SKRIPSI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN Oleh: BELLA ASTRIKA DIO YOLANDA NIM: 201302011 PRODI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017
SKRIPSI
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN
ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) YANG MENGALAMI
HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN
Oleh:
BELLA ASTRIKA DIO YOLANDA
NIM: 201302011
PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN
ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) YANG MENGALAMI
HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
BELLA ASTRIKA DIO YOLANDA
NIM: 201302011
PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
ALHAMDULILLAH.....ALHAMDULILAH...ALHAMDULILAH........
Dengan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan atas dukungan dan
doa dari orang-orang tercinta. Akhirnya skripsi ini selesai. Dengan baik dan tepat
waktunya. Oleh karena itu atas rasa syukur saya ucapkan terimakasi kepada :
Kedua orang tua saya Bapak Suparman dan Ibu Lesmiati yang telah
memberikan dukungan dan do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya. Dengan
do’a yang terucap dari orang tua, ucapan terimakasih saja tidak akan pernah cukup
untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan
cintaku kepada kedua orang tuaku.
Kepada semua dosen Prodi S1 Keperawatan khususnya dosen pembimbing
Bpk, Kuswanto, S.Kep.,Ns., M.Kes dan Ibu Mega Arianti P, S.Kep.,Ns.,M.Kep
serta Dewan Penguji Ibu Dian Anisia W, S.Kep.,Ns.,M.Kep terimakasih banyak
telah membimbing dengan sabar dan telaten sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Keluargaku adek. pipit,sandra,nina,vera,diva mbah kasiem, mbak nik,
hariyono terimakasih sudah memberikan doa, dukungan, motivasi serta semangat
di saat saya sudah lelah dengan skripsi ini. Dan untuk Mochammad Ridho
Setiawan terimakasih sudah menemani saya di semester awal sampai akhir ini,
sudah memberikan do’a, dukungan, motivasi, perhatian, dan trimakasih selalu
sabar menunggu saya, sabar menghadapi sifat yang kadang suka marah ini.
Semoga kebaikanmu selalu di ridho’i oleh Allah dan semoga lelah mu menjadi
berkah.
untuk teman-temanku Fitri dwi, Listiyana W, Restiana S, Aluen Ajeng,
Risqi S, Denok, dan teman-teman seangkatan kelas A dan B. terimakasi untuk
semangat, dukungan, selama ini trimakasih sebesar”nya untuk kalian. semoga kita
bisa sukses sama-sama. amiin........
terimakasi untuk kalian semua , akhir kata saya persembahkan sekripsi ini
untuk kalian. semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna untuk kemajuan
pengetahuan di masa depan. amiin.
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Bella Astrika Dio Yolanda
Jeniskelamin : Perempuan
TempatdanTanggalLahir : Madiun, 03 Maret 1995
Agama : Islam
Alamat : Ds. Sukolilo, Jalan Jeruk Rt 20 Rw 05 Kec. Jiwan,
Kab. Madiun
Riwayat Pendidikan
:
:
-TK Dharma Wanita Sukolilo 01
- SDN 01 Mangunharjo Madiun
- SMP 9 MADIUN
- SMAN 01 Jiwan Madiun
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) YANG MENGALAMI
HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN
Bella Astrika Dio Yolanda
201302011
125 halaman + 12 tabel + 4 gambar + 19 lampiran
Perasaan cemas merupakan dampak hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Peran orang tua
diperlukan guna meminimalkan penyebab cemas dengan mengurangi dampak
perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan meminimalkan rasa takut
terhadap rasa nyeri (Wong 2005). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6
tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
Rancangan penelitian ini corelations dengan pendekatan cross sectional.
Populasi sejumlah 31 responden. Sampel yang digunakan sejumlah 31 responden.
Sampling yang digunakan adalah total sampling. Variabel independen adalah
peran orang tua dan variabel dependen adalah tingkat kecemasan pada anak usia
prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi. Pengumpulan data
menggunakan lembar kuesioner dan uji statistik Spearman Rank dengan a = 0,05.
Hasil penelitian diketahui bahwa peran orang tua dengan tingkat kecemasan
tertinggi adalah peran orang tua baik dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak
10 responden (71%) dan diketahui bahwa yang terendah adalah peran orang tua
kurang dengan tingkat berat sbanyak 3 responden (75%).
Hasil p value 0,000 < 0,05, sehingga Ha diterima, arah hubungan dari r
hitung = -0,064 yaitu negatif. Yang berarti semakin tinggi peran orang tua maka
semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami oleh anak yang mengalami
hospitalisasi.
Dari hasil tersebut maka dapat disarankan agar orang tua hendaknya selalu
mendampingi anak ketika sedang menjalani hospitalisasi di rumah sakit. Peran
orang tua sangat penting dalam meminimalkan cemas anak akibat hospitalisasi.
Kata Kunci : Peran Orang Tua, Tingkat Kecemasan, Anak Prasekolah
ix
ABSTRACT
Bella Astrika Dio Yolanda
201302011
CORRELATION BETWEEN PARENT ROLES TO ANXIETYLEVELAT PRE
SCHOOL (3-6 YEAR) AGE CHILDREN WHO GET HOSPITALIZATIONAT
REGION PUBLIC HOSPITALOF MADIUN
125 pages, 12 Tables, 4 pictures and 19 enclosure
Anxiety is the effect of hospitalization which occurs in children because of
stressor which presents in hospital environment. Parent roles are needed to
minimalize the anxiety factor by decreasing the impact of separation, avoided the
control of feeling lost and minmialize scary and pain (Wong 2005). Purpose of the
researcher try to know correlation of parent roles and hospitalization anxiety to
the pre school (3-6 year) age children patients at Region Public Hospital of
Madiun.
Study design of this research is correlation with cross sectional
approarch. The population is 31 respondents. The sampling is total sampling.
Independent variabel is parent role, dependent variabelis anxiety level at pre
school (3-6 year age children who get hospitalization at Region Public Hospital
of Madiun.
Data collection using questionnaire sheet and spearman rank statistic test
with α =0,05.Based on the result, good parent roles with highest anxiety level is
parent roles with mild anxienty as many as 10 respondents (71%) and based on
the resulth lowest is moderate parent roles with severe anxiety as many as 3
respondents (75%).
From the statistical test result obtained p value 0,000 < 0,05 so Ha
accepted, the direction of r correlation = - 0,646 is negatif, which means the
higher parent roles then the lower anxiety level experienced by children.
From these results it can be suggested that parents should always
accompany the child is undergoing hospitalization at the hospital. The role of
parents is crucial in minimizing the anxiety children due to hospital.
Keywords : parent roles, anxiety level, pre school aged children
x
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan ............................................................................................... i
Sampul Dalam ............................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ....................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ...................................................................................... iv
Lembar Persembahan .................................................................................... v
Lembar Pernyataan ........................................................................................ vi
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... vii
Abstak ........................................................................................................... viii
Abstract ......................................................................................................... ix
Daftar Isi......................................................................................................... x
Daftar Tabel ................................................................................................... xii
Daftar Gambar ............................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ............................................................................................. xiv
Daftar Istilah .................................................................................................. xv
Daftar Singkatan............................................................................................. xvi
Kata Pengantar .............................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Peran ......................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Peran .......................................................... 7
2.1.2 Fungsi dan Peran Serta Orang Tua .............................. 7
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Peran ............................... 9
2.1.4 Peran Orang Tua Terhadap Berbagai Sifat Anak ......... 10
2.1.5 Peran Orang Tua dalam Proses Hospitalisasi .............. 13
2.1.6 Indikator Peran Orang Tua ........................................... 16
2.2 Konsep Kecemasan ............................................................... 16
2.2.1 Pengertian Kecemasan ................................................. 16
2.2.2 Teori-teori Kecemasan ................................................. 17
2.2.3 Faktor Pencetus ............................................................ 19
2.2.4 Tingkat Kecemasan ...................................................... 19
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ...................... 21
2.2.6 Gejala-gejala Kecemasan ............................................. 24
2.2.7 Akibat Kecemasan ....................................................... 25
2.2.8 Dampak Kecemasan Akibat Hospitalisasi ................... 26
2.3 Konsep Hospitalisasi ............................................................. 26
2.3.1 Pengertian Hospitalisasi ............................................... 26
2.3.2 Efek Hospitalisasi Pada Anak ...................................... 27
2.3.3 Manfaat Hospitalisasi ................................................... 28
xi
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Anak
Terhadap Sakit dan Hospitalisasi ................................. 29
2.3.5 Respon Anak Menghadapi Hospitalisasi ..................... 30
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................ 35
3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................... 36
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ................................................................... 38
4.2 Populasi dan Sampel............................................................... 38
4.3 Teknik Sampling ................................................................... 40
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ..................................................... 40
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................... 42
4.6 Instrumen Penelitian .............................................................. 44
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................. 44
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 46
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ................................................. 46
4.10 Teknik Analisis Data ............................................................. 47
4.11 Etika Penelitian ...................................................................... 51
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 53
5.2 Hasil Penelitian ...................................................................... 54
5.2.1 Penyajian Karakteristik Data Umum ......................... 54
5.2.2 Penyajian Karakteristik Data Khusus ........................ 59
5.3 Pembahasan ........................................................................... 61
5.3.1 Peran Orang Tua Pada Anak Usia Prasekolah (3-6
tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota
Madiun ....................................................................... 61
5.3.2 Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6
tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota
Madiun ....................................................................... 65
5.3.3 Hubungan Peran Orangtua dengan Tingkat
Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun)
yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota
Madiun ....................................................................... 68
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 73
6.2 Saran ...................................................................................... 73
Daftar Pustaka ............................................................................................... 75
Lampiran ........................................................................................................ 78
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian Hubungan Peran Orang
Tua dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di
RSUD Kota Madiun .............................................................. 43
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak ....... 54
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perawatan Dirumah
Sakit ...................................................................................... 55
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Anak ....................... 55
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Orang Tua yang
Mendampingi ........................................................................ 56
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Orang Tua .............. 56
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Orang Tua .... 57
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ...... 57
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengalaman Merawat
Anak ...................................................................................... 58
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Peran Orang Tua .................................. 59
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak ................... 59
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Hubungan Orang Tua dengan Tingkat
Kecemasan Anak .................................................................. 60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Orang Tua dengan
Tingkat Kecemasa Pada Anak Usia Prasekolah (3-6
Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi ................................. 35
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Peran Orang
Tua dengan Tingkat Kecemasa Pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami
Hospitalisasi ........................................................................... 41
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Skripsi .................................................... 78
Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian ................................................. 79
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ............................... 80
Lampiran 4 Kisi-kisi kuesioner .................................................................. 81
Lampiran 5 Lembar kuesioner ................................................................... 83
Lampiran 6 Validitas Peran Orang tua ...................................................... 87
Lampiran 7 Konsultasi Proposal Skripsi .................................................... 90
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian................................................................ 92
Lampiran 9 Lembar Surat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ................ 93
Lampiran 10 Data distribusi frekuensi ........................................................ 94
Lampiran 11 Tendensi Sentral .................................................................... 97
Lampiran 12 Tabulasi Peran Orangtua dengan Tingkat Kecemasan Anak . 99
Lampiran 13 Hasil Penghitungan SPSS Uji Spearman Rank Hubungan
Peran Orangtua dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak
Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami
Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun .................................... 100
Lampiran 14 Rekapitualisasi Data Mentah Peran Orang tua ....................... 101
Lampiran 15 Rekapitualisasi Data Mentah Tingkat Kecemasan ................. 102
Lampiran 16 Analisa Kuesioner .................................................................. 103
Lampiran 17 Dokumentasi Penelitian .......................................................... 105
Lampiran 18 Surat Keterangan Selesai Penelitian ...................................... 106
Lampiran 19 Konsultasi Skripsi ................................................................... 107
xv
DAFTAR ISTILAH
Anonymity : Tanpa nama
Analitic depression : Depresi analitik
Anxietas : Kecemasan
Bed Rest : Istirahat di tempat tidur
Body of know ledge : Kerangka kerja
Coding : Kode
Confidentiality : Kerahasiaan
Coping : Mengatasi
Cross sectional
Denial
:
:
Pengukuran satu waktu
Tahap menolak
Despair : Tahap putus asa
Editing : Edit
Exited : Heboh
Informen concent : Tujuan penelitian
Insomia : Susah tidur
Irritable : Pemarah
Rooming in
Sampling
Stranger anxiety
Separation anxiety
:
:
:
:
Tinggal di
Pengambilan sample
Cemas pada orang yang tidak dikenal
Cemas akan berpisah
Spearman rank : Sistem pendukung
Stressor : Penyebab
Support system : Mendukung
Toddler : Anak usia (1-3 tahun)
xvi
DAFTAR SINGKATAN
DinKes : Dinas Kesehatan
KemenKes : Kementrian Kesehatan
RS : Rumah Sakit
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SPSS
FCC
:
:
Statistic Product and Service Solution
Family Centered Care
xvii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi dengan
judul “Hubungan Peran Orang Tua dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia
Prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun”.
Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan
moral kepada saya, untuk itu saya sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Resti Lestantini., M.Kes Sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Madiun beserta setaf yang menerima saya untuk melaksanakan
penelitian.
2. Bpk. Zaenal Abidin, S.KM, M.Kes sebagai Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
3. Ibu Mega Arianti P., S.Kep.Ners., M.Kep sebagai Ketua Prodi S-1
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan sebagai
pembimbing 2.
4. Bpk, Kuswanto S.Kep.Ners., M.Kes sebagai pembimbing 1 skripsi yang
telah memberi petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya proposal
skipsi ini.
5. Dian Anisia S.Kep,Ns.,M.Kes, selaku dewan penguji yang telah bersedia
meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji skripsi yang telah dibuat
oleh penulis.
xviii
6. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka dan duka
dalam penyelesaian proposal skripsi ini.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan
demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperanserta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Madiun, Agustus 2017
Penyusun
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang berencana atau darurat,
mengaharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Setiawan, 2014).
Permasalahan yang pokok yang sering di hadapi dalam kesehatan adalah
hospitalisasi. Masalah ditimbulkan dari hospitalisasi biasanya berupa stres,
cemas, rasa kehilangan dan takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak
rumah sakit, jika masalah tersebut tidak diatasi maka akan mempengaruhi
perkembangan psikososial, terutama pada anak-anak (Supartini, 2006).
Hospitalisasi anak dapat menjadi suatu pengalaman yang menimbulkan
trauma baik pada anak maupun orang tua sehingga menimbulkan reaksi
tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan orang tua
dalam perawatan anak selama di rumah sakit (Supartini, 2004). Orang tua
merupakan unsur penting dalam perawatan anak untuk itu diperlakukan
peran orang tua yaitu dengan melibatkan orang tua dalam perawatan agar
anak merasa aman dan mendapatkan perhatian dari keluarga (Nursalam,
2005). Berbagai dampak kecemasan akibat hospitalisasi yang dialami oleh
anak usia prasekolah, akan beresiko mengganggu tumbuh kembang anak
dan berdampak pada proses penyembuhan. Peran orang tua diperlukan
guna meminimalkan penyebab cemas dengan mengurangi dampak
2
perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan meminimalkan
rasa takut terhadap rasa nyeri (Wong, 2005).
Data perhimpunan di Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 5
juta anak menjalani hospitalisasi karena prosedur pembedahan dan lebih
dari 50% dari jumlah tersebut, anak mengalami kecemasan dan stres
(Suparto dalam Tjahjono, 2014). Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS)
tahun 2010 jumlah anak usia prasekolah penduduk di Indonesia sebesar
72% dari jumlah total penduduk Indonesia, diperkirakan 35 per 100 anak
menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya mengalami kecemasan.
Jumlah kunjungan pasien anak rawat inap di Rumah Sakit Jawa Timur
pada tahun 2012 adalah 282.582 jiwa yang mengalami peningkatan
dibanding tahun 2011 yaitu 203.899 jiwa (DinKes, 2012). Hasil penelitian
dari Lina Madyastuti Rahayaningrum pada bulan Febuari 2014 jumlah
pasien anak yang dirawat diruang Pavilium anak Rumah Sakit Semen
Gresik sebanyak 324 anak, usia anak prasekolah sebanyak 81 anak, data
diambil dari tanggal 2-8 juni 2014 dari 11 anak usia prasekolah sebanyak
yang dirawat diruang pavilium anak Rumah Sakit Gresik Semen Gresik
ada 3 (27%) anak tidak mengalami cemas sedangkan 8 (73%) anak
mengalami kecemasan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Doto (2016)
di RSUD Kota Madiun didapatkan bahwa dari 10 anak usia prasekolah (3-
6) tahun yang dirawat di ruangan tersebut 2 anak (20%) anak mengalami
kecemasan ringan, 4 anak (40%) anak mengalami kecemasan sedang, dan
4 anak (40%) anak mengalami kecemasan berat.
3
Anak usia prasekolah merupakan periode kanak-kanak awal antara
usia (3-5) tahun. Pada usia ini anak mampu melakukan berbagai gerak
seperti berlari, melempar, menari, berhitung. Ketika anak jatuh sakit,
terkadang orang tua tidak dapat memberikan perawatan di rumah. Keadaan
seperti itu memaksa anak harus mendapatkan perawatan yang intensif di
rumah sakit. Saat dirawat di rumah sakit anak mengalami hospitalisasi
(Ratna, 2012). Anak menjalani perawatan di rumah sakit, akan merasakan
kecemasan misalnya perpisahan dengan orang tua dan
menginterprestasikan perpisahan sebagai kehilangan kasih sayang.
Kecemasan perpisahan akan semakin meningkatkan kecemasan anak usia
prasekolah terhadap lingkungan rumah sakit yang dianggap anak sebagai
lingkungan yang asing. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan
kesehatan, lingkungan, serta rutinitas anak di rumah sakit. Kondisi
lingkungan rumah sakit yang terdiri dari berbagai macam peralatan-
peralatan medis, obat-obatan yang harus dimunum, serta penampilan para
tenaga kesehatan yang menonton dengan baju putih, dapat menjadi cemas
bagi anak (Muscari, 2005).
Pada saat anak menjalani perawatan, hospitalisasi anak seringkali
mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian
dan berbagai hal yang tidak diketahui. Interpretasi anak terhadap kejadian
dan respon anak terhadap pengalaman selama di rumah sakit akan
diasumsikan sebagai pengalaman yang kurang baik, yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi tingkat perkembangan anak. Pada saat
4
seperti itu perasaan akan penuh dengan beban emosional, rasa cemas,
ketakutan, perasaan rendah diri, perasaan marah, depresi, perasaan tidak
berdaya, ketergantungan yang berlebihan pada orang lain dan tidak mampu
berpikir dengan baik (Supartini, 2006). Untuk itu Orang tua memiliki
peran penting dalam kesehatan anak, yaitu sebagai perawatan langsung,
menyediakan akses ke layanan kesehatan dan memberikan kesejahteraan
kepada anak-anak. Fungsi psikososial orang tua sangat penting untuk
fisik dan mental anak, terutama selama rawat inap disaat anak sakit. Peran
orang tua mempengaruhi kepatuhan anak pada perawatan dan mengerti
bagaimana menyikapi dampak dari penyakit. Ketika orang tua tidak dapat
berpartisipasi dalam perawatan, seperti orang tua sibuk bekerja, maka
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak dapat optimal
(Nursalam, 2005).
Upaya untuk mengatasi masalah yang timbul pada anak dalam
upaya perawatan di rumah sakit, difokuskan pada intervensi keperawatan
dengan cara meminimalkan kecemasan, memaksimalkan manfaat
hospitalisasi dan memeberikan dukungan psikologis pada anggota. Orang
tua berperan sebagai mengasuh anak sesuai dengan kesehatannya, orang
tua sebagai pendorong yaitu memberikan motivasi, pujian dan setuju
menerima pendapat orang lain. Tugas pengawasan yang dilakukan
orangtua salah satunnya mengawasi tingkah laku anak untuk mencegah
terjadinnya sakit dan juga orang tua sebagai konselor bersikap terbuka dan
dapat dipercaya dalam mengatasi masalah yang dihadapi anak (Mubarak
5
WI, 2006). Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk
meneliti apakah ada hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi.
Berdasarkan hasil study pendahuluan angka kejadian hospitalisasi anak
usia prasekolah di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun
pada tahun 2016 adalah 480. Berdasarkan hasil wawancara dari 6 anak
usia prasekolah (3-6 tahun) 6 anak mengalami kecemasan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut adakah hubungan peran orangtua dengan
kecemasan pada anak usia prasekoalah (3-6 tahun) yang mengalami
hospitalisasi di RSUD Kota Madiun?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan kecemasan
pada anak prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD
Kota Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi peran orang tua pada anak usia prasekolah
(3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
2. Untuk mengidentifikasi kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6
tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
6
3. Untuk menganalisis hubungan peran orang tua dengan kecemasan
pada anak prasekolah usia (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi
di RSUD Kota Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan penulis serta
lebih memahami tentang teori dan aplikasi peran orang tua dan kecemasan
pada anak prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD
Kota Madiun.
1.4.2 Bagi Institusi Tempat Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah masukan
untuk meningkatkan perawatan dan pelayanan di rumah sakit khususnya
pada anak yang sedang menjalani rawat inap dan mengalami hospitalisasi.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan pembelajaran
khususnya yang terkait dengan pengembangan peran orang tua dan tingkat
kecemasan klien.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Peran
2.1.1 Pengertian Peran
Peran adalah harapan atau standart perilaku yang telah diterima
oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang
ditetapkan melalui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir, peran diri adalah
pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat (Kurniawan, 2008). Wadnaningsih, (2005) peran
merupakan seperangkat tingkah laku seseorang yang diharapkan sesuai
dengan fungsi, potensi, kemampuan serta tanggung jawabnya. Orang tua
merupakan seseorang dua ayah bunda yang bertanggung jawab pada
keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik
berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan spritual.
2.1.2 Fungsi dan Peran Serta Orang Tua
Soelaeman (2009) Mengatakan bahwa ada beberapa fungsi serta
peran orang tua antara lain :
a. Fungsi religius. Orang tua mempunyai kewajiban memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota lainnya kepada kehidupan beragama untuk
melaksanakan fungsi dan peran ini, orang tua sebagai tokoh dalam
keluarga itu harus terlebih dahulu menciptakan iklim yang religius
dalam keluarga itu, yang dapat dihayati oleh seluruh anggotnya.
8
b. Fungsi eduktif. Pelaksanaan fungsi eduktif keluarga merupakan salah
satu tanggung jawab yang dipikul oleh orang tua. Sebagai salah satu
unsur pendidikan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama bagi anak. Orang tua harus mengetahui tentang pentingnya
pertumbuhan, perkembangan dan masa depan seorang anak secara
keseluruhan. Ditangan orang tua hanyalah masalah-masalah yang
menyangkut anak, apakah dia akan tumbuh menjadi orang yang suka
merusak dan menyeleweng atau ia akan tumbuh menjadi orang baik.
c. Fungsi protektif. Gambaran pelaksanaan fungsi lingkungan yaitu
dengan cara melarang atau menghindarkan anak dari perbuatan-
perbuatan yang tidak diharapkan, mengawasi atau membatasi perbuatan
anak dalam hal-hal tertentu menganjurkan atau menyuruh mereka untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang diharapkan mengajak kerja sama
dan saling membantu, memberikan contoh dalam hal-hal yang
diharapkan.
d. Fungsi sosialisasi. Fungsi dan peran orang tua dalam mendidik anaknya
tidak saja mencangkup pengembangan pribadi, agar menjadi pribadi
yang mantap tetapi meliputi pula mempersiapkannya menjadi anggota
masyarakat yang baik. Sehubungan dengan itu perlu dilaksanakan
fungsi sosialisasi anak. Melaksanakan fungsi sosialisasi itu berarti
orang tua memiliki kedudukan sebagai penghubung anak dengan
kehidupan sosial, norma-norma sosial dan membutuhkan fasilitas yang
memadai.
9
e. Fungsi ekonomis. Meliputi pencarian nafkah, perencanaan serta
pembelajarannya. Keadaan ekonomi sekeluarga memepengaruhi pula
harapan orang tua akan masa depan anaknya, agar dapat memberikan
penghargaan yang tepat terhadap uang dan pencariannya, disertai pula
pengertian kedudukan ekonomi keluarga secara nyata bila tahap
perkembangannya anak telah memungkinkan.
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Peran
Hidayat (2009) menjelaskan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi peran antara lain :
a. Faktor kelas sosial
Kelas sosial ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi finansial
akan mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan yang
lebih besar memungkinkan lebih bisa terpenuhinya kebutuhan, sehingga
yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi status ekonomi
perorangan maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya.
b. Faktor bentuk keluarga
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak
mengingat anak adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat
ditentuka oleh lingkungan keluarga, untuk itu perawatan anak harus
mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tepat
dalam kehidupan. Anak merupakan individu yang unik dan mempunyai
10
kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan yang meliputi kebutuhan
fisiologi sosial dan spritual.
c. Faktor tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga dimulai dari terjadinya
pernikahan yang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan
dengan tahap persiapan menjadi orang tua. Tahap selanjutnya adalah
menjadi orang tua dengan anak usia bayi sampai tahap-tahap berikutnya
yang berakhir dengan tahap beduka kembali dimana dalam setiap tahap
individu mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan keadaan.
d. Faktor model peran
Individu merupakan bagian dari masyarakat, informasi yang
diterima individu terkait dengan masalah sehari-hari dalam masyarakat
akan menyebabkan masalah peran dari individu tersebut sehingga akan
terjadi transisi peran dan konflik peran.
e. Faktor peristiwa situasional khususnya masalah kesehatan atau sakit
Kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan
keluarga dengan pengaruh sehat sakit terhadap peran keluarga, peran
sentral ibu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama,
pendidik, konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga.
2.1.4 Peran Orang Tua Terhadap Berbagai Sifat Anak
Ronald (2006) mengatakan bahwa ada 6 peran orang tua terhadap
berbagai sifat anak antara lain :
11
a. Anak sering takut dan segan
Pada anak-anak prasekolah kondisi ini adalah normal, akan tetapi jika
perasaan itu terus saja berlangsung sampai anak itu duduk di sekolah
lanjutan, maka ia perlu pertolongan, bahaya disini disebabkan orang tua
terlalu banyak mengizinkan kegiatan sosial. Jangan paksakan seorang
anak ke dalam situasi yang demikian sampai ia sudah cukup siap. Kalau
hubungan lainnya dalam keluarga itu baik, anak itu pada masanya akan
siap menghadapi kegiatan-kegiatan.
b. Anak suka marah dan membual
Seorang anak suka marah dan membual memiliki apa yang disebut
sebagai titik pusat lemah dan empuk dalam hal ketidaktentuan yang
dikelilingi oleh lapisan yang lebih liat, yakni penyamaran. Biasanya,
anak ini menghendaki perhatian seorang ayah melaporkan, saya
membenci anak yang suka marah dan setiap kali anak saya
menunjukkan sifat itu, saya menghukum dia tapi tidak berhasil.
c. Tidak ada kemampuan membuat keputusan
Orang tua yang sering ragu-ragu dan tidak menentu adalah contoh yang
buruk bagi anak-anaknya dan bila seorang anak membuat keputusan
yang salah dan ditegur keras, maka dia akan mengambil kesimpulan
lebih baik tidak membuat keputusan supaya aman dan orang tua senang.
12
d. Anak yang gagal
Anak-anak yang cepat membuat keputusan, tetapi tidak realistik.
Mereka membuat cita-cita diluar jangkauan kemampuannya dan ini
biasanya karena dorongan orang tuanya.
e. Tidak berkeinginan mengungkapkan pendapat
Ada anak yang menampilkan kepribadian yang pasif. Mereka seolah
menarik diri dan tidak menaruh perhatian pada dunia sekelilingnya.
Mereka dapati opini yang diungkapkan sering membawa perdebatan,
amarah, sakit hati, yang semuanya itu sering dihindarinya. Dan justru
ini yang menipiskan perasaan harga diri.
f. Pengaruh lingkungan dan peran orang tua
Besarnya pengaruh lingkungan dan peran orang tua sebagai lingkungan
terdekat anak terhadap terjadinya kelainan tingkah laku, bisa dilihat dari
konsep resiko. Hal ini bisa terjadi karena adanya suatu prakondisi yang
telah ada sejak lahir, ditambah dengan resiko pengaruh lingkungan
yang memungkinkan terjadinya kelainan. Kaitan dan peran orang tua
sebagai faktor lingkungan dengan kelainan tingkah laku anak timbul
karena kehangatan, kemesraan dan hubungan yang erat dari tokoh ibu
sejak dia dilahirkan. Anak yang tinggal di lembaga yang terpisah dari
tokoh ibu sejak dia dilahirkan. Anak yang tinggal di lembaga dari orang
tuanya, sering menderita kekurangan rangsangan sensoris, isolasi sosial
dan budaya.
13
2.1.5 Peran Orang Tua dalam Proses Hospitalisasi
Constantin (2012) menyatakan bahwa peran orang tua adalah suatu
bentuk tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang tua untuk
mengembangkan kepribadian anak. Peran tradisonal orang tua meliputi
mengasuh dan mendidik anak, mengajarkan disiplin anak, mengelola
rumah dan keuangan keluarga. peran modern orang tua adalah
berpartsipasi aktif dalam perawatan anak yang bertujuan untuk
pertumbuhan yang optimal dan perkembangan anak. Berkaitan dengan
perawatan anak dirumah sakit yang dijalankan keluarga dalam perawatan
anak dirumah sakit sangat mempengaruhi dalam pencapaian tujuan
perawatan anak, Tugas tersebut adalah :
a. Menerima kondisi anak
Tugas ini dapat dijadikan dengan cara mencari arti dari kondisi
sakit anaknya dan mengembangkan koping yang konstruktif. Untuk itu
praktek untuk menjalankan agama dan ibadah sangat bermanfaat untuk
mengembangkan koping yang konstruktif.
b. Mengelola kondisi anak
Hal yang positif dilakukan adalah dengan cara membina
hubungan yang positif dengan petugas kesehatan sehingga dapat
menggunakan sumber daya yang ada pada mereka dan dapat memahami
kondisi anak dengan baik.
14
c. Memenuhi kebutuhan perkembangan anak
Keluaraga dapat menjalankan tugas ini dengan cara membantu
menurunkan dampak negatif dari kondisi anak, mengasuh anak
sebagimana biasanya dan memperlakukan anak seperti anak lain yang
ada dirumah.
d. Memenuhi kebutuhan perkembangan anak di rumah
Hal ini dapat dicapai dengan mempertahankan hubungan antara
untuk mengembangkan kondisi anak di rumah sakit dan di rumah
walaupun waktu tertentu anak di rumah sakit menjadi prioritas utama.
e. Menghadapi stres dengan positif
Keluarga baru mencegah adanya penumpukan stres yang ada pada
keluarga dengan mengembangkan koping yang positif, yaitu kearah
pemecahan masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengklarifikasi
masalah dan tugas yang dapat dikelola dan dapat menurunkan reaksi
emosi. Untuk itu penting sekali adanya keyakinan spritual keluarga
yang menguatkan harapan dan keyakinan untuk memecahkan setiap
masalah secara positif.
f. Membantu keluarga untuk mengelola perasaan yang ada
Orang tua harus belajar mengelola perasaan anggota keluarga.
Cara yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi perasaan, mencari
dukungan positif. Apabila ada kelompok orang tua yang mempunyai
masalah anak yang sama, hal ini sangat membantu sebagai tempat
berbagi perasaan dan pengalaman.
15
g. Mendidik anggota keluarga yang lain tentang kondisi anak yang sedang
sakit
Orang tua harus memiliki pemahaman yang tepat tentang kondisi
anak, sehingga dapat memberikan penegertian pada anggota keluarga
yang lain, tentang kondisi anaknya yang sakit dan memiliki koping
yang positif. Jawab pertanyaan anak sesuai kepastiannya untuk dapat di
mengerti, tetapi harus jujur dan buat diskusi dengan kelurga tentang
masalah yang berhubungan.
Peran orang tua dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi
menurut Wong (2007).
1) Orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara orang tua
tinggal bersama selama 24 jam rooming in. Orang tua tidak
meninggalkan anak secara bersama sehingga minimal salah satu ayah
atau ibu secara bergantian dapat mendampingi anak.
2) Jika tidak memungkinkan rooming in, orang tua tetap bisa melihat
anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar
mereka. Orang tua bisa tetap berada disekitar ruang rawat sehingga
bisa dapat melihat anak.
3) Orang tua mempersiapkan psikologis anak untuk tindakan prosedur
yang akan dilakukan dan memberikan dukungan psikologis anak.
Selain itu orang tua juga memeberikan motivasi dan menguatkan anak
serta menjelaskan bahwa tindakan yang akan diterima untuk
membantu kesembuhan anak.
16
4) Orang tua hadir atau mendampingi pada saat anak dilakukan tindakan
atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri. Apabila mereka tidak
dapat menahan diri bahkan menagis bila melihatnya maka ditawarkan
pada orang tua untuk mempercayakan kepada perawat.
2.1.6 Indikator Peran Orang Tua
Indikator peran orang tua yang dipaparkan oleh Chen (2005) bahwa
bentuk peran serta orang tua selama anak dirawat di rumah sakit adalah
sebagi berikut :
a. Menjalin kolaborasi antara orang tua dengan profesi kesehatan.
b. Kehadiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman pada anak.
c. Keterlibatan orang tua dalam perawatan.
d. Memberikan support emosional kepada anak.
e. Ikut terlibat pada tindakan yang sederhana.
f. Menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak.
g. Memenuhi kebutuhan anak selama dirawat.
Indikator peran orang tua ini akan dijadikan sebagai bahan untuk
penyusunan angket peran orang tua.
2.2 Konsep Kecemasan
2.2.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan atau anxietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak dimiliki objek yang spesifik. Anxietas dialami
secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Anxietas
17
berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap
bahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi
tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. Gangguan
anxietas merupakan gangguan psikiatri yang paling sering terjadi di
Amerika Serikat (Stuart, 2006).
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,
tidak mengalami gangguan dalam meniali realitas, kepribadian masih tetap
utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal
(Hawari, 2011). Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.
Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak
menyenangkan, yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan
fisiologis dan psikologis (Budayani, 2015).
2.2.2 Teori-Teori Kecemasan
Stuart (2006) menyatakan bahwa ada beberapa teori yang
menjelaskan mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain :
a. Teori Psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian yaitu id dan super ego. Id mewakili dengan dorongan
insting dan impuls primitive, sedangkan super ego mencerminkan hati
18
nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya seseorang. Ego atau
aku berfungsi menengahi tuntunan dari dua elemen yang bertentangan
tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada
bahaya.
b. Teori Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan
penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kecemasan tertentu. Individu dengan harga diri rendah
terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
c. Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil dari frustasi, yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai
suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri
untuk menghindari kepedihan.
d. Teori Keluarga
Teori ini menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi
dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara
gangguan kecemasan dan depresi.
e. Teori Biologis
Teori ini menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi
19
asam gama-aminobitirat (GABA), yang berperan penting dalam
biologis yang berhubungan dengan kecemasan.
2.2.3 Faktor Pencetus
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokan dalam dua kategori (Stuart, 2006)
yaitu :
a. Ancaman Terhadap Integritas Fisik
Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang
akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.
b. Ancaman Terhadap Sistem Diri
Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri
dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
2.2.4 Tingkat Kecemasan
Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan derajat tertentu,
Stuart (2006) tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Kecemasan dapat memotivasi belajar, menghasilkan pertumbuhan serta
kreatifitas. Tanda dan gejalanya antara lain: persepsi dan perhatian
meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu
mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar.
20
Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif
terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah, respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi dan
tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi, sedangkan respon
kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu
diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu,
individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari
kecemasan berat yaitu persepsinya sangat kurang berfokus pada hal
yang detail, rentang perahatian sangat terbatas, tidak dapat
berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar
secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami sakit kepala,
pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardia, hiperventilasi,
sering buang air kecil maupun besar, dan diare. Secara emosi individu
mengalami ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya.
21
d. Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan
terpengaruh, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan
kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional.
Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung
lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Hawari (2011) mekanisme terjadinya cemas yaitu psiko-neuro-
imonologi atau psiko-neuro-endokrinolog. Akan tetapi tidak semua orang
yang mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas,
hal ini tergantung pada strukstur perkembangan kepribadian diri seseorang
tersebut yaitu usia, pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan
sosial dari keluarga, hari perawatan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Usia
Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi
dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap sesuatu
penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap.
Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang berumur dewasa
lebih memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang
baik dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan sebagian
22
besar kelompok umur anak yang mengalami insiden fraktur, cenderung
lebih mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok
umur dewasa.
b. Pengalaman
Pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif
maupun negatif dapat mempengaruhi perkembangan ketrampilan
menggunakan koping. Keberhasilan seseorang dapat membantu
individu untuk mengembangkan kekuatan coping, sebaliknya kegagalan
atau reaksi emosional menyebabkan seseorang menggunakan coping
yang maladaptif terhadap stressor tertentu.
c. Dukungan
Dukungan psikososial keluarga adalah mekanisme hubungan
interpersonal yang dapat melindungi seseorang dari efek stres yang
buruk. Pada umumnya jika seseorang memiliki sistem pendukung yang
kuat, kerentanan terhadap penyakit mental akan rendah.
d. Jenis Kelamin
Umumnya seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang
kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya
dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih mempunyai tingkat
pengetahuan dan wawasan lebih luas dibandingkan perempuan, karena
laki-laki lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan
sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan menjalani
aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga sehingga tingkat pengetahuan
23
atau transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang pencegahan
penyakit.
e. Pendidikan
Responden yang berpendidikan tinggi lebih mampu
menggunakan pemahaman mereka dalam merespon kejadian fraktur
secara adaptif dibandingkan kelompok responden yang berpendidikan
rendah. Kondisi ini menunjukkan respon cemas berat cenderung dapat
kita temukan pada responden yang berpendidikan rendah karena
rendahnya pemahaman mereka terhadap kejadian fraktur sehingga
membentuk persepsi yang menakutkan bagi mereka dalam merespon
kejadian fraktur.
f. Hari Perawatan
Lama hari rawat dapat mempengaruhi seseorang yang sedang
dirawat juga keluarga dari klien tersebut. Kecemasan anak yang dirawat
di rumah sakit akan sangat terlihat pada hari pertama sampai kedua
bahkan sampai hari ketiga, dan biasanya memasuki hari keempat atau
kelima kecemasan yang dirasakan anak akan mulai kurang. Kecemasan
yang terjadi pada pasien dan orang tua juga bisa dipengaruhi oleh
lamanya seseorang dirawat. Kecemasan pada anak yang sedang dirawat
bisa berkurang. Kecemasan yang terjadi pada pasien dan orang tua
dipengaruhi oleh lamanya seseorang dirawat. Kecemasan pada anak
yang sedang dirawat bisa berkurang karena adanya dukungan orang tua
yang selalu menemani anak selama dirawat, teman-teman anak yang
24
datang berkunjung ke rumah sakit atau anak sudah membina hubungan
yang baik dengan petugas kesehatan (perawat, dokter) sehingga dapat
menurunkan orang yang dicintai, dan lain sebagainya.
2.2.6 Gejala-gejala Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena
adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong
normal kadang kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga
dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun
mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami
gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap penyakit
mental yang parah. Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa
munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak
jelas dan tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul
dapat berbeda pada masing-masing orang (Fitri, 2007). Takut dan cemas
merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu
bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata,
berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu.
Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak
jelas atau menyebabkan konflik bagi individu. Kecemasan berasal dari
perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian sendiri, dan tidak
berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada.
Kholil (2010) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan
antara lain :
25
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan
bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan
sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable,
akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of
persecution (delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah,
banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan
tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
2.2.7 Akibat Kecemasan
Akibat kecemasan dapat menyebabkan beberapa faktor, menurut
Hawari (2011) ada 6 akibat kecemasan yaitu :
a. Gangguan pola tidur mimpi yang meneganggkan.
b. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
c. Firasat buruk takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
d. Merasa tegang, tidak tenang gelisah, mudah terkejut.
e. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang.
f. Keluhan-keluhan somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging, berdebar-debar sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.
26
2.2.8 Dampak Kecemasan Akibat Hospitalisasi
Dampak hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan
dan stres pada semua tingkatan usia. Penyebab dari kecemasan
dipengaruhi oleh banyaknya faktor, baik faktor dari petugas (Perawat,
dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun lingkungan
keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa
cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan dan biaya
perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap
anak, secara psikologis anak akan merasakan perubahan perilaku dari
orang tua yang mendampingi selama perawatan. Anak menjadi semakin
cemas dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu
menurunnya respon imun. Anak-anak dapat bereaksi terhadap cemas
hospitalisasi sebelum mereka masuk, selama hospitalisasi, dan
pemulangan. Konsep sakit yang dimiliki anak bahkan lebih penting
dibandingkan usia dan kematangan intelektual dalam memperkirakan
tingkat kecemasan sebelum hospitalisasi. Gangguan perkembangan juga
merupakan dampak negatif lain dari hospitalisasi (Utami, 2005).
2.3 Konsep Hospitalisasi
2.3.1 Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau
darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk
menjalani terapi dan yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
untuk menjalani terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di
27
rumah sakit tetap merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan,
cemas, bagi anak (Supartini, 2006).
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit
dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha
untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit,
sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak maupun orang
tua dan keluarga (Wong, 2008).
2.3.2 Efek Hospitalisasi Pada Anak
Anak-anak dapat bereaksi terhadap stres hospitalisasi sebelum
mereka masuk, selama hospitalisasi dan setelah pemulangan. Konsep sakit
yang dimiliki anak bahkan lebih penting dibandingkan usia dan
kematangan intelektual dalam memperkirakan tingkat kecemasan sebelum
hospitalisasi (Wong, 2008).
a. Faktor resiko individiual
Sejumlah faktor resiko membuat anak-anak tertentu lebih rentan
terhadap stres hospitalisasi dibandingkan dengan lainnya. Mungkin
karena perpisahan merupakan masalah penting seputar hospitalisasi
bagi anak-anak yang lebih mudah, anak yang aktif dan berkeinginan
kuat cenderung lebih baik ketika dihospitalisasi bila dibandingkan anak
yang pasif. Akibatnya, perawat harus mewaspadai anak-anak yang
menerima secara pasif semua perubahan dan permintaan, anak ini
dapat memerlukan dukungan yang lebih banyak dari pada anak yang
lebih aktif.
28
b. Perubahan pada populasi pediatrik
Saat ini populasi pediatrik di rumah sakit megalami perubahan
drastis, meskipun terdapat kecenderungan memendeknya lama rawat.
Sifat dan kondisi anak kecenderungan, bahkan mereka akan mengalami
prosedur yang lebih invasif dan traumatik pada saat mereka
dihospitalisasi. Faktor inilah yang membuat mereka lebih rentang
terhadap dampak emosional dari hospitalisasi dan menyebabkan
kebutuhan mereka menjadi berbeda. Perhatikan pada tahun-tahun
sekarang telah berfokus pada peningkatan jumlah pada anak-anak yang
tumbuh di rumah sakit, rencana pemulangan menjadi lama karena
kompleknya asuhan medis dan keperawatan. Tanpa perhatian yang
khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan psikososial dan
perkembangan anak di lingkungan rumah sakit.
2.3.3 Manfaat Hospitalisasi
Meskipun hospitalisasi dapat dan menimbulkan stres bagi anak-
anak, tetapi hospitalisasi juga dapat bermanfaat. Manfaat yang paling
nyata adalah pulih dari sakit, tetapi hospitalisasi juga dapat memberi
kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi stres dan merasa kompeten
dalam kemampuan koping mereka. Lingkungan rumah sakit dapat
memberikan pengalaman sosialisasi baru bagi anak (Wong, 2008).
29
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Anak Terhadap Sakit dan
Hospitalisasi
Ada 6 faktor yang mempengaruhi reaksi anak terhadap sakit dan
hospitalisasi menurut Supartini (2004) yaitu :
a. Perkembangan usia
Reaksi anak terhadap sakit berbeda-beda sesuai tingkat
perkembangan anak. Pada anak, reaksi perpisahan adalah kecemasan
karena berpisah dengan orang tua dan kelompok sosialnya. Pasien anak
umumnya takut pada dokter dan perawat.
b. Pola Asuh Keluarga
Pola asuh keluarga yang terlalu protektif dan selalu memanjakan
anak juga dapat mempengaruhi reaksi takut dan cemas anak dirawat di
rumah sakit. Beda dengan keluarga yang suka memandirikan anak
untuk aktivitas sehari-hari anak akan lebih kooperatif bila di rumah
sakit.
c. Keluarga
Keluarga yang terlalu khawatir pada stres anaknya yang dirawat
di rumah sakit akan menyebabkan anak menjadi stres dan takut.
d. Pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya
Apabila anak pernah mengalami pengalaman tidak
menyenangkan dirawat di rumah sakit sebelumnya, akan menyebabkan
anak takut dan trauma. Sebaliknya apabila anak dirawat di rumah sakit
mendapatkan perawatan yang baik dan menyenangkan anak akan lebih
kooperatif pada perawat dan dokter.
30
e. Support System yang tersedia
Anak mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk
melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritannya, anak biasanya
akan minta dukungan kepada orang terdekat dengannya misalnya orang
tua atau saudaranya. Perilaku ini biasanya ditandai dengan permintaan
anak untuk ditunggu selama dirawat di rumah sakit, didampingi saat
dilakukan treatment padanya, minta dipeluk saat merasa takut dan
cemas bahkan saat merasa kesakitan.
f. Ketrampilan Koping Menangani Stressor
Apabila mekanisme koping anak baik dalam menerima dia
harus dirawat di rumah sakit, akan lebih kooperatif anak tersebut dalam
menjalani perawatan di rumah sakit.
2.3.5 Respon Anak Menghadapi Hospitalisasi
Respon anak menghadapi hospitalisasi (Supartini, 2006) :
a. Kecemasan
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan
lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok
sosialnya dan menimbulkan kecemasan.
b. Kehilangan kontrol
Kehilangan kontrol juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena
adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak
pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok
31
sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan
sosial, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik.
c. Nyeri
Reaksi nyeri pada usia prasekolah hampir sama dengan anak usia
toddler. Anak usia prasekolah akan mendorong orang yang akan
melakukan prosedur agar menjauh, mencoba mengamankan atau
menyingkirkan peralatan atau berusaha mengunci dirinya ditempat yang
aman.
Supartini (2004) reaksi anak terhadap hospitalisasi sesuai dengan
tahapan perkembangan adalah sebagai berikut :
a. Masa bayi (0-1 tahun)
Masalah utama terjadi karena dampak dari perpisahan dengan
orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih
sayang. Pada anak usia lebih dari 6 bulan terjadi stranger anxiety atau
cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan
cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak ini
adalah menagis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap
stranger anxiety. Bila bayi berpisah dengan orang tua, maka
pembentukan rasa percaya dan pembinaan kasih sayangnya terganggu.
Pada bayi usia 6 bulan sulit untuk memahami secara maksimal
bagaimana reaksi bayi bila dirawat, karena bayi belum dapat
mengungkapkan apa yang dirasakannya. Sedangkan pada bayi dengan
usia yang lebih dari 6 bulan, akan banyak menunjukkan perubahan.
32
Pada bayi usia 8 bulan atau lebih telah mengenal ibunya sebagai
orang yang berbeda dengan dirinya, sehingga akan terjadi “Stranger
Anxiety” (cemas pada orang yang tidak dikenal), sehingga bayi akan
menolak orang baru yang belum dikenal. Kecemasan ini
dimanifestasikan dengan menangis, marah pergerakan berlebihan.
Disamping itu bayi juga telah merasa memiliki ibunya, sehingga jika
berpisah dengan ibunya akan menimbulkan “Separation Anxiety”
(cemas akan berpisah). Hal ini akan kelihatan jika bayi ditinggalkan
oleh ibunya, maka akan menangis sejadi-jadinya, melekat dan sangat
tergantung dengan kuat.
b. Masa toddler (1-3 tahun)
Toddler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa yang memadai dan pengertian terhadap realita terbatas.
Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan
ibu akan menimbulkan rasa kehilangan orang yang terdekat bagi diri
anak dan lingkungan yang dikenal serta akan mengakibatkan perasaan
tidak aman dan rasa cemas. Disebutkan bahwa sumber stres utama pada
anak yaitu akibat perpisahan (usia 15-30 bulan). Anxietas perpisahan
disebut juga “Analitic Depression”
Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam 3 tahap, yaitu :
1) Tahap Protes (Protest)
Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat,
menjerit dan memangil ibunya atau menggunakan tingkah laku
33
agresif agar orang lain tahun bahwa ia tidak ingin ditinggalkan
orang tuanya serta menolak perhatian orang lain.
2) Tahap Putus Asa (Despair)
Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang,
tidak aktif, kurang minat untuk bermain, tidak nafsu makan,
menarik diri, sedih dan apatis.
3) Tahap Menolak (Denial/Detachment)
Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima
perpisahan, membina hubungan dangkal dengan orang lain serta
kelihatan mulai menyukai lingkungan.
c. Masa Prasekolah (3-6 tahun)
Anak usia prasekolah telah dapat menerima perpisahan dengan
orang tuannya dan anak juga dapat membentuk rasa percaya dengan
orang lain. Walaupun demikian anak tetap membutuhkan perlindungan
dari keluarganya. Akibat perpisahan akan menimbulkan reaksi seperti :
menolak makan, menangis pelan-pelan, sering bertanya misalnya kapan
orang tuanya berkunjung, tidak kooperatif terhadap aktivitas sehari-
hari. Kehilangan kontrol terjadi karena adanya pembatasan aktivitas
sehari-hari dan karena kehilangan kekuatan diri. Anak prasekolah
membayangkan bahwa dirawat di rumah sakit merupakan suatu
hukuman, dipisahkan, merasa tidak aman dan kemandiriannya
dihambat. Anak akan berespon dengan perasaan malu, bersalah dan
takut. Anak usia prasekolah sangat memperhatikan penampilan dan
fungsi tubuh. Mereka menjadi ingin tahu dan bingung melihat
34
seseorang dengan gangguan penglihatan atau keadaan tidak normal.
Pada usia ini anak merasa takut bila mengalami perlakuan, anak
menganggap bahwa tindakan dan prosedur mengancam integritas
tubuhnya. Anak akan bereaksi dengan agresif, ekspresif verbal dan
depandensin. Disamping itu anak juga akan menangis, bingung,
khususnya bila keluar darah dari tubuhnya. Maka sulit bagi anak untuk
percaya bahwa infeksi, mengukur tekanan darah, mengukur suhu
perrektal dan prosedur tindakan lainnya tidak akan menimbulkan
perlukaan.
d. Masa Sekolah (6-12 tahun)
Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit akan merasa
khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya, takut
kehilangan keterampilan, merasa kesepian dan sendiri. Anak
membutuhkan rasa aman dan perlindungan dari orang tua namun tidak
memerlukan selalu ditemani oleh orang tuanya. Pada usia ini anak
berusaha independen dan produktif. Akibat dirawat di rumah sakit
menyebabkan perasaan kehilangan kontrol dan kekuatan. Hal ini terjadi
karena adanya perubahan dalam peran, kelemahan fisik, takut mati dan
kehilangan kegiatan dalam kelompok serta akibat kegiatan rutin rumah
sakit seperti bed rest, penggunan pispot, kurangnya privasi, pemakaian
kursi roda, dan lain-lain. Anak telah dapat mengekspresikan
perasaannya dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri. Anak akan
berusaha mengontrol tingkah laku pada waktu merasa nyeri atau sakit
dengan cara menggigit bibir atau menggenggam sesuatu.
35
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
= Tidak diteliti
= Diteliti
= Mempengaruhi
= Hubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Peran Orang Tua
dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6
Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota
Madiun.
Faktor Yang
Mempengaruhi
Kecemasan
1) Usia
2) Pengalaman
3) Dukungan
4) Jenis kelamin
5) Pendidikan
6) Hari perawatan
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Peran :
1. Faktor kelas sosial
2. Faktor bentuk keluarga
3. Faktor tahap
perkembangan keluarga
4. Faktor model peran
5. Faktor peristiwa
situasional khususnya
masalah kesehatan atau
sakit
Peran orang tua
Hospitalisasi
Respon anak
menghadapi
hospitalisasi
1.Tingkat kecemasan
2. Kehilangan kontrol
3. Nyeri Indikator Peran orang tua
a. Menjalin kolaborasi antara
orang tua dengan profesi
kesehatan.
b. Kehadiran orang tua yang
dapat memberikan rasa
nyaman pada anak.
c. Keterlibatan orang tua
dalam perawatan.
d. Memberikan support
emosional kepada anak.
e. Ikut terlibat pada tindakan
yang sederhana.
f. Menjelaskan kepada anak
tentang kondisi anak.
g. Memenuhi kebutuhan
anak selama dirawat.
36
Gambar 3.1 Hospitalisasi merupakan suatu proses yang berencana
atau darurat, mengaharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Respon
anak menghadapi hospitalisasi yaitu tingkat kecemasan dan kehilangan
kontrol. Faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah usia, pengalaman,
dukungan, jenis kelamin, pendidikan, hari perawatan. Indikator peran
orang tua adalah Menjalin kolaborasi antara orang tua dengan profesi
kesehatan, kehadiran orang tua yang dapat memberikan rasa nyaman pada
anak, keterlibatan orang tua dalam perawatan, memberikan support
emosional kepada anak, ikut terlibat pada tindakan yang sederhana,
menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak, memenuhi kebutuhan anak
selama dirawat. Indikator Peran orang tua yaitu Menjalin kolaborasi antara
orang tua dengan profesi kesehatan, kehadiran orang tua yang dapat
memberikan rasa nyaman pada anak, keterlibatan orang tua dalam
perawatan, memberikan support emosional kepada anak, Ikut terlibat pada
tindakan yang sederhana, menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak,
memenuhi kebutuhan anak selama dirawat. Peran orang tua diperlukan
guna meminimalkan penyebab cemas dengan mengurangi dampak
perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah dan
pernyataan peneliti. Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan asumsi
tentang hubungan dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab
37
suatu pertanyaan dalam suatu peneliti. Setiap hipotesa terdiri atas suatu
unit atau bagian dari permasalahan (Nursalam, 2013).
Ha : ada hubungan antara peran orang tua dengan tingkat kecemasan
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami
hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
38
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang
mungkin timbul selama proses penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian
desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yaitu
untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel independen
dengan dependen. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,
memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang ada. Penelitian ini
menggunakan Cross Sectional dimana dalam desain ini variabel
independen dan dependen pengukurannya dilakukan hanya satu kali atau
satu saat (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti
yaitu hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan pada anak
prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Kota Madiun.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan
atau digenalisir (Dharma, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah anak
usia prasekolah (3-6 tahun) beserta orang tuanya yang dirawat di RSUD
Kota Madiun dalam kurun waktu 3 bulan terakhir (Januari, Febuari, Maret)
31 rata-rata pasien.
39
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 anak usia prasekolah yang
dirawat beserta orang tuanya yang menunggui selama perawatan di ruang
Melati RSUD Kota Madiun yang sesuai kriteria inklusi.
4.2.2.1 Kriteria Sampel
Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai
berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat
dimasukkan atau layak diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah :
1) Orang tua yang anaknya sedang dirawat di RSUD Kota Madiun
2) Orang tua yang setuju menjadi responden
3) Orang tua kandung yang menunggui selama anak dio rawat di
RSUD Kota Madiun
4) Anak usia (3-6 tahun) prasekolah yang dirawat di RSUD Kota
Madiun
5) Anak yang dapat diajak komunikasi atau berbicara
6) Anak yang sadar atau tidak dalam keadaan koma
40
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak
dimasukan atau tidak layak untuk diteliti. Kriteria ekslusi dalam
penelitian ini adalah :
1) Orang tua dengan anak yang mengalami penurunan kesadaran di
RSUD Kota Madiun
2) Kondisi anak yang lemah
4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan
sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian
(Nursalam, 2013). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tehnik total sampling. Tehnik total sampling adalah suatu tehnik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi
(Sugiono, 2007). Pertimbangan dalam penelitian ini adalah anak usia
prasekolah (3-6 tahun) yang sedang dirawat beserta orang tua yang
menunggui selama perawatan di rumah sakit.
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka operasinal atau kerangka kerja adalah suatu abstrak,
logikal secara arti harfiah dan akan membantu peneliti dengan body of
knowledge (Nursalam, 2013). Kerangka operasional dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut
41
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Peran Orang Tua dengan
Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) yang
Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
Populasi
Seluruh pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang dirawat di RSUD Kota
Madiun sejumlah 31 responden
Sampel
Seluruh pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Kota Madiun yang
memenuhi kriteria inklusi sejumlah 31 responden
Analisis data
Uji Statistik Spearman Rank dengan α = 0,05
Pengolahan data
Editing, Coding, Scoring dan Tabulating
Pelaporan
Hasil dan Kesimpulan
Pengumpulan data
Kuesioner
Sampling
total sampling
Independen : Peran orang tua
Dependen : Tingkat Kecemasan
42
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2009).
4.5.1.1 Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen merupakan variabel stimulus, prediktor,
sebab, resiko dan variabel yang mempengaruhi atau yang menyebabkan
munculnya variabel dependen/ terikat (Sugiono, 2009). Variabel
independen pada penelitian ini adalah peran orang tua.
4.5.1.2 Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan
terjadi pada anak usia prasekolah (3-6 tahun).
4.5.1.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel tersebut. Definisi
operasional dalam penelitian ini memberikan penjelasan bagaimana cara
mengukur variabel yang telah ditentukan berdasarkan parameter yang
dijadikan ukuran (Notoatmodjo, 2010).
43
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian Hubungan Peran Orang Tua dengan
Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang
Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
Variabel Definisi operasional Parameter Alat ukur Skala Skor
Peran Orang tua
(Independen)
Bentuk partisipasi
yang dilakukan
orang tua saat anak
dirawat meliputi
partisipasi dalam
memenuhi
kebutuhan fisik
psikososial dan
spritual anak.
Indikator peran orang
tua yaitu
1. Menjalin kolaborasi
antara orang tua
dengan petugas
kesehatan
2. Kehdiran orang tua
yang dapat
memberikan rasa
nyaman pada anak.
3. Keterlibatan
orang tua dalam
perawatan
4. Memberikan sport
emosional kepada
anak
5. Ikut terlibat pada
tindakan yang
sederhana
6. Menjelaskan
kepada anak
tentang kondisi
anak.
7. Memenuhi
kebutuhan anak
selama dirawat.
Kusioner Ordinal Skor yang
diberikan untuk
pernyataan orang
tua
1. Ya : 1
2. Tidak : 0
Katagori
1. Baik
(76%-100%)
2. Cukup
(50%_75%)
3. Kurang
(50%)
Tingkat
Kecemasan
(Dependen)
Suatu bentuk
perilaku yang
ditunjukan anak
selama menghadapi
perawatan rumah
sakit
Skala Zung – Self
rentinganxiety (SAS)
merupakan instrumen
untuk mengukur
tingkat kecemasan
1. Kecemasan
2. Takut
3. Mental
4. Nyeri tubuh
5. Tremor
6. Kelemahan
7. Gelisah
8. Jantung
9. Pusing
10. Kesemutan
11. Sakit perut
12. Frekuensi
kencing
13. Berkringat
14. Wajah memerah
15. Gangguan tidur
16. Mimpi buruk
Kuesioner Ordinal Skor yang
diberikan untuk
pernyataan tingkat
kecemasan
1. Tidak pernah
sama sekali :
0
2. Ya : 1
Katagori
Tingkat
kecemasan
1. Ringan
(1-4)
2. Sedang
(5-8)
3. Berat
(9-12)
4. Panik
(13-16)
44
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner bersifat
pertanyaan tertutup. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang di
gunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010). Jumlah pertanyaan
untuk variabel independen peran orang tua ada 13 pertanyaan. Sedangkan
untuk variabel dependen kecemasan peneliti menggunakan skala Zung-
Self Rating Anxiety Scale (SAS) yang telah dimodifikasi dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 16 pertanyaan.
4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
4.7.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak sahnya
suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner itu. Perhitungan untuk menguji validitas dengan menggunakan
rumus pearson corelation. Kriteria validitas yang dipakai apabila nilai
rhitung lebih besar rtabel. Uji validitas ini digunakan untuk kuisioner peran
orang tua dan tingkat kecemasan pada anak. Uji validitas ini menggunakan
rumus pearson corelation yang dihitung dengan menggunakan progam
SPSS versi 22. Dasar pengambilan keputusan adalah :
45
a. Jika r hitung > r tabel (0,632), maka valid
b. Jika r hitung < r tabel (0,632), maka tidak valid
Sebelum digunakan, kuesioner tingkat kecemasan diuji
ketepatannya sebagai alat ukur dengan uji validitas. Uji validitas
digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator
dari variabel. Dalam kuisioner peran orang tua diujikan kepada 10
orang responden dan diperoleh hasil uji dari 15 pertanyaan yang tidak
valid adalah no. 14 dan 15. dalam kuesioner tingkat kecemasan
menggunakan kuesioner Zung- Self Rating Anxiety Scale (SAS) yang
baku dan dimodifikasi oleh peneliti dan diujikan kepada 15 orang
responden dan diperoleh hasil uji dari 20 pertanyaan yang tidak valid
no. 3,5,12,13.
4.7.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel jika
jawaban seseorang terhadap kuesioner stabil dari waktu ke waktu. Untuk
menguji reliabilitas digunakan rumus alpha cronbach. Setelah dilakukan
uji reliabilitas terhadap kuesioner peran orang tua di peroleh nilai alpha
cronbach 0,768 maka nilai alpha reliabel dan di dapatkan pertanyaan valid
13 pertanyaan. Penguji realibilitas pada penelitian ini dilakukan karena
kuesioner telah dimodifikasi, untuk tingkat kecemasan menggunakan skala
SAS dan diperoleh hasil nilai alpha cronbach 0,944 maka nilai alpha
reliabel di dapatkan pertanyaan valid 16 pertanyaan.
46
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian telah dilakukan di RSUD Kota Madiun dan
waktu penelitian yang dilakukan pada bulan Januari-Agustus 2017.
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa data primer
yaitu dengan memberikan kuesioner secara langsung kepada responden.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak ruang rawat inap misalnya
kepala ruangan dan perawat pelaksana di ruang inap tersebut. Dalam
penelitian ini dikumpulkan dengan tehnik angket menggunakan kuesioner,
berisi pertanyaan terstruktur yang dijawab langsung oleh responden.
Proses pengumpulan data dilakukan sebagai berikut :
1) Mengurus perijinan persetujuan judul penelitian sebagai pengantar
surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada ketua STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun untuk melakukan penelitian di RSUD
Kota Madiun.
2) Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada
Kepala KESBANGPOLINMAS Kota Madiun untuk melakukan
penelitian di RSUD Kota Madiun
3) Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada
Direktur RSUD Kota Madiun
4) Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan pengumpulan data yaitu
dengan mendatangi Ruang Anak Melati RSUD Kota Madiun.
47
5) Peneliti menjelaskan sesuai kriteia kepada calon responden orang tua
dan anak usia prasekolah (3-6 tahun) tentang maksud dan tujuan dari
penelitian.
6) Apabila calon responden orang tua dan anak usia prasekolah (3-6
tahun) bersedia menjadi responden, maka dipersilahkan untuk
menandatangani informed concent, dan apabila calon responden tidak
bersedia menjadi responden maka peneliti tetap menghormati
keputusan itu.
7) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden
8) Peneliti menjelaskan kuisioner kepada orang tua
9) Setelah peneliti menjelaskan kepada orang tua kemudian orang tua
menjelaskan dan membacakan kuesioner kepada anak untuk pengisian
kuesioner
10) Setelah kuesioner diisi oleh responden maka kuesioner tersebut
dikumpulkan kembali kepada peneliti pada saat itu juga.
4.10 Teknik Analisis Data
4.10.1 Analisis Data
Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program
komputer melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Hasil data dari lapangan harus dilakukan penyuntingan
(editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan
untuk pengecekan dan perbaikan. Apabila ada data yang belum
48
lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan pengmbilan data ulang
untuk melengkapi data-data tersebut. Tetapi apabila tidak
memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah
atau dimasukkan dalam pengolahan (Nugroho, 2012).
2. Coding
Yaitu kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2009). Peneliti dalam
penelitian memberikan kode terhadap kelompok variabel sebagai
berikut :
a. Peran orang tua
1) Baik : 1
2) Cukup : 2
3) Kurang : 3
b. Tingkat kecemasan hospitalisasi:
Ringan : 1
Sedang : 2
Berat : 3
Panik : 4
3. Scoring
Peneliti memberi skor untuk peran orang tua dan tingkat
kecemasan hospitalisasi dengan kriteria sebagai berikut :
a. Peran orang tua
1) Baik (76%-100%)
49
2) Cukup (50%-75%)
3) Kurang (<50%)
b. Tingkat Kecemasan hospitalisasi
Pengukuran Kecemasan menggunakan Tes SAS dengan
cara melihat hasil jumlah skornya yang memiliki makna sebagai
berikut :
1) Ringan : 1-4
2) Sedang : 5-8
3) Berat : 8-12
4) Panik : 13-14
4. Tabulasi Langsung
Tabulasi langsung adalah sistem pengolahan data langsung
yang ditabulasi oleh kuesioner. Tabulasi langsung biasanya dikerjakan
dengan sistem tally yaitu cara menghitung data menurut klasifikasi
yang telah ditentukan. Cara lain adalah kuesioner dikelompokan
menurut jawaban yang diberikan, kemudian dihitung jumlahnya, lalu
dimasukan ke dalam tabel yang telah disiapkan. Kelemahan cara ini
adalah pengaturannya menjadi rumit bila jumlah klasifikasi dan
sampelnya besar.
4.10.2 Pengolahan Data
4.10.2.1 Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk menganalisis variabel-
variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi
50
frekuensinya agar dapat diketahui karakteristik dari subjek penelitian.
Karakteristik responden yang dilakukan analisis kategorik dengan
distribusi frekuensi. Selain itu adalah data yang dianalisis adalah peran
orang tua dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6) tahun di
RSUD Kota Madiun rumus yang digunakan dalah distribusi frekuensi
adalah sebagai berikut :
P = 𝐹 × 100%
𝑁
Keterangan
P : Prosentase
F : Frekuensi jumlah responden
N : Banyaknya responden
4.10.2.2 Analisa Bivariat
Sugiono (2009) mengatakan bahwa analisa bivariat adalah
analisa untuk menguji hubungan antara dua variabel. Pemilihan uji
statistik yang akan digunakan untuk melakukan analisa didasarkan pada
skala pengukuran, jumlah populasi atau sampel dan jumlah variabel
yang diteliti. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara karakteristik responden dengan kecemasan hospitalisai pada anak
usia prasekolah dan peran orang tua dengan kecemasan hospitalisasi
pada anak prasekolah. Karena data penelitian seluruhnya berskala
ordinal maka uji statistik yang digunakan adalah spearman rank dengan
taraf signifikan 0,05. Dasar digunakan uji statistic spearman rank jika
51
data yang diolah mengandung unsur skala ordinal maka dilakukan uji
spearman rank.
Adapun pedoman signifikasi memakai panduan sebagai berikut :
bila Pvalue < 𝛼 (0,05), maka signifikan atau ada hubungan. Sugiono,
(2011) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
adalah sebagai berikut :
1. 0,00-0,19 = Hubungan sangat lemah
2. 0,20-0,39 = Hubungan lemah
3. 0,40-0,59 = Hubungan cukup kuat
4. 0,60-0,79 = Hubungan kuat
5. 0,95-1,00 = Hubungan sangat kuat.
4.11 Etika Penelitian
1. Informen Consent
Informen Consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden, yang akan dilakukan peneliti dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informen consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian. Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus
menghormati hak responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
52
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Prinsip pengumpulan data adalah dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh
peneliti.
53
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUD Kota Madiun merupakan salah satu layanan kesehatan milik
pemerintahan Kota Madiun yang terletak di Jl. Campursari No. 12 B.
Madiun RSUD Kota Madiun dibagun pada tahun 2004 dan mulai
beroperasi pada tahun 2005 yang tercatat RS tipe C. Masyarakat madiun
tentunnya sudah tidak sering dan sering menyebutnya Rumah Sakit
Sogaten karena terletak di kelurahan sogaten, Manggunharjo, Madiun
RSUD milik pemerintahan Kota ini mempunyai luas tanah 45.000 dengan
luas bangunan 10.966,74. Jumlah kamar di RSUD Kota Madiun 14 kamar
VIP, 36 kamar kelas 1,32 kamar kelas II, 85 kamar kelas III, 6 kamar ICU,
10 kamar HCU, 16 kamar TT di IGD, 11 kamar bersalin, 5 TT ruang
operasi, 2 kamar TT ruang isolusi. Penelitian ini dilakukan di ruang melati
yang merupakan ruang perawatan untuk pasien anak dengan jumlah
total 10 kamar yaitu 5 kamar kelas 1,2 kamar kelas 11, 2 kamar, kelas III,
dan 1 kamar HCU dengan jumlah 20 bad.
RSUD Kota Madiun mempunyai visi dan misi dalam melakukan
pelayanan terhadap masyarakat visi RSUD Kota Madiun yaitu
mewujudkan fasilitas kesehatan masyarakat yang terjangkau. Misi RSUD
Kota Madiun yaitu meningkatkan SDM yang berkualitas. Dalam penelitian
ini, peneliti mengambil tempat penelitian di Ruang Melati RSUD Kota
54
Madiun pada tanggal 12 mei-12 juni 2017. Data penelitian yang diperoleh
seluruhnya merupakan data primer yang diperoleh dari jawaban kuesioner
yang diperoleh responden. Data-data hasil penelitian tersebut disajikan
dalam tabel berikut.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Penyajian Karateristik Data Umum
5.2.1.1 Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin anak
Karateristik berdasarkan jenis kelamin anak dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin yang
dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-Laki 12 38.7 %
2 Perempuan 19 61.3 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017.
Hasil penelitian pada tabel 5.1 menjelaskan bahwa karateristik
responden berdasarkan jenis kelamin anak terbanyak adalah untuk
responden perempuan sebanyak 19 anak (61.3%). Sedangkan yang
terendah adalah responden laki-laki sebanyak 12 anak (38.7%).
55
5.2.1.2 Karateristik responden berdasarkan perawatan dirumah sakit
Karateristik berdasarkan perawatan dirumah sakit dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perawatan dirumah
sakit yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017
No Riwayat Dirawat Jumlah Presentase (%)
1 Pernah 12 38.7 %
2 Belum Pernah 19 61.3 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun 13
Juni 2017
Hasil penelitian pada tabel 5.2 menjelaskan bahwa karateristik
responden berdasarkan perawatan dirumah sakit terbanyak adalah 19 anak
(61.3%) belum pernah dirawat. Sedangkan yang terendah adalah 12 anak
(38.7%) menyatakan pernah dirawat sebelumnya
5.2.1.3 Karateristik responden berdasarkan usia anak
Karateristik berdasarkan usia anak dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia anak yang
dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.
No Usia Anak Jumlah Presentase (%)
1 3 Tahun 8 25.8 %
2 4 Tahun 10 32.3 %
3 5 Tahun 9 29 %
4 6 Tahun 4 12.9 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun 13
Juni 2017
Hasil penelitian pada tabel 5.3 menjelaskan bahwa karateristik
responden berdasarkan usia anak adalah terbanyak 4 tahun 10 anak
(32.3%), sedangkan yang terendah berusia 6 tahun 4 anak (12.9%).
56
5.2.1.4 Karateristik responden berdasarkan orang tua yang mendampingi
Karateristik berdasarkan orang tua yang mendampingi dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan orang tua yang
mendampingi yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.
No Orang Tua Jumlah Presentase (%)
1 Ayah 10 32.3 %
2 Ibu 21 67.7 %
Jumlah 31 100
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017
Hasil penelitian pada tabel 5.4 menjelaskan bahwa karateristik
berdasarkan orang tua yang mendampingi terbanyak adalah 21 orang
(67.7%) adalah ibu. Sedangkan yang terendeah adalah anak yang
ditunggui oleh ayahnya sebanyak 10 orang (32.3%).
5.2.1.5 Karateristik responden berdasarkan usia orang tua yang
mendampingi
Karateristik berdasarkan usia orang tua yang mendampingi dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia orang tua yang
mendampingi yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.
No Variabel Mean Mode Median Minimal
Maksimal
Standar
Devisi CI
1 Usia 29.39 32 31.00 22
35 4.063 35.00
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017
Hasil penelitian pada tabel 5.5 menjelaskan bahwa karateristik
berdasarkan usia orang tua yang mendampingi terbanyak adalah orang tua
yang berusia 31-35 tahun yaitu sebanyak 16 orang (51.6%). Sedangkan
yang terendah orang tua yang berusia 21-25 tahun sebanyak 7 orang
57
(22,6%). Dari tabel diatas diketahui bahwa tidak ada orang tua yang
berusia < 20 tahun dan >36 tahun.
5.2.1.6 Karateristik responden berdasarkan pendidikan orangtua
Karateristik berdasarkan pendidikan orang tua dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan orang
tua yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.
No Pendidikan Jumlah Presentase (%)
1 SD 3 9.7 %
2 SMP 8 25.8 %
3 SMA 11 35.5 %
4 PT 9 29.0 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017.
Hasil penelitian pada tabel 5.6 menjelaskan bahwa karateristik
berdasarkan pendidikan orang tua tertinggi adalah orang tua yang
mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 11 orang (35.5%),
sedangkan orang tua dengan tingkat pendidikan SD 3 (9.7%) yang
terendah.
5.2.1.7 Karateristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua
Karateristik berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan orang tua
yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.
No Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
1 Tidak Bekerja 1 3.2 %
2 Wiraswasta 14 45.2 %
3 Karyawan 4 12.9 %
4 PNS 5 16.1 %
5 Lain-Lain 7 22.6 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017.
58
Hasil penelitian pada tabel 5.7 menjelaskan bahwa karateristik
responden orang tua yang mempunyai pekerjaan terbanyak adalah
wiraswasta sebanyak 14 orang (45.2%) sedangkan yang terendah adalah
orang tua yang tidak bekerja sebanyak 1 orang (3.25).
5.2.1.8 Karateristik responden berdasarkan pengalaman merawat anak di
rumah sakit.
Karateristik berdasarkan pengalaman merawat anak dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengalaman
merawat anak yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.
No Pengalaman merawat Jumlah Presentase (%)
1 Pernah 13 41.9 %
2 Belum Pernah 18 58.1 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun 13
Juni 2017
Hasil penelitian pada tabel 5.8 menjelaskan bahwa karateristik
responden pengalaman merawat anak tertinggi adalah orang tua yang
belum pernah merawat anak sebanyak 18 orang (58.1%). Sedangkan yang
terendah 13 orang (41.9%) menyatakan pernah merawat anak yang
mengalami hospitalisasi.
59
5.2.2 Penyajian Karateristik Data Khusus
5.2.2.1 Peran Orang Tua Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang
Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun
Karateristik peran orang tua dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.9 Distribusi frekuensi peran orang tua yang dikutip pada tanggal
13 Juni 2017.
No Peran Orang tua Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 14 45,2 %
2 Cukup 13 41,9 %
3 Kurang 4 12,9 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017
Hasil penelitian pada tabel 5.9 menjelaskan bahwa peran orang tua
yang terbanyak adalah orang tua yang memiliki peran baik sebanyak 14
responden (45,2%). Sedangkan yang terendah adalah Peran orang tua yang
yang memiliki peran kurang sebanyak 4 responden (12,9%).
5.2.2.2 Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang
Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun
Karateristik responden tingkat kecemasan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 5.10 Distribusi frekuensi responden tingkat kecemasan yang dikutip
pada tanggal 13 Juni 2017.
No Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)
1 Ringan 14 45,2 %
2 Sedang 12 38,7 %
3 Berat 5 16,1 %
4 Panik 0 0 %
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di RSUD Kota Madiun. 13
Juni 2017
60
Hasil penelitian pada tabel 5.10 menjelaskan bahwa karateristik
responden tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak usia prasekolah di
RSUD Kota Madiun terbanyak adalah tingkat kecemasan ringan 14
anak (45,2 %). Sedangkan yang terendah adalah tingkat kecemasan berat
sebanyak 5 anak (16,1%). Dari tabel diatas diketahui bahwa tidak ada
anak yang mengalami tingkat kecemasan panik.
5.2.2.3 Hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak Usia
prasekolah (3-6 Tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kota
Madiun.
Tabel 5.11 Tabulasi silang hubungan peran orang tua dengan tingkat
kecemasan anak yang dikutip pada tanggal 13 Juni 2017.
Tingkat Kecemasan
Total Ringan Sedang Berat Panik
Peran Orang Tua N % N % N % N % N %
Baik 10 71 4 29 0 0 0 0 14 100
Cukup 4 31 7 54 2 16 0 0 13 100
Kurang 0 0 1 25 3 75 0 0 4 100
a = 0,05 r = -0,646 p value = 0,000
Sumber : SPSS Versi 16.0
Berdasarkan tabel 5.11 diatas menjelaskan bahwa peran orang tua
yang paling banyak diberikan kepada responden yang termasuk dalam
kategori peran baik dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 14
responden (71%). Sedangkan yang terendah 3 responden (75%) dalam
katagori peran kurang dengan tingkat kecemasan berat.
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik
Spearman Rank dengan progam SPSS versi 16.0 di dapatka p value = <
a = 0,05 artinya Ha diterima berarti ada hubungan peran orangtua dengan
tingkat kecemasan anak usia prasekolah di RSUD Kota Madiun. Hasil
61
uji Spearman Rank bahwa r hitung = -0,646 yaitu negatif, yang berarti
semakin tinggi peran orang tua maka semakin rendah tingkat kecemasan
yang dialami oleh anak yang mengalami hospitalisasi. Keeratan hubungan
dapat dilihat dari r hitung = -0,646 yang dikategorikan hubungan kuat
(0,60-0,79). Yang artinya keeratan hubungan peran orang tua dengan
tingkat kecemasan anak yang mengalami hopitalisasi di RSUD Kota
Madiun adalah kuat.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Peran Orang tua Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang
Mengalmi Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun
Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan hasil peran orang tua sebanyak 14
responden (45,2%) adalah baik. Peran orang tua selama anak menjalani
hospitalisasi yang termasuk dalam kategori cukup sebanyak 13
responden (41,9%). Dan peran orang tua selama anak menjalani
hospitalisasi yang termasuk kategori kurang sebanyak 4 responden
(12,9%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran orang tua mayoritas
adalah baik. Menurut Ronald (2006) bahwa orang tua mampu membuat
anak bisa menerima keadaan hospitalisasi. Orang tua membantu anak-anak
mengatasi perasaan mereka, terlibat kerjasama dengan perawat,
memeberikan pujian dan bermain dengan anak. Beberapa penelitian
menunjukan, anak merasakan kecemasan yang ringan karena mereka
selalu di dampingi dan diperhatikan oleh orang tuanya Miftahul (2015)
Dengan demikian, peneliti berpendapat bahwa keterlibatan orang tua
62
sangat penting dalam mendampingi anak yang mengalami hospitalisasi
agar anak-anak merasa nyaman dalam menjalani hospitalisasi.
Berdasarkan analisa kuesioner di ketahui bahwa hasil kuesioner
indikator peran orang tua terbanyak dengan jawaban iya adalah menjalin
kolaborasi antara orang tua dengan profesi dengan tingkat kecemasan. Hal
ini diperkuat oleh jawaban responden berdasarkan kuesioner pada soal
nomor 1 dengan jumlah 31 responden (100%). Menurut Chen (2005)
bentuk peran orang tua selama anak dirawat di rumah sakit adalah
menjalin kolaborasi orang tua selama dengan profesi kesehatan. bentuk
kolaborasi orang tua dengan profesi kesehatan dalam perawatan,
memberikan sport emosional kepada anak, ikut terlibat pada tindakan yang
sederhana, menjelaskan kepada anak tentang kondisi anak dan memenuhi
kebutuhan anak selama dirawat. Berdasarkan uraian tersebut peneliti
berasumsi bahwa kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan orang
tua memberikan dukungan terhadap anak, dapat meminalisir tingkat
kecemasan anak dalam hospitalisasi.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi peran orang tua yaitu usia
pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata usia orang tua 32 tahun.
Menurut Supartini (2004), orang tua terlalu tua mungkin dapat
menjalankan peran tersebut secara optimal karena kekuatan fisik dan
psikososial, serta semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih, dasar berfikir dan bekerja dilandasi oleh
kepercayaan yang ada dimasyarakat. Dimana pada umur ini orang tua
63
lebih dewasa dan lebih matang dalam berfikir. Umur menjadi salah satu
ciri tingkat kedewasaan sehingga dapat mempengaruhi perannya pada
anak, karena dengan bertambahnya umur seseorang maka terjadi proses
pematangan baik organ maupun jalan pikirannya sehingga dapat berperan
baik pada anaknya. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berasumsi bahwa
dengan umur yang cukup seseorang lebih mudah dalam menerima
informasi sehingga pengetahuan lebih luas dimana perannya akan lebih
baik.
Faktor yang mempengaruhi peran selanjutnya yaitu mendampingi
dapat diketahui berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa orang tua
yang mendampingi merupakan yang paling banyak adalah ibu dengan
jumlah 21 responden (67,7%). Menurut Supartini (2004) Kedekatan
hubungan antara ibu dan anak sama pentingnya dengan ayah dan anak
walaupun secara kodrati akan ada perbedaan, tetepi tidak mengurangi
makna penting hubungan tersebut. Dengan demikian jenis kelamin
berpengaruh terhadap peran orang tua saat anak hospitalisasi, ada
perbedaan peran antara seorang ibu dengan seorang ayah, seorang ibu
kebanyakan lebih akrab dengan anaknya karena lebih banyak waktu yang
diluangkan bersama anaknya, berbeda dengan seorang ayah yang
cenderung lebih sibuk bekerja dan jarang meluangkan sehingga sosok
ayah kurang berpengaruh terhadap kehidupan anak. Hubungan anak
dengan ibu sangat dekat. Dengan demikian, peneliti menarik kesimpulan
64
bahwa hubungan anak dengan ibu sangat dekat yang dimungkinkan dapat
memepengaruhi perasaan berat ketikan seorang anak berpisah dengan ibu.
Pendidikan orang tua juga mempengaruhi peran orang tua
berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa pendidikan orang tua yang paling
banyak adalah SMA yaitu 11 responden (35.5%). Supartini (2004)
Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan
mempengaruhi kesiapan mereka dalam menjalankan peran pengasuh
terutama dalam menjaga kesehatan anak, sehingga dalam menjalankan
peran informal orang tua baik sebagai pendorong, inisiator, dominator,
sahabat, dan koordinator dapat maksimal. Berdasarkan uraian tersebut,
peneliti menarik kesimpulan pendidikan sangat berpengaruh dalam
penerimaan informasi yang diberikan seseorang, dengan tingkat
pendidikan yang tinggi seseorang akan lebih mudah menerima informasi
sehingga berdampak pada kecakapan atau ketrampilan seseorang dalam
menjalankan perannya.
Pekerjaan orang tua juga mempengaruhi peran orang tua berdasarkan
tabel 5.7 diketahui bahwa pekerjaan orang tua adalah yang paling banyak
yaitu wiraswasta yaitu 14 responden (45,2%). Menurut Umar (2005)
pekerjaan merupakan kesibukan yang harus dilakukan terutama
menunjang kehidupan keluarga, ekonomi adalah kegiatan menghasilkan
uang di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup, peran yang
diberikan mungkin tidak maksimal diterima karena orang tua terlalu sibuk
memikirkan pekerjaan yang tertinggal akibatnya menambah kecemasan
65
yang dirasakan. berdasarkan uraian tersebut peneliti berpendapat dengan
kesibukan orang tua akan menambah kecemasan yang dirasakan oleh anak.
Faktor yang mempengaruhi selanjutkan adalah pengalaman merawat
anak berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa pengalaman merawat anak
terbanyak adalah belum pernah merawat anak dengan jumlah 18
responden (58,1%). Menurut Supartini (2006) orang tua dalam
meminimalkan cemas akibat perpisahan sangat penting. Pengalaman orang
tua ketika anak pertama kali dirawat dirumah sakit merupakan pengalaman
yang meneganggkan. Apabila orang tua kurang mendapatkan. Apabila
orang tua kurang mendapatkan dukungan emosi dan sosial dari petugas
kesehatan akan menunjukan perasaan cemas ketika anaknya pertama
pertama kali mengalami perawatan dirumah sakit. Apabila orang tua
cemas akan membuat tingkat cemas pada anaknya. Menurut uraian di atas
peneliti berpendapat asuhan keperawatan tidak bisa hanya berfokus pada
anak tetapi juga orang tuanya.
5.3.2 Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah yang Mengalami
Hospitalisai di RSUD Kota Madiun.
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 5.10 dan 31 responden
yang mengalami kecemasan berdasarkan pengisian kuesioner bahwa
responden kebanyakan mengalami kecemasan ringan sebanyak 14 anak
(45,2%), sedangkan anak yang mengalami tingkat cemas sedang 12 anak
(38,7%) anak mengalami tingkat cemas berat sebanyak 5 anak (16,1 %).
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada anak yang mengalami tingkat
cemas panik. Sehingga tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah
66
(3-6 tahun) kebanyakan mengalami cemas ringan Sesuai teori (Supartini,
2006) perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah
dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama
kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Peneliti berasumsi
bahwa perawatan anak dirumah sakit memerlukan dampingan dari orang
tua agar kecemasan anak dapat berkurang.
Berdasarkan analisa kuesioner diketahui bahwa kuisioner terbanyak
adalah soal nomer 1 dengan jawaban iya yaitu saya lebih merasa gelisah
atau gugup dan cemas dari biasanya dengan jumlah 15 anak (48,4%).
Menurut Stuart (2006) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas
dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Hospitalisasi menjadi kecemasan terbesar bagi anak akan
mengalami kecemasan karena tindakan keperawatan dan penyakitnya.
Menurut uraian diatas peneliti berasumsi jika koping yang biasa digunakan
tidak mampu mengendalikan akan berkembang dengan kritis tetapi
besarnya efek tergantung pada masing-masing anak dalam
memepersiapkannya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu usia,
jenis kelamin, riwayat dirawat sebelumnya. Berdasarkan data pada tabel
5.3 dapat diketahui rata-rata usia anak paling banyak yaitu 4 tahun 10
anak (32,3%). Menurut Notoatmodjo (2010) ciri anak prasekolah
mengekresikan emosinya dengan kebebasan, sikap marah sering
diperlihatkan. Pada usia ini masih takut hal baru hal ini biasanya
67
menimbulkan kecemasan. Anak belum biasa mengontrol emosinya,
sehingga bisa mempengaruhi berat, sedang, atau ringannya kecemasan
hospitalisasi pada anak. Dengan demikian, peneliti berpendapat Semakin
bertambahnya usia anak maka pengalaman semakin banyak.
Berdasarkan pada data tabel 5.1 frekuensi jenis kelamin kebanyakan
anak berjenis kelamin permpuan 19 anak (61,3%). Hal ini disesuaikan
dengan terori Hidayat (2009) hal ini dapat dibuktikan bahwa tingkat
kecemasan wanita lebih tinggi pada laki-laki sehingga kecemasan akan
muncul dipicu dengan kurangnya peran orangtua yang baik. Berdasarkan
pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur atau negara
terdapat prevalansi bahwa kecemasan dua kali lebih besar pada besar pada
wanita dari pada laki-laki karena faktor hormonal, efek kelahiran,
perbedaan stress psikososial wanita dan laki-laki. Menurut uraian tersebut,
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa anak perempuan cenderung
memiliki kekhawatiran yang tinggi ketika perawatan dirumah sakit.
Faktor selanjutnya adalah riwayat dirawat sebelumnya berdasarkan
tabel 5.2 diketahui bahwa riwayat dirawat sebelumnya terbanyak adalah
belum pernah dirawat sejumlah 19 anak (61,3). Menurut teori Supartini
(2006) pada reaksi anak hospitalisasi secara garis besar sedih takut dan
rasa bersalah karena menghadapi sesuatu yang belum pernah dialami
sebelumnya, rasa tidak aman, rasa tidak nyaman, perasaan kehilangan
sesuatu yang biasa dialami dan dirasakan menyakitkan. Menurut uraian
diatas peneliti berpendapat anak yang belum pernah mengalami perawatan
68
dirumah sakit anak merasa takut dengan hal yang sebelumnya anak
rasakan sehingga akan mempengaruhi ringan, sedang, berat yang dirasakan
oleh anak.
5.3.3 Hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan pada anak usia
prasekolah (3-6 tahun) yang menagalami hospitalisasi di RSUD Kota
Madiun.
Hasil analisa data dari tabel 5.11 Menjelaskan bahwa terdapat 10
(32,3%) responden mendapatkan peran orang tua baik dengan tingkat
kecemasan ringan 10 responden (71%). Sedangkan peran orang tua
baik dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 4 responden (29%).
Peran orang tua cukup dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 4
responden (32%). Sedangkan peran orang tua cukup dengan tingkat
kecemasan sedang sebanyak 7 responden (54%). Peran orang tua cukup
dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 2 (16%). Sedangkan peran
orang tua kurang dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 1 (25%).
Dan 3 responden (75 %) mendapatkan peran kurang dengan tingkat
kecemasan berat.
Hasil uji sperman rank menunjukan bahwa p value = 0,000 < a =
0,05 artinya Ha diterima dengan demikian ada hubungan peran orang tua
dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang
mengalmi hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. Berdasarkan tabel 5.11.
menyatakan bahwa Hasil uji Spearman Rank dapat dilihat dari p value
= 0,000 dengan nilai r = -0.646 yang dikategorikan hubungan kuat (0,60-
0,79) yang artinya keratan hubungan peran orang tua dengan tingkat
69
kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi
di RSUD Kota Madiun dikategorikan kuat.
Hospitalisasi anak merupakan suatu proses alasan tertentu
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses
tersebut, anak dan orang tua harus dapat mengalami berbagai kejadian
yang dapat berupa hal-hal yang sangat traumatik dan penuh cemas. Peran
orang tua baik karena adanya dukungan untuk memberi perawatan pada
anak yang sakit, pemberian fasilitas kesehatan sesuai, serta adanya upaya
dari orang tua yang secara keseluruhan untuk membuat suasana anak lebih
baik. Menurut Ronald (2006) yang menyatakan bahwa keluarga atau
orang tua berperan sebagai salah satu sumber kekuatan dalam upaya
penanganan masalah.
Menurut Supartini (2004) Kedekatan hubungan antara ibu dan anak
sama pentingnya dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati akan ada
perbedaan, tetepi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut.
Dengan demikian jenis kelamin berpengaruh terhadap peran orang tua
saat anak hospitalisasi, ada perbedaan peran antara seorang ibu dengan
seorang ayah, seorang ibu kebanyakan lebih akrab dengan anaknya
karena lebih banyak waktu yang diluangkan bersama anaknya, berbeda
dengan seorang ayah yang cenderung lebih sibuk bekerja dan jarang
meluangkan sehingga sosok ayah kurang berpengaruh terhadap kehidupan
anak. Hubungan anak dengan ibu sangat dekat. Akibatnya, perpisahan
70
dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak, orang terdekat
bagi dirinya dan lingkungan yang dikenal olehnya, sehingga pada
akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.
Menurut teori Chen (2005) peran ibu merupakan bagian perjalanan
kehidupan manusia yang berfokus pada interaksi dengan bayi dan ayah.
Peran orang tua terjadi karena adanya keterlinatan antara anak, ayah dan
ibu saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Menurut hasil
penelitian Miftahul (2015) bahwa bentuk peran orang tua dalam perawatn
anak dirumah sakit adalah keterlibatan orang tua dalam perawatan. Bentuk
keterlibatan orang tua mulai dari komunikasi antara anak dengan perawat,
membantu mendampingi anak selama prosedur perawatan, Hal ini
membuat anak merasa aman dan tidak takut menghadapi perawatan dokter.
Peran orang tua ditingkatkan pada saat merawat anak di rumah
sakit. Peran orang tua tidak bisa maksimal jika tidak didukung oleh
perawat. Menurut Chen (2006) salah satu bentuk dukungan perawatan
adalah dengan adanya strategi perawat untuk memanajemen orang tua
saat anak dirawat. Bentuk strategi tersebut adalah mensosialisasikan
lingkungan rawat dan perawatan yang akan dijalani anak. Strategi yang
kedua adalah memberikan kesempatan kepada orang tua untuk terlibat
dalam pengambilan keputusan tindakan yang akan diterima anak.
Keperawatan menggambarkan sebagai proses penilaian kebutuhan
kenyamanan pasien, mengembangkan, menerapkan intervensi keperawatan
71
yang sesuai dan mengevaluasi kenyamanan pasien setelah intervensi
Wadnaningsih (2005).
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa peran orang tua cukup
dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 2 responden (16%). Hal ini
disebabkan karena orang tua kurang memperhatikan dampak dari
hospitalisasi pada anak sehingga anak lebih beresiko tinggi mengalami
kecemasan sedangkan dalam penelitian ini terdapat peran kurang dengan
kecemasan anak sedang sebanyak 1 responden (25%) hal ini disebabkan
karena anak mampu mengatasi dampak dari hospitalisasi tersebut sehingga
meskipun peran orang tua kurang kecemasan anak hanya masuk dalam
katagori sedang. Menurut Supartini (2006) orang tua dalam meminimalkan
cemas akibat perpisahan sangat penting. Pengalaman orang tua ketika anak
pertama kali dirawat dirumah sakit merupakan pengalaman yang
meneganggka. Apabila orang tua kurang mendapatkan dukungan emosi
dan sosial dari petugas kesehatan akan menunjukan perasaan cemas ketika
anaknya pertama pertama kali mengalami perawatan dirumah sakit.
Apabila orang tua cemas akan membuat tingkat cemas pada anaknya.
Sehingga peran yang di dapatkan tidak maksimal.
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui 14 responden (45,2%)
sebagian responden peran orang tua yang baik dilihat dari cara komunikasi
dengan anak yaitu membantu mengatasi perasaan cemas dan memeberikan
pujian saat anak kooperatif terhadap perawat. Secara keseluruhan hasil
penelitian ini menunjukan bahwa pasien anak usia 3-6 tahun di RSUD
72
Kota Madiun memiliki tingkat cemas ringan sedangkan sebagian kecel
anak mengalami tingkat kecemasan berat. Hal ini didukung oleh teori
Miftahul (2015) bahwa keterlibatan orang tua dalam perawatan anak dapat
membuat anak merasa aman dan tidak takut menghadapi perawatan dokter.
Oleh sebab itu perawat dan tenaga kesehatan lain di RSUD Kota Madiun
lebih meningkatkan bagaimana cara agar peran orang tua selama anak
mengalami hospitalisasi dapat berjalan dengan maksimal.
73
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Peran orang tua selama anak di hospitalisasi mayoritas adalah baik.
2. Tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RSUD
Kota Madiun bahwa adalah mayoritas tingkat kecemasan ringan.
3. Ada hubungan antara peran orang tua dengan tingkat kecemasan anak
usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami hospitalisasi di RSUD
Kota Madiun.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa dan kesimpulan pada penelitian ini, maka
saran yang bisa peneliti sampaikan adalah
1. Bagi Orang Tua Anak Yang Mengalami Tingkat Kecemasan
Hospitalisasi
Bagi orang tua hendaknya selalu mendampingi anak ketika anak
sedang menjalani hospitalisasi di rumah sakit. Peran orang tua sangat
penting dalam meminimalkan cemas anak akibat hospitalisasi.
2. Bagi Perawat Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun
Bagi perawat untuk membina hubungan yang lebih baik kepada
orang tua maupun anak. Segala informasi tentang kondisi anak bisa
74
disampaikan mulai anak masuk rumah sakit sampai pulang sehingga
tidak menimbulkan kecemasan pada orang tua. Pada pelaksanaan
perawatan sebaiknya melibatkan orang tua sehingga anak merasa
nyaman berada disamping orang tuanya.
3. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun
Bagi rumah sakit untuk membuat kebijakan agar orang tua dapat
dilibatkan dalam perawatan anak yang sakit selama dalam proses
perawatan.
4. Bagi Peneliti
Untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut dan lebih luas
cukupnnya.
5. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan institusi dapat mempercepat proses perijinan untuk
penelitian mahasiswa dan skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan bagi
mahasiswa tahun angkatan berikutnya serta menjadi referensi bagi
peneliti selajutnya.
75
DAFTAR PUSTAKA
Arikonto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aswar. 2005. Sikap Manusia. Jakarta: EGC.
Budayani, S.S. 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas tidur
Penderita Asma di RSUD Kota Karanganyar. Surakarta: Skripsi.
http://www.stikeskusumahusada.ac.id/digilib/files/disk/24/01-gdl-srisatitib-
1175-skripsi-8.pdf. diakes pada 25 febuari, 20.30.
Chen, W.L. 2005. Nurse and parents anides toward pain management and
parental participation in postoperative care of children, Thesis, Centre for
Reseach, the Queensland University of Technology.
Constantin, 2012, What is the role of parent, http//www.lifecho.com. Diakes
tanggal 26 maret 2016.
Dharma, K. 2011. Metodelogi Penelitian Keperawatan : Panduan melaksanakan
dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media.
Diakes dari: http://www.rand.org/labor/bps/susenas.html pada tanggal 11
november 2016.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2012. Profil Kesehatan Profinsi Jawa
Timur.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFILKES_P_PROV
2012/P.Prov.JATIM_11.pdf Diakes pada tanggal 7 januari, 20.43.
Doto. 2016. Skripsi Pengaruh Terapi Bercerita Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi.
Fitri Fauziah & Julianti Widari, 2007. Psikologi Abnormal Klinis. Jakarta: EGC.
Hawari, D. 2011. Manajemen Stress Cemas dan Depresi Edisi 2 Jakarta: FKUI.
Hidayat, A. 2009, Metoden Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisi Data,
Jakarta: Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia.
http:www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/peofil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf Diakes pada 13 januari,
18.39.
76
Kholil Lur Rachman. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press.
Kurniawan. 2008. Skripsi, Bahaya Yang Sering Terjadi Pada kehamilan Muda.
http://www.info-cyber-neth.id diakes tanggal 15 maret 2017.
Mubarok WI, Santoso BA, Rozikin K dan Patonah S. 2006. Buku ajaran
Keperawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi Dalam Praktik Dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan keluarga.
Jakarta: Sagung Seto.
Muscari, M.E. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Nugroho, B.Y. 2012. Metode Kuantitatif Pendekatan Pengambilan Keputusan
Untuk Ilmu Sosial dan Bisnis. Jakarta: Salemba Humanika.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Untuk Perawat dan Bidan.
Jakarta: Salemba Medika.
. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba
medika.
Nursalam, Susilaningrum & Utami. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Renica Cipta.
Ratna, E. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah di RSUD Dr, Moewardi.
Skripsi. Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES).
Ronald. 2006. Seri Psikologi Anak : Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan
Kualitas Hidup, Mendidik Dan Mengembangkan Moral Anak. Bandung: CV
Yrama Widya.
Setiawan. 2014. Keperawatan anak & Tumbuh Kembang (Pengkajian dan
Pengukuran). Yogyakarta: Nuha Medika.
Soelaeman. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : Refika Aditama.
Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Jakarta: Salemba Medika.
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajaran Konsep Keperawatan Anak. Jakarta: ECG.
77
Supartini, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS). 2010. Jumlah anak usia prasekolah di
Indonesia.
Tjahjono, Hale, MA.2014. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan Anak
yang Mengalami Hospitalisasidi Ruang Merah Delima Rumah Salit Wiliam
Booth Surabaya Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiliam Booth
Surabaya.
Umar, H. 2005. Metode Penelitian, Jakarta: Salemba Empat.
Wadnaningsih. 2005. Peran Orangtua Bagi Anak. http//pikiranrakyat.com/anak.
Wong, D.L. Hockenberry, Marylin J. 2007. Wongs nursing care of infants and
children. St Louis, Missouri: Mosby Inc.
Wong, D. 2008. Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik Wong, Ed 6, vol 2. Jakarta:
EGC.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik, Ed,6, Vol.1. Jakarta:
ECG.
78
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No. Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pembuatan dan
Konsul Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Ujian Proposal
5. Revisi Proposal
6. Pengambilan Data
7. Penyusunan dan
Konsul Skripsi
8. Ujian Skripsi
79
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Hubungan Peran Orang Tua Dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah
(3-6) tahun Yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Saya adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun yang sedang melakukan penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan peran orang tua
dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6) tahun yang mengalami
hospitalisasi di RSUD Kota Madiun. Saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu
yang menjadi subjek dalam penelitian ini dengan menjawab pernyataan-penyataan
yang ada pada kuesioner. Identitas dan jawaban Bapak/Ibu akan dijamin
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Responden dapat memilih untuk menolak berpartisipasi dalam penelitian ini
kapan pun tanpa ada tekanan dari siapa pun.
Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini perhatikan petunjuk
pengisian kuesioner untuk menjawab pernyataan yang ada dan menandatangani
formulir persetujuan ini. Terimakasih atas partisipasinya.
Magetan, April 2017
Peneliti
( Bella Astrika D.Y )
80
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Alamat :
Menyatakan bersedia/tidak untuk berpartisipasi dalam pengambilan data
atau sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa “Program
Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun” bernama Bella
Astrika Dio Yolanda yang berjudul “Hubungan Peran Orang Tua Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-6) Tahun Yang Mengalami
Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini besar manfaatnya
bagi peningkatan ilmu keperawatan dan akan dijamin kerahasiaannya,
Magetan, April 2017
Responden
( )
Catatan :
*Coret yang tidak perlu
81
Lampiran 4
KISI-KISI KUESIONER
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN
ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6) TAHUN YANG MENGALAMI
HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN
No. Variabel Penelitian Parameter No. Soal
1. Peran Orang Tua 1. Menjalin kolaborasi
antara orang tua dengan
profesi kesehatan.
1-2
2. Kehadiran orang tua
yang dapat memberikan
rasa nyaman pada anak. 3-4
3. Keterlibatan orang tua
dalam perawatan. 5-6
4. Memberikan support
emosional kepada anak. 7-8
5. Ikut terlibat pada
tindakan yang
sederhana. 9-10
6. Menjelaskan kepada
anak tentang kondisi
anak. 11-12
7. Memenuhi kebutuhan
anak selama dirawat 13-14
2. Tingkat Kecemasan 1. Kecemasan 1
2. Takut 2
3. Mental 3
4. Tremor 4
5. Nyeri tubuh 5
6. Kelemahan 6
7. Gelisah 7
8. Jantung berdebar-debar 8
9. Pusing 9
10. Kesemutan 10
82
11. Sakit perut gangguan
pencernaan 11
12. Frekuensi kencing 12
13. Berkeringat 13
14. Wajah memerah 14
15. Gangguan tidur 15
16. Mimpi buruk 16
83
Lampiran 5
No responden
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN
ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6) TAHUN YANG MENGALAMI
HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN
Petunjuk :
1. Berilah tanda centang ( ) pada salah satu jawaban yang benar!
2. Semua pertanyaan harus dijawab!
3. Bila ada yang kurang dimengerti silahkan bertanya kepada peneliti!
A. DATA DEMOGRAFI
1. Jenis kelamin anak
Laki-laki Perempuan
2. Riwayat dirawat sebelumnya dirumah sakit
Pernah Belum pernah
3. Usia Anak
3 Tahun 4 Tahun
5 Tahun 6 Tahun
4. Orang tua yang mendampingi
Ayah Ibu
5. Usia orang tua yang mendampingi ........ Tahun
84
6. Pendidikan
Tidak SD SLTP PT
Sekolah
7. Pekerjaan
Tidak Wiraswasta Karyawan PNS Lain-
Bekerja lain
8. Pengalaman merawat anak di rumah sakit
Pernah Belum Pernah
85
KUESIONER PERAN ORANG TUA
A. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan di bawah !
B. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan kenyataan perilaku pada saat Anda dirawat di rumah sakit dengan memberi tanda () pada kolom
jawaban yang tersedia dengan salah satu pilihan jawaban berikut :
1. Ya = 1
2. Tidak = 0
No Indikator Peran Orang Tua Uraian Singkat Ya Tidak
1 Menjalin kerjasama dengan
tenaga kesehatan
1. Mendukung bila dokter dan perawat bila mengatakan anak banyak istirahat
2. Mendorong anak agar mau diambil tindakan perawatan (diambil darah, diinfus,
ukur suhu, suntik, dsb)
2 Memberikan rasa nyaman
pada anak
3. Memberikan kenyamanan kepaada anak dengan memeluk, mencium dan berbicara
pada anak
4. Bermain dengan anak
3 Keterlibatan dalam perawatan 5. Mendampingi anak saat diperiksa
6. Mengatur waktu istirahat dan tidur anak
4 Memberikan support
emosional kepada anak
7. Mendampingi dan mendukung anak saat anak menerima tindakan yang membuat
rasa nyeri
8. Memberikan pujian bila anak mau makan dan minum obat selama perawatan
5 Terlibat pada tindakan yang
sederhana
9. Memberikan kompres jika anak demam
10. Membantu memberikan obat yang diminum anak
6 Menjelaskan tentang kondisi
anak
11. Memberikan penjelasan tentang makanan apa saja yang boleh dimakan selama
perawatan
7 Memenuhi kebutuhan anak 12. Membantu dan melayani anak untuk makan
13. Memandikan, menggosok gigi, memberihkan muka anak
86
1. Petunjuk pengisian jawaban pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan
memberikan tanda check list (√) pada kotak yang telah disediakan.
Pernyataan untuk variabel tingkat kecemaasan :
0 = Tidak pernah sama sekali
1 = Ya
No Pernyataan Jawaban
0 1
1 Saya lebih merasa gelisah atau gugup dan cemas
dari biasanya
2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas
3 Saya mudah marah, tersinggung atau panik
4 Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar
5 Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri
leher atau nyeri otot
6 Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah
7 Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan
tenang
8 Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan
keras dan cepat.
9 Saya sering mengalami pusing
10 Saya merasa kaku dan mati rasa dingin dan sering
basah oleh keringat
11 Saya merasa sakit perut atau gangguan pencernaan
12 Saya sering kencing daripada biasanya
13 Saya merasa tangan saya dingin dan sering basah
oleh keringat
14 Wajah saya terasa panas dan kemerahan
15 Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam
16 Saya mengalami mimpi-mimpi buruk
87
Lampiran 6
VALIDITAS PERAN ORANG TUA
Correlations
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s10 s11 s12 s13 s14 s15
total_skor
s1 Pearson Correlation
1 1.000** .509 .509 .509 .509 .509 .333 .667* .667* 1.000** 1.000** 1.000** .509 .408 .847**
Sig. (2-tailed) .000 .133 .133 .133 .133 .133 .347 .035 .035 .000 .000 .000 .133 .242 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s2 Pearson Correlation
1.000** 1 .509 .509 .509 .509 .509 .333 .667* .667* 1.000** 1.000** 1.000** .509 .408 .847**
Sig. (2-tailed) .000 .133 .133 .133 .133 .133 .347 .035 .035 .000 .000 .000 .133 .242 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s3 Pearson Correlation
.509 .509 1 1.000** 1.000** 1.000** 1.00** .655* .764* .764* .509 .509 .509 .048 -.089 .851**
Sig. (2-tailed) .133 .133 .000 .000 .000 .000 .040 .010 .010 .133 .133 .133 .896 .807 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s4 Pearson Correlation
.509 .509 1.000** 1 1.000** 1.000** 1.00** .655* .764* .764* .509 .509 .509 .048 -.089 .851**
Sig. (2-tailed) .133 .133 .000 .000 .000 .000 .040 .010 .010 .133 .133 .133 .896 .807 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s5 Pearson Correlation
.509 .509 1.000** 1.000** 1 1.000** 1.00** .655* .764* .764* .509 .509 .509 .048 -.089 .851**
Sig. (2-tailed) .133 .133 .000 .000 .000 .000 .040 .010 .010 .133 .133 .133 .896 .807 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
88
s6 Pearson Correlation
.509 .509 1.000** 1.000** 1.000** 1 1.00** .655* .764* .764* .509 .509 .509 .048 -.089 .851**
Sig. (2-tailed) .133 .133 .000 .000 .000 .000 .040 .010 .010 .133 .133 .133 .896 .807 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s7 Pearson Correlation
.509 .509 1.000** 1.000** 1.000** 1.000** 1 .655* .764* .764* .509 .509 .509 .048 -.089 .851**
Sig. (2-tailed) .133 .133 .000 .000 .000 .000 .040 .010 .010 .133 .133 .133 .896 .807 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s8 Pearson Correlation
.333 .333 .655* .655* .655* .655* .655* 1 .500 .500 .333 .333 .333 .218 .000 .613
Sig. (2-tailed) .347 .347 .040 .040 .040 .040 .040 .141 .141 .347 .347 .347 .545 1.000 .059
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s9 Pearson Correlation
.667* .667* .764* .764* .764* .764* .764* .500 1 1.000** .667* .667* .667* .218 .102 .887**
Sig. (2-tailed) .035 .035 .010 .010 .010 .010 .010 .141 .000 .035 .035 .035 .545 .779 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s10 Pearson Correlation
.667* .667* .764* .764* .764* .764* .764* .500 1.000** 1 .667* .667* .667* .218 .102 .887**
Sig. (2-tailed) .035 .035 .010 .010 .010 .010 .010 .141 .000 .035 .035 .035 .545 .779 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s11 Pearson Correlation
1.000** 1.000** .509 .509 .509 .509 .509 .333 .667* .667* 1 1.000** 1.000** .509 .408 .847**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .133 .133 .133 .133 .133 .347 .035 .035 .000 .000 .133 .242 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s12 Pearson Correlation
1.000** 1.000** .509 .509 .509 .509 .509 .333 .667* .667* 1.000** 1 1.000** .509 .408 .847**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .133 .133 .133 .133 .133 .347 .035 .035 .000 .000 .133 .242 .002
89
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s13 Pearson Correlation
1.000** 1.000** .509 .509 .509 .509 .509 .333 .667* .667* 1.000** 1.000** 1 .509 .408 .847**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .133 .133 .133 .133 .133 .347 .035 .035 .000 .000 .133 .242 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s14 Pearson Correlation
.509 .509 .048 .048 .048 .048 .048 .218 .218 .218 .509 .509 .509 1 .802** .421
Sig. (2-tailed) .133 .133 .896 .896 .896 .896 .896 .545 .545 .545 .133 .133 .133 .005 .226
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
s15 Pearson Correlation
.408 .408 -.089 -.089 -.089 -.089 -.089 .000 .102 .102 .408 .408 .408 .802** 1 .286
Sig. (2-tailed) .242 .242 .807 .807 .807 .807 .807 1.000 .779 .779 .242 .242 .242 .005 .423
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
total_skor
Pearson Correlation
.847** .847** .851** .851** .851** .851** .851** .613 .887** .887** .847** .847** .847** .421 .286 1
Sig. (2-tailed) .002 .002 .002 .002 .002 .002 .002 .059 .001 .001 .002 .002 .002 .226 .423
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
90
Lampiran 7 Konsultasi Proposal Skripsi
91
92
Lampiran 8
93
Lampiran 9
94
Lampiran 10
DATA DISTRIBUSI FREKUENSI
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak
Jenis_kelamin_anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki 12 38.7 38.7 38.7
Perempuan 19 61.3 61.3 100.0
Total 31 100.0 100.0
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Dirawat Sebelumnya
Riwayat_dirawat_sebelumnya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pernah 12 38.7 38.7 38.7
belum pernah 19 61.3 61.3 100.0
Total 31 100.0 100.0
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Orang Tua yang Mendampingi
Orangtua_yang_mendampingi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ayah 10 32.3 32.3 32.3
Ibu 21 67.7 67.7 100.0
Total 31 100.0 100.0
95
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orangtua
Pendidikan_orangtua
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 3 9.7 9.7 9.7
SMP 8 25.8 25.8 35.5
SMA 11 35.5 35.5 71.0
PT 9 29.0 29.0 100.0
Total 31 100.0 100.0
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orangtua
Pekerjaan_Orangtua
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak bekerja 1 3.2 3.2 3.2
Wiraswasta 14 45.2 45.2 48.4
Karyawan 4 12.9 12.9 61.3
PNS 5 16.1 16.1 77.4
Lain-Lain 7 22.6 22.6 100.0
Total 31 100.0 100.0
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Merawat Anak
Pengalaman_merawat_anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pernah 13 41.9 41.9 41.9
belum pernah 18 58.1 58.1 100.0
Total 31 100.0 100.0
96
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Orangtua
Peran_orangtua
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 14 45.2 45.2 45.2
Cukup 13 41.9 41.9 87.1
Kurang 4 12.9 12.9 100.0
Total 31 100.0 100.0
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan
Tingkat_Kecemasan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ringan 14 45.2 45.2 45.2
Sedang 12 38.7 38.7 83.9
Berat 5 16.1 16.1 100.0
Total 31 100.0 100.0
97
Lampiran 11
Tendensi Sentral
1. Berdasarkan Usia Anak
Statistics
Usia_Anak
N Valid 31
Missing 0
Mean 4.32
Median 4.00
Mode 4
Minimum 3
Maximum 6
Percentiles 95 6.00
Usia_anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3 Tahun 8 25.8 25.8 25.8
4 Tahun 10 32.3 32.3 58.1
5 Tahun 9 29.0 29.0 87.1
6 Tahun 4 12.9 12.9 100.0
Total 31 100.0 100.0
98
2. Berdasarkan Usia Peran Orang Tua
Statistics
Usia_orangtua
N Valid 31
Missing 0
Mean 29.39
Median 31.00
Mode 32
Std. Deviation 4.063
Minimum 22
Maximum 35
Percentiles 95 35.00
Usia_orangtua
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 22 1 3.2 3.2 3.2
23 4 12.9 12.9 16.1
25 3 9.7 9.7 25.8
27 1 3.2 3.2 29.0
28 3 9.7 9.7 38.7
29 2 6.5 6.5 45.2
30 1 3.2 3.2 48.4
31 4 12.9 12.9 61.3
32 5 16.1 16.1 77.4
33 2 6.5 6.5 83.9
34 2 6.5 6.5 90.3
35 3 9.7 9.7 100.0
Total 31 100.0 100.0
99
Lampiran 12
Tabulasi Silang Peran Orang Tua Dengan Tingkat Kecemasan Anak
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
peran_orangtua *
Tingkat_Kecemasan 31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
peran_orangtua * Tingkat_Kecemasan Crosstabulation
Tingkat_Kecemasan
Total
Ringan Sedang Buruk
peran_orangtua Baik Count 10 4 0 14
% of Total 32.3% 12.9% .0% 45.2%
Cukup Count 4 7 2 13
% of Total 12.9% 22.6% 6.5% 41.9%
Kurang Count 0 1 3 4
% of Total .0% 3.2% 9.7% 12.9%
Total Count 14 12 5 31
% of Total 45.2% 38.7% 16.1% 100.0%
100
Lampiran 13
Hasil Pengitungan SPSS Uji Spearman Rank Hubungan Peran Orang Tua
Dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) yang
Mengalami Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun
Correlations
Peran_orangtua
Tingkat_Kece
masan
Spearman's rho Peran_or
angtua
Correlation Coefficient 1.000 -.646**
Sig. (2-tailed) . .000
N 31 31
Tingkat_
Keceman
Correlation Coefficient -.646** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 31 31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
101
Lampiran 14
TABULASI PERAN ORANG TUA
No No. Res
Jenis
Kelamin
Anak
Usia
Anak
Orang
Tua yang
Mendam
pingi
Usia
Orang
Tua yang
Mendam
pingi
Pendidikan Pekerjaan
Pengalaman
merawat
anak
Soal Peran Orangtua SP SM % Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Res 1 p 3thn Ayah 22 tahun PT Wiraswasta Belum pernah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 13 92.30 Baik
2 Res 2 L 5 thn Ibu 29 tahun PT Wiraswasta pernah 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 9 13 69.23 Cukup
3 Res 3 P 5 thn Ayah 28 tahun SMA Karyawan Belum pernah 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 11 13 84.61 Baik
4 Res 4 L 4 thn Ibu 33 tahun SMA Lain-Lain Pernah 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 8 13 61.53 Cukup
5 Res 5 L 5 thn Ibu 31 tahun SMA Tidak bekerja Pernah 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 10 13 76.92 Baik
6 Res 6 L 3 thn Ibu 25 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 6 13 46.15 Kurang
7 Res 7 P 3 thn Ibu 27 tahun PT Wiraswasta Pernah 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 13 61.53 Cukup
8 Res 8 L 5 thn Ibu 25 tahun SMA Wiraswasta Belum pernah 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 13 92.30 Baik
9 Res 9 P 4 thn Ibu 32 tahun SMA wiraswasta Belum pernah 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 7 13 53.84 Cukup
10 Res 10 P 3 thn Ibu 23 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 9 13 69.23 Cukup
11 Res 11 P 6 thn Ayah 35 tahun SMA PNS Pernah 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 11 13 84.61 Baik
12 Res 12 L 5 thn Ibu 34 tahun SMA PNS Belum pernah 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 8 13 61.53 Cukup
13 Res 13 L 5 thn Ibu 32 tahun SMA Lain-Lain Belum pernah 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 13 84.61 Baik
14 Res 14 P 6 thn Ibu 35 tahun PT PNS Pernah 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 5 13 38.45 Kurang
15 Res 15 L 4 thn Ayah 31 tahun SMA Wiraswasta Belum pernah 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 10 13 76.92 Baik
16 Res 16 P 4 thn Ayah 28 tahun SD Lain-Lain pernah 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 9 13 69.23 Cukup
17 Res 17 P 3 thn Ibu 23 tahun PT PNS Belum pernah 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 13 92.30 Baik
18 Res 18 P 5 thn Ibu 32 tahun SD Lain-Lain Belum pernah 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 6 13 46.15 Kurang
19 Res 19 L 4 thn Ayah 28 tahun SMA Wiraswasta pernah 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 9 13 69.23 Cukup
20 Res 20 L 3 thn Ibu 25 tahun SMP Lain-Lain Belum pernah 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 10 13 76.92 Baik
21 Res 21 L 3 thn Ibu 23 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 6 13 46.15 Kurang
22 Res 22 L 4 thn Ayah 32 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 7 13 53.84 Cukup
23 Res 23 L 6 thn Ibu 35 tahun SMP Karyawan Belum pernah 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9 13 69.23 Cukup
24 Res 24 P 5 thn Ayah 33 tahun SD Wiraswasta Pernah 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 10 13 76.92 Baik
25 Res 25 P 4 thn Ayah 29 tahun PT Lain-Lain Pernah 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 9 13 69.23 Cukup
26 Res 26 P 6 thn Ibu 34 tahun SMP Karyawan Belum pernah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 9 13 69.23 Cukup
27 Res 27 L 5 thn Ibu 31 tahun PT Karyawan Belum pernah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 13 92.30 Baik
28 Res 28 L 5 thn Ayah 32 tahun SMP Lain-Lain Pernah 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 11 13 84.61 Baik
29 Res 29 P 4 thn Ibu 31 tahun PT PNS Pernah 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 10 13 76.92 Baik
30 Res 30 L 4 thn Ibu 30 tahun PT Wiraswasta Belum pernah 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 11 13 84.61 Baik
31 Res 31 P 3 thn Ibu 23 tahun SMA Wiraswasta Pernah 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 9 13 69.23 Cukup
102
Lampiran 15
TABULASI TINGKAT KECEMASAN
No No. Res
Jenis
Kelamin
Anak
Usia
Anak
Orang
Tua
yang
Mendam
pingi
Usia
Orang Tua
yang
Mendampi
ngi
Pendidikan Pekerjaan Pengalaman
merawat anak
Soal Tingkat Kecemasan SKOR
KATEG
ORI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Res 1 p 3thn Ayah 22 tahun PT Wiraswasta Belum pernah 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 4 Ringan
2 Res 2 L 5 thn Ibu 29 tahun PT Wiraswasta Pernah 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5 sedang
3 Res 3 P 5 thn Ayah 28 tahun SMA Karyawan Belum pernah 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 Ringan
4 Res 4 L 4 thn Ibu 33 tahun SMA Lain-Lain Pernah 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 11 Berat
5 Res 5 L 5 thn Ibu 31 tahun SMA Tidak bekerja Pernah 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 6 sedang
6 Res 6 L 3 thn Ibu 25 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 sedang
7 Res 7 P 3 thn Ibu 27 tahun PT Wiraswasta Pernah 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 7 sedang
8 Res 8 L 5 thn Ibu 25 tahun SMA Wiraswasta Belum pernah 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Ringan
9 Res 9 P 4 thn Ibu 32 tahun SMA wiraswasta Belum pernah 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ringan
10 Res 10 P 3 thn Ibu 23 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ringan
11 Res 11 P 6 thn Ayah 35 tahun SMA PNS Pernah 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 sedang
12 Res 12 L 5 thn Ibu 34 tahun SMA PNS Belum pernah 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ringan
13 Res 13 L 5 thn Ibu 32 tahun SMA Lain-Lain Belum pernah 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 Ringan
14 Res 14 P 6 thn Ibu 35 tahun PT PNS Pernah 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 11 Berat
15 Res 15 L 4 thn Ayah 31 tahun SMA Wiraswasta Belum pernah 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 Ringan
16 Res 16 P 4 thn Ayah 28 tahun SD Lain-Lain Pernah 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 5 sedang
17 Res 17 P 3 thn Ibu 23 tahun PT PNS Belum pernah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 Ringan
18 Res 18 P 5 thn Ibu 32 tahun SD Lain-Lain Belum pernah 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 10 Berat
19 Res 19 L 4 thn Ayah 28 tahun SMA Wiraswasta Pernah 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 7 sedang
20 Res 20 L 3 thn Ibu 25 tahun SMP Lain-Lain Belum pernah 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 7 sedang
21 Res 21 L 3 thn Ibu 23 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 12 berat
22 Res 22 L 4 thn Ayah 32 tahun SMP Wiraswasta Belum pernah 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 11 Berat
23 Res 23 L 6 thn Ibu 35 tahun SMP Karyawan Belum pernah 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 sedang
24 Res 24 P 5 thn Ayah 33 tahun SD Wiraswasta Pernah 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4 sedang
25 Res 25 P 4 thn Ayah 29 tahun PT Lain-Lain Pernah 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ringan
26 Res 26 P 6 thn Ibu 34 tahun SMP Karyawan Belum pernah 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 5 sedang
27 Res 27 L 5 thn Ibu 31 tahun PT Karyawan Belum pernah 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 Ringan
28 Res 28 L 5 thn Ayah 32 tahun SMP Lain-Lain Pernah 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ringan
29 Res 29 P 4 thn Ibu 31 tahun PT PNS Pernah o 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Ringan
30 Res 30 L 4 thn Ibu 30 tahun PT Wiraswasta Belum pernah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2 Ringan
31 Res 31 P 3 thn Ibu 23 tahun SMA Wiraswasta Pernah 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8 sedang
103
Lampiran 16
ANALISA KUESIONER
1. Peran Orang Tua
No
Indikator
Peran Orang
Tua
Uraian Singkat Ya Tidak
1 Menjalin
kerjasama
dengan tenaga
kesehatan
14. Mendukung bila dokter dan
perawat bila mengatakan anak
banyak istirahat
31
(100%) -
15. Mendorong anak agar mau
diambil tindakan perawatan
(diambil darah, diinfus, ukur
suhu, suntik, dsb)
22
(77,4%)
7
(22,6%)
2 Memberikan
rasa nyaman
pada anak
16. Memberikan kenyamanan
kepaada anak dengan memeluk,
mencium dan berbicara pada
anak
22
(71%)
9
(29%)
17. Bermain dengan anak 19
(61.3%)
12
(38,7%)
3 Keterlibatan
dalam
perawatan
18. Mendampingi anak saat diperiksa 26
(83,9%)
5
(16,1%)
19. Mengatur waktu istirahat dan
tidur anak
23
(74,2%)
8
(25,8)
4 Memberikan
support
emosional
kepada anak
20. Mendampingi dan mendukung
anak saat anak menerima
tindakan yang membuat rasa
nyeri
15
(48,4%)
16
(51,6%)
21. Memberikan pujian bila anak
mau makan dan minum obat
selama perawatan
16
(51,6%)
15
(48,4%)
5 Terlibat pada
tindakan yang
sederhana
22. Memberikan kompres jika anak
demam
26
(83,9%)
5
(16,1%)
23. Membantu memberikan obat
yang diminum anak
28
(90,3%)
3
(9,7%)
6 Menjelaskan
tentang kondisi
anak
24. Memberikan penjelasan tentang
makanan apa saja yang boleh
dimakan selama perawatan
15
(48,4%)
16
(51,6%)
7 Memenuhi
kebutuhan anak
25. Membantu dan melayani anak
untuk makan
24
(77,4%)
7
(22,6%)
26. Memandikan, menggosok gigi,
memberihkan muka anak 17
(54,8%)
14
(45,2%)
104
2. Tingkat Kecemasan
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1 Saya lebih merasa gelisah atau gugup dan
cemas dari biasanya
15
(48,4%)
16
(51,6)
2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas 6
(19,4%)
25
(80,6%)
3 Saya mudah marah, tersinggung atau panik 10
(32,3%)
21
(67,7%)
4 Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar 10
(32,3%)
21
(67,7%0
5 Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri
leher atau nyeri otot
11
(35,5%)
20
(64,5%)
6 Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah 10
(32,3%)
21
(67,7%)
7 Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan
tenang
11
(35,5%)
20
(64,5%)
8 Saya merasa jantung saya berdebar-debar
dengan keras dan cepat.
7
(22,6%)
24
(77,4)
9 Saya sering mengalami pusing 6
(19,4%)
25
(80,6%)
10 Saya merasa kaku dan mati rasa dingin dan
sering basah oleh keringat
8
(25,8%)
23
(74,2%)
11 Saya merasa sakit perut atau gangguan
pencernaan
11
(35,5%)
20
(64,5%)
12 Saya sering kencing daripada biasanya 10
(32,3%)
21
(67,7%)
13 Saya merasa tangan saya dingin dan sering
basah oleh keringat
7
(22,6%)
24
(77,4
14 Wajah saya terasa panas dan kemerahan 9
(29%)
22
(71%)
15 Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam 6
(19,4%)
25
(80,6%)
16 Saya mengalami mimpi-mimpi buruk 12
(38,7%)
19
(61,3%)
105
Lampiran 17
DOKUMENTASI PENELITIAN
106
Lampiran 18
107
Lampiran 19 Konsultasi Skripsi