Page 1
i
SKRIPSI
EFEKTIVITAS KEGIATAN MOZAIK DAN BERMAIN PLAYDOUGH
TERHADAP PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS
ANAK PRA SEKOLAH USIA 3-4 TAHUN DI KB PERMATA HATI
DESA JOGODAYUH
OLEH
YESY NUR ‘AZIZAH
NIM : 201502078
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
Page 2
ii
SKRIPSI
EFEKTIVITAS KEGIATAN MOZAIK DAN BERMAIN PLAYDOUGH
TERHADAP PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS
ANAK PRA SEKOLAH USIA 3-4 TAHUN DI KB PERMATA HATI
DESA JOGODAYUH
Diajukan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) Pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
OLEH
YESY NUR ‘AZIZAH
NIM : 201502078
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
Page 3
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui
oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti ujian sidang
SKRIPSI
EFEKTIFITAS KEGIATAN MOZAIK DAN BERMAIN PLAYDOUGH
TERHADAP PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS
ANAK PRASEKOLAHUSIA 3-4 TAHUN DI KB PERMATA HATI
DESA JOGODAYUH
Menyetujui,
Pembimbing 1
(Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns.,M.Kes)
NIS.20170139
Menyetujui,
Pembimbing 2
(Priyoto, S.Kep.,Ns., M.Kes )
Nis.2015115
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan
(Mega Arianti Putri, S Kep, Ns, M.Kep)
NIS.20130092
Page 4
iv
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) dan
Dinyatakan
telah memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar (S.Kep)
Pada tanggal 16 Juli 2019
Dewan Penguji
1. Dian Anisia, S.Kep. Ns., M.Kep :
( Ketua Dewan Penguji )
……………………………………
2. Asrina Pitayanti S.Kep Ns., M.Kes :
( Dewan Penguji 1 )
….………………………………….
3. Priyoto S.Kep. Ns, M.Kes.,:
(Dewan Penguji 2 )
....…………………………………
Mengesahkan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S.KM, M.Kes (Epid)
NIS.20160130
Page 5
v
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Yesy Nur „Azizah
NIM : 201502078
Dengan ini menyatakan bahwa proposal ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri
dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh
gelar (Sarjana) di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbit baik yang sudah mau belum/ tidak
dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.
Madiun, 8 Juli 2018
Yesy Nur „Azizah
201502078
Page 6
vi
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.
Taburan kasih sayangmu telah memberiku kekuatan. Atas karunia yang kau
berikan akhirnya skripsi sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan
salam selalu terlimpahkan kehariban Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan segenap rasa cinta dan kasih, ku persembahkan karya kecil ini untuk orang-
orang terkasih…
IBU dan BAPAK Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga saya dapat
persembahkan karya kecil ini untuk ibu dan bapak yang telah memberikan kasih dan
sayang, dukungan serta cinta kasih yang diberikan yang tak terhingga yang tidak
mungkin terbalas dengan selembar kata cinta dan persembahan ini. Semoga ini
menjadi langkah awal untuk membuat IBU dan BAPAK bahagia amin yarobbal
alamin,,,
Kakak dan Adik Ku Tersayang
Untuk kakak dan Adikku, Tiada yang paling menyenangkan saat kumpul akur
bersama,walaupun sering bertengkar, tapi hal itu slalu memberikan warna yang nggak
akan bisa digantikan dengan apapun. Terimakasih dukungannya
Sahabat Ku…
Dhea, Siti, Fitri (TB), Marlina dan Inaha terimaksih sudah menjadi sahabat terbaikku
selama ini, terimaksih atas dukungan, motovasi dan bantuanya selama ini sehingga
saya dapat menyelesaikan menyelasikan skripsi ini…
Untuk Teman-Temanku…..
Untuk semua teman-temanku yang tidak biasa aku sebutkan satu persatu namanya
terima kasih, selama ini sudah menjadi teman yang baik
Page 7
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yesy Nur „Azizah
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Madiun, 24 Agustus 1996
Agama : Islam
Alamat : Desa jogodayuh RT.4 RW.1 Kec. Geger Kab.
Madiun
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus dari TK Desa Jogodayuh pada tahun 2003
2. Lulus dari SDN Jogodayuh 01 pada tahun 2009
3. Lulus dari SMP Negeri 1 Geger 2012
4. Lulus dari MAN 2 MADIUN Pada tahun 2015
5. Sekolah tinggi ilmu Kesehatan Bhakti Husada
Mulia Madiun 2015-sekarang
Page 8
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmad, karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang Judul “Efektivitas Kegiatan Mozaik Dan Bermian
Playdough Terhadap Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah
Usia 3-4 Tahun Di KB Permata Hati Desa Jogodayuh‟‟.Skripsi ini disusun
sebagai salah satu persayartan untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di
Program Studi Ilmu Keperwatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada
Mulia Madiun.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam kegitan penyusunan
skripsi tidak akan terlaksana sebagamaimana yang diharapkan tanpa adanya
bantuan dari Pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan
motivasi pada penulis untuk itu, dalam kesempatan ini penulis inggin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Elmi Muawaruh SPd.i dan Laila Ulfa Salam sebagai Pengelola KB
Permata Hati Desa Jogodayuh yang telah memberikan ijin untuk
terlaksananya pengumpulan data hingga selesai.
2. Zaenal Abidin., SKM., M.Kes (Epid) Selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
3. Mega Arianti Putri., S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kaprodi Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Page 9
ix
4. Dian Anisia Widianingrum., S.Kep., Ns.M.Kep selaku dewan penguji
dalam menyusun skripsi ini.
5. Asrina Pitayanti., S.Kep., Ns., M.Kes sebagai pembimbing 1 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan dukungan, saran,
arahan, dan motivasi selama menyusun skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan.
6. Priyoto., S.Kep., Ns., M.Kes sebagai pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktu memberikan bimbingan, pengarahan, saran dan
motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
7. Kepada kedua orang tua saya dan keluarga tercinta yang yang selalu
memberikan doa yang tulus, dukungan dan semangat sehingga saya dapat
menyelesaikanskripsi ini.
8. Teman-temanku yang telah memberikan dorongan dan bantuan berupa
apapun dalam menyusun skripsi ini.
Penulis Menyadari karena keterbatasaan pengetahuan dan
kemampuan penyusun proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh,
karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Madiun, Juli 2019
Madiun, 8 Juli 2019
Peneliti
Yesy Nur „Azizah
NIM.201502078
Page 10
x
ABSTRAK
Yesy Nur „Azizah
EFEKTIVITAS KEGIATAN MOZAIK DAN BERMAIN PLAYDOUGH
TERHADAP PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS
ANAK PRASEKOLAH USIA 3-4 TAHUN DI KB PERMATA HATI DESA
JOGODAYUH
Perkembangan motorik halus merupakan koordinasi halus yang melibatkan
otot-otot kecil yang dipengaruhi oleh matanya, fungsi motorik, fungsi visual dan
kemampuan intelektual. Stimulasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahuai perkembangan motorik halus menggunakkankegiatan mozaik dan
bermain playdough. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan
efektifitas kegiatan mozaik dan bermain playdough terhadap peningkatan
perkembangan motorik.
Penelitian ini merupakan Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan
penelitian Quarsi-Ekperimen.Desain penelitin ini adalah Two Groub Pra-Post
Test Design.Teknik sampling penelitian ini adalah Total Samping.Analisa data
penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui perkembangan
motorik halus sebelum dan sesudah diberikan kegiatan mozaik dan bermain
playdough. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan efektifitas kegiatan mozaik
dan bermain playdough terhadap peningkatan perkembangan motorik halus anak
usia 3-4 tahun menggunakan Uji Mann-Whitney.
Hasil Uji statsistik Mann Whitney didapatkan nilai p-Value (Asymp. Sig 2-
tailed) sebesar 0.546 (>0,05) sehingga disimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak
yang berarti tidak ada perbedaan efektifitas kegiatan mozaik dan bermain
playdoygh terdapat peningkatan perkembangan motorik halus anak prasekolah
usia 3-4 tahun di KB Permata Hati Desa Jogodayuh. Hasil penelitian ini
diketehaui bahwa kedua terapi ini terbukti sama-sama efektif dalam meningkatkan
perkembangan motorik halus.
Kegiatan mozaik lebih efektif dibandingkan dengan bermain playdough dalam
meningkatkan perkembangan motorik halus anak prasekolah.Peneliti
menyarankan agar pengelolakelompok bermain dapat melanjutkan kegiatan
mozaik untuk meningkatan perkembangan motorik.
Kata kunci: perkembangan motorik halus, mozaik, playdough, anak prasekolah
Page 11
xi
ABSTRACT
Yesy Nur „Azizah
THE ECTIVENESS OF MOSAIC ACTIVITIES AND PLAYING
PLAYDOUGH TO INCREASE THE DEVELOPMENT OF FINE MOTOR
PRESCHOOL CHILDREN AGED 3-4 YEARS IN KB PERMATA HATI
JOGODAYUH VILLAGE
Fine motor development is a subtle coordination involving small muscles
influenced by its eyes, motor function, visual function and intellectual ability.The
Stimulation used in this study to do the fine motor development mosaic activities
and playing play dough. The purpose of research is to know the effectiveness of
mosaic activities and playing play dough to increase motor development.
This research is a type of quantitative study with the research design of Quasi-
Ekperiment. This research designs is Two Group Pre-Post Test Design. The
sampling techniques for this reasarch isTotal sampling. Analysis of this study
used Wilcoxon on test the fine motor development before and after given mosaic
activities and playing Play dough. While to know the difference in the
effectiveness of mosaic activities and playing play dough to increase the fine
motor development of children aged 3-4 years using the Mann-Whitney Test.
The Mann Whitney's statistic test results obtained the value of P-Value (Asmp. Sig
2-tailed) amounted to 0546 (> 0.05) then H0 accepted and Ha rejected which
means there is no difference in the effectiveness of mosaic activities and playing
play dough to increase in fine motor development of preschoolers aged 3-4 years
in KB Permata Hati of Jogodayuh village. The results of this study were in the
case that both of these therapies are proven equally effective in improving fine
motor development.
Mosaic activities are more effective than playing play dough to improving the fine
motor development of preschoolers. Researchers suggest that group managers can
continue mosaic activities to improve motor development.
Keywords: fine motor development, mosaic, Play dough, preschoolers
Page 12
xii
DAFTAR ISI
Sampul Depan ..................................................................................................... i
Sampul Dalam .................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................ iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Lembar Pernyataan ......................................................................................... v
Persembahan ....................................................................................................... vi
Daftar Riwatyat Hidup ........................................................................................ vii
Kata Pengantar .................................................................................................... viii
Abstrak ............................................................................................................... x
Abstrac ............................................................................................................... xi
Daftar Isi.............................................................................................................. xii
Daftar Tabel ....................................................................................................... xv
Daftar Gambar ..................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ..................................................................................................xvii
Daftar Istilah........................................................................................................xvii
Daftar Singkatan..................................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 RumusanMasalah ............................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak usia prasekolah ......................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah .................................................... 8
2.1.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah ...................... 8
2.1.3 Faktor –faktor yang mempengarui perkembangan motorik
halus anak prasekolah .............................................................. 10
2.1.4 Tujuan dan Fungsi Perkembangan Motorik Halus .................. 12
2.2 Stimulasi Pada Anak Prasekolah Usia 3-4 Tahun .............................. 13
Page 13
xiii
2.2.1 Stimulasi Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah
Usia 3-4 Tahun ........................................................................ 13
2.3 Jenis stimulasi/Terapi Bermain .......................................................... 16
2.3.1 Kegiatan Mozaik ....................................................................... 16
2.3.2 Bermain Playdough .................................................................. 19
2.4 DDST II .............................................................................................. 22
2.4.1 Pengertian DDST II .................................................................. 22
2.4.2 Tujuan DDST II ........................................................................ 22
2.4.3 Manfaat DDST II ...................................................................... 23
2.4.4 Aspek yang dinilai ................................................................... 23
2.4.5 Menentukan umur Anak ........................................................... 24
2.4.6 Langkah-langkah pelaksanan menggunakan DDST II ............. 24
2.4.7 Penilaian komponen/scoring ..................................................... 26
2.4.8 Interpretasi Hasil Penilaian DDST II ........................................ 27
2.4.9 Kesimpulan Test DDST II ........................................................ 29
2.5 Konsep Teori Dorethea Orem ............................................................ 30
2.6 Aplikasi Teori Self Care Menurut Orem ........................................... 33
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual ......................................................................... 35
3.2 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 36
BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ................................................................................ 37
4.2 Populasi dan Sample .......................................................................... 38
4.2.1 Populasi .................................................................................... 38
4.2.2 Sample ..................................................................................... 38
4.3 Teknik Sampling ............................................................................... 38
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................ 40
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................... 41
4.5.1 Identifikasi Variabel ................................................................. 41
4.5.2 Definisi Operasional ............................................................... 41
4.6 Instrumen Penelitian .......................................................................... 43
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 44
4.8 Prosedur Pengumulan Data ................................................................ 44
4.9 Pengelolaan Data dan Analisa Data .................................................. 45
4.9.1 Pengelolaan Data ..................................................................... 45
4.9.2 Analisa Data ............................................................................. 48
4.10 Etika Penelitian ................................................................................. 49
BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
5. 1 Gambaran Lokasi Penilitian ............................................................... 52
5. 2 Hasil penelitian ................................................................................... 53
Page 14
xiv
5.2.1 Data Umum ............................................................................... 53
5.2.2 Data Khusus Responden .......................................................... 56
5. 3 Pembahasaan ..................................................................................... 60
5.3.1 Perbedaan perkembagan motorik halus sebelum dan sesudah
diberikan kegiatan mozaik, ....................................................... 60
5.3.2 Perbedaan perkembagan Motorik Halus sebelum dan sesudah
Bermain playdough .................................................................. 64
5.3.3 Analisa Perbedaan Efektivitas Kegiatan Mozaik Dan
Bermain Playdough Terhadap Peningkatan Perkembangan
Motorik Halus Anak ................................................................ 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 73
6.2 Saran ................................................................................................... 73
Daftar Pustaka .................................................................................................... 75
Lampiran ............................................................................................................. 79
Page 15
xv
DAFTAR TABEL
Nomer Judul Tabel Halaman
Tabel 3.1 SkemaPenelitian Two groub Pra-Post Test Design. ......................... 42
Tabel 4.1 Definisi Operasional tentang efektifitas kegiatan mozaik dan
bermain playdough terhadap peningkatan perkembangan motorik
halus anak prasekolah usia 3-4 tahun di KB Permata Hati Desa
Jogodayuh ........................................................................................ 45
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi Responden Kelompok Kegiatan Mozaik Dan
Kelompok bermain Playdough Berdasarkan Jenis Kelamin di KB
permata Hati Desa Jogodayuh Bulan Mei 2019 .............................. 53
Table 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di KB Permata Hati Desa
Jogodayuh Bulan Mei 2019. ............................................................ 54
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan lama sekolah di KB Permata
Hati Desa Jogodayuh Bulan Mei 2019. ........................................... 54
Table 5.4 Distribusi Orangtua Responden Berdasarkan Usia Di KB Permata
Hati Desa Jogodayuh ....................................................................... 54
Tabel 5.5 Distribusi Orang Tua Responden Berdasarkan Pekerjaan Di KB
Permata Hati Desa Jogodayuh Bulan Mei 2019 .............................. 55
Table 5.6 Distribusi Orang Tua Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir Di KB Permata Hati Desa Jogodayuh Bulan Mei 2019.... 55
Tabel5.7 AnalisaPerkembangan Motorik Halus Sebelum dan Sesudah
Diberikan Kegiatan MozaikDi KB Permata Hati Desa Jogodayuh
……………………………………………………………………. 56
Table 5.8 Analisa Rata-Rata Perkembagan Motorik Halus Anak Prasekolah
Sebelum Dan Sesudah Diberikan Kegiatan Mozaik Usia 3-4
Tahun Di KB Permata Hati Desa Jogodayuh .................................. 57
Tabel 5.9 AnalisaPerkembangan Motorik Halus Sebelum dan Sesudah
Dilakukan bermain playdough Di KB Permata Hati Desa Jogodayuh
……………………………………………………………………. 58
Table 5.10 Analisa Rata-Rata Perkembagan Motorik Halus Anak Prasekolah
Sebelum Dan Sesudah Diberikan bermain playdough Usia 3-4
Tahun Di KB Permata Hati Desa Jogodayuh .................................. 58
Table 5.11 Perbedaan Perkembangan Motorik Halus Sesudah Diberikan
Kegiatan Mozaik Dan Bermain Playdough Di KB Permata Hati Desa
Jogodayuh ………………………………………………..…… 59
Page 16
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomer Judul Tabel Halaman
Gambar 2.1 Model Teori Self Care Menurut Orem. ........................................... 31
Gambar 2.1 Kerangka Teori Self Care Menurut Orem ....................................... 33
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Efektifitas Kegiatan Mozaik Dan
Bermain Playdough Terhadap Peningkatan Perkembagnan
Motorik Halus Anak Prasekolah Usia 3-4 Tahun Di Kb Permata
Hati Desa Jogodayuh ..................................................................... 35
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Efektifitas Kegiatan Mozaik Dan
Bermain Playdough Terhadap Peningkatan Perkembagnan
Motorik Halus Anak Prasekolah Usia 3-4 Tahun Di Kb Permata
Hati Desa Jogodayuh ..................................................................... 40
Page 17
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Pencarian data Awal ........................................................ 80
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ......................................................................... 81
Lampiran 3 Surat Keterangan Menyelesaikan Penelitian ................................... 82
Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden ...................................... 83
Lampiran 5 Lembar Persetujuan (Inform Consent) ............................................ 84
Lampiran 6 Data Umum Responden ................................................................... 85
Lampiran 7 DDST II ........................................................................................... 87
Lampiran 8 Petunjuk DDST II ........................................................................... 88
Lampiran 9 SOP DDST II ................................................................................... 89
Lampiran 10 SOP Kegiatan Mozaik ................................................................... 91
Lampiran 11 SOPBermain Playdough ............................................................... 93
Lampiran 12 Tabulasi data perkembangan motorik Halus ................................ 95
Lampiran 13 Hasil pretest dan posttest DDST II ............................................... 96
Lampiran 14 Distribusi frekuensi Responden Kelempok Mozaik ...................... 97
Lampiran 15 Distribusi Frekuensi Responden Kelompok Playdough ................ 98
Lampiran 16 Data Khusu s responden responden kelompok kegiatan mozaik dan
bermain playdough ............................................................................................. 99
Lampiran 17 Data frekuensi orangtua responden kelompok kegiatan mozaik
………….. ........................................................................................................... 100
Lampiran 18 Data Frekuensi orangtua Responden Kelompok Playdough ........ 101
Lampiran 19 Hasil Uji Wilcoxon Kelompok Kegiatan Mozaik ......................... 102
Lampiran 20 Hasil Uji Wilcoxon Kelompok Playdough .................................. 103
Lampiran 21 Hasil Uji Mann Whityney ............................................................. 104
Lampiran 22 Jadwal Kegiatan Penelitian .......................................................... 105
Lampiran 23Dokumentasi ................................................................................. 106
Lampiran 24lembar Konsultasi ........................................................................... 107
Page 18
xviii
DAFTAR ISTILAH
Advence : Lebih
Anonym : Tanpa nama
benefits ratio : Resiko
Caution : Peringatan
Coding :Perubahan data dalam bentuk huruf menjadi angka
Confidentiality : Rahasia
Delayed : Keterlambatan
Data entri : Proses memasukan data dalam computer
Editing : Kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
Fail : Gagal
Feedback : Umpan Balik
Golden Age : Usia emas
No opportunity : Tidak ada kesempatan
Pass : Lulus
Refulsal : Menolak
Respect human dignity: Prinsip menghargai hak asasi manusia
Sampling : Cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel,agar memperoleh sampel yang bener-benar
sesuai dengan keselurahan subjek penelitian
Sampling Jenuh : Seluruh populasi dijadikan sampel
Skill : Kemampuan
Treatmen : Suatu proses menjadi lebih baik
Suspect : Dicurigai ada keterlambatan
Unstestable : Tidak dapat diuji
Variabel independen : Variabel bebas
Variabel dependen : Variabel terikat
Page 19
xix
DAFTAR SINGKATAN
DDST : Denver development screening test
Depkes RI : Departermen Kesehatan Republik Indonesia
Dinkes : Dinas Kesehatan
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IQ :Intelligence Quotient
KB : Kelompok Bermain
WHO :World Health Organitation
Page 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia prasekolah merupakan usia emas (golden age), sehingga penting bagi
anak untuk diberikan stimulasi dalam mengembangkan keterampilan yang
dimiliki anak (Syaiful, dkk 2012). Anak usia prasekolah yaitu antara 3 sampai 6
tahun dimana masa usia prasekolah merupakan masa kritis dalam pembentukan
sumber daya yang berkualitas. Pada masa ini anak juga sedang mengalami
perkembangan motorik (Kasenda dkk, 2015).Menurut Kementrian Kesehatan RI
(2016), perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta
sosialisasi dan kemandirian.
Diketahui bahwa anak memiliki beberapa aspek perkembangan yang harus
dikembangkan sejak dini, salah satunya adalah perkembangan fisik
motorik.Perkembangan fisik motorik dibagi menjadi dua meliputi motorik kasar
dan motorik halus.secara umum, aspek fisik motorik kasar akan berkembang lebih
dulu dibandingkan aspek motorik halus. Oleh karena itu diperlukan stimulasi agar
aspek motorik halus dapat berkembang secara seimbang sehinga anak tidak hanya
berkembang di gerakan otot besar tetapi gerakan otot kecil juga. Kesadaran ini
penting karena nantinya akan dibutuhkan oleh seorang anak dalam segi akademis.
Misalnya anak mampu menulis, menggunting, menarik garis dan menggambar
(Maghfuroh, 2017)
Page 21
2
WHO (World Health Organitation) melaporkan bahwa 5-25% dari anak-
anak usia prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan
perkembangan perkembangan motorik halus (Sulis, 2015). Menurut Depkes RI
(2012) dalam chollies (2016), melaporkan bahwa 0,4 juta (16%) balita Indonesia
mengalami gangguan perkembangan, baik gangguan motorik halus dan kasar,
perkembangan kreativitas, kecerdasaan kurang dan keterlambatan bicara.
Pemeriksaan deteksi tumbuh kembang di jawa timur pada tahun 2014 telah
dilakukan pada 2.321.542 anak balita dan prasekolah atau 63,48% dari 3.657.353
anak balita. Cangkupan tersebut menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar 64,03
dan masih dibawah target 80%, perlu inovasi untuk meningkatan cangkupan agar
dapat segara ditanggulangi apabila terjadi masalah atau keterlambatan tumbuh
kembang pada anak balita Dinkes Jatim (2014). Dalam jurnal metode bermain
puzzle berpengaruh pada perkembangan motorik halus anak usia prasekolah
(Maghfuroh, 2017), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur melakukan
pemeriksaan terhadap 2.634 anak dari usia 0-72 bulan. Dari hasil pemeriksaan
perkembangan ditemukan sebanyak 53% tidak normal, yaitu meragukan sebanyak
23%, penyimpangan perkembangan sebayak 30%.
Faktor motorik yang terhambat dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah
satunya adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri faktor genetik,
jenis kelamin, faktor kesehatan pada periode prenatal, premature, kelainan,
sedangkan untuk faktor eksternal salah satunya adalah kesehatan dan gizi,
stimulasi,perlindungan dan status ekonomi (Noviyanti, 2015). Keterlambatan
perkembangan motorik juga dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan dan
Page 22
3
stimulasi (Utami, 2015). Dampak motorik halus yang terhambat dapat
mengakibatkan perkembangan anak tersebut menjadi terhambat dan tidak sesuai
dengan usia, cenderung adanya gangguan pada system saraf dan serebal palsi.
Tumbuh kembang yang optimal dapat tercapai apabila ada interaksi antara anak
dan orang tua, terutama stimulasi sangat bermanfaat bagi proses perkembangan
anak secara keseluruhan (Utami, 2015). Menurut Depkes RI Untuk meningkatkan
perkembangan motorik halus anak, setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin
sedini mungkin dan terus menerus setiap ada kesempatan.Kurangnya stimulasi
dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak. Agar perkembangan
motorik berkembang, maka diperlukan adanya kegiatan belajar sambil bermain
dan bermain sambil belajar (Utami, 2015)
Sudah banyak penelitian untuk meningkatkan perkembangan motorik halus
salah satunya penelitan dari Meity Mulya Susanti dan Yulia Trianingsih yang
menyatakan bahwa perkembangan motorik halus pada anak usia dini sesudah
diberikan terapi bermain playdough di paud dahlia paling banyak sesuai umur
sebanyak 80% (12 responden) dan tidak sesuai sebesar 20% (3 responden). Pada
kondisi ini perkembangan motorik halus anak usia 2-3 tahun di paud dahlia sudah
mulai meningkat karena sudah diberikan perlakuan terapi bermain playdough
sehingga perkembangannya banyak normal. Perkembangan motorik halus anak
dapat dilatih dengan bermain edukatif seperti playdough. Penelitian lainnya yaitu
penelitian dari Lilis Maghfuroh dan Nurul K mengatakan bahwa keberhasilan
teknik mozaik pada anak pra sekolah sebagian besar menglami peningkatan dari
Page 23
4
awalnya sebelum diberi teknik mozaik hanya berjumlah 28 anak (63,6%)
sedangkan setelah diberi teknik mozoik jumlah berjumlah 37 anak (84,1%).
Bermain dengan playdough merupakan kegiatan yang sesuai bagi anak-anak
karena bersifat menyenangkan dan bahan yang elastis, mudah dibentuk dan aman
bagi anak-anak dalam permainan ini anak melakukan gerakan meremas, memilin,
mencetak dan juga membentuk sehingga dengan bermain playdough, anak dapat
mengasah kemapuan berfikir, anak dapat mengembangakan kempuan mimajinasi
dan kreatifitas karena permainan yang tanpa aturan. Melalui bermian playdough
jari-jari anak menjadi lentur, sehingga motorik halusnya semakin terlatih sesuai
tahap perkembangan (Susanti, 2015).Sedangkan untuk teknik mozaik sendiri
merupakan keterampilan yang mencakup pemanfaataan dengan media untuk
meningkatan kegitan motorik halus, yaiu mengguting, menempel dan
menggambar.Teknik mozaik pada anak- anak dimana anak-anak diberi keluasaan
untuk membentuk berbagai bentuk potongan geometri (Maghfuroh, 2017).Dengan
teknik–teknik yang dilakukan dalam mozaik, seperti mengelem dan menempel
dibutuhkan kemandirian anak dan kecermataannya dalam membuat mozaik.
Kemandirian dimana anak mampu melakukan melakukan dengan percaya diri dan
dalam prosesnya tidak sering membutuhkan bimbingan., dan kecermataan
merupakan ketetapan dalam membuat dan menempel bentuk (Maghfuroh, 2017)
Berdasarkan study pendahuluan yang di lakukan peneliti di KB Permata
Hati Desa Jogodayuh, dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
pengelola kelompok bermain (KB) permata hati terdapat 3 dari 7 siswa
Page 24
5
mengalami keterlambatan motorik halus, dari 7 siswa 4 siswa yang kemampuan
motorik halusnya bagus dan 3 siswa yang kemapuan matoriknya kurang, mereka
masih perlu bimbingan dalam hal menulis, memgambar, menempel gambar, dan
menyusun kubus.
Solusi untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak dapat
dilakukan dengan merancang strategi permainan yang menarik dan mengesankan
bagi anak, seperti bermain puzzle, origam, meronce, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan terapi bermain playdough dan kegitan mozaik untuk meningkatkan
perkembangan motorik halus.
Dengan melihat latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk untuk
melakukan penelitian tentang “Efektifitas Kegiatan Mozaik Dan Bermain
Playdough Terhadapat Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Di KB Permata
Hati Didesa Jogodayuh”.
1.2 Rumusaan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusaan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah Ada Perbedaan Efektifitas Kegiatan Mozaik Dan Bermain
Playdough Terhadap Peningkatan perkembangan Motorik halus Anak Usia 3-4
Tahun di KB Permata Hati Desa Jogodayuh ?”
Page 25
6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui apakah ada perbedaan efektifitas kegiatan mozaik dan
bermainplaydoughterhadap peningkatan perkembangan motorik halus anak
prasekolah usia 3-4 tahun.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus anak prasekolahusia 3-4
tahun sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan mozaik.
2. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus anak prasekolahusia 3-4
tahun sebelum dan sesudah dilakukan bermain playdough.
3. Menganalis perbedaan efektifitas kegiatan mozaik dan bermain
playdoughterhadap peningkatan perkembangan motorik halus anak
prasekolah usia 3-4 tahun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teroritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasaan dan
pengetahuan mengenai stimulasi yang efektif yang dapat digunkan untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak prasekolah usia 3 sampai 4 tahun
terutama mengenggunakan stimulasi permainan playdough dan kegitan mozaik.
Page 26
7
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan atau dimanfaatkan oleh guru sebagai
salah satu metode untuk merangsang stimulus perkembangan motorik halus anak
prasekolah usia 3-4 tahun, terutama dengan menggunkan permain playdough dan
kegiatan mozaik.
2. Manfaat Bagi Institusi Kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasaan
yang berguna bagi perawat, mengenai stimulusi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia pra sekolah.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasaan bagi
masyarakat tentang stimulasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perkembangan motorik halus anak prasekolah 3-4 tahun.
4. Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi responden (anak prasekolah
usia 3-4 tahun) untuk meningkatkan perkembangan motorik halus di KB Permata
Hati Desa Jogodayuh.
5. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasaan dan pengalaman
bagi peneliti khususnya tentang kegitan mozaik dan bermain playdough untuk
meningkatkan perkembangan motorik halus anak prasekolah 3-4 tahun.
Page 27
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak Usia Prasekolah
2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah
Usia prasekolah merupakan usia emas (golden age), sehingga penting bagi
anak untuk diberikan stimulasi dalam mengembangkan keterampilan yang
dimiliki anak (Syaiful, Widati, & Rahmawati 2012). Anak usia prasekolah yaitu
antara 3 sampai 6 tahun dimana masa usia prasekolah merupakan masa kritis
dalam pembentukan sumber daya yang berkualitas. Pada masa ini anak juga
sedang mengalami perkembangan motorik (Kasenda dkk, 2015).
Jadi, anak usia prasekolah merupakan anak yang berusia 3-6 tahun dimana
pada usia ini disebut juga masa keemasaan (golden age) sehingga anak akan
mengalami perkembangan, salah satunya adalah perkembangan motorik halus.
2.1.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah
Menurut Soetjiningsih (2013), perkembanagan adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang kompleks dalam pola
teratur dan dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematagan. Proses
tersebut menyangkut adanya proses difernsiasi dari sel-sel tubuh, jaringan, organ -
organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing -
masing dapat memenuhi fungsinya. Sedangkan menurut Depkses dalam Dewi
(2015), perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
Page 28
9
komples dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian.
Menurut Soetjiningsih (2013), Mengatakan perkembangan motorik
merupakan perkembangan kontrol pergerakan badan melalui koordinasi aktivitas
saraf pusat, saraf tepi, dan otot. Kontrol pergerakan ini muncul dari perkembangan
refleks-refleks yang dimulai sejak lahir.Anak menjadi tidak berdaya sampai
perkembangan muncul.Perkembangan motorik dibagi menjadi dua, yaitu
perkembangan motorik kasar dan motorik halus.Perkembamgan motorik kasar
melibatkan otot-otot besar; meliputi perkembangan gerak kepala, badan, anggota
badan, keseimbangan, dan pergerakan.
Perkembangan motorik halus, adalah koordinasi halus yang melibatkan otot-
otot kecil yang dipengaruhi oleh matanya, fungsi motorik, fungs visual yang
akurat, dan kemampuan intelektual.Keterampilan motorik halus merupakan
koordinasi halus pada otot-otok kecil yang memainkan suatu peran utama.Variasi
perkembangan motorik halus kemauan dan kesempatan individu untuk belajar.
Anak yang jarang menggunakan karyon, akan mengalami keterlambatan pada
memegang pensil.
Pada umur 3 tahun, anak mampu menumpuk 8 kubus.Anak bisa membuat
jembatan dengan 3 kubus. Pada umur 3 tahun ini,anak mampu menggambar
sebuah lingkaran dan mulai menggambar gambar manusia.Pada umur 4 tahun,
anak mampu membuat gambar persegi empat, anak juga bisa membuat gerbang
dengan 5 kubus.
Page 29
10
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak
prasekolah
Beberapa faktor dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus seorang
anak. Faktor-faktor ini dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan eksternal
(Hurlock dalam Noviyanti, 2015) antara lain:
1. Faktor Internal
a. Faktor genetic
Setiap individu memiliki beberapa faktor keturunan yang dapat
menunjang peningkatan laju perkembangan motorik halus seperti
kecerdasaan.
b. Jenis kelamin
Pada umumnya sebelum melewati masa pubertas, pertumbuhan dan
perkembangan anak akan lebih pesat pada anak perempuan. Hal ini akan
berkurang berlahan-lahan mengikuti bertambahnya usia anak hingga
pada akhirnya perbedaan itu hilang.
c. Faktor kesehatan pada periode pranatal
Periode pranatal yang baik seperti gizi makanan ibu yang selalu
tercukupi dengan baik, ibu dalam kondisi sehat, ibu tidak keracunan
dapat mendorong perkembangan kemampuan motorik anak lebih cepat
pada masa pascanatal.
Page 30
11
d. Faktor kesulitan dan melahirkan
Proses melahirkan yang sulit seperti melahirkan dengan alat vacuum akan
menimbulkan resiko bayi mengalami kerusakan otak sehingga
perkembangan motorik bayi dapat terganggu.
e. Prematur
Kelahiran sebelum waktunya biasanya dapat menyebabkan
perkembangan motorik motorik anak terlambat karena tingkat
perkembangan motorik pada waktu lahir lebih buruk dibandingkan
perkembangan anak yang lahir tepat pada waktunya.
f. Kelainan
Seorang individu yang memilki kelainan fisik maupun psikis, social, dan
mentak biaanya akan mengalami gangguan juga pada perkembangan
motorik.
2. Faktor eksternal
a. Kesehatan dan Gizi
Pada awal kehidupan pasca lahir, kesehatan dan gizi yang baik perlu
diperhatikan karena dua hal tersebut dapat mempercepat perkembangan
motorik.
b. Stimulasi
Anak perlu diberikan rangsangan, bimbingan, dorongan, dan kesempatan
untuk menggerakan semua bagian tubuhnya sehingga motorik anak dapat
berjalan dengan cepat.
Page 31
12
c. Perlindungan
Perlindungan orang tua terhadap anak yang terlalu berlebihan dapat
mengganggu kebebasan anak dalam bergerak sehingga motorik anak pun
juga bisa terhambat.
d. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat ditunjukkan dengan tingkat pendidikan dan
pekerjaan orang tua.Pendidikan berperan penting dalam perkembangan
anak. Tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi orang tua
dalam mendidik anak agar dapat mecapai tujuan yang diharapkan yaitu
perkembangan anak sesuai dengan pertambahan usia dan tugas
perkembangannya. Sedangkan ibu yang bekerja akan memiliki peran
ganda sebagai wanita karir dan sebagai iburumah tangga sehingga dapat
muncul suatu dampak negatif yaitu ibu tidak dapat memberikan perhatian
secara peuh pada anak ketika anak dalam tahaptumbuh kembang yang
pesat.
2.1.3 Tujuan Dan Fungsi perkembangan Motorik Halus Anak
Menurut Sumantri dalam Renita (2014), mengatakan tujuan pengembangan
motorik halus diusia 3-4 tahunadalah sebagai berikut :
1. Agar anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang
berhubungan dengan keterampilangerak kedua tanganseperti meronce,
menganyam, bertepuk tangan.
2. Agar anak mampu mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan.
Page 32
13
3. Anak mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan
gerakan jemari: seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi
benda-benda
4. Agar anak mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
Menurut Mudjito dalam Renita (2014), mengemukakanbeberapa alasan
tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu:
1. Anak dapat menghibur dirinyadan memperoleh perasaan senang.
2. Anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdayapada bulan-bulan pertama
kehidupannya melalui keterampilan motorik.
3. Keterampilanmotorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolahdengan keterampilan motorik.
Jadi, tujuan dan fungsi pengembangan motorik halus adalah agar anak dapat
mengembangkan keterampilan motorik halus sehingga berguna dalam kehidupan
sehari-hari baik sekarang maupun di masa mendatang.
2.2 Stimulasi Pada Anak prasekolah usia 3-4 tahun
2.2.1 Stimulasi perkembangan motorik halus anak prasekolah usia 3-4
tahun
Anak membutuhkan bermacam-macam stimulasi.Stimulasi yang diberikan
pada anak harus sesuai dengan proporsional, baik dalam kualitas maupun
kuantitas, dan sesuai dengan tingkat maturitas saraf anak.Stimulasi sebaiknya
dilakukan terhadap semua aspek perkembangan anak, tidak hanya dalam bidang
intelektual, melainkan juga emosional dan moral-spitual.Sedangkan stimulasi
Page 33
14
merupakan salah satu upaya untuk mencerdasakan anak.Stimulasi harus dilakukan
sedini mungki, bahkan sejak masih didalam kandungan. Sebaiknya dilakukan
stimulasi terhadap terhadap semua aspek perkembangan, dengan melibatkan
semua anggota keluarga (Soetjiningsih, 2013).
Menurut sulistyawati (2014), stimulusi yang dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak usia 3-4 tahun antara lain :
1. Memotong
Beri anak gunting dan tunjukkan dan tujukkan cara menggunting. Beri
gambar besar dan minta anak untuk latihan menggunting.
2. Membuat cerita gambar tempel
Ajak anak membuat cerita dengan menggunakan gambar tempel.Gunting
gambar dari majalah/brosur lama. Tunjukkan kepada anak cara menyusun
guntuingan gambar tersebut sehingga menjadi suatu cerita menarik. Minta
anak menempel guntingan gambar pada kertas lalu dibawah gambar tersebut
dikasih cerita.
3. Menempel gambar
Bantu anak menemukan gambar atau foto menarik dari majalah.Minta anak
menempel gambar tersebut pada sebuah kertas karton tebal.gunting gambar
tersebut dan tempel di kamar anak.
4. Menjahit
Gunting sebuah gambar dari majalah, tempelkan pada selembar karton.Buat
lubamg-lubang di sekeliling gambar.Ambil tali rafia lalu simpulkan salah
Page 34
15
satu ujungnya. Ajari anak menjahit sekeliling gambar dengan cara tali rafia
dimasukan dimasukkan ke lubang-lubang itu satu persatu.
5. Menggambar atau menulis
Beri anak selembar kertas dan pensil.Ajari anak menggambar garis lurus,
bulatan, segi empat, serta menulis huruf dan angka.Kemudian buat pagar,
rumah, matahari, bulan, dan sebagainya.Ajari anak untuk menulis namanya.
6. Menghitung
Letakkan sejumlah kacang didalam mangkok.Ajari anak menghitung kacang
tersebut dengan meletakkan kacang tersebut di tempat lainnya.Bantu anak
menghitung jika mengalami kesulitan.
7. Menggambar dengan jari
Ajari anak menggambar menggunakan cat dan memakai jari-jari di selembar
kertas besar. Buat agar ia mau memakai kedua tanggannya dan membuat
bulatan besar atau bentuk-bentuk lainnya.
8. Membuat gambar tempel
Gunting kertas berwarna menjadi segitiga, segiempat dan
lingkaran.Jelasakan mengenai perbedaan bentuk-bentuk tersebut. Minta
anak membuat gambar dengan cara menempelkan potongan-potongan
berbagai bentuk pada selembar kertas.
Page 35
16
2.3 Jenis Stimulasi/ Terapi Bermain
2.3.1 Kegiatan Mozaik
2.3.1.1 Pengertian Kegiatan Mozaik
Menurut Yohana dalam juwita (2014), mozaik adalah adalah suatu cara
membuat kreasi gambar, lukisan atau hiasaan yang dilakukan dengan cara
menempel atau merekatkan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan tertentu
yang ukurannya kecil-kecil.
Menurut Novikasari dalam Arifah (2014), Pengertian Mozaik adalah
pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material atau
bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong- potong
atau sudah dibentuk potongan kemudian disusun dengan, ditempelkan pada
bidang datar dengan cara dilem. Kepingan benda-benda itu, bisa berupa kepingan
pecahan keramik, potongan kaca, potongan kertas, potongan daun, potongan kayu.
Jadi, kegiatan mozaik adalah suatu kegitan menempelkan potongan-
potongan kertas kecil (kertas origami) pada suatu gambar.
2.3.1.2 Kelebihan Dan Kelemahan Kegiatan Mozaik
Menurut Yenny dalam Arifah (2014), mengatakan bahwa kelebihan dari
kegiatan mozaik diantaranya adalah
1. Dapat mengembangkan kreativitas anak, emosi dan sosial anak
2. Alat dan bahan mudah didapat.
3. Langkah kegiatan mudah dimengerti anak.
4. Melatih tingkat kesabaran anak.
5. Melatih konsentrasi anak.
Page 36
17
6. Memilikiberbagai macam corak dan warna.
7. Memiliki tampilan yang atraktif, dan membuat anak menjadi mandiri.
Sedangkan kelemahan dari teknik mozaik adalah dapat membosankan bagi
anak karena memerlukan waktu yang lama sekitar 15 menit.Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari kegitan mozaik adalah anak
mampu mengembangkan kreativitas, melatih kesabaran, melatih konsentasi anak
dan membuat anak lebih menjadi lebih mendiri.Sedangkan Kelemahan dari teknik
mozaik adalah memerlukan waktu yang lama, sehingga dikhawatirkan anak
menjadi cepat bosan.
2.3.1.3 Manfaat Kegiatan Mozaik
MenurutYenni dalam Sulastri (2015), manfaat dari kegiatan mozaik antara
lain :
1. Pengenalan bentuk geometri, seperti segitiga, lingkaran, segiempat.
2. Pengenalan warna dengan kegiatan mozaik kita bisa membuat bahan/media
dengan berbagai macam warna yang menarik untuk anak sekaligus dapat
mengenalkan warna pada anak.
3. Melatih kreatifitas anak dengan kegiatan mozaik dengan media yang
bermacam-macam.
4. Melatih motorik halus, kegiatan mosaik bermanfaat mengembangkan
motorik halusnya, karena dalam kegiatan ini anak menggunakan jari jemari
untuk mengambil benda-benda kecil dan melibatakan koordinasi otot-otot
tangan dan mata.
5. Melatih emosi dan kesabaran.
Page 37
18
2.3.1.4 Langkah Kegiatan Mozaik
Menurut Yenni dalam Sulastri (2015), langkah-langkah kegiatan mozaik
yaitu :
1. Guru menyiapkan atau menyediakan gambar yang akan diisi mozaik.
2. Guru menyediakan : gunting, lem perekat, dan kertas origami untuk
dijadikan potongan-potongan mozaik anak.
3. Guru mengatur posisi anak dengan konduksif.
4. Guru melihatkan kepada anak gambar yang akan ditempel potongan mozaik.
5. Guru menarik perhatian anak untuk memperhatikan dan kemudian
memperkenalkan satu persatu alat yang dibutuhkan.
6. Guru mencotohkan langkah kerja sebagai berikut ;
a. Membentangkan gambar atau pola mozaik.
b. Mengambil selembar origami dan sebuah gunting untuk membuat
potongan–potongan mozaik dengan salah satu bentuk geometri.
c. Selanjutnya permukaan mozaik diberi lem.
d. Setelah itu ditempelkan potongan mozaik dengan rapi dan rapat.
e. Guru membagikan pola mozaik, kertas origami, gunting, dan lem.
f. Guru mempersilahkan anak untuk melaksanankan kegiatan
7. Guru mengontrol setiap kegiatan anak, jika ada anak yang tidak bisa/tidak
mau maka guru bisa membantu anak
Berdasarkan Uraian diatas, maka peneliti menggunakan teknik membuat
mozaik dengan menggunakanberbagai macam pola yang digambar di kertas HVS
kemudian, kertas origami yang sudah dipotong-potongan kecil disusun dengan
Page 38
19
cara ditempelkan dengan cara dilem. Langkah pelaksana kegiatan mozaik dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat dan bahan :
a. Menyiapkan gambar atau berbagai pola
b. Menyiapakan Potongan-potongan kertas origami
c. Lem
2. Waktu pelakasanan 15 menit.
3. Langkah kerja kegitan mozaik
a. Menjelaskan kepada anak- akan kegiatan yang akan dilakukan.
b. Menunjukan satu persatu alat yang digunakan dan menjelaskan
fungsinya.
c. Kemudian bagikan gambar atau pola, potogan-potongan kertas dan lem
kepada anak-anak.
d. Selanjutnya mintalah anak-anak menepelkan potongan -potongan kertas
menggunakan lem.
e. Mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak selama kegitan
berlangsung.
f. Jika sudah selesai dikumpulkan kemeja guru.
2.3.2 Bermain Playdough
2.3.2.1 Pengertian Bermain Playdoygh
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempratikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Alini,
Page 39
20
2017).Bermain Merupakan cerminan kemampuan fisik untuk belajar karena
dengan bermain anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak serta suara (Andriana, 2013).
Playdough adalah alat bantu pembelajaran berupa adonan mainan yang
terbuat dari tepung yang mudah dibentuk oleh anak yang berguna untuk melatih
kegiatan koordinasikan jari jemari tangan dengan mata padamotorik halus anak
usiadini (Yuningsih, 2017).
Menurut Meity (2015), Bermain dengan playdough merupakan kegiatan
yang sesuai bagi anak-anak karena bersifat menyenangkan dan bahan yang elastis,
mudah dibentuk dan aman bagi anak-anak dalam permainan ini anak melakukan
gerakan meremas, memilin, mencetak dan juga membentuk sehingga dengan
bermain playdough, anak dapat mengasah kemapuan berfikir, anak dapat
mengembangakan kempuan mimajinasi dan kreatifitas karena permainan yang
tanpa aturan.
Jadi, bermain playdough adalah kegiatan yang bersifat menyenangkan dan
terbuat dari bahan elastis, sehingga anak-anak mudah untuk membuat kreasi
menggunakan jari-jari tanggannya sesuai dengan keingginannya.
2.3.2.2 Kelebihan Dan Kelemahan Bermain Playdough
Menurut Rachmawati dalam Yuningsih (2017), menyatakan bahwa bermain
Playdough memiliki kelebihan- kelebihan yaitu sangat menyenangkan bagi anak
dan anak dapat membentuk berbagai bentuk sesuai dengan keinginan anak dan
Page 40
21
tema yang sedang diterapkan. Seperti, memudahkan anak membentuk sebuah
benda yang ia sukai. Membuat tangan anak menjadi bergerak bebas.Akan tetapi
Playdough memiliki kekurangan dimana seseorang tidak dapat membentuk
bentuk dengan objek yang sangat besar karena membutuhkan ruang besar dan
perawatannya rumit.
2.3.2.3 Manfaat Bermain Playdough
Menurut Yuningsih (2017), mengatakan manfaat yang didapatkan ketika
menerapkan playdough, yakni:
1. Mengembangkan Kemampuan Fisik Motorik Halus Anak
2. Memudahkan anak dalam membentuk benda yang di inginkan.
3. Meluweskan jari -jemari anak.
4. Membuat otot-otot ringan bekerja dengan baik.
2.3.2.4 Langkah-langkah Bermain Playdough
Rachmawati dalam Yuningsih (2017), menyatakan bahwa, langkah –
langkah menggunakan media playdough dijelaskan ke dalam dua bagian yaitu
pada saat persiapan sebelum pembelajaran dan pada saat pembelajaran.
Pertama, persiapan sebelum pembelajaran diantaranya menetapkan tujuan
pembelajaran, menyiapkan playdough.Kedua, pada saat pembelajaran diantaranya
guru membagi anak dalam beberapa kelompok kecil, memperkenalkan media
playdough, membagikan media playdough untuk setiap anak, dan anak
diperkenankan membentuk benda-benda yang diinginkan. Berdasarkan uraian
diatas maka peneliti, melakukan langkah-langkah bermain playdough sebagai
berikut :
Page 41
22
1. Persiapan alat dan bahan : Playdough atauplastisin
2. Waktu pelaksanaan 15 menit
3. Tahapan bermain playdough
a. Menjelaskan kepada anak-anak permainan yang akan dilakukan
b. Membagikan plastisin atau playdough
c. Minta anak-anak membuat kreasasi yang diinginkan dan membuat
bentuk berbagai bentuk yang sudah ditentukan peneliti sesuai dengan
harinya.
2.4 DDST II
2.4.1 Pengertian DDST II
Denver development screening test (DDST) adalah suatu metode screening
terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ
sehingga tidak dapat meramalkan kemampuan intelektual dan adaptif atau
perkembangan anak dimasa yang akan datang. Tes ini lebih mengerah kepada
perbandingan kemampuan atau perkembangan anak dengan kemampuan anak lain
yang seumurnya (Sulistiawati, 2014)
2.4.2 Tujuan DDST II
Tujuan dari Tes Denver II ini adalah untuk menilai tingkat perkembangan
anak sesuai dengan tugas untuk kelompok umurnya saat di tes. Tes Denver IIjuga
digunakan untuk melakukan monitor perkembangan bayi atau anak dengan resiko
tinggi terjadinya penyimpangan atau kelainan perkembangan secara berkala
(Sulistiawati, 2014)
Page 42
23
2.4.3 Manfaat DDST II
Menurut Royhanaty (2010), mengatakan manfaat dari Denver development
screening test (DDST) adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
2. Untuk menemukan adanya keterlambatan perkembagan anak sedini
mungkin.
3. Untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk
berusaha menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan.
2.4.4 Aspek Yang Dinilai
Menurut Sulistiawati (2014), mengatakan bahwa terdapat 125 tugas
perkembangan yang disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam
kelompok besar yang disebut sektor perkembangan. Kelompok yang dimaksud
adalah sebagai berikut.
1. Personal social (perilaku social)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Gerakan motorik halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memperlukan koordinasi yang
cermat.
Page 43
24
3. Bahasa
Aspek yang menggambarkan kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, mengikuti perintah, atau berbicara secara spontan.
4. Gerakan motorik kasar
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan atau sikap tubuh.
2.4.5 Menuntukan Umur Anak
Pada pelaksaan DDST II umur anak perlu ditetapkan terlebih dulu, dengan
menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari maka dibulatkan kebawah dan
sama atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas. Misalnya misalnya budi lahir pada
tanggal 23 Mei 2010 dari kehamilan yang cukup dan tes dilakukan pada pada
tanggal 5 Oktober 2012, Maka perhitungannya adalah sebagai berikut :
2012 – 10 – 5 ( Saat dilakukan tes)
2010 – 5 – 23 ( Tanggal lahir budi)
Umur budi adalah 2 – 4 – 12 = 2 tahun 4 bulan 12 hari
Setelah ditentukan umur anak selanjutnya garis umur ditarik vertical pada
formulir DDST yang memotong kotak tugas perkembangan anak, selanjutknya
dilakukan pengetesan sesuai tugas perkembangan.(Soethjiningsih, 2012).
2.4.6 Langkah-Langkah Pelaksanaan Menggunakan DDST II
Menurut Sulistyawati (2014), Langkah-langkah pelaksanaan DDST II
sebagai berikut :
Page 44
25
1. Membanggun hubungan
Membanggun hubungan adalah usaha pemeriksaan untuk membuat
hubungan yang baik dengan anak dan pengasuh/orang tua.Untuk hasil dan
informasi yang terbaik, langkah ini sangat penting untuk
dilakukan.Sebaiknya saat tes dilakukan, anak didampingi oleh orang tua
atau pengasuhnya.
2. Pengenalan
Tanyakan kepada pengasuh atau orang tua mengenai kapan anak lahir dan
apakah anak lahir prematur.Pemeriksa sebaiknya segara menghitung umur
saat anak diperiksa dan apakah perlu dilakukan koreksi.Pemeriksaan dapat
menimbulkan kekhawatiran bagi pengasuh, sehingga penting untuk
menjelaskan bawha Denver II dilaksanakan untuk menentukan status
perkembangan saat ini.Selain itu, dijelaskan pula bahwa tes ini bukanlah tes
IQ dan tidak semua anak diharapkan dapat berhasil (lulus) dari semua
kompenen yang diberkan.
3. Urutan pengetesaan
Urutan penyajian dapat dimulai dengan komponen yang teletak disebelah
kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.
4. Jumlah kompenen yang diberikan
Jumlah kompenen yang diberikan tergantung dari umur dan kemampuan
anak saat pemeriksaan. Dalam praktinya, jumlah kompenen yang diberikan
tergantung pada waktu yang tersedia untuk pemeriksaan dan tujuan untuk
mengidentifikasi keterlambatan perkembangan dan untuk menentukan
Page 45
26
kekuatan anak.Berdasarkan tujuannya, langka pelaksanaan dibedakan
sebagai berikut :
1) Menentukan anak mempunyai keterlambatan beresiko
a. Langkah 1
Pada setiap aspek, pemeriksa memberikan paling tidak tiga kompenen
yang paling dekat dan berada disebelah kiri garis umur dan setiap
kompenen yang berpotongan dengan garis umur.
b. Langkah 2
Bila anak tidak mampu melakukan sesuai langkah 1 (gagal, menolak,
tidak ada kesempatan), pemeriksa menambahkan kompenen satu lagi
yang ada disebelah kiri pada aspek yang sama sampai anak dapat lulus
tiga kompenen berturut-turut.
2) Menentukan kekuatan anak
a. Langkah 1
Di setiap aspek, pemeriksa paling tidak memberikan tiga kompenen
tes yang paling dekat disebelah kiri garis umur serta tiga kompenen
berpotongan garis umur.
b. Langkah 2
Lanjutkan melakukan kompenen ke kanan dari setiap kompenen yang
“lewat” dalam satu aspek hingga mencapai tiga “gagal” berturut-
turut.
2.4.7 Penilaian Komponen/scoring
Menurut Sulistyawati (2014), penilain komponen atau scoring terdiri dari :
Page 46
27
1. P = pass / lulus
Anak melakukan komponen dengan baik atau orang tua atau pengasuh
memberi laporan yang dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan.
2. F = Fail / gagal
Anak tidak dapat melakukan komoponen dengan baik atau orang tua atau
pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan komponen
dengan baik.
3. NO = NO Opportunity / tidak ada kesempatan
Anak tidak dapat mempunyai kesempatan untuk melakukan komponen
karena ada hambatan. Skor ini hanya digunakan untuk komponen yang ada
kode “L” (Laporan) dari orang tua atau pengasuh.
4. R = Refusal / Menolak
Anak menolak tes perkembangan.Penolakan dapat dikurangai dengan
mengatakan kepada anak yang harus dilakukanya (komponen tugas yang
dilaporkan oleh orang tua atau pengasuh tidak diskor penolakan).Jika tidak,
tanyakan kepada anak apakah dapat melakukannya (tes perkembangan yang
dilaporkan oleh ibu atau pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan).
2.4.8 Interpestasi Hasil Penilain DDST II
1. Advence/Lebih
Bila anak “lulus” pada kompenen tes yang terletak di kanan garis umur,
maka dinyatankan perkembangan anak lebih pada tes tersebut. Oleh karena
itu anak lulus pada tes.
Page 47
28
Garis umur
2. Normal
Bila anak gagal atau menolak melakukan suatu komponen tes disebelah
kanan garis umur, maka perkembangan anak normal.
Garis umur
Garis umur
Seperti gambar dibawah ini, anak dapat “lewat”, “gagal”, atau “menolak”
pada garis umur diantara 25 dan 75 persen maka perkembangan anak
normal.
Garis Umur Garis Umur
R
Garis Umur
3. Caution/ peringatan
Bila anak “gagal” (F) atau “menolak (R) melakukan komponen tes pada
garis umur yang terletak pada atau diantara 75 sampai 90 maka diberi skor
C. Setelah itu, tulislah C disebelah kanan kotak segi panjang.
F C R C R C
Garis umur garis umur garis umur
P
F
R
P F
Page 48
29
F C
Garis umur
4. Delayed/ Keterlambatan
Bila anak “gagal” atau menolak melakukan komponen tes yang terletatak
jelas berada disebelah kiri garis umur.
F D R D
Garis Umur Garis Umur
5. No opportunity (NO) / Tidak ada kesempatan
Komponen tes yang berdasarkan laporan orang tua saat anak tidak ada
kesempatan untuk melakukannya.Hasil ini tidak dimasukkan dalam
mengambil kesimpulan.
NO NO
Garis Umur Garis Umur
2.4.9 Kesimpulan Tes DDST II
Menurut Sulistiawati (2014), mengatakan hasil atau kesimpulan denver II
terdiri atas tiga interpretasi, yaitu sebagai berikut :
1. Normal
a. Bila tidak ada Delay (D) atau paling banyak satu caution (C)
Page 49
30
b. Lakukan tes pada kunjungan berikutnya
2. Suspect/Diduga/Dicurigai Ada Keterlambatan
a. Bila ada dua atau lebih caution (C) dan satu atau lebih Delay (D)
b. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan factor sesaat,
seperti rasa takut, keadaan sakit, dan kelelahan.
3. Tidak Dapat Diuji/Unstestable
a. Bila ada skor menolak pada satu atau lebih komponen disebelah kiri
garis umur atau menolak lebih dari satu komponen yang ditembus garis
umur pada daerah 75-90 persen
b. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu.
2.5 Konsep Teori Dorethe E. Orem
Teori orem tentang perawatan diri, kurangnya perawatan dari, system
perawatan berorientasi pada individu-individu (klien) dianggap sebagai
penerimaan asuhan kepaerawatan yang utama. Perawat juga membantu memberi
perawatan yang tidak mandiri (anggota keluarga dewasa yang merawat individu
yang tidak mandiri) dan dalam melaksanakan tugas ini mereka diaggap sebagai
individu dari pada keluarga atau subsistem keluarga (Orem, 1983).
Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan
kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperewatan mandiri serta
mengatur dalam kebutuhannya.
Page 50
31
Gambar 2. 1 Model teori self care menurut orem
Dalam konsep keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori self
carediantaranya: a) Perawatan dirisendiri (self care)b) Perawat diri kurang (Self
Care Defisit.)c)Teori sistem keperawatan.
1. Perawatan Diri Sendiri (self care)
Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi:
Pertama, self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari
individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta
mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.Kedua, self care
agency, merupakan suatu kemampuan inidividu dalam melakukan
perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan,
sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
Ketiga adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri
yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu
untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam
tindakan yang tepat.Keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan
Page 51
32
yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat
universal dan berhubungan dengan prises kehidupan manusia serta dalam
upaya mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu
adalah aktivitas sehari - hari (ADL) dengan mengelompokkan ke dalam
kebutuhan dasar manusianya.
2. Self Care Defisit
Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala
perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang
dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang
melebihi kemampuan serta adanya perkiraan Penurunan kemampuan dalam
perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care baik secara kualitas
maupun kuantitas.
3. Teori Sistem Keperawatan
Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan
perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang
didasari pada Orem yang mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan diri
sendiri, kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan
perawatan mandiri.
Page 52
33
2.6 Kerangka Teori Self Care Menurut Dorethe E. Orem
Gambar 2.1 Kerangka teori self care menurut Orem
Berdasarkan teori keperawatan self care yang dikemukan orem, manusia
pada mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri yang disebur Self
Care Agency. Self Care Agency dapat berubah setiap waktunya yang dipengaruhi
Kurangnya stimulasi dapat mempengarui
perkembangan motorik halus halus
Faktor-faktor yang mempengarui
perkembanganmotorik halus :
1.Faktor internal
a. Genetik
b. Jenis kelamin
c. Faktor kesehatan pada periode
prenatal
d. Faktor kesulitan dalam
melahirkan
e. Premature
f. Kelainan
2.Faktor eksternal
a. Kesehatan dan gizi
b. Perlindungan
c. Status social ekonomi
d. Stimulasi
Jenis stimulasi untuk
meningkat
perkembangan motorik
halus anak usia 3-4
a. Memotong
b. Membuat cerita
gambar tempel
c. Menempel gambar
d. Menjahit
e. Menggambar /
menulis
f. Menghitung
g. Menggambar
dengan jari
h. Membuat gambar
tempel
Perkembangan Motorik Halus
Meningkat
Jenis stimulasi/ terapi bermain
a. Kegiatan mozaik
b. Bermain playdough
Page 53
34
oleh beberapa faktor salah salah satunya faktor eksternal dan faktor internal.
Ketika terjadi keterlambatan perkembangan motorik halus, peran perawat sebagai
Nursing Agency dapat membantu untuk meningkatkan perkembangan motorik
halus melalui beberapa stimulasi, salah satunya dengan bermain playdouh dan
mozaik.
Page 54
35
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Efektifitas Kegiatan Mozaik Dan
Bermain Playdough Terhadap Peningkatan Perkembangan Motorik
Halus Anak Prasekolah Usia 3-4 Tahun Di KB Permata Hati Di
Desa Jogodayuh.
Keterangan :
= Diteliti
= Pengaruh
= Tidak diteliti
Perkembangan motorik halus
Faktor-faktor yang mempengarui motorik
halus:
1. Faktor internal
a. Genetik
b. Jenis kelamin
c. Faktor kesehatan pada periode
prenatal
d. Faktor kesulitan dalam melahirkan
e. Premature
f. Kelainan
2. Faktor eksternal
a. Kesehatan dan gizi
b. Perlindungan
c. Status social ekonomi
d. Stimulasi
Normal
Suspect
unstestable
Jenis stimulasi untuk
meningkat perkembangan
motorik halus anak usia 3-
4
1. Memotong
2. Membuat cerita
gambar tempel
3. Menempel gambar
4. Menjahit
5. Menggambar /
menulis
6. Menghitung
7. Menggambar dengan
jari
8. Membuat gambar
tempel
Jenis stimulasi/ terapi
bermain
1. Kegiatan mozaik
2. Bermain playdough
Page 55
36
Dari Gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengarui
perkembangan motorik halus adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yang terdiri genetik, jenis kelamin, faktor pada periode prenatal, faktor kesehatan
dalam melahirkan, premature, sedangkan untuk faktor eksternal terdiri dari
kesehatan dan gizi, stimulasi, perlindungan dan faktor sosial ekonomi. Jenis
stimulasi yang dapat digunakan untuk meningkat perkembangan motorik halus
anak usia 3-4 tahun antara lain dapat diberikan latihan memotong, membuat cerita
gambar tempel, menempel gambar, menjahit, menggambar atau menulis,
menghitung, menggambar dengan jari danmembuat gambar tempel. Pada
penilatian ini penulis menggunakan stimulasi dengan malakukan kegitan mozaik
dan bermain playdough. Dengan demikian diharapkan adanya kegiatan mozaik
dan bermain playdough dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada
anak usia 3-4 tahun.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusaan masalah
penelitian, dimana rumusaan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pernyataan (Sugiyono, 2011).
Hipotesis dari penelitan ini adalah :
Ha : Ada perbedaan efektifitas kegiatan mozaik dan bermian playdough terhadap
peningkatan perkembangan motorik halus anak prasekolah usia 3-4 tahun.
Page 56
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Menurut Arikunto (2010), desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan jalan
bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses
penelitian secara benar dan tetap sesuai tujuan yang telah ditetapkan, tanpa desain
yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik
karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman yang jelas.
Penelitian ini merupakan Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan
penelitian Quarsi-Ekperimen.Desain yang digunakan dalam penelitin ini adalah
Two Groub Pra-Post Test Design. Rancangan penelitian ini berupaya untuk
mengukapkan hubungan sebab akibat dengan cara dengan melibatkan dua
kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi (dilalakukan pengukuran DDST
II) sebelum dilakakukan intervensi, kemudian diobservasi (dialakukan
pengukuran DDST II) lagi setelah di berikan intervensi.Tetapi pemilihan kedua
kelompok ini tidak menggunakan teknik acak.
Subjek Pra Test Perlakukan Pasca-Tes
K-A O1
I1
O2
K-B O1
I2
O2
Tabel 3.1Skema Penelitian Two Groub Pra-Post Test Design.
Page 57
38
Keterangan :
K-A:Subjek (Kegiatan Mozaik)
K-B : Subjek (Bermain Playdough)
O1
: Observasi pengukuran DDST II ( Pre-test)
O2
: Observasi Pengukuran DDST II ( Post-test)
I1
: Intervensi Kegiatan Mozaik
I2 : Intervensi Bermain Playdough
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di PAUD Permata Hati
Desa Jogodayuh usia 3-4 tahun, dengan jumlah siswa siswa 24 responden.
4.2.2 Sampel
Dalam penelitian tidak menggunakan sampel karena peneliti menggunakan
seluruh populasi untuk dijadikan subjek penelitian.
4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili
populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang bener-benar sesuai dengan
keselurahan subjek penelitian.Teknik sampling pada penelitian ini menggunaka
teknik non probability sampling dengan Total sampling. Total Sampling atau
sering disebut dengan Sampling Jenuh yaitu suatu teknik penentuan sample jika
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering sekali
Page 58
39
digunakan dilakukan jika jumlah populasi relative kecil atau sedikit yaitu kurang
dari 30 orang, atau penelitian yang inggin membuat generalisasi dengan kesalahan
yang relative kecil (Siyoto dan sodik, 2015).
Page 59
40
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.1 : Kerangka Kerja Penelitian Efektivitas Kegiatan Mozaik Dan
Bermain Playdough Terhadap Peningkatkan Perkembangan Motorik
Halus Anak Pra Sekolah Usia 3-4 Tahun Di KB Permata Hati Desa
Jogodayuh.
Populasi :Seluruh Anak pra sekolah usia 3-4 tahun di KB Permata Hati Desa
jogodayuh dengan jumlah siswa 24 responden.
Sampel :Anak pra sekolah di KB Permata Hati Desa Jogodayuh usia 3-4 tahun
Teknik sampling :Total Sampling
Desain penelitian : Quarsi -Ekperimental ( Two Grub Pra-Post Test Desaign)
Pengumpulan data :Eksperimen dan obsevasi
Pengukuran DDST II ( pre-test)
Kelompok Bermain
playdough
Kelompok Kegitan mozaik
Pengukuran DDST II ( post-test)
Pengolahan data : editing, coding, entry data, cleaning, scoring,tabulating
Analisis :Uji Wilcoxon Dan Uji Mann -Whitney
Hasil dan Kesimpulan
Page 60
41
4.5 Variabel Penelitian dan Defini Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel
1. Variabel independen (Variabel bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kegiatan mozaik dan
bermain playdough.
2. Variabel dependen (Variabel terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus
anak prasekolah usia 3-4 tahun.
4.5.2 Definisi Operasional
Tabel 4.2 Definisi operasional tentang efektifitas kegiatan mozaik dan
bermain playdough terhadap peningkatan perkembangan motorik halus
anak prasekolah usia 3-4 tahun di KB Permata Hati Desa Jogodayuh.
Variable Definisi
Operasional
Parameter Alat
Ukur
Skala Katagorik
Variabel
Independen
(Bebas) :
Kegiatan Mozaik
Kegitan
mozaik
merupakan
suatu kegitan
menempelkan
potongan -
potongan
kertas kecil
(kertas
origami) pada
suatu gambar.
1. Anak mampu
menyelesaikan 5
kegiatan mozaik
- Pertemuan
pertama:
menempel
bangun datar
- Pertemuan kedua:
menempel
sayuran
- pertemuan ketiga:
menempel bentuk
buah
- pertemuan
keempat:
menmpelkan
bentuk angka
- pertemuan kelima
:menempelkan
bentuk huruf
2. Kegiatan ini
diberikan sebanyak
5 kali dalam 1
minggu selama 10-
15 menit.
SOP - -
Page 61
42
Variabel
Independen
(Bebas) :
Bermain Playdough
Bermain
playdough
merupakan
kegitan yang
bersifat
menyenangka
n terbuat dari
bahan
elastasis dan
sehingga
mudah untuk
dikreasikan
sesuai
keingginan.
1. Anak mampu
membuat kreasi
sesuai yang
diinginkan
- Pertemuan
pertama:
membuat
bentuk sesuai
kreasinya
sendiri.
- Pertemuan
kedua:
membuat
bentuk datar.
- Pertemuan
ketiga:
membuat
bentuk buah.
- Pertemuan ke
empat:
membuat
bentuk ke
angka
- Pertemuan
lelima:
membuat
bentuk huruf.
2. Permainan
playdough
diberikan sebanyak
5 kali selama 1
minnggu selama
10-15 menit.
SOP - -
Page 62
43
Variabel Depenent
(Terikat):
Perkembangan
Motorik Halus
Perkembanga
n motorik
halus
merupakan
suatu
perkembanga
n yang
melibatkan
otot-otot kecil
yang
dipengaruhi
oleh matanya.
1. Mampu
menumpuk 8
kubus
2. Meniru garis
vertical
3. Menggoyangka
n ibu jari
4. Mencontoh O
5. Menggambar
orang 3 bagian
6. Mencontoh +
7. Memilih garis
yang lebih
panjang
8. Mencontoh
DDST
II
ordinal Penilian
ddst
P: Lulus
semua Tes
F: gagal
melakukan
tes
R :
menolak
melakukan
tes
katagori
1. Normal
(lulus
semua
tes)
2. Suspek (
ada 2
atau
lebih
Caution
atau ada
1 atau
lebih
Delay )
3. Unsteste
ble (bila
ada skor
menolak
1 atau
lebih
kompene
n
diseblah
kiri garis
umur.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrument untuk kegitan mozaik adalah potongan-potongan kecil kertas
origami, lem dan pola/gambar geometri.Sedangkan intrumen untuk bermain
playdough adalah plastisin/playdough. Instrument yang akan digunakan yang
akan digunakan untuk mengukur perkembangan motorik halus anak pra sekolah
usia 3-4 tahun adala DDST II. Inatrumen Tes DDST II sudah dibakukan Oleh
Frankenburg, sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas kembali.
Page 63
44
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di KB Permata Hati Desa jogodayuh
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan januari – juni 2019
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang ditetapkan adalah sebagai
berikut :
1. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat dari STIKes Bhakti
Husada Mulia Madiun untuk ditunjukkan kepada Kepala sekolah KB
Permata Hati Desa Jogodayuh.
2. Setelah Mendapatkan persetujuan dari pihak Kepala sekolah KB Permata
Hati Desa Jogodayuh. Peneliti melakukan pendataan pada anak prasekolah.
3. Responden dipilih adalah seluruh anak pra sekolah usia 3-4 tahun yang
bersekolah di KB Permata Hati Desa Jogodayuh.
4. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian serta meminta
persetujuan dari responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.
5. Setiap responden diberikan kebebasaan untuk memberikan persetujuan atau
menolak menjadi subjek penelitian. Setelah calon responden bersedian
untuk mengikuti prosedur penelitian, maka responden diminta untuk
mendatangani lembar inform consent yang telah disiapkan oleh peneliti,
kemudian responden mengisi data demografi yang ber isi nama, usia, dan
jenis kelamin.
Page 64
45
6. Penelitan menggunakan asisten berjumlah 7 orang, sebelum melakukan
penelitan penelitan menyamakan persepsi terlebih dulu menggenai langkah-
langkah pengukuran dan pemberian penilian pada test DDST II dengan
asisten peneliti.
7. Peneliti melakukan pengukuran DDST II pada hari pertama penelitian,
kemudian peneliti membagi responden menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
perlakuan kegiatan mozaik sejumlah 12 orang dan kelompok perlakuan
playdough 12 orang. Hasil pengukuran DDST II dicatat dalam lembar
observasi.
8. Setelah dibagi menjadi 2 kelompok, selanjutnya akan diberikan intervensi
terapi kegitan mozaik dan bermain playdough sebanyak 5 kali selama 1
minggu setiap 10-15 menit dan intervensi diberikan secara bergantian setiap
harinya. Peneliti menjelaskan prosedur kegitan mozaik pada kelompok yang
diberikan intervensi kegiatan mozaik dan menjelaskan prosedur bermain
playdough pada kelompok bermain playdouhg.
9. Penelitian melakukan perngukuran DDST II setelah responden diberikan
intervensi sebanyak 5 kali selama 1 minggu setiap 10-15 menit dan
hasilnya dicatat dilembar observasi.
10. Mengumpulkan data dan selanjutnya diolah dan dianalisis
4.9 Pengelolan Data dan Analisa Data
4.9.1 Pengelolaan Data
Menurut Notoatmojo (2012) Pengolahan data akan dilakukan melalui
beberapa tahap, antara lain :
Page 65
46
1. Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan. Editing
dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga jika ada kekurangan dan
dapat segera dilengkapi.
2. Coding yaitu merubah data dalam bentuk huruf menjadi angka untuk
mempermudah dalam analisis data. Setelah data terkumpul, masing - masing
jawaban diberi kode untuk memudahkan dalam analisis data.
Coding peneletian ini adalah
a. Jenis kelamin
- Laki-laki : diberi kode 1
- Perempuan : diberi kode 2
b. Usia anak
- Usia 3 tahun ; diberi kode 1
- Usia 4 tahun : diberi kode 2
c. Usia orang tua
- Usia 25-30 : diberi kode 1
- Usia 31-35 : diberi kode 2
- Usia 36-40 : diberi kode 3
- Usia 41-45 : diberi kode 4
d. Karakteristik pendidikan orang tua
- PNS : diberi kode 1
- Guru : diberi kode 2
- Pedagang : diberi kode 3
- Petani : dieberi kode 4
Page 66
47
- Ibu rumah tangga : diberi kode 5
e. Kode perkembangan motorik halus
- Normal = diberi kode 3
- Suspek = diberi kode 2
- Unstestable = diberi kode 1
3. Data entry yaitu proses memasukkan data kedalam komputer untuk
dilakukan pengolahan data sesuai kriteria dengan menggunakan SPSS 16.
4. Cleaning yaitu pengecekan kembali data untuk melihat kemungkinan
adanya kesalahan–kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,
kemungkinan dilakukan pembetulan atau koreksi.
5. Scoring adalah melakukanpenilain untuk jawaban dari responden untuk
mengukur perkembangan motorik halus menggunaka (Notoatdmojo 2012).
a. Pencapaian perkembangan motorik halus
- Pass/ Lulus = P
- Fail/ gagal = F
- Resfusal/menolak = M
a) Normal :
Lulus semua tes atau ada 1 Caution
b) Suspek.:
Ada 2 atau lebih Caution atau ada 1 atau lebih Delay
c) Unstestable :
Bila ada skor menolak 1 atau lebih kompenen diseblah kiri garis
umur.
Page 67
48
6. Tabulatingmerupakan table yang akan ditabulasi adalah table yang berisikan
data yang sesuai dengan tujuan peneliti atau yang diingikan oleh peneliti.
4.9.2 Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini meliputi :
1. Analisa Univariat
Pada penelitian ini, peneliti menganalisa tingkat perkembangan motorik
halus pada anak usia 3-4 tahun sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan
mozaik dan terapi bermain. Karakteristik responden dalam penelitian ini
adalah : usia anak, jenis kelamin, usia orang tua, karakteristik pendidikan
orang tua dan tingkat perkembangan motorik halus yang dianalisi dan
dituangkan dalam tablel distribusi frekuensi. Data akan dianalisi dengan
menggunakan rumus prosentase sebagai berikut :
100%
Keterangan :
P : prosentase
F : Frekuensi
N : Populasi
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa untuk menguji pengaruh dan perbedaan
antara dua variable. Dalam penelitian ini analisa bivariat digunakan
untuk menganalisis perbedaaan efektiitas kegiatan mozaik dan bermain
playdough terhadap peningkatan perkembangan motorik halus anak usia
prasekolah 3-4 tahun di KB Permata Hati Desa Jogodayuh.
Page 68
49
Untuk menentukan analisa bivariat dari penelitian ini peneliti
menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui perubahan tingkat
perkembangan motorik halus sebelum dan sesudah diberikan kegiatan
mozaik dan bermain playdough. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan
efektives kegiatan mozaik dan bermain playdough terhadap peningkatkan
perkembangan motorik halus anak usia 3-4 tahun menggunakan Uji
Mann-Whitney yang untuk mengetahui pebedaan efektivitas kegiatan
mozaik dan bermain playdough dilihat nilai p value dari kedua
kelompok. Jika nilai p < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan,
namun jika nilai p > 0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kegiatan mozaik dan playdough. Dari hasil statistik akan
didapatkan nilai yang signifikan jika nilai p > 0,05 maka H0 diterima dan
Ha ditolak dan sebaliknya jika nilai p < 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima
(Dahlan, S 2011).
4.10 Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi
isu sentral yang berkembang saat ini.Pada penelitian ilmu keperawatan, karena
hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus
memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Jika hal ini tidak dilaksanakan, maka
peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia yang kebetulan sebagai klien.
Peneliti yang sekaligus juga perawat, sering memperlakukan subjek penelitian
seperti memperlakukan kliennya, sehingga subjek harus menurut semua anjuran
Page 69
50
yang diberikan.Padahal pada kenyataannya, hal ini sangat bertentangan dengan
prinsip-prinsip etika penelitian.
Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak
subjek, dan prinsip keadilan.
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada
subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang
tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya
dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan
dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk
apa pun.
c. Risiko (benefits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang
akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responsden (right to self determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak
memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak,
Page 70
51
tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berakibat terhadap
kesembuhannya, jika mereka seorang klien.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to
full disclosure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
c. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responsden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila
ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama(anonymity) dan rahasia
(confidentiality).
Page 71
52
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
5. 1 Gambar Lokasi Penelitin
Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasaan tentang perbedaan
efektifitas kegiatan mozaik dan bermain playdough terdapat peningkatan
perkembangan motorik halus anak prasekolah usia 3-4 tahun di KB Permata Hati
Desa Jogodayuh, dengan total sampel 24 responden. Dimana 12 responden
menjadi kelompok kegiatan mozaik dan 12 responden menjadi kelompok
playdough.
Lokasi penelitian ini di KB Pemata Hati Desa Jogodayuh Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun KB permata. Jalan raya Jogodayuh Rt. 01 Rw 01.Luas
wilayah KB permata hati sekitar ± 91 m2.dengan batas sebelah timur : SDN
Jogodayuh 01, Sebelah selatan : Tk Jogodayuh, Sebelah barat: Perumahan
sedangkan sebalah utaranya : Persawah.Waktu pembelajaran dimulai pukul 07.30
samapi 10.00 WIB. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20-24 Mei 2019.Data
hasil penelitian dibagi menjadi 2 bagian yaitu data umum dan data khusus. Data
umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin, lama bersekolahdan dan usia. Sedangkan data orang tua meliputi usia,
pendidikan terakhir, pekerjaan. Sedangkan data khususnya menyajikan hasil
perkembangan motorik halus sebelum dan sesudah diberikan kegitan mozaik dan
bermain playdough, rata-rata sebelum dan sesudah diberikan kegiatan mozaik
terhadap peningkatan perkembangan motorik halus, menyajikan hasil rata-rata
sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain playdough terhadap peningkatan
Page 72
53
perkembangan motorik halus dan menyajikan rata-rata perbedaan efektifitas
kegiatan mozaik dan bermain playdough terhadap peningkatan perkembangan
motorik halus.
5. 2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum
Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden berdasarkan
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, karakteristik responden
berdasarkan usia.
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.1Distribusi frekuensi Responden Kelompok Kegiatan Mozaik Dan
Kelompok bermain Playdough Berdasarkan Jenis Kelamin di KB
permata Hati Desa Jogodayuh Bulan Mei 2019
Jenis
Kelamin
Kelompok Kegiatan Mozaik Kelompok Bermain Playdough
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Laki-Laki 6 50.0% 8 66.7%
perempuan 6 50.0% 4 33.3%
Total 12 100.0% 12 100.0%
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 12 responden kelompok kegiatan mozaik
jenis kelamin responden sama banyak yaitu 6 responden (50,0 %). Sedangankan
pada kelompok bermain playdough sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
sejumlah 8 responden (66.7%).
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di KB Permata Hati Desa
Jogodayuh Bulan Mei 2019
Page 73
54
Usia
Kelompok Kegiatan Mozaik Kelompok Bermain Playdough
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Frekuensi
(f)
Proesentase
(%)
3 Tahun 4 33.3 % 4 33.3%
4 Tahun 8 66.7% 8 66.7%
Total 12 100.0% 12 100.0%
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa baik kelompok kegitan mozaik maupun
bermain playdough sebagian besar responden berusia 4 tahun sebanyak 8
responden (66,7%).
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bersekolah
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan lama sekolah di KB Permata Hati
Desa Jogodayuh Bulan Mei 2019
Lama
Sekolah
Kelompok Kegiatan Mozaik Kelompok Bermain Playdough
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Frekuensi
(f)
Proesentase
(%)
< 1 Tahun 4 33.3 3 25.0 %
>1 Tahun 8 66.7 9 75.0%
Total 12 100.0% 12 100.0%
Tabel 5.3 menunjukan bahwa sebagian besar responden baik kelompok kegitan
mozaik maupun bermain playdough sudah lebih dari 1 tahun bersekolah yaitu
sebanyak 8 responden ( 66.7%) untuk kelompok kegiatan mozaik dan 9 responden
(75.5%) untuk kelompok bermain playdough.
4. Karakteristik Orang Tua Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.4 Distribusi Orang Tua Responden Berdasarkan Usia Di KB Permata
Hati Desa Jogodayuh Bulan Mei 2019
Usia Orang
Tua
Kelompok Kegiatan
Mozaik
Kelompok Bermain Playdough
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
25-30 Tahun 3 25.0% 1 8.4%
31-35 Tahun 3 25.0% 4 33.3%
Page 74
55
36-40 Tahun 4 33.3% 4 33.3%
41-45 Tahun 2 16.7% 3 25.0%
Total 12 100.0% 12 100.0%
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa usia orangtua responden pada kelompok
kegiatan mozaik sebagaian besar berusia 36-40 tahun sebanyak 4 orang (33.3%).
Sedangkan pada kelompok bermain playdough orangtua responden sebagian besar
berusia besar berusia 31-35 dan berusia 36-37 tahun sebanyak 4 orang ( 33.3%)
5. Karaterteristik Orang Tua Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.5 Distribusi Orang Tua Responden Berdasarkan pekerjaan Di KB Permata
Hati Desa Jogodayuh Bulan Mei 2019
Pekerjaan
Kelompok Kegiatan Mozaik Kelompok BermainPlaydough
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
PNS 0 0.0% 0 0.0%
Swasta 4 33.3% 4 33.3%
pedagang 1 8.3% 2 16.7%
petani 0 0.0% 3 25.0%
IRT 7 58.3% 3 25.0%
Total 12 100.0% 12 100.0%
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa pada kelompok kegiatan mozaik sebagian besar
orangtua responden pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 7 orang
(58.3%).Sedangkan pada kelompok bermain playdough pekerjaan orangtua tua
sebagian besar pegawai swasta sebanyak 4 responden (33.3%).
6. Karakteristk Orang Tua Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 5.6 Distribusi Orang Tua Responden Berdasarkan pekerjaan Di KB Permata
Hati Desa Jogodayuh Bulan Mei 2019
Pendidikan
Terakhir
Kelompok Kegiatan Mozaik Kelompok Bermain Playdough
Frekuensi
(F)
Prosentase
(%)
Frekuensi
(F)
Prosentase
(%)
SD 0 0.0% 0 0.0%
SMP 3 25.0% 5 41.7%
SMK/SMA 9 75.0% 7 58.3%
Total 12 100.0% 12 100.0%
Page 75
56
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa orang tua responden baik kelompok mozaik
maupun playdough sebagian besar berlatar belakangan pendidikan sma/smk
sebanyak 9 orang (75.0%) dalam kelompok mozaik dan sebanyak 7 orang
responden (58,3%) dalam kelompok bermain playdough.
5.2.2 Data Khusus Responden
Dalam menganalisi data peneliti menggunakan uji non parameterik yaitu
dengan menggunakan Uji Wilcoxonuntuk mengidentifkasi perkembangan motorik
halus anak prasekolah usia 3-4 tahun sebelum dan sesudah diberikan kegiatan
mozaik dan untuk mengidentifikasi perkembangan motorik halus anak prasekolah
usia 3-4 tahun sebelum dan sesudah dilakukan permainan playdough. sedangakan
UjiMan Whitneyuntuk menganalisa perbedaan efektivitas antara kegiatan mozaik
dan bermain playdough terhadap peningkatan perkembangan motorik halus anak
prasekolah usia 3-4 tahun.
1. Analisis Perkembagan Motorik Halus Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Kegiatan Mozaik
Tabel 5.7 Perkembangan Motorik Halus Sebelum dan Sesudah Diberikan
Kegiatan Mozaik Di KB Permata Hati Desa Jogodayuh
Perkembagan
Motorik
Halus
Pretes Ddst (Kegitan
Mozaik)
Prostest Ddst (Kegitan
Mozaik)
(f) (%) (f) (%)
Untesteble 0 0.0% 0 0.0%
Suspek 5 41.7% 1 8.3%
Normal 7 58.3% 11 91.7%
total 12 100.0% 12 100.0%
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian anak sebelum diberikan
kegiatan mozaik mengalami perkembangan motorik halus dalam katagori normal,
sebanyak 7 responden (58.3%). k 10 responden (83.3%).
Page 76
57
Tabel 5.8 Rata-Rata Perkembagan Motorik Halus Anak Prasekolah Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Kegiatan MozaikUsia 3-4 Tahun Di KB Permata
Hati Desa Jogodayuh
Terapi/
Stimulasi
Motorik
Halus
N
Mean
Standar
Deviasi
Min
Max
Tiels
p-value
(Asymp.sig
(2-tailed))
Mozaik
Pre-
testddst 12
2.5833
.51493
2.00
3.00
8
.046
Post-
testddst 12 2.9167
.28868
2.00
3.00
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa perkembangan motorik halus pada kelompok
mozaik mengalami peningkatan perkembangan motorik halus sebelum diberikan
kegiatan mozaik didapat mean/rata sebesar 2.51493 sedangakan sesudah diberikan
kegiatan mozaik didapatkan mean/rata 2.9167. Dan terdapat 8 responden yang
perkembangan motorik halus dalam katagori tetap/teils hal ini disebabkan karena
dari awal terdapat 7 responden yang perkembangan motoriknya sudah dalam
katagori normal dan masih terdapat 1 responden yang berkembangan motorik
halusnya tetap dalam katagori suspek.
Berdasarkan uji statistik perkembagan motorik halus sebelum dan sesudah
diberikan kegiatan mozaik menggunakan uji wilcoxon Diperoleh nilai p-value
Asymp.sig (2-tailed) = 0,046 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya
terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan kegiatan
mozaik terhadap peningkatan perkembangan motorik halus anak prasekolah usia
3-4 tahun di KB Permata Hati Desa Jogodayuh.
2. Analisis Perkembagan Motorik Halus Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
bermain playdough
Page 77
58
Tabel 5.9 Perkembagan Motorik Halus Anak Prasekolah Sebelum Dan Sesudah
Bermain PlaydoughUsia 3-4 Tahun Di KB Permata Hati Desa
Jogodayuh
Perkembagan
Motorik
Halus
Pretest Ddst (Bermain
Playdough)
Posttest Ddst (Bermain
Playdough)
(f) (%) (f) (%)
untesteble 1 8.3% 0 0.0%
suspek 5 41.7% 2 16.7%
normal 6 50.0% 10 83.3%
total 12 100.0% 12 100.0%
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian anak sebelum diberikan
permainan playdough mengalami perkembangan motorik halus dalam katagori
normal, sebanyak 6 responden (50,0%).
Tabel 5.10 Rata-Rata Perkembagan Motorik Halus Anak Prasekolah Sebelum Dan
Sesudah Bermain PlaydoughUsia 3-4 Tahun Di KB Permata Hati
Desa Jogodayuh
Terapi /
Stimulasi
Motorik
Halus
N
Mean
Standar
Deviasi
Min
Max
Teis
p-value
(Asymp.sig
(2-tailed))
Playdough
Pre-
test 12 2.4167 .66856 1.00 3.00
7 .025 Post-
testddst 12 2.8333 .38925 2.00 3.00
Tabel 5.10 menunjukan bahwa perkembangan motorik halus pada kelompok
bermain playdough mengalami peningkatan perkembagan motorik halus, sebelum
diberikan terapi bermain playdough didapatkan mean/rata-rata sebesar 2.4167
sedangakan sesudah diberikan terapi bermain playdough didapatkan mean/rata-
rata sebesar 2.8333. Dan masih terdapat 7 responden yang perkembangan motorik
halus tetap/teis hal ini disebabkan karena dari awal terdapat 6 responden yang
perkembagan motorik halusnya dalam katagori normal dan masih terdapat 1
responden yang perkembangan motorik halus tetap dalam katagori suspek.
Page 78
59
Berdasarkan uji statistik perkembangan motorik halus sebelum dan sesudah
bermain playdough menggunakan uji wilcoxon. Diperoleh nilai p-value
(Asymp.sig (2-tailed) = 0.025 sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan bermain playdough terhadap
peningkatan perkembagan motorik halus anak pra sekolah usia 3-4 di KB Permata
Hati Desa Jogodayuh.
3. Analisa Perbedaan Efektifitas Kegiatan Mozaik Dan Bermain Playdough
Terhadap Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah
Usia 3-4 Tahun Di KB Permata Hati Desa Jogodayuh
Tabel 5.11 Perbedaan Perkembangan Motorik Halus Sesudah Diberikan
Kegiatan Mozaik Dan Bermain Playdough Di KB Permata Hati
Desa Jogodayuh
Kelompok
N
Mean
Rank
Sum
Runks
Z
P-Value (Asymp.
Sig 2-tailed)
Mozaik 12 13.00 156.00
-0.604
0.546 Playdough 12 12.00 144.00
Tabel 5.9 Berdasarkan Uji Mann Whitney didapatkan nilai p-Value (Asymp.
Sig 2-tailed) sebesar 0.546 (>0,05) sehingga disimpulkan H0 diterima dan H1
ditolak yang berarti tidak ada perbedaan efektifitas kegiatan mozaik dan bermain
playdoygh terdapat peningkatan perkembagan motorik halus anak prasekolah usia
3-4 tahun di KB Permata Hati Desa Jogodayuh. Berdasarkan analisa diketahui
bahwa rata-rata kegiatan mozaik memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan
playdough sebesar (13.00) sedangkan untuk bermain playdoughmemiliki rata-rata
sebesar (12.00). Hal tersebut menunjukan bahwa dari hasil rata-rata kegiatan
mozaik lebih efektif dibandingkan dengan bermain playdough dalam meningkatan
Page 79
60
perkembangan motorik halus anak prasekolah usia 3-4 tahun di KB Permata Hati
Desa Jogodayuh .
5.3 Pembahasan
5.3.1 Perbebedaan Perkembangan Motorik Halus Sebelum dan Sesudah
Diberikan Kegiatan Mozaik
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebelum diberikan kegiatan mozaik terdapat 5
responden (41.7%) yang mengalami perekambangan motorik halus dalam katagori
suspek, kemudian setelah diberikan kegiatan mozaik masih terdapat 1 responden
(8.3%) yang perkembangan motorik halus tetapdalam katagorik suspek.
Berdasarkan asumsi peneliti, masih terdapatnya 1 responden yang
perkembangan motoriknya masih dalam katagori suspek,pada saat diberikan
kegiatan mozaik responden ini kurang fokus pada saat mengambil dan
menempelkan potongan-potongan kertas origami pada sebuah pola atau gambar,
padahal mengambil dan menempelkan potongan-potongan kertas membutuhkan
koordinasi mata dan tangan.
Sedang teori menurut Sujiono dalam Magfuroh (2017), menyatakan bahwa
motorik halus merupakan gerakan menggunakan otot-otot halus atau sebagian
anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh keingginan untuk belajar dan
berlatih. Contohnya kemampuan untuk memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan lain-lain.
Kemampuan motorik halus bukan salah satu kemampuan yang akan berkembang
begitu saja, melainkan melalui sebuah proses belajar dan latihan. Karakteristik
motorik halus adalah gerakannya tidak membutuhkan tenaga, namun
Page 80
61
membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.Gerakan tersebut harus
mendapatkan stimulusi yang berkelanjutan untuk memperoleh gerakan yang
sempurna.
Tebel 5.7 menunjukan bahwa sebelum diberikan kegiatan mozaik terdapat 7
responden (58.3%) yang perkembangan motorik halusnya dalam katagori normal
kemudian sesudah diberikan kegiatan mozaik meningkat menjadi 11 responden
(91,7%).
Berdasarkan asumsi peneliti, faktor yang dapat mempengarui perkembangan
motorik halus salah satunya jenis kelamin.Peneliti berpendapat bahwa anak
perempuan lebih mudah untuk diatur dan patuh, lain halnya dengan anak laki-laki
yang cenderung sulit untuk diatur, diarahkan dan anak laki-laki biasanya sering
membantah dan lebih agresif.Kemampuan anak perempuan dalam mengontrol
koordinasi otot-otot tangan dan mata lebih baik dibandingkan anak laki-laki, hal
ini di karena anak perempuan lebih teliti dan cermat dalam menempelkan
potongan-ptongan kertas origami pada suatu pola atau gambar.
Hasil penelitian ini didungkung oleh teori (Hurlock dalam Noviyanti, 2015)
yang menyatakan bahwapada umumnya sebelum melewati masa pubertas,
pertumbuhan dan perkembangan anak akan lebih pesat pada anak perempuan. Hal
ini akan berkurang berlahan-lahan mengikuti bertambahnya usia anak hingga pada
akhirnya perbedaan itu hilang.Kartikawati (2010) memberikan teori yang
menyatakan bahwa anak perempuan lebih mudah untuk diatur dan tenang berbeda
dengan anak laki-laki yang cenderung lebih banyak tingkah, lebih sulit diatur,
sering membantah kepada orang tua dan susah diarahkan.
Page 81
62
Pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa perkembangan motorik halus pada
kelompok mozaik sebelum diberikan kegiatan mozaik didapat mean/rata sebesar
2.51493 setelah diberikan kegiatan mozaik didapatkan mean/rata 2.9167. Dan
diperoleh nilai p-value Asymp.sig (2-tailed) = 0,046 sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima yang artinya ada perbedaan yangsignifikan sebelum dan sesudah
diberikan kegiatan mozaik terhadap peningkatan perkembangan motorik halus.
Peneliti berasumsi bahwa pemberiaan kegitan mozaik dapat meningkatkan
perkembangan motorik halus, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah
satunya pemberian stimulasi/terapi. Dengan kegiatan mozaik anak menggunakan
jari-jemarinya untuk mengambil potogan-potongan kertas kemudian ditempelkan
menggunakan lem pada suatu pola atau gambar, Kegiatan tersebut melibatkan
koordinasi otot-otot tangan dan mata sehingga dapat meningkatan perkembangan
motorik halus anak.Kegiatan mozaik juga dapat melatih ketetelitian, kecermatan,
dan konsentrasi dalam mengambil dan menempelkan potongan-potongan kertas
origami sehingga membuat anak menjadi lebih mandiri.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian menurut Maghfuroh (2017)
dengan teknik–teknik yang dilakukan dalam mozaik, seperti mengelem dan
menempel dibutuhkan kemandirian anak dan kecermataannya dalam membuat
mozaik. Kemandirian dimana anak mampu melakukan melakukan dengan percaya
diri dan dalam prosesnya tidak sering membutuhkan bimbingan., dan kecermataan
merupakan ketetapan dalam membuat dan menempel bentuk .
Page 82
63
Dari hasil uji wilcoxon terdapat 8 responden yang perkembangan motorik
tetap/teis hal ini disebabkan karena dari awal terdapat 7 responden yang
perkembangan motorik halus sudah dalam katagori normal sehingga meskipun
sudah diberikan kegiatan mozaik berkembangan motoriknya tetap dalam katagori
normal dan terdapat 1 responden yang perkembangan motorik halusnya masih
dalam katogori suspek.
Peneliti berasumsi bahwa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
motorik halus salah satunya pekerjaan orangtua. Berdasarkan asumsi peneliti
orangtua yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu yang banyak
untuk mendampingi dan mengontrol anak dalam melakukan berbagai aktivasitas
yang dapat meningkatan perkembangan motorik halus anaknya .Dan pada saat
dilakukan test DDST sebagian besar responden pada kelompok kegiatan mozaik
yang perkembangan motoriknya dalam katogori normal sudah mampu
memengambar atau melaksanakan semua kompenen test yang diujikan oleh
peneliti, sedangkan terdapat responden yang perkembangan motorik halusnya
dalam katagori suspek hal ini disesebakan pada saat dilakukan test DDST II
responden ini menolak membuat gambar orang 3 bagian, dan gagal dalam
membuat lingkaran dan persegi.
Penelitian ini sejalan dengan teori menurut Romness (2010) menyatakan
bahwa ibu yang tidak bekerja tentunya menghabiskan waktu yang lebih banyak
dengan anak dibandingkan ibu yang bekerja.Waktu yang lebih banyak berarti
intraksi dan stimulasi dari ibu ke anak yang lebih banyak.Dengan demikian, anak
3-6 tahun yang diasuh oleh ibu yang tidak bekerja memiliki perkembangan
Page 83
64
yanglebih baik daripada anak yang diasuh oleh ibu yang bekerja diluar rumah.
Penelitian Agustina (2012) menunjukkan hal yang sejalan dengan dugaan tersebut
dimana balita yang memiliki ibu yang bekerja mendapatkan stimulasi sedikit
dibandingkan dengan anak usia balita yang ibunya tidak bekerja. Danteori ini
sejalan dengan teori (Muhammad) yang menyatakan bahwa pada usia 3-4 tahun
anak mampu menggambar suatu bentuk yang hampir menyerupai bentuk
lingkaran,. Anak sudah mampu mengoprasikan jari-jari untuk memotong kertas
dengan menggunakan gunting, menempel sesuatu dengan menggunakan telunju,
membangun menera delapan balok anak mampu membuka dan menggenakan baju
pada boneka dan anak juga sudah bisa menuangkan air dari teko tanpa tumpah.
5.3.2 Analisa Perbedaan Perkembangan Motorik Halus sebelum dan
Sesudah Bermain Playdough
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi bermain playdough
terdapat 1 responden (8.3%) yang perkembangan motorik halusnya dalam
katagori untesteble, setelah diberikan permainan playdough perkembangan
motorik halusnya meningkat dalam katagori suspek.
Berdasarkan asumsi peneliti hal ini, terjadi karena pada saat diberikan
permainan playdough anak sangat bersemangat dalam membentuk benda yang
diinginkan dan merasa senang dalam melakukakan kegiatan ini, namun disisi lain
anak ini sangat hiperaktif sehingga sulit untuk dikendalikan tetapi dengan bantuan
guru anak ini dapat mengikuti kegiatan sampai selesai.
Page 84
65
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori menurut Sumantri dalam Dewi (2014)
kegiatan membentuk pada anak dapat dapat dikatorikan sebagai cara untuk
menstimulasi perkembangan motorik halus, karena dalam membentuk anak akan
melibatkan otot-otot halusnya untuk memijat, menekan dan menambah atau
mengurangi bahan yang akan dibentukyna. Sedangkan menurut Dewi (2014)
permainan membentuk memberikan kebebasaan pada anak untuk membentuk
suatu benda yang diinginkan. Permainan ini dapat dapat menimbulkan rasa senang
dan gembira yang terlihat dari perilaku anak pada saat membentuk yang terlihat
ceria, tersenyum dan kadang sampil tertawa.
Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi bermain
palydoughterdapat 5 responden (41.7%) yang perkembangan motorik halusnya
dalam katagorik suspek, kemudian setelah diberikan terapi masih terdapat 2
responden ( 16,7%) yang berkembangan motorik halusnya dalam katagorik
suspek.
Hal ini disebebakan oleh beberapa faktor salah satunya lamanya
bersekolah.Peneliti berasumsi bahwa responden yang bersekolah lebih dari satu
tahun sudah lama terpapar kegiatan yang dapat meningkatan perkembangan
motorik halus oleh pihak sekolah dibandingkan responden yang baru bersekolah
kurang dari satu tahun.
Penelitian ini sejalan dengan teori Lindawati (2013), meskipun tidak terdapat
hubungan bermakna antara lama di PAUD dengan perkembangan motorik anak
usia prasekolah (p=0,21), namun hasil penelitian menunjukkan bahwa 44,3% anak
Page 85
66
yang kurang dari 12 bulan di PAUD perkembangannya masuk pada kategori tidak
sesuai. Sedangkan hanya 26,7% anak yang lebih dari 12 bulan di PAUD yang
perkembangannya termasuk kategori sesuai.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Rosari dan Sutarno (2013),
perkembangan motorik halus setiap anak di TK tidak sama, kondisi yang
mempengaruhi perkembangan motorik halus anak tidak hanya suasana
pembelajaran tapi juga dibutuhkan kedekatan pelatih dengan anak, sehingga
pelatih harus memahami karakteristik setiap anak. Sehingga pelatih dapat
memberikan pembelajaran yang tepat, sekaligus memunculkan motivasi anak.
Pada proses penelitian, anak-anak yang masih cenderung malu-malu atau kurang
memiliki keberanian karena, terkendala dengan kedekatan pada anak yang masih
belum terjalin dengan baik dan kurangnya waktu dalam memahami karakteristik
setiap anak.
Pada tabel 5.7 menunjukan bahwa sebelum diberikan terapi bermain playdough
terdapat 6 responden (50.0%) yang perkembangan motorik halusnya dalam
katagori normal, setelah diberikkan terapi bermain playdough meningkat menjadi
10 responden (83.3%) yang berkembangan motorik halusnya dalam katagori
normal.
Berdasarkan asumsi peneliti, salah satu satu faktor yang mempengaruhi
peningkatan perkembagan motorik halus salah satunya adalah usia. Karena pada
peneliti ini sebagian besar responden berusia 4 tahun, anak yang berusia 4 tahun
perkembangan motoriknya lebih bagus dibandingkan anak usia 3 tahun hal ini
Page 86
67
dikarenakan anak yang berusia 4 tahun sebagaian besar sudah mampu mengambil
dan menepelkan potongan-potongan kertas dengan rapi dibandingkan anak usia 3
tahun.
Penelitian ini sejalan dengan teori menurut Menurut Yuniarti (2010), anak usia
3 tahun belum sepenuhnya mampu menggerakan anggota tubuhnya seperti
menggerakan jari-jari kiri dan kanan secara bersamaan.
Pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi bermain
playdough didapatkan rata-rata/mean sebesar 2.4167 setelah diberikan terapi
bermain playdough meningkat menjadi 2.8333.dengan nilai p-Value
(Asymp.Sig(2-tailed)) sebesar 0.025 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yang
artinya ada perbedaan yang signifkan sebelum dan sesudah diberikan bermain
playdough terhadap peningkatan perkembangan motorik halus anak pra sekolah
usia 3-4 di KB Permata Hati Desa Jogodayuh.
Peneliti berasumsi bahwa perkembangan motorik halus dapat meningkat
setelah bermain playdough hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya
pemberian stimulasi/terapi.Dengan bermain playdough anak dapat dengan mudah
untuk membuat kreasi menggunakan jari-jari tanggannya sesuai dengan
keingginannya karena playdough terbuat dari bahan yang elastis.Bermain
playdough juga dapat meningkatan kreativitas dan imajinasi anak. Pada saat
diberikan permainan playdough ada beberapa anak yang mengalami keselulitan
dalam membuat bentuk angka dan bentuk huruf hal ini disebebkan anak belum
Page 87
68
terlalu banyak menggenal bentuk huruf dan bentuk angka, sehingga anak tidak
dapat menyelesaikan permainan ini dengan baik.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian menurut dari Meity Mulya
Susanti dan Yulia Trianingsih (2015) yang menyatakan bahwa perkembangan
motorik halus pada anak usia dini sesudah diberikan terapi bermain playdough di
paud dahlia paling banyak sesuai umur sebanyak 80% (12 responden) dan tidak
sesuai sebesar 20% (3 responden). Pada kondisi ini perkembangan motorik halus
anak usia 2-3 tahun di paud dahlia sudah mulai meningkat karena sudah diberikan
perlakuan terapi bermain playdough sehingga perkembangannya banyak normal.
Perkembangan motorik halus anak dapat dilatih dengan bermain edukatif seperti
playdough.
Dan dari hasil uji wilcoxon masih terdapat 7 responden yang perkembangan
motorik halus tetap/teis hal ini disebabkan karena sudah dari awal terdapat 6
responden yang perkembagan motorik halusnya dalam katagori normal dan masih
terdapat 1 responden yang perkembangan motorik halus tetap dalam katagori
suspek.
Peneliti berasumsi, faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik
halus salah satunya pendidikan orangtua. Orang tua yang berlatar belakang
pendidikan lebih tinggi memiliki pengetahun yang lebih luas dibandingkan orang
tua yang berlatar belakang pendidikan dibawahya sehingga orangtua dapat
mencari banyak informasi mengenai stimulasi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perkembangan motorik halus dan dapat bersifat terbuka dalam
Page 88
69
menerima informsi.Dan pada saat dilakukan test DDST II sebagian besar
responden pada kelompok bermain Plydough yang perkembangan motoriknya
dalam katogori normal sudah mampu memengambar atau melaksanakan semua
kompenen test yang diujikan oleh peneliti sehingga peneliti mengkatagorikan
responden ini dalam kataori normal, sedangkan terdapat responden yang
perkembangan motorik halusnya dalam katagori suspek hal ini disesebakan pada
saat dilakukan test DDST II responden sebagian besar gagal membuat gambar
orang 3 bagian, gagal dalam membuat lingkaran dan persegi dan beberapa
responden yang gagal dalam menumpuk 8 kubus .
Penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmojo (2010) dengan pendidikan
orang tua yang cukup, maka orang tua lebih memperhatikan perkembangan
anaknya didalam melakukan perkembangan motorik halusnya. Ibu yang
berpendidikan tinggi akan lebih lebih terbuka menerima informasi dari luar
tentang cara mengasuh anak dengan baik, pendidikan anak yang baik dan
sebagainya danteori ini sejalan dengan teori (Muhammad) yang menyatakan
bahwa pada usia 3-4 tahun anak mampu menggambar suatu bentuk yang hampir
menyerupai bentuk lingkaran,.Anak sudah mampu mengoprasikan jari-jari untuk
memotong kertas dengan menggunakan gunting, menempel sesuatu dengan
menggunakan telunju, membangun menera delapan balok anak mampu membuka
dan menggenakan baju pada boneka dan anak juga sudah bisa menuangkan air
dari teko tanpa tumpah.
5.3.3 Analisa Perbedaan Efektivitas Kegiatan Mozaik Dan Bermain
Playdough Terhadap Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak
Page 89
70
Berdasarkan tabel 5.9 perbedaan perkembangan motorik halus sesudah
diberikan kegiatan mozaik dan bermain playdough dengan menggunakan Uji
Mann Whityney didapatkan nilai P-value (Asymp. Sig 2-tailed ) sebesar 0.546 (>
0.05) sehingga dapat disimpulkan H0 diterima dan Haditolak yang berarti tidak
ada perbedaan efektifitas kegiatan mozaik dan bermain playdough terhadap
peningkatan perkembagan motorik halus anak prasekolah usia 3-4 tahun di KB
Permata Hati Desa Jogodayuh. Akan tetapi berdasarkan rata-rata untuk kegiatan
mozaik didapatak rata-rata sebesar (13.00) dan bermain playdough rata-rata
didapatkan rata-rata (12.00), hal tersebut menunjukan bahwa kegitan mozaik
memiliki rata-rata lebih tinggi lebih dibandingkan dengan bermain playdough
dalam meningkatan perkembangan motorik halus prasekolah di KB Permata Hati
Desa Jogodayuh.
Dari hasil penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa tidak adanya perbedaan
efektifitas kegiatan mozaik dan bermain playdough terhadap peningkatan
perkembangan motorik halus, hal ini disebabkan karena keduanya sama-sama
efektif untuk meningkatkan perkembangan motorik halus.Tetapi berdasarkan rata-
rata hasil setelah diberikan kegiatan mozaik dan bermain playdough kegiatan
mozaik memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan bermain playdough.Karena
melalui kegitan mozaik anak dituntut untuk mengambil potongam-potongan
kertas kemudian ditempelkan pada suatu pola atau gambar sehingga bentuk
sebuah pola atau gambar.Ketika anak dapat mengambil dan menempelkan
potongan-potongan kertas hal ini dapat meningktan perkembagan motorik halus
kerana dengan mengambil dan menempelkan potongan-potongan kertas
Page 90
71
menggunakan jari-jemari sehingga hal ini melibatkan koordinasi otot-otot tangan
dan mata.Bermain mozaik juga dapat melatih ketetelitian, kecermatan, dan
konsentrasi anak dan membuat anak menjadi lebih mandiri.kegiatan ini juga
memiliki kelemahan yaitu anak mudah bosan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian menurut Istiqomah (2017), dalam jurnal
yang berjudul Pengaruh Kegiatan Mozaik Terhadap Kemampuan Keterampilan
MotorikHalus Pada Anak Kelompok B Di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal 3
Surabayamenyatakanbahwa terdapat peningkatan skor pada kemampuan motorik
halus anak kelompok B tk Aisyiyah Bustanul Athfal 3 Surabaya dalam kegiatan
menjimpit dan menempel setelah diberikan treatment berupa kegiatan mozaik.
Pemberia treatment kegiatan mozaik diberikan dimaksudkan untuk memberikan
pembiasaan kepada anak dalam kegiatan menjimpit dan menempel yang menjadi
indikator penilaian
Begitu pula dengan bermain playdough, dengan bermain playdough anak dapat
dengan mudah untuk membuat kreasi menggunakan jari-jari tangannya sesuai
dengan keingginannya karena playdough terbuat dari bahan yang elastis.Bermain
playdough juga dapat meningkatan kreativitas dan imajinasi anak. Pada saat
dilakukan berikan bermain playdough ada beberapa anak yang mengalami
kesulitan dalam membuat bentuk angka dan bentuk huruf hal ini disebebkan anak
belum terlalu banyak menggenal bentuk huruf dan bentuk angka, sehingga anak
tidak dapat menyesekain permainan ini dengan baik.
Page 91
72
Secara umum, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian menurut Susanti
Dan Trianingsih (2017), hasil penelitan menganai peningkatan perkembangan
motorik halus dengan dengan bermain playdough bermanfaat untuk
perkembangan otak anak, anak bisa memperoleh kesenangan dengan cara anak
dapat mengenal sesuatu yaitu melalui sentuhan belajar tentang tekstur, sehingga
jari-jari anak menjadi lentur dan perkembagan motorik halusnya dapat tercapai
sesuai tahapan perkembangan anak.
Berdasarkan teori diatas, hasil penelitian ini diketehaui bahwa kedua terapi ini
terbukti sama-sama efektif dalam meningkatan perkembangan motorik halus
namun dilihat dari dari rata-rata perkembangan motorik halus lebih efektif
kegiatan mozaik dalam meningkatan perkembangan motorik halus.
Page 92
73
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta diuraikan pada
pembahasaan di bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Ada peningkatanperkembangan motorik halus sebelum dan sesudah diberikan
kegiatan mozaik terhadap perkembangan motorik halus pada anak prasekolah
usia 3-4 tahun di KB Permata Hati Desa Jogodayuh.
2. Ada peningkatan perkembangan motorik sebelum dan sesudah diberikan
permainan playdough terhadap peningkatan perkembangan motorik halus anak
prasekolah di KB Permata Hati desa Jogodayuh.
3. Tidak terdapat perbedaan efektifitas kegiatan mozaik dan bermain playdough
terhadap peningkatan perkembangan motorik halus anak prasekolah usia 3-4
tahun di KB Permata Hati Desa Jogodayuh dengan nilai p-value = 0.546. Hasil
penelitian ini terbukti bahwa kedua terapi ini sama-sama efektif dalam
meningkatan perkembangan motorik halus tetapi dari hasil rata-rata
perkembangan motorik halus kegiatan mozaik lebih efektif dibandingkan
bermain playdough.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian,berikut adalah saran yang diberikan terkait dengan
kegitan mozaik dan bermain playdough terhadap peningkatan perkembangan
Page 93
74
motorik halus anak prasekolah usia 3-4 tahun di KB Permata Hati Desa
Jogodayuh.
1. Bagi Pengelola Kelompok Bermain (KB)
Dari hasil penelitian, tentang kegiatan mozaik dan bermain playdough terbukti
dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak, pengelola kelompok
bermain dapat melanjutkan kegiatan mozaik dan bermain playdough untuk
meningkatan perkembangan motorik anak.
2. Bagi Mahasiswa STIKES BHM
Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi untuk menambah pengetahuan dan
wawasaan yang berguna bagi mahasiswa, mengenai stimulusi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia pra sekolah
usia 3-4 tahun
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi bagi peneliti selanjutnya,
penelitinya selanjutnya juga dapat menggunakan methode yang lain yang dapat
digunakan untuk meningkatan perkembangan motorik halus, dan juga bisa melihat
perkembangan motorik dengan cara menambah variable ataupun sample yang
lebih banyak.
Page 94
75
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, W. 2012. Perbedaan Stimulasi Verbal Antara Ibu Bekerja Di Luar
Rumah Dan Tidak Bekerja Terhadap Perkembagan Bahasa Anak Usia
Toddler (1-3) Tahun Di Kelurahan Ketawanggade Malang. Jurnal
Keperawatan Anak. Universitas Brawijaya.
Alini.2017. Pengaruh Terapi Bermain Plastisin (Playdought) Terhadap
Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Mengalami
Hospitalisasi Di Ruang Perawatan Anak Rsud Bangkinang Tahun 2017. Vol
1, No 2 2017.Diakses Pada Tanggal 9 Januari 2019.
Andini, M.2014. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Tugas
Perkembangan Pada Anak Usia Pra Sekolah. Skripsi.Stikes Kusuma
Husada. Diakes Pada Tanggal 15 Januari 2019
Andriana, D. 2013. Tumbuh Kembangan dan Terapi Bermain Pada Anak. Edisi
Revisi. Jakarta : Salemba Medika
Andhyka, Y. 2017. Penggunaan Playdough Dalam Mengembagkan Motorik Halus
Anak Usia Dini Kelompok A Di Raudhatul Athfal Ismaria Al – Qur‟anniyah
Rajabasa Bandar Lampung.Skripsi.Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Diakses Pada Tanggal 15
Januari 2019
Arifah, R. 2014. Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus MELALUI Teknik
Mozaik Pada Anak Kelompok A Di Tk ABA Khadijah Bangunjiwo Timur
Kasihan Bantul.Skripsi. Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta :
Renika Cipta.
Dahlan, Sopiyudin. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5.
Jakarta: Salemba Medika
Page 95
76
Diana, S.2015.Pengaruh Permainan Origami Terhadap Perkembangan Motorik
Halus Pada Anak Paud Umur 3-4 Tahun Di Tk Al-Kholifah Desa Selorejo
Mojowarno Jombang.Diakes Pada Tanggal 10 Januari 2019.
Dewi, Dwi J. 2014 Perilaku Anak Dalam Permainan Membentuk Sebagai
Stimulasi Kemampuan Motorik Halus Di Kelompok A Tk Arum Puspita
Ciren Thiharjo Pandak Bantul. Skripsi.Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitaw Negri Yoyakata. Diakses pada tanggal 25 juni 2019.
Istiqomah, L. 2017. Pengaruh Kegiatan Mozaik Terhadap Kemampuan
Keterampilan MotorikHalus Pada Anak Kelompok B Di Tk Aisyiyah
Bustanul Athfal 3 Surabaya.Diakses pada tangal 26 juni 2019
Juwita Ovita Sari.2014.Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
Kelompok B Al- Isra Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Melalui
Teknik Mozaik Dengan Biji Padi Dan Kulit Kacang.Skripsi. Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu. Diakses Pada
Tanggal 24 Januari 2019
Kartikawati . 2010. Peningkatan Perkembagan Motorik Halus Anak Usia Dini.
Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol. 1 No. 3.Universitas Brawijaya Malang.
Kasenda Mariani G, Sarimin S Dan Obnibala F. 2015. Hubungan Status Gizi
Dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk
Gmim Solafide Kelurahan Uner Kecamatan Kawangkoan Induk Kabupaten
Minahasa.Vol 3 No.1.Diakses Pada Tanggal 5 Februahari 2019.
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015.
Lindawati. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembagan motorik
anak usia prasekolah. Diakses 26 juni 2019.
Maghfuroh L. 2018. Metode Bermain Puzzle Pada Perkembangan Motorik Halus
Pada Anak Usia Prasekolah.Jurnal Eridurane 3 Hal :(55-60)
Maghfuroh, L Dan Nurul Khotimah. 2017. Pengaruh Teknik Mozaik Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah. Jurnal Sain Med, Vol.9
No.1 : 57-81
Page 96
77
Meity, M.S, Dan Yuli T. 2015. Efektivitas Terapi Playdough Dan Puzzle
Terhadap Tingkat Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini Di
Paud Dahlia Godong. Stikes An Nur Purwodadi.
Mita, N.2015.Perbedaan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah
Melalui Terapi Seni Rupa Kolase Dan Clay Di Pg Islam Maryam
Surabaya.Skripsi : Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya.
Muhammad, R. 2016. Keterampilan Motorik Anak Usia 3-6 Tahun.
https://www.kompasiana.com/r_boy/583af1326323bd3c0abae348 . Diakses
12 Juli 2019.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian Kesehatan.Jakarta : Renika Cipta
Nursallam.2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Ed. 3. Jakarta:
Salemba Medika.
Renita, F. 2014. Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus Anak Tk Aba
Kelompok B Se-Kecamatan Minggir Sleman Yogyakarta.Skripsi. Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Romness. 2010. Famlily Centered Nursing Care Of Children .philadelphia : W B
Saundres company.
Rosari, R,. Syukri, M,. Sutarno,. (2013). Analisa Pembelajaran Pengembangan
MotorikHalus Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Bina Empat Lima II
Pontianak Barat. Fakultas Pendidikan Guru Anak Usia Dini FKIP UNTAN
Pontianak. Diakses pada tanggal 27 juni 2019.
Royhanati, I. 2015. Ddst (Denver Develompmen Screening Test). Tersedia Dalam
Http: //Isyroyhanati.Files.Wordpress.Com/2015/Ddst-Ii.Pdf. Diakses 18
Januari 2019
Siyoto, S dan Sodik A. 2015.Dasar Metodologi Penelitian.Yogyakarta : Literasi
Media Publising
Soetjiningsih. 2013. Kembang Anak. Edisi 2.Jakarta : ECG
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta
Page 97
78
Sulistiawati, A. 2014. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Sulastri, A. T. 2015.Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan
Mozaik Pada Anak Kelompok B di TK Pamardisiwi Maju-Muju
Yogyakarta.Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta
Susanti, M. 2015. Efektivitas Terapi Bermain Play Dough Dan Puzzle Terhadap
Tingkat Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini Di Paud Dahlia
Godong. Diakes Pada Tanggal 12 Januari 2019
Syaiful, Y, Widati, A, & Rahmawati, Dw. 2012.Pengaruh Terapi Bermain:
Origami Terhadap Perkembangan Motorik Halus Dan Kognitif Anak Usia
Prasekolah (4-5 Tahun)‟,Journals Of Ners Community, Vol. 3, No. 6, Hal.
16-29
Utami, Rahayu Budi. 2015. Pengaruh Stimulasi Motorik Halus Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun Di Taman Kanak-
Kanak Pertiwi Tiripan Berbek Nganjuk
Yuniarti. 2010. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan
Motorik Halus Anak Prasekolah Usia 4-6 Tahun Di Yogyakarta. Diakses
pada tanggal 24 juni 2019
Page 99
80
Lampiran 1
Surat Ijin Pengambilan Data Awal
Page 100
81
Lampiran 2
Surat Ijin Penelitian
Page 101
82
Lampiran 3
Surat Keterangan Selesai Penelitian
Page 102
83
Lampiran 4
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa progamam Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Yesy Nur Azizah
Nim : 201502078
Bermaksud melakukan penelitian tentang “Perbedaan Efektitas Kegiatan
Mozaik Dan Bermain Playdough Terhadap Peningkatkan Perkembangan Motorik
Halus Anak Prasekolh Usia 3-4 Tahun Di KB Permata Hati Desa Jogodayuh‟‟.
Sehubungan dengan ini, saya mohon kesedian saudara untuk bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi
saudara akan sangat kami jaga dan informasi yang akan saya gunakan kepentingan
penelitian.
Demikian permohohan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya
ucapkan terima kasih.
Madiun, April 2019
Peneliti
Yesy Nur „Azizah
201502078
Page 103
84
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Inform Consent)
Yang bertandatangan dibawah ini,
Nama :
Umur :
Setelah saya mendapatkan penjelasaan mengenai tujuan, manfaat jaminan
kerahasiaan dan tidak ada resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Yesy Nur „Azizah mengenai “Perberbedaan Efektivitas Kegiatan
Mozaik dan Bermain playdough Terhadap Peningkatkan Perkembangan Motorik
Halus Anak Prasekolah Usia 3-4 Tahun di KB Permata Hati Desa Jogodayuh”.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini bermanfaat bagi
keperawatan Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan
dengan sebenar-benarnya. Demikian pernyataan ini saya buat untuk di pergunakan
sesuai keperluaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, apabila saudara setuju ikut serta dalam
penelitian ini domohon untuk menandatangani kolom yang disediakan.
Madiun, April 2019
Responden
Page 104
85
Lampiran 6
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN PENELITIAN
“ EFEKTIVITAS KEGIATAN MOZAIK DAN BERMAIN PLAYDOUGH
TERHADAP PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK
PRA SEKOLAH USIA 3-4 TAHUN DI KB PERMATA HATI DESA
JOGODAYUH”
Kode Responden *) :
Petunjuk : Berilah tanda ( √ ) pada pilihan yang dianggap
sesuai
I. Data Demografi Anak
1. Nama Lengkap :
2. Tempat/Tanggal Lahir :
3. Usia :
4. Jenis Kelamin :
5. Alamat :
6. Anak lahir : Cukup bulan Peramatur
7. Lama sekolah di Paud : <1 tahun > 1 Tahun
II. Data Demografi Orang Tua
1. Nama Lengkap :
2. Tempat/Tanggal Lahir :
3. Usia :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
Page 105
86
III. Tahap Kemampuan Perkembangan Motorik Halus
No. Indikator Kemampuan
Motorik Halus
Pengukuran DDST II (Pre
Test)
Pengukuran DDST II
(Post Test)
1. Mampu menumpuk 8
kubus
2. Meniru garis vertical
3. Menggoyangkan ibu jari
4. Mencontoh O
5. Menggambar orang 1
bagian
6. Mencontoh +
7. Memilih garis yang lebih
panjang
8. Mencontoh
Katagori
Keterangan :
*) Diisi oleh Peneliti
Page 108
89
Lampiran 9
SOP ( STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
DDST (Denver Develoment screaning test)
No dokumen
P.01.2012
No. Revisi Halaman
Prosedur
Tetap
Tanggal Terbit 2 Januari 2012
Pengertian Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menilai kemampuan
mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan Denver Test
Tujuan Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa keperawatan yang
akan melakukan praktek klinik rumah dalam
1. Melakukan pemeriksaan tumbuh kembang anak
Prosedur Uraian T M Tanda
Tangan
Persiapan Alat :
1. Lembar DDST
2. DDST set
Persiapan pasien
1. Indetifikasi identitas
2. Menjeslkan prosedur yang akan
dilakukan
3. Menayakan kesiapan kepada
pasien sebelum kegiatan yang
akan dilakukan
4. Menyiapkan lingkungan tempat
pemeriksaan
Pelaksanaan Kegiatan
1. Menarik umur pada lembar DDST
Page 109
90
dan menentukan tugas
perkembangan yang akan diujikan
2. Memberikan petumnjuk kepada
anak cara melakukan tes,
kemudian meminta peserta untuk
melakuknya
3. Melakukan tes dimulai dari yang
paling mudah
4. Melakukan tes secara rutin dari
item yang menggunakan sedikit
energy
5. Memberikan pujian pada anak
bila berhasil melakukan test
6. Menuliskan skor pada form DDST
setiap satu tindakan
7. Menyimpulkan hasil test setelah
selesai menyelsaikan tinakan
Dokumentasi
Tindakan
Catatan
Penilaian
Page 110
91
Lampiran 10
SOP ( STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
KEGIATAN MOZAIK
Pengertian kegiatan mozaik adalah suatu kegitan menempelkan potongan-
potongan kertas kecil (kertas origami) pada suatu gambar.
Tujuan untuk meningkatkan kemampuan perkembangan motorik halus
Prosedur Persiapan Alat :
1. Gambar atau pola
2. Potongan kertas origami kecil kecil
3. Lem
Tahap Orientasi
4. Menyiapkan lingkungan tempat pemeriksaan
5. Memberikan salam dan melakukan kontrak waktu
6. Menjeslakan prosedur yang akan dilakukan
7. Menayakan kesiapan kepada anak sebelum belum kegiatan
dilakukan
Tahap Kerja
1. Menjelaskan kepada anak- akan kegiatan yang akan
dilakukan.
2. Menunjukan satu persatu alat yang digunakan dan
menjelaskan fungsinya.
3. Kemudian bagikan gambar atau pola, potogan-potongan
kertas origami dan lem kepada anak-anak.
4. Selanjutnya mintalah anak-anak menepelkan potongan-
potongan kertas menggunakan lem.
5. Mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak
selama kegitan berlangsung.
6. Jika sudah selesai dikumpulkan kemeja guru.
Page 111
92
Tahap Terminasi
1. Melakukan terminasi
2. Berpamitan dengan anak
3. Mengebalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
Dokumentasi Mencatat respon anak ke lembar observasi
Keterangan :
Materi kegiatan mozaik akan diberikan sebanyak 5 kali dalam 1 minggu.
Pertemun pertama : Menempelkan bangun datar
Pertemuan kedua : Menempelkan sayuran
Pertemuan ketiga : Menempelkan bentuk buah
Pertemuan keempat : Menempelkan bentuk angka
Pertemuan kelima : Menempelkan bentuk huruf
Page 112
93
Lampiran 11
SOP ( STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
BERMAIN PLAYDOUGH
Pengertian Bermain dengan playdough merupakan kegiatan yang sesuai
bagi anak-anak karena bersifat menyenangkan dan bahan yang
elastis, mudah dibentuk dan aman bagi anak-anak.
Tujuan Untuk meningkatkan kemampuan perkembangan motorik halus
Prosedur Persiapan Alat :
1. Lembar observasi
2. Playdough
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan melakukan kontrak waktu
2. Menjeslakan prosedur yang akan dilakukan
3. Menayakan kesiapan kepada anak sebelum belum kegiatan
dilakukan
4. Menyiapkan lingkungan tempat pemeriksaan
Tahap Kerja
1. Menjelaskan kepada anak-anak permainan yang akan
dilakukan
2. Membagikan plastisin atau playdough
3. Minta anak-anak membuat kreasasi yang diinginkan.
Tahap Terminasi
1. Melakukan terminasi
2. Berpamitan dengan anak
3. Mengebalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
Dokumentasi Mencatat respon anak ke lembar observasi
Page 113
94
Keterangan
Materi bermain playdough akan diberikan sebanyak 5 kali dalam 1 minggu.
Pertemun pertama : Membuat bentuk sesuai kreasinya sendiri
Pertemuan kedua : Membuat bentuk datar
Pertemuan ketiga : Membentuk bentuk buah
Pertemuan keempat : Membuat bentuk angka
Pertemuan kelima : Membuat bentuk huruf
Page 114
95
Lampiran 12
Data Perkembngan Motorik Halus Pre Test Dan Post Tes Pemberian Terapi/Stimulasi Kegiatan Mozaik Dan Bermain
Playdough Di KB Permata Hati Desa Jogodayuh No. Nama Jenis
Kelamin
Usia lama
pendidikan
Terapi
/Stimulasi
Perkembangan Motoirk
Halus
Nama
Orang
Tua
Usia Pekerjaan Pendidikan
Pre Test Post Test
1. An. N Perempuan 4 Tahun 10 Bulan >1 Tahun Mozaik Normal Normal Ny. E 26 Tahun Swasta SMK
2. An. D Laki-Laki 4 Tahun 9 Bulan >1 Tahun Mozaik Normal Normal Ny. T 35 Tahun Swasta SMK
3. An. D Laki-Laki 4 Tahun 8 Bulan >1 Tahun Mozaik Normal Normal Ny. A 44 Tahun Irt SMA
4 An. N Laki-Laki 4 Tahun 10Bulan >1Tahun Mozaik Normal Normal Ny. S 45 Tahun Irt SMA
5. An. A Perempuan 4 Tahun 2 Bulan <1 Tahun Mozaik Normal Normal Ny. S 38 tahun Irt SMA
6. An. S Perempuan 3 Tahun 10 Bulan < 1 Tahun Mozaik Suspek Normal Ny. N 34 Tahun Irt SMP
7. An. I Laki-Laki 3 Tahun 10 Bulan < 1 Tahun Mozaik Suspek Normal Ny. L 25 Tahun Swasta SMK
8. An. H Perempuan 3 Tahun 10 Bulan >1 Tahun Mozaik Normal Normal Ny. M 35 Tahun Irt SMA
9. An. H Perempuan 4 Tahun 7 Bulan >1 Tahun Mozaik Suspek Normal Ny. A 26 Tahun Irt SMK
10. An. A Perempuan 3 Tahun 7 Bulan <1 Bulan Mozaik Normal Normal Ny. D 38 Tahun Swasta SMP
11. AN. A Laki-Laki 4 Tahun 9 Bulan >1 Tahun Mozaik Suspek Normal Ny. M 39 Tahun Pedagang SMK
12. An. A Laki-Laki 4 Tahun 7 Bulan >1 Tahun Mozaik Suspek Suspek Ny. L 40 Tahun Irt SMP
13. An. B Perempuan 4Tahun 10 Bulan >1 Tahun Playdough Normal Normal Ny. H 35 Tahun Swasta SMP
14. An. P Laki-Laki 4 Tahun >1 Tahun Playdough Suspek Normal Ny. Y 30 Tahun Irt SMA
15. An. N Perempuan 4 Tahun 5 Bulan >1 Tahun Playdough Normal Normal Ny. H 35 Tahun Pedagang SMK
16. An. W Laki-Laki 3 Tahun <1 Tahun Playdough Untesteble Suspek Ny. K 43 tahun Tani SMP
17. An. F Laki-Laki 3 Tahun 6 Bulan < 1 Tahun Playdough Normal Normal Ny. T 34 Tahun Swasta SMK
18. An. H Perempuan 4 Tahun 10 Bulan >1 Tahun Playdough Normal Normal Ny. H 42 tahun Tani SMP
19. An. A Laki-Laki 3 Tahun 3 Bulan < 1 tahun Playdough Suspek Normal Ny. M 36 Tahun Swasta SMA
20. An. A Laki-Laki 4 Tahun 7 Bulan >1 Tahun Playdough Normal Normal Ny. S 34 tahun Irt SMP
21. An. A Laki-Laki 4 Tahun 10 Bulan >1 Tahun Playdough Normal Normal Ny. H 37 Tahun pedagang SMA
22. An. S Perempuan 3 Tahun 6 Bulan < 1 Tahun Playdough Suspek Suspek Ny. R 40 Tahun Swasta SMA
23. An. K Perempuan 4 Tahun 10 Bulan .>1 Tahun Playdough Suspek Normal Ny. U 41 Tahun Irt SMP
24. An. V Laki-Laki 4 Tahun >1 Tahun Playdough Suspek Normal Ny. W 37 Tahun Swasta SMA
Page 115
96
Lampiran 13 Hasil Pretest Dan Posttets DDTS II
No. Nama Terapi Pengukuran DDST II (Pre Test) Katagori Pengukuran DDST II (Post Test) Katagori
Indikator Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
1. An. N Mozaik P P P P P P P P Normal P P P P P P P P Normal
2. An. D Mozaik P P P P P P P F Normal P P P P P P P P Normal
3. An. D Mozaik P P P P P P P P Normal P P P P P P P P Normal
4. An. N Mozaik P P P P P P P F Normal P P P P P P P P Normal
5. An. A Mozaik P P P P F P P P Normal P P P P P P P P Normal
6. An. S Mozaik P P P P R F P P Suspek P P P P F P P P Normal
7. An. I Mozaik P P P F R P P P Suspek P P P P F P P P Normal
8. An. H Mozaik P P P P P P P P Normal P P P P P P P P Normal
9. An. H Mozaik P P P F F P P P Suspek P P P P P P P P Normal
10. An. A Mozaik P P P P P P P P Normal P P P P P P P P Normal
11. AN. A Mozaik P P P F F P P P Suspek P P P P P P P P Normal
12. An. A Mozaik P P P F F P P F Suspek P P P P P P P F Suspek
13. An. B Playdough P P P P P P P P Normal P P P P P P P P Normal
14. An. P Playdough P P P P F F P P Suspek P P P P P P P P Normal
15. An. N Playdough P P P P P P P P Normal P P P P P P P P Normal
16. An. W Playdough F P P R R R R R Untesteble P P P F F P P P Suspek
17. An. F Playdough P P P P P P P P Normal P P P P P P P P Normal
18. An. H Playdough P P P P P P P P Normal P P P P P P P P Normal
19. An. A Playdough P P F P F P P P Suspek P P P P F P P P Normal
20. An. A Playdough P P P P P P P P Normal P P P P P P P P Normal
21. An. A Playdough P P P P F P P P Normal P P P P P P P P Normal
22 An. S Playdough F P F P P P P F Suspek F P F P P P P F Suspek
23. An. K Playdough P P P P F F P P Suspek P P P P P P P P Normal
24. An. V Playdough F P P P F P P F Suspek P P P P P P P F Normal
Keterangan Indikator
1. Mampu menumpuk 8 kubus
2. Meniru garis vertical
3. Menggoyangkan ibu jari
4. Mencontoh O
5. Mengambar orang 3 bagian
6. Mencontoh +
7. Memilih garis yang lebih panjang
8. Mencontoh
Page 116
97
Lampiran 14
Distribusi Frekuensi RespondenKelompok Mozaik
usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3 4 33.3 33.3 33.3
4 8 66.7 66.7 100.0
Total 12 100.0 100.0
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 6 50.0 50.0 50.0
perempuan 6 50.0 50.0 100.0
Total 12 100.0 100.0
lama_Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 1 Tahun 4 33.3 33.3 33.3
> 1 tahun 8 66.7 66.7 100.0
Total 12 100.0 100.0
Page 117
98
Lampiran 15
Distribusi Frekuensi Responden
Bermain Playdough
usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 3 4 33.3 33.3 33.3
4 8 66.7 66.7 100.0
Total 12 100.0 100.0
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 7 58.3 58.3 58.3
perempuan 5 41.7 41.7 100.0
Total 12 100.0 100.0
lama_Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 1 Tahun 3 25.0 25.0 25.0
> 1 tahun 9 75.0 75.0 100.0
Total 12 100.0 100.0
Page 118
99
Lampiran 16
Data Khusus Responden Kegiatan Mozaik dan Bermain Playdough
pretestddst_mozaik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid suspek 5 41.7 41.7 41.7
normal 7 58.3 58.3 100.0
Total 12 100.0 100.0
posttestddst_mozaik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid suspek 1 8.3 8.3 8.3
normal 11 91.7 91.7 100.0
Total 12 100.0 100.0
pretestddst_playdough
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid untesteble 1 8.3 8.3 8.3
suspek 5 41.7 41.7 50.0
normal 6 50.0 50.0 100.0
Total 12 100.0 100.0
posttestddst_playdough
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid suspek 2 16.7 16.7 16.7
normal 10 83.3 83.3 100.0
Total 12 100.0 100.0
Page 119
100
Lampiran 17
Data Frekuensi Orangtua Responden
kelompok mozaik
usia_orangtuaresponden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 25 -30 3 25.0 25.0 25.0
31-35 3 25.0 25.0 50.0
36-40 4 33.3 33.3 83.3
41-45 2 16.7 16.7 100.0
Total 12 100.0 100.0
pendidikanterakhir_orangtuarespon
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid smp 3 25.0 25.0 25.0
sma/smk 9 75.0 75.0 100.0
Total 12 100.0 100.0
pekerjaan_orangtuaresponden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid swasta 4 33.3 33.3 33.3
pedagang 1 8.3 8.3 41.7
irt 7 58.3 58.3 100.0
Total 12 100.0 100.0
Page 120
101
Lampiran 18
Data Frekuensi Orangtua Responden
Kelompok Playdough
usia_orangtuaresponden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 25 -30 1 8.4 8.4 8.4
31-35 4 33.3 33.3 41.7
36-40 4 33.3 33.3 74.0
41-45 2 25.0 25.0 100.0
Total 12 100.0 100.0
pendidikanterakhir_orangtuarespon
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid smp 5 41.7 41.7 41.7
sma/smk 7 58.3 58.3 100.0
Total 12 100.0 100.0
pekerjaan_orangtuaresponden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid swasta 4 33.3 33.3 33.3
pedagang 2 16.7 16.7 50.0
petani 3 25.0 25.0 75.0
irt 3 25.0 25.0 100.0
Total 12 100.0 100.0
Page 121
102
Lampiran 19
Hasil Uji Wilcoxon
Kegiatan Mozaik
Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation
Minimu
m
Maximu
m
Percentiles
25th
50th
(Median) 75th
pretestddst_moz
aik 12 2.5833 .51493 2.00 3.00 2.0000 3.0000 3.0000
posttestddst_mo
zaik 12 2.9167 .28868 2.00 3.00 3.0000 3.0000 3.0000
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
posttestddst_mozaik -
pretestddst_mozaik
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 4b 2.50 10.00
Ties 8c
Total 12
a. posttestddst_mozaik < pretestddst_mozaik
b. posttestddst_mozaik > pretestddst_mozaik
c. posttestddst_mozaik = pretestddst_mozaik
Test Statisticsb
posttestddst_moza
ik -
pretestddst_mozai
k
Z -2.000a
Asymp. Sig. (2-tailed) .046
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Page 122
103
Lampiran 20
Hasil Uji Wilcoxon
Kelompok Bermain Playdough
Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation
Minimu
m
Maximu
m
Percentiles
25th
50th
(Median) 75th
pretestddst_playd
ough 12 2.4167 .66856 1.00 3.00 2.0000 2.5000 3.0000
posttestddst_playd
ough 12 2.8333 .38925 2.00 3.00 3.0000 3.0000 3.0000
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
posttestddst_playdough -
pretestddst_playdough
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 5b 3.00 15.00
Ties 7c
Total 12
a. posttestddst_playdough < pretestddst_playdough
b. posttestddst_playdough > pretestddst_playdough
c. posttestddst_playdough = pretestddst_playdough
Test Statisticsb
posttestddst_playd
ough -
pretestddst_playdo
ugh
Z -2.236a
Asymp. Sig. (2-tailed) .025
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Page 123
104
Lampiran 21
Hasil uji mann whityney
Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation Minimum
Maximu
m
Percentiles
25th
50th
(Median) 75th
postestddst 24 2.8750 .33783 2.00 3.00 3.0000 3.0000 3.0000
terapi 24 1.5000 .51075 1.00 2.00 1.0000 1.5000 2.0000
Mann-Whitney Test
Ranks
terapi N Mean Rank Sum of Ranks
postestddst mozaik 12 13.00 156.00
playdough 12 12.00 144.00
Total 24
Test Statisticsb
postestddst
Mann-Whitney U 66.000
Wilcoxon W 144.000
Z -.604
Asymp. Sig. (2-tailed) .546
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .755a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: terapi
Page 124
105
Lampiran 22
Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Judul Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Pengajuan Judul
2. Bimbingan Proposal
3. Ujian Proposal
4. Revisi Proposal
5. Penelitian
6. Bimbingan Skripsi
7. Ujian Skripsi
Page 125
106
Lampiran 23
Dokumentasi
Page 126
107
Lampiran 24
Lembar Konsul