-
INTERAKSI PARASOSIAL
(Sebuah Studi Kualitatif Deskriptif pada Penggemar JKT48)
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro untuk
Memenuhi
Sebagian dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana
Psikologi
SKRIPSI
Disusun oleh:
Dimas Aldi Saifuddin
15010110130082
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
-
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
INTERAKSI PARASOSIAL (Sebuah Studi Kualitatif Deskriptif pada
Penggemar JKT48)
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Dimas Aldi Saifuddin
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Pada Tanggal
17 Juli 2014
Susunan Dewan Penguji
Dosen Pembimbing Dosen Penguji
Achmad Mujab Masykur, S.Psi., M.A. 1. Prasetyo Budi Widodo,
S.Psi, M.Si
2. Jati Ariati, S.Psi, M.Psi
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
Tanggal ______________________
Prasetyo Budi Widodo, S.Psi, M.Si Dekan Fakultas Psikologi
-
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut namaMu Ya Allah
Aku persembahkan sebuah goresan sederhana ini KepadaMu, wahai
Engkau Dzat yang mengizinkan aku untuk hidup dan berkarya
Mungkin tak seindah ayat-ayatmu atau seterang firman-firmanMu
Namun izinkanlah aku mendekat dan bersyukur kepadaMu,
dengan setitik sumbangan ilmu Karena tanpa hidayahMu, karya ini
hanyalah setapak jalan yang buntu
UntukMu, Ya Allah, Skripsiku Untukmu kedua orangtuaku, Ibu dan
Ayahku Terima kasih telah menaungiku, menuntunku, dan menerangiku
dengan kasih sayang Terima kasih untuk api kesabaran yang tak
pernah padam Semoga karya kecil ini adalah pintu bagiku untuk
membahagiakanmu, Ibu dan Ayahku Untukmu, adikku Tanpa engkau
sadari, kau juga bagian dari motivasiku Tak perlu ragu akan jalan
di depan, adikku Percayalah bahwa setiap anak telah digariskan
untuk membanggakan orangtuanya dengan caranya masing-masing Untukmu
penjaga hatiku Terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku,
diriku, senangku dan sedihku Terima kasih untuk kehadiran, kasih
sayang dan doronganmu yang membawaku terus maju Impian kita indah
dan tentu jalannya tak mudah Semoga skripsi ini adalah jalan
setapak untuk kita menuju bahagia
Our lives are made in these small hours These little wonders,
these twists & turns of fate
Time falls away, but these small hours, These small hours still
remain Rob Thomas-Little Wonders
Semarang, 1 Juli 2014
-
HALAMAN MOTTO
Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia,
maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang
siapa memudahkan
orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan
memudahkannya di dunia dan di akhirat
Hadist Riwayat Muslim
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
QS. Al-Insyrah: 5-6
The best there is. The best there was. The best there ever, will
be . . Oasis
Usaha keras itu tidak akan mengkhianati, kalau mengkhianati
berarti usahanya
belum keras Melody JKT48
When you have eliminated all which is impossible, then whatever
remains,
however improbable, must be the truth. Sherlock Holmes
Ya Allah, mudah-mudahan sederhana, tetapkanlah pikiran kami
selalu melangit
dan dengan hati yang terus membumi Pidi Baiq
I shall be telling this with a sigh. Somewhere ages and ages
hence : Two roads diverged in a wood and I, I took the one less
traveled by.
And that has made all the difference Robert Frost
Skripsimu adalah bagaimana kamu bekerja, karena ia adalah
cerminan idealisme
seorang mahasiswa Dimas Aldi Saifuddin
-
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh
Puji syukur peneliti panjatkan kepada kehadirat Allah Subhanahu
Wataala
atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga peneliti
dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, doa, serta dukungan
dari berbagai
pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada
:
1. Prasetyo Budi Widodo, S.Psi, M.Si, selaku dekan Fakultas
Psikologi
Universitas Diponegoro Semarang.
2. Achmad Mujab Masykur, S. Psi., M.A., selaku dosen pembimbing
yang
telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, arahan,
motivasi,
dukungan, dan nasehat yang membangun kepada peneliti untuk
mewujudkan penelitian ini.
3. Nailul Fauziah, S.Psi., M.Psi., selaku dosen wali yang selalu
memberikan
bimbingan pada tiap semester selama peneliti menjalani masa
studi di
kampus Psikologi Universitas Diponegoro.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro yang
bersedia
berbagi ilmu serta pengalaman yang bermanfaat bagi peneliti dan
seluruh
staf TU dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro,
terima
kasih atas segala bantuannya.
-
5. Bapak Agung Kurnianto dan Ibu Noor Hamidah sebagai orang tua
peneliti
yang tak pernah lelah memberikan doa, dukungan, dan kesabaran.
Terima
kasih atas hamparan kasih sayang yang begitu luas,
orangtuaku.
6. Anang Rizal Hidayat sebagai adik peneliti yang menjadi sebuah
dorongan
bagi peneliti. Gapai jalanmu sendiri adikku, bahagiakanlah
orangtua kita
dengan caramu sendiri.
7. Ririt Handayani sebagai penjaga hati dan teman hidup peneliti
yang selalu
setia menemani, memberikan dorongan dan motivasi dalam
perjalanan
peneliti menyelesaikan skripsi. Terima kasih telah menyayangi
dan
menjadi bagian dalam hidupku. Semoga Allah mewujudkan
mimpi-mimpi
indah dan menerangi jalan kita bersama.
8. Bude Ratna yang telah memberikan dukungan yang sangat
berarti
sehingga peneliti mampu berkuliah. Semoga Allah membalas
kebaikan
bude dengan limpahan rahmat.
9. VSP, RA, dan RAKH sebagai subjek penelitian, terima kasih
atas waktu,
kesedian dan keterbukaan selama menjadi subjek dalam penelitian
ini,
tanpa kalian penelitian ini tidak akan pernah terwujud dan
terselesaikan.
10. Ricky, sahabat yang selalu bersama sejak SD hingga SMA,
terima kasih
telah menganggap penelitian ini keren saat pertama kali peneliti
ceritakan.
11. Maman, teman peneliti yang menjadi inspirasi untuk
mengangkat tema
JKT48 menjadi judul skripsi. Terima kasih untuk sharing
pengalaman
selama menjadi penggemar JKT48 yang sangat seru.
-
12. Teman-teman PHP Doea, Siska, Elfa, Dena, Jay, Rere, Wulan,
Fahli, dan
Nilam. Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, dan
keseruan
bimbingannya. Sebuah pengalaman yang menyenangkan menjalani
proses
bimbingan yang tidak biasa bersama kalian.
13. Teman-teman SKRIPSI (Sie. Kerohanian Islam Psikologi) dan
Senat
Mahasiswa Fakultas Psikologi yang telah memberikan kesempatan
peneliti
untuk belajar berorganisasi. Terima kasih telah membantu
peneliti
bertumbuh dalam pemikiran.
14. Teman-teman KESPPI (Kelompok Studi Pengembangan Psikologi
Islami)
yang telah membantu peneliti memproses data-data penelitian.
15. Teman-temanku tim KKN Desa Pandanarum, Pekalongan. Novia,
Sandra,
Shafira, Liva, Syevira, There, Ardian, Mas Dono dan Mas Aras,
terima
kasih atas segala pengalaman, keceriaan, canda dan tawa selama
menjalani
pengabdian yang luar biasa. Terima kasih telah memberikan
kesempatan
peneliti untuk belajar dalam kepemimpinan. Semoga suatu saat
kita dapat
berkumpul dan berceria lagi bersama.
16. Saudara-saudaraku Psychoten, angkatan yang penuh dengan
orang-orang
luar biasa. Sebuah kebanggaan dapat menjadi bagian dari kalian.
Terima
kasih untuk semua pengalaman yang berharga dan tak
tergantikan.
Mungkin setelah ini garis kita akan berjalan berlainan, semoga
suatu saat
kita dapat kembali bersinggungan. Sukses bagi kalian,
teman-teman
hebatku.
-
17. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya baik secara
moral,
material dan spiritual baik sengaja maupun tidak sengaja yang
tidak dapat
disebutkan satu persatu, peneliti mengucapkan banyak terima
kasih.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat atas
kebaikan
kalian.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk
itu kritik
dan saran yang membangun terbuka bagi siapa pun. Semoga skripsi
ini dapat
menjadi sedikit sumbangan bagi keilmuan psikologi.
Semarang, Juli 2014
Peneliti
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSEMBAHAN iii
HALAMAN MOTTO iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
ABSTRAK xv
BAB I PENDAHULUAN
...........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah 1
1. Minat/Ketertarikan 1
2. Sketsa Pembuka 10
3. Pertanyaan Penelitian 12
B. Tujuan Penelitian 12
C. Manfaat Penelitian 12
1. Manfaat Teoritis 12
2. Manfaat Praktis 13
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA..................................................................14
A. Interaksi Sosial 14
-
B. Komunikasi Interpersonal 16
C. Atraksi Interpersonal 18
D. Interaksi Parasosial 18
1. Pengertian Interaksi Parasosial 18
2. Tingkatan Interaksi Parasosial 20
3. Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Parasosial 21
4. Karakteristik Individu yang Melakukan Interaksi Parasosial
23
E. Penggemar (Fans) 24
F. Dinamika Alur Pemikiran Peneliti 25
BAB III METODE
PENELITIAN...............................................................
28
A. Perspektif Pendekatan Penelitian 28
B. Fokus Penelitian 29
C. Subjek Penelitian 29
D. Metode Pengumpulan Data 30
1. Wawancara 30
E. Analisis Data 31
F. Verifikasi Data 33
1. Kredibilitas 33
2. Transferabilitas 34
3. Dependabilitas 34
4. Konfirmabilitas 35
BAB IV ANALISIS
DATA............................................................................37
A. Deskripsi Kancah Penelitian 37
-
1. Proses Penemuan Subjek 37
2. Pengalaman Peneliti dengan Subjek 40
B. Agregasi Kategoris 43
C. Tema-tema 47
1. Subjek #1 VSP (V) 47
2. Subjek #2 RA (R) 72
3. Subjek #3 RAKH (A) 97
D. Pola-Pola Kategori 121
E. Verifikasi Data 129
BAB V
PEMBAHASAN...............................................................................132
A. Temuan Peneliti 132
1. Dinamika Psikologis Subjek #1 VSP (V) 132
2. Dinamika Psikologis Subjek #2 RA (R) 139
3. Dinamika Psikologis Subjek #3 RAKH (A) 146
4. Dinamika Psikologis Ketiga Subjek 153
B. Interpretasi Teoritis 157
C. Kendala Peneliti di Lapangan 163
BAB VI
PENUTUP........................................................................................165
A. Simpulan 165
B. Saran 168
DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................................170
LAMPIRAN.............................................................................................................175
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Dinamika Alur Pemikiran Peneliti 27
Gambar 2. Dinamika Psikologis Subjek #1 VSP 138
Gambar 3. Dinamika Psikologis Subjek #2 RA 145
Gambar 4. Dinamika Psikologis Subjek #3 RAKH 152
Gambar 5. Dinamika Psikologis Keseluruhan Subjek 156
Gambar 6. Reciprocal Determinism 159
-
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Subjek 41
Tabel 2. Episode 45
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Jadwal Kegiatan Penelitian 175
Lampiran B. Pedoman Wawancara 177
Lampiran C. Transkrip Wawancara 182
Lampiran D. Deskripsi Fenomena Individual 252
Lampiran E. Dokumentasi 293
Lampiran F. Informed Consent dan Surat-Surat Penelitian 297
-
INTERAKSI PARASOSIAL
(Sebuah Studi Kualitatif Deskriptif pada Penggemar JKT48)
Oleh :
Dimas Aldi Saifuddin 15010110130082
ABSTRAK
Konten-konten dunia hiburan yang semakin beragam membuat
penonton tidak hanya dapat melihat para artis menunjukkan
keahliannya, tetapi juga mengenal dan mengetahui kehidupan pribadi
para artis tersebut. JKT48 hadir dengan konsep idola yang dapat
ditemui yang membuat para penggemarnya memungkinkan untuk
berinteraksi secara langsung dengan anggota JKT48. Hal tersebut
secara tidak langsung membuat para penggemar JKT48, membentuk
kelekatan dengan anggota JKT48 favoritnya. Fenomena ini disebut
interaksi parasosial.
Interaksi parasosial merupakan suatu interaksi sosial yang
terjalin antara individu dengan artis atau tokoh media dan terjadi
seperti interaksi sosial secara langsung. Hal ini disebabkan karena
otak manusia memproses pengalaman melihat melalui media sama
seperti pengalaman langsung, individu secara khusus bereaksi
terhadap artis yang mereka sukai seperti yang mereka lakukan
terhadap orang yang secara nyata ada di depan mereka.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara. Subjek penelitian berjumlah tiga orang yang diperoleh
menggunakan teknik purposif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi parasosial
penggemar JKT48 berada pada tingkatan entertainment social-value,
di mana interaksi parasosial dilakukan karena konformitas kelompok,
dan intense-personal feeling, di mana interaksi parasosial yang
dilakukan telah sampai pada tahap menganggap idola sebagai orang
yang dekat dan mengembangkan hubungan parasosial dengan idolanya
tersebut. Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi
parasosial adalah pemenuhan tugas perkembangan, kebutuhan akan
hubungan sosial, dan konformitas. Kata kunci : interaksi
parasosial, penggemar, JKT48
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Minat/Ketertarikan
Dunia hiburan mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Acara-acara
yang disajikan televisi semakin bervariasi, baik dari sisi
konten maupun jenis
acara. Jenis-jenis acara tersebut diantaranya adalah film,
sinetron, infotaiment,
reality show, berita, kuis, serta acara-acara musik. Acara-acara
tersebut dikemas
dengan kemasan yang menarik sehingga menarik orang untuk
menyaksikan acara-
acara tersebut.
Perkembangan teknologi informasi juga semakin memudahkan
orang
untuk memperoleh informasi tambahan mengenai dunia hiburan
maupun
menikmati hiburanhiburan dengan cara yang berbeda. Media-media
seperti situs
Youtube dan penyedia video streaming, memberikan akses informasi
dunia
hiburan yang mungkin tidak dapatkan melalui televisi.
Forum-forum penyedia
diskusi juga memungkinkan orang-orang yang memiliki kegemaran
yang sama
untuk saling berkumpul dan bertukar informasi mengenai dunia
hiburan secara
virtual tanpa harus bertatap muka terlebih dahulu. Ini membuat
dunia hiburan
menjadi semakin kaya akan konten-konten.
Imbas dari perkembangan dunia hiburan tersebut adalah
munculnya
banyak artis pendatang baru yang berlomba-lomba menarik
perhatian penikmat
dunia hiburan. Para pendatang baru tersebut ditampilkan dengan
kemasan yang
-
menarik, baik dari segi tampilan maupun konsep. Semuanya
dilakukan demi
meraih banyak penonton yang kemudian akan menjadi penggemar
mereka.
Konten-konten dunia hiburan yang semakin beragam membuat
penonton
tidak hanya dapat melihat acara di mana para artis menunjukkan
keahliannya,
tetapi juga mengetahu kehidupan pribadi para artis tersebut.
Acara televisi seperti
infotaiment dan talk show memberikan informasi mengenai
kehidupan pribadi
para artis yang tidak diketahui oleh penonton. Sementara acara
reality show
memberikan informasi mengenai bagaimana artis-artis menjalani
kehidupan
sehari-hari mereka. Bentuk acara reality show tersebut antara
lain, mengikuti
keseharian salah satu artis, menempatkan artis dalam suatu
kondisi tertentu,
melakukan permainan bersama artis lainnya, atau bahkan membedah
area pribadi
artis tersebut, seperti rumah atau kamarnya. Hal tersebut secara
tidak langsung
membuat para penonton, terutama penggemar artis tersebut,
membentuk suatu
kelekatan dengan artis yang disukainya.
Kelekatan yang terbentuk pada penggemar terhadap artis yang
disukainya
membentuk perasaan seperti mengenal artis tersebut secara
personal pada diri
penggemar. Otak manusia memproses pengalaman yang diperoleh dari
media
sama seperti memproses pengalaman yang diperoleh secara
langsusng, penonton
secara khusus bereaksi pada para artis di televisi seperti
mereka bereaksi terhadap
orang-orang disekitar (Kanazawa dalam Schiappa, 2008). Schiappa,
Gregg, dan
Hewes (2005) berpendapat dalam lingkungan kaya akan akses ke
media, orang-
orang mungkin akan lebih mengenal banyak orang secara parasosial
dibandingkan
dengan hubungan interpersonal secara langsung.
-
Horton dan Wohl menyatakan (dalam Harvey & Manusov, 2001)
bahwa
media membantu membentuk hubungan tatap muka antara penggemar
dengan
artis yang bersifat ilusi, fenomena yang dimaksud oleh Horton
dan Wohl disebut
interaksi parasosial. Horton dan Wohl di tahun 1956 mengenalkan
fenomena ini
sebagai suatu hubungan pertemanan atau hubungan dekat dengan
tokoh media
berdasarkan perasaan ikatan afektif seseorang terhadap tokoh
tersebut. Para
penggemar berpartisipasi secara aktif secara mental dalam
kehidupan dan
kepribadian artis yang disukainya tersebut, sehingga mereka
merasa mengenalnya
seperti mengenal temannya sendiri (Harvey & Manusov, 2001).
Dapat dikatakan,
interaksi parasosial merupakan interaksi yang bersifat satu
arah, di mana para
penggemar merasa mengenal artis yang disukainya secara personal,
namun artis
tersebut tidak mengetahui sesuatu apapun tentang
penggemarnya.
Interaksi parasosial dengan intensitas yang tinggi dapat
mendorong para
penggemar untuk melakukan sesuatu yang dianggap tidak rasional
oleh orang
awam. Seperti para penggemar artis korea yang bersedia
memberikan hadiah-
hadiah berharga mahal kepada selebriti idolanya (Permesti, 2013)
:
Fans terkadang melakukan segalanya untuk artis yang mereka
kagumi. Fans di Korea Selatan misalnya, memperlakukan artis mereka
bak raja dan ratu serta memberi barang berharga untuk sang artis.
Belum lama ini, aktor Park Shi Hoo dihadiahi mobil buatan Inggris,
Jaguar. Mobil tersebut seharga 150 juta won Korea. Hadiah yang
fantastis dari fans! Selain jaguar, Park Shi Hoo juga dihadiahi
perangkat home theater di rumahnya. Home theater itu seharga 10
juta won Korea. Fans juga memberi satu truk berisi makanan untuk
staf produksi film yang dibintangi Park Shi Hoo. "Obat-obatan
herbal juga diberikan untuk Park Shi Hoo, teman dan
keluarganya,"kata seorang sumber dilansir dari Soompi.com. Bukan
hanya Park Shi Hoo, para idol pun mengalami hal serupa. Jessica
-
SNSD pernah mendapat hadiah ulang tahun dari fans berupa kalung
mutiara bersertifikat, kamera digital SLR, tas bermerek, hingga
keyboard. Seungri Big Bang pernah dihadiahi 8 ribu USD atau sekitar
Rp 80 juta. Sementara Leuteuk Super Junior pernah diberi microphone
dari emas pada tahun 2010 lalu.
Bahkan melanggar hak-hak privasi untuk mengetahui kegiatan
sehari-hari artis
favoritnya (Arifiani, 2014) :
Solopos.com, SOLO Dunia K-Pop engga bisa lepas dari gosip. Belum
lagi selesai dengan masalah terbongkarnya kisah cinta salah satu
personel boy band Korea Selatan, Exo, Baekhyun dengan personel So
Nyeo Shi Dae (SNSD) Taeyeon mereda, kini Exo harus dihadapkan
dengan masalah baru. Salah satu penggemar memasang kamera pengintai
di kamar hotel Luhan.
Dengan mengunggah foto dirinya yang tengah memasang kamera
tersebut di kamar hotel Luhan, penggemar Exo lainnya justru
menganggap perbuatannya adalah tindakan yang keterlaluan sehingga
memancing emosi penggemar lainnya.
Interaksi parasosial menimbulkan perasaan dekat dengan artis
favoritnya pada diri
penggemar, di mana semakin sering penggemar melakukan interaksi
parasosial
mereka seakan-akan terhipnotis untuk selalu memuja idola mereka
selayaknya
seorang dewa. Hal tersebut dapat memicu timbulnya perilaku yang
sering
dianggap berlebihan dan melampaui batas.
Semakin banyaknya pendatang baru yang muncul membuat
penikmat
dunia hiburan mendapatkan banyak pilihan untuk menggemari dan
membentuk
interaksi parasosial dengan salah dari mereka. Salah satu artis
yang sedang
menjadi fenomena di Indonesia saat ini dan memiliki banyak
penggemar adalah
grup idola JKT48. Sama seperti hubungan artis lain dengan
penggemarnya,
interaksi parasosial juga terjadi antara JKT48 dengan para
penggemarnya.
-
JKT48 adalah grup idola yang berasal Jakarta, Indonesia yang
terbentuk
pada tahun 2011, grup JKT48 merupakan saudari grup idola AKB48
pertama
yang berada di luar Jepang. Aoyagi (1999) mendefinisikan grup
idola sebagai
sekumpulan figur yang dipromosikan melalui media
(media-promoted
personalities) yang pekerjaannya adalah menyanyi, menari dan
berakting di teater
atau panggung, muncul di acara televisi, dan berpose di majalah
atau iklan. Grup
ini mengadopsi konsep yang sama dengan grup saudarinya, AKB48,
yaitu "Idol
you can meet. Meskipun melakukan kegiatan entertaiment seperti
menyanyi dan
menari dan beranggotakan lebih dari dua individu, grup ini
menolak di sebut
girlband karena konsep idola yang tidak hanya dapat di lihat
melalui televisi,
tetapi juga dapat ditemui di teater tempat di mana mereka
melakukan penampilan
secara rutin.
Meskipun sudah melakukan penampilan secara rutin di teter
mereka,
JKT48 tetap sering muncul di televisi. Baik hanya untuk sekedar
melakukan
penampilan menari dan menyanyi, maupun menghadiri acara talk
show. Selain itu
JKT48 juga memiliki program reality show mereka sendiri
(Purnomo, 2013) :
Keseharian idol group JKT48 akan diangkat menjadi sebuah reality
show. Acara yang diberi nama JKT48 Missions akan menampilkan misi
yang berbeda di setiap episodenya. "Setiap satu episode ada satu
misi, nggak tahu mau ngapain, lawan rasa takut, latih diri sendiri,
punya manfaat baik," ucap Sania, salah satu personel JKT48, saat
ditemui di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Rabu (5/6/2013).
Cohen (2004) mengatakan bahwa acara yang menyajikan interaksi
dengan
artis seperti talk show dan reality show dilakukan untuk menarik
perhatian
penonton dan memberikan pada para penggemar perasaan seperti
mengenal artis
-
tersebut. Maka seperti artis-artis lainnya, interaksi parasosial
juga terbentuk antara
penggemar dengan para anggota JKT48.
JKT48 tidak hanya melakukan penampilan di teater dan televisi
saja.
Manajemen JKT48 secara aktif mengadakan berbagai acaea agar para
penggemar
dapat bertemu langsung dengan para anggota JKT48. Acara-acara
tersebut
diantaranya adalah acara bermain bowling bersama para anggota
JKT48 (Anonim
2012) :
Group JKT48 kembali memuaskan para fansnya. JKT48 pada Minggu
kemarin (21/10) menggelar acara bersama fans yang tergabung dalam
Official Fans Club (OFC) JKT48 dengan kompetisi bowling.
Acara futsal bersama anggota JKT48 (Hestaviyasha, 2013) :
Hari Sabtu (2/2) sore kemarin member dari JKT48 sukses
seru-seruan bareng bermain futsal dengan fansnya. Momen seru itu
hadir pukul tiga sore di lapangan futsal Hanggar Pancoran, Jakarta
dalam acara resmi yang diadakan oleh Official Fans Club JKT48.
Acara ini adalah yang ketiga kalinya digelar setelah sebelumnya
hang out bareng member dilakukan dengan bermain billiard dan juga
bowling. Nggak hanya seru-seruan bareng member saja, di dalamnya
juga mempunyai maksud untuk lebih mempererat dan mendekatkan jarak
antara fans dan member JKT48.
Acara meet & greet dengan anggota JKT48 (Handayani, 2013)
:
Suarasurabaya.net-Komunitas fans JKT48 Surabaya dan sekitarnya
membuat udara dingin dan hujan deras di Kampoeng Media Suara
Surabaya kian hangat. Atraksi mereka menyambut kedatangan Devi
Kinal Putri, Sendy Ariani, dan Della Delila personel JKT48, cukup
kreatif. Dengan atribut khas, mereka juga sesekali melantangkan
yel-yel a la JKT48. Sedikitnya seribu fans yang didominasi anak
muda ini datangi meet and greet JKT 48 di gedung Suara Surabaya
Media, Sabtu (16/3/2013) mulai pukul 10.00 WIB hingga 17.00
WIB.
-
Acara melelang barang-barang pribadi anggota JKT48 untuk beramal
(Yuniar,
2012) :
Jakarta (ANTARA News)-Puluhan fans JKT48 mengangkat tangan penuh
antusias saat acara lelang barang pribadi anggota JKT48 dalam acara
"Buka Puasa dan Beramal Bersama JKT48" di kawasan Jalan Jenderal
Sudirman Jakarta, Sabtu. Sejumlah Rp5.622.200 berhasil dikumpulkan
dari donasi dan lelang tiga barang pribadi milik anggota grup idola
JKT48. Dana yang terkumpul akan mereka sumbangkan untuk panti
asuhan.
Acara buka puasa bersama dengan anggota JKT48 (Atriana, 2013)
:
Jakarta-Bulan puasa bukan berarti member JKT48 tanpa aktivitas.
Setelah sukses dengan event lelang amal, kali ini mereka mengadakan
acara buka puasa bareng fans.
"Seneng bisa ngadain buka puasa bareng. Bisa jadi ajang
nanya-nanya dari fans ke member ato sebaliknya, bisa tau lebih
jauh," ujar Kinal, di Kemang, Jakarta Selatan, Senin (22/7/2013)
malam.
dan acara berjabat tangan dengan anggota JKT48 (Riantrisnanto,
2013) :
Liputan6.com, Jakarta : Pada Minggu, 14 April silam, idol group
JKT48 baru saja menggelar event bertema Handshake Individual yang
bertempat di JKT48 Theater. Dilansir dari akun Twitter Official
JKT48, acara Handshake Individual ini berlangsung dengan sangat
ramai.
Meskipun baru saja ditinggal keluar oleh salah satu member
trainee, Olivia Robberecht akibat kondisi kesehatannya, namun
antusiasme fans untuk menghadiri acara ini sangatlah tinggi.
Antusiasme terhadap JKT48 tak hanya datang dari kaum adam, namun
kaum hawa pun turut antusias untuk bisa bersalaman dengan rombongan
gadis belia idolanya ini.
Acara-acara yang diadakan tersebut memungkinkan para penggemar
JKT48 untuk
bertemu dan berinteraksi dengan para anggota JKT48. Hal
tersebutlah yang
membedakan JKT48 dengan artis lainnya yang kemudian membuat
mereka
menjadi pendatang baru yang meraih banyak perhatian penonton
televisi dan
kemudian menjadi penggemarnya.
-
Meskipun para penggemar JKT48 memiliki banyak kesempatan
untuk
berinteraksi dengan para anggota JKT48 melalui acara-acara yang
diadakan oleh
manajemen JKT48, interaksi yang mereka yang mereka lakukan tetap
saja terjadi
satu arah. Para penggemar JKT48 akan semakin merasa mengenal
idolanya
tersebut secara personal setelah sebelumnya mereka mencari
informasi-informasi
dari berbagai media. Namun, para anggota JKT48 hanya akan
mengenal mereka
melalui event-event saja. Kunci utama dari interaksi parasosial
adalah hubungan
satu arah (one-way relationship) dimana penggemar merasa
memiliki hubungan
dengan artis yang disukainya, tapi hubungan tersebut bersifat
satu arah, non-
dialektikal, dikontrol oleh performer, dan tidak dapat
berkembang (Horton &
Wohl dalam Watkins, 2005).
Konsep Idol you can meet yang ditawarkan oleh JKT48 membuat
interaksi parasosial yang terjadi pada mereka menjadi sedikit
berbeda dengan arti
lainnya. Pada artis lainnya, para penggemar hanya berkesempatan
untuk mengenal
artis idolanya melalui media cetak, media elektronik, atau
jejaring sosial seperti
facebook dan twitter. Sementara pada JKT48, para penggemarnya
tidak hanya
berkesempatan untuk mengenal mereka melalui berbagai media,
tetapi juga
melalui interaksi langsung.
Konsep JKT48 tersebut dapat menimbulkan perilaku berlebihan pada
diri
penggemarnya. Penggemar JKT48 tidak segan-segan untuk
mengeluarkan banyak
uang untuk membeli merchandise JKT48. Seperti satu set foto
anggota JKT48
yang dihargai mulai dari Rp. 70.000 sampai dengan Rp. 2.500.000,
meskipun
foto-foto tersebut berharga sangat mahal, namun para penggemar
JKT48 tidak
-
segan untuk membelinya karena faktor kelangkaan
(Harianjogja.com, 2014).
Salah satu penggemar bahkan menjual botol minuman yang diakuinya
telah
dipakai oleh salah satu anggota JKT48 seharga Rp. 2.000.000,
meskipun hal
tersebut belum terbukti kebenarannya (Solopos.com, 2014).
Acara-acara yang
memungkinkan para penggemar JKT48 untuk berinteraksi dengan
angggota
JKT48 secara langsung, juga dapat memicu timbulnya perilaku
penggemar yang
membahayakan para anggota JKT48. Seperti yang terjadi pada grup
saudari
mereka, AKB48, di mana dua anggota AKB48 diserang oleh penggemar
yang
membawa gergaji di salah satu acara (Kapanlagi.com, 2014).
Manajemen JKT48 menerapkan sejumlah peraturan bagi anggota
JKT48
untuk mengantisipasi perilaku penggemar yang berlebihan
tersebut. Peraturan
tersebut adalah (Purbaningrum, 2013) :
Jakarta, C&R Digital-Sebagai idola remaja saat ini, JKT48
memiliki beberapa peraturan yang diterapkan oleh manajemen.
Peraturan ini dinamakan Golden Rules. Golden Rules tak hanya
berlaku bagi JKT48 saja, melainkan untuk semua keluarga 48. Apa
saja peraturannya?
1. Dilarang pergi ke diskotek 2. Dilarang tanda tangan di
sembarang tempat (kecuali untuk merchandise
yang akan di jual) 3. Tidak boleh mabuk-mabukan dan merokok 4.
Tidak boleh pacaran 5. Pergi ke tempat wisata harus ditemani
pengawas 6. Sekolah atau Pendidikan yang utama 7. Tidak boleh
memakai pakaian yang mencolok dan make-up yang tebal.
Peraturan tersebut selain diberlakukan untuk menjaga para
anggota JKT48, juga
untuk menghidari kecemburuan antar fans. Meskipun begitu
manajemen JKT48
memperbolehkan fans untuk memberikan hadiah kepada anggota
JKT48
(Anonim, 2013) :
-
Melody mengaku, hadiah yang diberikan para fans sangat
bervariasi, antara lain aksesoris, baju, lukisan dan pajangan.
Salah satu yang unik menurut Tata, anggota tim trainee adalah
mainan Bajaj.
Selain itu Melody juga menyebutkan banyak pula yang memberikan
hadiah berupa peralatan ibadah.
Mukena juga banyak lho yang ngasih AlQuran, Tasbih juga ada.
Alhamdulillah gitu., tutur Melody kepada para wartawan.
Setelah pemberian hadiah, para anggota JKT48 membagikan
foto-foto hadiah
yang mereka pilih pada akun jejaring sosial pribadi mereka. Ini
membuat fans
yang hadiahnya dipilih oleh anggota JKT48 favoritnya menjadi
merasa
diperhatikan oleh idolanya. Perhatian yang diberikan oleh
anggota JKT48 tersebut
merupakan penguat yang menghasilkan daya tarik dan
mengintensifkan interaksi
parasosial (Stever, 2010)
2. Sketsa Pembuka
Ketertarikan peneliti bermula ketika peneliti membaca berbagai
perilaku
fans JKT48, baik di forum-forum maupun di media cetak. Peneliti
merasa
interaksi parasosial yang ditunjukkan oleh para penggemar JKT48
lebih kuat
dibandingkan dengan yang ditunjukkan oleh penggemar-penggemar
artis lainnya.
Salah satu teman peneliti yang merupakan penggemar JKT48
mengatakan,
konsep Idol you can meet yang diterapkan oleh JKT48 membuatnya
menjadi
selalu penasaran untuk terus berinteraksi dengan anggota JKT48.
Bentuk interaksi
yang dilakukannya sangat beragam, seperti mengikuti event-event
yang diadakan
oleh manajemen JKT48, mengumpulkan benda-benda yang identik
dengan
JKT48, dan mencari-cari informasi-informasi yang berhubungan
dengan anggota
-
JKT48 favoritnya. Namun, interaksi tersebut tidak pernah terjadi
secara langsung,
dengan kata lain, interaksi tersebut terjadi secara satu arah.
Berdasarkan observasi
peneliti, teman peneliti dapat dikatakan merupakan salah satu
penggemar berat
JKT48.
Hal ini sesuai dengan pendapat Stever (2010) yang menjelaskan
perilaku
penggemar berdasarkan teori Albert Bandura bahwa selebriti yang
yang sering
berinteraksi dengan penggemarnya akan membentuk jaringan
penggemar yang
luas dan dengan sistem sosial tersebut, kelekatan yang terbentuk
akan menjadi
kuat dan menjalar. Konsep Idol you can meet yang diterapkan oleh
JKT48,
berimplikasi pada intensitas interaksi dengan penggemarnya. Hal
ini membuat
para penggemar JKT48 menjadi terobsesi untuk selalu menemui dan
berinteraksi
dengan para anggota JKT48. Sehingga interaksi parasosial yang
terbentuk antara
keduanya menjadi kuat.
Jensen (dalam Casey, dkk, 2000) menyatakan bahwa perilaku
penggemar
yang obsesif tersebut disebabkan karena untuk mengkompensasikan
sesuatu yang
kurang dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu McCourt dan
Fitzpatrick (2001)
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa individu yang
mendapatkan manfaat
dan biaya yang lebih besar, namun melakukan investasi yang
sedikit dalam
hubungan romantis akan lebih terlibat pada interaksi
parasosial.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik
untuk meneliti
bagaimana interaksi parasosial yang terjadi pada penggemar JKT48
dan apa yang
mendasari terjadinya interaksi parasosial tersebut. Peneliti
merasa perlu untuk
melakukan penelitian ini karena JKT48 merupakan salah satu artis
pendatang baru
-
yang menjadi fenomena dan konsep yang dikenalkannya menjadikan
interaksi
parasosial yang terjadi menjadi berbeda dengan artis
lainnya.
3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas muncul pertanyaan, bagaimana
gambaran
interaksi parasosial pada penggemar JKT48? Interaksi parasosial
yang dimaksud
dalam penelitian ini terkait dengan hubungan pertemanan atau
hubungan dekat
dengan tokoh media berdasarkan perasaan ikatan afektif seseorang
terhadap tokoh
tersebut.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana
interaksi
parasosial yang dilakukan oleh penggemar JKT48 terhadap anggota
JKT48.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
dalam
bidang psikologi sosial, khususnya dalam bahasan interaksi
parasosial dan
perilaku penggemar. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan gambaran
mengenai dampak yang mungkin timbul dari interaksi parasosial
yang dilakukan,
baik positif maupun negatif
-
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Subjek
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran
kepada
subjek mengenai interaksi parasosial yang mereka lakukan pada
anggota JKT48
dan dampak yang mungkin timbul dari interaksi parasosial
tersebut.
b. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
kepada
peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai interaksi
parasosial.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih
individu
manusia, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,
mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (Bonner
dalam
Gerungan, 2000). Walgito (2002) mendefinisikan interaksi sosial
sebagai
hubungan antara individu satu dengan individu yang lain,
individu yang lain atau
sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan saling timbal
balik.
Bonner (dalam Gerungan, 1996) kelangsungan interaksi sosial
didasari
oleh beberapa faktor, baik secara tunggal maupun bergabung,
faktor-faktor
tersebut adalah :
a. Faktor Imitasi
Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Imitasi
tidaklah
berlangsung dengan sendirinya, untuk mengadakan imitasi ada
faktor
psikologis lain yang berperan. Untuk mengimitasi sesuatu perlu
adanya
sikap menerima, ada sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi
itu,
karena itu imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya (Walgito,
2002).
Imitasi bukan menjadi dasar pokok dari semua interaksi sosial,
melainkan
merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial yang
menerangkan
-
mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam
pandangan
tingkah laku di antara orang banyak (Gerungan,1996).
b. Faktor Sugesti
Sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri
sendiri maupun
yang datang dari orang lain, yang umumnya diterima tanpa adanya
kritik
dari individu yang bersangkutan. Peranan sugesti dan imitasi
dalam
interaksi sosial hampir sama satu dengan yang lain, namun
keduanya
berbeda. Orang yang mengimitasi orang lain keadaannya aktif,
sedangkan
yang diimitasi adalah pasif, dalam arti bahwa yang diimitasi
tidak dengan
aktif memberikan apa yang diperbuatnya. Tidak demikian dalam
sugesti,
orang dengan sengaja, dengan secara aktif memberikan
pandangan-
pandangan, pendapat-pendapat, norma-norma dan sebagainya agar
orang
lain dapat menerima apa yang diberikannya (Walgito, 2002).
c. Faktor Identifikasi
Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identi (sama)
dengan
seorang lain. Identifikasi dilakukan orang kepada orang lain
yang
dianggapnya ideal dalam suatu segi, untuk memperoleh sistem
norma,
sikap dan nilai yang dianggapnya ideal, dan yang masih ada
kekurangan
pada dirinya. Proses identifikasi terjadi secara otomatis,bawah
sadar, dan
objek identifikasi itu tidak dipilih secara rasional, tetapi
berdasarkan
pilihan subjektif, berperasaan. Ikatan yang terjadi antara orang
yang
mengidentifikasi dan orang tempat identifikasi merupakan ikatan
batin
-
yang lebih mendalam daripada ikatan antara orang yang saling
mensugesti
atau mengimitasi tingkah-lakunya (Gerungan, 1996).
d. Faktor Simpati
Simpati merupakan perasaan tertariknya orang yang satu terhadap
orang
yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional
melainkan atas
dasar perasaan atau emosi. Simpati membuat orang merasa tertarik
kepada
orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya, apa
sebabnya
merasa tertarik sering tidak dapat memberikan penjelasan lebih
lanjut
(Walgito, 2002). Simpati hanyalah dapat berkembang dalam suatu
relasi
kerja sama antara dua atau lebih orang, yang menjamin
terdapatnya saling
mengerti. Justru karena adanya simpati itu dapatlah diperoleh
saling
mengerti yang lebih mendalam. Saling mempengaruhi dalam
interaksi
sosial yang berdasarkan simpati, jauh lebih mendalam akibatnya
daripada
yang terjadi atas dasar imitasi atau sugesti (Gerungan,
1996).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
interaksi
sosial adalah hubungan yang saling mempengaruhi antara dua
individu atau lebih
dan faktor yang mendasari interaksi sosial adalah faktor
imitasi, faktor sugesti,
faktor identifikasi dan faktor simpati.
B. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi adalah sebagian dari hubungan atau hal yang
membentuk
hubungan interpersonal. Proses komunikasi terjadi apabila salah
satu pihak
menyampaikan pesan (dinamakan pengirim atau transmitteror)
kemudian pihak
-
yang lain menerimanya (penerima atau receiver atau komunikan)
(Sarwono,
2005). Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses
komunikasi langsung
atau tidak langsung yang terjadi antara dua individu atau lebih
yang dapat
dilakukan secara verbal maupun non verbal, dan bisa berlangsung
dalam satu arah
atau dua arah (Andayani, 2009).
Menurut Hartley (dalam Sarwono, 2005) ada berbagai jenis
komunikasi,
yaitu antara individu dan individu, antara individu dan massa,
antara kelompok
dengan massa yang masing-masing dapat berlangsung secara tatap
muka, atau
dengan bantuan alat atau teknologi (telepon, radio, tv, film,
dan sebagainya).
Komunikasi interpersonal yang bertatap muka, menurut Hartley
(dalam
Sarwono, 2005) mengandung beberapa aspek. Pertama, tatap muka
itu sendiri
yang membedakannya dari komunikasi jarak jauh atau komunikasi
dengan alat.
Aspek lainnya adalah hubungan dua arah. Komunikasi tatap muka
berbeda dari
berita di tv atau radio karena kedua pihak dapat saling menukar
pesan. Dengan
pertukaran pesan itu, terjadi saling pengertian akan makna dari
pesan itu. Aspek
berikutnya dari komunikasi tatap muka adalah niat, kehendak atau
intensi dari
kedua pihak.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi
interpersonal adalah proses komunikasi yang terjadi antara dua
individu atau lebih
secara langsung atau melalui media, di mana individu yang satu
menjadi
penyampai pesan dan individu yang lain menjadi penerima
pesan.
-
C. Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal menurut Franzoi (2009) adalah keinginan
individu
untuk mendekat kepada individu lain karena adanya suatu
ketertarikan dengan
individu tersebut. Atraksi interpersonal ditunjukkan melalui
tingkah laku positif
yang ditunjukkan oleh individu untuk bergerak mendekat kepada
individu lain
(Baron & Byrne, 2004).
Atraksi interpersonal mengacu pada sikap individu yang
cenderung
bertahan kepada individu lain. Sikap-sikap yang terjadi
mencerminkan cara
individu dalam menanggapi orang lain dapat saling mempengaruhi
perilaku
interpersonal masing-masing (Baron & Byrne, 2004). Semakin
tertarik individu
terhadap individu lain, maka individu akan mengevaluasi secara
lebih positif
perilaku individu tersebut, sehingga individu lebih memiliki
kecenderungan untuk
bergerak mendekati dan selalu bersikap baik kepada individu
tersebut (Barlund,
dalam Rakhmad, 2008).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
atraksi
interpersonal adalah ketertarikan individu terhadap individu
lain yang
membuatnya menunjukkan perilaku mendekat kepada individu
tersebut.
D. Interaksi Parasosial
1. Pengertian Interaksi Parasosial
Interaksi parasosial merupakan sebuah hubungan persahabatan
atau
kelekatan yang terjalin dengan tokoh yang muncul di media,
berdasarkan ikatan
afektif yang dirasakan oleh seseorang terhadap tokoh media
tersebut (Horton &
-
Wohl dalam Harvey & Manusov, 2001). Rubin & McHugh
(dalam Taylor, 2005)
mendefinisikan interaksi parasosial sebagai sebuah jenis
kedekatan, hubungan
seperti pertemanan yang terjadi antara sosok yang muncul di
media dan
penonton.
Istilah parasosial dikenalkan oleh Horton & Wohl ke dunia
psikologi pada
1956 dalam paper seminar mereka. Mereka menggunakan istilah
parasosial untuk
mendeskripsikan perkembangan sebuah hubungan yang terlihat
seperti hubungan
tatap muka antara artis dengan penontonnya (Calvert &
Wilson, 2010). Interaksi
parasosial terjadi dimana sosok dalam media mengarahkan perilaku
sosial dan
komunikasi mereka kepada penonton yang dikehendaki. Mereka
menyapa,
berkedip, menatap dan mengarahkan komunikasi kepada penonton
dengan
berbagai cara. Penonton merespon komunikasi yang dilakukan oleh
sosok yang
muncul di media tersebut seperti sosok tesebut benar-benar ada
di hadapan
mereka, bukan berada dalam suatu media televisi maupun radio
(Hartmann dalam
Konijn, Utz, Tanis, & Barnes, 2008). Hal ini disebabkan
karena otak manusia
memproses pengalaman melihat melalui media sama seperti
pengalaman
langsung, penonton secara khusus bereaksi terhadap selebriti
yang muncul di
televisi seperti yang mereka lakukan terhadap orang yang secara
nyata ada di
depan mereka (Kanazawa dalam Schiappa, 2008).
Interaksi parasosial merupakan jenis ikatan afektif yang
terbentuk seiring
berjalannya waktu (Hoffner, 2002). Interaksi parasosial
merupakan hubungan
yang secara alami bersifat unidireksional, dimana penggemar
merasakan
hubungan dengan para artis atau tokoh media, namun para artis
atau tokoh media
-
tersebut tidak merasakan hal yang sama. Sifat unidireksinal ini
sering membuat
para peneliti menganggap jika interaksi parasosial ini hanyalah
khayalan
(McGee dalam Japp, Meister & Japp, 2005).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
interaksi
parasosial adalah suatu interaksi sosial yang terjalin antara
individu dengan artis
atau tokoh media dan terjadi seperti interaksi sosial secara
langsung.
2. Tingkatan Interaksi Parasosial
Maltby, Giles, Barber, & McCutcheon (2005) membagi
keterlibatan
dengan arti menjadi tiga aspek yang bisa digambarkan sebagai
suatu tingkatan
interaksi parasosial. Tingkatan tersebut adalah :
a. Entertaiment social-value
Menunjukkan motivasi yang mendasari pencarian secara aktif
penggemar
terhadap hal-hal yang berkaitan mengenai selebriti yang
disukainya.
Umumnya, alasan para penggemar mencari informasi mengenai
selebriti
yang disukainya adalah karena dua alasan, yaitu untuk
melakukan
konformitas terhadap norma sosial, dan kabur dari realita
(fantasy-
escape from reality)
b. Intense-personal feeling
Merefleksikan perasaan intensif dan kompulsif terhadap
selebriti. Hal ini
menyebabkan penggemar kemudian menjadi memiliki kebutuhan
untuk
mengetahui apapun tentang selebriti yang disukainya, mulai dari
berita
terbaru hingga informasi mengenai pribadi selebriti. Seiring
dengan
-
meningkatnya intensitas keterlibatan dengan selebriti, penggemar
mulai
melihat selebriti sebagai orang yang di anggap dekat dan
mengembangkan
hubungan parasosial dengan selebriti tersebut.
c. Borderline-pathological tendency
Merupakan tingkatan paling parah dari interaksi parasosial
dengan
selebriti. Tingkatan ini dimanifestasikan dalam sikap seperti,
kesedian
untuk melakukan apapun demi selebriti yang disukainya meskipun
hal
tersebut dapat berpotensi melanggar hukum. Penggemar pada
tingkatan ini
tampak memiliki pemikiran yang tidak terkontrol dan menjadi
irasional.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga
tingkatan interaksi parasosial, yaitu entertainment
social-value, intense-personal
feeling, dan borderline- pathological tendency.
3. Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Parasosial
Hoffner (2002) memengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi
interaksi parasosial pada individu, yaitu :
a. Motivasi
Individu dalam melakukan interaksi parasosial termotivasi
untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan akan hubungan sosial dan
emosional.
Motivasi tersebut akan membuatnya terus menonton selebriti
kesukaannya
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya akan berafiliasi.
-
b. Kesamaan dengan selebriti
Seseorang akan lebih cenderung tertarik kepada selebriti yang
memiliki
kesamaan dengan dirinya, baik kesamaan dalam jenis kelamin,
etnis, kelas
sosial dan umur. Kesamaan tersebut juga dpat dipengaruhi oleh
berbagai
faktor lain seperti kepribadian, perasaan, kepercayaan, dan
pengalaman.
c. Keinginan untuk mengidentifikasi
Selebriti yang muncul di televisi memiliki wajah yang tampan
ataupun
cantik, memiliki bakat yang tidak biasa, atau sangat sukses.
Penonton akan
tertarik pada individu tersebut dan melihat mereka sebagai
panutan. Proses
ini terjadi saat menyaksikan selebriti melalui media, penggemar
memiliki
kecenderungan untuk mengidentifikasi dengan atau berbagi
perspektif
dengan selebriti tersebut dan melalui media tersebut ikut
berpartisipasi
dalam pengalamannya.
d. Komunikasi antarpenggemar
Komunikasi terjadi untuk mengurangi ketidakpastian dan
meningkatan
pengetahuan mengenai selebriti yang disukai. Ketidakpastian
dalam
interaksi parasosial dapat dikurangi melalui strategi pasif
seperti
mengobservasi selebriti tersebut dalam berbagai situasi dan
melalui
strategi aktif, seperti berbicara dengan sesama penggemar
mengenai
selebriti tersebut. Penelitian menunjukkan semakin sering
sesama
penggemar berkomunikasi untuk lebih menggenal selebriti yang
disukainya, semakin kuat interaksi parasosial yang
terbentuk.
-
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang
mempengaruhi interaksi parasosial adalah motivasi, kesamaan
dengan selebriti,
keinginan untuk mengidentifikasi, dan komunikasi
antarpenggemar.
4. Karakteristik Individu yang Melakukan Interaksi
Parasosial
Hoffner (2002) berpendapat ada beberapa karakteristik pada
individu yang
cenderung melakukan interaksi parasosial, yaitu :
a. Individu yang kurang melakukan hubungan sosial
Individu yang kurang melakukan hubungan sosial dengan orang lain
akan
cenderung menganggap televisi sebagai teman dan membentuk
perilaku
parasosial.
b. Tipe kelekatan
Individu yang memiliki tipe kelekatan anxious-ambivalent
attachment
cenderung mengembangkan interaksi parasosial untuk memenuhi
kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi. Sementara individu
yang
memiliki tipe kelekatan avoidant attachment kemungkinan besar
kurang
membentuk interaksi parasosial. Sedangkan individu dengan
tipe
kelekatan secure attachment berada diantara keduanya.
c. Perbedaan individu dalam berempati
Empati memainkan peran penting dalam hubungan interpersonal
dan
berkontribusi terhadap respon emosional jangka pendek terhadap
selebriti.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa empati dapat menjadi
sarana
dalam mengembangkan kelekatan afektif jangka panjang
terhadap
-
selebriti. Empati meningkatkan kecenderungan penggemar untuk
mengenali dan berbagi pandangan dan perasaan emosional pada
selebriti
yang disukainya, yang kemudian akan membuantnya merasa
semakin
dekat dengan selebriti tersebut dan membentuk interaksi
parasosial.
d. Tingkat self-esteem
Self-esteem berhubungan dengan pembentukan interaksi
parasosial.
Individu yang kesulitan berkomunikasi dengan orang lain karena
self-
esteem yang rendah akan cenderung membentuk interaksi parasosial
yang
kuat dengan selebriti.
e. Jenis kelamin
Beberapa studi menemukan bahwa perempuan akan lebih
cenderung
membentuk interaksi parasosial yang kuat dibandingkan dengan
laki-laki.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik
individu yang melakukan interaksi parasosial adalah individu
yang kurang
melakukan hubungan sosial, tipe kelekatan, perbedaan individu
dalam berempati,
tingkat self-esteem, dan jenis kelamin.
E. Penggemar (Fans)
Penggemar berasal dari kata dasar gemar yang berarti suka akan
suatu hal,
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penggemar diartikan
sebagai
seseorang yang menggemari sesuatu (kesenian, olahraga, dsb).
Lewis (1992)
mendefinisikan penggemar (fans) sebagai pengikut yang antusias
dari bidang
olahraga atau seni atau pengagum selebritis, yang berfikiran,
berperasaan, dan
-
bertingkah laku ekstrim. Bila kata fans dikaitkan dengan kata
fandom, yaitu suatu
keadaan dimana seseorang menggemari sesuatu atau segala sesuatu
yang meliputi
budaya dan perilaku penggemar secara umum.
Penggemar merupakan seseorang yang terobsesi dengan seorang
bintang,
selebriti, film, acara televisi, atau grup musik. Seorang
penggemar adalah orang
yang bisa memberikan banyak informasi mengenai hal-hal yang
digemarinya
(Hills, 2002).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penggemar
adalah individu yang menyukai suatu hal, seperti olahraga atau
seni dan dapat
memberikan informasi mengenai hal-hal yang disukainya.
F. Dinamika Alur Pemikiran Peneliti
Interaksi parasosial merupakan fenomena yang biasa terjadi
dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap individu yang menggemari seorang
selebriti akan
melakukan interaksi parasosial dengan selebriti favoritnya itu,
meskipun
intensitasnya berbeda untuk setiap individu. Tingkatan interaksi
parasosial yang
dilakukan oleh seorang individu dipengaruhi oleh faktor yang
melingkupi
individu tersebut,baik dari luar maupun dari dalam diri
individu.
Pada JKT48, konsep yang mereka bawa juga mempengaruhi
interaksi
parasosial yang terjadi. Konsep idol you can meet membuat
interaksi parasosial
yang terjadi pada penggemar dan anggota JKT48 hampir seperti
interaksi tatap
muka secara langsung, namun dengan berbagai keterbatasan.
Keterbatasan
tersebut membuat para penggemar JKT48 menjadi semakin penasaran
dan
-
memotivasi mereka untuk terus menjalin interaksi parasosial
dengan para anggota
JKT48 favoritnya.
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Perspektif Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan
dan
Taylor (dalam Moleong, 2005) mendefinisikan metodologi
penelitian kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Pendekatan
kualitatif dalam psikologi umumnya dilakukan dengan cara
eksplorasi, deskripsi,
dan interpretasi terhadap pengalaman personal dan sosial para
partisipan (Smith,
2009). Creswell (dalam Herdiansah, 2012) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif
adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan
untuk memahami
masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan
gambaran
menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan
terperinci dari
para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting yang
alamiah tanpa adanya
intervensi dari peneliti.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan
deskriptif. Soekidjo (2003) mengatakan bahwa tujuan pendekatan
deskriptif
adalah membuat gambaran atau deskripsi secara objektif tentang
suatu keadaan.
Pendekatan deskriptif kualitatif cenderung tidak melakukan
intepretasi data yang
mendalam. Pendekatan deskriptif kualitatif lebih menggambarkan
simpulan yang
-
komprehensif atas suatu fenomena atau kejadian dalam bahasa
sehari-hari
(Sandelowsky dalam Polit & Beck, 2004).
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah untuk memberikan gambaran interaksi
parasosial
yang terjadi pada penggemar JKT48 terhadap anggota JKT48. Pada
penelitian
ini, peneliti akan menggali bagaimana interaksi parasosial yang
terjadi antara
penggemar dan anggota JKT48 dan hal yang mempengaruhi interaksi
parasosial
tersebut.
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik purposif yang merupakan teknik
non-
probability yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh
subjek yang
dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan
penelitian yang akan
dilakukan. Strategi pemilihan subjek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
pemilihan yang besifat tipikal (typical sampling). Strategi ini
digunakan untuk
kasus-kasus yang bersifat khas atau unik atau individu-individu
yang memiliki
karakteristik unik. Unik dapat berarti tidak familer atau tidak
biasa, tetapi bukan
merupakan suatu hal yang ekstrem. Identifikasi yang dapat
dilakukan oleh peneliti
jika menggunakan strategi sampling yang bersifat khas atau unik
adalah dengan
bertanya langsung kepada individu yang bersangkutan atau dengan
menggunakan
-
data demografis atau data survei, tergantung dari kasus yang
akan diteliti
(Herdiansyah, 2012).
Karakteristik subjek dalam penelitian ini, yaitu :
1. Penggemar JKT48
2. Melakukan interaksi parasosial dengan anggota JKT48
3. Pernah mengirimkan hadiah atau surat penggemar kepada
anggota
JKT48 dan/atau pernah menonton JKT48 secara langsung
4. Aktif melakukan pencarian informasi mengenai anggota JKT48
favorit
5. Telah menggemari JKT selama lebih dari satu tahun
6. Mengikuti fans club JKT48
D. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong, 2005). Wawancara kualitatif dilakukan
bila peneliti
bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna
subjektif yang
dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan
tidak bermaksud
melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut (Banister, dkk. dalam
Poerwandari,
2007).
-
Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2009) mengemukakan bahwa
anggapan
yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode
interview adaah
sebagai berikut :
a. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu
tentang dirinya
sendiri.
b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah
benar dan
dapat dipercaya.
c. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan
peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan
oleh
peneliti.
E. Analisis Data
1. Membuat dan mengatur data yang sudah dikumpulkan
Merubah data penelitian yang berupa wawancara dan observasi ke
dalam
bentuk transkrip (memindahkan hasil wawancara dari bentuk
rekaman ke dalam
bentuk tulisan). Transkrip tersebut kemudian diberikan identitas
subjek (nama
subjek, waktu dan tempat wawancara). Hal ini dilakukan akan data
yang telah
didapatkan menjadi lebih terstruktur.
2. Membaca dengan teliti data yang sudah diatur
Data yang sudah di ubah ke dalam bentuk transkrip kemudian di
baca dan
ditelaah oleh peneliti. Seluruh pernyataan subjek merupakah
sumber informasi
yang tidak dapat diabaikan, sehingga peneliti perlu untuk tidak
mengabaikan
pernyataan subjek sekecil apapun. Telaah peneliti terhadap
transkrip ini dilakukan
-
untuk mengidentifikasi dan menemukan tema-tema yang muncul pada
setiap
subjek.
3. Agregasi kategoris
Agregasi kategoris pada penelitian ini menggunakan teknik
eksplikasi
tema. Tema didapatkan berdasarkan dari ungkapan yang disampaikan
oleh subjek
dan mengandung makna-makna tertentu. Peneliti menjelaskan makna
yang
muncul pada ungkapan subjek tersebut, kemudian memberikan
kutipan dari
transkrip subjek yang telah diberikan penomoran (Subandi,
2009).
4. Pola-pola kategoris
Pada tahap pola-pola kategoris ini, peneliti melakukan sintesis
tema yaitu
ringkasan dan perpaduan yang koheren dari seluruh tema-tema yang
muncul pada
setiap subjek. Peneliti menjelaskan tema-tema yang muncul pada
setiap subjek
maupun tema-tema yang unik, yang muncul pada subjek tertentu
(Subandi, 2009).
5. Interpretasi
Interpretasi mengacu ada upaya memahami data secara lebih
ekstensif
sekaligus mendalam. Peneliti memiki perspektif mengenai apa yang
sedang
diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut.
Proses interpretasi
memerlukan distansi (upaya pengambilan jarak) dari data, dicapai
melalui
langkah-langkah metodis dan teoritis yang jelas, serta melalui
dimasukkannya
data ke dalam konteks konseptual yang khusus (Kvale dalam
Poerwandari, 2007).
-
F. Verifikasi Data
1. Kredibilitas (Validitas Internal)
Penerapan kriterium kredibilitas pada dasarnya menggantikan
konsep
validitas internal dari non kualitatif. Kriterium ini berfungsi
untuk mencapai
kredibilitas penemuan dan mempertunjukkan kredibilitas
hasil-hasil penemuan
dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang
sedang diteliti
(Moleong, 2005).
Pada Penelitian ini digunakan beberapa metode untuk memenuhi
kriterium
kredibilitas, yaitu
a. Triangulasi
Merupakan teknik pemeriksaan kebasahan data yang
memanfaatkan
sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2005). Terdapat
empat
macam triangulasi yang dikemukakan oleh Denzin (dalam
Moleong,
2005), yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik, dan teori.
Pada
penelitian, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teori,
di mana
peneliti melakukan pengecekan derajat kepercayaan temuan
hasil
penelitian dengan beberapa teori sebagai pembanding, dan
triangulasi
penyidik, di mana peneliti menggunakan peneliti lain untuk
keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
b. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau
hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan
sejawat.
-
Pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan
jalan
mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya, yang memiliki
pengetahuan
umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga
bersama
mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis
yang
sedang dilakukan (Moleong, 2005).
2. Transferabilitas (Daya Transfer)
Tranferabilitias menjelaskan sejauh mana temuan suatu penelitian
yang
dilakukan pada suatu kelompok tertentu dapat diaplikasikan pada
kelompok lain.
Yang perlu diperhatikan adalah, setting atau konteks dalam mana
hasil studi akan
diterapkan atau ditransferkan haruslah relevan, atau memiliki
banyak kesamaan
dengan setting di mana penelitian dilakukan (Poerwandari, 2007).
Konsep
transferabilitas menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan
dapat berlaku
atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas
dasar
penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representatif
mewakili
populasi itu (Moleong, 2005).
3. Dependabilitas (Reabilitas)
Kriterium dependabilitas dicapai peneliti dengan melakukan audit
pada
keseluruhan proses penelitian. Auditing merupakan proses yang
dimanfaatkan
untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Hal itu
dilakukan baik
terhadap proses maupun terhadap hasil penelitian. Proses
auditing tidak dapat
dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan catatan-catatan
pelaksanaan proses
dan hasil studi (Moleong, 2005). Proses audit dilakukan oleh
auditor independen
dan pada penelitian ini yang berperan sebagai auditor adalah
dosen pembimbing
-
peneliti yang mengikuti proses penelitian sejak peneliti
menentukan
masalah/fokus penelitian, memasuki lapangan, menentukan sumber,
melakukan
analisis data, melakukan uji keabsahan data dan membuat
kesimpulan.
4. Konfirmabilitas (Objektivitas)
Kriterium konformabilitas berasal dari konsep objektivitas dalam
non
kualitatif. Moleong (2005) menyatakan bahwa pemeriksaaan
terhadap kriterium
konformabititas terdiri atas beberapa langkah kecil, yaitu :
a. Auditor perlu memastikan apakah hasil temuan benar-benar
berasal dari
data. Sampel temuan ditarik, kemudian oleh auditor ditelusuri
melalui
jejak audit pada data mentah yang terdapat pada catatan
wawancara,
ikhtisar dokumen, an semacamnya, dan dari mana hal-hal itu
berasal.
b. Auditor berusaha membuat keputusan apakah secara logis
kesimpulan itu
ditarik dan berasal dari data. Hal ini dilakukan dengan melihat
dan
mempelajari secara teliti, teknik analisis, kecukupan label
kategori,
kualitas penafsiran, dan kemungkinan adanya hipotesis alternatif
atau
pembanding.
c. Auditor melakukan penilaian terhadap derajat ketelitian
peneliti dan
apakah ada kemelencengan, memperhatikan terminologi peneliti
dan
apakah dilakukan atas dasar teori dari-dasar, apakah terlalu
menonjolkan
pengetahuan a priori peneliti dalam konseptualisasi temuan, dan
menelaah
apakah ada atau tidak introspeksi. Kemudian auditor menelaah
kegiatan
peneliti dalam melakukan pemeriksaan keabsahan data.
-
d. Auditor mengambil keputusan tentang keseluruhan kepastian
studi, yaitu
yang berkaitan dengan sejauh mana data dan penafsirannya
didasarkan
atas data daripada hanya sebagai usaha konstruksi sendiri.
-
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Deskripsi Kancah Penelitian
1. Proses Penemuan Subjek
Peneliti memilih subjek penelitian dengan menggunakan teknik
purposif,
dimana subjek penelitian dipilih berdasarkan ciri-ciri yang
telah ditentukan oleh
peneliti. Peneliti menentukan kriteria subjek berdasarkan
pengamatan peneliti
terhadap penggemar JKT48 secara langsung maupun melalui
media-media online
seperti forum dan media sosial. Pada saat JKT48 melakukan konser
di Semarang,
peneliti menyempatkan hadir untuk memperoleh gambaran secara
langsung
mengenai para penggamar JKT48.
Berdasarkan kriteria yang telah di susun, peneliti memulai
pencarian
subjek penelitian dengan mengontak salah satu fan base yang
berada di salah satu
forum online terbesar di Indonesia, yaitu Kaskus. Fan base ini
merupakan salah
satu fan base terbesar dan memiliki cukup banyak anggota, serta
sering menjadi
sumber informasi bagi fan base lainnya. Maksud peneliti tersebut
ditanggapi oleh
salah seorang anggota fan base dan kemudian pembicaraan
berlanjut secara
pribadi melalui aplikasi chatting Line.
Setelah melakukan pembicaraan beberapa saat, orang tersebut
kurang
memenuhi kriteria subjek yang telah di tentukan. Peneliti
kemudian menanyakan
kepadanya apakah dia memiliki teman yang sekiranya memenuhi
kriteria untuk
-
menjadi subjek. Orang tersebut kemudian mengarahkan peneliti
untuk
menghubungi grup Line fans club Semarang. Selain itu, peneliti
juga disarankan
untuk menghubungi grup Line Kaskus Fans JKT48.
Peneliti memasuki kedua grup tersebut sesuai saran yang
diberikan. Pada
para anggota kedua grup tersebut, peneliti memperkenalkan diri
dan
mengutarakan maksud peneliti untuk mencari subjek penelitian.
Dua orang di
grup Kaskus Fans JKT48 menanggapi maksud peneliti tersebut,
kemudian peneliti
melanjutkan pembicaraan dengan keduanya secara pribadi untuk
menentukan
apakah keduanya cocok menjadi subjek penelitian. Berdasarkan
pembicaraan
tersebut, kriteria subjek yang dibutuhkan tidak dipenuhi oleh
keduanya. Di grup
fans club Semarang, satu orang menanggapi maksud yang
disampaikan peneliti.
Peneliti kemudian melakukan pembicaraan dengan VSP, pembicaraan
membahas
seputar kesibukan VSP dan kegiatan VSP selama menjadi penggemar
JKT48.
Berdasarkan pembicaraan tersebut, VSP memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan,
peneliti mengutarakan maksud untuk memintanya menjadi subjek
penelitian dan
melakukan penggalian data lebih jauh. VSP mengatakan akan dengan
senang hati
membantu, sehingga VSP menjadi subjek #1 peneliti.
Peneliti kemudian bertanya kepada teman-teman peneliti, apakah
ada
seseorang yang memenuhi kriteria yang telah di susun. Teman
peneliti
mengusulkan salah satu temannya, RA, yang kebetulan juga di
kenal oleh peneliti.
Peneliti menghubungi RA melalui pesan singkat untuk melakukan
pembicaraan
awal. RA memberikan tanggapan positif, peneliti kemudian
memintanya untuk
menjadi subjek penelitian. RA setuju dan menjadi subjek #2.
-
Sebagai subjek ketiga, peneliti menginginkan perempuan sebagai
subjek.
Pertimbangan peneliti adalah, peneliti juga ingin mengetahui
bagaimana
gambaran interaksi parasosial yang terjadi pada penggemar
wanita. Peneliti
meminta bantuan RA untuk mencarikan perempuan yang memenuhi
kriteria
subjek yang telah disusun di fans club JKT48 Semarang. RA
mengusulkan satu
nama, IN, untuk menjadi subjek penelitian. Subjek menghubungi IN
melalui Line
dan melakukan pendekatan. Setelah beberapa saat melakukan
pendekatan, peneliti
mengutarakan maksudnya untuk menjadikan IN sebagai subjek
penelitian. IN
menolak permintaan subjek dengan alasan sibuk dengan
perkuliahannya. Peneliti
memahami alasan IN dan meminta IN untuk menyarankan nama lain
yang bisa
dijadikan subjek penelitian. IN menyarankan temannya, RAKH.
Peneliti menghubungi RAKH melalui pesan singkat. Peneliti
mendapat
sambutan yang baik, RAKH dan peneliti kemudian melakukan
pembicaraan
melalui pesan singkat. Peneliti menyampaikan maksudnya kepada
RAKH untuk
menjadikannya subjek penelitian. RAKH bersedia membantu dan
menjadi subjek
penlitian, namun pada saat itu ia sedang berada di rumah sakit
karena mengalami
kecelakaan sehingga wawancara tidak bisa dilakukan dalam waktu
dekat. Peneliti
kemudian menunggu RAKH keluar dari rumah sakit selama kurang
lebih 2
minggu sebelum kemudian melakukan wawancara.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan kepada ketiga
subjek
mengenai beberapa hal, diantaranya adalah :
a. Maksud dan kepentingan peneliti melakukan penelitian
-
Peneliti menjelaskan kepada ketiga subjek maksud peneliti
melakukan
penelitian ini adalah karena peneliti tertarik untuk mengetahui
interaksi
parasosial yang terjadi pada penggemar JKT48 dan sebagai syarat
untuk
menyelesaikan studi. Peneliti menjelaskan dan menjawab
pertanyaan-
pertanyaan subjek agar nantinya tidak terjadi kesalahpahaman
sepanjang
proses penelitian.
b. Anonimitas
Peneliti mengatakan kepada ketiga subjek bahwa kerahasiaan
identitas
subjek terjaga. Peneliti tidak akan mencantumkan identitas asli
ketiga
subjek pada skripsi kecuali ketiga subjek bersedia.
c. Perencanaan yang menyeluruh
Peneliti memberitahukan kepada ketiga subje mengenai teknis
pengambilan data. Pengambilan data dilakukan dengan
wawancara
observasi, wawancara dilakukan sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
Peneliti juga memberitahukan bahwa seluruh proses wawancara akan
di
rekam menggunakan handphone.
d. Persiapan untuk memulai
Peneliti memastikan kembali kesediaan ketiga subjek setelah
penjelasan
yang diberikan. Setelah disetujui, peneliti meminta ketiga
subjek untuk
menandatangani informed consent sebagai tanda kesediaan untuk
menjadi
subjek penelitian.
-
2. Pengalaman Peneliti Dengan Subjek
Karakteristik Subjek 1
(VSP)
Subjek 2
(RA)
Subjek 3
(RAKH)
Usia 23 19 19
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan
Pendidikan S2 S1 S1
Anggota JKT48
Favorit
Delima (masih
anggota JKT48)
Cindy (sudah
keluar dari
JKT48)
Cleo (sudah
keluar dari
JKT48)
Shania (masih
anggota JKT48
Tabel 1. Karakteristik Subjek
a. Pengalaman peneliti dengan subjek 1 (VSP)
1) Gambaran kondisi subjek
Subjek merupakan laki-laki berusia 23 tahun dan sedang berkuliah
di
salah satu universitas negeri di Jogjakarta. Subjek
berperawakan
gemuk dengan tinggi sekitar 160 cm, berkulit cokelat dan
berambut
pendek. Saat pertama kali bertemu, subjek menggunakan setelan
jas
rapi yang membuat subjek terlihat seperti individu yang
sudah
memiliki banyak pengalaman, meskipun masih muda.
2) Interaksi peneliti dengan subjek selama penelitian
Subjek dan peneliti baru mengenal saat proses penelitian.
Peneliti
berkenalan dengan subjek melalui aplikasi chatting Line.
Subjek
merupakan sesorang yang memiliki banyak kesibukan dan
meskipun
tinggal di Semarang, subjek sedang menjalani kuliah pasca
sarjana di
-
Jogjakarta sehingga sulit ditemui pada hari biasa. Subjek
mengatakan
pada akhir pekan ia berada di Semarang dan sedang ada
kegiatan
training untuk sebuah perusahaan di salah satu hotel di
Semarang.
Subjek mengusulkan untuk bertemu dan melakukan interview
setelah
acara training tersebut berakhir. Peneliti menyetujui usul
subjek
tersebut dan pada akhir pekan, peneliti melakukan interview
dengan
subjek. Meskipun baru saling mengenal, subjek cukup terbuka
dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti.
b. Pengalaman peneliti dengan subjek 2 (RA)
1) Gambaran Kondisi Subjek
Subjek merupakan laki-laki berusia 19 tahun dan sedang berkuliah
di
salah satu universitas negeri di Semarang. Subjek
berperawakan
kurus, memiliki rambut gondrong, berkulit cokelat dan tinggi
sekitar
150 cm. Subjek mengkoleksi berbagai macam mainan action figure
di
rumahnya. Subjek berpakaian santai dan bersikap ramah.
2) Interaksi subjek dengan peneliti selama penelitian
Subjek dan peneliti sudah lama saling mengenal walaupun
tidak
terlalu dekat. Peneliti baru mengetahui bahwa subjek adalah
seorang
penggemar JKT48 saat melakukan penelitian berdasarkan
informasi
dari teman peneliti. Sebagai seorang mahasiswa, subjek tidak
terlalu
sulit ditemui. Peneliti bertemu dengan subjek dirumahnya pada
saat
akhir pekan. Wawancara berjalan dengan lancar karena subjek
-
memberikan tanggapan yang baik pada pertanyaan-pertanyaan
yang
diajukan oleh peneliti.
c. Pengalaman peneliti dengan subjek 3 (RAKH)
1) Gambaran kondisi subjek
Subjek merupakan perempuan berusia 19 tahun dan sedang
berkuliah
dai salah satu universitas swasta di semarang. Subjek berkulit
putih
dengan rambut panjang sebahu. Subjek baru saja mengalami
kecelakaan sehingga terlihat bekas luka memar di wajahnya.
Subjek
bersikap ceria dan ramah.
2) Interaksi subjek dengan peneliti selama penelitian
Subjek dan peneliti baru saling mengenal saat proses
penelitian.
Peneliti berkenalan dengan subjek atas saran IN yang menolak
menjadi subjek penelitian. Saat peneliti memintanya menjadi
subjek
penelitian, subjek sedang di rawat di rumah sakit karena
kecelakaan,
sehingga peneliti menunggu subjek keluar dari rumah sakit
terlebih
dahulu. Proses wawancara dilakukan di halaman kost subjek,
meskipun baru saling mengenal, subjek cukup terbuka dalam
menanggapi pertanyaan-pertanyaan peneliti. Subjek
menceritakan
pengalamannya selama menggemari JKT48 dengan bersemangat.
B. Agregasi Kategoris
Agregasi kategoris ini dilakukan peneliti dengan teknik
eksplikasi tema.
Eksplikasi tema merupakan deskripsi dari transkripsi wawancara
dengan subjek
-
yang sudah disusun sedemikian rupa oleh peneliti. Sebelum
menyusun tema,
peneliti membersihkan pernyataan-pernyataan subjek yang tidak
relevan dan
pengulangan kata yang dilakukan oleh subjek selama wawancara.
Langkah
selanjutnya adalah membuang pernyataan yang di ulang-ulang oleh
subjek dan
unit makna yang tidak relevan dari transkrip wawancara. Peneliti
kemudian
mengelompokkan dan menata kembali pernyataan subjek yang relevan
secara
sistematis sehingga dapat dibaca dan dipahami dengan mudah, dan
yang terakhir
adalah memberi penomeran pada transkrip. Kemudian peneliti
menjelaskan unit-
unit makna tersebut ke dalam tema-tema.
Peneliti memberikan penjelasan mengenai tema yang muncul dan
memberikan kutipan dari pernyataan subjek yang telah diberikan
penomoran.
Berdasarkan tema yang telah disusun, peneliti mengelompokkan
pengalaman
ketiga subjek kedalam tiga episode, yaitu : episode proses
menggemari JKT48,
episode pengalaman awal menggemari JKT48, episode interaksi
parasosial
dengan anggota JKT48 favorit. Episode proses menggemari JKT48
menceritakan
bagaimana proses awal mula subjek mengenal JKT48 sampai
menggemarinya.
Episode pengalaman awal menggemari JKT48 memuat
pengalaman-pengalaman
yang dialami subjek selama menggemari JKT48. Episode interaksi
parasosial
dengan anggota JKT48 favorit memberikan gambaran bagaimana
interaksi
parasosial yang dilakukan oleh subjek kepada anggota JKT48
favoritnya.
-
C. Tema-Tema
1. Subjek #1 VSP
Subjek pertama dalam penelitian ini berinisial VSP yang berasal
dari
Semarang namun sedang menempuh kuliah pasca sarjana di salah
satu universitas
negeri di Jogjakarta. Selain menjalani aktivitas sebagai seorang
mahasiswa,
subjek memiliki kesibukan lain seperti berbisnis dan membantu
training
perusahaan. Subjek telah menggemari JKT48 selama 2 tahun dan
anggota favorit
subjek adalah Delima.
Perkenalan subjek dengan JKT48 terjadi pada tahun 2012 pada
saat
diselenggarakannya acara Pop Con Asia 2012 di Jakarta. Subjek
yang saat itu
merupakan penggemar berat kartun dan komik, mendatangi acara
tersebut. Pada
acara tersebut, JKT48 menjadi salah satu pengisi acara. Subjek
sebenarnya tidak
tertarik untuk melihat JKT 48 karena pada saat itu, subjek
memiliki pemikiran
bahwa perempuan nyata itu tidak menarik. Namun, teman subjek
yang tertarik
kepada JKT48 mengajak subjek untuk melihat, subjek yang tidak
ingin
mengecewakan temannya menuruti ajakan tersebut. Subjek yang
terkesan pada
penampilan JKT48 waktu itu menjadi tertarik dan menjadi
penggemar JKt48.
Anggota JKT48 yang apling menarik perhatian subjek waktu itu,
Delima, menjadi
anggota favorit subjek.
Sebagai penggemar Delima, subjek merasa perlu berperan aktif
dalam
perkembanganan idolanya. Subjek memberikan surat penggemar,
hadiah, dan
nasehat-nasehat yang membangun kepada Delima. Subjek juga aktif
mencari
informasi-informasi mengenai Delima melalui keluarganya.
Berdasarkan
-
informasi yang di dapat, subjek sering berdiskusi dengan
keluarga Delima
mengenai masa depan Delima. Berikut adalah penjabaran tema-tema
subjek
secara lebih mendetail.
Tema 1
Pengalaman Sebagai Otaku (Penggemar Berat Komik dan Kartun
Jepang)
Sebelum mengenal JKT48, subjek merupakan penggemar berat komik
dan
kartun. Perkenalan subjek dengan JKT48 dapat dikatakan diawali
oleh kegemaran
subjek.
jadi gini ceritanya ya / pas dulu sebenarnya saya itu otaku,
apalagi saya itu otakunya tipe akut / Dulu ketika ada JKT, Jakarta
kan kebetulan waktu itu kan Pop Con Asia 2012 [awal subjek mengenal
JKT48] / [karena] saya otaku, saya kesana / (V, 19-20 &
22-24)
Subjek mengenal kartun sejak SD, saat itu subjek hanya menikmati
kartun-
kartun yang ada di televisi. Namun setelah beranjak remaja,
subjek mulai
membandingkan cerita-cerita kartun yang ditontonnya. Subjek
merasa cerita yang
ditampilkan oleh kartun-kartun tersebut lebih menarik dari
tayangan-tayangan
televisi yang lain. Sejak saat itu subjek mulai menyukai kartun.
Kartun yang
disukai subjek adalah kartun yang memiliki jalan cerita yang
rumit.
awalnya [mengenal kartun] sih ya, waktu SD itu kan ada di TV-TV,
[ada kartun] Digimon, apa Gundam Wing gitu ya / Awalnya sih saya
suka misalnya Gundam Wing itu robotnya aja, cuma ketika saya udah
mulai SMP atau mulai SMA itu, saya [mulai] mbandingin
[membandingkan] cerita-ceritanya / Eh, ternyata kok, sebenernya
kalo mau di kupas lebih dalem kok ceritanya anime tuh kok lebih
keren dari pada sinetron atau gimana gitu. Lebih dalem, lebih
menarik / Lalu saya coba anime [kartun] lain, ya ada anime [kartun]
yang gampang-gampang [jalan ceritanya], tapi ada anime [kartun]
yang sulit [jalan ceritanya]. Nah, saya kan sukanya anime-anime
[kartun] yang sulit [jalan ceritanya] / nah dari sejak saat
-
itulah saya sedikit mendewakan anime / Misalnya ya, Gundam tuh,
Gundam tuh sebenernya termasuk cerita sulit apalagi semacam
timeline yang orisinilnya Gundam, yah. Nalar politiknya sama itunya
tuh menarik di ikutin / (V, 380-388 & 390-393) Puncak subjek
menyukai kartun adalah saat subjek duduk di bangku SMA
dan perkuliahan. Pada saat itu subjek mengenal berbagai macam
kartun, dari yang
terbaru sampai dengan yang sudah lama. Judul-judul kartun
tersebut
didapatkannya dari anjuran temannya sesama penggemar kartun dan
hasil
pencarian subjek sendiri.
maniak bangetnya itu puncaknya waktu, SMA / Waktu SMP masih
hanya terbatas sekedar Gundam, Naruto, One Piece / Itu aja
sebenernya udah.. mulai maniak sih, cuma, kalau bener-bener maniak
sampe bener-bener sampe langsung tau semuanya ratusan anime
[kartun] dari taun 79-an sampe sekarang, itu SMA dan kuliah S1 /
Yaa istilahnya diajarin temen. Kamu [subjek disarankan] nonton ini,
nonton ini / terus kemudian saya tau tempat-tempat download, saya
coba-coba download sendiri. Cari sendiri / yaudah, akhirnya jadi
seperti ini / (A, 395-399 & 401-403)
Tema 2
Perempuan Kartun Lebih Dapat di Percaya
Selama menjadi otaku, subjek memiliki pemikiran yang berbeda
mengenai
perempuan. Menurut lebih tertarik kepada sosok perempuan yang
ditampilkan di
dalam komik atau kartun, dibandingkan dengan perempuan yang
sesunguhnya.
bahkan saya itu malah punya pemikiran seperti ini / cewek 3D
[perempuan sesungguhnya] itu tidak bisa dipercaya atau cewek 3D
[perempuan sesungguhnya] itu tidak lebih berharga dari cewek 2D
[perempuan yang ada di dalam komik atau kartun] / dulu itu seperti
itu / (V, 20-22)
Selama subjek menjadi otaku subjek pernah berpacaran sebanyak
lima
kali. Namun, subjek selalu ditinggalkan oleh pacarnya yang lebih
memilih
-
bersama dengan orang lain. Sebagai otaku, subjek merasa kurang
memiliki
pengetahuan dalam menyenangkan hati perempuan. Hal tersebut lah
yang
membuat subjek ditinggalkan oleh pacar-pacarnya.
jadi aku tuh, dulu tuh pernah pacaran, lima kali malah / Tapi
istilahnya aku yang diduain terus, karena kan ya, tahu sendiri lah
kalau aku tuh kan, emang salahnya nggak tahu caranya bikin seneng
[pacar] / Makanya yang aku tahu kan, pokoknya kalau udah jadian
[menjadi pacar], itu setia, ya udah gitu aja / Ya akhirnya malah,
dia yang direbut orang lain / Ya karena lebih tepatnya kayak
gara-gara saya suka sama apa yang saya suka [kartun], jadi saya
nggak tahu bagaimana caranya menyenangkan perempuan / (V, 465-470
& 472-474)
Meskipun kurang memiliki pengetahuan dalam menyenangkan hati
perempuan subjek merasa sudah cukup memberikan perhatiannya
kepada
pacarnya. Subjek juga merasa dia tidak akan berselingkuh dan
meninggalkan
pacarnya karena subjek hanya fokus dengan pacar dan hobinya.
Namun, subjek
tetap ditinggalkan oleh pacarnya sehingga subjek menjadi takut
menjalin
hubungan dan lebih memilih mempercayai perempuan di dalam
kartun. Bagi
subjek, perempuan di dalam kartun tidak akan berselingkuh dan
meninggalkannya
seperti yang dilakukan oleh pacar-pacarnya.
padahal kan ya, bukan membela diri ya, tapi kalau udah punya
cewek ya aku nggak bakal meleng [berselingkuh] kemana-mana. Wong
aku cuma fokus hobiku sama cewekku satu aja / Ya [memberi
perhatian] seperti, anak-anak zaman sekarang itu lah. Sms, nelpon
[bertanya] sama siapa, yok kita jalan yok, nonton film atau nonton
apa / Sebenernya biasa aja, cuma kan istilahnya tetep aja, ketika
proses itu, saya tidak bisa mengerti gitu lho, apa yang sebenernya
cewek tu inginkan / Makanya, ya itu akibatnya [jadi] fobia
[menjalin hubungan dengan perempuan] kayak gini / Ya, meskipun
mereka [perempuan di dalam kartun] nggak nyata, tapi paling nggak
kan mereka nggak akan duain [subjek] gitu / Kalaupun cewek itu di
ceritanya tu jadian sama si ini, kan tetap [bagi] saya itu kan
-
cerita, gitu / Tapi langsung karakter doang kan bisa diambil
sendiri terus bisa di bayangin sendiri / (V, 476-478, 480-484,
& 489-492)
Pemikiran subjek tersebut tidak diketahui oleh orangtuanya.
Orangtua
subjek hanya mengetahui subjek adalah seorang otaku. Saat
bertemu dengan
kerabat-kerabat, orangtua subjek hanya menyindir subjek yang
belum memiliki
pasangan namun tidak pernah mempermasalahkan penyebab kenapa
subjek belum
memiliki pasangan.
Ya nggak [tahu subjek memiliki pemikiran yang berbeda tentang
perempuan]. Tahunya ya, saya otaku tapi nggak [tahu] ada pemikiran
kayak gitu / ada pemikiran seperti itu. saya sembunyiin saja [dari
orangtua]. Disimpen sendiri / Nggak, nggak pernah [mempermasalahkan
kenapa subjek belum memiliki pasangan] / Cuma kayak, misalnya kayak
ada saudara ya, atau temennya lah main, ada apa sih, Oo, anaknya oo
udah punya pacar ya iya, udah mau tunangan oh iya, waah.. lah anak
saya ini ya nggak tahu ya kapan ya, gitu ya, kok kayaknya belum ada
niat gitu. Ya istilahnya kayak sedikit nyindir aja, gitu / Cuma
nggak pernah tanya [kenapa subjek belum memiliki pasangan] atau
kayak menekankan seperti itu / (V, 505-510 & 512-514)
Tema 3
Kesulitan Bersosialiasasi dengan Orang-Orang yang Bukan
Otaku
Sebagai otaku, subjek merasa kesulitan dalam bersosialisasi
dengan orang
lain. Subjek kesulitan memulai pembicaraan dengan orang lain
karena tidak setiap
orang memahami kegemaran subjek akan komik dan kartun. Ketika
subjek
berkomunikasi dengan orang lain dan membicarakan kegemarannya,
orang
tersebut tidak dapat meneruskan pembicaraan yang dimulai oleh
subjek karena
ketidaktahuannya, sementara ketika subjek diajak berkomunikasi
oleh orang lain
-
mengenai hal yang bukan kegemarannya, subjek juga tidak mampu
untuk
meneruskan pembicaraan tersebut.
Sangat [kesulitan bersosialisasi] / la aku ngomong apa [tentang]
gundam, mereka nggak tau / ngomong apa [tentang] 3D [subjek] nggak
tau, eh [subjek memulai pembicaraan] 2D [orang lain] nggak tau /
Misalnya, orang lain ngomong misalnya eh malam minggu mau kemana
nonton film ini, tiba-tiba kamu merekomendasikan, alah nonton ini
aja, anime [kartun] ini aja, lebih seru / Nah, mereka kan ndak
mudeng bahasa jepang / Apalagi, subtitle-nya waktu itu yang banyak
itu bahasa inggris. Belum banyak subtitle indonesia waktu itu /
jadi ya, yah ter-exclude [merasa berbeda] dari masyarakat normal /
Sebenernya kalo kesulitan ya, yang paling ketara tetep pergaulan
kok / Kalo yang lainnya, kayaknya nggak, terlalu signifikan sih /
(V, 326-327, 411-416 & 440-442)
Subjek cukup mengalami kesulitan mendapatkan teman-teman
dari
lingkungan yang bukan otaku seperti dirinya. Namun subjek tetap
dapat menjalin
hubungan pertemanan dengan orang-orang yang memiliki kegemaran
sama
dengan dirinya. Untuk membantu bergaul dengan orang lain yang
tidak memiliki
kegemaran yang sama, subjek mengikuti saran temannya untuk
terkadang
menyembunyikan identitasnya sebagai otaku. Meskipun begitu,
subjek tetap
pernah salah menempatkan diri sebagai otaku.