RESPON OVARIUM DENGAN PEMBERIAN PROGESTERON MENGGUNAKAN CONTROLLED INTERNAL DRUG RELEASE (CIDR) PADA PERLAKUAN SINKRONISASI BERAHI DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI GnRH DAN PGF2α SKRIPSI ANDI REZKI MASFIRAH PUTRI 1111 07015 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
40
Embed
SKRIPSI - core.ac.uk · respon ovarium dengan pemberian progesteron menggunakan controlled internal drug release (ci dr) pada perlakuan sinkronisasi berahi dengan menggunakan kombinasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RESPON OVARIUM DENGAN PEMBERIAN PROGESTERONMENGGUNAKAN CONTROLLED INTERNAL DRUG RELEASE (CIDR)
PADA PERLAKUAN SINKRONISASI BERAHI DENGANMENGGUNAKAN KOMBINASI GnRH DAN PGF2α
SKRIPSI
ANDI REZKI MASFIRAH PUTRI1111 07015
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2012
ii
RESPON OVARIUM DENGAN PEMBERIAN PROGESTERONMENGGUNAKAN CONTROLLED INTERNAL DRUG RELEASE (CIDR) PADA
PERLAKUAN SINKRONISASI BERAHI DENGAN MENGGUNAKANKOMBINASI GnRH DAN PGF2α
SKRIPSI
Oleh:
ANDI REZKI MASFIRAH PUTRI
I 111 07 015
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaPeternakan Pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : A.Rezki Masfirah putri
NIM : I111 07 015
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa ;
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan
Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi
akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyatan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Makassar, November 2012
Ttd
ANDI REZKI MASFIRAH PUTRI
iii
Judul Penelitian : Respon Ovarium dengan Pemberian Progesteron MenggunakanControlled Internal Drug Release (CIDR) pada PerlakuanSinkronisasi Berahi dengan Menggunakan Kombinasi GnRHdan PGF2α
Nama : Andi Rezki Masfirah Putri
No. Pokok : I 111 07 015
Jurusan : Produksi Ternak
Program Studi : Produksi Ternak
Fakultas : Peternakan
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui Oleh:
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Prof.Dr.Ir. Abd. Latief Toleng, M.Sc Dr. Muhammad Yusuf, S.PtNIP. 19540602 197802 1 001 NIP. 19700725199903 1 001
Dekan Fakultas Peternakan Ketua Jurusan Produksi Ternak
Prof. Dr. Ir. H. SyamsuddinHasan, M.Sc Prof.Dr.Ir. H. Sudirman Baco,M.Sc,NIP. 19520923 197903 1 002 NIP. 19641231 198903 1 025
Tanggal Lulus : 26 November 2012
iv
Andi Rezki Masfirah Putri (I11107015). Respon Ovarium dengan Pemberian ProgesteronMenggunakan Controlled Internal Drug Release (CIDR) pada Perlakuan Sinkronisasi Berahi denganMenggunakan Kombinasi GnRH dan PGF2α. Dibawah bimbingan Abd. Latief Toleng SebagaiPembimbing Utama dan Muhammad Yusuf Sebagai Pembimbing Anggota.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon ovarium dengan dan tanpa pemberianprogesteron (CIDR) pada perlakuan sinkronisasi berahi dengan menggunakan kombinasihormon GnRH dan PGF2α. Penelitian ini menggunakan 20 ekor sapi perah Fries Holland (FH)dan dibagi dalam 2 perlakuan sinkronisasi berahi yakni 10 ekor ternak sapi perah denganpemberian CIDR dan 10 ekor ternak sapi perah tanpa pemberian CIDR. Pada hari pertamaperlakuan sinkronisasi, seluruh ternak sapi perah diinjeksi dengan hormon GnRH sebanyak100 µg (fertirelin acetate) (hari-0). Pada hari yang sama, 10 ekor ternak sapi perah tersebutdiberikan progesteron dalam bentuk CIDR secara intravaginal sebagai perlakuan, sedangkan10 ekor lainnya sebagai kontrol. Pada hari ke-7 sebanyak 27,5 µg dinoprost hormon PGF2αdisuntikkan kepada seluruh ternak serta CIDR pada kelompok perlakuan dilepaskan.Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke-0, hari ke-7, dan pada hari ke-10. Plasmadarah masing-masing sampel kemudian dimasukkan ke dalam tabung plasma kemudiandisimpan pada suhu -20ºC sampai pelaksanaan analisa untuk mengetahui konsentrasi hormonprogesteron dengan menggunakan teknik radioimmunoassay (RIA). Hasil penelitianmenunjukkan bahwa dari total 20 ekor ternak sapi perah, terdapat perbedaan yang nyata(P=0,046) antara 12 ekor ternak sapi atau sebanyak 60% menunjukkan fase luteal danselebihnya 8 ekor ternak sapi perah atau 40% adalah fase folikul atau ovarium yang belummenujukkan aktivitas pada awal perlakuan sinkronisasi berahi. Dengan pemberian CIDR,konsentrasi progesteron yang tinggi pada hari ke-7 dan rendah pada hari ke-10 adalahsebanyak 80% sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan tanpa pemberianCIDR. Dapat disimpulkan bahwa pemberian progesteron dalam bentuk CIDR sangat nyatalebih efektif dalam mensinkronkan munculnya berahi pada ternak sapi perah yang mendapatperlakuan sinkronisasi GnRH dan PGF2.
Kata Kunci: Sapi Perah, Sinkronisasi Berahi, Respon Ovarium, Progesteron
v
Andi Rezki Masfirah Putri (I11107015). Ovarian Responses with Controlled Internal DrugRelease (CIDR) Insertion on Estrous Synchronization Using a Combination of GnRH and PGF2α.Under Abd. Latief Toleng as Main Supervisor and Muhammad Yusuf as Co-supervisor.
ABSTRACT
This study aimed to know the responses of ovarian with and without CIDR (controlledinternal drug release) insertion on estrous synchronization using a combination of GnRH andPGF2α. The study was using 20 dairy cows of Fries Holland (FH), in which the cows wereallocated into two treatment groups of estrous synchronization; 10 dairy cows with CIDRinsertion and 10 without CIDR insertion. At first day of synchronization treatment, all cowswere injected 100 µg of GnRH (fertirelin acetate) (day-0). At the same day, 10 cows wereinserted with CIDR intra-vaginally as treatment, while the remaining 10 cows as control(without CIDR insertion). On day-7, the cows were injected 27.5 µg of dinoprost (PGF2α) andremoval of CIDR in CIDR group. Blood samples were collected on day-0, day-7, and day-10.The blood plasma were separated and put into plasma tube, then kept on -20ºC until assayedwas performed using radioimmunoassay (RIA) technique. The results of this study showedthat of 20 cows, there was a significant different (P=0.046) between 12 cows or 60% showedluteal phase and 8 cows or 40% in follicular phase or inactive ovaries in the beginning ofestrous synchronization. In CIDR group, high progesterone concentration on day-7 and low onday-10 was 80% and significantly higher (P<0.01) than in cows without CIDR insertion. It canbe concluded that administration of progesterone using CIDR was significantly more effectivein synchronizing the estrus using a combination of GnRH and PGF2 treatments.
yang dipelihara oleh petani-peternak. Alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah aplikator CIDR, spoit injeksi, alkohol, kapas, jarum venoject,
holder, tabung sampel darah dan sampel plasma, centrifuge, dan seperangkat
peralatan analisa hormon progesteron dengan teknik radioimmunoassay (RIA).
Untuk perlakuan sinkronisasi berahi, hormon yang digunakan adalah controlled
internal drug release (CIDR), Gonadotropin releasing hormone (GnRH), dan
Prostaglandin F2α (PGF2α).
Rancangan
Ternak Sapi Perah; Sebanyak 20 ekor sapi perah yang telah diseleksi dan
digunakan dalam penelitian dibagi dalam 2 perlakuan sinkronisasi berahi dengan
9
menggunakan kombinasi GnRH dan PGF2α yakni 10 ekor ternak sapi perah
dengan pemberian CIDR dan 10 ekor ternak sapi perah tanpa pemberian CIDR.
Sinkronisasi Berahi; Pada hari pertama perlakuan sinkronisasi, seluruh
ternak sapi perah diinjeksi dengan hormon GnRH sebanyak 100 µg (fertirelin
acetate) (hari-0). Pada hari yang sama, 10 ekor ternak sapi perah tersebut
diberikan progesteron dalam bentuk CIDR secara intravaginal sebagai perlakuan,
sedangkan 10 ekor lainnya sebagai kontrol. Pada hari ke-7 sebanyak 27,5 µg
dinoprost hormon PGF2α disuntikkan kepada seluruh ternak Gambar 1 dan 2).
Perlakuan 1 Tanpa CIDR
Hari
Gambar 1. Sapi perah mendapatkan perlakuan hormon GnRH, PGF2α,(perlakuan 1).
Perlakuan 2. Dengan Penambahan CIDR
Hari
Gambar 2. Sapi Perah mendapatkan perlakuan hormon GnRH, PGF2α danpemasangan CIDR (perlakuan 2).
Deteksi Berahi
DeteksiBerahi
9a
10
Sampel Darah; Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke-0 (pada
saat injeksi GnRH) , hari ke-7 (pada saat injeksi PGF2α), dan pada hari ke-10
(pada saat diperkirakan munculnya berahi). Sampel darah dari seluruh ternak sapi
perah diambil dari vena jugularis kira-kira sebanyak 10 ml ke dalam tabung yang
mempunyai anti-koagulan. Dalam waktu 2 jam setelah pengambilan sampel darah,
sampel-sampel tersebut disentrifugasi dengan kecepatan 1500 x g untuk
memisahkan plasma darah. Plasma darah masing-masing sampel kemudian
dimasukkan ke dalam tabung plasma kemudian disimpan pada suhu -20ºC sampai
pelaksanaan analisa untuk mengetahui konsentrasi hormon progesteron dilakukan.
Analisa Hormon Progesteron; Analisa hormon progesteron dilakukan dengan
menggunakan teknik radioimmunoassay (RIA) dengan prosedur sebagai beriukut.
1. Semua bahan reaksi diequilibrasi pada temperatur kamar
2. Tabung dilabeli secara duplikat
3. Semua bahan reaksi dan sampel dicampur sebelum digunakan dan
dihindari terjadinya busa yang berlebihan
4. Sebanyak 50 ml masing-masing standar dipipet ke dalam tabung yang
telah dilabeli
5. Ke dalam seluruh tabung, kemudian dimasukkan 100 ml larutan tracer
6. Kemudian 100 ml anti serum dimasukkan kemudian ke dalam semua
tabung kecuali tabung T dan NSB
7. Masing-masing tabung kecuali T diaduk selama 2-5 detik. Kemudian
didiamkan tabung selama 2 jam dalam temperatur kamar (20-280C)
11
8. Tabung T ditempatkan pada rak terpisah. Botol yang mengandung
magnetic immunosorbent dikocok dan diaduk sampai tercampur.
Kemudian ditambahkan 500 ml ke masing-masing tabung kecuali
tabung T.
9. Seluruh tabung diaduk secara merata dan diamkan selama 15 menit pada
temperatur kamar.
10. Sentrufugasi; semua tabung disentrifugasi selama 15 menit pada 1500g
atau lebih kemudian supernatant diaspirasi.
11. Radioaktifitas semua tabung dihitung selama 60 detik.
12. Konsentrasi hormone progesterone dihitung berdasarkan persamaan di
bawah ini.
Bo/T%=100*(S1-NSB)/T
B/80%=100*(S2-b:M-NSB)/(S1-NSB)
Parameter Penelitian
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah:
1. Kondisi fisiologi reproduksi/aktivitas ovarium pada hari ke 0.
2. Konsetrasi Hornon progesteron pada hari ke 0 ke 7 dan ke 10 dengan dan
tanpa pemberian progesteron dengan menggunakan CIDR
12
Analisis Data
Profil Hormon progesteron hari ke 7 dan 10 ekor ternak pada masing-
masing perlakuan digambarkan dengan menggunakan program excel konsentrasi
masing-masing pada hari ke 7 dan 10 pada perlakuan dengan dan tanpa pemberian
progesteron akan dikategorikan ke dalam fase luteal atau fase folikel persentase
fase luteal pada hari ke 7 dan persentase fase folikel pada hari ke 10 masing-
masing perlakuan di bandingkan dengan menggunakan chi-square.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas Ovarium Sebelum Perlakuan Sinkronisasi Berahi
Pada penelitian ini pembagian ternak sapi dalam kelompok dengan dan
tanpa CIDR untuk tujuan sinkronisasi berahi dilakukan secara acak terhadap
aktivitas ovarium atau kondisi fisiologi reproduksi ternak sapi. Aktivitas ovarium
ternak sapi pada awal pelaksanaan sinkronisasi berahi yang digunakan dalam
penelitian ini ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Aktivitas Ovarium Ternak Sapi Perah pada Awal PelaksanaanSinkronisasi Berahi
Perlakuan JumlahTernak
Fase Luteal(%)
Fase Folikel/Ovarium
Tidak Aktif (%)Nilai P
CIDR 10 70 30 < 0,01
Tanpa CIDR 10 50 50 1.000
Jumlah 20 60 40 0,046
Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa pada perlakuan
dengan menggunakan CIDR, terdapat 70% ternak sapi dengan fase luteal pada
awal sinkronisasi berahi dilakukan yang ditandai dengan tingginya konsentrasi
hormon progesteron (≥1 ng/ml). Sedangkan selebihnya 30% adalah kemungkinan
fase folikel atau ovarium tidak aktif yang ditandai dengan rendahnya (konsentrasi
hormon progesteron (≤1 ng/ml). Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa
kondisi ternak pada fase luteal pada perlakuan CIDR lebih tinggi (P<0,01)
dibandingkan dengan fase folikel atau ovarium yang belum aktif. Hal ini dapat
14
terjadi karena dalam satu siklus berahi ternak sapi, fase luteal lebih panjang
dibandingkan dengan fase folikel (Bearden dan Fuquay, 1992). Dengan demikian,
memungkinkan persentase fase luteal lebih tinggi dibandingkan dengan fase
folikel pada ternak yang bersiklus. Pada perlakuan dengan tanpa pemberian
CIDR, perbandingan jumlah ternak baik dengan fase luteal dan fase folikel atau
ovarium yang belum aktif adalah relatif sama (Tabel 1). Hal ini mungkin
disebabkan oleh beberapa ternak yang tidak atau berhenti bersiklus, sehingga
perbandingan antara ternak dengan fase luteal dan fase folikel secara kebetulan
menjadi seimbang.
Dengan demikian, secara keseluruhan bahwa dari total 20 ekor ternak sapi
perah yang digunakan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 12 ekor
ternak sapi atau sebanyak 60% menunjukkan fase luteal (konsentrasi hormon
progesteron tinggi; ≥ ng/ml). Selebihnya 8 ekor ternak sapi perah atau 40% adalah
fase folikul atau ovarium yang belum menujukkan aktivitas. Hasil analisis Chi-
square dari kedua fase atau aktivitas ovarium tersebut menunjukkan perbedaan
yang nyata (P=0,046) (Tabel 1).
15
Respon Ovarium Dengan dan Tanpa Pemberian CIDR Pada PelaksanaanSinkronisasi Berahi pada Ternak Sapi Perah
Pada penelitian ini, respon ovarium ternak-ternak sapi perah berdasarkan
konsentrasi hormon progesteron yang tinggi pada hari ke-7 pelaksanaan
sinkronisasi berahi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Respon Ovarium pada Hari ke-7 Ternak Sapi Perah Dengan danTanpa Pemberian Progesteron Pada Perlakuan SinkronisasiBerahi
Perlakuan JumlahTernak Fase Luteal Persentase
(%) Nilai P
CIDR 10 10 100= 0,021
Tanpa CIDR 10 7 70
Jumlah 20 17 85
Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa pada perlakuan
dengan pemberian CIDR pada pelaksanaan sinkronisasi berahi, seluruh ternak
sapi perah yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan konsentrasi hormon
progesteron yang tinggi pada hari ke-7. Sedangkan dengan tanpa pemberian CIDR
jumlah ternak yang menunjukkan konsentrasi hormon progesteron yang tinggi
pada hari ke-7 pelaksanaan sinkronisasi berahi tersebut, nyata lebih rendah
(P<0.05); yang hanya 70%. Hal ini memberi indikasi bahwa dengan pemberian
CIDR pada perlakuan sinkronisasi berahi dengan menggunakan kombinasi GnRH
dan PGF2α dapat lebih efektif. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Vargas dkk. (1994) bahwa pemakaian CIDR yang mengandung hormon
progesteron efektif dilakukan untuk proses sinkronisasi siklus estrus pada sapi
perah. Selain itu, kombinasi penggunaan CIDR dengan penyuntikan hormon
16
prostaglandin secara nyata dapat meningkatkan jumlah sapi yang standing pada
saat estrus. Pemberian hCG pada proses superovulasi dengan FSH dilaporkan
dapat menghasilkan lebih banyak embrio layak transfer walaupun tidak berbeda
secara nyata dan kontrol (Armstrong, 1993).
Pada pelaksanaan penelitian ini 3 dari 10 ekor ternak sapi perah dengan
tanpa pemberian CIDR menunjukkan tanda–tanda berahi sebelum penyuntikan
PGF2α (Hari ke-7). Ini dapat berarti bahwa dengan pemberian CIDR pada
pelaksanaan sinkronisasi berahi dengan menggunakan kombinasi GnRH dan
PGF2α mencegah terjadinya berahi dini sebelum sebelum penyuntikan PGF2α.
Hasil penelitian Martinez dkk. (2002) menunjukkan bahwa pemberian
intravaginal progesterone (CIDR) dalam sinkronisasi berahi yang menggunakan
GnRH diawal perlakuan mencegah terjadinya berahi dini dan bahkan
meningkatkan angka kebuntingan pada sapi potong dara. Dengan tanpa pemberian
CIDR atau progesteron, beberapa peneliti telah menunjukkan bahwa berahi dini
akan terjadi dan dideteksi sekitar 5 – 11.8%, dimana terjadi antara injeksi GnRH
pada awal perlakuan sinkronisasi dan injeksi PGF2α (Roy dkk., 1999; DeJarnette
dkk., 2001). Sebagai tambahan terhadap munculnya berahi dini pada perlakuan
sinkronisasi dengan tanpa menggunakan CIDR atau progesteron, adalah tidak
sempurnanya regresi luteal pada saat penyuntikan PGF2α yang juga dapat
menyebabkan gagalnya konsepsi (Burke dkk., 1996).
Dengan demikian, dari 20 ekor ternak sapi perah secara keseluruhan yang
disinkronisasi berahinya, terdapat 17 atau 85% ternak tersebut dengan fase luteal
17
atau konsentrasi hormon progesteron yang tinggi pada hari ke-7 yang sekaligus
menunjukkan efektifitas pelaksanaan sinkronisasi berahi.
Tabel 3. Konsentrasi Hormon Progesteron Ternak Sapi Perah yang TinggiPada Hari Ke 7 dan Rendah Pada Hari Ke 10 Dengan dan TanpaPemberian Progesteron
Perlakuan JumlahTernak
Konsentrasi HormonProgesteron yang Tinggi
pada Hari Ke-7 danRendah pada Hari ke-10
Persentase (%)
CIDR 10 8 80**
Tanpa CIDR 10 4 40
Total 20 12 60**)Berbeda sangat nyata (P<0,01) dibanding tanpa CIDR
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada perlakuan yang tanpa pemberian
CIDR pada pelaksanaan sinkronisasi berahi, dari 10 ekor ternak sapi perah yang
digunakan hanya 4 ekor atau 40% saja yang konsentrasi hormon progesteronnya
tinggi pada hari ke-7 dan rendah pada hari ke-10. Sedangkan pada perlakuan
dengan pemberian CIDR pada pelaksanaan sinkronisasi berahi, ternak-ternak sapi
perah dengan konsentrasi progesteron yang tinggi pada hari ke-7 dan rendah pada
hari ke-10 adalah sebanyak 80% atau sangat nyata lebih tinggi (P<0,01)
dibandingkan dengan tanpa pemberian CIDR (Tabel 3). Ini berarti bahwa
pemberian CIDR pada pelaksanaan sinkronisasi berahi yang menggunakan
kombinasi GnRH dan PGF2α sangat nyata lebih efektif dibandingkan dengan
tanpa pemberian CIDR.
18
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian progesteron dalam bentuk CIDR sangat efektif dalam
mensinkronkan munculnya berahi pada ternak sapi perah yang mendapat
perlakuan sinkronisasi GnRH dan PGF2.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh pada pelaksanaan penelitian ini
dan untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan sinkronisasi berahi yang
mengkombinasikan penggunaan hormon GnRH dan PGF2α serta untuk mencegah
munculnya berahi dini, maka disarankan untuk memberikan tambahan hormon
progesteron dalam bentuk CIDR. Lebih lanjut disarankan adanya penelitian
lanjutan untuk melihat angka konsepsi dengan dan tanpa pemberian CIDR pada
perlakuan sinkronisasi berahi yang menggunakan kombinasi hormon GnRH dan
PGF2α.
19
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, A. dan Ramdja, M. 1986. Fisio Patologi Ovarium Sapi Dan AktivitasHormonalnya. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.
Anonim, 2011a. Teknik Sinkronisasi Estrus Pada Sapi. http//.dokterhewanku.comAnonim, 201 1”. Gejala-gejala berahi sapi perah. http//.akhirman.com
Bearden, H.J. and J.W. Fuquay. 1992. Applied Animal Reproduction. ThirdEdition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey 07632.
Burke, J.M, R.L. De La Sota, C.A. Risco CA, C.R. Staples, E.J.P. Schmitt, W.W.Thatcher. 1996. Evaluation of timed insemination using a gonadotropin-releasing hormone agonist in lactating dairy cows. J. Dairy Sci., 79:1385–1393.
Chenault, J. R., D.D Kratser, R.A Rzepkowski, and M.C. Goodwin. 1990. LH andFSH response of Holstein Heifer To Fertirelin Acetate, Gonadrelin AndBuserin. Theriogenology.
DeJarnette, J.M., R.R. Salverson, C.E. Marshall. 2001. Incidence of prematureestrus in lactating cows and conception rates to standing estrus or fixed-time inseminations after synchronization using GnRH and PGF2α. Anim.Reprod. Sci., 67:27–35.
Djagra, I. B. 1989. Sapi Bali Betina Sebagai Tenaga Kerja. Buletin ISPI Bali No.1 ThnI.
Djajosoebagio, S. 1990. Fisiologi Kelenjar endokrin Volume II. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan. Dirjen. Dikti. Pusat Antar Universitas IlmuHayat, IPB.
Marawali, A. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Reproduksi Ternak. DepartemenPendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Tinggi Badan Kerja SamaPerguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur. Jakarta
Martinez M.F, J.P. Kastelic, G.P. Adams, B. Cook, W.O. Olson, R.J. Mapletoft.2002. The use of progestins in regimens for fixed-time artificialinsemination in beef cattle. Theriogenology, 57:1049–1059.
Pumo, P.P., 2008. Dampak Crossbreeding terhadap Reprociuksi IndukTurunannya:
Hasil Studi Klinis. Lokakarya Lustrum VIII Fak. Peternakan UGM, 8 Agustus2009
20
Salisbury, R.F. dan W.L. vandemark. 1985. Fisiologi reproduksi dan inseminasibuatan pada sapi. Edisi terjemahan oleh R. Djanuar. Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.
Solihati, N. 2005.PengaruhMetodePemberian PGF2a Dalam Sinkronisasi EstrusTerhadap angka Kebuntingan Sapi Perah Anestrus. Fakultas Peternakan.Universitas Padjajaran.
Roy, G.L., and H. Twagiramungu. 1999. Time interval between GnRH andprostaglandin injections influences the precision of estrus in synchronizedcattle. Theriogenology, 51:413 [abstract].
21
LAMPIRAN-LAMPIRAN
22
Lampiran 1. Konsentrasi Hormon Progesteron pada Perlakuan Sinkronisasi yangBerbeda
Perlakuan NoTernak
Konsentrasi Hormon Progesteron(ng/ml) Hari ke- Keterangan
R = Konsentrasi hormon progesteron rendahT = Konsentrasi hormon progesteron tinggi
23
Lampiran 2. Profil Hormon Progesteron pada Perlakuan Sinkronisasi yang Berbeda
Perlakuan Profil Jumlah TR
Tanpa CIDR
RRR 1
40/10(40%)
RRT 1RTR 1RTT 1TTR 3TRT 2TRR 1
Dengan CIDR
RRR 2
80/10(80%)
RRT 0RTR 3RTT 0TTR 5TRT 0
Keterangan:
R = Konsentrasi hormon progesteron rendahT = Konsentrasi hormon progesteron tinggi
24
Lampiran 3. Hasil perhitungan Chi-square
Chi-Square Test
Test Statistics
Perlakuan
Chi-Square 4.000a
df 1Asymp. Sig. .046Monte CarloSig.
Sig. .060b
99% ConfidenceInterval
Lower Bound .054Upper Bound .066
a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cellfrequency is 50.0.b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 299883525.
a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cellfrequency is 85.0.b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 926214481.
Frequencies
Treatment
Observed N Expected N Residual
Tanpa CIDR 70 85.0 -15.0Dengan CIDR 100 85.0 15.0Total 170
a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cellfrequency is 60.0.b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 1314643744.
Frequencies
Treatment
Observed N Expected N Residual
Tanpa CIDR 40 60.0 -20.0Dengan CIDR 80 60.0 20.0Total 120
a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cellfrequency is 50.0.b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 624387341.
Frequencies
Treatment
Observed N Expected N Residual
Tanpa CIDR 70 50.0 20.0Dengan CIDR 30 50.0 -20.0Total 100
a. 0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cellfrequency is 50.0.b. Based on 10000 sampled tables with starting seed 334431365.
Frequencies
Treatment
Observed N Expected N Residual
Tanpa CIDR 50 50.0 .0Dengan CIDR 50 50.0 .0Total 100
29
RIWAYAT HIDUP
Andi Rezki Masfirah Putri. Lahir di Makassar pada
Tanggal 31Mei 1990. Penulis adalah anak kelima dari
enam bersaudara dari pasangan H.A.Muh Djufri dan
Hj. Ratnah pendidikan yang ditempuh penulis
adalah tahun 1996 Sekolah Dasar Negeri Impres
Kampus Unhas, tamat pada tahun 2001.
Melanjutkan pendidikan di Sekolah SMP Negeri 30 Makassar. Kemudian
melanjutkan pendidikan di Sekolah Madrasah Aliyah Negri 3 Makassar. Pada tahun
2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan Jurusan Produksi
Ternak Universitas Hasanuddin melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri