Top Banner
HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG IMOBILISASI SPINAL DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT MELAKSANAKAN LOG ROLL PADA PASIEN DENGAN INDIKASI CIDERA TULANG BELAKANG DI RUANG IGD RSUD KABUPATEN MAJENE TAHUN 2013 OLEH INDAR NIM. A.1.11.0443 1
87

skripsi kegawatdaruratan

Jun 21, 2015

Download

Health & Medicine

ADRYAN LANGIT

skripsi “HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG IMOBILISASI SPINAL DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT MELAKSANAKAN LOG ROLL PADA PASIEN DENGAN INDIKASI CIDERA TULANG BELAKANG DI RUANG IRD RSUD KABUPATEN MAJENE TAHUN 2013”.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: skripsi kegawatdaruratan

HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG IMOBILISASI SPINAL

DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT MELAKSANAKAN LOG ROLL

PADA PASIEN DENGAN INDIKASI CIDERA TULANG BELAKANG

DI RUANG IGD RSUD KABUPATEN MAJENE

TAHUN 2013

OLEH

INDAR

NIM. A.1.11.0443

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARENDENG

TAHUN 2013

1

Page 2: skripsi kegawatdaruratan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan industri juga diiringi dengan meningkatnya angka

kecelakaan pada pekerja, hal ini bisa disebabkan karena kurang hati-

hatinya pekerja dalam melakukan tugasnya. Selain itu angka kecelakaan

lalu lintas di jalan raya juga semakin meningkat. Akibat dari suatu

kecelakaan- kecelakaan itu mungkin dapat menimbulkan trauma berat

pada jaringan otak, medulla spinal, tulang dan jaringan tubuh manusia

yang lainnya. Tingginya tingkat insiden yang mencederai tulang belakang

dapat mengakibatkan cidera serius. Kemungkinan yang terjadi yaitu

seseorang akan kehilangan kemampuan untuk transfer dan ambulasi

karena kelumpuhan pada kedua kaki bahkan anggota geraknya.

Tingkat insiden kecelakaan yang mengakibatkan trauma medulla

spinal di Amerika Serikat diperkirakan mencapai lebih kurang 30 hingga

32 kasus setiap satu juta penduduk, atau 3000 hingga 9000 kasus baru

tiap tahunnya. Ini tidak termasuk orang yang meninggal dalam 24 jam

setelah cidera (Solomon, 2005).

Prevalensi diperkirakan mencapai 700 hingga 900 kasus tiap satu

juta penduduk (200,000 hingga 250.000 orang), 60% yang cidera berusia

antara 16 sampai 30 tahun dan 80% berusia antara 16 sampai 45 tahun.

1

Page 3: skripsi kegawatdaruratan

Laki-laki mengalami cidera empat kali lebih banyak dari pada perempuan.

Faktor etiologi yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor

(45%), terjatuh (21,5%), luka tembak atau kekerasan (15,4%), dan

kecelakaan olah raga, biasanya menyelam (13,4 %), lebih kurang 53%

dari cidera itu adalah kuadriplegi.Tingkat neurologi yang paling sering

adalah C4, C5, dan C6 pada spinal servicalis, dan T-12 atau L-1 pada

sambungan torakolumbalis (Garrison, 1995).

Menurut data yang bersumber dari Kantor Kepolisian Indonesia

tahun 2011 tentang jumlah kejadian kecelakaan lalulintas di Indonesia

disebutkan mencapai 108,696. Di indonesia penyebab trauma pada tulang

belakang yang banyak terjadi pada pekerja adalah di kalangan pekerja

kasar dengan kondisi sosial ekonomi rendah yang menyebabkan mereka

tidak memperhatikan keselamatan jiwa, prosedur atau cara kerja yang

salah yang dikerjakan dalam waktu yang lama.

Menurut data dari bagian Central Opname (CO), IGD RSUD

Kabupaten Majene di dapatkan bahwa angka kejadian trauma pada akhir

tahun 2012 secara keseluruhan adalah sebesar 1.080 kasus, 762 0rang

(80,6%), diantaranya adalah akibat kecelakaan lalu lintas. Serta kelalaian

dan kurangnya kewaspadaan terhadap suatu pandangan bisa timbulnya

fraktur kompresi pada tulang belakang. Yang sering terjadi juga adalah

cidera akibat jatuh dari ketinggian, tertimpa benda-benda keras, pada

2

Page 4: skripsi kegawatdaruratan

tulang belakang serta kecelakaan jalan raya atau dari kendaraan bermotor

dengan posisi terduduk yang keras dapat mengakibatkan susunan tulang

belakang mengalami kompresi yang berat yang menyebabkan fraktur.

Fraktur kompresi terjadi karena adanya tenaga muatan aksial yang cukup

besar sehingga mengurangi daya protektif dari diskus intervertebralis dan

adanya dispersi fragmen- fragmen tulang serta akan menimbulkan

gangguan neurologi (Garrison, 1995).

Penanganan pada penderita trauma tulang belakang harus

ditangani oleh tenaga yang mempunyai pengetahuan, pengalaman dan

keterampilan yang memadai dalam melakukan tindakan pertolongan

dengan baik sehingga dapat menghindarkan penderita dari kematian dan

kecacatan yang di akibatkan karena komplikasi trauma tulang belakang

yang salah penanganan. Untuk mencegah komplikasi tersebut diperlukan

adanya suatu tindakan pertolongan yang baik salah satunya dengan cara

log roll. Log roll adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk

mempertahankan alignment anatomis yang benar, dalam usaha untuk

mencegah kemungkinan cidera neurologis lebih lanjut dan mencegah

penekanan area cidera.

Perawat sebagai ujung tombak dalam penanganan pasien

diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk

melakukan pertolongan pada penderita trauma tulang belakang.

3

Page 5: skripsi kegawatdaruratan

Berdasarkan data awal melalui wawancara dengan kepala ruangan dan

kepala perawat di IGD RSUD Kabupaten Majene menyatakan bahwa

pada dasarnya pangetahuan perawat IGD tentang imobilisasi spinal dan

melaksanakan log roll cukup baik, karena banyak perawat yang telah

mengikuti pelatihan kegawat daruratan dari 23 perawat IGD diantaranya

13 orang telah mengikuti pelatihan BTLS dan selebihnya belum pernah

mengikuti pelatihan BTCLS atau semacamnya.

Dari pengalaman penulis yang juga pernah bertugas di ruang IGD

RSUD Majene selama hampir 3 tahun juga memperhatikan fenomena

yang sama yaitu kebanyakan perawat yang bertugas di IGD RSUD

Majene belum melaksanakan prosedur pelaksanaan log roll pada pasien

dengan indikasi cidera tulang belakang.

Notoatmodjo (2007), menyebutkan pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau prilaku

seseorang. Apabila prilaku didasari pengetahuan dan kesadaran, maka

prilaku bersifat langgeng.

Pengetahuan perawat tentang imobilisasi spinal dan prosedur log

roll pada gangguan cidera tulang belakang akan menjadi landasan bagi

perawat dalam melakukan tindakan log roll pada gangguan cidera tulang

belakang yang mempengaruhi perawat untuk menentukan keterampilan

4

Page 6: skripsi kegawatdaruratan

dalam penanganan terhadap teknik log roll khususnya pada pasien cidera

tulang belakang.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti merasa

perlu untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan

Perawat Tentang Imobilisasi Spinal Dengan Keterampilan Perawat

Melaksanakan Log Roll Pada Pasien Dengan Indikasi Cidera Tulang

Belakang Di Ruang IGD RSUD Majene.

B. Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada

hubungan pengetahuan perawat tentang imobilisasi spinal dengan

keterampilan perawat melaksanakan log roll pada pasien dengan indikasi

cidera tulang belakang di ruangan IGD RSUD Kabupaten Majene pada

tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan

pengetahuan perawat tentang imobilisasi spinal dengan keterampilan

perawat melaksanakan log roll pada pasien dengan indikasi cidera

tulang belakang di ruangan IGD RSUD Kabupaten Majene.

5

Page 7: skripsi kegawatdaruratan

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik perawat yang bertugas di ruangan

IGD RSUD Kabupaten Majene.

b. Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang imobilisasi spinal di

ruangan IGD RSUD Kabupaten Majene.

c. Mengidentifikasi keterampilan perawat melaksanakan log roll di

ruangan IGD RSUD Kabupaten Majene.

d. Menganalisis hubungan pengetahuan perawat tentang imobilisasi

spinal dengan keterampilan perawat melaksanakan log roll pada

pasien dengan indikasi cidera tulang belakang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

a. Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam

mengaplikasikan seluruh ilmu yang telah diperoleh di perguruan

tinggi dan pengalaman-pengalaman pelatihan yang pernah diikuti

guna untuk kepentingan serta peningkatan derajat kesehatan

masyarakat.

b. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.

2. Terhadap ilmu pengetahuan

Sebagai sumber khasanah ilmu pengetahuan peneliti lainnya

dan bahan acuan bagi yang berminat.

6

Page 8: skripsi kegawatdaruratan

3. Terhadap program studi

Sebagai salah satu pengkajian untuk pengembangan mata

kuliah gawat daruirat.

4. Terhadap Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi pelayanan kesehatan dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan

keperawatan di ruangan IGD RSUD Kabupaten Majene sehingga

dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan melaksanakan log

roll pada pasien dengan indikasi cidera tulang belakang.

7

Page 9: skripsi kegawatdaruratan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tinjauan umum tentang pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil ‘’tahu’’ dan ini terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

tertentu yakni indera penglihatan, pendegaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang

diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain,

pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh

manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul

ketika seseorang mengunakan indera atau akal budinya untuk

mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat

atau dirasakan sebelumnya (Meliono dan Irmayanti, 2007). Jadi

dapat disimpulkan pengetahuan adalah hasil penginderaan atau

pengamatan inderawi terhadap suatu obyek yang belum pernah

8

Page 10: skripsi kegawatdaruratan

dilihat, didegar atau dirasakan sebelumnya yang disadari oleh

seseorang mengunakan indera atau akal budinya untuk mengenali

benda atau kejadian tertentu dan pengetahuan sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang.

b. Tingkatan pengetahuan

Notoatmodjo (2007), menjelaskan bahwa pengetahuan

dibagi menjadi enam tingkatan seseorang.

1) Tahu (know).

Tahu sebagai tingkatan yang paling rendah diartikan sebagai

mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan

dan sebagainya.

2) Memahami (comprehention).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Dengan kata

9

Page 11: skripsi kegawatdaruratan

lain harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3) Aplikasi (aplication).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan

materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi sebenarnya.

Aplikasi disini dapat artikan sebagai aplikasi atau pengunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks yang lain.

4) Analisis (analysis).

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen dalam suatu

struktur organisasi yang masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan ini dilihat dari pengunaan kata kerja seperti dapat

mengambarkan,membedakan, memisahkan,mengelompokkan

dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis).

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

10

Page 12: skripsi kegawatdaruratan

6) Evaluasi (evaluation).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau mengunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu:

1) Faktor internal, meliputi :

a) Kesehatan

Sehat berarti keadaan fisik, mental dan sosial seseorang

berfungsi secara optimal dan seimbang. Keseimbangan ini

akan terganggu jika seseorang sakit. Proses belajarpun

akan terganggu jika seseorang berada dalam keadaan

yang tidak optimal baik fisik, mental maupun sosial.

b) Intelegensi

Intelegensi sangat besar sekali pengaruhnya terhadap

pengetahuan seseorang. Orang yang mempunyai tingkat

intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang

mempunyai intelegensi rendah.

11

Page 13: skripsi kegawatdaruratan

c) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang tinggi semata-mata

tertuju pada suatu obyek. Jika perhatian seseorang rendah

atau kurang terhadap suatu materi, maka pemahaman

terhadap materi tersebut akan berkurang atau menurun.

d) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan.

Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus

menerus disertai rasa senang. Berbeda dengan perhatian

yang sifatnya sementara.

2) Faktor Eksternal meliputi :

a) Keluarga

Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan, karena

keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

utama.

b) Metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu cara yang harus dilalui

dalam mengajar untuk menghindari cara belajar yang salah

perlu suatu pembinaan dengan metode belajar yang tepat

dan efektif, akan efektif pula hasil belajar seseorang.

12

Page 14: skripsi kegawatdaruratan

c) Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga

mempengaruhi seseorang. Adapun bentuk kegiatan

seseorang dalam masyarakat adalah berhubungan dengan

media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan

masyarakat.

d. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diukur dengan cara diuji

atau tes. Adapun kriteria tingkat pengetahuan menurut skala

Guttman, yaitu :

1) Baik : hasil persentase ≥ 50%

2) Kurang : hasil persentase < 50%

2. Konsep Keterampilan

a. Pengertian

Schmidt (1991), menggambarkan definisi keterampilan tersebut

dengan meminjam definisi yang diciptakan oleh E.R. Guthrie,

yang mengatakan bahwa: "keterampilan merupakan kemampuan

untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan

pengeluaran energi dan waktu yang minimum."

13

Page 15: skripsi kegawatdaruratan

Johnson (dalam Singer, 1980) mengidentifikasi adanya empat

aspek atau variabel yang mencirikan keterampilan. Keempat aspek

itu adalah:

1) Kecepatan

Keterampilan harus ditampilkan dalam batasan waktu tertentu,

yang menunjukkan bahwa semakin cepat semakin baik.

2) Akurasi

Keterampilan harus menunjukkan akurasi yang tinggi sesuai

dengan yang ditargetkan.

3) Bentuk

keterampilan pun harus dilaksanakan dengan kebutuhan energi

yang minimal; (form atau bentuk menunjuk pada usaha yang

ekonomis).

4) Kesesuaian

Keterampilan pun harus juga adaptif, yaitu tetap cakap

meskipun di bawah kondisi yang berbeda-beda.

b. Tingkatan psikomotor/keterampilan meliputi:

1) Persepsi

Yaitu mengenal dan memilih berbagai obyek sesuai dengan

tindakan yang akan dilakukan.

14

Page 16: skripsi kegawatdaruratan

2) Respons terpimpin

Yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang

benar sesuai contoh.

3) Mekanisme

Individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sudah menjadi kebiasaan.

4) Adaptasi

Yaitu suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi

tanpa mengurangi kebenaran (Bloom, 1997).

c. Cara Mengukur Keterampilan Melaksanakan Log roll

Keterampilan seseorang dapat diukur dengan cara diuji

atau tes dengan menggunakan lembar observasi yang

berdasarkan lembar Standar Opersional Prosedur (SOP). Adapun

kriteria tingkat keterampilan diketahui dan diinterpretasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif :

1) Baik : Hasil persentase ≥ 50%

2) Kurang : Hasil persentase < 50% .

3. Cidera spinal

a. Anatomi fisiologi

Columna Vertebralis adalah pilar utama tubuh yang

berfungsi melindungi medula spinal dan menunjang berat kepala

15

Page 17: skripsi kegawatdaruratan

serta batang tubuh, yang diteruskannya ke lubang-lubang paha

dan tungkai bawah. Masing-masing tulang dipisahkan oleh disitus

intervertebralis.

Vertebralis dikelompokkan sebagai berikut :

1) Vetebrata Thoracalis (atlas)

Vetebrata Thoracalis mempunyai ciri yaitu tidak memiliki corpus

tetapi hanya berupa cincin tulang. Vertebrata cervicalis kedua

(axis), ini memiliki dens, yang mirip dengan pasak. Veterbrata

cervicalis ketujuh disebut prominan karena mempunyai

prosesus spinasus paling panjang.

2) Vertebrata Thoracalis

Ukurannya semakin besar mulai dari atas ke bawah. Corpus

berbentuk jantung, berjumlah 12 buah yang membentuk bagian

belakang thorax.

3) Viertebrata Lumbalis

Corpus setiap vertebra lumbalis bersifat masif dan berbentuk

ginjal, berjumlah 5 buah yang membentuk daerah pinggang,

memiliki corpus vertebra yang besar ukurannya sehingga

pergerakannya lebih luas ke arah fleksi.

16

Page 18: skripsi kegawatdaruratan

4) Os. Sacrum

Terdiri dari 5 sacrum yang membentuk sakrum atau tulang

kengkang dimana ke 5 vertebral ini rudimenter yang bergabung

yang membentuk tulang bayi.

5) Os. Coccygis

Terdiri dari 4 tulang yang juga disebut ekor pada manusia,

mengalami rudimenter.

Lengkung koluma vertebralis kalau dilihat dari samping

maka kolumna vertebralis memperlihatkan empat kurva atau

lengkung antero-pesterior : lengkung vertical pada daerah leher

melengkung kedepan daerah torakal melengkung ke belakang,

daerah lumbal kedepan dan daerah pelvis melengkung ke

belakang. Kedua lengkung yang menghadap pasterior, yaitu

torakal dan pelvis, disebut promer karena mereka

mempertahankan lengkung aslinya ke belakang dari hidung tulang

belakang, yaitu bentuk, sewaktu janin dengan kepala membengkak

ke bawah sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan ke

atas kearah depan badan. Kedua lengkung yang menghadap ke

anterior adalah sekunder lengkung servical berkembang ketika

kanak-kanak mengangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya

17

Page 19: skripsi kegawatdaruratan

sambil menyelidiki, dan lengkung lumbal di bentuk ketika ia

merangkak, berdiri dan berjalan serta mempertahankan tegak.

Fungsi dari kolumna vertebralis sebagai pendukung badan

yang kokoh dan sekaligus bekerja sebagai penyangga kedengan

prantaraan tulang rawan cakram intervertebralis yang lengkungnya

memberikan fleksibilitas dan memungkinkan membonkok tanpa

patah. Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang

terjadi bila menggerakkan berat badan seperti waktu berlari dan

meloncat, dan dengan demikian otak dan sumsum belakang

terlindung terhadap goncangan. Disamping itu juga untuk memikul

berat badan, menyediakan permukaan untuk kartan otot dan

membentuk tapal batas pasterior yang kukuh untuk rongga-rongga

badan dan memberi kaitan pada iga ( Pearce, 1997).

Medulla spinal atau Sumsum tulang belakang bermula ada

medula ablongata, menjulur kearah kaudal melalui foramen

magnum dan berakhir diantara vertebra lumbalis pertama dan

kedua. Disini medula spinal meruncing sebagai konus medularis,

dan kemudian sebuah sambungan tipis dari piameter yang disebut

filum terminale, yang menembus kantong durameter, bergerak

menuju koksigis. Sumsum tulang belakang yang berukuran

panjang sekitar 45 cm ini, pada bagian depannya dibelah oleh

18

Page 20: skripsi kegawatdaruratan

figura anterior yang dalam, sementara bagian belakang dibelah

oleh sebuah figura sempit ( Pearce, 1997).

Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan,

servikal dan lumbal dari penebalan ini, plexus-plexus saraf

bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah : dan

plexus dari daerah thorax membentuk saraf-saraf interkostalis.

Fungsi sumsum tulang belakang mengadakan komunikasi antara

otak dan semua bagian tubuh dan bergerak refleks. Untuk

terjadinya gerakan refleks, dibutuhkan struktur sebagai berikut :

1) Organ sensorik : menerima impuls, misalnya kulit

2) Serabut saraf sensorik ; mengantarkan impuls-impuls tersebut

menuju sel-sel dalam ganglion radix pasterior dan selanjutnya

menuju substansi kelabu pada karnu pasterior mendula spinal

3) Sumsum tulang belakang, dimana serabut-serabut saraf

penghubung menghantarkan impuls-impuls menuju karnu

anterior medula spinal.

4) Sel saraf motorik ; dalam karnu anterior medula spinal yang

menerima dan mengalihkan impuls tersebut melalui serabut

saraf motorik

5) Organ motorik yang melaksanakan gerakan karena dirangsang

oleh impuls saraf motorik

19

Page 21: skripsi kegawatdaruratan

6) Kerusakan pada sumsum tulang belakang khususnya apabila

terputus pada daerah torakal dan lumbal mengakibatkan (pada

daerah torakal), paralisis beberapa otot interkostal, paralisis

pada otot abdomen dan otot-otot pada kedua anggota gerak

bawah, serta paralisis sfinker pada uretra dan rektum.

b. Cidera Spinal

1) Pengertian

Cidera medula spinal adalah suatu kerusakan fungsi

neurologis yang disebabkan oleh benturan pada daerah

medulla spinal.

Cidera medulla spinal adalah buatan kerusakan tulang

dan sumsum yang mengakibatkan gangguan sistem

persyarafan didalam tubuh manusia yang diklasifikasikan

sebagai :

a) Komplet (kehilangan sensasi dan fungsi motorik total

b) Tidak komplet (campuran kehilagan sensori dan fungsi

motorik).

Cidera medulla spinal adalah suatu kerusakan fungsi

neurologis yang disebabkan sering kali oleh kecelakaan lalu

lintas. Apabila cidera itu mengenai daerah servical pada lengan,

badan dan tungkai mata penderita itu tidak tertolong dan

20

Page 22: skripsi kegawatdaruratan

apabila saraf frenitus itu terserang maka dibutuhkan pernafasan

buatan, sebelum alat pernafasan mekanik dapat digunakan.

2) Etiologi

Penyebab dari cidera medulla spinal yaitu :

a) Kecelakaan mobil, industri

b) Terjatuh, olah-raga, menyelam

c) Luka tusuk, tembak

d) Tumor.

3) Patofisiologi

Kerusakan medulla spinal berkisar dari kamosio

sementara (pasien sembuh sempurna), sampai kontusio,

laserasi dan kompresi substansi medulla, (lebih salah satu atau

dalam kombinasi) sampai transaksi lengkap medulla (membuat

pasien paralisis).

Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinal, darah

dapat merembes ke ekstradul subdural atau daerah suaranoid

pada kanal spinal, segera sebelum terjadi kontusio atau

robekan pada cidera, serabut-serabut saraf mulai membengkak

dan hancur. Sirkulasi darah ke medulla spinal menjadi

terganggu, tidak hanya ini saja tetapi proses patogenik

21

Page 23: skripsi kegawatdaruratan

menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cidera medulla

spinal akut.

Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang

menimbulkan iskemia, hipoksia, edema, lesi, hemiorargi.

Cidera medulla spinal dapat terjadi pada lumbal 1-5

a) Lesi 1 : kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai

lipat paha dan bagian dari bokong.

b) Lesi L2 : ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari

anterior paha.

c) Lesi L3 : Ekstremitas bagian bawah.

d) Lesi L4 : Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha.

e) Lesi L5 : Bagian luar kaki dan pergelangan kaki

4) Manifestasi klinis

a) Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang

saraf yang terkena

b) Paraplegia

c) Tingkat neurologik

d) Paralisis sensorik motorik total

e) Kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi

kandung kemih).

f) Penurunan keringat dan tonus vasomoto

22

Page 24: skripsi kegawatdaruratan

g) Penurunan fungsi pernafasan

h) Gagal nafas (Baughman, 2000).

5) Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis yang dilakukan menurut Doengoes,

(1999) adalah

a) Sinar X spinal

Menentukan lokasi dan jenis Cidera tulan (fraktur, dislokasi),

unutk kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau

operasi

b) CT Scan

Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun

struktural

c) MRI

Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan

kompresi

d) Mielografi

Untuk memperlihatkan kolumna spinal (kanal vertebral), jika

faktor patologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi

pada ruang sub anakhnoid medulla spinal (biasanya tidak

akan dilakukan setelah mengalami luka penetrasi).

23

Page 25: skripsi kegawatdaruratan

e) Foto rontgen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh

perubahan pada diafragma,atelektasis)

f) Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vital, volume tidal) :

mengukur volume inspirasi maksimal khususnya pada

pasien dengan trauma servikal bagian bawah atau pada

trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot

interkostal).

g) GDA : Menunjukan keefektifan penukaran gas atau upaya

ventilasi.

6) Komplikasi

a) Neurogenik shock.

b) Hipoksia.

c) Gangguan paru-paru

d) Instabilitas spinal

e) Orthostatic Hipotensi

f) Ileus Paralitik

g) Infeksi saluran kemih

h) \Kontraktus

i) Dekubitus

j) Inkontinensia blader

k) Konstipasi

24

Page 26: skripsi kegawatdaruratan

7) Penanganan Cidera medula spinal

a) Pre hospital (AGD 118, 2010)

(1) Proteksi diri dan lingkungan, selalu utamakan Airway,

Breathing, Circulation (ABC).

(2) Sedapat mungkin tentukan penyebab cidera (tabrakan

mobil frontal tanpa sabuk pengaman).

(3) Lakukan stabilisasi dengan tangan untuk menjaga

kesegarisan tulang belakang : kepala dijaga agar tetap

netral, tidak tertekuk ataupun mendongak, kepala dijaga

agar tetap segaris, tidak menengok ke kiri dan kanan

(4) Posisi netral segaris ini harus selalu dan tetap

dipertahankan, walaupun belum diketahui bahwa ini

cidera spinal, anggap saja ada cidera spinal (dari pada

penderita menjadi lumpuh).

(5) Posisi netral : kepala tidak menekuk (fleksi), ataupun

mendongak (ekstensi).

(6) Posisi segaris : tidak menengok ke kiri ataupun ke

kanan. Pasang kolar servical, dan penderita di pasang

di atas long spine board

(7) Periksa dan perbaiki Airway, Breathing, Circulation

(ABC).

25

Page 27: skripsi kegawatdaruratan

(8) Periksa kemungkinan adanya Airway, Breathing,

Circulation (ABC).

(9) Rujuk ke RSU.

b) Intra Hospital

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah

cidera medula spinal lebih lanjut dan untuk mengobservasi

gejala perkembangan defisit neurologis, lakukan resusitasi

sesuai kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan

kestabilan kardiovaskuler.

(1) Farmakoterapi

Berikan steroid dosis tinggi (metilpredisolon), untuk

melawan edema medela.

(2) Tindakan Respiratori

(a) Berikan oksigen untuk mempertahankan PO2

arterial yang tinggi

(b) Terapkan perawatan yang sangat berhati-hati untuk

menghindari fleksi atau eksistensi leher bila

diperlukan inkubasi endrotakeal

(c) Pertimbangan alat pacu diafragma (stimulasi listrik

saraf frenikus), untuk pasien dengan lesi servical

yang tinggi.

26

Page 28: skripsi kegawatdaruratan

(3) Reduksi dan Fraksi skeletal

(a) Cidera medulla spinal membutuhkan

immobilisasi,reduksi, dislokasi,dan stabilisasi

koluma vertebrata

(b) Kurangi fraktur servical dan luruskan spinal servical

dengan suatu bentuk traksi skeletal, yaitu teknik

tong /capiller skeletal atau halo vest

(c) Gantung pemberat dengan batas, sehingga tidak

menggangu traksi

(4) Laminektomi

Dilakukan bila :

(a) Deformitas tidak dapat dikurangi dengan traksi

(b) Terdapat ketidakstabilan signifikan dari spinal

servical

(c) Cidera terjadi pada region lumbal atau torakal

(d) Status neurologis mengalami penyimpanan untuk

mengurangi fraktur spinal atau dislokasi atau

dekompres medull, (Braughman, 2000).

27

Page 29: skripsi kegawatdaruratan

8) Pencegahan komplikasi trauma spinal

a) Komplikasi

Bila penderita dalam waktu lama (kurang lebih 2 jam

atau lebih lama lagi), diimobilisasi dalam spine board

penderita dapat mengalami dekubitus pada oksiput skapula,

sacrum dan tumit secepatnya bantalan harus dipasang

dibawah daerah ini, dan apabila keadaan penderita

mengisinkan secepatnya long spine board dilepas, dan

dapat juga terjadi insufisiensi atau arrest, edema, syok

spinal, syok neurogenik, disrefleksia otonom (hiperfleksia)

dan hipotensi (Krisanty et all, 2009).

b) Pencegahan komplikasi trauma spinal

Pada prinsipnya setiap kecurigaan pada trauma

spinal harus dilakukan imobilisasi yang meliputi bukan saja

kepala dan leher tetapi juga daerah dada, pelvis dan

ekstrimitas yang terpenting pada fraktur spinal harus

imobilisasi untuk menghindari fatalitas kemudian dilakukan

diagnosa sesudah imobilisasi dapat dipertahankan

pemindahan pasien harus dengan perhitungan bahwa

pernapasan dapat berhenti tiba-tiba bila fraktur terjadi pada

28

Page 30: skripsi kegawatdaruratan

kolomna vertebralis bagian atas prinsip yang harus diingat

adalah stabilisasi tulang belakang(Krisanty et all, (2009).

c. Log roll

1) Tujuan

Mempertahankan alignment anatomis yang benar dalam

usaha untuk mencegah kemungkinan cidera neurologis lebih

lanjut dan mencegah penekanan area cidera empat orang

penolong untuk membantu dalam prosedur log roll dengan

tugas sebagai berikut :

a) Satu untuk mempertahankan imobilisasi segaris kepala dan

leher penderita

b) Satu untuk badan (pelvis dan panggul).

c) Satu untuk pelvis dan tungkai dan satu mengatur prosedur

ini dan mencabut spine board.

Prosedur ini mempertahankan seluruh tubuh penderita

dalam kesegarisan, tetapi masih terdapat gerakan minimal

pada tulang belakang saat melakukan prosedur ini imobilisasi

sudah dilakukan pada ekstrimitas yang diduga mengalami

fraktur (Krisanty et all , 2009).

29

Page 31: skripsi kegawatdaruratan

2) Prosedur log roll

a) Long spine board dengan tali pengikat dipasang pada sisi

penderita tali pengikat ini dipasang pada bagian toraks,

diatas krista iliaka paha, dan diatas pergelangan kaki, tali

pengikat atau plester dipergunakan untuk memfiksasi

kepala dan leher penderita ke long spine board.

b) Dilakukan in line imobilisasi kepala dan leher secara

manual kemudian dipasang servical Neck collar

semirigid.

c) Lengan penderita diluruskan dan diletakkan disamping

badan.

d) Tungkai bawah penderita diluruskan secara hati-hati dan di

letekkan dalam posisi kesegarisan netral sesuai dengan

tulang belakang kedua pergelangan kaki diikat satu sama

lain dengan plester.

e) Pertahankan kesegarisan kepala dan leher penderita

sewaktu orang kedua memegang penderita pada daerah

bahu dan pergelangan tangan orang ketiga memasukkan

tangan dan memegang panggul penderita dengan satu

tangan dan lengan tangan yang lain memegang plester

yang mengikat kedua pergelangan kaki.

30

Page 32: skripsi kegawatdaruratan

f) Dengan komando dari penolong yang mempertahankan

kepala dan leher dilakukan log roll sebagai satu unit kearah

kedua penolong yang berada pada sisi penderita hanya

diperlukan pemutaran minimal untuk meletakkan spine

board dibawah penderita kesegarisan badan penderita

harus dipertahankan sewaktu menjalankan prosedur ini.

g) Spine board diletakkan dibawah penderita dan dilakukan

log roll kearah spine board harap di ingat spine board

hanya digunakan untuk transfer penderita dan jangan pakai

untuk waktu yang lama.

h) Untuk mencegah terjadinya hiperkstensi leher dan

kenyamanan penderita maka di perlukan bantalan yang

diletakkan dibawah kepala penderita.

i) Bantalan selimut yang dibulatkan atau alat penyangga lain.

j) Ditempatkan di kiri dan kanan kepala dan leher penderita

dan kepala penderita di ikat ke long spine board.

k) Juga dipasang plester diatas servical Neck collar untuk

menjamin tidak adanya gerakan pada kepala dan leher

(Krisanty et all, 2009).

d. Pemasangan Neck collar servical

31

Page 33: skripsi kegawatdaruratan

Servical Neck collar menurut Krisanti et all, (2009) adalah

suatu alat ortopedi dari peralatan medis digunakan untuk

menopang medulla spinalis dan kepala klien.

1) Tujuan

a) Membantu mengembalikan posisi medulla spinal klien

b) Mengurangi nyeri

c) Menopang leher klien selama proses penyembuhan dari

cidera yang mengakibatkan bergesernya disk spinal dari

vertebra klien

2) Prosedur pemasangan servicall Neck collar.

Menurut Krisanti, (2009), didalam pelaksanaan prosedur

pemasangan servicall Neck collar dibutuhkan ukuran yang tepat

sesuai dengan kondisi klien:

a) Ukuran yang benar adalah, hal kritical bagi kesembuhan

klien Neck collar yang terlalu pendek mungkin tidak akan

menopang dengan cukup baik, sementara terlalu panjang

membuat collar menjadi hiperekstensi kuncinya adalah

pada jarak berdasarkan imajinasi tarikan garis melintasi

atas bahu,dimana Neck collar akan terpasang dan bagian

bawah dagu klien

32

Page 34: skripsi kegawatdaruratan

b) Kunci pada Neck collarnya adalah jarak antara sisi pengikat

belakang dan bagian terbawah plastik keras melingkar

c) Ketika klien di tempatkan pada posisi netral, gunakan jari-

jari anda untuk mengukur jarak dari bahu ke dagu.

d) Anda dapat mengunakan jari-jari untuk menentukan ukuran

stifneck extrication Neck collar yang lebih mendekati

dengan dimensi kunci klien.

e) Neck collar di siapkan dengan memindahkan pengencang

hitam (sizing post) pada ujung cincin teratas di sisi dalam

Neck collar lalu tarik pengencang hitam kedalam lubang

terkecil tekan dengan lembut.

f) Sebelum pemasangan stif Neck collar, tahan dan fleksikan

Neck collar

g) Fleksikan Neck collar sampai ibu jari anda menyentuh jari-

jari yang lain Ini akan membentuk Neck collar dalam bentuk

silinder untuk pengaplikasian segerah.

h) Dengan kepala klien tertopang pada alignment netral,

posisikan bagian penahan dagu dengan mendorong Neck

collar keatas menyusuri dinding dada.

i) Cek ulang posisi kepala klien dan Neck collar pada

alignment yang tepat.

33

Page 35: skripsi kegawatdaruratan

j) Jika klien dalam posisi supine mulai dengan melingkarkan

bagian belakang Neck collar dibelakang leher klien pastikan

untuk melipat loop velcro pada bagian atas balutan busa

untuk mencegah lipatan kulit yang dapat membatasi

kemampuannya.

k) Sekali dan tahan Neck collar dengan mengunakan pengait

hindari untuk menekan leher dengan mengunakan pengait.

e. Pencegahan Dekubitus Trauma Spinal

1) Proper positioning untuk mencegah kompresi.

2) Merubah posisi tiap 2 jam.

3) Nutrisi yang baik.

4) Perawatan hiegiene yang baik, pelihara kulit agar tetap bersih

dan kering.

5) Kurangi tekanan pada daerah-daerah yang punya resiko tinggi

bagi terbentuknya ulkus dekubitus, seperti sekitar tulang ekor,

tumit, tulang belikat dan belakang kepala (Mahadewi dan

Maliawan, 2009).

34

Page 36: skripsi kegawatdaruratan

B. Kerangka Teori

Kerangka Teori (Benyamin Bloom, Notoatmodjo, 2003)

Gambar 1. Kerangka teori penelitian hubungan pengetahuan perawat tentang imobilisasi spinal dengan keterampilan perawat melaksanakan log roll pada pasien dengan indikasi cidera tulang belakang di RSUD Kabupaten Majene.

35

Faktor pembentuk prilaku

- Predisposing faktor

- Enabling faktor- Reinforcing

faktor

Tingkatan sikap

- Menerima- Merespon- Menghargai- Bertanggung

Jawab

Tingkatan

praktek

- Persepsi- Respon- Terpinpin- Adaftasi

Tingkat

pengetahuan

- Tahu- Memahami- Aplikasi- Analisis- Sintesis- Evaluasi

Psikomotor /

keterampilan

Tindakan Log roll

pada pasien denga

indikasi Cidera

tulang belakang

Page 37: skripsi kegawatdaruratan

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka konsep

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat di gambarkan

sebagai berikut :

Variabel independen variabel dependen

Gambar 2. Kerangka konsep

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan konsep penelitian maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang imobilisasi

spinal dengan keterampilan perawat melaksanakan log roll pada

pasien dengan indikasi cidera tulang belakang.

36

Pengetahuan perawat

tentang

Imobilisasi spinal

Keterampilan perawat

melaksanakan log roll pada

pasien dengan indikasi

Cidera tulang belakang

Page 38: skripsi kegawatdaruratan

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah metode penelitian

Metode penelitian ini adalah analitik korelasional (hubungan/asosiasi)

dengan pendekatan Cross Sectional. Dengan populasi perawat

pelaksana yang bekerja di Ruang IGD RSUD Majene sebanyak 30

perawat, pengambilan sampel dengan Purposive sampling. Pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan skala yaitu skala pengetahuan dan

kemampuan. Tehnik analisa data yang digunakan adalah analisis

Korelasi Product Moment Pearson.

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruangan IGD RSUD Kabupaten Majene,

Sulawesi Barat. RSUD Kabupaten Majene merupakan rumah sakit yang

dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Majene yang merupakan rumah sakit

type C non pendidikan yang masuk dalam wilayah Kelurahan Baru,

Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene yang terletak di jalan

poros Majene Mamuju Sulawesi Barat.

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan surat ijin penelitian

dari lahan. Pengambilan data dilakukan terhadap 30 perawat yang

37

Page 39: skripsi kegawatdaruratan

bekerja di ruangan IGD RSUD Kabupaten Majene. Pengambilan data

dilaksanakan pada periode bulan April 2013.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang melakukan

tindakan keperawatan di ruang IRD RSUD Majene. yang berjumlah

kurang lebih 50 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti

(Sastroasmoro, 2008). Tapi pada penelitian ini penulis mengambil

metode Purposive sampling yakni sampel yang diteliti sesuai

pertimbangan peneliti yang melakukan tindakan keperawatan dan

bekerja di ruang IRD RSUD Majene. serta memenuhi kriteria sampel

sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi :

1) Bersedia menjadi responden

2) Bekerja di ruang instalasi IRD

3) Pernah bekerja di Instalasi IRD

b. Kriteria eksklusi:

1) Tidak sedang dalam perjalanan dinas/tugas luar

2) Tidak sedang menjalani cuti

38

Page 40: skripsi kegawatdaruratan

Jumlah sampel pada penelitian ini yang memenuhi kriteria tersebut

sebanyak 30 orang.

39

Page 41: skripsi kegawatdaruratan

D. Alur Penelitian

Alur penelitian menguraikan persetujuan judul, izin pengambilan data,

pengambilan data, penetapan sampel, pembuatan proposal

(perancangan dan uji kuesioner baru), pengisian kuesioner, pengolahan

dan analisa data, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan.

(Pengantar Riset, Abdul Wahab, S.Si.,M.Si., 2012)

40

Menentukan subyek penelitian

Menentukan variabel independen dan dependen

Variabel independen

( Pengetahuan Perawat

Tentang Tentang

Imobilisasi Spinal )

Variabel dependen

(keterampilan perawat melaksanakan logroll)

Melakukan pengamatan/ pengukuran

Melakukan pengamatan/ pengukuran

Hasil pengamatan / pengukuran

Hasil pengamatan / pengukuran

dianalisis Hasil analisis

Data awal

Page 42: skripsi kegawatdaruratan

E. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus dalam penelitian,

variabel menunjukan atribut dari sekelompok orang atau objek yang

mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok

itu (Riwidikdo, 2008).

a. Variabel independen

Yang menjadi variabel dependen dari penelitian ini adalah

“Pengetahuan Perawat Tentang Immobilisasi Spinal”

b. Variabel dependen

Yang menjadi variabel independen dari penelitian ini adalah

“Keterampilan Perawat Melaksanakan Log Roll.”

2. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

a. Pengetahuan perawat

Pengetahuan perawat adalah suatu pengetahuan yang di

miliki oleh seorang perawat terhadap penatalaksanaan

immobilisasi spinal, sedangkan untuk mengukur tingkat

pengetahuan perawat adalah dengan menggunakan kuesioner

atau Pengetahuan seseorang dapat diukur dengan cara diuji atau

tes. Adapun kriteria tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006)

41

Page 43: skripsi kegawatdaruratan

adalah bahwa pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : Hasil persentase ≥ 50%

2) Kurang : Hasil persentase < 50%

b. Keterampilan perawat

Keterampilan perawat yang dinilai disini adalah

keterampilan yang dimiliki oleh perawat dalam melaksanakan log

roll terhadap pasien dengan indikasi cedera tulang belakang, dan

untuk mengukur tingkat keterampilan perawat dalam

melaksanakan logroll terhadap pasien dengan cedera tulang

belakang adalah dengan cara diuji atau tes dengan menggunakan

lembar observasi yang berdasarkan lembar Standar Opersional

Prosedur (SOP), log roll yang diadopsi dari DIV Keperawatan

Gawat Darurat Poltekkes Surakarta. Adapun kriteria tingkat

keterampilan diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang

bersifat kualitatif :

1) Baik : hasil persentase ≥ 50%

2) Kurang : hasil persentase < 50% .

F. Instrumen Penelitian

Data penelitian ini, diambil dengan menggunakan lembar checklist

observasi dan lembar kuesioner dengan menggunakan skala Guttman

42

Page 44: skripsi kegawatdaruratan

berupa soal-soal tentang immobilisasi spinal yang dibuat dengan

mengacu pada konsep dan teori terkait berisi tentang pertanyaan yang

berhubungan dengan tingkat pengetahuan tentang immobilisasi spinal

dan keterampilan tentang log roll terhadap pasien dengan indikasi cedera

tulang belakang di ruang IRD RSUD Majene.

G. Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data, melalui

tahap-tahap sebagai berikut :

1. Pengolahan Data

Menurut Arikunto (2002), langkah-langkah pengolahan data

dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap:

a. Editing

Melengkapi hasil observasi pada lembar observasi, memperbaiki

hasil observasi, memperjelas dan pengecekan logis.

b. Coding

Yaitu kegiatan pemberian kode hasil observasi secara angka

(numerik) atau kode tertentu sehingga lebih mudah dan

sederhana. Pengisian berdasarkan jawaban dari responden.

c. Scoring

Setelah pemberian kode kemudian dilakukan pemberian nilai skor

yang telah ditentukan.

43

Page 45: skripsi kegawatdaruratan

d. Tabulating

Menyusun data dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa Data

Setelah melalui tahap-tahap diatas, selanjutnya dilakukan analisa data

dengan menggunakan :

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Analisis univariat hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Analisis

univariat pada data numerik dan kategorik yang disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi, sedangkan data yang bukan

merupakan data numerik akan disajikan dalam tabel yang berisi

mean, median, modus dan standar deviasi.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat yang diduga berhubungan

atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005). Untuk melakukan uji yang

bertujuan mengetahui apakah ada hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen dimana kedua variabel

(independen dan dependen) termasuk dalam data ordinal dan data

yang dianalisis lebih dari 24 responden, maka digunakan uji

44

Page 46: skripsi kegawatdaruratan

Korelasi Product Moment Pearson (Riwidikdo, 2009). Analisis

bivariat dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer

program SPSS versi 16.0 for windows.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini RSUD

Majene. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian

dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi (Hidayat

2007) :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul dan manfaat

penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan

kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonymity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi dengan cara memberikan kode tertentu.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian

45

Page 47: skripsi kegawatdaruratan

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian observasional dengan pendekatan “Cross Sectional Study”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

pengertahuan perawat dengan keterampilan perawat dan dikaji pada saat

yang bersamaan di RSUD Majene Kabupaten Majene mulai dari tanggal

30 Oktober – 10 November 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan

teknik Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 30

responden. Adapun hasil penelitian yang didapatkan adalah sebagai

berikut :

1. Karakteristik Umum

a. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden,

terdapat jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 15 responden (50%)

dan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 15 responden (50%),

dan dapat dilihat pada tabel 5.1.

46

Page 48: skripsi kegawatdaruratan

Tabel 5.1Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

di Rumah Sakit Umum MajeneKabupaten Majene

Tahun 2013

Jenis Kelamin n %

Laki – Laki 15 50,0

Perempuan 15 50,0

Total 30 100

b. Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden,

lebih tinggi pada golongan umur 25 – 29 tahun yaitu sebanyak 15

responden (50%) dan paling rendah pada golongan umur 30 - 34

tahun yaitu sebanyak 5 responden (16,7%), dan dapat dilihat pada

tabel 5.2

47

Page 49: skripsi kegawatdaruratan

Tabel 5.2Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur

di Rumah Sakit Umum MajeneKabupaten Majene

Tahun 2013

Golongan Umur n %

20 – 24 Tahun 10 33,3

25 – 29 Tahun 15 50,0

30 – 34 Tahun 5 16,7

Total 30 100

c. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden,

lebih tinggi pada tingkat pendidikan D3 Perawat yaitu sebanyak 25

responden (83,3%) dan paling rendah pada tingak pendidikan S1 +

Ners yaitu sebanyak 2 responden (6,7%), dan dapat dilihat pada

tabel 5.3

48

Page 50: skripsi kegawatdaruratan

Tabel 5.3Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

di Rumah Sakit Umum MajeneKabupaten Majene Tahun 2013

Pendidikan n %

D3 Perawat 25 83,3

S1. Perawat 3 10,0

S1 + Ners 2 6,7

Total 30 100

2. Hasil Analisis Univariat

a. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden,

lebih tinggi pada pengetahuan baik yaitu sebanyak 27 responden

(90%) dan paling rendah pada pengetahuan kurang yaitu

sebanyak 3 responden (10%), dan dapat dilihat pada tabel 5.4.

49

Page 51: skripsi kegawatdaruratan

Tabel 5.4Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

di Rumah Sakit Umum MajeneKabupaten Majene Tahun 2013

Pengetahuan n %

Baik 27 90,0

Kurang 3 10,0

Total 30 100

b. Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden,

lebih tinggi pada keterampilan baik yaitu sebanyak 20 responden

(66,7%) dan paling rendah pada keterampilan kurang yaitu

sebanyak 10 responden (33,3%), dan dapat dilihat pada tabel 5.5.

50

Page 52: skripsi kegawatdaruratan

Tabel 5.5Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan

di Rumah Sakit Umum MajeneKabupaten Majene Tahun 2013

Keterampilan n %

Baik 20 66,7

Kurang 10 33,3

Total 30 100

3. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui

hubungan pengetahuan dengan keterampilan perawat dengan

menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kemaknaan α=

0,05 dapat dilihat di bawah ini :

a. Hubungan Pengetahuan Dengan Keterampilan Perawat

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 30

responden yang diteliti terdapat 27 responden (90,0%) yang

berpengetahuan baik, dimana terdapat 20 responden (66,7%)

51

Page 53: skripsi kegawatdaruratan

dengan keterampilan baik dan terdapat 7 responden (23,3%)

dengan keterampilan kurang. Sedangkan pada pengetahuan

kurang terdapat 3 responden (10%), dimana dengan keterampilan

baik yaitu sebanyak 0 responden dan dengan keterampilan kurang

yaitu sebanyak 3 responden (10%) dan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 5.6Hubungan Pengetahuan Dengan Keterampilan Perawat

di Rumah Sakit Umum MajeneKabupaten Majene

Tahun 2013

Pengetahuan

Keterampilan

Total

PBaik Kurang

n % n % n %

Baik 20 66,7 7 23,3 27 90,0

P=0,030

Kurang 0 0 3 10,0 3 10,0

Total 20 66,7 10 33,3 30 100

Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai hitung p = 0,030

lebih kecil dari nilai α = 0,05 (p < α). Dari analisis tersebut dapat

diartikan bahwa Terima H1 atau H0 ditolak dengan demikian bahwa 52

Page 54: skripsi kegawatdaruratan

ada hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan perawat di

RSU Majene.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dan

disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka pembahasan hasil penelitian

ini diuraikan sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Peranan pengetahuan perawat terhadap imobilitas spinal

merupakan hal yang penting dalam peningkatan keterampilan

perawat. Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh para perawat agar

senantiasa sedini mungkin melakukan tindakan segera kepada pasien

cidera. Pada dasarnya, perawat yang memiliki pengetahuan yang baik

tentang keterampilan dalam keadaan darurat, akan memiliki

kecenderungan cekatan dalam menindaki pasien.

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

53

Page 55: skripsi kegawatdaruratan

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui

atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan

adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang

mengunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau

kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan

sebelumnya (Meliono dan Irmayanti, 2007). Jadi dapat disimpulkan

pengetahuan adalah hasil penginderaan atau pengamatan inderawi

terhadap suatu obyek yang belum pernah dilihat, didegar atau

dirasakan sebelumnya yang disadari oleh seseorang mengunakan

indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian

tertentu dan pengetahuan sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang.

Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dengan berbagai

usaha, baik sengaja maupun secara kebetulan. Usaha yang dilakukan

54

Page 56: skripsi kegawatdaruratan

dengan sengaja meliputi berbagai metode dan konsep baik melalui

proses pendidikan maupun melalui pengalaman. Demikian juga

dengan perawat yang tidak mengalami atau memperoleh pendidikan

tentu saja akan berakibat pada kurangnya pengetahuan tentang hal-

hal yang berkaitan dengan keterampilan dalam melaksanakan log roll

ada pasien cidera tulang belakang.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 30 responden yang

diteliti terdapat 27 responden (90,0%) yang berpengetahuan baik,

dimana terdapat 20 responden (66,7%) dengan keterampilan baik dan

terdapat 7 responden (23,3%) dengan keterampilan perawat kurang.

Sedangkan pada pengetahuan kurang terdapat 3 responden (10%),

dimana dengan keterampilan baik yaitu sebanyak 0 responden dan

dengan keterampilan kurang yaitu sebanyak 3 responden (10%).

Berdasarkan uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai hitung p =

0,030 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (p < α). Dari analisis tersebut

dapat diartikan bahwa Terima H1 atau H0 ditolak dengan demikian

bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan

perawat di RSU Majene.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Muliadi (2007) yang melihat hubungan antara pengetahuan

dengan keterampilan perawat di Rumah Sakit Wahidin S dengan nilai

55

Page 57: skripsi kegawatdaruratan

a = 0,015. Dan sejalan pula dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Musfida (2008) tentang pengetahuan perawat terhadap

pelayanan di ruang IRD dengan taraf signifikan a = 0,010.

56

Page 58: skripsi kegawatdaruratan

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit

Umum Majene Kabupaten Majene tahun 2013 dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut.

1. Ada hubungan pengetahuan perawat tentang imobilisasi spinal

dengan keterampilan perawat melaksanakan log roll pada pasien

dengan indikasi cidera tulang belakang di ruangan IGD RSUD Majene

Kabupaten Majene Tahun 2013.

2. Perawat yang memiliki pengetahuan yang baik tentang imobilisasi

spinal akan cenderung memahami dan terampil dalam

pelaksanaannya terhadap pasien. Namun sebaliknya, jika perawat

memiliki pengetahuan yang minim atau rendah, maka akan kurang

memahami dan tidak terampil dalam melakukan tindakan pada pasien

tersebut.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diberikan beberapa

saran sebagai berikut:

57

Page 59: skripsi kegawatdaruratan

1. Perlu diberikan pengetahuan tentang loggroll pada perawat secara

berkelanjutan supaya seluruh perawat dapat mengetahui tentang

prosedur loggroll.

2. Pengetahuan tentang loggroll hendaknya diberikan secara terprogram

dan direncanakan pada setiap instalasi di RSUD Majene, supaya

loggroll dianggap sebagai suatu bagian penting dari pelayanan

keperawatan

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat pengetahuan

kegawat daruratan pada perawat yang bekerja di rumah sakit.

1.

58

Page 60: skripsi kegawatdaruratan

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta.

Armiatmi F, (2008). Karya Tulis Ilmiah Pada Praplegi Frankled Post Kaminectomi Akibat Fraktur Vertebra Lumbal. Terdapat http://etd.eprints.ums.ac.id/. Diunduh pada tanggal 11 Desember 2010 pukul 20.15 WIB

Armiatmi f. (2008). Karya Tulis Ilmiah Post Kominectomi Fraktur Vertebra Lumbal. Terdapat http://etd.eprints.ums.ac.id/939/1/J100050023.pdf

Baughman, C diane,dkk. 2000. Buku Saku Medical BedahBrunner Suddart, Jakarta,. EGC

Brunner & Suddarth (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol 3 Jakarta : EGC.

Dina, (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Kristanty P, Manurung S, Suratun, Wartonah, Mamah Sumartini, Ernawati Dalami, Rohimah, Santun Setiawati. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.jakarta : Trans info Media.

Mahadewi, T.G.B. dan Maliawan, S. (2009). Buku ajar cedera syaraf tulang belakang. Udayana university press.

Meliono dan Irmayanti. (2007). Modul I : MPKT. Lembaga Penerbitan FEUI. Dikutip dari http://id. Wiki pedia.org/wiki/pengetahuan-ilmu.

Notoadmodjo. (2007). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, Edisi ke- 3.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

59

Page 61: skripsi kegawatdaruratan

Pearce E. C. (2012). Anatomi Fisiologi Untuk Pramedis. Jakarta : PT. Gramedia.

Rab, T. (2007). Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Jilid 3.Bandung : Alumni Bandung.

Riwidikdo, H. (2008). Statistik kesehatan. Jogjakarta. Mitra Cendikia Press.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Administrasi. Edisi. Revisi. Jakarta: CV Alfabeta.

Wahab Abdul. (2012).Pengantar Riset. Jogjakarta: Kutub wacana.

60