Top Banner
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha mikro merupakan suatu unit usaha yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian di Indonesia dan memberikan kontribusi yang besar untuk mengurangi pengangguran, memerangi kemiskinan dan memeratakan pendapatan. Di Indonesia usaha mikro mempunyai peranan penting dalam menyokong perekonomian di daerah-daerah yang masih minim teknologi. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemerataan usaha mikro yang ada di Indonesia khususnya dalam hal pemasaran dan permodalan. Jika dilihat dari kebutuhan pasar yang ada di Indonesia, maka usaha mikro ini bisa menjadi peluang usaha bagi masyarakat. Selain itu usaha mikro yang ada di Indonesia hampir tidak terkena imbas akibat dari krisis global pada tahun 2008 karena hampir seluruh negara maju menerapkan sistem pasar bebas sehingga banyak usaha–usaha besar yang mengalami kebangkrutan dan penjualan aset secara besar-besaran karena perusahaan-perusahaan besar tersebut terkait satu sama lain. Sedangkan usaha mikro dapat mempertahankan usahanya di tengah krisis global tersebut. Hal ini menunjukan bahwa usaha mikro mempunyai peran yang besar dalam kelangsungan perekonomian Indonesia pada masa itu (Kasmir, 2002). Bagi Bank Jateng, usaha mikro memiliki segmen pasar yang potensial dalam meningkatkan fungsi intermediasinya karena usaha mikro memiliki karakter yang positif bagi dunia perbankan. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2008, usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
82

skripsi dalam

Jul 25, 2015

Download

Documents

ardaneswari
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: skripsi dalam

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha mikro merupakan suatu unit usaha yang mempunyai peranan

penting bagi perekonomian di Indonesia dan memberikan kontribusi yang besar

untuk mengurangi pengangguran, memerangi kemiskinan dan memeratakan

pendapatan. Di Indonesia usaha mikro mempunyai peranan penting dalam

menyokong perekonomian di daerah-daerah yang masih minim teknologi. Hal ini

disebabkan karena kurangnya pemerataan usaha mikro yang ada di Indonesia

khususnya dalam hal pemasaran dan permodalan. Jika dilihat dari kebutuhan pasar

yang ada di Indonesia, maka usaha mikro ini bisa menjadi peluang usaha bagi

masyarakat. Selain itu usaha mikro yang ada di Indonesia hampir tidak terkena

imbas akibat dari krisis global pada tahun 2008 karena hampir seluruh negara

maju menerapkan sistem pasar bebas sehingga banyak usaha–usaha besar yang

mengalami kebangkrutan dan penjualan aset secara besar-besaran karena

perusahaan-perusahaan besar tersebut terkait satu sama lain. Sedangkan usaha

mikro dapat mempertahankan usahanya di tengah krisis global tersebut. Hal ini

menunjukan bahwa usaha mikro mempunyai peran yang besar dalam

kelangsungan perekonomian Indonesia pada masa itu (Kasmir, 2002).

Bagi Bank Jateng, usaha mikro memiliki segmen pasar yang potensial

dalam meningkatkan fungsi intermediasinya karena usaha mikro memiliki

karakter yang positif bagi dunia perbankan. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2008,

usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

Page 2: skripsi dalam

2

atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi

kriteria usaha mikro.

Arsyad (1999) mengatakan usaha mikro kecil dan menengah, merupakan

bagian integral dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan

peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan

pembangunan ekonomi nasional dan daerah. Usaha mikro merupakan kegiatan

usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan

ekonomi yang luas pada masyarakat hingga ke penjuru daerah, usaha mikro dapat

berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, serta

mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kenyataan menunjukkan bahwa usaha mikro masih belum dapat

mewujudkan kemampuan dan perannya secara optimal dalam perekonomian

daerah Jawa Tengah. Hal ini disebabkan karena usaha mikro masih menghadapi

berbagai hambatan dan kendala khususnya dalam hal permodalan yang diberikan

oleh Bank Jateng. Untuk kendala internal yang dihadapi oleh Bank Jateng dalam

penyaluran kredit usaha mikro yakni dalam menjangkau kelompok pengusaha

mikro atau kecil yang berpendapatan rendah yang diakibatkan karena belum

memiliki akses pelayanan perbankan (Bank Jateng, 2009).

Menurut Akyuwen (2005), dalam penelitiannya di Kota Semarang, secara

spesifik setidaknya terdapat tiga permasalahan internal yang dihadapi Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank umum di daerah Semarang

yaitu: terbatasnya penguasaan dan pemilikan aset produksi terutama permodalan,

rendahnya kemampuan SDM, dan kelembagaan usaha belum berkembang secara

Page 3: skripsi dalam

3

optimal dalam penyediaan fasilitas bagi kegiatan ekonomi rakyat. Sedangkan

permasalahan yang dihadapi oleh Bank Jateng dalam penyaluran kredit terhadap

pengusaha mikro di daerah Jawa Tengah adalah dalam hal manajemen keuangan,

agunan tidak cukup, kurang pengalaman kredit, kurang ahli dalam

mengembangkan pasar, serta pengambilan resiko tanpa analisis penilaian resiko

yang benar.

Akyuwen (2005) menyebutkan usaha mikro saat ini mendapat perhatian

yang cukup serius dari Bank Umum daerah Semarang. Sedangkan untuk dana

yang dianggarkan dari pemerintah Kota Semarang untuk pemberdayakan Usaha

Mikro, Kecil, dan Mnengah (UMKM) itu sendiri sejumlah 20 miliar rupiah yang

terdiri dari 11 miliar rupiah berasal dari dana APBD dan sisanya 9 miliar rupiah

berasal dari program tanggung jawab sosial Kadin (Kemenkop dan UKM, 2009).

Namun kenyataannya, hal ini tidak berjalan dengan baik dikarenakan tidak ada

sistem dari pemerintah setempat yang memantau efektifitas penggunaanya. Maka

dari itu peran intermediasi Bank Jateng dalam memfasilitasi kegiatan usaha

melalui kredit usaha yang diberikan sangatlah diharapkan sehingga nantinya

diharapkan ada data yang lebih accountable dan bankable serta tidak terdapat

jarak yang jauh antara usaha besar terhadap usaha mikro atau kecil karena jika

pihak bank tidak ikut serta dalam memfasilitasi permodalan usaha mikro atau

kecil maka akan timbul disparitas besar dan menjadikan kondisi usaha mikro dan

kecil tidak sehat.

Saat ini ada cukup banyak macam-macam kredit yang ada di Bank Jateng

namun penelitian ini difokuskan pada kredit modal usaha yakni kredit usaha

mikro. Jenis – jenis kredit dapat berbeda-beda antara bank yang satu dengan bank

Page 4: skripsi dalam

4

yang lain. Secara garis besar, jenis-jenis kredit modal usaha yang dimiliki oleh

Bank Jateng adalah kredit usaha mikro dan kecil yang mempunyai tujuan yakni

untuk pembiayaan investasi dan modal kerja serta dapat meningkatkan volume

usaha. Suku bunga kredit pinjaman Bank Jateng untuk sekor usaha mikro dan

kecil mempunyai tingkat bunga yang lebih rendah dari kredit komersial karena

diambil dari dana likuiditas dari Surat Utang Negara.(Bank Jateng, 2009)

Aturan yang ditetapkan oleh Bank Jateng dalam memfasilitasi nasabah

dalam mengambil kredit meliputi: nasabah mempunyai tabungan di Bank Jateng,

nasabah berupa usaha perorangan atau berbadan hukum termasuk koperasi

maupun yang tidak berbadan hukum, nasabah tersebut termasuk dalam kelompok

usaha mikro atau kecil, usaha mikro yang dimiliki nasabah tersebut memiliki

omset maksimal 100 juta rupiah per tahun, pemohon kredit wajib menyediakan

jaminan kredit dan mempunyai kinerja usaha yang baik, nasabah wajib melunasi

pembiayaan kredit usaha mikro antara lain biaya administrasi dan biaya materai,

biaya legalisir notaris dan pengikatan jaminan, biaya asuransi jaminan. Untuk

jangka waktu pembayaran bunga kredit usaha mikro yang telah ditetapkan Bank

Jateng adalah bunga dibayar setiap bulan dengan perhitungan menurun dan

menetapkan suku bunga mengambang. Alasan utama Bank Jateng

mengalokasikan penyaluran kredit secara efisien kepada sektor usaha mikro

adalah minimnya resiko pinjaman.

Penawaran kredit Bank Jateng tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang

tersedia yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga) dan tingkat suku bunga

kredit yang diterapkan oleh Bank Jateng, tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi

bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri seperti

Page 5: skripsi dalam

5

permodalan atau CAR (Capital Adequacy Ratio), jumlah kredit macet, dan faktor

rentabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam ROA (Return on

Asset). Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit usaha

mikro pada Bank Jateng.

B. Perumusan Masalah

Keberhasilan penyaluran kredit Bank Jateng pada usaha mikro dapat

dilihat dari kegiatan operasional Bank Jateng dalam melaksanakan kegiatan

operasionalnya yang tercermin dalam menghimpun dana pihak ketiga dan

penetapan tingkat suku bunga kredit pinjaman, serta tidak kalah pentignnya

memperhatikan indikator kesehatan perbankan yang tercermin dari jumlah kredit

macet, Retturn On Assets, dan Capital Adequacy Ratio yang dimiliki oleh Bank

Jateng Kantor Pusat Semarang.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), tingkat suku bunga

kredit pinjaman, jumlah kredit macet, Return On Asset (ROA), dan Capital

Adeuacy Ratio (CAR) berpengaruh secara bersama-sama dan parsial terhadap

penyaluran kredit untuk sektor usaha mikro pada Bank Jateng periode 2002. I-

2009.III ?

2. variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap

penyaluran kredit untuk sektor usaha mikro pada Bank Jateng periode 2002. I-

2009.III ?

Page 6: skripsi dalam

6

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini dilakukan pembatasan terhadap permasalahan yang

telah dirumuskan agar proses penelitian ini lebih terarah dan terkonsentrasi

dengan tepat. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Penelitian ini dilaksanakan di Bank Jateng Kantor Pusat

Semarang, dengan menggunakan data time series triwulanan periode 2002. I –

2009. III.

2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), tingkat suku bunga kredit pinjaman, jumlah

kredit macet, Return On Asset (ROA), Capital Adeuacy Ratio (CAR), dan

jumlah kredit mikro.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi penyaluran kredit untuk sektor usaha mikro pada Bank

Jateng periode 2002. I – 2009.III. Tujuan yang lebih spesifik adalah :

1. Untuk mengetahui secara bersama-sama dan parsial pengaruh Jumlah Dana

Pihak Ketiga (DPK), tingkat suku bunga kredit pinjaman, jumlah kredit macet,

Return On Asset (ROA), dan Capital Adeuacy Ratio (CAR) terhadap besarnya

penyaluran kredit usaha mikro oleh Bank Jateng.

2. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap penyaluran

kredit untuk sektor usaha mikro pada Bank Jateng periode 2002. I – 2009.III.

Page 7: skripsi dalam

7

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis hasil penelitian ini sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jendral Soedirman.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan

terkait dengan alokasi penyaluran kredit kepada sektor usaha mikro oleh Bank

Jateng Kantor Pusat Semarang.

Page 8: skripsi dalam

8

II. TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian Kredit

Menurut Kasmir (2004), kata kredit berasal dari kata Yunani

“Credere” yang berarti kepercayaan atau berasal dari bahasa Latin

“Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Pengertian tersebut

kemudian dibakukan oleh pemerintah dengan dikeluarkan Undang-Undang

Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 bab 1 pasal 1,2 yang merumuskan

pengertian kredit sebagai berikut : “Kredit adalah penyediaan uang atau yang

disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank

dengan lain pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan”.

Selanjutnya pengertian kredit tersebut disempurnakan lagi dalam

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, yang mendefinisikan

kredit adalah : “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

jumlah bunga.”

2. Unsur-unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas

kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2002):

Page 9: skripsi dalam

9

a. Kepercayaan

Adalah suatu keyakinan pemberi kredit yang diberikan (berupa uang, barang,

jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang.

Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan

penelitian penyelidikan tentang nasabah bank baik secara intern maupun

secara ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan

sekarang terhadap nasabah pemohon kredit sekarang dan masa lalu untuk

menilai kesungguhan dan itikad baik nasabah terhadap bank.

b. Kesepakatan

Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan

antara pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kepercayaan itu dituang

dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan

kewajiban masing-masing.

c. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini

mencakup masa pengambilan kredit yang jelas disepakati. Jangka waktu

tersebut bisa berbentuk jangka pendek (dibawah 1 tahun), jangka menengah

(1 - 3 tahun), atau jangka panjang (3 tahun keatas).

d. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian menyebabkan suatu resiko tidak

tertagihnya atau macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit

semakin besar resikonya, demikian juga sebaliknya. Resiko ini menjadi

tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai maupun

Page 10: skripsi dalam

10

oleh resiko yang tidak sengaja, misalnya terjadi bencana alam atau

bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan.

e. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang kita

kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi

ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bank yang berdasarkan prinsip

syariah balas jasa ditentukan dengan bagi hasil.

3. Jenis-jenis Kredit

Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan

dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi

beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan

nasabah.

Dalam prakteknya kredit yang diberikan bank umum dan bank

perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum

jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain (Kasmir, 2002):

1). Dilihat dari segi kegunaan

a. Kredit investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan

untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru

atau untuk keperluan rehabilitas. Contoh kredit investasi misalnya untuk

membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Masa pemakaiannya untuk

suatu periode yang relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang relatif

lebih besar pula.

Page 11: skripsi dalam

11

b. Kredit modal kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan

meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal

kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau

biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2). Dilihat dari segi tujuan kredit

a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau

investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai

contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan

menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk

pertanian, kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit

industri akan menghasilkan barang industri.

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini

tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang

untuk digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh

kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah dan

kredit konsumtif lainnya.

c. Kredit perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk

membiayai aktivitas dan perdagangannya seperti untuk membeli barang

dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang

dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-

Page 12: skripsi dalam

12

agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh

kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3). Dilihat dari segi jangka waktu

a. Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau

paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam atau jika

untuk pertanian misalnya tanaman padi atau jagung.

b. Kredit jangka menengah

Jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya

kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. Sebagai contoh kredit

untuk pertanian seperti apel, atau peternakan sapi.

c. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit

jangka panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun.

Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet,

kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit

perumahan.

Dalam prakteknya, bank dapat pula hanya mengklasifikasikan kredit

menjadi hanya jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka waktu

maksimal 1 tahun dianggap jangka pendek dan diatas 1 tahun dianggap

jangka panjang.

Page 13: skripsi dalam

13

4). Dilihat dari segi jaminan

a. Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut

dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.

Artinya setiap kredit yang diberikan akan dilindungi minimal senilai

jaminan atau untuk kredit tertentu harus melebihi jumlah kredit yang

diajukan si calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.

Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta

loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan dengan bank

atau pihak lain.

5). Dilihat dari segi sektor

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan

atau pertanian, sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau

jangka panjang.

b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor

peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka

pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang peternakan

kambing.

c. Kredit industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri,

baik industri kecil, industri menengah atau industri besar.

Page 14: skripsi dalam

14

d. Kredit pertambangan, merupakan kredit yang diberikan kepada usaha

tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka

panjang, seperti tambang emas, minyak.

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun

sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para

mahasiswa.

f. Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan

profesional seperti dosen, pengacara, dokter.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau

pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang.

h. Dan sektor-sektor yang lainnya.

4. Pengertian dan Jenis Kredit Usaha Mikro

a. Definisi kredit usaha mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2008 adalah pemberian kredit usaha yang mempunyai asset maksimal 50

juta rupiah dan omset maksimal 300 juta rupiah.

b. Kredit investasi adalah kredit jangka menengah/panjang yang diberikan

kepada (calon) debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam

rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru,

dengan jangka waktu maksimal 10 tahun.

c. Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi

kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha.

d. Kredit channeling Adalah Kredit investasi yang diberikan melalui

kerjasama dengan Lembaga pembiayaan atau Bank Umum lainnya.

Page 15: skripsi dalam

15

5. Ketentuan Peminjaman Usaha Mikro

a. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau

badan usaha yg berbadan hukum termasuk koperasi

b. Berdiri sendiri atau tidak berafiliasi dengan usaha menengah atau usaha

besar

c. Milik WNI yang sah secara hukum

d. Kekayaan bersih maksimal Rp. 200 .000.000,-.

e. Hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-

f. Share dana sendiri minimal 20%

6. Pengertian Usaha Mikro

Mengacu kepada Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang

UMKM, ada beberapa kriteria usaha mikro adalah usaha produktif milik

orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria

usaha mikro yang sebagaimana diatur dalam undang-undang yakni memiliki

asset maksimal 50 juta rupiah dan omset maksimal 300 juta rupiah.

Sebelumnya pada tahun 1991 Departemen Perindustrian RI membagi

sektor industri yaitu industri kecil dan industri besar. Industri kecil

didefinisikan sebagai kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk

Indonesia dengan jumlah nilai aset kurang dari Rp 600 juta diluar tanah dan

bangunan yang digunakannya. Sedangkan bank Indonesia menentukan batas

tertinggi dari investasi, diluar tanah dan bangunan sebesar Rp 600 juta bagi

pengertian industri kecil ( Tiktik dan Rachman, 2002).

Page 16: skripsi dalam

16

7. Bentuk dan Jenis Usaha Mikro

Dalam realitanya usaha mikro terbagi-bagi menjadi beberapa kriteria

atau golongan. Kondisi tersebut sebenarnya merupakan kejadian yang terjadi

secara alami. Berbagai ragam usaha mikro menjadi suatu keunikan tersendiri

yang memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, tetapi selama satu

dengan yang lainnya dapat bersinergi maka usaha mikro akan lebih maju.

Kemudahan dalam menganalisa juga lebih mudah dikarenakan adanya

pembagian tersebut, sehingga keputusan-keputusan semisal kredit dan

kebijakan yang berhubungan dengan usaha kecil akan mudah didapat (Sujati,

2007).

a. Bentuk usaha mikro

Berdasarkan bentuk usahanya, usaha mikro yang terdapat di Indonesia

digolongkan menjadi dua yaitu:

1). Usaha perseorangan

Usaha perseorangan bertanggung jawab kepada pihak ketiga atau konsumen

dengan dukungan dari harta kekayaan perusahaan yang merupakan milik

pribadi dari pengusaha yang bersangkutan. Pada umumnya lebih mudah

untuk didirikan, karena tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan

bertahap seperti bentuk usaha yang lain. Jumlahnya cukup besar di

Indonesia.

2). Usaha persekutuan

Usaha terebut berusaha untuk memperoleh laba. Merupakan kerjasama

antara beberapa orang. Bertanggung jawab kepada pribadi atas usaha

Page 17: skripsi dalam

17

persekutuannya. Bentuk dan pola kepemimpinannya berbeda-beda dari

usaha persekutuan lainnya.

b. Jenis usaha mikro

Jenis usaha mikro dikategorikan berdasarkan jenis produk atau jasa

yang dihasilkan, maupun aktivitas yang dilakukan oleh suatu usaha mikro,

serta mengacu pada kriteria usaha kecil menurut KADIN serta Himpunan

Pengusaha Mikro dan Kecil (HPMK), juga kriteria dari Bank Indonesia yaitu:

1). Usaha perdagangan

Terdiri dari keagenan yaitu agen koran dan majalah, sepatu, pakaian dan

lain-lain. Pengecer yaitu minyak, sembako, buah-buahan. Ekspor/impor

yaitu berbagai produk lokal dan internasional. Sektor informal seperti

pengumpulan barang bekas, kaki lima, dan sebagainya.

2). Usaha pertanian

Terdiri dari pertanian pangan maupun perkebunan: bibit dan peralatan

pertanian, buah-buahan, dan sebagainya. Perikanan darat/laut: tambak

udang, pembuatan krupuk ikan, dan produk hasil laut lainnya.

3). Usaha industri

Terdiri dari industri logam/kimia: pengrajin logam, kulit, keramik,

fiberglass, marmer, dan sebagainya. Industri makanan minuman: makanan

tradisional dan catering. Pertambangan dan galian, serta aneka industri kecil

pengarajin patung, ukiran batu dan kayu, juga industri konveksi.

4). Usaha jasa

Terdiri dari: 1) konsultan: hukum, pajak, manajemen, skripsi. 2) Perencana:

perencana teknis dan perencana sistem. 3) Perbengkelan: mobil, motor,

Page 18: skripsi dalam

18

elektronik, jam. 4) Transportasi pengangkutan: bus, travel, taksi. 5) Jasa

restoran atau rumah makan.

8. Pengertian Bank

Bank adalah Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. (UU No. 4 Tahun 2003 tentang Perbankan).

Sebagaimana kita ketahui bank dikenal sebagai lembaga keuangan

yang kegiatan utamanya menerima simpanan tabungan, deposito, dan giro

(Kasmir, 2004). Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk

meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan. Disamping itu

bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang

atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti

pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan yang lain. Tiap bank

berbeda dalam penetapan saldo minimal simpanan tabungannya (termasuk

juga giro dan deposito), ada yang dalam jumlah kecil, dan ada juga dalam

jumlah besar. Ini dikarenakan regulasi perbankan yang bersangkutan, yang

sudah tentu berbeda dengan bank-bank yang lain. Namun demikian secara

administratif berkas-berkas yang diperlukan dalam praktek simpan-

menyimpan dana pada bank adalah sama.

Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan. Suatu

badan usaha yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran

sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan jalan

mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral (Sujati, 2007).

Page 19: skripsi dalam

19

Kegiatan Bank antara lain:

a. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding)

b. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending)

c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Service)

9. Jumlah penghimpunan dana bank

Berkaitan dengan fungsi bank untuk menyalurkan dana pada

masyarakat untuk meminjamkan uang (kredit) pada masyarakat sangat terkait,

dan tergantung dari seberapa besar jumlah dana yang dihimpun oleh bank.

Bank yang mempunyai kapasitas jumlah penghimpunan dana yang besar,

tentunya berasal dari jumlah simpanan yang mereka peroleh dari masyarakat,

baik dalam bentuk tabungan, deposito dan giro (Sujati, 2007).

Dana masyarakat yang dihimpun bank berasal dari instrumen

(rangsangan) yang dilakukan oleh bank pada masyarakat. Rangsangan

tersebut bisa dalam bentuk suku bunga simpanan (tabungan) yang

menarik/tinggi. Selain itu juga bisa dikarenakan fasilitas yang lengkap,

kenyamanan pelayanan, reputasi (nama) yang baik/dipercaya, dan

manajemennya yang baik. Hal-hal ini dapat membuat masyarakat semakin

banyak menanamkan dananya pada bank tersebut. Semakin banyak

masyarakat menanamkan dananya pada bank (menabung), baik dalam bentuk

tabungan, deposito dan giro maka akan semakin banyak jumlah dana yang

dihimpun oleh bank. Dengan semakin banyak jumlah dana yang dihimpun

bank, sudah tentu bank akan semakin gencar dalam menyalurkan dananya

(kredit) pada masyarakat baik itu kredit properti, ritel, menengah, besar,

khususnya untuk UMKM (Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Ini

Page 20: skripsi dalam

20

dikarenakan regulasi pemerintah (Bank Indonesia) yang mewajibkan bank-

bank di seluruh Indonesia agar menyalurkan minimal 30% dari total pangsa

pasar kreditnya khusus untuk kredit UMKM (Sujati, 2007).

Bank dalam menyalurkan kredit pada masyarakat tentunya bertujuan

untuk membayar bunga simpanan masayarakat yang menanamkan dananya

pada bank tersebut, disamping itu untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu

juga terkait dengan regulasi perbankan yang menyatakan bahwa bank adalah

sebagai lembaga yang bertugas utnuk menghimpun dana dari masyarakat, dan

menyalurkannya kembali pada masyarakat (Sujati, 2007).

10. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah seluruh dana yang berhasil

dihimpun sebuah bank yang bersumber dari masyarakat luas (Kasmir, 2000).

Dalam UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 dana yang dihimpun bank umum

dari masyarakat tersebut biasanya berbentuk simpanan giro (demand deposit),

simpanan tabungan (saving deposit), dan simpanan deposito (time deposit).

11. Capital Adequecy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal

yang dimilki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau

menghasilkan resiko. Modal bank yang cukup atau banyak menjadi sangat

penting karena modal bank dapat berfungsi untuk memperlancar operasional

sebuah bank. Tingkat kecukupan modal pada perusahaan perbankan tersebut

diwakilkan pada rasio CAR (Capital Aduquecy Ratio). Rasio CAR dicari

dengan rumus (Bank Indonesia, 2006):

Page 21: skripsi dalam

21

Modal Sendiri

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

Modal = Terdiri atas modal inti dan modal pelengkap

ATMR = Aktiva tertimbang menurut risiko

Menurut SK Dir. BI Nomor 26/20/KEP/DIR/29 Mei 1993 (Suseno

dan Abdullah, 2003) di Indonesia jumlah modal minimum yang harus ada

pada bank diatur oleh BI, yaitu sebesar 8% dari ATMR.

12. Kredit macet

Kredit macet adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan bank

memenuhi kewajiban nasabah membayar kredit atau sering disebut “kredit

macet”. Pembayaran kewajiban tersebut dapat berupa pembayaran pokok

pinjaman, pembayaran bunga, dll. Kredit macet merefleksikan besarnya risiko

kredit yang dihadapi bank, semakin kecil angka kredit macet, maka semakin

kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank Indonesia melalui

Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah

(NPL) adalah sebesar 5%. Rumus untuk mencari besar Non Performing Loan

atau kredit macet dapat dijabarkan sebagai berikut (Mahardian, 2006):

Total Kredit yg Disalurkan

Total Kredit Macet

13. Return On Assets (ROA)

ROA adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk

mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang

dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank. Semakin

besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai

X 100%CAR =

X 100%NPL =

Page 22: skripsi dalam

22

bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi

penggunaan aset. ROA membandingkan laba terhadap total aset, yang dapat

dicari dengan rumus berikut (Bank Indonesia, 2006):

Laba Setelah Biaya Lain

Total Aset

Laba Setelah Biaya Lain = Total pendapatan - Biaya operasional - Pajak

14. Suku Bunga Kredit Pinjaman

Kasmir (2002) menyatakan bahwa bunga bank dapat diartikan sebagai

balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada

nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan

sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan)

atau harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang

memperoleh pinjaman).

Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang

diberikan kepada nasabahnya yaitu (Kasmir, 2002):

a) Bunga simpanan

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang

menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus

dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan

dan bunga deposito.

b) Bunga pinjaman

Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus

dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Setiap masyarakat yang

melakukan interaksi dengan bank, baik itu interaksi dalam bentuk simpanan,

X 100%ROA =

Page 23: skripsi dalam

23

maupun pinjaman (kredit), akan selalu terkait, dan dikenakan dengan yang

namanya bunga (sumber: semua praktek perbankan dilapangan). Bagi

masyarakat yang menanamkan dananya pada bank, baik itu simpanan

tabungan, deposito dan giro akan dikenai suku bunga simpanan (dalam

bentuk persen). Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank agar

masyarakat mau menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku

bunga simpanan maka masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan

dananya pada bank, dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh

keuntungan. Dan begitu sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan,

maka minat masyarakat dalam menabung akan berkurang. Sebab masyarakat

berpandangan tingkat keuntungan yang akan mereka peroleh dimasa yang

akan datang dari bunga adalah kecil.

Berbeda halnya dengan suku bunga pinjaman (kredit). Suku bunga ini

dikenakan pada masyarakat yang ingin meminjam dana pada bank. Suku

bunga kredit ini sangat tergantung dari jenis kredit yang diinginkan. Semakin

tinggi bank mengenakan suku bunga kredit, minat masyarakat untuk

meminjam kredit semakin berkurang, sebab mereka dihadapkan dengan

jumlah pembayaran kredit ditambah bunga yang tinggi. Dan ini memberatkan

masyarakat yang bersangkutan dalam meminjam kredit, dan melunasi

kreditnya dimasa yang akan datang. Namun sebaliknya, apabila bank

mengenakan suku bunga kredit (pinjaman) yang rendah maka minat

masyarakat dalam meminjam kredit bertambah besar, khususnya kredit usaha

mikto, kecil, dan menengah (UMKM). Dengan semakin rendahnya suku

bunga kredit, khususnya kredit untuk usaha kecil,mikro, dan menengah maka

Page 24: skripsi dalam

24

akan memicu pertumbuhan, dan perkembangan jumlah usaha UMKM

tersebut, yang berarti dapat mengurangi jumlah pengangguran. Sebab

bagaimanapun juga UMKM selama ini dikenal sebagai penopang jumlah

tenaga kerja di Indonesia yang semakin melimpah, dan agar tidak

menganggur. Secara grafis dapat dilihat sebagai berikut :

Suku bunga kredit (%)

30

10

Jumlah alokasi Kredit

(Milyar)

1000 3000

Gambar 1Grafik Hubungan antara Suku Bunga Kredit dengan Jumlah Alokasi Kredit

Dari grafik diatas terlihat jika misalnya suku bunga kredit berada pada

posisi 30 persen (tinggi) maka jumlah alokasi kredit hanya sebesar 1000.

Namun berbeda halnya jika suku bunga kredit mengalami penurunan menjadi

10 persen, maka jumlah alokasi kredit akan meningkat dari 1000 menjadi

3000. Ini dikarenakan masyarakat akan gencar, dan banyak yang meminjam

kredit. Masyarakat melihat bahwa dengan menurunnya suku bunga kredit,

maka mereka akan mengalami kemudahan dalam meminjam (memperoleh)

kredit baik itu untuk keperluan usaha atau sebagainya. Dan mereka pun akan

merasa yakin bahwa dengan menurunnya suku bunga kredit, mereka akan

mampu melunasi pinjaman mereka ditambah bunga dimasa yang akan datang.

Page 25: skripsi dalam

25

Kasmir (2002) menyatakan bahwa pembebanan besarnya suku bunga

kredit dibedakan kepada jenis kreditnya. Pembebanan disini maksudnya

metode perhitungan yang akan digunakan, sehingga mempengaruhi jumlah

bunga yang akan dibayar. Jumlah bunga yang dibayar akan mempengaruhi

jumlah angsuran perbulannya. Dimana jumlah angsuran terdiri dari hutang

pokok pinjaman ditambah bunga.

Metode pembebanan suku bunga kredit yang dimaksud adalah sebagai

berikut (Kasmir, 2002):

1. Sliding rate

Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya, sehingga

jumlah bunga yang dibayar nasabah setiap bulan menurun seiring dengan

turunnya pokok pinjaman. Akan tetapi pembayaran pokok pinjaman setiap

bulan sama. Cicilan nasabah (pokok pinjaman ditambah bunga) otomatis dari

bulan ke bulan semakin menurun. Jenis sliding rate ini biasanya diberikan

kepada sektor-sektor produktif seperti pengusaha, tidak terkecuali pengusaha

UMKM. Ini dilakukan dengan maksud si nasabah merasa tidak terbebani

terhadap pinjamannya.

2. Flate rate

Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian

pula pokok pinjaman setiap bulan juga dibayar sama, sehingga cicilan setiap

bulan sama sampai kredit tersebut lunas. Jenis flate rate ini diberikan kepada

kredit yang bersifat konsumtif seperti pembelian rumah tinggal, pembelian

mobil pribadi, atau kredit konsumtif lainnya.

Page 26: skripsi dalam

26

3. Floating rate

Jenis ini membebankan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar

uang, sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga

pasar uang pada bulan tersebut. Jumlah bunga yang dibayarkan dapat lebih

tinggi atau lebih rendah dari bulan yang bersangkutan. Pada akhirnya hal ini

juga berpengaruh terhadap cicilannya setiap bulan.

B. Perumusan Model Penelitian

1. Penelitian Terdahulu

Danoesapoetro,et.al. (1990) melakukan penelitian mengenai peranan

dan prospek bank perkreditan rakyat dalam rangka kebijakan pakto 1998.

Dengan meneliti jumlah Bank Perkreditan Rakyat, perkembangan dana yang

dihimpun dan perkembangan pinjaman yang diberikan oleh bank perkreditan

rakyat di Indonesia, disimpulkan bahwa kebijakan pakto 1988 mempermudah

prosedur pembentukan bank-bank sampai pada tingkat kecamatan. Dampak

dari kondisi tersebut adalah bertambahnya jumlah kantor BPR yang

selanjutnya menyebabkan peningkatan jumlah dana yang dihimpun dan kredit

yang disalurkan.

Akyuwen (2005) melakukan penelitian yang berjudul Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Modal Usaha pada Bank Umum di

Jawa Tengah. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa dana pihak ketiga

dan suku bunga kredit merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam

penyaluran kredit modal usaha.

Page 27: skripsi dalam

27

Agung et.al (2002) meneliti tentang pengaruh kebijakan moneter

terhadap penyesuaian di pasar kredit dengan menggunakan metode VECM.

Hasil penelitiannya adalah kredit modal kerja, kredit investasi, suku bunga

pinjaman, suku bunga deposito, dan GDP berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penawaran kredit.

Mahrinasari (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengelolaan

Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Bandar Lampung”. Penelitian

ini menggunakan metode analisis Regresi Linier Berganda dengan

kesimpulan pengalokasian kredit dipengaruhi negatif oleh Rasio Kas dan

positif oleh RPS dan PA BPR Kota Bandar Lampung.

Arsana (2005) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Nilai

Tukar Terhadap Aliran Kredit dan Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Jalur Kredit”. Penelitian ini menggunakan metode VAR serta menggunakan

variabel kurs rupiah, suku bunga SBI, modal bank umum, suku bunga kredit

investasi, total kredit bank umum dan PDB konstan 1993. Diperoleh

kesimpulan: Pertama, nilai tukar mempunyai pengaruh yang sangat

signifikan terhadap pergerakan dana aliran kredit domestik. Kedua, sisi

permintaan kredit lebih responsif terhadap perubahan indikator keuangan

domestik dan kebijakan moneter.

Meydianawathi (2007) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis

Perilaku Penawaran Kredit Perbankan kepada Sektor UMKM Di Indonesia

(2002-2006)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa

variabel terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum

secara parsial dan serempak kepada sektor UMKM di Indonesia. Metode

Page 28: skripsi dalam

28

analisis yang digunakan adalah ordinary least square, dilanjutkan dengan uji

signifikansi secara parsial dan serempak melalui uji t dan uji F. Diperoleh

kesimpulan: Pertama, pulihnya kepercayaan terhadap sistem perbankan

mendorong naiknya jumlah dana pihak ketiga (DPK). Kedua, secara

serempak variabel DPK, ROA, CAR dan NPL berpengaruh nyata dan

signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum

kepda sektor UMKM di Indonesia. Ketiga, Secara parsial variabel DPK,

ROA, dan CAR berpengaruh positif dan signifikan sedangkan variabel NPL

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan

modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia.

Wibowo (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Jumlah

Penghimpunan Dana Bank, Suku Bunga Kredit Modal Kerja, dan Tingkat

Laju Inflasi Terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja pada Bank-Bank

Umum di Indonesia (2001:01 – 2006:04)”. Dalam jumlah alokasi kredit

modal kerja pada bank-bank umum di Indonesia, variabel dependen berupa

jumlah alokasi kredit modal kerja dan variabel independen dapat berupa

jumlah penghimpunan dana bank, tingkat laju inflasi di Indonesia, dan suku

bunga kredit modal kerja. Dalam penelitian ini diketahui bahwa suku bunga

kredit modal kerja secara individu berpengaruh dan signifikan terhadap

jumlah alokasi kredit modal kerja, tingkat laju inflasi di Indonesia secara

individu berpengaruh positif, dan tidak signifikan terhadap jumlah alokasi

kredit modal kerja, serta jumlah penghimpunan dana secara individu

berpengaruh signifikan terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja.

Page 29: skripsi dalam

29

Harmanta (2005) mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan

menurunnya penyaluran kredit perbankan pasca krisis moneter 1997.

Penelitian ini menggunakan metode tes ADF dengan mengambil data time

series bulanan periode Januari 1993 - Desember 2003. Berdasarkan hasil

analisis dapat dilihat bahwa krisis ekonomi, tingkat suku bunga yang tinggi

dan melemahnya nilai tukar berpengaruh negatif terhadap menurunnya

permintaan kredit.

2. Kerangka pemikiran

Perilaku penawaran atau penyaluran kredit Bank Jateng dipengaruhi

oleh banyaknya jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK). Banyaknya DPK itu

sendiri dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit, tingkat suku bunga kredit

tersebut merupakan persepsi bank terhadap prospek usaha kreditur atau

nasabah dalam menanamkan modalnya di Bank Jateng sehingga nantinya

Bank Jateng dapat menyalurkanya kembali dananya dalam bentuk kredit.

Sedangkan profitabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam rasio

Return On Assets juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk

menyalurkan kreditnya. Faktor lain seperti rasio modal atau CAR (Capital

Adequacy Ratio) disini untuk mengukur permodalan dari sumber dana pihak.

Sedangkan untuk tingkat kredit bermasalah atau kredit macet

diperkirakan dapat mempengaruhi volume kredit usaha mikro karena

merupakan tolak ukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan,

apabila tingkat kredit macetnya tinggi maka perbankan kesulitan dalam

menghimpun dana dari masyarakat, yang menyebabkan masyarakat takut

kalau dana yang telah dititipkan tidak dapat dikembalikan. Dari sisi

Page 30: skripsi dalam

30

perbankan, hal tersebut mengakibatkan melambatnya pertumbuhan dana

pihak ketiga dan berdampak menurunnya lending capacity perbankan,

sehingga mengurangi kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya.

Dari uraian di atas sehingga didapat kerangka pemikiran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.

Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penyaluran

Kredit Mikro Bank Jateng Kantor Pusat Semarang

Gambar di atas menunjukkan alur pikir dimana terjadi hubungan

kelima variabel, yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), tingkat suku bunga kredit

Y

Jumlah

Penyaluran

Kredit Usaha

Mikro

X3

Jumlah

Kredit

Macet

X4

Return

On

Assets

(ROA)

X2

Tk. Suku

Bunga

Kredit

Pinjama

n

X5

Capital

Adequac

y Ratio

(CAR)

X1

Dana

Pihak

Ketiga

(DPK)

Page 31: skripsi dalam

31

(pinjaman), Capital Adequacy Ratio (CAR), Rasio Return On Assets (ROA),

dan jumlah kredit macet secara bersama-sama berpengaruh terhadap

penyaluran kredit usaha mikro Bank Jateng. Dimana jumlah penyaluran

kredit untuk sektor usaha mikro sangat dipengaruhi oleh Dana Pihak Ketiga

(DPK) karena digunakan untuk memprediksi penambahan kredit usaha mikro

tersebut mempunyai pengaruh positif atau negatif. Sehingga semakin banyak

dana dari DPK maka semakin banyak juga ekspansi usaha sektor usaha mikro

yang dilakukan oleh Bank Jateng. Penyaluran kredit dipengaruhi oleh tingkat

suku bunga pinjaman karena merupakan persepsi masyarakat dalam

mengambil pinjaman di Bank. Penyaluran kredit dipengaruhi oleh angka

kredit macet karena nilai kredit macet merupakan persepsi Bank dalam

menginvestasikan modal yang dimiliki dalam bentuk kredit. Semakin tinggi

angka kredit macet makin kecil bank dalam menyalurkan modalnya dalam

bentuk kredit. Penyaluran kredit usaha mikro dipengaruhi oleh nilai Return

on Asset karena semakin banyak retur modal yang diterima oleh Bank dalam

menyalurkan kredit sudah tentu Bank akan semakin gencar dalam

menyalurkan modalnya dalam bentuk kredit. Capital Adequacy Ratio atau

rasio kecukupan modal merupakan faktor yang mempengaruhi penyaluran

kredit usaha, semakin besar rasio modal yang dimiliki oleh bank maka

semakin besar cadangan yang dimiliki oleh bank tersebut dan sudah tentu

bank akan menaikan jumlah penyaluran kreditnya.

Page 32: skripsi dalam

32

3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diajukan adalah sebagai berikut :

1. Diduga secara bersama-sama dan parsial Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK),

Suku Bunga Kredit (SBK), Jumlah Kredit Macet, Return on Assets (ROA),

dan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dihimpun oleh Bank Jateng Kantor

Pusat Semarang berpengaruh signifikan terhadap alokasi penyaluran kredit

untuk sektor usaha mikro pada Bank Jateng Kantor Pusat Semarang.

2. Diduga jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan variabel yang paling

berpengaruh terhadap alokasi penyaluran kredit untuk sektor usaha mikro

pada Bank Jateng Kantor Pusat Semarang.

Page 33: skripsi dalam

33

III. METODE PENELITIAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA

A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan penelitian

kuantitatif pada Bank Jateng Kantor Pusat Semarang untuk menganalisis

variabel-variabel yang diteliti.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi

kasus.

3. Objek Penelitian

Jumlah penyaluran kredit usaha mikro pada Bank Jateng Kantor Pusat

Semarang periode 2002. I – 2009. III.

4. Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series

triwulanan dari Bank Jateng Kantor Pusat Semarang kurun waktu Kuartal I

2002 sampai dengan Kuartal III 2009.

5. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian berasal dari data sekunder yakni data yang sudah jadi

dan diolah melalui suatu proses yang dilakukan oleh pihak Kantor Bank

Jateng Kantor Pusat Semarang. Data penelitian diperoleh dari Bank Jateng

Kantor Pusat Semarang secara langsung berupa dokumen atau laporan

keuangan Bank Jateng sesuai dengan periode yang diteliti.

Page 34: skripsi dalam

34

6. Definisi Konseptual

a. Kredit usaha mikro adalah kredit dengan plafon antara Rp 10 juta dan

maksimum Rp. 50 juta (Bank Jateng, 2009).

b. Dana Pihak Ketiga adalah simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada

bank yang dalam bentuk tabungan, deposito, dan giro (Akyuwen, 2005).

c. Suku bunga kredit (pinjaman) adalah bunga yang diberikan kepada para

peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada

bank.

d. Return On Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk

mengukur efektifitas suatu bank di dalam menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Akyuwen, 2005).

e. Kredit macet adalah kredit bermasalah yang dihadapi bank karena

menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman ke masyarakat (Akyuwen,

2005).

f. Capital Adequacy ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa

besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, surat

berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri

disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank

(Mahardian, 2006).

6. Definisi Operasional

a. Kredit usaha mikro adalah kredit dengan plafon maksimum 50 juta rupiah

yang diberikan oleh Bank Jateng Kantor Pusat Semarang kepada usaha

mikro.

Page 35: skripsi dalam

35

b. Dana pihak ketiga adalah simpanan pihak ketiga atau nasabah di Bank

Jateng Kantor Pusat Semarang dalam bentuk tabungan, deposito, dan giro.

c. Suku bunga kredit (pinjaman) adalah bunga yang diberikan oleh Bank

Jateng Kantor Pusat Semarang kepada para peminjam atau harga yang

harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada Bank Jateng Kantor Pusat

Semarang.

d. Non Performing Loan Bank Jateng adalah tingkat risiko yang timbul

sebagai akibat kegagalan nasabah dalam memenuhi kewajiban membayar

utang pokok pinjaman.

e. Return On Assets Bank Jateng adalah ukuran keberhasilan Bank Jateng

dalam menghasilkan keuntungan dengan rasio modal yang dimilikinya.

f. Capital Adequacy ratio Bank Jateng adalah Rasio Modal yang dimiliki

Bank Jateng untuk mampu menyerap risiko kegagalan kredit yang

mungkin terjadi.

B. Teknik Analisis Data

1. Analisa Variabel-variabel yang Berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit Usaha Mikro pada Bank Jateng Periode 2002. I – 2009. III

Menurut Singarimbun (1989), analisis data adalah proses

penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

diinterprestasikan. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

penyaluran kredit usaha mikro Pada Bank Jateng Periode 2002. I–2009. III

digunakan analisis regresi berganda.

Page 36: skripsi dalam

36

Regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah dana

pihak ketiga, tingkat suku bunga kredit (pinjaman), jumlah kredit macet,

Return On Asset (ROA), dan Capital Adeuacy Ratio (CAR) terhadap

besarnya penyaluran kredit usaha mikro pada Bank Jateng Kantor Pusat

Semarang. Berikut ini bentuk persamaan regresi linier berganda dalam betuk

(Ln) logaritma natural (Gujarati, 1995 ):

Ln Y= Ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5 + ei

Keterangan :

Ln= Logaritma Natural

Y = Jumlah Kredit Pinjaman (dalam rupiah)

b0 = Konstanta

X1 = Dana Pihak Ketiga (dalam rupiah)

X2 = Suku Bunga Kredit (persen)

X3 = Jumlah Kredit Macet (dalam rupiah)

X4 = Return On Asset (ROA) (persen)

X5 = Capital Adequacy Ratio (CAR) (persen)

b1 = Koefisien Regresi X1

b2 = Koefisien Regresi X2

b3 = Koefisien Regresi X3

b4 = Koefisien Regresi X4

b5 = Koefisien Regresi X5

ei = Variabel Pengganggu

Sebelum dilakukannya alat analisis regresi linier berganda dengan

model di atas, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian kelayakan pada

penelitian ini, tujuan adanya uji kelayakan ini adalah untuk mengetahui ada

tidaknya gejala dari keseluruhan variabel bebas yang diteliti untuk

mempengaruhi model regresi, uji ini juga dikenal dengan uji kelolosan.

Page 37: skripsi dalam

37

2. Uji Asumsi Klasik

a. Multikolinearitas

Jika pada model persamaan regresi mengandung gejala multikolinearitas,

berarti terjadi korelasi (mendekati sempurna) antar variabel bebas.

Konsekuensinya penaksiran-penaksiran kuadrat terkecil tidak dapat

ditentukan, varian dan kovarian dari penaksir-penaksir menjadi tidak

terhingga besarnya.

Konsekuensi dari timbulnya multikolinieritas adalah sebagai berikut:

1) Meskipun asumsi OLS dapat diperoleh, standard error-nya akan

cenderung membesar nilainya sewaktu tingkat kolinieritas antara

variabel bebas juga meningkat.

2) Oleh karena nilai standard error dari koefisien regresi besar, maka

dari itu dengan sendirinya interval keyakinan untuk parameter dari

populasi juga cenderung melebar.

3) Dengan tingginya tingkat kolinieritas, probabilitas untuk menerima

hipotesis, padahal hipotesis itu salah, menjadi membesar nilainya.

4) Selama kolinieritas ganda tidak sempurna, masih mungkin untuk

menghitung perkiraan koefisien regresi, tetapi standard error-nya

menjadi sangat sensitif.

5) Apabila kolinieritas ganda tinggi, seseorang akan memperoleh nilai

koefisien determinasi berganda yang tinggi tetapi tidak ada atau sedikit

sekali koefisien regresi yang signifikan secara statistik.

Page 38: skripsi dalam

38

b. Heteroskedastisitas

Adanya heteroskedastisitas, berarti adanya varian dalam model yang tidak

sama (konstan). Akibat yang terjadi adalah penaksiran-penaksiran

Ordinary Least Square / OLS tidak akan bias. Varian dari koefisien-

koefisien akan salah.

Uji White Test

Uji Hipotesis untuk menentukan ada tidaknya heterokedastisitas dapat

menggunakan uji white dengan persamaan sebagai berikut :

▪ Ho : ρ1 = ρ2 = ....= ρq= 0 , Tidak ada heterokedastisitas

▪ Ha : ρ1 ≠ ρ2 ≠....≠ ρq ≠ 0 , Ada heterokedastisitas

Perbandingan antara Obs*R square ( χ2 –hitung )dengan χ2 –tabel, yang

menunjukkan bahwa Obs*R square ( χ2 -hitung )< χ2 –tabel, berarti Ho tidak

dapat ditolak. Dari hasil uji White Test tersebut dapat disimpulkan bahwa

tidak ada heterokedastisitas. Sedangkan jika nilai Obs*R square ( χ2 -hitung)

> χ2 –tabel, berarti Ho dapat ditolak. Dari hasil uji White Test tersebut dapat

disimpulkan bahwa ada heterokedastisitas.

Konsekuensi dari timbulnya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

1) Varian menjadi tidak efisien.

2) Varian yang diperoleh berdasarkan asumsi adanya heteroskedastisitas

tidak lagi minimum.

3) Interval keyakinan menjadi sangat lebar dan uji signifikan kurang kuat

(less powerfull).

4) Pemerkira akan menjadi bias.

Dalam pengambilan kesimpulan akan membuat kesimpulan yang salah.

Page 39: skripsi dalam

39

c. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara

anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (times-

series) atau ruang (cross section). Uji Autokorelasi menggunakan uji

Durbin Watson dengan persamaan sebagai berikut :

∑∑ −−

=i

i

e

eeid

21 )(

Dimana :

d = Nilai Durbin Watson

∑ei = Jumlah Kuadrat Sisa

Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Hasil

Kesimpulan akan menghasilkan kriteria sebagai berikut :

1. Jika d < dl , berarti terdapat autokorelasi positif

2. Jika d > (4 - dl), berarti terdapat autokorelasi negatif

3. Jika du < d < (4 – dl), berarti tidak terdapat autokoerlasi

4. Jika dl < d < du atau (4 - du), berarti tidak dapat disimpulkan

Page 40: skripsi dalam

40

Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson :

auto-

korelasi

positif

Daerah

keragu-

raguan

Tidak ada

autokorelasi

Daerah

keragu-

raguan

auto-

korelasi

negatif

5.

Gambar 3. Daerah Autokorelasi

3. Uji Statistik

a. Uji F

Uji pertama adalah Uji F digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat,

hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) H0 : β1 : β2 : β3 : β4 : β5 = 0; artinya variabel bebas secara bersama-

sama tidak mempengaruhi variabel terikat.

2) H1 : β1 : β2 : β3 : β4 : β5 ≠ 0; artinya variabel bebas secara bersama-

sama mempengaruhi variabel terikat.

Kriteria pengujian :

1) H0 diterima jika Fhitung < Ftabel

2) H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel

44-dldu0 4-dudl

Page 41: skripsi dalam

41

Untuk mengetahui regresi tersebut signifikan atau tidak, digunakan rumus

(Gujarati, 1995)

( )( )( )knR

kRF

−−−=

2

2

1

1/

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi

k = Banyaknya variabel dalam model

n = Jumlah sampel

b. Uji t

Uji kedua adalah Uji t digunakan untuk menguji sigifikansi koefisien

regresi secara parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat,

hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) H0 : β1 = 0; artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat.

2) H1 : β1 ≠ 0; artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria Pengujian :

1) H0 diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel.

2) H0 ditolak jika t hitung > t tabel a–t hitung < -t tabel.

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap

variabel terikat digunakan rumus sebagai berikut (Gujarati, 1995) :

Page 42: skripsi dalam

42

Sbj

bjt =

Keterangan :

bj = Koefisien Regresi

Sbj = Standar deviasi dari bj

Dengan derajat kebebasan (df) dan tingkat keyakinan 95% atau α = 0,05

c. Uji adjusted R2

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi variasi dalam

variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variasi beberapa variabel bebas

secara bersama-sama. Jika nilai adjusted R2 sama dengan satu maka garis

regresi yang dicocokan menjelaskan 100 persen variasi dalam Y.

Sebaliknya kalau nilai adjusted R2 sama dengan nol maka garis regresi

tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam Y. Kecocokan dalam model

dikatakan lebih baik kalau nilai R semakin dekat dengan satu (Gujarati,

1995) :

)1(/

)(/1

21

21

___2

−−

−=∑∑

ny

kneR

Keterangan :

___2R = koefisien adjusted R

k = banyaknya parameter dalam model ditambah dengan intercept

n = jumlah sample

∑ 21e = jumlah kuadrat residual atau total variasi yang dapat dijelaskan

oleh regresi

∑ 21y = jumlah kuadrat total atau total variasi

Page 43: skripsi dalam

43

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

a. Bank Jateng

Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah atau sering disebut Bank

Jateng, dahulu bernama Perusahaan Daerah (PD) yang didirikan pertama kali

berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Tingkat 1 Jawa Tengah Nomor 6

Tahun 1963. Perda tersebut terus mengalami perubahan, yang berakhir

dengan keikutsertaan Bank dalam rekapitulasi Perda Nomor 6 Tanggal 12

Maret 1999 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan

Daerah Jawa Tengah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan

Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah. Perubahan tersebut

telah disahkan Menteri Dalam Negeri Nomor 584,33-136 Tanggal 14 April

1999 serta telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah

Nomor 17 Tanggal 28 April 1999 Seri D Nomor 17. Bank Jateng juga

merupakan Bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama-sama

dengan Pemerintah Kota atau Kabupaten se-Jawa Tengah. Bank Jateng

mempunyai visi sebagai bank yang terpercaya bagi masyarakat daerah Jawa

Tengah dan sekitarnya, dan menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Tengah

dan sekitarnya, serta mampu menunjang pembangunan daerah Jawa Tengah

dan sekitarnya. Misi Bank Jateng adalah meningkatkan pelayanan prima yang

didukung oleh kehandalan sumber daya manusia dengan teknologi modern

serta jaringan yang luas, membangun budaya perusahaan dan

mempertahankan bank yang sehat, mendukung pertumbuhan ekonomi

Page 44: skripsi dalam

44

regional dengan mengutamakan kegiatan retail banking, serta meningkatkan

kontribusi dan komitmen pemilik guna memperkokoh bank.

Bank Jateng pada awal beroperasi pada tahun 1963 menempati Gedung

Bapindo di Jalan Pahlawan No.3 Semarang. Tujuan pendirian Bank Jateng

adalah untuk mengelola keuangan daerah yaitu sebagai pemegang kas daerah

dan pemberian kredit konsumtif yang selama ini melayani pegawai negeri

sipil serta membantu meningkatkan ekonomi daerah dengan memberikan

pendanaan kepada usaha mikro kecil dan menengah untuk percepatan

pertumbuhan ekonomi.

Persiapan pendirian bank dilakukan oleh Drs. Haryono Sandjoyo yang

kemudian menjadi Direktur Utama pertama Bank Jateng, dibantu Drs. Mud

Sukasan. Rekruitmen karyawan pertama berjumlah 13 orang untuk on the job

training di Kantor Bank Indonesia Semarang. Modal disetor pada awal

pendirian Bank Jateng sebesar 20 juta rupiah yang terdiri dari Daerah

Swatantra tingkat satu sebesar 9,2 juta rupiah, 34 Daerah Swatantra tingkat

dua sebesar 6,8 juta rupiah, dan Hadi Soejanto sebesar 4 juta rupiah. Seiring

dengan berjalannya waktu, Bank Jateng terus berkembang hingga memiliki

kantor cabang di seluruh kabupaten atau kota di Jawa Tengah. Setelah

berpindah-pindah lokasi, sejak tahun 1993 Kantor Pusat Bank Jateng

menempati Gedung Grinatha di Jalan Pemuda No.142 Semarang.

Jumlah Kantor Cabang Koordinator Bank Jateng

Page 45: skripsi dalam

45

Tabel 1. Jumlah Kantor Cabang Bank Jateng di Provinsi Jawa Tengah

No. Kabupaten/Kota WilayahCabang

Koordinator

Cabang

Pembantu

Kantor

Kas1 Kota Semarang Semarang 1 13 22 Kabupaten Semarang Kendal 1 2 23 Salatiga 1 2 04 Ungaran 1 2 15 Purwodadi 1 2 16 Demak 1 0 17 Kota Surakarta Surakarta 1 5 58 Klaten 1 4 19 Karanganyar 1 1 210 Boyolali 1 3 211 Wonogiri 1 4 312 Sukoharjo 1 1 213 Sragen 1 2 214 Kabupaten Pati Pati 1 1 615 Blora 1 2 116 Rembang 1 1 317 Jepara 1 4 218 Kudus 1 2 119 Kabupaten Banyumas Purwokerto 1 3 620 Purbalingga 1 2 221 Cilacap 1 3 122 Banjarnegara 1 1 223 Kabupaten Tegal Tegal 1 3 324 Slawi 1 0 225 Pekalongan 1 3 226 Pemalang 1 3 227 Batang 0 2 128 Brebes 1 2 429 Kabupaten Magelang Magelang 1 5 530 Kebumen 1 4 231 Temanggung 1 2 232 Purworejo 1 2 1

33 Wonosobo 1 1 2

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dibuat

pada tanggal 23 April 2007 modal dasar PT Bank Jateng Semarang

berubah dari 7 miliar rupiah menjadi 15 miliar rupiah. Berdasarkan Akta

Page 46: skripsi dalam

46

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tanggal 25 Juli

2008 dan Surat Bank Indonesia tanggal 28 Agustus 2008 jumlah modal

saham PT. Bank Jateng Semarang sebesar 704 miliar 334 juta rupiah.

Sedangkan pada tahun 2009 terdapat penambahan modal disetor sebesar

63 miliar 539 juta rupiah.

Pada akhir tahun 2009 total aktiva yang dimiliki Bank Jateng Pusat

Semarang mengalami peningkatan sebesar 11,70 persen, simpanan

nasabah juga mengalami peningkatan sebesar 25,62 persen. Adapun

jumlah kredit yang disalurkan adalah sebesar 10,69 triliun rupiah. Laba

bersih yang dihasilkan Bank Jateng Semarang tahun buku 2009 sebesar

434,16 miliar, merupakan peringkat ketiga terbesar dari laba BPD lain di

seluruh Indonesia. Rasio kredit bermasalah juga dapat ditekan hingga

sebesar 0,26 persen atau jauh di bawah ketentuan Bank Indonesia sebesar

5 persen. Laba usaha pajak selama tahun buku 2009 tercatat sebesar

610,36 miliar rupiah atau 100,06 persen dari target yang tertuang dalam

Rencana Bisnis.

b. Dewan Komisaris dan Direksi Bank Jateng

Pada tanggal 31 Desember tahun 2009 susunan Dewan Komisaris

dan Direksi Bank Jateng diduduki oleh Drs. Hadi Prabowo, MM sebagai

Komisaris Utama dan di bawahnya ada tiga Dewan Komisaris yang

diduduki oleh Dra. Utami Handayani, Prof. Imam Gozali, M.Com, Hons,

Akt, dan Drs. Sriyadhi, MM. Adapun Direktur Utama ditempati oleh Drs.

Page 47: skripsi dalam

47

Hariyono, MM, Direktur Pemasaran ditempati oleh Basuki Sri Hartono,

S.Sos, Direktur Umum diduduki oleh Bambang Widyanto, SE, MM,

Direktur Kepatuhan diduduki oleh Arso Budidono, SE, Akt, Direktur

Operasional ditempati oleh Joko Sambodo, SE, MM.

Pengangkatan dewan komisaris dan jajaran direksi Bank Jateng

didasarkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Semarang

pada 16 September 2009. Masa jabatannya hingga periode 31 Desember

2011. Hingga tanggal 31 Desember 2009, Bank Jateng memiliki karyawan

sebanyak 4.673 orang.

c. Kegiatan Operasional Bank Jateng

a. Menghimpun dana pihak ketiga

Bank Jateng sebagai lembaga yang menjalankan fungsi

intermediasi, maka dana yang telah dihimpun tersebut selanjutnya

disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sementara itu

ekses atau kelebihan dana yang belum digunakan maka akan disalurkan

dalam bentuk penempatan dana, pembelian surat berharga, dan bentuk

aktiva produktif lainnya agar menghasilkan keuntungan. Penyaluran dana

sebagian besar disalurkan dalam bentuk kredit khususnya kredit usaha

mikro, kecil, dan menengah yang merupakan aktivitas utama Bank Jateng

dalam menyalurkan dananya kepada masyarakat. Dana Pihak Ketiga yang

telah berhasil dihimpun oleh Bank Jateng periode tahun 2002 kuartal satu

hingga tahun 2009 kuartal tiga adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Jumlah Dana Pihak Ketiga yang Dihimpun oleh Bank Jateng Periode 2002.I – 2009.III (dalam Juta Rupiah)

Kuartal-Tahun Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan

Page 48: skripsi dalam

48

(%)2002 .I 1.054.512 - .II 1.267.424 20,19 .III 1.257.431 -0,79 .IV 1.373.931 9,262003 .I 1.218.286 -11,33 .II 1.886.946 54,89 .III 1.846.089 -2,17 .IV 1.955.787 5,942004 .I 1.922.259 -1,71 .II 2.019.102 5,04 .III 2.025.883 0,34 .IV 2.143.568 5,812005 .I 2.190.870 2,21 .II 2.335.817 6,62 .III 2.431.576 4,10 .IV 2.486.562 2,262006 .I 2.565.089 3,16 .II 2.757.735 7,51 .III 2.849.006 3,31 .IV 3.037.534 6,622007 .I 3.082.921 1,49 .II 3.190.611 3,49 .III 3.282.666 2,89 .IV 3.396.541 3,472008 .I 3.387.356 -0,27 .II 3.517.115 3,83 .III 3.641.431 3,53 .IV 4.153.587 14,062009 .I 4.258.852 2,53 .II 4.271.569 0,30 .III 4.405.936 3,15

Rata-rata 2.619.806,194 5,32Sumber : Annual Report Bank Jateng, 2009

Pada tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa jumlah Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh Bank Jateng hampir tiap tahunnya

mengalami kenaikan. Besarnya DPK terbesar terjadi pada tahun 2009

kuartal tiga sebanyak Rp 4.405.936 juta yang semula Rp 4.271.569 juta.

Besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK) tersebut diakibatkan karena pada

tahun 2009 lebih banyak masyarakat yang mempunyai pendapatan yang

Page 49: skripsi dalam

49

melebihi tingkat konsumsi, sehingga kelebihan pendapatan tersebut

cenderung digunakan untuk menabung dalam bentuk tabungan deposito

serta mengambil kredit modal usaha untuk menunjang pendapatan mereka

sehari-hari (Akyuwen, 2005). Sedangkan pada tahun 2001 kuartal satu

mengalami nilai terendah sebesar Rp 1.054.512 juta. Hal ini karena

sedikitnya minat dan kesadaran masyarakat untuk menabung atau

menginvestasikan pendapatan mereka (Sujati, 2007). Pada tahun 2003

kuartal satu jumlah DPK mengalami penurunan dari periode sebelumnya

hal ini karena menurunnya minat masyarakat untuk menabung di Bank

Jateng.

b. Penyaluran kredit usaha mikro

Kegiatan operasional yang dilakukan oleh Bank Jateng salah

satunya adalah pemberian kredit usaha mikro. Dana yang telah terkumpul

di Bank Jateng, kemudian disalurkan melalui kredit. Dari selisih perolehan

bunga kredit yang diterima, dengan bunga simpanan yang harus

ditanggung, inilah yang menjadi pendapatan utama Bank Jateng yang

dilakukan sesuai asas perkreditan yang sehat serta prinsip kehati-hatian,

yang meliputi: independensi, profesionalisme, dan integritas yang

memadai. Saat ini kredit yang diberikan oleh Bank Jateng sebagian besar

merupakan kredit usaha yang bersifat perorangan dan multiguna. Sampai

tahun 2009, penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, menengah ini

masih menjadi andalan dalam menyumbangkan pendapatan Bank Jateng.

Hal ini ditunjukan dengan besarnya kredit usaha mikro yang disalurkan

untuk usaha mikro pada tahun 2009 kuartal tiga. Berikut merupakan

Page 50: skripsi dalam

50

jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh Bank Jateng Kantor Pusat

Semarang yang berasal dari jumlah Dana Pihak Ketiga selama periode

tahun 2002 kuartal satu hingga tahun 2009 kuartal tiga.

Page 51: skripsi dalam

51

Tabel 3.Jumlah Kredit Usaha Mikro yang Disalurkan Bank Jateng yang Berasal dari Dana Pihak Ketiga Tahun 2002.I – 2009.III (dalam Juta Rupiah)

Kuartal-

Tahun

Jumlah

Dana Pihak

Ketiga

Penyaluran

Kredit Usaha

Mikro

Persentase

Penyaluran

Kredit Mikro

Terhadap DPK

(%)

Pertumbuhan

Kredit Usaha

Mikro

(%)

2002 .I 1.054.512 445.471 42,244 - .II 1.267.424 396.280 31,267 -11,04 .III 1.257.431 410.939 32,681 3,70 .IV 1.373.931 434.667 31,637 5,772003 .I 1.218.286 435.790 35,771 0,26 .II 1.886.946 493.085 26,131 13,15 .III 1.846.089 520.014 28,168 5,46 .IV 1.955.787 539.045 27,562 3,662004 .I 1.922.259 550.708 28,649 2,16 .II 2.019.102 601.198 29,776 9,17 .III 2.025.883 601.834 29,707 9,11 .IV 2.143.568 646.717 30,170 7,462005 .I 2.190.870 714.727 32,623 10,52 .II 2.335.817 772.391 33,067 8,07 .III 2.431.576 837.920 34,460 8,48 .IV 2.486.562 853.126 34,309 1,812006 .I 2.565.089 868.720 33,867 1,83 .II 2.757.735 902.866 32,739 3,93 .III 2.849.006 955.353 33,533 5,81 .IV 3.037.534 996.776 32,815 4,342007 .I 3.082.921 1.029.790 33,403 3,31 .II 3.190.611 1.065.948 33,409 3,51 .III 3.282.666 1.107.602 33,741 3,91 .IV 3.396.541 1.120.887 33,001 1,202008 .I 3.387.356 1.128.807 33,324 0,71 .II 3.517.115 1.228.654 34,934 8,85 .III 3.641.431 1.279.136 35,127 4,11 .IV 4.153.587 1.310.906 31,561 2,482009 .I 4.258.852 1.310.123 30,762 -0,06 .II 4.271.569 1.342.318 31,424 2,46 .III 4.405.936 1.363.953 30,957 1,61Rata-rata 2.619.806 847.282 32,35 3,89

Sumber : Annual Report Bank Jateng, 2009

Page 52: skripsi dalam

52

Selama periode tahun 2002 kuartal dua Bank Jateng menunjukan

penurunan pemberian kredit usaha mikro secara drastis, hal ini

dikarenakan pada tahun tersebut total aset yang dimiliki oleh Bank Jateng

sebagian besar disalurkan kepada kredit infrastruktur. Kredit yang

disalurkan untuk usaha mikro Bank Jateng dari periode tahun 2002 kuartal

satu hingga tahun 2009 kuartal tiga rata-rata mengalami fluktuasi. Pada

periode tahun 2005 kuartal satu besarnya jumlah kredit mengalami

peningkatan yang pesat karena permintaan akan kredit semakin banyak

sehingga bank lebih banyak mengalokasikan untuk kredit usaha mikro.

Namun pada akhir tahun terjadi penurunan secara pesat, hal ini karena

tingginya kredit macet yang diakibatkan oleh kredit di luar kredit usaha

mikro. Akibatnya laba atas kredit usaha mikro digunakan untuk menutup

biaya kredit macet tersebut. Besarnya jumlah kredit nasabah Bank Jateng

hingga tahun 2009 kuartal tiga mencapai Rp 1.363.953 juta atau mengalami

kenaikan dari posisi tahun 2009 kuartal dua sebesar Rp 1.342.318 juta

dengan selisih sebesar 21.635 juta rupiah.

c. Tingkat suku bunga kredit usaha mikro Bank Jateng

Seiring dengan meningkatnya persaingan di bidang perbankan

maka suku bunga menjadi salah satu strategi Bank Jateng melakukan

ekspansi pasar. Di tengah kondisi perekonomian yang melambat, besarnya

tingkat suku kredit yang diberikan sampai dengan tahun 2009 kuartal tiga,

tepatnya bulan Oktober, mencapai 16,75 persen. Berikut adalah nominal

tingkat suku bunga kredit Bank Jateng pada tahun 2002 kuartal satu

hingga 2009 kuartal tiga.

Page 53: skripsi dalam

53

Tabel 4. Tingkat Suku Bunga Kredit Usaha Mikro Bank Jateng Periode 2002.I – 2009.III

Kuartal-

Tahun

Suku Bunga

Kredit

(%)

BI RATE

Pertumbuhan Suku

Bunga Kredit

(%)2002 .I 17,80 17,50 - .II 18,17 18,30 5,50 .III 19,17 19,00 -0,21 .IV 19,13 15,00 -8,422003 .I 17,52 10,50 -4,85 .II 16,67 9,50 -0,78 .III 16,54 8,00 -4,17 .IV 15,85 8,00 -0,062004 .I 15,84 7,00 0,00 .II 15,84 7,00 0,13 .III 15,86 7,50 -0,06 .IV 15,85 7,50 -0,062005 .I 15,84 7,50 -0,25 .II 15,80 7,50 10,06 .III 17,39 10,00 5,75 .IV 18,39 12,75 -0,922006 .I 18,22 12.75 -0,77 .II 18,08 12.50 -1,27 .III 17,85 11.25 -1,12 .IV 17,65 9.75 -1,872007 .I 17,32 9.00 -1,67 .II 17,03 8.50 -1,64 .III 16,75 8.25 -3,64 .IV 16,14 8.00 -1,612008 .I 15,88 8.00 -1,32 .II 15,67 8.50 -1,72 .III 15,40 9.25 8,77 .IV 16,75 9.25 0,902009 .I 16,90 7.75 -1,01 .II 16,73 7.00 0,12 .III 16,75 6.50 2,08D

Rata-rata 16,93 -0,14

Dari tabel 3 dapat diketahui besarnya tingkat suku bunga yang

disalurkan oleh Bank Jateng kepada masyarakat secara keseluruhan

cenderung fluktuatif tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan kebijakan

Page 54: skripsi dalam

54

menetapkan Prime Lending Rate atau Suku Bunga Dasar Atas Kredit yang

cenderung berubah-ubah setiap tahunnya yang pada akhirnya harus diikuti

dengan perubahan tingkat suku bunga kredit Bank Jateng. Mayoritas

tingkat suku bunga yang diberikan oleh Bank Jateng lebih besar dari

ketetapan BI Rate. Tingginya tingkat suku bunga tersebut karena untuk

membiayai dana operasional perbankan sehingga bank mematok suku

bunga yang tinggi untuk menutup biaya operasional yang merupakan

penentu tingkat efisiensi suatu bank. Pada tahun 2008 kuartal tiga Bank

Jateng mematok suku bunga kredit pinjaman di tingkat yang terendah

yaitu 15,40 persen, yang semula 15,67 persen, hal ini dikarenakan Bank

Jateng memiliki tingkat marjin keuntungan yang tinggi.

d. Kondisi Kesehatan Bank Jateng

Kondisi kesehatan suatu bank merupakan indikator atau persepsi

masyarakat terhadap prospek kinerja suatu bank. Indikator kesehatan suatu

bank dapat dilihat dari besarnya jumlah kredit macet yang telah disalurkan,

pengembalian Return on Asset dan Rasio Kecukupan Modal atau CAR.

a. Jumlah kredit macet

Indikator kesehatan suatu perbankan dapat dilihat dari angka kredit yang

belum dilunasi oleh nasabah terhadap suatu bank atau sering disebut kredit

macet. Jumlah kredit macet yang tinggi akan menurunkan tingkat

profitabilitas suatu bank, karena dengan tingginya angka kredit macet maka

akan menghambat fungsi bank dalam menerapkan fungsi intermediasi serta

akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun

biaya lainnya, sehingga berpengaruh terhadap kinerja Bank Jateng.

Page 55: skripsi dalam

55

Standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia atas indikator jumlah kredit

macet yang sehat adalah kurang dari 5 persen dari jumlah kredit yang

diberikan setiap tahunnya, maka Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

(PPAP) yang harus disediakan oleh Bank Jateng guna menutup kerugian

yang ditimbulkan oleh aktiva produktif non lancar (dalam hal ini kredit

bermasalah) menjadi kecil. Perubahan jumlah kredit macet pada periode

tahun 2002 kuartal satu hingga 2009 kuartal tiga dapat dijabarkan pada tabel

5.

Tabel 5. Jumlah Kredit Macet Bank Jateng Periode 2002.I–2009.III (dalam Juta Rupiah)

Periode

Persentase

Kredit Macet

terhadap

Penyaluran

Kredit Mikro

(%)

Jumlah Kredit

Macet

Pertumbuhan NPL

(%)

2002 .I 2,516 11.208 - .II 2,670 10.580 -5,60 .III 3,504 14.398 36,09 .IV 2,570 11.172 -22,412003 .I 2,542 11.076 -0,86 .II 2,645 13.043 17,76 .III 2,706 14.070 7,87 .IV 2,662 14.350 1,992004 .I 3,425 18.859 31,42 .II 3,848 23.133 22,66 .III 3,391 20.408 -11,78 .IV 2,679 17.325 -15,112005 .I 2,997 21.419 23,63 .II 2,831 21.867 2,09 .III 4,480 37.542 48,99 .IV 3,462 29.531 -78,532006 .I 4,680 40.660 37,69 .II 7,004 63.238 55,53 .III 7,455 71.218 12,62 .IV 5,856 58.376 -18,03

Page 56: skripsi dalam

56

2007 .I 5,925 61.018 4,53 .II 7,979 85.051 39,39 .III 7,383 81.779 -3,85 .IV 6,302 70.641 -13,622008 .I 7,400 83.535 18,25 .II 7,320 89.939 7,67 .III 6,565 83.972 -6,63 .IV 6,542 85.764 2,132009 .I 6,646 87.070 1,52 .II 7,034 94.414 8,43 .III 8,378 114.267 21,03

Rata-rata 4,883 50.352,35 23,50Sumber : Annual Report Bank Jateng, 2009

Dari tabel 4 diketahui besarnya jumlah kredit macet di Bank Jateng

secara keseluruhan cenderung fluktuatif setiap tahunnya. Berdasarkan

ketetapan Bank Indonesia besarnya kredit macet tidak boleh lebih dari 5

persen setiap tahunnya. Pada tahun 2006 kuartal empat hingga tahun 2009

kuartal tiga besarnya kredit macet dikategorikan melanggar peraturan BI

yakni 5 persen. Hal ini terjadi karena Bank Jateng dirasa kurang

memperhatikan prinsip kehati-hatian (prudential banking). Oleh karena itu

sejak tahun 2010 Bank Jateng gencar melakukan pelatihan manajemen

resiko perbankan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya rasio

kredit macet yang tinggi.

Jumlah kredit macet terbesar terjadi pada tahun 2009 kuartal tiga

sebanyak 114.267 juta rupiah yang semula hanya 94.867 juta rupiah,

sedangkan pada tahun 2006 hingga 2009 jumlah kredit macet lebih tinggi

dari ketetapan Bank Indonesia. Hal tersebut diakibatkan karena pada saat

itu terjadi penambahan kredit yang lebih besar dibandingkan tahun-tahun

yang lain untuk sektor usaha mikro. Penambahan jumlah penyaluran kredit

Page 57: skripsi dalam

57

mikro akan disertai dengan meningkatnya resiko kredit bermasalah. Pada

tahun 2002 kuartal dua jumlah kredit macet paling rendah dibandingkan

dengan tahun-tahun yang lain. Hal ini dikarenakan pada saat itu jumlah

kredit yang disalurkan masih sedikit sehingga tingkat kredit macet pun

tergolong kecil atau minim resiko.

b. Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) dapat digunakan untuk memprediksi

jumlahnya volume kredit yang dihimpun oleh Bank Jateng. ROA yang

tinggi menunjukkan Bank Jateng telah dapat menyalurkan kredit dan

memperoleh pendapatan, sehingga ROA dan volume penyaluran kredit

yang dihimpun oleh Bank Jateng memiliki hubungan yang positif. Berikut

adalah data Return On Assets (ROA) yang dimiliki Bank Jateng tahun

2002 kuartal satu hingga 2009 kuartal tiga.

Page 58: skripsi dalam

58

Tabel 6. ROA Bank Jateng Periode 2002. I – 2009.III

PeriodeReturn On Assets

(%)

Pertumbuhan

(%)2002 .I 0,64 - .II 1,63 154,69 .III 2,44 49,69 .IV 2,41 -1,232003 .I 0,64 -73,44 .II 1,35 110,94 .III 2,35 74,07 .IV 2,95 25,532004 .I 0,99 -66,44 .II 2,46 148,48 .III 3,11 26,42 .IV 3,49 12,222005 .I 2,06 -40,97 .II 3,65 77,18 .III 5,66 55,07 .IV 6,80 20,142006 .I 1,50 -77,94 .II 2,67 78,00 .III 4,69 75,66 .IV 5,78 23,242007 .I 1,95 -66,26 .II 3,43 75,90 .III 5,79 68,80 .IV 7,21 24,532008 .I 1,84 -74,48 .II 3,91 112,50 .III 5,97 52,69 .IV 7,16 19,932009 .I 2,23 -68,85 .II 4,32 93,72 .III 6,49 50,23

Rata-rata 3,47 32,00Sumber : Annual Report Bank Jateng, 2009

Tingkat kesehatan Bank Jateng dilihat dari pertumbuhan Return On

Asset atau laba yang dihimpun bersifat fluktuatif. Dari tabel 5 diketahui

besarnya tingkat ROA yang dimiliki oleh Bank Jateng secara keseluruhan

cenderung berubah-ubah setiap tahunnya. Besarnya ROA terbesar terjadi

Page 59: skripsi dalam

59

pada tahun 2007 kuartal empat senilai 7,21 persen yang semula hanya 5,79

persen. Besarnya angka tersebut diakibatkan karena jumlah penyaluran

kredit yang tergolong tinggi pada saat itu sehingga Bank Jateng

memperoleh pendapatan atas jumlah kredit yang dikeluarkan oleh nasabah.

Pada tahun 2002 kuartal satu besarnya tingkat ROA paling rendah

dibandingkan dengan tahun-tahun yang lain. Hal ini dikarenakan masih

sedikitnya dana yang terserap dari pihak ketiga atau nasabah.

c. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Indikator kesehatan perbankan ketiga dilihat dari besarnya Capital

Adequacy Ratio (CAR). Dengan perkembangan penyaluran kredit yang

terus meningkat hal ini akan berdampak pada perkembangan permodalan

Bank Jateng. Pada saat kondisi ekonomi sedang naik, Bank Jateng lebih

cenderung memilih menyalurkan modalnya pada kredit usaha mikro, kecil,

dan menengah. Semakin banyak Bank Jateng menyalurkan kredit ini maka

semakin banyak pendapatan bunga yang akan diperoleh. Ketika

pendapatan yang diterima meningkat pada akhirnya dapat mempengaruhi

jumlah laba, baik deviden maupun laba ditahan. Hal ini tentu saja

meningkatkan pertumbuhan modal dan akhirnya dapat meningkatkan

sumber dana untuk menyalurkan kredit Bank Jateng.

Tabel 7. Capital Adequcy Ratio Bank Jateng Tahun 2002.I – 2009.III

PeriodeCapital Adequcy Ratio

(%)

Pertumbuhan

(%)2002 .I 17,61 - .II 17,61 - .III 17,61 - .IV 17,61 -

Page 60: skripsi dalam

60

2003 .I 18,42 4,60% .II 18,42 - .III 18,42 - .IV 18,42 -2004 .I 18,42 - .II 18,42 - .III 18,42 - .IV 18,42 -2005 .I 14,15 -23,18% .II 14,15 - .III 14,15 - .IV 14,15 -2006 .I 16,85 19,08% .II 16,85 - .III 16,85 - .IV 16,85 -2007 .I 17,82 5,76% .II 17,82 - .III 17,82 - .IV 17,82 -2008 .I 18,27 2,53% .II 18,27 - .III 18,27 - .IV 18,27 -2009 .I 20,52 12,32% .II 20,52 - .III 20,52 -

Rata-rata 17,67 0,70Sumber : Annual Report Bank Jateng, 2009

Angka rasio CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah

minimal 8 persen, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8 persen

berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin

timbul dari kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8 persen

menunjukkan bahwa bank tersebut semakin solvable. Dengan semakin

meningkatnya tingkat solvabilitas Bank Jateng, maka secara tidak

langsung akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja Bank Jateng

dalam menyalurkan kredit usaha mikro.

Page 61: skripsi dalam

61

Dari tabel 6 diketahui besarnya tingkat Capital Adequacy Ratio yang

dimiliki oleh Bank Jateng secara keseluruhan cenderung fluktuatif setiap

tahunnya dan memiliki nilai diatas 8 persen yang ditetapkan Bank

Indonesia. Besarnya Capital Adequacy Ratio terbesar terjadi pada tahun

2009 kuartal tiga sebanyak 20,52 persen yang semula pada tahun 2008

hanya sebesar 18,27 persen. Peningkatan tersebut diakibatkan karena pada

tahun 2009 mempunyai jumlah dana nasabah yang tertinggi sehingga besar

kemungkinan bagi Bank Jateng untuk meningkatkan laba melalui

penyaluran kredit yang lebih besar. Sedangkan pada tahun 2005 Bank

Jateng memiliki tingkat rasio modal yang terkecil yakni hanya sebesar

14,15 persen. Hal ini diakibatkan karena besarnya angka kredit macet yang

berimbas pada menurunnya laba yang dihimpun oleh Bank Jateng.

B. Analisa Data dan Pembahasan

1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Suku Bunga Kredit, Jumlah Kredit Macet, Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Usaha Mikro Bank Jateng Kantor Pusat Semarang

Untuk mengetahui pengaruh dana pihak ketiga, suku bunga kredit,

jumlah kredit macet, Return On Assets (ROA), dan Capital Adequacy Ratio

(CAR) terhadap jumlah penyaluran kredit usaha mikro Bank Jateng Kantor

Pusat Semarang digunakan analisis linier berganda dalam bentuk logaritma

natural (Ln) dengan jumlah kredit usaha mikro Bank Jateng Kantor Pusat

Semarang sebagai variabel dependen serta dana pihak ketiga, suku bunga

kredit, jumlah kredit macet, Return On Assets (ROA), Capital Adequacy

Page 62: skripsi dalam

62

Ratio (CAR) sebagai variabel independen. Dari hasil analisis dengan bantuan

software Eviews 4.1 maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Regresi Linier Berganda

Variabel Koefisien Regresi t-hitung SignifikansiKonstantaLn Dana Pihak KetigaLn Suku Bunga KreditLn Kredit MacetLn ROALn CAR

1,2310,7490,0050,134-0,001-0,010

1,0087,4570,3583,227-0,072-1,146

0,32270,00000,72280,00350,94270,2626

Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Ln Y = 1,231 + 0,749LnX1 + 0,005LnX2 + 0,134LnX3 - 0,001LnX4 - 0,010LnX5 + ei

t-hitung DPK(7,457) SBK(0,358) KRM(3,227) ROA(-0,072) CAR(-

1,146)

F-hitung = 172,71 F-tabel = 2,59 t-tabel = 2,059

R-squared = 0,971 Adj R-Squared =0,966 DW = 1,676

n = 31 α = 0,05

Sebelum dilakukannya alat analisis regresi linier berganda dengan model

di atas, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian kelayakan, tujuan adanya

uji kelayakan ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gejala dari

keseluruhan variabel bebas yang diteliti untuk mempengaruhi model regresi,

uji ini juga dikenal dengan uji kelolosan atau uji asumsi klasik.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Page 63: skripsi dalam

63

Untuk menguji ada tidaknya masalah multikolinieritas maka

digunakan uji Koutsoyiannis. Jika nilai R2 pada regresi model utama

memberikan nilai R2 yang lebih tinggi dari nilai R2 pada regresi model

parsial maka tidak terjadi multikolinieritas.

Tabel 9. Hasil Uji Multikolinieritas

Model Regresi Nilai R2

Model UtamaLn Jumlah Kredit = f (Ln DPK, Ln SBK, Ln KRM,

Ln ROA, Ln CAR)Model Parsial

Ln Jumlah Kredit = f (Ln DPK)Ln Jumlah Kredit = f (Ln SBK)Ln Jumlah Kredit = f (Ln KRM)Ln Jumlah Kredit = f (Ln ROA)Ln Jumlah Kredit = f (Ln CAR)

0,97

0,950,080,880,400,02

Dengan melihat tabel 8, diketahui bahwa R2 model utama lebih

besar daripada R2 model parsial sehingga dapat disimpulkan bahwa model

persamaan regresi tidak terdapat masalah multikolinieritas pada semua

variabel bebas yang diteliti.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual

pengamatan yang satu ke pengamatan yang lainnya. Heteroskedastisitas

dapat diuji dengan Uji White. Berdasarkan uji ini, bila nilai probabilitas

lebih besar dari alpha 5 persen atau 0,05 maka tidak memiliki gejala

heteroskedastisitas.

Tabel 10. Hasil Uji White Heteroskedastisitas

F-statistic 4.927570 Probabilitas 0.006521

Page 64: skripsi dalam

Tidak Ada

Autokorelasi

Daerah tanpa

kesimpulan

Daerah tanpa

kesimpulan

Autokorelasi

negatif

Autokorelasi

positif

64

Obs*R-squared 28.14421 Probabilitas 0.106029

Dari tabel 9, hasil regresi kuadrat nilai residual dengan seluruh

variabel independen menunjukan bahwa seluruh variabel independen tidak

signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas seluruh variabel

independent lebih besar dari nilai probabilitas critical value (5 persen).

Hal ini menunjukan model tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Pada tabel Durbin Watson dengan n=31, K=5 maka akan diperoleh

nilai dL=1,090 dan dU=1,825 , sehingga nilai 4-dU sebesar 2,175,

sedangkan nilai 4-dL sebesar 2,91. Nilai Durbin Watson sebesar 1,67 yang

berarti terletak antara 4-dU sampai dengan 4-dL. Hal ini berarti nilai

Durbin Watson berada pada daerah tanpa kesimpulan atau bisa dikatakan

tidak ada autokorelasi.

Gambar 4. Hasil Uji Autokorelasi3. Uji Statistik

a. Uji F

0 1,090 1,825 2 2,175 2,91 41,67

Page 65: skripsi dalam

65

Berdasarkan hasil perhitungan uji F dengan tingkat kesalahan

(α) = 0,05 diperoleh nilai Fhitung sebesar 172,71 sedangkan nilai Ftabel

sebesar 2,59. Karena nilai Fhitung > Ftabel maka secara serempak variabel

Dana Pihak Ketiga, Suku Bunga Kredit, Jumlah Kredit Macet, Return On

Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR) secara bersama-sama

kelima variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Kredit Usaha Mikro Bank Jateng Kantor Pusat Semarang. Secara grafik

dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5. Pengujian Hipotesis dengan Uji F

b. Uji t

Untuk mengetahui pengaruh dana pihak ketiga, suku bunga kredit,

jumlah kredit macet, Return On Assets (ROA), dan Capital Adequacy

Ratio (CAR) terhadap kredit usaha mikro Bank Jateng Kantor Pusat

Semarang secara parsial digunakan uji t. Dari hasil analisis dengan

menggunakan tingkat kesalahan (α) = 0,05 dan degree of freedom (n – k)

diketahui nilai ttabel sebesar 2,059. Hasil perhitungan uji t disajikan oleh

tabel 11.

Ftabel = 2,59 Fhitung = 172,71

Daerah Penolakan H0Daerah Penerimaan H0

Page 66: skripsi dalam

66

Tabel 11. Nilai t-hitung Variabel Independent (Dalam LN)

Variabel t-hitung t-tabelDPKSBKKRMROACAR

7,4570,3583,227-0,072-1,146

2,059

a. Nilai thitung variabel Dana Pihak Ketiga sebesar 7,457 (thitung > ttabel).

b. Nilai thitung variabel Suku Bunga Kredit sebesar 0,358 (thitung < ttabel).

c. Nilai thitung variabel Jumlah Kredit Macet sebesar 3,227 (thitung > ttabel).

d. Nilai thitung variabel ROA sebesar -0,072 (-thitung > -ttabel).

e. Nilai thitung variabel CAR sebesar -1,146 (-thitung > -ttabel).

Oleh karena semua nilai thitung untuk variabel dana pihak ketiga dan

jumlah kredit macet lebih besar dari nilai ttabel, maka secara parsial kedua

variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah

kredit usaha mikro Bank Jateng Kantor Pusat Semarang. Nilai thitung untuk

variabel suku bunga kredit, Return On Assets (ROA), dan Capital

Adequacy Ratio (CAR) lebih kecil dari nilai ttabel, maka secara parsial

ketiga variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

jumlah kredit usaha mikro Bank Jateng Kantor Pusat Semarang. Secara

grafik dapat dijelaskan dalam gambar sebagai berikut :

Penerimaan Ho

0 ttabel

= 2,059

Gambar 6. Pengujian Hipotesis dengan Uji t

-ttabel

= -2,059

Penolakan HoPenolakan Ho

tX1 = 7,457

tX3 = 3,227

tX2 = 0,358tX4 = -0,072

tX5 = -1,146

Page 67: skripsi dalam

67

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh nilai

Adjusted R-square (___

2R ) sebesar 0,966 atau 96,6 persen. Nilai Adjusted

R-square ini mengindikasikan bahwa model layak digunakan sebagai

estimator. Hal ini menunjukan 96,6 persen variabel terikat (jumlah kredit

usaha mikro) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (dana pihak ketiga, suku

bunga kredit, jumlah kredit macet, Return On Assets, dan Capital

Adequacy Ratio), sedangkan sisanya sebesar 3,4 persen dijelaskan oleh

variabel independen lain yang tidak digunakan dalam model.

4. Interpretasi Hasil Regresi

Dari hasil regresi dan uji asumsi klasik dengan bantuan software Eviews

4.1 yang telah dilakukan ternyata hasil estimasi jumlah alokasi kredit untuk

sektor usaha mikro berdistribusi normal, tidak ada multikolinearitas dan

heteroskedastisitas sehingga hasil penelitian tersebut layak untuk

diaplikasikan. Berdasarkan hasil estimasi yang telah dilakukan, persamaan

regresi jumlah alokasi kredit untuk sektor usaha mikro sebagai berikut:

Kredit Usaha Mikro = 1,231 + 0,749Ln DPK + 0,005LnSBK + 0,134Ln KRM

– 0,001Ln ROA - 0,010Ln CAR

Interpretasi dari hasil regresi linear berganda di atas secara statistik dan

ekonomi dapat diuraikan sebagai berikut:

Page 68: skripsi dalam

68

a. Nilai jumlah alokasi penyaluran kredit untuk usaha mikro apabila

tidak dipengaruhi oleh lima variabel independen yakni Dana Pihak Ketiga,

Suku Bunga Kredit, Jumlah Kredit Macet, Return On Assets (ROA),

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah sebesar 1,231 persen.

b. Nilai DPK sebesar 0,749 Jumlah Dana Pihak Ketiga naik 1 persen

maka jumlah penyaluran kredit untuk usaha mikro akan mengalami

peningkatan sebesar 0,749 persen. Jumlah Dana Pihak Ketiga yang

merupakan pemasukan terbesar dari Bank Jateng Kantor Pusat Semarang.

Berkaitan dengan fungsi bank untuk menyalurkan dana kepada masyarakat

untuk meminjamkan uang (kredit) sangat tergantung dari jumlah Dana

Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh Bank Jateng Kantor Pusat

Semarang. Dengan semakin banyaknya Jumlah Dana Pihak Ketiga yang

berhasil dihimpun bank, sudah tentu bank akan semakin gencar dalam

menyalurkan dananya kepada masyarakat dalam bentuk kredit khususnya

kredit untuk usaha mikro. Disamping itu, Bank Jateng meningkatkan

jumlah alokasi kredit untuk usaha mikro dan ingin mendapatkan

keuntungan dari suku bunga yang ditetapkan dan adanya regulasi dari

pemerintah yang mengatur bahwa seluruh perbankan di Indonesia harus

menyalurkan sebagian kreditnya kepada sektor usaha mikro untuk

meningkatkan perekonomian terutama sektor riil.

c. Nilai Suku Bunga Kredit Sebesar 0,005 yang artinya bahwa Suku

Bunga Kredit naik 1 persen akan mengakibatkan kenaikan Jumlah

penyaluran kredit untuk usaha mikro sebesar 0,005 persen. Maka tingkat

suku bunga kredit Bank Jateng mempunyai pengaruh tidak signifikan

Page 69: skripsi dalam

69

terhadap jumlah Kredit Usaha Mikro Bank Jateng Kantor Pusat Semarang

hal ini berbanding terbalik dengan teori yang mengatakan bahwa secara

fungsional dapat dinyatakan jika suku bunga kredit menurun 1 persen,

maka akan cenderung akan meningkatnya jumlah kredit.

d. Angka kredit macet sebesar 0,134 artinya bahwa setiap kenaikan 1

persen jumlah kredit macet maka penyaluran kredit usaha mikro akan

mengalami kenaikan sebesar 0,134 persen. Hal ini dikarenakan bank harus

membentuk cadangan penyisihan penghapusan piutang yang besar yang

akan menyedot laba (earning & equity risk), sedangkan laba tersebut salah

satunya berasal dari penyaluran kredit maka pada akhirnya akan

berpengaruh signifikan terhadap banyaknya jumlah kredit yang disalurkan,

dengan semakin banyaknya kredit yang disalurkan untuk sektor usaha

mikro oleh Bank Jateng maka akan semakin meningkatnya resiko kredit

macet. Meskipun signifikan, namun bukan berarti bank hanya melihat

jumlah kredit macetnya saja, karena penambahan kredit tanpa disertai

analisis yang baik dapat menimbulkan kredit bermasalah atau kredit macet

yang semakin tinggi nilainya.

e. Nilai ROA sebesar 0,001 yang artinya bahwa tiap kenaikan Return

On Assets (ROA) 1 persen maka akan mengakibatkan jumlah penyaluran

kredit untuk usaha mikro menurun sebesar 0,001 persen. Return On Assets

(ROA) mencerminkan tingkat kemampuan suatu bank untuk mendapatkan

keuntungan dari berbagai jenis dan kegiatan usaha yang dilakukan bank

tersebut melalui pengembalian laba yang diterima oleh bank tersebut.

Return On Assets (ROA) mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap

Page 70: skripsi dalam

70

jumlah Kredit Usaha Mikro Bank Jateng Kantor Pusat Semarang, atau

secara fungsional dapat dinyatakan jika besarnya Return On Assets (ROA)

meningkat sebesar 1 persen, maka tidak akan mempengaruhi nasabah

dalam menaikan jumlah Kredit Usaha Mikro Bank Jateng Pusat Semarang.

Hal ini dikarenakan Return On Assets (ROA) merupakan indikator untuk

mengukur modal perbankan secara keseluruhan. Sedangkan modal

perbankan itu sendiri bukan hanya berasal dari laba atas penyaluran kredit

saja namun bisa berupa jual beli Sertifikat Bank Indonesia mengingat

pemberian kredit secara berlebihan rawan akan adanya kredit macet.

f. Nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 0,01 yang artinya

bahwa tiap kenaikan CAR 1 persen maka akan mengakibatkan penurunan

sebesar 0,01 persen terhadap banyaknya jumlah penyaluran Kredit Usaha

Mikro Bank Jateng Pusat Semarang. Penurunan nilai Capital Adequacy

Ratio (CAR) tidak selamanya akan diikuti dengan menurunnya jumlah

kredit usaha mikro sehingga berpengaruh tidak signifikan. Karena Bank

Jateng tetap dapat berjalan dan meningkatkan kredit bank tersebut tanpa

dipengaruhi oleh banyaknya rasio modal yang dimiliki oleh Bank Jateng

selama modal yang dimiliki oleh bank tersebut tidak menjadikan modal

bank di bawah ketetapan 8 persen Bank Indonesia.

5. Analisa Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh terhadap Variabel Tidak Bebas

Untuk mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh, alat

analisis yang digunakan adalah regresi logaritma natural berganda, sehingga

tidak lagi memerlukan rumus elastisitas. Untuk mengetahui variabel

Page 71: skripsi dalam

71

independen yang paling berpengaruh cukup dengan membandingkan nilai

koefisien beta-nya saja.

Tabel 12. Nilai Koefisien Variabel Bebas

Variabel Independen Koefisien RegresiDana Pihak KetigaSuku Bunga KreditKRMROACAR

0,7490,0050,134-0,001-0,010

Dari tabel 12 diketahui bahwa variabel independen yang paling

berpengaruh pada penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan

koefisien regresi sebesar 0,749. Hipotesis kedua diterima.

Page 72: skripsi dalam

72

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

C. Kesimpulan

a. Jumlah dana pihak ketiga dan jumlah kredit macet berpengaruh secara

signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit usaha mikro, sedangkan tingkat

suku bunga kredit usaha mikro, Return On Assets (ROA), dan Capital

Adequacy Ratio (CAR) tidak signifikan terhadap penyaluran kredit usaha

mikro.

b. Variabel yang paling berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit usaha

mikro adalah variabel dana pihak ketiga.

i. Implikasi

1. Untuk meningkatkan dana dari pihak ketiga, Bank Jateng dapat

melakukannya dengan menawarkan bunga deposito yang menarik kepada

nasabah. Namun dengan syarat, sebagian besar jumlah deposito yang berhasil

dihimpun harus dialokasikan untuk kredit usaha mikro.

2. Suku bunga kredit di Bank Jateng dijaga kestabilannya karena suku

bunga kredit merupakan prospek kreditur terhadap debitur dalam

meminjamkan modalnya pada Bank Jateng. Dengan nilai suku bunga yang

cenderung konstan diharapkan masyarakat, dengan kredit usaha mikronya,

akan lebih mampu menyerap kredit yang disalurkan oleh pihak bank.

3. Untuk menekan laju kredit macet maka jika ada penambahan

penyaluran kredit usaha mikro seharusnya disertai dengan analisis yang baik

sehingga resiko kredit bermasalah atau kredit macet dapat ditekan.

Page 73: skripsi dalam

73

4. Capital Adequacy Ratio (CAR) sebaiknya ditingkatkan sehingga

profitabilitas bank juga akan meningkat. Salah satunya adalah dengan cara

menambah setoran modal pemilik, melakukan revaluasi aktiva tetap sehingga jumlah

modal akan mengalami peningkatan atau menjual aset yang tidak produktif yang

akan mengurangi Aktifa Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) dan berkurangnya

biaya operasional Bank Jateng sehingga kedepannya akan berdampak positif

terhadap nilai CAR.

5. Nilai Return On Assets (ROA) ditingkatkan, dengan cara meningkatkan

laba bersih karena laba bersih merupakan tolak ukur tingkat efisiensi usaha dan

profit yang dicapai oleh bank. Salah satu caranya dengan menekan biaya operasional

perbankan dan memperbaiki manajemen perbankan.

Page 74: skripsi dalam

74

DAFTAR PUSTAKA

Agung, et al. 2002. Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Penyesuaian di Pasar Kredit. Skripsi. Ekonomi Pembangunan Universitas Bandar Lampung. Lampung. (Tidak Dipublikasikan).

Bank Jateng Semarang. 2009. Annual Report Bank Jateng. Semarang.

Arifin, Bustanul. 2005. Pendekatan Baru Pengembangan Pasar Keuangan Pedesaan: Bukan Sekedar Basis Komersial, Tetapi Penguatan Modal Sosial. Jakarta: INDEF.

Arsana, I Gede Putra. 2005. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Aliran Kredit dan Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit. Skripsi. Ekonomi Pembangunan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. (Tidak Dipublikasikan).

Akyuwen, Roberto.2005. Efeketivitas Bank Umum Dalam Penyaluran Kredit Mikro: kajian Pendekatan Ekonomi Kelembagaan Baru. Semarang : FE Undip.

Anselmus. 2001. Suara Pembaharuan: Pemberdayaan UKM lebih Retorikanya, 5 Agustus. Hal 4.

Bank Jateng. 2010. Laporan Pelatihan Analisis Pemberian Kredit UMKM Bank Umum Se Kotamadya Semarang. Semarang.

Bank Jateng. 2010. Laporan Profil Data Binaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Bank Jateng Kotamadya Semarang. Semarang.

Bank Indonesia. 2010. Laporan Penelitian Profil dan Permasalahan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Wilayah Se Kotamadya Semarang. Semarang.

Danoespoetro, et al. 1990. Peranan dan Prospek Bank Perkreditan Rakyat Dalam Rangka Kebijakan Pakto Tahun 1998. Skripsi. Ekonomi Pembangunan Universitas Bandar Lampung. Lampung. (Tidak Dipublikasikan).

Ernanda, Mohammad. 2006. Pengaruh Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Kredit Konsumsi Oleh Perbankan di Indonesia (Studi Kasus Perbankan Di Indonesia Tahun 2001-2004). Skripsi. Ekonomi Pembangunan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan).

Page 75: skripsi dalam

75

Gujarati. 1995. Dasar-Dasar Ekonometrika. PT Erlangga Raya. Jakarta

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Deskriptif dalam Pengujian Hipotesa vol 05. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Sujati, Condro. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi Usaha Mikro Bank Umum di Indonesia Tahun 2004-2005. Skripsi. Ekonomi Pembangunan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. (Tidak Dipublikasikan).

Harmanta dan Mahyus Ekananda. 2005. Disintermediasi Fungsi Perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1997: Faktor Permintaan atau Penawaran Kredit, Sebuah Pendekatan Dengan Model Disequilibrium. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Juni 2005.

I, Gede Putra Arsana. 2005. ”Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Aliran Kredit dan Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit”. Skripsi. Ekonomi Pembangunan Universitas Diponegoro. Semarang. (Tidak Dipublikasikan).

John, Hendry. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Usaha Kecil Pada Bank Umum di Indonesia (1991–2005). Jakarta.

Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kusdianto. 1994. Pengaruh Tentang Beberapa Faktor Terhadap Dana Deposito dan Kredit Bank-Bank Umum Devisa di Indonesia. Skripsi. Ekonomi Pembangunan Universitas Islan Indonesia. Yogyakarta. (Tidak Dipublikasikan).

Lincolin, Arsyad. 1999. Ekonomi pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN

Mahardian, Pandu. 2006. Pengaruh Jumlah Penghimpunan Dana Bank, Suku Bunga Kredit Modal Kerja dan Tingkat Laju Inflasi Terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja Pada Bank-Bank Umum di Indonesia (2001.01–2006.04). Skripsi. Ekonomi Pembangunan Universitas Diponegoro. Semarang. (Tidak Dipublikasikan).

Meydianawathi, Gede, L. 2007. Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002–2006). Buletin Studi Ekonomi. Vol. 1. No. 2. Thn 2007.

MS, Mahrinasari. 2003. Pengelolaan Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Bandarlampung. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. No. 3. Jilid 8. Thn 2003.

Mukhlis, Imam. 2008. Manajemen Perbankan. 2008. Ghalia Indonesia. Bogor.

Page 76: skripsi dalam

76

Mulyadinata, Andy. 2003. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Penyaluran Kredit (Studi Kasus Pada PT Bank Lampung). JMK. Vol. 1. No. 1. Maret 2003.

Supranto, J. 2001. Ekonometrika. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Suliyanto. 2005. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran Kredit Perbankan. Ghalia Indonesia. Bogor.

Suseno dan Piter Abdullah. 2003. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI. Jakarta.

Titik & Rachman. 2002. Ekonomi Moneter : Perkembangan Kredit Modal Usaha. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Warjiyo, Perry. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI. Jakarta.

Wahyu. Condro Sujati. 2007. Permintaan dan Penawaran Kredit Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia. Skripsi. Ekonomi Pembangunan Universitas Diponegoro. Semarang. (Tidak Dipublikasikan).

Page 77: skripsi dalam

77

Lampiran 1. Data Variabel Jumlah Kredit (Y), Dana Pihak Ketiga (X1), Suku Bunga Kredit (X2), Jumlah Kredit Macet (X3), Return On Assets (X4), dan Capital Adequacy Ratio (X5) Kredit Usaha Mikro Bank Jateng Pusat Semarang 2002.I – 2009.III

No.LN KREDIT

(Y)LN DPK

(X1)LN SBK

(X2)LN KRM

(X3)LN ROA

(X4)LN CAR

(X5)1 13,01 13,87 17,80 9,32 0,64 17,612 12,89 14,05 18,17 9,27 1,63 17,613 12,93 14,04 19,17 9,57 2,44 17,614 12,98 14,13 19,13 9,32 2,41 17,615 12,98 14,01 17,52 9,31 0,64 18,426 13,11 14,45 16,67 9,48 1,35 18,427 13,16 14,43 16,54 9,55 2,35 18,428 13,20 14,49 15,85 9,57 2,95 18,429 13,22 14,47 15,84 9,84 0,99 18,42

10 13,31 14,52 15,84 10,05 2,46 18,4211 13,31 14,52 15,86 9,92 3,11 18,4212 13,38 14,58 15,85 9,76 3,49 18,4213 13,48 14,60 15,84 9,97 2,06 14,1514 13,56 14,66 15,80 9,99 3,65 14,1515 13,64 14,70 17,39 11,83 5,66 14,1516 13,66 14,73 18,39 10,29 6,80 14,1517 13,67 14,76 18,22 10,61 1,50 16,8518 13,71 14,83 18,08 11,05 2,67 16,8519 13,77 14,86 17,85 11,17 4,69 16,8520 13,81 14,93 17,65 10,97 5,78 16,8521 13,84 14,94 17,32 11,02 1,95 17,8222 13,88 14,98 17,03 11,35 3,43 17,8223 13,92 15,00 16,75 11,31 5,79 17,8224 13,93 15,04 16,14 11,17 7,21 17,8225 13,94 15,04 15,88 11,33 1,84 18,2726 14,02 15,07 15,67 11,41 3,91 18,2727 14,06 15,11 15,40 11,34 5,97 18,2728 14,09 15,24 16,75 11,36 7,16 18,2729 14,09 15,26 16,90 11,37 2,23 20,5230 14,11 15,27 16,73 11,46 4,32 20,5231 14,13 15,30 16,75 11,65 6,49 20,52

Page 78: skripsi dalam

78

Lampiran 2. Output Regresi Linier Berganda

Dependent Variable: LN_JUMLAH KREDITMethod: Least SquaresDate: 12/09/09 Time: 06:16Sample: 1 31Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.231224 1.220412 1.008859 0.3227

LN_DPK 0.749997 0.100573 7.457227 0.0000LN_SBK 0.005505 0.015342 0.358801 0.7228LN_NPL 0.134066 0.041535 3.227815 0.0035LN_ROA -0.000689 0.009477 -0.072659 0.9427LN_CAR -0.010547 0.009202 -1.146195 0.2626

R-squared 0.971864 Mean dependent var 13.57330Adjusted R-squared 0.966237 S.D. dependent var 0.407541S.E. of regression 0.074884 Akaike info criterion -2.173765Sum squared resid 0.140191 Schwarz criterion -1.896219Log likelihood 39.69336 F-statistic 172.7112Durbin-Watson stat 1.672353 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 79: skripsi dalam

79

Lampiran 3. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikoliniearitas

Dependent Variable: LN_JUMLAH KREDITMethod: Least SquaresDate: 12/09/09 Time: 06:17Sample: 1 31Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.031621 0.612953 -1.683035 0.1031

LN_DPK 0.993139 0.041666 23.83570 0.0000R-squared 0.951435 Mean dependent var 13.57330Adjusted R-squared 0.949761 S.D. dependent var 0.407541S.E. of regression 0.091347 Akaike info criterion -1.885964Sum squared resid 0.241983 Schwarz criterion -1.793449Log likelihood 31.23244 F-statistic 568.1405Durbin-Watson stat 0.991539 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: LN_JUMLAH KREDITMethod: Least SquaresDate: 12/09/09 Time: 06:18Sample: 1 31Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 15.52184 1.155713 13.43053 0.0000

LN_SBK -0.115105 0.068142 -1.689199 0.1019R-squared 0.089579 Mean dependent var 13.57330Adjusted R-squared 0.058185 S.D. dependent var 0.407541S.E. of regression 0.395507 Akaike info criterion 1.045044Sum squared resid 4.536348 Schwarz criterion 1.137560Log likelihood -14.19819 F-statistic 2.853392Durbin-Watson stat 0.050025 Prob(F-statistic) 0.101907

Dependent Variable: LN_JUMLAH KREDITMethod: Least SquaresDate: 12/09/09 Time: 06:19Sample: 1 31Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 8.904546 0.316424 28.14118 0.0000

LN_KRM 0.444449 0.030025 14.80271 0.0000R-squared 0.883121 Mean dependent var 13.57330Adjusted R-squared 0.879091 S.D. dependent var 0.407541S.E. of regression 0.141710 Akaike info criterion -1.007725Sum squared resid 0.582372 Schwarz criterion -0.915209Log likelihood 17.61973 F-statistic 219.1201Durbin-Watson stat 2.095639 Prob(F-statistic) 0.000000Dependent Variable: LN_JUMLAH KREDITMethod: Least SquaresDate: 12/09/09 Time: 06:20Sample: 1 31

Page 80: skripsi dalam

80

Included observations: 31Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.12066 0.116003 113.1058 0.0000LN_ROA 0.130443 0.029083 4.485212 0.0001

R-squared 0.409575 Mean dependent var 13.57330Adjusted R-squared 0.389215 S.D. dependent var 0.407541S.E. of regression 0.318504 Akaike info criterion 0.611981Sum squared resid 2.941908 Schwarz criterion 0.704496Log likelihood -7.485699 F-statistic 20.11712Durbin-Watson stat 0.851886 Prob(F-statistic) 0.000106

Dependent Variable: LN_JUMLAH KREDITMethod: Least SquaresDate: 12/09/09 Time: 06:20Sample: 1 31Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12.90859 0.799395 16.14795 0.0000

LN_CAR 0.037621 0.045052 0.835057 0.4105R-squared 0.023481 Mean dependent var 13.57330Adjusted R-squared -0.010192 S.D. dependent var 0.407541S.E. of regression 0.409613 Akaike info criterion 1.115131Sum squared resid 4.865694 Schwarz criterion 1.207647Log likelihood -15.28454 F-statistic 0.697320Durbin-Watson stat 0.034205 Prob(F-statistic) 0.410513

Page 81: skripsi dalam

81

2. Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:F-statistic 4.927570 Probability 0.006521Obs*R-squared 28.14421 Probability 0.106029

Test Equation:Dependent Variable: RESID^2Method: Least SquaresDate: 12/09/09 Time: 06:30Sample: 1 31Included observations: 31

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 45.68083 17.88801 2.553713 0.0287

LN_X1 -8.120834 2.874960 -2.824678 0.0180LN_X1^2 0.376632 0.126691 2.972843 0.0140

LN_X1*LN_X2 0.043877 0.026446 1.659091 0.1281LN_X1*LN_X3 -0.325408 0.094620 -3.439117 0.0063LN_X1*LN_X4 -0.004653 0.017651 -0.263589 0.7974LN_X1*LN_X5 -0.015372 0.020586 -0.746734 0.4724

LN_X2 -0.512024 0.400360 -1.278910 0.2298LN_X2^2 0.001747 0.002972 0.587811 0.5697

LN_X2*LN_X3 -0.013428 0.009026 -1.487755 0.1677LN_X2*LN_X4 -0.001058 0.000881 -1.200614 0.2576LN_X2*LN_X5 -0.002810 0.001910 -1.471235 0.1720

LN_X3 3.199264 0.999192 3.201852 0.0095LN_X3^2 0.069266 0.021172 3.271660 0.0084

LN_X3*LN_X4 0.006602 0.005985 1.103117 0.2958LN_X3*LN_X5 0.019031 0.007014 2.713321 0.0218

LN_X4 0.035188 0.190015 0.185184 0.8568LN_X4^2 -0.000476 0.000617 -0.771347 0.4583

LN_X4*LN_X5 -0.000948 0.001156 -0.820543 0.4310LN_X5 0.179969 0.251497 0.715592 0.4906

LN_X5^2 -0.002992 0.001032 -2.898867 0.0159R-squared 0.907878 Mean dependent var 0.004522Adjusted R-squared 0.723633 S.D. dependent var 0.009027S.E. of regression 0.004746 Akaike info criterion -7.639707Sum squared resid 0.000225 Schwarz criterion -6.668296Log likelihood 139.4155 F-statistic 4.927570Durbin-Watson stat 2.284455 Prob(F-statistic) 0.006521

Page 82: skripsi dalam

82

3. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:F-statistic 0.000117 Probability 0.999883Obs*R-squared 0.000316 Probability 0.999842

Test Equation:Dependent Variable: RESIDMethod: Least SquaresDate: 12/09/09 Time: 06:33Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.000657 1.273124 -0.000516 0.9996

LN_DPK 2.97E-05 0.105811 0.000281 0.9998LN_SBK 3.86E-05 0.016627 0.002324 0.9982LN_NPL -6.49E-05 0.044894 -0.001447 0.9989LN_ROA 3.43E-05 0.010139 0.003380 0.9973LN_CAR 7.24E-06 0.009644 0.000751 0.9994

RESID(-1) 0.002617 0.218881 0.011955 0.9906RESID(-2) -0.002075 0.230888 -0.008988 0.9929

R-squared 0.000010 Mean dependent var -7.04E-15Adjusted R-squared -0.304335 S.D. dependent var 0.068360S.E. of regression 0.078072 Akaike info criterion -2.044743Sum squared resid 0.140189 Schwarz criterion -1.674682Log likelihood 39.69352 F-statistic 3.35E-05Durbin-Watson stat 1.676902 Prob(F-statistic) 1.000000