KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTHOS DI EKOSISTEM MANGROVE SILVOFISHERY DAN MANGROVE ALAMI KAWASAN EKOWISATA PANTAI BOE KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR SKRIPSI Oleh: ANGGI AZMITA FIQRIYAH MARPAUNG PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTHOS DI EKOSISTEM MANGROVE SILVOFISHERY DAN
MANGROVE ALAMI KAWASAN EKOWISATA PANTAI BOE KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR
SKRIPSI
Oleh: ANGGI AZMITA FIQRIYAH MARPAUNG
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013
ABSTRAK ANGGI AZMITA FIQRIYAH MARPAUNG. Keanekaragaman Makrozoobenthos di Ekosistem Mangrove Silvofishery dan Mangrove Alami Kawasan Ekowisata Pantai Boe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Dibawah bimbingan INAYAH YASIR selaku Pembimbing Utama dan MARZUKI UKKAS selaku Pembimbing Anggota. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman makrozoobenthos dan mangrove pada ekosistem mangrove silvofishery dan mangrove alami serta membandingkan kelimpahan makrozoobenthos dikedua ekosistem yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 berlokasi di dalam tambak Desa Mappakalompo dan di daerah estuaria Kawasan Ekowisata Pantai Boe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar. Dengan jumlah stasiun pengamatan sebanyak dua lokasi yaitu pada mangrove silvofishery dan mangrove alami. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survey dan metode sampling, kemudian dianalisis di laboratorium.
Hasil yang didapat adalah keanekaragaman makrozoobenthos di kedua ekosistem terdapat 16 jenis, pada mangrove silvofishery terdiri atas 5 jenis yang terbagi atas 3 jenis dari class Gastorpoda,1 jenis dari class Bivalvia dan 1 jenis dari class Maxillopoda sedangkan pada mangrove alami terdapat 6 jenis dari class Gastropoda, 7 Jenis dari class Bivalvia, 1 jenis dari class Maxillopoda serta 1 jenis dari class Crustacea. Terdapat dominansi makrozoobenthos dari jenis Cerithidea cingulata.
Kesimpulan yang didapat yaitu keanekaragaman makrozoobenthos, pada kawasan ekosistem mangrove alami menunjukkan bahwa memiliki jumlah jenis yang tertinggi 15 jenis yang terdapat pada mangrove alami, sedangkan pada mangrove silvofishery terdapat lima jenis. Kelimpahan makrozoobenthos, ekosistem mangrove silvofishery merupakan kawasan yang memiliki makrozoobenthos yang sangat melimpah tetapi jenis species yang sedikit dengan total jumlah individu 1219. Sedangkan, pada ekosistem mangrove alami merupakan kawasan yang makrozoobenthosnya sedikit tetapi jenis speciesnya cukup beragam dengan total jumlah individu 730. Untuk kelimpahan mangrove, pada mangrove alami lebih beragam sedangkan mangrove silvofishery hanya terdapar dua jenis mangrove karena mangrove di silvofishery merupakan mangrove yang ditanam oleh petani tambak.
Kata Kunci: Makrozoobenthos, Estuaria, Ekosistem Mangrove, Silvofishery
KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTHOS DI EKOSISTEM MANGROVE SILVOFISHERY DAN MANGROVE ALAMI KAWASAN
EKOWISATA PANTAI BOE KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR
Oleh: ANGGI AZMITA FIQRIYAH MARPAUNG
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Ekosistem Mangrove Silvofishery Dan Mangrove Alami Kawasan Ekowisata Pantai Boe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
Nama Mahasiswa : Anggi Azmita Fiqriyah Marpaung
Nomor Pokok : L 111 08 303
Program Studi : Ilmu Kelautan
Skripsi telah diperiksa
dan disetujui oleh:
Pembimbing Utama,
Dr. Inayah Yasir, M.Sc NIP. 19661006 199202 2 001
Pembimbing Anggota,
Ir. Marzuki Ukkas, DEA NIP. 19560801 198503 1 001
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Prof. Dr. Ir. A. Niartiningsih, MP NIP. 196112011987032002
Ketua Program Studi
Ilmu Kelautan,
Dr. Ir. Amir Hamzah Muhiddin, M.Si NIP. 196311201993031002
Tanggal Lulus: 29 Mei 2013
iii
RIWAYAT HIDUP
Anggi Azmita Fiqriyah Marpaung, lahir di
Medan pada tanggal 14 April 1991. Penulis merupakan
anak bungsu (siapudan) dari empat bersaudara. Buah
cinta dari pasangan Drs. Ir. Mangadar Marpaung, M.Ap
dan Syahriana Harahap, S.Pd. Pada tahun 1996
pertama kali mengeyam pendidikan di Taman Kanak-
Kanak Adzidin, Deli Serdang. Kemudian melanjutkan
sekolah dasar di SD Negeri 066665, Medan, lulus pada
tahun 2002, pada tahun 2005, lulus dari SMP Negeri 6 Medan, tahun 2008 lulus
dari SMA Negeri 5 Medan dan tahun yang sama penulis yang sejak kecil suka
akan air ini diterima sebagai mahasiswa Universitas Hasanuddin Makasar pada
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, melalui jalur UMB.
Selama menjalani dunia kemahasiswaan, penulis pernah aktif disenat
ilmu kelautan (KEMA) sebagai pengurus senat periode 2010-2011 dan UKM
Koperasi Mahasisiwa (Kopma) pada tahun 2010.
Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir diantaranya, pada tahun
2012 penulis melaksanakan kegiatan kuliah Kerja Nyata Profesi (KKNP) di Desa
Manyili Kecamatan Takalalla Kabupaten Wajo. Sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan penulis
menulis skripsi dengan judul “Keanekaragaman Makrozoobenthos di Ekosistem
Mangrove Silvofishery dan Mangrove Alami Kawasan Ekowisata Pantai Boe
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar”.
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah, Penuh haru dan sujud simpuh dalam
pengakuan kebesaran-Nya terukir pada rasa cinta kepada Allah Subhanahu
Wa Taala yang melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulis dapat
melewati tahap demi tahap penyusunan skripsi yang berjudul
“Keanekaragaman Makrozoobenthos di Ekosistem Mangrove Silvofishery
dan Mangrove Alami Kawasan Ekowisata Pantai Boe Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar’’. Sebagai salah satu syarat kelulusan di Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin.
Tak lupa shalawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW, Rasul Allah
yang telah mencucurkan keringat jihad sebanyak-banyaknya dalam
menda’wahkan kebenaran dan mengamalkan kebajikan. Setiap kata demi
kata dalam karya ini merupakan hasil kerja keras penulis serta bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis patut menghaturkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Kupersembahkan karya terbaikku pada kedua orang tuaku tercinta,
Ayahanda Drs. Ir. Mangadar Marpaung M.Ap dan Ibunda Syahriana
Harahap S.Pd yang telah memberikan kehangatan sebuah keluarga yang
utuh baik itu secara materi, semangat maupun do’a restunya.
2. Ibu Dr. Inayah Yasir, M.Sc selaku pembimbing dan penasehat akademik
serta Bpk. Ir. Marzuki Ukkas, DEA atas waktu, pikiran, bantuan dan
perannya yang begitu penting untuk penyelesaian skripsi ini.
v
3. Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA, Prof. Dr. Amran Saru, ST, M.Si, Dr. Wasir
Samad, S.Si, M.Si dan Dr. Mahatma Lanuru, ST, M.Sc selaku dosen
penguji, memberikan tanggapan, dan saran utuk penyempurnaan skiripsi ini.
4. Ibu Prof. Dr. Ir. A. Niartiningsih, M.Si selaku Dekan FIKP (Terima kasih
atas pinjaman bukunya).
5. Bapak Dr. Ir. Amir Hamzah Muhiddin, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu
kelautan yang terus memberikan semangat dan dorongan bagi penulis
selama masa studi hingga tahap penyelesaian skripsi.
6. Abangku Tomi Maxs Experanza Marpaung, S.Sos dan kakak - kakakku
dr. Faradina Utami Marpaung dan Marissa Reizky Marpaung, SE yang
telah memberikan semangat dan motivasi selama saya berada di kota rantau
(Makassar).
7. Seluruh teman-teman Tim Galesong buat kekompakannya.
8. Sahabat seperjuanganku, Hardianthy terimakasih untuk waktu,
kebersamaan dan kesempurnaan arti sahabat.
9. Teman-temanku, Darmiati “Speaker aktif”, Nur Ipa “Ehm”, Andi Rizka
“Curhat Dong ma”, Atrasina Adlien, Ahmad Faisal Ruslan, Aryo
Ramadhan dan Musriadi buat bantuan dan canda tawanya.
10. Buat sodara-sodariku MEZEIGHT (2008), yang tidak bisa disebutkan satu
persatu kalian keluarga besarku di kota Daeng ini.
11. Bang Nawir dan keluarga yang memperkenalkan seluk beluk kota Angin
Mamiri ini serta bersedia memberikan tempat tinggal pada saat pertama kali
1. Data di Ekosistem Mangrove Silvofishery dan Alami .................................. 47 2. Hasil Perhitungan Kerapatan jenis, Kerapatan Relatif Jenis, Frekuensi
Jenis, Frekuensi Relatif Jenis, Penutupan Jenis, Penutupan Relatif Jenis dan Indeks Nilai Penting ............................................................................. 52
3. Klasifikasi Jenis Makrozoobenthos yang ditemukan pada Mangrove Silvofishery dan Alami ................................................................................ 53
4. Jenis dan Jumlah Makrozoobenthos yang ditemukan diekosistem Mangrove Silvofishery dan Mangrove Alami ............................................... 54
5. Komposisi Jenis Masing-masing Stasiun.................................................... 55
6. Frekuensi Jenis Makrozoobenthos ............................................................. 56
7. Hasil Perhitungan Kelimpahan Relatif Makrozoobenthos .......................... 57
8. Hasil Perhitungan Indeks Ekologi Makrozoobenthos .................................. 58
9. Hasil Uji Statistik One-way ANOVA Kelimpahan Makrozoobenthos ........... 59
10. Hasil Pemilahan partikel Sedimen di setiap stasiun Pengamatan ............... 60
11. Gambar Makrozoobenthos Yang Ditemukan .............................................. 67
12. Gambar Jenis Mangrove Yang Ditemukan ................................................. 69
13. Foto-foto Kegiatan Penelitian ..................................................................... 70
14
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan pesisir dan laut di Indonesia memegang peranan penting, dimana
kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Sumberdaya alam diharapkan dapat
mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sehingga selayaknya bila
sumberdaya alam tersebut dikelola dengan baik untuk menghindari terjadinya krisis
lingkungan hidup dan sumberdaya alam, sebagai sumber kehidupan. Namun, jarang
sekali yang memperhatikan tumbuh-tumbuhan yang ada di kawasan pesisir pantai,
yang sekilas hanya merupakan semak belukar yang tidak terawat dan tidak
berfungsi. Kawasan pantai yang ditumbuhi jenis tumbuhan tersebut dikenal sebagai
hutan mangrove (Romimohtarto dan Juwana, 1999).
Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di
antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove
seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang
kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai
mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove
dikelilingi oleh air garam atau air payau (Arief, 2003).
Silvofishery (mangrove dalam tambak) merupakan pola pendekatan teknis
yang terdiri atas rangkaian kegiatan terpadu antara kegiatan budidaya ikan/ udang
dengan kegiatan penanaman, pemeliharaan, pengelolaan dan upaya pelestarian
hutan mangrove. Kawasan estuaria khususnya pada ekosistem mangrove sangat
kompleks dengan kehidupan biota-biota yang hidup pada bagian dasar sedimen, di
antaranya makrozoobenthos sebagai grup hewan bentik yang mempunyai sifat khas
15
yang dikenal sebagai komunitas dasar dengan kondisi lingkungan hidup yang lebih
spesifik (Hutabarat dan Evans, 1985). Contohnya pada substrat berpasir, lingkungan
ini lebih didominasi oleh hewan seperti molluska, bivalvia dan lain-lain.
Makrozoobenthos merupakan organisme yang hidup melata, menempel,
memendam dan meliang baik di dasar perairan maupun di permukaan dasar
perairan. Makrozoobenthos yang menetap di kawasan mangrove kebanyakan hidup
pada substrat keras sampai lumpur (Arief, 2003).
Keberadaan hutan mangrove di daerah estuaria Kawasan Ekowisata Pantai
Desa Mappakalompo Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar dan fungsi ekologis
yang penting untuk tambak dan ekosistem alaminya. Kawasan ekosistem mangrove
harus terus dijaga dan dilestarikan keberadaan untuk kehidupan makrozoobenthos
dalam kawasan ekosistem mangrove, mengingat kegiatan eksploitasi hutan
mangrove semakin tidak terkontrol yang merupakan habitat makrozobenthos, maka
Faktor lain yang menarik untuk diteliti adalah keberadaan jenis makrozoobenthos
pada dua tempat yang berbeda antara wilayah mangrove silvofishery (dalam
tambak) dan mangrove yang tumbuh alami di daerah pinggir sungai kawasan
ekowisata pantai (estuaria) Desa Mappakalompo.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian yang dilakukan pada tambak mangrove dan mangrove di
muara sungai adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui keanekaragaman makrozoobenthos dan mangrove pada ekosistem
mangrove silvofishery dan mangrove alami.
2. Membandingkan kelimpahan makrozoobenthos pada ekosistem mangrove
silvofishery dan mangrove alami.
16
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
kehidupan fauna bentik pada dua ekosistem mangrove yang berbeda yaitu kawasan
mangrove yang tumbuh alami di daerah muara Sungai Saro’ dan mangrove
silvofishery (mangrove dalam tambak).
C. Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi pada identifikasi makrozoobenthos, komposisi jenis
Komposisi jenis makrooobenthos pada ekosistem mangrove silvofishery dan
mangrove alami didominasi olehclass gastropoda (Tabel 6). Gastropoda mempunyai
cangkang kedap air yang berfungsi sebagai pembatas, sehingga saat surut
gastropoda menutup rapat cangkang dengan operkulum. Selain itu, class
gastropoda juga memakan mikroorganisme atau bahan organik tanah, serta naik
keatas pohon mangrove untuk mendapatkan makanan seperti jenis Uca sp., Clithon
oualaniensi dan Terebralia sulcata. Menurut Arief (2003), Pada bivalvia Jika diamati,
cangkangnya terbagi dalam dua belahan yang diikat oleh ligamen sebagai pengikat
yang kuat dan elastis. Ligamen ini biasanya selalu terbuka, apabila diganggu maka
akan menutup.
b. Kelimpahan Rata-rata Makrozoobenthos
Kelimpahan makrozoobenthos pada ekosistem mangrove silvofishery dan
mangrove alami kawasan Ekowisata Pantai Boe berkisar antara 107–1020 ind/m2
(Gambar 9). Nilai kelimpahan cukup bervariasi, kelimpahan rata-rata individu yang
diperoleh pada mangrove silvofishery lebih tinggi dibandingkan kelimpahan di
ekosistem mangrove alami.
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III
Ke
limp
ahan
(In
d/m
²)
M. Silvofishery M. Alami
52
Gambar 8. Kelimpahan rata-rata individu makrozoobenthos pada ekosistem mangrove silvofishery dan mangrove alami. Kelimpahan tertinggi terdapat pada ekosistem mangrove silvofishery yaitu
plot II 1020 ind/m² tingginya kelimpahan makrozoobenthos stasiun I plot II
(mangrove silvofishery) didukung oleh tingginya BOT sedimen yang berasal dari
serasah pohon mangrove dalam tambak. Sedangkan kelimpahan rata-rata terendah
terdapat pada ekosistem mangrove alami stasiun II plot II 107 ind/m² rendahnya
kelimpahan makrozoobenthos pada daerah mangrove alami kemungkinan
dikarenakan pencemaran perairan di pinggir sungai saro’ yang disebabkan oleh
aktifitas pekerja kapal. Nelayan menggunakannya sebagai tempat persinggahan
kapal untuk melakukan aktifitas seperti mengecat dan memperbaiki kapal.
Penyebab lainnya, rendahnya jumlah kelimpahan makrozoobenthos pada
mangrove alami dikarenakan fator manusia, yaitu seringnya masyarakatan sekitar
mengambil makrozoobenthos khususnya pada jenis kerang-kerangan untuk
dikonsumsi.
Dari hasil analisis uji Anova diperoleh nilai f hitungnya sebesar 9,202 dengan
nilai signifikan sebesar 0,039 (p<0,05), berarti terdapat perbedaan yang signifikan
antar mangrove silvofishery dan mangrove alami dalam hal jumlah jenis
makrozoobenthos. Hal ini disebabkan oleh jumlah jenis mangrove pada ekosistem
mangrove silvofishery sangat rendah, karena ekosistem ini kurang menarik untuk
habitat makrozooebnthos.
c. Kelimpahan Relatif Makrozoobenthos
Kelimpahan relatif setiap species pada ekosistem mangrove silvofishery
dan mangrove alami dengan nilai tertinggi terdapat pada mangrove silvofishery
(dalam tambak) yaitu class gastropoda dengan jenis Cerithidea cingulata 95,0779%
53
dan makrozoobenthos yang kelimpahan relatifnya rendah ditemukan pada mangrove
alami dengan jenis-jenis Littoraria articulate 0,1370%, Semipallium luculentum
0,1370%, dan Uca sp. 0,1370% (Tabel 7).
Tabel 7. Kelimpahan relatif makrozoobenthos
Stasiun Class Nama Species Jumlah
Individu (ni) ni/N %
M. Silvofishery
Gastropoda
Clithon oulaniensis 20 0,016407 1,6407
Cerithidea cingulata 1159 0,950779 95,0779
Terebralia sulcata 27 0,022149 2,2149
Bivalvia Saccostrea cucullata 6 0,004922 0,4922
Maxillopoda Balanus sp. 7 0,005742 0,5742
Total 1219 1
M. Alami
Gastropoda
Clithon oulaniensis 8 0,010959 1,0959
Cerithidea cingulata 632 0,865753 86,5753
Terebralia palustris 2 0,002740 0,2740
Melanoides torulosa 3 0,004110 0,4110
Litoraria articulate 1 0,001370 0,1370
Faunus ater 53 0,072603 7,2603
Bivalvia
Saccostrea cucullata 1 0,001370 0,1370
Placuna ephippium 5 0,006849 0,6849
Semipallium luculentum 1 0,001370 0,1370
Anadara granosa 2 0,002740 0,2740
Corbicula Javanica 2 0,002740 0,2740
Scapharca pilula 9 0,012329 1,2329
54
Vepricardium Sinense 4 0,005479 0,5479
Maxillopoda Balanus sp. 6 0,008219 0,8219
Crustacea Uca sp. 1 0,001370 0,1370
Total 730 1,000000
2. Indeks Ekologi Makrozoobenthos
Persentase analisis data terhadap indeks ekologi makrozoobenthos yang
ditemukan di Kawasan Ekowisata Pantai Boe berdasarkan jumlah individu.
Tabel 8. Nilai indeks ekologi makrozoobenthos pada ekosistem mangrove silvofishery.
Stasiun Class Nama Species Jumlah Individu
(ni) H' E C
M. Silvofishery
Gastropoda
Clithon oulaniensis 20
0,25559601 0,15881073 0,90479831
Cerithidea cingulata 1159
Terebralia sulcata 27
Bivalvia Saccostrea cucullata 6
Maxillopoda Balanus sp. 7
Total
5 Jenis 1219
M. Alami
Gastropoda
Clithon oulaniensis 8
0,62820650 0,23197742 0,75526365
Cerithidea cingulata 632
Terebralia palustris 2
Melanoides torulosa 3
Litoraria articulata 1
Faunus ater 53
Bivalvia
Saccostrea cucullata 1
Placuna ephippium 5
Semipallium luculentum
1
Anadara granosa 2
Corbicula Javanica 2
Scapharca pilula 9
55
Vepricardium Sinense 4
Maxillopoda Balanus sp. 6
Crustacea Uca sp. 1
Total 15 Jenis 730
a. Indeks Keanekaragaman Makrozobenthos (H)
Indeks Keanekaragaman makrozoobenthos yang tertinggi terdapat di
ekosistem mangrove alami dengan total nilai 0,62820650. Kedua ekosistem ini tidak
masuk dalam kategori keanekaragaman karena Nilai indeks keanekaragaman ini
dipengaruhi oleh banyaknya jumlah jenis yang diperoleh di beberapa sampling. H' ≥
3,0 Tinggi. Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies/genera
tinggi, kestabilan komunitas tinggi dan perairannya masih belum tercemar berat.
Menurut Odum (1993), keanekaragaman jenis bukan hanya sinonim dengan
banyaknya jenis, melainkan sifat komunitas yang ditentukan oleh banyaknya jenis
serta kemerataan kelimpahan individu tiap jenis.
b. Indeks Keseragaman Makrozoobenthos (E)
Nilai indeks keseragaman makrozobenthos, mangrove alami memiliki nilai
yang paling tinggi yaitu 0,23197742. Mangrove alami memiliki indeks keseragaman
yang lebih baik dibandingkan dengan ekosistem mangrove silvofishery karena
jumlah individu dari tiap jenis makrozoobentos yang ditemukan lebih merata.
Secara umum, nilai indeks keseragamana makrozoobenthos pada Kawasan
Ekowisata Pantai Boe termasuk dalam kategori rendah 0,00< E < 0,50 komunitas
Tertekan, karena pada benthos jenis Cerithidea cingulata sangat melimpah. Hal ini
dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan organisme lain yang berada
dalam satu ekosistem. Menurut Odum (1993), keseragaman menunjukkan
komposisi individu dari setiap species dalam suatu komunitas.
56
c. Indeks Dominansi Makrozobenthos (C)
Indeks dominansi makrozoobenthos digunakakn untuk menghitung adanya
species tertentu yang mendominasi suatu komunitas makrozoobenthos. Untuk nilai
indeks dominasi makrozoobenthos, mangrove silvofishery memiliki nilai indeks
dominansi yaitu 0,90479831. Nilai indeks dominansi termasuk dalam kategori hampir
mendekati adanya dominansi 0,75< C < 1,00.
Cerithidea cingulata mendominansi species terhadap species lain di semua
stasiun penelitian. Hal ini disebabkan oleh, Cerithidea cingulata merupakan salah
satu benthos yang habitatnya di substrat berlumpur seperti substrat dalam tambak.
Adanya dominansi karena kondisi lingkungan yang sangat menguntungkan dalam
mendukung pertumbuhan spesies tertentu. Selain itu dominansi juga dapat terjadi
karena adanya perbedaan daya adaptasi tiap jenis species terhadap lingkungan.
Menurut Odum (1993), Nilai indeks dominani berkisar antara 1-0. Semakin
mendekati satu, maka semakin tinggi tingkat dominansi spesies tertentu, sebaliknya
bila nilai mendekati nol berarti tidak ada jenis yang mendominansi.
57
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pada mangrove silvofishery terdapat lima jenis makrozoobenthos terdiri dari tiga
jenis class gastropoda, satu jenis dari class Bivalvia dan satu jenis dari class
Maxillopoda yang didominansi oleh class Gastropoda. Mangrove alami
menunjukkan memiliki jumlah jenis yang lebih tinggi yaitu 15 jenis terdiri dari
enam dari class Gastropoda, tujuh dari class Bivalvia, satu jenis dari class
Maxillopoda dan satu jenis dari class Crustacea yang didominansi oleh class
Bivalvia. Untuk keanekaragaman mangrove, pada ekosistem mangrove
silvofishery terdapat dua jenis yaitu mangrove Rhizophora mucronata dan
Rhizophora stylosa sedangkan pada ekosistem mangrove alami terdiri dari
Avicennia sp., Bruguiera sp., Rhizophora stylosa dan Rhizophora mucronata.
2. Kelimpahan makrozoobenthos di ekosistem mangrove silvofishery merupakan
kawasan yang memiliki makrozoobenthos yang sangat melimpah tetapi jenis
species yang sedikit dengan total jumlah individu 1219. Sedangkan, pada
ekosistem mangrove alami merupakan kawasan yang makrozoobenthos sedikit
tetapi jenis speciesnya cukup beragam dengan total jumlah individu 730. Untuk
kelimpahan mangrove, pada mangrove alami lebih beragam sedangkan
mangrove silvofishery hanya terdapar dua jenis mangrove karena mangrove di
silvofishery merupakan mangrove yang ditanam oleh petani tambak.
B. Saran Untuk daerah silvofishery diharapkan penanaman mangrove lebih
beragam, agar benthos lebih tertarik untuk tinggal di ekosistem silvofishery
(mangrove dalam tambak).
58
DAFTAR PUSTAKA
Allard, M. And Moreau,G., 1987, Effect of Experimental Acidification on lotic Macroinvertebrate Community. Hydrobiologia
APHA, 1989. Standard Metods for the Examination of Water and Waste Water. APHA. AWWA.APCH. Port City Press. Baltimore. Maryland.
Arief, A. M. P., 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Bengen, D.G., 2000. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB. Bogor. 59 hal.
., 2004. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut (PKSPL) IPB, Bogor.
Brower JE, Zar JH. 1977. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Iowa: WM. J Brown Company Publ. Dubuque. 94 p. Cox, C. B., 1967. Biogeography. 2nd. Edn. Blackwell Scientifc Publication Oxford.
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia jilid I dan jilid II (Indonesia Shell). PT. Sarana, Jakarta. Cummins. 1975. Indikator Makrozoobenthos. PT. TKCM. Tangerang.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
FAO., 1982. Management and Utilization of Mangrove in Asia and the Pasific. dalam : FAO Environmental Paper. No. 4 FAO, Rome
Graha, D.S, 1987. Batuan dan Mineral. NOVA Bandung.
Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hawkes, H. A., 1978 River Zonation and Classification in River Ecology, ed. By. B. A. Whitten. Blackwell Scientific Publication. Oxford.
Hutabarat dan Evans., 1985. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta.
Koesoebiono., 1979. Dasar-Dasar Ekologi Umum. Fakultas Perikanan, IPB Bogor.
Lind, L. T., 1979. Hand Book of Common Method in Lymnology. Second Edition. The C. V. Mosby Company St. Louis. Toronto. London.
Mudjiman, A. 1981. Budidaya Udang Windu. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
59
Nontji, Anugrah., 2007. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Nur, H. S. 2002. Pemanfaatan Ekosistem Hutan Mangrove Secara Lestari Untuk
Tambak Tumpangsari Di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia. Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Umum. Diterjemahkan oleh T. Samingan.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
PESCOD, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for Tropical Countries. A.I.T. Bangkok, 59 pp
Retnowati, D. N. 2003. Struktur Komunitas Makrozoobenthos dan Beberapa Parameter Fisika Kimia Perairan Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Romimohtarto, K., 2001. Biologi Laut. LIPI. Gramedia. Jakarta.
Romimohtarto. K, dan Juwana. S., 1999. BIOLOGI LAUT Ilmu Pengetahuan tentang
Biota Laut. P3O-LIPI. Jakarta.
Rosenberg, D. M. and V. H. Resh. 1993. Freshwater Biomonitoring and Benthic Macroinvertebrates. Chapman and Hall. New York. London.
Sabar, Mesrawaty. 2004. Studi Komunitas dan Pemanfaatan Hutan Mangrove
[Makalah]. Dalam Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut. Jakarta, Indonesia.
Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove, cetakan pertama. Dahara Prize Semarang.
Siregar, B. P., 1997. Struktur Sebaran Spasial dan Asosiasi Komunitas Makrozoobenthos pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Teluk Banten, Jawa Barat. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
Soedharma, Dedi., 2005. Strategi Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang dan Mangrove Untuk Menjunjang Kestabilan Ekosistem Bahari di Perairan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. [Makalah]. Dalam Makassar Maritime Meeting, Seminar Nasional Tanggal 28-29 November 2005. Makassar.
Soepardi. 1986. Sifat dan Ciri Tanah. Modul Pembelajaran. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sualia, I, Eko B.P., dan I N.N. Suryadiputra. 2010. Panduan Pengelolaan Budidaya Tambak Ramah Lingkungan di Daerah Mangrove. Wetlands International – Indonesia Programme. Bogor.
60
Sudarja, Y., 1987. Komposisi Kelimpahan dan Penyebaran mangrove dari Hulu ke Hilir Berdasarkan Gradien Kedalaman di Situ Lentik, Dermaga. Kab Bogor. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
Sukarno., 1988. Terumbu Karang Buatan Sebagai Sarana Untuk Meningkatkan Prosuktivitas Perikanan di Perairan Jepara, Perairan Indonesia. LON-LIPI. Jakarta.
Sunarto. 2008. Peranan ekologis dan antropogenis ekosistem mangrove. Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan Univ. Padjajaran.
Susilo, E., 1995. Manusia dan Hutan mangrove. dalam : Pelestarian dan
Pengembangan Ekosistem Hutan Bakau Secara Terpadu dan Berkelanjutan.
Ukkas, M. 2009. Kajian Aspek Bioekologi Vegetasi Mangrove Alami dan Hasil Rehabilitasi di Kecamatan Keera Kab Wajo Sulawesi Selatan. Hibah Penelitian. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Whitten. A. J., Mustafa. M., Henderson. G. S., 1987. Ekologi Sulawesi. Gadjah Mada