ 92.3 Skala Nyeri................................................................................ 10

2.3.1 Definisi.......................................................................... 102.3.2 Klasifikasi Nyeri........................................................... 112.3.3 Fisiologi Nyeri............................................................... 122.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri...................... 132.3.5 Pengukuran Skala Nyeri................................................ 13

2.4 Kerangka Teori.......................................................................... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 163.1 Jenis dan Rancangan Penelitian................................................ 163.2 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 163.3 Populasi dan Sampel.................................................................. 16

3.3.1 Populasi......................................................................... 163.3.2 Sampel........................................................................... 16

vi

Page 7: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

3.3.3 Kriteria Sampel............................................................ 173.3.4 Teknik Pengambilan Sampel........................................ 17

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional........................... 183.4.1 Nyeri Kepala Primer..................................................... 183.4.2 Tingkat Depresi............................................................. 193.4.3 Skala Nyeri.................................................................... 19

3.5 Instrumen Penelitian.................................................................. 203.6 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 203.7 Analisis Data.............................................................................. 203.8 Alur Penelitian........................................................................... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 224.1 Hasil Penelitian......................................................................... 22

4.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden............................... 224.1.2 Gambaran Skala Nyeri Responden............................... 234.1.3 Gambaran Tingkat Depresi Responden........................ 234.1.4 Hubungan Skala Nyeri dan Tingkat Depresi................ 24

4.2 Pembahasan.............................................................................. 254.3 Keterbatasan Penelitian............................................................ 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 285.1 Kesimpulan.............................................................................. 285.2 Saran......................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 29LAMPIRAN....................................................................................................... 34

vii

Page 8: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penggolongan Depresi Menurut ICD-10......................................... 9Tabel 4.1 Data Karakteristik Responden Nyeri Kepala Primer........................ 22Tabel 4.2 Hubungan Skala Nyeri dan Tingkat Depresi pada Pasien Nyeri Kepala Primer................................................................................... 23

viii

Page 9: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori.............................................................................. 15Gambar 3.1 Variabel Penelitian........................................................................ 18Gambar 3.2 Skema Alur Penelitian................................................................... 21Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Responden................................ 22Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Responden......................... 22

ix

Page 10: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian........................................... 33Lampiran 2 Penjelasan Mengenai Penelitian............................................. 34Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden............................... 35Lampiran 4 Cheklist Penelitian.................................................................. 36Lampiran 5 Beck Depression Inventory II................................................. 37Lampiran 6 Visual Analogue Scale............................................................ 41Lampiran 7 Tabel Hasil Penelitian............................................................. 42Lampiran 8 Tabel Data Responden Penelitian........................................... 44Lampiran 9 Surat Izin Penelitian................................................................ 46Lampiran 10 Surat Selesai Penelitian........................................................... 47Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian.......................................................... 48Lampiran 12 Biodata Penulis........................................................................ 49

x

Page 11: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

1

Page 12: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) dalam Atlas of headache disorders and

resources in the world 2011 mengemukakan bahwa nyeri kepala merupakan salah

satu gangguan yang paling umum dari sistem saraf. (1) Klasifikasi The Internati

onal Headache Society (IHS) membagi nyeri kepala menjadi dua kategori utama

yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. (2) Nyeri kepala primer

mencakup sekelompok heterogen gangguan neurologis yang menyebabkan nyeri

kepala berulang secara terus-menerus tanpa ada penyebab yang jelas, sedangkan

nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi

atau kelainan struktur. Nyeri kepala primer termasuk migren, nyeri kepala karena

ketegangan (tension-type headache) dan nyeri kepala Cluster. (3)

Secara global telah diperkirakan setengah sampai tiga perempat dari orang

dewasa berusia 18-65 tahun di dunia telah mengalami nyeri kepala setidaknya

sekali dalam satu tahun terakhir, lebih dari 10% telah melaporkan migren, 42%

dengan tension-type headache dan 3% dengan nyeri kepala Cluster. (4) Sekitar

1,7- 4 % populasi orang dewasa di dunia mengalami nyeri kepala paling tidak

selama 15 hari setiap bulannya. Meskipun variasi regional, gangguan sakit kepala

adalah masalah di seluruh dunia, mempengaruhi orang dari segala usia, ras,

tingkat pendapatan dan wilayah geografis. (5)

Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu

bagian tubuh. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulasi

nyeri yang dirasakan pasien tidak hanya mempengaruhi kondisi fisiknya, tetapi

juga mempengaruhi komponen emosional pasien dan seringkali disertai dengan

depresi. Nyeri secara karakteristik berhubungan dengan perubahan tingkah laku

dan respon stress yang terdiri dari meningkatnya tekanan darah, denyut nadi dan

kontraksi otot lokal. (6)

Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya

perasaan kendali dan pengalaman subjektif terhadap penderitaan yang berat.

Gejala penyertanya terdiri dari perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,

Page 13: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

2

psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya

serta bunuh diri. (7)

Nyeri kepala primer sangat berpengaruh secara signifikan terhadap

morbiditas psikis dari pasien. Adapun gangguan psikis yang telah dilaporkan

berkaitan dengan nyeri kepala primer adalah kecemasan dan depresi. Mekanisme

yang mendasari hubungan antara nyeri kepala primer dan depresi masih belum

diketahui, namun demikian munculnya gejala depresi telah berulang kali dikaitkan

dengan kondisi kesehatan yang menurun, peningkatan nyeri yang yang terus-

menerus, gangguan suasana hati (mood) dan disabilitas pada pasien nyeri kepala

primer. (8)

Hubungan nyeri kepala terhadap depresi bersifat kompleks. Depresi

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan

depresi. Stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakini

mengendalikan emosi seseorang khususnya depresi. Sistem limbik dapat

memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan

nyeri. (9)

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi pada pasien

nyeri kepala primer”. Pentingnya pemahaman mengenai kaitan antara skala nyeri

dan depresi pada pasien nyeri kepala primer ini sehingga dapat membantu untuk

memperbaiki gejala rasa nyeri kepala dan meningkatkan kualitas kesehatan yang

berhubungan dengan kualitas hidup pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan skala nyeri dengan

tingkat depresi pada pasien nyeri kepala primer?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan skala nyeri dengan

tingkat depresi pada pasien nyeri kepala primer.

Page 14: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

3

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data

tambahan sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu daftar referensi dalam

penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam menulis

karya tulis ilmiah, menambah wawasan peneliti mengenai nyeri kepala primer,

skala nyeri dan tingkat depresi serta hubungan di antara keduanya.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka hipotesis penelitian ini

adalah : terdapat hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi pada pasien nyeri

kepala primer.

Page 15: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyeri Kepala Primer

2.1.1 Definisi

The International Classification of Headache Disorders 2nd Edition (ICHD-

II) mendefinisikan nyeri kepala primer sebagai sekelompok heterogen gangguan

neurologis yang menyebabkan nyeri kepala berulang secara terus-menerus tanpa

ada penyebab yang jelas. Nyeri kepala primer termasuk migren, nyeri kepala

karena ketegangan (Tension-type headache) dan nyeri kepala Cluster. (2)

Migren adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4

– 72 jam dengan karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang

atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yg rutin dan diikuti dengan

nausea dan/atau fonofobia dan fotofobia. (10) Nyeri kepala karena ketegangan

(Tension-type headache) merupakan nyeri kepala kontraksi atau karena tegang

menimbulkan nyeri akibat kontraksi menetap otot-otot kulit kepala, dahi dan leher

yang disertai dengan vasokonstriksi ekstrakranium. (11) Nyeri kepala Cluster

ialah suatu sindrom nyeri kepala neurovaskular yang khas dan dapat

disembuhkan, walaupun insidensinya jauh lebih jarang daripada migren. (12)

2.1.2 Epidemiologi

Nyeri kepala adalah nyeri yang paling sering dilaporkan pada orang dewasa

setelah nyeri muskuloskeletal dan perut. Penelitian epidemiologi yang dilakukan

pada populasi umum untuk rata-rata tingkat prevalensi nyeri kepala adalah 46%

untuk prevalensi 1 tahun dan 64% untuk prevalensi seumur hidup. (13) WHO

menetapkan migren pada urutan ke 20 sebagai penyebab disabilitas di dunia.

Nyeri kepala migren diperkirakan dua sampai tiga kali lebih sering pada

perempuan daripada laki-laki, cenderung dijumpai dalam satu keluarga, diperki-

rakan memiliki dasar genetik dan biasanya dijumpai pada perempuan muda yang

sehat. (14) Sekitar 75% - 80% pengidap migren memiliki anggota keluarga dekat

yang mengidap nyeri kepala. Migren paling sering terjadi pada perempuan berusia

kurang dari 40 tahun, walaupun dapat juga dijumpai pada wanita menoupause

Page 16: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

5

akibat perubahan produksi hormon. Prevalensi migren akan menurun seiring

dengan bertambahnya usia, namun penyakit ini masih signifikan setelah dekade

keenam kehidupan. Pada sebuah penelitian mengemukakan bahwa kejadian

migren memuncak pada wanita usia 20-29 tahun atau 9,86/1000 orang selama 1

tahun. Sekitar 43% pada wanita dan 18% pada pria yang mengalami kejadian

migren seumur hidup. (15)

Secara global, kejadian Tension-type headache (TTH) berkisar 14 - 44 per

1.000 orang per tahun dengan rasio wanita: laki-laki adalah 3: 1. Pada usia 35

tahun merupakan kejadian puncak terjadinya TTH. Prevalensi terjadinya TTH

meningkat seiring bertambahnya usia. (16) Meskipun TTH adalah gangguan nyeri

kepala primer yang paling umum terjadi, namun tingkat prevalensi yang

dilaporkan mengenai TTH sangatlah bervariasi. Dalam review dari prevalensi

global nyeri kepala, prevalensi TTH dilaporkan menjadi 46%, dibandingkan

dengan 14% untuk migren. di Amerika Serikat angka kejadian TTH adalah 38%,

sedangkan berdasarkan survei pada populasi yang luas angka kejadian TTH kronis

adalah 2,2%. (17)

Nyeri kepala Cluster terjadi 1-3% pada populasi, dengan perbandingan

antara laki-laki dan perempuan adalah 3 : 1. Nyeri kepala Cluster biasanya

dimulai pada umur 30-an, namun telah dilaporkan nyeri ini terjadi pada pasien

termuda yakni pada usia 1 tahun dan yang tertua adalah pada usia 79 tahun. (18)

2.1.3 Patofisiologi

Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron

trigeminal sentral. Fenomena pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneus

allodinia didapat pada penderita yang mendapat serangan migren dan nyeri kepala

kronik lain yang disangkakan sebagai refleksi pemberatan respons dari neuron

trigeminal sentral. (19)

Inervasi sensoris pembuluh darah intrakranial sebagian besar berasal dari

ganglion trigeminal dari didalam serabut sensoris tersebut mengandung

neuropeptid dimana jumlah dan peranannya adalah yang paling besar yaitu CGRP

(Calcitonin Gene Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP (Substance P), NKA

(Neurokinin A), PACAP (Pituitary Adenylate Cyclase Activating Peptide), NO

Page 17: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

6

(Nitricoxide), PGEJ2 (molekul prostaglandin E2), bradikinin, serotonin dan ATP,

mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor-nosiseptor. (20)

Marker pain sensing nerves lain yang berperan dalam proses nyeri adalah

opioid dimorfin, sensory neuron-specific sodium channel, reseptor purinergik,

isolektin B4, neuropeptida Y, galanin dan artemin reseptor. (21) Sistem ascending

dan descending pain pathway yang berperan dalam transmisi dan modulasi nyeri

terletak di batang otak. Batang otak memainkan peranan yang paling penting

sebagai pembawa impuls nosiseptif dan sebagai modulator impuls tersebut.

Modulasi transmisi sensoris sebagian besar berpusat di batang otak (misalnya

periaquaductal grey matter, locus coeruleus, nukleus raphe magnus dan formatio

retikularis) yang mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik yang

melibatkan konvergensi kerja dari korteks somatosensorik, hipotalamus, anterior

singulate korteks dan struktur sistem limbik lainnya. Dengan demikian batang

otak disebut juga sebagai generator dan modulator terjadinya nyeri kepala. (22)

Deposisi zat besi Fe (stimuli elektrode) yang berlebihan pada periaquaduct

grey matter (PAG) pada midbrain dapat mencetuskan timbulnya nyeri kepala

seperti migren. Pada penelitian MRI terhadap keterlibatan batang otak pada

penderita migren, CDH (Chronic Daily Headache) dan sampel kontrol yang non

nyeri kepala, didapat bukti bahwa adanya peninggian deposisi Fe di PAG pada

penderita migren dan CDH dibandingkan dengan kontrol. (23)

Adanya inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan

kaskade zat substansi dari berbagai sel. Makrofag melepaskan sitokin IL-1, IL-6

dan TNF α dan nerve growth factor. Sel mast melepas/mengasingkan metabolit

histamin, serotonin, prostaglandin dan asam arakidonat dengan kemampuan

melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat proses inflamasi, terjadi proses

upregulasi beberapa reseptor (VR-1, sensory specific sodium//SNS dan SNS-2

serta peptida (CGRP, SP). (24)

Patofisiologi migren, TTH dan nyeri kepala Cluster tidak diketahui secara

pasti, namun kemajuan dalam penelitian dasar dan klinis telah meningkatkan

pemahaman kita tentang mekanisme terjadinya migren, TTH dan nyeri kepala

Cluster. (24)

Page 18: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

7

2.2 Depresi

2.2.1 Definisi

Depresi merupakan salah satu gangguan suasana hati (mood) yang ditandai

oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif terhadap penderitaan

yang berat dengan alam perasaan yang sedih. Gejala penyerta terdiri dari

perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor, gangguan konsentrasi,

anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta bunuh diri. (7)

Secara molekuler depresi adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh

defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik neurotransmitter

(noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di sistem saraf pusat

terutama pada sistem limbik. (25)

2.2.2 Etiologi Depresi

Faktor penyebab depresi dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik dan

faktor psikososial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan

pada biogenik amin, seperti 5HIAA (5- Hidroksi indol asetil acid), HVA

(Homovanilic acid), 5 MPGH (5 methoxy-0-hidroksi phenil glikol), di dalam

darah, urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter

yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epinefrin. Penurunan

serotonin dapat mencetuskan depresi dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien

memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa

norepinefrin berperan dalam patofisiologi depresi. Selain itu aktivitas dopamin

pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang

menurunkan konsentrasi dopamin seperti respirin dan penyakit dimana

konsentrasi dopamin menurun seperti pada parkinson, adalah disertai gejala

depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin,

amphetamine dan bupropion dapat menurunkan gejala depresi. (26)

Disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis

neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung neurotransmiter

biogenik amin. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin.

Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung biogenik

amin. (27)

Page 19: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

8

Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan secara khusus, hanya

disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan kemampuan dalam

menanggapi stress. (27)

Nyeri yang berlebihan dapat menyebabkan stress, lebih sering mendahului

episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi

mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam

depresi, klinisi lain menyatakan bahwa nyeri yang berlebihan hanya memiliki

peranan terbatas dalam onset depresi. (28)

2.2.3 Gambaran Klinis

Depresi adalah proses patologis, bukan merupakan proses normal dalam

kehidupan. Pada umumnya, orang-orang akan menanggulanginya dengan mencari

dan memenuhi rasa kebahagiaan. Bagaimanapun, pasien nyeri kepala primer

cenderung menyangkal bahwa dirinya mengalami depresi. Gejala umumnya

banyak diantara mereka muncul diantaranya adalah perubahan pikiran (merasa

bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mengingat

informasi). Perubahan perasaan berupa merasa sedih, sering menangis ketika nyeri

kepala, mudah marah dan iritabilitas. Perubahan kebiasaan sehari-hari misalnya

menunda aktivitas pekerjaan, penurunan aktivitas fisik dan latihan. (29)

2.2.4 Derajat Depresi dan Penegakan Diagnosis

Gangguan depresi ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III (Pedoman

Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang merujuk pada ICD 10

(International Classification Diagnostic 10). Gangguan depresi dibedakan dalam

depresi berat, sedang dan ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta

dampak terhadap fungsi kehidupan seseorang. (30)

A. Gejala utama

1.Suasana perasaan yang depresi/sedih atau murung

2.Kehilangan minat dan kegembiraan

3. Berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah

lelah dan berkurangnya aktivitas

Page 20: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

9

B. Gejala tambahan

1. Konsentrasi dan perhatian berkurang.

2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.

3. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna.

4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.

5. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri.

6. Gangguan tidur.

7. Nafsu makan berkurang.

Tabel 2.1 Penggolongan Depresi Menurut ICD-10 (30)

Tingkat DepresiGejala Utama

Gejala Lain Fungsi Keterangan

Ringan 2 2 Baik -Sedang 2 3-4 Terganggu DistressBerat 3 >4 Sangat Terganggu Sangat distress

Berdasarkan ICD-10, depresi dibedakan dalam tiga tingkatan (30) :

1) Depresi ringan (mild), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga gejala

tambahan yang sudah berlangsung sekurang-kurangnya selama dua minggu

dan tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.

2) Depresi sedang (moderate), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga

gejala utama ditambah sekurang-kurangnya tiga (sebaiknya empat) gejala

tambahan.

3) Depresi berat (severe), jika terdapat tiga gejala utama ditambah sekurang-

kurangnya empat gejala tambahan, beberapa di antaranya harus berintensitas

berat.

2.2.5 Beck Depression Inventory II

Beck Depression Inventory II merupakan instrumen yang digunakan untuk

melakukan penilaian terhadap manifestasi tingkat keparahan depresi. Adapun

fungsi dari BDI II ini untuk mengetahui sejauh mana derajat depresi seseorang,

apakah ringan, sedang dan berat. Beck Depression Inventory II merupakan instru

men yang paling banyak digunakan untuk menilai keparahan depresi. (31)

Page 21: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

10

Beck Depression Inventory II yang asli terdiri dari 21 pertanyaan dalam

bentuk multiple choice. Dua puluh satu pertanyaan merupakan manifestasi 21

karakteristik depresi berupa: kesedihan, pesimistik, kegagalan masa lalu,

kehilangan kesenangan, perasaan bersalah, perasaan merasa dihukum, benci diri

sendiri, pengkritikan terhadap diri sendiri, pikiran atau keinginan untuk bunuh

diri, menangis, tidak bisa beristirahat, kehilangan minat, keragu-raguan,

ketidakberartian, kehilangan energi, perubahan dalam pola tidur, mudah

tersinggung, perubahan dalam selera makan, kesulitan berkonsentrasi, kelelahan

dan kehilangan minat seks. Beck Depression Inventory II dihitung dengan

menjumlahkan nomor-nomor pada jawaban yang dipilih. Interpretasi tingkat

keparahan dengan jumlah nilai 0-9 dianggap tidak depresi/normal, jumlah nilai

10-16 termasuk depresi ringan, jumlah nilai 17-29 termasuk depresi sedang dan

jumlah nilai > 30 menunjukkan depresi berat, dengan skor minimal 0 dan skor

maksimal 63. (31)

Keuntungan pada BDI II yaitu sangat mudah digunakan, menggunakan

bahasa yang sederhana dan sangat mudah untuk menilai skor. Adapun

kerugiannya adalah adanya bias yang dijumpai misalnya : wanita, subjek yang

tingkat pendidikannya rendah, remaja, usia lanjut dan individu dengan diagnosis

psikiatrik tertentu yang cenderung menunjukkan skor yang lebih tinggi. (32)

2.3 Skala Nyeri

2.3.1 Definisi

Skala nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh

individu. Pengukuran bersifat sangat subjektif, individual serta kemungkinan

nyeri dalam skala yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang

berbeda. Visual Analogue Scale merupakan skala nyeri subjektif 0-10. (33).

Dengan keterangan :

0-1 : Tidak nyeri2-3 : Nyeri ringan4-6 : Nyeri sedang7-8 : Nyeri berat9-10 : Nyeri sangat berat

Page 22: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

11

2.3.2 Klasifikasi Nyeri

1. Nyeri Nosiseptif

Perjalanan nyeri termasuk  suatu rangkaian proses neurofisiologis kompleks

yang disebut sebagai nosiseptif (nociception)  yang merefleksikan  empat proses 

komponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi, dimana

terjadinya stimulasi yang kuat diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan

saraf pusat (korteks serebri). (34)

2. Nyeri Somatik

Nyeri somatik merupakan nyeri yang timbul pada organ non viseral. Nyeri

somatik superfisial kulit memerlukan stimulus yang efektif untuk menimbulkan

nyeri di kulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Nyeri

somatik dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum,

tulang, sendi dan arteri. Nyeri dirasakan lebih difus daripada nyeri kulit dan

cenderung menyebar ke daerah sekitarnya. (35)

3. Nyeri Visera

Nyeri visera mengacu pada nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh.

Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri somatik

dan terletak di dinding otot polos organ-organ berongga dan di kapsul organ-organ

padat. Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera adalah peregangan atau

distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia dan peradangan. (35)

4. Nyeri Neuropatik

Kerusakan atau disfungsi sistem saraf pusat atau perifer dapat menyebabkan

nyeri. Jenis nyeri ini disebut nyeri neuropatik (deferentasi). Nyeri neuropatik

berasal dari saraf perifer di sepanjang perjalanannya atau dari SSP karena

gangguan fungsi, tanpa melibatkan eksitasi reseptor nyeri spesifik (nosiseptor).

Lesi pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan gangguan atau hilangnya sensasi

nyeri yang masing-masing disebut hipalgesia dan analgesia. (36)

5. Nyeri Psikogenik

Nyeri psikogenik adalah nyeri yang dikeluhkan tanpa terdeteksi adanya

kelainan organik. Nyeri fungsional karena timbulnya nyeri tersebut disebabkan

abnormalitas atau gangguan fungsi sistem saraf, yang berupa peningkatan

sensitivitas terhadap berbagai stimulus. (37)

Page 23: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

12

2.3.3 Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang

nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas

dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial

merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri

(nosireseptor) ada yang bermielien dan yang tidak bermielin dari saraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagain

tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam dan pada daerah viseral, karena

letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang

berbeda. Nosireseptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri yang berasal

dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. (38)

Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu:

Reseptor A delta yang merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-

30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang

apabila penyebab nyeri dihilangkan. Serabut C merupakan serabut komponen

lambat (kecepatan transmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih

dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor

nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh

darah, saraf, otot dan jaringan penyangga lainnya. Nyeri yang timbul merupakan

nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi karena memiliki struktur reseptor yang

kompleks. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi

organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang

timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi

sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi. (38)

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Nyeri dipengaruhi oleh banyak faktor, nyeri dipengaruhi oleh faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi nyeri adalah usia, jenis

kelamin, perhatian pada nyeri, ansietas, pengalaman pasien terhadap nyeri

sebelumnya, pengetahuan dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yang

mempengaruhi nyeri antara lain adalah pola koping, dukungan keluarga, budaya,

lingkungan dan pengobatan. (39)

Page 24: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

13

2.3.5 Pengukuran Skala Nyeri

Kesulitan dalam mengukur rasa nyeri disebabkan oleh subyektifitas yang

tinggi dan tentunya memberikan perbedaan secara individual. Pengukuran nyeri

dapat merupakan pengukuran satu dimensional saja atau pengukuran berdimensi

ganda. Kategori pengukuran nyeri beragam sekali namun yang termudah yaitu,

pengukuran nyeri dengan skala kategorikal, numerikal dan pendekatan

multidimensional. Masing-masing pendekatan pengukuran nyeri ini memiliki

kelebihan dan kekurangan, serta tingkat obyektifitas-subyektifitas berbeda-beda

dan area yang menjadi tujuan pengukuran apakah sensorik saja, apakah mencakup

afektif serta adakah sifat evaluatif dari instrumen dimaksud. (40)

Pengukuran nyeri dapat merupakan pengukuran satu dimensional saja atau

pengukuran berdimensi ganda. Pada pengukuran satu dimensional umumnya

hanya mengukur pada satu aspek nyeri saja, misalnya berapa berat rasa nyeri

menggunakan pain rating scale yang dapat berupa pengukuran kategorikal atau

numerikal misalnya visual analogue scale (VAS). (40)

Visual analogue scale adalah instrumen pengukuran nyeri yang paling

banyak dipakai dalam berbagai studi klinis dan diterapkan terhadap berbagai jenis

nyeri. Metode pengukuran ini sebagaimana yang dikembangkan oleh Stevenson et

al. dari pusat penanganan nyeri kanker di Wisconsin. Terdiri dari satu garis lurus

sepanjang 10 cm. Garis paling kiri menunjukkan tidak ada rasa nyeri sama sekali,

sedangkan garis paling kanan menandakan rasa nyeri yang paling buruk. Pasien

dimintakan untuk memberikan garis tegak lurus yang menandakan derajat

beratnya nyeri yang dirasakannya. Instrumen VAS ini tidak menggambarkan jenis

rasa nyeri yang dialami pasien. Sebagaimana pengukuran kategorikal, maka VAS

juga mengukur nyeri secara satu dimensi saja. Pengukuran dengan VAS pada nilai

di bawah 4 dikatakan sebagai nyeri ringan; nilai 4-7 dinyatakan sebagai nyeri

sedang dan di atas 7 dianggap sebagai nyeri berat. (41)

Page 25: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

14

2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Nyeri

Nyeri Kepala Primer merupakan sekelompok heterogen gangguan neurologis yang menyebabkan nyeri kepala berulang secara terus menerus tanpa ada penyebab yang jelas. (2)

Visual Analogue Scale (VAS) merupakan skala nyeri subjektif 0-10. (41)0-1 : Tidak nyeri2-3 : Nyeri ringan4-6 : Nyeri sedang7-8 : Nyeri berat9-10 : Nyeri sangat berat

Penggolongan Depresi (30):1. Ringan, 2. Sedang 3. Berat

Hubungan nyeri kepala dengan depresi bersifat kompleks. Depresi seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan depresi. Stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang khususnya depresi. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri. (9)

Page 26: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

15

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian survey analitik merupakan

penelitian yang mencoba mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel

lainnya. Rancangan cross sectional merupakan rancangan yang bertujuan untuk

mencari hubungan antara faktor risiko (variabel bebas) dengan efek (variabel

terikat) dengan melakukan pengukuran sesaat. Variabel yang termasuk faktor

risiko dan variabel yang termasuk efek diukur menurut keadaan atau statusnya

pada waktu observasi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Saraf RSUDZA Banda Aceh dalam

jangka waktu 03 Maret – 10 Maret 2014. Adapun jadwal kegiatan penelitian,

dimulai dari studi kepustakaan sampai seminar hasil dapat dilihat di lampiran 1.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai

karakteristik tertentu untuk diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien yang didiagnosa dengan nyeri kepala primer oleh dokter spesialis saraf

yang berobat jalan di Poliklinik Saraf RSUDZA selama periode 03 Maret - 10

Maret 2014.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien yang didiagnosa dengan

nyeri kepala primer oleh dokter spesialis saraf yang berobat jalan di Poliklinik

Saraf RSUDZA selama periode 03 Maret - 10 Maret 2014 yang memenuhi kriteria

inklusi dan ekslusi.

Page 27: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

16

3.3.3 Kriteria Sampel

Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel, yaitu :

A. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan syarat umum yang harus dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat menjadi sampel dalam penelitian.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Pasien didiagnosa dengan nyeri kepala primer

2) Pasien usia 18-65 tahun

3) Pasien dapat menulis dan membaca

4) Pasien bersedia mengikuti penelitian

B. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi adalah setiap keadaan yang menyebabkan peserta

memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikut sertakan dalam penelitiannya.

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Pasien yang menderita demensia dan retardasi mental

2) Pasien yang tidak dapat menulis dan membaca

3) Pasien yang tidak kooperatif

3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Non

Probability Sampling dengan metode accidental sampling yang dilakukan dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia pada saat

penelitian.

Rumus besar sampel minimal yang digunakan adalah :

n=Z α2 . P . Qd2

Keterangan :n = Besar sampel minimumZ1-α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

(α = 0,05, Z1-α/2 = 1,96)P = Harga proporsi di populasi

(Variasi populasi yang dinyatakan dalam bentuk proporsi yaitu Sebesar 0,5)

Q = (1-P)d = Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (ditetapkan oleh peneliti

Page 28: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

17

sebesar 16%)Maka, besar sampel minimal yang dibutuhkan :

n=(1 , 962 x0,5 x (1−0,5 )0,162 )

n=37

Sampel minimal dalam penelitian ini adalah 37 orang. Biasanya

ditambahkan 10% dari jumlah sampel minimal, jadi besar sampel dalam penelitian

ini adalah 41 orang.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu variabel dependen dan variabel

independen :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Variabel Penelitian

Untuk memudahkan memahami variabel-variabel penelitian ini, peneliti

akan menjelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut :

3.4.1 Nyeri Kepala Primer

Nyeri kepala primer adalah sekelompok heterogen gangguan neurologis

yang menyebabkan nyeri kepala berulang secara terus-menerus tanpa ada

penyebab yang jelas. Tipe nyeri kepala primer terdiri dari migren, tension-type

headache dan nyeri kepala Cluster. (2)

Alat ukur yang digunakan dalam variabel ini hasil anamnesa dan

pemeriksaan klinis pasien yang telah didiagnosis oleh dokter spesialis saraf. Skala

ukur adalah nominal yang dinyatakan dalam nyeri kepala primer ya/tidak.

Skala Nyeri Tingkat Depresi

Page 29: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

18

3.4.2 Tingkat Depresi

Depresi merupakan salah satu gangguan suasana hati (mood) yang ditandai

oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif terhadap penderitaan

yang berat dengan alam perasaan yang sedih. Gejala penyerta terdiri dari

perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor, gangguan konsentrasi,

anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta bunuh diri. (7)

Berdasarkan ICD-10, depresi dibedakan dalam tiga tingkatan (30) :

4) Depresi ringan (mild), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga gejala

tambahan yang sudah berlangsung sekurang-kurangnya selama dua minggu

dan tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.

5) Depresi sedang (moderate), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga

gejala utama ditambah sekurang-kurangnya tiga (sebaiknya empat) gejala

tambahan.

6) Depresi berat (severe), jika terdapat tiga gejala utama ditambah sekurang-

kurangnya empat gejala tambahan, beberapa di antaranya harus berintensitas

berat.

Alat ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah Beck Depression

Inventory II. Skala ukur adalah ordinal yang dinyatakan dalam tingkat depresi

ringan, sedang dan berat.

3.4.3 Skala Nyeri

Skala nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh

individu. Pengukuran ini bersifat sangat subjektif dan individual serta kemung

kinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang

yang berbeda. (5) Visual Analogue Scale (VAS) merupakan skala nyeri subjektif,

dimana skala 0 untuk tidak nyeri dan skala 10 untuk paling nyeri, dengan

keterangan : 0-1 : Tidak nyeri, 2-3 : Nyeri ringan, 4-6 : Nyeri sedang, 7-8 : Nyeri

berat, 9-10 : Nyeri sangat berat.

Alat ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah Visual Analogue Scale.

Skala ukur adalah ordinal yang dinyatakan dalam skala nyeri 0-10.

Page 30: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

19

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner

yang diberikan pada pasien setelah menandatangani surat bersedia ikut dalam

penelitian. Instrumen berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam mengumpulkan

data yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan hubungan

skala nyeri dengan tingkat depresi pada pasien nyeri kepala primer.

a. Beck Depression Inventory II

b. Visual Analogue Scale

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data diperoleh secara langsung dengan mengajukan kuesioner Beck

Depression Inventory II dan Visual Analogue Scale kepada pasien nyeri kepala

primer.

3.7 Analisis Data

Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel

penelitian. Hasil analisis univariat dapat menunjukkan distribusi frekuensi dan

presentasi dari tiap variabel penelitian yang ditampilkan dalam bentuk tabel.

Analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman

Rank Correlation test. Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas (independent) yaitu skala nyeri kemudian dicari korelasinya

dengan variabel terikat (dependent) yaitu tingkat depresi secara bersamaan yang

mana datanya berupa ordinal.

Page 31: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

20

3.8 Alur Penelitian

Adapun alur penelitian yang dilakukan peneliti, dapat dilihat pada gambar di

bawah ini :

Gambar 3.2 Skema Alur Penelitian

Persiapan Kelengkapan Surat Izin dan Kelengkapan Pengambilan Data

Pasien Nyeri Kepala Primer di Poli Klinik Saraf RSUDZA

Kriteria Ekslusi Kriteria Inklusi

Visual Analogue Scale

Beck Inventory Depression II

Pengolahan Data

Page 32: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

21

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Data yang didapatkan pada penelitian ini merupakan hasil wawancara

terpimpin. Skala nyeri diukur menggunakan Visual Analogue Scale dan tingkat

depresi menggunakan Beck Depression Inventory II. Jumlah sampel pada

penelitian ini adalah 41 orang pasien nyeri kepala primer yang berkunjung ke

Poliklinik Saraf RSUDZA Banda Aceh pada 03 Maret – 10 Maret 2014.

Karakteristik responden penelitian ini terdiri dari jenis kelamin dan umur

yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Data Karakteristik Responden Nyeri Kepala Primer

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)Jenis KelaminLaki-lakiPerempuanUmur< 30 tahun30-45 tahun46-60 tahun> 60 tahun

1328

1216112

31,768,3

29,339,026,84,9

Jumlah 41 100

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa jenis kelamin responden

yang paling banyak yaitu perempuan sejumlah 28 responden (68,3%) dan

berdasarkan umur yang paling banyak adalah antara umur 30-45 tahun yaitu 16

responden (39,0%).

Page 33: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

22

4.1.2 Gambaran Skala Nyeri Responden

Berikut distribusi frekuensi skala nyeri responden pada Diagram 4.1 di

bawah ini :

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Responden

Ringan Sedang Berat Sangat Berat

Total0

20

40

60

80

100

1

32

6 2

41

2.4

78

14.64.9

100Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Responden

FrekuensiPersentase

Berdasarkan Diagram 4.1 di atas menunjukkan responden dengan skala

nyeri sedang paling banyak yaitu berjumlah 32 responden (78,0%).

4.1.3 Gambaran Tingkat Depresi Responden

Berikut ini adalah gambaran tingkat depresi responden dalam Diagram 4.2

di bawah ini :

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Responden

Normal Ringan Sedang Berat Jumlah0

20

40

60

80

100

4 5

248

41

9.8 12.2

58.8

19.5

100

Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Responden

FrekuensiPersentase

Page 34: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

23

Berdasarkan Diagram 4.2 di atas menunjukkan responden dengan tingkat

depresi sedang paling banyak yaitu berjumlah 24 responden (58,8%).

4.1.4 Analisis Bivariat

Pada penelitian ini dapat dilakukan analisis uji korelasi dengan

menggunakan uji Spearman dengan α = 0,05 untuk melihat ada tidaknya korelasi

antara variabel yang diteliti dan disajikan dalam Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Hubungan Skala Nyeri dan Tingkat Depresi pada Pasien Nyeri Kepala Primer

Tingkat DepresiSkala Nyeri r 0,619

p 0,000n 41

Berdasarkan hasil uji korelasi di atas, didapatkan P = 0,000 yang

menunjukkan bahwa korelasi antara skala nyeri dengan tingkat depresi adalah

bermakna.

Page 35: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

24

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian dari 41 responden menunjukkan bahwa skala VAS pada

nilai 4-6 (nyeri sedang) dan skor BDI II 17-29 (tingkat depresi sedang) paling

banyak dialami responden nyeri kepala primer yaitu sebesar 78% diikuti dengan

skala VAS 7-8 (nyeri berat) dan skor BDI II > 30 (depresi berat) 14,6%, skala

VAS 9-10 (nyeri sangat berat) dan skor BDI II > 30 (tingkat depresi berat) adalah

4,9% serta skala VAS 2-3 (nyeri ringan) dengan skor BDI II 0-9 (tingkat depresi

normal) adalah 2,4%. Selaras dengan penelitian Iqbal dkk. 2005, pada 55

penderita nyeri kepala primer yang berusia 15-60 tahun, sebagian besar penderita

47,3% mengalami nyeri kepala dengan skala VAS terbanyak (52,7%) pada nilai

4-6 (nyeri sedang). (42) Depresi yang terjadi pada pasien nyeri kepala primer

ditunjukkan pula pada penelitian yang dilakukan Beghi et al. 2007 dimana hasil

wawancara dengan mempergunakan Mini International Neuropsychiatry

Interview (MINI), sebanyak 68,3% penderita nyeri kepala primer akan mengalami

episode depresif. (43)

Nyeri sangat bersifat subjektif, perbedaan persepsi pada rasa nyeri dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, perhatian pada

nyeri, ansietas, pengalaman nyeri sebelumnya, pengetahuan, kelelahan, pola

koping, dukungan keluarga, budaya, lingkungan dan pengobatan. (44)

Pada penelitian ini telah ditemukan bahwa sebagian besar pasien nyeri

kepala primer yang menderita depresi adalah perempuan dengan usia 30-45 tahun.

Hasil ini sesuai dengan literatur lain yang menyatakan bahwa penderita gangguan

depresi pada populasi umum lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan

dengan laki-laki, usia awitan rata-rata 40 tahun dan 50% penderita mengalami

gangguan depresi pada rentang usia 20-50 tahun. (45,46) Hal ini mungkin

disebabkan karena perempuan berfungsi ganda baik sebagai ibu rumah tangga

maupun pencari nafkah yang dapat menjadi faktor risiko gangguan depresi.

Reaksi mereka terhadap kejadian penting dalam kehidupan, khususnya terkait

anak dan relasi, dapat mempunyai makna yang lebih besar dibandingkan dengan

laki-laki. (47)

Gangguan depresi yang dialami oleh sebagian besar responden, yaitu tingkat

sedang hingga berat sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Matta dan

Page 36: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

25

Moreira-Filho. (48) Hal ini tentunya harus menjadi perhatian klinisi karena

tingkat depresi berhubungan dengan kronisitas nyeri kepala primer. Penelitian

oleh Cassidy et al. 2003 mendapatkan penderita yang mengalami nyeri kepala

primer dengan frekuensi yang tinggi cenderung mengalami depresi tingkat berat

bila dibandingkan dengan penderita nyeri kepala primer yang frekuensi

kekambuhannya rendah. (49)

Faktor yang dapat memperburuk nyeri kepala primer dan sering terlupakan

salah satunya stress emosional dan faktor psikososial. (50) Pada praktik klinik

penderita nyeri kepala primer sangat sering melaporkan ketegangan, kelelahan

mental dan stress sebagai faktor pencetus untuk nyeri kepala mereka. Faktor

pencetus ini dialami oleh sekitar 56-70,1% responden dalam beberapa penelitian.

(51)

Sebagian besar responden penelitian mengalami gejala perasaan depresif

yang merupakan gejala utama gangguan depresi sesuai dengan kriteria diagnosis

PPDGJ-III. Gejala ini ditandai dengan perasaan sedih, murung, putus asa atau

tidak berharga. (45) Rata-rata responden nyeri kepala primer dengan skala nyeri

kategori ringan-sedang baru menyatakan perasaan ini bila ditanya, sedangkan

responden nyeri kepala primer dengan skala nyeri kategori berat-sangat berat

menyatakan perasaan ini secara verbal spontan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa

para klinisi perlu melakukan penapisan dini gangguan depresi secara aktif oleh

karena kemungkinan penderita enggan membicarakan masalahnya apabila tidak

ditanya terlebih dahulu, terutama pada penderita nyeri kepala primer kategori

ringan-sedang.

Gejala suasana depresif berkorelasi positif dengan penderita nyeri kepala

primer bahkan setelah dilakukan analisis multivariabel penderita dengan gejala ini

memiliki risiko 4,74 kali lebih besar untuk mengalami kekambuhan yang lebih

sering. Peranan awal para klinisi dalam mengevaluasi penderita nyeri kepala

primer yaitu menilai sampai sejauh mana penderita akan merasa sedih serta putus

asa akibat kejadian bermakna yang datang beruntun, merasa kecewa akibat

kerentanan psikologisnya sendiri sehingga berulang kali memilih untuk

melakukan perilaku bermasalah atau merasakan sakit akibat penyakit tertentu.

Model kognitif perilaku dari nyeri kepala primer menganggap bahwa persepsi

Page 37: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

26

seseorang dan penilaian pengalaman kehidupan mempengaruhi reaksi emosional

dan juga perilaku terhadap pengalaman ini. Jika penderita merasa yakin bahwa

nyeri, depresi dan disabilitas tidak dapat dicegah dan dikontrol, maka mereka akan

mengalami respons afektif yang lebih negatif, nyeri yang meningkat dan makin

parah, serta bahkan lebih banyak gangguan fisik dan psikososial. Keadaan

emosional negatif dapat memperburuk pengalaman nyeri dan sebaliknya.

Pengaruh dua arah emosi pada nyeri menunjukkan bahwa emosi mempengaruhi

dan dipengaruhi oleh biologi, kognisi, kepribadian, perilaku nyeri, pembelajaran

dan juga lingkungan sosial. Emosi memperkuat serta memperpanjang pengalaman

nyeri dan mempengaruhi hasil penanganan nyeri. (52)

Meskipun tidak dialami oleh semua responden, pikiran bersalah atau

kegagalan di masa lalu dialami oleh beberapa dari responden yang menderita

nyeri kepala primer. Mereka kebanyakan memiliki ide-ide bersalah atau renungan

tentang kesalahan masa lalu. Karakteristik utama pikiran depresif adalah penderita

memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang negatif. Mereka memiliki

citra diri yang buruk, tidak berharga dan mencerminkan persepsinya terhadap

gangguan akibat terjadinya perlambatan motorik. (45) Hal ini perlu mendapatkan

perhatian oleh karena dapat mempengaruhi persepsi penderita terhadap nyeri

kepala yang dialaminya dan dapat mengganggu pengobatan yang sedang

dijalaninya. Tidak jarang gejala ini mengarah pada pikiran akan kematian

sehingga perlu dilakukan pencegahan. Pikiran akan kematian atau bunuh diri

hanya dialami 7 orang penderita namun perlu mendapatkan perhatian khusus.

Sebanyak 3 orang penderita bahkan pernah mengharapkan kematian atau pikiran-

pikiran ke arah itu. Sekitar 15% penderita yang mempunyai gejala depresi berat,

pada akhirnya mereka akan melakukan bunuh diri. Percobaan bunuh diri

mencapai angka 10 setiap 100 penderita depresi per tahunnya, dengan usaha

bunuh diri yang berhasil setiap 100 penderita per depresi per tahunnya meskipun

belum tentu berhubungan dengan gangguan depresinya. Kondisi ini biasanya akan

terjadi bila gangguan depresi tidak diterapi. (46) Berdasarkan hal tersebut maka

penapisan gangguan depresi pada penderita nyeri kepala primer perlu dilakukan.

Para klinisi harus selalu waspada terhadap akan kemungkinan bunuh diri pada

semua penderita dengan gangguan depresi. (45)

Page 38: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

27

Hasil distribusi frekuensi dari skala nyeri terbanyak yang dirasakan pasien

nyeri kepala primer adalah kategori sedang dengan nilai VAS 4-6 berjumlah 32

responden (78%), skala nyeri kategori berat adalah 6 responden (14,6%), skala

nyeri kategori sangat berat adalah 2 responden (4,9%) sedangkan untuk skala

nyeri kategori ringan hanya dirasakan oleh 1 responden (2,4%).

Hasil dari tabulasi silang hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi pada

pasien nyeri kepala primer yang tidak mengalami depresi 4 responden (9,8%),

depresi ringan 5 responden (12,2%), depresi sedang 24 responden (58,5%),

depresi berat 8 responden (19,5%) dan depresi berat 8 responden (19,5%).

Setelah dilakukan analisis data secara statistik dengan Spearman Rank

Correlation didapatkan p = 0,000 yang berarti p < 0,05. Dari hasil perhitungan

statistik disimpulkan bahwa ada hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi pada

pasien nyeri kepala primer.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini menggunakan penilaian dengan pengisian kuesioner

sehingga peneliti tidak bisa mengamati secara mendalam baik pada skala

nyeri maupun tingkat depresi. Penilaian secara mendalam bisa dilakukan

jika menggunakan metode kualitatif atau wawancara mendalam.

2. Peneliti menggunakan metode penelitian observasional dengan pendekatan

cross-sectional sehingga peneliti hanya bisa menilai faktor risiko dan efek

pada satu waktu untuk menunjukkan adanya hubungan antar variabel yang

diteliti bukan menunjukkan adanya hubungan sebab akibat.

3. Penelitian ini hanya mengamati skala nyeri sebagai faktor yang

berhubungan dengan terjadinya depresi, tanpa mengamati faktor-faktor

lain yang mungkin dapat juga berpengaruh terhadap depresi.

Page 39: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

28

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien nyeri kepala

primer di Poliklinik Saraf RSUDZA Banda Aceh dapat disimpulkan bahwa :

terdapat hubungan antara skala nyeri dan tingkat depresi pada pasien nyeri kepala

primer. Pola skala nyeri dengan tingkat depresi pada pasien nyeri kepala primer

adalah tingkat nyeri sedang dengan tingkat depresi sedang.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penyuluhan dan promosi kesehatan kepada masyarakat

dari tenaga kesehatan mengenai besarnya pengaruh nyeri kepala primer

pada aktifitas sehari-hari yang ada kecenderungan terjadi depresi.

2. Perlu dilakukan suatu upaya penapisan dini gangguan depresi secara rutin

pada penderita nyeri kepala primer dengan mencari gejala gangguan

depresi yang banyak terjadi. Keadaan ini dapat tercapai melalui kerjasama

yang baik antara Departemen Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Kedokteran

Jiwa, juga dalam tatalaksana komprehensif penderita nyeri kepala primer

yang memiliki komorbiditas gangguan depresi sehingga mencegah

prognosis yang kurang baik dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai skala nyeri dan tingkat depresi pada

pasien nyeri kepala primer dengan menilai faktor-faktor internal dan

eksternal serta penegakan diagnosa depresi oleh ahli jiwa.

Page 40: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

29

DAFTAR PUSTAKA

x

1. WHO. Atlas of Headache Disorders and Resources in the World 2011 USA: World Health Organization; 2011;:p.72

2. Olesen J, Bousser MG, Diener HC, Dodick D, First M. The International Classification of Headache Disorders. In International Headache Society; 2004; England: IHS. p. 12-15.

3. Benoliel R and Eliav E. Primary Headache Disorders. Dent Clin N Am. 2013 December; 57: p. 513-539.

4. Robbin MS and Lipton RB. The Epidemiology of Primary Headache Disorders. PubMed. 2010 April 30;: p. 122-123.

5. Feoktistov A and Diamond M. Diagnosing and Understanding Adult Headache. ScienceDirect. 2013;: p. 213.

6. Price SA and Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC; 2005;:p.1106.

7. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Made DI, editor. Jakarta: Bina Rupa; 2010;:p.56.

8. Sharpe L, Sensky T, Allard S. The Course of Depression in recent onset headache. J Psychosom Res. 2010; 51: p. 713-719.

9. Soderlin M, Hakala M, Nieminen P. Anxiety and Depression in a Community-based headache population. Scand J. 2010; 29: p. 177.

10. PERDOSSI. Konsensus Nasional III Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala Machfoed MH, Suharjanti I, editors. Surabaya: Airlangga University Press; 2010;:p.1-12.

11. Brian E and Geeney M. Tension-Type Headache. Techniques in Regional Anesthesia and Pain Management. 2009; 13: p. 16-19.

12. Strahle J and Sagher O. Deep Brain Stimulation of the Posterior Hypothalamus for Cluster Headache—How High Should the Threshold Be? World Neurosurgery. 2013;: p. 1-3.

13. Diamond S and Franklin M. Headache through the Ages. Elsevier. 2005;: p. 11-12.

14. Wong T, Wong K, Yu T. Prevalence of Migraine. Cephalgia. 2005;: p. 221-222.

Page 41: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

30

15. Rozen T, Swanson J, Stang P. Incidence of Medically Recognized Migraine. Headache. 2010;: p. 453-454.

16. Crystal S and Robbins M. Epidemiology of Tension type Headache. Curr Pain Headache Rep. 2010; 14: p. 449-454.

17. Schwartz B and Stewart W. Epidemiology of Tension-type Headache. J Am Med Assoc. 2008; 5: p. 381-383.

18. Blanda M. Cluster Headache. Medical Scape. 2013; 14: p. 1-9.

19. Milanov I, Bogdanova D, Chenko P. Trigemino-Cervical Reflex in Patients with Headache. Cephalgia. 2003; 23: p. 33-38.

20. Bolay H, Moskowitz M, Pavlyun G. Mechanism of Pain Modulation in Chronic Syndromes. Neurology. 2012; 59: p. 2-7.

21. Machelska H, Heppenstall P, Stein C. Breaking the Pain Barrier. Nat Med. 2003; 11: p. 1353-1354.

22. Cecchini A, Sandrini , Fokin I, Moglia A, Nappi G. Trigeminofacial Reflexes in Primary Headaches. Cephalalgia. 2013; 23: p. 33-41.

23. Lake A, Saper J, Robert O. Chronic Headache : New Advances in Treatment Strategies. Neurology. 2012; 59: p. 8-13.

24. Buzzi M, Tassolrelli C, Nappi G. Peripheral and Central Activation of Trigeminal Pain Pathways in Migraine : Data from Experimental Animal Models. Cephalalgia. 2003; 23: p. 1-4.

25. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Jakarta: PT. Nuh Jaya; 2001;:p.53.

26. Dadang H. Manajemen Stress, cemas dan depresi. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Pendidikan Dokter; 2004;:p.17.

27. Ghoge H, Sharma S, Parikh R. Cerebrovascular disease and depression. Curr Psychiatry Rep. 2009; 5: p. 231-238.

28. Goetz C. Cerebrovascular Disease. 3rd ed. Philadelphia: Saunders; 2007;:p.263.

29. Bress K. The Everything Health Guide to Depression : Reassuring Advice to Help You Feel like ypurself again. Adams. 2008; 50: p. 345.

30. WHO. The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disoredes. In. USA: WHO; 2010;:p. 12.

31. Beck AT, Steer RA, Brown GK. Beck Depression Inventory II. Psychiartry Rep. 2006;: p. 1-3.

Page 42: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

31

32. Aldiansyah D. Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Serviks Uteri di RSUPHAM dan RSUPM dengan Menggunakan Skala Beck Depression Inventory II. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran; 2008;:p.34.

33. Tomb DA. Buku Saku Psikiatri Gangguan Mood. 6th ed. Jakarta: EGC; 2004;:p.34.

34. Herr K. Pain assessment strategies in older patients. J Pain. 2011 March; 12(3);:p.13.

35. Steven D, Waldman M, Jack R. The measurement of pain: Objectifying the Subjective. In: Pain Management. Elsevier. 2007; 13: p. 18-20.

36. Treede R, Jensen T, Campbell J, Cruccu G. Redifinition of neuropathic pain and a grading system for clinical use: consensus statement on clinical and research. Neurology. 2008; 70: p. 1630.

37. Lueser JD, Melzack R, Holdcraft A. Pain : an Overview. The Lancet. 2011; 353: p. 1607.

38. Turk DC, Okifuji A, Sherly H. Pain Terms and Taxonomies of Pain. Bonica's management of Pain. 2010; 34: p. 17-25.

39. Walderstorm A, Thelin J, Thimansson A, Levinson A. Developmental Learning in Pain Related System : Evidence for a cross modality mechanism. J Neurosci. 2013; 23: p. 19-25.

40. Wikström L, Eriksson K, Årestedt K. Healthcare Professionals' Perceptions of the Use of Pain Scales in Postoperative. Sciencedirect. 2014; 27: p. 53-58.

41. Young Lee J, Stone E, Wakabayashi H. Issues in combining the categorical and visual analog scale for the assessment of perceived thermal sensation: Methodological and conceptual considerations. Sciencedirect. 2010 March; 41(2): p. 282-290.

42. Iqbal KM, Septian A, Sjahrir H. Perbandingan Nilai Visual Analogue Scale dengan Skala Verbal Derajat Nyeri Kepala pada Penderita Nyeri Kepala Primer di RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Ilmu Penyakit Saraf; 2005;;p.279-285.

43. Beghi E, Allais G, Cortelli P, Amico D, De Simons R, De Onofrio F. Headache and Anxiety-Depressive Disorder Comorbidity : the HADAS study. Neurol Sci. 2007; 28(2): p. 217-219.

44. Priharjo R. Perawatan Nyeri : Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien Jakarta: EGC; 2003;:p.54.

Page 43: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

32

45. Saddock BJ and Saddock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences and Clinical Psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007;:p.201-204.

46. Stahl SM. Essential Psychopharmacology : Neuroscientific Basis and Practical Applications. 2nd ed. Cambridge: Cambridge University Press; 2010;:p.45-54.

47. Steptoe A, Stansfeld S, Rasul F. Psychosocial Factors, Depression and Illness New York: Cambridge University Press; 2007;:p.67-71.

48. Matta AP and Moreira-Filho PF. Depressive Symptoms and Anxiety in Patients with Chronic and Episodic Tension Type Headache. Arq Neuropsiquiatr. 2003; 61(4): p. 991-994.

49. Cassidy EM, Tomkins E, Hardiman O, O'Keane V. Factors associated with Burden of Primary Headache in a Specialty Clinic. Headache. 2003; 43(6): p. 638-644.

50. Silberstein SD, Lipton RB, Dalessio DJ. Wolff's Headache and Other Head Pain. 7th ed. New York: Oxford University Press; 2001.

51. Torelli P, Abrignani G, Castellini P, Lambru G, Manzoni GC. Human Psyche and Headache : Tension Type Headache. Neurol Sci. 2008; 29: p. 93-95.

52. Clark MR, Treisman GJ, Chelli O. Pain and Depression an Interdisciplinary Patient-centered Approach. Headache. 2014; 31(2): p. 1-5.

Page 44: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

33

x

xx

Page 45: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

34

LAMPIRAN I

TABEL JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Bulan/Tahun

No KegiatanOkt/2013

Nov/2013

Des/2013

Jan/2014

Feb/2014

Mar/2014

1 Studi Kepustakaan

2 Penyusunan Proposal

3 Seminar Proposal

4 Penelitian

5 Pengolahan Data

6 Penyusunan Laporan Akhir

7 Sidang Skripsi

8 Perbaikan Skripsi

Page 46: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

35

LAMPIRAN 2

PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN

HUBUNGAN SKALA NYERI DENGAN TINGKAT DEPRESIPADA PASIEN NYERI KEPALA PRIMER

Assalamualaikum Wr. Wb.

Yth. Bapak/Ibu

Saya Murdia. Saya seorang mahasiswa semester tujuh Fakultas Kedokteran

Universitas Syiah Kuala. Saat ini sedang menyusun skripsi dengan judul

hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi pada pasien nyeri kepala primer

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S-1 (sarjana).

Oleh karena itu, saya sebagai peneliti sangat mengharapkan Bapak/Ibu

untuk berkenan ikut dalam penelitian ini. Menurut rencana, penelitian ini akan

berlangsung dari 03 Maret - 10 Maret 2014.

Dengan terlibat dalam penelitian ini maka Bapak/Ibu sudah sangat berjasa

dalam memajukan ilmu kedokteran. Saya sebagai peneliti sangat berterima kasih

atas kerjasama yang baik ini.

Semua data yang diambil akan dirahasiakan dan kesediaan Bapak/Ibu

mengikuti penelitian ini benar-benar sukarela tanpa paksaan dan tidak dipungut

biaya apapun. Apabila tidak bersedia mengikuti penelitian ini, keluhan Bapak/Ibu

akan tetap diperiksa sesuai dengan standar pelayanan media yang berlaku.

Sebelum Bapak/Ibu memutuskan apakah bersedia berpartisipasi pada

penelitian ini, mohon dipikirkan dengan seksama, silahkan bertanya apa saja

tentang saya dan penelitian ini. Setiap saat selama penelitian ini berlangsung atau

sesudahnya. Bila ada keluhan dan pertanyaan selama Bapak/Ibu mengikuti

penelitian ini maka dapat menghubungi peneliti yaitu Murdia (HP.

+6285372289471).

Peneliti

(Murdia)

Page 47: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

36

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Assalamualaikum Wr.Wb.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Pekerjaan :

Alamat :

Dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan bersedia/tidak bersedia

mengikuti penelitian “Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi pada

pasien nyeri kepala primer” yang dilakukan oleh Murdia mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat

dipergunakan seperlunya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Banda Aceh, 2014

( )

Page 48: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

37

LAMPIRAN 4

CHECKLIST PENELITIAN

HUBUNGAN SKALA NYERI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN NYERI KEPALA PRIMER

No. RM :

No. Urut :

Tanggal wawancara :

1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur : tahun

4. Jenis Kelamin :

5. Diagnosa :

6. Skor VAS :

7. Skala Nyeri :

8. Skor BDI II :

9. Tingkat Depresi :

Page 49: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

38

LAMPIRAN 5

BECK DEPRESSION INVENTORY II

Petunjuk Pengisian

Silahkan membaca masing-masing kelompok pertanyaan dengan seksama dan pilih salah satu pernyataan yang terbaik pada masing-masing kelompok yang menurut Anda paling tepat menggambarkan bagaimana perasaan Anda selama dua minggu terakhir, termasuk hari ini. Lingkarilah nomor yang tertera di samping pernyataan yang Anda pilih. Jika ada beberapa pernyataan pada satu kelompok yang nampaknya cocok dengan keadaan Anda, lingkarilah pada nomor setiap kelompok pernyataan sebelum menjatuhkan pilihan dan pastikan juga bahwa Anda tidak memilih lebih dari satu pernyataan untuk tiap kelompok pertanyaan.

a. Kesedihan0 Saya tidak merasa sedih1 Saya sering merasa sedih2 Saya sedih sepanjang waktu3 Saya merasa sangat sedih atau tidak gembira, sampai saya tidak dapat

menahannya.

b. Pesimistik0 Saya yakin dengan masa depan saya.1 Saya merasa takut dengan masa depan saya daripada biasanya.2 Saya tidak berharap segalanya menjadi lebih baik untuk saya.3 Saya merasa putus asa dengan masa depan saya dan keadaan hanya menjadi

semakin buruk.

c. Kegalauan Masa Lalu0 Saya tidak merasakan saya gagal.1 Saya telah gagal lebih dari yang seharusnya.2 Saat saya menoleh ke belakang, saya melihat banyak kegagalan.3 Saya merasa orang yang sepenuhnya dengan kegagalan.

d. Kehilangan Kesenangan0 Saya memperoleh kesenangan dari semua hal yang saya nikmati.1 Saya kurang menikmati sesuatu daripada seperti biasanya.2 Saya mendapat sedikit kesenangan dari hal-hal yang biasanya saya nikmati.3 Saya tidak mendapat kesenangan apapun dari semua hal yang biasa saya

nikmati.

Page 50: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

39

e. Perasaan Bersalah0 Saya sama sekali tidak merasa bersalah.1 Saya merasa bersalah pada kebanyakan hal yang saya lakukan atau

seharusnya yang saya lakukan.2 Saya merasa bersalah pada kebanyakan waktu.3 Saya merasa bersalah setiap waktu.

f. Perasaan Merasa Dihukum0 Saya tidak merasakan saya sedang dihukum.1 Saya merasa saya mungkin dihukum.2. Saya mengharapkan untuk dihukum.3. Saya merasa saya sedang dihukum.

g. Benci Diri Sendiri0 Saya merasa sama dengan diri saya selama ini.1 Saya kehilangan kepercayaan terhadap diri saya.2. Saya kecewa dengan diri saya.3. Saya tidak menyukai diri saya.

h. Pengkritikan Terhadap Diri Sendiri0 Saya tidak mengkritik atau menyalahkan diri saya lebih dari seperti

biasanya.1 Saya lebih kritis terhadap diri saya lebih dari biasanya.2 Saya mengkritik diri saya untuk semua kesalahan saya.3 Saya menyalahkan diri saya untuk semua kejadian buruk yang terjadi.

i. Pikiran atau Keinginan untuk Bunuh Diri0 Saya tidak mempunyai pikiran apapun untuk membunuh diri saya sendiri.1 Saya mempunyai pikiran untuk membunuh diri saya sendiri, tapi saya takut.2 Saya merasa ingin bunuh diri.3 Saya ingin bunuh diri, bila ada kesempatan.

j. Menangis0 Saya tidak menangis lagi seperti biasanya.1 Saya menangis lebih dari biasanya.2 Saya menangis pada masalah-masalah yang kecil.3 Saya sudah tidak sanggup lagi untuk menangis.

k. Tidak Bisa Beristirahat0 Saya bisa beristirahat seperti biasanya.1 Saya merasa kurang bisa beristirahat seperti biasanya.2 Saya tidak bisa beristirahat atau sangat sulit untuk diam.3 Saya sangat tidak bisa beristirahat atau saya harus tetap bergerak untuk

melakukan sesuatu.

Page 51: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

40

l. Kehilangan Minat0 Saya tidak kehilangan minat terhadap orang lain atau aktivitas tertentu.1 Saya sedikit berminat terhadap orang lain atau sesuatu hal daripada keadaan

sebelumnya.2 Saya kehilangan hampir seluruh minat terhadap orang atau hal lain.3 Sangat sulit untuk berminat terhadap apapun.

m. Keragu-raguan0 Saya membuat keputusan sebaik keadaan sebelumnya.1 Saya sedikit kesulitan untuk membuat keputusan daripada seperti biasanya.2 Saya lebih sulit membuat keputusan daripada seperti biasanya.3 Saya kesulitan membuat keputusan apapun.

n. Ketidakberartian0 Saya menganggap diri saya berarti.1 Saya tidak menganggap diri saya berarti dan berguna seperti biasanya.2 Saya merasa sangat tidak berarti dibandingkan dengan orang lain.3 Saya merasa diri saya sama sekali tidak berarti.

o. Kehilangan Energi0 Saya mempunyai banyak energi seperti biasanya.1 Saya kekurangan energi dibandingkan keadaan biasanya.2 Saya tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan banyak hal.3 Saya tidak mempunyai cukup energi untuk melakukan apapun.

p. Perubahan dalam Pola Tidur0 Saya tidak mengalami perubahan dalam pola tidur.1a Saya kadang-kadang tidur lebih dari biasanya.1b Saya kadang-kadang kurang tidur dari biasanya.2a Saya tidur lebih sering dari biasanya.2b Saya tidur lebih kurang dari biasanya.3a Saya tidur hampir sepanjang hari.3b Saya terbangun 1-2 jam lebih awal dan tidak dapat tidur lagi

q. Mudah Tersinggung 0 Saya tidak mudah tersinggung seperti sebelumnya.1 Saya lebih mudah tersinggung daripada sebelumnya.2 Saya lebih sering tersinggung daripada sebelumnya.3 Saya tersinggung setiap waktu.

r. Perubahan dalam Selera Makan 0 Saya tidak mengalami perubahan selera makan.1a Selera makan saya kadang-kadang kurang daripada biasanya.1b Selera makan saya kadang-kadang bertambah daripada biasanya.2a Selera makan saya kurang daripada biasanya.2b Selera makan saya lebih dari pada biasanya.3a Saya tidak selera makan sama sekali.3b Saya gila makan setiap saat.

Page 52: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

41

s. Kesulitan Berkonsentrasi 0 Saya dapat berkonsentrasi baik seperti biasanya.1 Saya tidak berkonsentrasi sebaik sebelumnya.2 Sangat sulit untuk berkonsentrasi untuk jangka lama.3 Saya tidak dapat berkonsentrasi pada apapun.

t. Capek atau Lelah0 Saya tidak merasa capek atau lelah dibandingkan keadaan sebelumnya.1 Saya mudah capek atau lelah daripada yang biasanya.2 Saya sangat lelah atau capek dalam melakukan apapun daripada yang

biasanya.3 Saya terlalu capek atau lelah untuk melakukan hampir semua aktivitas

daripada yang biasanya.

u. Kehilangan Minat Seks0 Saya tidak mempunyai perubahan dalam minat seks.1 Saya sedikit kurang tertarik terhadap seks dibandingkan yang biasanya.2 Saya kurang tertarik dengan seks sekarang3 Saya kehilangan minat seks sepenuhnya.

Total Skor = ______

Page 53: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

42

LAMPIRAN 6

Visual Analogue Scale

Page 54: SKRIPSI MURDIA Hubungan skala nyeri dengan tingkat depresi

43