i SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH CABANG MAKASSAR Oleh NURHIKMA NIM 15.2300.057 PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE 2019
101
Embed
SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
i
SKRIPSI
IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA PEMBIAYAAN
MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH
CABANG MAKASSAR
Oleh
NURHIKMA
NIM 15.2300.057
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2019
ii
ii
IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN
MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH
CABANG MAKASSAR
Oleh
NURHIKMA
NIM 15.2300.010
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Pada Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2019
iii
iii
IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN
MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH
CABANG MAKASSAR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Program Studi
Perbankan Syariah
Disusun dan diajukan oleh
NURHIKMA
NIM 15.2300.057
Kepada
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2019
iv
iv
v
v
vi
vi
vii
vii
KATA PENGANTAR
حيى انز ح بســــــــــــــــــى الله انز
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat hidayah, taufik dan
maunah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar “Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam” Institut Agama Islam Negeri Parepare.
Penulis menghaturkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda
tercinta Bayuri dan Ayahanda Asri yang telah memberikan do‟a tulusnya, sehingga
penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akademik tepat pada
waktunya.
Penulis telah menerima banyak bimbingan dan bantuan dari Bapak Dr. H.
Rahman Ambo Masse, Lc., M.Ag. dan Dr. Damirah, S.E., M.M. selaku pembimbing
utama dan pembimbing pendamping, atas segala bantuan dan bimbingannya yang
telah diberikan, penulis ucapkan terima kasih.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan dan menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ahmad Sultra Rustan, M.Si. sebagai Rektor IAIN Parepare
yang telah bekerja keras mengelola pendidikan di IAIN Parepare.
2. Bapak Dr. Muhammad Kamal Zubair, M.Ag. sebagai “Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam” dan Bapak Dr. Zainal Said, M.H. sebagai
“Wakil Dekan I FEBI” serta Bapak Drs. Moh Yasin Soumena, M.Pd.
sebagai “Wakil Dekan II FEBI”. atas pengabdiannya telah menciptakan
suasana pendidikan yang positif bagi mahasiswa (i) IAIN Parepare.
viii
viii
3. Ibu An Ras Tri Astuti, M.E. sebagai “Ketua Prodi Perbankan Syariah”,
atas arahan dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tulisan ini dengan baik.
4. Bapak Dr. Fikri, S.Ag., M.HI. selaku Penasehat Akademik khusus untuk
penulis atas arahannya sehingga dapat menyelesaikan studi dengan baik.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi “Perbankan Syariah” yang telah
meluangkan waktu mereka dalam mendidik penulis selama studi di IAIN
Parepare.
6. Bapak dan Ibu Staf dan admin Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
membantu dan memberi support penulis selama studi di IAIN Parepare.
7. Kepala Perpustakaan IAIN Parepare beserta seluruh stafnya yang telah
memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di IAIN
Parepare.
8. Pimpinan Bank BNI Syariah Cabang Makassar yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian.
9. Sahabat-sahabat group Seperjuangan “A Team Management” Nakia Alfi,
Rasmiati dan Ramadana yang telah menjadi teman seperjuangan dikala
susah maupun senang dalam melaksanakan studi di IAIN Parepare.
10. Sahabat-sahabat Perbankan Syariah yang memotivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, baik moril maupun materil hingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Semoga Allah SWT berkenan menilai segala kebaikan sebagai amal
jariyah dan memberikan rahmat pahala-Nya.
ix
ix
x
x
xi
xi
ABSTRAK
Nurhikma, Implementasi Hybrid Contract Pada Pembiayaan Murabahah bil Wakalah di BNI Syariah Cabang Makassar (Dibimbing oleh H. Rahman Ambo Masse dan Damirah)
Hybrid contract yaitu menghimpun dua akad atau lebih dalam satu pembiayaan. Produk pembiayaan murabahah merupakan salah satu contoh produk pembiayaan yang seringkali dihimpun dengan akad wakalah yang bertujuan agar nasabah dapat dengan leluasa memilih barang yang dibutuhkan karena bank tidak mampu menyediakan semua barang keperluan nasabah. Penelitian ini membahas tentang Implementasi hybrid contract dalam pembiayaan murabahah bil wakalah dengan fokus penelitian untuk mengetahui ketentuan hybrid contract dalam pembiayaan murabahah bil wakalah dan implementasi ketentuan hybrid contract murabahah bil wakalah BNI Syariah KC Makassar.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data primer dalam penelitian ini didapatkan melalui observasi dan wawancara langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literature seperti browser, buku-buku pedoman pembiayaan Mikro BNI Syariah KC Makassar dan contoh salinan akad murabahah bil wakalah BNI Syariah KC Makassar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat ketentuan dan syarat-syarat pembiayaan murabahah bil wakalah yang tertuan dalam 22 pasal yang menegaskan mulai dari ketentuan pembiayaan hingga penyelesaian perselisihan dalam pembiayaan murabahah bil wakalah. Pengimplementasian murabahah bil wakalah pada BNI Syariah KC Makassar juga belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI No. 04 tahun 2000 tentang murabahah karena bank tidak menjelaskan harga beli bank terhadap objek murabahah tersebut kepada nasabah sehingga hal tersebut melanggar ketentuan Fatwa DSN-MUI No. 04 tahun 2000 bulir 6 tentang murabahah.
Kata Kunci: Implementasi, Hybrid Contract, Murabahah dan Wakalah.
xii
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iv
PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING ..................................................... v
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ............................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ x
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 5
kontrak perjanjian yaitu Murabahah dan Wakalah yang dikenal dengan istilah
Hybrid Contract akan tetapi, dalam pembiayaan tersebut kedua akad tidak
serta merta langsung dilaksanakan pada waktu yang bersamaan melainkan
akad pertama yang harus digunakan adalah akad wakalah dimana selesainya
akad tersebut ditandai dengan penyerahan barang yang telah dibeli oleh
nasabah atas nama bank kepada kepada lembaga barulah kemudian akad
murabahah boleh dilakukan dalam artian barang tersebut harus benar-benar
secara prinsip menjadi milik bank baru kemudian melakukan akad wakalah.
36
2.4 Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2. Bagan Kerangka Fikir
BNI Syariah Cabang
Makassar
Hybrid Contract
Implementasi
Unsur Pelaksana Kelompok sasaran Program yang
dilaksanakan
Murabahah bil Wakalah
Rukun Syarat
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (Field
Research) yang dalam pengumpulan datanya dilakukan dengan mencari data yang
secara langsung dari lokasi penelitian.
Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan fenomenologi yang
merupakan pemaknaan etika dalam berteori dan berkonsep, bukan hendak
menampilkan teori dan konseptualisasi yang sekedar anjuran.37
Sehingga akan
menghasilkan deskripsi mengenai gambaran situasi yang diteliti serta pemaknaan
yang terkandung dalam data hasil pengamatan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Bank BNI Syariah Cabang
Makassar yang bertempat di kota Makassar Jalan DR. Sam Ratulangi, Sulawesi
Selatan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang digunakan penulis di dalam penyusunan penelitian di
BNI Syariah KC Parepare sekurang-kurangnya menggunakan waktu selama dua bula
37
Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Widya Padjajaran, 2009).
37
38
3.3 Fokus Penelitian
Umumnya objek penelitian ini adalah Hybrid Contract di BNI Syariah KC
Makassar. Penelitian ini terfokus pada implementasi pembiayaan murabahah bil
wakalah pada BNI Syariah KC Makassar serta mengetahui kesesuaian pembiayaan
murabahah bil wakalah ditinjau dari fatwa DSN nomor 04/DSN MUI/IV/2000
tentang murabahah.
3.4 Jenis dan sumber data yang digunakan
3.4.1 Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang yang diperoleh langsung dari tangan pertama
peneliti. Sumber data primer adalah informan individu ataupun kelompok focus, ini
merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri dan merupakan data yang
belum pernah dikumpulkan sebelumnya.
3.4.2 Sumber Data Sekunder
Data sekunder, merupakan jenis data yang telah tersedia dimana peneliti
hanya perlu mencari tempat untuk mendapatkan data38
. data-data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data yang telah dipublikasikan dalam buku
atau internet yang terkait hybrid contract terfokus pada pembiayaan murabahah bil
wakalah di BNI Syariah KC. Makassar.
38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan dan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 187.
39
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Observasi
Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan
mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan
suatu kesimpulan atau diagnosis.39
Peneliti akan melakukan pengamatan dan
pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diteliti, penelitian akan
dilakukan dengan melihat atau mengamati kejadian terkait implementasi hybrid
contract pada pembiayaan murabahah bil wakalah di BNI Syariah KC. Makassar.
3.5.2 Interview (wawancara)
Tekhnik ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang sejarah berdiri,
prinsip operasional, visi dan misi, tujuan yang ingin dicapai oleh BNI Syariah KC
Makassar, adapun pihak yang akan diwawancarai adalah Kepala cabang BNI Syariah
KC Parepare serta karyawan BNI Syariah KC Makassar. Karena ciri-ciri utama
metode interview adalah kontak langsung dan tatap muka antara pencari informasi
dan pemberi informasi.
3.5.3 Dokumentasi
Proses dokumentasi dilakukan oleh peneliti guna untuk merekan hasil
tanggapan dari informan sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam penelitian ini.
Baik itu dalam bentuk rekaman suara, rekaman video, foto ataupun file data.
39
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi , dan Focus Groups, (2013). Jakarta: rajawali
pers. h. 131.
40
3.6 Tekhnik Analisis Data
Setelah menghasilkan data dari hasil penelitian langsung yang dilakukan oleh
peneliti, langkah selanjutnya yakni meneliti keabsahan data tersebut dengan
menerapkan tekhnik analisis data sebagai berikut:
3.6.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan Data yang akam dilakukan oleh peneliti dalam hal
mengumpulkan data-data dari hasil penelitian untuk kemudian dilakukan langkah
selanjutnya. Hasil- hasil tersebut baik dari hasil wawancara, file data yang diperoleh
pada lembaga maupun catatan-catatan lapangan.
3.6.2 Reduksi Data
Setelah semua data dikumpulkan dari metode sebelumnya, langkah
selanjutnya peneliti akan mereduksi data dengan cara menggolongkan, membuang
yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehigga kesimpulan dapat
ditarik dan diverifikasi.
3.6.3 Triagulasi
Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan Tekhnik
Triagulasi sumbernya yaitu mewawancarai beberapa informan yang berbeda sebagai
tekhnik mengecek keabsahan data.
3.6.4 Penyajian Data
Setelah data-data yang sebelumnya sudah dikumpulkan dan diklasifikasikan
dan di uji keabsahannya, langkah selanjutnya adalah peneliti akan mendeskripsikan
secara tertulis agar mudah dipahami dengan baik dan mempermudah penarikan
kesimpulannya.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum BNI Syariah Cabang Makassar
PT. Bank BNI Syariah KCU Makassar merupakan lembaga keuangan syariah
yang lokasinya sangat strategis dan sangat mudah di jangkau oleh masyarakat yang
beralamat di Jl. DR. Ratulangi, Parang, Kec. Mamajang, Kota Makassar, Sulawesi
Selatan. Yang semula berlokasi di jalan AP. Pettarani Ruko Sardony mulai tanggal 18
Mei 2017 berpindah ke Jalan DR. Sam Ratulangi, yang merupakan salah satu dari 8
aset gedung kantor Cabang BNI Syariah. Makassar sebagai ibukota provinsi Sulawesi
selatan yang merupakan kota metropolitan terbesar di Indonesia timur, serta
merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi
yang paling tinggi. Hal ini yang mendorong BNI Syariah untuk membuka layanan di
kota Makassar sejak tahun 2001.
Dengan adanya lokasi baru yang lebih strategis, lebih besar dan lebih nyaman
akan memberikan tambahan semangat baru bagi segenap karyawan BNI Syariah
untuk memberikan layanan yang lebih baik. Berkat dukungan seluruh stakeholders,
hingga Maret 2017 BNI Syariah tumbuh kea rah positif. Hal tersebut ditandai dengan
pertumbuhan aset sebesar 21.01% menjadi Rp 29,86% dan pertumbuhan Dana Pihak
Ketiga (DPK) sebesar 23,38%. Pertumbuhan tersebut diikuti dengan pertumbuhan
kinerja positif KC BNI Syariah Makassar Per Maret 2017 tercatat laba yang didapat
sebesar Rp 13,8 Miliar dengan total penghimpunan DPK sebesar Rp 596 Miliar dan
Pembiayaan sebesar Rp 561 Miliar. Hal tersebut menunjukan bahwa kehadiran BNI
Syariah disambut baik oleh masyarakat.
41
42
4.2 Ketentuan Hybrid Contract pada Pembiayaan Murabahah bil Wakalah di
BNI Syariah Cabang Makassar
Produk pembiayaan merupakan salah satu produk dari bank BNI Syariah dan
bank-bank lainnya, yang merupakan pemberian fasilitas penyaluran dan penyediaan
dana dari pihak-pihak yang surplus unit untuk membantu memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit salah satunya di Bank BNI Syariah Cabang
Makassar
Hybrid contract itu sendiri merupakan kesepakatan dua pihak untuk
melaksanakan suatu muamalah yang meliputi dua akad atau lebih. Istilah Hybrid
Contract atau penggunaan dua akad atau lebih dalam suatu pembiayaan pada instansi
lembaga keuangan memang banyak digunakan, hal tersebut merupakan cara bank
atau lembaga keuangan lainnya untuk mempermudah jalannya suatu pembiayaan
yang memerlukan akad pelengkap meskipun tidak semua pembiayaan memerlukan
akad pelengkap dan tidak semua akad boleh di gabungkan.
Menghimpun dua akad atau lebih dalam satu pembiayaan memang dibolehkan
menurut DSN MUI selaku otoritas ulama di Indonesia meskipun ada beberapa hadits
yang melarang transaksi tersebut. Akan tetapi sebenarnya menghimpun dua akad atau
lebih di haramkan apabila dua akad tersebut menimbulkan riba atau menyerupai riba
seperti menggabungkan qardh dengan akad yang lain, seperti qardh dengan jual beli.
Demikian pula menggabungkan jual beli cicilan dengan jual beli cash, meskipun
penggabungan akad tersebut dilarang akan tetapi hal tersebut masih banyak di
terapkan dalam beberapa kegiatan usaha. Sedangkan dalam praktik yang ada di bank
BNI Syariah Cabang Makassar implementasi hybrid contract yang diterapkan hanya
43
murabahah bil wakalah, hal tersebut sesuai dengan apa nyang dijelaskan”Salam M
Bustan” bahwa:
“Disini kita hanya pake multiakad murabahah bil wakalah saja, kalau untuk pembiayaan lain belum ada yang pake dua akad atau lebih, yang murabahah bil wakalah saja yang diterapkan disini baru kita pakai kalau bank benar-benar tidak mampu atau tidak bisa turun tangan langsung untuk beli objek yang na mau nasabah, menurut pemahaman dari saya pribadi sebenarnya ini multiakad tidak sembarang diterapkan juga dilembaga keuangan syariah, ditakutkan kalau diterapkan juga terjadi penyimpangan didalamnya yang melanggar prinsip syariah”
40
Berdasarkan hasil wawancara diatas diperoleh data bahwa penggunaan hybrid
contract dalam pembiayaan yang diterapkan di BNI Syariah Cabang Makassar
hanyalah murabahah bil wakalah meskipun penerapan akad wakalah dalam
pembiayaan murabahah tidak selalu digunakan. Pihak bank lebih sering
menggunakan murabahah murni dalam produk pembiayaannya. penerapan akad
wakalah hanya dilakukan apabila bank benar-benar tidak bisa turun langsung
membeli objek murabahah yang di perlukan nasabah baru kemudian pihak bank
memberikan akad wakalah.
Dalam suatu pembiayaan penggunaan hybrid contract atau multiakad
memang tidak serta merta harus selalu digunakan dalam suatu pembiayaan,
penggunaan hybrid contract dalam pembiayaan hanya sebagai pelengkap saja apabila
pihak lembaga keuangan syariah memerlukan akad lain untuk membantu
memudahkan jalannya suatu pembiayaan.
Penggunaan hybrid contract juga tidak serta merta langsung diterapkan dalam
produk pembiayaan karena dalam hal ini memang ada akad yang sangat dilarang
untuk dihimpun dengan akad lain dikarenakan apabila kedua akad tersebut disertakan
maka, akan menimbulkan penyimpangan yang melanggar prinsip syariah yakni
40
Salam M Bustan“Consumer Financing Head” (Wawancara pada Tanggal 18 Juni 2019).
44
seperti akad jual beli dengan Qard (memberi pinjaman), larangan ini bertujuan untuk
menghindari terjerumusnya seseorang kepada riba yang diharamkan, contohnya
seperti seseorang ingin membeli sebuah pulpen akan tetapi tidak memiliki uang dan
salah seorang lainnya ingin menjual pulpennya dengan harga 800, agar pulpennya
bisa laku dengan harga yang semula 800 menjadi harga 1.000, si penjual tersebut
meminjamkan uang kepada orang yang ingin membeli pulpen tersebut sebanyak
1.000 untuk kemudian uang tersebut dipakai untuk membeli pulpen yang tadinya
seharga 800 menjadi 1,000. Artinya pihak yang bertindak sebagai penjual dan
pemberi pinjaman tersebut memperoleh keuntungan lebih sebanyak 200 dari hasil
meminjamkan uang tersebut untuk membeli pulpen darinya. hal tersebut yang
menjadi salah satu contoh mengapa tidak semua akad dapat digabungkan.
Hybrid contract dalam pembiayaan murabahah bil wakalah artinya
menghimpun dua akad yang berbeda dalam satu pembiayaan yakni akad murabahah
dan akad wakalah yang memiliki ketentuan serta syarat-syarat dalam
pengimplementasiannya pada bank BNI Syariah Cabang Makassar yang telah diatur
dalam Surat Keputusan Pembiayaan (SKP) yang menjadi bagian tak terpisahkan
dalam akad Murabahah.
Berdasarkan hal tersebut apabila pembiayaan murabahah yang digunakan
disertakan dengan akad wakalah maka sesuai dengan kesepakatan para pihak dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa akad pembiayaan murabahah harus di
dahului terlebih dahulu dengan akad wakalah. hal tersebut sesuai dengan penjelasan
“A. Kardita Savitri” Bahwa:
“Disini kalau pembiayaan yang di ambil pake akad murabahah bil wakalah itu memang harus kita dahulukan akad wakalah dulu karna itu memang sudah menjadi ketentuan yang tidak boleh kita ubah karna kan itu akad wakalah adalah akad pemberian kuasa dimana bank berikan
45
kuasa kepada nasabah untuk membeli barang yang dia mau karna bank tidak punya stock barang yang dibutuhkan nasabah”
41
Hal senada juga dijelaskan oleh “Andi Wina” bahwa
“Sebenarnya, secara teori jika membahas mengenai akad yang harus didahulukan terlebih dahulu jika mengambil pembiayaan yang menggunakan akad murabahah bil wakalah tentunya kita harus mendahulukan akad wakalah karena jika barang secara prinsip belum menjadi milik bank sedangkan bank dengan nasabah telah melakukan penandatangan akad murabahah berarti itu sudah terjadi penyimpangan dong, artinya bank sudah menjual barang yang belum ada dan itu menunjukkan sifat gharar yang dilarang dalam islam. Kalau kita disini menjalankan pembiayaan tersebut sesuai dengan aturannya akan tetapi di bank-bank syariah lainnya dan tidak menutup kemungkinan juga Bank BNI Syariah cabang lain menjalankan pembiayaan tersebut tidak sesuai dengan ketentuannya, itu sebenarnya tergantung dari oknum-oknum yang bertanggung jawab didalamnya karena biasanya mereka ingin simplenya saja tanpa memikirkan apakah itu melanggar ketentuan atau tidak, kebanyakan dari mereka tidak mau repot kalau harus bolak balik tandatangani akad, jadi mereka langsung saja kasih akad murabahah sama wakalahnya untu tandatangani secara bersamaan meskipun barang secara pinsip belum jadi miliknya bank”
42
4.2.1 Syarat serta ketentuan Murabahah bil Wakalah
Syarat dan ketentuan akad murubahah bil wakalah dalam pembiayaan di bank
BNI Syariah Cabang Makassar tertuan dalam pasal-pasal sebagai berikut:
4.2.1.1 Pasal 1 Definisi
1) Akad pembiayaan Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada nasabah dan nasabah membayar
kepada bank dengan harga jual bank, yaitu harga beli bank ditambah
keuntungan yang disepakati.
2) Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan berdasarkan akad ini.
41
Andi Kardita Savitri”Sales Officer”(Wawancara pada tamggal 18 Juni 2019).
42 Andi Wina”Sales Head”(Wawancara pada tanggal 18 juni 2019).
46
3) Hari kerja adalah hari-hari dimana bank beroperasi untuk menjalankan
usahanya dan pada saat itu Bank Indonesia buka untuk menyelenggarakan
kliring antar bank.
4) Rekening pembiayaan adalah rekening yang dibuka oleh Bank untuk
mencatat atau mengadministrasikan realisasi dan pembayaran pembiayaan
Nasabah.43
4.2.1.2 Pasal 2 Pembiayaan
Pasal ini berisikan tujuan pembiayaan yang digunakan untuk pembelian
seperti apa serta perincian harga-harganya sehingga Nasabah dapat mengetahui
jumlah kewajiban atau utang yang harus dibayar oleh nasabah kepada Bank yang
meliputi :
1) Harga perolehan
2) Uang Muka
3) Harga beli Bank
4) Keuntungan Bank
5) Harga jual Bank44
4.2.1.3 Pasal 3 Tujuan Pembiayaan
Dalam pasal ini bersikan tujuan dari pembiayaan, apakah pembiayaan tersebut
untuk modal kerja, konsumtif atau investasi.45
43
Akad Murabahah BNI Syariah h. 1 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).
44 Akad Murabahah BNI Syariah h. 1-2 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).
45 Akad Murabahah BNI Syariah h. 2 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).
47
4.2.1.4 Pasal 4 Jangka Waktu
Dalam pasal ini berisikan jangka waktu pembiayaan yang diambil apakah 2
tahun, 5 tahun, 10 tahun dan sebagainya yang terhitung mulai dari jangka waktu
diberinya pembiayaan hingga jangka waktu selesainya pembiayaan.46
4.2.1.5 Pasal 5 Realisasi Pembiayaan
1) Bank akan melakukan realisasi pembiayaan setelah nasabah memenuhi
syarat-syarat dan ketentuan serta menandatangani Akad pembiayaan
murabahah
2) Bank akan merealisasikan dengan cara mengkredit rekening Tabungan
Nasabah sebagai wakil (kuasa) Bank sebagaimana surat kuasa yang
diberikan.47
4.2.1.6 Pasal 6 Pembayaran Angsuran Pembiayaan
1) Nasabah wajib melakukan pelunasan pembiayaan kepada bank secara
angsuran sesuai dengan jadwal angsuran pembiayaan terlampir yang
merupakan satu kesatuan dengan Akad ini dan harus lunas selambat-
lambatnya pada saat berakhirnya jangka waktu pembayaran.
2) Pembayaran angsuran pembiayaan dilakukan dengan cara Nasabah
melakukan setoran angsuran setiap hari kerja yang akan dipungut oleh
Bank dan dibukukan dalam rekening tabungan nasabah sebagai afiliasi,
yang selanjutnya dilakukan pendebetan oleh Bank untuk pembayaran
46
Akad Murabahah BNI Syariah h. 2 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).
47 Akad Murabahah BNI Syariah h. 2 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).
48
angsuran pembiayaan, angsuran wajib tersedia di rekening tersebut
selambat-lambatnya pada tanggal angsuran
3) Jika kewajiban pembayaran nasabah berdasarkan Akad ini jatuh pada hari
di luar hari kerja, maka nasabah wajib melakukan pembayaran tersebut
selambat-lambatnya pada 1 (satu) hari kerja sebelumnya.
4) Pembukuan dan catatan-catatan yang ada pada Bank dan telah
diberitahukan oleh bank kepada nasabah merupakan bukti yang cukup dari
jumlah utang nasabah berdasarkan akad ini.48
4.2.1.7 Pasal 7 Ganti Rugi
Apabila nasabah dengan sengaja atau karena kelalaian terlambat atau tidak
melakukan pembayaran angsuran pembiayaan maka nasabah dikenakan ganti rugi
sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kerugian riil yang diderita bank dan harus
pemogokan, epidemic, dan kebijaksanaan maupun peraturan pemerintah
atau penguasa setempat yang secara langsungdapat mempengaruhi
pemenuhan pelaksanaan perjanjian.
2) Dalam hal terjadi keadaan memaksa (force majeure), pihak yang mengalami
peristiwa yang dikategorikan sebagai keadaan yang memaksa (force
majeure) wajib memberitahukan secara tertulis tentang hal tersebut kepada
lainnya, dengan melampirkan bukti secukupnya dari kepolisian atau
instansi yang berwenang mengenai terjadinya keadaan memaksa (force
majeure) tersebut selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung
sejak terjadinya keadaan yang memaksa (force majeure) tersebut.
3) Bilamana dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya
pemberitahuan dimaksud, belum atau tidak ada tanggapan dari pihak yang
58
Akad Murabahah BNI Syariah h. 5-6 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).
57
menerima pemberitahuan, maka adanya peristiwa tersebut dianggap telah
disetujui oleh pihak tersebut.
4) Para pihak dapat menunda untuk melaksanakan isi akad ini, baik sebagian
maupun keseluruhan apabila kegagalan atau keterlambatan melaksanakan
kewajiban tersebut disebabkan karena keadaan memaksa (force majeure).
5) Setelah berakhir keadaan memaksa (force majeure), pihak yang mengalami
keadaan memaksa (force majeure) wajib segera melaksanakan kewajiban-
kewajiban yang tertunda.
6) Segala akibat yang timbul dari terjadinya force majeure menjadi tanggung
jawab masing-masing pihak.59
4.2.1.18 Pasal 18 Penyelesaian Perselisihan
1) Segala perselisihan yang timbul akibat akad ini antara para pihak berkenaan
dengan penafsiran dan/atau pelaksanaan akad ini, para pihak sepakat untuk
menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat dengan tunduk pada
prinsip syariah.
2) Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kelender sejak dilakukan penyelesaian
perselisihan dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
tidak tercapai kesepakatan, maka para pihak sepakat untuk
menyelesaikannya melalui Pengadilan Agama atau Pengadilan Agama
Makassar.60
59
Akad Murabahah BNI Syariah h. 6 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).
60Akad Murabahah BNI Syariah h. 6-7 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).
58
4.2.1.19 Pasal 19 Domisili Hukum
Pasal ini berisikan domisili hukum yang dipilih dalam menyelesaikan
masalah yang timbul dikemudian hari.61
4.2.1.20 Pasal 20 Addendum
Hal-hal yang belum diatur dan/atau belum cukup diatur dan/atau diperlukan
perubahan syarat-syarat dalam akad ini, para pihak sepakat untuk menuangkan dalam
suatu persetujuan perubahan akad pembiayaan yang ditandatangani oleh para pihak,
yang merupakan satu kesatuan serta bagian yang tidak terpisahkan dari akad ini.62
4.2.1.21 Pasal 21 Tambahan
a) Didudukkan dalam akad pembiayaan murabahah angsuran.
b) Biaya-biaya yang timbul sebagai akibat pembiayaan ini menjadi beban
nasabah.
c) Saldo rekening tabungan afiliasi pembiayaan nasabah akad di blokir
sebesar 1 (satu) kali angsuran ditambah saldo minimum rekening tabungan
biaya pengelolaan rekening tabungan dan rekening pembiayaan setiap
bulannya sampai pembiayaan selesai,
d) Lain-lain cf. ketentuan yang berlaku di BNI Syariah.
e) Pembayaran angsuran harus dilakukan tepat waktu.
f) Setiap inormasi nasabah antara lain data nasabah, pengurus dan pemilik,
fasilitas penyedia dana, agunan, penjamin dan keuangan nasabah, akan
dilaporkan bank kepada Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan atau
61
Akad Murabahah BNI Syariah h. 7 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).
62 Akad Murabahah BNI Syariah h. 7 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).
59
instansi berwenang lainnya dalam Sistem Informasi Debitu (SID) atau
Sistem Layananan Informasi Keuangan (SLIK) atau melalui bentuk
layanan penyampaian lainnya yang diwajibkan dalam ketentuan yang
berlaku.63
4.2.1.22 Pasal 22 Penutup
1) Akad ini telah disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
termasuk ketentuan peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
2) Lokasi penandatanganan akad ini yang dibuat dalam rangkap 2 (dua)
masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan pembuktian
yang sama bagi para pihak.64
63
Akad Murabahah BNI Syariah h. 7 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).
64Akad Murabahah BNI Syariah h. 7 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).
60
4.3 Implementasi Ketentuan Hybrid Contract Pada Pembiayaan Murabahah bil
Wakalah di BNI Syariah Cabang Makassar
Terdapat beberapa macam Produk Pembiayaan yang ada di Bank BNI Syariah
Cabang Makassar yang diantaranya menggunakan akad murabahah yang merupakan
akad unggulan yang diterapkan di semua bidang perbankan syariah dalam produk
pembiayaannya. akad murabahah yang dalam penerapannya memang telah diatur
dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN/-MUI/IV/2000 Tentang
Murabahah. jadi, secara prinsip dan aturan penerapan murabahah sesuai dengan
prinsip syariah. Produk pembiayaan murabahah memang salah satu produk yang
paling sering digunakan di Bank Syariah khususnya di BNI Syariah Cabang
Makassar. Proses pembiayaan yang menggunakan akad murabahah tersebut memiliki
beberapa tahap sebagaimana yang dijelaskan oleh “Salam M. Bustan” bahwa:
“Dalam tranksaksi Murabahah Murni awalnya itu nasabah melihat objek atau barang yang akan dibelinya terlebih dahulu kepada Supplier atau Develover baru kemudian, ini nasabah na sampaikan objek yang akan dia beli pada pihak bank, baru kemudian pihak bank pergi melihat objek yang disampaikan nasabah dari Supplier/Develover untuk diteliti barangnya dulu. setelah itu Bank kemudian meneliti berkas Nasabah apakah benar dia layak diberikan pembiayaan tersebut. kalau layak, Bank baru pergi beli barang yang di minta nasabah dari Supplier/Develover. Setelah barang menjadi miliknya Bank, baru Bank menjual kepada Nasabah dengan harga jual = harga beli + Margin yang disepakati bersama.”
65
Sejalan dengan hal tersebut dalam penerapan dan perkembangannya, akad
murabahah ini mengalami modifikasi. Yakni, setiap melakukan pembiayaan dengan
akad murabahah terkadang disertai dengan akad wakalah meskipun hal tersebut tidak
berlaku setiap melakukan pembiayaan murabahah. jika pihak bank masih bisa untuk
turun langsung dalam hal membeli objek murabahah yang diminta oleh nasabah,
65
Salam M Bustan “Consumer Financing Head”(Wawancara pada Tanggal 18 Juni 2019).
61
pihak bank tidak perlu memberikan akad wakalah hal tersebut sesuai dengan
penjelasan “Salam M. Bustan” yang mengatakan bahwa:
“Sebenarnya disini, pembiayaan murabahah bil wakalah tidak selalu digunakan, artinya kadang kita juga lebih sering gunakan murabahah murninya saja. Selama kita masih bisa turun langsung untuk belikan nasabah barang yang dia mau contohnya itu kayak nasabah mau beli mobil. Itu biasanya kita pake murabahah murni ji karna masih bisaki handle ki itu, ituji biasa ki pake Murabahah bil Wakalah kalau kita tidak bisa turun langsung kayak produk BNI Griya IB Hasanah untuk merenovasi rumah atau ruko, kita sebagai pihak bank tidak mungkin pergi belikan pasir, semen kerikil dan lain-lain. Jadi biasanya kalau pembiayaan begitu kita baru pake Murabahah bil Wakalah.”
66
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti juga melakukan wawancara
dengan salahsatu nasabah Bank BNI Syariah Cabang Makassar yang mengambil
pembiayaan menggunakan akad murabahah “Zurya Achmady M” yang mengatakan
bahwa:
“Pembiayaan yang saya ajukan itu untuk membeli rumah BTN yang rencananya nanti mau saya kontrakkan lagi tapi saya tanda tangani akad murabahah saja, tidak ada akad wakalahnya karna bank ji yang langsung beli bukan ji saya, setelah na beli bank baru saya yang beli lagi di bank secara angsuran”.
67
Berbeda halnya dengan pembiayaan murabahah murni tanpa menyertakan
akad wakalah didalamnya. Pelaksanaan pembiayaan murabahah dengan penyertaan
akad wakalah didalamnya memiliki tahapan yang berbeda pula dengan pembiayaan
yang hanya menggunakan akad murabahah murni dengan kata lain alur yang
dilakukan juga berbeda dengan adanya penyertaan akad wakalah tersebut.,
sebagaimana yang dijelaskan oleh “Muh Saleh” bahwa:
“Itu kalau kita sertakan akad wakalah dalam pembiayaan murabahah otomatis berubah juga skema alurnya, awalnya itu nasabah pergi na lihat objek yang dia mau atau dia ingin beli to, kemudian kalau objek barang
66
Salam M Bustan “Consumer Financing Head”(Wawancara pada Tanggal 18 Juni 2019).
67Zurya Achmad M “Karyawan Swasta”(Wawancara pada Tanggal 18 Juni 2019).
62
yang dia mau sudah ada baru kemudian na sampaikan kepada bank, itu objek barang yang dia mau. Setalah bank melihat objek barang dan meneliti objek tersebut baru kemudian pihak bank meneliti berkas nasabah apakah nasabah tersebut layak untuk diberikan pembiayaan. kemudian apabila nasabah tersebut dinyatakan layak dan bank tidak mampu melaksanakan tugasnya barulah kemudian bank memberi akad wakalah kepada nasabah untuk membeli atas nama bank syariah dengan menggunakan akad murabahah bil wakalah kepada Supplier/Develover. Setelah objek murabahah dibeli oleh nasabah atas nama bank syariah, objek tersebut kembali diserahkan terlebih dahulu kepada Bank Syariah untuk diteliti kebenarannya.setelah barang menjadi milik Bank, barulah bank menjual kepada nasabah dengan harga jual = Harga Beli + Margin yang disepakati bersama.”
68
Akad murabahah adalah akad yang digunakan pada produk pembiayaan mikro
dan dalam pembiayaan mikro tersebut memiliki beberapa jenis berdasarkan tujuan
nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan. Beberapa tujuan nasabah
mengambil pembiayaan yaitu untuk modal kerja, Investasi dan konsumtif.
Pengungkapan harga pokok dalam pembiayaan murabahah murni maupun
murabahah bil wakalah pada bank BNI Syariah cabang mengalami sedikit perubahah
yakni tidak dijelaskannya harga pokok didalamnya karena dianggap mengurangi
kesyariahan pembiayaan tersebut sehingga masih banyak di kritisi mengenai hal
tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh “Salam M Bustan” bahwa :
“Kalau pengungkapan harga pokok dan margin kepada nasabah disini sudah mengalami perubahan. Awalnya disini harga pokok atau harga beli kita jelaskan juga pada saat akad kepada nasabah tapi sekarang harga pokok tidak lagi kita sebutkan pada saat akad karna itu bisa mengurangi kesyariahannya. Contohnya, dulu itu kita jelaskan anggaplah uang muka 20juta, harga beli bank 100juta, keuntungan bank 50juta dan harga jual bank sebanyak 150 juta. Nah distu jelas sekali harga pokoknya kan. Seharusnya kalau kita mengikuti aturan syariah harusnya harga pokok tidak disebutkan karna dalam istilah syariah pokok dan margin ini satu kesatuan, yang disebutkan itu hanya harga jual bank, keuntungan bank, uang muka dan sisa kewajiban bank.”
69
68
Muh Saleh “Sales Assistant”(Wawancara pada Tanggal 20 Juni 2019).
69Salam M Bustan “Consumer Financing Head”(Wawancara pada Tanggal 20 Juni 2019).
63
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dalam ketentuan pasal 2 tentang
pembiayaan pada akad murabahah bil wakalah di bank BNI Syariah cabang makassar
telah mengalami sedikit perubahan karena dalam pembiayaan dengan akad
murabahah bil wakalah harga perolehan atau harga pokok sudah tidak lagi disebutkan
pada saat akad karena harga pokok dengan margin menurut pandangan bank BNI
Syariah KC Makassar merupakan satu kesatuan yang dianggap mengurangi
kesyariahan dari akad murabahah apabila dijelaskan pula mengenai harga pokoknya
sedangkan pada awalnya dalam ketentuan pasal 2 tentang pembiayaan murabahah bil
wakalah harus disebutkan harga beli dan margin keuntungan bank hal tersebut juga
sesuai dengan definisi pembiayaan murabahah yang tertuan dalam pasal 1 yakni akad
murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada nasabah dan nasabah membayar kepada bank dengan harga jual bank, yaitu
harga beli ditambah keuntungan yang disepakati.
Apabila bank tidak menegaskan harga pokok dari objek murabahah tersebut
hal itu juga melanggar ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN/-
MUI/IV/2000 tentang Murabahah bulir 6 yaitu “Bank kemudian menjual barang
tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli ditambah
keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan”.
Dalam pembiayaan mikro pada Bank BNI Syariah Cabang Makassar yang
menggunakan akad murabahah memiliki tujuan pembiayaan yang dipilih nasabah
apabila ingin melakukan pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah bil
wakalah yakni untuk pembiayaan modal kerja, investasi dan konsumtif setinggi-
tingginys 50% dari tujuan produktif nasabah tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 3
64
tentang tujuan pembiayaan. pembiayaan mikro ini diperuntukan bagi wirausaha atau
4.3.1.2 BNI Multiguna iB Hasanah, yaitu fasilitas pembiayaan konsumtif yang
diberikan kepada anggota masyarakat untuk pembelian barang dan
penggunaan jasa dengan agunan berupa rumah tinggal.71
a) Dokumen yang dilengkapi
Sesuai syarat BNI Griya iB Hasanah, butir 1 s/d 14
b) Keunggulan
71
Browsur Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah (dikutip pada tanggal 20 Juni 2019).
67
Uang muka ringan/tidak dipersyaratkan
Minimal pembiayaan Rp 50 Juta s/d Rp 2 Milyar
Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 10 tahun
Angsuran tetap sampai dengan lunas dan tanpa denda
4.3.1.3 BNI Oto iB Hasanah, yaitu fasilitas pembiayaan untuk pembelian
kendaraan bermotor (Mobil/Motor) baru dengan agunan kendaraan bermotor
yang dibiayai dengan pembiayaan ini.72
a) Dokumen yang dilengkapi
Sesuai dengan BNI Griya iB Hasanah, butir 1 s/d 12
Dokumen kepemilikan jaminan (BPKB Kendaraan)
b) Keunggulan
Maksimal pembiayaan sampai dengan Rp 1 Milyar
Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 5 Tahun
Harga bersaing
Angsuran tetap sampai dengan lunas dan tanpa denda
4.3.1.4 BNI Fleksi iB Hasanah, yaitu fasilitas pembiayaan konsumtif bagi
pegawai/karyawan suatu Perusahaan/Lembaga/Instansi untuk pembelian
barang dan penggunaan jasa sesuai Syariah Islam.73
a) Dokumen yang dilengkapi
Sesuai syarat BNI Griaya iB Hasanah, butir 1 s/d 9 untuk pegawai
b) Keunggulan
72
Browsur Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah (dikutip pada tanggal 20 Juni 2019).
73 Browsur Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah (dikutip pada tanggal 20 Juni 2019).
68
Maksimal pembiayaan sampai dengan Rp 30 Juta atau Rp 300 Juta (untuk
nasabah kerjasama payroll)
Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 5 tahun
Harga bersaing
Angsuran tetap sampai dengan lunas.
4.3.1.5 BNI Fleksi Umrah iB Hasanah, yaitu fasilitas pembiayaan konsumtif untuk
memenuhi kebutuhan pembelian manfaat jasa paket perjalanan ibadah
Umrah bekerjasama dengan biro perjalanan umrah.74
a. keunggulan.
Dapat membiayai perjalanan Ibadah Umrah orang tua/mertua, suami/istri
dan anak-anak dengan total pembiayaan sampai dengan Rp200 juta.
Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 5 tahun (untuk nasabah payroll
BNI/BNI Syariah)
Angsuran pembiayaan tetap sampai dengan lunas
Tanpa denda
b. Persyaratan Umum
Warga Negara Indonesia (WNI) dengan Usia minimal 21 tahun
Pembiayaan lunas sebelum pensiun
Penghasilan tetap dengan repayment capacity sesuai ketentuan
74 Browsur Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah (dikutip pada tanggal 20 Juni 2019).
69
c. Persyaratan Dokumen, Uang muka dan Agunan
Tabel 4.2 Persyaratan Dokumen pembiayaan khusus Fleksi Umrah iB Hasanah
4.3.1.6 BNI Emas iB Hasanah, yaitu fasilitas pembiayaan konsumtif yang
diberikan untuk membeli emas logam mulia dalam bentuk batangan yang
diangsur secara rutin/tetap setiap bulannya.75
a. Persyaratan Umum
Berstatus sebagai pegawai aktif/professional/pengusaha
Berusaha minimal 21 tahun, pada saat pembiayaan lunas berusia
maksimum 60 tahun (usia pension)
Mempunyai penghasilan tetap dan kemampuan mengangsur
75 Browsur Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah (dikutip pada tanggal 20 Juni 2019).
Dokumen Fixed Income
Payroll
Fixed Income
Payroll
Non Fixed
Income
Fotocopy KTP pemohon dan
Suami/Istri
NPWP
Surat nikah (yang telah menikah
& kartu keluarga)
Slip gaji
Legalitas usaha dan profesi
Rekening simpanan 3 bulan
Uang muka 0% 15% 30%
Agunan Tidak ada Ada Ada
70
Mengisi formulir permohonan pembiayaan konsumtif serta wawancara
Fotocopy KTP dan NPWP
Kartu identitas pegawai (untuk pegawai)
b. Keunggulan
Angsuran tetap setiap bulannya selama masa pembiayaan sampai dengan
lunas.
Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis
Jangka waktu pembiayaan minimal 2 sampai 5 tahun
Harga bersaing dan tanpa denda.
Realisasi pembiayaan pada Bank BNI Syariah Cabang Makassar dilakukan
apabila syarat serta ketentuan pembiayaan telah dipenuhi seperti verifikasi awal
melalui Bi Cheking nasabah, Kelengkapan berkas nasabah kemudian dilakukan
analisa terhadap data agunan nasabah hal tersebut yang didasarkan pada ketentuan
pasal 5 terkait realisasi pembiayaan.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti di Bank BNI Syariah
Cabang Makassar, diperoleh data tentang alur pembiayaan murabahah bil wakalah
yang dibedakan menjadi tiga tujuan yaitu pembiayaan modal kerja, investasi dan
konsumtif. Peneliti akan menjelaskan bagaimana alur pembiayaan konsumtif karena
secara garis besar ketiga tujuan pembiayaan tersebut alurnya sama yakni
menggunakan akad murabahah yang juga kadang menyertakan akad wakalah
didalamnya. Seperti yang dijelaskan oleh “Asdar” bahwa :
“Sebenarnya semuanya sama ji karna sama-sama menggunakan akad murabahah yang biasa juga kadang sertakan dengan akad wakalah. Investasi, konsumtif dan modal kerja, semua harus ada DPnya semua, kalau aturannya minimal 20%”.
76
76
Asdar”Consumer Processing Assistant”(Wawancara pada Tanggal 20 Juni 2019).
71
4.3.2 Alur Pembiayaan Murabahah Konsumtif
1) Nasabah datang ke bank untuk mengajukan permohonan pembiayaan dengan
membawa persyaratan yang ditentukan. Sales assistant memverifikasi awal
permohonan pembiayaan nasabah, baik melalui BI Cheking ataupun melalui
data lapangan . Seperti yang dikatakan oleh “Fadliansyah” bahwa:
“BI Cheking adalah penentu untuk memberi pinjaman, kalau BI Chekingnya jelek mau diapa kasih lagi pinjaman, tahapan prosesnya itu banyak. Proses pengajuan pinjaman bukan bilang besar usahanya pasti banyak untungnya bisa layak diberikan pinjaman, tidak berpatokan dari situ. Yah kalau diperiksa ternyata jelek identitasnya itu nasabah nda bisa juga diberikan pinjaman tapi, kalau BI Chekingnya bagus usahanya juga bagus nah itu baru layak diberikan pinjaman, intinya kalau surat pengajuanmu sudah masuk di bagian marketing disitu mulaimi memang di periksa semua cuma disana pemeriksaanya masih kasar”.
77
Pada saat nasabah ingin mengajukan pembiayaan sangat penting untuk
dilakukan pengecekan terlebih dahulu BI Chekingnya. Karena BI Cheking
merupakan penentu layak atau tidaknya nasabah tersebut diberikan
pembiayaan meskipun usaha nasabah bagus akan tetapi pada saat diperiksa
dan ternyata BI Chekingnya jelek maka nasabah tersebut tidak dapat diberikan
pembiayaan karena untuk mendapatkan persetujuan pembiayaan dari bank,
nasabah harus memiliki usaha yang bagus serta BI Cheking yang bagus.
2) Sales assistant menyerahkan data agunan nasabah kepada Consumer
Financing Assistant (CPH) untuk kemudian dilakukan review dan dilakukan
analisa kembali terhadap data agunan nasabah. Ketentuan agunan pada bank
BNI Syariah Cabang Makassar merupakan sesuatu yang wajib adanya untuk
semua jenis ataupun tujuan pembiayaan baik itu yang bergerak ataupun tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari. Itu
77
Fadliansyah”Sales Assistant”(Wawancara pada tanggal 24 Juni 2019).
72
akan menjadi jaminan pelunasan seluruh utang nasabah. Hal tersebut sesuai
dengan penjelasan”Fadliansyah” bahwa:
“Kalau disini agunan itu wajib, apapun tujuan pembiayaannya semuanya wajib memberikan agunan mau itu pembiayaan konsumtif, modal kerja ataupun investasi, nilai agunannya juga kami perhitungkan, tidak mungkin dia ambil pembiayaan 500juta sedangkan nilai agunannya itu 100juta”
78
Pemberian agunan dalam pembiayaan murabahah juga telah sesuai dalam
Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN/-MUI/IV/2000 ketentuan
jaminan dalam murabahah point pertama “Jaminan dalam murabahah
dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya”. Bukti kepemilikan
barang agunan tersebut juga harus diserahkan kepada pihak bank serta data
agunan tersebut harus ditandatangani oleh pemegang hak dan bank serta harus
diterima oleh bank sebelum direalisasikannya pembiayaan tersebut. hal itu
telah diatur dalam pasal 10 tentang agunan dalam ketentuan akad murabahah
dan semua rincian serta biaya-biaya pengikatan serta biaya premi asuransi
jiwa, gangguan usaha dan asuransi kerugian atas barang-barang jaminan harus
sudah dibayar lunas atau di cadangkan oleh nasabah dibawah penguasaan
bank sebelum dilakukan realisasi hal tersebut juga telah diatur dalam pasal 11
tentang asuransi serta beban biaya-biaya yang diatur dalam pasal 12 dalam
ketentuan akad murabahah.
3) Setelah dilakukan analisa terhadap data agunan nasabah oleh Consumer
Financing Assistant (CPH) selanjutnya, data tersebut di berikan kepada
pemutus yang memiliki tugas dan wewenang masing-masing. Seperti yang
dikatakan “Fadliansyah” bahwa:
78
Fadliansyah”Sales Assistant”(Wawancara pada tanggal 24 Juni 2019).
73
“Kalau pemutus disini tidak hanya satu orang saja tapi, ada dua orang yang pertama itu ada Bussines Manager (BNM) kemudian ada juga yang dibilang Branch Manager, kalau pembiayaan yang diajukan itu maksimal 500 Juta berarti yang tangani itu Cuma Bussines Manager tapi, kalau pembiayaan yang diajukan itu lebihmi dari 500 Juta yang tangani itu Branch Manager.”
79
4) Setelah melalui tahap tersebut, selanjutnya data agunan nasabah diberikan
kepada bagian Financing Administrasi Head (FAH) untuk kemudian
diberikan surat keputusan kepada nasabah bahwa pengajuan pembiayaan
tersebut telah disetujui dan biaya-biaya yang timbul dalam proses itu akan di
bebankan kepada nasabah yang selanjutnya akan dibuatkan akad Murabahah
dan Wakalah.
5) Setelah semua proses penandatanganan akad murabahah dan wakalah selesai
selanjutnya Collection Assistant yang yang menjalankan tugasnya dalam hal
memantau angsuran nasabah sampai lunas. Pelunasan pembiayaan nasabah
kepada bank wajib dilakukan secara angsuran sesuai dengan jadwal angsuran
pembiayaan tersebut yang dilakukan mengunakan jasa layanan PUAN
(Penjemputan Uang Angsuran Nasabah) atau nasabah yang langsung ke bank
dalam hal melakukan setoran angsuran setiap hari kerja kemudian pihak bank
yang bertugas malakukan layanan PUAN ataupun yang menerima setoran
angsuran langsung dari nasabah akan dibukukan yang selanjutnya akan
dilakukan pendebetan oleh bank, hal tersebut sesuai dengan penjelasan
“Fadliansyah” bahwa:
“Kalau uang angsuran nasabah disini biasa dibayar langsung oleh nasabah di bank, ya kalau nasabah tidak datang membayar biasanya kita jemput. Disini ada yang namanya layanan PUAN (Penjemputan Uang Angsuran Nasabah) kalau untuk layanan itu kita lakukan secara bergilir”.
80
79
Fadliansyah”Sales Assistant”(Wawancara pada tanggal 24 Juni 2019).
80Fadliansyah”Sales Assistant”(Wawancara pada tanggal 24 Juni 2019).
74
Hal tersebut juga telah diatur dalam ketentuan pembiayaan murabahah bil
wakalah pasal 6 tentang pembayaran angsuran pembiayaan.
Dari alur di atas dapat dideskripsikan bahwa ketika nasabah datang dan
mengajukan pembiayaan konsumtif kepada Bank BNI Syariah, maka pihak bank akan
menunjukan persyaratan apa saja yang harus dipenuhi sesuai dengan jenis
pembiayaan yang diambil. Selain itu juga akan dilakukan uji kelayakan nasabah
melalui BI Checking yang dilakukan oleh Sales assistant. Setelah nasabah sudah
melengkapi persyaratan yang yang telah ditetapkan oleh pihak bank dan pengecekan
BI Chekingnya bagus Maka selanjutnya, Consumer Financing Assistant (CPH) yang
akan memeriksa dan mereview kembali berkas atau data agunan nasabah. Selanjutnya
setelah melalui tahap tersebut dan dinyatakan layak, berkas tersebut selanjutnya
diberikan kepada pemutus yaitu Bussines Manager (BNM) yang menangani
pembiayaan maksimal Rp 500Juta dan apabila pembiayaan yang diminta lebih dari
itu maka akan dialihkan oleh Branch Manager.
Selanjutnya, pada bagian Financing Administrasi Head (FAH) akan
memberikan surat pemberitahuan kepada nasabah bahwa pembiayaan tersebut telah
disetujui dan seluruh biaya-biaya seperti notaris dan lain sebagianya akan dibebankan
kepada nasabah dan selanjutnya akan diberikan akad wakalah dan akad murabahah
hingga proses pembelian objek tersebut selesai. Barulah kemudian Collection
Assistant yang akan memantau angsuran nasabah tersebut sampai lunas.
Dalam pembiayaan murabahah bil wakalah pada Bank BNI Syariah Cabang
Makassar apabila dikemudian hari nasabah dengan sengaja atau karena lalai dan tidak
melakukan pemabayaran angsuran kepada bank, maka nasabah harus mengganti
kerugian bank yakni sebesar 100% dari jumlah kerugiaan rillnya yang wajib dibayar
75
lunas oleh nasabah. Cara yang dilakukan pihak bank apabila terjadi hal seperti itu
telah diatur dalam ketentuan pembiayaan dalam akad murabahah bil wakalah pasal 7.
Pihak bank BNI Syariah KC Makassar akan mengirimkan surat peringatan terlebih
dahulu kepada nasabah yang bersangkutan melalui kurir atau diantar sendiri oleh
pihak bank sesuai pasal 16 tentang korespondensi. hal tersebut juga dijelasan oleh
“Fadliansyah” bahwa:
“Kalau ada nasabah yang bermasalah, seperti tidak mau membayar angsuran pembiayaannya, biasanya kita kasih dulu surat teguran kalau sudah dikasih dan nasabah belum juga melakukan kewajibannya baru kemudian kita turun langsung biasanya itu kalau agunan pembiayaanya itu berupa bangunan atau lahan kosong biasnya kita berikan papan tanda atau stiker”
81
Dalam ketentuan pasal 14 tentang peristiwa cedera janji dalam rangka
melakukan penyelamatan pembiayaan maka bank berwenang dalam hal memasang
papan tanda, stiker terhadap agunan nasabah atau menggunakan pihak ketiga untuk
melakukan penagihan pelunasan pembiayaan sesuai dengan ketentuan pasal 15. Hal
tersebut sesuai dengan penjelasan “Muh Saleh”
“Kalau seumpama nasabahnya tidak mampu lagi bayar angsuran pembiayaannya, kan ada jaminannya. Kalau sudah dikasih surat teguran lantas belum na tunaikan kewajibannya dan tidak ada konfirmasinya, baru kita turun untuk lakukan sesuatu sesuai dengan perintah atasan, kalau jaminannya rumah biasanya rumahnya kita kasih papan tanda.”
82
Sedangkan apabila terjadi wanprestasi atau cedera janji bank juga memiliki
wewenang untuk mengakhiri jangka waktu pembiayaan jika nasabah tidak mampu
membayar angsuran pembiayaannya dan nasabah wajib membayar lunas sekaligus
utangnya dengan tenggang waktu yang diberikan pihak bank. Hal tersebut telah diatur
81
Fadliansyah”Sales Assistant”(Wawancara pada tanggal 24 Juni 2019).
82Muh Saleh “Sales Assistant”(Wawancara pada Tanggal 25 Juni 2019).
76
dalam ketentuan murabahah bil wakalah pasal 13. Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan “Muh Saleh” Bahwa”
“Kalau nasabah tidak bisa penuhi kewajibannya disini kita punya wewenang untuk membatalkan perjanjian atau akadnya. Biasanya itu nasabah tidak bisa bayar angsurannya padahal sudah jatuh tempo kecuali, kan sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang tidak bisa diperkirakan misalnya nasabah mendapat musibah kebakaran atau dirampok kita pihak bank biasanya bisa memberikan toleransi pembayaran tapi, harus ada surat keterangan bahwa benar nasabah ini mendapat masalah seperti yang dinyatakan dari kepolisian”
83
Apabila dalam masa pembiayaan terjadi keadaan memaksa (Force majeure)
sesuai dengan hasil wawancara diatas seperti terjadi kebakaran ataupun bencana alam
yang dilengkapi dengan bukti secukupnya dari pihak yang berwenang mengenai
terjadinya keadaan memaksa tersebut sehingga nasabah tidak mampu memenuhi
kewajibannya dalam hal membayar angsuran pembiayaannya. Maka pihak bank akan
memberikan waktu hingga berakhirnya keadaan memaksa tersebut hal tersebut telah
diatur dalam pasal 17.
Dalam penyelenggaraan rekening pembiayaan yang telah diatur dalam
ketentuan pasal 8, pelaksanaan pembiayaan dengan akad murabahah bil wakalah
nasabah juga diwajibkan untuk membuka rekening pembiayaan serta rekening
tabungan tersendiri atas nama nasabah yang dilakukan di bank tempat pelaksanaan
pembiayaan tersebut yang digunakan untuk keperluan administrasi hal tersebut juga
sesuai dengan pasal 9 tentang kuasa bank atas rekening nasabah dan berkaitan denagn
pasal 21 tentang tambahan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan “Asdar “ bahwa:
“Nasabah harus punya rekening tabungan dan rekening pembiayaan, karna memang itu sudah menjadi aturannya, kan nanti saldo rekening tabungan akan di blokir sebanyak ssatu kali angsuran, rekening
83
Saleh “Sales Assistant”(Wawancara pada Tanggal 25 Juni 2019).
77
pembiayaan,biaya pengelolaan rekening dan lainnya setiap bulan sampai selesai pembiayaannya”
84
Jadi, bank miliki kuasa atas rekening nasabah untuk mendebet tabungan atau
rekening pembiayaan nasabah yang ada pada bank untuk keperluan pembayaran
pembiayaan, denda, ganti rugi dan lain sebagainya.
Apabila dalam masa pembiayaan terjadi perselisihan yang timbul akibat akad
maka, kedua pihak harus sepakat menyelesaikan perselisihan tersebut melaui
musyawarah dan dalam 30 hari hal tersebut telah dilakukan dan perselisihan belum
terselesaikan maka para pihak berhak untuk menyelesaikannya melalui Pengadilan
Negeri Makassar sesuai dengan ketentuan pasal 18 tentang penyelesaian perselisihan.
Itulah sebabnya dalam proses penandatangan akad terdapat domisili hukum yang
dipilih apabila terjadi perselisihan pada pasal 19. Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan “Asdar” Bahwa:
“Kan dalam akad memang sudah dicantumkan apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak maka proses penyelesainnya itu dulu dilakukan secara musyawarah kalau seumpa masalahnya belum juga bisa diselesaikan maka barulah kepengadilan”
85
Dalam pembiayaan murabahah bil wakalah dengan dua akad yang digunakan
dalam satu produk pembiayaan, maka pasti ada akad yang didahulukan dan ada juga
akad yang diakhirkan. Dalam proses penyertaan akad murabahah dan wakalah ini,
bank menggunakan akad wakalah terlebih dahulu untuk ditandatangani, setelah
barang secara prinsip sudah menjadi milik bank barulah kemudian pihak bank
memberikan akad murabahah untuk ditandatangani. Meskipun hal tersebut tidak
selalu dijalankan sesuai ketentuan oleh bank-bank syariah lainnya yang menggunakan
84
Asdar”Consumer Processing Assistant”(Wawancara pada Tanggal 25 Juni 2019).
85Asdar”Consumer Processing Assistant”(Wawancara pada Tanggal 25 Juni 2019).
78
akad murabahah bil wakalah bahkan tidak menutup kemungkinan ada juga bank BNI
Syariah yang tidak mengikuti aturan tersebut. Seperti yang di katakan oleh”Salam M
Bustan”
“Sebenarnya, secara teori jika membahas mengenai akad yang harus didahulukan terlebih dahulu jika mengambil pembiayaan yang menggunakan akad murabahah bil wakalah tentunya kita harus mendahulukan akad wakalah karena jika barang secara prinsip belum menjadi milik bank sedangkan bank dengan nasabah telah melakukan penandatangan akad murabahah berarti itu sudah terjadi penyimpangan dong, artinya bank sudah menjual barang yang belum ada dan itu menunjukkan sifat gharar yang dilarang dalam islam. Kalau kita disini menjalankan pembiayaan tersebut sesuai dengan aturannya akan tetapi di bank-bank syariah lainnya dan tidak menutup kemungkinan juga Bank BNI Syariah cabang lain menjalankan pembiayaan tersebut tidak sesuai dengan ketentuannya, itu sebenarnya tergantung dari oknum-oknum yang bertanggung jawab didalamnya karena biasanya mereka ingin simplenya saja tanpa memikirkan apakah itu melanggar ketentuan atau tidak, kebanyakan dari mereka tidak mau repot kalau harus bolak balik tandatangani akad, jadi mereka langsung saja kasih akad murabahah sama wakalahnya untu tandatangani secara bersamaan meskipun barang secara pinsip belum jadi miliknya bank.”
86
Dalam hal tersebut peneliti juga melakukan wawancara dengan salahsatu
nasabah Bank BNI Syariah Cabang Makassar yang mengambil pembiayaan dengan
menggunakan akad murabahah bil wakalah “Irma Haryani” hasil wawancara sebagai
berikut:
“Kalau saya ini ambil pembiayaan Griya iB Hasanah untuk bangun kost putri, kebetulan dekat rumah ada lahan kosong daripada nda di manfaatkan jadi saya bangun saja kost-kost khusus putri, kalau pas akad itu saya tanda tangani akad wakalah dulu, saya yang beli semua bahan untuk bangun kost-kost ku baru saya tanda tangani lagi akad murabahah, sebenarnya mauka dulu tanda tangani langsung semua saja daripada saya kembali lagi cuma untuk tanda tangan tapi bilang bank tidak boleh, akad murabahah baru bisa di tanda tangani kalau selesai semua mi proses pembelian.”
87
86
Salam M Bustan “Consumer Financing Head”(Wawancara pada Tanggal 25 Juni 2019)
87Irma Haryani”Wiraswasta”(Wawancara pada Tanggal 26 Juni 2019).
79
Berdasarkan hasil wawancara tersebut Bank BNI Syariah Cabang Makassar
benar-benar sudah menjalankan ketentuan yang berlaku dalam pembiayaan
murabahah bil wakalah bahwa akad yang harus didahulukan apabila mengambil
pembiayaan menggunakan akad murabahah bil wakalah adalah akad wakalah setelah
akad wakalah berakhir atau barang secara prinsip sudah menjadi milik bank sesuai
dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN/-MUI/IV/2000
Tentang Murabahah bulir 9 bahwa “Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah
untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank” serta ketentuan dan syarat yang
ada dalam pembiayaan dengan akad murabahah bil wakalah telah diterapkan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan tersebut.88
88
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 04/DSN/MUI/2000 bulir 9.
80
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil peneitian diatas, peneliti mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
5.1.1 Ketentuan Hybrid Contract dalam pembiayaan murabahah bil wakalah pada
Bank BNI Syariah KC Makassar pada dasarnya sama saja dengan ketentuan
yang berlaku di BNI Syariah lainnya, hal tersebut dikarenakan dalam
ketentuannya telah disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan termasuk ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang kemudian diatur
kedalam beberapa pasal yang diantaranya membahas mengenai ketentuan
pembiayaan, tujuan dari pembiayaan, kewenangan bank dalam rangka
penyelamatan dan lain sebagainya.
5.1.2 Implementasi ketentuan hybrid contract pada pembiayaan murabahah bil
wakalah pada Bank BNI Syariah KC Makassar berdasarkan hasi penelitian
tersebut belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Hal tersebut disebabkan karena perubahan ketentuan pembiayaan murabahah
bil wakalah pada bank BNI Syariah Cabang Makassar yang tertuan dalam pasal
2 tentang pembiayaan, dimana pengungkapan harga pokok tidak lagi
disebutkan pada saat akad, hal tersebut dikarenakan pemahaman bank BNI
Syariah Cabang Makassar bahwa pokok dan margin itu satu kesatuan sehingga
harga pokok atau harga beli atas objek murabahah tersebut tidak lagi boleh
disebutkan karena hal tersebut dapat mengurangi kesyariahan baik itu
pembiayaan dengan akad murabahah murni ataupun dengan akad murabahah
80
81
bil wakalah sehingga melanggar ketentuan murabahah bil wakalah itu sendiri
yang tertuan dalam pasal 1 tentang definisi murabahah serta melanggar
ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN/-MUI/IV/2000 Tentang
Murabahah bulir 6. Sedangkan dalam proses penandatanganan akad murabahah
bil wakalah pada BNI Syariah Cabang Makassar telah sesuai dengan ketenuan
yang berlaku karena penandatanganan akad tersebut didahului dengan akad
wakalah apabila bank belum memiliki objek murabahah yang diperlukan
nasabah.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan beberapa kritik dan saran
kepada berbagai pihak yaitu:
1) Bagi Bank Syariah, harus bisa memberikan inovasi produk-produk
yang menggunakan akad hybrid contract sesuia dengan kebutuhan
transaksi masyarakat tanpa mengesampinkan produk yang sesuai
dengan ketentuan islam.
2) Bagi praktisi Bank Syariah, hedaknya meningkatkan kemampuan dan
pelayanan nasabah, utamanya produk-produk yang ditawarkan untuk
menghindari ketidakpahaman dan menghindari kemungkinan
terjadinya riba.
3) Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya bersedia mencari tema
pembahasan yang lain utamanya membahas mengenai sesuatu yang
lebih sensitive lagi yang kadang tidak terfikirkan oleh beberapa orang.
82
DAFTAR PUSTAKA.
Al-Qur’an dan Terjemahan.
Afandi, Yazid. 2009. Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Logung Pustaka.
Arifin, Zainul. 2000. Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, dan Prospek. Jakarta: t.p.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika Ofset.
Al-Mushih, Abdullah dan Shalah ash-Shawi. 2004. Fiqh Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq.
Dahlan, Ahmad. 2012. Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik. Yogyakarta: Teras.
Dahlan dan Abdul Aziz. 2001. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Haeve.
Hafiduddin, Didin. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktek. Jakarta: Insani.
Karim, Adiwarman. 2006. Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Karim, Adiwarman. 2003. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: IIIT
Indonesia.
Machmud, Amir dan Rukmana. 2013. Bank syariah teori, kebijakan, dan studi empiris di Indonesia, t.t. t.th.
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta: AMPYKPN.
Muhadjir, Noeng. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Muslehuddin, Muhammad. 2002. Sistem Perbankan Dalam Islam. Jakarta: Rhineka
Cipta
Nur Aisyah, Binti. 2014. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Teras.
82
83
Saeed, Abdullah. 2004. Menyonyal Bank Syariah: Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis. Jakarta: ParamadinaSetiawan, Guntur. 2004. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.
Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Prenada Media.
penelitian-komunikasi/ (diakses pada tanggal 22 februari 2019)
Abdulahanaa, Mardhaniah. 2014. Kaedah-Kaedah Keabsahan Multi Akad Hybrid
Contract. http://repositori.stain-watampone.ac.id/59/ (diakses pada tanggal 11
januari 2019)
Isfandiar, Ali Amin. 2013. “Analisis Fiqh Muamalah tentang Hybrid Contract Model dan Penerapannya pada lembaga Keuangan Syariah. “vol. 10 no. 2 (November 2013). http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/penelitian/article/download/361/570/ (diakses 10 januari 2019)
Khofsah, Solihatin. 2017. “Implementasi Produk Murabahah Bil Wakalah Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Ekonomi Peternak Sapi di Bmt Al-Hijrah Kan Jabung.” Tesis; Jurusan Ekonomi Syariah: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim: Malang. http://etheses.uin-malang.ac.id/10194/ (diakses 5 januari 2019)
Murni. 2013. “Penerapan Akad Wakalah Dalam Produk Murabahah Pada Bank Muamalat Kota Parepare (Tinjauan Hukum Islam)”. Skripsi Sarjana; Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam: STAIN Parepare.
Ramadhani, Kiki Priscilia. 2014. “Analisis Kesyariahan Penerapan Pembiayaan Murabahah: Studi Kasus PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Mojokerto”https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/957 (diakses 24 Januari 2019)
Syahrangga, Dimas Pandu. 2017. “Implementasi Produk Pembiayaan Murabahah bil Wakalah Dalam Usaha Mikro di BRI Syariah Cabang Pati”. Skripisi Diploma III; Jurusan Perbankan Syariah: Universitas Negeri Walisongo Semarang. http://eprints.walisongo.ac.id/7271/3/BAB%20II.pdf (diakses pada 3 februari 2019)
Yayuk. 2018. “Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Hybrid Contract dalam
Perbankan Syariah”. Skrpsi;Jurusan Hukum Syariah Institu Agama Islam Negeri Ponorogo. http://etheses.iainponorogo.ac.id/5303/1/SKRIPSI%20YAYUK.pdf (diakses 2 januari 2019)
Agustianto. 2013. ” Hybrid Contract dalam Keuangan Syariah.” Administrator 25
September. http://www.iaei-pusat.org/en/article/ekonomi-syariah/hybrid-contract-dalam-keuangan-syariah--1 (1 April 2019)
Alihamdan. 2019. “Pengertian Implementasi,” Blog Pelajaran.
https://blog.currentapk.com/implementasi/ (3 Februari 2019) Tinarbuka, Anggit. 2019. “Multi Akad Hybrid Contract,” Blog Anggit Tinarbuka.
http://elsyadii.blogspot.com/2015/01/multi-akad-hybrid-contract.html (3 Februari 2019)
http://alminist.blogspot.com/2010/08/fatwa-dsn-mui.html (diakses 5 januari 2019)
Repository.uin-suska.ac.id/8909/4/BAB%20III.pdf ( diakses 24 januari 2019)
http://perencanaankota.blogspot.com/2012/01/beberapa-teori-tentang-implementasi.html, (diakses tanggal 1 februari 2019)
https://elib.unikom.ac.id/download.php?id=148736 (diakses tanggal 1 januari 2019)