SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN N’-(4-METOKSIBENZILIDEN)SINAMOILHIDRAZIDA DARI BAHAN AWAL ASAM SINAMAT DENGAN IRADIASI GELOMBANG MIKRO AGHNIA TALCHA HUWAINA PERTIWI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN KIMIA FARMASI SURABAYA 2016 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
136
Embed
SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/56110/13/FF_KF_13-16_Per_s.pdf · Departemen Kimia Farmasi yang telah menyediakan fasilitas yang ... materiil selama penulis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SKRIPSI
SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN
N’-(4-METOKSIBENZILIDEN)SINAMOILHIDRAZIDA DARI BAHAN AWAL ASAM SINAMAT DENGAN
IRADIASI GELOMBANG MIKRO
AGHNIA TALCHA HUWAINA PERTIWI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN KIMIA FARMASI
SURABAYA
2016
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
SKRIPSI
SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA
DAN N’-(4-METOKSIBENZILIDEN)SINAMOILHIDRAZIDA
DARI BAHAN AWAL ASAM SINAMAT DENGAN IRADIASI GELOMBANG MIKRO
AGHNIA TALCHA HUWAINA PERTIWI
NIM : 051211131049
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN KIMIA FARMASI
SURABAYA
2016
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Dengan selesainya skripsi yang berjudul “SINTESIS N’-
BENZILIDEN-SINAMOILHIDRAZIDA DAN N’-(4-METOKSI-
BENZILIDEN)SINAMOILHIDRAZIDA DARI BAHAN AWAL ASAM
SINAMAT DENGAN IRADIASI GELOMBANG MIKRO” ini
perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
1. Prof. Dr. Tutuk Budiati, Apt., MS sebagai pembimbing pertama atas
waktu, bimbingan, saran, semangat serta dorongan moral yang
sangat berarti dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini;
2. Drs. Hadi Poerwono, Apt., M.Sc., Ph.D sebagai pembimbing serta
atas waktu, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyusun
dan menyelesaikan skripsi ini;
3. Dr. Hj. Umi Athijah, Apt., M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga, yang telah menyediakan segala fasilitas
pendukung selama menjalani pendidikan;
4. Drs. Marcellino Rudyanto, M.Si., Apt., Ph.D. selaku Ketua
Departemen Kimia Farmasi yang telah menyediakan fasilitas yang
mendukung penilitian penulis;
5. Prof. Dr. M. Zainudin, Apt. dan Dr. Nuzul W.D., M.Si., Apt.,
sebagai dosen penguji yang telah memberikan evaluasi dan saran
dalam menyusun naskah ini;
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
vi
6. Kepada seluruh dosen dan guru saya yang telah mendidik dan
mengajarkan ilmu pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan
pendidikan sarjana;
7. Orang tua tercinta, Moch Wachid dan Tri Susilowati, S.Pd, yang
telah memberikan doa yang tulus, motivasi, dorongan moral maupun
materiil selama penulis menjalani pendidikan dan penyelesaian
skripsi ini;
8. Seluruh keluarga besar, serta kakakku Dian Nur Susanti dan Feby
Nugroho Aji yang memberikan doa, motivasi, dan dorongan;
9. Sahabat-sahabatku tercinta yang telah memberikan dukungan dan
motivasi, teman seperjuangan penelitian (Ariani) dan teman-teman
Fakultas Farmasi angkatan 2012;
10. Seluruh karyawan Departemen Kimia Farmasi khususnya bapak
Sunar dan bapak Rubiyanto atas bantuan waktu dan tenaga selama
pengerjaan skripsi ini;
11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
saya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa memberikan segala kebaikan kepada bapak, ibu serta
teman-teman.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yang menggunakannya. Penulis menyadari jika skripsi ini masih banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan
kritik maupun saran dari semua pihak untuk pengembangan selanjutnya.
Surabaya, Agustus 2016
Penulis
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
vii
RINGKASAN
SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN N’-(4-METOKSIBENZILIDEN)SINAMOILHIDRAZIDA DARI
BAHAN AWAL ASAM SINAMAT DENGAN IRADIASI -GELOMBANG MIKRO
Aghnia Talcha Huwaina Pertiwi
N’-benzilidensinamoilhidrazida dan N’-(4-metoksibenziliden)-
sinamoilhidrazida merupakan senyawa turunan hidrazida dibuat dari bahan awal asam sinamat yang diduga memiliki aktivitas antimikroba. Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa N’-benzilidensinamoilhidrazida sebagai pembanding dan senyawa N’-(4-metoksibenziliden)-sinamoilhidrazida untuk mengetahui perbedaan reaktivitas benzaldehida dan 4-metoksibenzaldehida pada reaksinya dengan sinamoilhidrazida pada kondisi reaksi yang sama.
Sintesis senyawa N’-benzilidensinamoilhidrazida dan N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida dilakukan melalui tiga tahap reaksi. Tahap pertama merupakan reaksi pembentukan metil sinamat yang dilakukan dengan cara mereaksikan asam sinamat dengan dimetil sulfat dan kalium karbonat menggunakan iradiasi gelombang mikro dengan daya 160 Watt selama 8 menit. Pada tahap kedua dilakukan reaksi pembentukan sinamoilhidrazida dengan mereaksikan metil sinamat dengan hidrazin hidrat menjadi sinamoilhidrazida menggunakan iradiasi gelombang mikro dengan daya 360 Watt selama 6 menit. Kemudian, pada tahap ketiga dilakukan reaksi pembentukan N’-benzilidensinamoilhidrazida dengan mereaksikan sinamoilhidrazida dengan benzaldehida menggunakan HCl pekat sebagai katalis menggunakan iradiasi gelombang mikro dengan daya 160 Watt selama 5 menit. Sementara itu, sinamoilhidrazida direaksikan dengan 4-metoksibenzaldehida untuk menghasilkan senyawa N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida dilakukan pada kondisi reaksi yang sama dengan N’-benzilidensinamoilhidrazida. Pada sintesis N’-benzilidensinamoilhidrazida dan N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida dilakukan rekristalisasi dengan diklorometana : etanol (1:1). Kedua hasil sintesis tersebut masih berupa senyawa campuran sehingga dilakukan pemisahan dan pemurnian menggunakan metode kromatografi kolom.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
viii
Identifikasi struktur senyawa dengan spektrofotometer UV-Vis dan spektromotometer inframerah. Analisis spektroskopi UV-Vis metil sinamat meunjukkan panjang gelombang maksimum 278 nm. Data spektrum inframerah dalam pellet KBr menunjukkan adanya gugus C=C aromatis (1450 cm-1), gugus C-H sp2 (3028 cm-1), gugus C=O ester (1714 cm-1), gugus C-O-C (1013 cm-1) dan C-H alkena trans (980 cm-1). Analisis spektroskopi UV-Vis sinamoilhidrazida meunjukkan panjang gelombang maksimum 282 nm. Data spektrum inframerah dalam pellet KBr menunjukkan adanya gugus C=C aromatis (1454 cm-1), gugus C-H sp2 (3064 cm-1), gugus N-H sekunder (3435 cm-1), gugus N-H primer (3446 cm-1), gugus =C-N (1384 cm-1), gugus C=O amida (1672 cm-1), dan C-H alkena trans (699 cm-1).
Identifikasi struktur senyawa hasil sintesis menggunakan spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer inframerah dan spektrometer resonansi magnetik inti proton (1H-RMI). Analisis spektroskopi UV-Vis N’-benzilidensinamoilhidrazida meunjukkan panjang gelombang maksimum 302 nm. Data spektrum inframerah dalam pellet KBr menunjukkan adanya gugus C=C aromatis (1489 cm-1), gugus C-H sp2 (3192 cm-1), , gugus N-H primer (1620 cm-1), gugus =C-N amida (1365 cm-1), gugus C=O amida (1662 cm-1), dan gugus C=N (1650 cm-1). Sedangkan data spektrum resonansi magnetik inti proton menunjukkan pergeseran kimia dari atom H cincin aromatis (7,88 ppm, singlet), atom H cincin aromatis (7,83-7,84 ppm; 7,64-7,68 ppm, dan 7,38-7,46 ppm, multiplet), atom H cincin aromatis (7,71 ppm, doublet), atom H dari ikatan =C-H (8,73 ppm, singlet), atom H dari ikatan C-H alkena trans (7,78 ppm dan 7,71 ppm, doublet) serta atom H dari N-H (7,38-7,46 ppm, multiplet).
Analisis spektroskopi UV-Vis N’-(4-metoksibenziliden)-sinamoilhidrazida meunjukkan panjang gelombang maksimum 318 nm. Data spektrum inframerah dalam pellet KBr menunjukkan adanya gugus C=C aromatis (1448 cm-1), gugus C-H sp2 (3016 cm-1), , gugus N-H sekunder (3466 cm-1), gugus =C-N amida (1422 cm-1), gugus C=O amida (1663 cm-1), gugus C=N (1650 cm-1), gugus C-O-C (1258 cm-1) dan cincin aromatik tersubstitusi para (831 cm-1) . Sedangkan data spektrum resonansi magnetik inti proton menunjukkan pergeseran kimia dari atom H cincin aromatis (7,65 ppm dan 6,95 ppm, doublet), atom H cincin aromatis (7,38-7,43 ppm, multiplet), 6 atom H dari ikatan =C-H (8,73 ppm, singlet), atom H dari ikatan C-H alkena trans (7,84 ppm dan 7,54 ppm, doublet), atom H dari N-H (7,72 ppm, singlet) serta atom H dari –OCH3 (3,85 ppm, singlet).
Pada penelitian ini, diperoleh hasil sintesis senyawa tahap pertama metil sinamat yang berupa cairan sebesar 86%, sedangkan senyawa sinamoilhidrazida belum dapat dimurnikan karena belum menemukan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
ix
metode pemisahan yang sesuai sehingga tidak didapatkan data persentase hasil. Pada tahap ketiga, diperoleh N’-benzilidensinamoilhidrazida sebesar 1,56 % dan N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida sebesar 0,58 %. Optimasi kondisi reaksi hanya dilakukan untuk sintesis N’-benzilidensinamoilhidrazida, sedangkan pada sintesis N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida dilakukan dengan kondisi yang sama dengan N’-benzilidensinamoilhidrazida sehingga dapat memungkinkan reaksi untuk sintesis N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida belum sempurna yang menyebabkan presentase hasil tidak sesuai hipotesis yaitu persentase hasil N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida tidak lebih besar daripada N’-benzilidensinamoilhidrazida.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
x
ABSTRACT
SYNTHESIS OF N’-BENZYLIDENECINNAMOYLHYDRAZIDE AND
N’-(4-METHOXYBENZYLIDENE)CINNAMOYLHYDRAZIDE FROM CINNAMIC ACID USING MICROWAVE IRRADIATION
Aghnia Talcha Huwaina Pertiwi
The synthesis of N’-benzylidenecinnamoylhydrazide and N’-(4-methoxybenzylidene)cinnamoylhydrazide has been performed through microwave irradiation in same condition. The reaction was performed in three steps using cinnamic acid as the starting material. The first step obtain methyl cinnamate by reacting cinnamic acid with dimethyl sulfate, the second step obtain cinnamoylhydrazide by reacting methyl cinnamate with hydrazine hydrate and the third step obtain N’-benzylidenecinnamoyl-hydrazide and N’-(4-methoxybenzylidene)-cinnamoylhydrazide by reacting cinnamoylhydrazide with benzaldehyde and 4-methoxybenzaldehyde, respectively. N’-benzylidenecinnamoylhydrazide was obtained as yellow crystal with 1,56 % yield (m.p 200-202oC) and N’-(4-methoxybenzylidene)-cinnamoylhydrazide was obtained as pale yellow crystal with 0,58 % yield (m.p 216-218oC). Identification of the synthesized compounds were confirmed by UV-Vis spectrophotometer, IR spectrophotometer, and 1H-NMR spectrometer. Keyword : Synthesis, N’-(4-methoxybenzylidene)cinnamoylhydrazide, methyl cinnamate, N’-benzylidenecinnamoylhydrazide, cinnamoylhydrazide, microwave irradiation
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
Somashekhar et al., 2013, telah melakukan sintesis senyawa 4-
(morfolin-4-il)benzohidrazida dengan senyawa aromatik, seperti asam
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
9
benzoat, asam p-amino benzoat, p-klorobenzonitril dan 1-kloro-2,4-
dinitrobenzen direfluk selama 5 jam. Diketahui keempat senyawa yang
disintesis mempunyai aktivitas antibakteri pada Staphylococcus aureus
(bakteri gram positif) dan Escheria coli (bakteri gram negatif) serta aktivitas
antijamur pada Aspergillus niger dan Candida albicans. Struktur keempat
senyawa yang disintesis tersebut ditunjukkan pada gambar 2.5, sebagai
berikut.
Gambar 2.5 Sintesis senyawa 4-(morfolin-4-il)benzohidrazida
2.2 Tinjauan Tentang Bahan Penelitian
2.2.1 Asam Sinamat (C9H8O2)
Asam sinamat mempunyai berat molekul 148,16 g/mol. Asam
sinamat berbentuk kristal dengan titik lebur 133oC, titik didih 300oC,
kelarutan dalam air 1:2000 (25oC), dalam alkohol 1:6, dalam metanol 1:5
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
10
dan 1:12 dalam kloroform, serta sangat mudah larut dalam benzene, eter,
aseton, asam asetat glasial dan minyak (The Merck Index, 2001)
Gambar 2.6 Struktur molekul asam sinamat
2.2.2 Kalium Karbonat Anhidrat (K2CO3)
Kalium karbonat anhidrat mempunyai berat molekul 138,21 g/mol,
berbentuk serbuk granul atau granul tidak berbau, dan higroskopis. Larut
dalam 1 bagian air dingin; 0,7 bagian dalam air panas, praktis tidak larut
dalam alkohol (The Merck Index, 2001).
Gambar 2.7 Struktur molekul kalium karbonat
2.2.3 Metil sinamat (C10H10O2)
Metil sinamat merupakan kristal berbau buah dan balsam yang
mempunyai berat molekul 162,18 g/mol. Metil sinamat mudah larut dalam
alcohol dan eter, praktis tidak larut dalam air, serta mempunyai titik lebur
36oC, 1,042 dan indeks bias 1,5766 (21oC) (The Merck Index, 2001).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
11
Gambar 2.8 Struktur molekul metil sinamat
2.2.4 Sinamoilhidrazida
Sinamoilhidrazida memiliki rumus molekul (C9H10N2O) dengan
berat molekul 162,19 g/mol. Sinamoilhidrazida merupakan Kristal yang
memiliki titik didih 360,8 oC dan titik leleh 116-117 oC (Katritzky, A.R, et
al. 2001)
Gambar 2.9 Struktur molekul sinamoilhidrazida
2.2.5 Benzaldehida (C7H6O)
Benzaldehida merupakan cairan tidak berwarna, menyerupai
minyak aman, membiaskan cahaya dengan kuat dan mempunyai berat
molekul 106,12 g/mol. Benzaldehida larut dalam air, bercampur dengan
etanol, dengan eter, dengan minyak menguap dan dengan minyak lemak.
Benzaldehida memiliki titik leleh -56,5oC, titik didih 179oC, indeks bias
1,5456 pada suhu 20oC dan berat jenis 1,043 g/cm3 pada suhu 25oC. Selama
penyimpanan, benzaldehida dapat teroksidasi oleh oksigen menjadi asam
benzoat dan menghasilkan kristal. (Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
12
Gambar 2.10 Struktur molekul benzaldehida
2.2.6 p-metoksibenzaldehida (C8H8O2)
Nama lain p-metoksibenzaldehida adalah anisaldehida yang
memiliki berat molekul 136,2 g/mol. p-metoksibenzaldehida merupakan
cairan seperti minyak aromatik, tidak berwarna hingga kuning pucat, sangat
sukar larut dalam air, larut dalam alkohol dan eter, serta mempunyai titik
lebur 0oC (Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995; The Merck Index, 2001).
Gambar 2.11 Struktur molekul p-metoksibenzaldehida
2.2.7 Dimetil Sulfat ((CH3)2SO4)
Dimetil sulfat atau asam sulfat dimetil eter mempunyai berat
molekul 126,13 g/mol. Dimetil sulfat berbentuk cairan berminyak yang
tidak berwarna, beracun, korosif. Sifat fisika dimetil sulfat antara lain : titik
lebur -27oC; titik didih 76oC; berat jenis 1,3322 g/cm3 (20oC) dan indeks
biasnya 1,3874 (20oC). Larut dalam air 2,8 g/100 ml pada suhu 18oC, larut
dalam eter, aseton, hidrokarbon aromatis. (The Merck Index, 2001).
Gambar 2.12 Struktur molekul dimetil sulfat
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
13
2.2.8 Hidrazin Hidrat ((NH2)2.H2O)
Hidrazina hidrat merupakan cairan tidak berwarna yang
mempunyai berat molekul 50,06 g/mol. Hidrazin hidrat berupa cairan dan
sedikt berbau, larut dalam air dan alkohol, tidak larut dalam kloroform dan
eter. Hidrazin hidrat mempunyai titik didih 47oC; titik leleh -51,7oC atau
dibawah 65oC; berat jenis 1,03 g/cm3 (21oC) dan indeks bias 1,42842
(20oC). Hidrazin hidrat merupakan basa kuat, sangat korosif, merusak kaca,
karet namun tidak merusak stainless steel. (The Merck Index, 2001).
Gambar 2.13 Struktur molekul hidrazin hidrat
2.3 Tinjauan Tentang Mekanisme Reaksi
2.3.1 Reaksi Metilasi
Reaksi metilasi merupakan reaksi penggantian suatu atom atau
molekul dengan gugus metil. Sumber elektrofil metil yang umum digunakan
berasal dari reagen dimetil sulfat (DMS) atau metil halida (CH3-X) (Tundo,
2001). Reaksi metilasi merupakan reaksi substitusi dimana satu atom, ion
atau gugus disubstitusikan untuk menggantikan atom, ion atau gugus lain
(Fessenden and Fessenden, 1986).
Senyawa pengalkilasi ada tiga kategori berdasarkan kondisi reaksi,
yaitu basa, netral, dan asam. Penggolongan senyawa pengalkilasi dapat
dilihat pada tabel II.1 (Lamoureux dan Christian, 2009). Dimetil sulfat
merupakan agen metilasi yang memiliki toksisitas tinggi dan karsinogenik,
namun dimetil sulfat lebih reaktif (Yulinda dkk, 2013).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
14
Tabel II.1 Penggolongan senyawa pengalkilasi (Lamoureux dan Christian, 2009)
Kondisi Basa Kondisi Netral Kondisi Asam
Me-I Diazometana : CH2N2 MeOH/H+
Me-OTs, Me-OMs TMSCHN2 MeOH/BF3
Me3O.BF3 Triazena : Ph-NH-N=NMe
Me2SO4 DMF Asetal :
(MeO)2CHNMe2
MeOCO2Me Isourea : RNHC(OMe)NR
Me4NX Ortoasetal : (MeO)3CR
Mekanisme untuk setiap golongan senyawa pengalkilasi berbeda.
Pada dalam kondisi basa reagen dapat sebagai elektrofil. Pada reaksi yang
berlangsung pada kondisi netral, reagen awalnya sebagai basa dan pada
kondisi asam, reagen umumnya sebagai nukleofil. Mekanisme senyawa
pengalkilasi dapat dilihat pada gambar (2.12).
Kondisi Basa (reagen sebagai elektrofil)
Kondisi Netral (reagen awalnya sebagai basa)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
15
Kondisi Asam (reagen sebagai nukelofil)
Gambar 2.14 Mekanisme senyawa pengalkilasi pada kondisi reaksi basa,
netral dan asam (Lamoureux dan Christian, 2009)
2.3.2 Reaksi Substitusi Nukleofilik
Reaksi subtitusi adalah suatu reaksi yang terjadi dalam satu atom,
ion atau gugus yang disubstitusikan untuk menggantikan atom, ion atau
gugus lain. Reaksi substitusi terjadi apabila anion dan spesi lain yang
mempunyai sepasang elektron bebas pada kulit terluarnya menyerang suatu
atom karbon bermuatan positif. Spesi yang menyerang atom karbon
bermuatan positif dalam reaksi substitusi nukleofil (Nu-) dan kebanyakan
berupa anion. Namun, beberapa molekul netral seperti H2O, CH3OH,
CH3NH2 dapat juga bertindak sebagai nukleofil karena molekul netral
memiliki pasangan elektron bebas yang dapat digunakan untuk membentuk
ikatan sigma (Fessenden and Fessenden, 1986).
Asam karboksilat dapat diubah menjadi berbagai macam turunan
karboksilat dengan mengganti gugus –OH dengan substituen lain seperti
gugus halida, amida, ester, dan anhidrida asam. Reaksi kimia ini disebut
reaksi substitusi asil nukleofilik dimana mekanisme penggantian subtituen
diawali dengan reaksi adisi oleh nukleofilik pada gugus karbonil polar
turunan asam dan diikuti dengan pengusiran gugus pergi dari intermediet
tetrahedral. Tahap adisi maupun eliminasi menentukan reaksi subtitusi asil
nukleofilik, tapi tahap adisi adalah rate limiting step (tahap penentu
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
16
kecepatan reaksi), sehingga faktor-faktor yang membuat gugus karbonil
lebih reaktif terhadap nukleofilik pada proses subtitusi (McMurry, 2008).
Reaktivitas suatu turunan asam terhadap terjadinya subtitusi
tergantung pada ada atau tidaknya halangan sterik di sekitar gugus karbonil
dan sifat elektronik subtituen. Secara sterik, turunan asam karboksilat yang
mepunyai halangan ruang kecil lebih mudah diserang oleh nukleofilik.
Urutan reaktivitas terhadap reaksi subtitusi pada turunan asam adalah asam
halida > anhidrida asam > ester > amida. Secara elektronik, senyawa asil
yang memiliki polaritas tinggi bereaksi lebih baik daripada senyawa yang
kurang polar. Berbagai subtituen menyebabkan perbedaan kepolaran gugus
karbonil (McMurry, 2008).
Mekanisme reaksi nukleofilik pada dasarnya ada dua, yaitu SN2
dan SN1. SN menunjukkan substitusi nukleofilik. Mekanisme SN2 dan SN1
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Reaksi SN2
Mekanisme SN2 adalah mekanisme satu tahap yang digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2.15 Mekanisme reaksi SN2
Nukleofil menabrak sisi belakang ikatan C X. Pada keadaan
transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana
substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
17
pasangan elektron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk
dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Karena keadaan transisi
melibatkan dua partikel (Nu- dan substrat), maka SN2 dikatakan bersifat
bimolekular, yaitu nukleofil dan substrat yang terlibat dalam langkah
penentu kecepatan reaksi (Fessenden dan Fessenden, 1986).
2) Reaksi SN1
Reaksi substrat R-X yang melalui mekanisme SN1 akan
berlangsung cepat jika R merupakan struktur tersier, dan lambat jika R
adalah struktur primer. Hal ini sesuai dengan urutan kestabilan ion
karbonium, 3o > 2o >> 1o > CH3. Ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui
mekanisme reaksi SN1, antara lain sebagai berikut :
a. Suatu gugus pergi yang baik dapat meningkatkan laju reaksi
dengan menurunkan tingkat energi transisi untuk membentuk
karbokation,
b. Nukleofil netral bekerja dengan baik,
c. Pelarut solven menstabilkan intermediet karbokation dengan
solvasi dengan meningkatkan laju reaksi (McMurry, 2008).
2.4 Tinjauan Tentang Iradiasi Gelombang Mikro
Gelombang mikro merupakan bentuk iradiasi elektromagnetik yang
mempunyai panjang gelombang antara 1 cm sampai 1 m, dengan spektrum
elektromagnetik antara 300 MHz sampai 300 GHz. Pada umunya, frekuensi
yang digunakan untuk pemanasan adalah 2,45 GHz (Patil, 2012).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
18
Gambar 2.16 Spektrum elektromagnetik (Patil, 2012)
Sejak pertengahan 1980, teknologi gelombang mikro sudah
digunakan untuk kimia organik. Sintesis organik menggunakan gelombang
mikro dapat memberikan hasil yang berbeda dibandingkan dengan reaksi
pemanasan konvensional. Pemanasan konvensional, dapat menimbulkan
suhu lokal yang lebih tinggi, sehingga dapat menyebabkan produk, substrat
dan pereaksi terdegradasi (Lidstrom et al., 2001). Pemanasan konvensional
ini, reaktan secara perlahan diaktifkan oleh sumber panas konvensional
eksternal, panas didorong ke substansi melewati dinding wadah untuk
mencapai pelarut dan reaktan. Metode transfer energi dengan pemanasan
konvensional berjalan lambat dan tidak efisien (Surati et al., 2012).
Komponen gelombang mikro yang berperan dalam pemanasan
dielektrik, ada dua mekanisme reaksi yaitu mekanisme polarisasi dwikutub
dan konduksi.
1. Mekanisme polarisasi dwikutub
Agar menghasilkan panas saat diiradiasi dengan gelombang mikro,
bahan/matris harus memiliki momen dwikutub. Momen dwikutub peka
terhadap medan listrik eksternal, sehingga akan berusaha untuk
menyejajarkan diri dengan medan listrik yang berosilasi dengan berotasi,
yang ditunjukkan pada gambar 2.17.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
19
Gambar 2.17 Molekul dwikutub menyejajarkan diri dengan medan listrik
Pada iradiasi dengan frekuensi rendah, molekul dwikutub berputar
sefasa dengan medan listrik sehingga ada transfer energi, tetapi efek
pemanasan kecil. Sedangkan jika dilakukan iradiasi dengan frekuensi tinggi,
molekul dwikutub tidak memiliki cukup waktu untuk mengikuti osilasi
medan listrik dan molekul dwikutub tidak berputar, sehingga tidak ada
transfer energi dan tidak ada pemanasan. Apabila menggunakan iradiasi
gelombang mikro (diantara dua ekstrem tersebut), molekul dwikutub
mempunyai cukup waktu untuk merespon osilasi medan listrik
menyebabkan molekul dwikutub berputar, tetapi frekuensi putaran tidak
cukup tinggi untuk berotasi mengikuti medan listrik. Perbedaan fasa karena
molekul dwikutub kehilangan energi oleh gesekan dan tumbukan
menimbulkan pemanasan dielektrik.
2. Mekanisme konduksi
Ion-ion dalam larutan bergerak karena pengaruh medan listrik yang
menimbulkan peningkatan tumbukan, energi kinetik berubah menjadi
panas.
Gambar 2.18 Partikel bermuatan dalam suatu larutan mengikuti medan
listrik
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
20
Keuntungan menggunakan pemanasan gelombang mikro
dibandingkan dengan pemanasan konvensional adalah pemanasan
gelombang mikro ramah lingkungan, persentase hasil yang diperoleh lebih
tinggi, waktu reaksi lebih cepat, dapat digunakan untuk berbagai reaksi,
paparan bahan kimia berbahaya minimum dan pemanfaatan energi
maksimum (Kappe, 2005). Metode sintesis dengan menggunakan
gelombang mikro merupakan metode yang dikenal dengan istilah Green
Chemistry atau Kimia Hijau. Kimia hijau merupakan rancangan produk
kimia dan proses mengurangi atau menghilangkan pemakaian dan/atau
pembentukan bahan kimia berbahaya (Nerkar, 2013).
Ada dua tipe reaktor gelombang mikro yang umumnya digunakan
untuk sintesis senyawa organik, yaitu multimode reaktor dan monomode
reaktor. Multimode reaktor yang umum digunakan adalah oven, karena
murah dan ketersediaannya yang mudah, serta hasilnya sering memuaskan.
Kekurangannya adalah dapat memberikan area dengan kekuatan medan
yang berbeda atau hot and cold spot, serta kurang mampu mengontrol dan
memonitor suhu. Sedangkan monomode reaktor hanya memiliki satu aliran
gelombang mikro, namun dapat mencegah pembentukan area dengan
kekuatan medan yang berbeda, serta dapat mengontrol suhu (Lidstrom et
al., 2001).
2.5 Tinjauan Tentang Uji Kemurnian
2.5.1 Titik Lebur
Titik lebur adalah suhu dimana fase padat dan fase cair mengalami
keseimbangan (equilibrium). Titik lebur dari fase padatan biasanya dalam
bentuk rentang, dimulai dari suhu mulai terbentuk tetesan cairan dan
berakhir pada suhu saat semua zat melebur seluruhnya. Rentang titik lebur
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
21
sangat sempit untuk zat dikatakan murni dan titik lebur merupakan salah
satu karakteristik senyawa tertentu. Oleh karena itu, titik lebur dapat
digunakan untuk identifikasi senyawa murni dalam bentuk padatan.
Adanya sedikit saja pengotor pada zat akan menurunkan titik lebur dan
melebarkan rentang suhu titik lebur, karena pengotor menyebabkan
kerusakan pada kisi kristal suatu zat (Scoffstall et al., 2000).
2.5.2 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan
senyawa berdasarkan perbedaan kepolaran. Pada metode ini biasanya
menggunakan fase diam dari plat silika dan fase geraknya disesuaikan
dengan jenis sampel yang akan dipisahkan (Skoog et al, 2006). Pada
umumnya, proses KLT ada 3 tahapan yaitu penotolan sampel, proses eluasi
dan identifikasi noda. Pada tahap penotolan noda, sampel terlebih dahulu
dilarutkan dalam pelarut yang mudah menguap kemudian sampel ditotolkan
di bagian bawah pelat KLT. Setelah selesai penotolan, pelat dimasukkan
dalam bejana pengembang berisi fase gerak yang sudah jenuh. Fase gerak
naik dengan gaya kapilaritas, hal ini yang menyebabkan terjadinya proses
pemisahan komponen-komponen dalam sampel. Setelah tahap proses eluasi
selesai, dilanjutkan tahap identifiasi noda. Pada tahap ini, dapat dilakukan
dengan radiasi lampu UV (λ 254 nm). Senyawa yang mengabsorbsi pada
panjang gelombang ini akan menimbulkan noktah gelap atau terkadang juga
berwarna terhadap latar belakang hijau biru (Rouessac, 2007).
Parameter pada KLT untuk identifikasi adalah nilai Rf. Dua
senyawa yang mempunyai nilai Rf sama yang diukur pada kondisi KLT
yang sama, kedua senyawa dapat dikatakan identik (Gandjar dan Rohman,
2009).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
22
2.6 Tinjauan Tentang Rekristalisasi
Selama proses reaksi terbentuk kristal, dapat terjadi pengotoran oleh
suatu pengotor atau impurities yang terjebak didalam kisi kristal. Pencucian
kristal dengan suatu pelarut dapat menghilangkan pengotor yang ada di
permukaan kristal, tapi proses ini tidak mampu menghilangkan pengotor
yang terjebak (teroklusi). Untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam
kisi kristal dilakukan rekristalisasi, yaitu dengan melarutkan kristal dalam
pelarut dingin atau panas yang sesuai, kemudian menyaring pengotor yang
tidak larut. Filtrat yang diperoleh didiamkan untuk mendapatkan kristal
kembali (Schoffstall et al., 2000).
Salah satu faktor utama rekristalisasi adalah pemilihan pelarut karena
dengan pemilihan pelarut yang tepat dapat menghasilkan produk dengan
kemurnian tinggi dan memiliki persentase hasil yang baik. Kriteria untuk
pelarut rekristalisasasi adalah mempunyai sifat dapat melarutkan senyawa
pada titik didih senyawa tetapi pada suhu kamar hanya sedikit
melarutkan atau tidak sama sekali, titik didih pelarut harus lebih rendah
daripada titik lebur padatan yang dimurnikan, pelarut tidak bereaksi dengan
senyawa yang dimurnikan, dan tidak toksik (Gilbert dan Stephen, 2011).
19
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
23
Tabel II.2 Pelarut yang sering digunakan untuk rekristalisasi (Gilbert dan Stephen, 2011).
Pelarut Titik Didih (oC)
Titik Beku (oC)
Konstanta Dielektrik (ε) Flammable
Dietil eter 35 4.3 Ya Diklorometana 41 9.1 Tidak Aseton 56 20.7 Ya Metanol 65 32.6 Ya Tetrahidrofuran 65 7.6 Ya Etil asetat 77 6.0 Ya Etanol 78 24.6 Ya Sikloheksana 81 6 1.9 Ya Air 100 0 78.5 Tidak 1,4-dioksan 101 11 2.2 Ya Toluen 111 2.4 Ya
Catatan :
- Titik beku yang tidak tertulis, dibawah 0oC
- Pelarut yang paling sering digunakan : aseton, metanol, etil asetat,
etanol, air, toluene
- Diklorometana memiliki toksisitas paling besar, sehingga
penggunaan sebaiknya dihindari jika ada pelarut lain yang tersedia.
2.7 Tinjauan Tentang Identifikasi Hasil Sintesis
2.7.1 Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak merupakan
pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang
tertentu. Panjang gelombang untraviolet bergantung pada kemudahan
transisi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan energi lebih banyak
untuk perpindahan elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang
lebih pendek. Serapan energi ini direkam sebagai absorban. Absorban suatu
panjang gelombang tertentu bertambah dengan benyaknya molekul yang
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
24
mengalami transisi. Oleh karena itu, absorban bergantung pada struktur
senyawa dan kepekatan (Mc. Murry, 2008).
Panjang gelombang dari absorbsi maksimum suatu komponen
dapat digunakan sebagai identifikasi adanya gugus auksokrom dan
kromofor yang terdapat pada suatu senyawa. Gugus auksokrom adalah
gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas, seperti : -OH, -O-, -NH2,
dan –OCH3. Sedangkan gugus kromofor merupakan semua gugus atom
dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar
tampak. Terikatnya gugus auksokrom pada gugus kromofor dapat
menyebabkan pergeseran pita absorbs menuju panjang gelombang yang
lebih besar disertai peningkatan intensitas (Gandjar dan Rohman, 2012)
2.7.2 Spektrofotometer Inframerah
Spektrometri inframerah digunakan sebagai salah satu metode
dalam identifikasi senyawa organik. Pada daerah antara 1400-4000 cm-1 di
bagian kiri spektrum inframerah merupakan daerah untuk identifikasi gugus
fungsi pada suatu senyawa. Berikut ini dipaparkan karakteristik beserta
posisi serapan radiasi inframerah beberapa gugus fungsi (Silverstein et al.,
2005).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
25
Gambar 2.19 Diagram karakteristik serapan radiasi inframerah gugus fungsi (Silverstein et al., 2005)
Sedangkan daerah di sebelah kanan 1400 cm-1 disebut daerah sidik
jari (fingerprint region). Daerah sidik jari memiliki pola absorbansi yang
cukup kompleks, sehingga cukup sulit diidentifikasi. Namun, setiap
senyawa mempunyai pola absorbsi di daerah ini. Meskipun pada bagian kiri
suatu spektrum mempunyai kesamaan, kedua spektra harus mempunyai
kecocokan pada daerah sidik jari sehingga dapat disimpulkan kedua spectra
berasal dari senyawa yang sama (Silverstein et al., 2005).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
26
Tabel II.3 Penggolongan frekuensi inframerah (Segneanu et al., 2012)
Golongan Grup Wavenumber (cm-1)
Alkana C-H 2850-3000 C-C 800-1000
Aromatis C-H 3000-3100 C=C 1450-1600
Alkena C-H 3080-3140 C=C 1630-1670
Alkohol O-H 3300-3600 C-O 050-1200
Eter C-O 1070-1150
Aldehida C=O 1720-1740 C-H 2700-2900
Asam Karboksilat C=O 1700-1725 O-H 2500-3300 C-O 1100-1300
Ester C=O 1735-1750 C-O 1000-1300 (2 pita)
Keton C=O 1700-1725 Asil halide C=O 1785-1815
Anhidrida C=O 1750-1820 (2 pita) O-C 1040-1100
Amida C=O 1630-1695
Amina
N-H 3300-3500 C-N 1000-1250 NH2 1550-1650
NH2 dan N-H 660-900
Identifikasi struktur molekul dari spektrum inframerah dapat
menggunakan tabel korelasi dan dari serapan spektrum gugus fungsi dan
dibandingkan dengan spektrum senyawa yang telah diketahui atau diduga.
Berikut ini disajikan karakteristik frekuensi gugus fungsi senyawa organic
(Segneanu et al., 2012).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
27
2.7.3 Spektrometer Resonansi Magnetik Inti (1H-RMI)
Pada kondisi yang sesuai dalam medan magnet, sampel dapat
mengabsorbsi radiasi elektromagnetik dalam daerah frekuensi radio.
Absorbsi merupakan fungsi dari beberapa inti atom dalam molekul. Inti
atom dapat dikelompokkan sebagai memiliki spin atau tidak memiliki spin.
Suatu inti atom yang memiliki spin akan menimbulkan medan magnet kecil
yang ditunjukkan oleh suatu momen magnetik nuklir. Salah satu inti yang
memiliki spin adalah yang dapat dimanfaatkan untuk metode
spektroskopi resonansi magnetik inti. Atom yang umum digunakan dalam
(1H-RMI) adalah 1H dan 12C (Silverstein et al., 2005).
Inti atom 1H dikelilingi oleh medan magnet yang lemah. Jika
senyawa mengandung atom-atom ini ditempatkan diantara medan magnet
yang kuat, medan magnet akan terorientasi terhadap medan magnet luar,
secara paralel maupun anti paralel. Keadaan paralel sedikit lebih stabil
dibandingkan dengan keadaan anti paralel. Jika dikenai gelombang radio
dengan frekuensi yang cocok, momen magnetik sebagian kecil proton
kondisi paralel akan mengabsorbsi energi dan melakukan flip bergantung
pada besarnya H0. Proton dalam kondisi resonansi, ketika suatu proton
berpindah orientasi dari kondisi paralel menjadi anti paralel (Silverstein et
al., 2005).
Analisis dengan metode spektroskopi NMR dilakukan dengan
pengamatan pergeseran kimia (δ) dengan satuan ppm. Pergeseran kimia
merupakan perbedaan posisi absorbsi dari proton dibandingkan dengan
posisi absorbsi standar. Komponen standar yang digunakan adalah TMS
(Tetrametil silana), inert, volatile (TD 27oC) dan pelarut dalam sebagian
besar pelarut organik yang memberikan puncak tunggal dan mengabsorbsi
pada daerah yang lebih tinggi daripada pelarut organik. Jika proton berada
pada lingkungan kerapatan elektron yang tinggi, δ akan bergeser pada harga
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
28
yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika proton berada pada lingkungan kerapatan
elektron yang rendah, δ akan bergeser pada harga yang lebih rendah
(McMurry, 2008).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
29
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Pada penelitian ini dilakukan perbandingan hasil sintesis antara
senyawa N’-benzilidensinamoilhidrazida dan N’-(4-metoksibenziliden)-
sinamoilhidrazida dengan perlakuan dan kondisi reaksi yang sama. Pada
sintesis N’-benzilidensinamoilhidrazida terjadi reaksi antara asam sinamat
dan dimetilsulfat yang menghasilkan metil sinamat, kemudian metil sinamat
direaksikan dengan hidrazin. Dari reaksi tersebut, dihasilkan
sinamoilhidrazida yang kemudian direaksikan dengan benzaldehida
sehingga diperoeh N’-benzilidensinamoilhidrazida. Sementara itu, sintesis
N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida dilakukan pada kondisi yang
sama dengan sintesis N’-benzilidensinamoilhidrazida dengan mereaksikan
antara sinamoilhidrazida dan 4-metoksihidrazida. Pengaruh subtituen 4-
metoksi dilihat dari perbandingan persentase hasil antara N’-
benzilidensinamoilhidrazida dan N’-(4-metoksibenziliden)sinamoil-
hidrazida.
Reaksi antara sinamoilhidrazida dan benzaldehida merupakan reaksi
adisi-eliminasi nukleofilik. Atom O pada benzaldehida mempunyai
keelektronegatifan lebih besar daripada atom C. Keelektronegatifan atom O
ini merupakan kemampuan untuk menarik elektron terluarnya. Hal ini
menyebabkan C karbonil lebih elektropositif dan cenderung lebih stabil,
sehingga mudah diserang nukleofil. Nukleofil pada sinamoilhidrazida
adalah atom N dari amina primer hidrazida yang mempunyai sepasang
elektron bebas pada kulit terluarnya sehingga atom N dapat menyerang
atom karbon gugus karbonil pada benzaldehida.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
30
Perbedaan sintesis N’-benzilidensinamoilhidrazida dan N’-(4-
metoksibenziliden)sinamoilhidrazida terletak pada adanya subtituen gugus
metoksi (-OCH3) posisi para pada benzaldehida. Gugus metoksi pada
posisi para dapat mempengaruhi reaktifitas C karbonil dari benzaldehida.
Gugus metoksi dapat bertindak sebagai gugus pendorong elektron
(mesomeri positif), sehingga mengalami resonansi pada cincin aromatis.
Atom O pada gugus metoksi yang terikat langsung pada cincin
benzena memiliki 2 pasang elektron bebas yang dapat mendonorkan
elektronnya untuk berikatan dengan atom lain. Adanya resonansi
menyebabkan atom C aromatik yang terikat dengan atom C karbonil lebih
elektronegatif, sedangkan atom C karbonil bermuatan positif dan
menyebabkan C karbonil semakin reaktif terhadap nukleofil (Suzana et al,
2013). Berdasarkan uraian tersebut, senyawa N’-(4-
metoksibenziliden)sinamoilhidrazida menjadi lebih reaktif, sehingga
diperkirakan persentase hasil sintesis N’-(4-metoksibenziliden)-
sinamoilhidrazida lebih besar daripada persentase hasil N’-
benzilidensinamoilhidrazida dengan perlakuan dan kondisi reaksi yang
sama.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
31
N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida
Sinamoilhidrazida
Benzaldehida
4-metoksibenzaldehida
Dengan kondisi reaksi yang sama menggunakan
iradiasi gelombang mikro dan pengaruh
subtituen dilihat dari kemudahan pembentukan
karbokation. Semakin mudah membentuk C
karbonil positif, reaksi semakin mudah terjadi,
hasil semakin banyak.
N’-benzilidensinamoilhidrazida
Asam Sinamat
Reaksi metilasi dengan iradiasi gelombang mikro
Metil sinamat Hidrazin hidrat
Iradiasi gelombang mikro
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual
<
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
32
3.1 Hipotesis
Hipotesis yang dapat disusun berdasarkan uraian di atas, antara lain :
1. Reaksi antara asam sinamat dan dimetilsulfat menggunakan
iradiasi gelombang mikro akan menghasilkan metil sinamat.
2. Reaksi antara metil sinamat dan hidrazin hidrat menggunakan
iradiasi gelombang mikro akan menghasilkan sinamoilhidrazida.
3. Reaksi antara sinamoilhidrazida dan benzaldehida menggunakan
iradiasi gelombang mikro akan menghasilkan N’-
benzilidensinamoilhidrazida.
4. Reaksi antara sinamoilhidrazida dan 4-metoksibenzaldehida
menggunakan iradiasi gelombang mikro akan menghasilkan N’-(4-
metoksi-benziliden)sinamoilhidrazida.
5. Persentase hasil sintesis senyawa N’-(4-metoksibenziliden)-
sinamoilhidrazida lebih besar daripada persentase hasil senyawa
N’-benzilidensinamoilhidrazida.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Bahan dan Alat yang Digunakan
4.1.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi asam
sinamat pro sintesis (Merck); benzaldehida pro sintesis (Merck); 4-
metoksibenzaldehida pro sintesis (Merck); dimetil sulfat pro sintesis
(Merck), kalium karbonat pro analisis (Merck); Hidrazin hidrat 80% pro
analisis (Merck); metanol pro analisis (Merck); heksana pro analisis
(Merck); etil asetat pro analisis (Merck); kloroform pro analisis (Merck);
natrium sulfat anhidrat pro analisis (Riedel-de Haen); dan lempeng
kromatografi silica gel GF254.
4.1.2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, meliputi alat-alat
gelas yang umumnya digunakan dalam laboratorium sintesis; neraca analitik
Sartorius AG Gottingen Germany BP212S 220 g; refraktometer Abbe
ATAGO DTM-1, hotplate dan magnetic stirer Thermolyne Cimarec 2;
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
35
4.3 Kerangka Operasional
Optimasi pembentukan metil sinamat dari asam sinamat dan dimetil sulfat menggunakan iradiasi gelombang mikro (daya dan waktu reaksi)
Sintesis metil sinamat dengan menerapkan kondisi reaksi hasil optimasi yang terpilih
Optimasi pembentukan sinamoilhidrazida dari metil sinamat dan hidrazin hidrat menggunakan iradiasi gelombang mikro (daya dan waktu reaksi)
Sintesis sinamoilhidrazida dengan menerapkan kondisi reaksi hasil optimasi yang terpilih
Optimasi pembentukan N’-benzilidensinamoilhidrazida dari sinamoilhidrazidan dan benzaldehida menggunakan iradiasi gelombang mikro (daya dan waktu reaksi)
Menerapkan kondisi reaksi hasil optimasi sintesis N’-benzilidensinamoil-hidrazida pada sintesisi N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida
Uji Kemurnian Identifikasi Senyawa
Analisis Data
Titik lebur dan KLT
1. Spektrofotometer UV-Vis 2. Spektrofotometer IR 3. Spektrometer 1H-NMR
Gambar 4.1 Skema Kerangka Operasional
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
36
4.4 Prosedur Kerja
4.4.1 Optimasi Kondisi Reaksi Sintesis Metil Sinamat
Ke dalam Erlenmeyer 100 ml dimasukkan asam sinamat 0,890 g (6
mmol) kemudian dilarutkan dalam 40 ml metanol selanjutnya ditambah
kalium karbonat anhidrat sebanyak 4 gram (30 mmol) yang sudah digerus
terlebih dahulu. Campuran tersebut diaduk dengan pengaduk magnetik
selama 15 menit kemudian ditambah dimetil sulfat 2,5 ml (26 mmol) dan
diaduk hingga homogen. Campuran tersebut dimasukkan dalam oven
microwave dengan daya 160 dan 200 Watt selama 10 menit dan dicuplik
atau diambil sedikit tiap menit. Selanjutnya, tiap cuplikan diuji
menggunakan KLT dengan fase gerak Heksana : Etil Asetat (4:1) lalu
diamati dengan lampu UV.
4.4.2 Prosedur Sintesis Metil Sinamat
Sintesis metil sinamat dilakukan pada cara yang sama dengan
prosedur 4.4.1. Campuran tersebut dimasukkan dalam oven microwave
dengan daya 160 Watt selama 8 menit. Hasil reaksi dicuci dengan ± 25 ml
aquadest dalam gelas beaker. Kemudian hasil reaksi dipindahkan kedalam
corong pisah dan dilakukan ekstraksi dengan penambahan ±3 ml kloroform
(diulangi 2 kali). Larutan tersebut akan membentuk dua lapisan, lapisan
bawah diambil (lapisan metil sinamat berada dibawah) ditampung di gelas
beaker kemudian ditambah natrium sulfat anhidrat untuk menarik air yang
kemungkinan ikut terambil saat ekstraksi. Setelah itu, larutan tersebut
disaring, kemudian diuapkan agar kloroform menguap dan diperoleh metil
sinamat. Tahap selanjutnya, dilakukan uji kemurnian dengan KLT, selain
itu juga dilakukan identifikasi senyawa dengan spektrofotometer UV-Vis
dan spektrofotometer IR. Skema kerja sintesis seperti pada Lampiran 2.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
37
4.4.3 Optimasi Kondisi Reaksi Sintesis Sinamoilhidrazida
A. Dengan Perbandingan mol 1:1
Ke dalam dalam Erlenmeyer 100 ml, dimasukkan metil sinamat 0,8
ml (5 mmol) dan hidrazin hidrat 0,24 ml (5 mmol), tambahkan metanol 30
ml. Campuran tersebut masukkan oven microwave dengan daya 160, 320,
360 dan 400 Watt selama 10 menit dan dicuplik atau diambil sedikit tiap 2
menit. Selanjutnya, hasil reaksi tersebut diuji menggunakan KLT dengan
fase gerak Heksana : Etil Asetat (1:1) lalu diamati dengan lampu UV.
B. Dengan Perbandingan mol 1:6
Ke dalam dalam Erlenmeyer 100 ml, dimasukkan metil sinamat 0,9
ml (6 mmol) dan hidrazin hidrat 1,7 ml (36 mmol), tambahkan metanol 30
ml. Campuran tersebut masukkan oven microwave dengan daya 360 dan
400 Watt selama 10 menit dan dicuplik atau diambil sedikit tiap 2 menit.
Selanjutnya, hasil reaksi tersebut diuji menggunakan KLT dengan fase
gerak Heksana : Etil Asetat (1:1) lalu diamati dengan lampu UV.
4.4.4 Prosedur Sintesis Sinamoilhidrazida
Sintesis sinamoilhidrazida dilakukan pada cara yang sama dengan
prosedur 4.4.3. Campuran tersebut dimasukkan dalam oven microwave
dengan power 360 Watt selama 6 menit. Hasil reaksi langsung direaksikan
dengan benzaldehida (reaksi tahap ketiga), karena sinamoilhidrazida sulit
untuk di isolasi. Skema kerja sintesis seperti pada Lampiran 3.
4.4.5 Optimasi Kondisi Reaksi Sintesis N’-benzilidensinamoil-
hidrazida
Campuran sinamoilhidrazida dan benzaldehida 0,6 ml (6 mmol)
dalam 15 ml metanol dan ditambah 2-3 tetes HCl pekat sebagai katalis
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
38
dimasukkan dalam Erlenmeyer 100 ml. Campuran tersebut dimasukkan
dalam oven microwave dengan daya 160 Watt selama 10 menit dan dicuplik
atau diambil sedikit tiap menit. Selanjutnya, hasil reaksi tersebut di KLT
dengan fase gerak kloroform : etil asetat (5:1) lalu diamati dengan lampu
dilakukan pada kondisi yang sama dengan sintesis N’-
benzilidensinamoilhidrazida, yaitu direaksikan menggunakan iradiasi
gelombang mikro dengan daya 160 Watt selama 5 menit. Selanjutnya
dilakukan replikasi sebanyak tiga kali, lalu dilakukan uji kemurnian untuk
memastikan kemurnian senyawa hasil sintesis. Setelah dilakukan uji
kemurnian ternyata senyawa hasil sintesis masih berupa campuran,
sehingga dilakukan pemisahan dan pemurnian senyawa hasil sintesis
dengan metode kromatografi lapis tipis menggunakan fase gerak kloroform
: etil asetat (5:1). Setelah dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom
diperoleh dua fraksi dengan harga Rf 0,88 dan 0,45. Fraksi 2 memiliki Rf
yang berbeda dengan Rf reaktan atau bahan awal (sinamoilhidrazida dan 4-
metoksibenzaldehida) sehingga diduga merupakan senyawa baru hasil
sintesis. Selanjutnya, dilakukan uji kemurnian terhadap fraksi 2 dengan
penentuan jarak lebur menggunakan kapiler dan uji KLT menggunakan 3
macam eluen yang berbeda. Hasil uji kemurnian dengan jarak lebur
menggunakan Eletrothermal Melting Point Apparatus ditunjukkan pada
tabel V.16, jarak lebur senyawa hasil sintesis sebesar 216-218 oC. Hasil
pengamatan jarak lebur, diperoleh rentang yang sempit (≤2 oC) sehingga
dapat dikatakan senyawa hasil sintesis yang diperoleh telah murni secara
titik lebur. Uji kemurnian dengan KLT menggunakan 3 macam eluen
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
90
berbeda yaitu kloroform : etil asetat (5:1), heksana : etil asetat (2:1) dan
heksana : metanol (8:1). Data uji kemurnian dengan KLT dapat dikatakan
jika senyawa telah murni, karena dari ketiga eluen yang berbeda tersebut
terdapat satu noda pada setiap replikasi. Selain itu, dari data uji kemurnian
KLT dapat dilihat bahwa ketiga replikasi merupakan senyawa yang sama
ditunjukkan oleh harga Rf yang sama pada ketiganya. Selanjutnya
dilakukan identifikasi struktur senyawa hasil sintesis menggunakan
spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer inframerah dan spektrometer 1H-RMI.
Identifikasi struktur dengan spektrofotometer UV-Vis dalam pelarut
kloroform menggunakan Spektrofotometer UV-Vis Lambda EZ 201 Perkin
Elmer merupakan analisis kualitatif untuk mengetahui panjang gelombang
puncak absorbsi (λmaks) dan profil spektra. Data spektrum pada gambar
5.11, menunjukkan senyawa hasil sintesis (fraksi 2) memberikan dua
serapan UV pada panjang gelombang 318 nm dan 278 nm. Dari data
tersebut menunjukkan adanya pergeseran panjang gelombang pada senyawa
hasil sintesis dibandingkan dengan senyawa sebelumnya (λmaks = 302 nm).
Hal ini dapat terjadi karena adanya penambahan auksokrom dan ikatan
terkonjugasi. Perbedaan panjang gelombang maksimum antara senyawa
hasil sintesis dan senyawa awal sebelumnya menunjukkan bahwa senyawa
hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda dengan senyawa
sebelumnya.
Identifikasi struktur senyawa hasil sintesis dengan spektrofotometer
inframerah dapat dilihat pada gambar 5.12. Pada hasil sintesis (fraksi 2)
terdapat cincin benzena yang terlihat pada serapan 3016 cm-1 yang
menunjukkan ikatan =C-H sp2 serta ikatan C=C aromatis pada bilangan
gelombang 1608 cm-1 dan 1448 cm-1, serapan pada daerah 1663 cm-1
menunjukkan ikatan C=O amida, serapan pada daerah 1422 cm-1
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
91
menunjukkan ikatan =C-N amida, serapan pada daerah 1650 cm-1 yang
menunjukkan adanya ikatan C=N.dan serapan pada daerah 3466 cm-1
menunjukkan ikatan N-H sekunder. Sedangkan perbedaan dari data
spektrum senyawa hasil sintesis dan N’-benzilidensinamoilhidrazida dapat
dilihat pada spektrum senyawa hasil sintesis adanya ikatan C-O-C di
serapan daerah 1258 cm-1 dan adanya serapan pada daerah 831 cm-1 yang
menunjukkan adanya ikatan cincin aromatik tersubstitusi para.
Identifikasi senyawa hasil sintesis (fraksi 2) dengan resonansi
magnetik inti (1H-RMI) menggunakan pelarut kloroform (CDCl3) dapat
dilihat pada gambar 5.13 menunjukkan jumlah proton sebanyak 16 proton
H, 9 proton H diantaranya merupakan proton yang berasal dari cincin
aromatis dan 3 proton H berasal dari gugus –OCH3 pada pergeseran kimia
(δ) 3,85 ppm. Pada data spektrum terlihat adanya serapan singlet dengan
perbandingan integrasi 1 pada pergeseran kimia (δ) 8,76 ppm yang berasal
dari 1 atom H ikatan N=C-H, serapan proton untuk cincin aromatis
ditunjukkan dengan adanya serapan doublet (J = 8 Hz) dengan
perbandingan integrasi 3 pada δ 7,65 ppm, serapan multiplet dengan
perbandingan integrasi 4 pada δ 7,38-7,43 ppm, serta serapan doublet (J = 8
Hz) dengan perbandingan integrasi 2 pada δ 6,95 ppm. Selain itu, terdapat
serapan singlet dengan perbandingan integrasi 1 pada δ 7,72 ppm yang
berasal dari 1 atom H (–NH) dan serapan doublet dengan tetapan kopling 16
Hz masing-masing dengan perbandingan integrasi 1 pada δ 7,84 ppm dan δ
7,54 ppm yang berasal dari 2 atom H ikatan =C-H alkena trans. Dari
indentifikasi ini disimpulkan bahwa jumlah proton H pada senyawa hasil
sintesis sesuai dengan jumlah proton pada struktur senyawa N’-(4-
metoksibenziliden)sinamoilhidrazida.
Berdasarkan uji kemurnian dan identifikasi struktur senyawa hasil
sintesis (fraksi 2) disimpulkan bahwa senyawa yang disintesis merupakan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
92
senyawa yang benar yaitu N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida
dengan struktur sebagai berikut :
Gambar 6.7 Struktur N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida
Mekanisme reaksi pada tahap tiga untuk sintesis N’-(4-
metoksibenziliden)sinamoilhidrazida adalah mekanisme adisi-eliminasi
nukleofilik sama seperti pada senyawa N’-benzilidensinamoilhidrazida.
Perbedaan kedua senyawa adalah pada benzaldehida ada substituen –OCH3
posisi para. Persentase hasil sintesis senyawa N’-(4-
metoksibenziliden)sinamoilhidrazida ditentukan menggunakan KLT-
Densitometri dengan prosedur kerja sesuai bab IV sub bab 4.5. Persentase
hasil sintesis tiap replikasi N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida
ditunjukkan pada tabel V.20, data tersebut menunjukkan % kadar N’-(4-
metoksibenziliden)sinamoilhidrazida dalam hasil sintesis senyawa
campuran, sehingga diperoleh persentase hasil sebelum pemisahan rata-rata
sebesar 0,58 %. Optimasi kondisi reaksi hanya dilakukan untuk sintesis N’-
benzilidensinamoilhidrazida, sedangkan pada sintesis N’-(4-
metoksibenziliden)sinamoilhidrazida dilakukan dengan kondisi yang sama
dengan N’-benzilidensinamoilhidrazida sehingga dapat memungkinkan
reaksi untuk sintesis N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida belum
sempurna yang menyebabkan presentase hasil tidak sesuai hipotesis yaitu
persentase hasil N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida tidak lebih
besar daripada N’-benzilidensinamoilhidrazida.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
93
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Reaksi antara asam sinamat dan dimetilsulfat menggunakan
iradiasi gelombang mikro dapat menghasilkan metil sinamat
dengan persentase hasil 86 %.
2. Reaksi antara metil sinamat dan hidrazin hidrat menggunakan
iradiasi gelombang mikro dapat menghasilkan sinamoilhidrazida.
3. Reaksi antara sinamoilhidrazida dan benzaldehida menggunakan
iradiasi gelombang mikro dapat menghasilkan N’-
benzilidensinamoilhidrazida 1,56 %.
4. Reaksi antara sinamoilhidrazida dan 4-metoksibenzaldehida
menggunakan iradiasi gelombang mikro dapat menghasilkan N’-
(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida 0,58 %.
5. Persentase hasil sintesis senyawa N’-(4-metoksibenziliden)-
sinamoilhidrazida tidak lebih besar dibandingakan dengan
persentase hasil senyawa N’-benzilidensinamoilhidrazida.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode yang
sesuai untuk pemisahan sinamoilhidrazida.
2. Pada sintesis N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidraida
selanjutnya dapat dilakukan optimasi daya atau waktu iradiasi
gelombang mikro untuk mendapatkan hasil yang optimal.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
94
DAFTAR PUSTAKA
Aboul-Fadl, T., Aziz, H.A.A., Kadi, A., Bari, A., Ahmad, P., Al-Samani, T., & Ng, S.W. 2011. Microwave-Assisted One-Step Synthesis of Fenamic Acid Hydrazides from the Corresponding Acids. Molecules, Vol. 16, pp. 3544-3551.
Almuhdar, B. H. 1999. Perbandingan Hasil Reaksi Metilasi pada Asam Anakardat dengan Pereaksi Diazometana dan Pereaksi Dimetilsulfat. Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga, p. 41
Budavari, S. ,O'neil, M., Smith, A., Heckelman, P., & Kinneary, J., 2001. The Merck Index : Encyclopedia of Chemical, Drugs and Biologicals. 13th ed. New York: Merck & Co Inc, pp. 866, 1057, 2321, 3282, 4790.
Carvalho, S. A., Silva, F., Souza, M.V.N., Lourenco, M.C.S., & Vicente, F.R. 2007. Synthesis and antimycobacterial evaluation of new trans-cinnamic acid hydrazide derivatives. Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters, Vol. 18 pp. 538–541.
Departemen Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 585.
Departemen Kesehatan Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wee, B. G., & Posey, L.M. 2008. Infectious Disease A Pathophysiologic Approach, 7th Edition. New York : Mc Graw Hill. pp. 1715-1716.
Fessenden, R.J dan J.S. Fessenden. 1982. Kimia Organik. Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Gandjar, G. I dan Rohman, A. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
95
Gilbert, J.C., and Marthin S.F. 2011. Experimental Organic Chemistry : A Miniscale and Microscale Approach. 5th Edition. Boston : Cengage learning, pp. 129-130.
Janeway, C. A, Travers, J.P., Walport, M., & Shlomchik, M.J. 2001. Immunobiology : The Immune System in Health and Disease. 5th
Edition. New York : Garland Science.
Kappe, C., and Stadler, A. 2005. Microwaves in Organic and Medical Chemistry. Weineim : Verlag GmbH & Co, pp 9-10.
Katritzky, Alan R., Wang, M., & Zhang, M. 2001. One-pot synthesis of cinnamoyl hydrazides. Arkivoc, Vol. 9, pp. 19-23
Lamoureux, G., and Aguero, C. 2009. A comparison of several modern alkylating agents. Arkivoc, pp. 251-264.
Lidstrom, P., Tierney, J., Wathey, B., & Westman, J. 2001. Microwave assisted organic synthesis a review. Tetrahedron, Vol. 57, pp. 9225-9283.
Mc. Murry, J. 2008. Organic Chemistry, Seventh Edition. Belmont : Thomson Learning Inc. pp. 440-459,785-806.
Narasimhan, B., Belsare, D., Pharande, D., Mourya, V., & Dhake, A. 2004. Esters, amides and substituted derivated of cinnamic acid: synthesis, antimicrobial activity and QSAR investigations. European Journal of Medicinal Chemistry, Vol. 39, pp. 827-834.
Nerkar, A.G., Pawale, D., Ghante, M.R., & Sawant, S.D. 2013. Microwave Assisted Organic Synthesis of Some Traditional and Named Reaction : A Practical Approach of Green Chemistry. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science, Vol. 3, No. 3, pp. 564-566.
Pavia, D.L., Lampman, G.M., Kriz, G.S., and Vyvyan, J.R. 2009. Introduction to Spectroscopy. 4th Ed. Washington : Brooks/Cole, Cengage Learning.
Rollas, S dan Kucukguzel, S.G. 2007. Biological Activities of Hydrazone Derivatives. Molecules, Vol.12, pp. 1910-1939.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
96
Rudyanto, M dan Lanny H. 2008. Sintesis Beberapa Turunan Asam Sinamat: Pengaruh Gugus yang Terikat Pada Cincin Aromatik Terhadap Kereaktifan Benzaldehida. Indonesian Journal of Chemistry, Vol. 8, No.2, pp. 226 – 230.
Rouessac, F. & Rouessac, A., 2007. Chemical Analysis: Modern Instrumentation Methods and Techniques, 2nd Edition. West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd, p.23.
Said, N.I dan Ruliasih M. 2005. Mikroorganisme Patogen dan Parasit di dalam Air Limbah Domestik serta Alternatif Teknologi Pengolahan. Jurnal Akuakultur Indonesia, Vol. 1 No.1, pp. 65-81.
Schoffstall, A.M., Gaddis, B.A. & Druclinger, M.L., 2000. Microscale and Miniscale Organic Chemistry Laboratory Experiment. Boston: Mc Graw Hill, pp.22-28, 37-45.
Segneanu, A.E., Gozescu, I., Dabici, A., Sfirloaga, P., & Szabadai, Z. 2012. Macro To Nano Spectroscopy : Organic Compounds FT-IR Spectroscopy. Romania : National Institute for Research and Development in Electrochemistry and Condensed Matter, Timisoara (INCEMC-Timisoara). pp. 161-162.
Sharma, P. 2011. Cinnamic acid derivates : A new chapter of various pharmacological activities. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, Vol. 3, No. 2, pp. 403-423.
Silverstein, R.M., Webster, F.X., and Kiemle, D.J. 2005. Spectrometric Identification of Organic Compounds. New York : John Wiley & Sons, Inc. pp. 72-82, 127-137.
Somashekhar, M., Mahesh, A.R., Sonnad, B. 2013. Synthesis and Antimicrobial Activity of 4-(Morpholin-4yl)benzohydrazide Derivatives. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol. 2, No. 4, pp. 2011-2020.
Suzana, Melanny I. S, Kholis A.N, Juni E, Marcellino R, Hadi P, dan Tutuk B. 2013. Pengaruh Gugus Metoksi Posisi orto (o) dan para (p) pada
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
97
Benzaldehida Terhadap Sintesis Turunan Khalkon dengan Metode Kondensasi Aldol. Berkala Ilmiah Kimia Farmasi, Vol.2, No. 1, pp. 22-27.
Suzana, Erlina A, Tutuk B. 2014. Sintesis N’-benzilidenbenzohidrazida danN’-(4-metoksibenziliden)benzohidrazida dengan Material Awal Metil Benzoat. Berkala Ilmiah Kimia Farmasi, Vol.3, No. 1, pp. 8-11.
Sriram, D., Yogeswari, P., & Madhu, K. 2006. Synthesis and in vitro antitubercular activity of some 1-[(4-sub)phenyl]-3-(4-{1-[(pyridine-4-carboxyl) hydrazono] ethyl} phenyl) thiourea. Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters, Vol. 16, pp. 876-878.
Thiyagarajan, G., Pandey, A., Mayer, P., & Thamaraichelvan, A. 2014. Microwave synthesis, crystal structure and spectroscopy investigations of 2-{[(2E)-(2-chlorobenzylidene) hydrazine] carbonyl} benzenesulfonamide and 2-{[(2E)-2-[4-(dimethylamino) benzylidene] hydrazine} carbonyl) benzenesulfonamide. Indian Journal of Chemistry, Vol. 53B, pp 200-207.
Tundo, P. 2001. New Developments in Dimethyl Carbonate Chemistry. Pure & Applied Chemistry. Vol. 73, No. 7, pp. 1117-1124.
Turan-Zitouni, G., Blache, Y., Güven, K. Synthesis and antimicrobial activity of some imidazo-[1,2-a]pyridine-2-carboxylic acid arylidenehydrazide derivatives. Bollettino Chimico Farmaceutico, Vol. 140, pp. 397-400.
Yulinda, L.R., Wahyuningsih, T.D., dan Pranowo, H.D. 2013. Metilasi Asam Galat Menggunakan Agen Metilasi Dimetil Sulfat (DMS) atau Dimetil Karbonat (DMC). Berkala MIPA, Vol. 23, No. 2, pp. 198-210.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
98
LAMPIRAN
Lampiran-1
Perhitungan Berat Senyawa Awal dan Berat Senyawa Hasil Sintesis
Tahap I
6 mmol 30 mmol 26 mmol - -
6 mmol 6 mmol 6 mmol 6 mmol 6 mmol
- 24 mmol 20 mmol 6 mmol 6 mmol
Jumlah bahan yang dibutuhkan
Asam sinamat = 0,006 mol x 148,16 g/mol
= 0,890 gram
K2CO3 = 0,03 mol x 138,205 g/mol
= 4 gram
Dimetilsulfat =
= 2,5 ml
Berat hasil yang diperoleh
Metil sinamat = 0,006 mol x 162,18 g/mol
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
99
= 0,972 gram
% Hasil =
Replikasi 1 : = 86,21 %
Replikasi 2 : = 84,05 %
Replikasi 3 : = 87,04 %
Tahap II
6 mmol 36 mmol - - 6 mmol 6 mmol 6 mmol 6 mmol
- 30 mmol 6 mmol 6 mmol
Jumlah bahan yang dibutuhkan
Metil sinamat =
= 0,9 ml
Hidrazin hidrat =
= 1,7 ml
Berat hasil yang diperoleh
Sinamoilhidrazida = 0,006 mol x 162,19 g/mol
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
100
= 0,973 gram
% Hasil =
Tahap III
6 mmol 6 mmol - 6 mmol 6 mmol 6 mmol
- - 6 mmol Keterangan : R = -H, -4OCH3 Jumlah bahan yang dibutuhkan
Sinamoilhidrazida = 0,006 mol x 162,19
= 0,973 gram
Benzaldehida =
= 0,6 ml
4-metoksibenzaldehida =
= 0,7 ml
Berat hasil yang diperoleh
N’-benzilidensinamoilhidrazida = 0,006 mol x 250,30 g/mol
= 1,502 gram
N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida = 0,006 mol x 280,32 g/mol
= 1,682 gram
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
101
Lampiran-2
Skema Kerja Sintesis Metil Sinamat
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
102
Lampiran-3
Skema Kerja Sintesis Sinamoilhidrazida
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
103
Lampiran-4
Skema Kerja Sintesis N’-benzilidensinamoilhidrazida dan
N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
104
Lampiran-5
KLT Fraksi Hasil Pemisahan dengan Metode Kromatografi Kolom
Keterangan : SH = Sinamoilhidrazida B = Benzaldehida F1 = Fraksi 1 ; F2 = Fraksi 2 ; F3 = Fraksi 3
Keterangan : F1 = Fraksi 1 F2 = Fraksi 2
Keterangan : SH = Sinamoilhidrazida 4B = 4-metoksibenzaldehida F1 = Fraksi 1 ; F2 = Fraksi 2
SH 4B F2 F1 F2 F1
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
105
Lampiran-6
Spektrum UV-Vis Asam Sinamat
Spektrum FTIR Asam Sinamat
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
106
Lampiran-7
Hasil KLT-Densitometri Senyawa N’-benzilidensinamoilhidrazida
Replikasi 1
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
107
Replikasi 2
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
108
Replikasi 3
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
109
Perhitungan persentase hasil sintesis N’-benzilidensinamoilhidrazida
Penimbangan sampel : 50 mg Berat N’-benzilidensinamoilhidrazida secara teoritis
N’-benzilidensinamoilhidrazida = 0,006 mol x 250,30 g/mol = 1,5018 gram % Hasil =
Replikasi 1 Hasil sintesis N’-benzilidensinamoilhidrazida dalam campuran = 50 mg x 57,3 % = 28,6 mg Replikasi 1 : = 1,90 %
Replikasi 2 Hasil sintesis N’-benzilidensinamoilhidrazida dalam campuran = 50 mg x 53,6 % = 26,8 mg Replikasi 1 : = 1,78 %
Replikasi 3 Hasil sintesis N’-benzilidensinamoilhidrazida dalam campuran = 50 mg x 30,1 % = 15,0 mg Replikasi 1 : = 1,00 %
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
110
Lampiran-8
Hasil KLT-Densitometri Senyawa N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida
Replikasi 1
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
111
Replikasi 2
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
112
Replikasi 3
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.
113
Perhitungan persentase hasil sintesis N’-(4-metoksibenziliden)-sinamoilhidrazida Penimbangan sampel : 50 mg Berat N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida secara teoritis
N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida = 0,006 mol x 280,32 g/mol
= 1,6819 gram % Hasil =
Replikasi 1 Hasil sintesis N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida dalam campuran = 50 mg x 21,7 % = 10,8 mg Replikasi 1 : = 0,64 %
Replikasi 2 Hasil sintesis N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida dalam campuran = 50 mg x 19,7 % = 9,85 mg Replikasi 1 : = 0,58 %
Replikasi 3 Hasil sintesis N’-(4-metoksibenziliden)sinamoilhidrazida dalam campuran = 50 mg x 17,2 % = 8,60 mg Replikasi 1 : = 0,51 %
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI SINTESIS N’-BENZILIDENSINAMOILHIDRAZIDA DAN ... AGHNIA T.H.P.