PERGESERAN NILAI MASYARAKAT TRADISIONAL KE MASYARAKAT MODERN DESA BONTOLANGKASA KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh: ARMAN AHMAD 10538328615 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2020
100
Embed
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ...perubahan dalam perkembangan zaman dewasa ini. Perubahan-perubahan itu terjadi akibat Perubahan-perubahan itu terjadi akibat masuknya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERGESERAN NILAI MASYARAKAT TRADISIONAL KE MASYARAKAT MODERN DESA
BONTOLANGKASA KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
ARMAN AHMAD
10538328615
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
2020
MOTTO
Belajar dari hari kemarin, Hidup untuk hari ini dan berharap untuk
besok.....
Masa depan ditentukan oleh apa yang kamu
lakukan hari ini. Tetap semangat dan percaya
bahwa kerja kerasmu akan menghasilkan sebuah
hasil yang sangat indah dikemudian hari.............
(Arman Ahmad)
Kupersembahkan karya ini
Sebagai darma baktiku untuk
Ayahhanda dan Ibundaku tercinta
Serta saudara dan keluargaku tersayang
ABSTRAK
Arman Ahmad, 2019. Pergeseran Nilai Masyarakat Tradisional Ke Masyarakar ModernDesa Bontolangkasa Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Skripsi. Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makasaar.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk mengetahuipergeseran nilai masyarakat tradisional ke masyarakat modern Desa Bontolangkasa KecamatanBontonompo Kabupaten Gowa. Fokus penelitian ini yaitu pergeseran nilai masyarkat tradisionalke masyarakat modern dan faktor yang menyebabkan pergeseran nilai masyarakat tradisional kemasyarakat modern. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi,wawancara dan dokumen. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakananalisi desktiptif kulitatif yaitu menjabarkan peristiwa-peristiwanyang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan pergeseran nilai masyarakat tradisional ke masyarakatmodern di Desa Bontolangkasa yang terjadi yaitu nilai tradisi Assuro Maca. Tradisi inimerupakan kebiasaan yang dilakukan masyarakat Desa Bontolangksa untuk menyambut BulanRamadan yang diwariskan oleh orang-orang terdahulu. Akan tetapi seiring perkembangan zamantradisi Assuro Maca sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Desa Bontolangkasa. Pergeserannilai tradisi Assuro Maca tidak semata-mata hilang begitu saja, akan tetapi ada faktor yangmenyebabkan. Faktor yang menyebabkan pergeseran nilai tradisi Assuro Maca ialah pertamapendidikan masyarakat Desa Bontolangkasa yang semakin bagus dan maju. Keduaperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengetahuan agama yang semakin diasa.Ketiga karena faktor modernisasi.
Kata Kunci : Pergeseran Nilai, Masyarakat Tradisional, Masyarakat Modern.
ABSTRACT
Arman Ahmad, 2019. Shifting the Value of Traditional Communities to ModernCommunities in Bontolangkasa Village, Bontonompo District, Gowa Regency. Thesis. Facultyof Teacher Training and Education. University of Muhammadiyah Makassar.
This research is a descriptive qualitative research aimed to determine the shifting oftraditional community values to modern society in Bontolangkasa Village, Bontonompo District,Gowa Regency. The focus of this research is the shift in the value of traditional society tomodern society and the factors that cause the shift in the value of traditional society to modernsociety. The research data was collected using observation, interview and document techniques.Then the data is processed and analyzed using a descriptive descriptive analysis that describesthe events under study.
The results showed a shift in the value of traditional society to modern society in thevillage of Bontolangkasa that occurred namely the value of the tradition of AssuroMaca. Thistradition is a habit that is carried out by the people of Bontolangksa Village to welcome theRamadan Month which was passed down by the previous people. However, as the developmentof the AssuroMaca tradition has begun to be abandoned by the people of Bontolangkasa Village.The shift in the value of the AssuroMaca tradition does not simply disappear, but there arefactors that cause it. The factor that caused the shift in the value of the AssuroMaca tradition wasthat the community education in Bontolangkasa Village was getting better and more advanced.Both the development of science and technology and religious knowledge are increasingly felt.Third, because of the modernization factor.
Keywords: Value Shift, Traditional Society, Modern Society.
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada
hambanya sehingga peneletian dengan judul “Pergeseran Nilai Masyarakat Tradisional Ke
Masyarakat Modern Desa Bontolangkasa Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa” dapat di
selesaikan walaupun dalam bentuk yang jauh dari kata sempurna.
Selama penyusunan ini ada berbagai macam hambatan yang dilalui oleh penulis, ini
merupakan suatu bentuk pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga. Namun hal ini dapat di
terselesaikan dengan usaha dan kerja keras dan atas dukungan orang tua serta senantiasa
mendapat bimbingan dari kedua pembimbing karena itulah penulis merasa berterima kasih,
terutama kepada Bapak Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D., dan Jamaluddin Arifin, S.Pd., M.Pd.,
karena berkat kesungguhan dan keikhlasan para pembimbing untuk meluangkan waktunya demi
memberi saran dan kritikan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat di selesaikan.
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada: Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman,
SE, MM. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar dan Bapak Erwin Akib, M.Pd.,
Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar serta Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd., selaku Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi.
Semoga Allah SWT, memberikan atas amal ibadah dan bantuan yang diberikan dengan
tulus, ikhlas serta limpahan rahmat dan karunia-Nya senantiasa tercurahkan kepada kita. Amin
Berikut adalah daftar nama Kepala Desa Bontolangkasa :
No Nama Kepala Desa Tahun Terpilih
1 Nasaruddin Daeng Lapang -
2 Manruppai Daeng Lewa -
3 Abul Azis Daeng Jowa -
4 Lona’ Daeng Bundu -
5 Azis Iskandar -
6 Mokhtar Daeng Mone -
7 Kaharuddin Muang 2006
8 Kaharuddin Muang 2011
9 Ir Ridwan Gani Daeng Romo 2015
(Sumber Data : Desa Bontolangkasa)
Tabel 4.1 Daftar Nama Kepala Desa
B. Letak Geografis
Letak Desa Bontolangkasa secara geografis merupakan dataran rendah dengan
ketinggian 10-50 m diatas permukaan laut dengan intensitas curah hujan pada cuaca normal
antara 100-120 dari dalam 365 hari dengan kisaran rata-rata pertahun 29-31 ˚C
Secara administratif Desa Bontolangkasa terletak di Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, luas wilayah 2,45 km² persegi setelah
pemekaran desa, desa bontolangkasa di pecah menjadi enam desa yakni :
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Tamallayang Kelurahan
Bontonompo
2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Bontolangkasa Selatan
3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Bontolangkasa Selatan, Desa
Barembeng
4. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Katangka, Kelurahan Kalase’rena
Desa Bontolangkasa berbatasan dengan ibu kota Kecamatan Bontonompo. Dari ibu
kota kabupaten 18 km dan dari ibu kota Provinsi 28 km.
Gambar 4.1 Lokasi Desa Bontolangkasa
Luas wilayah Desa Bontolangkasa 2,45 km² terdiri dari :
No Penggunaan Lahan Luas
1 Pengairan/Persawahan 182,63
2 Setengah Teknis 37,4
3 Tada Hijau 0,1
4 Lahan Kering, Pekarangan 1,01
5 Lahan Kering Perumahan 22,36
6 Lahan Perkuburan 1
7 Kandang Ayam Potong 0,2
8 Pembuatan Batu Merah 0,3
Jumlah 245
(Sumber Data : Desa Bontolangkasa)
Tabel 4.2 Luas Wilayah Desa Bontolangkasa Dalam Tata Guna Lahan
C. Keadaan Penduduk
Mayoritas penduduk Desa Bontolangkasa adalah suku Makassar dan 100% beragama
islam. Dari data sensus penduduk catatan sipil tahun 2019 jumlah penduduk Desa
Bontolangkasa 2.727 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 712 dengan rasio kepadatan
penduduk 1.727 perKm². Berikut adalah data jumlah penduduk Desa Bontolangkasa :
No Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
1 Laki-laki 1320 49%
2 Perempuan 1407 51%
Total 2727 100
(Sumber Data : Desa Bontolangkasa)
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Bontolangkasa
Wilayah Desa Bontolangkasa merupakan Daerah kerajaan masa lampau dengan adat
istiadat masih dipegang teguh oleh penduduk desa Bontolangkasa, hal tersebut dapat dilihat
pada rumah penduduk pada bagian atap depan atau dalam bahasa Makassar “sambulayang”.
Sifat gotong royong dan tenggang rasa masih terjaga baik, rasa saling memiliki,
membantu meringankan beban masih tinggi di Desa Bontolangkasa, hal tersenut dapatb
dilihat pada area gotong royong membersihkan irigasi, kampung dan kegiatan lainnya yang
sifatnya dilakukan tanpa pamrih.
D. Keadaan Pendidikan
Adanya pendidikan Gratis di Kabupaten Gowa dan fasilitas yang memadai serta
pemahaman masyarakat tentang pentingnya menempuh pendidikan formal maupun non
formal mempengaruhi taraf pendidikan, agama, adat istiadat dan kebiasaan yang juga
beragam. Berikut jumlah penduduk berdasarkan pendidikan di Desa Bontolangkasa
Kecamatan Bontonompo tahun 2019 :
No Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Tidak Tamat SD 86 78 164
2 Masih SD 108 198 306
3 Tamat SD 95 178 273
4 Masih SMP 191 199 390
5 Tamat SMP 179 99 278
6 Masih SMA 128 150 278
7 Tamat SMA 194 174 368
8 Masih PT/Akademi 97 79 176
9 Tamat PT/Akademi 90 63 153
10 Tidak Sekolah 152 189 341
Jumlah 1320 1407 272
(Sumber Data : SUB PPKBD Desa Bontolangkasa 2019).
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Bontolangkasa Kecamatan
Bontonompo
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pergeseran Nilai Masyarakat Tradisonal Ke Masyarakat Moderen di Desa
Bontolangkasa
a. Tradisi Assuro Maca di Desa Bontolangkasa
Assuru maca adalah suatu tradisi untuk menyambut bulan suci Ramadan yang
berlaku dalam masyarakat suku Bugis-Makassar. Assuro maca merupakan ungkapan
rasa syukur warga karena masih dipertemukan dengan bulan suci Ramadan. Assuro
maca telah dilakukan oleh warga suku Bugis-Makassar secara turun temurun dari
zaman dahulu.
Bontolangkasa adalah sebuah Desa di Kecamatan Bontonompo Kabupaten
Gowa, termasuk wilayah yang dahulu menjunjung tinggi nilai penghormatan pada
leluhur sebagai wujud penghargaan atas apa yang telah diwariskan seperti tetap
menjaga tradisi.
Salah satu tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat tradisional DesaBontolangkasa ialah ritual Assuro Maca, yang mengandung nilai-nilaisilaturahmi, kerukunan, dan kebersamaan.
Berdasarkan hasil dari observasi salah satu tradisi yang sering dilakukan oleh
masyarakat Desa Bontolangkasa adalah assuro maca. Tradisi assuro maca
merupakan tradisi turun-temurun yang biasanya dilakukan mulai sepekan hingga satu
hari sebelum bulan suci Ramadan dan usai melakukan shalat Idhul Fitri. Tradisi ini
dilakukan dengan kegiatan do’a bersama yang dipimpin seorang anrong guru atau
orang yang dipercaya di kampung untuk membawakan doa, biasanya seorang khatib
(puang katte) imam desa (puang imang), maupun pemuka adat yang diamanahkan
oleh pemilik rumah yang menyelenggarakan tradisi ini. Hal tersebut sejalan dengan
pernyataan salah satu warga Desa Bontolangkasa bapak TB yaitu :
Assuro maca itu kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu,dengancara menyajikan makanan kemudian berdo’a yang dipimpin seorang khatibtujuannya bede untuk mendo’akan keselamatan bagi orang yang sudahmeninggal. Atau bentuk kesyukuran masyarakat atas keberhasilan dalampanen.
Pernyataan salah satu warga yaitu bapak TB senada dengan apa yang
diungkapkan oleh Kepala Desa bapak RG yaitu :
Assuro maca sendiri itu adalah tradisi yang lakukan oleh leluhur terdahuluyang diwariskan turun temurun berupa menyajikan makanan kemudianmembaca do’a yang dipimpin oleh iman desa atau pemuka adat.
Menurut Kepala Desa Bontolangkasa RG dan salah satu warga bapak TB yang
menjadi informan memaparkan bahwa pada pelaksanaannya, do’a bersama ini
mengisyaratkan berbagai sajian makanan yang dihidangkan bagi orang-orang yang
ikut berdo’a. Masyarakat yang percaya dengan tradisi ini biasanya menyajikan unti
tekne (pisang raja) disertai dupa bakar. Selain itu juga tersedia makanan pokok
seperti nasi dan aneka lauk pauk. etelah semua persyaratan disiapkan, seluruh
anggota keluarga maupun tetangga akan duduk bersila di depan hidangan sambil
mengikuti guru baca untuk berdoa dengan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an,
serta mendoakan para leluhur atau anggota keluarga yang sedang merantau di daerah
lain (massompe). Usai berdoa, makanan yang disajikan ini akan dinikmati bersama-
sama.
Itu warisan nenek moyang, bentuk rasa syukur kita karena masih diberi umurpanjang dan dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadan.
Bedasarkan hasil data wawancra dengan Kepala Desa Bontolangkasa RG yang
menyatakan bahwa kegiatan assuro maca merupakan warisan nenek moyang
terdahulu yang dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur karena masih diberi
umur panjang dan kesempatan untuk bertemu dengan bulan suci Ramadan.
Dalam kegiatan aasuro maca, warga akan dipimpin oleh seorang Guru yang
dituankan di Desa Bontolangkasa untuk mendoakan dan berterima kasih kepada
Yang Maha Kuasa. Warga yang melaksanakan kegiatan ini biasanya akan
menyajikan Unti Te’ne atau pisang raja dan dupa bakar serta sejumlah makanan
untuk dimakan bersama-sama setalah do’a selesai dibaca oleh Guru tersebut.
Jadi Unti Te’ne itu dipercaya sebagai simbol manis dalam kehidupanbertetangga. Lalu dupa bakar itu disimbolkan sebagai pengharum agar namakita selalu harum di masyarakat.
Dalam kegiatan assuro maca menurut Kepala Desa Bontolangkasa Bapak RG
ada yang namanya Unti Te’ne atau pisang raja dan dupa bakar. Adapun kegunaannya
menurut Bapak RG yaitu merupakan simbol manis dalam kehidupan bertetangga dan
agar nama kita selalu harum dalam masyarakat. Lebih lanjut Bapak RG menjelaskan
bahwa`:
Kalau sudah selesai itu Guru baca do’a, baru kita makan itu lakuk paukbersama-sama.
Menurut Bapak Kepala Desa Bontolangkasa RG biasanya, masyarakat yang
melaksanakan tradisi assuro maca akan mengundang tetangga mereka, semua duduk
bersila di depan makanan yang disajikan sambil menunggu Guru membaca do’a.
Do’a yang dibaca adalah do’a-do’a islam untuk mendoakan orang yang
melaksanakan assuro maca beserta seluruh kelurganya. Setelah Guru selesai
membaca do’a, makanan yangb telah disajikan baru bisa dimakan.
b. Pergeseran Nilai Tradisi Assuro Maca di Desa Bontolangkasa
Masyarakat tradisional yaitu msayarakat yang masi kental dengan adat istiadat
setempat yang dianut secara turun temurun. Masyarakat tradisional selalu diidentik
dengan masyarakat desa, meskipun tidak semua semua masyarakat desa besifat
tradisional. Dalam masyarakat tradisional, individu tidak bisa dipisahkan dari
lingkungannya. Dalam masyarakat tradisional, pada umumnya sosial budaya dikuasai
tradisi, adat kepercayaan, bukan dikuasai hukum dan perundang-undangan.
Sedangkan masyarakat moderen adalah masyarakat yang lebih
mengedepankan rasionalitas dan lebih terbuka dengan hal-hal baru. Masyarakat
moderen selalu diidentik denmgan masyarakat kota, meskipun tidak semua
masyarakat kota bersifat moderen. Masyarakat modern berusaha agar anggota
masyarakat mempunyai pendidikan cukup tinggi.
Perubahan dalam masyarakat pada prinsipnya merupakaan suatu proses yang
terus menerus artinya setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami
perubahan, akan tetapi perubahan antara kelompok dengan kelompok lain tidak
selalu sama (kompleks) serta banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Salah satu efek dari modernisasi adalah perubahan nilai. Hal ini dapat dilihat
dari perubahan yang terjadi di masyarakat. Fenomena yang paling nampak di depan
mata efek dari moderenisasi adalah perubahan nilai budaya. Pergesaran nilai budaya
memang wajar terjadi. Bagaimana ini terjadi karena efek moderenisasi dan
globalisasi. Terkadang nilai budaya yang telah lama dipegang menjadi mudah untuk
dilepaskan. Itu karena terlalu kerasnya tarikan moderenitas.
Hal tersebut terjalin dalam pelaksanaan ritual assuro maca karena masyarakat
dapat berpartisipasi. Sikap silaturahmi dalam tatanan masyarakat dapat mempererat
hubungan antara yang satu dengan yang lain sehingga menimbulkan terjalinnya
kekerabatan. Kemudian sikap rukun dalam masyarakat ditandai dengan
keharmonisan dalam melaksanakan ritual assuro maca. Akan tetapi nilai-nilai tradisi
mulai bergeser dengan perilaku yang lebih liberal yang menggeser nilai-nilai itu
sendiri.
Karena kebiasaannyaji para leluhur terdahulu yang menajdi pedomanmakanya terjadi yang namanya assuro maca
Kegiatan atau tradisi assuro maca sendiri menurut salah satu warga ibu DD
yang menjadi informan bahwa assuro maca adalah kegiatan yang dilakukan oleh
leluhur terdahulu yang diwariskan turun temurun hingga sekarang. Dari pemaparan
informasi tersebut dapat diketahui bahwa tradisi assuro maca sendiri sudah ada sejak
duluh yang dilakukan oleh para leluhur terdahulu dan diwariskan kepada turun
temurungnya hingga sekarang.
Pemaparan informasi oleh Ibu DD sejalan dengan apa yang di ungkapkan oleh
salah satu warga desa bontolangkasa yaitu Bapak MA
Sebenarnya tradisi seperti ini simbolji. Yang intinya itu kita berdo’a danbersyukur atas rejeki yang diperoleh. Dan untuk berdo’a menolak bala dabmendo’akan para leluhur. Serta menjalin silaturahmi dengan masyarakatsekitar.
Menurut Bapak MA tradisi assuro maca biasanya dilakukan seminggu
seminggu sebelum datangnya bulan suci Ramdan. Dengan menyajikan berbagai
makanan. Tradisi ini dilakukan oleh orang-orang terdahulu dan diwariskan secara
turun temurun dan ini hanya merupakan simbol rasa syukur karena masih bisa
dioertemukan dengan bulan suci Ramadan.
Akan tetapi tradisi itu lama kelamaan semakin pudar atau banyak masyarakat
yang sudah tidak melakukan tradisi tersebut. Pergesaran nilai-nilai budaya dalam
masyarakat terjadi seiring dengan pengaruh dari globalisasi dan budaya lain.
Pergeseran nilai budaya adalah perubahan nilai budaya dari nilai yang kurang baik
menjadi baik maupun sebaliknya. Salah satu aspek yang bergeser dalam kehidupan
masyarakat adalah sistem nilai budaya yang menjadi ciri khas dari suatu daerah atau
masyarakat.
Tradisi atau kegiatan assuro maca sekarang sudah mulai hilang, banyakmiwarga di Desa Bontolangkasa ini yang sudah tidak melakukan ataumelakasanakan tradisi assuro maca.
Berdasarkan data dari hasil wawancara dengan salah satu warga
Bontolangkasa bapak MA, menurutnya tradisi atau kegiatan assuro maca yang
dianut oleh masyarakat Desa Bontolangkasa sebagai suatu nilai kebudayaan sekarang
telah mengalami pergeseran. Pergeseran yang dimaksud oleh informan bapak MA
disini yaitu, sudah banya masyarakat di Desa Bontolangkasa yang tidak melakukan
hal tersebut. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi, perkembangan ilmu
pengetahuan sudah semakin pesat. Pengerahuan masyarakat Desa Bontolangkasa
mengenai ilmu agama pun juga sudah mulai mendalam. Kepercayaan masyarakat
Desa Bontolangkasa mengenai tradisi assuro maca mulai pudar atau sedikit demi
sedikit mulai hilang.
Pergeseran nilai budaya di masyarakat selalu terjadi setiap saat, sejalan
dengan perkembangan, kemajuan serta perubahan masyarakat itu sendiri. Fenomena
yang terjadi dalam masyarakat dengan adanya pergeseran nilai budaya sebagai akibat
pengaruh kebudayaan lain dan moderenisasi. Hal ini bisa dilihat dari perubahan yang
terjadi dalam masyarakat. Ketika ada unsur baru yang menarik di hati, maka
masyarakat pun dengan perlahan tapi pasti akan mengikutinya. Dalam hal ini nilai
positif akan membentuk sesuatu yang konstruktif dan nilai negatif akan membentuk
hal yang destruktif. Perkembangan zaman telah menggeser berbagai cara manusia
hidup bermasyarakat dan memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk sosial.
2. Faktor-faktor Penyebab Pergeseran Nilai Masyarakat Tradisional Ke Masyarakat
Moderen di Desa Bontolangkasa
Salah satu efek dari moderenisasi adalah perubahan nilai. Hal ini dapat dilihat dari
perubahan yang terjadi di masyarakat. Pergeseran nilai budaya memang wajar terjadi.
Bagaimana ini terjadi karena efek dari modernisasi dan globalisasi. Terkadang nilai
budaya yang telah lama di anut menjadi mudah untuk dilepaskan karena terlalu kerasnya
tarikan moderenitas.
Pergesran nilai masyarakat tradisional ke masyarakat modern tentunya tidak terjadi
begitu saja, ada yang menjadi penyebab pergesran nilai tersebut. Pada masyarakat Desa
Bontolangkasa pergeseran nilai itu terjadi, pergeseran nilai tersebut berupa pudarnya
atau mulai hilangnya tradisi-tradisi yang diwariskan oleh para orang-orang terdahulu.
Salah satu tradisi yang sudah mulai hilang yaitu tradisi assuru maca. Tradisi assuro
maca merupakan warisan dari orang-orang terdahulu yang diwariskan secara turun
temurn. Akan tetapi seiring perkembangan zaman tradisi tersebut sudah mulai pudar atau
hilang. Hal ini tetunya disebabkan oleh bergabai faktor.
Kalau berbicara mengenai apa yang menyebabkan hilangnya atau pudarnyatradisi tersubut itu dikarenakan pendidikan masyarakat disini semakin bagus.
Menurut salah satu warga AB, salah satu faktor yang menyebabkan pergeseran nilai
tradisi assuro maca dikarena faktor pendidikan. Pendidikan sendiri merupakan suatu
proses pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan yang diwariskan dari
suatu generasi kegenaris selanjutnya dengan cara pengajaran dan pelatihan. Karena
pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Bontolangkasa sudah semakin bagus,
makanya kebiasaan-kebiasaan yang selalu dilakukan oleh orang-orang terdahulu yang
diwariskan kepada mereka sudah mulai ditinggalkan, karena tidak sesuai dengan
pemikiran mereka. Masyarakat apabila sudah modern akan memiliki kesadaran betapa
pentingnya pendidikan. Dengan bekal pengetahuan masyarakat sudah siap untuk
menghadapi pergeseran nilai yang akan terjadi di era global. Dengan pengetahuan pula
kita dapat memproduksi barang dan jasa dengan mudah. Apa yang dipaparkan oleh
Bapak AB sejalan dengan yang dipaparkan oleh Bapak MA :
Hilangnya atau pudarnya tradisi assuro maca masyarakat Bontolangkasa inikarena pendidikan masyarakat disini sudah semakin bagus dan masyarakatdisini juga mengikuti perkembangan zaman serta perkembangan teknologi.
Pemaparan informasi yang di paparkan oleh informan bapak MA sejalan
dengan informasi yang di berikan oleh Kepala Desa Bontolangkasa bapak RG yaitu :
Karena masyarakat disini hampir semuanya sudah berpendidikan, jadi merekasudah mulai tidak melakukan tradisi tersebut, apalagi ditambah denganpengetahuan agamanya yang semakin di asa dengan adanya program jum’atibadah yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Gowa.
Berdasarkan hasil wawancara salah satu warga bapak MA dan Kepala Desa
bapak RG didapatkan informasi bahwa pergeseran nilai budaya dalam masyarakat
Bontolangkasa dalam hal ini tradisi assuro maca yaitu dikarena perkembangan
zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat Desa
Bontolangkasa mengikuti perkembangan zaman serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, hal tersebut menyebabkan pergeseran nilai budaya di
masyarakat Bontolangkasa. Bukan hanya perkembangan zaman serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi akan tetapi pengetahuan mengenai agama terus diasa
di masyarakat Bontolangkasa. Hal ini dapat dilihat dengan terlaksananya program
pemerintah Kabupaten Gowa yaitu jum’at ibadah. Kegiatan jum’at ibadah dilakukan
setiap hari jum’at pagi sampai dengan menjelang sholat jum’at. Kegiatan ini
dilakukan di Mejid terdekat dan seluruh warga diharuskan untuk ikut.
Hal ini yang kemudian menjadi penyebab bergesernya nilai budaya pada
masyarakat Bontolangkasa. Pengetahuan agamanya terus diasa oleh karena itu sedikit
demi sedikit tradisi assuro maca mulai hilang atau pudar. Sebagian warga
menganggap bahwa tradisi tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama dan itu
hanyalah sebuah kebiasaan orang-orang terdahulu.
Selain faktor tersebut, mungkin pengaruh moderenisasi juga menyebabkantradisi assuro maca di Desa Bontolangkasa menjadi ditinggalkan olehmasyarakat itu sedniri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak RG selaku kepala Desa
Bontolangkasa menyatakan bahwa, moderenisasi merupakan faktor yang
menyebabkan terjadinya pergeseran nilai. Kerasnya tarikan modernisasi
menyebabkan masyarakat menjadi lebih mudah untuk melepaskan keniasaan-
kebiasaan yang telah di anut dan wariskan dari orang-orang bterdahulunya.
Pergeseran nilai juga akan berpengaruh pada perubahan mekanisme kontrol
dan sanksi yang berlaku di dalamnya. Walaupun, nilai-nilai dan norma-norma sosial
memiliki sifat stabil, dalam artian keberadaannya akan dipertahankan oleh
penganutnya, namun tidak dipungkiri pula bahwa keberadaan nilai-nilai dan norma-
norma sosial ternyata juga memiliki daya tahan tertentu. Artinya masa berlakunya
nilai-nilai dan norma-norma sosial terdapat titik-titik ketahanan dalam masa tertentu.
Selain faktor yang menyebabkan terjadinya perseran nilai masyarakat
tradisional ke mayarakat modern, ada beberapa dampak postif dan dampak negatif
yang ditimbulkan dari pergeseran nilai.
Dampak positif yang ditimbulkan dari pergesran nilai masyarakat tradisionalke masyarakat modern yaitu berkembangnya ilmu pengathuan dan teknologiserta tingkat hidup yang lebih baik.
Menurut Bapak AB yang menjadi informan, menyatakan bahwa selain faktor
penyebab terjadinya pergeseran nilai masyarakat, ada dampak yang ditimbulkan.
Salah satu dampak positif yang ditimbulkan dari pergeseran nilai masyarakat
tradisional ke masyarakat modern yaitu berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi serta tingkat hidup yang lebih baik. Pergeseran masyarakat tradisional ke
masyarakat modern membawa dampak yang sangat signifikan yaitu masyarakat
modern yang duluhnya tradisional dapat beraktivitas jauh lebih mudah. Salah satu
contohnya, pada masyarakat yang vmenggunakan tulisan tangan dalam mengirim
surat sekarang sudah bisa lewat komputer atau laptop.
Pergeseran nilai erat hubungannya dengan pengaruh glabalisasi, globalisasi
menyebabkan pergeseran nilai budaya. Berhubungan pula dengan industri-indistri
maju, dengan dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan
transportasi yang canggih merupakan salah satu untuk mengurangi pengangguran
dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Selain dampak positif yang ditimnulkan dari perseran nilai masyarakat
tradisional ke masyarakat modern menrutu Bapak TB, ada dampak negatif yang
ditimbulkan yaitu :
Dampak negatif dari pergeseran nilai masyarakat tradisional ke masyarakatmodern adalah terjadinya sikap individualisme dan kesenjangan sosial.
Masyarakat akan snagat dimudahkan dengan teknologi yang maju dan
membuat mereka tidak lagi membutuhkan orang lain dalam aktivitasnya. Kadang-
kadang mereka juga lupa akan dirinya sebagai makhluk sosial. Mereka cederung
untuk hidup sendiri-sendiri tanpa memperhatikan orang lain, rasa gotong royong,
ramah tama dan sopan santun mulai memudar. Niulai-nilai yang telah dijunjung
sesuai budaya leluhur mereka akan mulai di tinggalkan. Akibat dari memudarnya
nilai-nilai budaya lokal akanmenimbulkan sikap individualistis.
Pergeseran nilai masyarakat tradisional ke modern tidak lepas dari pengaruh
moderenisasi dan globalisasi, bila ada beberapa individu yang dapat vmengikuti
pengaruh tersebut akan terjadi kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial akan
menyebabkan jarak anatara individu yang satu dengan individu yang lain. Hal ini
juga akan memicu prsangka sosial, persaingan dalam kehidupan cederung akan
membuat orang tersebut frustasi.
B. Pembahasan
1. Persegeran Nilai Masyarakat Tradisional Ke Masyarakat Modern di Desa
Bontolangkasa
Masyarakat tradisional merupakan kelompok masyarakat yang selalu menjunjung
tinggi para leluhurnya dan memegang teguh adat istiadatnya. Masyarakat tradisional ini
memiliki pandangan bahwa melakukan apa yang telah di warisakan nenek moyang nya
menjadi suatu nilai hidup, cita-cita norma, dan harapan, serta suatu kewajiban dan
kebutuhan. Anggapan mereka apabila menjalankan tradisi leluhur berarti menjaga
keharmonisan masyarakat dan jika melanggar tradisi berarti merusak keharmonisan.
Masyarakat tradisional sering disebut juga dengan masyarakat primitif karena
masyarakat tradisional memiliki penguasaan teknologi yang rendah.
Dalam satu wilayah, Hampir semua golongan dalam masyarakat ini memiliki
mata pencaharian, keturunan, dan tradisi yang sama. Apabila terjadi Sesuatu yang
berbeda itu akan dianggap merusak tatanan kehidupan dan nilai-nilai leluhur. Umumnya,
Masyarakat tradisional menutup diri terhadap semua perubahan dan budaya asing, ini
menjadikan penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari juga sangat rendah.
Contoh misalnya masih mengunakan kerbau untuk membajak sawah di banding
menggunakan traktor,Meskipun hasilnya lebih cepat dan hemat tenaga.
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang telah mengalami perubahan baik
itu dalam bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi. Masyarakat modern juga
merupakan masyarakat yang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi dan kondisi
zaman atau hidup sesuai dengan konstelasi zamannya. Akibat dari kondisi dan situasi
setiap masyarakat berbeda, Karenannya modernisasi atau proses menuju masyarakat
modern antara masyarakat yang satu dengan yang lain tidak sama atau berbeda.
Dengan kondisi masyarakat yang lebih terbuka dengan segala hal yang baru
menyebabkan segala sesuatu menjadi lebih heterogen atau beragam dan juga mata
pencaharian masyarakat lebih beragam dan tidak lagi tergantung pada kondisi alam.
Masyarakat modern, kepercayaan mereka terhadap teknologi sangat besar. Hampir
semua aktiviats yang dilakukan menggunakan teknologi modern dan serba cepat.
Masyarakat modern umumnya berpandangan bahwa menjaga, memelihara, dan
melaksanakan nilai-nilai merupakan satu upaya agar keharmonisan kehidupan tetap
terjalin.
Pergeseran nilai dari masyarakat tardisional ke masyarakat modern terjadi di Desa
Bontolangkasa. Pergeseran nilai yang terjadi pada masyarakat disana berupa mulai
hilangnya atau pudarnya tradisi assuru maca. Tradisi Assuro Maca atau ma'baca berarti
berdoa adalah tradisi menyambut bulan Suci Ramadan masyarakat Bugis-Makassar yang
sudah dilakukan sejak lama. Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan do’a keselamatan
pada leluhur masing-masing keluarga. Tradisi assuro maca merupakan tradisi turun-
temurun yang biasanya dilakukan mulai sepekan hingga satu hari sebelum bulan suci
Ramadan dan usai melakukan shalat Idhul Fitri.
Tradisi ini dilakukan dengan kegiatan do’a bersama yang dipimpin seorang
anrong guru atau orang yang dipercaya di kampung untuk membawakan doa, biasanya
seorang khatib atau imam, maupun pemuka adat yang diamanahkan oleh pemilik rumah
yang menyelenggarakan tradisi ini. Pada pelaksanaannya, do’a bersama ini
mensyaratkan berbagai sajian makanan yang dihidangkan bagi orang-orang yang ikut
berdo’a. Masyarakat yang percaya dengan tradisi ini biasanya menyajikan Unti Tekne
(pisang raja) disertai dupa bakar. Selain itu juga tersedia makanan pokok seperti nasi dan
aneka lauk pauk.
Pisang yang disajikan dalam tradisi asuro maca diletakkan di depan seorang
anrong guru merupakan simbol manis, dengan harapan pemilik rumah mendapatkan
manisnya kehidupan bertetangga, dan keluarga. Dupa sendiri adalah pengharum yang
dipercaya agar pemilik rumah namanya selalu harum di tengah masyarakat. Setelah
semua persyaratan disiapkan, seluruh anggota keluarga maupun tetangga akan duduk
bersila di depan hidangan sambil mengikuti guru baca untuk berdoa dengan
membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an, serta mendoakan para leluhur atau anggota
keluarga yang sedang merantau di daerah lain (massompe). Usai berdoa, makanan yang
disajikan ini akan dinikmati bersama-sama.
Dalam tradisi assuro maca ini, tersedia juga beragam makanan tradisional khas
Bugis-Makassar. Jenis makanan yang menjadi hidangan adalah opor ayam, ayam goren
tumis, dan nasi ketan dua warna yang disebut songkolo. Biasanya makanan-makanan itu
diletakkan di atas terpal atau di atas tempat tidur. Setelah itu salah satu tokoh agama
memimpin doa dengan membacakan ayat-ayat suci Al-Quran.
Seiring dengan perkembangan zaman tradisi itu lama kelamaan semakin pudar
atau banyak masyarakat yang sudah tidak melakukan tradisi tersebut. Pergesaran nilai-
nilai budaya dalam masyarakat terjadi seiring dengan pengaruh dari globalisasi dan
budaya lain. Pergeseran nilai budaya adalah perubahan nilai budaya dari nilai yang
kurang baik menjadi baik maupun sebaliknya. Salah satu aspek yang bergeser dalam
kehidupan masyarakat adalah sistem nilai budaya yang menjadi ciri khas dari suatu
daerah atau masyarakat.
Tradisi atau kegiatan assuro maca yang dianut oleh masyarakat Desa
Bontolangkasa sebagai suatu nilai kebudayaan sekarang telah mengalami pergeseran.
Pergeseran yang dimaksud disini yaitu, sudah banya masyarakat di Desa Bontolangkasa
yang tidak melakukan hal tersebut. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi,
perkembangan ilmu pengetahuan sudah semakin pesat. Pengerahuan masyarakat Desa
Bontolangkasa mengenai ilmu agama pun juga sudah mulai mendalam. Kepercayaan
masyarakat Desa Bontolangkasa mengenai tradisi assuro maca mulai pudar atau sedikit
demi sedikit mulai hilang.
Pergeseran nilai budaya di masyarakat terjadi karena sejalan dengan
perkembangan, kemajuan serta perubahan masyarakat itu sendiri. Fenomena yang terjadi
dalam masyarakat dengan adanya pergeseran nilai budaya sebagai akibat pengaruh
kebudayaan lain dan moderenisasi. Hal ini bisa dilihat dari perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Ketika ada unsur baru yang menarik di hati, maka masyarakat pun dengan
perlahan tapi pasti akan mengikutinya. Dalam hal ini nilai positif akan membentuk
sesuatu yang konstruktif dan nilai negatif akan membentuk hal yang destruktif.
Perkembangan zaman telah menggeser berbagai cara manusia hidup bermasyarakat dan
memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk sosial.
Hal tersebut sejalan dengan teori modernisasi yaitu fokus pada cara masyarakat
pramodern menjadi modern melalui pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur
sosial, politik dan budaya. Teori modernisasi ini berpandangan bahwa masyarakat
tradisional yang ingin menjadi masyarakat modern harus melalui ekonomi dan
perubahan struktur ssosial, politik dan budaya. Maka dari itu pergeseran nilai tradisi
assuro maca ini terjadi karena pemikiran-pemikiran masyarakat Desa Bontolangkasa
sudah mulai merujuk pada pemikiran-pemikiran modern.
2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pergeseran Nilai Masyarkat Tradisional Ke
Masyarakat Modern di Desa Bontolangkasa
Masyarakat Tradisonal lebih memihak pada masa lamapau karena masa tersebut
merupakan yang penuh kemudahan menurut bebarapa kelompok. Tradisi yang berlaku
sebagai warisan masa lampau tidak dapat diubah dan harus dilestarikan. Hal ini dapat
menghambat perubahan, terutama beberapa kelompok yang konservatif dan ingin tetap
bertahan dalam kepemimpinan masyarakat Kartasasmita.
Masyarakat Tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak
dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat lama adalah suatu aturan yang sudah
mantap dan mencakup segala konsepsi system budaya yang mengatur tindakan dan
perbuatan manusia dalam kehidupa sosialnya. Jadi, masyarakat tradisional didalam
melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada adat atau kebiasaan-kebiasaan lama
yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalau
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya.
Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam
dan social sekitarnya tanpa menerima pengaruh luar. Kebudayaan masyarakat tradisional
tidak mengalami perubahan mendasar karena peranan adat istiadat sangat kuat
menguasai kehidupan mereka
Masyarakat modern yaitu masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai
orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada
umumnya masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat
perkotaan. Namun tidak semua masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern,
sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.
Desa Bontolangkasa merupakan Desa yang terletak di bagian Selatan Kabupaten
Gowa. Masyarkat di Desa Bontolangkasa mayoritas beragama islam dan masih
memengang erat yang namanya nilai-nilai tradisi yang duluh di wariskan oleh orang-
orang terdahulu sebelum mereka, salah satunya nilai tradisi assuro maca. Akan tetapi
seiring dengan perkembangan zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi nilai tradisi tersebut sudah mulai pudar. Hilangnya atau pudarnya nilai-nilai
tradisi tersebut tentunya ada faktor yang menjadi penyebab pergeseran nilai-nilai
tersebut.
Pergeseran nilai masyarakat tradisional ke masyarakat modern disebebkan oleh
beberapa faktor. Faktor yang pertama yaitu faktor pendidikan. Pendidikan merupakan
suatu proses pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan yang diwariskan
dari suatu generasi kegenaris selanjutnya dengan cara pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Bontolangkasa sudah semakin bagus
dan maju, maka dari itu kebiasaan-kebiasaan yang selalu dilakukan oleh orang-orang
terdahulu yang diwariskan kepada mereka sudah mulai ditinggalkan, hal tersebut terjadi
karena menurut mereka tidak sesuai dengan pemikiran mereka. Masyarakat apabila
sudah modern akan memiliki kesadaran betapa pentingnya pendidikan. Dengan bekal
pengetahuan masyarakat sudah siap untuk menghadapi pergeseran nilai yang akan terjadi
di era global. Dengan pengetahuan pula kita dapat memproduksi barang dan jasa dengan
mudah.
Faktor yang kedua yang menjadi penyebab pergeseran nilai masyarakat tradisional
ke masyarakat modern adalah perkembangan zaman serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Masyarakat Desa Bontolangkasa mengikuti perkembangan
zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal tersebut menyebabkan
pergeseran nilai budaya di masyarakat Bontolangkasa. Bukan hanya perkembangan
zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan tetapi pengetahuan
mengenai agama terus diasa di masyarakat Bontolangkasa. Hal ini dapat dilihat dengan
terlaksananya program pemerintah Kabupaten Gowa yaitu jum’at ibadah. Kegiatan
jum’at ibadah dilakukan setiap hari jum’at pagi sampai dengan menjelang sholat jum’at.
Kegiatan ini dilakukan di Mejid terdekat dan seluruh warga diharuskan untuk ikut.
Pengetahuan mengenai agama menjadi faktor yang menyebabkan pergeseran nilai
masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Pengetahuan agama masyarakat Desa
Bontolangkasa sudah semakin maju sehingga hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran
agama islam sudah mulai ditinggalkan. Apalagi sekarang ada program pemerintah
Kabupaten Gowa yaitu jum’at ibadah. Program ini dilaksanakan disetiap Desa sehingga
seluruh masyarakat dapat mengikuti. Karena hal tersebutlah maka pengetahuan
mengenai agama msayarakat bontolangkasa sudah semakin bagus dan maju.
Moderenisasi merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran nilai.
Kerasnya tarikan modernisasi menyebabkan masyarakat menjadi lebih mudah untuk
melepaskan keniasaan-kebiasaan yang telah di anut dan wariskan dari orang-orang
bterdahulunya.
Pergeseran nilai juga akan berpengaruh pada perubahan mekanisme kontrol
dan sanksi yang berlaku di dalamnya. Walaupun, nilai-nilai dan norma-norma sosial
memiliki sifat stabil, dalam artian keberadaannya akan dipertahankan oleh
penganutnya, namun tidak dipungkiri pula bahwa keberadaan nilai-nilai dan norma-
norma sosial ternyata juga memiliki daya tahan tertentu. Artinya masa berlakunya
nilai-nilai dan norma-norma sosial terdapat titik-titik ketahanan dalam masa tertentu.
Teori modernisasi berpandangan bahwa masyarakat pramodern menjadi
modern melalui pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur sosial, politik dan
budaya atau dengan kata lain proses transformasi dari masyarakat tradisional ke
masyarakat, modern. Modernisasi merupakan proses perubahan terhadap sistem
ekonomi, sosial dan politik.
Menurut teori modernisasi proses transformasi masyarakat tradisional ke
masyarakat modern melalui perubahan pada sistem. Perubahan sistem yang terjadi
pada masyarakat Desa Bontolangkasa yaitu perubahan pada sistem sosial. Perubahan
sistem sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Bontolangkasa yaitu pergeseran
nilai tradisi Assuro Maca. Pergeseran tersebut tidak semata-mata terjadi, ada
beberapa faktor yang menyebabkan pergeseran nilai tradisi Assuro Maca tersebut
diataranya, pendidikan, perkembangan ilmu pengetahuan n dan teknologi serta
perkembangan agam dan modernisasi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Assuro maca merupakan ungkapan rasa syukur warga karena masih dipertemukan dengan
bulan suci Ramadan. Kegiatan assuro maca yang dianut oleh masyarakat Desa
Bontolangkasa sebagai suatu nilai kebudayaan sekarang telah mengalami pergeseran.
Pergeseran yang dimaksud disini yaitu, sudah banya masyarakat di Desa Bontolangkasa
yang tidak melakukan hal tersebut. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi,
perkembangan ilmu pengetahuan sudah semakin pesat. Pengerahuan masyarakat Desa
Bontolangkasa mengenai ilmu agama pun juga sudah mulai mendalam. Kepercayaan
masyarakat Desa Bontolangkasa mengenai tradisi assuro maca mulai pudar atau sedikit
demi sedikit mulai hilang.
2. Pada masyarakat Desa Bontolangkasa pergeseran nilai itu terjadi dikeranakan adanya
faktor penyebab. Faktor pertama yang menyebabkan pergeseran nilai tradisi assuro
maca dikarena faktor pendidikan. Pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat Desa
Bontolangkasa sudah semakin bagus, makanya kebiasaan-kebiasaan yang selalu
dilakukan oleh orang-orang terdahulu sudah mulai ditinggalkan, karena tidak sesuai
dengan pemikiran mereka. Faktor yang kedua dikarena perkembangan zaman serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukan hanya perkembangan zaman
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan tetapi pengetahuan mengenai
agama terus diasa di masyarakat Bontolangkasa. Kemudian yang selanjutnya yaitu
moderenisasi merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran nilai.
Kerasnya tarikan modernisasi menyebabkan masyarakat menjadi lebih mudah untuk
melepaskan keniasaan-kebiasaan yang telah di anut dan wariskan dari orang-orang
bterdahulunya.
B. Saran
1. Sebaiknya nilai-nilai tradisi yang diwariskan oleh orang-orang terdahulu dijaga dan
dilestarikan agar generasi-generasi selanjutnya dapat mengetahui bahwa ada tradisi
seperti itu yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Meskipun masyarakat sudah
mengelami pergeseran dari masyarkat tradisional ke masyarakat modern akan tetapi nilai-
nilai tradisi tersebut harus tetap dijaga dan dilestarikan sebagai suatu ciri khas dari daerah
tersebut.
2. Pada penelitian ini merupakan penelitian kualitatif desktiptif yang berfokus pada
pergeseran nilai masyarakat tradisional ke masyarakat modren. Penelitian ini hanya
dilakukan pada satu desa dan satu nilai masyarakat tradisional ke masyarakat modern,
maka dari iu, penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian di beberaoa desa serta
beberapa nilai masyarakat tradisional ke masyarakat modern agar dapat membandingkan
pergeseran nilai masyarakat tradisional ke masyarakat modern.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad dan Muh. Asrori. 2010.Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta:PT.Bumi Aksara
Benard T. Adency, 2000, Etika Sosial Lintas Budaya, Yogyakarta : Kanius.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Burhan Bungin, (ed), 2006, Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis keArah Ragam VarianKontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Burhan Bungin, 2011, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi Kebijakan Publik dan Ilmu SosialLainnya, Jakarta: Kencana.
ConnySemiawan, 2010, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama.
Elly M. Setiadi, Usman Kolip, 2011, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala PermasalahanSosial: Teori, Aplikasi, dan Pencegahannya, Jakarta:Kencana.
Hardiyanti. 2016 Perubahan Nilai-Nilai Sosial Masyarakat Gampong Simpang Peut Kecamatan KualaKabupaten Nagan Raya. Jurnal Volume 23 No. 1 (2016) ISSN 14129418.
https://media.neliti.com/media/publications/90595-ID-pergeseran-nilai-nilai-budaya-pada-suku.pdf(Diakes pada 24 Juni 2019 Pukul 22.39 WITA)
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=16&ved=2ahUKEwjPOZrILjAhUIU80KHQITD7s4ChAWMAV6BAgBEAI&url=http%3A%2F%2Frepository.ar-raniry.ac.id%2F3436%2F1%2FNENENG%2520HARDIYANTI.pdf&usg=AOvVaw2E8YOGC2zV941aQh6x-S_1 (Diakes pada 24 Juni 2019 Pukul 22.54 WITA)
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suganto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana
Kartasasmita, Ginanjar.2007. Karakteristik dan Stuktur Masyarakat Modern Indonesia. Yogykarta
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Martono, Nanang. 2010. Sosiologi Pemahaman Sosial Preskpektif Klasik Modern, Pas Modern danPosmodern. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta Rajawali perss.
Prayogi. 2016. Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Pada Suku Bonai Sebagai Civic Culture Di Kecamatan
Bonai Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Jurnal Vol. 23No. 1(2016) ISSN
1412-9418
Rahardjo, Mudjia, 2007, Sosiologi Pedesaan Studi Perubahan Sosial, Malang : UIN-Malang Pers.
Rahman, Sri Rahayu. 2014. Perubahan Sosial Masyarakat Lokal Perlembagaan Pariwisata DusunWakka. Skripsi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas HasanuddinMakassar
Sirry, Mun’im. 2003. Membendung Militansi Agama Imam dan Politik. dalam masyarakat Modern.Erlangga: PT.
Soerjono, Soekanto, 2010, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Pers.