i SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : VITA AYU OKTAVIANI J 410 050 018 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARATA 2009
85
Embed
skripsi hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA
DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
VITA AYU OKTAVIANI J 410 050 018
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARATA 2009
ii
ABSTRAK
VITA AYU OKTAVIANI. J 410 050 018
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI xviii+47+34
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), merupakan salah satu penyebab
kesakitan utama pada balita di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi rumah, pencahayaan alami rumah, kelembaban rumah, lantai rumah, dinding rumah, dan atap rumah dengan kejadian ISPA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Nopember 2009 di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek yang diteliti yaitu seluruh rumah yang di dalamnya terdapat balita berusia nol sampai lima tahun dengan besar sampel 62 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Uji statistik menggunakan uji chi square dengan menggunakan program SPSS versi 11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara ventilasi rumah (p=0,046), pencahayaan alami rumah (p=0,001), lantai rumah (p=0,025), dinding rumah (p=0,00), dan atap rumah (p=0,026) dengan kejadian ISPA, sedangkan kelembaban rumah (p=0,883) tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA. Kata kunci : Infeksi Saluran Pernafasan Atas, Balita, Sanitasi Fisik Rumah. Kepustakaan : 33, 1990-2009
The Relationship Between House Physical Sanitation with the Occurrence of Exhalation Chanel Infenction (ISPA) Children Under Five Years Old in Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province
ABSTRACT
Infection of exhalation Channel (ISPA), is one of the main painfulness cause in children under five years old in developing countries. The aim of this research was to know the relationship between house physical sanitation included house ventilation, house natural illumination, house dampness, house floor, house wall, and house roof with the occurrence of exhalation chanel infenction (ISPA) In Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province. This research was done in November 2009 In Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province. The type of this research was observational research with cross sectional approach. The subject were all of the house which have children under five years old with 62 respondents sample. The technique of intake sampel used cluster random sampling. The statistical test used chi square test by using SPSS version 11 program. The result of this research indicated that there was a relationship between house ventilation (p=0,046), house natural illumination (p=0,01), house floor (p=0,025), house wall (p=0,00), and house roof (p=0,026) with the occurrence of ISPA, but there was not relationship between house dampness (p=0,883) with the occurrence of ISPA.
Keywords : The Infection of Exhalation Channel, Children Under Five Years Old, House Physical Sanitation.
iv
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA
DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
VITA AYU OKTAVIANI J 410 050 018
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARATA 2009
v
@ 2009 Hak Cipta Pada Penulis
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
Disusun oleh : Vita Ayu Oktaviani Nim : J 410 050 018 Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
Disusun oleh : Vita Ayu Oktaviani
Nim : J 410 050 018
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 08 November 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji.
Surakarta, November 2009
Ketua Penguji : Ambarwati, S.Pd, M.Si (.................................)
Anggota Penguji I : Sri Darnoto, SKM (.................................)
Anggota Penguji II : Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes (.................................)
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Arif Widodo, A.Kep, M.Kes) NIK. 630
viii
MOTTO
“Orang yang cerdas adalah orang yang mau introspeksi diri dan beramal untuk
bekal setelah mati. Adapun orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa
nafsunya dan berangan-angan kepada ALLAH SWT”
{HR, Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah}
“Bermimpi adalah langkah pertama, kerja keras dan ketekunan adalah langkah-
langkah selanjutnya, Rahmat dan Cinta ALLAH SWT adalah sumber
keberuntungan yang membuat mimpi-mimpi menjadi nyata”
{Penulis}
Janganlah menjadi yang pertama jika hanya membuatmu sombong, tetapi jadilah
yang terbaik jika itu mampu membuatmu bersyukur.
{Penulis}
Jangan pernah menyesali keadaan, karena menyesali keadaan berarti menyesali
keadilan Tuhan, merusak hati dan melenyapkan harapan.
{Made S}
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku yang menjadi motivator
dalam pencapaian tujuan hidup ini. Kalian adalah pemberi inspirasi terhebat di
dunia, pemberi kasih sayang yang terkuat dan terkokoh, yang tak pernah bosan
menyebutkan namaku dalam setiap sujud dan do’a kalian.
Untuk kakak dan adikku yang menjadi penyemangat dan pemberi canda tawa
serta kasih sayang yang telah tercurah di setiap langkah ku.
Sahabat-sahabatku yang aku sayangi karena kebaikkan dan ketulusan kalian
mereka adalah penghuni kost yang menjadi teman setia di kosan dan menjadi
penghilang sedikit penat dan lelah selama kuliah.
10. Mba Rina, Mba Wita, Mas Rozi, dan Mba Nana yang telah memberikan banyak
pengalaman tentang hidup jauh dari orang tua, nasihat, semangat, do’a serta
mengajarkan penulis tentang arti sebuah persahabatan.
11. Melown, Idul, Junet, Rindem, dan Cumi adalah sahabatku yang selalu membantu,
memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Semua teman-teman seperjuangan kesmas 2005.
13. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, November 2009
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i ABSTRAK ........................................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................... iv HAK CIPTA ........................................................................................................ v PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... vi PERNYATAAN PENGESAHAN ...................................................................... vii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. x KATA PENGANTAR ......................................................................................... xi DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................... 4
1. Masalah umum .................................................................................. 4 2. Masalah khusus .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5 1. Tujuan umum ..................................................................................... 5 2. Tujuan khusus .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6 E. Ruang Lingkup ....................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ................................................ 7
C. Kerangka teori ........................................................................................ 18 D. Kerangka Konsep ................................................................................... 18 E. Hipotesis ................................................................................................. 18
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 20 B. Subjek Penelitian ................................................................................... 20 C. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 20 D. Populasi dan Sampel ............................................................................. 20
1. Populasi ............................................................................................. 20 2. Sampel ............................................................................................... 20
E. Variabel Penelitian ................................................................................. 23 F. Definisi Operasional Variabel ................................................................ 23 G. Pengumpulan Data ................................................................................. 25
1. Jenis data ............................................................................................ 25 2. Sumber data ....................................................................................... 25 3. Cara pengumpulan data ..................................................................... 25 4. Instrumen Penelitian .......................................................................... 26
H. Jalannya Penelitian ................................................................................. 26 I. Pengolahan data ..................................................................................... 27 J. Analisis Data .......................................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 28 B. Hasil Analisis Univariat ......................................................................... 30 C. Hasil Analisis Bivariat ........................................................................... 33
BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA ................... 40 B. Hubungan antara Pencahayaan Alami Rumah dengan Kejadian ISPA . 41 C. Hubungan antara Kelembaban Rumah dengan Kejadian ISPA ............. 41 D. Hubungan antara Lantai Rumah dengan Kejadian ISPA ....................... 42 E. Hubungan antara Dinding Rumah dengan Kejadian ISPA .................... 43 F. Hubungan antara Atap Rumah dengan Kejadian ISPA ......................... 44 G. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................ 46 B. Saran ....................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Cepogo Tahun 2008 ................... 30
2 Mata Pencaharian penduduk di Desa Cepogo tahun 2008 ........................ 30
3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan
Tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Cepogo
bekerja sebagai peternak sebanyak 2.163 orang (45,8%) dan paling sedikit PNS
sebanyak 62 orang (1,3%).
30
B. Hasil Analisis Univariat
Berdasarkan tabulasi data skor hasil kuisioner diperoleh gambaran data tiap
variabel yang disajikan pada Tabel 3, sedangkan gambaran data mengenai
perilaku responden terhadap sanitasi fisik rumah di Desa Cepogo disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan
Karakteristik Jumlah Orang %
Pendidikan Tidak sekolah/tidak tamat SD 15 24,2 Tamat SD 30 48,4 Tamat SMP 8 12,9 Tamat SMA 4 6,5 Tamat perguruan tinggi 5 8,1
Pekerjaan Tidak bekerja/Ibu rumah tangga 27 43,5 Petani 13 21 Buruh 10 16,1 Swasta 12 19,4 PNS 0 0
Pendapatan < Rp. 250.000,- 9 14,5 Rp. 250.000,- sampai Rp. 500.000,- 38 61,3 > Rp. 500.000,- 15 24,2 Tabel 3, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar
adalah tamat SD sebanyak 30 orang (48,4%) dan paling sedikit tamat SMA
sebanyak empat orang (6,5%). Pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah
tangga atau tidak bekerja sebanyak 27 orang (43,5%) dan paling sedikit buruh
yaitu 10 orang (16,1%). Sedangkan pendapatan responden tiap bulan sebagian
31
besar antara 250.000 rupiah sampai 500.000 rupiah sebanyak 38 orang (61,3%)
dan paling sedikit kurang dari 250.000 rupiah sebanyak 9 orang (14,5%).
Tabel 4. Perilaku Responden terhadap Sanitasi Fisik Rumah di Desa Cepogo
Perilaku Orang % Baik 54 87,1 Tidak baik 8 12,9
Total 62 100 Tabel 4, menunjukkan bahwa perilaku responden terhadap sanitasi fisik
rumah sebagian besar termasuk kategori baik, yaitu sebanyak 54 orang (87,1%).
1. Kondisi Sanitasi Fisik Rumah
a. Ventilasi, pencahayaan alami dan kelembaban
Kondisi ventilasi rumah, pencahayaan alami rumah dan kelembaban
rumah responden disajikan pada Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Ventilasi Rumah, Pencahayaan Alami Rumah dan Kelembaban Rumah Responden di Desa Cepogo
Variabel Rumah % Ventilasi
Baik 23 37,1 Tidak baik 39 62,9
Pencahayaan alami Baik 27 43,5 Tidak baik 35 56,5
Kelembaban Baik 44 71 Tidak baik 18 29
Tabel 5, menunjukkan bahwa ventilasi rumah responden sebagian
besar termasuk kategori tidak baik sebanyak 39 rumah (37,1%).
Pencahayaan alami rumah responden sebagian besar termasuk kategori
32
tidak baik sebanyak 35 rumah (56,5%). Sedangkan kelembaban rumah
responden sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 44 rumah
(71%).
b. Lantai, Dinding dan Atap Rumah
Konstruksi rumah responden yang meliputi lantai, dinding dan atap
disajikan pada Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Lantai Rumah, Dinding Rumah dan Atap Rumah Responden di Desa Cepogo
Variabel Rumah % Lantai
Memenuhi syarat 29 46,8 Tidak Memenuhi syarat 33 53,2
Dinding Memenuhi syarat 28 45,2 Tidak Memenuhi syarat 34 54,8
Atap Memenuhi syarat 34 54,8 Tidak Memenuhi syarat 28 45,2
Tabel 6, menunjukkan bahwa lantai rumah responden sebagian besar
tidak memenuhi syarat sebanyak 33 rumah (53,2%). Dilihat dari dinding
rumah sebagian besar tidak memenuhi syarat sebanyak 34 rumah (54,8%).
Sedangkan dilihat dari atap rumah sebagian besar memenuhi syarat
sebanyak 34 rumah (54,8%).
C. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mencari besar hubungan pada masing-masing
variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi square.
33
1. Pola hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA
a. Pola hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA
Pola hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA
disajikan pada Gambar 3 sebagai berikut :
Gambar 3. Grafik Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan
Kejadian ISPA
Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa ventilasi rumah yang
tidak baik menyebabkan balita responden yang terkena ISPA lebih
banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan antara ventilasi
rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,046).
b. Pola hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA
34
Pola hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian
ISPA disajikan pada Gambar 4 sebagai berikut :
Gambar 4. Grafik Hubungan antara Pencahayaan Alami Rumah
dengan Kejadian ISPA
Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa pencahayaan alami
rumah yang tidak baik menyebabkan balita responden yang terkena ISPA
lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan antara
pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo,
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,001).
c. Pola hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA
Pola hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA
disajikan pada Gambar 5 sebagai berikut :
35
Gambar 5. Grafik Hubungan antara Kelembaban Rumah dengan
Kejadian ISPA
Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui bahwa kelembaban rumah
yang baik menyebabkan balita responden yang terkena ISPA lebih banyak.
Hasil uji Chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara kelembaban
rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,883).
36
d. Pola hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA
Pola hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA
disajikan pada Gambar 6 sebagai berikut :
Gambar 6. Grafik Hubungan antara Lantai Rumah dengan
Kejadian ISPA Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa lantai rumah yang
tidak memenuhi syarat menyebabkan balita responden yang terkena
ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan
antara lantai rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,025).
e. Pola hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA
Pola hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA
disajikan pada Gambar 7 sebagai berikut :
37
Gambar 7. Grafik Hubungan antara Dinding Rumah dengan
Kejadian ISPA Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa dinding rumah yang
tidak memenuhi syarat menyebabkan balita responden yang terkena
ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan
antara dinding rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo,
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,00).
f. Pola hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA
Pola hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA disajikan
pada Gambar 8 sebagai berikut :
38
Gambar 8. Grafik Hubungan antara Atap Rumah dengan Kejadian
ISPA
Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui bahwa atap rumah yang
tidak memenuhi syarat menyebabkan balita responden yang terkena
ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan
antara atap rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,026).
BAB V
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p (0,046) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA. Hasil
ini sejalan dengan hasil penelitian Yusup dan Sulistyorini (2005), di Desa
Penjaringan Sari, yang menyimpulkan bahwa ventilasi rumah di Desa
Penjaringan Sari rata-rata tidak di buka pada siang hari. Responden yang
terkena ISPA mempunyai ventilasi rumah yang baik sebanyak 10 rumah
(16,1%) dan ventilasi rumah yang tidak baik sebanyak 27 rumah (43,5%),
sedangkan responden yang tidak terkena ISPA mempunyai ventilasi rumah
yang baik sebanyak 13 rumah (21%) dan ventilasi rumah yang tidak baik
sebanyak 12 rumah (19,4%). Hal ini disebabkan karena ventilasi atau jendela
pada rumah responden rata-rata tidak dibuka dan masih banyak jendela pada
rumah responden berbahan kaca yang tidak bisa dibuka, sehingga proses
pertukaran udara pada rumah tidak lancar.
Dengan adanya ventilasi yang baik maka udara segar dapat dengan
mudah masuk ke dalam rumah sehingga kejadian ISPA akan semakin
berkurang. Sedangkan ventilasi yang tidak baik dapat menyebabkan
kelembaban tinggi dan membahayakan kesehatan sehingga kejadian ISPA
akan semakin bertambah (Krieger dan Higgins, 2002).
41
B. Hubungan antara Pencahayaan Alami Rumah dengan Kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo,
didapatkan nilai p (0,001) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian
terdapat hubungan yang signifikan antara pencahayaan alami rumah dengan
kejadian ISPA. Hasil ini mendukung hasil penelitian Nindya dan Sulistyorini
(2005), di Desa Sidomulyo Sidoarjo, yang menyimpulkan bahwa pencahayaan
alami pada rumah di pengaruhi oleh ventilasi atau jendela rumah yang tidak di
buka pada siang hari. Responden yang terkena ISPA mempunyai pencahayaan
alami rumah yang baik sebanyak 10 rumah (16,1%) dan pencahayaan alami
rumah yang tidak baik sebanyak 27 rumah (43,5%), sedangkan responden
yang tidak terkena ISPA mempunyai pencahayaan alami rumah yang baik
sebanyak 17 rumah (27,4%) dan pencahayaan alami rumah yang tidak baik
sebanyak 8 rumah (12,9%). Hal ini disebabkan karena jendela kurang luas dan
jarang dibuka pada siang hari, tidak memiliki ventilasi rumah, dan kebanyakan
rumah menghadap ke arah barat dan utara. Cahaya matahari penting, karena
selain dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah juga
mengurangi kelembaban ruangan dalam rumah (Azwar, 1990).
C. Hubungan Kelembaban Rumah dengan Kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
kelembaban rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo,
didapatkan nilai p (0,883) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban rumah dengan
42
kejadian ISPA. Responden yang terkena ISPA mempunyai kelembaban rumah
yang baik sebanyak 26 rumah (41,9%) dan kelembaban rumah yang tidak baik
sebanyak 11 rumah (17,7%), sedangkan responden yang tidak terkena ISPA
mempunyai kelembaban rumah yang baik sebanyak 18 rumah (29%) dan
kelembaban rumah yang tidak baik sebanyak 7 rumah (11,3%). Hal ini
kelembaban rumah dipengaruhi oleh ventilasi rumah yang tidak baik sebanyak
(43,5%), lantai yang tidak kedap air dan menghasilkan debu, sebanyak
(38,7%). Rumah yang lembab memungkinkan tikus dan kecoa membawa
bakteri dan virus yang semuanya dapat berperan dalam memicu terjadinya
penyakit pernafasan dan dapat berkembang biak dalam rumah (Krieger dan
Higgins, 2002). Menurut Notoatmodjo (2003), kelembaban udara dalam
rumah menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab
ISPA.
D. Hubungan lantai rumah dengan kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p (0,025) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA. Hasil ini
mendukung hasil penelitian Toanabun (2003) yang mengadakan penelitian di
Desa Tual, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, hasil
penelitian menunjukkan bahwa lantai rumah rata-rata di Desa Tual memakai
jenis lantai semen dan tanah. Responden yang terkena ISPA mempunyai lantai
rumah yang memenuhi syarat sebanyak 13 rumah (21%) dan lantai rumah
43
yang tidak memenuhi syarat sebanyak 24 rumah (38,7%), sedangkan
responden yang tidak terkena ISPA mempunyai lantai rumah yang memenuhi
syarat sebanyak 16 rumah (25,8%) dan lantai rumah yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 9 rumah (14,5%). Hal ini disebabkan karena lantai rumah
responden rata-rata berupa lantai semen dan tanah, sehingga pada saat musim
kemarau akan menghasilkan debu. Lantai yang terbuat dari semen rata-rata
sudah rusak dan tidak kedap air, sehingga lantai menjadi berdebu dan lembab.
Lantai yang baik harus kedap air, tidak lembab, bahan lantai mudah
dibersihkan dan dalam keadaan kering dan tidak menghasilkan debu (Ditjen
PPM dan PL, 2002).
E. Hubungan dinding rumah dengan kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p (0,00) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA.
Dinding rumah yang baik menggunakan tembok, tetapi dinding rumah di Desa
Cepogo masih banyak yang berdinding bambu, papan atau kayu yaitu
sebanyak 4176 rumah (Dinas Kesehatan dan Sosial Boyolali, 2007).
Responden yang terkena ISPA mempunyai dinding rumah yang memenuhi
syarat sebanyak 5 rumah (8,1%) dan dinding rumah yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 32 rumah (51,6%), sedangkan responden yang tidak terkena
ISPA mempunyai dinding rumah yang memenuhi syarat sebanyak 23 rumah
44
(37,1%) dan dinding rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 2 rumah
(3,2%). Hal ini disebabkan karena penghasilan keluarga yang kurang.
Rumah yang berdinding tidak rapat seperti bambu, papan atau kayu
dapat menyebabkan ISPA, karena angin malam langsung masuk ke dalam
rumah. Jenis dinding yang mempengaruhi terjadinya ISPA disebabkan karena
dinding yang sulit dibersihkan dan menyebabkan penumpukan debu pada
dinding, sehingga dinding akan dijadikan sebagai media yang baik bagi
berkembangbiaknya kuman (Suryanto, 2003).
F. Hubungan atap rumah dengan kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p (0,026) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara atap rumah dengan kejadian ISPA. Hasil ini
sejalan dengan hasil penelitian Toanabun (2003), yang mengadakan penelitian
di Desa Tual, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, hasil
penelitian menunjukkan bahwa atap rumah rata-rata di Desa Tual memakai
atap genting dan tidak diberi langit-langit, sehingga debu yang langsung
masuk ke dalam rumah mengganggu saluran pernafasan pada balita yang ada
di desa tersebut. Responden yang terkena ISPA mempunyai atap rumah yang
memenuhi syarat sebanyak 16 rumah (25,8%) dan atap rumah yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 21 rumah (33,9%), sedangkan responden yang
tidak terkena ISPA mempunyai atap rumah yang memenuhi syarat sebanyak
18 rumah (29%) dan atap rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 7
45
rumah (11,3%). Hal ini disebabkan karena atap rumah umumnya
menggunakan genting dan tidak memakai langit-langit karena keterbatasan
biaya pada keluarga responden. Atap rumah yang baik menggunakan genting
dan diberi langit-langit atau plafon agar debu tidak langsung masuk ke dalam
rumah (Nurhidayah, 2007).
G. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu berdasarkan teori kesehatan,
seseorang dapat terkena penyakit ISPA tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi
sanitasi fisik rumah namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain misalnya
status gizi, pemberian ASI, pemberian vitamin A, berat badan lahir rendah,
polusi asap rokok, polusi asap dapur, dan kepadatan hunian namun pada
penelitian ini tidak dapat meneliti faktor-faktor tersebut.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
2. Ada hubungan antara pencahayaan alami pada rumah dengan kejadian
ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali.
3. Tidak ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA
pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
4. Ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
5. Ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
6. Ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
B. Saran
1. Bagi masyarakat
a. Hendaknya masyarakat mempunyai kebiasaan untuk membuka jendela
setiap hari agar sirkulasi udara lancar dan cahaya matahari dapat
masuk ke dalam rumah, sehingga dapat mengurangi kelembaban.
47
b. Hendaknya masyarakat menjaga kebersihan rumah seperti menyapu
lantai, mengepel lantai dan membersihkan debu-debu yang menempel
pada dinding dan lantai rumah, agar tidak dijadikan tempat
perkembangbiakkan kuman.
2. Bagi instansi terkait khususnya Puskesmas Cepogo
a. Agar meningkatkan sistem kewaspadaan dini terhadap kejadian ISPA
melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu mengenai
pentingnya sanitasi fisik rumah yang sehat.
b. Hendaknya petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang ISPA
kepada setiap ibu misalnya pada acara pertemuan posyandu.
3. Bagi peneliti lain
Untuk peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan
menambahkan variabel kepadatan penghuni rumah, suhu rumah dan polusi
udara dalam rumah (asap rokok atau asap dapur) pengaruhnya terhadap
kejadian ISPA.
DAFTAR PUSATAKA
Ambarwati dan Dina, 2007. Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah Susun
(Kepadatan Penghuni, Ventilasi, Suhu, Kelembaban, dan Penerangan Alami) dengan Kejadian Penyakit ISPA. Abstrak Penelitian. Diakses : 09 Desember 2008. http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2008 ambarwatid-6250&PHPSESSID=4e8c75dbb69c76fe85d1f25545d23762
Anonim, 2008. Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan
Pneumonia pada Balita. Diakses : 18 Oktober 2008. http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/12/klasifikasi-ispa-pada-balita/
Azwar, A., 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara. Benih, C., 2008. Penanggulangan dan Pengobatan ISPA. Diakses : 09 Desember
Budiarto, E., 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC. Depkes RI, 2000. Informasi tentang ISPA pada Balita. Jakarta: Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat. Dewa dan Daru, 2001. Hubungan Perawatan di Rumah terhadap Perubahan
Status ISPA Bukan Pneumonia menjadi Pneumonia di Kabupaten Kotabaru. Diakses : 09 Desember 2008. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2001 dewa2c-2441-iapa&q=kejadian
Dinata, A., 2007. Aspek Teknis dalam Penyehatan Rumah. Diakses : 09 Desember 2008. http://miqrasehat.blogspot.com/2007/07/aspek-teknis-dalam-penyeh atan-rumah.html
Dinkes, 2005. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Diakses : 10 Januari 2009.
Dinkes dan Sosial Boyolali, 2007. Profil Kesehatan Boyolali Tahun 2006.
Boyolali: DKS Boyolali. Ditjen PPM dan PL, 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat . Jakarta:
Departemen Kesehatan R. I.
Iswarini dan Wahyu, D., 2006. Hubungan antara Kondisi Fisik Rumah, Kebersihan Rumah, Kepadatan Penghuni, dan Pencemaran Udara dalam Rumah dengan Keluhan Penyakit ISPA pada Balita. Diakses : 09 Desember 2008. http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2006-iswarinidi-2501&PHPSESSID=0629b7ba39f6f4430c9571ce837f55fa
Kelurahan Cepogo, 2007. Data Monografi Kelurahan Cepogo Kecamatan Cepoga Kabupaten Boyolali. Boyolali.
Khaidirmuhaj, 2008. Pengertian ISPA dan Pneumonia. Diakses : 10 Januari 2009.
Kothari, C. R., 1990. Research Methodology Methods and Techniques. New
Delhi: Wiley Eastern Limited. Krieger, J. dan Higgins, D. L., 2002. Housing and Health: Time Again for Public
Health Action. Murti, B., 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. ________, 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nindya, T. S. dan Sulistyorini L., 2005. Hubungan Sanitasi Rumah dengan
Kejadian ISPA pada Balita. Diakses : 09 Desember 2008. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-04.pdf
Notoatmodjo, S., 2003a. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. ____________, 2003b. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta. Nurhidayah, I., 2007. Hubungan antara Karakteristik Lingkungan Rumah dengan
Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu Keperawatan Bandung.
Puskesmas Cepogo, 2007. Profil Puskesmas Tahun 2006. Boyolali. _______________, 2008. Profil Puskesmas Tahun 2007. Boyolali. _______________, 2009. Profil Puskesmas Tahun 2008. Boyolali.
Ranuh, I. G. N., 1997. Masalah ISPA dan Kelangsungan Hidup Anak. Surabaya: Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak.
Sukar, 1996. Pengaruh Kualitas Lingkungan dalam Ruang terhadap ISPA
Pnemonia. Bandung: Buletin Penelitian Kesehatan.
Supraptini, 2006. Gambaran Rumah Sehat di Indonesia. Diakses : 10 Januari 2009. http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=52&prang=Supraptini
Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2004. Modul Kesehatan dan Rumah Tangga. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Suryanto, 2003. Hubungan Sanitasi Rumah dan Faktor Intern Anak Balita dengan
Kejadian ISPA pada Anak Balita. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Taylor, V., 2002. Health Hardware for Housing for Rural and Remote Indigenous
Communities. Australia: Central Australian Division of General Practice. Toanabun, A. H., 2003. Pengaruh Kondisi Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku
Penduduk terhadap Kejadian Penyakit ISPA pada Anak Balita di Desa Tual Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara Propinsi Maluku. Skripsi. Surabaya : Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Yusup, N. A. dan Sulistyorini L., 2005. Hubungan Sanitasi Rumah secara Fisik
dengan Kejadian ISPA pada Balita. Diakses : 09 Desember 2008. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-02.pdf
World Health Organization. 2008. Pencegahan dan Pengendalian ISPA di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Diakses : 14 Desember 2008. http://www.who.int/csr/resources/publications/AMpandemicbahasa.pdf
LAMPIRAN
Lampiran 1
KUISIONER
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nomor responden :
Nama :
Alamat :
Umur :
B. DATA SOSIAL EKONOMI
1. Pendidikan :
a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Perguruan Tinggi
2. Pekerjaan :
a. Tidak bekerja
b. Petani
c. Buruh
d. Swasta
e. PNS
f. Lain-lain………………......
3. Penghasilan keluarga tiap bulan:
a. Kurang dari Rp. 250.000
b. Rp. 250.000-500.000
c. Lebih dari Rp. 500.000
4. Apakah balita ibu saat ini atau 6 bulan yang lalu dari bulan Februari-Juli
pernah menderita ISPA dengan gejala batuk pilek, sakit tenggorokan dan
sakit telinga ?
a. Pernah b. Tidak pernah
C. PERILAKU TERHADAP RUMAH
1. Setelah ibu mengetahui ISPA, apakah ibu melakukan pencegahan dini
seperti menjaga kebersihan perorangan dan kebersihan rumah ? a. Ya b. Tidak
Jika tidak, berikan alasan ibu !.....................................................................
..................................................................................................................... 2. Apakah ibu membersihkan rumah setiap hari seperti mengepel lantai,
menyapu lantai yang kotor dsb? a. Ya b. Tidak
Jika tidak, berikan alasan ibu !.....................................................................
3. Berapa kali ibu membersihkan rumah dalam sehari ? a. Sekali dalam sehari b. >1 x dalam sehari
4. Apakah di rumah ibu ventilasi rumah atau jendela rumah selalu dibuka setiap hari ? a. Ya b. Tidak
Jika tidak, berikan alasan ibu !.....................................................................
...................................................................................................................... 5. Apakah ibu menggunakan anglo untuk menghangatkan badan saat tidur ?
a. Ya b. Tidak 6. Apakah anak ibu sering tertidur di lantai saat bermain atau nonton TV ?
a. Ya b. Tidak Jika ya, apa tindakan ibu !............................................................................. ........................................................................................................................
Keterangan :T1 = Titik 1 (Lux ) T3 = Titik 3 (Lux ) T5 = Titik 5 (Lux ) 2 = Tidak baik (<60 Lux atau >120 Lux )T2 = Titik 2 (Lux ) T4 = Titik 4 (Lux ) 1 = Baik (60‐120 Lux )
KategoriNo. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur Hasil