SKRIPSI GAMBARAN KONSUMSI PANGAN LOKAL TINGKAT RUMAH TANGGA DI DESA NELAYAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2010 Oleh : RAUDATINA NIM : 08SIAJ0013 PROGRAM STUDI SI GIZI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA BORNEO BANJARBARU TAHUN 2011
SKRIPSI
GAMBARAN KONSUMSI PANGAN LOKAL
TINGKAT RUMAH TANGGA DI DESA NELAYAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2010
Oleh : RAUDATINA
NIM : 08SIAJ0013
PROGRAM STUDI SI GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUSADA BORNEO BANJARBARU
TAHUN 2011
2
GAMBARAN KONSUMSI PANGAN LOKAL TINGKAT RUMAH
TANGGA DI DESA NELAYAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
TAHUN 2010
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Sarjana Gizi (S.Gz)
Oleh :
RAUDATINA
NIM : 08SIAJ0009
PROGRAM STUDI SI GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUSADA BORNEO BANJARBARU
TAHUN 2011
HALAMAN PERNYATAAN
3
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Raudatina
NIM : 08S1AJ0009
Program Study : Gizi
Judul Skripsi : Gambaran Konsumsi Pangan Lokal
Tingkat Rumah Tangga Di Desa Nelayan
Kabupaten Hulu Sungai Utara
Dengan ini saya menyatakan bahwa hasil penulisan karya ilmiah yang telah
saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan tidak melakukan pelanggaran sebagai
berikut :
• Plagiasi tulisan maupun gagasan
• Rekayasa dan manipulasi data
• Meminta tolong atau membayar orang lain untuk meneliti
• Mengajukan sebagian atau seluruh karya ilmiah untuk publikasi atau untuk
memperoleh gelar atau sertifikat atau pengakuan akademik atau profesi
ditempat lain.
Apabila terbukti saya melakukan pelanggaran tersebut diatas, maka saya bersedia
menerima sanksi berupa pencabutan gelar akdemik.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan .
Penulis,
(Randatina)
4
HALAMAN PERSETUJUAN
Nama : Raudatina
NIM : 08S1AJ0009
Skripsi ini telah disetujui untuk disidangkan :
Banjarbaru, 11 Agustus 2010.
Pembimbing Utama,
Rusman Efendi, SKM,M.Si
NIDN : 128047801
Pembimbing Pendamping,
Muhammad Rayhan, S.Psi
NIDN : 1110038601
5
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Raudatina
NIM : 08S1AJ0009
Skripsi ini telah dipertahankan didepan dewan penguji dan disetujui
Pada tanggal : 26 Februari 2011
Penguji 1 (Ketua)
Rusman Efendi, SKM,Msi
NIDN : 1218047801
Penguji 2 (Anggota)
Muhammad Rayhan, S.Psi
NIDN : 1110038601
Penguji 3 (Anggota)
Akhmad.Mahyuni, S.Sos,MPH
NIND : 1110106502
Diketahui :
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Husada Borneo Banjarbaru
Rusman Efendi, SKM,MSi
NIDN : 1218047801
Ketua Program Studi Gizi
Norhasanah, S.Gz
NIDN : 1119098402
Tanggal Lulus :
6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Segala Puji bagi Allah SWT atas segala Rahmat dan karunia-
Nya sehingga dapat terselesaikan Skripsi dengan judul “ GAMBARAN KONSUMSI
PANGAN LOKAL TINGKAT RUMAH TANGGA DI DESA NELAYAN
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2010” sebagai salah satu
persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Program Pendidikan
Sarjana (S1) Program Studi Gizi Sekolah Tinggi Kesehatan Husada Borneo
Banjarbaru.
Skipsi ini disusun untuk mengetahui gambaran konsumsi pangan lokal
tingkat rumah tangga di Desa Nelayan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Pangan Lokal
adalah pangan yang banyak ditanam dan tersedia diwilayah penelitian.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada bapak Rusman Efendi,SKM,M.Si dan Muhammad
Rayhan,S.Psi selaku desen pembimbing yang telah memberikan petunjuk,koreksi
serta saran sehingga terwujudnya skripsi ini.
Terimakasih dan penghargaan saya sampaikan pula kepada yang terhormat :
1. Rusman Efendi,SKM,M.Si, selaku Direktur Sekolah Tinggi Kesehatan
(Stikes) Husada Borneo Banjarbaru.
2. Norhasanah, S.Gz, selaku Ketua Prodi S1 Gizi Stikes Husada borneo
Banjarbaru.
3. Akhmad.Mahyuni, S.Sos,MPH selaku penguji III yang telah memberikan
masukan dan koreksi terhadap skripsi ini.
4. drg.Isnur Hatta,MPH, selaku kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai
Utara yang telah memberikan ijin belajar.
5. Kepala desa dan para kader posyandu desa nelayan dan semau pihak yang
membantu.
6. Orang tua tersayang yang selalu memberikan dorongan, semangat, nasehat
dan do’a.
7
7. Suami tercinta Zakaria dan putra kecilku tersayang Muhammad Ansari yang
memberikan kepercayaan dan menghiburku saat sedih serta memberikan do’a.
8. Teman-teman dipuskesmas pasar sabtu yang selalu memberikan semangat.
9. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S1 Gizi yang selalu
memberikan masukan, bantuan dan semangat.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
terselesaikannya pembuatan skipsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga proposal ini berguna baik bagi diri saya sendiri maupun pihak
lain yang memanfaatkannya.
Amuntai 2011
Penulis
8
ABSTRAK
Raudatina. 08SIAJ0009
GAMBARAN KONSUMSI PANGAN LOKAL TINGKAT RUMAH
TANGGA DI DESA NELAYAN KABUPATEN HULU SUNGAI
UTARA
Skripsi. Program Studi Gizi.2010
(xv + 44 + lampiran)
Ketersediaan pangan lokal dan non lokal di desa Nelayan cukup banyak dalam jenis
dan jumlahnya. Selaian itu harga pangan lokal juga terjangkau. Namun di Desa
Nelayan masih ditemukan balita gizi kurang dan gizi buruk. Oleh karena itu akan
dilakukan penelitian sehubungan dengan masalah tersebut. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui gambaran konsumsi pangan lokal tingkat rumah tangga. Selaian
itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui jenis-jenis pangan lokal dan
non lokal, konsumsi sumber energi dan protein dari lokal dan non lokal.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional dengan cara
pengamatan terhadap responden data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner
selanjutnya data yang telah diolah dianalisa secara diskripif. Sampel penelitian ini
adalah semua rumah tangga yang ada di desa nelayan. Terdapat 359 sampel dan
ditentukan dengan teknik simple random sampling. Data yang dikumpulkan terdiri
dari jenis pangan lokal dan non lokal, jenis sumber kalori yang dikonsumsi lokal dan
non lokal dan jenis sumber protein yang dikonsumsi lokal dan non lokal. Hasil
penelitian menunjukkan jenis-jenis pangan lokal di desa nelayan sudah
beranekaragam, ketersediaan pangan lokal cukup. Konsumsi sumber energi dan
protein rendah. Ketersediaan pangan lokal akan menghindari masyarakat dari
kelaparan. Apabila ketersediaan pangan cukup maka pola makan responden lebih
beragam dan ini berpengaruh pada terpenuhinya tingkat kecukupan energi dan
protein. Jika tingkat konsumsi energi dan protein tercukupi maka pertumbuhan dan
perkembangan responden akan lebih baik dan akhirnya berpengaruh pada keadaan
gizi responden. Tetapi jika tingkat konsumsi energi dan protein tidak tercukupi akan
menyebabkan berat badan menurun, tampak kurus dan mudah terserang penyakit.
Kata kunci : Ketersediaan Pangan, Jenis Pangan Lokal, Konsumsi Energi dan Protein
9
ABSTRACT
Raudatina. 08SIAJ0009
PICTURE OF LOCAL FOOD CONSUMPTION AT HOUSEHOLD
LEVEL FISHERS VILLAGE NORTH HULU SUNGAI REGENCY
Thesis. Nutrition Courses.2010
(xv + 44 + attachment)
Availibility of local food and non local in Fishing village quite a lot in the types and
amounts. Other than that local food prices are also affordable. But in the fishing
village are still found in cildren under five underweight and malnutrition. Therefore
be carried out research in connection with the problem. The purpose of this study is to
know the description of local food consumption at household level. In addition, this
study also aimed to determine the types of local and non local food, the consumption
of energy and protein sources of local and non local. This study is an observational
study by observation of the respondents collected data using guestionnaires that have
been processed subsequent data were analyzed descriptively. This sample is all
househollds in the village fishermen. There were 359 samples and is determineted by
simple random sampling technique. Data collected consisted of local and non local
food, the type of calories consumed source of local and non local, the type of calories
consumed source of local and non local and type of protein consumed source of local
and non local. Research results indicate the types of local and non local food in the
fishing village are diverse, local food supply is sufficient. Energy consumption and
protein are low.
Local food availability would prevent peope from starving. When fod anailability is
adequate, the respondents more diverse diet, and this affects the fulfillment of the
adequacy of energy and protein levels. If the level of energy and protein intake is
adequate growth and development of the respondents will be better and ultimately
affect the nutrition ststus of respondents. But if the level of energy consumption and
protein is inadequate will lead to weight loss, looked thin and susceptible to disease.
Key Words : Food Availability, Type of Local Food, Consumption of Energy and
Protein.
10
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER........…………………………………………………….. i
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. ii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. v
KATA PENGANTAR........................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................…………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................ …………. 6
1.3. Tujun Penelitian...………………………………............. 6
1.4 Manfaat Penelitian..............……………………………… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………… 7
2.1 Tinjauan Teori................................……………………….. 7
2.1.1 Ketahanan Pangan…………………………………... 7
2.1.2 Pola Konsumsi Pangan……………….……………... 9
2.1.3. Pola Konsumsi Pangan Lokal………....................... 9
2.1.4 Pola Konsumsi Pangan Non Lokal........................... 10
2.1.5 Angka Kecukupan Gizi............................................ 10
2.1.6 Konsumsi Energi...................................................... 12
2.1.7 Konsumsi Protein ..................................................... 12
2.2 Landasan Teori.................................................................. 13
11
2.2.1 Jenis Pangan Lokal.................................................... 13
2.2.2 Konsumsi Sumber Energi.......................................... 13
2.2.3 Konsumsi Sumber Protein........................................ 14
2.3 Kerangka Konsep............................................................ 15
BAB III METODE LOGI PENELITIAN………............................ 16
3.1 Rancangan Penelitian................................................... 16
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian...................................... 16
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................ 16
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................... 16
3.3 Subyek Penelitian........................................................ 16
3.3.1 Populasi .............................................................. 16
3.3.2 Sampel ............................................................... 16
3.4 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional............. 17
3.4.1 Variabel Penelitian.............................................. 17
3.4.2 Definisi Operasional............................................ 18
3.5 Instrumen Penelitian..................................................... 19
3.6 Teknik Pengumpulan Data........................................... 19
3.6.1 Data Primer .......................................................... 19
3.6.2 Data Sekunder ..................................................... 19
3.7 Teknik Analisa Data..................................................... 19
3.8 Prosedur Penelitian....................................................... 21
3.9 Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian ...................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................... 22
4.1 Hasil Penelitian ............................................................ 22
4.1.1 Gambaran Umum Desa Nelayan ......................... 22
1. Letak Geografis .............................................. 22
2. Keadaan Demografis ...................................... 22
3. Sosial Budaya ................................................. 23
12
4. Status Ekonomi .............................................. 23
5. Pelayanan Kesehatan ...................................... 24
4.1.2 Gambaran Umum Konsumsi Pangan Lokal ....... 24
1. Jenis-jenis Pangan Lokal dan Non Lokal ....... 24
2. Jenis Sumber Energi Yang dikonsumsi ......... 32
3. Jenis Sumber protein yang dikonsumsi ......... 33
4.2 Pembahasan .................................................................. 34
4.2.1 Jenis-jenis Pangan Lokal ..................................... 34
1. Jenis Makanan Pokok ...................................... 34
2. Jenis Lauk Hewani dan Nabati ........................ 35
3. Jenis Sayur........................................................ 36
4. Buah ................................................................ 38
4.2.2 Jenis Sumber Energi ............................................ 38
4.2.3 Jenis Sumber Protein ........................................... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 41
5.1 Kesimpulan .................................................................. 41
5.2 Saran ............................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 43
LAMPIRAN
13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Angka Kecukupan Energi Dan Protein rata-rata yang
Dianjurkn perorang perhari…..........................………………... 11
4.1 Distribusi Penduduk Desa Nelayan Kecamatan Sungai Tabukan
Kabupaten Hulu Sungai Utara...................................................... 22
4.2 Jenis-jenis Pangan Lokal dan Non Lokal di Desa Nelayan.......... 24
4.3 Distibusi Responden Jenis Pangan Lokal Dan Non Lokal
Berdasarkan Makanan Pokok di Desa Nelayan............................. 26
4.4 Distibusi Responden Jenis Pangan Lokal Dan Non Lokal
Berdasarkan Serealia di Desa Nelayan......................................... 26
4.5 Distibusi Responden Jenis Pangan Lokal Dan Non Lokal
Berdasarkan Sumber Protein Hewani di Desa Nelayan................ 27
4.6 Distibusi Responden Jenis Pangan Lokal Dan Non Lokal
Berdasarkan Sumber Protein Nabati di Desa Nelayan.................. 28
4.7 Distibusi Responden Jenis Pangan Lokal Dan Non Lokal
Berdasarkan Sayuran di Desa Nelayan.......................................... 28
4.8 Distibusi Responden Jenis Pangan Lokal Dan Non Lokal
Berdasarkan Buah di Desa Nelayan.............................................. 30
4.9 Rata-rata Konsumsi Sumber Energi Pangan Lokal dan Non Lokal
Per orang per hari........................................................................... 32
4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Konsumsi Sumber
Energi Pangan Lokal dan Non Lokal di Desa Nelayan................. 32
4.11 Rata-rata Konsumsi Sumber Protein Pangan Lokal dan Non Lokal
Per orang per hari............................................................................ 33
4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Konsumsi Sumber
Protein Pangan Lokal dan Non Lokal di Desa Nelayan................. 33
14
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.3 Kerangka Konsep 15
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner Untuk Responden
2. Daftar Riwayat Hidup
16
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem
ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Subsistem ketersediaan pangan berfungsi
menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari
segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi berfungsi
mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh
rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup
sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Sedangkan subsistem konsumsi
berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi
kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan kehalalannya.
Situasi ketahanan pangan di negara kita masih lemah. Hal ini ditunjukkan
antara lain oleh: (a) jumlah penduduk rawan pangan (tingkat konsumsi < 90% dari
rekomendasi 2.000 kkal/kap/hari) dan sangat rawan pangan (tingkat konsumsi <70 %
dari rekomendasi) masih cukup besar, yaitu masing-masing 36,85 juta dan 15,48 juta
jiwa untuk tahun 2002; konsumsi < 90% dari rekomendasi 2.000 kkal/kap/hari) dan
sangat rawan pangan (tingkat konsumsi <70 % dari rekomendasi) masih cukup besar,
yaitu masing-masing 36,85 juta dan 15,48 juta jiwa untuk tahun 2002; (b) anak-anak
balita kurang gizi masih cukup besar, yaitu 5,02 juta dan 5,12 juta jiwa untuk tahun
2002 dan 2003.
Ketahanan pangan merupakan tantangan yang mendapatkan prioritas untuk
mencapai kesejahteraan bangsa pada abad milenium ini. Apabila melihat Penjelasan
PP 68 tahun 2002 tersebut, upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus
bertumpu pada sumber daya pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah.
Kebutuhan pangan di dunia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk di dunia. Pada tahun 1930, penduduk dunia hanya 2 miliar dan 30
tahun kemudian pada tahun 1960 baru mencapai 3 miliar. Lonjakan penduduk dunia
mencapai peningkatan yang tinggi setelah tahun 1960, hal ini dapat kita lihat dari
17
jumlah penduduk tahun 2000-an yang mencapai kurang lebih 6 miliar orang, tentu
saja dengan pertumbuhan penduduk ini akan mengkibatkan berbagai permasalahan
diantaranya kerawanan pangan. Di Indonesia sendiri, permasalah pangan tidak dapat
kita hindari, walaupun kita sering disebut sebagai negara agararis yang sebagian besar
penduduknya adalah petani. Kenyataannya masih banyak kekurangan pangan yang
melanda Indonesia, hal ini seiring dengan meningkatnya penduduk. Bahkan dua
peneliti Amerika Serikat pernah menyampaikan bahwa pada tahun 2010, penduduk
dunia akan mengahadapi krisis pangan. Bertambahnya penduduk bukan hanya
menjadi satu-satunya permasalahan yang menghambat untuk menuju ketahanan
pangan nasional. Berkurangnya lahan pertanian yang dikonversi menjadi pemukiman
dan lahan industri, telah menjadi ancaman dan tantangan tersendiri bagi bangsa
Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri dalam bidang pangan.
Ketahanan pangan sebagai isu penting dalam pembangunan pertanian
menuntut kemampuan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan pangan yang
diperlukan secara sustainable (ketersediaan pangan) dan juga menuntut kondisi yang
memudahkan masyarakat memperolehnya dengan harga yang terjangkau khususnya
bagi masyarakat lapisan bawah (sesuai daya beli masyarakat).
Sub sistem konsumsi pangan terletak pada hilir dari sistem ketahanan pangan,
yang berarti keragamannya langsung mempengaruhi pemantapan ketahanan pangan
di tingkat rumah tangga. Keragaman sub sistem konsumsi pangan tersebut
dipengaruhi oleh faktor ekonomi seperti, tingkat pendapatan, harga pangan non
pangan, dan mekanisme pemasaran dan faktor sosial budaya misalnya tingkat
pengetahuan, kebiasaan makan termasuk ada tidaknya tabu dan pantangan.
Keragaman konsumsi pangan masyarakat dapat diketahui dari pola konsumsi
pangan di daerah yang bersangkutan, yaitu mencakup ragam jenis pangan dan jumlah
pangan yang dikonsumsi serta frekuensi dan waktu makan, yang secara kuantitatif
semuanya menentukan jumlah pangan yang dikonsumsi. Apabila keragaman
konsumsi pangan dibawah anjuran, maka tingkat konsumsi masyarakat perlu
ditingkatkan pendapatan dan pengetahuan pangan dan gizi serta peningkatan
18
ketersediaan pangan sesuai dengan kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki
oleh daerah yang bersangkutan.
Salah satu upaya dalam pengembangan konsumsi pangan dilaksanakan
melalui pengembangan pangan lokal, karena pangan lokal merupakan pangan yang
sudah dikenal, mudah diperoleh disuatu wilayah, jenisnya beragam dan dapat
diusahakan baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk dijual.
Pengembangan panagn lokal diharapkan dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Ketersedian pangan mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Kita harus
segera menemukan jalan keluar yang mampu menjawab ketergantungan kita pada
bahan pangan tertentu, khususnya panagan impor, meningkat sewaktu-waktu negara
pengekspornya bisa menghentikan pasokan. Belum lagi jika harga harus melambung
dilihat dari kecendrungan pasar dunia saat ini.
Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi
yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses
metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan .
Konsumsi, jumlah dan jenis pangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-
faktor yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah produksi
dan ketersediaan pangan. Untuk tingkat konsumsi lebih banyak ditentukan oleh
kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Kualitas pangan mencerminkan
adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan pangan,
sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi dalam suatu bahan
pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur kualitas dan kuantitas
harus dapat terpenuhi. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan
protein, pada tahap awal akan meyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu
tertentu berat badan akan menurun yang disertai dengan menurunnya produktivitas
kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status gizi kurang dan
gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang
mencukupi, pada akhirnya tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang
selanjutnya dapat menyebabkan kematian.
19
Ketahanan pangan merupakan salah satu isu utama upaya peningkatan status
gizi masyarakat yang paling erat kaitannya dengan pembangunan pertanian. Situasi
produksi pangan dalam negeri serta ekspor dan impor pangan akan menentukan
ketersediaan pangan yang selanjutnya akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan
di tingkat wilayah. Sementara ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga, akan
ditentukan pula oleh daya beli masyarakat terhadap pangan.
Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang
dikonsumsi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh,
lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktivitas
dan produktivitas kerja.
Pada bayi dan anak balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan
pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk
diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita, dengan demikian, akan
mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Oleh karena itu pangan dengan jumlah dan mutu yang memadai harus selalu
tersedia dan dapat diakses oleh semua orang pada setiap saat. Bahasan tersebut
menggambarkan betapa eratnya kaitan antara gizi masyarakat dan pembangunan
pertanian. Keterkaitan tersebut secara lebih jelas dirumuskan dalam pengertian
ketahanan pangan yaitu tersedianya pangan dalam jumlah dan mutu yang memadai
dan dapat dijangkau oleh semua orang untuk hidup sehat, aktif, dan produktif.
Ketersediaan pangan lokal akan menghindari masyarakat dari kelaparan.
Apabila masyarakat kita dapat terhindar dari kelaparan maka status gizi keluarga akan
baik dan itu artinya status gizi balita juga akan baik. Untuk melestarikan pangan lokal
sebagai makanan pokok masyarakat, peran pemerintah daerah diperlukan untuk
mempopulerkan makanan lokal. Jenis makanan lokal yang dipopulerkan adalah jenis
pangan murah dan dapat ditanam didaerah tersebut. Selain itu pangan lokal dipilih
yang beranekaragam, memiliki zat gizi dan digemari masyarakat setempat.
Intake zat gizi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi seseorang
merupakan salah satu penyebab langsung dari timbulnya masalah gizi. Rata-rata
20
konsumsi energi penduduk Indonesia tahun 2002 adalah sekitar 202 kkal/kap/hari
yang berarti sekitar 90.4 persen dari kecukupan yang dianjurkan. Sementara rata-rata
konsumsi protein sekitar 54,4 telah melebih kecukupan protein yang dianjurkan baru
mencapai 90,4 persendari kecukupan gizi yang dianjurkan sebesar 2200 kkal/hari.
Di Kabupaten Hulu Sungai Utara memiliki usaha peternakan itik. Di desa
nelayan juga sebagian besar penduduknya berternak itik, selain berternak itik di desa
nelayan juga sebagian penduduknya bertani. Usaha tani dan berternak itik telah
dilakukan sejak lama dan merupakan usaha pokok masyakakat di desa nelayan.
Berternak itik ini dapat memberikan kontribusi yang memadai terhadap pendapatan
keluarga.
Sekitar 37,3 juta penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, separo dari total
rumah tangga mengonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta
balita berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk berisiko terhadap
berbagai masalah kurang gizi.
Data penimbangan balita di desa Nelayan pada bulan juni 2010 menunjukkan
bahwa partisipasi masyarakat untuk datang ke posyandu cukup baik. Hal ini dapat
diketahui dari jumlah balita yang ada di desa (S) adalah 94, balita yang memiliki
KMS (K) sebanyak 94, sedangkan ibu balita yang membawa keposyandu (D) ada 78
balita. Dari 78 balita ada 52 balita yang naik berat badanya, 24 balita yang tetap atau
turun berat badannya dan 10 balita yang tidak dibawa keposyandu pada bulan
sebelumnya tapi pada bulan ini dibawa. Persentasi Balita berdasarkan indeks BB/U
diperoleh data bahwa balita gizi buruk ada 1 orang, balita gizi kurang ada 19 orang,
balita gizi baik ada 58 orang. Balita yang dibawah garis merah (BGM) sebanyak 5
balita.
Ketersediaan pangan lokal dan non lokal di desa Nelayan cukup banyak dalam
jenis dan jumlahnya. Selain itu harga pangan lokal juga terjangkau. Berdasarkan
kondisi – kondisi yang ada di Desa Nelayan mendorong penulis untuk meneliti
bagaimana sebebarnya gambaran konsumsi pangan lokal tingkat rumah tangga di
desa Nelayan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
21
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana Gambaran konsumsi pangan lokal
tingkat rumah tangga di desa Nelayan Kabupaten Hulu Sungai Utara ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran konsumsi pangan lokal tingkat rumah tangga
di desa nelayan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Jenis – jenis pangan lokal dan non lokal di desa Nelayan
2. Mengetahui konsumsi sumber energi dari pangan lokal dan non
lokal di desa Nelayan
3. Mengetahui konsumsi sumber protein dari pangan lokal dan non
lokal di desa Nelayan
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu yang telah didapat dengan penelitian yang
dilakukan dan menambah pengetahuan.
1.4.2. Bagi Institusi
Dapat mengetahui gambaran tingkat konsumsi pangan lokal tingkat
rumah tangga di desa nelayan kabupaten Hulu Sungai Utara.
1.4.3. Bagi Masyarakat
Dapat mengetahui junis-jenis pangan lokal yang ada di desa dan
mengetahui pentingya pangan lokal untuk meningkatkan status gizi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1. Ketahanan Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air.
Baik yang diolah maupun yang tidak, dapat diperuntukan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk disini adalah bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan pengolahan, atau pembuatan makanan dan minuman.
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah
maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketersediaan pangan termasuk
salah satu komponen untuk mewujudkan ketahanan pangan. Menurut Maxwell
(1996) dalam Aswatini (2004), ketersedian pangan adalah tersedianya pangan
dalam jumlah yang mampu memenuhi kebutuhan konsumsi ditingkat nasional,
wilayah dan rumah tangga. Menurut Anderson (1996) dalam Aswatini (2004),
dinyatakan bahwa ketahanan panan terjamin sepanjan tahun jika ketersediaan
pangan dan aksesibilitas terhadap pangan terus terjaga, sehingga tidak terjadi
kerawanan pangan. Pangan lokal adalah pangan yang diproduksi setempat
(suatu wilayah ) untuk tujuan ekonomi atau konsumsi.
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling pokok dan utama.
Pangan berguna untuk mempertahankan kehidupan, sehingga ketersediaan
pangan bagi setiap individu maupun rumah tangga harus selalu terpenuhi dan
terjamin. Pangan yang kita konsumsi dan kita perlukan sehari-hari harus
memenuhi kebutuhan akan tubuh kita yang jumlahnya beragam, berizi, dan
berimbang (3B) serta aman dan halal untuk dikonsumsi.
Makanan yang dikonsumsi memiliki manfaat untuk kesehatan,
sehingga untuk hidup sehat dan berkualitas setiap individu memerlukan lima
23
zat gizi yang harus dipenuhi, yaitu makanan sumber karbohidrat atau sumber
energi, sumber protein, sumber lemak, sumber vitamin dan sumber mineral
dalam jumlah yang cukup tidak berlebih dan tidak kekurangan dan tentunya
harus beragam, bergizi, dan berimbang.
4 Komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi ketahanan
pangan yaitu :
1. Kecukupan kesediaan pangan.
2. Stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktusi dari musim ke musim atau dari
tahun ke tahun.
3. Aksesibilitas / keterjangkauan terhadap pangan.
4. Kualitas / keamanan pangan.
Ketersediaan pangan dalam rumah tangga yang dipakai dalam
pengukuran mengacu pada pangan yan cukup dan tersedia dalam jumlah
yang dapat memenuhi kubutuhan konsumsi rumah tangga. Penentuan jangka
waktu ketersediaan makanan pokok di pedesaan biasanya dilihat dengan
mempertimbangkan jarak antara musim tanam dengan musim tanam
berikutnya (Suhardjo dkk,1985).
Perlu disadari bahwa ukuran ketersediaan pangan yang mengacu pada
jarak waktu antara satu musim panen dengan musim panen hanya berlaku pada
rumah tangga dimana sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian
pokok. Ukuran ketersediaan makanan pokok tersebut memiliki kelemahan jika
diterapkan pada rumah tangga yang memiliki kelemahan jika diterapkan pada
rumah tangga yang memiliki sumber penghasilan dari sektor non pertanian.
Sasaran peengembangan pangan lokal adalah :
a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan
yang beragam dengan memperhatikan pengelolaan usaha secara efektif dan
efisien.
b. Berkembangnya aneka produk olahan pangan lokal yan berkualitas dan
bermutu.
c. Terwujudnya peningkatan konsumsi pangan lokal.
24
2.1.2 Pola Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan adalah sejumlah makanan atau minuman yang
dikonsumsi oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hayatinya. Pola
konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah
makanan rata-rata perorang perhari yang umum dikunsumsi penduduk dalam
jangka waktu tertentu. Pola konsumsi dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak
hanya faktor ekonomi tetapi juga faktor budaya, ketersediaan pangan,
pendidikan, gaya hidup dan sebagainya.
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran
macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang
dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Sri
Kardjati, 1985). Pola makan di suatu daerah berubah-ubah sesuai dengan
perubahan beberapa faktor ataupun kondisi setempat. Pola makan dipengaruhi
dua faktor, yang pertama adalah faktor persediaan bahan makan di mana
faktor geografis, faktor iklim, kesuburan tanah, distribusi bahan pangan, dan
lain – lain. Faktor kedua adalah tarap sosial ekonomi dan adat kebiasaan
setempat ( Kardjati,1985).
Pada umumnya pola konsumsi makanan di Indonesia masih
mengandalkan sebagian besar dari konsumsi makanan pada makanan pokok.
Makanan pokok yang umumnya digunakan adalah seperti beras, jagung,
umbi-umbian (singkong dan ubi jalar) dan sagu. Disamping makanan pokok
penduuk Indonesia juga memakan lauk, sayuran dan buah-buahan. Pada lauk
hewani, penduduk Indonesia relatif lebih banyak makan ikan daripada daging
dan telor (Almatsier,2006).
2.1.3. Pola Konsumsi Pangan Lokal
Pengembangan pangan lokal memiliki nilai strategis. Ketersediaan
pangan lokal akan menghindari masyarakat dari kelaparan. Untuk
melestarikan pangan lokal sebagai makanan pokok di masyarakat, peran
pemerintah daerah sangat diperlukan untuk mempopulerkan makanan lokal.
25
Ketahanan pangan perlu dibangun berdasarkan sumber daya lokal, karena hal
ini sangat bermakna dalam diversifikasi pangan. Sejarah telah membuktikan
bahwa unsur yang mampu menjamin keberlangsungan pangan dan pertanian
adalah kearifan lokal dan keanegaragaman hayati.
Pengalian potensi pangan lokal menjadi begitu penting. Indonesia
mempunyai banyak bahan pangan lokal yang memiliki kualitas gizi baik. Ada
lebih dari 30 jenis umbi-umbian yang biasa ditanam dan dikonsumsi rakyat
Indonesia. Umbia-umbian ini dapat diproses menjadi tepung.Teknologi
penggolahan umbi-umbian menjadi tepung sangat sederhana dan
murah.Dengan teknologi itu, usaha skala kecil menengah mampu
menghasilkan tepung dengan kualitas yang tidak kalah dibandingkan dengan
tepung terigu yang diproduksi perusahan besar.
2.1.4 Pola Konsumsi Pangan Non Lokal
Bahan makanan yang diproduksi di suatu daerah, terbatas karena
pengaruh iklim,cuaca dan geografis. Ada jenis bahan makanan tertentu yang
sangaat dipengaruhi oleh konisi tanah pada proses penanamanya. Karena
keterbatasan itulah maka jumlah persediaan pangaan untuk setiap
pndudukdisuatu daerah tidak selalu sama (Kardjati,1985).
Pangan non lokal dapat mengatasi masalah dalam keterbatasan pangan
dan penganekaragaman jenis pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat
disuatu daerah. Pangan non lokal adalah jenis pangan yang diperoleh dengan
cara mendatangkan dari daerah tetangga dimana pangan tersebut tidak dapat
ditanam didaerah tersebut.
2.1.5 Angka Kecukupan Gizi
Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah kebutuhan tubuh secara umum
untuk rata-rata orang Indonesia. Angka kecukupan gizi bukan merupakan
26
angka yang tepat untuk setiap orang, karena kebutuhan tubuh seseorang juga
dipengaruhi jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, aktivitas fisik dan stres.
2.1 Angka kecukupan energi dan protein rata-rata yang dianjurkan untuk
perorang perhari
Gol. Umur Berat Badan Tinggi Badan Energi ( Kkal ) Protein
(mg)
0-6 Bulan 5.5 60 560 12
7-12 Bulan 8.5 71 800 15
1-3 Tahun 12 90 1250 23
4-6 Tahun 18 110 1750 32
7-9 Tahun 24 120 1900 37
Pria
10-12 Tahun 30 135 2000 45
13-15 Tahun 45 150 2400 64
16-19 Tahun 56 160 2500 66
20-45 Tahun 62 165 2800 55
46-59 Tahun 62 165 2500 55
≥ 60 Tahun 62 165 2200 55
Wanita
10-12 Tahun 35 140 1900 54
13-15 Tahun 46 153 2100 62
16-19 Tahun 50 154 2000 51
20-45 Tahun 54 156 2200 48
46-59 Tahun 54 156 2100 48
≥ 60 Tahun 54 154 1850 48
(+) Hamil 285 12
(+) Menyusui
0-6 Bulan 700 16
7-12 Bulan 500 12
Sumber : Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia, Risalaha Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi VI, 1998 dalam Almatsier 2006.
27
Kecukupan Energi rata-rata secara nasional pada tingkat konsumsi (per orang/hari)
adalah 2170 kkal.
Kecukupan Energi rata-rata secara nasional pada tingkat persediaan (per orang/hari)
adalah 2800 kkal.
Kecukupan Protein rata-rata secara nasional pada tingkat konsumsi ( per orang/hari )
adalah 48 gr.
Kecukupan Protein rata-rata secara nasional pada tingkat persediaan (per orang/hari )
adalah 58,5 gr.
2.1.6 Konsumsi Energi
Energi adalah besarnya kalori yang diperlukan oleh tubuh untuk
melakukan aktifitas. Energi dalam diet diperoleh dari karbohidrat, lemak dan
protein. Energi diperlukan untuk pertumbuhan, metabolisme dan aktifitas.
Kebutuhan energi disuplai terutama dari karbohidrat dan lemak. Walaupun
protein dalam diet juga dapat memberi energi untuk keperluan tersebut,
namun fungsi protein adalah untuk menyedikan asam amino bagi sentesis
protein sel dan hormon maupun enzim untuk engatur (Pudjiati,2000).
Kebutuhan energi menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi
yang diperoleh dari makanan dan digunakan untuk beraktivitas. Jumlah energi
yang diperlukan oleh setiap orang berbeda tergantung ukuran tubuh,
komposisi tubuh dan tingkat aktivitas. Pada anak, ibu hamil dan ibu menyusui
kebutuhan energi termasuk kebutuhan untuk pembentukan jaringan baru dan
untuk sekresi ASI yang sesuai kesehatan (Almatsier,2006).
2.1.7 Konsumsi Protein
Protein adalah zat gizi yang merupkan bagia dari semua sel hidup dan
merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air ( seperlima bagian tubuh adalah
protein). Protein ada didalam otot,seperlima ada di dalam tulang dan tulang
rawan, sepersepuluh didalam kulit dan selebhnya didalam jaringan lain dan
cairan tubuh.
28
Protein mempunyai fungsi yang khas yaitu membangun serta
memelihara sel dan jaringan tubuh. Sedangkan fungsi yang lainnya adalah
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan,pembentukan ikatan esensial tubuh,
mengatur keseimbangan air, memelihara netralis tubuh ( asam basa dalam
tubuh ), pembentukan antibodi, mengangkut zat gizi dan sebagai sumber
energi (Almatsier,2001).
Kebutuhan protein pada bayi per kilogram berat badanya tinggi karena
bayi pertumbuhannya cepat sekali. Kemudian akan berkurang dengan
bertambahnya umur. Bagi anak sekolah disarankan untuk diberikan protein
sebesar 2,5 – 3 gram tiap kilogram berat badan (Pudjiati,2000).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Jenis pangan lokal
Pangan lokal adalah pangan yang diproduksi setempat
(suatu wilayah) untuk tujuan konsumsi. Konsep gizi seimbang juga
bergantung pada keseimbangan antara asupan (konsumsi) zat gizi dan
kebutuhannya serta jumlahnya antar waktu makan. Pangan yang dikonsumsi
secara baragam dalam jumlah yang cukup dan seimbang akan mampu
memenuhi kebutuhan zat gizi. Jenis / Keanekaragaman pangan lokal tersebut
mencakup kelompok: 1) Serelalia 2) Pangan Hewani, 3) Sayuran dan buah-
buahan, 4) Lain-lain.
2.2.2 Konsumsi Sumber Energi
Energi diartikan sebagai suatu kapasitas untuk melakukan suatu
pekerjaan.Jumlah energi yang dibutuhkan seseorang tergantung pada usia,
jenis kelamin,berat badan dan bentuk tubuh .Energi dalam tubuhmanusia
timbul dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat, protein dan
lemak.Dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan
pemasukan zat-zat makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya. Manusia
yang kurang makan akan lemah baik dikegiatanya, pekerjaan-pekerjaan fisik
29
maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima
oleh tubuh yang dapat menghasilkan energi.
Untuk menilai tingkat konsumsi makanan (energi dan zat gizi),
diperlukan suatu standar kecukupan yang dianjurkan atau Recommended
Dietary Allowance(RDA) untuk populasi yang diteliti. Untuk Indonesia,
angka kecukupan gizi (AKG) yang digunakan saat ini secara nasional adalah
hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998.
Adapun dasar penyajian angka kecukupan gizi (AKG) adalah sebagai
berikut: 1). Kelompok umur; 2). Jenis kelamin; 3). khusus (hamil atau
menyusui); (Supariasa,2002).
Konsumsi sumber energi adalah jenis sumber pangan lokal dan non
lokal yang dikonsumsi oleh setiap orang setiap harinya. Kemudian di analisa
dengan tabel komposisi pangan lokal.
Perhitungan rata-rata konsumsi jenis sumber energi dalam satu
keluarga dibagi dengan jumlah keluarga dengan cara food list method
dibandingkan dengan angka kecukupan gizi.
2.2.3 Konsumsi Sumber Protein
Konsumsi sumber protein adalah Jenis sumber pangan lokal dan non
lokal yang dikonsumsi oleh setiap orang setiap harinya kemudin di analisa
dengan tabel komposisi pangan Indonesia.
Perhitungan rata-rata konsumsi jenis sumber protein dalam satu keluarga
dibagi dengan jumlah anggota keluarga dengan cara food list method
dibandingkan dengan angka kecukupan gizi.
30
2.3 Kerangka Konsep
Pola Konsumsi
Jenis Pangan
Jenis Sumber
Energi
Jenis Sumber
Protein
Tingkat Rumah
Tangga
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskripsi yaitu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran suatu keadaan secara objektif ingin mengetahui gambaran konsumsi
pangan lokal tingkat rumah tangga di desa Nelayan Kabupaten Hulu Sungai
Utara.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Dalam Penelitian ini lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah
Desa Nelayan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan sejak bulan juli sampai dengan bulan september
2010.
3.3 Subyek Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Rumah tangga yang
berada di desa Nelayan Kabupaten Hulu Sungai Utara sebanyak 359 rumah
tangga.
3.3.2. Sampel
a. Jumlah Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi. Besar sampel di tentukan
dengan rumus :
32
n = N
1 + N (d²)
n = 359
1 + 359 (0,1)²
n = 359
4,59
n = 78,2 = 78
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
d = Tingkat penyimpangan (0,1)
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel sebanyak 78
rumah tangga.
b. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel akan dilakukan secara random
sampling.Dari 359 rumah tangga di desa nelayan akan diambil 78 rumah
tangga untuk penelitian. Cara pengambilan sampel akan dlakukan secara
sistematis, di mana probabilitas untuk terambil sampel adalah 78/359 =
1/4 . Untuk mengambil unsur I dilakukan secara acak sederhana dari
nomor pertama sampai nomor 4. Di dapat nomor 3, untuk selanjutnya
diambil setiap jarak 4 satu sampel. Dalam hal ini akan diambil nomor 7,
11, 15, 19,.......dan seterusnya sampai didapatkan 78 rumah tangga.
3.4 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Adapun
yang menjadi variabel pada penelitian ini adalah jenis pangan, jumlah
konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein di desa Nelayan.
33
3.4.2. Definisi Operasional
NO VARIABEL DEFINISI
OPERASIONAL SKALA
KRETIA
OBJEKTIF
1.
2.
3.
Jenis Pangan
Jenis Pangan
Sumber
Energi
Jenis Pangan
Sumber
Protein
Jenis pangan lokal yang
dikonsumsi oleh rumah
tangga yang di peroleh di
desa nelayan daerah
Kabupaten Hulu Sungai
Utara dan berada di wilayah
tersebut, jenis pangan non
lokal yang dikonsumsi oleh
rumah tangga yang di
peroleh di luar desa nelayan
Kabupaten Hulu Sugai Utara.
Jenis pangan sumber energi
yang diperoleh dari makanan
yang dikonsumsi lokal dan
non lokal dihitung dengan
menggunakan Food List
Method kemudian dinalisis
dengan Tabel Komposisi
Pangan Indonesia.
Jenis pangan sumber protein
yang diperoleh dari makanan
yang dikonsumsi lokal dan
non lokal dihitung dengan
menggunakan Food List
Method kemudian dinalisis
dengan Tabel Komposisi
Pangan Indonesia
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Lokal
Non lokal
Lokal
Non lokal
Lokal
Non lokal
34
3.5 Instumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner Food List Method yang berisi
daftar pertanyaan jenis pangan, jenis sumber energi dan jenis sumber protein.
3.6 Teknik Penggumpulan Data
3.6.1 Data Primer
Dengan wawancara food List Method untuk mengetahui jenis pangan,
jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein di desa nelayan.
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi gambaran umum mengenai
wilayah atau lokasi serta data lain yang menunjang dan terkait dengan
penelitian ini
3.7 Teknik Analisa Data
Pengolahan data dengan memberikan penilaian melalui kuesioner yang
diberikan kepada responden. Adapun tahapan pengolahan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui :
1. Jenis-jenis sumber pangan
Untuk pengukuran kuesioner jenis-jenis pangan lokal dan non lokal
dilakukan dengan cara wawancara dengan responden dengan menanyakan
semua jenis-jenis bahan yang dikonsumsi satu keluarga untuk satu hari
baik yang lokal maupun non lokal.
2. Jenis sumber energi
Penentuan jenis sumber energi lokal dan non lokal dalam penelitian ini
adalah dengan cara sebagai berikut :
a. Wawancara dengan responden menayakan semua jenis sumber energi
yang dikonsumsi satu keluarga dalam satu hari lokal dan non lokal
dalam berat (gram) atau Ukuran Rumah Tangga (URT).
35
b. Jumlah sumber energi yang dikonsumsi diterjemahkan kedalam tabel
komposisi pangan Indonesia sehingga didapat berapa besar sumber
energi lokal dan non lokal yang dikonsumsi satu keluarga dalam satu
hari. Hitung rata-rata perkiraan konsumsi bahan makanan sehari dalam
satu keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Kemudian
dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.
c. Besar jumlah energi lokal dan non lokal yang dikonsumsi satu
keluarga dalam satu hari dibandingkan dengan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) yang dianjurkan dengan katagori :
- Lebih : > 119% AKG
- Normal : 90% - 119% AKG
- Defisit ringan : 80% - 89% AKG
- Defisit sedang : 70% - 79& AKG
- Defisit berat : <70% AKG
3. Jenis sumber protein
Penentuan jenis sumber protein lokal dan non lokal dalam
penelitian ini adalah dengan cara sebagai berikut :
a. Wawancara dengan responden menayakan semua jenis sumber
protein yang dikonsumsi satu keluarga dalam satu hari lokal dan non
lokal dengan berat (gram) atau Ukuran Rumah Tangga (URT).
b. Jumlah sumber protein yang dikonsumsi diterjemahkan kedalam tabel
komposisi pangan Indonesia sehingga didapat berapa besar sumber
protein lokal dan non lokal yang dikonsumsi satu keluarga dalam satu
hari. Hitung rata-rata perkiraan konsumsi bahan makanan sehari dalam
satu keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Kemudian
dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.
36
c. Besar jumlah protein lokal dan non lokal yang dikonsumsi satu
keluarga dalam satu hari dibandingkan dengan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) yang dianjurkan dengan katagori :
- Lebih : > 119% AKG
- Normal : 90% - 119% AKG
- Defisit ringan : 80% - 89% AKG
- Defisit sedang : 70% - 79& AKG
- Defisit berat : <70% AKG
3.8 Prosedur Penelitian
Setelah data terkumpul data diolah secara manual dalam bentuk
tabulasi data dan persentasi menjadi distribusi frekwensi relatif dengan
menggunakan kalkulator. Selanjutnya data yang telah diolah dianalisa secara
deskriptif.
3.9 Keterbatasan dan kelemahan penelitian
Data yang diperoleh merupakan taksiran/perkiraan dari responden
maka data yang diperoleh ada kemungkinan kurang teliti, karena berdasarkan
estimasi atau perkiraan, bersifat subyektif tergantung kejujuran dari responden
dan sangat tergantung pada daya ingat responden.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1. Gambaran Umum Desa Nelayan
1. Letak Geografis
Desa nelayan terletak di Kecamatan Sungai Tabukan,
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Propinsi Kalimantan Selatan. Sebelah
utara berbatasan dengan Desa Galagah Hulu, Sebelah timur berbatasan
dengan Desa Sungai Tabukan, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Galagah , sebelah selatan berbatasan dengan Desa Putat Atas. Desa
Nelayan merupakan daerah yang cukup padat penduduknya.
2. Keadaan Demografi
Luas daerah Desa Nelayan 454.914 m². Jumlah penduduk Desa
Nelayan 1.534 jiwa dengan 359 kepala keluarga,terdiri dari 5 (lima)
rukun tetangga. Penduduk yang berada di wilayah Desa Nelayan
tersebar dengan merata di beberapa RT. Penduduk desa tinggal secara
menetap dan memilili rumah yang permanen untuk di huni. Berikut ini
tabel sebaran penduduk diwilayah desa Nelayan.
Tabel.4.1 Distribusi Penduduk Desa Nelayan Kecamatan Sungai
Tabukan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
No Nama Desa Jumlah Penduduk
1.
2.
3.
4.
5.
Rt.1
Rt.2
Rt.3
Rt.4
Rt.5
340
329
233
382
250
38
3.Sosial Budaya
Tingkat pendidikan masyarakat juga cukup baik. Rata-rata
penduduk diwilayah desa Nelayan berpendidikan SLTP dan sederajat.
Akses mendapatkan pendidikan juga mudah dan sarana untuk kesekolah
juga mudah terutama untuk jenjang sekolah dasar.
Penduduk yang berada diwilayah Desa Nelayan berasal dari
bebera suku . Penduduk pendatang dapat hidup berdampingan dengan
penduduk asli. Penduduk tidak memiliki kebiasan khusus dalam pola
kehidupannya,misalnya tidak ada pantangan dalam mengkonsumsi
makanan tertentu.
Penduduk Desa yang berada di wilayah Desa Nelayan
mayoritas muslim. Kebudayaan yang berkembang adalah kebudayaan
yang islami. Masyarakat menjadikan tokoh agama dan ulama sebagai
panutan.
4. Status Ekonomi
Mata pencaharian diwilayah Desa Nelayan sebagian besar
adalah petani dan nelayan penangkap iakan air tawar. Ada juga yang
bekerja sebagai peternak itik dan pedagang. Ikan jenis air tawar
jumlahnya cukup banyak, hal ini karena wilayah Desa Nelayan
merupakan daerah rawa-rawa. Jenis sayuran lokal juga bisa ditanam
diperkarangan maupun di sawah-sawah mereka sehingga penduduk
tidak perlu membeli dipasar saat akan mengkonsumsinya. Tarif ekonomi
masyarakat cukup baik,hal ini dapat dilihat dari penghasilan dan daya
beli keluarga.
Penduduk Desa Nelayan juga beragam, ada penduduk asli dan
ada pendatang yang berasal dari daerah sekitar Desa Nelayan. Letak
Desa Nelayan cukup jauh dengan ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara
yaitu sekitar 30 km tapi Desa Nelayan ini mudah dijangkau karena dapat
dilakukan dengan transportasi darat misalnya dengan kendaraan roda
dua maupun roda empat.
39
5. Pelayanan Kesehatan
Sarana kesehatan untuk penduduk yang berada di Desa
Nelayan cukup banyak. Akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
juga mudah, karena memiliki satu bidan di desa yang akan melayani
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan di bidang kesehatan.
Akses menuju pelayanan kesehatan juga mudah dijangkau dan
murah.Setiap bulan dilaksanakan posyandu balita dan posyandu usila.
Data sarana Kesehatan Sebagai Berikut :
1. Polindes : 1 buah
2. Pusyandu Balita : 1 buah dengan pos penimbangan 2 buah
3. Posyandu Usila : 1 buah
4.1.2 Gambaran Umum Konsumsi Pangan Lokal
1. Jenis-jenis pangan lokal dan Non Lokal
Jenis pangan lokal di Desa Nelayan sudah beranekaragam dan
banyak jenisnya ini dapat dilihata pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Jenis-jenis pangan lokal dan non lokal di desa Nelayan
Jenis
Pangan Lokal Non Lokal
Makanan
Pokok
Beras Beras
Serealia Tepung Beras Tepung Terigu
Protein
Hewani
Ikan gabus, ikan pupuyu, sepat, ikan
segar (ikan puyau,saluang,baung),
nila,ikan mas,undang,ayam,bebek,
kambing, telur ayam,telur bebek.
Peda,selar,daging
sapi,tongkol,
bandeng,tepung
susu,susu kental
manis,susu skim
Protein
Nabati
Lamtoro Kacang ijo,tahu,
Tempe,kacang
40
tanah,
Sayuran Bengkuang, cabe rawet, cabe hijau
besar, cabe merah besar, daun ketela
rambat, daun labu siam, daun labu
waluh, daun singkong, gambas,
tegaron, genjer, labu, daun pepaya,
jantong pisang, kangkung, daun
katuk, labu siam, nangka muda,
pepaya muda, pare ,seledri, terong,
tomat,Kentang,Jagung Muda, ubi
jalar.ubi alabio,singkong
Bayam, buncis,
sawi, kembang,
kol, kol, wartel,
Kacang panjang,
Taoge kacang ijo.
Buah Belimbing, bengkuang, asam, buah
mentega, jambu biji, jambu air,
mangga, nenas, pepaya, pisang
kepok, rambutan, sawo, sirsak,
nangka.
Apel, alpokat,
Cempedak, duku,
durian, jeruk,
Mangis, pisang
ambon, pisang
lampung, pisang
raja uli, pisang
susu, salak,
semangka, srikaya
Berdasarkan tabel diatas konsumsi pangan lokal non lokal
sudah beranekaragam jenisnya.
41
Tabel 4.3 Distribusi Responden Jenis pangan lokal dan non lokal
Berdasarkan makanan Pokok di Desa Nelayan
Jenis Pangan Lokal Non Lokal
Respomden Responden
Jumlah Persen Jumlah Persen
Beras 76 97,4 2 2,6
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar makanan pokok
desa nelayan adalah beras yang bersal dari lokal sebanyak 76 KK ( 97,4%)
dan dari non lokal adalah 2 KK (2,6%).
Tabel 4.4 Distribusi Responden Jenis Pangan Lokal dan Non Lokal
Berdasarkan Serealia di Desa Nelayan
Jenis Pangan Lokal Non Lokal
Respomden Responden
Jumlah Persen Jumlah Persen
T.Beras
T.Terigu
15
0
19,2
0
0
26
0
33,3
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa masyarakat yang
mengkonsumsi jenis panagan sumber serialia berupa tepung beras yang
berasal dari lokal sebanyak 15 KK (19,2%) dari makanan non lokal 0,yang
mengjonsumsi tepng terigu yang berasal dari lokal 0 dan dari Non lokal 26
KK (33,3%).
42
Tabel 4.5 Distribusi Responden Jenis Pangan Lokal dan Non Lokal
Berdasarkan Sumber Protein Hewani di Desa Nelayan
Jenis Pangan Lokal Non Lokal
Respomden Responden
Jumlah Persen Jumlah Persen
Gabus
Pupuyu
Sepat
Ikan segar
Nila
Ikan Mas
Undang
Ayam
Bebek
Kambing
Telor ayam
Telor Bebek
10
10
16
20
2
2
1
5
2
0
0
8
12,8
12,8
20,5
25,6
2,6
2,6
1,3
6,4
2,6
0
0
10,3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2,6
0
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa lauk hewani yang di
konsumsi masyarakat nelayan berasal dari panag lokal yakni gabus 10 KK
(12,8%), Pupuyu 10 KK (12,8%), sepat 16 KK (20,5%), Ikan segar 20 KK
( 25,6%), nila 2 KK (2,6%), ikan mas 2 KK (2,6%), undang 1 KK (1,3%),
ayam 5 KK (6,4%), Bebek 2 KK (2,6%), Telor bebek 8 KK (10,3%)
sedangkan lauk hewani yang dikonsumsi yang berasal dari non lokal adalah
telor ayam sebanyak 2 KK (2,6%).
43
Tabel 4.6 Distribusi Responden Jenis pangan lokal dan non lokal
Berdasarkan sumber protein nabati di Desa Nelayan
Jenis Pangan Lokal Non Lokal
Respomden Responden
Jumlah Persen Jumlah Persen
Lamtoro
Kacang Ijo
Tahu
Tempe
KacangTanah
6
0
0
0
0
7,8%
0
0
0
0
0
7
10
15
3
0
8,9
12,8
19,2
3,8
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa yanh mengkonsumsi jenis pangan
sumber protein nabati yang bersal dari lokal adalah lamtoro 6 KK (7,8%), dan
sumner protein nabati yang berasal dari non lokal adalah Kacang Ijo 7 KK
(8,9%), tahu 10 KK (12,8%), tempe 15 KK (19,2%), kacang tanah 3 KK
(3,3%).
Tabel 4.7 Distribusi Responden Jenis pangan lokal dan non lokal
Berdasarkan sayuran di Desa Nelayan
Jenis Pangan Lokal Non Lokal
Respomden Responden
Jumlah Persen Jumlah Persen
Bengkuang
D.Ketela
Rambat
D.Labu Siam
D.Labu
Waluh
D.Singkong
2
1
0
7
50
2
5,1
1,3
0
8,9
64,1
2,6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
44
Gambas
Tegaron
Genjer
Labu siam
D.Pepaya
Tongkol
Kangkung
katuk
Nangka
Muda
Pepaya Muda
Pare
Terong
Tomat
Kentang
Ubi Alabio
Bayam
Buncis
Sawi
Kol
Wartel
Kc.Panjang
Teoge
Jagung Muda
20
1
5
25
4
8
40
20
9
7
10
30
20
0
45
0
0
0
0
0
0
0
50
25,6
1,3
6,4
32,1
5,1
10,3
51,3
25,6
11,5
8,9
12,8
38,5
25,6
0
57,7
0
0
0
0
0
0
0
64,1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
0
55
2
6
6
15
55
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19,3
0
70,5
2,6
7,7
7,7
19,2
70,5
19,2
0
Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa yang mengkonsumsi sayuran
bersal dari lokal adalah bengkuang 2 KK (5,1%), dan ketela rambat 1 KK
(1,3%), daun labu 7 KK (8,9%), waluh 50 KK (64,1%), daun singkong 2 KK
(2,6%), gambas 20 KK (25,6%), tegaron 1 KK (1,3%) ginjer 5 KK (6,4%),
45
labu siam 25 KK (32,1%), daun pepaya 4 KK (5,1%), tongkol 8 KK (10,3%),
kangkung 40 KK (51,2%), katuk 20 KK (25,5%), nangka muda 9 KK
(11,5%), pepaya muda 2 KK (2,9%), pare 10 KK (12,8%), terong 30 KK
(38,5%), tomat 20 KK (25,6%), ubi alabio 45 KK (57,7%), jagung muda 50
KK (64,1%), dan yang mengkonsumsi sayuran dari non lokal adalah kentang
15 KK (19,3%), bayam 55 KK (74,5%), buncis 2 KK (2,6%), sawi 6 KK
(7,7%), kol 6 KK (7,7%), wortel 15 KK (19,2%), kacang panjang 55 KK
(70,5%), Teoge 15 KK (19,2%).
Tabel 4.8 Distribusi Responden Jenis pangan lokal dan non lokal
Berdasarkan Buah di Desa Nelayan
Jenis Pangan Lokal Non Lokal
Respomden Responden
Jumlah Persen Jumlah Persen
Belimbing
Asam
Buah
Mentega
Jambu Biji
Jambu Air
Mangga
Nenas
Pepaya
Pisang
Kepok
Rambutan
Sawo
Sirsak
Nangka
Apel
5
55
6
7
3
20
6
4
20
10
8
10
20
0
6,4
70,5
7,7
8,9
3,8
25,5
7,7
5,1
25,5
12,8
10,2
12,8
25,5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2,6
46
Alpokat
Duku
Durian
Jeruk
Mangis
Pisang
Ambon
Pisang
Lampung
Pisang Raja
Uli
Pisang susu
Salak
Semangka
Srikaya
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
10
2
10
4
0
0
0
0
0
15
0
1,3
12,8
2,6
12,8
5,1
0
0
0
0
0
19,2
0
Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa yang mengkonsumsi buah yang
berasal dari lokal adalah belimbing 5 KK (6,4%), asam buah 55 KK (70,5%),
mentega 6 KK (7,7%), jambu biji 7 KK (8,9%), jamb air 3 KK (3,8%),
mangga 20 KK (25,5%), nenas 6 KK (7,7%), pepaya 4 KK (5,1%), pisang
kepok 20 KK (25,5%), rambutan 10 KK (12,8%), sawo 8 KK (10,2%), sirsak
10 KK (12,8%), nangka 20 KK (25,5%), sedangkan yang mengkonsumsi buah
non lokal adalah apel 2 KK (2,6%), alpokad 1 KK (1,3%), duku 10 KK
(12,8%), durian 0, jeruk 10 KK (12,8%), manggis 4 KK (5,1%), semangka 15
KK (19,2%).
47
2. Jenis Sumber Energi yang dikonsumsi
Jenis sumber energi yang banyak di konsumsi banyak dari bahan
pangan lokal. Angka rata-rata konsumsi dalam bentuk bahan-bahan makanan
dapat diterjemahkan kedalam bentuk energi per orang per hari dengan
menggunakan Tabel Komposisi Pangan Lokal Indonesia.ini dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.9 Rata-rata konsumsi sumber energi pangan lokal dan non lokal per
orang per hari
Sumber yang
dikonsmusi
Lokal Non Lokal
Energi 1334,5 132,79
Pada tabel 4.9 rata-rata konsunsi sumber energi di desa nelayan dari
pangan lokal sebesar 1334,5 kalori sedangkan dari pangan non lokal sebesar
132,79 kalori.
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata konsumsi sumber
energi pangan lokal dan non lokal di Desa Nelayan
Konsumsi
energi
Lokal Persen Non Lokal Persen
> 119% AKG 0 0 0 0
90-119% AKG 20 25,6 0 0
80-89% AKG 6 7,7 0 0
70-79% AKG 12 15,4 0 0
< 70 % AKG 40 51,3 78 100
Jumlah 78 100 78 100
Pada tabel 4.10 menunjukkan rata-rata konsumsi sumber protein yang
dikonsumsi berasal dari bahan lokal adalah > 119% AKG sebanyak 0 KK
(0%), 90-119% AKG 20 KK(25.6%), 80-89% AKG 6 KK (7,7%), 70-79%
AKG 12 KK (15,4%), >70% AKG 40 KK (51,3%), , sedangkan rata-rata
48
konsumsi energi yang berasal dari bahan non lokal adalah <70% AKG
sebanyak 78 KK (100%).
3. Jenis Sumber Protein yang dikonsumsi
Jenis sumber protein yang banyak di konsumsi dari bahan pangan
lokal.Angka rata-rata konsumsi dalam bentuk bahan-bahan makanan dapat
diterjemahkan kedalam bentuk protein per orang per hari dengan
menggunakan Tabel Komposisi Pangan Indonesia.ini dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.11 Rata-rata konsumsi sumber energi pangan lokal dan non lokal
per orang per hari
Sumber yang
dikonsumsi
Lokal Non Lokal
Protein 29,5 gram 2,9 gram
Berdasarkan tabel 4.11 rata-rata konsumsi sumber protein di desa
nelayan yang berasal dari pangan lokal sebesar 29,5 gram sedangankan dari
non lokal sebesr 2,9 gram.
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata konsumsi sumber
protein lokal dan non lokal di Desa Nelayan.
Konsumsi
energi
Lokal Persen Non Lokal Persen
> 119% AKG 0 0 0 0
90-119% AKG 18 23,1 0 0
80-89% AKG 5 6,4 0 0
70-79% AKG 13 16,7 0 0
< 70 % AKG 42 53,8 78 100
Jumlah 78 100 78 100
49
Pada tabel 4.12 menunjukkan rata-rata konsumsi sumber protein yang
dikonsumsi berasal dari bahan lokal adalah > 119% AKG sebanyak 0 KK,
90-119% AKG 18 KK (23.1%), 80-89% AKG 5 KK(6,4%), 70-79% AKG
13 KK (16,7%), >70% AKG 42 KK (53,8%),, sedangkan rata-rata konsumsi
energi yang berasal dari bahan non lokal adalah <70% AKG sebanyak 78
KK (100%).
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Jenis-jenis Pangan Lokal
Dilihat dari berbagai jenis pangan lokal di desa nelayan sudah
beranekaragam di mana semua bahan pangan dari makanan pokok,
serialia, protein hewani, nabati, sayuran dan buah hampir semua ada di
desa Nelayan. Penganekaragaman bahan pangan lokal dapat
mempunyai potensi untuk perbaikan mutu gizi makanan rumah tangga
di desa.
Di Desa Nelayan pada umumnya menu yang disajikan terdiri
dari makanan sebagai berikut :
1. Jenis Makanan pokok
Makanan pokok responden berdasarkan jenis pangan sebagian
besar masyarakat di desa nelayan menggunakan beras sebagai
makanan pokok yang berasal dari pangan lokal yaitu 76 KK
(97,4%), dan dari non lokal 2 KK (2,6%). Berdasarkanm makanan
pokok responden sudah baik. Pengembangan pangan lokal
memiliki nilai strategis. Ketersediaan pangan lokal akan
menghindari masyarakat dari kelaparan. Untuk melestarikan
pangan lokal sebagai makanan pokok di masyarakat, peran
pemerintah daerah sangat diperlukan untuk mempopulerkan
makanan lokal. Ketahanan pangan perlu dibangun berdasarkan
sumber daya lokal, karena hal ini sangat bermakna dalam
diversifikasi pangan. Sejarah telah membuktikan bahwa unsur
50
yang mampu menjamin keberlangsungan pangan dan pertanian
adalah kearifan lokal dan keanegaragaman hayati.
Menurut Sediaoetama (2000) bahwa bahan makanan pokok
merupakan sumber utama kalori atau energi. Sering pula bahan
makanan pokok memberikan iuran penting terhadap konsumsi
protein, bila termasuk golongan serealia.
Munurut Almatsier (2006), padi-padian merupakan sumber
karbohidrat kompleks, tiamin, riboflafin, niasin, protein, zat besi,
magnisium dan serat. Porsi makanan pokok yang dianjurkan sehari
untuk orang dewasa adalah sebanyak 300-500 gram beras atau
sebanyak 3-5 piring nasi sehari.
2. Jenis Lauk Hewani dan Nabati
Makanan sumber protein hewani dari keluarga responden
sebagian besar berasal dari lokal adalah ikan gabus sebanyak 10
KK (12,8%), Pupuyu 10 KK (12,8%), sepat 16 KK (20,5%), Ikan
segar 20 KK (25,6%), nila 2 KK (2,6%), ikan mas 2 KK (2,6%),
undang 1 KK (1,3%), ayam 5 KK (6,4%), Bebek 2 KK (2,6%),
Telor bebek 8 KK (10,3%) sedangkan lauk hewani yang
dikonsumsi yang berasal dari non lokal adalah telor ayam
sebanyak 2 KK (2,6%).
Berdasasarkan sumber protein hewani yang dikonsumsi
responden sudah baik dimana responden banyak mengkonsumsi
makanan sumber protein hewani berasal dari lokal yaitu berasal
dari daerah tersebut.
Menurut Sediaoetama (2000) bahan makanan zat gizi
pembangun adalah sumber protein. Protein struktural diperlukan
dalam membangun struktur sel, sedangkan protein metabolik
diperlukan terutama dalam proses metabolik. Anak-anak yang
sedang tumbuh dan ibu hamil serta ibu menyusui memerlukan
protein ini dalam jumlah relatif besar. Karena itu kebutuhan
51
kelompok rentan gizi akan banan makanan penghasil zat gizi
pembangun juga meningkat, bahan makanan jenis ini ialah daging
dan organ dalam, ikan dan telur, yang semuanya merupakan bahan
makanan hewani. Porsi lauk hewani yang dianjurkan sehari untuk
orang dewasa adalah 100 gram atau 2 potong ikan/daging/ayam
sehari.
Makanan sumber protein nabati dari keluarga responden
sebagian besar berasl dari non lokal yaitu kacang Ijo 7 KK (8,9%),
tahu 10 KK (12,8%), tempe 15 KK (19,2%), kacang tanah 3 KK
(3,3%). Sedangkan sumber protein nabati yang ada di desa nelayan
hanya lamtoro yaitu 6 KK (7,8%). Tidak adanya jenis pangan
seperti kacang ijo dan kacang tanah sebab tidak ditanam di daerah
tersebut. Tahu dan tempe bahan bakunya tidak ada di daerah
nelayan dan masyarakat tersebut tidak bisa mengolahnya menjadi
lebih baik dikarenakan kurangnya pengetahuan responden tentang
cara pengolahan tahu dan tempe.
Menurut Kardjati (1985), bahan makanan yang ditanam disuatu
daerah, terbatas karena pengaruh iklim, cuaca dan geografis. Ada
jenis bahan makanan tertentu yang sangat dipengaruhi oleh tanah
dan proses penanamannya. Karena keterbatasan itulah maka
jumlah persedian pangan untuk setiap penduduk disuatu daerah
tidak selalu sama. Porsi lauk nabati sebanyak 100-150 gram atau
4-6 potong tempe sehari.
3. Jenis Sayur .
Berdasarkan sumber sayuran yang digunakan responden
sebagian besar berasal dari lokal yaitu bengkuang 2 KK (5,1%),
dan ketela rambat 1 KK (1,3%), daun labu 7 KK (8,9%), waluh 50
KK (64,1%), daun singkong 2 KK (2,6%), gambas 20 KK
(25,6%), tegaron 1 KK (1,3%) ginjer 5 KK (6,4%), labu siam 25
KK (32,1%), daun pepaya 4 KK (5,1%), tongkol 8 KK (10,3%),
52
kangkung 40 KK (51,2%), katuk 20 KK (25,5%), nangka muda 9
KK (11,5%), pepaya muda 2 KK (2,9%), pare 10 KK (12,8%),
terong 30 KK (38,5%), tomat 20 KK (25,6%), ubi alabio 45 KK
(57,7%), jagung muda 50 KK (64,1%).
Berdasarkan responden yang mengkonsumsi sayuran dari non
lokal adalah kentang 15 KK (19,3%), bayam 55 KK (74,5%),
buncis 2 KK (2,6%), sawi 6 KK (7,7%), kol 6 KK (7,7%), wortel
15 KK (19,2%), kacang panjang 55 KK (70,5%), Teoge 15 KK
(19,2%). Pangan non lokal adalah jenis pangan yang diperoleh
dengan cara mendatangkan dari daerah tetangga dimana pangan
tersebut tidak ditanam di daerah tersebut. Pangan yang tidak
ditanam di daerah tersebut seperti kacang panjang, bayam, sawi,
kol, wartel, toege karena kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang cara dan teknik dalam proses penanamanya.
Menurut Almatsier (2006), sayuran merupakan sumber vitamin
A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium dan serat, serta tidak
engandung lemak dam kolesterol. Sayuran daun berwarna hijua,
dan sayuran berwarna jingga/oranye seperti wartel dan tomat
mengandung lebih banyak provitamin A berupa beta-karoten
daripa sayuran tidak bewarna. Sayuran bewarna hijau di samping
itu kaya akan kalsium, zat besi, asam folat, dan vitamin C. Contoh
sayuran bewarna hijau adalah bayam, kangkung, daun singkong,
daun kacang, daun katuk dan daun pepaya. Semakin hijau warna
daun sayur, semakin kaya akan zat-zat gizi. Sayur kacang-
kacangan seperti buncis dan kacang panjangkaya akan vitamin B.
Porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari ntuk
orang dewasa adalah sebanyak 150-200 gram atau 1½-2 mangkuk
sehari.
53
4. Buah
Berdasarkan responden yang menggunakan buah sebagai jenis
pangan lokal adalah belimbing 5 KK (6,4%), asam buah 55 KK
(70,5%), mentega 6 KK (7,7%), jambu biji 7 KK (8,9%), jambu air
3 KK (3,8%), mangga 20 KK (25,5%), nenas 6 KK (7,7%), pepaya
4 KK (5,1%), pisang kepok 20 KK (25,5%), rambutan 10 KK
(12,8%), sawo 8 KK (10,2%), sirsak 10 KK (12,8%), nangka 20
KK (25,5%), sedangkan yang mengkonsumsi buah non lokal
adalah apel 2 KK (2,6%), alpokad 1 KK (1,3%), duku 10 KK
(12,8%), durian 0, jeruk 10 KK (12,8%), manggis 4 KK (5,1%),
semangka 15 KK (19,2%). Jenis pangan seperti alpokad, apel,
duku, jeruk, mnggis, semangka tidak ada ditanam di desa nelayan.
Menurut Almatsier (2006), buah bewarna kuning seperti
mangga, pepaya dan pisang raja kaya akan provitamin A,
sedangkan buah yang kecut seperti jeruk, jambu biji dan rambutan
kaya akan vitamin C. Karena buah pada umumnya dimakan dalam
bentuk mentah, buah-buahan merupakan sumber utama vitamin C.
Secara keselurhan buah merupakan sumber vitamin A, vitamin C,
kalium dan serat. Buah tidak mengandung natrium, lemak (kecuali
alpokad) dan kolesterol. Porsi buah yang dianjurkan sehari untuk
orang dewasa adalah sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong
sehari.
4.2.2 Jenis Sumber Energi
Rata-rata konsumsi sumber energi pangan lokal per orang per
hari adalah 1334,5 kalori sedangkan dari non lokal sebesar 132,79.
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI (1998) dalam
Atmatsier 2006 Kecukupan Energi rata-rata secara nasional pada
tingkat konsumsi (per orang/hari) adalah 2170 kkal.
54
Responden yang memeliki rata-rata konsumsi energi yang
berasal bahan pangan lokal adalah yang kecukapan energi normal
sebanyak 20 KK (25,6%), yang mengalami defisit ringan sebanyak 6
KK (7,7%), yang mengalami defisit sedang sebanyak 12 KK(15,4%),
yang mengalami defisit berat 40 KK (51,3%),sedangkan rata-rata
konsumsi energi yang berasal dari bahan non lokal adalah yang
mengalimi defisit berat sebanyak 78 KK (100%). Pada responden yang
mengalami defisit berat,ringan dan sedang menu yang dikonsumsi
kurang beragam, bergizi dan berimbang disebabkan kebiasan makan
mereka dalam mengkonsumsi pangan selain itu juga sisebabkan faktor
pengetahuan tentang pola menu seimbang masih kurang dan faktor
ekonomi dimana hasil kebun kebanyakannya untuk di jual bukan
untuk di konsumsi.
Depkes RI (2000) menyatakan bahwa kekurangan konsumsi
energi dalam waktu berkesinambungan akan menyebabkan barat
badan menurun, orang akan nampak kurus dan mudah terkena
penyakit infeksi. Kurangnya konsumsi energi kemungkinan karena
disebabkan asupan konsumsi energi dalam maknan sehari-hari yang
rendah, sehingga konsumsi zat gizi dalam hal ini tidak terpenuhi bagi
kebutuhan responden.
4.2.3 Jenis Sumber Protein
Rata-rata konsumsi sumber protein pangan lokal per orang per
hari adalah 29,5 gram sedangkan dari non lokal sebesar 2,9 gram..
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI (1998) dalam
Atmatsier 2006 Kecukupan Protein rata-rata secara nasional pada
tingkat konsumsi (per orang/hari) adalah 48 gram.
Pada responden yang memiliki rata-rata konsumsi protein dari
bahan lokal adalah yang kecukupan protein nornal sebanyak 18 KK
(23.1%), mengalami defisit ringan sebanyak 5 KK(6,4%), mengalami
55
defisit sedang 13 KK (16,7%), menagalami defisit berat 42 KK
(53,8%), sedangkan rata-rata konsumsi protein yang berasal dari bahan
non lokal adalah yang mengalami defisit berat sebanyak 78 KK
(100%). Responden yang mengalami defisit berat, sedang dan ringan
karena sumber protein yang diperoleh dari mengkonsumsi lauk pauk
kurang hasil dari ternak sebagian di jual untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga mereka.
Suharjo (1996) menyatakan bahwa manusia memerlukan protein
yang berasal dari makanan. Dalam bentuk jaringan membentuk
sejumlah asam amino yang di dapat dari makanan sesudah diserap.
Rendahnya asupan protein disebabkan karena kurang menyukai
mkanan sumber protein seperti ikan, hati dan daging.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Di Desa Nelayan pada umumnyajenis pangan lokal sudah beranekaragam.
menu yang disajikan terdiri dari makanan sebagai berikut :Makanan
pokok untuk memberi rasa kenyang : Beras (nasi) .Lauk untuk memberi
rasa nikmat sehingga makanan pokok yang pada umumnya mempunyai
rasa netral, lebih terasa enak.Lauk Hewani : Ayam, telur ayam, telur
bebek, bebek, ikan air tawar, undang, daging. Lauk Nabati : Lamtoro.
Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses menelan
makanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah: sayur daun-
daunan dan umbi-umbian. Buah untuk pencuci mulut : pepaya,pisang,
nenas, sirsak, jambu, nangka, sawo, belimbing, mangga.
2. Rata-rata konsumsi energi yang berasal bahan pangan lokal adalah yang
kecukapan energi normal sebanyak 20 KK (25,6%), dan kecukapan energi
rendah sebanyak 58 KK (74,4%). Rata-rata konsumsi energi yang berasal
dari bahan non lokal kecukupan energi rendah sebanyak 78 KK (100%).
Pada responden yang kesukupan energi rendah menu yang dikonsumsi
kurang beragam, bergizi dan berimbang disebabkan kebiasan makan
mereka dalam mengkonsumsi pangan selain itu juga disebabkan faktor
pengetahuan tentang pola menu seimbang masih kurang dan faktor
ekonomi dimana hasil kebun kebanyakannya untuk di jual bukan untuk di
konsumsi.
2. Rata-rata konsumsi protein dari bahan lokal adalah yang kecukupan protein
nornal sebanyak 18 KK (23.1%), kecukupan protein rendah 60 KK
(76,9%), sedangkan rata-rata konsumsi protein yang berasal dari bahan
non lokal kecukupan protein rendah adalah 78 KK (100%). Responden
yang mengalami kecukupan rendah karena sumber protein yang diperoleh
dari mengkonsumsi lauk pauk kurang, hasil dari ternak sebagian di jual
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.
57
5.2 Saran
1. Meningkatkan pengetahuan gizi ibu dengan cara memberikan penyuluhan
tentang makanan sehat dengan penganekaragamam makanan untuk memenuhi
kebutuhan gizi keluarga.
2. Badan ketahanan pangan memperhatikan ketersediaan pangan lokal dengan
pemanfaatan lahan yang ada sehingga munculnya masalah gizi dapat
dikurangai melalui perbaikan pola konsumsi menjadi beragam, bergizi dan
berimbang.
3. Melakukan pelatihan kader oleh petugas puskesmas mengenai manfaat
mengkonsumsi makanan yang berabekaragam.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Apriadji.1986. Gizi Keluarga. Penerbit Swadaya Anggota Ikapi. Jakarta.
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Krdokteran ECG.
Jakarta
Aswatini, dkk. 2004. Ketahanan Pangan Kemiskinan dan Sosial Demografi Rumah
Tangga. Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Jakarta.
Bucle, dkk.1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia. Jakarta.
Karjati. 1985. Aspek Kesehatan Dan Gizi Anak balita. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.
Lukman ,dkk .2006. Statistik Kesehatan. PT Rajagrafindo. Persada. Jakarta
Mahmud,dkk.2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. PT Elex MediaKomputindu.
Jakarta.
Nur Fadhilah. 2009. Hubungan Ketersediaan Pangan Lokal Dengan Status Gizi
Balita Di Desa Pamintangan Kecamatan Amuntai Utara Kabupaten Hulu
Sungai Utara Propensi Kalimantan Selatan . Skripsi, Universitas Airlangga.
Notoatmodjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo. 2003. Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan. PT.Reneka Cipta. Jakarta.
Pudjiati. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
Sediaoetama. 2000 . Ilmu Gizi Untuk Mahasissa dan Profesi. Dian Rakyat. Jakarta.
Soetrisno. 1998. Ketahanan Pangan. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi IV. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta
Suhardjo.dkk. 1986. Peranan Gizi dan Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta.
Suhardjo. 2003. Berbagai Cara pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.
59
Supariasa, dkk . 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Jakarta.
Tawakal,I .2010. Tantangan Menuju Ketahanan Pangan.
http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/09/tantangan-menuju-ketahanan-
pangan/.(diakses juni 2010)
60
Lampiran 1 Kuesioner Food List Method
Nama Kepala Rumah Tangga : No Urut RT :
I. Identitas Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga :
NO NAMA UMUR BB
(kg)
Ket Pria Wanita
II. Bahan Makanan
Jenis
Makanan / pangan
Lokal
( gram )
Non Lokal
( gram )
61
Lampiran 2
PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
PUSKESMAS PASAR SABTU
KECAMATAN SUNGAI TABUKAN Jl Tiga Desember RT II Banua Hanyar Sungai Tabukan Kab. Hulu Sungai Utara
SURAT KETERANGAN
Nomor : 800/ /Pusk-PSB/2011
Yang bertanda-tanda di bawah ini :
Nama : dr.Norsalihah
Nip : 19780705 200904 2 004
Jabatan : Pimpinan Puskesmas Pasar Sabtu
Unit Kerja : Puskesmas Pasar Sabtu
Dengan ini menerangkan bahwa :
Nama : Raudatina
Nim : 08S1AJ0009
Telah menyelesaikan Penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pasar Sabtu Kecamatan
Sungai Tabukan Kabupaten Hulu Sungai Utara, dengan judul : ”Gambaran Konsumsi
Pangan Lokal Tingkat Rumah Tangga DI Desa Nelayan Kabupaten Hulu Sungai
Utara Tahun 2010 ”.
Demikian surat keterangan ini diberikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana
merstinya .
Banua Hanyar, 18 Februari 2011
Pimpinan Puskesmas Pasar Sabtu
Kecamatan Sungai Tabukan
dr.Hj.Norsalihah
Nip.19780705 200904 2 004
62
Lampiran 3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Raudatina
2. Tempat Tanggal Lahir : Ujung Murung, 24 Januari 1979
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Nama Orang Tua :
1. Ayah : Akhmad Sayuti
2. Ibu : Siti Normina
6. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Puskesmas Pasar Sabtu
7. Status : Menikah
8. Nama Suami : Zakaria
9. Nama Anak : Muhammad Ansari
10.Riwayat Pendidikan : 1. SDN Ujung Murung Tahun 1991
2. MTs Nurul Hidayah Tahun 1994
3. MAN 2 Amuntai Tahun 1997
4. Akademi Gizi Banjarmasin Tahun 2000
5. S1 Gizi Sekolah Tinggi Kesehatan Husada Borneo
Banjarbaru Tahun 2011