ANALISIS INFLASI, GROSS DOMESTIC PRODUCT, NET PERFORMING FINANCING, BIAYA OPERASIONAL DAN PENDAPATAN OPERASIONAL, NET MARGIN TERHADAP RETURN ON ASSET PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2013 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun oleh: Yoga Dwidingga NIM. 208084000013 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
111
Embed
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnisrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30336/1/YOGA... · merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS INFLASI, GROSS DOMESTIC PRODUCT, NET PERFORMING
FINANCING, BIAYA OPERASIONAL DAN PENDAPATAN
OPERASIONAL, NET MARGIN TERHADAP RETURN ON ASSET
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2013
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Yoga Dwidingga
NIM. 208084000013
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
i
ANALISIS INFLASI, GROSS DOMESTIC PRODUCT, NET PERFORMING
FINANCING, BIAYA OPERASIONAL DAN PENDAPATAN
OPERASIONAL, NET MARGIN TERHADAP RETURN ON ASSET
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2010-2013
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Yoga Dwidingga
NIM. 20804000013
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,M.H Ali Rama. SE., M.Ec
NIP. 19750101 200501 1 008 NIP. 2028068401
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Jumat, Tanggal 8 November 2014 telah dilakukan ujian komprehensif
atas Mahasiswa:
1. Nama : Yoga Dwidingga
2. NIM : 208084000013
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Ekonomi Islam
Syariah (UUS), dan 160 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dengan
total jaringan kantor mencapai 2.925 kantor yang tersebar di hampir seluruh
penjuru nusantara, meskipun terdapat pengurangan terhadap unit usaha syariah,
akan tetapi terdapat pula pertumbuhan BPRS. Oleh karena itu, industri
perbankan syariah dijuluki sebagai „the fastest growing industry‟. Seperti yang
ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel.1.2
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 s.d 2013
Kelompok Bank 2010 2011 2012 2013
Bank Umum Syariah 11 11 11 11
Unit Usaha Syariah 23 24 24 23
BPRS 150 155 158 160
Sumber: http//www.bi.go.id.
Berdasarkan tabel di atas, pertumbuhan dan persaingan perbankan
syariah di Indonesia semakin ketat, maka pihak bank syariah perlu
meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor dan nasabah, serta dapat
tercipta perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Salah satu
indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat
profitabilitasnya. Salah satu alat ukur profitabilitas adalah return on asset
(ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.
Profitabilitas dipengaruhi baik dari lingkungan makro ekonomi maupun
internal perbankan syariah itu sendiri, hal ini berpengaruh terhadap
profitabilitas bank (http//www.bi.go.id).
5
Profitabilitas bank merupakan fungsi dari faktor internal dan eksternal.
Faktor internal merupakan faktor mikro atau faktor spesifik bank yang
menentukan profitabilitas. Sedangkan faktor eksternal merupakan variabel-
variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank,
tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi
perekonomian yang berdampak pada kinerja lembaga keuangan. Profitabilitas
dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur
kinerja suatu perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja
profitabilitas atau rentabilitas adalah return on equity (ROE) dan return on
asset (ROA). (Pratiwi, 2012:3).
Lingkungan ekonomi makro akan mempengaruhi operasional
perusahaan dalam hal pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja
keuangan perbankan. Variabel ekonomi makro yang dapat berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan, khususnya pemasalahan perbankan
syariah di Indonesia, yaitu Inflasi yang merupakan presentase kecepatan
kenaikan harga-harga dalam satu tahun tertentu, atau dengan kata lain adanya
penurunan dari nilai mata uang yang berlaku. Tingkat suku bunga merupakan
salah satu instrumen konvensional untuk mengendalikan laju inflasi, dimana
inflasi yang tinggi akan menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu
perusahaan (Dendawijaya, 2006:103).
Inflasi merupakan sebagai suatu keadaan yang mengindikasikan
semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan merosotnya nilai rill mata
uang suatu negara. Penyebab terjadinya inflasi terbagi dalam tiga bagian yaitu:
(a) tarikan permintaan (demand - pull inflation), terjadi apabila permintaan
6
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian.
(b) dorongan biaya (cost - push inflation), terjadi apabila adanya depresiasi
nilai tukar, peningkatan harga - harga komoditi yang diatur oleh pemerintah
dan terganggunya distribusi. Sedangkan (c) ekspektasi inflasi (inflation
expectation), terjadi apabila perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi lebih
cenderung bersifat adaptif (forward looking). (Abdullah, 2010:60).
Kasmir (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga
barang secara umum dan terus - menerus dalam waktu periode yang diukur
dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham
berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi
berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam
mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk
mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang
kebutuhan hidup sehari - hari dengan perubahan indeks harga dari tahun
ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik
beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti
harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga,
dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga
yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang mencangkup dalam
jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak
dibanding dengan dua indeks di atas.
Selain inflasi, indikator lain adalah Gross Domestic Product (GDP).
GDP merupakan nilai barang atau jasa dalam suatu negara yang diproduksi
7
oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing. GDP
merefleksikan kegiatan penduduk di suatu negara dalam memproduksi suatu
barang dalam kurun waktu tertentu. Keterkaitan GDP dengan dunia perbankan
adalah dimana GDP terkait dengan saving. Sedangkan salah satu kegiatan bank
sebagai mediasi sektor keuangan adalah mengumpulkan dana dari masyarakat
dan menyalurkannya dalam bentuk investasi. Keuntungan dari investasi itulah
yang nantinya menjadi bagian dari profitabilitas bank syariah. Produk
Domestik Bruto (GDP) merupakan indikator makro ekonomi yang juga
mempengaruhi profitabilitas bank. Jika GDP naik, maka akan diikuti
peningkatan pendapatan masyarakat sehingga kemampuaan untuk menabung
(saving) juga ikut meningkat. Peningkatan saving ini akan mempengaruhi
profitabilitas bank syariah (Sukirno, 2003:56).
Sedangkan variabel internal perbankan syariah yang dapat
mempengaruhi salah satunya adalah NPF (non perfoming financing). Non
performing financing (NPF) yang analog dengan non performing loan (NPL)
merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin tinggi non
performing loan (NPL), menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional
dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat
resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan
tingginya NPL yang dihadapi bank (Riyadi, 2006:45).
Variabel lain yang dapat mempengaruhi return on asset adalah biaya
operasional dan pendapatan operasional, yang dimaksud dengan beban
8
operasional dan pendapatan operasional adalah rasio antara biaya operasi
terhadap pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai
perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya
dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga
(Hendrayanti dan Muharam, 2013:3).
Variabel lain yang dapat mempengaruhi return on asset adalah net
margin, yang dimaksud dengan net margin adalah rasio mencerminkan risiko
pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat
merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu bank maka akan
meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank
yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat (Sabir, dkk,
2012:7).
Sektor perbankan sebagai intermediary institution antara pihak yang
kelebihan dana (surplus spending unit) dengan pihak yang membutuhkan dana
(deficit spending unit) memiliki posisi strategis dalam perekonomian nasional.
Keadaan tersebut memerlukan suatu pembiayaan, dalam hal ini pembiayaan
merupakan hal yang mampu memenuhi kebutuhan pihak yang membutuhkan
dana. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil (Kasmir, 2008:96).
9
Dengan demikian, peranan perbankan nasional termasuk perbankan
Syari’ah perlu ditingkatkan dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana
masyarakat, serta penyediaan layanan jasa perbankan lainnya. Sejalan dengan
upaya restrukturisasi perbankan untuk membangun kembali sistem perbankan
yang sehat dalam rangka mendukung program peningkatan ekonomi nasional,
maka salah satu upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi
perbankan adalah pengembangan perbankan Syari’ah. Berikut ini merupakan
data mengenai return on asset, inflasi, non perfoming financing dan GDP di
Indonesia (http//www.bi.go.id, diakses tanggal 3 Maret 2015).
Tabel 1.3
Profitabilitas (ROA), Inflasi, Non Performing Financing (NPF), GDP,
BOPO dan NIM di Indonesia Periode 2010 - 2013
Tahun ROA (Persen) Inflasi (Persen) NPF (Persen)
2010 16,25% 6,96% 3,02%
2011 1,79% 3,79% 2,52%
2012 2,14% 4,30% 2,26%
2013 2,00% 8,38% 2,96%
Tahun GDP (Nominal) BOPO (Persen) NM (Persen)
2010 1.681 580.10 96,07% 7,61%
2011 1.918 320.70 87,71% 8,34%
2012 2.092 379.10 85,57% 8,06%
2013 2.367 928.70 85,06% 7,36%
Sumber: http//www.bi.go.id, diakses tanggal 3 Maret 2015 (diolah).
Nilai Inflasi yang berada di perbankan syariah yang ada di Indonesia
memiliki kecendrungan yang fluktuatif, seperti yang terlihat pada tabel di atas
pada tahun 2010 nilai Inflasi sebesar 6,96%, mengalami kenaikan yang
signifikan dan kemudian terus beranjak naik sampai tahun 2013 dengan nilai
Inflasi sebesar 8,38% (http//www.bi.go.id).
Hal ini di tunjukkan oleh penelitian Pratiwi (2012) menganalisis
mengenai Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap return on asset
10
(ROA) Bank Umum Syariah. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara
parsial diketahui bahwa secara parsial, capital adequacy ratio (CAR)
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on asset (ROA).
Sedangkan BOPO dan non performing financing (NPF) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap return on asset (ROA). Sementara itu financing to
deposit ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset
(ROA).
Penelitian lain mengenai inflasi terhadap return on asset dilakukan oleh
Kalengkongan (2013), hasil penelitianya menyatakan bahwa secara parsial dan
simultan tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas
yang diukur dengan ROA. Tingkat suku bunga berpengaruh signifikan dan
positif terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA, dan Inflasi
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas yang diukur dengan
ROA menunjukkan tinggi rendahnya inflasi menyebabkan lambannya
pergerakan aset makro. Bank pemerintah dapat menstabilkan nilai tingkat suku
bunga dan inflasi terhadap keuangan perbankan, sehingga perusahaan dapat
meningkatkan laba.
Penelitian mengenai GDP terhadap return on asset juga dilakukan oleh
Sahara (2013) hasil penelitianya menyatakan bahwa suku bunga BI
berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun pada pengujian inflasi dan produk
domestik bruto menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap
ROA.
11
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang layak untuk meneliti
faktor yang dapat mempengaruhi return on asset perbankan Syariah di
Indonesia dengan mengambil tema “Analisis Inflasi, Gross Domestic Product
(GDP) Dan Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Margin (NM) terhadap Return
On Asset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010 - 2013”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diangkat
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh secara parsial Inflasi terhadap ROA (return on asset)
Perbankan Syariah?
2. Bagaimana pengaruh secara parsial GDP (gross domestic product) terhadap
ROA (return on asset) Perbankan Syariah?
3. Bagaimana pengaruh secara parsial NPF (non performing financing)
terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah?
4. Bagaimana pengaruh secara parsial BOPO (biaya operasional dan
pendapatan operasional) terhadap ROA (return on asset) Perbankan
Syariah?
5. Bagaimana pengaruh secara parsial NM (net margin) terhadap ROA (return
on asset) Perbankan Syariah?
6. Bagaimana pengaruh Inflasi, GDP (gross domestic pruduct), NPF (non
performing financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan
operasional) dan NM (net margin) secara simultan terhadap ROA (return on
asset) Perbankan Syariah?
12
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah, selanjutnya peneliti dapat mengetahui tujuan
penelitian ini, yaitu:
1. Menganalisis pengaruh secara parsial antara Inflasi terhadap ROA (return
on asset) Perbankan Syariah.
2. Menganalisis pengaruh secara parsial antara GDP (gross domestic product)
terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah.
3. Menganalisi pengaruh secara parsial antara NPF (non performing financing)
terhadap ROA (return on asset) Perbankan Syariah.
4. Menganalisi pengaruh secara parsial antara BOPO (biaya operasional dan
pendapatan operasional) terhadap ROA (return on asset) Perbankan
Syariah.
5. Menganalisi pengaruh secara parsial antara NM (net margin) terhadap ROA
(return on asset) Perbankan Syariah.
6. Menganalisis pengaruh Inflasi, GDP (gross domestic pruduct), NPF (non
performing financing), BOPO (biaya operasional dan pendapatan
operasional) dan NM (net margin) secara simultan terhadap ROA (return on
asset) Perbankan Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
13
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah
wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis pengaruh
Inflasi, gross domestik product, non performing financing, biaya
operasional dan pendapatan operasional dan net margin secara parsial dan
simultan terhadap return on asset Perbankan Syariah.
b. Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai apa saja yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan laba serta dapat dijadikan referensi bagi para
peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan
masalah ini.
c. Memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh inflasi, gross
domestic product, non performing financing, biaya operasional dan
pendapatan operasional, net margin terhadap return on asset.
2. Manfaat Praktis
a. Menganalisis pengaruh Inflasi, gross domestik product, non performing
financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin
secara parsial dan simultan terhadap return on asset Bank Syariah,
penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan
sektor Bank Syariah.
b. Sebagai bahan pemikiran untuk para pengambil keputusan atau kebijakan
perekonomian agar lebih tepat untuk mempertimbangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah.
14
c. Dapat meningkatkan kesadaran pentingnya menabung terutama di bank
Syariah, karena lebih banyak manfaat, keuntungan yang didapat
dibanding mudharatnya dari produk-produk yang di tawarkan baik bagi
yang ingin menginvestasikan uangnya atau sekedar menyimpan uangnya
kepada khususnya masyarakat Indonesia yang mayoritas
muslim/muslimah.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Dunia ekonomi dalam Islam adalah dunia bisnis atau investasi hal
ini bisa dicermati mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan
investasi (ajakan bisnis dalam Al Quran dan sunah) hingga tanda - tanda
implisit untuk menciptakan sistem yang mendukung iklim investasi
(adanya sistem zakat sebagai alat disentif atas penumpukan harta,
larangan riba untuk mendorong optimalisasi investasi, serta larangan
maysir atau judi dan spekulasi untuk mendorong produktivitas atas setiap
investasi). (Ascarya, 2011:1).
Perkembangan ekonomi Islam ditandai dengan perkembangan
bank dan lembaga keuangan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil
atau non riba dan pemerintah mewajibkan bagi setiap bank memiliki
dewan pengawas syariah yang berhak menentukan setiap produk sesuai
prinsip syariah atau tidak (Suwiknyo, 2010:1).
Menurut Ascarya (2011:1) secara makro bank syariah adalah
institusi keuangan yang memposisikan dirinya sebagai pemain aktif
dalam mendukung dan memainkan kegiatan investasi di masyarakat
sekitarnya. Dalam kacamata mikro bank syariah adalah institusi
keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya
telah sesuai dengan syariah.
16
Kebijakan pemerintah terhadap perbankan syariah di ndonesia
terdapat dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan
pada ketentuan umum. Berdasarkan kebijakan tersebut menyatakan
bahwa Prinsip Perbankan Syariah merupakan bagian dari ajaran Islam
yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi Islam
adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya, dan menggunakan sistem
antara lain prinsip bagi hasil.
Bentuk utama produk bank syariah terutama menggunakan pola
bagi hasil, sesuai dengan karakteristiknya. Selain pola bagi hasil bank
syariah juga memiliki produk-produk pendanaan dan pembiayaan dengan
pola non bagi hasil (Ascarya, 2011:2).
b. Produk Bank Syariah
Secara garis besar, pengembangan produk bank syariah
dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu produk penghimpunan dana,
produk penyaluran dana dan produk jasa. Penjelasan selengkapnya sebagai
berikut (Suwiknyo, 2010:20-40):
1) Produk Penghimpunan Dana
a) Prinsip Wadi‟ah
Prinsip Wadi‟ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, di
mana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank
bertindak sebagai yang meminjam
17
b) Prinsip Mudharabah
Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpanan
bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib, dana ini
digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun
syirkah. Berdasarkan kewenangan penggunaan dana, prinsip
mudharabah dibagi menjadi:
(1) Mudharabah Mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan
dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana
yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.
(2) Mudharabah Muqayadah On Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus
(restricted investment) di mana pemilik dana dapat menetapkan
syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.
(3) Mudharabah Muqayadah Off Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana
mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana
bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara
pemilik dana dengan pelaksana usaha.
2) Produk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan
menjadi tiga model, yaitu transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk
memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli, transaksi
18
pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan
dengan prinsip sewa dan transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk
usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang
dan jasa.
3) Produk Jasa
Produk jasa dikembangkan dengan akad al-hiwalah, ar-rahn, al-
qardh, al-wakalah dan al-khafalah.
2. Return On Asset (ROA)
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan
antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan
dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan
perusahaan (operating asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali
investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam
kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok
perusahaan. ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah
pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang
dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan
dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari
modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk
menghasilkan laba (Hakim, 2006:19). ROA (return on asset); Rasio ini
sering juga disebut sebagai return on investment. Hasil pengembalian
investasi atau lebih di kenal dengan nama return on investasi atau return on
total asset merupakan rasio yang menunjukan hasil return atas jumlah
19
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu
ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya.
Disamping itu hasil dari pengembalian investasi menunjukan produktivitas
dari seluruh dana perusahaan, baik dalam modal pinjaman maupun modal
sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula
sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari
seluruh perusahaan (Kasmir, 2008:201).
Menurut Tandelilin (2001:241), Dari sudut pandang para investor
adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di
masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan
profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk
mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor
disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang
disyaratkan investor.
ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak
untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki
oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan
laba (Hakim, 2006:19).
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk
menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32).
20
3. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa
secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga
konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar,
layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2007:128).
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah
yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut
sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor
biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi
penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103).
Kasmir (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga
barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur
dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham
berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi
berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga
dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan
untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang
kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun
ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik
beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti
harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga,
21
dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks
harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang
mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya
menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas.
Inflasi dapat mempengaruhi beban operasi suatu perusahaan yang
menghasilkan produk dengan meningkatkan harga dari perlengkapan dan
bahan baku. Upah juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Tingkat inflasi yang
lebih tinggi akan menyebabkan peningkatan yang lebih besar lagi dalam
beban operasi suatu perusahaan. Pendapatan suatu perusahaan juga tinggi
selama periode inflasi tinggi karena banyak perusahaan mengenakan harga
yang lebih tinggi guna mengompensasikan beban yang lebih tinggi
(Madura, 2007:128).
Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung
pada derajat inflansi itu sendiri, inflasi yang berlebihan dapat merugikan
perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat perusahaan
mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi
akan menjaruhkan harga saham di pasar. Sementara yang sangat rendah
akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada
akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Pekerjaan yang sulit
adalah menciptakan tingkat inflasi yang dapat menggerakan dunia usaha
menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi pengangguran,
perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai, dan harga saham
bergerak normal (Samsul, 2006:201).
22
Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang
bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus
barang (Gilarso, 2004:200). Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik
dari persentase perubahan indeks harga konsumen (IHK) pada suatu saat
dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah
perbandingan relative dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat
dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar,
dan dinyatakan dalam persen (Gilarso, 2004:201). Rumus yang digunakan
untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201):
4. Gross Domestic Bruto (GDP)
Gross Domestic Product (GDP) merupakan nilai moneter semua
barang dan jasa jadi yang diproduksi dalam sebuah Negara pada periode
tertentu, gross domestic product (GDP) biasanya dihitung dengan basis
tahunan dan termasuk semua konsumsi swasta dan publik, pembiayaan
pemerintah, investasi dan ekspor dikurangi impor (Ma’ruf, 2009:145).
Produk Domestik Bruto (GDP) merupakan indikator makro ekonomi
yang juga mempengaruhi profitabilitas bank. Jika GDP naik, maka akan
diikuti peningkatan pendapatan masyarakat sehingga kemampuaan untuk
menabung (saving) juga ikut meningkat. Peningkatan saving ini akan
mempengaruhi profitabilitas bank syariah (Sukirno, 2003:54).
Ukuran keberhasilan suatu Negara dapat dilihat dari pertubuhan
pendapatan domestic bruto (PDB). Dengan PDB yang tumbuh secara
23
sustainable berarti perekonomian mampu menghasilkan produk yang
semakin besar secara aggregate melalui penggunaan sumber daya yang
optimal. Artinya adalah dengan meningkatkan PDB unemployment rate
semakin menurun dan tingkat kemakmuran yang semakin baik. Tanpa
dukungan perbankan, hamper dapat dipastikan bahwa tujuan untuk
mencapai kemakmuran ini mustahil dapat dilakukan (Aviliani, 2007:84).
Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto adalah jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat suatu
Negara dalam periode tertentu. Produk domestik bruto atau GDP dalam
penelitian ini adalah PDB atas harga konstan. Rumus yang digunakan untuk
mencari PDB adalah sebagai berikut (Sahara, 2013:5):
5. Non Performing Financing (NPF)
NPF merupakan masalah berbahaya bagi perbankan nasional. Salah
satu faktor yang saat ini lebih berperan dalam masalah NPF adalah dampak
krisis multidimensional yang dimulai pada 1997-1998 hingga sekarang
masih menyebabkan banyak debitur bank, baik di segmen corporate,
commercial, maupun consumer belum mampu menyelesaikan pembiayaan
macetnya. Selain itu faktor lain yang jauh lebih penting adalah kurangnya
kemauan dan itikad baik dari debitur. NPF merupakan rasio yang
menggambarkan jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan
yang diberikan oleh bank (Giannini, 2012:3). Non performing financing
(NPF) merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. Non
24
performing financing adalah perbandingan antara total pembiayaan
bermasalah dengan total pembiayaan yang di berikan kepada debitur. Rasio
non performing financing analog dengan non performing loan pada bank
konvensional. Karena pada bank syariah tidak mengenal adanya pinjaman
namun menggunakan istilah pembiayaan. NPL mencerminkan risiko kredit,
semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak
bank (Pratiwi, 2012:4).
Non performing financing (NPF) yang analog dengan non
performing loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi
bank, semakin tinggi non performing loan (NPL), menunjukkan bahwa bank
tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus
memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank
tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank
(Riyadi, 2006:45).
Kenaikan suku bunga juga merupakan beban tambahan yang akan
memperburuk posisi NPF akibat penyesuaian aturan kolektibilitas PBI
7/2/2005 yang diterapkan BI mulai tahun 2005. Meningkatnya NPF
selanjutnya akan mengurangi jumlah modal bank, karena pendapatan yang
diterima bank digunakan untuk menutupi NPF yang tinggi. Selain itu,
meningkatnya NPF akan mempengaruhi bank dalam menyalurkan
pembiayaan pada periode berikutnya. Hasbi (2011) menuliskan rasio NPF
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
25
6. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO (biaya operasional/pendapatan operasional) dijadikan
variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya
dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA).
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama
bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional
bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan
biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak
yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank
yang bersangkutan (Siamat, 2005:102).
Biaya operasional dan pendapatan operasional merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi
lembaga keuangan mikro semakin kecil biaya operasional dan pendapatan
operasional (BOPO) maka akan semakin baik (Iqbal, 2010:148). Menurut
Bank Indonesia standar terbaik BOPO adalah antara 85% - 92%. Indikator
ini mempunyai bobot 15% (Rangkuti, 2011:103).
Menurut Loen dan Ericson (2007:121) menyatakan bahwa biaya
operasional dan pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Hariyani
(2010:55) yang menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan
26
operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional, semakin kecil rasio ini maka akan
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari
total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan
operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total
pendapatan operasional lainnya. BOPO adalah rasio perbandingan antara
Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat
rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena
lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan
(Pratiwi, 2012:7).
BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan
operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat
kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara,
yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan
pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga
(Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Untuk menentukan BOPO diperlukan
rumus perhitunganya, adapun rumus untuk menentukan BOPO adalah
sebagai berikut (Martono, 2010:92):
27
7. Net Margin (NIM)
Net margin (NM) dijadikan variabel independen yang
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank
yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio mencerminkan risiko
pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut
dapat merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu bank maka
akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola
oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam
mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga
bersih (Hariyani, 2010:54).
NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya
kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan, 2007).
NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam
menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat
tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan (Mahardian, 2008).
Rasio net margin (NM) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari
pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka
meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil
(Angel dan Pusung, 2014:4).
28
8. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian
Berdasarkan teori dan pemahaman mengenai faktor pengaruh return
on asset, maka keterkaitan variabel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Pengaruh Inflasi terhadap Return On Asset (ROA)
Inflasi adalah suatu kondisi ketika tingkat harga meningkat secara
terus menerus dan mempengaruhi Individu, dunia usaha dan pemerintah.
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus, dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara terus menerus. Inflasi adalah proses
dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya tingkat
harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus
menerus dan saling mempengaruhi.. Dari segi fiskal, pemerintah
menerapkan kenaikan prosentase pungutan pajak, mengadakan pinjaman
sukarela atau pinjaman paksa,memotong uang, membekukan sebagian
atau seluruhnya simpanan-simpanan (deposito) pihak-pihak partikulir
(bukan punya pemerintah) yang ada dalam bank-bank, serta penurunan
pengeluaran pemerintah (Utomo, 2008:7).
Inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya asset, karena
dengan inflasi yang tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat,
sehingga akan mengurangi asset yang dimiliki perusahaan. Inflasi yang
meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah
29
diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai
risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya
menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan
daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103).
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel
yang berbeda beda telah membuktikan bahwa inflasi mempunyai
pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh
Sahara (2013) dan Kalengkongan (2013) yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel inflasi
terhadap return on asset.
b. Pengaruh Gross Domestic Bruto (GDP) terhadap Return On Asset
(ROA)
Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa Produk Domestik
Bruto mengambarkan peningkatan pendapatan oleh masyarakat.
Perekonomian mengalami pertumbuhan apabila balas jasa faktor
produksi tersebut pada suatu masa tertentu lebih besar dari periode
sebelumnya. Hal ini berarti faktor produksi yang dimilki masyarakat
tersebut memberikan return yang meningkat sehinga tingkat
kesejahteranya mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya
kesejahteran melalui pendapatan masyarakat yang meningkat, maka
tingkat konsumsi atas produk yang dihasilkan perusahan akan meningkat
sehinga akan berdampak pada peningkatan penjualan perusahan yang
pada akhirnya meningkatkan laba perusahan. Dengan demikian akan
30
meningkatkan ROA. Sehinga dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi
(PDB) berpengaruh positf terhadap Return on Asets. Artinya jika PDB
meningkat maka ROA juga meningkat. Dan sebaliknya jika PDB
mengalami penurunan maka ROA juga akan menurun (Sahara, 2013:4).
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel
yang berbeda beda telah membuktikan bahwa gross domestic bruto
mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang
diungkapkan oleh Sahara (2013) yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel gross domestic
bruto terhadap return on asset.
c. Pengaruh Non Perfoming Financing (NPF) terhadap Return On Asset
(ROA)
Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling tidak
menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang
diberikanya ternyata menjadi bermasalah. Hal ini terutama disebabkan
oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibanya untuk membayar
angsuran (cicilan) pokok pembiayaan beserta bagi hasil yang telah
disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian pembiayaan
(Deandawijawa, 2005:81).
NPF (Non-Perfoming Financing) merupakan tingkat
pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank dengan
kata lain NPF merupakan tingkat pembiayaan macet pada bank tersebut.
31
NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan lancer terhadap
total pembiayaan (Deandawijaya, 2005:82).
Deandawijaya (2005:82-83) mengatakan terdapat beberapa
implikasi bagi pihak bank sebagai akibat timbulnya pembiayaan
bermasalah tersebut yaitu, 1) hilangnya kesempatan untuk memperoleh
income (pendapatan) dari kredit yang diberikanya, sehingga
mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas
bank, 2) rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal BDR
(bad debt ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan
terjadinya situasi memburuk, 3) Bank harus memperbesar penyisihan
untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan
ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya
modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR (capital
adequacy ratio), 4) Return on asset (ROA) akan mengalami penurunan,
5) sebagai akibat dari komplikasi 2, 3 dan 4 tersebut maka akan
menurunya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan
menurut metode CAMEL (Deandawijaya, 2005:82-83).
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel
yang berbeda beda telah membuktikan bahwa non performing financing
mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang
diungkapkan oleh Pratiwi (2012) dan Nugroho (2011) yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara
variabel non performing financing terhadap return on asset.
32
d. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap
Return on Asset
BOPO (biaya operasional/pendapatan operasional) dijadikan
variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya
dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank
(ROA). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat
kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara,
yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan
pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil
bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada
berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan
laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Siamat,
2005:102).
Penelitian mengenai pengaruh BOPO terhadap return on asset
(ROA) telah dilakukan peneliti terdahulu, penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho (2011), dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Pengaruh
FDR, NPF, BOPO, KAP dan PLO Terhadap Return On Asset Studi pada
Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”, metode yang
digunakan analisis regresi linier berganda, hasil analisis menunjukkan
bahwa data FDR, NPF dan BOPO secara parsial signifikan terhadap
ROA.
33
e. Pengaruh Net Interest Margin terhadap Return on Asset
Net Margin (NM) dijadikan variabel independen yang
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank
yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio mencerminkan
risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal
tersebut dapat merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu
bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif
yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA)
akan meningkat.
NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya
kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank (Hasibuan,
2007). NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank
dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank
sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan
(Mahardian, 2008). Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank
maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan
meningkat. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa NIM berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
dari Mawardi (2005) yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA (Puspitasari, 2009:30).
34
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan acuan
dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari
jurnal dan skripsi dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan
dengan penelitian selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan
waktu yang berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan
pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia Sahara (2013)
Variabel Independen: Inflasi, Produk Domestik Bruto Variabel Dependen: Return On Asset (ROA) Metode Penelitian: Regresi Linier Berganda
Variabel Independen: Suku Bunga BI
Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun pada pengujian inflasi dan produk domestik bruto menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap ROA dan secara bersama-sama inflasi, suku bunga BI, dan produk domestik bruto (GDP) berpengaruh signifikan
2. Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Pengaruhnya terhadap Return On Asset (ROA) Kalengkongan (2013)
Variabel Independen: Inflasi, Variabel Dependen: Return On Asset (ROA)
Variabel Independen: Suku Bunga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan ROA.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
35
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
3. Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 –2010) Pratiwi (2012)
Variabel Independen: BOPO, NPF Variabel Dependen: Return On Asset (ROA) Metode Penelitian: Regresi Linier Berganda
Variabel Independen: CAR, FDR
Hasil menyatakan bahwa secara parsial, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on asset (ROA). Sedangkan BOPO dan non performing financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on asset (ROA)
4. Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, NM, KAP dan PLO terhadap return on asset Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010 Nugroho (2011)
Variabel Independen: NPF, BOPO, NM, Variabel Dependen: Return On Asset (ROA)
Variabel Independen:FDR, KAP, PLO
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa data FDR, NPF, BOPO dan NM secara parsial signifikan terhadap ROA
5. Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia Ali dan Habbe (2011)
Variabel Independen: BOPO, NOM, NPF Variabel Dependen: Return On Asset (ROA)
Variabel Independen: CAR, FDR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh terhadap ROA, NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA, FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
36
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran konseptual pada dasarnya merupakan review atau
tinjauan pustaka yang dituangkan dalam bentuk skema serta mencerminkan
keterikatan antara variabel yang diteliti. Berdasarkan tinjauan pustaka yang
telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Perusahaan Perbankan Di Indonesia
Variabel Independen
1. Inflasi 2. Gross Domestic Product (GDP) 3. Non Performing Financing (NPF) 4. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) 5. Net Margin (NM)
Variabel Dependen
Return On Asset (ROA)
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
2. Uji Multikolinearitas
3. Uji Autokorelasi
4. Uji Heteroskedastisitas
Analisis Regresi Linier Berganda
1. Uji t (Parsial)
2. Uji F (Simultan)
3. Koefisien Determinasi (Adj R2)
Kesimpulan dan Saran
37
D. Hipotesis Penelitian
Dari permasalahan yang ada, dapat diambil suatu hipotesis sebagai
berikut:
1. Ho : β1 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1)
terhadap return on asset (Y)
Ha : β1 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1)
terhadap return on asset (Y).
2. Ho : β2 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel gross
domestic product (X2) terhadap return on asset (Y)
Ha : β2 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel gross domestic
product (X2) terhadap return on asset (Y).
3. Ho : β3 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel non
perfoming financing (X3) terhadap return on asset (Y).
Ha : β3 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel non performing
financing (X3) terhadap return on asset (Y).
4. Ho : β4 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya
operasional dan pendapatan operasional (X4) terhadap return
on asset (Y).
Ha : β4 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya
operasional dan pendapatan operasional (X3) terhadap return
on asset (Y).
38
5. Ho : β5 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel net
margin (X5) terhadap return on asset (Y).
Ha : β5 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel net margin (X5)
terhadap return on asset (Y).
6. Ho : β1, β2, β3, β4, β5 = 0; tidak ada pengaruh signifikan antara variabel
inflasi (X1), gross domestic product (X2), non
performing financing (X3), biaya operasional
dan pendapatan operasional (X4) dan net margin
(X5) terhadap return on asset (Y).
Ha : β1, β2, β3, β4, β5 ≠ 0; ada pengaruh signifikan antara variabel inflasi
(X1), gross domestic product (X2), non
performing financing, biaya operasional dan
pendapatan operasional (X4) dan net margin
(X5) terhadap return on asset (Y).
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini yang dijadikan tempat penelitian adalah perbankan
syariah di Indonesia dan penelitian dilakukan pada tahun 2014. Adapun yang
akan dibahas terbatas hanya pada seberapa besar pengaruh inflasi (X1), gross
domestic product (X2), non performing financing (X3), biaya operasional dan
pendapatan operasional (X4) dan net margin (X5) terhadap variabel dependen,
yaitu return on asset (Y).
Sebagai variabel independen pada penelitian ini adalah yang diberi
Umum Milik Pemerintah, Program Pasca Sarjana Perbanas”, Jakarta, 2010. Antonio, Moh. Syafií, “Bank Syariíah dari Teori ke Praktek”, Gema Insani Pres,
Jakarta, 2001. Antonio, Muhammad, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani Press,
Jakarta, 2009. Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah”, Rajawali Pers, Jakarta, 2011. Martono, Cyrillius, Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage
Keuangan Tertimbang Dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap “ROA” dan “ROE” Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, 2010.
Dendawijaya, “Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta,
2005. _______, “Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2006. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Undip, Semarang, 2009. Giannini, Nur Gilang, “Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah
Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia”, Accounting Analysis Journal, Semarang, 2013.
Gilarso, T. ”Pengantar Ilmu Ekonomi Makro”, Kanisius, Yogyakarta, 2004. Hakim, R. “Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Metode EVA, ROA dan
Pengaruhnya Terhadap Retun Saham Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta, 2006.
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Skripsi”, Edisi I. FEIS UIN Press Grafika Karya
Utama, Jakarta, 2007. Handoko, T. Hani, Manajemen (edisi ke2), BPFE-YOGYAKARTA, 2008. Harinaldi, “Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains”, PT. Erlangga,
Jakarta, 2005.
83
Hendrayanti, Silvia dan Muharam, Harjum “Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank Umum di Indonesia Periode Januari 2003 - Februari 2012)”, Diponegoro Journal Of Management, Volum 2., Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-15, Semarang, 2013.
http//www.bi.go.id http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat http://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/ http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah http://www.megasyariah.co.id/ http://www.syariahbukopin.co.id/page/content/2/1 http://www.syariahmandiri.co.id/home/history Kalengkongan, Glenda “Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Pengaruhnya Terhadap
Return On Asset (ROA) Pada Industri Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal EMBA 737 Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 737-747, ISSN 2303-1174, Manado, 2013.
Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008”, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Kasmir, “Pengantar Manajemen Keuangan”, Jakarta, Prenada Media Group,
2010. Nugroho, Aluisius Wishnu, “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP DAN
PLO terhadap Return on Asset (Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”, Semarang, 2011.
Pratiwi, Dhian Dayinta, Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap Return
on Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 - 2010), Jurnal Perbankan, Jakarta, 2012.
Rangkuti, Freddy, “SWOT Balanced Scorcard”, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2011. Riduwan, “Metode dan Teknik Menyusun Tesis”, Alfabeta, Bandung, 2010. Riyadi, Slamet, “Banking Asset and Liability Management”, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Sabir, Muhammad, Ali Muhammad dan Habbe Hamid, “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dan Bank Konvensional Di Indonesia”, Jurnal Analisis, Juni 2012, Vol.1 No.1 : 79 – 86, Makasar, 2012.
Sahara, Ayu Yanita, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI dan Produk
Domestik Bruto terhadap Return on Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Ilmu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013, Surabaya, 2013.
Santoso, Singgih dan Tjiptono Fandy, “Riset Pemasaran dan Aplikasi Dengan SPSS”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007.
Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Penerbit PT Elex
Media Komputindo, Gramedia, Jakarta, 2002. Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan
Perbankan”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, Jakarta, 2005.
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D”, Alfabeta,
Bandung, 2010. Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga)”, Grafindo,
Jakarta, 2003. Suwiknyo, “Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah”, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2010. Tandelilin, Eduardus,“Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Edisi
Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2010. Utomo, Novianto Satrio, “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Suku Bunga BI
Terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank Muamalat, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan”, Jurnal Manajemen Perbankan, Jakarta, 2008.
85
Lampiran 1: Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian