Page 1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu proses pembelajaran dapat berjalan efektif bila seluruh komponen
pembelajaran dapat saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan tingkat
pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran. Komponen pembelajaran tersebut
yaitu: siswa, kurikulum, guru, metode, sarana dan lingkungan. Seorang guru atau
pendidik yang akan menyampaikan bahan atau materi pelajaran kepada siswa,
tentunya akan menggunakan suatu cara atau metode tertentu agar siswa dapat
memahami materi yang diberikan kepadanya. Selain itu seorang guru dituntut
untuk menggunakan pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam
pembelajaran baik antara siswa dengan guru, maupun antara siswa dengan siswa.
Sebagaimana yang banyak kita lihat, guru banyak menggunakan model
pembelajaran yang menuntut siswa aktif dan guru menjadi fasilitator di dalam
proses pembelajaran, dimana penggunaan model pembelajaran harus sesuai
dengan materi pelajaran dan dapat membuat siswa aktif dalam proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan semangat di dalam diri siswa tersebut.
Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan rincian dan
penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga
terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Menurut Lie (dalam
Nafisah, 2004: 2), pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar berdasarkan pokok pemikiran, yaitu: (1) Pengetahuan ditemukan,
dibentuk dan dikembangkan oleh siswa, (2) Siswa membangun pengetahuan
1
Page 2
secara aktif, (3) Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan
kemampuan siswa, dan (4) Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa
dan interaksi antara guru dan siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diujicobakan yang sesuai
dengan pemikiran di atas dan dapat diterapkan oleh guru adalah model
pembelajaran kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi
kesempatan pada siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur. Melalui pembelajaran kooperatif
pula, seorang siswa akan menjadi sumber belajar bagi temannya yang lain. Lie
(dalam Wena, 2009: 189) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna
jika siswa dapat saling mengajari. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktivitas siswa selama
proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dapat saling
berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang
efektif. Pembelajaran kooperatif secara konseptual dapat melibatkan siswa secara
aktif di dalam kelompok maupun individu. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa
belajar dalam kelompok-kelompok kecil sehingga diharapkan siswa bekerjasama
untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal. Berdasarkan hasil
penelitian Slavin (dalam Muslimin, 2006: 16), menunjukkan
bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam
meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-
pengalaman belajar individual atau kompetitif. Dari hasil
2
Page 3
penelitian Lundgren (dalam Muslimin, 2006: 17), menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat
positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe. Salah satu tipe
model pembelajaran kooperatif yang dapat mengoptimalkan partisipasi siswa
mengeluarkan pendapat, dapat meningkatkan pengetahuan siswa dan merupakan
suatu model pembelajaran yang sederhana dengan keuntungan besar adalah model
pembelajaran kooperatif tipe think pair and share (Alma, 2008: 91). Model
pembelajaran kooperatif tipe think pair and share membantu siswa meningkatkan
daya fikir (think) lebih dulu, sebelum masuk ke dalam kelompok berpasangan
(pair), kemudian berbagi dalam kelompok (share). Setiap siswa saling berbagi
ide, pemikiran atau informasi yang mereka ketahui tentang permasalahan yang
diberikan guru, dan bersama-sama mencari solusinya. Jelas inti keberhasilan dari
model ini ialah bagaimana guru merumuskan permasalahan pada awal pelajaran,
yang memberi makna bagi siswa dan menimbulkan rasa penasaran siswa,
sehingga mereka tertarik mencari solusi.
Di SMP Negeri 1 Lubuklinggau menurut informasi dari guru kualitas
interaksi dalam kelas masih relatif kurang optimal, distribusi kemampuan pada
siswa kurang merata, yaitu cenderung memusat pada kelompok atas, siswa kurang
aktif dalam proses pembelajaran. Dari hasil refleksi dan kajian yang dilakukan,
maka untuk memperbaiki struktur interaksi kelas yang demikian, maka perlu
perbaikan pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif, kreatif dan mampu
3
Page 4
berinteraksi dengan guru dan karnanya, salah satunya adalah dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
sebagai tugas akhir dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Think Pair and Share terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri
1 Lubuklinggau”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah Pengaruh Penerapan
Model Pembelajaran Think Pair and Share terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 1 Lubuklinggau?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh penerapan model pembelajaran think pair and share terhadap hasil
belajar fisika.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Siswa, dapat meningkatkan keaktifan siswa, menumbuhkan rasa kebersamaan
siswa, peningkatan hasil belajar dan keterlibatan siswa dalam proses belajar
mengajar.
4
Page 5
2. Guru, sebagai tambahan informasi, masukan dan alternatif dalam
pengembangan pembelajaran fisika.
3. Penulis, sebagai bekal dan tambahan pengalaman untuk terjun mengajar, dan
syarat untuk menyelesaikan program sarjana pendidikan fisika pada jurusan
MIPA STKIP – PGRI Lubuklinggau.
4. Peneliti, sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian dalam bidang
pendidikan.
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and
Share berpengaruh terhadap hasil belajar.
2. Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lubuklinggau mampu menerapkan pelajaran
fisika menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share.
F. Batasan Istilah
Batasan istilah digunakan untuk menghindari salah penafsiran terhadap
masalah yang diteliti serta untuk mencapai sasaran penelitian yang diharapkan.
Batasan masalah yang dimaksud adalah berkaitan dengan permasalahan penelitian
yaitu:
1. Pengaruh adalah akibat yang ditimbulkan setelah siswa diberikan perlakuan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and
Share.
5
Page 6
2. Model pembelajaran Think Pair and Share adalah model pembelajaran yang
terdiri dari tahap pemberian masalah oleh guru, tahap think-berfikir, tahap
pair-berpasangan, dan tahap share-berbagi ide atau pendapat. Dimana siswa
berfikir sendiri permasalahan yang diberikan oleh guru kemudian siswa
bekerjasama dan mendiskusikan jawaban yang terbaik menurut mereka.
Selanjutnya tahap mempresentasikan jawaban secara kelompok didepan kelas.
3. Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan kognitif siswa setelah
mengikuti pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran think pair
and share.
6
Page 7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Belajar dan Pembelajaran
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan dan
interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan
spiritual. Hal ini sesuai dengan pandangan modern dimana belajar adalah proses
perubahan perilaku, berkat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah
laku mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun yang dimaksud
lingkungan mencakup keluarga, sekolah dan masyarakat, dimana peserta didik
berada. Menurut Gagne, Berline, dan Hilgard (dalam Hanafiah dan Suhana,
2009: 7) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang
muncul karena pengalaman.
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Dalam proses pembelajaran
diharapkan terjadi perubahan tingkah laku dalam diri siswa berkat interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Perubahan yang diharapkan adalah perubahan
yang mampu mengantarkan seseorang yang belajar tersebut pada tingkah laku
yang positif. Menurut Slameto (2003: 3) ciri-ciri perubahan tingkah laku orang
yang telah belajar adalah:
7
Page 8
a. Perubahan secara sadar.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
c. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif.
d. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
e. Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek.
Orang yang memiliki ciri-ciri belajar berarti telah mengalami proses
pembelajaran. Untuk mencapai perubahan-perubahan tersebut, tidak terlepas dari
fungsi guru dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar merupakan satu
kesatuan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antara siswa yang belajar dengan
guru yang mengajar karena dalam proses belajar mengajar akan selalu melibatkan
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik untuk
mencapai tujuan tertentu. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan pokok
dalam proses pendidikan di sekolah. Berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar
diantaranya bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
berkembang dewasa ini, dimana pada pembelajaran kooperatif siswa belajar
dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.
Struktur tujuan kooperatif dikemukakan oleh Muslimin (2006: 3) yakni: struktur
tujuan kooperatif terjadi jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama
mencapai tujuan tersebut. Tiap-tiap individu ikut andil dalam tujuan tersebut.
8
Page 9
Dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa harus yakin bahwa tujuan
mereka akan tercapai jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Dengan
arti kata adanya sebuah kesadaran bersama kalau dalam pembelajaran kooperatif
saling ketergantungan antara satu siswa dengan siswa yang lain. Dalam
pembelajaran kooperatif belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
belum menguasai bahan pelajaran. Belajar kooperatif memiliki potensi untuk
mengurangi kelas- kelas pasif ke kelas dinamik dan berorientasi kelompok.
Adapun unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan
oleh Muslimin (2006: 6) adalah sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup
semati”.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti
milik mereka sendiri.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang
juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
9
Page 10
Kebanyakan model pembelajaran kooperatif dapat memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yakni pengelompokan, pemberian motivasi kepada kelompok,
dan penataan ruang kelas menurut Lie (dalam Isjoni, 2009: 64), adalah sebagai
berikut:
a. Pembentukan Kelompok. Pengelompokan (keragaman) merupakan ciri yang
menonjol dalam pembelajaran kooperatif. Alasan dibentuk kelompok
heterogen adalah: pertama, memberi kesempatan untuk saling mengajar (peer
tutoring) dan saling mendukung. Kedua, dapat meningkatkan relasi dan
interaksi antar ras, etnik dan gender. Ketiga, memudahkan pengelolaan kelas
karena masing-masing kelompok memiliki anak yang berkemampuan tinggi
(special hilper), yang dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan
suatu permasalahan dalam kelompok menurut Jarolemek dan Parker (dalam
Isjoni, 2009: 65).
10
Page 11
b. Pemberian Semangat Kelompok. Agar kelompok bisa bekerja secara efektif
dalam proses pembelajaran kooperatif maka masing-masing kelompok perlu
memiliki semangat kelompok. Pemberian semangat ini bisa dibina dengan
melakukan beberapa kegiatan yang bisa mempererat hubungan antara anggota
kelompok, yaitu melalui kegiatan kesamaan kelompok, identitas kelompok,
maupun sapaan atau sorak kelompok.
c. Penataan Ruang Kelas. Pengaturan bangku memainkan peranan penting
dalam kegiatan belajar model pembelajaran kooperatif sehingga semua siswa
bisa melihat guru atau papan tulis dengan jelas. Di samping itu, harus bisa
melihat dan menjangkau rekan-rekan kelompoknya dengan baik dan berada
dalam jangkauan kelompoknya dengan merata. Kelompok bisa dekat satu
sama lain dan guru bisa menyediakan sedikit ruang kosong di salah satu
bagian kelas untuk kegiatan lain.
Pengelolaan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif, paling
tidak ada tiga tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
a. Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-
temannya yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun
ketidakmampuan.
11
Page 12
c. Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan
kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama, dimulai
dengan langkah guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk
belajar hingga diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap usaha-
usaha kelompok maupun individu. Selanjutnya, langkah-langkah pembelajaran
kooperatif dari awal hingga akhir atau dalam pembelajaran kooperatif terdapat
beberapa langkah yang harus diperhatikan agar pembelajaran yang dilakukan
lebih sistematis. Adapun langkah-langkah tersebut terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah Laku GuruFase-1Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Fase-2Menyajikan informasi
Fase-3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Fase-4Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Fase-5Evaluasi
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-
12
Page 13
Fase-6Memberikan penghargaan
masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik-baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Bila diperhatikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif pada
tabel di atas maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas
sangat menonjol dibandingkan dengan model-model pembelajaran yang lain.
Sama seperti model pembelajaran yang lain, pembelajaran kooperatif juga
diperlukan tugas perencanaan, misalnya: menentukan pendekatan yang tepat,
memilih topik yang sesuai dengan model ini, pembentukan kelompok siswa,
mengenalkan kepada siswa tugas dan perannya dalam kelompok, merencanakan
waktu dan tempat duduk yang akan digunakan.
Ada satu aspek lagi yang penting dari pembelajaran kooperatif ialah
bahwa di samping membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan
hubungan yang lebih baik diantara siswa, juga membantu siswa dalam
pembelajaran akademis. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan
pengalaman-pengalaman individual dan kompetitif.
Beberapa hasil penelitian pembelajaran kooperatif yang dilakukan para
ahli sebagai berikut:
1) Jessica Ball di Malaysia yang frustasi dengan model pembelajaran tradisional
yang hanya berkutat dengan “kapur dan bercerita” telah mencoba
menggantinya dengan pembelajaran kooperatif yang menciptakan kondisi
pembelajaran yang aktif.
13
Page 14
2) George M Jacobs yang meneliti pembelajaran kooperatif di Thailand dan
Singapura berpendapat bahwa perencanaan aktivitas kelompok merupakan hal
penting yang menjadi penentu keefektifan pembelajaran.
3) Gan Siouek Lee yang meneliti pembelajaran kooperatif di Singapura
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif membuat pembelajaran
berkelompok menjadi lebih bermakna, menyenangkan, dan lebih efektif.
Menurut Priyanto (dalam Wena, 2009: 196)
3. Model Pembelajaran Think Pair and Share
Model think pair and share tumbuh dari penelitian pembelajaran
kooperatif dan waktu tunggu, model think pair and share dapat juga disebut
sebagai model belajar mengajar berpasangan. Model pembelajaran khusus yang
diuraikan disini mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman pada tahun 1985
(think pair and share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royong.
Model ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama
dengan orang lain.
Model ini merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskursus di
dalam kelas. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi
perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok. Think pair and share
memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu
yang banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Andaikan guru baru saja menyelesaikan penyajian yang singkat, atau siswa telah
membaca suatu tugas, atau suatu situasi penuh teka-teki telah dikemukakan.
14
Page 15
Sekarang guru menginginkan siswa memikirkan secara lebih mendalam tentang
apa yang telah dijelaskan atau dialami. Model think pair and share sebagai ganti
dari tanya jawab seluruh kelas. Sebagai suatu model pembelajaran think pair and
share memiliki langkah-langkah tertentu.
Menurut Muslimin (2006: 26) langkah-langkah think pair and share ada
tiga yaitu, sebagai berikut:
Tahap 1: Thinking (berfikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang
berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2: Pairing (berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan
siswa yang lain untuk dapat mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada
tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi ide jika suatu
persoalan khusus telah diidentifikasi.
Biasanya guru memberi waktu 4 – 5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3: Sharing (berbagi). Pada tahap akhir, guru meminta pada pasangan
untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah dibicarakan. Ini efektif
dilakukan dengan bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai
sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Keunggulan dari think pair and share ini adalah optimalisasi partisipasi
siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa yang maju
dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, model think pair and share ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka
15
Page 16
kepada orang lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan siswa.
Adapun cara pelaksanaannya adalah:
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan
yang akan disampaikan guru.
c. Siswa diminta dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, setiap kelompok
mengemukakan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi
yang belum diungkapkan para siswa.
e. Guru memberi kesimpulan.
f. Penutup
4. Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan
tujuan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa standar keberhasilan dalam belajar bisa dilihat dari sejauh
mana guru dan siswa telah berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
ada. Di samping itu hasil belajar merupakan suatu indikator yang penting untuk
menyatakan kualitas suatu pembelajaran. Menurut Gagne (2002: 11) yaitu:
(1) belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif
siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”, (2) proses kognitif tersebut
16
Page 17
menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi
verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Dari
kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa proses pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk dapat menggunakan strategi
yang tepat dalam proses pembelajaran. Strategi yang digunakan guru selama
proses belajar mengajar diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil belajar adalah suatu yang diperoleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar. Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pada penelitian ini peneliti hanya mengamati aspek kognitif. Hasil belajar dari
aspek kognitif merupakan kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan,
pengalaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi, baik secara proses
maupun di akhir pembelajaran. Hasil akhir dapat diketahui dengan menggunakan
salah satu indikator yaitu tes. Hasil tes ini kemudian dianalisis oleh peneliti dan
diberi penilaian. Penilaian yang dilakukan mengacu pada penilaian berdasarkan
KTSP. Dalam KTSP penilaian dilakukan berdasarkan indikator.
Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini,
yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes.
Teknik tes merupakan cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang
memerlukan jawaban betul atau salah, sedangkan teknik nontes adalah suatu cara
untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban
benar atau salah. Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah teknik tes,
dan tes yang dilakukan berupa tes awal dan tes akhir yang diberikan kepada siswa
berupa tes essay.
17
Page 18
5. Materi Pelajaran
a. Gelombang
1) Pengertian Gelombang
Pernahkah kamu melemparkan kerikil (batu kecil) ke dalam air yang
tenang? Jika kita melemparkan kerikil ke dalam air yang tenang, permukaan air
tersebut nampak bergerak. Gerakan itu menyebar ke segala arah menjauhi titik
yang merupakan tempat jatuhnya kerikil. Gerakan seperti itu dinamakan
gelombang. Dalam hal ini, medium gelombang tidak ikut merambat.
Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa gelombang tidak
terjadi dengan sendirinya. Menurut Purwanto (2007: 142) gelombang yang terjadi
pada air tenang disebabkan oleh kerikil yang jatuh ke dalamnya. Jika penyebab
terjadinya gelombang disebut usikan, dapat dikatakan bahwa gelombang terjadi
karena adanya usikan yang merambat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
gelombang adalah getaran yang merambat. Perambatan gelombang dapat terjadi
melalui medium (zat perantara) dan tanpa melalui medium. Gelombang yang
memerlukan medium untuk merambat disebut gelombang mekanik, contohnya
gelombang air laut, gelombang pada tali, gelombang bunyi, dan slinki. Adapun
gelombang yang tidak memerlukan medium untuk merambat disebut gelombang
elektromagnetik, contohnya gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang
18
Page 19
sinar-X. Selain itu gelombang elektromagnetik dapat dipengaruhi oleh medan
magnet dan medan listrik.
2) Gelombang Mekanik
Getaran yang merambat sepanjang tali disebut gelombang tali. Gelombang
tali merupakan gelombang satu dimensi. Dalam hal ini, medium gelombang tidak
ikut merambat, tetapi bergetar (bergerak naik turun) di tempatnya. Gelombang tali
memerlukan medium untuk merambat. Demikian pula dengan gelombang
mekanik lain, seperti gelombang air (gelombang satu dimensi) dan gelombang
bunyi (gelombang tiga dimensi)
Kita sudah mengetahui bahwa gelombang air laut kadang-kadang besar
dan kadang- kadang kecil. Besar kecilnya gelombang tersebut bergantung pada
kencangnya tiupan angin di atas permukaan air laut. Makin kencang tiupan angin,
makin besar gelombang air laut yang ditimbulkan. Hal ini menunjukkan bahwa
makin besar energi yang diberikan angin kepada permukaan air laut, makin besar
gelombang yang terjadi. Dengan demikian, gelombang merambat membawa
energi. Hal itulah yang menyebabkan gelombang air laut dapat menghempaskan
kapal dan menghasilkan suara yang keras memekakkan telinga.
3) Gelombang Tranversal dan Longitudinal
Gelombang tranversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus
dengan arah getarnya. Adapun gelombang longitudinal adalah gelombang yang
arah rambatnya berimpit dengan arah getarnya. Sebagaimana getaran, gelombang
19
Page 20
juga mempunyai periode gelombang ( ). Periode gelombang adalah waktu yang
diperlukan untuk menempuh jarak sepanjang satu gelombang. Jarak sepanjang
satu gelombang inilah yang selanjutnya disebut panjang gelombang,
dilambangkan . Adapun perbandingan antara panjang gelombang dan periodenya
merupakan kecepatan merambat gelombang ( ). Dengan demikian, secara
matematis hubungan antara panjang gelombang ( ), periode gelombang, dan
cepat rambat gelombang ( ) dapat dirumuskan:
= cepat rambat gelombang (m/s)
= panjang gelombang (m)
= periode gelombang (s)
Mengingat hubungan ; = frekuensi gelombang (Hz) maka diperoleh
persamaan:
Secara sederhana, besaran-besaran gelombang tranversal dapat dijelaskan
sebagai berikut. Getaran gelombang tranversal berupa bukit dan lembah. Tinggi
bukit dan dalamnya lembah menunjukkan simpangan maksimum gelombang yang
disebut amplitudo gelombang. Panjang lintasan yang terdiri atas sebuah bukit dan
lembah disebut panjang gelombang. Pada gambar dibawah ini, anak panah kecil
pada titik getar A, C, E, dan G menunjukkan fase getar atau tahapan-tahapan
getar, berdasarkan hal itulah, panjang gelombang dapat dikatakan sebagai jarak
dua titik getar yang mempunyai fase sama. Panjang gelombang juga dapat
20
Page 21
dikatakan sebagai jarak antara dua puncak bukit yang berurutan (BF) atau dua
lembah yang berurutan. Waktu yang diperlukan untuk merambat sepanjang satu
gelombang ( ) disebut periode gelombang ( ). Perbandingan antara panjang
gelombang ( ) dan periodenya ( ) merupakan cepat rambat gelombang ( ).
Adapun frekuensi gelombang ( ) adalah jumlah gelombang yang terjadi
setiap sekon. Untuk gelombang longitudinal dapat dijelaskan sebagai berikut.
Getaran gelombang longitudinal berupa rapatan dan renggangan. Rapatan terjadi
jika partikel-partikel medium gelombang bergerak saling mendekati, sedangkan
renggangan terjadi jika partikel-partikel medium gelombang bergerak saling
menjauhi.
Gambar 1. Gelombang tranversal
lembah
bukit ampli-tudo
λ
λ
D
GEA C
pusat rapatan pusat rapatan
pusat rengganganPusat renggangan
Gambar 2. Gelombang longitudinal
21
Page 22
Jadi, partikel-partikel itu hanya bergerak bolak-balik di sekitar titik keseimbangan
(pusat rapatan dan renggangan), tidak merambat bersama gelombang. Pada
gelombang jenis ini, yang dimaksud panjang gelombang ( ) adalah jarak
sepanjang sebuah rapatan dan renggangan secara berurutan. Dapat juga dikatakan,
panjang gelombang longitudinal adalah jarak antara dua pusat rapatan atau pusat
renggangan yang berurutan.
Adapun periode gelombang longitudinal adalah waktu yang diperlukan
untuk membentuk sebuah rapatan dan sebuah renggangan yang berurutan. Dengan
demikian, frekuensi gelombang longitudinal dapat dikatakan sebagai banyaknya
rapatan dan renggangan yang terjadi setiap sekon. Dalam hal itu, juga berlaku
persamaan:
4) Pemantulan Gelombang
Seutas tali, yang salah satu ujungnya terikat pada suatu tiang, digetarkan
sekali sehingga dapat menghasilkan gelombang seperti tampak pada gambar 3.
Beberapa saat kemudian tampak adanya gelombang yang merambat menuju ke
arah kita (sumber getar). Hal itu terjadi karena gelombang datang yang
menumbuk penghalang (tiang) dipantulkan kembali. Gelombang yang kembali
tersebut dinamakan gelombang pantul. Jika gelombang datang merambat secara
tegak lurus terhadap dinding pemantul, gelombang pantulnya juga tegak lurus
terhadap dinding pemantul. Hanya, arah rambatnya berlawanan dengan arah
rambat gelombang datang (perhatikan gambar 3). Bagaimana jika gelombang
22
Page 23
datang membentuk sudut tertentu terhadap garis normal (garis yang tegak lurus
terhadap dinding pemantul)?
Jika pada air kolam yang tenang dijatuhkan kerikil, akan timbul gelombang
permukaan air, makin lama gelombang itu makin luas hingga mencapai tepi
kolam dan memantul. Jika kita perhatikan, arah rambat gelombang datang dan
gelombang pantul yang terjadi secara sederhana dapat digambarkan seperti
gambar 4. berikut ini:
gelombang pantul
Gambar 3. Gelombang tali akan dipantulkan jika mengenai penghalang (tiang/tembok
Gelom-bang pantul
garis normalgelombang datang (b)
23
gelombang datang
Gambar 4. Gelombang datang dan gelombang pantul permukaan air terletak pada satu bidang datar.
Page 24
Sudut yang terbentuk antara arah rambat gelombang pantul dan garis normal
disebut sudut datang dan sudut yang terbentuk antara arah rambat gelombang
pantul dan garis normal disebut sudut pantul.
Berdasarkan percobaan tersebut, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut.
Pada pemantulan gelombang berlaku
(1) Gelombang datang, garis normal, dan gelombang pantul terletak dalam satu
bidang datar.
(2) Sudut datang sama dengan sudut pantul.
Dua kesimpulan di atas selanjutnya dikenal sebagai hukum pemantulan.
5) Pemanfaatan Gelombang
Dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan gelombang sangat bermanfaat
bagi kesejahteraan manusia. Sekarang dengan memanfaatkan gelombang orang
dapat berhubungan jarak jauh menggunakan telepon genggam. Dengan
gelombang pula, siaran radio dan televisi dapat ditangkap di segala penjuru dunia.
Gelombang juga dapat dimanfaatkan pada alat microwave. Dalam dunia
kedokteran gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan janin
seorang ibu.
B. Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto (2002: 34) hipotesis adalah suatu jawaban sementara
terhadap suatu permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka penelitian ini diajukan
24
Page 25
hipotesis: “ada pengaruh penerapan model pembelajaran think pair and share
terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri1 Lubuklinggau”.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002: 126). Metode dalam
penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperimen Research) kategori
Pretes and Postes Group Design.
Eksperimen semu kategori Pretes and Postes Group Design adalah sebuah
eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding karena hanya satu
perlakuan dan dengan eksperimen sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen
yang disebut pretes dan sesudah eksperimen yang disebut postes (Arikunto, 2002:
77). Menurut Arikunto (2006: 86), dapat digambarkan sebagai berikut:
A : O1 X O2
Keterangan:
A = Sampel Acak
O1 = Tes Awal (Pretes)
O2 = Tes Akhir (Postes)
X = Pembelajaran dengan model pembelajaran think pair and share
25
Page 26
B. Variabel Penelitian
Menurut Suryabrata (2005: 25) variabel penelitian adalah sebagai segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel dalam
penelitian ini adalah hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan
perlakuan dengan model pembelajaran think pair and share.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2002: 108) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Lubuklinggau tahun pelajaran 2009/2010, yaitu kelas VIII1, VIII2, VIII3, VIII4,
VIII5, seperti tabel 3.1.
Tabel 3.1Populasi Penelitian
No KelasJenis Kelamin
Jumlah siswaLaki-laki Perempuan
1. VIII1 18 17 352. VIII2 10 24 343. VIII3 17 17 344. VIII4 17 19 365. VIII5 21 13 34
Jumlah 83 90 173( Sumber: Tata usaha SMP Negeri 1 Lubuklinggau Tahun 2009-2010)
2. Sampel
Menurut Mardalis (2007: 55) sampel berarti contoh, yaitu sebagian dari
seluruh individu yang menjadi subjek penelitian. Tujuan penentuan sampel ialah
26
Page 27
untuk memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati
sebagian dari populasi, suatu reduksi terhadap jumlah objek penelitian. Dalam
penelitian ini, sampel diambil secara acak dari populasi sebanyak lima kelas,
penentuan sampel menggunakan sampel acak dengan cara pengundian tersebut
didapat sampel yang akan diteliti yaitu satu kelas yaitu kelas VIII4 selama proses
pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran think pair and share.
Secara rinci, sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2Sampel Penelitian
No KelasJenis Kelamin
Jumlah siswaLaki-laki Perempuan
1. VIII4 17 19 36
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan
teknik pengumpulan data berupa tes hasil belajar dan angket respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Angket respon siswa
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang respon siswa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran think pair and share,
yang meliputi: materi pelajaran, cara belajar, penggunaan model pembelajaran dan
penampilan guru dalam mengajar.
Data tentang respon siswa terhadap pembelajaran dianalisis dengan
mencari persentase jawaban siswa untuk setiap butir aspek yang ditanyakan dalam
angket dengan menggunakan rumus:
27
Page 28
Rata-rata persentase setiap aspek yang dinilai ditentukan dengan cara
menentukan jumlah persentase setiap butir aspek dibagi banyaknya butir yang
ditanyakan pada aspek butir tersebut.
2. Tes hasil belajar
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
model tes. Menurut Arikunto (2002: 127) tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Dalam
hal ini peneliti menggunakan bentuk tes essay yang terdiri dari 8 soal. Materi tes
adalah tentang gelombang. Tes digunakan untuk memperoleh dan mengukur data
tentang hasil belajar fisika siswa kelas VIII4. Dimana pretest dan posttest
menggunakan soal tes yang sama.
E. Uji Coba Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2002: 236) instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Sebuah tes dapat dikatakan
baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu untuk
mengetahui apakah valid dan reliabel untuk digunakan dalam penelitian ini.
Dengan demikian soal tes yang akan digunakan dalam penelitian ini sudah
diketahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda.
28
Page 29
1. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2002: 144), validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahian suatu instrumen. Maka dapat
disimpulkan bahwa suatu instrumen yang valid atau sudah sahih memiliki
validitas yang tinggi. Untuk mengetahui validitas butir soal dilakukan dengan
mengkoreksi skor butir soal tersebut dengan skor soal total yang diperoleh
koefisien korelasi dihitung dengan rumus korelasi product moment dari pearson
Arikunto (2002: 146).
rxy =
Keterangan:
rxy = Keofisien korelasi
X = skor butir soal
Y = skor total
N = Banyak soal
Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi menurut
Guilford (dalam Sukasno, 2006: 49) adalah sebagai berikut:
rxy 0,00 Tidak valid
0,00< rxy 0,20 Validitas sangat rendah
0,20 < rxy 0,40 Validitas rendah (kurang)
0,40 < rxy 0,60 Validitas sedang (cukup)
0,60 < rxy 0,80 Validitas tinggi (baik)
29
Page 30
0,80 < rxy 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)
Untuk menentukan keberartian dari koefisien validitas digunakan uji t
seperti yang dikemukakan Sudjana (2002: 380)
Keterangan:
n = banyaknya data
= korelasi
= distribusi student t
Taraf nyata = , jika , maka H0 diterima (tidak signifikan).
Dalam hal lain Ha ditolak (signifikan), dengan kata lain butir soal tersebut
dikatakan valid.
Dari hasil perhitungan (Lampiran B), dapat dilihat hasil analisis validitas
butir soal pada tabel 3.3.
Tabel 3.3Hasil Analisis Validitas
Soal Tes
No.soal
Nilai Keterangan
1 0,64 2,02 5,37 Valid/tinggi
2 0,50 2,02 3,75 Valid/sedang
3 0,54 2,02 4,21 Valid/sedang
4 0,65 2,02 5,48 Valid/tinggi
5 0,49 2,02 3,60 Valid/sedang
6 0,65 2,02 5,53 Valid/tinggi
7 0,64 2,02 5,40 Valid/tinggi
8 0,67 2,02 5,89 Valid/tinggi
30
Page 31
2. Reliabilitas
Reliabilitas memberi pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Untuk mengetahui reliabilitas tes bentuk uraian
digunakan rumus alpha (Arikunto, 2006: 195), yaitu:
(Arikunto, 2006: 195)
Keterangan:
= Reliabilitas intrumen
= jumlah varians butir
= varians total
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Klasifikasi untuk menginterpretasikan reliabilitas suatu tes menurut
Guilford (dalam Sukasno, 2006: 61) yaitu:
reliabilitas sangat rendah
reliabilitas rendah
reliabilitas sedang (cukup)
reliabilitas tinggi (baik)
reliabilitas sangat tinggi
Setelah data hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus alpha
(pada lampiran B), diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,43, hal ini berarti
31
Page 32
instrumen penelitian ini memiliki derajat reliabilitas sedang sehingga dapat
dipercaya sebagai alat ukur.
3. Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat Kesukaran soal suatu butir soal menunjukkan apakah butir soal
tersebut tergolong butir soal yang sukar, sedang dan mudah. Butir soal yang baik
adalah yang tidak mudah dan tidak terlalu sukar. Suatu hal yang harus
diperhitungkan oleh seorang perancang tes adalah mempertimbangkan tingkat
kesukaran soal. Untuk menghitung tingkat kesukaran butir soal uraian dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
= Indeks kesukaran soal
= Jumlah skor kelompok atas
= Jumlah skor kelompok bawah
= Jumlah skor ideal kelompok atas
= Jumlah skor ideal kelompok bawah
Klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan, adalah kriteria yang
dikemukakan Guilford (dalam Subana, 2005: 133) sebagai berikut:
IK = 0,00 : (soal terlalu sukar)
0,00 < IK ≤ 0,30 : (soal sukar)
0,30 < IK ≤ 0,70 : (soal sedang)
0,70 < IK ≤ 1,00 : (soal mudah)
32
Page 33
Dari hasil perhitungan (Lampiran B) dapat dikemukakan rekapitulasi
hasil analisis tingkat kesukaran tes penguasaan meteri gelombang seperti pada
tabel 3.4.
Tabel 3.4Hasil Analisis Tingkat Kesukaran
Soal Tes
NomorSoal Kel.atas Kel.bawah
idealKel.Atas/Bawah
TingkatKesukaran
Keterangan
1 39 14 30 0,60 Sedang
2 68 34 75 0,46 Sedang
3 67 28 90 0,36 Sedang
4 82 39 90 0,46 Sedang
5 111 64 105 0,57 Sedang
6 134 72 150 0,47 Sedang
7 170 77 150 0,56 Sedang
8 153 78 150 0,53 Sedang
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut juga dengan indeks deskriminasi
(daya pembeda). Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal uraian
digunakan rumus:
Keterangan:
= Indeks daya pembeda
33
Page 34
= Jumlah skor kelompok atas
= Jumlah skor kelompok bawah
= Jumlah skor ideal salah satu kelompok ( kelompok atas atau bawah)
Klasifikasi daya pembeda yang digunakan, adalah kriteria yang
dikemukakan Suherman dan Sukaya ( dalam Subana, 2005: 135) sebagai berikut:
DP ≤ 0,00 (Sangat jelek)
0,00 < DP ≤ 0,20 (Jelek)
0,20 < DP ≤ 0,40 (Cukup)
0,40 < DP ≤ 0,70 (Baik)
0,70 < DP ≤ 1,00 (Sangat baik)
Dari hasil perhitungan (pada lampiran B), dapat dikemukakan rekapitulasi
hasil analisis daya pembeda tes penguasaan materi gelombang seperti pada
tabel 3.5.
Tabel 3.5Hasil Analisis Daya Pembeda
Soal Tes
NomorSoal Kel.atas Kel.bawah
idealKel.atas/bawah
DayaPembeda
Keterangan
1 39 14 44 0,57 Baik
2 68 34 110 0,31 Cukup
3 67 28 132 0,30 Cukup
4 82 39 132 0,33 Cukup
5 111 64 154 0,31 Cukup
6 134 72 220 0,28 Cukup
7 170 77 220 0,42 Baik
8 153 78 220 0,34 Cukup
34
Page 35
Berdasarkan hasil uji coba tes hasil belajar, maka rekapitulasi hasil uji
coba tes dapat di lihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6Rekapitulasi Hasil Uji Coba
Soal Tes
NoSoal
ValiditasTingkat
KesukaranDaya
PembedaKeterangan
1 0,64 Valid/tinggi 0,60 Sedang 0,57 Baik Digunakan
2 0,50 Valid/sedang 0,46 Sedang 0,31 Cukup Digunakan
3 0,54 Valid/sedang 0,36 Sedang 0,30 Cukup Digunakan
4 0,65 Valid/tinggi 0,46 Sedang 0,33 Cukup Digunakan
5 0,49 Valid/sedang 0,57 Sedang 0,31 Cukup Digunakan
6 0,65 Valid/tinggi 0,47 Sedang 0,28 Cukup Digunakan
7 0,64 Valid/tinggi 0,56 Sedang 0,42 Baik Digunakan
8 0,67 Valid/tinggi 0,53 Sedang 0,34 Cukup Digunakan
F. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap hasil
belajar adalah sebagai berikut:
1. Menentukan skor rata-rata dan standar deviasi
a. Untuk menentukan skor rata-rata digunakan rumus:
(Sudjana, 2002: 67)
b. Untuk menentukan standar deviasi digunakan rumus:
Keterangan:
35
Page 36
= nilai rata-rata hasil belajar siswa
= nilai siswa keseluruhan
n = banyaknya data
S = Standar deviasi
2. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui normal/tidaknya suatu
data. Rumus yang digunakan dalam uji normalitas adalah uji kecocokan chi-
kuadrat yaitu:
(Arikunto, 2006: 290)
Keterangan:
= Harga chi-kuadrat yang dicari
= Frekuensi dari hasil observasi
= Frekuensi dari hasil yang diharapkan
Selanjutnya dibandingkan dengan dengan derajat kebebasan
(dk) = i-1, dimana i adalah banyaknya kelas interval. Jika , maka
dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal dalam hal lainnya data tidak
berdistribusi normal. (Arikunto, 2006: 290)
3. Tes Rata-Rata
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran think
pair and share terhadap hasil belajar fisika secara signifikan digunakan rumus:
36
Page 37
(Arikunto, 2006: 86)
Keterangan:
Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest
= deviasi masing-masing subjek(d – Md)
jumlah kuadrat deviasi
N = Subjek pada sampel
d.b = ditentukan dengan N – 1
Kriteria pengujian: Jika < tabelt maka tidak berbeda secara signifikan,
artinya tidak ada pengaruh yang berarti atau hipotesis ditolak jika > tabelt atau
tabelt < maka terdapat pengaruh yang signifikan.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yaitu tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian.
Tahapan penelitian ini dimulai dari pembuatan proposal penelitian, persiapan
analisis data hingga menarik kesimpulan dan saran. Tahapan atau prosedur yang
dilaksanakan meliputi:
1. Persiapan dalam hal ini dimulai
dengan membuat rancangan pembelajaran, rancangan instrumen,
pertimbangan uji coba tes dan pembuatan ijin penelitian.
2. Pelaksanaan dalam hal ini dimulai dengan mengadakan penelitian dengan
memberikan tes awal (pretes) sebanyak 8 soal. Pada tahap berikutnya peneliti
37
Page 38
memberikan perlakuan pembelajaran yaitu dengan model pembelajaran Think
Pair and Share. Sedangkan pada akhir pembelajaran diberikan tes akhir
(postes) sebanyak 8 soal.
3. Analisis data meliputi
pengumpulan atau penskoran analisis data dan menarik kesimpulan.
H. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Lubuklinggau kelas VIII4
yang berjumlah 36 siswa pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010.
Pelaksanaannya di mulai pada tanggal 5 sampai dengan 17 April yang dilakukan
secara langsung oleh peneliti dan sesuai dengan jadwal yang berlaku di sekolah..
Proses pembelajaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan model
pembelajaran think pair and share pada materi gelombang. Adapun pelaksanaan
penelitian dimulai dengan pemberian tes awal, melaksanakan pembelajaran, dan
tes akhir. Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada
materi gelombang sedangkan tes akhir bertujuan untuk mengetahui kemampuan
siswa setelah mengikuti pembelajaran.
38
Page 39
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Angket
Dalam penelitian ini, data tentang respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran dikumpulkan menggunakan angket. Angket tersebut diisi oleh siswa
setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai. Angket tersebut berisikan tentang
pendapat siswa terhadap komponen kegiatan pembelajaran yang meliputi: materi
pembelajaran, cara guru dalam pembelajaran, serta minat siswa untuk mengikuti
pembelajaran menggunakan model pembelajaran think pair and share
(Lampiran A).
Data tentang respon siswa terhadap pembelajaran dianalisis dengan
mencari persentase jawaban siswa untuk setiap butir aspek yang ditanyakan dalam
angket dengan menggunakan rumus:
Secara rinci rekapitulasi respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dapat
dilihat pada tabel 4.1.
39
Page 40
Tabel 4.1.Rekapitulasi Angket Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran
NoPendapat siswa terhadap komponen
kegiatan pembelajaran berikutSenang Tidak senang
Jumlah % Jumlh %
I
1.Materi pembelajaran2.Cara belajar siswa dikelas3.Pengunaan model pembelajaran4.Cara guru dalam mengajar
32323332
88,8988,8991,6788,89
4434
11,1111,118,3311,11
Rata-rata 32,25 89,585 3,75 10,415
Pendapat siswa terhadap komponen
kegiatan berikut iniHal baru Bukan hal baru
Rata-rata Jumlah % Jumlh %
II
1.Materi pembelajaran2.Cara belajar siswa dikelas3.Pengunaan model pembelajaran4.Cara guru dalam mengajar
23333430
63,8991,6794,4483,33
13326
36,118,335,5616,67
Rata-rata 30 83,33 6 16,67
Berminat Tidak berminatJumlah % Jumlh %
III
Minat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran think pair and share.
33 91,67 3 8,33
Setelah mengikuti pembelajaran gelombang menggunakan model
pembelajaran think pair and share, hasil angket respon siswa terhadap komponen
kegiatan pembelajaran didapat bahwa secara umum siswa memiliki respon yang
baik. Hal ini dapat ditunjukkan 89,585% siswa menyatakan senang dan hanya
10,415% siswa yang menyatakan tidak senang terhadap komponen pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran think pair and share pada materi
gelombang.
40
Page 41
Tabel 4.1 juga menunjukkan rata-rata sebesar 63,89% siswa yang
menyatakan bahwa komponen kegiatan pembelajaran merupakan suatu hal yang
baru. Hanya pada komponen materi pelajaran sebesar 36,11% siswa menyatakan
bukan hal yang baru. Ini menunjukkan bahwa siswa memang pernah menerima
materi gelombang sebelumnya. Pada komponen cara belajar siswa di kelas sebesar
16,67% siswa menyatakan bukan hal baru, sedangkan 83,33% menyatakan hal
yang baru. Pada komponen penggunaan model pembelajaran sebesar 83,33%
siswa menyatakan hal yang baru, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran think pair and share merupakan hal yang baru dan mereka bisa
menerimanya karena 91,67% siswa menyatakan berminat untuk mengikuti
pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran think pair and share.
Data yang diperoleh secara umum menunjukkan bahwa pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk belajar secara
aktif, kreaktif dan penuh semangat dalam belajar, maka tujuan pembelajaran dapat
tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
2. Deskripsi Data Hasil Tes
Ada dua macam data dalam penelitian ini yaitu:
a. Kemampuan siswa menyelesaikan soal uraian/essay sebelum diberi
perlakuan (Pretes)/kemampuan awal siswa.
b. Kemampuan siswa menyelesaikan soal uraian/essay setelah diberi
perlakuan (Postes)/kemampuan akhir siswa.
Perlakuan yang dimaksud adalah proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share sebelum masuk ke
41
Page 42
materi pelajaran. Pada penelitian ini mengambil pokok bahasan gelombang untuk
materi pelajaran. Pada penelitian ini untuk siswa kelas VIII4 SMP Negeri 1
Lubuklinggau.
Pengumpulan data tes hasil belajar yaitu data hasil pretes dan data hasil
postes. Soal yang diberikan dalam bentuk essay dan sistem pemberian skor
dengan cara setiap langkah penyelesaian yang dilakukan siswa.
Jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan adalah lima kali pertemuan
yaitu mulai tanggal 5 sampai 17 April 2010. Dengan rincian satu kali uji coba
instrumen di kelas IX, satu kali pretes pada awal penelitian, dua kali proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share dan
dilanjutkan postes diakhir pembelajaran. Dalam pertemuan tatap muka kepada
siswa diberikan lembar kerja yang diberikan secara kelompok. Saat mengerjakan
lembar kerja diminta semua anggota kelompok menguasai materi yang di
sampaikan guru. Alokasi waktu untuk setiap kali pertemuan untuk proses
pembelajaran adalah 3 x 40 menit (3 jam pelajaran). Sedangkan alokasi waktu
untuk pretes dan postes adalah 1 x 40 menit (1 jam pelajaran).
a. Kemampuan awal siswa
Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan
awal yang dimiliki siswa sebelum diberikan pembelajaran tentang materi
gelombang. Kemampuan awal tersebut diperoleh melalui tes. Adapun kemampuan
awal yang dimaksud merupakan kemampuan siswa sebelum guru memberikan
pembelajaran kepada siswa dengan model Think Pair and Share.
42
Page 43
Analisis data hasil tes awal siswa mengenai materi gelombang dapat
dilihat pada tabel 4.2 secara rinci untuk nilai hasil tes awal dapat dilihat pada
lampiran C sedangkan untuk perhitungan rata-rata dan simpangan baku dari
nilai hasil tes siswa dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.2Analisis Data Hasil Tes Awal
Banyaknyasiswa
Skor tiap butir soal sko
r total seluruh siswa
seluruh siswa
Keterangan
Tuntas
Blm tuntas
1 2 3 4 5 6 7 8
36 59 105 120 103 104 113 140 118 862 1539 1 35Rata-
rata1,6 2,9 3,3 2,9 2,9 3,1 3,9 3,3 23,9 42,75
Tabel 4.3Rata-Rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Awal
Interval Kelas16-24 4 20 80 -22,75 517,56 2070,2525-33 6 29 174 -13,75 189,06 1134,3834-42 5 38 190 -4,75 22,563 112,81343-51 10 47 470 4,25 18,063 180,62552-60 10 56 560 13,25 175,56 1755,6361-69 1 65 65 22,25 495,06 495,063
Jumlah 36 1539 5748,75Rata-rata = 42,75Simpangan Baku = 12,82
Berdasarkan pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai kemampuan
awal yang diberikan perlakuan dengan model pembelajaran Think Pair and Share
sebesar 42,75.
b. Kemampuan akhir siswa
43
Page 44
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi gelombang merupakan
hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan tes akhir yang dimaksud bertujuan untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Untuk analisis data hasil tes akhir
siswa dapat dilihat pada tabel 4.4 secara rinci analisis data hasil tes akhir siswa
dapat dilihat pada lampiran C.
Tabel 4.4Analisis Data Hasil Tes Akhir
Banyaknyasiswa
Skor tiap butir soal sko
r total seluruh siswa
seluruh siswa
Keterangan
Tuntas
Blm tuntas
1 2 3 4 5 6 7 8
36 71 173 193 195 202 251 250 241 1576 2414 8 28Rata-
rata2,0 4,8 5,4 5,4 5,6 7,0 6,9 6,7 43,8 78,17
Ditinjau dari ketuntasan belajar siswa, ternyata siswa pada kelas VIII4
yang diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Think Pair and Share mengalami hasil yang lebih baik dalam arti
adanya ketuntasan belajar yang meningkat. Dalam hal ini, persentase ketuntasan
belajar dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5Persentase Ketuntasan Belajar Nilai Tes Akhir
Jumlah Siswa Jumlah siswa yang mendapat Ketuntasan belajarNilai < 65 Nilai 65
36 7 29 80,56%
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai persentase ketuntasan belajar siswa
menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share sebesar 80,56%.
44
Page 45
Disamping ketuntasan belajar dari nilai tes akhir dapat dilihat juga
perbedaan rata-ratanya dan simpangan baku nilai tes akhir dapat dilihat
pada tabel 4.6.
Tabel 4.6Rata-Rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Akhir
Interval Kelas50-57 4 53,5 214 -24,667 608,444 2433,7858-65 3 61,5 184,5 -16,667 277,778 833,33366-73 4 69,5 278 -8,6667 75,1111 300,44474-81 8 77,5 620 -0,66667 0,44444 3,5555682-89 9 85,5 769,5 7,33333 53,7778 48490-97 8 93,5 748 15,3333 235,111 1880,89
Jumlah 36 2814 5936Rata-rata = 78,17Simpangan Baku = 13,02
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai kemampuan akhir setelah
diberikan perlakuan dengan model pembelajaran Think Pair and Share sebesar
78,17.
B. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah ada pengaruh model
pembelajaran think pair and share terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII
SMP Negeri1 Lubuklinggau”.
Seperti yang yang sudah dijelaskan pada Bab III bahwa sebelum
melakukan uji hipotesis tersebut, terlebih dahulu peneliti melakukan pengujian
normalitas data. Setelah pengujian normalitas data dilakukan, kemudian pengujian
dilanjutkan dengan melakukan uji tes rata-rata.
45
Page 46
1. Uji normalitas
Perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dilakukan melalui
perhitungan statistik uji normalitas data pada nilai tes awal dan uji normalitas data
nilai tes akhir. Uji normalitas data nilai tes awal dapat dilihat pada tabel 4.7
sedangkan untuk uji normalitas data nilai tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.7Uji Normalitas Data Nilai Tes Awal
KelasInterval
Batas Kelas
Z L
15,5 -2,13 0,483416-24 4 0,0612 2,2032 1,465
24,5 -1,42 0,422225-33 6 0,158 5,688 0,017
33,5 -0,72 0,264234-42 5 0,2562 9,2232 1,934
42,5 -0,02 0,00843-51 10 0,2597 9,3492 0,045
51,5 0,68 0,251752-60 10 0,1645 5,922 2,808
60,5 1,38 0,416261-69 1 0,0655 2,358 0,782
69,5 2,09 0,4817
Jumlah 36 = 7,052
Tabel 4.8Uji Normalitas Data Nilai Tes Akhir
KelasInterval
Batas Kelas
Z L
49,5 -2,20 0,486150-57 4 0,042 1,512 4,094
46
Page 47
57,5 -1,59 0,444158-65 3 0,1101 3,9636 0,234
65,5 -0,97 0,33466-73 4 0,1934 6,9624 1,260
73,5 -0,36 0,140674-81 8 0,2432 8,7552 0,065
81,5 0,26 0,102682-89 9 0,2052 7,3872 0,352
89,5 0,87 0,307890-97 8 0,1228 4,4208 2,898
97,5 1,48 0,4306
Jumlah 36 = 8,904
Dari tabel 4.7 dan tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai data nilai tes
awal dan data nilai tes akhir lebih kecil daripada . Berdasarkan ketentuan
pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan (chi-kuadrat) dapat
disimpulkan bahwa masing-masing untuk nilai data nilai tes awal maupun tes
akhir berdistribusi normal pada taraf kepercayaan = 0,05 karena
< rekapitulasi hasil uji normalitas data nilai tes awal dan uji
normalitas data nilai tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data
Nilai Tes Awal dan Tes Akhir
Uji normalitas data Kesimpulan
Tes Awal 7,052 5 11,07 normalTes Akhir 8,904 5 11,07 normal
2. Uji tes rata-rata
Berdasarkan perhitungan uji tes rata-rata yang dilakukan pada nilai tes
awal dan nilai tes akhir pada kelas VIII4, maka terdapat perbedaan yang signifikan
47
Page 48
antara tes awal dengan tes akhir dengan taraf kepercayaan = 0,05 karena
yaitu dan = 5,53 dan
Rekapitulasi hasil uji tes rata-rata nilai tes awal dan nilai tes hasil dapat
dilihat pada tabel 4.10 secara rinci nilai untuk perhitungan uji tes rata-rata dapat
dilihat pada lampiran C
Tabel 4.10Rekapitulasi Hasil Uji Tes Rata-Rata
Nilai Tes Awal dan Tes Akhir
(N-1)Keterangan
5,53 35 2,02 diterima
Berdasarkan hasil perhitungan uji tes rata-rata mengenai kemampuan akhir
siswa (lampiran C), menunjukkan bahwa kemampuan siswa pada kelas VIII4
setelah diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran think pair and share
terdapat pengaruh secara signifikan pada taraf kepercayaan = 0,05 karena
yaitu = 5,53 hal ini berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran think
pair and share terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri1
Lubuklinggau”.
C. Pembahasan
Berdasarkan perhitungan analisis data hasil uji hipotesis didapat bahwa
yaitu = 5,53 hal ini berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran think
48
Page 49
pair and share terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri1
Lubuklinggau”.
Pada kelas yang menjadi sampel pada penelitian ini diberi perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran think pair and share, Pertemuan I
dalam pelaksanaannya terlebih dahulu guru menjelaskan secara singkat materi
yang akan dibahas dan guru mengorganisir siswa dalam pembentukan kelompok
dan proses pembelajarannya menggunakan alat peraga seperti memperagakan tali
lalu digetarkan seperti petunjuk yang ada di lembar kerja siswa. Selanjutnya guru
mengarahkan dan memberi penjelasan kepada siswa untuk mengisi lembar kerja
siswa dengan berfikir perindividu terlebih dahulu lalu berpasangan untuk
berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing lalu masing-masing kelompok
berbagi didepan kelas dengan mempresentasikan hasil diskusi mereka. Terus guru
mengajak serta siswa menarik kesimpulan dan memberi kesempatan pada siswa
untuk bertanya mengenai materi pelajaran gelombang yang mungkin belum
dipahami pada pembelajaran yang baru saja dibahas. Guru menjawab dan
menjelaskan pertanyaan dari siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya baik kepada guru maupun kepada teman sekelas.
Pada pertemuan I ini waktu yang sudah diatur dalam rpp kurang
mencukupi karena siswa antusias pada materi pelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran think pair and share dengan baru pertama kalinya
penggunaan model pembelajaran think pair and share pada kelas tersebut.
Pada pertemuan II terlebih dahulu guru mengatur siswa sesuai dengan
kelompoknya masing-masing lalu menjelaskan materi pelajaran yang akan
49
Page 50
dibahas. Selanjutnya guru mengarahkan dan memberi penjelasan kepada siswa
untuk mengisi lembar kerja siswa dengan berfikir terlebih dahulu perindividu lalu
berpasangan untuk berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing lalu masing-
masing kelompok berbagi didepan kelas dengan mempresentasikan hasil diskusi
mereka. Terus guru mengajak serta siswa menarik dan memberi kesempatan pada
siswa bertanya mengenai materi gelombang yang mungkin masih ada yang belum
dipahami pada pembelajaran yang baru saja dibahas. Guru menjawab dan
menjelaskan pertanyaan dari siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya baik kepada guru maupun kepada teman sekelas.
Pada pertemuan II ini waktu yang sudah diatur dalam rpp mencukupi.
Peneliti melihat bahwa siswa secara aktif bekerjasama dan berdiskusi serta
antusias siswa dalam mengisi lembar kerja siswa dalam mengikuti pelajaran
dengan tingginya hasil belajar siswa. Tingginya hasil belajar siswa disebabkan
oleh beberapa keunggulan dari penggunaan model pembelajaran think pair and
share karena didalam pembelajaran ini, siswa dituntut aktif dan semangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran rasa
senang dan percaya diri siswa sudah ditanamkan sejak awal kegiatan
pembelajaran.
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, yaitu dengan dimana
50
Page 51
= 5,53 dan hal ini berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil ini
menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan model
pembelajaran think pair and share secara signifikan lebih baik. Dengan kata lain
ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran think pair and share
terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri1 Lubuklinggau”.
B. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian serta simpulan, penulis menyarankan
hal-hal sebagai berikut:
1. Siswa
Dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share, siswa
diharapkan akan lebih aktif dan responsif dalam belajar dan berdiskusi serta
bertanya secara individu maupun kelompok sehingga proses pembelajaran yang
dilaksanakan dapat memberikan peningkatan hasil belajar.
2. Guru
Sebaiknya guru fisika lebih memperhatikan dan diharapkan mampu
menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share pada materi-materi yang
sesuai sebagai alternatif sehingga dapat membuat pembelajaran siswa lebih
relevan.
3. Peneliti
Bagi peneliti lain dapat meneruskan penelitian dengan mengembangkan
dan melaksanakan model pembelajaran Think Pair and Share terhadap
peningkatan hasil belajar siswa.
51
Page 52
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2008. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
52
Page 53
. 2006. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatimah, Siti, Dkk. 2008. Modul C Model – Model Pembelajaran SMP/SMA. Palembang: UNSRI.
Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.
Ibrahim, Muslimin. 2006. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Isjoni. 2009. Cooperatif Learning. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mardalis. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Nafisah. 2004. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas II SLTP Negeri 4 Palembang. Inderaya: FKIP UNSRI.
Purwanto, Budi. Sains Fisika 2 Konsep dan Penerapannya. 2007. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta..
Subana. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung: Taesito.
Sukasno. 2006. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Lubuklinggau: STKIP PGRI Lubuklinggau.
Suryabrata, Sumadi. 2005. Modellogi Penelitian. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
53
Page 126
PERHITUNGAN VALIDITAS UJI COBA TES
(Validitas Tinggi)
126
Page 127
(Validitas Sedang)
(Validitas Sedang)
127
Page 128
(Validitas Tinggi)
(Validitas Sedang)
128
Page 129
(Validitas Tinggi)
(Validitas Tinggi)
129
Page 130
(Validitas Tinggi)
Uji Taraf Nyata = = 5%(0,05)
= 2,04
Jadi adalah 2,04
Hasil Analisis Validitas Tes Hasil Belajar Materi Gelombang
NomorSoal
Nilai Keterangan
1 0,64 2,04 5,34 Valid/tinggi2 0,50 2,04 3,75 Valid/sedang3 0,55 2,04 4,23 Valid/sedang4 0,64 2,04 5,43 Valid/tinggi5 0,48 2,04 3,58 Valid/sedang6 0,65 2,04 5,58 Valid/tinggi7 0,64 2,04 5,36 Valid/tinggi8 0,67 2,04 5,84 Valid/tinggi
PERHITUNGAN RELIABILITAS UJI COBA TES
1. Varians Setiap Butir Soal
130
Page 132
= 0,71 + 2,31 + 2,50 + 2,46 + 6,43 + 8,35 + 11,42 + 10,58= 41,75
2. Varians Total:
132
Page 133
Keterangan: Derajat Reliabilitas Sedang
Skor Kelompok Atas dan Skor Kelompok Bawah Uji Coba Tes Penguasaan
Materi Gelombang.
Skor Kelompok Bawah
No No TesNo Soal Total
Skor1 2 3 4 5 6 7 81 S-14 1 0 0 0 4 0 3 6 142 S-7 2 1 1 0 2 6 2 0 143 S-3 0 2 0 0 1 5 0 6 144 S-9 0 1 1 0 4 3 2 3 165 S-34 0 4 0 0 5 2 3 1 166 S-36 2 3 3 3 0 5 0 0 167 S-23 0 1 2 1 0 6 2 4 168 S-32 1 0 5 1 0 2 5 3 179 S-38 0 0 1 2 5 1 6 2 1710 S-43 0 2 0 2 5 2 6 1 1811 S-35 1 0 4 4 3 3 0 3 18
133
Page 134
12 S-44 0 2 0 2 5 2 6 1 1813 S-14 0 3 3 2 1 4 2 4 1914 S-37 0 0 0 3 5 3 5 3 1915 S-20 1 2 0 3 2 1 5 4 1916 S-29 0 2 0 3 0 4 3 7 1917 S-17 0 1 1 0 2 0 6 10 2118 S-1 1 0 0 4 1 6 5 4 2119 S-12 2 0 2 2 3 4 5 5 2320 S-22 0 3 3 3 6 6 0 4 2521 S-19 2 3 2 3 7 5 3 0 2522 S-13 1 4 0 1 3 2 8 7 26Jumlah Skor 14 34 28 39 64 72 77 78 411
Skor Kelompok Atas
NoNo Tes
No Soal Total Skor1 2 3 4 5 6 7 8
1 S-30 2 2 1 5 6 0 10 1 272 S-25 1 3 3 3 6 6 8 0 303 S-5 2 4 2 3 5 0 10 5 314 S-10 2 2 4 3 5 7 4 4 315 S-24 2 3 4 4 0 0 9 10 326 S-6 1 4 2 4 7 7 6 2 337 S-16 2 3 3 4 7 6 0 9 348 S-26 2 4 4 3 0 4 8 9 349 S-21 2 4 3 6 0 5 10 6 3610 S-4 2 3 0 4 7 6 8 7 3711 S-27 2 2 3 3 5 6 8 8 37
134
Page 135
12 S-39 2 5 4 2 0 6 10 8 3713 S-31 2 3 4 4 6 10 0 9 3814 S-40 2 4 2 2 7 5 10 7 3915 S-42 1 5 4 2 7 10 5 5 3916 S-28 1 3 4 4 6 7 6 9 4017 S-15 1 0 4 6 6 7 10 7 4118 S-2 2 0 4 3 7 7 10 9 4219 S-11 2 3 4 4 6 5 10 8 4220 S-18 2 4 3 4 6 10 8 10 4721 S-33 2 3 2 4 7 10 10 10 4822 S-8 2 4 3 5 5 10 10 10 49Jumlah Skor 39 68 67 82 111 134 170 153 824
Urutan Hasil Tes Uji Coba
NoNomor Skor Tiap Butir Soal SkorTeste 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
1 S-41 1 0 0 0 4 0 3 6 14
2 S-7 2 1 1 0 2 6 2 0 14
3 S-3 0 2 0 0 1 5 0 6 14
4 S-9 0 1 1 0 4 3 2 3 16
5 S-34 0 4 0 0 5 2 3 1 16
6 S-36 2 3 3 3 0 5 0 0 16
7 S-23 0 1 2 1 0 6 2 4 16
8 S-32 1 0 5 1 0 2 5 3 17
9 S-38 0 0 1 2 5 1 6 2 17
10 S-43 0 2 0 2 5 2 6 1 18
135
Page 136
11 S-35 1 0 4 4 3 3 0 3 18
12 S-44 0 2 0 2 5 2 6 1 18
13 S-14 0 3 3 2 1 4 2 4 19
14 S-37 0 0 0 3 5 3 5 3 19
15 S-20 1 2 0 3 2 1 5 4 19
16 S-29 0 2 0 3 0 4 3 7 19
17 S-17 0 1 1 0 2 0 6 10 21
18 S-1 1 0 0 4 1 6 5 4 21
19 S-12 2 0 2 2 3 4 5 5 23
20 S-22 0 3 3 3 6 6 0 4 25
21 S-19 2 3 2 3 7 5 3 0 25
22 S-13 1 4 0 1 3 2 8 7 26
23 S-30 2 2 1 5 6 0 10 1 27
24 S-25 1 3 3 3 6 6 8 0 30
25 S-5 2 4 2 3 5 0 10 5 31
26 S-10 2 2 4 3 5 7 4 4 31
27 S-24 2 3 4 4 0 0 9 10 32
28 S-6 1 4 2 4 7 7 6 2 33
29 S-16 2 3 3 4 7 6 0 9 34
30 S-26 2 4 4 3 0 4 8 9 34
31 S-21 2 4 3 6 0 5 10 6 36
32 S-4 2 3 0 4 7 6 8 7 37
33 S-27 2 2 3 3 5 6 8 8 37
34 S-39 2 5 4 2 0 6 10 8 37
35 S-31 2 3 4 4 6 10 0 9 38
36 S-40 2 4 2 2 7 5 10 7 39
37 S-42 1 5 4 2 7 10 5 5 39
38 S-28 1 3 4 4 6 7 6 9 40
39 S-15 1 0 4 6 6 7 10 7 41
40 S-2 2 0 4 3 7 7 10 9 42
41 S-11 2 3 4 4 6 5 10 8 42
42 S-18 2 4 3 4 6 10 8 10 47
43 S-33 2 3 2 4 7 10 10 10 48
44 S-8 2 4 3 5 5 10 10 10 49
Jumlah Skor 53 102 95 121 175 206 247 231 1235
Skor Ideal Kelompok Atas dan Bawah
136
Page 137
1) 2 x 22 = 442) 5 x 22 = 1103) 6 x 22 = 1324) 6 x 22 = 1325) 7 x 22 = 1546) 10 x 22 = 2207) 10 x 22 = 2208) 10 x 22 = 220
No Soal Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8
Skor Kelompok Atas
39 68 67 82 111 134 170 153 824
Skor Kelompok Bawah
14 34 28 39 64 72 77 78 411
Jumlah A+B 53 102 95 121 175 206 247 231 1235
Jumlah A−B 25 34 39 43 47 62 93 75 418
Skor Ideal A/B
44 110 132 132 154 220 220 220 1232
B. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal
Keterangan :
= Indeks kesukaran soal
= Jumlah skor kelompok atas
= Jumlah skor kelompok bawah
= Jumlah skor ideal kelompok atas
= Jumlah skor ideal kelompok bawah
137
Page 138
(Sedang) (Sedang) (Sedang)
(Sedang) (Sedang) (Sedang)
(Sedang) (Sedang)
C. Perhitungan Daya Pembeda
Keterangan:
= Indeks daya pembeda
= Jumlah skor kelompok atas
= Jumlah skor kelompok bawah
= Jumlah skor ideal salah satu kelompok ( kelompok atas atau bawah)
138
Page 139
(Baik) (Cukup) (Cukup)
(Cukup) (Cukup) (Cukup)
(Baik) (Cukup)
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar Materi Gelombang
NomorSoal
JumlahSkor
KelompokAtas
JumlahSkor
KelompokBawah
JumlahSkor IdealKelompok
Atas/Bawah
TingkatKesukaran
Keterangan
1 39 14 30 0,60 Sedang
2 68 34 75 0,46 Sedang
3 67 28 90 0,36 Sedang
4 82 39 90 0,46 Sedang
5 111 64 105 0,57 Sedang
6 134 72 150 0,47 Sedang
7 170 77 150 0,56 Sedang
8 153 78 150 0,53 Sedang
Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Hasil Belajar Materi Gelombang
NomorSoal
JumlahSkor
Kelompok
JumlahSkor
Kelompok
JumlahSkor IdealKelompok
DayaPembeda
Keterangan
139
Page 140
Atas Bawah Atas/Bawah1 39 14 44 0,57 Baik
2 68 34 110 0,31 Cukup
3 67 28 132 0,30 Cukup
4 82 39 132 0,33 Cukup
5 111 64 154 0,31 Cukup
6 134 72 220 0,28 Cukup
7 170 77 220 0,42 Baik
8 153 78 220 0,34 Cukup
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Materi Gelombang
NoSoal
ValiditasTingkat
KesukaranDaya
PembedaKeterangan
1 0,64 Valid/tinggi 0,60 Sedang 0,57 Baik Digunakan
2 0,50 Valid/sedang 0,46 Sedang 0,31 Cukup Digunakan
3 0,55 Valid/sedang 0,36 Sedang 0,30 Cukup Digunakan
4 0,64 Valid/tinggi 0,46 Sedang 0,33 Cukup Digunakan
5 0,48 Valid/sedang 0,57 Sedang 0,31 Cukup Digunakan
6 0,65 Valid/tinggi 0,47 Sedang 0,28 Cukup Digunakan
7 0,64 Valid/tinggi 0,56 Sedang 0,42 Baik Digunakan
8 0,67 Valid/tinggi 0,53 Sedang 0,34 Cukup Digunakan
DAFTAR NILAI HASIL TES AWAL
NO No Tes Skor Nilai Keterangan
1 S-1 44 78,57 Tuntas
2 S-2 26 46,43 Belum tuntas
3 S-3 18 32,14 Belum tuntas
4 S-4 38 67,86 Tuntas
5 S-5 22 39,29 Belum tuntas
140
Page 141
6 S-6 35 62,50 Belum tuntas
7 S-7 23 41,07 Belum tuntas
8 S-8 29 51,79 Belum tuntas
9 S-9 30 53,57 Belum tuntas10 S-10 37 66,07 Tuntas11 S-11 25 44,64 Belum tuntas12 S-12 20 35,71 Belum tuntas13 S-13 36 64,29 Belum tuntas14 S-14 21 37,50 Belum tuntas15 S-15 36 64,29 Belum tuntas16 S-16 24 42,86 Belum tuntas17 S-17 40 71,43 Tuntas18 S-18 21 37,50 Belum tuntas19 S-19 31 55,36 Belum tuntas20 S-20 12 21,43 Belum tuntas21 S-21 13 23,21 Belum tuntas22 S-22 22 39,29 Belum tuntas23 S-23 37 66,07 Tuntas24 S-24 39 69,64 Tuntas25 S-25 38 67,86 Tuntas26 S-26 35 62,50 Belum tuntas27 S-27 32 57,14 Belum tuntas28 S-28 30 53,57 Belum tuntas29 S-29 18 32,14 Belum tuntas30 S-30 35 62,50 Belum tuntas31 S-31 29 51,79 Belum tuntas32 S-32 41 73,21 Tuntas33 S-33 37 66,07 Tuntas34 S-34 38 67,86 Tuntas35 S-35 40 71,43 Tuntas36 S-36 36 64,29 Belum tuntas
Jumlah 1088 1942,86Rata-rata 30,22 53,97
DAFTAR NILAI HASIL TES AKHIR
NO No Tes Skor Nilai Keterangan
1 S-1 53 94,64 Tuntas
2 S-2 39 69,64 Tuntas
3 S-3 30 53,57 Belum tuntas
4 S-4 40 71,43 Tuntas
5 S-5 54 96,43 Tuntas
6 S-6 42 75,00 Tuntas
141
Page 142
7 S-7 34 60,71 Belum tuntas
8 S-8 43 76,79 Tuntas
9 S-9 48 85,71 Tuntas10 S-10 43 76,79 Tuntas11 S-11 36 64,29 Belum tuntas12 S-12 38 67,86 Tuntas13 S-13 46 82,14 Tuntas14 S-14 39 69,64 Tuntas15 S-15 40 71,43 Tuntas16 S-16 33 58,93 Belum tuntas17 S-17 48 85,71 Tuntas18 S-18 31 55,36 Belum tuntas19 S-19 45 80,36 Tuntas20 S-20 28 50,00 Belum tuntas21 S-21 29 51,79 Belum tuntas22 S-22 40 71,43 Tuntas23 S-23 44 78,57 Tuntas24 S-24 51 91,07 Tuntas25 S-25 42 75,00 Tuntas26 S-26 47 83,93 Tuntas27 S-27 45 80,36 Tuntas28 S-28 45 80,36 Tuntas29 S-29 40 71,43 Tuntas30 S-30 48 85,71 Tuntas31 S-31 42 75,00 Tuntas32 S-32 48 85,71 Tuntas33 S-33 47 83,93 Tuntas34 S-34 42 75,00 Tuntas35 S-35 49 87,50 Tuntas36 S-36 45 80,36 Tuntas
Jumlah 1514,00 2703,57Rata-rata 42,06 75,06
NILAI TES AWAL DAN TES AKHIR
SubjekNilai
PretesNilai
PostesGaid
(Postes-Pretes)S-1 78,57 94,64 16,071 -5,357 28,699S-2 46,43 69,64 23,214 1,786 3,189S-3 32,14 53,57 21,429 0,000 0,000S-4 67,86 71,43 3,571 -17,857 318,878S-5 39,29 96,43 57,143 35,714 1275,510S-6 62,50 75,00 12,500 -8,929 79,719S-7 41,07 60,71 19,643 -1,786 3,189S-8 51,79 78,57 26,786 5,357 28,699S-9 53,57 85,71 32,143 10,714 114,796
142
Page 143
S-10 66,07 76,79 10,714 -10,714 114,796S-11 44,64 64,29 19,643 -1,786 3,189S-12 35,71 67,86 32,143 10,714 114,796S-13 64,29 82,14 17,857 -3,571 12,755S-14 37,50 69,64 32,143 10,714 114,796S-15 64,29 71,43 7,143 -14,286 204,082S-16 42,86 58,93 16,071 -5,357 28,699S-17 71,43 85,71 14,286 -7,143 51,020S-18 37,50 55,36 17,857 -3,571 12,755S-19 55,36 80,36 25,000 3,571 12,755S-20 21,43 50,00 28,571 7,143 51,020S-21 23,21 51,79 28,571 7,143 51,020S-22 39,29 71,43 32,143 10,714 114,796S-23 66,07 78,57 12,500 -8,929 79,719S-24 69,64 92,86 23,214 1,786 3,189S-25 67,86 76,79 8,929 -12,500 156,250S-26 62,50 83,93 21,429 0,000 0,000S-27 57,14 80,36 23,214 1,786 3,189S-28 53,57 80,36 26,786 5,357 28,699S-29 32,14 71,43 39,286 17,857 318,878S-30 62,50 87,50 25,000 3,571 12,755S-31 51,79 75,00 23,214 1,786 3,189S-32 73,21 85,71 12,500 -8,929 79,719S-33 66,07 83,93 17,857 -3,571 12,755S-34 67,86 78,57 10,714 -10,714 114,796S-35 71,43 87,50 16,071 -5,357 28,699S-36 64,29 80,36 16,071 -5,357 28,699
Jumlah 771,429 3609,694
RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU HASIL TES AKHIR
NoInterval Kelas
1 50-57 4 53,5 214 -21,556 464,642 1858,572 58-65 3 61,5 184,5 -13,556 183,753 551,2593 66-73 7 69,5 486,5 -5,5556 30,8642 216,0494 74-81 11 77,5 852,5 2,44444 5,97531 65,72845 82-89 8 85,5 684 10,4444 109,086 872,6916 90-97 3 93,5 280,5 18,4444 340,198 1020,59
JML 36 2702 -9,3333 1134,52 4584,89Rata-rata X 75,06
Simpangan baku
S 11,45
143