This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penyajian Laporan Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Langkat telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Penelitian ini mengggunakan desain penelitian deskriptif. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari hasil wawancara tentang penyajian Laporan Keuangan Daerah dengan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Data sekunder berupa data atau informasi yang berhubungan denagan laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemerintahan Kabupaten Langkat pada tahun 2006 dalam penyajian laporan keuangan daerah telah berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam keberhasilan dalam penyajian laporan keuangan daerah pada dipengaruhi oleh faktor pendukung yaitu sumber daya manusia dan perangkat pendukung lainnya Kata Kunci: Penyajian Laporan Keuangan Daerah, SAP, Sumber Daya
This resercah purposed to know the presentation of region financial statement at Government Regency of Langkat have been reserved base on Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). This research using deskriptif research design. Kinds of data that using in this research cinsist of primary data and secondary data. Primary data is the result of interview about the presentation of region financial statement with Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Secondary data is data or information that related with region financial statement at Government Regency of Langkat. The research result show that presentation of Region Financial Statement from Government Regency of Langkat has been based on PP Number 24, 2005 year. The presentation of Financial Statement from Government Agency of Langkat is toward with human resources and support instrument. Keywords : Presentation of region Financial Statement, SAP, Human
Menurut Mahmudi dalam Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik (2006 : 24)
menyatakan bahwa:
Selama masa pra otonomi daerah dan desentralisasi fiskal belum ada sistem akuntansi keuangan daerah yang baik, yang ada baru sebatas tata buku. Pengelolaan keuangan daerah mendasarkan pada buku manual administrasi keuangan daerah (MAKUDA) tahun 1981 yang pada esensinya tidak berisi akuntansi tetapi sekedar penatausahaan keuangan atau tata buku.
Sebagai upaya konkrit reformasi keuangan daerah, pemerintah kemudian
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 105 Tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dan PP Nomor 108
Tahun 2000 tentang Pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam Pengelolaan
Keuangan Daerah. Sementara itu, petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan PP
Nomor 105 Tahun 2000 serta untuk secara bertahap mengganti model tata buku
sebagaimana dalam Manual Administrasi Keuangan Daerah menjadi sistem
akuntansi, maka dikeluarkanlah Kepemendagri Nomor 29 Tahun 2002.
Setelah digantinya UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999
oleh UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 tahun 2004, maka berbagai
peraturan pemerintah dan peraturan lain dibawahnya perlu disesuaikan lagi. Atas
dasar itu maka pemerintah mengeluarkan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Penegerjaan
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
dan Peristiwa Luar Biasa
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian
C. Perbandingan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan
Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 dan SAP memiliki pola perubahan yang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1.
Perbandingan Kepemendagri No.29 Tahun 2002
dengan SAP
Kepmendagri No.29 Tahun 2002 SAP
Basis Kas Modifikasian Basis Kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan (LRA)
Aktiva tetap diakui pada akhir periode dengan menyesuaikan Belanja Modal yang terjadi Aktiva tetap selain tanah di depresiasi dengan metode garis lurus berdasarkan umur ekonomisnya
Aktiva/Aset tetap diakui pada saat hak kepemilikannya berpindah dan atau saat diterima Aset tetap selain tanah dapat didpresiasi dengan meted garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit produksi
Kewajiban diakui pada akhir periode akuntansi melalui penyesuaian
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan atau kewajiban timbul
Jadwal tahapan penyiapan dokumen APBD tidak diatur secara rinci
Jadwal tahapan penyiapan dokumen penyusunan APBD diatur secara rinci dan ketat untuk mencapai target persetujuan DPRD paling lambat 1 tahun sebelum Tahun Anggaran dilakukan
Sumber: Diolah dari Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik
Dengan terjadinya perubahan peraturan dari Kepmendagri No. 29 Tahun
2002 kepada Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang SAP, terjadi
perubahan yang signifikan baik bersifat pragmatik maupun teknik operasionalnya
terkait dengan penatausahaan keuangan daerah sampai pada teknik atau sistem
1. Definisi dan Pengguna Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah
Laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan PP No. 24 tahun 2005
tentang SAP adalah “merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.”
Menurut Erlina (2008 : 18)
Laporan keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip yang dinyatakan dalan PP No.24 Tahun 2005. Laporan keuangan daerah suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah yang memerlukannya. Laporan keuangan pemerintah daerah tersebut harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Pengguna laporan keuangan pemerintah daerah adalah:
a. Masyarakat
b. Para wakil rakyat, lembaga pengawa, dan lembaga pemeriksa
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman
d. pemerintah
2. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintahan Daerah
a. Peranan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah
Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2005: 7) :
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama saru periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Menurut Erlina (2008: 21):
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan : 1) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik
2) Manajemen Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian aras seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat
3) Transparansi Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
4) Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity) Membantu para pengguna dalam mengetahiu kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban penegeluaran tersebut.
b. Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut Erlina (2008: 20):
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2005: 7) menyatakan bahwa
pelaporan keuangan seharusnya menyajikan informasi yang bermanfat bagi
pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik dengan:
1) Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah
2) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah
3) Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan pengunaan sumber daya ekonomi.
4) Menyediakan informasi mengenai mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya
5) Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya
6) Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Erlina (2008: 20) menyatakan bahwa untuk memenuhi tujuan umum ini,
laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal :
1) Aset 2) Kewajiban 3) Ekuitas dana 4) Pendapatan 5) Belanja 6) Transfer 7) Pembiayaan 8) Arus kas
3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2005: 10):
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki : a) Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan menbantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaanya. Informasi dapat dikatakan relevan jika memiliki kriteria: 1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value). Informasi
memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu
2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value). Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
3) Tepat waktu. Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.
4) Lengkap. Imformasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
b) Andal Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik : 1) Penyajian jujur. Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan
2) Dapat diverifikasi (verifiability). Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukan simpulan yang tidak berbeda jauh.
3) Netralitas. Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu
c) Dapat dibandingkan Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan lapora keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal yang dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara ektsternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menrapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahab tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan
d) Dapat dipahami Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud
Menurut Erlina (2008: 35):
Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat keterbatasan atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah daerah, yaitu:
1) Materialitas. Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi criteria materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan
2) Pertimbangan biaya dan manfaat. Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semsetinya menyajkan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunanya. Namnun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak hanya harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat . Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain disamping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi biaya yang dipikul oleg suatu entitas pelaporan
3) Keseimbangan antar karakteristik kualitatif. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan
yang tepat diantara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatife antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional
4. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan
yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar
akuntansi, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam
melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam
memahami laporan keuangan yang disajikan.
Menurut Erlina (2008: 31):
Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah : a. Basis akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari rekenimg kas umum daerah atau entitas pelaporan. Entitas pelaporan tidak menggunakan istilah laba. Penentuan sisa lebih pembiayaan anggran untuk setiap periode tergantung pada selisih realisasi pendapatan dan belanja serta pembiayaan. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerinyah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
b. Prinsip nilai historis Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai
historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.
c. Prinsip realisasi Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama satu tahun fiscal akan digunakan untuk membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut. Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-cost against revenue principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekan dalam akuntansi komersial.
d. Prinsip substansi mengungguli bentuk Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajkan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten atau berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan
e. Prinsip periodesitas Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimlikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun, Peremndagri Nomor 13 tahun 2006 menentukan pemerintah daerah dan atau SKPD diharapkan membuat laporan semester pertama dan laporan prognosis untuk satu semester ke depan.
f. Prinsip konsistensi Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan maupun entitas akuntansi (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari suatu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memebrikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
g. Prinsip pengungkapan lengkap Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan
h. Prinsip penyajian wajar Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan
menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan . pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.
5. Unsur-Unsur dan Bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari suatu entitas yang masing-masing dapat
diperbandingkan dengan anggarannya. Laporan realisasi anggaran dapat
menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi apakah
sumber daya ekonomi yang diperoleh dan digunakan :
1) Telah dilaksnakan secara efisien, efektif, dan hemat
2) Telah sesuai dengan anggarannya
3) Telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Menurut Ulum (2004: 192) bahwa komponen yang dicakup secara langsung
oleh laporan realisasi anggaran meliputi unsur pendapatan, belanja, dan
pembiayaan. Masing-masing komponen didefinisikan sebagai berikut:
1) Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum Negara/kas daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat/daerah, yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat/daerah
2) Belanja adalah semua pengeluaran kas umum Negara/kas daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah.
3) Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaaan maupun pemgeluaran yang perlu dibayar, atau akann
2.1 BELANJA OPERASI 2.1.1 Belanja Pegawai 2.1.2 Belanja Barang 2.1.3 Belanja Bunga 2.1.4 Belanja Subsidi 2.1.5 Belanja Hibah 2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan
Jumlah
2.2 BELANJA MODAL
2.2.1 Belanja Tanah 2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 2.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan 2.2.4 Belanja Jalan,Irigasi dan Jaringan 2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 2.2.6 Belanja Aset Lainnya
2.3 Belanja Tidak Terduga
2.3.1 Belanja Tidak Terduga
Jumlah
2.4 Transfer 2.4.1 Transfer Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa
2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 2.4.1.2 Bagi Hasil Restribusi 2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Surplus/(Defisit)
3 Pembiayaan
3.1 Penerimaan Daerah 3.1.1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 3.1.2 Pencairan Dana Cadangan
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 3.1.5 Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah 3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan 3.2.2 Penyertaan Modal Investasi Pemerintah Daerah 3.2.3 Pembayaran Pokok Utang 3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah
Pembiayaan Neto
3.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 (SAP)
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh
neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Menurut Ulum (2004: 213) bahwa masing-masing unsur didefinisikan sebagai
berikut:
1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi/sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan untuk pemeliharaan sumber-sumber daya karena alasan sejarah dan budaya.
2) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang harus diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan sejak tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang penyelasaiannya baru wajib dilakukan setelah dua belas bulan sejak tanggal pelaporan
3) Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas dana dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Ekuitas dana lancar, yaitu selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek
b) Ekuitas dana investasi, yaitu selisih antara aset nonlancar dan dana cadangan atas kewajiban jangka panjang
c) Ekuitas dana cadangan, yaitu dana yang dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bentuk neraca pemerintahan kabupaten disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.3.
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA …………… NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 Dalam Rupiah
No. Uraian 20X1 20X0 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah 4 Kas di Bendahara Pengeluaran 5 Kas di Bendahara Penerimaan 6 Investasi Jangka Pendek 7 Piutang Pajak 8 Piutang Retribusi 9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara 10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah 11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat 12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya 13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan 15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 16 Piutang Lainnya 17 Persediaan
Jumlah
18 INVESTASI JANGKA PANJANG 19 Investasi Nonpermanen 20 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara 21 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 22 Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya 23 Investasi dalam Surat Utang Negara 24 Investasi dalam Proyek Pembangunan 25 Investasi Nonpermanen Lainnya
No. Uraian 20X1 20X0 26 Investasi Permanen 27 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 28 Investasi Permanen Lainnya
Jumlah
Jumlah
29 ASET TETAP 30 Tanah 31 Peralatan dan Mesin 32 Gedung dan Bangunan 33 Jalan, Irigasi dan Jaringan 34 Aset Tetap Lainnya 35 Konstruksi dalam Pengerjaan 36 Akumulasi Penyusutan
Jumlah
37 DANA CADANGAN 38 Dana Cadangan
Jumlah
39 ASET LAINNYA 40 Tagihan Penjualan Angsuran 41 Tuntutan Perbendaharaan 42 Tuntutan Ganti Rugi 43 Kemitraan dengan Pihak Ketiga 44 Aset Tak Berwujud 45 Aset Lain-lain
Jumlah
Jumlah
46 KEWAJIBAN 47 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 48 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 49 Utang Bunga 50 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat 51 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah Daerah 52 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank
53 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank
54 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Obligasi 55 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya 56 Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah
57 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 58 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat 59 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Daerah 60 Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank
No. Uraian 20X1 20X0 61 Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank 62 Utang Dalam Negeri-Obligasi 63 Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah
Jumlah
64 EKUITAS DANA 65 EKUITAS DANA LANCAR 66 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 67 Pendapatan yang Ditangguhkan 68 Cadangan Piutang 69 Cadangan Persediaan 70 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek
Jumlah
71 EKUITAS DANA INVESTASI 72 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 73 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 74 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
75 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
Jumlah
76 EKUITAS DANA CADANGAN 77 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Jumlah
Jumlah
Sumber: Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 (SAP)
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan kegiatan
operasional, investasi, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
pemerintah pada periode tertentu.
Menurut Ulum (2004: 228) unsur yang dicakup secara langsung dalam laporan
arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing
a) Penerimaan adalah semua penerimaan kas umum Negara/kas daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan
b) Pengeluaran adalah semua pengeluaran kas umum Negara/kas daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Laporan arus kas menyajikan informsi penerimaan dan pengeluaran kas
selama periode tertentu yang diklasifikasi berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pembiayaan, dan nonanggaran. Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus
kas dari beberapa aktivitas.
Bentuk laporan arus kas pemrintahan kabupaten disajikan pada tabel
Tabel 2.4.
LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA ………….
Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0 Metode Langsung
Dalam Rupiah
No. Uraian 20X1 20X0 Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus Masuk Kas Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya
Jumlah
Arus Keluar Kas Belanja Pegawai Belanja Barang Bunga Subsidi Hibah Bantuan Sosial
Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Retribusi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Jumlah
Jumlah
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan
Arus Masuk Kas Pendapatan Penjualan atas Tanah Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya
Jumlah
Arus Keluar Kas Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya
Jumlah
Jumlah
Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan Arus Kas Masuk Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Daerah Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi Pinjaman Dalam Negeri-Lainnya Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah
Arus Kas Keluar Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
diantara pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan
harus dibuat catatan atas laporan keuangan yang berisi informasi untuk
memnudahkan penggguna dalam memahami laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas.
Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelapor dan informasi lain yang
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
Menurut Ulum (2004: 235) catatan atas laporan keuangan mengungkapkan
hal-hal sebagai berikut:
1) Menyajikan informasi tentang kebijakn fiskal/keuangan, ekonomi, makro, pencapaian target Undang-undang APBD/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target
2) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan 3) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.
4) Mengungkapkan informasi yang diharuskan standar akuntansi pemrintah yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan
5) Informasi yang menjelaskan pos-pos laporan keuangan sesuai dengan urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan
6) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD 1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan SKPD 1.3 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan SKPD Bab II Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja
APBD SKPD 2.1 Ekonomi makro 2.2 Kebijakan keuangan 2.3 Indikator pencapaian target kinerja APBD Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan SKPD 3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan SKPD 3.2 Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan Bab IV Kebijakan akuntansi 4.1 Entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah SKPD 4.2 Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
SKPD 4.3 Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
SKPD 4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada
dalam SAP pada SKPD Bab V Penjelasan pos-pos laporan keuangan SKPD 5.1 Rincian dari penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan
SKPD 5.1.1 Pendapatan 5.1.2 Belanja 5.1.3 Pembiayaan (khusus untuk SKPD) 5.1.4 Aset 5.1.5 Kewajiban 5.1.6 Ekuitas Dana 5.2 Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas,untuk entitas akuntansi/entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual pada SKPD
Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan SKPD Bab VII
Berikut ini akan disajikan Laporan Keuangan Tahun 2006 Pemerintahan
Kabupaten Langkat:
a. Laporan Realisasi Anggaran
PEMERITAH KABUPATEN LANGKAT LAPORAN PERHITUNGAN APBD
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2006 AUDITED
URAIAN TAHUN ANGGARAN 2006
ANGGARAN REALISASI 1 2 3
A. PENDAPATAN I. Pendapatan Asli Daerah 1. Pendapatan Pajak Daerah 11.718.300.000,00 9.640.258.663,60 2. Pendapatan Retribusi 5.132.290.000,00 4.344.634.675,00 3. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 3.814.000,00 4.655.609.949,84
Sub Jumlah 20.664.590.000,00 18.640.503.288,44 II. Pendapatan Dana Perimbangan dari
Pemerintah Pusat
1. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 108.587.287.319,00 128.013.886.166,00 2. Dana Alokasi Umum 484.070.000.000,00 484.070.000.000,00 3. Dana Aloksai Khusus 29.699.138.700,00 29.699.138.700,00 4. Bantuan Keuangan 3.480.000.000,00 3.480.000.000,00
Sub Jumlah 625.836.426.019,00 645.263.024.866,00 III. Lain-lain Pendapatan yang Sah 1. Bantuan Dana Adhos dari Pemerintah
Pusat - -
2. Dana Darurat - - Sub Jumlah - -
TOTAL PENDAPATAN 646.501.016.019,00 663.903.528.154,44
B. PENDAPATAN I. Belanja Operasi
1. Belanja Pegawai 341.635.930.857,00 299.412.148.549,10 2. Belanja Barang 79.022.521.329,00 75.922.587.126,00 3. Belanja Perjalanan Dinas 13.145.785.000,00 12.311.869.684,00 4. Belanja Pemeliharaan 79.189.984.435,00 75.873.672.467,00 5. Belanja Subsidi - - 6. Belanja Operasional - -
Total Belanja Operasional 512.994.221.621,00 463.520.277.826,10 II. Pendapatan Dana Perimbangan dari
Pemerintah Pusat
1. Belanja Aset Tetap-Publik 92.821.009.565,00 87.569.971.200,00 2. Belanja Aset Tetap-Aparatur 12.505.525.860,00 12.073.839.430,00
Total Belanja Modal 105.326.535.425,00 99.643.810.630,00
1. Kas di Kas Daerah 2. Kas di Pemegang Kas 3. Piutang Dana Bagi Hasil dan Provinsi 4. Piutang PAD 5. Piutang Pajak Penerangan Jalan PT.PLN 6. Biaya Dibayar Dimuka 7. Persediaan 8. Bagian Lancar Penjualan Anggaran 9. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
JUMLAH ASET LANCAR II. INVESTASI PERMANEN
Pengertian Modal Pemerintahan Daerah
JUMLAH INVESTASI PERMANEN
III. ASET TETAP 1. Tanah 2. Jalan dan Jaringan 3. Gedung dan Bangunan 4. Peralatan dan Mesin 5. Aset Tetap Lainnya
JUMLAH ASET TETAP
IV. ASET LAINNYA 1. Tuntutan Ganti Rugi 2. Tagihan Lain-lain
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2006 AUDITED
URAIAN TAHUN ANGGARAN ANGGARAN REALISASI
1 2 3 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASIONAL
I. Arus Kas Masuk
A. Pendapatan Asli Daerah 1. Pendapatan Pajak Daerah 11.718.300.000,00 9.640.258.563,60 2. Pendapatan Restribusi 5.132.290.000.00 4.344.634.675,00 3. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 3.614.000.000,00 4.655.609.949,84
Sub Jumlah 20.664.590.000,00 18.640.503.288,44 B. Pendapatan Dana Perimbangan Dari
Pemerintah Pusat
1. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 108.587.287.319,00 128.013.886.166,00 2. Dana Alokasi Umum 484.070.000.000,00 484.070.000.000,00 3. Dana Alokasi Khusus 29.699.138.700,00 29.699.138.700,00 4. Bantuan Keuangan 3.480.000.000,00 3.480.000.000,00
Sub Jumlah 625.939.426.019,00 645.263.024.866,00 C. Lain-lain Pendapatan Yang Sah
1. Bantuan Dana Adhos dari Pemerintah Pusat
- -
2. Dana Darurat - - Sub Jumlah - -
Jumlah Arus Kas Masuk 646.501.016.019,00 663.903.528.154,44 II. Arus Keluar Kas
1. Belanja Pegawai 341.635.930.857,00 299.412.148.549,10 2. Belanja Barang 79.022.521.329,00 75.922.587.126,00 3. Belanja Perjalanan Dinas 13.145.785.000,00 12.311.869.684,00 4. Belanja Pemeliharaan 79.189.984.435,00 75.373.672.467,00 5. Belanja Bagi Hasil 1.962.000.000,00 1.962.000.000,00 6. Belanja Bantuan Keuangan 30.634.411.500,00 28.013.444.500,00 7. Belanja Tak Tersangka 2.000.000,00 -
Sub Jumlah 545.790.633.121,00 493.495.722.326,10 ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS OPERASIONAL (I-II)
100.710.382.898,00 493.495.722.326,10
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
I. Arus Kas Masuk Penerimaan dari Penjualan Aset Tetap Penerimaan dari Bagian Lancar Penjualan Angsuran
1. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 2. Pembelian Aset Tetap-Publik 92.821.009.565,00 87.569.971.200,00 3. Pembelian Aset Tetap-Publik 12.505.525.880 12.073.839.400,00
Sub jumlah 105.326.535.425,00 99.643.810.630,00
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS INVESTASI
(105.326.535.425,00)
(99.643.810.630,00)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
I. Arus Masuk Kas Penerimaan Pinjaman Obligasi 10.000.000.000,00 -
Sub Jumlah 10.000.000.000,00 - II. Arus Keluar Kas