Top Banner

of 24

Skripsi Gaby Semangatt

Mar 06, 2016

Download

Documents

zzzz
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

EFEKTIFITAS PENYIKATAN GIGI DENGAN TEKNIK SCRUB, FONES, DAN BASS TERHADAP INDEKS PLAK PADA USIA 10-12 TAHUN DI SDN PALEMBANG

Proposal SkripsiDiajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi ( S.KG )

Oleh :Gabriela Maretta04121004063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA2015BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangKesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, baik sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang secara optimal, dan hal ini dapat tercapai apabila tubuh mereka sehat. Selain kesehatan tubuh secara umum, kesehatan gigi dan mulut juga harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara umum.Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dimulai sejak dini dapat menjadi salah satu cara meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. World Health Organisation (WHO) dalam The World Oral Health Report menyatakan bahwa di Indonesia kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut berakibat pada meningkatnya prevalensi edentulousness yang mencapai 24% dengan rata-rata umur di atas 65 tahun dan penduduk Indonesia yang menderita gangguan kesehatan gigi dan mulut masih mencapai 90%.1 Demi mengurangi insidensi gangguan kesehatan gigi dan mulut, pengetahuan merawat gigi yang tepat dan benar sebaiknya diberikan sejak gigi desidui erupsi oleh orang tua sehingga menanamkan kesadaran pada anak bahwa sangatlah penting merawat kesehatan gigi dan mulut.Lebih dari 80 persen anak berusia kurang dari 12 tahun diketahui memiliki gigi berlubang (Anna, 2014).2 Hal ini menunjukkan kesadaran anak-anak untuk merawat kesehatan gigi dan mulutnya rendah. Pola diet dan kebiasaan anak-anak biasanya mengkonsumsi makanan/minuman manis, cemilan yang manis dan lengket seperti coklat atau permen kalau tidak segera disikat/kumur akan tertinggal dapat menyebabkan kerusakan gigi, dan kebiasaan kebanyakan anak-anak minum susu sebelum tidur dan tidak menyikat gigi sebelum tidur merupakan faktor penyebab karies pada gigi anak-anak.Mulut merupakan suatu tempat yang ideal bagi perkembangan bakteri. Bila tidak dibersihkan dengan sempurrna, sisa makanan yang terselip bersama bakteri akan tetap melekat pada gigi dan bertambah banyak membentuk koloni yang disebut plak. Plak atau debris di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator kebersihan mulut. Plak merupakan lapisan tipis, tidak berwarna, mengandung bakteri, melekat pada permukaan gigi dan selalu terbentuk dalam mulut dan akan membentuk asam. Asam ini akan berada dalam mulut untuk jangka waktu yang lama, karena gula hasil fermentasi membuat plak menjadi lebih melekat. Asam akan menyerang jaringan gigi yang terluar, yaitu enamel. Jika tidak disingkirkan dengan melakukan penyikatan gigi, asam tersebut akhirnya akan menghancurkan email gigi dan akhirnya menyebabkan gigi berlubang (karies). Plak selain merupakan penyebab utama karies juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal (Damanik, dan Sinaga 2006).3Plak tidak dapat dihilangkan hanya berkumur-kumur dengan air untuk menghilangkan plak perlu dilakukan tindakan menyikat gigi. Fokus dari setiap upaya untuk mencegah dan mengendalikan penyakit periodontal dan gigi berlubang adalah pemeliharaan secara bertahap dan efektif kontrol plak oleh individu melalui kebersihan sehari-hari gigi dan mulutnya. Salah satu cara untuk menghilangkan plak secara mekanis yang paling sering dilakukan dan diterima luas dalam praktik kebersihan gigi dan mulut adalah menyikat gigi. Potensi menyikat secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Berhasilnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, teknik penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat. Kelompok anak usia sekolah dasar ini termasuk kelompok rentan untuk terjadinya kasus kesehatan gigi dan mulut, sehingga perlu diwaspadai atau dikelola secara baik dan benar.4Teknik menyikat gigi yang tepat sangat penting dalam mencapai kebersihan gigi dan mulut. Namun banyak diketahui menyikat gigi yang dilakukan anak dibawah 10 tahun kurang efisien. Hal ini dapat disebabkan oleh ketangkasan yang kurang, kurangnya motivasi, pola menyikat gigi yang tidak sama, kurangnya pengetahuan akan struktur anatomis gigi dan kebiasaan menyikat gigi dengan perhatian yang sangat sedikit. Sehingga teknik menyikat gigi yang mudah dan efektif untuk dilakukan anak-anak adalah teknik Fones atau teknik Horizontal scrub banyak dianjurkan dan dilakukan (Nandlal, Shanbhog, dan Godhi, 2013).5Teknik menyikat gigi Bass efektif menghilangkan plak pada interdental jika dibandingkan dengan teknik lain. Namun, banyak anak-anak yang menggunakan teknik menyikat gigi Scrub sesuai dengan kemampuan anak usia 8-10 tahun karena teknik Scrub mudah untuk dilakukan (Zhang, Sha, dan Cao, 2005).6Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektifitas teknik menyikat gigi Scrub, Fones dan Bass pada siswa SDN Palembang. Peneliti memilih SDN Palembang yang diketahui memiliki banyak siswa dengan hasil pemeriksaan indeks plak dalam kategori sedang, sehingga peneliti tertarik untuk melihat perbandingan efektifitas teknik menyikat gigi terhadap indeks plak.

1.2. Rumusan Masalah1.2.1. Bagaimana efektifitas menyikat gigi dengan teknik Scrub, Fones, dan Bass terhadap indeks plak pada anak usia 10-12 tahun di SDN Palembang?

1.3. Tujuan Penelitian1.3.1. Tujuan UmumMengetahui efektifitas menyikat gigi dengan teknik Scrub, Fones, dan Bass terhadap indeks plak pada anak usia 10-12 tahun di SDN Palembang tahun 2015.1.3.2. Tujuan KhususUntuk mengetahui efektifitas menyikat gigi dengan teknik Scrub, Fones, dan Bass terhadap indeks plak pada anak usia 10-12 tahun di SDN Palembang.

1.4. Hipotesis1. Terdapat perbedaan signifikan efektifitas menyikat gigi dengan teknik Scrub, Fones, dan Bass terhadap indeks plak pada anak usia 10-12 tahun di SDN Palembang.2. Menurut penelitian yang dilakukan Smita Patil, Prashant Patil, dan Meena Kashetty, teknik menyikat gigi Bass lebih efektif menunrunkan indeks plak dibandingkan dengan teknik menyikat gigi Fones.3. Menurut penelitian yang dilakukan Arai dan Kinoshita, teknik menyikat gigi Scrub dan Fones lebih efektif menurunkan indeks plak dibandingkan dengan teknik menyikat gigi Bass.

a. Manfaat Penelitian1. Secara AkademisDiharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan teknik menyikat gigi yang efektif untuk anak-anak.2. Secara PraktisGambaran umum yang diperoleh mengenai efektifitas teknik menyikat gigi terhadap indeks plak pada anak-anak, diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai teknik menyikat gigi yang efektif untuk anak-anak sehingga dapat menggunakan teknik yang tepat untuk mengurangi indeks plak.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Perkembangan Gigi AnakAnak kelompok usia 0-14 tahun masih berada di masa tumbuh kembang aktif. Saat itu, perkembangan gigi anak sudah mulai terasa. Manusia mempunyai 2 set gigi. Gigi yang pertama kali tumbuh disebut gigi desidui atau gigi susu. Gigi ini kemudian akan tanggal dan diganti oleh gigi tetap atau gigi permanen. Pergantian gigi ini bisa dipisah ke dalam 3 periode yang berbeda, yaitu periode gigi susu (0-5 tahun), periode gigi bercampur (6-14 tahun), dan periode gigi tetap (di atas usia 14 tahun).21Penamaan gigi susu atau gigi desidui diberikan karena gigi ini berwarna putih seperti susu. Gigi ini berjumlah 20 buah dengan jenis gigi insisivus, gigi kaninus, dan gigi molar. Jenis ini sama dengan jenis gigi permanen, kecuali gigi desidui hanya punya satu jenis molar, sedangkan gigi permanen ada 2 jenis molar, yakni molar pertama dan molar kedua. Gigi permanen jika lengkap, maka semua berjumlah 32 buah.Perbedaan gigi desidui dibanding dengan gigi permanen adalah gigi desidui relatif lebih kecil dan satu gigi dengan gigi lainnya memiliki letak yang cukup renggang di dalam mulut karena sebagai persiapan bagi tempat gigi permanen yang berukuran lebih besar muncul kemudian. Nantinya, gigi permanen ini tidak akan renggang lagi satu dengan lainnya. Sebaliknya, gigi-gigi permanen itu akan terletak rapat satu sama lain di dalam mulut. Selebihnya, ada perbedaan detail anatomi gigi yang diketahui oleh semua dokter gigi yang membedakan gigi desidui atau gigi permanen (Maulani, 2005).21Pembentukkan gigi susu dimulai sejak janin masih di dalam kandungan usia 6-8 minggu kehamilan ibu dan gigi desidui pertama akan mulai tumbuh pada masa bayi berusia kurang lebih 6 bulan sejak lahir. Masa pembentukan gigi perlu diperhatikan karena merupakan masa rentan. Gangguan yang terjadi pada kehamilan saat pembentukan struktur gigi sedang berlangsung dapat menyebabkan kelainan pada gigi itu nantinya. Masa pertumbuhan gigi desidui tidaklah sama pada setiap anak. Usia yang disebutkan di sini adalah relatif, munculnya gigi desidui normal pertama kali antara usia 4-6 bulan dan paling lambat antara 20-26 bulan dan gigi desidui pada rahang atas dan bawah terdiri dari masing-masing 10 gigi yaitu gigi insisivus pertama, insisivus kedua, kaninus, molar pertama, dan molar kedua.21Periode gigi bercampur terjadi pada saat anak berusia 6-14 tahun. Gigi permanen mulai terbentuk pada saat janin di dalam kandungan ibu berusia 6 bulan, dan akan muncul di dalam rongga mulut anak ketika berusia 6 tahun. Pertumbuhan ini dimulai dengan gigi molar pertama permanen yang tumbuh di belakang gigi molar kedua desidui.21Akar gigi desidui yang akan diganti oleh gigi permanen secara alamiah akan diserap oleh tubuh dan gigi akan kehilangan akarnya yang berfungsi sebagai penyangga, sehingga gigi itu akan goyang sejalan dengan munculnya gigi permanen yang erupsi dari bawah. Gigi permanen yang sudah semakin muncul ke permukaan akan memperbesar derajat kegoyangan gigi desidui dan menandakan gigi desidui sudah perlu untuk dicabut atau tanggal.Pertumbuhan gigi selanjutnya adalah gigi insisivus pertama bawah yang diikuti oleh gigi insisivus pertama atas pada saat usia anak kurang lebih 7 tahun. Pada anak usia 7 setengah tahun tumbuh gigi insisivus kedua rahang bawah dan atas. Pertumbuhan ini akan diikuti oleh gigi kaninus, gigi molar pertama dan kedua pada saat anak mencapai usia kurang lebih 10-11 tahun. Pada saat anak mencapai usia 12 tahun, gigi molar kedua akan tumbuh dan mencapai tumbuh semputna pada saat anak berusia 14 tahun. Pertumbuhan gigi pada periode gigi bercampur akan diikuti dengan terjadinya penambahan ukuran lebar lengkung rahang, sehingga gigi tetap yang muncul dapat tumbuh sesuai dengan lebar lengkung rahang tersebut.21Urutan erupsi gigi hampir identik untuk kedua jenis kelamin. Namun, erupsi semua gigi secara signifikan lebih awal pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Perbedaan waktu erupsi gigi pada anak perempuan dan anak laki-laki tersebut sekitar 6 bulan. Secara umum, variasi waktu erupsi gigi permanen lebih besar daripada variasi waktu erupsi gigi desidui, dengan besar perbedaan 8-18 bulan (sekitar lima kali lebih besar daripada variasi waktu erupsi gigi desidui). Variasi waktu erupsi yang paling kecil terlihat pada gigi molar pertama dan gigi insisivus, dan variasi waktu erupsi yang paling besar terlihat pada gigi kaninus dan gigi premolar pada setiap rahang (Koch, dan Kreiborg 2001).23Dengan demikian, pada sebagian besar anak-anak masa total erupsi gigi permanen (kecuali untuk gigi molar ketiga) meliputi sekitar 6 tahun. Pada anak perempuan dan laki-laki, kecenderungan erupsi gigi permanen yang berdekatan waktunya dapat dikelompokkan sebagai berikut: molar pertama pada kedua rahang dan insisivus mandibula; insisivus pertama maksila dan insisivus lateral mandibula; kaninus mandibula dan premolar pertama pada kedua rahang; kaninus maksila dan premolar kedua pada kedua rahang; dan molar kedua pada kedua rahang.23Anak-anak yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makan manis harus menjaga kebersihan giginya. Mikroorganisme yang ada di dalam mulut anak akan memakan gula (khusunya gula halus) dan mengeluarkan asam yang menggerogoti permukaan gigi. Begitu asam menembus email, bagian dalam gigi yang lebih lunak dan rentan diserang menciptakan lubang pada gigi. Kerusakan pada gigi akan mencapai syaraf gigi dan akan terasa sakit. Untuk itu, penting bagi anak-anak untuk rajin menyikat gigi sehingga gigi di dalam rongga mulut dapat dipertahankan selama mungkin (Kemp, dan Walters, 2003).22

2.2. Plak GigiDental plak adalah deposit lunak yang berupa lapisan tipis yang melekat pada permukan gigi atau permukaan struktur keras lain di rongga mulut, termasuk pada restorasi lepasan atau cekat. Organisme yang dominan pada plak adalah streptokokus. Jumlah dan variasinya bermacammacam dari individu satu ke individu lain lainnya, dari bagian mulut yang satu ke bagian mulut lainnya, bahan pada berbagai permukaan dari gigi yang sama, sebelum dan sesudah makan atau menyikat gigi (Carranza dkk, 1990).7Pada saat lahir, mulut umunya pada kondisi steril, tetapi beberapa jam setelahnya mikroorganisme sudah mulai bermunculan, terutama Streptococcus salivarius. Pada saat gigi geligi erupsi, sudah terbentuk flora yang kompleks. Bakteri terdapat di dalam saliva, pada lidah dan pipi, pada permukaan gigi, terutama daerah fisura dan leher gingiva. Jumlah bakteri di dalam saliva dapat sampai beratus-ratus juta permilimeter tetapi populasi bakteri terbesar dapat ditemukan pada dorsum lidah (Marsh, 2006).8Plak gigi merupakan biofilm yang terdiri dari berbagai spesies bakteri berupa deposit tak berbentuk, bergranula yang terakumulasi pada permukaan gigi dan merupakan suatu komunitas dari sejumlah bakteri yang melekat atau tertanam dalam suatu matriks polimer ekstraseluler. Biofilm sendiri diartikan sebagai komunitas bakteri yang terorganisasi dengan baik, melekat kuat pada struktur organik maupun anorganik dan sulit dilepaskan dengan hanya berkumur.9 Dari berbagai macam pendapat mengenai definisi plak, harus diketahui bahwa ada beberapa macam plak bakteri yang berhubungan dengan penyakit rongga mulut dapat dibagi menjadi 2 tipe utama. Yang pertama adalah plak yang terdiri dari mikroorganisme yang padat dan menumpuk, berkolonisasi, bertumbuh dan melekat pada permukaan gigi. Tipe plak ini dapat berupa plak supragingiva atau subgingiva. Tipe yang kedua adalah plak subgingiva yang bebas atau menempel secara longgar di antara jaringan lunak dan permukaan gigi. Plak bakteri yang melekat ini tidak dapat dibersihkan dengan semprotan air yang kuat, tetapi dapat dihilangkan dengan pembersihan mekanis lain.10Plak terdiri dari 20% komponen padat dan 80% air. 70% dari komponen padat adalah bakteri. Berdasarkan jumlah bakteri, plak terdiri dari karbohidrat dan protein yang meningkatkan perlekatan terhadap enamel dan berperan sebagai protective cover dan reservoir dari asupan nutrisi melalui proses metabolit.10 Jika plak tidak dihilangkan maka akan menjadi matang (struktur makromolekul memperkuat plak) dan meningkatkan perlekatan plak pada enamel gigi. Melalui endapan mineral yang terus menerus, plak kemungkinan akan berubah menjadi kalkulus.11 Faktor diet seperti konsumsi karbohidrat yang tinggi terutama sukrosa dan makanan yang mudah melekat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Saliva juga mempengaruhi laju pembentukan plak karena memiliki efek buffer yang berperan untuk membersihkan makanan di dalam mulut.

2.2.1. Proses Terbentuknya PlakProses pembentukan plak terdiri atas dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap pembentukan lapisan acquired pellicle sementara tahap kedua merupakan tahap proliferasi bakteri. Pada tahap pertama, setelah acquired pellicle terbentuk, bakteri mulai berproliferasi disertai dengan pembentukan matriks interbakterial yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler, yaitu levan dan dextran dan juga mengandung protein saliva. Hanya bakteri-bakteri yang dapat membentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh pada tahap pertama, yaitu streptococcus mutans, streptococcus bovis, streptococcus sanguis, streptococcus salivarius sehingga pada 24 jam pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri atas jenis kokus pada tahap awal proliferasi bakteri. Bakteri tidak membentuk lapisan kontinu diatas permukaan acquired pellicle melainkan sebagai suatu kelompok-kelompok aerob sehingga hanya mikroorganisme aerob dan fakultatif yang dapat tumbuh dan berkembang biak. Streptococcus meliputi 50% dari seluruh populasi dan yang terbanyak adalah jenis streptococcus sanguis. Perkembangbiakan bakteri membuat lapisan plak bertambah tebal dan karena adanya hasil metabolisme dan adhesi dari bakteri-bakteri pada permukaan luar plak, lingkungan di bagian dalam plak berubah menjadi anaerob. Setelah kolonisasi pertama oleh streptococcus, berbagai jenis mikroorganisme lain memasuki plak. Pada tahap kedua, jika kebersihan mulut diabaikan, dua sampai empat hari, kokus gram negatif, dan basilus akan bertambah jumlahnya (dari 7% menjadi 30%), dengan 15% di antaranya terdiri atas basillus yang bersifat anaerob. Pada hari kelima fusobacterium, aactinomyces, dan veillonella yang aerob akan bertambah jumlahnya. Pada tahap ketiga, pematangan plak pada hari ketujuh ditandai dengan munculnya bakteri jenis spirochaeta dan vibrio sementara jenis filament terus bertambah, dengan perhitungan paling menonjol pada actinomyces naeslundi (Megananda, Eliza, dan Neneng, 2010).11

2.3. Menyikat GigiUpaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk diantaranya menyikat gigi. Tujuan menyikat gigi adalah untuk membersihkan semua sisa-sisa makanan dari permukaan gigi serta memijat gingiva. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat.2.3.1. Struktur Sikat Gigi1. Kepala Sikat GigiPembagian jenis sikat gigi jika ditinjau dari derajat kekakuan bulu sikat dibagi menjadi bulu sikat gigi lembut (soft), bulu sikat gigi sedang (medium), dan bulu sikat gigi keras (hard). Derajat kekakuan bulu sikat ditentukan oleh diameter dan panjang bulu sikat, semakin tebal dan pendek bulu sikat maka derajat kekakuan bulu sikat akan semakin meningkat sehingga disebut dengan sikat keras (hard), sebaliknya semakin tipis dan panjang bulu sikat maka derajat kekakuan bulu sikat akan semakin menurun, atau dengan kata lain memiliki sifat lembut dan fleksibel sehingga disebut dengan sikat lembut (soft). Masing-masing derajat kekakuan bulu sikat gigi memiliki kisaran diameter bulu sikat yang berbeda-beda, pada umumnya bulu sikat gigi lembut (soft) diameternya berkisar pada 0,07 inchi (0,2 mm) sedangkan pada bulu sikat gigi sedang (medium) diameternya berkisar pada 0,012 inchi (0,3 mm) dan pada bulu sikat gigi keras (hard) diameternya berkisar pada 0,014 inchi (0,4 mm).7Variasi derajat kekakuan bulu sikat gigi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, kelebihan dari bulu sikat gigi lembut (soft) adalah diameternya yang kecil dan fleksibilitasnya tinggi sehingga dapat menjangkau sela-sela antar gigi (daerah inteproksimal), sulkus gingiva serta daerah lekukan pada gigi. Kelebihan lain dari bulu sikat gigi lembut (soft) tidak menimbulkan resesi gingiva (peradangan pada gusi), tetapi bulu sikat gigi lembut (soft) kurang maksimal dalam mengikis timbunan plak pada permukaan gigi yang teksturnya keras (Srigupta, 2004).12 Bulu sikat gigi keras (hard) memiliki efektifitas yang tinggi dalam mengikis plak pada permukaan gigi, tetapi sering mengakibatkan peradangan pada gingiva.7

2. Bahan Bulu Sikat GigiBerdasarkan bahan baku, bulu sikat gigi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu bulu sikat gigi berbahan alami dan bulu sikat gigi berbahan filamen buatan. Bulu sikat gigi berbahan alami menggunakan bahan baku kayu siwak atau bulu hewan contohnya kuda atau babi. Kayu siwak tumbuh di daerah yang cuacanya panas seperti di Arab Saudi, tanaman ini mengandung trimetilamin, alkaloid yang diduga sebagai salvadorin, klorida, sejumlah besar fluoride dan silica, sulfur, vitamin C, sejumlah kecil tannin, saponin, flavonoid, sterol, juga terdapat kandungan anionic alami sebagai antimikroba efektif seperti nitrat dan hipotiosianit. Bulu babi memiliki beberapa kekurangan jika digunakan sebagai bulu sikat gigi karena memiliki tekstur yang terlalu kasar bagi gusi dan kemampuan yang kurang dalam melepas air sehingga rentan menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme, sedangkan bulu sikat gigi yang berbahan filamen buatan dapat menggunakan nilon dan PBT (polybutilene-terephthalate). Beberapa ahli berpendapat bahwa jenis bahan bulu sikat nilon lebih efektif menyingkirkan plak dibandingkan dengan yang natural karena memiliki sifat yang lebih lentur, lebih tipis dan halus serta bersifat tidak menyerap air. Dewasa ini perusahaan pembuat bulu sikat gigi memproduksi bulu sikat gigi yang terbuat dari bahan PBT yang memiliki ukuran yang sangat halus, bulu sikat gigi berbahan PBT dapat masuk ke dalam saku periodontal sehingga dapat membersihkan plak tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman dan melukai gusi. Bulu sikat gigi berbahan PBT juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi terhadap tekanan dibandingkan dengan bulu sikat gigi berbahan nilon.

Gambar 1. Bulu Sikat Gigi Bahan Sintetis.

Gambar 2. Bulu Sikat Gigi Bahan Alami.

3. Leher Sikat GigiLeher sikat gigi merupakan bagian dari sikat gigi yang menghubungkan kepala dengan tangkai sikat gigi. Bentuk dan ukuran leher sikat gigi bervariasi, contohnya diameter leher sikat gigi yang lebih kecil dari diameter tangkai sikat gigi, tetapi juga terdapat leher sikat gigi yang diameternya sama dengan tangkai sikat gigi. Jika ditinjau dari kesejajaran antara tangkai dengan leher sikat gigi terdapat beberapa variasi, yaitu leher sikat gigi yang tidak membentuk sudut angulasi ganda pada lehernya, desain ini dimaksudkan untuk mempermudah akses dan meningkatkan kenyamanan dalam menggunakan sikat gigi, sehingga lebih efektif mengurangi plak khususnya pada daerah bukal dan lingual gigi posterior.12

4. Tangkai Sikat GigiTangkai sikat gigi merupakan bagian dari sikat gigi yang berfungsi sebagai pegangan pada sikat gigi, tangkai sikat gigi memungkinkan kita untuk menggenggam dan mengendalikan sikat gigi serta menjangkau daerah yang sulit pada rongga mulut, tangkai sikat gigi dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: tangkai sikat gigi yang lurus, membentuk satu sudut, membentuk dua sudut, dan membentuk tiga sudut. Pertimbangan utama dalam memilih tangkai sikat gigi adalah lebih mudah dipegang dan genggaman lebih nyaman terkendali. Jenis tangkai sikat gigi yang paling banyak beredar di pasaran adalah tangkai sikat gigi yang berbentuk lurus, sedangkan tangkai sikat gigi yang bersudut lebih efektif membersihkan daerah yang sulit dijangkau oleh bulu sikat karena bentuknya didesain mengikuti lengkung rahang. Pada umumnya tangkai sikat gigi diproduksi dengan desain yang serupa dengan tangkai alat-alat kedokteran gigi seperti kaca mulut, sonde, dan skeler. Pada sikat gigi anak, tangkai sikat dibuat agak panjang (minimal 14 cm) agar orang tua atau perawat dapat menggenggam dengan baik pada saat membantu anak-anak menyikat gigi (Tan, 1993).13Bentuk tangkat sikat gigi harus memungkinkan anak untuk dapat dengan mudah memegangnya. Untuk anak-anak dapat diberikan sikat gigi yang memiliki gambar kartun favorit anak yang menarik, selain itu dapat juga diberikan sikat gigi yang memiliki lampu berkedip selama satu menit atau lebih, yang akan membuat anak-anak lebih merasa senang untuk menyikat giginya.20Sikat gigi untuk anak harus memiliki bulu yang lembut karena gigi dan gingiva pada anak-anak sedang berada dalam masa pertumbuhan. Menggunakan sikat gigi dengan bulu keras hanya akan menyebabkan rasa sakit dan kadang-kadang juga akan menyebabkan gingiva berdarah. Perlu dipastikan juga bulu sikat gigi tersebut kecil, sehingga dapat membantu memijat gigi dan gusi anak dan sikat gigi harus memiliki kepala bulat agar tidak menyakiti gigi serta pipi dari dalam. Kepala sikat gigi yang ideal harus sesuai dengan ukuran mulut anak sehingga dengan mudah dapat masuk ke dalam mulut.20

Gambar 3. Contoh sikat gigi untuk anak.

2.3.2. Metode Menyikat Gigi1. Teknik Scrub, dilakukan dengan cara permukaan bukal dan lingual gigi disikat dengan gerakan ke posterior dan ke anterior. Metode horizontal terbukti merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomis permukaan oklusal. Metode ini lebih dapat masuk ke sulkus interdental dibanding dengan metode lain. Metode ini cukup sederhana sehingga dapat membersihkan plak yang terdapat di sekitar sulkus interdental dan sekitarnya.142. Teknik Vertikal, menyikat gigi dengan metode teknik vertikal merupakan cara yang mudah dilakukan, sehingga orang-orang yang belum diberi pendidikan bisa menyikat gigi dengan teknik ini. Arah gerakan menyikat gigi ke atas ke bawah dalam keadaan rahang atas dan bawah tertutup. Gerakan ini untuk permukaan gigi yang menghadap ke bukal atau labial, sedangkan untuk permukaan gigi yang menghadap lingual atau palatal, gerakan menyikat gigi ke atas ke bawah dalam keadaan mulut terbuka. Cara ini terdapat kekurangan yaitu bila menyikat gigi tidak benar dapat menimbulkan resesi gusi sehingga akar gigi terlihat.153. Teknik Roll adalah cara menyikat gigi dengan teknik roll merupakan gerakan sederhana, paling dianjurkan, efisien, dan menjangkau semua bagian mulut. Bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi, jauh dari permukaan oklusal. Ujung bulu sikat mengarah ke apeks. Gerakan perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga permukaan bagian belakang kepala sikat bergerak dalam lengkungan. Waktu bulu sikat melalui mahkota gigi, kedudukannya hampir tegak terhadap permukaan email. Ulangi gerakan ini sampai 12 kali sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini dapat menghasilkan pemijatan gusi dan membersihkan sisa makanan di daerah interproksimal. Menyikat gigi dengan roll teknik untuk membersihkan kuman yang menempel pada gigi. Teknik roll adalah menggerakan sikat seperti berputar.164. Teknik Fones adalah mengunakan metode gerakan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah.5. Teknik Leonard menganjurkan gerakan vertikal, dengan menyikat gigi bagian atas dan bawah secara terpisah.6. Teknik Charters adalah menyikat gigi ini dilakukan dengan meletakkan bulu sikat menekan pada gigi dengan arah bulu sikat menghadap permukaan kunyah atau oklusal gigi. Arahkan 45 pada daerah leher gigi. Tekan pada daerah leher gigi dan sela-sela gigi kemudian getarkan minimal 10 kali pada tiap-tiap area dalam mulut. Gerak berputar dilakukan terlebih dulu untuk membersihkan daerah mahkota gigi. Metode ini baik untuk membersihkan plak di daerah sela-sela gigi, pada pasien yang memakai orthodontic cekat atau kawat gigi dan pada pasien dengan gigi tiruan yang permanen.167. Teknik Bass, teknik penyikatan ini ditujukan untuk membersihkan daerah leher gingival dan untuk ini, ujung sikat dipegang sedemikian rupa sehingga bulu sikat terletak 45 terhadap sumbu gigi geligi. Ujung bulu sikat mengarah ke leher gingiva. Sikat kemudian ditekan kearah gingiva dan digerakkan dengan gerakan memutar yang kecil sehingga bulu sikat masuk ke daerah leher gingiva dan juga terdorong masuk diantara gigi geligi. Teknik ini dapat menimbulkan rasa sakit bila jaringan terinflamasi dan sensitif. Bila gingiva dalam keadaan sehat, teknik bass merupakan metode penyikatan yang baik, terbukti teknik ini merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan plak.15

2.3.3. Bentuk Sikat GigiAmerican Dental Assosiation ( ADA ) menganjurkan bentuk sikat gigi yang baik harus mempunyai:171. Kepala sikat kecil.2. Panjang sikat 2,5-3 cm. 3. Lebar sikat 5-8 inci.4. 2-4 baris serabut sikat, tiap serabut terdiri dari 5-12 berkas. 5. Permukaan sikat datar.6. Serabut sikat elastik.

2.3.4. Waktu dan Frekuensi menyikat gigiUmumnya, dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat gigi setelah makan. American Dental Association (ADA) memodifikasi pernyataan ini dengan menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi secara teratur, minimal 2 kali sehari yaitu pada pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bila plak disingkirkan setiap hari secara sempurna, maka tidak akan menimbulkan efek pada rongga mulut. Oleh karena hanya sedikit orang yang dapat menyingkirkan plak secara sempurna, perlu tetap ditekankan pembersihan sulkus sebagai kontrol terhadap penyakit periodontal dan lebih sering menggunakan pasta yang mengandung fluor untuk mengontrol karies.Waktu menyikat gigi pada setiap orang tidak sama, tergantung pada beberapa faktor seperti kecenderungan seseorang tehadap plak dan debris, keterampilan menyikat gigi, dan kemampuan salivanya membersihkan sisa-sisa makanan dan debris. Hanya setelah pasien berulang kali menyikat gigi dengan diawasi oleh tenaga profesional, maka baru dapat ditentukan berapa kali sebaiknya orang tersebut menggosok gigi.18Biasanya, rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit, walaupun demikian ada juga yang melaporkan 2 - 2,5 menit. Penentuan waktu ini tidak bisa sama pada setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol plak. Yang penting diingat bahwa sebaiknya pasien diberitahu urutan-urutan menyikat gigi. Biasanya dimulai dari bagian distal gigi paling belakang rahang atas dan kemudian permukaan oklusal dan insisalnya sampai seluruh permukaan gigi di rahang sebelahnya tercakup. Hal yang sama dilakukan pada rahang bawa.18

2.4. Evaluasi Klinis Penyikatan GigiBahan pewarna (disclosing agent) dapat digunakan untuk mengevaluasi pembersihan gigi yang sudah dilakukan. Bahan pewarna yang biasa digunakan adalah iodin, mercuroshrome, bahan pewarna makanan, bismark brown. Bahan pewarna ada yang berbentuk cairan atau tablet. Keduanya bila digunakan oleh pasien dirumah, dapat berguna sebagai evaluasi kontrol plak.

2.5. Indeks Kebersihan Mulut:Mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang, dalam proses tersebut diperlukan suatu indeks. Indeks merupakan suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus, dengan demikian angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang obyektif. Hasil nilai atau angka kebersihan gigi dan mulut yang sudah diperoleh dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan pendidikan dan penyuluhan, motivasi dan evaluasi, yaitu dengan melihat kemajuan atau kemunduran kebersihan gigi dan mulut seseorang atau sekelompok orang, juga dapat digunakan dalam membandingkan keadaan klinis seseorang atau sekelompok orang. Terdapat beberapa jenis indeks kebersihan mulut, yaitu indeks debris, indeks kalkulus, dan indeks plak.19

2.5.1. PHP-M (Personal Hygiene Performance Modified) Indeks kebersihan mulut PHP-M (Personal Hygiene Performance Modified) dari Martin dan Meskin (1972) merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari Indeks PHP (Patient Hygiene Performance Index) dari Podshadley dan Haley (1968), metode dari indeks PHP-M ini sering digunakan untuk pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut pada masa geligi campuran. Prinsip pemeriksaan hampir sama dengan indeks PHP, akan tetapi permukaan yang diperiksa adalah bagian bukal dan lingual. Indeks PHP ini untuk menilai debris, sedangkan Indeks PHP-M untuk mengukur plak secara obyektif. Pemeriksaan PHP-M menggunakan disclosing agent sebagai indikator plak pada gigi.19Gigi yang diperiksa pada metode PHP-M ini diantaranya adalah: 1. Gigi paling posterior yang tumbuh di kwadran kanan atas. 2. Gigi kaninus atas kanan sulung atau permanen, bila gigi ini tidak ada dapat digunakan gigi anterior lainnya. 3. Gigi molar satu atas kiri sulung atau premolar satu atas kiri. 4. Gigi paling posterior yang tumbuh di kwadran kiri bawah. 5. Gigi kaninus kiri bawah sulung atau permanen, bila gigi ini tidak ada dapat dipakai gigi anterior lainnya. 6. Gigi molar satu kanan bawah sulung atau premolar satu kanan bawah. Cara penilaian skor plak pada PHP-M: 1. Petama-tama pada permukaan bukal dan lingual gigi dibagi menjadi beberapa area untuk memudahkan dalam menentukan skor. Buat 2 garis imajiner pada gigi dari oklusal atau insisal menuju gingival, garis imajiner ini akan membagi gigi menjadi 3 bagian yang sama dari mesial ke distal. Tahap selanjutnya membagi area sepertiga tengah menjadi 3 area dengan cara menarik 2 garis imajiner dari mesial 20 menuju distal sehingga akan membagi area sepertiga tengah tersebut menjadi 3 bagian yang sama dari oklusal ke gingival. Jadi akan didapat 5 area pada satu permukaan gigi saja (bukal atau lingual), yaitu: A. Area sepertiga gingival dari area tengah. B. Area sepertiga tengah dari area tengah. C. Area sepertiga insisal atau oklusal dari area tengah. D. Area distal. E. Area mesial.

2. Apabila terlihat ada plak di salah satu area, maka diberi skor 1, jika tidak ada plak diberi skor 0. 3. Hasil penilaian plak yaitu dengan menjumlahkan setiap skor plak pada setiap permukaan gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi dapat berkisar antara 0-10. 4. Skor plak untuk semua gigi dapat berkisar antara 0-60.19

2.6. Pertumbuhan dan Perkembangan GigiTerbentuk PlakMenghilangkan Plak dengan Menyikat gigiTeknik ScrubTeknik FonesTeknik BassPengukuran Indeks Plak Kerangka Teori:

2.7. Kerangka Konsep:

Pengukuran indeks plak siswa SDN PalembangMemberi edukasi mengenai teknik menyikat GigiTeknik ScrubTeknik FonesTeknik BassPengukuran Indeks Plak siswa SDN Palembang setelah sikat gigi

DAFTAR PUSTAKA1. Poul PE. The World Oral Health Report Continuous Improvement of Oral Health in The 21st Century (Second Edition). Genewa, Switzerland: 20 Avenue Appia, 2003; p.3-5.2. Lusia Kuss, Anna. Awas jangan salah cara menyikat gigi. Diunduh dari: http://health.kompas.com/read/2014/12/10/083000323/Awas.Jangan.Salah.Cara.Menyikat.Gigi. Diakses Oktober 2015.3. Damanik S. Sinaga ED. Efek Penyuluhan dan Pelatihan dalam Penurunan Indeks Plak pada Murid-murid Kelas IV dan V di Dua SD Negeri Medan. Dentika. 2006; 12:1-2.4. Ilyas M, Putri IN. Efek penyuluhan metode demonstrasi menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak gigi pada murid sekolah dasar. Makassar. Dentofasial 2012. ISSN: 1412-8926. Vol: 11. : 91-2.5. B, Nandlal; Shanbhog, Raghavendra; Godhi. S, Brinda; BS. Sunila. 2013. Change in skills observed with a novel brushing technique based on sequence learning; evaluated through video bio-feedback system in children. Oral Hygiene & Health. 1 (3). 6. Zhang, JH; Sha, YQ; Cao, CF. Comparative study of the effects of removing plaque by two toothbrushing methods. Beijing Da Xue Xue Bao. 2005;37:542-4.7. Carranza, F.A. 1990. Glickmans Clinical Periodontology, 7th Ed. W. B. Saunders Company, Philadelphia.8. Manson, J. D. Dan Eley, B. M. 1993. Buku Ajar Periodonti, Ed. Ke-2, Penerjemah: Anastasia S. Hipokrates, Jakarta.9. Overman, P.R. 2000, Biofilm : A New View of Plaque. J Contemp Dent. Pract 2000 15;1(3);18-29.10. Marsh, P.D. dan Martin, M.V. 1999, Oral Microbiology, 4th Ed. Planta Tree, Oxford.11. Megananda HP, Eliza H, Neneng N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010, p 56-9, 75, 97, 110-4. 12. Srigupta, A. A. 2004, Panduan Singkat Perawatan Gigi & Mulut: Buku Ini Membantu Anda Bagaimana Mengambil Langkah Bijak Merawat Gigi Dan Kesehatan Mulut. Ed. ke-1, Prestasi Pustaka, Jakarta.13. Tan, H. H. 1993, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Ed. ke-1, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.14. Haryanti D.D, Adhani R, Aspriyanto D, Dewi I.K. Efektifitas Menyikat Gigi Metode Horizontal, Vertikal, dan Roll Terhadap Penurunan Plak Pada Anak Usia 9-11 Tahun, Dentino Jurnal Kedokteran Gigi; 2014:2: 150.15. Ginandjar R, 2007. Cara Menyikat Gigi Yang Benar. www.pikiran-rakyat.com.16. Pratiwi D. 2009. Gigi Sehat Dan Cantik. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta.17. Adhani. R, Hidayat S, Arya I.W. Perbedaan pH Saliva Menggosok Gigi Sebelum dan Sesudah Mengkonsumsi Makanan Manis dan Lengket ( Pengukuran menggunakan pH meter pada anak usia 10-12 tahun di SDN Melayu 2 Banjarmasin ). Dentino Jurnal Kedokteran Gigi :2013:1:p.4018. Riyanti E, Chemiawan E, Rizalda A.R. Hubungan pendidikan penyikatan gigi dengan kebersihan gigi dan muliut siswa-siswi sekolah dasar islam terpadu (SDIT) imam bukhari. UNPAD;2008.19. Putri, M. H., Herijulianti, E., dan Nurjannah, N. 2012, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Ed. ke-2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.20. Anonim. 2015. Tips Memilih Sikat Gigi untuk Anak. http://www.wedaran.com/19852/tips-memilih-sikat-gigi-untuk-anak/. Diunduh Oktober 2015.21. Maulani, drg. Chaerita, dan Enterprise, Jubilee. 2005. Kiat Merawat Gigi Anak. PT Elex Media Komputindo, Jakarta, Indonesia. Hal. 1 16. 22. Kemp, Jane; dan Walters, Clare. 2003. Gigi Si Kecil: Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan Gusi Anak. Erlangga, Jakarta, Indonesia. Hal. 56.23. Koch, Goran; dan Poulsen, Sven. 2001. Pediatric Dentistry: A clinical approach. Blackwell Munksgaard, Australia. Hal. 301 302.

5