76
BAB 1PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahPengetahuan dan sikap orangtua dalam
memberikan pola asuh terhadap anaknya merupakan hal yang sangat
penting karena anak-anak inilah yang nantinya merupakan calon-calon
generasi muda. Pola asuh yang diberikan pada anak ini merupakan
salah satu cara orangtua untuk menjalankan peranan yang penting
bagi perkembangan anak selanjutnya, dengan memberikan bimbingan dan
pengalaman serta memberikan pengawasan agar anak dapat menghadapi
kehidupan yang akan datang dengan sukses sehingga anak akan belajar
dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial dalam hubungan dan
interaksi dengan kelompok (Iswantini, 2002 : 55). Pemberian pola
asuh terhadap anak, orangtua harus memperhatikan tahap-tahap
pencapaian tumbuh kembang anak agar pola asuh yang diberikan sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan yang sedang anak alami terutama
pada anak usia sekolah yang dimulai sejak usia 6-12 tahun yang
merupakan masa peralihan antara masa pra sekolah dan masa remaja
(Wong et al, 2009; dalam Budiyanti, 2011). Pertumbuhan merupakan
bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh tubuh yang secara
kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui
tumbuh kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000; dalam Aziz
Alimul Hidayat, 2009 : 49). Untuk mencapai tumbuh kembang anak yang
sehat dan bebas penyakit dalam hal ini penting bagi para orangtua
untuk melatih dan membiasakan anak terutama dimulai dari lingkungan
keluarga misalnya: memberikan gizi yang baik, olahraga, tidak
menonton TV terlalu lama, mengurangi asupan lemak, mengurangi
makanan panggang dan gorengan, membiasakan anak untuk sarapan pagi,
menghidangkan sayuran yang kaya kalsium, memanfaatkan protein
nabati, dan tidak mengonsumsi makanan bersodium (Gerard Masterson,
2006 : 76).Indonesia sedang dihadapkan dengan fenomena gizi lebih
atau obesitas. Berbagai data yang ada menunjukkan kecendrungan
prevalensi obesitas yang terus meningkat setiap tahunnya baik di
negara maju maupun di negara berkembang khususnya obesitas yang
terjadi pada anak usia sekolah (WHO, 2000; dalam Budiyanti, 2011).
Prevalensi obesitas pada anak-anak usia 6-14 tahun mencapai 9,5%
untuk pria, sedangkan perempuan mencapai 6,4%. Kondisi meningkat
dari tahun 1990-an yang berkisar 4% (Kementrian Kesehatan, 2007;
dalam Riskesdas, 2007). Secara Nasional masalah kegemukkan pada
umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu 9,2% atau masih di atas 5,0%.
Prevalensi kegemukkan pada anak laki-laki umur 6-12 tahun lebih
tinggi dari prevalensi pada anak perempuan yaitu berturut-turut
sebesar 10,7% dan 7,7%. Berdasarkan tempat tinggal prevalensi
kegemukkan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan prevalensi
di pedesaan yaitu berturut-turut sebesar 10,4% dan 8,1% (Riskesdas,
2010)Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan kelebihan
lemak di dalam tubuh yang berlebihan pada seseorang (Wilkinson,
2008; dalam Soetjiningsih, 1995). Obesitas mulai menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas
sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah
merupakan suatu masalah kesehatan yang harus segera ditangani (WHO,
2000). Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Budiyanti, 2011)
menunjukkan peningkatan angka prevalensi obesitas pada anak di
Indonesia telah mencapai 11%. Tingginya prevalensi obesitas pada
anak usia sekolah yang semakin meningkat dari tahun ke tahun di
beberapa kota besar di Indonesia mempunyai dampak yang tidak baik
terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak. Dalam penggunaan
standar antropometri pada pengukuran berat badan, tinggi badan dan
status gizi anak usia sekolah menggunakan Indeks Masa Tubuh menurut
umur (WHO, 2005; dalam Budiyanti, 2011).Berdasarkan data yang
diperoleh maka peneliti tertarik untuk mengetahui pola asuh orang
tua dalam memberikan nutrisi dan memantau aktivitas sehari-hari
khususnya pada anak usia sekolah yang berpengaruh terhadap proses
tumbuh kembang dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah. Dengan
demikian peran orangtua untuk memahami permasalahan-permasalahan
yang muncul pada anak usia sekolah dapat meminimalkan kemunculan
dan dampak permasalahan yang terjadi serta mampu memberikan upaya
bantuan yang tepat demi tercapainya kesehatan dan tumbuh kembang
anak yang lebih baik.B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar
belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu
Hubungan pola asuh orang tua terhadap tumbuh kembang anak dan
kejadian obesitas pada anak usia sekolah di Sekolah Dasar Swasta
Bruder Melati Pontianak.C. Tujuan PenelitianTujuan yang dapat
diharapkan dalam penelitian ini adalah:1. Tujuan UmumUntuk
mengetahui apakah ada atau tidak hubungan pola asuh orang tua
terhadap tumbuh kembang anak dan kejadian obesitas pada anak usia
sekolah.2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui data frekuensi jumlah
pola asuh orangtua, tumbuh kembang anak, obesitas anak, jumlah IMT
ayah dan ibu, faktor penggunaan kalori yang kurang, gaya hidup, dan
status ekonomi.b. Untuk menganalisis hubungan pola asuh orang tua
terhadap tumbuh kembang anak usia sekolah.c. Untuk menganalisis
hubungan pola asuh orang tua terhadap kejadian obesitas pada anak
usia sekolah.d. Untuk menganalisis pengaruh hubungan faktor
herediter, penggunaan kalori, gaya hidup dan status ekonomi
terhadap kejadian obesitas pada anak usia sekolah.D. Manfaat
Penelitian1. Manfaat untuk respondenMembantu responden untuk
mengetahui ada atau tidak hubungan pola asuh orangtua terhadap
tumbuh kembang dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah,
sehingga responden dapat mengurangi dan menghindari faktor
terjadinya obesitas tersebut.2. Manfaat untuk orangtuaOrang tua
dapat mengetahui pola asuh yang baik dan tepat untuk tumbuh kembang
anak yang optimal sehingga dapat menghindari kejadian obesitas pada
anak.3. Manfaat bagi Sekolah Dasar yang terkaitDapat dijadikan
sumber pengetahuan tentang pola asuh orangtua terhadap tumbuh
kembang anak dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah sehingga
sekolah dapat membuat program untuk mengurangi faktor yang
menyebabkan obesitas pada anak usia sekolah. Misalnya dengan
menambah jumlah jam olahraga di sekolah dan menyediakan kantin
dengan menu yang sehat.4. Manfaat bagi Dinas KesehatanHasil
penelitian dapat digunakan sebagai tolak ukur/ indikator
keberhasilan pembangunan gizi dan dapat digunakan sebagai data awal
untuk menentukan atau menyusun program terkait dengan pentingnya
sosialisasi pengetahuan tentang pola asuh kepada orang tua terhadap
tumbuh kembang dan kejadian obesitas pada anak.5. Manfaat untuk
pelayanan keperawatanHasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pedoman untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada orangtua,
keluarga, sekolah tentang pentingnya pemberian pola asuh orangtua
yang tepat sehingga tercapainya tumbuh kembang yang optimal dan
terhindar dari obesitas pada anak.6. Manfaat untuk perkembangan
ilmu keperawatanHasil penelitian ini dapat digunakan oleh perawat
anak untuk ikut berpartisipasi dalam upaya melakukan pencegahan
terhadap kejadian obesitas pada anak dan dapat memberikan
intervensi pada anak dengan obesitas, sehingga tercapailah tumbuh
kembang anak yang optimal.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori1. Tinjauan umum tentang pola asuh orangtuaa.
Pengertian pola asuhPola asuh menurut Dagun (Yuwanto, 2002 : 54)
adalah cara atau teknik yang dipakai oleh orangtua di dalam
mendidik dan membimbing anak-anaknya agar kelak menjadi orangtua
yang berguna dan sesuai dengan yang diharapkan.Pola asuh menurut
Suardiman (Iswantini, 2002 : 55) mengatakan pola asuh adalah suatu
cara orangtua menjalankan peranan yang penting bagi perkembangan
anak selanjutnya, dengan memberi bimbingan dan pengamalan serta
memberikan pengawasan agar anak dapat menghadapi kehidupan yang
akan datang dengan sukses, sebab di dalam keluarga yang merupakan
kelompok sosial dalam kehidupan individu, anak akan belajar dan
menyatakan dirinya sebagai manusia sosial dalam hubungan dan
interaksi dengan kelompok.Dari kedua pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pola asuh orangtua adalah cara yang dipakai
orangtua dalam mendidik dan memberi bimbingan dan pengalaman serta
memberikan pengawasan kepada anak-anaknya agar kelak menjadi orang
yang berguna, serta memenuhi kebutuhan fisik dan psikis yang akan
menjadi faktor penentu bagi remaja dalam menginterpretasikan,
menilai dan mendeskripsikan kemudian memberikan tanggapan dan
menentukan sikap maupun berperilaku.b. Bentuk Pola Asuh Menurut
Wong (2008 : 59), pola asuh terbagi menjadi 3 yaitu :1) Pola Asuh
Otoriter atau DiktatorDimana orang tua mencoba untuk mengontrol
perilaku dan sikap anak melalui perintah yang tidak boleh di
bantah. Mereka menetapkan aturan dan regulasi atau standar perilaku
yang dituntut untuk diikuti secara kaku dan tidak boleh
dipertanyakan. Mereka menilai dan memberi penghargaan atau
kepatuhan absolute, sikap mematuhi kata kata mereka, dan
menghormati prinsip dan kepercayaan keluarga tanpa kegagalan.
Mereka menghukum secara paksa setiap perilaku yang berlawan dengan
standar orang tua. Otoritas orang tua dilakukan dengan penjelasan
yang sedikit dan keterlibatan anak yang sedikit dalam mengambil
keputusan. Hukuman tidak selalu berupa hukuman fisik tetapi mungkin
berupa penarikan diri dari rasa cinta dan pengakuan. Latihan yang
hati hati sering kali mengakibatkan perilaku menurut secara kaku
pada anak, yang cenderung untuk menjadi sensitif, pemalu, menyadari
diri sendiri, cepat lelah, dan tunduk. Mereka cenderung menjadi
sopan, setia, jujur, dan dapat diandalkan tetapi mudah dikontrol.
Perilaku perilaku ini lebih khas terlihat ketika penggunaan
kekuasaan diktator orang tua disertai dengan supervise ketat dan
tingkat kasih sayang yang masuk akal. Jika tidak, penggunaan
kekuasaan diktator lebih cenderung untuk dihubungkan dengan
perilaku menentang dan antisosial.2) Pola asuh permisif atau
Laissez fairPola asuh permisif adalah pola asuh dimana orang tua
memiliki sedikit kontrol atau tidak sama sekali atas tindakan anak
anak mereka. Orang tua yang dimaksud baik ini kadang kadang bingung
antara sikap permisif dan pemberian izin. Mereka menghindari untuk
memaksa standar perilaku mereka dan mengizinkan anak mereka untuk
mengatur aktivitas mereka sendiri sebanyak mungkin. Orang tua ini
menganggap diri mereka sendiri sebagai sumber untuk anak, bukan
merupakan model peran. Jika memang peraturan memang ada, orang tua
menjelaskan alasan yang mendasarinya, mendukung pendapat anak, dan
berkonsultasi dengan mereka dalam proses pembuatan keputusan.
Mereka memberlakukan kebebasan dalam bertindak, disiplin yang
inkonsisten, tidak menetapkan batasan batasan yang masuk akal, dan
tidak mencegah anak yang merusak rutinitas di rumah. Orang tua
jarang menghukum anak, karena sebagian besar perilaku dianggap
dapat diterima. Anak anak dari orang tua yang submisif sering kali
tidak mematuhi, tidak menghormati, tidak bertanggung jawab, dan
secara umum tidak mematuhi kekuasaan.3) Pola asuh otoritatif atau
demokratikPola asuh otoritatif adalah pola asuh orang tua
mengkobinasikan praktik mengasuh anak dari dua gaya yang ekstrem.
Mereka mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan alasan
peraturan dan secara negatif menguatkan penyimpangan. Mereka
menghormati individualitas dari setiap anak dan mengizinkan mereka
untuk menyuarakan keberatannya terhadap standar atau peraturan
keluarga. Kontrol orang tua kuat dan konsisten tetapi disertai
dengan dukungan, pengertian, dan keamanan. Kontrol difokuskan pada
masalah, tidak pada penarikan rasa cinta atau takut pada hukuman.
Orang tua ini membantu pengarahan diri pribadi, suatu kesadaran
mengatur perilaku berdasarkan perasaan bersalah atau malu untuk
melakukan hal yang salah, bukan karena takut tertangkap atau takut
dihukum. Standar realitis orang tua dan harapan yang masuk akal
menghasilkan anak dengan harga diri tinggi, dan sangat interaktif
dengan anak lain.c. Dampak/ pengaruh pola asuh orangtua terhadap
anak (Ary, 2009 : 62) 1) Pengaruh Pola Asuh DemokratisMenghasilkan
karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri,
mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya, mampu menghadapi
stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan kooperatif
terhadap orang lain.2) Pengaruh Pola Asuh OtoriterMenghasilkan
karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak
berinisiatif, gemar menetang, suka melanggar norma-norma,
berkepribadian lemah, cemas dan terkesan menarik diri.3) Pengaruh
Pola Asuh PermisifMenghasilkan karakteristik anak-anak yang
impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang
sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri.d.
Tujuan Pengasuhan Pada dasarnya tujuan utama pengasuhan orang tua
adalah mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan
kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan
sejalan dengan tahapan perkembangannya dan mendorong peningkatan
kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang
diyakininya. Orang tua harus mempunyai rasa percaya diri yang besar
dalam menjalankan peran pengasuhan ini, terutama dalam pemahaman
tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, pemenuhan kebutuhan
makanan dan pemeliharaan kebersihan perseorangan, penggunanan alat
permainan sebagai stimulus pertumbuhan dan perkembangan serta
komunikasi efektif yang diperlukan dalam berinteraksi dengan anak
dan anggota keluarga lainnya, untuk dapat menjalankan peran
pengasuhan tersebut (Yupi Supartini, 2004).
e. Menurut Wrong (2011 : 68), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi peran pengasuhan adalah:1) Usia orang tua Tujuan
undang-undang perkawinan salah satunya adalah memungkinkan pasangan
untuk siap secara fisik maupun psikososial dalam mebentuk rumah
tangga dan menjadi orang tua. Usia antara 17 tahun untuk wanita dan
19 tahun untuk laki-laki mempunyai alasan kuat dalam kaitannya
dengan kesiapan menjadi orang tua. Walaupun demikian, rentang usia
tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan. Apabila
terlalu muda atau terlalu tua, mungkin tidak dapat menjalankan
peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan
psikososial.2) Keterlibatan AyahPendekatan mutakhir yang digunakan
dalam hubungan Ayah dan bayi baru lahir, sama pentingnya dengan
hubungan antara Ibu dan bayi sehingga dalam proses persalinan, Ibu
dianjurkan ditemani suami dan begitu bayi lahir, suami
diperbolehkan untuk menggendongnya langsung setelah Ibunya mendekap
dan menyusukkannya. Dengan demikian, kedekatan hubungan antara Ibu
dan anak sama pentingnya dengan Ayah dan anak walaupun secara
kodrati akan ada perbedaan, tetapi tidak mengurangi makna penting
hubungan tersebut. Pada beberapa Ayah yang tidak dapat terlibat
secara langsung pada saat bayi baru dilahirkan maka beberapa minggu
kemudian dapat melibatkan dalam perawatan bayi, seperti mengganti
popok, bermain, dan berinteraksi sebagai upaya untuk terlibat dalam
perawatan anak.3) Pendidikan Orang tuaBagaimanapun pendidikan dan
pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi
kesiapan mereka menjalankan peran pengasuhan. Menurut Wong (dalam
Yupi Supartini, 2004) mengemukakan beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran
pengasuhan adalah dengan terlibat aktif dalam setiap upaya
pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada
masalah anak, menjaga kesehatan anak dengan secara reguler
memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi, memberikan nutrisi
yang adekuat, memperhatikan keamanan dan melaksanakan praktik
pencegahan kecelakaan, selalu berupaya menyediakan waktu untuk
anak, dan menilai perkembangan fungsi keluarga dalam perawatan
anak.4) Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anakHasil riset
menunjukkan bahwa orangtua yang telah mempunyai pengalaman
sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan peran
pengasuhan dan lebih rileks. Selain itu, mereka akan lebih mampu
mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan anak yang
normal.5) Stress orang tuaStress yang dialami oleh Ayah dan Ibu
atau keduanya akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam
menjalankan peran pengasuhan, terutama dalam kaitannya dengan
strategi koping yang dimiliki dalam mengahadapi permasalahan anak.
Walaupun demikian, kondisi anak juga dapat menyebabkan stres pada
orang tua, misalnya anak dengan temperamen yang sulit atau anak
dengan masalah keterbelakangan mental.6) Hubungan suami
istriHubungan yang kurang harmonis antara suami dan istri akan
berdampak pada kemampuan mereka dalam menjalankan perannya sebagai
orang tua dan merawat serta mengasuh anak dengan penuh rasa bahagia
karena satu sama lain dapat memberi dukungan dan mengahadapi segala
masalah dengan koping yang positif.2. Tinjauan umum tentang masalah
Tumbuh Kembang anaka. Pengertian tumbuh kembangPertumbuhan
merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat ditukar, sedangkan perkembangan
merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat
dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Whalley danWong,
2000; dalam Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 49).Jenis pertumbuhan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pertumbuhan linear dan pertumbuhan
massa jaringan. Pertumbuhan linear menggambarkan status gizi yang
dihubungkan pada saat lampau. Bentuk dari ukuran linear adalah
ukuran yang berhubungan dengan panjang, misal panjang badan, tinggi
badan, lingkar badan, dan lingkar dada. Pertumbuhan massa jaringan
menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang.
Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh, misalnya berat
badan, lingkar lengan atas (LILA), dan tebal lemak bawah kulit
(Supariasa, 2001; dalam Chitra Septiarini, 2008 : 9).b. Kebutuhan
dasar anak untuk tumbuh dan berkembang digolongkan menjadi bagian
(Soetjiningsih, 2002 : 71) :1) Kebutuhan fisik biomedis (ASUH):a)
Pangan/ gizi merupakan terpentingb) Papan/ tempat tinggalc)
Sandang/ pakaian yang memadai2) Kebutuhan emosi/ kasih sayang
(ASIH): Syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras
baik fisik, mental, psikologi.3) Kebutuhan stimulasi mental (ASAH):
Mengembangkan perkembangan moral etika, kepribadian, perilaku.c.
Faktor pengaruh tumbuh kembang anak (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009 :
59)1) Faktor herediterFaktor herediter merupakan faktor yang dapat
diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak di
samping faktor lain. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan,
jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan
intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat
sensitivitas sel jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan
berhentinya pertumbuhan tulang.Pada pertumbuhan dan perkembangan
anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung
lebih cepat atau tinggi pertumbuhan tinggi badan dan berat badan
dibandingkan dengan anak perempuan dan akan bertahan sampai usia
tertentu mengingat anak perempuan akan mengalami pubertas lebih
dahulu dan kebanyakkan anak perempuan akan mengalami pertumbuhan
yang lebih tinggi dan besar ketika masa pubertas dan begitu juga
sebaliknya di saat anak laki-laki mencapai pubertas maka laki-laki
cenderung lebih besar.Kemudian pada ras atau suku bangsa juga
memiliki peran dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Hal
ini dapat dilihat pada suku bangsa tertentu memiliki kecendrungan
lebih besar atau tinggi seperti bangsa Asia cenderung lebih pendek
dan kecil dibandingkan dengan bangsa Eropa atau lainnya.2) Faktor
lingkunganFaktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan
penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah
dimiliki. Yang termasuk faktor lingkungan ini dapat meliputi :a)
Lingkungan PranatalMerupakan lingkungan dalam kandungan, mulai
konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil,
lingkungan mekanis seperti posisi janin dalam uterus, zat kimia
atau toxin seperti penggunaan obat-obatan, alkohol atau kebiasaan
merokok ibu hamil, hormonal seperti adanya hormon somatotropin,
plasenta, tiroid, insulin dan lain-lain yang berpengaruh pada
pertumbuhan janin. Hal ini dapat terlihat peran masing-masing
hormon seperti growth hormon (somatotropin) yang disekresikan
kelenjar hipofisis janin sekitar minggu kesembilan dan produksinya
meningkat pada minggu keduapuluh, hormon plasenta yang berperan
dalam fungsi nutrisi plasenta demikian juga pada hormon yang lain
seperti hormon tiroid, insulin, dan lain-lain. Faktor lingkungan
yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakkan pada
organ otak janin. Infeksi dalam kandungan juga akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bayi demikian juga stres yang dapat
mempengaruhi kegagalan tumbuh kembang. Faktor imunitas akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin sebab dapat
menyebabkan terjadinya abortus atau karena ikterus, selain itu juga
kekurangan oksigen pada janin juga akan mempengaruhi gangguan dalam
plasenta yang dapat menyebabkan bayi berat badan lahir rendah.
b) Lingkungan Postnatal(1) Budaya lingkunganBudaya lingkungan
dalam hal ini adalah masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam memahami atau mempersepsikan pola hidup
sehat. Hal ini dapat terlihat apabila kehidupan atau berperilaku
mengikuti budaya yang ada kemungkinan besar dapat menghambat dalam
aspek pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai contoh anak yang dalam
usia tumbuh kembang membutuhkan makanan yang bergizi karena
terdapat adat atau budaya tertentu terdapat makanan yang dilarang.
Pada masa tertentu padahal makanan tersebut dibutuhkan untuk
perbaikan gizi, maka tentu akan menganggu atau menghambat pada masa
tumbuh kembang. Seperti halnya budaya kehidupan kota akan berbeda
dengan kehidupan desa dalam pola kebiasaan sehingga kemungkinan
besar dapat mempengaruhi tumbuh kembang.(2) Status sosial
ekonomiStatus sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat anak dengan sosial
ekonomi tinggi, tentunya pemenuhan kebutuhan gizi sangat cukup baik
dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonominya rendah. Demikian
juga dengan status pendidikan keluarga, misalnya tingkat pendidikan
rendah akan sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan
mereka sering tidak mau atau tidak meyakini pentingnya pemenuhan
kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang
menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.(3)
NutrisiNutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan yang
menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selama masa
pertumbuhan, terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, air. Kebutuhan ini
sangat diperlukan pada masa-masa tersebut, apabila kebutuhan
tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan.(4) Iklim/ cuacaIklim atau cuaca ini
dapat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat
dilihat pada masa musim tertentu, kebutuhan gizi dapat mudah
diperoleh. Demikian juga terdapat musim tertentu pula terkadang
kesulitan mendapatkan makanan yang bergizi seperti saat musim
kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan sangat
kesulitan.
(5) Olahraga/ latihan fisik Olahraga atau latihan fisik dapat
memacu perkembangan anak, karena dapat meningkatkan sirkulasi darah
sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur. Selain itu
latihan juga meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan
pertumbuhan sel. Demikian juga dalam aspek sosial, anak dapat mudah
melakukan interaksi dengan temannya sesuai dengan jenis
olahraganya.(6) Posisi anak dalam keluargaPosisi anak dalam
keluarga dapat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Hal
ini dapat dilihat pada anak pertama atau tunggal, dalam aspek
perkembangan secara umum kemampuan intelektual lebih menonjol atau
cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa,
akan tetapi dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat
karena tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara
kandungnya. Demikian juga pada anak kedua atau berada di tengah
kecendrungan orang tua yang merasa biasa dalam merawat anak lebih
percaya diri sehingga kemampuan untuk beradaptasi anak lebih cepat
dan mudah, akan tetapi dalam perkembangan intelektual biasanya
terkadang apabila dibanding dengan anak pertamanya, kecendrungan
tersebut juga tergantung pada keluarga.(7) Status kesehatanStatus
kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dengan kondisi
sehat dan sejahtera maka percepatan untuk tumbuh kembang sangat
mudah, akan tetapi apabila kondisi status kesehatan kurang maka
akan terjadi perlambatan. Sebagai contoh, pada saat tertentu anak
seharusnya mencapai puncak dalam pertumbuhan dan perkembangan, akan
tetapi pada saat itu pula terjadi penyakit kronis yang ada pada
diri anak, maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh
kembang anak terhambat, karena anak memiliki masa kritis. Beberapa
kondisi yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak misalnya adanya
kelainan perkembangan fisik atau disebut cacat fisik (sumbing,
juling, kaki bengkok, dan lain-lain). Adanya kelainan dalam
perkembangan saraf seperti gangguan motorik, gangguan wicara,
gangguan personal sosial, adanya kelainan perkembangan mental
seperti retardasi mental, adanya kelainan perkembangan perilaku
seperti hiperaktif, gangguan belajar, depresi, dan lain-lain.(8)
Faktor hormonal Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang
anak antara lain: somatotropin (growth hormone) yang berperan dalam
mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dan menstimulasi terjadinya
proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal, hormon tiroid dengan
menstimulasi metabolisme tubuh, sedangkan glukokortiroid yang
mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari
testis untuk memproduki testoteron dan ovarium untuk memproduksi
estrogen selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan
seks baik pada anak laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran
hormonnya (Wong, 1995; dalam A. Aziz Alimul Hidayat, 2004).d. Tahap
Pencapaian Tumbuh Kembang Anak Masa Sekolah (A. Aziz Alimul
Hidayat, 2009 :84) adalah:Pertumbuhan dan perkembangan pada masa
sekolah akan mengalami proses percepatan pada umur 10-12 tahun,
dimana penambahan berat badan per tahun akan dapat 2,5 kg dan
ukuran panjang tinggi badan sampai 5cm per tahunnya. Pada usia
sekolah ini secara umum aktivitas fisik pada anak semakin tinggi
dan memperkuat kemampuan motoriknya. Pertumbuhan jaringan limfatik
pada usia ini akan semakin besar bahkan melebihi jumlahnya orang
dewasa. Kemampuan kemandirian anak akan semakin dirasakan dimana
lingkungan di luar rumah dalam hal ini adalah sekolah cukup besar,
sehingga beberapa masalah sudah mampu diatasi dengan sendirinya dan
anak sudah mampu menunjukkan penyesuaian diri dengan lingkungan
yang ada, rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam tugas sudah
mulai terwujud sehingga dalam menghadapi kegagalan maka anak sering
kali dijumpai reaksi kemarahan atau kegelisahan, perkembangan
kognitif, psikososial, interpesonal, psikoseksual, moral, dan
spritual sudah mulai menunjukkan kematangan pada masa ini. Secara
khusus sosial, belajar tentang nilai normal dan budaya dari
lingkungan keluarganya dan mulai mencoba mengambil bagian dari
kelompok untuk berperan, terjadi perkembangan secara khusus lagi,
terjadi perkembangan konsep diri, keterapilan membaca, menulis
serta berhitung, belajar menghargai di sekolah.Pada usia Sekolah,
anak mengalami tahap perubahan perkembangan dari Preoperational ke
Concrete Operation yang ditandai oleh kemampuan lebih fokus
terhadap suatu hal, kemampuan untuk mengelompokkan dan
menggeneralisasi sesuatu hal, dan penurunan sifat mau menang
sendiri sehingga anak mulai dapat melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain. Pada tahap ini anak juga mulai mengembangkan
kepribadiannya, meningkatkan kemandirian, dan belajar tentang
perannya dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Hubungan dengan
teman sebaya menjadi sangat penting dan mulai memisahkan diri dari
keluarga. Mereka lebih senang untuk mengahabiskan waktu bersama
dengan teman atau melakukan aktifitas lain yang disukainya, seperti
menonton televisi atau bermain video games (Brown, 2005; dalam
Chitra Septiarini, 2008).e. Cara deteksi tumbuh kembang anak (A.
Aziz Alimul Hidayat, 2009 : 102) adalah:1) Penilaian pertumbuhan
anakBeberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi tumbuh
kembang anak, diantaranya:a) Pengukuran antropometrikPengukuran
antropometrik ini dapat meliputi pengukuran berat badan, tinggi
badan (panjang badan), lingkar kepala dan lingkar lengan atas.
Dalam pengukuran antropometrik.(1) Pengukuran berat badanPengukuran
berat badan ini bagian dari antropometrik yang digunakan untuk
menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada
pada tubuh misalnya tulang, otot, lemak, cairan tubuh sehingga akan
dapat diketahui status keadaan gizi anak atau tumbuh kembang anak.
Selain menilai status gizi dan tumbuh kembang anak keadaan berat
badan dapat digunakan untuk dasar perhitungan dosis dan makanan
yang diperlukan dalam tindakan pengobatan. Adapun cara menentukan
berat badan dilakukan dengan melihat grafik.Penilaian berat badan
berdasarkan umur WHO dengan baku NCHS dengan cara percentil dengan
penilaian sebagai berikut: percentil ke-50-3 dikatakan normal dan
kurang atau sama dengan tiga masuk kategori malnutrisi
(abnormal).Pada penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan
menurut WHO dengan cara persentase dari median dengan penilaian
sebagai berikut: antara 80-80% malnutrisi sedang dan kurang dari
80% adalah malnutrisi akut (wasting).Sedangkan menurut penilaian
berat badan berdasarkan tinggi badan baku NCHS dengan cara
percentil dengan penilaian sebagai berikut: percentil ke 75-25
dikatakan normal, percentil ke 10-5 dikatakan malnutrisi sedang dan
kurang dari percentil kelima dikatakan malnutrisi berat.(2)
Pengukuran tinggi badanPengukuran ini merupakan bagian dari
pengukuran antropometik yang digunakan untuk menilai status
perbaikan gizi, di samping faktor genetik. Pengukuran ini dapat
dilakukan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak .(3) Pengukuran lingkar kepalaPengukuran lingkar
kepala ini dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak,
penilaian ini dapat dilihat apabila pertumbuhan otak kecil
(mikrosefali) maka menunjukkan adanya retardasi mental, sebaliknya
apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) akibat penyumbatan
pada aliran cairan cerebrospinalis. Penilaian ini dapat menggunakab
kurva lingkar kepala.(4) Pengukuran lingkar lengan atasPenilaian
ini digunakan untuk penilaian jaringan lemak dan otot akan tetapi
penilaian ini tidak banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh
apabila dibanding dengan berat badan. Penilaian ini juga dapat
dipakai untuk menilai status gizi pada anak pra sekolah.b)
Pemeriksaan fisikPenilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak dapat ditentukan dengan melakukan pemeriksaan fisik, dengan
melihat bentuk tubuh, perbandingan bagian tubuh dan anggota gerak
lainnya, menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas,
pantat dan paha, menentukan jaringan lemak dilakukan pada
pemeriksaan triseps, menentukan pemeriksaan rambut dan gigi
geligi.c) Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan ini dilakukan guna
menilai keadaan pertumbuhan dan perkembangan dengan status keadaan
penyakit, adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan serum protein
(albumin dan globulin), hormonal, dan lain-lain.d) Pemeriksaan
radiologiPemeriksaan ini digunakan untuk menilai umur tumbuh
kembang seperti umur tulang, apabila dicurigai adanya gangguan
pertumbuhan.3. Tinjauan umum tentang kejadian obesitasa. Pengertian
obesitasKata obesitas berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti
makan berlebihan. Obesitas atau gemuk didefenisikan sebagai suatu
kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan
lemak tubuh secara berlebihan (Kral, 2001; dalam Budiyanti, 2011).
Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan kelebihan lemak
di dalam tubuh yang berlebihan pada seseorang (Wilkinson, 2008;
dalam Soetjiningsih, 1995 : 37).b. Menurut Soetjiningsih (1995 :
41), penyebab obesitas adalah:1) Masukkan energi yang melebihi dari
kebutuhan tubuh.2) Gangguan emosionalBiasanya pada anak yang lebih
besar, dimana baginya makanan merupakan pengganti untuk mencapai
kepuasan dalam memperoleh kasih sayang.3) Gaya hidup masa
kiniKecendrungan anak-anak sekarang suka makanan fast food yang
berkalori tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goreng dengan
kentang goreng, es krim, aneka macam mie, dll4) Penggunaan kalori
yang kurangBerkurangnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak
yang kurang aktivitas fisiknya, seharian menonton TV, dan
lain-lain. Lebih-lebih kalau nonton sambil tidak berhenti makan,
maka kecendrungan menjadi obesitas akan lebih besar.5) Hormonal
Kelenjar pituitari dan fungsi hipotalamus. Penyebab yang jarang
dari obesitas adalah fungsi hipotalamus yang abnormal. Sehingga
terjadi hiperfagia (nafsu makan yang berlebihan) karena gangguan
pada pusat kenyang di otakUntuk terjadinya obesitas tidak hanya
tergantung dari berbagai macam penyebab yang telah disebutkan di
atas, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor-faktor predisposisi
lainnya, misalnya:1) Herediter (faktor keturunan)Kecendrungan
menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Kalau salah satu orangtua nya
yang obesitas, maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas,
sedangkan kalau kedua orangtuanya obesitas, maka resiko menjadi
80%.2) Suku/bangsaPada suku/bangsa tertentu kadang-kadang terlihat
banyak anggotanya yang menderita obesitas3) Pandangan masyarakat
yang salah, yaitu bayi yang sehat= bayi yang gemuk4) Anak cacat,
anak aktivitasnya kurang karena problem fisik/ cara mengasuh5) Umur
orang tua yang sudah lanjut baru punya anak, anak tunggal, anak
mahal, anak dari orangtua tunggal, dan lain-lain6) Meningkatnya
keadaan sosial ekonomi seseorang.Orangtua yang dulunya dari
keluarga yang kurang mampu, maka mereka cenderung memberikan
makanan sebanyak-banyaknya pada anak-anaknya. Atau keluarga yang
migrasi dari negara berkembang ke negara yang maju/ kaya.4.
Tinjauan umum tentang Anak Usia Sekolaha. Batasan Anak Usia
SekolahAnak usia sekolah adalah tahap masa kanak-kanak pertengahan
dari usia 6 sampai 12 tahun (Muscari, 2005; dalam Budiyanti, 2011).
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun dan merupakan
masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remaja, rentang
kehidupan anak usia sekolah adalah dari usia 6-12 tahun yang
dimulai ketika anak masuk sekolah dasar. Lingkungan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perekembangan anak pada periode ini
(Wong et al, 2009; dalam Budiyanti 2011).Anak usia sekolah
merupakan periode tenang sebelum beralih pada masa remaja yang
lebih keras, perubahan yang terjadi pada masa ini dapat dilihat
pada ukuran dan keahlian selama umur 6-12 tahun. Pertumbuhan
terhadap tinggi badan dan berat badan berlangsung perlahan
dibandingkan dengan masa bayi dan remaja (Wong et al, 2009; dalam
Budiyanti, 2011). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa anak usia sekolah merupakan masa peralihan antara masa pra
sekolah dan masa remaja yang dimulai sejak usia 6 tahun sampai 12
tahun, pada masa ini terjadi pertumbuhan yang sedikit lambat
dibanding masa remaja serta lingkungan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Namun setelah masa
usia sekolah berakhir berat badan wanita melebihi berat badan
laki-laki sehingga membuat rasa ketidaknyamanan pada anak (Wong et
al., 2009; dalam Budiyanti 2011).Menurut (Ball & Bindler, 2003;
dalam Budiyanti, 2011), anak usia sekolah lebih tenang dibandingkan
masa sebelumnya. Terjadi perubahan terhadap postur tubuh, lebih
kurus dan ekstremitas lebih panjang membuat mereka lebih senang
melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki, bersepeda, dan
aktivitas lainnya yang mudah. Selain itu terjadi kematuran sistem
seperti sistem gastrointestinal, meningkatnya kapasitas lambung.
Kebutuhan kalori lebih rendah dibandingkan masa pra sekolah dan
masa remaja.Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak usia sekolah tidak harus lebih banyak, lebih sering atau lebih
khusus, namun pada masa ini dibutuhkan asupan nutrisi yang baik dan
benar sesuai dengan kebutuhan tubuh (Ball&Bindler, 2003; dalam
Budiyanti, 2011).
b. Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar1) Penilaian status
gizi secara Antropometri mengguakan indikator Indeks Massa Tubuh
menurut Umur ( IMT/U) (WHO, 2005).Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan
menentukan atau melihat. Ukuran fisik sesorang sangat erat
hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang
baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan
melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah
dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama
untuk daerah pedesaan (Supariasa, 2001).Pengukuran status gizi pada
anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini
pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas
dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi
ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein.
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks
antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur
(IMT/U) anak sekolah.
Rumus IMT: Berat Badan (kg)Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan
(m)Tabel 2.1Penggunaan Standar Antropometri WHO 2005Kategori dan
Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan IndeksIndeksKategori
Status Gizi Ambang Batas( Z Score)
Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)Anak Umur 5-18
tahunSangat Kurus< -3 SD
Kurus-3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal-2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk>1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas>2 SD
B. Kerangka Teoritis
Tujuan PengasuhanJenis Pola Asuh:OtoriterDemokratisPermisif
Faktor-faktor :Usia orangtuaKeterlibatan AyahPendidikan
OrtuPengalaman Stres OrtuHubungan suami istriPola Asuh Orangtua
Pengaruh Pola Asuh Orangtua
Obesitas Anak Usia SekolahTumbuh kembang anak
Usia Sekolah:BatasanPenilaian Status Gizi Anak Sekolah
DasarPenyebab:Masukkan energi yang berlebihanGangguan emosionalGaya
hidup masa kiniPenggunaan kalori kurangHormonalHerediter Suku/
bangsaPandangan masyarakat yang salahAnak cacat, Umur orangtua
sudah lanjutMeningkatnya status ekonomiFaktor :
HerediterLingkunganLingkungan
Kebutuhan Dasar Anak
Tahap Pencapaian Tumbang Anak Masa Sekolah
Cara Penilaian:AntropometrikP.FisikLaboratoriumP.Radiologis
Pencegahan
Bagan : 2.1 Kerangka TeoriSumber: A. Aziz Alimul Hidayat (2009),
dr. Soetjningsih, Sp AK (1995), Yupi Supartini (2004), Gerard
Masterson, Jr (2006).
Ket: : Berhubungan : Berpengaruh : Sebab akibat
D. Hipotesis PenelitiC. Keaslian Penelitian
Tabel 2.2: Keaslian PenelitianNoJudul PenelitianNama
PenelitiTahun & Tempat PenelitiRancangan PenelitianSampelHasil
Penelitian
1.Faktor resiko obesitas pada anak 5-15 tahun di IndonesiaRatu
Ayu Dewi Sartika2011, di YogyakartaCross SectionalAnak usia 5-15
tahun dari 170.699 anak.Hasil analiss status gizi anak berdasarkan
persentil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar anak memilki status
gizi kurang sebesar 42%, status gizi normal 35,8%, Overweight 13,9%
dan obesitas 8,3%. Dari 170.699 anak dalam penelitian ini proporsi
tertinggi terdapat pada responden usia 10tahun (52,4%), anak
laki-laki (51,4%), tingkat pendidikan tamat SD (52,2%). Sebanyak
17,5% ayah responden mengalami obesitas (IMT 25,00 kg/m2) sedangkan
obesitas Ibu sebesar 29,4%.
2.Analisis Faktor Penyebab Obesitas Pada Anak Usia
SekolaBudiyanti2011, di SD 14 Al-Azhar Kota SemarangCross
SectionalAnak usia 6 sampai 12 tahunTerdapat hubungan yang bermakna
antara IMT Ayah (p= 0.000) dan IMT Ibu (p= 0,000), pola makan (p=
0,007), kurang aktivitas fisik (p= 0,000), tingkat sosial ekonomu
keluarga (p= 0,005), dengan kejadian obesitas pada anak. Faktor
yang paling dominan terhadap kejadian obesitas adalah faktor
kurangnya aktivitas fisik.
Hubungan pola asuh orangtua dengan kemampuan motorik anak usia
prasekolahNoviana Rahma Wulansari2009, di Desa Plangitan kecamatan
Pati kabupaten pati.Deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectionalAnak prasekolah jumlah 42 anakDari 42 anak usia prasekolah
yang diteliti 50,0% mendapatkan pola asuh demokratis dari orangtua
mereka 31,0% lainnya mendapatkan pola asuh otoriter dan 19,0%
mendapatkan pola asuh permisif
D. Hipotesis Penelitian1. Hipotesis Nol (H0)a. H01 : Tidak ada
hubungan pola asuh orang tua terhadap kejadian obesitas anak2.
Hipotesis Alternatif (Ha)a. Ha1: Ada hubungan pola asuh orangtua
terhadap tumbuh kembang anakb. Ha2 : Ada hubungan faktor herediter
terhadap kejadian obesitas anakc. Ha3 : Ada hubungan penggunaan
kalori terhadap kejadian obesitas anakd. Ha4 : Ada hubungan gaya
hidup terhadap kejadian obesitas anake. Ha5 : Ada hubungan status
ekonomi terhadap kejadian obesitas anak
BAB IIIKERANGKA KONSEPTUAL METODOLOGI DAN OBYEK PENELITIAN
A. Kerangka KonsepKerangka konseptual penelitian adalah suatu
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang
lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini
gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar
tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari
konsep atau teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang
didapatkan di bab tinjauan pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh
penulis merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan
dengan garis sesuai variabel yang diteliti (Setiadi, 2013 :
63).Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua
terhadap tumbuh kembang anak dan kejadian obesitas pada anak usia
sekolah.
Pola Asuh Orang Tua:OtoriterDemokratisPermisifVariabel Inpendent
Variabel Dependen
Tumbuh Kembang Anak:Tahap pencapaian tumbang anak masa
sekolah
Kejadian Obesitas Anak Usia Sekolah
Faktor Penyebab:HerediterPenggunaan kalori yang kurangGaya
hidupMeningkatnya status ekonomi
Bagan : 3.1 Kerangka Konseptual
Ket: : Berhubungan : Berpengaruh : Sebab akibat :Tidak
diteliti
B. Variabel PenelitianVariabel adalah karakteristik yang diamati
mempunyai variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu
konsep agar dapat diteliti secara empiris atau ditentukan
tingkatannya. Kegunaan dari variabel untuk mempersiapkan alat dan
metode pengumpulan data, untuk mempersiapkan metode analisis/
pengolahan data untuk pengujian hipotesis (Setiadi, 2013 : 64).
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independent
(bebas) dan variabel depedent (terikat).1. Variabel Bebas
(Independent)Variabel yang dimanipulasi oleh peneliti untuk
menciptakan suatu dampak pada variabel terikat (Dependent
variabel).Dalam penelitian ini, variabel independentnya adalah pola
asuh orangtua.2. Variabel Terikat (Dependent)Variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel tergantung sering disebut
sebagai variabel akibat, variabel output, variabel efek, variabel
terpengaruh, variabel terikat atau variabel tergantung. Dalam
penelitian ini, variabel dependentnya adalah tumbuh kembang anak
dan kejadian obesitas pada anak usia sekolah.C. Defenisi
OperasionalTabel 3.1Defenisi OperasionalNoVariabelDefinisi
OperasionalCara UkurAlat UkurHasil UkurSkala
1Variabel bebas:
Pola Asuh OrangtuaCara yang dipakai orangtua dalam mendidik dan
memberi bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan kepada
anak-anaknya.WawancaraKuesioner sesuai dengan
pertanyaanKategorik:1. Otoritatif2. Demokratis3.
PermisifNominal
2Variabel terikat: Tumbuh kembang anak
Tahap pencapaian tumbang anak masa sekolahPertumbuhan dan
perkembangan pada anak masa sekolah mengalami proses percepatan
pada umur 10-12 tahun, dimana penambahan berat badan per tahun akan
dapat 2,5 kg dan ukuran panjang tinggi badan sampai 5 cm per
tahunnya.WawancaraKuesioner sesuai dengan pertanyaanKategorik:1.
Sesuai2. Tidak sesuaiNominal
3Variabel terikat: Kejadian Obesitas
Kejadian obesitas pada anak usia sekolahBerat badan di atas
ambang batas normal dengan melihat IMT/U yaitu > 2
SDWawancara,Pengukuran BB&TBKuesioner sesuai dengan
pertanyaadan Pengukuran BB+TB1. Ringan2. Berat Ordinal
4Faktor penyebab:
Herediter
Kecendrungan menjadi gemuk pada anak dengan melihat rata-rata
IMT ayah dan Ibu yaitu:Kurus: 17.00 18.5Normal : > 18.5
25.0gemuk : > 25.00Wawancara,Pengukuran BB&TB1. Kuesioner
sesuai dengan pertanyaa2. Pengukuran BB+TBHasil IMT Orangtua:1.
Tidak beresiko2. BeresikoOrdinal
Penggunaan kalori yang kurangBerkurangnya pemakaian energi dapat
terjadi pada anak yang kurang aktivitas fisiknya, seharian menonton
TV, dan lain-lain. Lebih-lebih kalau nonton sambil tidak berhenti
makan, maka kecendrungan menjadi obesitas akan lebih
besar.WawancaraKuesioner sesuai dengan pertanyaanKategorik:1.
Kurang2. CukupNominal
Gaya HidupKecendrungan anak-anak sekarang suka makanan fast food
yang berkalori tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goreng dengan
kentang goreng, es krim, aneka macam mie, dllWawancaraKuesioner
dengan sesuai pertanyaanKategorik:1. Tidak Sehat2. SehatNominal
Meningkatnya status ekonomiOrangtua yang dulunya dari keluarga
yang kurang mampu, maka mereka cenderung memberikan makanan
sebanyak-banyaknya pada anak-anaknyaWawancara Kuesioner sesuai
dengan pertanyaanKategorik:1. Menengah2. Menengah keatasNominal
BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan PenelitianDesain penelitian merupakan
rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti
dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang
mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk
mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman
untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013). Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif, desain yang digunakan pada
penelitian ini adalah retrospektif observatif yaitu sebuah studi
yang mencari mundur sampai waktu peristiwanya terjadi di masa lalu
dengan pendekatan cross Sectional yaitu variabel sebab atau resiko
dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan
dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu
kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), dan tidak ada follow up.
Pada penelitian ini menggambarkan hubungan pola asuh orangtua
terhadap tumbuh kembang anak dan kejadian obesitas pada anak usia
sekolah di SDS Bruder Melati Pontianak.B. Tempat dan Lokasi
PenelitianPenelitian ini dilakukan di SDS Bruder Melati Pontianak.
Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama satu bulan.
C. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi,
2013). Populasi dalam penelitian ini adalah para orangtua yang
memilki anak usia sekolah dengan obesitas di SDS Bruder Melati
Pontianak, yaitu dari 474 murid yang mengikuti pengukuran berat
badan dan tinggi badan terdapat 41 murid yang mempunyai obesitas.2.
SampelSampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013).
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan probability
sampling dengan teknik random sampling yaitu pengambilan sampel
dilakukan secara acak. Teknik sampel acak ini ditujukan pada para
orangtua yang memiliki anak usia sekolah dengan obesitas dari kelas
I sampai kelas VI di SDS Bruder Melati Pontianak. Subyek dalam
penelitian ini adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria
inklusi.a. Kriteria sampel1) Kriteria inklusi (kriteria yang layak
diteliti)Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek
penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan
diteliti (Nursalam dan Pariani, 2001). Kriteri inklusi adalah
sebagai berikut:a) Para orangtua yang memiliki anak usia sekolah
(kelas I-VI).b) Para orangtua yang memiliki anak dengan obesitas.c)
Para orangtua yang hadir saat pembagian kuesionerd) Para orangtua
yang siap menjadi responden tanpa paksaan dengan menandatangani
persetujuan menjadi responden.2) Kriteria eksklusi (kriteria yang
tidak layak diteliti)Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/
mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena
berbagai sebab (Nursalam dan Pariani, 2001). Kriteria eksklusi
sebagai berikut:a) Para orangtua yang memilki anak usia sekolah
(kelas I-VI) yang tidak bersedia untuk menjadi subyek penelitian.b)
Para orangtua yang tidak memilki anak dengan obesitasc) Para
orangtua yang menolak saat pengisian kuesioner
Nn= 1+N (d)2
n= 41 1 + 41 (0,05)2n= 41 1 + 41 (0,0025)n= 41 1 + 0,1025n= 41
1,1025n= 37,18 sampel 37
Jadi, jumlah sampel minimal yang akan diteliti adalah 37
responden.Keterangan:N : Besar Populasi = 41 orangn : Besar sampeld
: Tingkat kepercayaan yang diinginkan (5% = 0,05)D. Instrumen
PenelitianInstrumen penelitian yang digunakan penulis dalam
penelitian ini berupa kuesioner dengan jumlah soal sebanyak 25 soal
yang terdapat dalam 8 variabel. Soal mengenai pola asuh orangtua
sebanyak 10 soal, tumbuh kembang anak sebanyak 7 soal dan kejadian
obesitas sebanyak 8 soal.Tabel 4.1Kisi-kisi
kuesionerKisi-kisiJumlah soal
Pola Asuh Orangtua:1. Otoritatif2. Demokratis3. Permisif10
soal:1. No. 1, 2, 32. No. 4, 5, 6, 73. No. 8, 9, 10
Tahap Pencapaian Tumbuh Kembang Anak Sekolah:4. No. 1 7
Kejadian Obesitas Anak:1. Penggunaan Kalori Yang Kurang2. Gay
Hidup3. Meningkatnya status ekonomi1. No. 1, 2, 3, 42. No. 5, 63.
No. 7, 8
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun, digunakan
dan ditentukan standarnya oleh peneliti. Kuesioner tersebut
diharapkan mendapatkan data primer sebagai bahan informasi yang
dapat mendukung penelitian. Kuesioner belum pernah diuji cobakan.1.
Prosedur Pengumpulan DataPenelitian dilakukan kurang lebih sekitar
1 bulan dengan bentuk kegiatan sebagai berikut:a. Tahap
persiapan:1) Persiapan kuesioner dan skala penilaian yang disusun
oleh peneliti2) Pengurusan perizinan dan meminta kesediaan subyek
penelitian atas partisipasi dalam penelitian yang dilakukan3)
Pemilihan subyek penelitian sesuai dengan kriteria inklusi yang
telah ditetapkanb. Pelaksanaan penelitianPenyebaran kuesioner
kepada subyek penelitian dengan pemilihan secara random sampling
yang dilakukan oleh peneliti sendiric. Penyelesaian
penelitianPenyelesaian penelitian dilakukan dengan pengolahan dan
analisa data yang telah didapatkan, selanjutnya dilakukan
penyusunan dalam bentuk laporan skripsi.2. Uji Validitas dan
ReliabilitasSebelum dilakukan penelitian, instrumen penelitian
diuji coba terlebih dahulu. Uji coba kuesioner ini bertujuan untuk
memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab serta mengukur
validitas dan reabilitas kuesioner tersebut dimasukkan kedalam
program komputer (SPSS) untuk dilakukan uji validitas dan
reabilitas.a. Validitas InstrumenValiditas menyatakan apa yang
seharusnya diukur, dikatakan valid jika instrumen itu benar-benar
dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur (Setiadi,
2013). Jenis pertanyaan dalam kuesioner menggunakan skala likert
(1,2,3,4), maka uji validas yang digunakan adalah korelasi pearson
product moment (Aziz Alimul, 2011)Rumus Pearson Product Moment:
Keterangan:rxy = Koefisien korelasiXi = Jumlah skor itemYi =
Jumlah skor total (item)n = Jumlah respondenKeputusan Uji:Bila r
hitung lebih besar dari r tabel Ho ditolak, artinya variabel
validBila r hitung lebih kecil dari r tabel Ho gagal ditolak,
artinya variabel tidak validDengan membandingkan nilai t hitung dan
nilai t tabel dapat menentukan valid dan tidak valid butir
pertanyaan suatu variabel:Rumus nilai t hitung: dan nilai t tabel
dirumuskan : Keterangan:t = nilai thitungr = Koefisien korelasi
hasil rhitungn = Jumlah respondenb. Reliabilitas InstrumenAdanya
suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang
yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2013). Jenis
pertanyaan dalam kuesioner menggunakan skala likert (1,2,3,4). Maka
uji tehnik yang digunakan adalah uji Cronbachs Alpha. k k 1 - pi.qi
k 1 k 1 St2Keterangan:rii = koefisien reliabilitas tesk = cacah
butirpiqi = varians skor butirpi = proporsi jawaban yang benar
untuk butir nomor iqi = proporsi jawaban yang salah untuk butir
nomor iSt2 = varain skor totalKeputusan Uji:Bila nilai Cronbahs
Alpha > e konstanta (0,6), maka pertanyaan reliabelBila nilai
Cronbahs Alpha < konstanta (0,6), maka pertanyaan tidak
reliabel.E. Metode Pengumpulan DataPenelitian ini, metode yang
digunakan adalah memberikan angket kepada responden. Adapun
tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti adalah:1. Menyerahkan
surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh Institusi STIK
Muhamaddyah Pontianak kepada Kepala Sekolah SDS Bruder Melati
Pontianak.2. Mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan kepada
calon responden dan yang bersangkutan mengenai maksud, tujuan serta
prosedur penelitian yang akan dilaksanakan.3. Dijelaskan pula
mengenai kerahasiaan data yang diberikan dengan maksud agar
responden dapat memberikan data-data secara lengkap dan responden
menjawab dengan sejujur-jujurnya.4. Calon responden yang telah
ditentukan, dikumpulkan dalam ruangan diberikan penjelasan tentang
tujuan, manfaat penelitian yang akan dilakukan.5. Bila calon
responden setuju, diberi lembar persetujuan penelitian untuk
ditanda tangani.6. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah
data primer untuk variabel dependent dan independent yaitu data
yang diambil dari sumbernya langsung yang dirumuskan melalui angket
yang dilakukan oleh peneliti dengan memberikan bimbingan dalam
pengisian kuesioner pada responden. Kuesioner yang telah diisi
secara lengkap oleh responden akan dikembalikan kepada peneliti
disertai dengan lembar persetujuan responden yang telah
ditandatangani.
F. Teknik Analisa Data1. Pengolahan Dataa. Editing/
memeriksaMemeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
para pengumpul data. Setelah data terkumpul diperiksa
kelengkapannya, apakah setiap pertanyaan dijawab sesuai dengan
petunjuk yang ada dalam kuesioner, menggunakan tanda (check list),
dan kemudian dikumpulkan yang telah lolos seleksi untuk dilanjutkan
pada tahap berikutnya. Sedangkan untuk kuesioner yang tidak lengkap
dikembalikan kepada responden untuk diperbaiki lebih lanjut sebelum
dilakukan tahap selanjutnya.b. Memberi tanda Kode/
CodingMengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden dalam
bentuk angka/bilangan. Setelah semua kuesioner diedit atau
disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding, yakni
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.c. Scoring/ penetapan skorSetelah data terkumpul dan
kelengkapannya diperiksa kemudian dilakukan tabulasi data dan
diberi skor sesuai dengan kategori dari data serta jumlah item
pertanyaan dari setiap variabel. Dalam penelitian ini diukur
menggunakan kuesioner yang terdiri dari 25 pertanyaan. Untuk sesi
pertama pertanyaan mengenai pola asuh orangtua 10 pertanyaan dengan
kriteria nilai selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2) dan tidak
pernah (1). Sesi kedua dengan pertanyaan mengenai tumbuh kembang
anak 7 pertanyaan dengan kriteria nilai selalu (4), sering (3),
kadang-kadang (2) dan tidak pernah (1). Sesi ketiga dengan
pertanyaan mengenai kejadian obesitas anak usia sekolah 8
pertanyaan dengan kriteria nilai selalu (4), sering (3),
kadang-kadang (2) dan tidak pernah (1).d. ProcessingSetelah semua
kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean,
maka langkah selanjutnya adalah memproses data yang dilakukan
dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program
komputer yang sudah umum digunakan untuk entry data yaitu paket
program SPSS untuk Window, sehingga dapat dianalisis.e. Cleaning/
pembersihan dataKegiatan pengecekkan kembali data yang sudah
di-entry apakah ada kesalahn atau tidak. Kesalahan tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry data ke komputer.2.
Analisa dataa. Analisa UnivariatData yang diperoleh dari hasil
pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik. Dari hasil analisa
univariat tersebut didapatkan distribusi frekuensi pola asuh
orangtua, tumbuh kembang anak, kejadian obesitas pada anak usia
sekolah, herediter, penggunaan kalori, gaya hidup dan status
ekonomi.b. Analisa BivariatAnalisis untuk mengetahui hubungan
antara variabel dependent terhadap variabel independent serta
variabel perancu terhadap variabel independent, baik berupa
komparatif, asosiatif maupun korelatif. Uji statistik yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji chi square, untuk
mengetahui suatu korelasi (hubungan) antar variabel. Dimana bila
nilai P value (< 0.05) dinyatakan ada hubungan yang bermakna dan
P value (> 0.05) dinyatakan tidak ada hubungan yang bermakna.
Tujuan dari analisis ini adalah mengukur keeratan hubungan diantara
hasil-hasil pengamatan dari populasi yang memiliki dua varian
(bivariat).
G. Rencana KegiatanTabel 4.2: Rencana Kegiatan
NoKegiatanBulan
SeptOktNopDesJanFeb
123412341234123412341234
1Pengajuan Judul
2Bimbingan Proposal
3Uji Etik
4Sidang Proposal
5Pengambilan data, analisa dataBimbingan
6Ujian Hasil
7Pengumpulan skripsi
H. Etika Penelitian1. Prinsip-prinsip petunjuk etika
penelitiana. Prinsip manfaatPrinsip ini dapat ditegakkan dengan
membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada
manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian
yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan
antara aspek resiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang
dilakukan dapat mengalami dilema dalam etik.
b. Prinsip menghormati manusiaManusia memiliki hak dan merupakan
makhluk yang mulia yang harus dihormati, karena manusia berhak
untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikutsertakan
menjadi subjek penelitian.c. Prinsip keadilanDilakukan untuk
menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau
memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia, dan
tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.2. Masalah etika
penelitiana. Informed ConsentMerupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan, diberikan sebelum penelitian dilakukan untuk menjadi
responden. Tujuannya agar subjek bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan.b. Anonimity (tanpa nama)Masalah
yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan.c. Confidentiality
(kerahasiaan)Dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.BAB
VHASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian Hasil pengumpulan data yang telah
dilaksanakan selama penelitian, akan dijelaskan pada bab ini.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Bruder Melati Pontianak,
yang dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2013 23 Januari 2014.
Pada penelitian ini di ambil sampel sebanyak 37 responden, kemudian
disebarkan sebanyak 37 kuesioner. Dari 37 kuesioner yang
disebarkan, semuanya terisi oleh responden. Penyajian data khusus
meliputi variabel bebas yaitu pola asuh orangtua, sedangkan
variabel terikatnya yaitu tumbuh kembang anak usia sekolah,
kejadian obesitas anak usia sekolah dan variabel perancu nya yaitu
herediter, penggunaan kalori, gaya hidup dan status ekonomi. Untuk
mengetahui signifikansi atau hubungan antara variabel dilakukan uji
statistik dengan bantuan komputer dengan tingkat kemaknaan p <
0,05, ketentuan terhadap penerimaan dan penolakan hipotesis apabila
signifikansi p < 0,05, maka Ha gagal ditolak dan Ho ditolak,
apabila p > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho gagal ditolak. Hasil
penelitian ini disajikan berupa data primer yang kemudian di
analisis dalam dua tahap, yaitu analisis univariat yang
mendeskripsikan variabel bebas, variabel terikat dan variabel
perancu. Hasil penelitian bivariat yakni mendeskripsikan hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat serta variabel perancu
yang di analisa dengan menggunakan uji chi-square. Pada bagian
berikut akan disampaikan hasil dan analisis data terhadap peneliti
guna menjawab pertanyaan dalam masalah penelitian.B. Analisis
Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi data
kategorik yaitu pola asuh orangtua, tumbuh kembang anak, penggunaan
kalori, gaya hidup, status ekonomi serta data numerik nya yaitu
hasil IMT orangtua dan IMT anak.1. Pola Asuh OrangtuaTabel
5.1Distribusi frekuensi pola asuh orangtua di Sekolah Dasar Swasta
Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n = 37)Pola Asuh Orangtua
Jumlah Persentase (%)Otoritatif 17 45.9Demokratif 10 27.0Permisif10
27.0Total 37 100
Berdasarkan tabel 5.1 dijelaskan bahwa pola asuh orangtua
otorittif sebanyak 17 orang (45.9%), pola asuh orangtua demokratif
sebanyak 10 orang (27%) pola asuh orangtua permisif yaitu sebanyak
10 orang (27%).
2. Tumbuh Kembang Anak Tabel 5.2Distribusi frekuensi tumbuh
kembang anak di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari
2014, ( n = 37)Tumbuh Kembang Anak Jumlah Persentase (%)Tidak
Sesuai 20 54.1Sesuai 17 45.9Total 37 100
Berdasarkan tabel 5.2 dijelaskan bahwa tumbuh kembang anak yang
tidak sesuai sebanyak 20 orang (54.1%) sedangkan tumbuh kembang
anak yang sesuai sebanyak 17 orang (45.9%).3. Obesitas AnakTabel
5.3Distribusi frekuensi obesitas anak di Sekolah Dasar Swasta
Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n = 37)Obesitas Anak Jumlah
Persentase (%)Obesitas Berat 1951.4Obesitas Ringan1848.6Total
37100
Berdasarkan tabel 5.3 dijelaskan bahwa obesitas berat pada anak
sebanyak 19 orang (51.4%) sedangkan obesitas ringan pada anak
sebanyak 18 orang (48.6%).
4. Hereditera. IMT IbuTabel 5.4Distribusi frekuensi IMT Ibu di
Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n =
37)IMT OrangtuaJumlah Persentase (%)Kurus 25.4Normal 2362.2Gemuk 12
32.4Total 37100
Berdasarkan tabel 5.4 dijelaskan bahwa jumlah IMT Ibu yang kurus
sebanyak 2 orang (5.4%), jumlah IMT Ibu yang normal sebnyak 23
orang (62.2%) sedangkan IMT Ibu yang gemuk sebanyak 12 orang
(32.4%). b. IMT AyahTabel 5.5Distribusi frekuensi IMT Ayah di
Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n =
37)IMT Orangtua Jumlah Persentase (%)Normal 1745.9Gemuk 2054.1Total
37100
Berdasarkan tabel 5.5 dijelaskan bahwa jumlah IMT Ayah yang
normal sebanyak 17 orang (45.9) sedangkan jumlah IMT Ayah yang
gemuk sebanyak 20 orang (54.1).
c. Jumlah IMT OrangtuaTabel 5.6Distribusi frekuensi IMT Orangtua
di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n =
37)IMT Orangtua Jumlah Persentase (%)Resiko 1540.5Tidak Beresiko
2259.5Total 37100
Berdasarkan tabel 5.6 dijelaskan bahwa jumlah IMT orangtua yang
memiliki resiko obesitas sebanyak 15 orang (40.5%) sedangkan IMT
orangtua yang tidak memilki resiko obesitas sebanyak 22 orang
(59.5).5. Penggunaan KaloriTabel 5.7Distribusi frekuensi penggunaan
kalori di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014,
( n = 37)Penggunaan Kalori Jumlah Persentase (%)Cukup 1848.6Cukup
1951.4Total 37100
Berdasarkan Tabel 5.7 dijelaskan bahwa penggunaan kalori cukup
pada anak sebanyak 18 orang (48.6%) sedangkan penggunaan kalori
kurang pada anak sebanyak 19 orang (51.4%).
6. Gaya HidupTabel 5.8Distribusi frekuensi gaya hidup di Sekolah
Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari 2014, ( n = 37)Gaya
Hidup Jumlah Persentase (%)Sehat 1745.9TidakSehat 2054.1Total
37100
Berdasarkan Tabel 5.8 dijelaskan bahwa gaya hidup anak sehat
sebanyak 17 orang (45.9%) sedangkan gaya hidup tidak sehat sebanyak
20 orang (54.1%).7. Status EkonomiTabel 5.9Distribusi frekuensi
status ekonomi di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati
PontianakJanuari 2014, ( n = 37)Status Ekonomi Jumlah Persentase
(%)Menengah ke atas1848.6Menengah 1951.4Total 37100Berdasarkan
tabel 5.9 dijelaskan bahwa status ekonomi orangtua menengah ke atas
sebanyak 18 orang (48.6%) sedangkan status ekonomi menengah
sebanyak 19 orang (51.4%).C. Analisis Bivariat Analisis bivariat
yang dilakukan terhadap 1 variabel bebas, 2 variabel terikat serta
4 variabel perancu yang diduga berhubungan atau korelasi. Dalam
penelitian ini, akan di uji hubungan pola asuh terhadap tumbuh
kembang anak, pola asuh terhadap kejadian obesitas serta faktor
perancu: herediter, penggunaan kalori, gaya hidup, status ekonomi
terhadap obesitas dengan menggunakan uji chi_square.1. Hubungan
pola asuh orang tua terhadap tumbuh kembang anakTabel 5.10Hubungan
pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang anak di Sekolah Dasar
Swasta Bruder Melati PontianakJanuari, 2014 (n= 37) Pola Asuh
Orangtua Tumbang AnakTotalX2ORCIP.V
Sesuai%Tidak Sesuai%
Otoritatif423.51376.5179.6350.0770.016 0.3690.002
Demokratif & Permisif1680.0420.020
Total2054.11745.937
Bermakna pada = 0,05Tabel 5.10 menjelaskan hubungan pola asuh
orangtua terhadap tumbuh kembang anak di SDS Bruder Melati
Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa orangtua
yang memiliki pola asuh otoritatif dengan tumbuh kembang anak
sesuai sebanyak 4 orang (23.5%) sedangkan pola asuh demokratif dan
permisif dengan tumbuh kembang anak sesuai sebanyak 16 orang
(80.0%). Analisis selanjutnya menunjukan bahwa nilai p value
sebesar 0.002 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan pola asuh
orangtua terhadap tumbuh kembang anak di SDS Bruder Melati
Pontianak. Analisis data lebih lanjut dketahui OR sebesar 0.077
artinya pola asuh orangtua dengan demokratis dan permisif
berpeluang untuk memilki tumbuh kembang yang sesuai sebesar 0.077
kali dibanding dengan pola asuh otoritatif (CI : 0.016-0.0369).
2. Hubungan Pola Asuh Orangtua terhadap Kejadian ObesitasTabel
5.11Hubungan pola asuh orangtua terhadap kejadian obesitas di
Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari, 2014 (n=
37)Pola Asuh Orangtua Obesitas AnakTotalX2ORCIP.V
Berat%Ringan%
Otoritatif1058.8741.2170.2581.7460.472-6.4540.611
Demokratif & Permisif945.01155.020
Total1951.41848.637
Bermakna pada = 0,05 Tabel 5.11 menjelaskan hubungan pola asuh
orangtua terhadap kejadian obesitas di SDS Bruder Melati Pontianak.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pola asuh orangtua
otoritatif yang memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 10
orang (58.8%) , sedangkan pola asuh orangtua demokratif dan
permisif yang memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 9 orang
(45 %). Analisis selanjutnya menunjukan bahwa nilai p value sebesar
0.611 (p > 0.05) artinya tidak terdapat hubungan pola asuh
orangtua terhadap kejadian obesitas anak di SDS Bruder Melati
Pontianak. Analisis data lebih lanjut dketahui OR sebesar 1.746
artinya pola asuh orangtua dengan otoritatif berpeluang untuk
memilki anak dengan obesitas berat sebesar 1.746 kali dibanding
dengan pola asuh demokratif dan permisif (CI : 0.472 6.454 ).
3. Hubungan faktor herediter terhadap kejadian obesitas
anakTabel 5.12Hubungan faktor herediter terhadap kejadian obesitas
di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari, 2014 (n=
37)IMT Orangtua Obesitas AnakTotalX2ORCIP.V
Berat%Ringan%
Resiko1066.7533.3151.4502.8890.735-11.3600.012
Tidak Beresiko940.91359.122
Total1951.41848.637
Bermakna pada = 0,05 Tabel 5.12 menjelaskan hubungan faktor
herediter terhadap kejadian obesitas di SDS Bruder Melati
Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa IMT
orangtua yang beresiko memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak
10 orang (66.7%) , sedangkan IMT orangtua yang tidak beresiko
memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 9 orang (40.9%).
Analisis selanjutnya menunjukan bahwa nilai p value sebesar 0.012
(p < 0,05) artinya terdapat hubungan faktor herediter terhadap
kejadian obesitas pada anak di SDS Bruder Melati Pontianak.
Analisis data lebih lanjut diketahui OR sebesar 2.889 artinya
orangtua yang beresiko berpeluang untuk memilki anak dengan
obesitas berat sebesar 2.889 kali dibanding dengan orangtua yang
tidak beresiko (CI : 0.735 11.360 ).
4. Hubungan faktor penggunaan kalori terhadap kejadian obesitas
anakTabel 5.13Hubungan faktor pengunaan kalori terhadap kejadian
obesitas di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari,
2014 (n= 37)Penggunaan kalori Obesitas AnakTotalX2ORCIP.V
Berat%Ringan%
Cukup422.21477.8189.7430.0760.016-0.3650.002
Kurang 1578.9421.119
Total1951.41848.637
Bermakna pada = 0,05 Tabel 5.13 menjelaskan hubungan faktor
penggunaan kalori terhadap kejadian obesitas di SDS Bruder Melati
Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan
kalori cukup memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 4 orang
(22.2%) ,sedangkan penggunaan kalori kurang memiliki anak dengan
obesitas berat sebanyak 15 orang (78.9%). Analisis selanjutnya
menunjukan bahwa nilai p value sebesar 0.002 (p < 0,05) artinya
terdapat hubungan pengunaan kalori terhadap kejadian obesitas pada
anak di SDS Bruder Melati Pontianak. Analisis data lebih lanjut
diketahui OR sebesar 0.076 artinya penggunaan kalori kurang
berpeluang untuk memiliki anak dengan obesitas berat sebesar 0.076
kali dibanding dengan penggunaan kalori cukup (CI : 0.016 -
0.365).
5. Hubungan faktor gaya hidup terhadap kejadian obesitas
anakTabel 5.14Hubungan faktor gaya hidup terhadap kejadian obesitas
di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari, 2014 (n=
37)Gaya Hidup Obesitas AnakTotalX2ORCIP.V
Berat%Ringan%
Sehat317.61482.41711.9140.0540.010-0.2820.001
Tidak Sehat1680.0420.020
Total1951.41848.637
Bermakna pada = 0,05 Tabel 5.14 menjelaskan hubungan faktor gaya
hidup terhadap kejadian obesitas di SDS Bruder Melati Pontianak.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor gaya hidup yang
sehat memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 3 orang (17.6%)
, sedangkan penggunaan kalori yang tidak sehat memiliki anak dengan
obesitas berat sebanyak 16 orang (80.0%). Analisis selanjutnya
menunjukan bahwa nilai p value sebesar 0.001 (p < 0,05) artinya
terdapat hubungan faktor gaya hidup terhadap kejadian obesitas pada
anak di SDS Bruder Melati Pontianak. Analisis data lebih lanjut
dketahui OR sebesar 0.054 artinya faktor gaya hidup tidak sehat
berpeluang untuk memilki anak dengan obesitas berat sebesar 0.054
kali dibanding dengan gaya hidup sehat (CI : 0.010 0.282 ).
6. Hubungan faktor status ekonomi terhadap kejadian obesitas
anakTabel 5.15Hubungan faktor status ekonomi terhadap kejadian
obesitas di Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati PontianakJanuari,
2014 (n= 37)Status Ekonomi Obesitas AnakTotalX2ORCIP.V
Berat%Ringan%
Menengah Keatas1372.2527.8184.5935.6331.3770-23.1670.032
Menengah631.61368.419
Total1951.41848.637
Bermakna pada = 0,05 Tabel 5.15 menjelaskan hubungan faktor
status ekonomi terhadap kejadian obesitas di SDS Bruder Melati
Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor
status ekonomi menengah keatas memiliki anak dengan obesitas berat
sebanyak 13 orang (72.2%), sedangkan status ekonomi menengah
memiliki anak dengan obesitas berat sebanyak 6 orang (31.6%).
Analisis selanjutnya menunjukan bahwa nilai p value sebesar 0.032
(p < 0,05) artinya terdapat hubungan faktor status ekonomi
terhadap kejadian obesitas pada anak di SDS Bruder Melati
Pontianak. Analisis data lebih lanjut dketahui OR sebesar 5.633
artinya faktor status ekonomi menengah ke atas berpeluang untuk
terjadinya obesitas berat sebesar 5.663 kali dibanding dengan
status ekonomi menengah (CI : 1.377-23.167 ).D. Keterbatasan
PenelitianDari hasil penelitian ini masih terdapat keterbatasan
penelitian yang ditemukan peneliti selama penelitian berlangsug,
diantaranya adalah:1. Pengambilan responden penelitian dilakukan
pada seluruh siswa kelas 1 sampai kelas 6, namun pada saat
pengukuran berat badan dan tinggi badan, ada anak yang tidak hadir
dikarenakan sakit dan ada kelas yang sedang melaksanakan ulangan
sehingga tidak dapat melakukan pengukuran berat badan dan tinggi
badan.2. Pengisian kuesioner untuk orangtua direncanakan dilakukan
di Sekolah, tetapi pada pelaksanaan tidak dapat dilakukan karena
kesulitan untuk mengumpulkan orangtua responden di Sekolah,
sehingga kuesioner harus dibawa pulang oleh anak. Oleh karena itu,
penghitungan IMT Ayah dan Ibu hanya berdasarkan data yang
disampaikan oleh orangtua.
BAB VIPEMBAHASANA. PembahasanPada bagian pembahasan ini akan
dijelaskan mengenai hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada
tanggal 9 Desember 2013 23 Januari 2014 yaitu hubungan pola asuh
orangtua terhadap tumbuh kembang anak dan kejadian obesitas di
Sekolah Dasar Swasta Bruder Melati Pontianak dimana telah dianalisa
sesuai dengan konsep teori yang telah dibahas.1. Hubungan Pola asuh
orangtua terhadap tumbuh kembang anakPada penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan pola asuh orangtua terhadap tumbuh
kembang anak. Jenis pola asuh orangtua yang baik dapat menghasilkan
tumbuh kembang anak yang sesuai dengan umur anak, karena peranan
orangtua sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
serta karakteristik sifat dan tingkah laku anak usia sekolah yang
merupakan masa peralihan antara masa prasekolah dan masa remaja.Hal
ini didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yupi
Supartini (2004) yang mengatakan bahwa pola asuh adalah suatu cara
orangtua dalam memberikan pemahaman tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak, pemenuhan kebutuhan makanan dan pemeliharaan
kebersihan perseorangan, penggunanan alat permainan sebagai
stimulus pertumbuhan dan perkembangan serta komunikasi efektif yang
diperlukan dalam berinteraksi dengan anak dan anggota keluarga
lainnya, untuk dapat menjalankan peran pengasuhan tersebut2.
Hubungan Pola asuh orangtua terhadap kejadian obesitas anakPada
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pola asuh
orangtua terhadap kejadian obesitas anak. Obesitas pada anak
terjadi karena adanya faktor-faktor pencetus yang mengakibatkan
terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh anak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Soetjiningsih (1995) yang
menyebutkan bahwa penyebab obesitas adalah masukkan energi yang
melebihi dari kebutuhan tubuh, gangguan emosional, gaya hidup,
penggunaan kalori kurang, hormonal dan adanya faktor predisposisi
kejadian obesitas seperti: a) faktor herediter yang merupakan
kecendrungan menjadi gemuk jika salah satu orangtuanya obesitas,
maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas, jika kedua
orangtuanya obesitas, maka resiko menjadi 80%. b) penggunaan kalori
kurang yang merupakan berkurangnya pemakaian energi dapat terjadi
pada anak yang kurang aktivitas fisiknya, seharian menonton TV, dan
lain-lain. Lebih-lebih kalau nonton sambil tidak berhenti makan,
maka kecendrungan menjadi obesitas akan lebih besar. c) Gaya hidup
disini merupakan kecendrungan anak-anak sekarang suka makanan fast
food yang berkalori tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goreng
dengan kentang goreng, es krim, aneka macam mie, dll. d)
meningkatnya status ekonomi dalam hal ini orangtua yang dulunya
dari keluarga yang mampu atau berkecukupan, maka mereka cenderung
memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-anaknya dan
cenderung menuruti setiap permintaan anak.3. Hubungan faktor
herediter terhadap kejadian obesitas anakPada penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan herediter terhadap kejadian obesitas
anak. Berdasarkan hasil Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dilakukan
peneliti kepada Ayah dan Ibu yang mempunyai anak dengan obesitas
didapatkan hasil IMT (>25.00) yang salah satu ayah atau ibu nya
mengalami kegemukkan bahkan kedua orangtua nya mengalami
kegemukkan.Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Maddah dan Nikooyeh (2009) yang menyimpulkan
bahwa kedua orangtua obesitas atau overweight berhubungan dengan
kejadian obesitas pada anak-anak. Selain itu berdasarkan penelitian
yang dilakuakn Rahmawati (2009) menyimpulkan bahwa anak yang
terlahirdari keluarga yang obesitas merupakan pengaruh yang secara
genetik untuk mempunyai berat badan obesitas.4. Hubungan faktor
penggunaan kalori yang kurang terhadap kejadian obesitas anakPada
penelitian ini menunjukkan adanya hubungan penggunaan kalori kurang
terhadap kejadian obesitas anak. Penggunaan kalori kurang ini
dipengaruhi oleh kebiasaan anak yang lebih lama menghabiskan waktu
di rumah dengan menonton televisi, tidur bahkan di dukung lagi
dengan perkembangan alat-alat teknologi yang modern seperti:
Handphone yang berjenis smartphone, berbagai macam jenis gadget,
video game, dan teknologi lainnya yang dilengkapi dengan
aplikasi-aplikasi yang menarik.Hasil penelitian ini didukung dengan
hasil penelitian yang dilakukan olehHidayati (2009) yang
berpendapat bahwa salah satu faktor penyebab obesitas adalah
kurangnya aktivitas fisik seperti kurangnya melakukan olahraga
secara teratur. Selain itu Maffeis (1998) tentang aktivitas fisik
atau olahraga merupakan salah satu pilar penting untuk mencegah dan
mengatasi obesitas pada anak, karena dengan beraktivitas akan
meningkatkan kecepatan oksidasi lemak baik selama kegiatan
berlangsung maupun selama istirahat.5. Hubungan faktor gaya hidup
terhadap kejadian obesitas anakPada penelitian ini menunjukkan
adanya hubungan gaya hidup terhadap kejadian obesitas anak. Gaya
hidup anak yang gemar jajan jenis makanan siap saji (hambuger,
sosis, pizza, mie instan) atau makanan berlemak dibandingkan
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan atau makanan yang mengandung
serat dan mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak gula (coklat,
ice cream, biskuit, roti) menjadi faktor terjadinya obesitas dan
kebiasaan orangtua yang memberikan makanan yang digemari anak
asalkan anak nya mau makan, sehingga orangtua tidak menghidangkan
menu makanan yang bervariasi kepada anak.Hasil penelitian ini
didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Almatsier
(2003) tentang kebiasaan anak yang gemar terhadap makanan cepat
saji (fast food) yang umumnya mengandung lemak dan minuman ringan
(soft drink) yang mengandung gula yang tinggi juga merupakan
penyebab obesitas pada anak. Syarif (2002) mengatakan bahwa
obesitas pada anak antara lain berkaitan dengan kualitas makanan
yang dikonsumsi, perubahan pola makan sehat menjadi makanan cepat
saji yang mengandung kalori dan lemak yang tinggi. 6. Hubungan
faktor meningkatnya status ekonomi terhadap kejadian obesitas
anakPada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan meningkatnya
status ekonomi terhadap kejadian obesitas anak. Sebagian besar
pekerjaan orangtua di SDS Bruder Melati bekerja sebagai wiraswasta
dan pegawai swasta, dengan pendapatan yang tinggi ini lah membuat
orangtua memanjakan anak dengan memberikan fasilitas yang diminta
anak dan dengan kesibukkan oleh pekerjaan membuat orangtua
memberikan makanan siap saji dan praktis pada anak.Hasil penelitian
ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan olehPadmiari
dan Hadi (2009) yang menjelaskan bahwa orangtua yang mempunyai
pendapatan perbulan tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi
pula, sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih
berbagai jenis makanan. Peningkatan pendapatan keluarga juga akan
meningkatkan konsumsi makan, terutama makan yang enak dan mahal,
seperti berbagai jenis fast food . Selain itu berdasarkan
penelitian Heird (2002) di Indonesia terutama di kota-kota besar
yang diyakini oleh golongan masyarakat tingakat menengah atas
dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi
dan sedentary berakibat pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak
dan kolesterol, terutama terhadap penawaran makanan siap saji (fast
food) yang berdampak meningkatkan resiko obesitas.
BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Sekolah Dasar Bruder Melati Pontianak yang dilakukan kepada para
orangtua yang memilki anak dengan obesitas dan setelah dilakukan
serangkaian analisis dan pembahasan, maka dapat dirumuskan beberapa
kesimpulan yaitu adanya hubungan pola asuh orangtua terhadap tumbuh
kembang anak, tidak ada hubungan pola asuh orangtua terhadap
kejadian obesitas anak, ada hubungan faktor herediter terhadap
kejadian obesitas anak, adanya hubungan penggunaan kalori kurang
terhadap kejadian obesitas anak, adanya hubungan gaya hidup
terhadap kejadian obesitas anak, adanya hubungan status ekonomi
terhadap kejadian obesitas anak.B. SaranBerdasarkan kesimpulan yang
diperoleh pada penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran:1.
Bagi sarana pelayanan keperawatanPerlunya upaya nyata dari perawat
dan tenaga kesehatan yang lain untuk melakukan tindakan pencegahan
supaya angka kejadian obesitas pada anak usia sekolah tidak semakin
meningkat dengan cara melakukan pendidikan kesehatan pada anak dan
orangtua di sekolah-sekolah agar tercapai tumbuh kembang anak yang
sesuai dengan umurnya.2. Bagi Institusi pendidikan sekolahPerlunya
peran sekolah untuk mendukung pola hidup sehat tentang pentingnya
pola makan yang sehat dengan gizi yang seimbang sesuai dengan
kebutuhan tubuh pada anak usia sekolah dan melakukan aktivitas
fisik yang sesuai dengan tingkat usia anak baik melalui
poster-poster yang dipajang di papan pengumuman sekolah, maupun
melalui anjuran-anjuran secara reguler di kelas-kelas.3. Bagi para
orangtuaPerlunya sikap oarngtua dalam menjalankan peranan yang
penting bagi perkembangan anak selanjutnya, dengan memberikan
bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan agar anak
dapat menghadapi kehidupan yang akan datang dengan sukses sehingga
anak akan belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial
dalam hubungan dan interaksi dengan kelompoknya terutama pada anak
usia sekolah yang merupakan masa peralihan dan orangtua juga dapat
memberikan serta mengajarkan kepada anak tentang pola makan anak
yang sehat dengan gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh
pada anak usia sekolah dan melakukan aktifitas fisik yang sesuai
dengan tingkat usia anak sekolah.4. Bagi peneliti selanjutnyaUntuk
peneliti selanjutnya pengukuran berat badan dan tinggi badan
orangtua langsung dilakukan oleh peneliti. Dan perlu diadakan
penelitian lebih lanjut tentang variabel-variabel lain tentang pola
asuh orangtua.
1