BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair dapat disertai dengan darah dan atau lendir. Sebanyak 1,8 juta orang meninggal setiap tahunnya karena diare, 90% adalah anak usia dibawah lima tahun, terutama di negara berkembang. 1 Pada tahun 2013 angka kejadian diare di Indonesia sebesar 4.128.256 kasus 2 dan tahun 2014 meningkat menjadi 8.713.537 kasus. 3 Selama tahun 2013 di Kalimantan Barat terjadi 98.075 kasus diare, dimana Kota Pontianak merupakan daerah dengan angka kejadian diare terbesar di Kalimantan Barat sebanyak 12.403 kasus 4 dan tahun 2014 sebanyak 11.834 kasus. 5 Angka kejadian diare di Unit Pelayanan Tingkat Dasar (UPTD) Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara pada tahun 2014 adalah sebesar 2880 kasus. 6 Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada balita (25,2%). 5 Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, angka kejadian diare paling tinggi menurut kelompok usia terjadi pada balita (38,9%). 1 Case Fatality Rate (CFR) diare pada balita di Indonesia tahun 2011 sebesar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair dapat disertai dengan darah
dan atau lendir. Sebanyak 1,8 juta orang meninggal setiap tahunnya karena diare,
90% adalah anak usia dibawah lima tahun, terutama di negara berkembang.1
Pada tahun 2013 angka kejadian diare di Indonesia sebesar 4.128.256 kasus2
dan tahun 2014 meningkat menjadi 8.713.537 kasus.3 Selama tahun 2013 di
Kalimantan Barat terjadi 98.075 kasus diare, dimana Kota Pontianak merupakan
daerah dengan angka kejadian diare terbesar di Kalimantan Barat sebanyak 12.403
kasus4 dan tahun 2014 sebanyak 11.834 kasus.5 Angka kejadian diare di Unit
Pelayanan Tingkat Dasar (UPTD) Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak
Utara pada tahun 2014 adalah sebesar 2880 kasus.6
Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada balita (25,2%).5
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, angka kejadian diare paling tinggi
menurut kelompok usia terjadi pada balita (38,9%).1 Case Fatality Rate (CFR)
diare pada balita di Indonesia tahun 2011 sebesar 0,29%, tahun 2012 meningkat
menjadi 2,06%, dan tahun 2013 sebesar 1,08%.2
Tingginya angka kejadian diare pada balita dapat disebabkan berbagai faktor.
Faktor-faktor yang dapat memengaruhinya adalah faktor ibu, faktor anak, dan
faktor lingkungan. Faktor ibu dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu7,
dimana ke dua hal tersebut akan mempengaruhi perilaku ibu dalam mencegah dan
menangani diare pada anak. Faktor anak berkaitan dengan usia anak, berdasarkan
hasil berbagai survei didapatkan bahwa diare lebih sering terjadi pada bayi dan
balita.7 Salah satu faktor Lingkungan meliputi sarana air bersih, sehingga apabila
faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan
mudah dapat terjadi.7,8
2
UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara merupakan suatu
unit kesehatan yang melayani kesehatan masyarakat di Kecamatan Pontianak
Utara, dengan penduduk binaan berjumlah 36.332 jiwa yang terdiri dari jenis
kelamin perempuan 17.776 jiwa. Berdasarkan karakteristik kesehatan lingkungan,
pada tahun 2014 jumlah rumah tangga yang dipantau dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) sebanyak 1.204 rumah tangga dan yang telah
melakukan PHBS sebanyak 155 (12,8%) rumah tangga. Informasi mengenai akses
masyarakat terhadap air bersih diketahui bahwa belum semua keluarga (544
rumah atau 54,7%) yang berada diwilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir
Kecamatan Pontianak Utara mendapatkan akses terhadap air bersih. Angka
kejadian diare di wilayah UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak
Utara cukup tinggi dan merupakan daerah dengan faktor risiko lingkungan tinggi
terhadap terjadinya diare.6
Berdasarkan kasus-kasus diatas, sangat diperlukan pengetahuan ibu yang baik
mengenai diare dalam upaya penanganan yang tepat terhadap diare pada balita.
Saat ini belum ada gambaran karakteristik, pengetahuan, dan sikap ibu terhadap
diare pada balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan
Pontianak Utara. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian gambaran
karakteristik, pengetahuan, dan sikap ibu terhadap diare pada balita di wilayah
kerja UPTD Puskesma Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran karakteristik ibu yang memiliki balita dengan
riwayat sakit diare?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu terhadap diare pada balita di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara
periode Januari-Juni 2015?
3. Bagaimana gambaran sikap ibu terhadap diare pada balita di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara periode
Januari-Juni 2015?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran karakteristik, pengetahuan dan sikap ibu terhadap
diare pada balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan
Pontianak Utara periode Januari-Juni 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui letak geografis tersering dari kasus diare balita di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara
periode Januari-Juni 2015.
2. Mengetahui persentase ibu yang memiliki pengetahuan baik dan
pengetahuan buruk mengenai diare pada balita.
3. Mengetahui persentase ibu yang memiliki sikap baik dan sikap buruk
mengenai diare pada balita.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
1. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan serta pengalaman peneliti
dalam melaksanakan suatu penelitian ilmiah.
2. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan peneliti dalam bidang
Ilmu Kedokteran Komunitas khususnya dalam kasus diare.
4
1.4.2 Bagi institusi pendidikan
1. Sebagai masukan informasi bagi Puskesmas Siantan Hilir dan Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura
2. Sebagai bahan evaluasi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi Dinas Kesehatan
1. Sebagai tambahan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak
tentang karakteristik ibu yang meiliki balita dengan riwayat diare di
wilayah Kecamatan Pontianak Utara.
2. Sebagai bahan masukan dalam merancang program berbasis kesehatan
lingkungan dalam membantu upaya penanggulangan penyakit.
1.4.4 Bagi masyarakat
1. Mendapat informasi mengenai wilayah tersering dengan kasus diare pada
balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan
Pontianak Utara.
2. Mendapat informasi mengenai gambaran pengetahuan dan sikap dari
para ibu di wilayah UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan
Pontianak Utara terhadap diare pada balita.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan Ibu
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan
telinga. Pada penelitian ini yang diteliti adalah pengetahuan ibu terhadap diare
yang diperoleh setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.9,10
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup dalam bagian kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu:9,10
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
terhadap objek yang dipelajari. Misalnya seorang ibu yang mempunyai balita
diare dapat menyimpulkan dan menjelaskan tentang apa dan bagaimana
sebaiknya tindakan yang tepat untuk dilakukan pada anak yang diare.
6
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi sebenarnya seperti penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain. Misalnya seorang
ibu yang telah paham tentang tata laksana diare pada balita maka dia
dapat mengaplikasikannya pada saat anaknya mengalami diare.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen. Contohnya seorang ibu dapat membedakan
antara diare tanpa de hidrasi, diare dehidrasi ringan/sedang, diare dehidrasi
berat, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada. Misalnya: seorang ibu dapat menilai seorang anak
menderita diare atau tidak, dan sebagainya.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:9,10
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang
lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang. Pengalaman ibu sebelumnya dalam merawat anaknya yang
diare dapat memperluas pengetahuannya tentang bagaimana
penatalaksanaan diare pada anak yang benar dan tepat.
7
2. Usia
Makin tua usia seseorang maka proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berusia
belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh
usia. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya
usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan
yang diperolehnya, akan tetapi saat menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Seorang
ibu yang berusia 40 tahun pengetahuannya akan berbeda saat dia sudah
berusia 60 tahun.
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu yang
berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang
penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu yang
tingkat pendidikannya lebih rendah.
4. Sumber Informasi
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan
meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku. Walaupun
seorang ibu berpendidikan rendah tetapi jika dia memperoleh informasi
tentang penatalaksanaan diare pada balita secara benar dan tepat maka
akan menambah pengetahuannya.
8
5. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap
sesuatu. Misalnya di daerah lain seorang ibu mempunyai persepsi lain
tentang cara merawat balita diare, maka hal itu akan mempengaruhi
pengetahuannya tentang perawatan diare pada balita.
2.2 Sikap
2.2.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.9,10
2.2.2 Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:9,10
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan sebagai orang (subjek) yang mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap
seseorang terhadap penatalaksanaan diare dapat diketahui dari
penanganan awal diare yang dilakukan di rumah.
2. Merespons (Responding)
Merespon adalah suatu indikasi sikap dimana memberikan jawaban
apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
Misalnya: sikap ibu terhadap penatalaksanaan diare dapat diketahui
dari tanggapan atau jawaban ibu bahwa diare harus segera ditangani.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah.
9
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko. Misalnya seorang ibu bertanggung jawab atas
perawatan diare yang diberikan kepada anaknya saat anaknya
mengalami diare dengan segala resiko yang ada.
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:9,10
1. Pengalaman pribadi
Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan dalam
stimulus sosial, tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam
pembentukan sikap, untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan
seseorang harus memiliki pengamatan yang berkaitan dengan obyek
psikologis.
2. Orang lain
Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan atau
sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap berpengaruh
antara lain adalah orang tua, teman dekat, teman sebaya.
3. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,
radio, dan surat kabar mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.
4. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan
dasar dan pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
10
5. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
2.3 Diare
2.3.1 Pengertian Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan atau tanpa darah atau lendir. Diare didefinisikan sebagai berak cair tiga
kali atau lebih dalam sehari semalam. Berdasarkan waktu serangannya terbagi
menjadi dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (≥2 minggu).11,12
2.3.2 Klasifikasi Diare
Jenis diare dibagi menjadi lima, yaitu:13
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2. Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama
masa diare tersebut.
3. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan
terjadinya komplikasi pada mukosa.
4. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
11
5. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut
dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti