ix SKRIPSI AKBARUDDIN SALIM STUDI PENGGUNAAN ACE- inhibitor pada PASIEN CKD (Chronic Kidney Disease) dengan HIPERTENSI (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSU Dr. Saiful Anwar Malang) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014
23
Embed
SKRIPSI - core.ac.uk · adalah peningkatan konsentrasi bradikinin (Sica, 20005). ACE- inhibitors juga menghambat perusakan bradikinin, yang merupakan stimulator pelepasan nitric oxide,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ix
SKRIPSI
AKBARUDDIN SALIM
STUDI PENGGUNAAN ACE- inhibitor pada PASIEN
CKD (Chronic Kidney Disease) dengan HIPERTENSI
(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSU
Dr. Saiful Anwar Malang)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
x
SKRIPSI
AKBARUDDIN SALIM
STUDI PENGGUNAAN ACE- inhibitor pada PASIEN
CKD (Chronic Kidney Disease) dengan HIPERTENSI
(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSU
Dr. Saiful Anwar Malang)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
xi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia dan kasih sayang
kepada hamba- Nya, karena hanya dengan pertolongan- Nya skripsi yang berjudul “ Studi
Penggunaan ACE- inhibitors pada Pasien CKD (Chronic Kidney Disease) dengan
Hipertensi (Penelitian dilakukan di Instalasi rawat Inap (IRNA) Rumah Sakit dr. Saiful
Anwar Malang)” dapat terselesaikan tepat waktu dan dengan sebaik- baiknya.
Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu dosen serta
rekan- rekan semua yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Terimakasih saya ucapkan kepada :
1. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep, M.Kep., Sp. Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Direktur Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang.
3. Ibu Sunarti dan Ibu Yun yang telah membantu kelancaran penelitian di RSSA
Malang.
4. Bapak Drs. Achmad Inoni, Apt selaku staf ahli farmasi yang telah memberikan
pengarahan dan motivasi kepada setiap mahasiswa.
5. Bapak Drs. Didik Hasmono, MS., Apt selaku pembimbing I, yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberi semangat kepada penulis
selama mengikuti pendidikan di Program Studi Farmasi di Universitas
Muhammadiyah Malang sampai terselesaikannya tugas akhir ini.
6. Ibu Dra. Lilik Yusetyani selaku pembimbing II yang telah memberikan ide serta
masukan juga wawasan beliau kepada penulis hingga tugas akhir ini selesai tepat
waktu.
7. Ibu Dra. Uswatun Chasanah, Apt., M. Kes dan ibu Naylis Syifa, S. Farm., M. Sc., Apt
selaku penguji yang dengan sabar telah memberikan masukan dan saran demi
penyelesaian tugas akhir ini, untuk ibu Naylis Syifa, S. Farm., M. Sc., Apt dengan
jiwa besarnya dengan rela meluangkan waktu untuk hadir pada sidang skripsi meski
cukup mendadak pemberitahuannya dikarenakan penguji sebelumnya berhalangan
hadir.
xii
8. Seluruh dosen, laboran, dan staf tata usaha Program Studi Farmasi Universitas
Muhammadiyah Malang yang telah memberikan dedikasinya kepada penulis.
9. Keluarga tercinta Bapakku Djumari Ibunda Sarmianti yang tiada henti memberikan
semangat dan senantiasa mendoakan putra- putranya untuk selalu diberi kelancaran
dalam setiap apa yang ingin dicapainya.
10. Kakakku Ahmad Bustomi yang selalu memberikan nasehat dan motivasi dan juga
telah membiayai pendidikan penulis hingga sampai sejauh ini Rekan- rekan farmasi
angkatan 2009, 2010 yang telah berjuang bersama dengan penulis di program studi
farmasi hingga titik akhir studi.
11. Rekan seperjuangan skripsi di bidang klinik Fanji, Fitri, Indri, Isti dan rekan lain yang
tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah berbagi suka dan duka dalam penulisan
skripsi ini.
12. Rekan- rekan farmasi angkatan 2009, 2010 yang telah berjuang bersama dengan
penulis di program studi farmasi hingga titik akhir studi.
Akhir kata, penulis memohon maaf atas ketidaksempurnaan penulisan skripsi ini dan
dengan senang hati mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
farmasi klinik bagi penulis maupun pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb
Malang, April 2014
Akbaruddin Salim
xiii
RINGKASAN
Peningkatan kejadian CKD (Chronic Kidney Disease) adalah merupakan epidemik
global yang menghabiskan biaya pengobatan yang besar, kecacatan dan kematian.
Ironisnya sebagian besar penderita CKD di Indonesia belum mampu mendapatkan
perawatan yang layak akibat keterbatasan biaya. Penyebab CKD sendiri beragam, dua
penyebab utama CKD adalah diabetes dan tekanan darah tinggi, yang menyebabkan
hingga dua-pertiga dari keseluruhan kasus CKD. Diabetes terjadi ketika gula darah Anda
terlalu tinggi, menyebabkan kerusakan pada banyak organ dalam tubuh termasuk ginjal
dan jantung, serta pembuluh darah, syaraf dan mata. Tekanan darah tinggi atau hipertensi,
terjadi ketika tekanan dinding pembuluh darah meningkat. Jika tidak dikontrol, atau
kurang terkontrol, tekanan darah tinggi bisa menjadi penyebab utama serangan jantung,
stroke dan penyakit ginjal kronis. Dan juga sebaliknya, penyakit ginjal kronis (CKD)
dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal adalah
glomerulonefritis, penyakit yang menyebabkan peradangan dan kerusakan pada unit
penyaringan ginjal. Gangguan ini adalah jenis yang paling umum ketiga penyakit ginjal.
Penyakit warisan, seperti penyakit ginjal polikistik, yang menyebabkan kista besar
terbentuk dalam ginjal dan merusak jaringan di sekitarnya (NKF, 2013).
Seseorang dikatakan menderita CKD ketika nilai data laboratorium ureum serta
kreatinin melebihi batas normal, ureum dan kreatinin adalah penanda utama terjadinya
penurunan fungsi ginjal. Tujuan terapi pasien CKD identifikasi dan koreksi kondisi yang
mendasari CKD. Salah satu yang mendasarinya adalah tekanan darah tinggi (hipertensi).
Renin angiotensin aldosteron system (RAAS) adalah jalur utama yang mengatur
volume, retensi garam dan air (Parker et al, 2008). Golongan ACE- inhibitors digunakan
pertama kali sebagai terapi hipertensi yang mana menunjukkan penurunan tekanan darah.
ACE- inhibitors sebagai antagonis RAAS dan menyeimbangkan vasodilatasi arteri dan
aldosteron (RAAS) dengan cara menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin
II, menimbulkan vasodilatasi dengan membatasi vasokontriksi yang diinduksi
angiotensin II. ACE- inhibitors juga menurunkan sekresi aldosteron yang dapat
menyebabkan remodeling ventrikel, fibrous miokard, apoptosis miosit, cardiac
hyperthrophy, pengeluaran norepinephrine (NE), vasokontriksi dan retensi air dan
natrium (Schwinghsmmer, 2009).
ACE- inhibitors menurunkan kadar angiotensin II hanya pada beberapa minggu
pemberian, sehingga terdapat mekanisme lain yang menjaga tekanan darah, salah satunya
adalah peningkatan konsentrasi bradikinin (Sica, 20005). ACE- inhibitors juga
menghambat perusakan bradikinin, yang merupakan stimulator pelepasan nitric oxide,
maka pelepasan nitric oxide juga akan semakin besar. Senyawa ini menghambat produksi
angiotensin II dan endotel-1 oleh endothelial. Peningkatan bioavailabilitas dari nitric
oxyde juga menghambat fungsi agregasi platelet (Spieker & Luscher, 2005).
Obat- obat golongan ACE- inhibitors terdiri dari benazepril, captopril, enalapril,
perindopril, quinapril, ramipril dan trandolapril. Captopril dan Lisinopril adalah senyawa
aktif obat, sedangkan enalapril dan ramipril adalah prodrug, yang akan berubah menjadi
senyawa aktif bila mengalami metabolisme di hati (Sweetman, 2007).
Captoril adalah golongan ACE- inhibitors yang sering digunakan dalam terapi
hipertensi karena captopril dapat mencapai konsentrasi plasma puncak setelah 1 jam
pemberian. Sedangkan ramipril membutuhkan 2 sampai 4 jam untuk mencapai puncak
xiv
dalam plasma (Pilote et al, 2008). Secara khusus, captopril menghambat pembentukan
angiotensin II dari angiotensin I dan mencegah perusakan bradikinin, dengan adanya
aktifitas tersebut captopril menurunkan tekanan arteri sistemik, menurunkan tekanan
vaskular dan tekanan pengisian jantung serta meningkatkan cardiac output. Selain itu
aktivitas captopril dalam menurunkan angiotensin II dapat mencegah
myocarditis.Penurunan myocardiris ini ditunjukkan dengan menurunnya hipertropi
jantung dan penurunan kejadian dan keparahan inflamasi dan fibrosis jantung (Bahk et al,
2008).
Efek samping dari obat- obatan ACE- inhibitors adalah hipotensi, pusing, lelah, sakit
kepala, mual serta batuk kering (Sweetman, 2007). Namun menurut Hamilton & Hui
(2006), tidak selalu menganggap batuk kering yang terjadi pada pasien yang menerima
captopril adalah akibat dari peningkatan bradikinin oleh ACE- inhibitor, karena
peningkatan keparahan batuk juga menunjukkan perburukan kondisi gagal jantung,
sehingga perlu adanya pengamatan yang teliti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati tentang pola penggunaan obat dan profil
penggunaan ACE- inhibitors pada pasien CKD dengan hipertensi yang di rawat inap di
Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Peneelitian ini dilakukan dengan metode
observasional retrospektif dengan mengolah dan menjelaskan data dari data rekam medik
kesehatan (RMK) pasien CKD yang rawat inap pada periode Januari- Desember 2012.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan 23 dari 51 pasien menerima terapi ACE-
inhibitor. Dibandingkan laki- laki, perempuan lebih banyak mengalami CKD. Banyaknya
pasien perempuan yang mengalami CKD terkait dengan perbedaan faktor resiko antara
laki- laki dan perempuan.
Usia juga menjadi faktor resiko terjadinya CKD akibat hipertensi yang berhubungan
dengan kemampuan jantung, peningkatan massa ventrikel kiri dan ketidakteraturan
kontraksi ventrikel kiri. Penelitian dari Rosen et al (2009) menunjukkan usia dan
hipertropi ventrikel kiri berpengaruh pada kondisi kontraksi miokard sebelum serangan
disfungsi ventrikel kiri muncul. Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSSA Malang,
penderita CKD lebih banyak dari pasien yang berusia 41- 50 tahun.
Lebih lanjut dari hasil penelitian di RSSA Malang adalah bahwa ACE- inhibitor
yang digunakan adalah captopril, lisinopril dan ramipril. Diantara ketiganya yang paling
banyak digunakan adalah captopril. Dosis untuk captopril yang sering digunakan adalah
sebesar 25 mg dengan frekuensi (2x1). Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) adalah
sebesar 62% mengalami perbaikan, 29% kondisinya tetap, serta 9% pulang dalam
kondisi meninggal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dosis ACE- inhibitor yakni captopril yang
paling banyak digunakan adalah 25mg dengan frekuensi (2x1). Obat antihipertensi secara
keseluruhan yang digunakan dalam terapi CKD adalah ACE- inhibitor, diuretik,
angiotensin reseptor blocker, beta- blocker, vasodilator nitrat. Perlu adanya peran
farmasis untuk memberikan asuhan kedarmasian kepada pasien dan interaksi langsung
dengan klinisi di ruangan agar didapat gambaran kondisi pasien yang lebih jelas serta
permasalahan- permasalahn terkait obat, sehingga nantinya bisa didapatkan terapi yang
sesuai dengan kondisi pasien yang bersangkutan.
xv
ABSTRAK
Studi Penggunaan ACE- inhibitor pada Pasien CKD (Chronic Kidney
Disease) dengan Hipertensi (Penelitian di lakukan di Instalasi Rawat Inap (IRNA) Rumah Sakit Dr. Saiful
Anwar Malang)
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. Penyebab utamanya adalah diabetes dan hipertensi. Terapi
hipertensi termasuk penggunaan ACE- inhibitor ACE- inhibitor adalah golongan obat
anti hipertensi yang bekerja dengan cara menghambat konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II, menimbulkan vasodilatasi dengan membatasi vasokontriksi yang
diinduksi angiotensin II. ACE- inhibitor juga menurunkan sekresi aldosteron. Efek- efek
yang dapt diminimalisir oleh ACE- inhibitors adalah menurunkan remodeling ventrikel,
fibrosis miokard, apoptosis miosit, cardiac hypertrophy, pengeluaran norephineprine (NE), vasokontriksi dan retensi air dan natrium. Vasodilator endogen bradikinin juga
meningkat dengan adanya ACE- inhibitor.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pola penggunaan obat pada
pasien CKD dan profil penggunaannya di Instalasi Rawat Inap (IRNA) Rumah Sakit dr.
Saiful Anwar Malang. Metode yang digunakan adalah observasional retrospektif. Dengan
penyajian data secara deskriptif dari data RMK pasien CKD rawat inap pada periode
Januari- Desember 2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ACE inhibitor yang digunakan adalah
bervariasi untuk dosis dan frekuensinya. Dosis dan frekuensi pemberian golongan ACE-