Top Banner
SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK DENGAN DEPRESI POSTPARTUM PADA SUKU BATAK TOBA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAMORAMBE TAHUN 2018 OLEH: WEVI DANIELLA RITONGA P07524414050 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018
73

SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

Nov 27, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

SKRIPSI

HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK DENGAN DEPRESI POSTPARTUM PADA SUKU BATAK TOBA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAMORAMBE

TAHUN 2018

OLEH: WEVI DANIELLA RITONGA

P07524414050

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

PRODI D-IV KEBIDANAN

TAHUN 2018

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

SKRIPSI

HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK DENGAN DEPRESI POSTPARTUM PADA SUKU BATAK TOBA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAMORAMBE

TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi

Diploma IV

WEVI DANIELLA RITONGA

P07524414050

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

PRODI D-IV KEBIDANAN

TAHUN 2018

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …
Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …
Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

i

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN SKRIPSI, Juli 2018

Hubungan Penerimaan Jenis Kelamin Anak dengan Depresi Postpartum Pada Suku Batak Toba di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe

Tahun 2018

Wevi Daniella Ritonga

ix + 48 halaman, 4 tabel, 3 gambar, 10 lampiran

Abstrak

Depresi postpartum adalah salah satu gangguan adaptasi psikologis pada ibu postpartum yang menyebabkan ibu tidak mampu merawat diri dan bayinya. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2017 mencatat bahwa lebih dari 300 juta orang yang ada didunia hidup dengan depresi, prevalensi depresi diseluruh dunia sekitar 13% pada wanita yang baru saja melahirkan, sedangkan pada negara berkembang depresi postpartum sekitar 19,8%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerimaan jenis kelamin anak dengan depresi postpartum pada suku batak toba di wilayah kerja Puskesmas Namorambe tahun 2018.

Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 60 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner, analisis data menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi ibu postpartum dengan penerimaan jenis kelamin anak positif dan negatif sebanding sebanyak 30% dan proporsi ibu postpartum yang depresi postpartum sebanyak 83,4%. Ada hubungan penerimaan jenis kelamin anak dengan depresi postpartum ( p value 0,038).

Diharapkan kepada tenaga kesehatan tidak hanya menekankan pada aspek fisik tetapi juga aspek pskilogis yang mencakup kesiapan mental dan emosi yang terapkan melalui kegiatan penyuluhan mengenai pencegahan dan penanganan depresi setelah melahirkan pada kelas ibu hamil.

Kata kunci : Depresi postpartum, penerimaan jenis kelamin anak.

Daftar bacaan : 34 (2008 – 2017)

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

ii

MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH EXTENTION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY THESIS, July 2018

Reception of the acceptance Children’s Gender With Postpartum Depression in Toba batak Tribe in Puskesmas Namorambe Working Area

2018

Wevi Daniella Ritonga

ix+ 48 pages, 4 tables, 3 pictures, 10 attachments

Abstract

Postpartum depression isi one of the psychological adaptation disorders happened among the postpartum mothers causing the mothers unable to take care her self and her baby. Based on data of World Health Organization (WHO) in 2017 that more than 300 million people in the workd live with depression, the prevalence of worldwide depression was about 13% found in women who have just gave birth, and about 19,8% of postpartum depression found in developing countries. This study aimed to determine the relation of the acceptance children’s gender with postpartum depression in Toba Batak Tribe in Puskesmas Namorambe working aree 2018.

This study was an analytical study with cross sectional design. A number of 60 sample were taken by accidental sampling techinique. The data were collected through questionnaires and analysed by chi-square test.

Research showed that there was a relationship between the acceptance of children’s gender with postpartum depression p value = 0,038.

Puskesmas Namorambe is advised to provide conseling on prevention and treatmen of depression after childbirth in pregnant women. Keywords : postpartum depression, children’s gender acceptance. Reading list : 34 (2008-2017)

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan

rahmatNya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi Penelitian yang berjudul

“Hubungan Penerimaan Jenis Kelamin Anak dengan Depresi Postpartum Pada

Suku Batak Toba di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2018”. Pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan rasa terhormat penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan

yang telah memberikan kesempatan menyusun Skripsi ini.

2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun Skripsi

ini.

3. Yusniar Siregar, SST,M.Kes selaku Ketua Program Studi D-IV Poltekkes

Kemenkes RI Medan dan selaku pembimbing utama yang telah bersedia

meluangkan waktu membimbing, memberi saran dan masukan sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Yusrawati Hasibuan, SKM, M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah

memberikan bimbingan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Julietta Hutabarat, S.Psi, SST, M.Keb selaku ketua penguji yang telah

bersedia memberikan masukan berupa kritikan dan saran kepada penulis

demi kesempurnaan Skripsi ini.

6. Para Bapak/Ibu dosen Staff pengajar Politeknik Kesehatan Jurusan D-IV

Kebidanan Medan yang telah banyak memberi ilmu kepada penulis selama

masa perkuliahan di Politeknik Kesehatan Jurusan D-IV Kebidanan Medan.

7. Puskesmas Namorambe yang telah memberikan kesempatan untuk

melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe.

8. Teristimewa hormat penulis kepada Bapak Wantoni Ritonga dan Mamak

Sarmauli Pasaribu yang telah menjadi mendukung dengan penuh kasih dalam

segala aspek kehidupan.

9. Kakak terkasih Ribka Lilyani Ritonga yang telah menjadi donatur pendamping

setelah orangtua dan adik terkasih Wanda Christy Ritonga, Rubenson

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

iv

Christyan Ritonga, Kolose Victrory Ritonga, opung, dan seluruh keluarga yang

telah memberikan dukungan kepada penuls selama masa pendidikan penulis.

10. Adik-adik yang setia mendukung selama berada di lingkungan Poltekkes

Medan Vivi Rosalin Rajagukguk dan Herti Meninta Siringoringo

11. Sahabat Seperjuangan Joti Butar-Butar, Kartika Sitinjak, Yolanda Sinaga dan

Ka Arni Anjuita Sinaga yang telah mendukung, dan menemani baik suka

maupun duka.

12. Sahabat ter-receh Ruth Arfriani Aritonang, CIE-CIE, Ngengeng yang

mendukung dan mendoakan penulis selama penyusunan skripsi.

13. Teman seperbimbingan Riska, Winda dan Yulia serta seluruh teman-teman

angkatan I Prodi D-IV Kebidanan serta pihak-pihak yang telah membantu dan

memberi dukungan sehingga terselesaikannya laporan Tugas Akhir ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan kasih-Nya kepada kita semua.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan berharap Skripsi ini dapat

bermanfaat untuk semua pihak.

Medan, Juli 2018

Penulis

Wevi Daniella Ritonga

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

v

DAFTAR ISI

Hal

Lembar Persetujuan .................................................................................

Lembar Pengesahan .................................................................................

Abstrak ...................................................................................................... i

Kata Pengantar ........................................................................................ iii

Daftar Isi ................................................................................................... v

Daftar Tabel .............................................................................................. vii

Daftar Gambar ......................................................................................... viii

Daftar Lampiran ...................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian

C.1 Tujuan umum ........................................................................... 4 C.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian D.1 Manfaat teoritis ........................................................................ 4 D.2 Manfaat praktis ........................................................................ 4 Keaslian Penelitian ......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Asuhan Kebidanan Postpartum .......................................... 6

A.1 Pengertian Pospartum ............................................................ 6 A.2 Perubahan Fisiologis Pada Postpartum ................................... 6 A.3 Perubahan Psikologis Pada Postpartum .................................. 9 A.4 Depresi Postpartum ................................................................. 10

A.4.1 Defenisi Depresi Postpartum ........................................ 10 A.4.2 Faktor Predisposisi ......................................................... 11 A.4.3 Klasifikasi Depresi Postpartum ....................................... 13 A.4.4 Gejala Depresi Postpartum ............................................ 13 A.4.5 Penatalaksanaan Depresi postpartum ........................... 14

A.5 Alat Instrumen Untuk Screening Depresi Pospartum .............. 14 A.6 Konsep Suku Batak Toba ........................................................ 15

A.6.1 Suku Batak Toba ........................................................... 15 A.6.2 Nilai-nilai Kehidupan Suku Batak Toba ........................... 16 A.6.3 Prinsip Keturunan Suku Batak Toba ............................... 18

A.7 Penerimaan Jenis Kelamin ...................................................... 21 B. Kerangka Teori Penelitian .............................................................. 24 C. Kerangka konsep ........................................................................... 24 D. Defenisi operasional ...................................................................... 25 E. Hipotesis ........................................................................................ 26

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

vi

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................... 27 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 27 C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 27 D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................ 30 E. Alat Ukur/Instrumen ....................................................................... 30 F. Uji Validitas dan Reabilitas ............................................................. 31 G. Prosedur Penelitian ........................................................................ 33 H. Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 34 I. Etika Penelitian .............................................................................. 35 J. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ............................................................................................... 36 A.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 36 A.2 Karakteristik Responden .......................................................... 37 A.3 Analisis Univariat ..................................................................... 38 A.4 Analisis Bivariat ....................................................................... 39

B. Pembahasan .................................................................................... 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ........................................................................................ 48 B. Saran ............................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

vii

Daftar Tabel

Hal

Tabel 2.1 Defenisi Operasional ................................................................ 24

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristi Responden

Di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2018 ........... 37

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Penerimaan

Jenis kelamin anak dan depresi postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2018 ...................................... 38

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Penerimaan Jenis Kelamin Anak

Dengan depresi Postpartum di Wilayah Kerja

Puskesmas Namorambe Tahun 2018 ..................................... 39

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

viii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 24

Gambar 2.2 kerangka konsep .................................................................... 24

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ................................................................ 33

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 2 Surat Balasan

Lampiran 3 Etical Clerance

Lampiran 4 Informed Consent

Lampiran 5 Kisi-Kisi dan kuesioner Penerimaan Jenis Kelamin Anak sebelum Uji coba

Lampiran 6 Kisi-Kisi dan kuesioner Penerimaan Jenis Kelamin Anak setelah Uji coba

Lampiran 7 Kuesioner Skala Penerimaan Jenis Kelamin Anak

Lampiran 8 Mater Tabel

Lampiran 9 Hasil Uji Chi Suare

Lampiran 10 Riwayat Hidup

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan, persalinan dan menjadi seorang ibu merupakan peristiwa dan

pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita. Peristiwa-peristiwa itu

mempunyai makna yang berbeda-beda bagi setiap wanita maupun keluarganya.

Bagi banyak wanita, peristiwa-peristiwa itu bermakna positif dan merupakan fase

transisi yang menyenangkan ke tahap baru dalam siklus kehidupannya. Namun

sebagaimana tahap transisi lain ke kehidupan, peristiwa itu dapat pula menimbulkan

stres, sehingga respon yang terjadi dapat berupa kebahagiaan, maupun sebaliknya,

seperti krisis lain dalam kehidupan, dapat menyebabkan kekecewaan (Maritalia,

2017).

Faktor stresorpsikososial akan selalu dialami oleh setiap individu dalam

kehidupannya. Stresor yang dialami dapat mempengaruhi individu baik secara

psikologis maupun biologis. Adanya stresor yang dialami individu akan

menimbulkan manifestasi klinik individual. Dampak stres terhadap manifestasi

psikologis adalah dalam bentuk emosi dan manifestasi emosi tersebut dapat

bermacam-macam antara lain marah, ansietas, depresi, rasa bersalah dan rasa

malu.Selama periode sesudah melahirkan/pasca persalinan (postpartum) hingga

85% wanita mengalami beberapa tipe gangguan mood (Marmi, 2014).

Dari penelitian Wrate et al., (1985) dalam Sari (2009) diperoleh data bahwa

dari 2500 kelahiran per tahun, didapatkan tujuh kasus baru dengan depresi per

minggu, sehingga menurut mereka depresi pasca persalinan merupakan salah satu

komplikasi medik yang sering terjadi, dengan resiko-resiko yang dapat diantisipasi

baik pada ibu maupun anaknya. Penelitian lain juga mendapatkan data bahwa

depresi pasca persalinan berdampak negatif terhadap kualitas hubungan dini ibu-

anak dan lain-lain (Elvira, 2009).

Depresi postpartum adalah depresi yang terjadi pada ibu pasca melahirkan

yang ditandai dengan sulit tidur, tidak ada nafsu makan, perasaan tidak berdaya

atau kehilangan kontrol, terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi,

tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan mengenai

bayi, sedikit atau tidak perhatian terhadap penampilan diri, gejala fisik seperti sulit

bernafas atau perasaan berebar-debar. Depresi pada ibu postpartum biasanya

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

2

diawali dengan postpartumblues atau baby blues. Apabila babyblues tidak dapat

diatasi dengan tepat maka akan berkembang menjadi depresi postpartum atau

bahkan gejala yang lebih berat yaitu psikosis postpartum. Depresi postpartum dapat

terjadi pada wanita manapun tanpa mempertimbangkan usia, ras, agama, tingkat

pendidikan, maupun latar belakang sosial ekonomi dan dapat dialami lagi pada

kehamilan selanjutnya, namun penanganan yang dilakukan dari setiap wanita untuk

mengatasinya pasti akan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh dalam

keluarga, dimana wanita tersebut dibesarkan, lingkungan adat istiadat setempat,

suku, bangsa, pendidikan serta pengalaman yang didapat (Maritalia, 2017).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2017 mencatat

lebih dari 300 juta orang yang ada didunia hidup dengan depresi, meningkat lebih

dari 18% antara tahun 2005 dan 2015, prevalensi depresi diseluruh dunia sekitar

10% pada wanita hamil dan 13% pada wanita yang baru saja melahirkan.Bahkan

prevalensi dinegara berkembang lebih tinggi yaitu 15,6% selama kehamilan dan

19,8% setelah melahirkan anak (WHO, 2017).

Angka kejadian depresi postpartum diAsiacukup tinggi dan sangat bervariasi

antara 26-85%, sedangkan diIndonesia angka kejadian depresi postpartum antara

50-70% dari wanita pasca persalinan (Rahmi, 2012).Di Indonesia beberapa

penelitian sudah dilakukan tentang depresi postpartum diantaranya penelitian yang

dilakukan oleh Elvira (2007)dalam Nazara (2009), di RS Hasan Sadikin Bandung

mencatat 33% ibu bersalin mengalami depresi dan di RSUP Cipto Mangunkusumo

Jakarta mencatat 37,3% ibu mengalami depresi postpartum selanjutnya penelitian

yang dilakukan Soep (2009) di RSU dr. Pirngadi Medan mencatat 54,55% ibu pasca

melahirkan mengalami depresi postpartum.

Menurut Gausia et al., (2013) dalam Dira dan Anak(2016), salah satu faktor

predisposisi depresi postpartumadalah kemiskinan, hubungan yang tidak baik

dengan ibu mertua, melahirkan bayi dengan jenis kelamin perempuan, kehamilan

yang tidak terencana, kerentanan terhadap gejala psikiatri, bayi yang dirawat

dirumah sakit, suami yang tidak bekerja serta perselisihan yang serius dengan salah

satu anggota keluarga, survei diatas dilakukan dinegara berkembang (India dan

Pakistan) yang masih mempunyai pengaruh adat istiadat yang kuat. Adanya adat-

istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit banyak akan

mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati masa transisi ini.

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

3

Penerapan budaya patriachi umumnya di Indonesia bagian barat secara kaku

yang kerap sekali bermuara pada terjadinya ketimpangan gender. Menurut

Gultom(1992) dalam Siahaan (2009) menyebutkan bahwa keluarga suku batak

Toba yang tidak memiliki anak laki-laki akan merasa hidupnya hampa, keadaan ini

disebut dengan napunu. Napunu artinya generasi seseorang sudah punah atau

tidak berkelanjutan lagi pada silsilah siraja Batak bahkan namanya tidak akan

pernah diingat atau disebut orang lagi. Selain itu, terdapat perasaan tidak lengkap

dalam diri sebagai orang Batak karena suku Batak Toba memegang prinsip

keturunan patrilineal yaitu menarik garis keturunan dari laki-laki (Siahaan, 2009).

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan tentang penerimaan diri

pasangan suku Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki di Yogyakarta yang

dilakukan oleh Anna (2016) mengungkapkan bahwa pasangan suku Batak Toba

memiliki penerimaan diri yang negatif atas keadaan keluarganya yang tidak memiliki

anak laki-laki. Studi ini menunjukkan 3 dari 5 responden yaitu ibumultipara

mengalami kemarahan (anger) lalu berlanjut ke tahap menyimpan (repress) dan

akan berlanjut ketahap depresi jika tidak bisamengatasi emosi-emosi negatif yang

ada.

Pada survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Januari di

Wilayah kerja Puskesmas Namorambe, maka ditemukan 4 dari 10 ibu postpartum

yang di wawancarai mengatakan merasa cemas, bingung, malas menyusui bayinya

serta merasa kecewa dengan dirinya sendiri karna melahirkan anak dengan jenis

kelamin yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan uraian-uraian diatas dan fenomena yang ada maka peneliti

tertarik untuk meneliti dan melihat lebih jauh lagi tentang apakah ada hubungan

penerimaan jenis kelamin anak dengan depresi postpartum pada suku Batak Toba

di wilayah kerjaPuskesmas Namorambe Tahun 2018.

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan

pokok permasalahan sebagai berikut : Apakah ada hubungan penerimaan jenis

kelamin anak dengandepresi postpartum pada suku Batak Toba di wilayah

kerjaPuskesmas Namorambe tahun 2018.

C. Tujuan Penelitian

C.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan penerimaan jenis kelamin anakdengan depresi

postpartum pada suku Batak Toba di wilayah kerjaPuskesmas Namorambe.

C.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi penerimaan jenis kelamin anak yang lahir di wilayah

kerjaPuskesmas Namorambe.

2. Mengetahui proporsi depresi postpartum di wilayah kerja Puskesmas

Namorambe.

3. Menganalisis hubungan penerimaan jenis kelamin anak dengan depresi

postpartum pada suku Batak Toba diwilayah Kerja Puskesmas

Namorambe.

D. Manfaat Penelitian

D.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber ilmu pengetahuan

dibidang kebidanan yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran

mengenai depresi postpartum.

D.2. Manfaat Praktis

- Bagi tenaga kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada bidang

tenaga kesehatan khususnya bidan mengenai depresi postpartum.

- Bagi Institusi

Diharapkan menjadi sumber bacaan tambahan dan menjadi sumber

rujukan untuk penelitian selanjutnya.

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

5

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini melihat hubungan penerimaan jenis kelamin anak dengan

depresi postpartum pada suku Batak Toba di wilayah kerja Puskesmas

Namorambe. Berdasarkan pengetahuan peneliti, belum pernah ada penelitian

sejenis yang dilakukan, tetapi ada beberapa penelitian yang terkait dengan

penelitian ini. Adapun perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian

terkait yang pernah dilakukan sebelumnya terletak pada variabel, subjek, waktu dan

tempat penelitian. Penelitian yang pernah dilakukan antara lain:

1. Anna, Vivid (2016) melakukan penelitian tentang penerimaan diri pasangan

suku Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan suku Batak Toba yang tidak

memiliki anak laki-laki memiliki penerimaan diri yang negatif.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah :

a. Variabel dependen penelitian sebelumnya melihat penerimaan diri

pasangan suku Batak Toba, sedangkan variabel dependen penelitian ini

adalah depresi postpartum.

b. Subjek penelitian sebelumnya adalah pasangan suku Batak Toba

sedangkan penelitian ini adalah ibu postpartum suku Batak Toba.

c. Waktu dan tempat penelitian sebelumnya dengan penelitian ini berbeda.

2. Siahaan E.L (2009) melakukan penelitian tentang harga diri Bapak Toba yang

napunu.

Hasil penelitian ini menunjukkanBapak Toba yang napunu memiliki harga diri

yang rendah.

a. Subjek penelitian sebelumnya adalah Bapak Toba yang napunu sedangkan

penelitian ini adalah ibu postpartum suku Batak Toba

b. Waktu dan tempat penelitian sebelumnya dengan penelitian ini berbeda

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Kebidanan Postpartum

A.1 Pengertian Postpartum

Masa postpartum atau sering disebut juga dengan masa puerperiumadalah

masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil.Masa postpartum berlang selama kira-kira 6

minggu (Maritalia, 2017).

Periode postpartum dibagi menjadi 3 fase, yakni fase immediatepostpartum

yaitu 24 jam setelah melahirkan. Earlypostpartum yaitu periode postpartum yang

terjadi setelah 24 jam postpartum sampai akhir minggu pertama setelah

melahirkan yang merupakan fase kritis yang terjadi pada ibu postpartum,

sedangkan latepostpartum adalah periode postpartum yang berlangsung mulai

minggu ke -2 sampai ke -6 dan terjadi perubahan secara bertahap (Nurjanah,

2013).

A.2 Perubahan Fisiologis pada Postpartum

Selama periode postpartum terjadi perubahan fisiologis terhadap organ-

organ reproduksi dan organ tubuh lainnya.Perubahan pada sistem tubuh

berlangsung cepat dalam waktu 3-4 hari. Proses involusi organ reproduksi

berlangsung selama 6 minggu. Perubahan fisiologis selama postpartummeliputi :

(Maritalia, 2017).

1. Tanda-tanda vital

Temperatur: setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat

sekitar 0,5⁰ Celcius dari keadaan normal (36,5⁰ C – 37,5⁰C), namun tidak lebih

dari 38⁰ Celcius. Hal ini disebabkan karena meningkatnya metabolisme tubuh

pada saat proses persalinan. Setelah 12 jampostpartum, suhu tubuh yang

meningkat tadi akan kembali seperti keadaan semula. Bila suhu tubuh tidak

kembali kekeadaan normal atau semakin meningkat, maka perlu dicurigai

terhadap kemungkinan terjadinya infeksi.

Nadi : denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per menit. Pada saat

proses persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Setelah proses

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

7

persalinan selesai frekuensi denyut nadi dapat sedikit lebih lambat. Pada masa

nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.

Tekanan darah : setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah

dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdaarahan pada proses

persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30mmHg pada

systole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya

hipertensi atau pre eklampsia postpartum.

Pernafasan : bernafas akan lebih mudah dan lebih lambat sebab uterus

telah mengecil dantidak menekan diafragma, struktur paru-paru kembali normal

selama periode postpartum.

2. Kardiovaskuler

Perubahan hormon selama hamil dapat menyebabkan terjadinya hemodilusi

sehingga kadarHaemoglobin (Hb) wanita hamil biasanya sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Selain itu terdapat hubungan antara

sirkulasi darah ibu dengan sirkulasi janin melalui plasenta. Setelah janin

dilahirkan, hubungan sirkulasi darah tersebut akan terputus sehingga volume

darah ibu relatif akan meningkat. Keadaan ini terjadi secara cepat dan

mengakibatkan kerja jantung sedikit meningkat. Namun hal tersebut segera

diatasi oleh sistem homeostatis tubuh dengan mekanisme kompensasi berupa

timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah akan kembali normal.

Biasanya ini terjadi sekitar 1 sampai 2 minggu setelah melahirkan.

3. Sistem integument

Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat

kehamilan berakhir.Hiperpigmentasi di aerola dan linea nigra tidak menghilang

seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah

tersebut akan menetap. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha

dan panggul mungkin memudar, tetapitidak hilang seluruhnya.

4. Payudara

Setelah plasenta lepas dan berkurangnya fungsi korpus luteum, maka

estrogen dan progesteron berkurang, prolaktinakan meningkat dalam darah yang

merangsang sel-sel acini untuk memproduksi air susu ibu (ASI). Sekresi dan

ekskresikolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah melahirkan.

Pada hari kedua atau ketiga ditemukan adanya nyeri seiring dimulainya produksi

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

8

air susu.Pada hari ketiga dan keempat bisa terjadi pembengkakan payudara

(engogerment), keras dan nyeri bila ditekan serta hangat jika diraba.

5. Uterus

Segera setelah plasenta lahir, uterus mengalami kontraksi dan retraksi

ototnya akan menjadi keras sehingga dapat menutup, menjepit pembuluh darah

besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Tonus uterus meningkat

sehingga fundus tetap kencang.Relaksasi dan kontraksi yanga periodik sering

dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang awal

puerperium yang disebut afterpains. Proses menyusui dan pemberian oksitosin

tambahan akan merangsang kontraksi uterus sehingga meningkatkan nyeri.

6. Vagina, vulva dan perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan yang sangat besar selama proses

melahirkan bayi. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.Selama awal

postpartum jaringan sekitar perineum mengalami edema dan laserasi. Jika ada

episiotomiatau laserasi akan menimbulkan rasa takut untuk berkemih dan buang

air besar. Pada postpartumhari ke-5, perineum sudah mulai kembali seperti

keadaan semula namun kekuatantonusnya tetap lebih kendur dari pada keadaan

sebelum melahirkan.

7. Sistem Perkemihan

Pada masa kehamilan, pembesaran janin akan menekan kandung kemih

dan menyebabkan penurunan sirkulasi dan dapat terjadi edema serta iritasi pada

kandung kemih sehingga terjadi kelemahan pada otot kandung kemih.

Kelemahan otot kandung kemih dan otot-otot dasar panggul yang lain akan

diperberat saat mengalami persalinan pervaginam dan akan mempengaruhi pola

berkemih pada ibu postpartum.

Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibupostpartum seperti adanya

pembengkakan payudara, edema danlaserasiperineum, pengeluaran lochea,

spasme sprinkter, kandung kemih, perubahan bentuk tubuh dan lain-lain yang

menyebabkan perasaan tidak nyaman bagi ibu setelah melahirkan dapat menjadi

sumber stresor pencetus depresi sehingga ibu perlu beradaptasi terhadap

perubahan tersebut (Hutagaol, 2010).

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

9

A.3 Perubahan Psikologis pada Postpartum

Perubahan psikologis pada postpartum seiring dengan perubahan

fisiologis. Kelahiran anak membawa perubahan hubungan interaksi antara

anggota keluarga. Anggota keluarga dituntut mampu beradaptasi secara cepat

terhadap kelahiran anak. Kesejahtraan psikologis ibu tergantung pada respon

ibu, ayah dan anggota keluarga lainnya terhadap kelahiran bayi, sehingga

seluruh keluarga perlu mempersiapkan diri secara psikologis dalam menerima

kehadiran anggota keluarga baru.

1. Penyesuain peran sebagai ibu selama periode postpartum.

Menurut Nurjanah (2013) ada tiga fase yang terjadi pada ibu postpartum yang

disebut “Rubin Maternal Phases” yaitu :

a) Taking-in (fase ketergantungan segera setelah persalinan, pada fase ini ibu

masih berfokus pada dirinya sendiri, bersikap pasif dan masih sangat

tergantung pada orang lain disekitarnya.

b) Taking-hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian) terjadi

antara hari kedua dan ketiga postpartum, ibu mulai menunjukkan perhatian

pada bayinya dan berminat untuk belajar memenuhi kebutuhan bayinya.

Dalam fase ini tenaga ibu pulih kembali secara bertahap, ibu merasa lebih

nyaman, fokus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat antusias dalam

merawat bayinya, ibu mulai mandiri dalam perawatan diri dan terbuka pada

pengajaran perawatan. Pada fase ini juga terdapat kemungkinan terjadinya

postpartum blues.

c) Letting-go (fase mandiri), fase ini berlangsung antara dua sampai empat

minggu setelah persalinan ketika ibu mulai menerima peran barunya. Ibu

melepas bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi serta

mampu menerima kenyataan. Pada masa ini tidak semua ibu

postpartummampu beradaptasi secara psikologis sehingga muncul gangguan

mood yang berkepanjangan ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung,

cemas, panik, mudah marah, kelelahan disertai gejala depresi seperti

gangguan tidur dan selera makan sulit, sulit berkonsentrasi, perasaan tidak

berharga, menyalahkan diri dan tidak mempunyai harapan untuk masa depan.

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

10

2. Penyesuaian peran sebagai ayah selama periode postpartum.

Penyesuaian peran sebagai ayah pada periode postpartum yang dijumpai

adalah ayah mulai melibatkan diri dalam perawatan bayi, terpikat pada bayi,

sering mengadakan kontak dan sentuhan atau kontak mata, merasa meningkat

harga dirinya, merasa lebih besar dan lebih tua, dan merasa bangga sebagai

laki-laki.

A.4 Depresi Postpartum

A.4.1 Defenisi Depresi Postpartum

Menurut World Health Organization tahun 2017(WHO, 2017), depresi

adalah gangguan mental umum yang ditandai dengan perasaan depresi,

kehilangan minat atau kesenangan terhadap sesuatu, penurunan energi,

perasaan bersalah, atau merasa rendah diri, susah tidur, berkurangnya atau

tidak ada nafsu makan, dan sulit konsentrasi. Ketika ada perasaan sedih dan

sengsara tentang kehidupan, dan perasaan tersebut tidak hilang, dan tidak ada

lagi kesenangan atau semangat yang dirasakan, maka hal tersebut juga

dikatakan depresi.

Menurut Arfian (2012) depresi postpartum yaitu depresi setelah melahirkan

yang berlangsung sampai berminggu–minggu atau bulan dan kadang ada

diantara mereka yang tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminya

merupakan penyakit. Depresi postpartum ini pertama kali di temukan oleh Pitt

pada tahun 1988, depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari harike

hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan,

dankehilangan libido. Depresi postpartum merupakan suatu keadaan emosional

yang ditunjukkan dengan mengekspresikan rasa lelah, mudah marah, gangguan

nafsu makan, dankehilangan (Rukiyah, 2010).

Perubahan emosi persalinan yang menggambarkan bahwa transisi menjadi

ibu sebagai krisis hidup, pengalaman emosi merupakan periode yang dapat

meningkatkan sensitivitas.Fluktuasi emosi positif dan negatif, dan beragamnya

perubahan emosi, selama hamil dan bersalin merupakan sumber pemicu stress

bahkan depresi. Depresi antenatal, depresi postpartum sangat potensial terjadi

jika perubahan emosi pada krisis perkembangan tidak terselesaikan.

Penyesuaian emosi yang aman pada setiap tahapan, harus terselesaikan

dengan baik agar dapat melangkah pada tahapan berikutnya.

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

11

Depresi postpartum hampir sama dengan baby blues syndrom,

perbedaannya terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya

gejala-gejala yang timbul. Pada saat mengalami depresi postpartum, ibu akan

merasakan berbagai gejala yang ada pada baby blues syndrom, tetapi dengan

intensitas yang lebih sering, lebih hebat, serta lebih lama (Mansur, 2014).

A.4.2 Faktor Predisposisi

Faktor resiko terjadinya depresi postpartum diantaranya adalah adanya

anggota keluarga yang menderita penyakit mental, kurangnya dukungan sosial

dan dukungan keluarga serta teman, kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya

sehat, kesulitan selama persalinan dan melahirkan, merasa terasing dan tidak

mampu, masalah/perselisihan perkawinan atau keuangan, kehamilan yang tidak

diinginkan (Rukiyah et al., 2013).

Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh atau merupakan faktor resiko

terjadinya gangguan afek atau mood pada pasca persalinan, yaitu :(Rukiyah,

2010)

1. Dukungan sosial dari suami atau keluarga. Seperti hubungan emosional,

keintiman, dan komunikasi yang kurang. Selain itu dukungan suami juga

berkaitan dengan kekhawatiran akan pembiayaan masa depan anak. Ibu-ibu

yang tidak mendapat dukungan sosial dari suami dan keluarga, mempunyai

resiko lima kali lipat kemungkinan mengalami gangguan afek atau mood.

2. Karakteristik yaitu : usia, pendidikan, pekerjaan dan paritas.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliani dan Irawati (2013) menyatakan bahwa

kejadian depresi postpartum lebih banyak dialami oleh wanita yang berusia < 20

tahun dan > 35 tahun. Usia yang beresiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan

yaitu <20 tahun dan >35 tahun mempunyai kemungkinan 4,038 kali mengalami

depresi postpartum.

Depresi postpartum bisa terjadi dikarenakan minimnya informasi yang didapat

dari lingkungan sekitarnya dan lingkungan pergaulannya. Pendidikan seseorang

akan mempengaruhi cara berpikir dan cara pandang terhadap diri dan

lingkungannya. Penelitian yang dilakukan oleh Reid dan Oliver didapatkan bahwa

yang mengalami depresi postpartum yaitu yang berpendidikan dibawah SMA

yang berpengaruh terhadapa kurangnya informasi yang didapat oleh

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

12

responden.Faktor pendukung ini sesuai dengan faktor resiko yang diperoleh dari

penelitian Gausia, et al.

Penelitian Soep (2009) yang menunjukkan bahwa sebagian besar (63%) ibu

postpartum sebagai ibu rumah tangga dan penelitian Putri (2016) menunjukkan

bahwa sebagian besar (80%) ibu postpartum berstatus sebagai ibu rumah

tangga. Pada ibu rumah tangga yang mengurusi semua urusan rumah tangga

sendiri, kemungkinan mempunyai tekanan terhadap tanggung jawabnya sebagai

istri maupun seorang ibu (Amarbawati, 2008).

Penelitian Mardiah (2008) bahwa depresi postpartum banyak terjadi pada

responden dengan paritas 2-4 dan pnelitian lain menyebutkan bahwa proporsi

ibu postpartum yang mengalami depresi 44% terjadi pada ibu multipara

(Khairunisa, 2012). Ibu multipara rentan dengan gangguan depresi pasca

persalinan hal ini disebabkan karena ibu multipara telah memiliki tanggung jawab

yang lebih banyak seperti pekerjaan rumah tangga terhadap anak sebelumnya.

Pada kehamilan selanjutnya akan menyebabkan beban tersendiri dan menjadi

faktor resiko depresi postpartum (Wijayani, dkk, 2013).

3. Fisik, kelelahan setelah melahirkan, berubahnya pola tidur, migrain dan

kurangnya istirahat seringkali menyebabkan ibu yang melahirkan belum kembali

ke kondisi normal meskipun setelah berminggu-minggu setelah melahirkan.

4. Budaya, keyakinan dan norma. Menurut Gausia et al ( 2013) dalam dira dan

Anak (2016) salah satu faktor predisposisi depresi postpartum adalah karena

melahirkan bayi dengan jenis kelamin perempuan.Adanya budaya yang

berkembang di keluarga dengan jenis kelamin bayi, mertua atau orang tua

sendiri mengharapkan kehadiran bayi laki-laki karena dianggap lebih mudah

perawatannya atau lebih banyak mendatangkan berkah tetapi kenyataannya ibu

melahirkan bayi perempuan sehingga menimbulkan kekecewaan. Hal ini akan

memicu terjadinya depresi postpartum karena kenyataan yang tidak sesuai

dengan keinginan.

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

13

A.4.3 Klasifikasi Depresi Postpartum

Menurut Rukiyah (2010), depresi postpartum dibagi menjadi tiga jenis yaitu

depresi ringan, sedang dan berat.

1. Minor Depresi

Minor depresi atau gejala ringan atau disebut juga dengan postpartum

blues adalah jika gejala depresi dijumpai kurang dari lima dalam kurun waktu 2

minggu. Depresi ini biasanya singkat dan tidak terlalu mengganggu kegiatan-

kegiatan normal. Pada depresi tipe ini tidak dibutuhkan penanganan khusus,

perubahan situasi dan suasana hati yang membaik biasanya segera bisa

mengubah kemurungan itu kembali ke fase normal kembali.

2. Mayor Depresi

Mayor Depresijika djumpai gejala depresi dijumpai lima atau lebih dalam

waktu paling sedikit 2 minggu.Gejalanya hampir sama dengan depresi ringan,

tetapi lebih kuat dan lama berakhirnya.

3. Dysthimia

Suatu gejala depresi ringan yang berlangsung selama 2 tahun.

4. Atypical Depresi

Merupakan depresi yang disertai dengan gejala yangtidak biasa seperti

halusinasi atau delusi.

A.4.4 Gejala Depresi Postpartum

Gejala depresi postpartum menurut Nurjanah (2013) adalah sebagai

berikut: perasaan resah atau tidak menentu, perasaan sedih tidak berguna atau

sia-sia tidak mempunya motivasi atau energi, tidur terlalu sedikit atau terlalu

banyak, nafsu makan hilang, cemas atau kurang perhatian pada bayi, tidak

menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran menakutkan mengenai bayi, kurang

perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri, kesulitan dalam membuat

keputusan, perasaan bersalah dan tidak berharga, hilangnya minat, menarik diri

dari teman-teman dan keluarga, sakit kepala, nyeri dada, jantung berdebar-

debar, penurunan atau peningkatan berat badan.

Jika ibu mengalami sebagian dari tanda-tanda seperti yang tersebut diatas

sebaiknya segera lakukan konseling pada ibu dan keluarga.Bila bidan tak

mampu menanganinya segera konsultasikan/kolaborasi dengan petugas

kesehatan lain (dokter/psikolog).Penanganan yang cepat dan tepat perlu segera

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

14

dilakukan untukmencegah agar tidak menjadi lebih parah.Jika depresi

berkepanjangan ibu perlu mendapatkan perawatan dan terapi khusus di rumah

sakit (Maritalia, 2017).

A.4.5 Penatalaksanaan Depresi Postpartum

Penanganan depresi postpartumakan lebih baik dengan psikoterapi,

konseling dan dukungan sosial dan kolaborasai dengan petugas kesehatan juga

sangat diperlukan. Berikut jenis-jenis penganan depresi postpartum:

1. Psikoterapi

Psikoterapi adalah terapi yang diberikan oleh tim kesehatan jiwa. Terapi

diberikan dalam waktu yang pendek atau terus-menerus dalam waktu berbulan-

bulan. Bentuk terapinya adalah Cognitive behavioural terapy (CBT), yang

membantu untuk mengidentifikasikan dan merubah proses berpikir terhadap

depresi yakni menggantikan pola pikir yang negatif kearah yang lebih positif.

2. Dukungan sosial

Pemberian konseling pada pasangan dan keluarga merupakan dukungan

informasi yakni guna meningkatkan pengetahuan pasangan dan keluarga

tentang kejadian depresi pada ibu. Dengan demikian pasangan dan keluarga

akan lebih berupaya dalam memberikan dukungan kepada ibu selama periode

postpartum.

A.5 Alat Instrument untuk Screening Depresi Postpartum

Berbagai upaya telah dilakukan oleh para peneliti untuk mengidentifiaksi

alat instrumentscreening gangguan mental pada ibu-ibu sepanjang periode

postpartum (Saryono, 2010).Instrument yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS).

EPDS adalah alat screening yang didesaign dan dikutip dari sebagian

besar literatur yang telah dikembangkan sejak tahun 1987 oleh Cox, Holden dan

Sagovsky. EPDS telah diuji dan divalidasi oleh beberapa peneliti. Hasilnya,

EPDS telah terbukti sebagai instrument yang sederhana, mudah digunakan dan

dapat dipercaya sebagai alat screening depresi postpartum yang digunkan pada

praktek-praktek klinik dan dalam penelitian. EPDS telah banyak digunakan

diseluruh Negara Eropa dan Negara Barat termauk Indonesia sehingga tidak

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

15

diragukan lagi keabsahannya.Nilai EPDS tidak mengesampingkan adanya

petimbangan-pertimbangan klinis.

Pertimbangan klinis tersebut dapat digunakan untuk memastikan atau

mengkonfirmasi hasil diagnosis. Instrument EPDS menggali perasaan ibu selama

minggu-minggu postpartum. Penggunaan EPDS selain untuk mengevaluasi

kejadian depresi postpartum juga digunakan untuk postpartumblues. Jumlah

pertanyaannya ada 10 item dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut mudah

dipahami. Nilai maksimum EPDS adalah 30, dengan interval 0-9 normal, ≥10

pospartumblues/depresi. Penafsiaran angka EPDS antara depresi dengan

postpartumblues adalah dilihat dari waktu kejadiannya. EPDS yang digunakan

segera setelah melahirkan dan diulang dalam waktu 2 minggu adalah mengkaji

kejadian postpartumblues dan bila penilaian EPDS dalam waktu satu bulan atau

lebih adalah menilai depresi postpartum.

Rekomendasi dari peneliti sebelumnya EPDS dapat digunakan tanpa ijin

lebih dahulu. Sebagai aspek legalnya peneliti mengutip nama dari pengarang,

(Manurung, 2008, Efektifitas terapi musikpada pencegahan postpartum blues).

EPDS tidak membutuhkan tenaga kesehatan yang ahli pengetahuan

psikiatri dan skala ini telah memiliki validitas memuaskan dan reliabilitas yang

baik serta sensitif terhadap perubahan derajat depresi dalam waktu lama.

Keuntungan lain skala ini adalah keringkasannya karena dapat dikerjakan

dengan lengkap kurang dari 5 menit dan dinilai secara cepat.

Berdasarkan penelitian Ismael (1998) dalam Hutagaol (2010) didapatkan

hasil uji coba sensitivitas 62,5%, spesifitas 80,1% dan reliabilitas koefisien alfa

0,87% (tinggi) berarti dapat dipercaya sehingga keabsahan dan reliabilitas

instrument tersebut tidak diragukan lagi.

A.6 Konsep Suku Batak Toba

A.6.1 Suku Batak Toba

Tanah Batak terletak di Sumatera sebelah utara, dahulu dinamai Pulau

Morsa, yang artinya pulau tempat banyak ular sa (sawah), sebangsa ular yang

besar. Menurut keyakinan yang masih hidup sampai sekarang, perkampungan

pertama orang Batak berada di tepi Danau Toba yang bernama Sianjur Mula-

Mula.Dari tempat inilah tersebar keturunan suku Batak keseluruh penjuru Tanah

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

16

Batak. Suku Batak memiliki beberapa sub-suku, yaitu Batak Toba, Batak

Angkola, Batak Mandailing, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Karo.

Gultom (1992) dalam siahaan (2009) menjelaskan bahwa suku Batak Toba

banyak tinggal didaerah pedalaman Sumatera Utara yang merupakan dataran

tinggi dengan banyak jurang. Daerah yang didiami oleh orang penduduknya

beragama Kristen.

A.6.2 Nilai-nilai Kehidupan Suku Batak Toba

Tujuan hidup yang ideal bagi masyarakat suku Batak Toba tercakup dalam

nilai 3H yaitu hamoraon, hagabeon dan hasangapon.Konsep 3H ini merupakan

wujud dari kebudayaan sebagai ide dan gagasan yang terus terwarisi dan

mendarah daging bagi masyarakat suku Batak Toba. Ketiga konsep tujuan hidup

itu, yaitu:

1. Hagabeon

Hagabeonsama artinya dengan bahagia dan sejahtra. Kebahagian yang

dimaksud adalah kebahagian dalam keturunan.Keturunan dipandang sebagai

pemberi harapan hidup karena keturunan adalah kebahagian yang tidak ternilai

bagi orang tua, keluarga dan kerabat atau dengan kata lain, kekayaan paling

berharga bagi orang Batak adalah keturunan, anak-cucu.

Dalam hal ini, anak laki-laki memiliki arti penting didalam kehidupan sebuah

keluarga.Keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki diibaratkan sebatang pohon

yang tidak memiliki akar.Anak laki-laki berkewajiban mengurus kelangsungan

hidup keluarga juga berperan sebagai penerus marga. Gultom (1992) dalam

Siahaan (2009) menyebutkan bahwa keluarga suku Batak Toba yang tidak

memiliki anak laki-laki akan merasa hidupnya hampa. Keadaan ini disebut

dengan napunu. Napunu artinya generasi seseorang sudah punah dan tidak

berkelanjutan lagi pada silsilah Siraja Batak, bahkan namanya tidak akan pernah

diingat atau disebut orang lagi.

Seorang suami suku Batak Toba yang napunu tidak jarang mendapat

desakan untuk memiliki istri lagi (bigami). Hal tersebut bertujuan untuk

mendapatkan keturunan laki-laki dalam upaya meneruskan keturunan (Siahaan,

2009). Cara lainnya untuk mendapatkan anak ialah menceraikan istri pertama

lalu menikah lagi.

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

17

2. Hamoraon

Hamoraon adalah segala sesuatu yang dimiliki seseorang dimana

kekayaan ini diidentikkan dengan harta kekayaan dan anak. Tanpa anak individu

tidak akan merasa kaya meskipun banyak harta. Pada suku Batak Toba terdapat

ungkapan “Anakhon hi do hamoraon di ahu” yang berarti bahwa anak adalah

harta yang tertinggi baginya.Berkaca dari filosofi tersebut, kehadiran anak

mempunyai makna yang sangat penting dalam keluarga-keluarga suku Batak

Toba.Kehadiran anaklah yang membuat orangtua dipandang hormat ditengah-

tengah masyarakat.Meskipun dalam masyarakat Toba tidak mengenal sistem

kasta, namun anak secara tidak langsung ikut menopang posisi orangtuanya.

3. Hasangapon

Hasangapon (kehormatan dan kemuliaan) berkaitan dengan luasnya

hubungan dengan banyak orang. Seseorang bisa mencapai hasangapon dengan

terlebih dahulu berketurunan (gabe) dan memiliki kekayaan (mora). Hasangapon

sebagai salah satu dari 3H merupakan nilai budaya utama yang mencirikan

orang Batak Toba yang sempurna sesuai ukuran nilai-nilai budaya Batak

Toba.Orang Batak Toba yang telah mencapai taraf sangap adalah pemberi

kebijakan, pemberi habisuhon, kearifan sekaligus menjadi teladan bagi

masyarakat.

A.6.3 Prinsip Keturunan Batak Toba

Prinsip keturunan Batak Toba adalah patrinial, maksudnya bahwa garis

turunan etnis adalah dari anak laki-laki (Gultom, 2010).Anak laki-laki memegang

peranan penting dalam kelanjutan generasi. Artinya apabila seseorang tidak

mempunyai anak laki-laki hal itu dapat dianggap napunu karena tidak dapat

melanjutkan silsilah ayahnya dan tidak akan pernah lagi diingat atau

diperhitungkan dalam silsilah. Napunu artinya bahwa generasi seseorang sudah

punah, tidak berkelanjutan lagi pada silsilah Batak Toba apabila seseorang itu

tidak mempunyai anak laki-laki.

Sebagai pertanda dari prinsip keturunan Batak Toba adalah marga. Marga

adalah asal-mula nenek moyang yang terus dipakai di belakang nama. Rentetan

vertikal turunan marga itu sejak nenek moyang sampai saat sekarang

menumbuhkan silsilah Siraja Batak. Marga dalam sebuah keluarga Batak Toba

akan diteruskan oleh anak laki-laki (siboan goar). Hal inilah yang menyebabkan

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

18

keluarga Batak sangat mendambakan kelahiran seorang anak laki-laki, Irianto

(2005) dalam Anna (2016).

Jika anak lelaki yang sudah menikah mendapatkan anak laki-laki sebagai

anak sulungnya, maka biasanya kelahiran anak itu akan dirayakan (dipestakan)

oleh seluruh keluarga, terutama keluarga dari pihak laki-laki. Anak laki-laki yang

baru lahir ini akan membawa nama keluarganya, dan mereka menganggap

bahwa dengan lahirnya anak lelaki maka mereka mendapatkan nama baik dari

masyarakat.

Pardosi (2010) dalam Anna (2016) menyatakan bahwa ada beberapa

faktor yang menyebabkan masyarakat Batak Toba menginginkan anak laki-laki,

antara lain:

1. Anak laki-laki dianggap penerus keturunan (marga ayah).

Karena itu anak laki-laki dianggap sebagai kemudi keluarga yang diharapkan

membawa dan mengangkat nama baik keluarga. Jika seorang ayah telah

mempunyai anak laki-laki, dia sudah dapat dikatakan martunas (bertunas)

yang berarti sudah ada penggantinya bila dia nanti meninggal. Anaknya inilah

yang dapat melanjutkan cita-cita sang ayah selama masih hidup di dunia,

maka sang ayah hanyalah badannya yang meninggal tetapi namanya tetap

hidup seperti umpama Batak Toba yang mengatakan: “Martunas, pago tu tano

do natorasna, jongjong di langit peak di tano” Artinya: si ayah hanya badannya

yang meninggal karena dia telah diganti anaknya. Namanya telah dijunjung

setinggi langit dan selalu ada di atas dunia.

2. Anak laki-laki dapat menggantikan kedudukan dalam acara adat dan

tanggung jawab adat.

Hal yang demikian ini dapat dilihat dalam suatu pesta, kedudukan seorang

ayah dapat digantikan anaknya, jika sang ayah tidak dapat hadir. Si anaklah

yang bertanggung jawab dan melaksanakan tugas sang ayah. Demikian juga

dalam hal tanggung jawab, jika sang ayah dalam satu keluarga telah

meninggal, maka anak laki-laki yang paling tualah yang bertanggung jawab

atas keluarga itu. Seperti ungkapan yang menyatakan :“Siangkangan do na

matean ama”, artinya: anak laki-laki paling tualah yang kematian ayah.

Anak laki-laki pembawa nama dalam silsilah kekerabatan dalam masyarakat

Batak Toba.

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

19

Nama kekerabatan seorang ayah pada masyarakat Batak Toba hanya dapat

dijadikan dari keturunannya laki-laki. Seorang ayah tidak dapat menjadikan

nama kekerabatannya dari anaknya perempuan karena anak dari anaknya

perempuan itu tidak lagi semarga dengan sang ayah.

Misalnya:

A (adalah seorang marga) E (adalah seorang ayah)

B (anak laki-laki A) F (anak perempuan E)

C (anak B) G (anak F)

maka si A dapat menjadikan anak B sebagai nama kekerabatan, sedangkan si

E tidak dapat memakai anak F sebagai nama kekerabatannya.

Harahap dan Siahaan (1987)dalamAnna (2016) juga mengemukakan lima

nilai peran anak dalam budaya suku Batak Toba, yaitu:

1. Pencapaian tujuan hidup yang ideal

Tujuan hidup yang ideal bagi masyarakat suku Batak Toba tercakup dalam

nilai kehidupan 3H, yaitu hagabeon (keturunan dan panjang umur), hamoraon

(kekayaan), dan hasangapon (kehormatan dan kemulian).

2. Pelengkap Dalihan Na Tolu

Dalihan Na Tolu merupakan suatu ungkapan yang menyatakan kesatuan,

hubungan, kekeluargaan pada suku Batak Toba.Ketiga hubungan itu yakni

hula-hula (keluarga dari pihak pemberi istri atau wanita), dongan sabutuha

(kawan semarga), dan boru (keluarga dari pihak penerima istri atau wanita).

Anak laki-laki nantinya akan beristri dan keluarga pihak pemberi istri akan

disebut dengan hula-hula sedangkan anak perempuan akan bersuami dan

keluarga pihak penerima istri akan disebut boru. Dengan demikian lengkaplah

unsur dalihan na tolu. Adanya dongan sabutuha seseorang yang akan

menggelar pesta atau upacara adat harus merencanakan dan bertindak

secara musyawarah dengan dongan sabutuha serta tidak dapat bertindak

menurut kehendaknya sendiri.

3. Penambah sahala orang tua

Anak dipandang dapat menambah sahala (wibawa) orang tua.Seseorang

yang memiliki kewibawaan, kekayaan dan keturunan adalah orang yang

memiliki sahala.Sahala seseorang akan bertambah bila hal-hal tersebut juga

bertambah.

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

20

4. Pewaris harta kekayaan

Dalam budaya suku Batak Toba, yang menjadi pewaris seutuhnya adalah

anak laki-laki, sementara anak perempuan bisa memiliki sebagian harta

warisan apabila saudara laki-lakinya mau berbagi sebagian dari harta yang

dia warisi.

5. Penerus garis keturunan (marga)

Masyarakat umum suku Batak mengartikan marga sebagai kelompok suku

dan suku induk, yang berasal dari rahim yang sama. Hal ini

berdasarkanpenetapan struktur garis keturunan mereka yang menganut garis

keturunan laki-laki (patrilineal) yang berarti garis marga suku Batak Toba

diteruskan oleh anak laki-laki. Jika orang suku Batak Toba tidak memiliki anak

laki-laki maka marga-nya akan punah.

A.7 Penerimaan Jenis Kelamin

Menurut Hungu (2007) dalam Grace(2014) jenis kelamin (seks) adalah

perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang

lahir.Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki

memproduksikan sel sperma sementara perempuan menghasilkan sel telur dan

secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui.Perbedaan

biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan

diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada

segala ras yang ada dimuka bumi.

Menurut Chaplin (2011) penerimaan diri adalah sikap yang pada dasarnya

merasa puas dengan diri sendiri, kualitas dan bakat yang dimilki sendiri serta

pengakuan atas kekurangan yang dimilki oleh diri sendiri.Sikap yang menerima

diwujudkan dengan sikap yang mampu mengenali nilai diri sebagai

pribadi.Penerimaan diri merupakan dasar dari sikap penghargaan diri dan

perasaan nyaman pada diri sendiri terlepas dari kesalahan dan kelemahan.

Tanpa penerimaan diri, individu tidak akan mampu menggunakan secara penuh

potensi dalam kehidupan mereka.

Menurut Harlock (2003) dalam Setyaningsih (2013) penerimaan diri adalah

kemampuan menerima segala hal yang ada pada diri sendiri baik kekurangan

maupun kelebihan yang dimiliki, sehingga apabila terjadi peristiwa yang tidak

sesuai dengan yang diharapkan maka individu tersebut akan mampu berpikir

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

21

logis tentang baik buruknya kondisi yang dialami tanpa menimbulkan perasaan

permusuhan, perasaan rendah diri, malu dan rasa tidak nyaman.

Menurut penelitian Nurrohmanningtyas (2008) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara jenis kelamin anak dengan pola pengasuhan

penerimaan-penolakan.Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi/kultur budaya yang

ada, penelitian ini juga sesuai dengan ungkapan oelh McCarthy dalam (Bell dan

Rushforth, 2008) mengatakan bahwa budaya memberikan pengaruh yang besar

dalam pembentukan diri seseorang.Hal ini terjadi Karena adanya stadar ideal

dari masyarakat.Standar masyarakat inilah yang membuat individu yang tidak

sesuai dengan harapan merasa rendah diri dan memiliki penerimaan diri yang

negative.

Menurut Berger & Philips (1952) dalam Setyaningsih(2013), penerimaan

diri memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

a. Mempunyai keyakinan akan kemampuan dalam mengahadapi kehidupan,

sehingga yakin dan dapat melakukan sesuatu yang bernanfaat dan optimis.

b. Sikap dan perilakunya lebih berdasrakan nilai-nilai dan standar yang ada pada

dirinya dari pada didasari oleh tekanan-tekanan dari luar dirinya.

c. Menganggap dirinya berharga sebagai manusia yang sederajat dengan orang

lain. Individu memandang dirinya secara positif yang ditandai dengan

mencintai dirinya sendiri dan tidak membandingkan dengan orang lain.

d. Berani memikul tanggungjawab terhadap perilakunya. Individu berani memikul

resiko terhadap perilakunya sehingga mampu mengatasi masalah tanpa

menyalahkan orang lain.

e. Menerima pujian dan celaan secara objektif.

f. Tidak menyalahkan dirinya atas keterbatasan yang dimiliki ataupun

menginginkan kelebihannya.

g. Tidak merasa ditolak oranglain, tidak pernah serta menganggap dirinya

berbeda dari orang lain.

Berdasarkan pendapat Berger dan Philips diatas, maka dalam membuat

alat ukur penerimaan diri ditinjau dari jenis kelamin, peneliti hanya menggunakan

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

22

3 (tiga)aspek karena hanya ketiga aspek tersebut yang sesuai dengan variabel

penelitian, yaitu sebagai berikut :

a. Penilaian yang realistis

Penilaian realistis merupakan cara pandang individu terhadap dirinya yang

sebenarnya, baik itu mengenai kelebihan dan kekurangannya.

b. Memiliki penghargaan yang tinggi terhadap dirinya sendiri

Individu memandang diri sendiri dan tidak membandingkan dengan orang lain.

c. Memiliki keyakinan akan kemampuan dalam mengahadapi kehidupan

Individu yang memiliki kemampuan untuk menghadapi kehidupan akan

merasa yakin dapat melakukan sesuatu yangbermanfaat dan optimis.

Penelitian ini menggunakan skala penerimaan diri yang dibuat berdasarkan

aspek-aspek penerimaan diri menurut Berger dan Philips (1952)

dalam Setyaningsih(2013) dengan menggunakan skala yang dimodifikasi dari

skalalikert.Skala likert terdiri dari lima pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS),

sesuai (S), netral (N), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS), kemudian

dimodifikasi dengan sengaja menghilangkan jawaban netral sebagai altenatif

jawaban bagi responden. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kecenderungan

responden menjawab pilihan netral.Maka terbentuklah modifikasi skala likert

menjadi empat pilihan yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS),

sangat tidak sesuai (STS) (Arikunto, 2010).Skala disajikan dalam bentuk

penyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung).

Analisis data untuk skala penerimaan diri dapat dilakukan terhadap

keseluruhan instrument. Pengukurannya dilakukan menyeluruh dengan butir-

butir pernyataan. Oleh karena itu, hasil penelitian yang berupa bilangan harus

diubah menjadi sebuah predikat (Arikunto, 2010). Sebelum menentukan predikat

terhadap penerimaan diri, peneliti lebih terlebih dahulu menentukan tolak ukur

yang akan dijadikan penilaian selanjutnya,.Tentukan terlebih dahulu skor

minimum yang biasa diperoleh 1 dan tentukan skor maksimum.

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

23

Setelah itu dari tiap item dianalisis secara univariat, kemudian data di

interpretasikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(𝑥) =∑ 𝑥

𝑁

Keterangan :

(𝑥) :Nilai rata-rata

∑ 𝑥 :Hasil penjumlahan nilai observasi

N : jumlah observasi mean

Selanjutnya hasil skor total responden dibandingkan dengan (𝑥), dengan skor

mean di interpretasikan sebagai berikut :

𝑥 ≥ mean = positif

𝑥 < mean = negatif

Azwar (2009) dalam Wolagole (2012).

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

24

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Penerimaan Jenis Kelamin anak

Depresi Postpartum

Ibu -ibu Postpartum

Perubahan

Psikologis

Fase Taking In

FaseTaking

Hold

Fase Letting Go

Tidak mampu

beradaptasi

Mampu

beradaptasi

Depresi (+)

Depresi (-)

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

25

D. Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini defenisi operasionl variabel penelitian adalah

sebagaimana yang tampak pada tabel berikut ini :

No Variabel Defenisi

Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

Variabel Independen

1 Penerimaan Jenis kelamin

Kemampuan ibu postpartum dalam menyadari, mengakui dan menerima bayi baru lahir yang yang berjenis kelamin perempuan.

Kuesioner dengan metode skala likert modifikasi. Jumlah pertanyaan 15

Positif = x ≥15 Negatif= x<15

Ordinal

Variabel Dependen

2 Depresi post partum

Perubahan emosional dan suasana hati yang dialami setelah melahirkan ditandai dengan gangguan perasaan, kehilangan minat, perasaan tidak berguna, harga diri rendah, gangguan tidur dan nafsu makan dan tidak dapat berkonsentrasi yang berlangsung mulai dari minggu ke 4 sampai dengan minggu ke 6 setelah postpartum.

Kuesioner terjemahan EPDS:10 pertanyan dengan scoring 0-3 setiap pertanyaan.

<10 = depresi ≤10 = tidak depresi

Ordinal

Tabel 2.1. Defenisi Operasional

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

26

E. Hipotesis

Ada hubungan penerimaan jenis kelamin anak dengan depresi

postpartum pada suku Batak Toba.

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

27

BAB III

METODOLOGI PENELITAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross

sectional untuk menilai apakah depresi postpartum dipengaruhi oleh penerimaan

jenis kelamin anak.Menurut Notoadmodjo (2012) Cross SectionaI ialah suatu

penelitian untuk mempelajarai dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (Point time approach).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

B.1Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Namorambe.

B.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan juli tahun 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

C.1. Populasi

Populasi adalah seluruh subyek penelitian atau obyek penelitian dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu postpartum yang melahirkan secara normal atau pervaginam tanpa

tindakan khusus pada bulan Maret-Mei tahun 2018 di wilayah kerja Puskesmas

Namorambe.

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

28

C.2. Besarnya Sampel

Besarnya sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus estimasi

proporsi dengan presisi mutlak:

𝑛 =𝑍1−𝑎 2 ⁄

2 𝑃(1 − 𝑃)

𝑑2

P = Etimasi Proposi

d = Simpangan mutlak

𝑍1−𝑎 2 ⁄2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan tertentu

Asumsi desain : populasi tak terbatas dan sampel SRS.

𝑛 =1,642 × 0,27(1 − 0,27)

0,12= 53

Koreksi besar sampel untuk antisipasi DropOut, Loss to Follow, atau subjek yang

tidak diperkirakan dropout 10%.

Maka besarnya sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

𝑛′ =𝑛

(1 − 𝑓)

𝑛′ = besar sampel untuk antisipasi

f = perkiraan proporsi droupout

jadi besarnya sampel adalah :

𝑛′ =53

(1 − 0,1)

= 58,88

= 59

C.3 Sampel

Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah accidental sampling.

Seluruh ibu postpartum yang melahirkan secara normal atau pervaginam tanpa

tindakan khusus di wilayah kerja Puskesmas Namorambe yang memenuhi

kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu pasca melahirkan anak II,III,IV, atau lebih

b. Persalinan pada kehamilan aterm ( ≥ 37 minggu) dengan partus

pervaginam tanpa tindakan khusus.

c. Bayi lahir hidup dan tidak cacat

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

29

d. Berusia ≥ 20 tahun

e. Kehamilan diinginkan

f. Suku Batak Toba

g. Belum memiliki anak laki-laki atau hanya memiliki anak perempuan

h. Kooperatif dan mau mengisi kuesioner.

2. Kriteria eksklusi

a. Ibu postpartum dengan riwayat gangguan psikiatrik sebelum mengikuti

penelitian.

b. Tidak bersedia menjadi responden penelitian.

D. Jenis dan cara pengumpulan data

D.1. Data primer

Data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner.

Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner karakteristik responden

yang memuat 5 pertanyaan yang terdiri dari usia ibu, Pendidikan,

pekerjaan, paritas dan suku.

D.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui dokumen pencatatan dan pelaporan

Puskesmas Namorambe.

D.3. Cara Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikut :

Pengumpulan data diawali dari data sekunder yaitu dengan melihat jadwal

kunjungan posyandu bulanan setiap desa diwilayah kerja Puskesmas

Namorambe. Posyandu dilaksanakan setiap bulannya pada tanggal:

3 dan 4 di Ujung Labuhan, 8 dan 9 di Batu Penjemuran, 10 di Namorambe, 11 di

Tangkahan, 15 di Namombelin, 17 di Kuta Tengah, 19 dan 20 di sawit Rejo,

22 dan 23 di Deli Tua. Setelah itu peneliti melakukan pengumpulan data primer

dengan mengunjungi kegiatan posyandu sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan 3 (tiga) tahap. Tahap I data

dikumpulkan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner yang

disusun berdasarkan variabel penelitian. Terdiri dari 5 Pertanyaan yaitu usia ibu,

pendidikan, pekerjaan,paritas dan suku. Setelah itu data diolah dan disesuaikan

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

30

dengan kriteria inklusi peneliti. Peneliti memperkenalkan diri kepada ibu-ibu yang

memenuhi kriteria inklusi, lalu menjelaskan tujuan penelitian dan meminta

kesedian ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian. Setelah bersedia menjadi

responden penelitian, peneliti menyerahkan Informed Consent sebagai bukti

bahwa ibu bersedia dan turu berpartisipasi dalam penelitian.

Tahap II dari pengumpulan data primer adalah dengan melakukan

wawancara terstruktur dengan bentuk pertanyaan tertutup, artinya jawaban

sudah disediakan. Kuesioner ini terdiri dari 15 Pernyataan tentang penerimaan

jenis kelamin anak. Pembuatan kuesioner di dasarkan pada aspek-aspek

penerimaan diri Berger dan Philips dan sudah teruji validitas dan reabilitasnya,

hasil analisis data akan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu positif dan

negatif.

Tahap III data dikumpulkan dengan melakukan wawancara terstruktur dan

dalam bentuk pernyataan tertutup artinya jawaban sudah disediakan.Kuesioner

yang digunakan adalah EPDS untuk mengukur depresi postpartum yang terdiri

dari 10 butir soalyang sudah teruji validitasnya hasil analisis data akan

dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu depresi dan tidak depresi. Setelah data

terkumpul, peneliti melakukan analisis terhadap data.tahap ke-III.Seluruh

pengumpulan data, baik pada tahap I, II dan III dilakukan oleh peneliti langsung.

E. Alat Ukur/Instrumen

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan 1 jenis instrument

yakni kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk wawancara terdiri dari:

1. Pengukuran penerimaan jenis kelamin anak

Kuesionerpenerimaan jenis kelamin anak dibuat berdasarkan

aspek-aspek penerimaan diri Berger dan Philips (1952) dalam

Setyaningsih (2013). Berger dan Philips memilki 4 aspek penerimaan

diri tetapi pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan 3 aspek

karena salah satu aspek tidak sesuai dengan kebutuhan peneliti yaitu

aspek bertanggung jawab, ketiga aspek yang digunakan yaitu aspek

penilaian yang realistis, memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri

sendiri dan memilki kemampuan mengahadapi kehidupan. Kisi-kisi skala

penerimaan diri dapat dilihat pada lampiran .

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

31

2. Pengukuran depresi postpartum

EPDS dikembangkan oleh Cox, Holden dan Sagovsky sejak tahun 1987.

EPDS dipilih sebagai instrument pada penelitian ini karena hasil

penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa instrument tersebut telah teruji

dan diakui validitas dan reabilitasnya.

F. Uji Validitas dan Reabilitas

Penelitian yang bermutu tergantung dari baik tidaknya instrument yang

digunakan untuk pengumpulan data. Instrument yang baik harus memenuhi

dua persyaratan yaitu valid dan reliabel maka dalam penelitian ini dilakukan

uji coba instrument. Notoadmodjo (2012) menyatakan untuk uji coba

instrument digunakan sekitar 20 orang.Jumlah 20 orang dapat memberikan

distribusi skor (nilai) mendekati kurva normal.Subjek uji coba instrument

yang dipakai berjumlah 20 orang ibu postpartum yang sesuai dengan

kriteria inklusi peneliti diwilayah kerja Puskesmas Tuntungan.Subjek uji

coba ini tidak terhitung dalam subjek penelitian.Prosedur pengambilan

subjek uji coba instrument dilakukan dengan menemui ibu postpartum saat

dilakukannya posyandu. Setelah itu, ibu postpartum yang sesuai dengan

kriteria inklusi diberikan kuesioner.

F.1. Uji Validitas

Kuesioner (Penerimaan Jenis Kelamin anak)

Validitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik

pengujian validitas isi, karena instrument penelitian disusun berlandaskan

teori yang relevan dan dirancang menggunakan kisi-kisi instrument dan

diujicobakan dengan menggunakan analisis butir. Validitas digunakan

dengan mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total. Teknik uji

validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment

dari Pearson. Kemudian, perhitungannya dibantu dengan menggunakan

SPSS for Windows 20.00 Version. Item-item soal yang dikatakan sahih

apabila memiliki koefisen korelasi rhitung≥ rtabel dengan taraf signifikansi 5%.

Apabila koefisien validitas itu kurang dari r hitung maka dianggap sebagai

item yang tidak memuaskan.

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

32

Pada skala penerimaan jenis kelamin anak didapatkan 15 item yang

valid dari 20 item yang diuji cobakan dengan koefisien item total valid

bergerak dari 0,457 sampai 0,806. Ada 5 item yang dinyatakan tidak valid

yaitu item pernyataan nomor 10,15,17,19,20.

Dari hasil uji validitas ternyata butir-butir instrumen yang valid masih

mewakili dari masing-masing indikator yang ada, sehingga instrumen

tersebut masih bisa digunakan untuk mengambil data

penelitian.Selanjutnya, butir-butir soal yang tidak valid dihapus dan tidak

digunakan dalam penelitian. Butir penyataan yang gugur telah digaris

bawahi dan dicetak tebal, serta kisi-kisi skala setelah uji coba yang dapat

dilihat pada lampiran.

F.2 Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan teknik alpha

croncbach dengan bantuan SPSS karena instrument menggunakan

jawaban berskala interval. Instrument memiliki tingkat reliabilitas yang

tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 0,6 (Notoadmojo, 2012).Dalam

penelitian ini, setelah item-item yang tidak valid direduksi maka dapat

diperoleh reabilitas pada skala penerimaan jenis kelamin anak adalah

0,891.

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

33

G. Prosedur Penelitian

Gambar 3.1

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Survey Pendahuluan

Ibu-Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe

Kiteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Tidak Depresi Depresi

Analisis

Kuesioner EPDS

Kuesioner Penerimaan

jenis kelamin anak

Positif Negatif

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

34

H. Pengolahan dan Analisis Data

H.2. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah.

Data yang telah dikumpulkan kemudian diproses dengan pengolahan data yang

meliputi : (Sugiyono, 2014).

a. Editing

Bertujuan untuk memeriksa kelengkapan data dan konsistensi jawaban

pada kuesioner. Editing dilakukan secara langsung pada saat wawancara

sehingga apabila terjadi kekuranganbisa langsung diperbaiki.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/bilangan.Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu,

penerimaan jenis kelamin anak diberikan kode “0” untuk penerimaan positif

dan “1” untuk penerimaan negatif sedangkan depresi postpartum kode “0”

diberikan untuk responden yang depresi dan kode “1” diberikan kepada

responden yang tidak mengalami depresi.

Kegiatan memasukkan data yang diberi kode untuk mempermudah saat

menganalisis data.

c. Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada

kesalahan atau tidak.

H.2. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu:

1. Analisis satu variabel (Univariat)

Analisis univariat untuk menjelaskan setiap variabel (Notoadmojo,

2010). Analisis ini untuk menjelaskan variable independen yaitu

penerimaan jenis kelamin anak dan variabel dependen yaitu depresi

postpartum

2. Analisis dua variable (Bivariat)

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga memiliki

hubungan atau berkorelasi (Notoadmojo, 2010). Analisis ini digunakan

untuk melihat hubungan antara penerimaan jenis kelamin anak dengan

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

35

depresi postpartum. Analisis bivariat menggunakan uji statistic chi-

square.

I. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah sutau pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti dan

masyarakat yang memperoleh dampak dari hasil penelitian tersebut

(Notoadmojo, 2010).

Etika penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Informed consent

Informed Consent diberikan kepada responden yang ingin diteliti.

Tujuannya adalah agar responden mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika

subyek bersedia menjadi responden, maka harus menandatangani lembar

persetujuan menjadi responden. Jika subyek menolak menjadi responden,

maka penelitian tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

akanmencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

(kuesioner) yang telah telah diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya

diberi kode tertentu.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan

peneliti sebagai hasil riset.

J. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan saat ini memilki keterbatasan, yaitu :

1. Adanya keterbatasan penelitian dalam menemukan sampel yaitu ibu-ibu

postpartum multipara yang hanya memilki anak perempuan saja.

2. Tenaga dan waktu yang kurang cukup dikarenakan masih banyak tugas

dan tanggung jawab peneliti selama dikampus.

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

A.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Namorambe terletak di Jl.Besar Namorambe

Ds.Kuta Tengah Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang

Sumatera Utara.Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang

terletak didaerah dataran rendah. Secara geografis wilayah kecamatan

Namorambe terletak pada 20 50’ Lintang Utara dan 98 50’ Bujur Timur.

Luas daerah kecamatan Namorambe adah 62,30 km2 atau 6230 hektar

yang terdiri dari 34 desa.

Adapun batas-batas wilayah administratif Kecamatan Namorambe

adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara :Kecamatan Medan Johor

2. Sebelah Selatan :Kecamatan Sibolangit

3. Sebelah Timur :Kecamatan Biru-Biru dan Kecamatan

Deli Tua

4. Sebelah Barat :Kecamatan Pancur Batu

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

37

A.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi : usia,

pendidikan, pekerjaan, suku dan paritas.

Untuk melihat karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 4.1 :

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden

di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2018

No Variabel F %

a. Usia responden

1 2

20 – 35 tahun > 35 tahun

51 9

85 15

Total 60 100

1 2 3

b. Pendidikan responden SD & SMP SMA Perguruan Tinggi

22 36 2

36,7 60 3.3

Total 60 100

1 2

c. Pekerjaan responden Bekerja Tidak Bekerja

2 58

3,33 96,7

Total 60 100

1 2

d. Paritas Multipara Grandemultipara

58 2

96,7 3,33

Total 60 100

1

e. Suku Batak Toba

60

100

Total 60 100

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 60 responden ibu

postpartum, menunjukkan bahwa : distribusi responden berdasarkan

usia masih terdapat ibu postpartum yang berusia>35 tahun sebanyak 9

orang(15%); distribusi responden berdasarkan pendidikan, proporsi

terbesar adalah responden berpendidikan SMA sebesar 36 orang

(60%); distribusi responden berdasarkan pekerjaan, mayoritas

responden yang tidak bekerja sebesar 58 orang (96,7%); distribusi

responden berdasarkan paritas, terdapat responden grandemultipara

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

38

sebanyak 2 orang (3,33%); distribusi responden berdasarkan suku,

semua responden bersuku batak Toba (100%).

A.3 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari

variabel independen dan variabel dependen.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Penerimaan Jenis Kelamin

Anak dan Depresi Postpartumdi Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2018

No Variabel F %

1 2

a. Penerimaan jenis Kelamin Anak Positif Negatif

30 30

50 50

Total 60 100

1 2

b. Depresi Postpartum Depresi Tidak Depresi

50 10

83,4 16,6

Total 60 100

Melalui tabel diatas frekuensi responden mengenai penerimaan jenis

kelamin anak menunjukkan bahwa frekuensi responden yang menerima

(positif) dan yang tidak menerima (negatif) masing-masing berjumlah 30

orang (50%) dan dari tabel diatas terlihat bahwa mayoritas distribusi

frekuensi responden mengenai depresi postpartum yang mengalami

depresi postpartum yaitu sebanyak 50 orang (83,4%).

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

39

A.4 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemaknaan hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen yang dilakukan dengan uji

statistic chi-square (X2).

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Penerimaan Jenis Kelamin Anak

dengan Depresi Postpartumpada suku Batak Toba di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2018

No Penerimaan

Jenis Kelamin

Anak

DepresiPostpartum

Total P

Value Depresi

Tidak Depresi

N % N % N %

1 2

Positif Negatif

22 28

36,7 46,7

8 2

13,3 3,3

30 30

50 50

0,038 Total 50 83,4 10 16,6 60 100

Hasil analisa hubungan penerimaan jenis kelamin anak dengan

depresi postpartum di wilayah kerja Puskesmas Tahun 2018 menunjukkan

hasil bahwa dari 60 responden, terdapat 22 responden (36,7%) dengan

penerimaan jenis kelamin yang positif dan terjadi depresi postpartum,

persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan responden yang

mengalami penerimaan jenis kelamin anak yang negatif dan terjadi depresi

postpartum yaitu yang berjumlah 28 responden (46,7%).

Berdasarkan hasil uji statistic chi square diperoleh p value= 0,038 lebih

kecil dari nilai ∝= 0,005 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara penerimaan jenis kelamin anak dengan depresi

postpartum.

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

40

B. Pembahasan

1. Penerimaan Jenis kelamin anak di wilayah kerja Puskesmas

Namorambe Tahun 2018.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 60 responden,

ibu postpartum yang memiliki penerimaan jenis kelamin yang positif

memilki jumlah yang sama dengan ibu yang memilki penerimaan

jenis kelamin yang negatif sebanyak 30 orang (50%).

Penerimaan seorang perempuan terhadap jenis kelamin anak

yang dilahirkannya,akan direspon secara berbeda oleh masing

masingorang. Penerimaan jenis kelamin anak yang dilahirkannya

akan mempengaruhi tingkat perhargaan terhadap dirinya sendiri.

Penelitian katherine, et al menunjukkan bahwa jenis kelamin

anak mempengaruhi aspek psikologis ibu postpartum. Hasil

penelitian Nurrohmanningtyas (2008) menujukkan bahwa terdapat

hubungan antara jenis kelamin anak dengan pola pengasuhan

penerimaan-penolakan.Penerimaan jenis kelamin yang positif

ataupun negatif dipengaruhi oleh hasil interaksinya dengan orang

lain. Kondisi kultur budaya penduduk yang agraris/pedesaan,

dimana adanya budaya yang berkembang dikeluarga dengan jenis

kelamin bayi. Mertua dan orangtua sendiri mengharapkan kehadiran

bayi laki-laki karena dianggap lebih mudah dalam perawatannya

atau lebih banyak mendatangkan berkah (Rukiyah, 2010) tetapi

pada kenyataannya tak sesuai dengan harapan yang ada. Hal ini

akan memicu timbulnya penilaian diri yang rendah.

Hal serupa juga diungkapkan oleh McCarthy (Bell dan

Rushforth,2008), mengatakan bahwa, budaya memberikan

pengaruh yang besar dalam pembentukan diri seseorang. Hal ini

bisa terjadi karena adanya standar ideal darimasyarakat, Standar

masyarakat inilah yang membuat individuyang tidak sesuai dengan

harapan merasa rendah diri dan memilkipenilaian diri yang negatif.

Ibu yang memilki penerimaan jenis kelamin anak yang positif

dapat menerima dirinya sendiri dengan kondisi apapun, memilki

penghargaan yang tinggi terhadap dirinya sendiri serta memiliki

kemampuan menghadapi kehidupan, Berger&Philips dalam

(Setyaningsih, 2013).

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

41

Chaplin (2011) mengungkapkan bahwa penerimaan diri adalah

sikap yang pada dasarnya puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas

dan bakat-bakat sendiri serta pengetahuan-pengetahuan akan

keterbatasan sendiri.Penerimaan diri ini mengandaikan adanya

kemampuan diri dalam psikologis seseorang, yang menunjukkan

kualitas diri. Hal ini berarti bahwa tinjauan tersebut akan

diarahkan pada seluruh kemampuan diri yang mendukung.

Kesadaran diri akan segala kelebihan dan kekurangan diri

haruslah seimbang dan diusahakan untuk saling melengkapi

satu sama lain, sehingga dapat menumbuhkan kepribadian yang

sehat. Bila individu hanya melihat dari satu sisi saja maka tidak

mustahil akan timbul kepribadian yang timpang, semakin

individu menyukai dirinya maka ia akan mampu menerima dirinya

dan ia akan semakin diterima oleh orang lain yang mengatakan

bahwa individu dengan penerimaan diri yang baik akan mampu

menerima karakter-karakter alamiah dan tidak mengkritik sesuatu

yang tidak bisa diubah lagi. Penerimaan diri melibatkan

pemahaman diri, kesadaran yang realistis, memahami kekuatan

dan kelemahan seseorang. Sehingga menghasilkan perasaan

individu tentang dirinya, bahwa ia bernilai unik.

Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengolahan data

tersebut menunjukkan bahwa responden yang memiliki penerimaan

negatif terhadap jenis kelamin anaknya lebih banyak mengalami

depresi postpartum. Penerimaan jenis kelamin anak cukup erat

kaitannya terhadap depresi postpartum, karena dengan adanya

sikap positif dalam menerima jenis kelamin anak yang dilahirkan

maka akan membentuk paradigma ibu pasca melahirkan sehingga

depresi postpartum dapat dihindari dengan menyadari bahwa di era

saat ini tidak terjadi adanya ketimpangan gender.

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

42

2. Depresi Postpartum di Wilayah Kerja Puskemas Namorambe

Tahun 2018.

Hasil penelitian memperlihatkan dari 60 responden ibu

postpartum, yang mengalami depresi postpartum di wilayah kerja

Puskesmas Namorambe didapatkan 50 orang (83,4%) dan yang

tidak mengalami depresi postpartum sebanyak 10 orang (16,4%).

Berdasarkan data hasil penelitian terlihat bahwa hasil penelitian

ini lebih besar dari pada apa yang disampaikan Joseffson et al yang

menyatakan bahwa Insiden depresi postpartum berkisar 10-34%.

Menurut WHO (2017) proporsi depresi postpartum sebanyak 19,8%

sedangkan di Indonesia tepatnya di RSDU dr.Pirngadi Medan

insiden depresi postpartum sebesar 54,55%.

Perubahan emosi persalinan yang menggambarkan bahwa

transisi menjadi ibu sebagai krisis hidup, pengalaman emosi

merupakan periode yang dapat meningkatkan sensitivitas.Fluktuasi

emosi positif dan negatif, dan beragamnya perubahan emosi,

selama hamil dan bersalin merupakan sumber pemicu stress

bahkan depresi. Depresi antenatal, depresi postpartum sangat

potensial terjadi jika perubahan emosi pada krisis perkembangan

tidak terselesaikan. Penyesuaian emosi yang aman pada setiap

tahapan, harus terselesaikan dengan baik agar dapat melangkah

pada tahapan berikutnya.

Faktor resiko terjadinya depresi postpartum diantaranya adalah

anggota keluarga yang menderita penyakit mental, kurangnya

dukungan sosial, kekhawatiran akan bayi yang dilahirkan, kesulitan

selama persalinan dan melahirkan, dan kehamilan yang tidak

diinginkan (Rukiyah, 2013). Pitt mengemukakan bahwa ada 4 faktor

penyebab timbulnya depresi postpartum yaitu faktor konstitusional

yang berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien

yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada

komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya, faktor fisik

yaitu perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya

gangguan mental saat minggu ke 4 sampai dengan minggu ke 6

pasca melahirkan, perubahan hormone secara drastic juga

mempengaruhi keseimbangan. Faktor pskologis yaitu adanya

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

43

peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir

kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak, dan faktor

dukungan dari keluarga yang diartikan sebagai keberadaan,

kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan

(setiadi, 2008).

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi depresi

postpartum yaitu kehidupan sosial yang dipenuhioleh kultur/budaya.

Penduduk Namorambe yang berada di wilayah kerja Puskesmas

Namorambe sebagian besar memilki tipe keluarga extended yang

mana dalam satu rumah masih ada penghuni lain seperti orang tua.

Keluarga merupakan salah sumber dukungan utama bagi ibu

selama masa nifas, tapi tidak jarang ibu mendapat tekanan dari

keluarganya.Tekanan tersebut dapat dialami ibu karena masih

lekatnya budaya yang berkembang dalam lingkungan keluarga

tersebut. Seperti hal adanya budaya patrilineal yang masih dianut

oleh beberapa masyarakat suku Batak Toba di Indonesia yang

menekankan bahwa keluarga batak yang tidak memiliki anak laki-

laki (napunu) akan merasa hidupnya hampa dan tidak jarang suami

suku batak Toba yang napunu mendapat desakan untuk memilki

istri lagi siahaan (2009). Hal ini menyebabkan istri suku batak Toba

merasa rendah diri dan tidak dapat membahagiakan suaminya.

Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengolahan data

tersebut menunjukkan bahwa responden yang mengalami depresi

postpartum adalah rata-rata ibu yang grandemultipara. Hal tersebut

membuat ibu-ibu harus mampu mengurus anak-anaknya yang lain

dan mengurus rumah tangga, sehingga ibu merasa kewalahan

maka timbul depresi postpartum.

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

44

3. Hubungan penerimaan jenis kelamin anak dengan depresi

postpartum pada suku Batak Toba di wilayah kerja Puskesmas

Namorambe Tahun 2018.

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 30 orang ibu postpartum

yang memiliki penerimaan positif didapat 22 orang yang mengalami

depresi (36,7%) sedangkan ibu yang memiliki penerimaan negatif

dan mengalami depresi sebanyak 28 orang (46,7%). Hasil analisis

menunjukkan bahwa adanya hubungan antara penerimaan jenis

kelamin anak dengan depresi postpartum pada suku batak toba di

wilayah kerja Puskesmas Namorambe dengan p value (0,038).

Sebagaimana menurut Gausia et al (2013) dalam Dira dan

Anak (2016) salah satu faktor predisposisi depresi postpartum

adalah melahirkan bayi dengan jenis kelamin perempuan.Hal ini

terjadi karena masih kuatnya pengaruh adat istiadat yang

ada.Secara tidak langsung budaya sangat mempengaruhi pola

kehidupan seseorang.Budaya dianggap menjadi pedoman

kehidupan seseorang untuk menjalani aktivitas sehari-hari, hingga

banyak orang yang masih menerapkan beberapa kebudayaan

dalam keluarganya, seperti halnya beberapa keluarga suku batak

toba yang masih memegang prinsip keturunan patrilineal yaitu

menarik garis keturunan laki-laki.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Anna

(2016) tentang penerimaan diri pasangan suku batak Toba yang

tidak memiliki anak laki-laki di Yogyakarta mengungkapkan bahwa

pasangan suku batak toba memiliki penerimaan diri yang negatif

atas keadaan keluarganya yang tidak memiliki anak laki-laki.

Penelitian ini sesuai dengan prinsip keturunan batak toba yang

diungkapkan oleh Gultom (2010) yang mengatakan bahwa anak

laki-laki memegang peranan penting dalam kelanjutan generasi

artinya apabila seseorang tidak mempunyai anak laki-laki dapat

dianggap napunu karena tidak dapat melanjutkan silsilah ayahnya

dan tidak akan pernah lagi diperhitungkan dalam silsilah. Sebagai

pertanda dari prinsip keturanan batak Toba adalah marga. Marga

adalah asal-mula nenek moyang yang terus dipakai dibelakang

nama, marga dalam sebuah keluarga batak toba akan diteruskan

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

45

oleh anak laki-laki (siboan goar). Hal inilah yang menyebabkan

keluarga batak toba sangat mendambakan kelahiran seorang anak

laki-laki, Irianto dalam Anna (2016).

Keadaan inilah yang tak jarang mengakibatkan seorang suami

suku batak toba yang napunu tidak jarang mendapat desakan untuk

memiliki istri lagi (bigami). Hal tersebut bertujuan untuk

mendapatkan keturunan laki-laki dalam upaya meneruskan

keturunan (Siahaan, 2009). Cara lainnya untuk mendapatkan anak

ialah menceraikan istri pertama lalu menikah lagi.

Selain itu tekanan dari keluarga terkhusunya mertua menjadi

faktor yang signifikan sebagai penyebab seorang ibu postpartum

pada suku batak toba memilki penilaian yang rendah terhadap

dirinya sendiri.Adanya penolakan dari dalam diri atas kelahiran anak

yang jenis kelaminnya tidak sesuai dengan harapan menjadikan ibu

postpartum merasa tidak mampu mengurus anaknya sendiri.

Penilaian diri seperti merasa tidak dihargai, membandingkan diri

sendiri dengan orang lain juga ikut dirasakan oleh ibu postpartum.

Beberapa hal ini akan mengakibatkan rusaknya hubungan

emosional dan komunikasi yang kurang yang dapat pula

mengakibatkan ibu-ibu postpartum kemungkinan mengalami

gangguan afek atau mood. Selain itu akan timbul rasa kekecewaan

pada ibu postpartum karena kenyataan yang tak sesuai dengan

harapan dan akan memicu terjadinya depresi postpartum.

Diperkirakan juga terdapat faktor pendukung yang

menyebabkan terjadinya depresi postpartum karena masih

ditemukannya ibu yang memilki penerimaan positif terhadap jenis

kelamin yang mengalami depresi, hal ini mungkin dikarenakan

adanya karakteristik responden yang melekat pada diri responden.

Menurut penelitian yang dilakukan Gausia, et al di Bangladesh

dikatakan bahwa faktor resiko depresi postpartumadalah faktor

sosiodemografi dan faktor obsetri. Faktor sosiodemografi meliputi:

Umuribu yang lebih dari 35 tahun, Ibu yang tingkat pendidikannya

kurang dari lima tahun sedangkan faktor obsetri yaitu paritas.

Hasil ini diperoleh dari data karakteristik responden bahwa ibu

yang berumur > 35 tahun, diperoleh 100% mengalami depresi

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

46

postpartum.Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yuliani dan Irawati (2013) menyatakan bahwa kejadian depresi

postpartum lebih banyak dialami oleh wanita yang berusia < 20

tahun dan > 35 tahun. Usia yang beresiko tinggi dalam kehamilan

dan persalinan yaitu <20 tahun dan >35 tahun mempunyai

kemungkinan 4,038 kali mengalami depresi postpartum.

Terdapat ibu postpartum yang masih berpendidikan

SD&SMP.Depresi postpartum bisa terjadi dikarenakan minimnya

informasi yang didapat dari lingkungan sekitarnya dan lingkungan

pergaulannya. Pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara

berpikir dan cara pandang terhadap diri dan lingkungannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Reid dan Oliver didapatkan bahwa

yang mengalami depresi postpartum yaitu yang berpendidikan

dibawah SMA yang berpengaruh terhadap kurangnya informasi

yang didapat oleh responden.Faktor pendukung ini sesuai dengan

faktor resiko yang diperoleh dari penelitian Gausia, et al.

Berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden tidak

bekerja atau berstatus ibu rumah tangga 58 orang (96,7%). Dari

sampel penelitian semua ibu yang tidak bekerja atau berstatus ibu

rumah tangga (100%) mengalami depresi postpartum. Hal ini sesuai

dengan penelitian Soep (2009) yang menunjukkan bahwa sebagian

besar (63%) ibu postpartum sebagai ibu rumah tangga dan

penelitian Putri (2016) menunjukkan bahwa sebagian besar (80%)

ibu postpartum berstatus sebagai ibu rumah tangga. Pada ibu

rumah tangga yang mengurusi semua urusan rumah tangga sendiri,

kemungkinan mempunyai tekanan terhadap tanggung jawabnya

sebagai istri maupun seorang ibu (Amarbawati, 2008).Ibu yang

hanya bekerja dirumah mengurus anak-anak dapat mengalamai

keadaan krisis situasi dan mengalami gangguan perasaan/blues

yang disebabkan karena rasa lelah dan letih yang dirasakan.Wanita

yang tidak bekerja cenderung disebabkan karena pendidikan yang

rendah. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Oppo et al

(2009) yang menyebutkan mayoritas ibu postpartum di Northeast

Roma memilki pekerjaan (82,8%) dan penelitian yang dilakukan

Anoraga (2008) mengemukakan bahwa wanita pekerja lebih banyak

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

47

akan kembali pada rutinitas bekerja setelah melahirkan cenderung

memilki peran ganda yang menimbulkan gangguan emosional.

Wanita yang bekerja dapat mengalami depresi postpartum karena

adanya konflik peran ganda, merasa mempunyai tanggung jawab

yang lebih besar dalam rumah tangga yaitu sebagai istri dan

seorang ibu yang juga memilki tanggung jawab dalam urusan

pekerjaaan.

Pada penelitian ini peneliti mengambil 60 sampel ibu

postpartum yang dibagi dalam dua kategori yaitu multipara dan

grandemultipara. Dari tabel 4.1 menunjukkan data bahwa mayoritas

responden merupakan multipara yaitu 58 orang (96,7%). Hal ini

sejalan dengan penelitian Mardiah (2008) bahwa depresi

postpartum banyak terjadi pada responden dengan paritas 2-4 dan

pnelitian lain menyebutkan bahwa proporsi ibu postpartum yang

mengalami depresi 44% terjadi pada ibu multipara (Khairunisa,

2012). Menurut Siwi (2015), paritas adalah keadaan wanita

berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Ibu multipara rentan

dengan gangguan depresi pasca persalinan hal ini disebabkan

karena ibu multipara memilki tanggung jawab yang lebih banyak

seperti pekerjaan rumah tangga terhadap anak sebelumnya. Pada

kehamilan selanjutnya akan menyebabkan beban tersendiri dan

menjadi faktor resiko depresi postpartum (Wijayani, dkk 2013).

Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengolahan

data tersebut menunjukkan bahwa responden yang memilki

penerimaan jenis kelamin positif dan mengalami depresi adalah

rata-rata ibu yang berusia> 35 tahun, berpendidikan SD&SMP, tidak

bekerja dan memiliki paritas mutipara.Karakteristik-karakteristik

tersebut secara tidak sadar memempengaruhi ibu dalam mengelola

kehidupan sehari-harinya sehingga menimbulkan depresi

postpartum.

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

48

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penjelasan dari bab sebelumnya sampai pembahasan hasil

peneltian, dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah

dilakukan seperti penjelasan berikut ini.

A. Simpulan

1. Distribusi penerimaan jenis kelamin anak yang positif maupun negatif

di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2018 masing-masing

sebesar 50 %.

2. Proporsi kejadian depresi postpartum di wilayah kerja Puskesmas

Namorambe Tahun 2018 sebesar 83,4 %.

3. Ada hubungan penerimaan jenis kelamin anak dengan kejadian

depresi postpartum pada suku batak toba di wilayah kerja Puskesmas

Namorambe Tahun 2018 dengan p=0,038.

B. Saran

Terkait dengan hasil kesimpulan penelitian diatas, ada beberapa hal yang

dapat disarankan demi keperluan pengembangan dari hasil penelitian ini

terhadapa upaya pencegahan depresi postpartum pada ibu postpartum suku

batak toba.

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan para petugas kesehatan khusunya bidan-bidan

di Puskesmas Namorambe dapat memberikan informasi tentang

kesehatan untuk mencegah depresi postpartum yang diberikan pada

saat penyuluhan kelas ibu hamil dan juga dapat memberikan

perawatan kesehatan khusunya tentang perawatan ibu postpartum.

2. Bagi Institusi

- Memperbanyak penyediaan sumber jurnal maupun buku-buku

yang berkaitan dengan depresi postpartum.

- Meningkatkan layanan jaringan internet di area kampus untuk

mempermudah mahasiswa memperoleh informasi untuk

mendukung proses penelitian yang hanya dapat diakses secara

online.

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

DAFTAR PUSTAKA

Anna. V. 2016. Penerimaan Diri Pasangan Suku Batak Toba yang Tidak MEmiliki anak Laki-laki. Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Sanat Dharma. Yogyakarta.

Arfian, Soffin. 2012. Babby Blues mengenali penyebabnya, mengtahui gejala dan mengatisipasinya. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakttik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bell, Lorraine dan Rushforth, Jenny. (2008). Overcoming Body Image Distrubance: A Progran for People with Eating Disorder. New York:Routledge.

Chaplin, J. P. (2011). Kamus lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dira, K.P.A dan A.A.S. Wahyuni. 2016. Prevalensi dan Faktor Depresi Postpartum di Kota Denpasar Menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale. E-Jurnal Medika Vol 5 No.7: ISSN: 2303-1395.

Elvira, S.D. 2009. Depresi Pasca Persalinan. Jakarta: FK UI

Fitriana. 2011. Usia dan paritas dengan depresi postpartum di RSUD Bangil Pasuruan. http://jurnalnasional.ump.ac.id/indexphp/mediasains/article/view (di akses tanggal 15 Juli 2018).

Gausia K., Fisher C., Ali M., Oosthuizen J. Magnitude and contributory factors of postnatal depression: a community-based cohort study from rural subdistrict of Bangladesh. Psychological medicine. 2009; 39:999-1007.

Hutagaol, E.T. 2010. Efektivitas Intervensi Edukasi pada Depresi Pospartum. Tesis. Program Pacsa Sarjana FIK.UI. Jakarta.

Kurniasari, D., Astuti, Y.A. 2015. Hubungan Antara Karakteristik Ibu, Kondisi Bayi, dan Dukungan Sosial Suami dengan Postpartum Blues pada Ibu dengan Persalinan Caesar di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Holistik Vol.9, No 3:115-125.

Kusumastuti, Astuti, D.P, Hendriyati, S. 2015. Hubungan Karakteristik Individu dengan Depresi Postpartum pada Ibu Postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Jurnal Involusi Kebidanan Vol.5 No.9.

Mansur, H. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Maritalia, Dewi. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pasa Masa Nifas “Puerperium Care”. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

Manurung, S. 2008. Efektifitas Terapi Musik terhadap Pencegahan Postpartum Blues pada Ibu Primipara di Ruang Kebidanan di RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. Tesis. Program Pasca Sarjana FIk Universitas Indonesia. Jakarta.

Nazara, Y. 2009. Efektivitas Psikoedukasi terhadap Pencegahan Depresi Pascasalin di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Nias. Jurnal Kedokteran 33-4:216-23.

,2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurjanah, Siti. 2013. Asuhan Kebidanan Postpartum. Bandung: PT. Refika Aditama.

Nurrohmanningtyas. 2008. Hubungan Pola asuh penerimaan-penolakan dengan jenis kelamin anak. Tesis. Program Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Rukiyah, A.Y dan L.Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta: TIM.

, Maemunah, L.Susilawati. 2013. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : TIM.

Sankeyta, Y. 2013. Proses Penerimaan DIri Ayah Terhadap Anak Yang Mengalami Down Syndrome. Jurnal Psikologi.

Sari, L.S. (2009). Sindroma Depresi Pasca Persalinan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Tesis. FK Universitas Sumatera Utara. Medan.

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika.

Setyaningsih, C,B. 2013. Hubungan Antara Citra Tubuh (Body Image) dengan Penerimaan Diri pada Remaja Putri Kelas VIII di SMPN Yogyakarta. Skrispsi. Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Siahaan, E.I. (2009). Harga Diri Bapak Toba yang napunu. Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Soep. 2009. Pengaruh Intervensi Psikoedukasi dalam Mengatasi Depresi Postpartum di RSU.Dr.Pirngadi Medan. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

WHO. 2017. Maternal Moratlity. http://www.who.int/mediacentre/. (diakses pada tanggal 18 Desember 2017).

Wijayanti K, Wijayanti FA, Nuryanti E. 2013. Gambaran Faktor-faktor Resiko Postpartum Blues di Wilayah Kerja Puskesmas Blora. Jurnal Kebidanan. Vol.2 No.5

Wolagole. L. 2012. Gambaran Pengetahuan dan Sikap dalam Mengontrol Kekambuhan Asma pada Pasien Asma Bronkial Rawat Jalan Rumah Sakit

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

Paru dr.Ario Wirawan Salatiga. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Yuliani, F. & Irawati, D. (2013). Pengaruh faktor psikososial terhadap terjadinya postpartum blues pada ibu nifas (Studi di Ruang nifas RSUD R.A Bosoeni Mojokerto).

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

Lampiran 4. Kisi-Kisi dan Kuesioner Skala Penerimaan Jenis Kelamin anak sebelum uji

coba

KISI-KISI SKALA PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK

No Aspek Indikator No Item

∑ 𝒊𝒕𝒆𝒎 F U

1 Penilaian yang

realistis

Cara pandang individu

terhadap dirinya sendiri

1,11 6,8,10 5

2 Memiliki

penghargaan

yang tinggi

terhadap diri

sendiri

Memandang dirinya secara

positif baik secara fisik dan

kehidupan yang dimiliki serta

tidak membandingkan diri

sendiri dengan orang lain.

2,7,20 5,9,13,

14

7

3 Memiliki

kemampuan

mengahadapi

kehidupan

Yakin bahwa dirinya mampu

mengurus anaknya

3,16 4,12,15

,17,18

19

8

Total 7 13 20

Ket :

F ( Favourabel)

UF (Unfavourabel)

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

Pada halaman berikut ini terdapat sejumlah penyataan yang harus ibu-ibu tanggapi.

Untuk menananggapi pernyataan-pernyataan tersebut, ibu-ibu cukup memberikan tanda centang

(√) pada kolom jawaban yang telah tersedia. Perlu ibu-ibu ketahui bahwa jawaban dari

pernyataan tersebut tidak ada yang salah atau benar. Selain itu, jawaban dari setiap pernyataan-

pernyataan ini tidak akan diketahui oleh orang lain, jadi, saya mohon untuk diisi semua sesuai

dengan kenyataan yang sebenarnya. Ada empat alternatif jawaban yang harus dipilih, yaitu :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

TS : Tidak Sesuai

STS : Sangat Tidak Sesuai

Contoh :

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya menyukai diri saya √

Atas kerjasama ibu-ibu, saya ucapakan terimakasih. Setiap jawaban yang diberikan

merupakan bantuan yang tidak terhingga bagi saya. Selamat mengerjakan dan semoga mendapat

imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

SKALA PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya merasa bangga dengan diri saya sendiri walaupun hanya

melahirkan anak perempuan saja

2. Saya memiliki derajat yang sama dengan wanita yang

memiliki anak laki-laki

3. Saya mampu mengurus sendiri anak perempuan saya dengan

baik

4. Saya merasa membutuhkan orang lain untuk membantu saya

mengurus anak saya jika anak saya laki-laki

5. Saya merasa rendah diri karena saya tidak memiliki anak laki-

laki

6. Saya merasa tidak seberuntung wanita yang dapat melahirkan

anak laki-laki

7. Saya memiliki ikatan yang lebih kuat dengan anak perempuan

saya

8. Saya merasa ASI saya tidak cukup jika anak saya laki-laki

9. Saya merasa iri dengan wanita yang memilki anak laki-laki

10. Saya merasa tidak bisa membahagiakan suami saya

11. Saya bersyukur atas anak-anak yang diberikan Tuhan kepada

saya.

12. Saya membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk

beristirahat jika anak saya laki-laki

13. Saya merasa tidak dihargai oleh mertua saya karena tidak

memiliki anak laki-laki

14. Saya merasa gairah seks menurun setelah melairkan anak

perempuan

15. Saya merasa kesulitan dalam merawat anak perempuan saya

16. Saya merasa senang saat merawat anak perempuan saya

17. Saya mau menggunakan alat kontrasepsi jjika anak saya laki-

laki

18. Saya merasa ditolak dilingkungan sekitar saya karena saya

hanya memilki anak perempuan

19. Saya merasa kelelahan setelah mengurus anak perempuan

saya

20. Saya merasa nafsu makan saya bertambah setelah melahirkan

anak perempuan

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

SCALE PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Butir Soal 31.90 40.832 .765 .852

Butir Soal 32.15 38.450 .717 .853

Butir Soal 31.75 44.197 .523 .863

Butir Soal 32.40 42.358 .524 .862

Butir Soal 32.55 44.682 .380 .867

Butir Soal 32.60 41.726 .616 .858

Butir Soal 32.00 41.368 .604 .859

Butir Soal 31.25 45.250 .420 .866

Butir Soal 32.25 42.513 .605 .859

Butir Soal 30.85 47.292 .157 .872

Butir Soal 31.60 44.463 .532 .863

Butir Soal 32.30 43.800 .665 .860

Butir Soal 32.20 43.221 .409 .868

Butir Soal 32.00 41.684 .717 .855

Butir Soal 32.50 46.158 .231 .872

Butir Soal 32.10 43.253 .594 .860

Butir Soal 32.00 47.474 .094 .875

Butir Soal 32.55 44.787 .440 .865

Butir Soal 31.15 45.924 .310 .869

Butir Soal 31.25 49.145 -.149 .881

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.870 20

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

Lampiran 5. Kisi-Kisi dan Kuesioner Skala Penerimaan Jenis Kelamin anak setelah

uji coba

KISI-KISI SKALA PENERIMAAN DIRI

No Aspek Indikator No Item

∑ 𝒊𝒕𝒆𝒎 Favourable Unfavourable

1 Penilaian yang

realistis

Cara pandang individu

terhadap dirinya sendiri

1,11 6,8 ,10 4

2 Memiliki

penghargaan

yang tinggi

terhadap diri

sendiri

Memandang dirinya

secara positif baik

secara fisik dan

kehidupan yang

dimiliki serta tidak

membandingkan diri

sendiri dengan orang

lain.

2,7,20 5,9,13,14 6

3 Memiliki

kemampuan

mengahadapi

kehidupan

Yakin bahwa dirinya

mampu mengurus

anaknya

3,16 4,12,15,17,18

19

5

Total 6 9 15

SKALA PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya merasa bangga dengan diri saya sendiri

walaupun hanya melahirkan anak perempuan saja

2. Saya memiliki derajat yang sama dengan wanita

yang memiliki anak laki-laki

3. Saya mampu mengurus sendiri anak perempuan

saya dengan baik

4. Saya merasa membutuhkan orang lain untuk

membantu saya mengurus anak saya jika anak

saya laki-laki

5. Saya merasa rendah diri karena saya tidak

memiliki anak laki-laki

6. Saya merasa tidak seberuntung wanita yang dapat

melahirkan anak laki-laki

7. Saya memiliki ikatan yang lebih kuat dengan

anak perempuan saya

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

8. Saya merasa iri dengan wanita yang memilki

anak laki-laki

9. Saya bersyukur atas anak-anak yang diberikan

Tuhan kepada saya.

10. Saya membutuhkan waktu yang lebih banyak

untuk beristirahat jika anak saya laki-laki

11. Saya merasa tidak dihargai oleh mertua saya

karena tidak memiliki anak laki-laki

12. Saya merasa gairah seks menurun setelah

melairkan anak perempuan

13. Saya merasa ASI saya tidak cukup jika anak saya

laki-laki

14. Saya merasa senang saat merawat anak

perempuan saya

15. Saya merasa ditolak dilingkungan sekitar saya

karena saya hanya memilki anak perempuan

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

Lampiran 6. Kuesioner Skala EPDS

Petunjuk kuesioner

1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan jawab sesuai dengan

kondisi anda saat ini.

2. Jumlah pernyataan dalam EPDS ada 10 item.

3. Ada empat jawaban alternatif yang akan diteliti

Sebagaimana kehamilan atau proses persalinan yang baru saja anda alami, kami

ingin mengetahui bagaimana perasaan anda saat ini. Mohon memilih jawaban

yang paling mendekati keadaan perasaan anda DALAM 7 HARI TERAKHIR,

bukan hanya perasaan anda hari ini.

Dibawah ini ialah contoh pertanyaan yang telah disertai oleh jawabannya.

Saya merasa bahagia:

Ya, setiap saat

Ya, hampir setiap saat

Tidak, tidak terlalu sering

Tidak pernah sama sekali

Arti jawaban diatas ialah: “saya merasa bahagia di hampir setiap saat” dalam satu

minggu terakhir ini. Mohon dilengkapi pertanyaan lain dibawah ini dengan cara

yang sama.

Dalam 7 hari terakhir:

1. Saya mampu tertawa dan merasakan hal-hal yang menyenangkan:

Sebanyak yang saya bisa

Tidak terlalu banyak

Tidak banyak

Tidak sama sekali

2. Saya melihat segala sesuatunya kedepan sangat menyenangkan

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

Sebanyak sebelumnya

Agak sedikit kurang dibandingkan dengan sebelumnya

Kurang dibandingkan dengan sebelumnya

Tidak pernah sama sekali

3. * Saya menyalahkan diri saya sendiri saat sesuatu terjadi tidak sebagaimana

mestinya

Ya, setiap saat

Ya, kadang-kadang

Tidak terlalu sering

Tidak pernah sama sekali

4. Saya merasa cemas atau merasa kuatir tanpa alasan yang jelas

Tidak pernah sama sekali

Jarang-jarang

Ya, kadang-kadang

Ya, sering sekali

5. * Saya merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelas

Ya, cukup sering

Ya, kadang-kadang

Tidak terlalu sering

Tidak pernah sama sekali

6. * Segala sesuatunya terasa sulit untuk dikerjakan

Ya, hampir setiap saat saya tidak mampu menanganinya

Ya, kadang-kadang saya tidak mampu menangani seperti biasanya

Tidak terlalu, sebagian besar berhasil saya tangani

Tidak pernah, saya mampu mengerjakan segala sesuatu dengan baik

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN JENIS KELAMIN ANAK …

7. * Saya merasa tidak bahagia sehingga mengalami kesulitan untuk tidur

Ya, setiap saat

Ya, kadang-kadang

Tidak terlalu sering

Tidak pernah sama sekali

8. * Saya merasa sedih dan merasa diri saya menyedihkan

Ya, setiap saat

Ya, cukup sering

Tidak terlalu sering

Tidak pernah sama sekali

9. * Saya merasa tidak bahagia sehingga menyebabkan saya menangis

Ya, setiap saat

Ya, cukup sering

Disaat tertentu saja

Tidak pernah sama sekali

10. *Muncul pikiran untuk menyakiti diri saya sendiri

Ya, cukup sering

Kadang-kadang

Jarang sekali

Tidak pernah sama sekali