perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1 dengan Usia Awal Menopause Fitri Firdausiya, NIM : G0008098, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Rabu, Tanggal 2 November 2011 Pembimbing Utama Nama : Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes NIP : 19470927 197610 2 001 (………………………) Pembimbing Pendamping Nama : Nur Hafidha Hikmayani, dr., MClinEpid NIP : 19761225 200501 2 001 (………………………) Penguji Utama Nama : Yulia Lanti Retno Dewi, dr., M.Si NIP : 19610806 199203 2 001 (………………………) Anggota Penguji Nama : Indriyati, Dra NIP : 19581201 198601 001 (………………………) Surakarta, …………………. Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Muthmainah, dr., M.Kes. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002
64
Embed
skripsi Fitri G0008098 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 3 ABSTRAK Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1 Dengan Usia Awal
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1 dengan Usia Awal Menopause
Fitri Firdausiya, NIM : G0008098, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari Rabu, Tanggal 2 November 2011
Pembimbing Utama Nama : Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes NIP : 19470927 197610 2 001 (………………………)
Pembimbing Pendamping Nama : Nur Hafidha Hikmayani, dr., MClinEpid NIP : 19761225 200501 2 001 (………………………)
Penguji Utama Nama : Yulia Lanti Retno Dewi, dr., M.Si NIP : 19610806 199203 2 001 (………………………)
Anggota Penguji Nama : Indriyati, Dra NIP : 19581201 198601 001 (………………………)
Surakarta, ………………….
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang segera tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Oktober 2011
Fitri Firdausiya
G0008098
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ABSTRAK
Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1 Dengan Usia Awal Menopause
Fitri Firdausiya*), Rosalia Sri Hidayati*), Nur Hafidha H*), Yulia Lanti Retno Dewi*), Indriyati*)
Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan penyakit diabetes melitus tipe 1 dengan usia awal menopause.
Metode Penelitian: Observasional analitik dengan pendekatan retrospective cohort dengan jumlah sampel 45 wanita menopause yang berobat jalan ke poliklinik penyakit dalam RSUD DR. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Diabetes melitus tipe 1 diidentifikasi dari rekam medis yang dikonfirmasi dengan dokter yang merawat. Sedangkan kuesioner digunakan untuk mengetahui usia awal menopause dan riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan regresi linier berganda.
Hasil Penelitian: Uji analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa penyakit diabetes melitus tipe 1 mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan usia awal menopause. Wanita dengan DM tipe 1 akan memasuki usia awal menopause lebih cepat dua tahun jika dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita DM (b = -2.1, p = 0.001, IK 95% = -3.3, -0.9). Penggunaan kontrasepsi hormonal berhubungan dengan usia awal menopause. Wanita yang menggunakan kontrasepsi akan mengalami menopause satu tahun lebih lambat dibandingkan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal (b = 1.6, p = 0.007, IK 95% = 0.5, 2.7). DM tipe 1 dan kontrasepsi hormonal berkontribusi terhadap usia awal menopause sebesar 28.5% (Adjusted R2 = 0.285).
Simpulan: Penyakit diabetes melitus tipe 1 mempercepat usia awal menopause 2.1 tahun.
Kata kunci: usia awal menopause, diabetes melitus tipe 1, kontrasepsi hormonal
*) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
ABSTRACT
Association between Type 1 Diabetes Mellitus and Onset of Menopause
Fitri Firdausiya*), Rosalia Sri Hidayati*), Nur Hafidha H*), Yulia Lanti Retno Dewi*), Indriyati*)
Objective: This research aims to examine the association between type 1 diabetes mellitus and onset of menopause.
Methods: This was an observational study using retrospective cohort design. Subject were coming regurly menopause women patient clinic at the Department of Internal Medicine RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Mojokerto. Type 1 diabetes mellitus was identified using medical record was confirmed with the treating doctor physician. A questionnaire was used to obtain age of menopause and use of hormonal contraception. Data were analyzed using multiple linier regression.
Result: Multiple linier regression analysis showed that type 1 diabetes mellitus was statistically significant associated with onset of menopause had association. Women with type 1 diabetes experienced menopause two years earlier than non diabetes women (b = -2.1, p = 0.001, CI 95% = -3.3, -0.9). The use of hormonal contraception also had significant association with onset of menopause. Women used hormonal contraception had a year older age at menopause compared with non diabetes women (b = 1.6, p = 0.007, CI 95% = 0.5, 2.7). Type 1 diabetes mellitus and use of hormonal contraception contributed to onset of menopause by 28.5% (Adjusted R2 = 0.285).
Conclusion: Type 1 diabetes mellitus has stronger association with age at menopause after adjustment for use of hormonal contraception.
Keywords: age at menopause, type 1 diabetes mellitus, hormonal contraception
*) Faculty of Medicine Sebelas Maret University Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1 Dengan Usia Awal Menopause.
Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik atas bantuan, bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, SpPD-KR-FINASIM., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr.,M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah member
bimbingan, saran, dan petunjuk guna penyusunan skripsi ini. 4. Nur Hafidha Hikmayani, dr., MClinEpid., selaku Pembimbing Pendamping yang
telah memberi bimbingan dan saran. 5. Yulia Lanti Retno Dewi, dr., M.Si., selaku Penguji Utama yang telah memberi
saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Indriyati, Dra., selaku Anggota Penguji yang telah memberi masukan demi
kesempurnaan skripsi ini. 7. Sri Mujiwati, Drg., selaku direktur RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto
yang telah membantu proses penelitian. 8. Sahid, dr., Sp.PD dan Rudi, dr., Sp.PD, selaku dokter spesialis penyakit dalam
RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto yang telah membantu proses penelitian.
9. Pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
10. Papa Eddy Susanto, Mama Alfiah, Pravilla, Veralyn, Desi, Budi, Khalisa dan Davinia yang memberikan dukungan pada penyelesain skripsi ini.
11. Mahmed Agil Dzulfikar, Arni, Aila, Ayu, Elsa, Niawati dan teman-teman yang telah memberikan bantuan pada proses pembuatan skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu kedokteran dan masyarakat.
Surakarta, Oktober 2011
Fitri Firdausiya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... . iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT ...................................................................................................... v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 6
Tabel 4.1 Nilai Rentang, Rerata dan Simpangan Baku pada Variabel Usia dan Usia Awal Menopause ….................................................................. 33
Tabel 4.2 Rerata Usia Awal Menopause Menurut Status DM Tpe 1 dan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal .................................................... 36
Tabel 4.3 Hasil Uji Regresi Linier Univariat antara Variabel Usia Awal Menopause dan Diabetes Melitus Tipe 1 …...................................... 39
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Linier Univariat antara Variabel Usia Awal Menopause dan Kontrasepsi Hormonal ............................................ 39
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda antara Variabel Usia Awal Menopause dengan Diabetes Melitus Tipe 1 dan Kontrasepsi Hormonal ………….…………………………………………......... 40
Tabel 4.6 Rangkuman Uji Multikolinieritas antara Variabel Status Diabetes Melitus Tipe 1 dan Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal ...... 43
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Hetereokedastisitas …..................................... 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium …................................... 21
Gambar 4.1 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Status Diabetes Melitus Tipe 1 ….......................................................................... 34
Gambar 4.2 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal ……………….…..................................... 35
Gambar 4.3 Histogram Normalitas Variabel Dependen (Usia Awal Menopause) …............................................................................. 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Daftar Sampel dan Data Hasil Penelitian
Lampiran 5. Perhitungan Hasil Uji Statistik dengan SPSS versi 17.0
Lampiran 6. Surat Ijin penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pola penyakit di Indonesia mengalami pergeseran yang cukup
signifikan sebagai dampak positif dari pembangunan. Penyakit infeksi dan
kekurangan gizi berangsur turun dan di lain pihak penyakit menahun yang
disebabkan oleh penyakit degeneratif makin meningkat dengan tajam. Di
antara penyakit degeneratif, diabetes melitus merupakan salah satu di antara
penyakit tidak menular yang diprediksi semakin meningkat jumlahnya di
masa datang. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Gustaviani, 2007). Diabetes melitus
sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia
pada abad 21. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada
tahun 2000 pengidap diabetes melitus di atas umur 20 tahun berjumlah 150
juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, jumlah itu akan
membengkak menjadi 300 juta orang. Data terakhir dari WHO menunjukkan
peningkatan tertinggi jumlah pasien diabetes melitus adalah di Asia Tenggara
termasuk Indonesia, Indonesia berada pada tingkat ke-4 penyandang DM
terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, India dan Cina (Suyono, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Peningkatan jumlah penderita diabetes melitus di dunia dari tahun ke tahun
berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, life expectancy bertambah,
urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern,
prevalensi obesitas yang meningkat dan kegiatan fisik yang kurang (Darmono,
2007).
Diabetes melitus tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai dengan hiperglikemi kronis (Pulungan,
2009). DM tipe 1 juga mengalami peningkatan prevalensi. Di Amerika Serikat
tahun 2007 dilaporkan 186.300 anak usia kurang dari 20 tahun menyandang
DM tipe 1 atau tipe 2. Di Finlandia, tidak sulit menemukan DM tipe 1 karena
angka kejadiannya dilaporkan paling tinggi di dunia, sedangkan di Jepang
memiliki angka yang paling rendah (Pulungan, 2009). Di Indonesia jumlah
penyandang DM tipe 1 juga belum diketahui meskipun angkanya dilaporkan
cukup meningkat tajam akhir-akhir ini. Sebagai gambaran, jumlah anak
penderita DM tipe 1 dalam Ikatan Keluarga Penderita DM Anak dan Remaja
(IKADAR) sudah mencapai 400-an orang (Pulungan, 2009).
Peningkatan prevalensi diabetes melitus perlu diamati karena sifat
penyakit yang kronik progresif dengan berbagai dampak negatif yang
ditimbulkan (Darmono, 2007). Dampak negatif yang ditimbulkan dari
penyakit diabetes melitus ini bermacam-macam misalnya komplikasi pada
berbagai organ tubuh yaitu kardiovaskuler, ginjal, mata dan juga organ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
reproduksi. Gangguan pada organ reproduksi ini meliputi disfungsi seksual
pada pria ataupun pada wanita, gangguan siklus menstruasi, perlambatan usia
menarche, dan juga percepatan usia awal menopause.
Menopause merupakan suatu titik alamiah dalam proses penuaan dan
merupakan masa yang penting pada kehidupan seorang wanita pada masa ini
terjadi perubahan pada tubuh wanita yang akan mempengaruhi kehidupan
sosial, emosi dan fungsi kerja berbagai sistem organ tubuh. Menopause
didefinisikan secara klinis sebagai waktu di mana seorang wanita tidak
mengalami menstruasi selama satu tahun, yang diawali dengan tidak
teraturnya periode menstruasi dan diikuti dengan berhentinya periode
menstruasi. Walaupun masa waktu yang dihabiskan selama menopause
(kurang lebih sepertiga dari masa hidup) terus meningkat, usia onset
menopause tidak banyak berubah yaitu sekitar 50-51 tahun. Berdasarkan
survei Perkumpulan Menopause Indonesia tahun 2005, usia menopause rata-
rata wanita Indonesia adalah 49±0,2 tahun (Soewondo, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause antara lain:
usia awal haid (menarche), genetik, diabetes melitus, perokok berat dan
minum alkohol, kurang gizi, wanita vegetarian, sosial ekonomi (Baziad,
2003). Sebuah penelitian di Amerika menyebutkan bahwa DM tipe 1 secara
signifikan merupakan faktor risiko pada percepatan usia awal menopause dan
juga wanita DM tipe 1 akan mengalami penurunan usia reproduktif sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
17% bila dibandingkan dengan wanita tanpa penyakit diabetes (Dorman,
2001). Dalam laporan lain diungkapkan bahwa wanita dengan DM tipe 1 rata-
rata akan mengalami menopause 8 tahun lebih cepat daripada saudara
perempuan mereka yang tidak menderita diabetes, sedangkan pada DM tipe 2
tidak demikian (Harris, 2008). Dalam penelitian lain juga disebutkan bahwa
tidak ada pengaruh yang signifikan antara DM tipe 2 terhadap usia awal
menopause (Lopez, 2000).
Sampai saat ini, penelitian ilmiah mengenai dampak penyakit DM tipe
1 terhadap usia awal menopause relatif masih sedikit. Di samping itu wanita
dalam masa perimenopause sendiri akan mengalami keluhan-keluhan yang
membuat mereka tidak nyaman seperti disfungsi seksual, dan peningkatan
risiko penyakit jantung (Greene, 2010). Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan penyakit diabetes
melitus tipe 1 dengan usia awal menopause.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan penyakit diabetes melitus tipe 1 dengan
usia awal menopause?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penyakit diabetes
melitus tipe 1 dengan usia awal menopause
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu kedokteran dan
penelitian selanjutnya tentang hubungan penyakit diabetes melitus tipe 1
dengan usia awal menopause.
2. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan masyarakat terutama para wanita dengan DM
tipe 1 mengenai risiko percepatan usia awal menopause sehingga bisa
dilakukan edukasi sebagai upaya promotif-preventif terhadap konsekuensi
fisik psikologis dari menopause yang mungkin terjadi lebih awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Menopause
a. Pengertian Menopause
Menopause berasal dari bahasa Yunani, kata men dan pausis.
Men berarti menstruasi haid, atau datang bulan, sedangkan pausis berarti
berhenti, penghentian, atau stop. Jadi, menopause dapat diartikan
sebagai mati haid (Gultom, 2003).
Menopause merupakan suatu proses alamiah, perjalanan normal
seorang wanita, sesuai dengan pertambahan umur, tentunya semua
fungsi organ tubuh juga mulai menunjukkan adanya perubahan-
perubahan yang sangat signifikan (Gultom, 2003).
Menurut Guyton et al. (2007), menopause diartikan sebagai
periode ketika siklus terhenti dan hormon-hormon kelamin wanita
menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada. Selain definisi di
atas, menopause juga didefinisikan sebagai menstruasi paling akhir
sampai tidak mendapat menstruasi selama 12 bulan. Diagnosis
menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya satu
tahun (Wirakusumah, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Penggolongan Menopause
ü Menurut etiologinya ada dua macam menopause yaitu:
a) Menopause fisiologi
Penyebab menopause fisiologi adalah burning out
ovarium. Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita, kira-kira
400 folikel primordial tumbuh menjadi folikel matang dan
berovulasi, dan beratus-ratus dari ribuan ovum berdegenerasi.
Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel
primordial yang akan dirangsang oleh Folikel Stimulating
Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Kemudian
produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu folikel
primordial mencapai nol (Guyton et al., 2007).
Saat wanita berada pada masa menjelang menopause
(perimenopause), FSH dan LH terus diproduksi oleh kelenjar
hiposisis secara normal. Akan tetapi, karena ovarium semakin tua,
maka kedua ovarium tidak dapat merespon FSH dan LH
sebagaimana mestinya. Akibatnya, estrogen dan progesteron yang
diproduksi juga semakin berkurang. Menopause terjadi ketika
kedua ovarium tidak lagi dapat menghasilkan hormon-hormon
tersebut dalam jumlah yang cukup untuk dapat mempertahankan
siklus menstruasi (Spencer, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Ketika produksi estrogen di bawah nilai kritis, estrogen
tidak lagi dapat menghambat produksi gonadotropin FSH dan LH.
Sebaliknya, FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi sesudah
menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi ketika folikel
primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi estrogen oleh
ovarium turun secara nyata menjadi nol (Guyton et al., 2007).
b) Menopause artifisial atau buatan
Menopause artifisial ialah berhentinya haid yang
disebabkan intervensi medis tertentu. Misalnya bedah
pengangkatan kedua ovarium karena abnormalitas dalam struktur
dan fungsinya sebelum usia menopause alami. Demikian pula
obat-obatan tertentu, radiasi dan kemoterapi (penggunaan agen
kimiawi untuk merawat berbagai penyakit, khususnya kanker)
dapat menyebabkan berhentinya haid (Suryoprajogo, 2009).
Menopause artifisial umumnya menimbulkan keluhan yang lebih
banyak dibandingkan dengan menopause alamiah (Prawirohardjo,
2007).
ü Menurut onset terjadinya ada empat macam menopause yaitu
(Spencer, 2007):
a) Menopause dini: menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun
b) Menopause cepat: menopause yang terjadi sebelum usia 45 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
c) Menopause normal: menopause yang terjadi usia 45-55 tahun
d) Menopause lambat: menopause yang terjadi diatas usia 55 tahun
c. Gejala Menopause
Hal yang menjadi perhatian utama saat menopause adalah
terjadinya defisensi hormon estrogen. Setelah menopause, ovarium
berhenti memproduksi sejumlah besar estrogen, oleh karena itu, gejala
dan penyakit yang berkaitan dengan defisiensi estrogen juga meningkat
(Shifren, 2007). Menopause merupakan suatu hal yang negatif bagi
sebagian wanita karena dianggap sebagai awal proses penuaan dan
timbulnya berbagai macam penyakit. Menopause bukanlah suatu
penyakit yang perlu diterapi, tetapi terkadang terapi diperlukan dalam
masa transisi memasuki masa menopause untuk mengurangi gejala yang
menyertainya dan untuk mencegah penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan menopause dan masa tua (Smith, et al., 2000).
Menurut National Institutes of Health (2005) gejala utama pada
menopause antara lain:
a. gejala vasomotor : gejolak panas (hot flashes), berkeringat pada
malam hari (night sweats).
b. Amenorrhea
c. kekeringan vagina (vaginal dryness).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Gejala lainnya meliputi gangguan saat tidur, kehilangan gairah
seksual, stres inkontinensia urin, keluhan somatik, dan gangguan
psikogenik (NIH, 2005), mudah lelah, iritabilitas, susah tidur
(insomnia), palpitasi, ingatan menurun, sulit berkonsentrasi, perubahan
mood, dan depresi (Spencer, 2007).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menopause
a. Usia saat haid pertama kali (menarche)
Terdapat hubungan antara usia pertama kali mendapat haid
dengan usia seorang wanita memasuki menopause (Kasdu, 2002).
Wanita yang terlambat mendapat haid, misalnya pada usia 16 atau
17 tahun, akan mengalami menopause lebih awal. Sedangkan wanita
yang cepat mendapat haid, misalnya pada usia 10 atau 13 tahun,
cenderung lebih lambat memasuki masa menopause (Wirakusumah,
2003).
b. Faktor keturunan
Pada umumnya, banyak wanita yang tampaknya mengalami
menopause pada usia yang mirip dengan ibunya, jadi ada
kemungkinan faktor genetis yang menentukan usia menopause
(Spencer, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
c. Merokok
Merokok terbukti dapat meningkatkan risiko mengalami
menopause dini. Semakin lama menjadi perokok, terlebih jika
perokok berat, semakin cepat seseorang wanita akan mengalami
menopause (Spencer, 2007).
d. Pernikahan
Wanita yang telah menikah umumnya mendapat menopause
satu tahun lebih lambat daripada mereka yang tidak menikah
(Wirakusumah, 2003).
e. Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia
mulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan,
persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi dan
akan memperlambat proses penuaan tubuh (Kasdu, 2002).
f. Diabetes melitus
DM merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi usia
awal menopause. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian di
Amerika yang menyebutkan bahwa DM tipe 1 menyebabkan
penurunan usia reproduktif sebesar 17% bila dibandingkan dengan
wanita tanpa DM dan secara signifikan merupakan faktor risiko pada
percepatan usia awal menopause (Dorman, 2001). Wanita dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
DM tipe 1 rata-rata akan mengalami menopause 8 tahun lebih cepat
daripada saudara perempuan mereka yang tidak menderita diabetes,
sedangkan pada DM tipe 2 tidak demikian (Harris, 2008).
g. Pemakaian kontrasepsi
Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang menggunakan
hormon steroid (estrogen, progesteron dan derivatnya) yang
dimasukkan dalam tubuh sehingga mencegah terjadinya ovulasi pada
seorang wanita. Untuk mencapai tujuan tersebut, kontrasepsi
hormonal dapat dilakukan dalam berbagai cara, antara lain
penggunaan obat per oral, suntikan, intra-vaginal atau implantasi
subkutan. Pil hormonal yang dipakai sekarang adalah tidak terbuat
dari estrogen dan progesteron alamiah, melainkan dari steroid
sintetik (Prawirohardjo, 2007).
Wanita yang menggunakan kontrasepsi jenis hormonal akan
lebih lama memasuki masa menopause karena cara kerja kontrasepsi
yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel
telur (Kasdu, 2002).
h. Pengangkatan rahim (histerektomi)
Pengangkatan rahim pada wanita usia reproduksi
mengakibatkan turunnya atau menghilangnya secara tiba-tiba
produksi hormon steroid pada ovarium terutama estrogen dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
progesteron. Hal ini menyebabkan terjadinya keluhan menopause
dini (Spencer, 2007).
i. Radiasi
Pengobatan ini sebenarnya ditujukan untuk membunuh sel
kanker, tetapi sayangnya juga dapat merusak ovarium. Hal ini adalah
salah satu penyebab premature ovarian failure (POF) (Spencer,
2007).
2. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah (Gustaviani, 2007).
a. Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa
darah. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan
darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Tabel 2.1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan
Penyaring dan Diagnosis DM
Bukan
DM
Belum pasti
DM
DM
Kadar glukosa
darah sewaktu
Plasma darah
Darah kapiler
<110
<90
110-199
90-199
≥200
≥200
Kadar glukosa
darah puasa
Plasma darah
Darah kapiler
<110
<90
110-125
90-109
≥126
≥110
Sumber: Suyono, 2007
b. Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association 2005 Diabetes Melitus
diklasifikasikan menjadi:
1) Diabetes melitus tipe I: Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut. Terjadi melalui proses imunologik dan
idiopatik.
2) Diabetes Melitus tipe II: Bervariasi mulai yang predominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
3) Diabetes Melitus tipe lain:
a) Defek genetik fungsi sel beta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b) Defek genetik kerja insulin: resisitensi insulin tipe A,
4) Diabetes melitus Kehamilan/gestasional: secara tradisional
merupakan istilah yang digunakan untuk wanita yang menderita
diabetes selama kehamilan dan kembali normal sesudah hamil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c. Diabetes Melitus tipe 1
Pada diabetes melitus tipe 1, pankreas tidak memproduksi
insulin. Insulin adalah hormon yang berpengaruh dalam regulasi tubuh
untuk mengubah glukosa menjadi energi. Orang dengan diabetes tipe 1
memerlukan insulin harian dan harus berhati-hati memonitor kada
glukosa darah. Diabetes melitus tipe 1 lebih sedikit daripada diabetes
tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 dapat diderita pada semua usia, tetapi
biasanya pertama kali didiagnosis saat anak-anak atau dewasa muda
yakni sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut
Juvenille Diabetes (Bare and Suzanne, 2002). Dari keseluruhan kasus
diabetes melitus, diabetes melitus tipe 1 berjumlah sekitar 5-10%
(Greene, 2010).
Diabetes melitus tipe 1 dapat dikatakan suatu penyakit autoimun
yang mempengaruhi pankreas. Sel beta pankreas yang memproduksi
insulin rusak, sehingga akan terjadi kekurangan insulin secara absolut.
Tanpa insulin untuk memindahkan glukosa ke dalam sel, kadar glukosa
menjadi tinggi, kondisi ini disebut hiperglikemia. Karena tubuh tidak
dapat menggunakan glukosa, maka akan keluar melalui urin dan akan
hilang. Gejala-gejalanya meliputi: Badan lemah, berat badan berkurang,
sering buang air kecil, dan mudah lapar dan haus adalah gejala-
gejalanya (Greene, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Menurut Greene (2010) laki-laki dan perempuan mempunyai
risiko yang sama untuk menderita diabetes melitus tipe 1, dengan faktor
resiko antara lain:
· Menderita sakit saat masih usia dini (early infant)
· Memiliki orang tua dengan diabetes melitus tipe 1 (faktor risiko
akan meningkat jika ayahnya menderita diabetes melitus tipe 1)
· Memiliki ibu yang menderita preeklampsia selama hamil
· Memiliki penyakit autoimun lain seperti penyakit Grave, tiroiditis
Hashimoto (salah satu bentuk hipotiroidisme), penyakit Addison,
multiple sklerosis atau anemia pernisiosa.
d. Komplikasi Diabetes Melitus tipe 1
Komplikasi DM dapat dikategorikan menjadi (FK UI, 2001):
a) Akut
1) Koma hipoglikemia
2) Ketoasidosis
3) Koma hiperosmolar nonketotik
b) Kronik
1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar yaitu
pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah
otak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2) Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil yaitu retinopati
diabetik, nefropati diabetik.
3) Neuropati diabetik.
4) Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis, dan infeksi
saluran kemih.
Diabetes dapat menyebabkan komplikasi spesifik pada wanita.
Wanita dengan diabetes akan mengalami peningkatan risiko terkena
penyakit infeksi, gangguan dalam kesehatan seksual, penurunan
lubrikasi vagina yang menyebabkan nyeri atau tidak nyaman saat
senggama (Greene, 2010).
Pada wanita hamil dengan diabetes terjadi peningkatan risiko
cacat pada bayi. Kadar glukosa darah yang tinggi selama kehamilan
mempengaruhi perkembangan organ janin selama 6 minggu awal. Pada
wanita dengan DM tipe 1, kehamilan dapat mempengaruhi dosis insulin
yang mereka butuhkan (Greene, 2010).
DM tipe 1 juga dapat mempengaruhi usia menopause.
Perubahan kadar estrogen dan kadar hormon lainnya yang terjadi
selama masa perimenopause dapat menyebabkan fluktuasi kadar
glukosa darah. Wanita dengan diabetes juga akan mengalami
peningkatan risiko terjadinya menopause prematur, yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
menyebabkan peningkatan faktor resiko penyakit jantung (Greene,
2010).
3. Hubungan Diabetes Melitus Tipe 1 Dengan Menopause
Seiring bertambahnya usia, fungsi ovarium akan menurun sehingga
menyebabkan produksi estrogen dan progesteron berkurang. Hal ini
menyebabkan gejala menopause (Spencer, 2007). Menurut penelitian dari
Dorman et al (2001) dan Harris (2008), salah satu faktor yang
mempercepat menopause adalah diabetes melitus tipe 1. Menurut Harris
(2008) wanita dengan DM tipe 1 akan mengalami menopause pada usia 8
tahun lebih muda dibandingkan dengan wanita non DM. Hal ini
menyebabkan penurunan usia reproduktisf sebesar 17% pada wanita
dengan DM tipe 1 (Dorman, 2001).
Pada DM tipe 1 terjadi defisiensi insulin absolut dan peningkatan
hormon glukagon, katekolamin dan kortisol (Soewondo, 2007).
Peningkatan hormon kortisol tersebut mempengaruhi hipofisis yang
menyebabkan penurunan hormon gonad sehingga akan mempengaruhi
pembentukan estrogen dan progesteron (Sherwood, 2006).
Defisiensi insulin absolut yang terjadi pada DM tipe 1 juga
mempengaruhi hipofisis yang menyebabkan penurunan sekresi FSH dan
LH oleh hiposisis. Penurunan sekresi FSH dan LH menyebabkan
penurunan pematangan folikel, tidak terjadinya ovulasi, tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pembentukan korpus luteum dan juga menyebabkan penurunan
stereidogenesis oleh sel granulosa dan sel teka ovarium sehingga akan
diikuti penurunan hormon estrogen dan progesteron (Prawirohardjo, 2007).
Lebih lanjut defisiensi insulin juga menurunkan fungsi seluler dari sel-sel
granulosa ovarium sehingga menyebabkan penurunan produksi hormon
estrogen dan progesteron (Prawirohardjo, 2009). Selanjutnya hal ini akan
menimbulkan gejala menopause dan mempengaruhi usia awal menopause.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 2.1 Aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium (Nong, 2010)
pankreas Kelenjar adrenal tiroid
Kelenjar endokrin lain
Kelenjar hipofisis
hipotalamus
ovarium Estrogen Progesteron
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
B. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: menyebabkan : diteliti
: tidak diteliti
Defisiensi insulin absolut
Hormon estrogen dan progesteron
Menopause
· Faktor genetik
· Histerektomi · Merokok · Usia
menarche · Pernikahan · Usia
melahirkan · Radiasi
Stereidogenesis ovarium oleh sel granulosa dan sel
teka
katekolamin, kortisol
Sekresi FSH dan LH
Mempengaruhi hipofisis
Fungsi seluler dari sel granulosa
Wanita dengan DM tipe 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Hipotesis
Terdapat hubungan antara penyakit diabetes melitus tipe 1 dengan usia
awal menopause.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik pada
populasi dengan pendekatan retrospective cohort karena cocok untuk
penelitian dengan paparan yang langka (DM tipe 1). Keunggulan dari metode
ini adalah ekonomis dibandingkan dengan prospective cohort dan masih lebih
unggul daripada case control karena kedua kelompok subjek penelitian
berasal dari populasi yang sama (Taufiqurrahman, 2004).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo
Mojokerto dalam waktu 1 bulan. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena
prevalensi diabetes melitus tipe 1 cukup tinggi (berdasarkan konfirmasi
peneliti dengan dokter spesialis penyakit dalam di RSUD Wahidin Sudiro
Husodo Mojokerto).
C. Subjek Penelitian
Populasi penilitian ini adalah wanita menopause yang berobat jalan ke
poliklinik penyakit dalam di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
1. Kriteria inklusi
a. Kelompok terpapar: wanita yang menderita penyakit DM tipe 1
b. Kelompok tidak terpapar (pembanding): wanita yang berobat jalan ke
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo namun
tidak menderita DM (termasuk DM tipe 2). Alasan pemilihan
kelompok pembanding dari RS yang sama adalah untuk mengurangi
bias seleksi akibat perbedaan morbiditas dan faktor-faktor lain yang
mendorong pasien untuk memilih berobat ke RS yang sama.
2. Kriteria eksklusi untuk kedua kelompok penelitian adalah:
a. Riwayat pengangkatan rahim
b. Riwayat radioterapi
c. Menderita penyakit endokrin lain
d. Tidak bersedia menjadi responden
D. Besar Sampel
Penelitian ini menggunakan analisis multivariat untuk mengontrol
pengaruh faktor perancu (confounding factor) yang dapat menurunkan
validitas penelitian. Rasio yang dianjurkan antara ukuran sampel dan jumlah
variabel independen (Murti, 2010):
n= 15 hingga 20 subjek per variabel independen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu DM tipe 1 dan
variabel perancu yaitu kontrasepsi hormonal. Untuk meningkatkan efisiensi
penelitian maka digunakan rasio subjek terpapar : subjek tidak terpapar = 1 :
2 (Murti, 2010). Dengan demikian sampel yang dibutuhkan untuk penelitian
ini sebesar 45 subjek yang terdiri dari 15 orang DM tipe 1 dan 30 orang non
DM.
E. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
fixed exposure sampling. Fixed exposure sampling merupakan skema
pencuplikan yang dimulai dengan memilih sampel berdasarkan status paparan
subjek, yaitu terpapar atau tidak terpapar oleh faktor yang diduga
mempengaruhi terjadinya penyakit, sedang status penyakit subjek bervariasi
mengikuti status paparan subjek. Fixed exposure sampling memastikan
jumlah subjek penelitian cukup dalam kelompok terpapar dan tidak terpapar,
sehingga merupakan keuntungan bagi peneliti ketika prevalensi paparan
faktor yang diteliti rendah atau langka (Murti, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
F. Rancangan Penelitian
Paparan Outcome
G.
G. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas: Status diabetes melitus tipe 1
2. Variabel terikat: Usia awal menopause
3. Variabel perancu : Kontrasepsi hormonal
4. Variabel luar:
a.Terkendali: riwayat histerektomi, riwayat radioterapi, penyakit endokrin
lain
Kriteria inklusi
DM tipe 1
Non DM
Usia awal menopause
quesioner
Populasi target: wanita menopause
berobat jalan ke poliklinik penyakit
dalam RSUD Wahidin Sudiro
Husodo Kriteria eksklusi
quesioner
Analisis Regresi linier
berganda
Usia awal menopause
Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonl
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b.Tak terkendali: Genetik, merokok, pernikahan, usia menarche dan usia
melahirkan
H. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas ( Status DM tipe 1)
Adalah ada tidaknya penyakit DM tipe 1 pada subjek penelitian. DM tipe
1 adalah salah satu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena pankreas tidak mampu memproduksi insulin (Greene,
2010).
Alat pengukuran: rekam medis yang dikonfirmasi dengan dokter yang
merawat
Skala pengukuran: nominal
2. Variabel Terikat (Usia awal menopause)
Adalah usia saat terjadinya menopause pada subjek penelitian. Diagnosis
menopause ditegakkan dengan hilangnya siklus seks akibat ovarium
responsif terhadap stimulasi gonadotropin yang ditandai dengan tidak
terjadinya menstruasi (amenorea) setelah 12 bulan tanpa ada penyebab
penyakit patologis yang lain (Nelson, 2008).
Alat pengukuran: kuesioner
Skala pengukuran: rasio
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
3. Variabel Perancu (Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal)
Adalah ada tidaknya penggunaan kontrasepsi hormonal pada subjek
penelitian. Kontrasepsi hormonal adalah alat kontrasepsi yang bertujuan
untuk mecegah kehamilan dengan menggunakan preparat yang
mengandung estrogen dan progesteron (Prawirohardjo, 2007). Riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal dikendalikan pada saat analisis data.
Alat pengukuran: kuesioner
Skala pengukuran: nominal
I. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner dan rekam medis pasien.
J. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Pembuatan proposal, seminar dan ujian.
b. Pelatihan cara pelaksanaan, pengukuran atau pengumpulan data dengan
kuesioner.
c. Ijin untuk melihat rekam media pasien dan berlatih mengenali format rekam
medis yang digunakan poliklinik penyakit dalam RSUD Dr. Wahidin
Sudiro Husodo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pemilihan subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi maupun
eksklusi di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.
b. Eksplorasi dan validasi status subjek penelitian terhadap paparan (ada
tidaknya DM tipe 1) melalui rekam medis dan konfirmasi dengan dokter
yang merawat.
c. Subjek penelitian yang dipilih kemudian diberikan kuesioner untuk
mendapatkan data penelitian.
3. Tahap Penulisan
Dilakukan setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis data.
K. Jenis Analisis Data
Data ditabulasikan dalam bentuk tabel dan grafis. Data selanjutnya
dianalisis secara statistik dengan program SPSS versi 17.0 menggunakan
model analisis regresi linier berganda dengan batas kemaknaan α= 0,05 untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara DM tipe 1 dengan usia awal
menopause dengan memperhitungkan variabel perancu yakni penggunaan
kontrasepsi hormonal.
Persamaan model analisis regresi linier berganda:
y = a + b1x1 + b2x2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Keterangan:
y = variabel respon (variabel dependen) yaitu variabel tidak bebas dalam arti
merupakan hasil dari pengaruh sebuah atau sejumlah variabel bebas.
Dalam analisis regresi linier berganda, variabel y diukur dalam skala
kontinu (usia awal menopause diukur dalam tahun).
x = variabel prediktor (variabel independen) yaitu variabel bebas yang berada
pada posisi sebagai prediktor terjadinya variabel y. Secara klasik variabel
x diukur dalam kontinu, tetapi secara praktis bisa diterapkan pada semua
jenis variabel.
x1 = status DM ( DM tipe 1 diberi skor 1 dan non DM diberi skor 0)
x2 = riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal (memiliki riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal diberi skor 1 dan tidak memiliki
riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal diberi skor 0)
b = koefisien regresi adalah perkiraan besarnya rata-rata perubahan yang
dialami variabel y untuk setiap unit perubahan variabel x. Besarnya
koefisien regresi ini mencerminkan besarnya pengaruh (efek) dari
variabel x yang bersangkutan terhadap terjadinya variabel y.
b1 = koefisien regresi status DM tipe 1
b2 = koefisien regresi riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal
a = konstan adalah perkiraan besarnya rata-rata variabel y ketika nilai variabel
xi = 0. Dengan kata lain, meskipun tanpa pengaruh suatu variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
independen, variabel y sudah memiliki suatu nilai tertentu yang konstan
sifatnya.
Sehingga persamaan regresinya menjadi:
Adapun prosedur formal dari model analisis regresi linier berganda ini
meliputi tiga tahapan (Murti, 1997), yaitu:
1. Melakukan penyaringan awal terhadap variabel-variabel penting dengan
menggunakan analisis univariat
2. Memasukkan dan/ atau mengeluarkan variabel-variabel dalam model
multivarat (dalam analisis ini digunakan metode enter, di mana variabel-
variabel independen dimasukkan dalam model regresi secara serentak)
3. Memeriksa kemungkinan interaksi variabel-variabel dalam model.
Analisis regresi linier ganda ini merupakan alat statistik yang sangat
kuat untuk menganalisis hubungan antara paparan (DM tipe 1) dan efek (usia
awal menopause), dengan mengendalikan secara simultan pengaruh sejumlah
faktor perancu potensial (kontrasepsi hormonal). Dengan menggunakan
analisis regresi linier berganda diharapkan penelitian akan lebih valid karena
telah mengendalikan variabel luar/ perancu (Murti, 2010).
Usia awal menopause = a + b1 (DM tipe 1) + b2 (kontrasepsi hormonal)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Sampel Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto dalam kurun waktu bulan Juni sampai
bulan Juli 2011. Sampel penelitian berjumlah 45 subjek yang terdiri dari 15
orang DM tipe 1 dan 30 orang non DM. Hasil penelitian yang diperoleh
melalui kuesioner yang dipandu dengan wawancara adalah sebagai berikut:
1. Usia dan usia awal menopause
Pada penelitian ini, data deskriptif usia dan usia awal menopause pada
sampel disajikan dalam Tabel 4.1
Tabel 4.1 Nilai Rentang, Rerata dan Simpangan Baku pada Variabel Usia
dan Usia Awal menopause
N Rentang Rerata Simpangan Baku
Usia awal menopause 45 45-55 50.1 2.21
Usia sampel 45 45-71 55.8 5.43
(Data Primer, 2011)
Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik usia subjek penelitian. Rerata
usia sampel adalah 55 tahun, dengan usia termuda 45 tahun dan usia tertua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
71 tahun. Rerata usia awal menopause pada sampel adalah 50 tahun
dengan usia menopause termuda pada usia 45 tahun dan usia menopause
tertua usia 55 tahun.
2. Diabetes melitus tipe 1
Proporsi DM tipe 1 dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar 4.1
Gambar 4.1 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Status Diabetes
Melitus Tipe 1
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa proporsi DM tipe 1 mencapai
sepertiga jumlah sampel penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3. Kontrasepsi hormonal
Dari hasil penelitian didapatkan proporsi riwayat pemakaian kontrasepsi
hormonal sebagai berikut:
Gambar 4.2 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Riwayat
Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
Dari Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa proporsi sampel dengan
riwayat pemakaian KB hormonal lebih besar dibandingkan proporsi
sampel tanpa riwayat KB hormonal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
4. Usia awal menopause menurut status DM tipe 1 dan pemakaian
kontrasepsi hormonal
Data deskriptif usia awal menopause menurut status DM tipe 1 dan
pemakaian kontrasepsi hormonal dirangkum dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rerata Usia Awal Menopause menurut Status DM tipe 1 dan
Pemakaian Kontrasepsi hormonal
Status DM Kontrasepsi Jumah Rerata usia menopause (tahun)
Non DM Non KB hormonal 14 49.7 ± 1.6
KB hormonal 16 51.6 ± 2.0
Total 30 50.7 ± 2.1
DM tipe 1 Non KB hormonal 6 48.2 ± 2.1
KB hormonal 9 49.1 ± 1.8
Total 15 50.1 ± 2.2
( Data Primer, 2011)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 30 orang sampel yang
tidak menderita DM, sebanyak 14 orang tidak menggunakan KB hormonal
dan memiliki rerata usia awal menopause 49.7 tahun. Rerata usia awal
menopause sampel yang tidak menderita DM namun menggunakan KB
hormonal (n = 16) adalah 51.6 tahun.
Dari 15 orang sampel yang menderita DM tipe 1, sebanyak 6 orang
tidak menggunakan KB hormonal dan memiliki rerata usia awal menopause
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
48.2 tahun. Penderita DM tipe 1 yang menggunakan KB hormonal (n = 9)
memiliki rerata usia awal menopause 49.1 tahun. Secara keseluruhan, terdapat
20 orang dari sampel yang tidak menggunakan KB hormonal dengan rerata
usia awal menopause 49.2 tahun. Sedangkan 25 orang dari sampel yang
menggunakan KB hormonal memiliki rerata usia awal menopause 50.7 tahun.
B. Uji Asumsi Analisis Regresi Linier
Untuk menguji hipotesis, digunakan analisis statistik dengan regresi
linier berganda. Hasil analisis regresi tersebut dapat dilakukan apabila data
variabel dependen memenuhi syarat yaitu berdistribusi normal.
Usia awal menopause sebagai variabel dependen, harus diuji
normalitasnya secara deskriptif maupun analitik. Secara deskriptif, digunakan
grafik histogram normalitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Gambar 4.3 Histogram Normalitas Variabel Dependen (Usia Awal
Menopause)
Pada gambar di atas, histogram mengikuti bentuk lonceng sehingga
dapat dikatakan bahwa data variabel mempunyai distribusi normal.
Secara analitik, dapat dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
memeriksa normalitas variabel usia awal menopause. Apabila p>0.05 berarti
data usia awal menopause mempunyai distribusi normal sehingga dapat
dilakukan regresi linier. Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan nilai
p = 0.220. Hal ini menunjukkan bahwa data usia awal menopause yang
diperoleh berdistribusi normal sehingga dapat dilakukan uji hipotesis
menggunakan regresi linier berganda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
C. Analisis Regresi Linier Univariat
Hasil analisis regresi linier univariat adalah sebagai berikut:
1. Hubungan antara usia awal menopause dengan diabetes melitus tipe1
Tabel 4.3 Hasil Uji Regresi Linier Univariat antara Variabel Usia Awal
Menopause dan Diabetes Melitus Tipe 1
Variabel b p Interval kepercayaan 95%
Diabetes melitus tipe1 -2.1 0.001 -3.3, -0.9
(Data Primer, 2011)
Dari Tabel 4.3 didapatkan nilai p hubungan antara variabel usia
awal menopause dengan penyakit diabetes melitus tipe 1 sebesar 0.001.
Angka tersebut lebih kecil dari 0.05 sehingga variabel DM tipe 1 dapat
dimasukkan ke dalam model regresi linier berganda.
2. Hubungan antara usia awal menopause dengan kontrasepsi hormonal
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Linier Univariat antara Variabel Usia Awal
Menopause dan Kontrasepsi Hormonal
Variabel b p Interval kepercayaan 95%
Kontrasepsi hormonal 1.6 0.007 0.5, 2.7
(Data Primer, 2011)
Dari Tabel 4.4 diperoleh nilai p hubungan antara variabel usia awal
menopause dengan penggunaan kontrasepsi hormonal sebesar 0.007.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Angka tersebut lebih kecil dari 0.05 sehingga variabel kontrasepsi
hormonal dapat dimasukkan ke dalam model regresi linier berganda.
D. Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini maka digunakan analisis
regresi linier berganda dengan batas kemaknaan α = 0.05. Hasil analisis
tersebut disajikan dalam Tabel 4.5 :
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda antara Variabel Usia Awal
Menopause dengan Diabetes Melitus Tipe 1 dan Kontrasepsi
Hormonal
Variabel b p Interval Kepercayaan 95%
Diabetes melitus tipe1 -2.1 0.001 -3.3, -0.9
Kontrasepsi hormonal
Konstanta
1.6
49.9
0.007
0.000
0.5, 2.7
48.9, 50.8
( Data Primer, 2011)
Dari Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik antara usia awal menopause dengan diabetes melitus
tipe 1 (p = 0.001) dan penggunaan kontrasepsi hormonal (p = 0.007).
Secara matematis, analisis regresi linier berganda menghasilkan
persamaan sebagai berikut:
y = a + b1x1 + b2x2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Sehingga model regresi yang terbentuk dari hasil analisis data penelitian ini
adalah :
Usia awal menopause = 49.9 – (2.1 x diabetes melitus tipe 1) + (1.6 x
kontrasepsi hormonal)
Dari persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa rerata usia awal
menopause adalah 49.9 tahun jika wanita tersebut tidak menderita DM tipe I
dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Nilai b sebesar -2.1 untuk
variabel DM tipe 1 mengindikasikan bahwa jika diketahui seseorang wanita
menderita DM tipe I dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, maka usia
awal menopause diperkirakan terjadi lebih cepat dua tahun yaitu pada usia
sekitar 47.8 tahun. Penggunaan KB hormonal ternyata juga berpengaruh
secara signifikan terhadap usia awal menopause. Secara matematis, nilai b
sebesar 1.6 untuk variabel kontrasepsi hormonal mengindikasikan bahwa usia
awal menopause pada wanita pengguna KB hormonal yang tidak menderita
DM tipe 1 akan terjadi lebih lambat satu tahun yaitu pada usia sekitar 51.5
tahun.
Variabel diabetes melitus tipe 1 merupakan faktor yang lebih kuat
hubungannya dengan usia awal menopause, sebagaimana ditunjukkan dengan
nilai koefisien regresi (b) yang lebih besar dibanding dengan koefisien regresi
variabel kontrasepsi hormonal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Nilai Adjusted R2 = 28.5% dari model analisis regresi linier berganda
yang dihasilkan (Lampiran 5) mengindikasikan bahwa variabel DM tipe 1 dan
penggunaan kontrasepsi hormonal mempunyai kontribusi sebesar 28.5%
untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan usia awal
menopause, sedangkan 71.5% sisanya, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
ikut diteliti
E. Multikoliniaritas
Uji multikolinaritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel indepeden. Dalam model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Dalam penelitian ini, uji multikoliniaritas digunakan untuk
menguji apakah terdapat hubungan antara status diabetes melitus dengan
riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal. Hasil uji multikoliniaritas
dirangkum dalam Tabel 4.6:
Tabel 4.6 Rangkuman Uji Multikoliniaritas antara Variabel Status Diabetes
Melitus Tipe 1 dan Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
Variabel Toleransi VIF
Diabetes Melitus Tipe 1 0.996 1.004
Kontrasepsi Hormonal 0.996 1.004
( Data Primer, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Uji Multikolinaritas dilakukan dengan melihat nilai toleransi dan
Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan
SPSS 17.0. Multikolinieritas terjadi jika toleransi < 0.1 dan VIF >10. Dari
Tabel 4.6 di atas tampak bahwa kedua variabel mempunyai nilai toleransi >
0.1 dan VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinaritas atau tidak terdapat korelasi antara variabel diabetes melitus
tipe 1 dan penggunaan kontrasepsi hormonal.
F. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukkan skedastis data berubah seiring
berubahnya nilai variabel dependen (usia awal menopause). Sedangkan
homoskedastisitas menunjukkan skedastis yang lebih stabil terhadap
perubahan nilai variabel dependennya. Dalam model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas
dirangkum dalam Tabel 4.7:
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Heteroskedastistas
Variabel p
Regresi 0.638
Residual
(Data Primer, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Dari Tabel 4.7 diketahui bahwa p = 0.638 > 0.05 maka dapat
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi linier
berganda yang dihasilkan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB V
PEMBAHASAN
Menopause yang terjadi pada wanita dipengaruhi oleh berbagai macam
hal, salah satunya adalah penyakit diabetes melitus tipe 1 dan penggunaan
kontrasepsi hormonal. Penelitian yang dilaksanakan di RSUD Dr. Wahidin Sudiro
Husodo Mojokerto ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penyakit diabetes
melitus tipe 1 dengan usia awal menopause, dengan mempertimbangkan pengaruh
riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal. Penelitian ini menggunakan sampel
berjumlah 45 subjek yang terdiri dari 15 wanita yang menderita diabetes melitus
tipe 1 dan 30 wanita yang tidak menderita diabetes melitus. Teknik wawancara
dan pemberian kuesioner pada sampel yang telah dikonfirmasi dengan keterangan
dokter yang merawat dan rekam medis digunakan untuk mendapatkan data yang
diperlukan. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel yang diteliti.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, diperoleh hubungan
yang signifikan antara penyakit diabetes melitus tipe 1 dan kontrasepsi hormonal
dengan usia awal seorang wanita dalam memasuki menopause. Dari model regresi
linier yang diperoleh dapat diketahui bahwa dibandingkan wanita yang tidak
menderita penyakit DM, wanita yang menderita penyakit DM tipe 1 akan
mengalami menopause lebih cepat 2.1 tahun secara signifikan ( b = -2.1, p =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
0.001, IK 95% = -3.3, -0.9). Hasil penelitian ini didukung oleh Prawirohardjo
(2009) yang menyebutkan bahwa defisiensi insulin absolut yang terjadi pada DM
tipe 1 mempengaruhi hipofisis, sehingga menyebabkan penurunan sekresi FSH
dan LH oleh hiposisis. Penurunan sekresi FSH dan LH menyebabkan penurunan
pematangan folikel, kegagalan ovulasi, tidak terbentuknya korpus luteum dan
juga menyebabkan penurunan stereidogenesis oleh sel granulosa dan sel teka
ovarium sehingga akan diikuti penurunan hormon estrogen dan progesteron yang
akan menimbulkan gejala menopause dan mempengaruhi onset usia awal
menopause.
Kerusakan sel beta pankreas pada DM tipe 1 ini menyebabkan defisiensi
insulin absolut yang secara tidak langsung mempengaruhi produksi hormon
estrogen dan progesteron oleh ovarium. Saat terjadi penurunan produksi hormon
estrogen dan progesteron, siklus menstruasi tidak dapat dipertahankan sehingga
menyebabkan terjadinya menopause (Spencer, 2007). Hal ini menyebabkan
wanita yang menderita penyakit DM tipe 1 akan lebih cepat memasuki
menopause dibanding wanita yang tidak menderita DM tipe 1. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa wanita tanpa DM akan mengalami
menopause pada usia sekitar 49.9 tahun sedangkan pada wanita dengan DM tipe
1 akan mengalami menopause pada usia sekitar 47.8 tahun.
Penggunaan kontrasepsi hormonal ternyata juga memiliki hubungan
dengan usia awal menopause. Dalam penelitian ini 55.56% sampel menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
KB hormonal dan 44.44% tidak menggunakan KB hormonal (Gambar 4.2). Dari
analisis regresi linier berganda didapatkan bahwa wanita yang menggunakan
kontrasepsi hormonal akan memasuki menopause lebih lambat 1.6 tahun secara
signifikan (b = 1.6, p = 0.007, IK 95% = 0.5, 2.7 ) jika dibandingkan dengan
wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian ini
didukung oleh Kasdu (2002), yang menyatakan bahwa wanita yang
menggunakan kontrasepsi jenis hormonal akan lebih lambat memasuki masa
menopause karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur
sehingga tidak memproduksi sel telur. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal akan mengalami
menopause pada usia sekitar 49.9 tahun sedangkan pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi hormonal akan mengalami menopause pada usia
sekitar 51.5 tahun.
Pada penelitian ini didapatkan hasil yang sedikit berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dorman (2001) dan Harris (2008). Dorman
(2001) melaporkan bahwa wanita dengan DM tipe 1 akan mengalami menopause
yang lebih cepat dan mengurangi 6 tahun usia reproduktifnya. Harris (2008)
melaporkan bahwa wanita dengan DM tipe 1 akan mengalami menopause pada
usia 8 tahun lebih muda dibandingkan dengan wanita non DM. Sedangkan pada
penelitian ini wanita dengan DM tipe 1 akan mengalami menopause pada usia 2
tahun lebih muda dibandingkan dengan wanita non DM, sehingga terdapat pula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
pebedaan dalam penggolongan usia awal menopause. Dari penelitian ini, wanita
dengan DM tipe 1 tergolong dalam menopause normal karena terjadi pada usia
sekitar 47.8 tahun sedangkan menurut Harris (2008) wanita dengan DM tipe 1
kemungkinan menopause akan terjadi sekitar usia 42 tahun dan tergolong dalam
menopause cepat. Perbedaan hasil ini mungkin dikarenakan perbedaan ras pada
sampel, faktor genetik, jumlah sampel yang minimal dan teknik pemilihan
sampel yang non random.
Dari dua variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini yaitu penyakit
DM tipe 1 dan penggunaan kontrasepsi hormonal, diketahui bahwa variabel DM
tipe 1 merupakan faktor yang lebih kuat hubungannya dengan usia awal
menopause karena DM tipe 1 (b = 2.1) memiliki angka koefisien regresi yang
lebih tinggi daripada kontrasepsi hormonal (b= 1.6) dalam analisis regresi linier
berganda. Menurut Dorman (2001) diabetes melitus tipe 1 merupakan faktor
penting dalam perubahan usia menopause dan melaporkan bahwa wanita dengan
DM tipe 1 akan mengalami menopause yang lebih cepat dan mengurangi 6 tahun
usia reproduktifnya. Dorman (2001) juga melaporkan bahwa wanita dengan DM
tipe 1 akan memasuki usia awal haid (menarche) lebih lambat dan mengalami
ketidakteraturan siklus haid sampai usia menjelang 30 tahun.
Nilai Adjusted R2 sebesar 28.5% dari model analisis regresi linier
berganda yang dihasilkan (Lampiran 5) mengindikasikan bahwa variabel DM
tipe 1 dan penggunaan kontrasepsi hormonal mempunyai kontribusi sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
28.5% untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan usia awal
menopause, sedangkan 71.5% sisanya, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
ikut diteliti. Variabel lain yang mungkin juga mempengaruhi usia awal
menopause adalah usia menarche, merokok, terapi radiasi, faktor keturunan dan
histerektomi. Dengan turut serta menganalisis variabel tersebut dimungkinkan
akan lebih dapat memprediksi usia awal menopause yeng akan dialami oleh
wanita.
Menjelang usia menopause, wanita akan mempersiapkan diri dalam
mengahadapi menopause serta konsekuensi fisik psikologis yang akan terjadi
saat premenopause dan postmenopuase. Konsekuensi fisik dan psikologis pada
saat premenopase antara lain gangguan saat tidur, kehilangan gairah seksual,
stres inkontinensia urin, keluhan somatik, dan gangguan psikogenik (NIH, 2005),
mudah lelah, iritabilitas, susah tidur (insomnia), palpitasi, ingatan menurun, sulit
berkonsentrasi, perubahan mood, dan depresi (Spencer, 2007). Sedangkan setelah
menopause atau saat masa postmenopause wanita akan mengalami peningkatan
risiko penyakit-penyakit degeneratif seperti hiperlipidemia, penyakit jantung,
osteoporosis, diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular. Dengan mengetahui
kemungkinan onset menopause lebih cepat atau bahkan lebih lambat pada wanita
setelah mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi usia awal
menopause maka diharapkan wanita akan lebih siap dalam menghadapinya dan
dapat lebih menurunkan risiko penyakit-penyakit yang dapat terjadi setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
menopause. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan terapi sulih
hormon (Spencer, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat diambil
simpulan sebagai berikut :
1. Usia awal menopause pada wanita yang menderita diabetes melitus tipe 1
diperkirakan terjadi lebih awal yakni pada usia 47.8 tahun.
2. Usia awal menopause pada wanita yang memiliki riwayat penggunaan
kontrasepsi hormonal diperkirakan terjadi lebih lambat yakni pada usia 51.5
tahun.
3. Terdapat hubungan antara penyakit diabetes melitus tipe 1 dengan usia awal
menopause. Wanita yang menderita diabetes melitus tipe 1 akan memasuki
usia menopause 2.1 tahun lebih cepat yang signifikan secara statistik.
4. Terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia awal
menopause. Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal akan memasuki
usia menopause 1.6 tahun lebih lambat yang signifikan secara statistik.
5. Diabetes melitus tipe 1 merupakan faktor yang mempunyai hubungan lebih
kuat dengan usia awal menopause dibandingkan dengan penggunaan
kontrasepsi hormonal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
B. Saran
Dengan mempertimbangkan hasil penelitian, penulis memberikan saran
sebagai berikut :
1. Diperlukan penelitian lanjutan dengan menambahkan variabel lain yang
diperkirakan juga mempengaruhi usia awal menopause (seperti kebiasaan
merokok dan usia menarche) dengan konsekuensi berupa penambahan jumlah
sampel.
2. Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk memberikan edukasi bagi wanita
dengan DM tipe 1 sebagai upaya promotif-preventif terhadap konsekuensi fisik
psikologis dari menopause yang dapat terjadi lebih awal.
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. American Diabetes Association. 31: 555-560.
Bare and Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. EGC: Jakarta.
Baziad, A. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Darmono. 2007. Pola Hidup Sehat Penderita Diabetes Mellitus. Naskah Lengkap Diabetes Mellitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit dalam rangka Purna Tugas Prof Dr. dr. RJ Djokomoeljanto. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. pp: 15-30.
Dorman, S. J., Steenkiste, R, A., Foley, P. Thomas. 2001. Menopause in Type 1 Diabetic Women Is It Premature. American Diabetes Association. 50: 1857-1862.
FK UI. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I. Jakarta: Media Aeculapius.
Greene. 2010. Diabetes Type 1. http://adam.about.com/reports/Diabetes-type-1.htm#adamHeading_7 (14 Februari 2011).
Gultom, B. 2003. Pemberian terapi sulih hormon pada wanita menopause. Musyawarah Obstetri Ginekolog Indonesia. pp: 152-157.
Gustaviani, R. 2007. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan FK UI. pp: 1857-1859.
Guyton, A. C., John E. H., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa: Irawati et al. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. pp: 1076.
Harris, D. 2008. Normal Physiology. Guide Work Copy CS3. http://www.menopause.org/edumaterials/studyguide/B.pdf (14 Februari 2011).