Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II SKRINING HIPOKRATIK Oleh : Ayu Sukarni Putri (1301011) Kelompok 5 S1 IV-A Kamis, 30April 2015 Dosen : Dra. Sylfia Hasti M.Farm, Apt Asisten Dosen : Rahmatina Aulia Sisri Novrita PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU YAYASAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2015
25

Skrining Hipokratik

Nov 11, 2015

Download

Documents

praktikum farmakologi II
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • LAPORAN PRAKTIKUM

    FARMAKOLOGI II

    SKRINING HIPOKRATIK

    Oleh :

    Ayu Sukarni Putri (1301011)

    Kelompok 5

    S1 IV-A

    Kamis, 30April 2015

    Dosen :

    Dra. Sylfia Hasti M.Farm, Apt

    Asisten Dosen :

    Rahmatina Aulia

    Sisri Novrita

    PROGRAM STUDI S1 FARMASI

    SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

    YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

    PEKANBARU

    2015

  • PERCOBAAN III

    SKRINING HIPOKRATIK

    1. Tujuan Percobaan

    a. Memahami dan terampil melakukan skrining farmakodinamik obat

    menggunakan teknik skrining hipokratik.

    b. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skrining farmakologi

    obat.

    2. Tinjauan Pustaka

    Farmakodinamik adalah suatu studi tentang efek-efek biokimia dan

    fisiologi dari suatu obat berikut mekanisme kerjanya. Tujuan analisis kerja

    suatu obat adalah untuk mengidentifikasi kerja utama, menggambarkan

    interaksi sel dengan obat secara kimia dan terinci dan

    mengkarakterisasikan kerja dan efek obat tersebut secara menyeluruh.

    Suatu analisis yang sempurna dapat merupakan dasar yang memuaskan

    dalam penggunaan terapi obat yang rasional, sedangkan di lain pihak dapat

    memandu pendisainan suatu obat baru.

    Sisi kerja obat

    Sisi kerja obat adalah bagian dari tubuh dimana obat bekerja untuk

    mencetus serangkaian kejadian menuju suatu respon yang juga disebut

    efek. Sisi kerja obat mungkin dekat ke orga efektor akan tetapi dapat juga

    jauh dari organ atau jaringan yang memberi respon. Ia terdapat di

    permukaan, di dalam atau di luar sel. Semakin kompleks suatu proses

    fisiologis, semakin banyak sisi kerja obat untuk memperoleh perubahan

    suatu fungsi yang sama.

    Oleh sebab itu, untuk menentukan efek suatu obat diperlukan

    pemilihan suatu metoda penentuan standar. Akan tetapi penentuan efek

    suatu obat tidak selalu sederhana, dan memerlukan keterampilan khusus.

  • Hubungan dosis respon suatu obat

    Kurva dosis efek sederhana dicirikan sebagai kurva log dosis-efek yang

    sigmoid, dengan empat variabel yaitu potensi, kecuraman, efek maksimal

    dan variabilitas, seperti terlihat pada gambar.

    a. Potensi

    Aksis dari suatu kurva dosis efek merupakan ekspresi potensi suatu

    obat. Potensi secara in vivo dipengaruhi oleh absorpsi, distribusi,

    biotransformasi, eksresi obat, kesanggupan obat untuk berinteraksi

    dengan reseptor dan hubungan fungsional antara sistem reseptor-

    efektor.

    b. Efek maksimal

    Efek maksimal suatu obat ditentukan oleh sifat atau sistem respetor-

    efektor dan diekspresikan sebagai bagian datar dari kurva dosis efek.

    c. Arah

    Arah dari suatu kurva dosis-efek merupakan refleksi dari mekanisme

    kerja obat dan bentuk kurvanya menggambarkan ikatan obat dengan.

    Contoh :

    Bila suatu obat harus berinteraksi dengan hampir semua reseptor,

    sebelum suatu respon terdeteksi, arah dari kurva dosis-efek akan

    meningkat secara berangsur-angsur. Walaupun fenomena ini kurang

    begitu penting secara teoritis, namun secara terapi cukup memberikan

    makna.

  • Penapisan hipokratik

    Cara ini telah berkembang di Amerika Serikat sejak dekade 1950-

    1960an. Sebagaimana telah disinggung diatas, penapisan multidimensi ini

    bertujuan meneliti semua aktivitas farmakologi dari suatu obat kasar.

    Enam puluh enam spesies fungi tingkat tinggi telah ditapis dengan cara ini

    pada tikus yang tidak dianestesi. Tikus-tikus diinjeksi secara

    intraperitonial dengan larutan atau suspensi dalam agar 0.25% ekstrak

    etanol 70 % atau bubuk obat. Gejala-gejala yang terjadi diamati dan

    dicatat lalu disesuaikan dengan data standar yang telah ada.

    Hipokratik berasal dari nama seorang Bapak Kedokteran,

    Hyppocrates, yang secara klinis mendiagnosa penyakit berdasarkan gejala-

    gejala yang diperlihatkan oleh penyakit tersebut. Dia dan juga dokter-

    dokter zaman sekarang mencatat perilaku, keadaan fisik, tonus otot, dan

    koordinasi pasien, lalu menghubungkannya dengan temuan lain seperti

    tekanan darah, denyut jantung, hasil analisis urin dan darah. Semua data

    diintegrasikan dan dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya untuk

    mengambil suatu diagnosa yang dapat dipercaya dari penyakit pasien itu.

    Diagnosa seperti ini disebut dengan diagnosa hipokratik.

    Pemakaian prinsip diagnosa hipokratik terhadap penapisan obat disebut

    skrning hipokratik. Prosedurnya mencakup observasi multidimensi dari

    perubahan-perubahan fungsional yang terjadi pada hewan percobaan sehat

    akibat pemakaian obat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan suatu profil

    yang komplit dari efek-efek obat. Teknik ini menggunakan kertas kerja

    standar yang berisi respon perilaku pada interval waktu yang berbeda-beda

    setelah injeksi obat.

    Beberapa prinsip yang mendasari penapisan hipokratik :

    a. Semua obat memperlihatkan profil aktivitas dosis-respon yang berarti

    bahwa, semakin besar dosis semakin besar jumlah sisi kerja obat

    sehingga responnya juga meningkat, baik intensitas maupun lama

    efeknya. Implikasi dari pernyataan ini adalah, bahwa suatu

  • obatdinyatakan tidak mempunyai gejala bila dengan penambahan dosis

    gejala tersebut juga tidak terlihat.

    b. Semua obat mampu menginduksi toksisitas bila dosisnya melebihi

    batas keamanan

    c. Setiap golongan obat mempunyai profil dosis-respon yang khas yang

    dapat dikenal dan dibedakan. Penentuan multiplikasi aktivitas obat

    dapat mengarahkan pada profil aktivitas, sehingga dapat dibandingkan

    dengan golongan-golongan obat tertentu.

    d. Dengan menggunakan profil dosis-respon obat-obat yang diketahui

    kerja farmakologinya dan dengan didukung oleh pengetahuan tentang

    fisiologi dan farmakologi, seseorang dapat memperkirakan kegunaan

    senyawa yang diuji dengan suatu derjat ketelitian yang cukup tinggi,

    demikian juga dengan toksisitas dan efek sampingnya.

    Ada atau tidaknya aktivitas farmakologi suatu obat yang diuji dapat

    diperhatikan dari gejala-gejala yang terjadi pada hewan percobaan setelah

    diberi suatu dosis obat seperti salivasi, urinasi, diare, fasikulasi, miosis,

    midriasis, muntah, konvulsi, dan sebagainya. Keadaan ini dibandingkan

    dengan hewan kontrol.

    Sebagai keluaran dari penapisan hipokratik adalah suatu perkiraan

    kasar akan sifat-sifat farmakologi dan toksisitas umum dari suatu obat,

    lengkap dengan potensi, lama kerja dan rasio keamanannya. Hasil ini

    nantinya dapat membantu seorang ahli farmakologi dan toksikologi dalam

    merencanakan suatu studi farmakologi yang lebih spesifik dan mencari

    prosedur ekstraksi dan isolasi bagi seorang ahli farmakognosi.

    Sifat-sifat farmakologi obat yang dapat ditetapkan dari hasil

    penapisan hipokratik antara lain depresan atau stimulan sistem saraf pusat,

    simpatomimetik, simpatolitik, parasimpatomimetik, parasimpatolitik,

    vasodilator, vasokontrikstor, analgetik, dan relaksan otot.

  • a. Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat

    menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis,

    karena melepaskan neurohormon asetilkolin di ujung-ujung neuronnya.

    Efek-efek yang muncul setelah pemberian kolinergika adalah:

    - Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan

    sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi air

    mata, dll.

    - Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan

    jantung, vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.

    - Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi,

    sedangkan sekresi dahak diperbesar.

    - Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan

    menurunnya tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air

    mata.

    - Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar

    pengeluaran urin.

    - Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.

    - Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya

    b. Parasimpatolitika atau antagonis kolinergik adalah zat-zat yang dapat

    menghambat efek kolinergik yang menstimulasi susunan

    parasimpatiskarena menghambat pelepasan neurohormon asetilkolin di

    ujung-ujung neuronnya.

    Efek antikolinergik yang muncul :

    - Terjadi peningkatan denyut nadi

    - Mengurangi sekresi mukus

    - Menurunkan peristaltik usus

    - Dilatasi pupil mata (midriatis)

    - Merangsang sistem saraf pusat

    - Mengurangi tonus dan motilitas saluran cerna

  • c. Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat

    menimbulkan (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi susunan

    sipaticus dan melepaskan noradrenalin di ujung-ujung sarafnya. Efek-efek

    yang ditimbulkan adalah:

    - Vasokonstriksi otot polos dan menstimulasi sel-sel kelenjar dengan

    bertambahnya antar lain sekresi liur dan keringat.

    - Menurunkan peristaltik usus.

    - Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung. Bronkodilatasi dan

    stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.

    d. Simpatolitik

    Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian

    atau seluruh aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek

    yang ditimbulkan oleh simpatomimetika.

    e. Analgetika

    Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi

    atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

    f. Vasodilator

    Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan

    pembuluh darah secara langsung.

    g. Vasokonstriktor

    Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator.

    h. CNS Activation

    Zat-zat yang dapat merangsang SSP. Efek-efek yang ditimbulkan

    adalah:

    - Konvulsi.

    - Meningkatkan laju pernapasan.

    Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:

    - Aktivitas motorik meningkat

    - Temperatur rektum naik

    - Rasa ingin tahu meningkat

  • i. CNS Depressant

    Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan

    dengan CNS activation. Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara

    lain:

    - Aktivitas motorik menurun

    - Laju pernapasan menurun

    - Hilang refleks pinal

    - Paralisa kaki

    - Hilang daya cengkeram

    j. Muscle Relaxant

    - Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.

  • 3. Bahan Dan Alat

    a. Bahan yang dipakai

    - Obat/bahan X yang dirahasiakan jenisnya dengan dosis 3, 10,

    30,100,300,1000 mg/kgBB

    - Hewan yang digunakan : Mencit 1 ekor tiap kelompok

    b. Alat yang digunakan

    - Spuit

    - Jarum suntik

    - Stopwatch

    - Hotplate

    - Rotating road

    - Termometer

    - Platform

    - Pinset

    - Kertas saring

    - Timbangan analitik

    - Misai (bulu sikat/kuas)

    - Stoples

    4. Cara Kerja

    a. Timbang mencit dan hitung VAOnya.

    b. Amati parameter seperti yang tertera pada data pengamatan dan beri

    skor 0, atau 1 (0 untuk tidak , 1 jika ada) untuk respon kualitatif dan

    1,2 atau 3 untuk respon kuantitatif.

    c. Injeksi mencit secara I.P dengan obat X dan amati perubahan tingkah

    laku dengan membandingan sikapnya dengan sebelum diberikan obat

    X.

    d. Amati semua parameter yang tertera pada menit ke 5,10,15,30,60, dan

    120 setelah penyuntikan obat X.

    e. Evaluasi hasil yang diperoleh dengan cara sebagai berikut:

  • - Kumpulkan nilai menurut bobot untuk masing-masing parameter

    sesuai dengan dosis.

    - Lakukan hal yang sama untuk semua parameter yang lain.

    - Hitung skor total dengan mengalikan skor dengan faktor bobot

    untuk masing-masing parameter pada tiap-tiap dosis dan

    bandingkan dengan skor maksimum.

    - Kumpulkan nilai parameter yang relevan untuk aktivitas tertentu.

    - Rangking persentase respon aktivitas yang didapat menurut dosis

    dan katagori aktivitas.

    - Bahas hasil yang diperoleh dan buat beberapa kemungkinan

    kategori aktifitas senyawa yang diuji sebagai kesimpulan.

  • 5. Hasil Dan Pembahasan

    a. Hasil pengamatan

    Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil yang dapat terlihat :

    Parameter

    Nilai (1-3) atau terukur pada

    waktu

    K 5 10 15 30 60

    Kelopak mata turun 0 0 0 0 0 0

    Buku berdiri 0 0 0 0 0 0

    Ekor berdiri 0 0 0 0 0 0

    Bola mata menonjol 0 0 0 0 0 0

    Ekor memerah 0 0 0 0 1 0

    Telinga memerah 0 0 0 0 0 0

    Ekor pucat 0 0 0 0 0 0

    Fasikulasi 0 1 1 1 1 1

    Tremor 1 1 1 1 1 0

    Aktivitas motorik meningkat 0 0 0 0 0 1

    Aktivitas motorik menurun 1 0 0 0 1 0

    Respirasi meningkat 2 0 0 0 2 2

    Respirasi menurun 0 0 0 0 0 0

    Gerak berputar 1 1 1 1 1 1

    Ekor bergelombang 0 0 0 0 0 0

    Agresif 1 1 1 1 1 1

    Rasa ingin tahu meningkat 1 1 1 1 1 1

    Rasa ingin tahu menurun 0 0 0 0 0 0

    Refleks kornea hilang 0 0 0 0 0 0

    Refleks telinga hilang 0 0 0 0 0 0

    Reflek balik hilang 0 0 0 0 0 0

    Salivasi 0 1 0 0 0 0

    Lakrimasi meningkat 0 0 0 0 0 0

    Lakrimasi menurun 0 0 0 0 0 0

    Air mata berdarah 0 0 0 0 0 0

    Paralisa Kaki 0 0 0 0 0 0

    Konvulsi 0 1 1 1 1 1

    Urinasi 0 0 0 0 1 1

    Diare 0 1 1 1 0 0

    Temperatur rektum meningkat 0 0 0 0 0 0

    Temperatur rektum menurun 0 1 1 1 1 1

    Jatuh dari rotaroad 2 1 1 1 1 1

    Katalepsi 0 1 1 1 1 1

    Tonus tubuh menurun 0 1 1 1 1 1

  • Reaksi plat panas menurun 0 0 0 0 0 0

    Reaksi jepit ekor menurun 0 0 0 0 1 1

    Menggeliat 0 0 0 0 0 0

    Pandangan tidak lurus 0 0 0 0 0 0

    Pupil mengecil 0 0 0 0 0 0

    Pupil melebar 0 0 1 1 0 0

    Ekor naik 0 1 1 1 0 0

    Berat badan meningkat 0 0 0 0 0 0

    Berat badan menurun 0 1 1 1 1 1

    Perhitungan

    Berapa ml VAO yang dibutuhkan jika diketahui berat mencit = 24.62

    gram, dosis untukobat X 30 mg/kgBB, dan konsentrasi = 3 mg/mL?

    Jawab : VAO mL =BB dosis

    VAO (mL) =0.02462 kg 30 mg/kgBB

    3 /

    VAO mL = 0.2462 = 0.25 mL

    a. Aktifitas penekan sistem syaraf pusat

    Parameter

    Skor

    total Jumlah

    Skor

    Maksimal Jumlah

    Kelopak mata turun 1 x 0 0 1 x 5 x 0 0

    Aktivitas motorik menurun 1 x 1 1 1 x 5 x 1 5

    Respirasi menurun 2 x 0 0 2 x 5 x 2 20

    Rasa ingin tahu menurun 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5

    Refleks kornea hilang 1 x 0 0 1 x 5 x 0 0

    Refleks telinga hilang 1 x 0 0 1 x 5 x 0 0

    Reflek balik hilang 1 x 0 0 1 x 5 x 0 0

  • Persentase aktivitas penekan syaraf pusat :

    % =25.5

    86.25 100% = 29.56 %

    b. Simpatolitik

    Parameter Skor

    total Jumlah

    Skor

    Maksimal Jumlah

    Kelopak mata turun 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5

    Aktivitas motorik menurun 1 x 1 0 1 x 5 x 1 5

    Konvulsi 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5

    Temperatur rektum menurun 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5

    Pupil mengecil 1.5 x 0 0 1.5 x 5 x

    1.5 11.25

    Jumlah 10 31.25

    Persentase aktivitas simpatolitik :

    % =10

    31.25 100% = 32 %

    Paralisa Kaki 1 x 0 0 1 x 5 x 0 0

    Temperatur rektum menurun 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5

    Jatuh dari rotaroad 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5

    Katalepsi 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5

    Tonus tubuh menurun 1.5 x 5 7.5

    1.5 x 5 x

    1.5 11.25

    Reaksi plat panas menurun 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5

    Reaksi jepit ekor menurun 1 x 2 2 1 x 5 x 1 5

    Pandangan tidak lurus 2 x 0 0 2 x 5 x 2 20

    25.5 86.25

  • c. Relaksasi Otot

    Parameter Skor

    total Jumlah

    Skor

    Maksimal Jumlah

    Kelopak mata turun 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5

    Aktivitas motorik menurun

    1 x 1 1 1 x 5 x 1 5

    Respirasi menurun

    2 x 0 0 2 x 5 x 2 20

    Rasa ingin tahu menurun

    1 x 0 0 1 x 5 x 1 5

    Refleks telinga hilang

    1 x 0 0 1 x 5 x 1 5

    Paralisa Kaki

    1 x 0 0 1 x 5 x 1 5

    Jatuh dari rotaroad

    1 x 5 5 1 x 5 x 1 5

    Tonus tubuh menurun

    1.5 x 5 7.5

    1.5 x 5 x

    1.5 11.25

    Reaksi jepit ekor menurun

    1 x 2 2 1 x 5 x 1 5

    Menggeliat

    0.5 x 0 0

    0.5 x 5 x

    0.5 1.25

    Jumlah

    15.5 67.5

    Persentase aktivitas relaksasi otot :

    % =15.5

    67.5 100% = 22,96 %

    d. Simpatomimetik

    Parameter Skor

    total Jumlah

    Skor

    Maksimal Jumlah

    Bulu berdiri 0.5 x 0 0 0.5 x 5 x

    0.5 1.25

    Bola mata menonjol 1.5 x 0 0 1.5 x 5 x

    1.5 11.25

    Lakrimasi menurun 2 x 0 0 2 x 5 x 2 20

    Konvulsi 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5

  • Temperatur rektum meningkat 2 x 0 0 2 x 5 x 2 24

    Pupil melebar 0.5 x 2 1 0.5 x 5 x

    0.5 1.25

    Jumlah 6 62.75

    Persentase aktivitas simpatomimetik :

    % =6

    62.75 100% = 9.56 %

    e. Parasimpatomimetik

    Parameter Skor

    total Jumlah

    Skor

    Maksimum Jumlah

    Bulu berdiri 0.5 x 0 0 0.5 x 5 x 0.5 1.25

    Fasikulasi 1 x 4 4 1 x 5 x 1 5

    Salivasi 2 x 1 2 2 x 5 x 2 20

    Lakrimasi meningkat 0.5 x 0 0 0.5 x 5 x 0.5 1.25

    Air Mata berdarah 1.5 x 0 0 1.5 x 5 x 1.5 11.25

    Konvulsi 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5

    Urinasi 2 x 2 4 2 x 5 x 2 20

    Diare 1 x 3 3 1 x 5 x 1 5

    Temperatur rektum menurun 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5

    Pupil mengecil 1.5 x 0 0 1.5 x 5 x 1.5 11.25

    Jumlah 23 85

    Persentase aktivitas parasimpatomimetik :

    % =23

    85 100% = 27.06 %

    f. Analgetik

    Parameter Skor

    total Jumlah

    Skor

    Maksimal Jumlah

    Ekor naik 0.5 x 3 1.5 0.5 x 5 x

    0.5 1.25

    Gerak berputar 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5

    Reaksi plat panas menurun 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5

    Reaksi jepit ekor menurun 1 x 2 2 1 x 5 x 1 5

    Pupil melebar 0.5 x 2 1 0.5 x 5 x 1.25

  • 0.5

    Jumlah 9.5 17.5

    Persentase aktivitas analgetik :

    % =9.5

    17.5 100% = 54.29 %

    g. Vasodilatasi

    Parameter Skor

    total Jumlah

    Skor

    Maksimal Jumlah

    Ekor memerah 1 x 1 1 1 x 5 x 1 5

    Telinga memerah 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5

    1 10

    Persentase aktivitas vasodilator :

    % =1

    10 100% = 10 %

    h. Vasokontriksi

    Parameter Skor

    total Jumlah

    Skor

    Maksimal Jumlah

    Ekor / telinga pucat 2 x 1 2 2 x 6 x 2 24

    2 24

    Persentase aktivitas vasokontriksi :

    % =2

    24 100% = 8.33 %

    i. Stimulasi sistem saraf pusat

    Parameter Skor

    total Jumlah

    Skor

    Maksimal Jumlah

    Fasikulasi 1 x 4 4 1 x 5 x 1 5

    Tremor 1 x 3 3 1 x 5 x 1 5

    Aktivitas motorik meningkat 1 x 1 1 1 x 5 x 1 5

    Respirasi meningkat 2 x 4 12 2 x 5 x 2 20

    Gerak putar 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5

    Ekor bergelombang 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5

    Agresif 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5

  • Rasa ingin tahu menngkat 1 x 4 4 1 x 5 x 1 5

    Konvulsi 1 x 4 4 1 x 5 x 1 5

    Temperatur rektum meningkat 2 x 5 10 2 x 5 x 2 20

    Tonus tubuh meningkat 2 x 0 0 2 x 5 x 2 20

    Jumlah 48 100

    Persentase aktivitas stimulasi sisten syaraf pusat :

    % =48

    100 100% = 48 %

    j. Parasimpatolitik

    Parameter Skor

    total Jumlah

    Skor

    Maksimal Jumlah

    Pupil mata melebar 0.5 x 2 1 0.5 x 5 x

    0.5 1.25

    Jumlah 1 1.25

    Persentase aktivitas parasimpatotilik:

    % =1

    1.25 100% = 80 %

    k. Parameter lain

    Parameter Skor

    total Jumlah

    Skor

    Maksimal Jumlah

    Berat badan menurun 1.5 x 5 7.5 1.5 x 5 x

    1.5 11.25

    Jumlah 7.5 11.25

    Persentase berat badan:

    % =7.5

    11.25 100% = 66.67 %

    b. Pembahasan

    Praktikum kali ini melakukan pengujian untuk menapis aktivitas

    suatu obat-obatan yang berkhasiat yang belum diketahui sebelumnya

    baik berasal dari alam, sintetis, atau semi sintetis menggunakan teknik

  • Skrining Hipokratik dengan menggunakan mencit sebagai hewan

    uji yang masing-masing diberi perlakuan yang sama dimana mencit

    tersebut akan diamati parameter-parameter yang berkaitan dengan

    teknik skrining hipokratik ini. Prinsip pengujian ini didasarkan atas

    bahwa obat bila berinteraksi dengan materi biologis dalam tubuh akan

    menghasilkan efek tertentu, tergantung dosis yang diberikan.

    Masing-masing kelompok disuntikan ekstrak yang aktivitasnya

    belum diketahui dengan dosis yang berbeda-beda. Dosis yang

    digunakan yaitu 3 mg/KgBB, 10 mg/KgBB, 30 mg/KgBB, 100

    mg/KgBB, 300 mg/KgBB dan 1000 mg/KgBB. (kelompok kami

    melakukan skrining hipokratik pada dosis 30 mg/KgBB).

    Pemberian obat ini berguna untuk melihat bagaimana gambaran

    profil farmakodinamika obat/bahan yang diujikan dari data/hasil yang

    diperoleh nantinya. Ada atau tidaknya aktivitas farmakologi suatu

    obat yang diuji dapat diperhatikan dari gejala-gejala yang terjadi pada

    hewan percobaan setelah diberi suatu dosis obat seperti salivasi,

    urinasi, diare, fasikulasi, miosis, midriasis, muntah, konvulsi, dan

    sebagainya. Keadaan ini dibandingkan dengan keadaan kontrol

    sebelumnya.

    Sebelum dilakukan penyuntikan, mencit diamati sesuai dengan

    parameter-parameter yang telah ditetukan. Kemudian disuntikan

    sampel obat X dan dilakukan pengamatan setiap menit ke- 5, 10, 15,

    30, dan 60 menit. Pada pengamatan menit ke 5 dan ke 10 kami

    mengalami kesulitan dan mendapatkan hasil yang tumpang tindih

    karena banyaknya parameter yang diamati.

  • Pada menit ke 5 hewan mencit yang diberikan obat X secara intra

    peritonial sudah mulai memberikan efek seperti fasikulasi, tremor,

    gerak berputar, agresif, rasa ingin tahu meningkat, salivasi, konvulsi,

    diare, temperatur rektum menurun, jatuh dari rotaroad, tonus tubuh

    menurun, ekor naik dan berat badan menurun. Lalu pada menit ke

    10dan Pada menit ke 15mencit masih menunjukan efek yang sama

    pada menit ke 5.Pada menit ke 30beberapa efek yang timbul

    beberapa masih ada yang sama, sebagian timbul efek lain dari

    sebelumnya seperti ekor memerah, aktivitas motorik menurun,

    respirasi meningkat, urinasi, reaksi jepit ekor menurun. Pada menit

    ke 60efek yang timbul hampir sama dengan efek yang ttimbul pada

    menit ke 30, yang berbeda misalnya mencit mengalami ekor pucat,

    dan aktivitas motorik meningkat.

    Berdasarkan data pengamatan yang didapatkan selama praktikum,

    setelah dilakukan perhitungan terhadap data pengamatan tersebut

    dalam skrining hipokratik, didapatkan persentase seperti berikut :

    a. Aktivitas penekan SSP = 29.56 %

    b. Simpatolitik = 32 %

    c. Relaksasi otot = 22.96 %

    d. Simpatomimetik = 9.56 %

    e. Parasimpamimetik = 27.06 %

    f. Analgetik = 54.29 %

    g. Vasodilatasi = 10 %

    h. Vasokontriksi = 8.33 %

    i. Stimulasi SSP = 48 %

    j. Parasimpatolitik = 80 %

    Persentase tertinggi terdapat pada aktivitas parasimpatolitik yaitu

    sebesar 80 % diikuti oleh analgetik, dan stimulasi SSP, masing-

    masing dengan54.29 %, dan 48 %. Ketiga aktivitas ini

  • berjalancukupsinergis dimana ketikaefek kolinergik yang

    menstimulasi susunan parasimpatis dihambat karena parasimpatolitik

    menghambat pelepasan neurohormon asetilkolin di ujung-ujung

    neuronnya, maka akan muncul efek-efek diantaranya : Terjadi

    peningkatan denyut nadi, Mengurangi sekresi mukus,Menurunkan

    peristaltik usus, Dilatasi pupil mata (midriatis) yang menujukkan juga

    aktivitas analgetik,Merangsang sistem saraf pusat,Mengurangi tonus

    dan motilitas saluran cerna.

    Seperti yang telah dibahas diatas meskipun efek yang muncul

    cukup sinergis, dan menunjukkan bahwa obat bersifat parasimpatolitik

    sebagai antagonis kolinergik disertai juga terjadinya penurunan berat

    badan pada sampel uji,namun belum dapat ditentukan secara pasti

    apakah benar sampel uji benar-benar berkhasiat sebagai

    parasimpatolitik.Sesuai prinsipnya ketika menggunakan profil dosis-

    respon obat-obat telah diketahui kerja farmakologinya maka perlu

    didukung oleh pengetahuan tentang fisiologi dan farmakologi,

    sehingga seseorang dapat memperkirakan kegunaan senyawa yang

    diuji dengan suatu derjat ketelitian yang cukup tinggi, demikian juga

    dengan toksisitas dan efek sampingnya.

    Ada beberapa sifat farmakologi yang dihasilkan selama praktikum

    yang tidak mendukung sinergisitas ke 3 efek sebelumnya yaitu efek

    simpatolitik yang berlainan dengan ke 3 efek diatas.Kemungkinan hal

    ini terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : Penyuntikann obat

    yang tidak tepat kedalam intraperitonialmencit, kondisi fisiologis

    mencityang berbeda-beda tiap kelompok pengujian sehingga respon

    yang ditunjukkan pun berbeda, dosis yang diberikan masih belum tepat

    untuk menunjukkan profil farmakodinamik obat pada hewan

    uji,pengamatan praktikan yang tidak tepatdari efek terapi mencit yang

    lebih subjektif, karena agak sulit untuk dapat menentukan apakah

  • terjadi perubahan signifikan pada mencit atau waktu pengamatan juga

    mempengaruhi hasil pengamatan tersebut.

    6. Kesimpulan

    Farmakodinamik adalah suatu studi tentang efek-efek biokimia dan

    fisiologi dari suatu obat berikut mekanisme kerjanya. Tujuan

    analisis kerja suatu obat adalah untuk mengidentifikasi kerja

    utama, menggambarkan interaksi sel dengan obat secara kimia dan

    terinci dan mengkarakterisasikan kerja dan efek obat tersebut

    secara menyeluruh

    Skrining hipokratik adalah suatu uji yang dilakukan untuk

    mengetahui aktivitas suatu zat/ senyawa yang belum diketahui

    sebelumnya.

    Berdasarkan parameter yang telah diujikan pada mencit dapat

    disimpulkan bahwa obat/bahan X memiliki aktivitas sebagai

    parasimpatolitika, diikuti dengan analgetika dan stimulasi SSP.

    Ketiga aktivitas ini berjalan cukup sinergis dimana ketika efek

    kolinergik yang menstimulasi susunan parasimpatis dihambat

    karena parasimpatolitik menghambat pelepasan neurohormon

    asetilkolin di ujung-ujung neuronnya, maka akan muncul efek-efek

    diantaranya : Terjadi peningkatan denyut nadi, Mengurangi sekresi

    mukus,Menurunkan peristaltik usus, Dilatasi pupil mata (midriatis)

    yang menujukkan juga aktivitas analgetik, Merangsang sistem

    saraf pusat, Mengurangi tonus dan motilitas saluran cerna.

    Faktor yang mempengaruhi hasil eksperimen dalam hal ini

    kemungkinan terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :

    Penyuntikann obat yang tidak tepat kedalam intraperitonial mencit,

    kondisi fisiologis mencit yang berbeda-beda tiap kelompok

    pengujian sehingga respon yang ditunjukkan pun berbeda, dosis

    yang diberikan masih belum tepat untuk menunjukkan profil

    farmakodinamik obat pada hewan uji, pengamatan praktikan yang

  • tidak tepat dari efek terapi mencit yang lebih subjektif, karena agak

    sulit untuk dapat menentukan apakah terjadi perubahan signifikan

    pada mencit atau waktu pengamatan juga mempengaruhi hasil

    pengamatan tersebut.

    7. Jawaban Pertanyaan-pertanyaan

    1. Apa beda skrining buta dengan skrining spesifik?

    Jawab

    Skrining buta adalah program skrining terhadap senyawa baru yang

    tidak diketahui aktivitas farmakologinya. Sedangkan skrining spesifik

    adalah program skrining yang dilakukan pada senyawa yang telah

    dapat diperkirakan khasiatnya.

    2. Apa kelebihan metoda skrining hipokratik dibandingkan dengan

    skrining spesifik? Apa pula kelemahannya ?

    Jawab

    Kelebihan

    - Caranya sederhana dan peralatan yang digunakan relative

    murah.

    - Aktivitas bahan/obat yang diuji dapat diketahui dengan cepat.

    Kelemahan

    Ketika profil dosis-respon obat-obat telah diketahui kerja

    farmakologinya, keakuratannya belum dapat dipastikan, maka perlu

    didukung oleh pengetahuan tentang fisiologi dan farmakologi,

    sehingga seseorang dapat memperkirakan kegunaan senyawa yang

    diuji dengan suatu derjat ketelitian yang cukup tinggi, demikian

    juga dengan toksisitas dan efek sampingnya.

  • 3. Apakah toksisitas bahan dapat diramalkan menggunakan cara skrining

    ini ? jelaskan

    Jawab

    Bisa. Karena dari skrining hipokratik ini diperoleh seberapa besar

    aktivitas dari berbagai kriteria yang diamati. Bila pada skrining

    hipokratik ini pada dosis yang besar dapat memberikan efek yang

    sangat berlebihan, maka bisa dinyatakan berefek toksik.

    4. Jelaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk suatu obat

    baru agar ia dapat digunakan secara klinis.

    Jawab

    Pengembangan dan penilaian obat ini meliputi 2 tahap uji :

    1. Uji Praklinik

    Serangkaian uji praklinik yang dilakukan antara lain :

    a. Uji Farmakodinamika

    b. Uji Farmakokinetik

    Tujuan : Untuk mengetahui ADME dan Merancang dosis

    dan aturan pakai.

    c. Uji Toksikologi

    Mengetahui keamanannya

    d. Uji Farmasetika

    2. Uji Klinik

    Uji dilakukan pada manusia. Dibagi menjadi 4 Fase :

    a. Uji Klinik Fase I

    Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama

    kalinya pada manusia.

    b. Uji Klinik Fase II

    Pada fase ini dicobakan pada pasien sakit.

    c. Uji Klinik Fase III

    - Pada manusia sakit, ada kelompok kontrol dan kelompok

    pembanding

  • - Cakupan lebih luas baik dari segi jumlah pasien maupun

    keragaman (misal : intra ras)

    - Setelah terbukti efektif dan aman obat siap untuk

    dipasarkan

    d. Uji Klinik Fase IV

    - Uji terhadap obat yang telah dipasarkan (post marketing

    surveilance)

    - Mamantau efek samping yang belum terlihat pada uji-uji

    sebelumnya

    5. Jelaskan hubungan parameter-parameter yang diamati dengan jenis

    aktivitas-aktivitas yang ditentukan.

    Jawab

    - Piloerection atau bulu mencit berdiriu menunjukkan adanya

    kompensasi temperatur yang rendah atau aktivitas

    simpatomimetik.

    - Skin colour atau warna kulit khususnya daun telinga, bila berubah

    dari merah muda menjadi merah maka menunjukkan adanya

    vasodilatasi akibat pengaruh simpatolitik. Warna putih

    menunjukkan vasikontriksi karena pengaruh simpatomimetik.

    - Heart rate yaitu detak jantung dapat dipercepat oleh aktivitas

    parasimpatomimetik dan dapat diperlambat oleh depresan

    pernafasan dan SSP, khususnya pada dosis tinggi.

    - Ukuran pupil dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberi

    obat. Pelebaran pupil menandakan bahwa hewan terpengaruh obat

    para simpatolitik atau simpatomimetik.

  • 8. Daftar Pustaka

    Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition,

    Lange Medical Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book

    version of the text).

    Mardjono, Mahar. 1995.Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Jakarta : Gaya

    Baru.

    Mutschler, Ernest, 1991. Dinamika Obat edisi V. Bandung : ITB.

    Tjay ,hoan dan kirana rahardja, 2008. Obat-obat penting edisi VI. Jakarta :

    PT Gramedia.

    Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Departemen

    Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.