-
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI II
SKRINING HIPOKRATIK
Oleh :
Ayu Sukarni Putri (1301011)
Kelompok 5
S1 IV-A
Kamis, 30April 2015
Dosen :
Dra. Sylfia Hasti M.Farm, Apt
Asisten Dosen :
Rahmatina Aulia
Sisri Novrita
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
-
PERCOBAAN III
SKRINING HIPOKRATIK
1. Tujuan Percobaan
a. Memahami dan terampil melakukan skrining farmakodinamik
obat
menggunakan teknik skrining hipokratik.
b. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skrining
farmakologi
obat.
2. Tinjauan Pustaka
Farmakodinamik adalah suatu studi tentang efek-efek biokimia
dan
fisiologi dari suatu obat berikut mekanisme kerjanya. Tujuan
analisis kerja
suatu obat adalah untuk mengidentifikasi kerja utama,
menggambarkan
interaksi sel dengan obat secara kimia dan terinci dan
mengkarakterisasikan kerja dan efek obat tersebut secara
menyeluruh.
Suatu analisis yang sempurna dapat merupakan dasar yang
memuaskan
dalam penggunaan terapi obat yang rasional, sedangkan di lain
pihak dapat
memandu pendisainan suatu obat baru.
Sisi kerja obat
Sisi kerja obat adalah bagian dari tubuh dimana obat bekerja
untuk
mencetus serangkaian kejadian menuju suatu respon yang juga
disebut
efek. Sisi kerja obat mungkin dekat ke orga efektor akan tetapi
dapat juga
jauh dari organ atau jaringan yang memberi respon. Ia terdapat
di
permukaan, di dalam atau di luar sel. Semakin kompleks suatu
proses
fisiologis, semakin banyak sisi kerja obat untuk memperoleh
perubahan
suatu fungsi yang sama.
Oleh sebab itu, untuk menentukan efek suatu obat diperlukan
pemilihan suatu metoda penentuan standar. Akan tetapi penentuan
efek
suatu obat tidak selalu sederhana, dan memerlukan keterampilan
khusus.
-
Hubungan dosis respon suatu obat
Kurva dosis efek sederhana dicirikan sebagai kurva log
dosis-efek yang
sigmoid, dengan empat variabel yaitu potensi, kecuraman, efek
maksimal
dan variabilitas, seperti terlihat pada gambar.
a. Potensi
Aksis dari suatu kurva dosis efek merupakan ekspresi potensi
suatu
obat. Potensi secara in vivo dipengaruhi oleh absorpsi,
distribusi,
biotransformasi, eksresi obat, kesanggupan obat untuk
berinteraksi
dengan reseptor dan hubungan fungsional antara sistem
reseptor-
efektor.
b. Efek maksimal
Efek maksimal suatu obat ditentukan oleh sifat atau sistem
respetor-
efektor dan diekspresikan sebagai bagian datar dari kurva dosis
efek.
c. Arah
Arah dari suatu kurva dosis-efek merupakan refleksi dari
mekanisme
kerja obat dan bentuk kurvanya menggambarkan ikatan obat
dengan.
Contoh :
Bila suatu obat harus berinteraksi dengan hampir semua
reseptor,
sebelum suatu respon terdeteksi, arah dari kurva dosis-efek
akan
meningkat secara berangsur-angsur. Walaupun fenomena ini
kurang
begitu penting secara teoritis, namun secara terapi cukup
memberikan
makna.
-
Penapisan hipokratik
Cara ini telah berkembang di Amerika Serikat sejak dekade
1950-
1960an. Sebagaimana telah disinggung diatas, penapisan
multidimensi ini
bertujuan meneliti semua aktivitas farmakologi dari suatu obat
kasar.
Enam puluh enam spesies fungi tingkat tinggi telah ditapis
dengan cara ini
pada tikus yang tidak dianestesi. Tikus-tikus diinjeksi
secara
intraperitonial dengan larutan atau suspensi dalam agar 0.25%
ekstrak
etanol 70 % atau bubuk obat. Gejala-gejala yang terjadi diamati
dan
dicatat lalu disesuaikan dengan data standar yang telah ada.
Hipokratik berasal dari nama seorang Bapak Kedokteran,
Hyppocrates, yang secara klinis mendiagnosa penyakit berdasarkan
gejala-
gejala yang diperlihatkan oleh penyakit tersebut. Dia dan juga
dokter-
dokter zaman sekarang mencatat perilaku, keadaan fisik, tonus
otot, dan
koordinasi pasien, lalu menghubungkannya dengan temuan lain
seperti
tekanan darah, denyut jantung, hasil analisis urin dan darah.
Semua data
diintegrasikan dan dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya
untuk
mengambil suatu diagnosa yang dapat dipercaya dari penyakit
pasien itu.
Diagnosa seperti ini disebut dengan diagnosa hipokratik.
Pemakaian prinsip diagnosa hipokratik terhadap penapisan obat
disebut
skrning hipokratik. Prosedurnya mencakup observasi multidimensi
dari
perubahan-perubahan fungsional yang terjadi pada hewan percobaan
sehat
akibat pemakaian obat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan suatu
profil
yang komplit dari efek-efek obat. Teknik ini menggunakan kertas
kerja
standar yang berisi respon perilaku pada interval waktu yang
berbeda-beda
setelah injeksi obat.
Beberapa prinsip yang mendasari penapisan hipokratik :
a. Semua obat memperlihatkan profil aktivitas dosis-respon yang
berarti
bahwa, semakin besar dosis semakin besar jumlah sisi kerja
obat
sehingga responnya juga meningkat, baik intensitas maupun
lama
efeknya. Implikasi dari pernyataan ini adalah, bahwa suatu
-
obatdinyatakan tidak mempunyai gejala bila dengan penambahan
dosis
gejala tersebut juga tidak terlihat.
b. Semua obat mampu menginduksi toksisitas bila dosisnya
melebihi
batas keamanan
c. Setiap golongan obat mempunyai profil dosis-respon yang khas
yang
dapat dikenal dan dibedakan. Penentuan multiplikasi aktivitas
obat
dapat mengarahkan pada profil aktivitas, sehingga dapat
dibandingkan
dengan golongan-golongan obat tertentu.
d. Dengan menggunakan profil dosis-respon obat-obat yang
diketahui
kerja farmakologinya dan dengan didukung oleh pengetahuan
tentang
fisiologi dan farmakologi, seseorang dapat memperkirakan
kegunaan
senyawa yang diuji dengan suatu derjat ketelitian yang cukup
tinggi,
demikian juga dengan toksisitas dan efek sampingnya.
Ada atau tidaknya aktivitas farmakologi suatu obat yang diuji
dapat
diperhatikan dari gejala-gejala yang terjadi pada hewan
percobaan setelah
diberi suatu dosis obat seperti salivasi, urinasi, diare,
fasikulasi, miosis,
midriasis, muntah, konvulsi, dan sebagainya. Keadaan ini
dibandingkan
dengan hewan kontrol.
Sebagai keluaran dari penapisan hipokratik adalah suatu
perkiraan
kasar akan sifat-sifat farmakologi dan toksisitas umum dari
suatu obat,
lengkap dengan potensi, lama kerja dan rasio keamanannya. Hasil
ini
nantinya dapat membantu seorang ahli farmakologi dan toksikologi
dalam
merencanakan suatu studi farmakologi yang lebih spesifik dan
mencari
prosedur ekstraksi dan isolasi bagi seorang ahli
farmakognosi.
Sifat-sifat farmakologi obat yang dapat ditetapkan dari
hasil
penapisan hipokratik antara lain depresan atau stimulan sistem
saraf pusat,
simpatomimetik, simpatolitik, parasimpatomimetik,
parasimpatolitik,
vasodilator, vasokontrikstor, analgetik, dan relaksan otot.
-
a. Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat
yang dapat
menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan
parasimpatis,
karena melepaskan neurohormon asetilkolin di ujung-ujung
neuronnya.
Efek-efek yang muncul setelah pemberian kolinergika adalah:
- Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik
dan
sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi
air
mata, dll.
- Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi
kegiatan
jantung, vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.
- Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan
bronchi,
sedangkan sekresi dahak diperbesar.
- Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis)
dan
menurunnya tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran
air
mata.
- Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek
memperlancar
pengeluaran urin.
- Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
- Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya
b. Parasimpatolitika atau antagonis kolinergik adalah zat-zat
yang dapat
menghambat efek kolinergik yang menstimulasi susunan
parasimpatiskarena menghambat pelepasan neurohormon asetilkolin
di
ujung-ujung neuronnya.
Efek antikolinergik yang muncul :
- Terjadi peningkatan denyut nadi
- Mengurangi sekresi mukus
- Menurunkan peristaltik usus
- Dilatasi pupil mata (midriatis)
- Merangsang sistem saraf pusat
- Mengurangi tonus dan motilitas saluran cerna
-
c. Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang
dapat
menimbulkan (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi
susunan
sipaticus dan melepaskan noradrenalin di ujung-ujung sarafnya.
Efek-efek
yang ditimbulkan adalah:
- Vasokonstriksi otot polos dan menstimulasi sel-sel kelenjar
dengan
bertambahnya antar lain sekresi liur dan keringat.
- Menurunkan peristaltik usus.
- Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.
Bronkodilatasi dan
stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.
d. Simpatolitik
Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan
sebagian
atau seluruh aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan
efek
yang ditimbulkan oleh simpatomimetika.
e. Analgetika
Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi
atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
f. Vasodilator
Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat
melebarkan
pembuluh darah secara langsung.
g. Vasokonstriktor
Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator.
h. CNS Activation
Zat-zat yang dapat merangsang SSP. Efek-efek yang
ditimbulkan
adalah:
- Konvulsi.
- Meningkatkan laju pernapasan.
Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:
- Aktivitas motorik meningkat
- Temperatur rektum naik
- Rasa ingin tahu meningkat
-
i. CNS Depressant
Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan
berlawanan
dengan CNS activation. Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan
antara
lain:
- Aktivitas motorik menurun
- Laju pernapasan menurun
- Hilang refleks pinal
- Paralisa kaki
- Hilang daya cengkeram
j. Muscle Relaxant
- Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.
-
3. Bahan Dan Alat
a. Bahan yang dipakai
- Obat/bahan X yang dirahasiakan jenisnya dengan dosis 3,
10,
30,100,300,1000 mg/kgBB
- Hewan yang digunakan : Mencit 1 ekor tiap kelompok
b. Alat yang digunakan
- Spuit
- Jarum suntik
- Stopwatch
- Hotplate
- Rotating road
- Termometer
- Platform
- Pinset
- Kertas saring
- Timbangan analitik
- Misai (bulu sikat/kuas)
- Stoples
4. Cara Kerja
a. Timbang mencit dan hitung VAOnya.
b. Amati parameter seperti yang tertera pada data pengamatan dan
beri
skor 0, atau 1 (0 untuk tidak , 1 jika ada) untuk respon
kualitatif dan
1,2 atau 3 untuk respon kuantitatif.
c. Injeksi mencit secara I.P dengan obat X dan amati perubahan
tingkah
laku dengan membandingan sikapnya dengan sebelum diberikan
obat
X.
d. Amati semua parameter yang tertera pada menit ke
5,10,15,30,60, dan
120 setelah penyuntikan obat X.
e. Evaluasi hasil yang diperoleh dengan cara sebagai
berikut:
-
- Kumpulkan nilai menurut bobot untuk masing-masing
parameter
sesuai dengan dosis.
- Lakukan hal yang sama untuk semua parameter yang lain.
- Hitung skor total dengan mengalikan skor dengan faktor
bobot
untuk masing-masing parameter pada tiap-tiap dosis dan
bandingkan dengan skor maksimum.
- Kumpulkan nilai parameter yang relevan untuk aktivitas
tertentu.
- Rangking persentase respon aktivitas yang didapat menurut
dosis
dan katagori aktivitas.
- Bahas hasil yang diperoleh dan buat beberapa kemungkinan
kategori aktifitas senyawa yang diuji sebagai kesimpulan.
-
5. Hasil Dan Pembahasan
a. Hasil pengamatan
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil yang dapat
terlihat :
Parameter
Nilai (1-3) atau terukur pada
waktu
K 5 10 15 30 60
Kelopak mata turun 0 0 0 0 0 0
Buku berdiri 0 0 0 0 0 0
Ekor berdiri 0 0 0 0 0 0
Bola mata menonjol 0 0 0 0 0 0
Ekor memerah 0 0 0 0 1 0
Telinga memerah 0 0 0 0 0 0
Ekor pucat 0 0 0 0 0 0
Fasikulasi 0 1 1 1 1 1
Tremor 1 1 1 1 1 0
Aktivitas motorik meningkat 0 0 0 0 0 1
Aktivitas motorik menurun 1 0 0 0 1 0
Respirasi meningkat 2 0 0 0 2 2
Respirasi menurun 0 0 0 0 0 0
Gerak berputar 1 1 1 1 1 1
Ekor bergelombang 0 0 0 0 0 0
Agresif 1 1 1 1 1 1
Rasa ingin tahu meningkat 1 1 1 1 1 1
Rasa ingin tahu menurun 0 0 0 0 0 0
Refleks kornea hilang 0 0 0 0 0 0
Refleks telinga hilang 0 0 0 0 0 0
Reflek balik hilang 0 0 0 0 0 0
Salivasi 0 1 0 0 0 0
Lakrimasi meningkat 0 0 0 0 0 0
Lakrimasi menurun 0 0 0 0 0 0
Air mata berdarah 0 0 0 0 0 0
Paralisa Kaki 0 0 0 0 0 0
Konvulsi 0 1 1 1 1 1
Urinasi 0 0 0 0 1 1
Diare 0 1 1 1 0 0
Temperatur rektum meningkat 0 0 0 0 0 0
Temperatur rektum menurun 0 1 1 1 1 1
Jatuh dari rotaroad 2 1 1 1 1 1
Katalepsi 0 1 1 1 1 1
Tonus tubuh menurun 0 1 1 1 1 1
-
Reaksi plat panas menurun 0 0 0 0 0 0
Reaksi jepit ekor menurun 0 0 0 0 1 1
Menggeliat 0 0 0 0 0 0
Pandangan tidak lurus 0 0 0 0 0 0
Pupil mengecil 0 0 0 0 0 0
Pupil melebar 0 0 1 1 0 0
Ekor naik 0 1 1 1 0 0
Berat badan meningkat 0 0 0 0 0 0
Berat badan menurun 0 1 1 1 1 1
Perhitungan
Berapa ml VAO yang dibutuhkan jika diketahui berat mencit =
24.62
gram, dosis untukobat X 30 mg/kgBB, dan konsentrasi = 3
mg/mL?
Jawab : VAO mL =BB dosis
VAO (mL) =0.02462 kg 30 mg/kgBB
3 /
VAO mL = 0.2462 = 0.25 mL
a. Aktifitas penekan sistem syaraf pusat
Parameter
Skor
total Jumlah
Skor
Maksimal Jumlah
Kelopak mata turun 1 x 0 0 1 x 5 x 0 0
Aktivitas motorik menurun 1 x 1 1 1 x 5 x 1 5
Respirasi menurun 2 x 0 0 2 x 5 x 2 20
Rasa ingin tahu menurun 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5
Refleks kornea hilang 1 x 0 0 1 x 5 x 0 0
Refleks telinga hilang 1 x 0 0 1 x 5 x 0 0
Reflek balik hilang 1 x 0 0 1 x 5 x 0 0
-
Persentase aktivitas penekan syaraf pusat :
% =25.5
86.25 100% = 29.56 %
b. Simpatolitik
Parameter Skor
total Jumlah
Skor
Maksimal Jumlah
Kelopak mata turun 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5
Aktivitas motorik menurun 1 x 1 0 1 x 5 x 1 5
Konvulsi 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5
Temperatur rektum menurun 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5
Pupil mengecil 1.5 x 0 0 1.5 x 5 x
1.5 11.25
Jumlah 10 31.25
Persentase aktivitas simpatolitik :
% =10
31.25 100% = 32 %
Paralisa Kaki 1 x 0 0 1 x 5 x 0 0
Temperatur rektum menurun 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5
Jatuh dari rotaroad 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5
Katalepsi 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5
Tonus tubuh menurun 1.5 x 5 7.5
1.5 x 5 x
1.5 11.25
Reaksi plat panas menurun 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5
Reaksi jepit ekor menurun 1 x 2 2 1 x 5 x 1 5
Pandangan tidak lurus 2 x 0 0 2 x 5 x 2 20
25.5 86.25
-
c. Relaksasi Otot
Parameter Skor
total Jumlah
Skor
Maksimal Jumlah
Kelopak mata turun 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5
Aktivitas motorik menurun
1 x 1 1 1 x 5 x 1 5
Respirasi menurun
2 x 0 0 2 x 5 x 2 20
Rasa ingin tahu menurun
1 x 0 0 1 x 5 x 1 5
Refleks telinga hilang
1 x 0 0 1 x 5 x 1 5
Paralisa Kaki
1 x 0 0 1 x 5 x 1 5
Jatuh dari rotaroad
1 x 5 5 1 x 5 x 1 5
Tonus tubuh menurun
1.5 x 5 7.5
1.5 x 5 x
1.5 11.25
Reaksi jepit ekor menurun
1 x 2 2 1 x 5 x 1 5
Menggeliat
0.5 x 0 0
0.5 x 5 x
0.5 1.25
Jumlah
15.5 67.5
Persentase aktivitas relaksasi otot :
% =15.5
67.5 100% = 22,96 %
d. Simpatomimetik
Parameter Skor
total Jumlah
Skor
Maksimal Jumlah
Bulu berdiri 0.5 x 0 0 0.5 x 5 x
0.5 1.25
Bola mata menonjol 1.5 x 0 0 1.5 x 5 x
1.5 11.25
Lakrimasi menurun 2 x 0 0 2 x 5 x 2 20
Konvulsi 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5
-
Temperatur rektum meningkat 2 x 0 0 2 x 5 x 2 24
Pupil melebar 0.5 x 2 1 0.5 x 5 x
0.5 1.25
Jumlah 6 62.75
Persentase aktivitas simpatomimetik :
% =6
62.75 100% = 9.56 %
e. Parasimpatomimetik
Parameter Skor
total Jumlah
Skor
Maksimum Jumlah
Bulu berdiri 0.5 x 0 0 0.5 x 5 x 0.5 1.25
Fasikulasi 1 x 4 4 1 x 5 x 1 5
Salivasi 2 x 1 2 2 x 5 x 2 20
Lakrimasi meningkat 0.5 x 0 0 0.5 x 5 x 0.5 1.25
Air Mata berdarah 1.5 x 0 0 1.5 x 5 x 1.5 11.25
Konvulsi 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5
Urinasi 2 x 2 4 2 x 5 x 2 20
Diare 1 x 3 3 1 x 5 x 1 5
Temperatur rektum menurun 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5
Pupil mengecil 1.5 x 0 0 1.5 x 5 x 1.5 11.25
Jumlah 23 85
Persentase aktivitas parasimpatomimetik :
% =23
85 100% = 27.06 %
f. Analgetik
Parameter Skor
total Jumlah
Skor
Maksimal Jumlah
Ekor naik 0.5 x 3 1.5 0.5 x 5 x
0.5 1.25
Gerak berputar 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5
Reaksi plat panas menurun 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5
Reaksi jepit ekor menurun 1 x 2 2 1 x 5 x 1 5
Pupil melebar 0.5 x 2 1 0.5 x 5 x 1.25
-
0.5
Jumlah 9.5 17.5
Persentase aktivitas analgetik :
% =9.5
17.5 100% = 54.29 %
g. Vasodilatasi
Parameter Skor
total Jumlah
Skor
Maksimal Jumlah
Ekor memerah 1 x 1 1 1 x 5 x 1 5
Telinga memerah 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5
1 10
Persentase aktivitas vasodilator :
% =1
10 100% = 10 %
h. Vasokontriksi
Parameter Skor
total Jumlah
Skor
Maksimal Jumlah
Ekor / telinga pucat 2 x 1 2 2 x 6 x 2 24
2 24
Persentase aktivitas vasokontriksi :
% =2
24 100% = 8.33 %
i. Stimulasi sistem saraf pusat
Parameter Skor
total Jumlah
Skor
Maksimal Jumlah
Fasikulasi 1 x 4 4 1 x 5 x 1 5
Tremor 1 x 3 3 1 x 5 x 1 5
Aktivitas motorik meningkat 1 x 1 1 1 x 5 x 1 5
Respirasi meningkat 2 x 4 12 2 x 5 x 2 20
Gerak putar 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5
Ekor bergelombang 1 x 0 0 1 x 5 x 1 5
Agresif 1 x 5 5 1 x 5 x 1 5
-
Rasa ingin tahu menngkat 1 x 4 4 1 x 5 x 1 5
Konvulsi 1 x 4 4 1 x 5 x 1 5
Temperatur rektum meningkat 2 x 5 10 2 x 5 x 2 20
Tonus tubuh meningkat 2 x 0 0 2 x 5 x 2 20
Jumlah 48 100
Persentase aktivitas stimulasi sisten syaraf pusat :
% =48
100 100% = 48 %
j. Parasimpatolitik
Parameter Skor
total Jumlah
Skor
Maksimal Jumlah
Pupil mata melebar 0.5 x 2 1 0.5 x 5 x
0.5 1.25
Jumlah 1 1.25
Persentase aktivitas parasimpatotilik:
% =1
1.25 100% = 80 %
k. Parameter lain
Parameter Skor
total Jumlah
Skor
Maksimal Jumlah
Berat badan menurun 1.5 x 5 7.5 1.5 x 5 x
1.5 11.25
Jumlah 7.5 11.25
Persentase berat badan:
% =7.5
11.25 100% = 66.67 %
b. Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan pengujian untuk menapis
aktivitas
suatu obat-obatan yang berkhasiat yang belum diketahui
sebelumnya
baik berasal dari alam, sintetis, atau semi sintetis menggunakan
teknik
-
Skrining Hipokratik dengan menggunakan mencit sebagai hewan
uji yang masing-masing diberi perlakuan yang sama dimana
mencit
tersebut akan diamati parameter-parameter yang berkaitan
dengan
teknik skrining hipokratik ini. Prinsip pengujian ini didasarkan
atas
bahwa obat bila berinteraksi dengan materi biologis dalam tubuh
akan
menghasilkan efek tertentu, tergantung dosis yang diberikan.
Masing-masing kelompok disuntikan ekstrak yang aktivitasnya
belum diketahui dengan dosis yang berbeda-beda. Dosis yang
digunakan yaitu 3 mg/KgBB, 10 mg/KgBB, 30 mg/KgBB, 100
mg/KgBB, 300 mg/KgBB dan 1000 mg/KgBB. (kelompok kami
melakukan skrining hipokratik pada dosis 30 mg/KgBB).
Pemberian obat ini berguna untuk melihat bagaimana gambaran
profil farmakodinamika obat/bahan yang diujikan dari data/hasil
yang
diperoleh nantinya. Ada atau tidaknya aktivitas farmakologi
suatu
obat yang diuji dapat diperhatikan dari gejala-gejala yang
terjadi pada
hewan percobaan setelah diberi suatu dosis obat seperti
salivasi,
urinasi, diare, fasikulasi, miosis, midriasis, muntah, konvulsi,
dan
sebagainya. Keadaan ini dibandingkan dengan keadaan kontrol
sebelumnya.
Sebelum dilakukan penyuntikan, mencit diamati sesuai dengan
parameter-parameter yang telah ditetukan. Kemudian
disuntikan
sampel obat X dan dilakukan pengamatan setiap menit ke- 5, 10,
15,
30, dan 60 menit. Pada pengamatan menit ke 5 dan ke 10 kami
mengalami kesulitan dan mendapatkan hasil yang tumpang
tindih
karena banyaknya parameter yang diamati.
-
Pada menit ke 5 hewan mencit yang diberikan obat X secara
intra
peritonial sudah mulai memberikan efek seperti fasikulasi,
tremor,
gerak berputar, agresif, rasa ingin tahu meningkat, salivasi,
konvulsi,
diare, temperatur rektum menurun, jatuh dari rotaroad, tonus
tubuh
menurun, ekor naik dan berat badan menurun. Lalu pada menit
ke
10dan Pada menit ke 15mencit masih menunjukan efek yang sama
pada menit ke 5.Pada menit ke 30beberapa efek yang timbul
beberapa masih ada yang sama, sebagian timbul efek lain dari
sebelumnya seperti ekor memerah, aktivitas motorik menurun,
respirasi meningkat, urinasi, reaksi jepit ekor menurun. Pada
menit
ke 60efek yang timbul hampir sama dengan efek yang ttimbul
pada
menit ke 30, yang berbeda misalnya mencit mengalami ekor
pucat,
dan aktivitas motorik meningkat.
Berdasarkan data pengamatan yang didapatkan selama
praktikum,
setelah dilakukan perhitungan terhadap data pengamatan
tersebut
dalam skrining hipokratik, didapatkan persentase seperti berikut
:
a. Aktivitas penekan SSP = 29.56 %
b. Simpatolitik = 32 %
c. Relaksasi otot = 22.96 %
d. Simpatomimetik = 9.56 %
e. Parasimpamimetik = 27.06 %
f. Analgetik = 54.29 %
g. Vasodilatasi = 10 %
h. Vasokontriksi = 8.33 %
i. Stimulasi SSP = 48 %
j. Parasimpatolitik = 80 %
Persentase tertinggi terdapat pada aktivitas parasimpatolitik
yaitu
sebesar 80 % diikuti oleh analgetik, dan stimulasi SSP,
masing-
masing dengan54.29 %, dan 48 %. Ketiga aktivitas ini
-
berjalancukupsinergis dimana ketikaefek kolinergik yang
menstimulasi susunan parasimpatis dihambat karena
parasimpatolitik
menghambat pelepasan neurohormon asetilkolin di ujung-ujung
neuronnya, maka akan muncul efek-efek diantaranya : Terjadi
peningkatan denyut nadi, Mengurangi sekresi mukus,Menurunkan
peristaltik usus, Dilatasi pupil mata (midriatis) yang
menujukkan juga
aktivitas analgetik,Merangsang sistem saraf pusat,Mengurangi
tonus
dan motilitas saluran cerna.
Seperti yang telah dibahas diatas meskipun efek yang muncul
cukup sinergis, dan menunjukkan bahwa obat bersifat
parasimpatolitik
sebagai antagonis kolinergik disertai juga terjadinya penurunan
berat
badan pada sampel uji,namun belum dapat ditentukan secara
pasti
apakah benar sampel uji benar-benar berkhasiat sebagai
parasimpatolitik.Sesuai prinsipnya ketika menggunakan profil
dosis-
respon obat-obat telah diketahui kerja farmakologinya maka
perlu
didukung oleh pengetahuan tentang fisiologi dan farmakologi,
sehingga seseorang dapat memperkirakan kegunaan senyawa yang
diuji dengan suatu derjat ketelitian yang cukup tinggi, demikian
juga
dengan toksisitas dan efek sampingnya.
Ada beberapa sifat farmakologi yang dihasilkan selama
praktikum
yang tidak mendukung sinergisitas ke 3 efek sebelumnya yaitu
efek
simpatolitik yang berlainan dengan ke 3 efek diatas.Kemungkinan
hal
ini terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
Penyuntikann obat
yang tidak tepat kedalam intraperitonialmencit, kondisi
fisiologis
mencityang berbeda-beda tiap kelompok pengujian sehingga
respon
yang ditunjukkan pun berbeda, dosis yang diberikan masih belum
tepat
untuk menunjukkan profil farmakodinamik obat pada hewan
uji,pengamatan praktikan yang tidak tepatdari efek terapi mencit
yang
lebih subjektif, karena agak sulit untuk dapat menentukan
apakah
-
terjadi perubahan signifikan pada mencit atau waktu pengamatan
juga
mempengaruhi hasil pengamatan tersebut.
6. Kesimpulan
Farmakodinamik adalah suatu studi tentang efek-efek biokimia
dan
fisiologi dari suatu obat berikut mekanisme kerjanya. Tujuan
analisis kerja suatu obat adalah untuk mengidentifikasi
kerja
utama, menggambarkan interaksi sel dengan obat secara kimia
dan
terinci dan mengkarakterisasikan kerja dan efek obat
tersebut
secara menyeluruh
Skrining hipokratik adalah suatu uji yang dilakukan untuk
mengetahui aktivitas suatu zat/ senyawa yang belum diketahui
sebelumnya.
Berdasarkan parameter yang telah diujikan pada mencit dapat
disimpulkan bahwa obat/bahan X memiliki aktivitas sebagai
parasimpatolitika, diikuti dengan analgetika dan stimulasi
SSP.
Ketiga aktivitas ini berjalan cukup sinergis dimana ketika
efek
kolinergik yang menstimulasi susunan parasimpatis dihambat
karena parasimpatolitik menghambat pelepasan neurohormon
asetilkolin di ujung-ujung neuronnya, maka akan muncul
efek-efek
diantaranya : Terjadi peningkatan denyut nadi, Mengurangi
sekresi
mukus,Menurunkan peristaltik usus, Dilatasi pupil mata
(midriatis)
yang menujukkan juga aktivitas analgetik, Merangsang sistem
saraf pusat, Mengurangi tonus dan motilitas saluran cerna.
Faktor yang mempengaruhi hasil eksperimen dalam hal ini
kemungkinan terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
:
Penyuntikann obat yang tidak tepat kedalam intraperitonial
mencit,
kondisi fisiologis mencit yang berbeda-beda tiap kelompok
pengujian sehingga respon yang ditunjukkan pun berbeda,
dosis
yang diberikan masih belum tepat untuk menunjukkan profil
farmakodinamik obat pada hewan uji, pengamatan praktikan
yang
-
tidak tepat dari efek terapi mencit yang lebih subjektif, karena
agak
sulit untuk dapat menentukan apakah terjadi perubahan
signifikan
pada mencit atau waktu pengamatan juga mempengaruhi hasil
pengamatan tersebut.
7. Jawaban Pertanyaan-pertanyaan
1. Apa beda skrining buta dengan skrining spesifik?
Jawab
Skrining buta adalah program skrining terhadap senyawa baru
yang
tidak diketahui aktivitas farmakologinya. Sedangkan skrining
spesifik
adalah program skrining yang dilakukan pada senyawa yang
telah
dapat diperkirakan khasiatnya.
2. Apa kelebihan metoda skrining hipokratik dibandingkan
dengan
skrining spesifik? Apa pula kelemahannya ?
Jawab
Kelebihan
- Caranya sederhana dan peralatan yang digunakan relative
murah.
- Aktivitas bahan/obat yang diuji dapat diketahui dengan
cepat.
Kelemahan
Ketika profil dosis-respon obat-obat telah diketahui kerja
farmakologinya, keakuratannya belum dapat dipastikan, maka
perlu
didukung oleh pengetahuan tentang fisiologi dan farmakologi,
sehingga seseorang dapat memperkirakan kegunaan senyawa yang
diuji dengan suatu derjat ketelitian yang cukup tinggi,
demikian
juga dengan toksisitas dan efek sampingnya.
-
3. Apakah toksisitas bahan dapat diramalkan menggunakan cara
skrining
ini ? jelaskan
Jawab
Bisa. Karena dari skrining hipokratik ini diperoleh seberapa
besar
aktivitas dari berbagai kriteria yang diamati. Bila pada
skrining
hipokratik ini pada dosis yang besar dapat memberikan efek
yang
sangat berlebihan, maka bisa dinyatakan berefek toksik.
4. Jelaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk
suatu obat
baru agar ia dapat digunakan secara klinis.
Jawab
Pengembangan dan penilaian obat ini meliputi 2 tahap uji :
1. Uji Praklinik
Serangkaian uji praklinik yang dilakukan antara lain :
a. Uji Farmakodinamika
b. Uji Farmakokinetik
Tujuan : Untuk mengetahui ADME dan Merancang dosis
dan aturan pakai.
c. Uji Toksikologi
Mengetahui keamanannya
d. Uji Farmasetika
2. Uji Klinik
Uji dilakukan pada manusia. Dibagi menjadi 4 Fase :
a. Uji Klinik Fase I
Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama
kalinya pada manusia.
b. Uji Klinik Fase II
Pada fase ini dicobakan pada pasien sakit.
c. Uji Klinik Fase III
- Pada manusia sakit, ada kelompok kontrol dan kelompok
pembanding
-
- Cakupan lebih luas baik dari segi jumlah pasien maupun
keragaman (misal : intra ras)
- Setelah terbukti efektif dan aman obat siap untuk
dipasarkan
d. Uji Klinik Fase IV
- Uji terhadap obat yang telah dipasarkan (post marketing
surveilance)
- Mamantau efek samping yang belum terlihat pada uji-uji
sebelumnya
5. Jelaskan hubungan parameter-parameter yang diamati dengan
jenis
aktivitas-aktivitas yang ditentukan.
Jawab
- Piloerection atau bulu mencit berdiriu menunjukkan adanya
kompensasi temperatur yang rendah atau aktivitas
simpatomimetik.
- Skin colour atau warna kulit khususnya daun telinga, bila
berubah
dari merah muda menjadi merah maka menunjukkan adanya
vasodilatasi akibat pengaruh simpatolitik. Warna putih
menunjukkan vasikontriksi karena pengaruh simpatomimetik.
- Heart rate yaitu detak jantung dapat dipercepat oleh
aktivitas
parasimpatomimetik dan dapat diperlambat oleh depresan
pernafasan dan SSP, khususnya pada dosis tinggi.
- Ukuran pupil dibandingkan antara sebelum dan sesudah
diberi
obat. Pelebaran pupil menandakan bahwa hewan terpengaruh
obat
para simpatolitik atau simpatomimetik.
-
8. Daftar Pustaka
Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology,
9th Edition,
Lange Medical Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152
(e-book
version of the text).
Mardjono, Mahar. 1995.Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Jakarta :
Gaya
Baru.
Mutschler, Ernest, 1991. Dinamika Obat edisi V. Bandung :
ITB.
Tjay ,hoan dan kirana rahardja, 2008. Obat-obat penting edisi
VI. Jakarta :
PT Gramedia.
Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi.
Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.