-
SKRINING FITOKIMIA Skrining fitokimia merupakan penelitian
pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa kimia
yang terkandung dalam tanaman, yang biasanya punya aktivitas
biologi, secara tepat dan teliti.
Karena tujuannya untuk mengetahui golongan senyawa apa saja yang
terkandung dalam sampel, maka untuk ekstraksi awal harus digunakan
pelarut yang dapat melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat, polar,
semipolar, maupun nonpolar.
-
Pelarut yang digunakan untuk melakukan ekstraksi awal adalah
etanol 80% atau metanol 80%. Kedua pelarut tersebut bersifat polar
sehingga dapat melarutkan senyawa baik yang bersifat polar,
semipolar, maupun nonpolar.
-
Preparasi ekstrak utk skriningMasukkan 100 g simplisia kering
kdlm erlenmeyrer 500 mlTambahkan etanol 80% atau metanol
80%Panaskan diatas w.b. selama 1 jam, utk mencegah penguapan tutup
dg kapasDinginkan pd suhu kamar dan saring kdlm labu erlenmeyer 500
mlTekan simplisia dg beker sampai etanol atau metanol habis, catat
volume yg diperoleh. Volume ini digunakan utk ekivalensi dg berat
simplisia
-
Skrining utk gol alkaloid1. 1. Preparasi sampel1. Ekstrak
sebanyak 0,3 gram ditambah 5 ml HCl 2N, dipanaskan di atas penangas
air selama 2 -3 menit, sambil diaduk. 2. Setelah dingin ditambah
0,3 gram NaCl, diaduk rata kemudian disaring.3. Filtrat ditambah 5
ml HCl 2N. Filtrat dibagi tiga bagian dan disebut sebagai larutan
IA, IB, dan IC.
-
1.2. Reaksi pengendapan
1. Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB ditambah
dengan pereaksi Wagner dan larutan IC dipakai sebagai blanko.
Adanya kekeruhan atau endapan menunjukkan adanya alkaloid
Ada beberapa macam pereaksi pengendapan utk alkaloid. Krn
sensivitas yg berbeda-beda, disimpulkan ada alkaloid bila positif
thd 2 pereaksi. Idealnya, positif thd 4 5 pereaksi
.
-
Macam-macam pereaksi pengendapan
alkaloidBouchardatDragendorfMayerWagnerValserEcolleGold
chlorideHagerKrautMarmePlatinum chloride
-
Senyawa yg memberikan positif palsu thd pereaksi
alkaloidProteinGlikosida dan karbohidrat
tertentuBetainKholinPurinTaninGaram-garam amoniakAmin yg
termetilasiDerivat a-pyron : yangoin, kawain, dihidrokawain,
methysticinSeny orgnk yg memiliki gugus karbonil yg terkonjugasi
atau gugus fungsi lakton
-
1.3. Kromatografi lapis tipis1. Larutan IC ditambah NH4OH 28%
sampai larutan menjadi basa, kemudian diekstraksi dengan 5 ml
kloroform bebas air, lalu disaring
2. Filtrat diuapkan sampai kering, kemudian dilarutkan dalam
metanol dan siap untuk pemeriksaan dengan KLTFase diam : Kiesel gel
GF 254Fase gerak : Etil asetat - metanol - air (100 : 16,5
:13,5)Pada praktikum ini perband. eluen (6 : 4 : 2)Penampak noda:
Pereaksi Dragendorf3. Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya
alkaloid dalam ekstrak.
-
Skrining utk gol glikosida saponin2.1. Uji buih1. Ekstrak
sebanyak 0,3 gram dimasukkan tabung reaksi, kemudian ditambah air
suling 10 ml, dikocok kuat-kuat selama kira-kira 30 detik. 2. Tes
buih positif mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil
selama lebih dari 30 menit dengan tinggi 3 cm di atas permukaan
cairan.
-
2.2. Reaksi warna0,3 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 ml etanol,
lalu dibagi menjadi tiga bagian masing-masing 5 ml, disebut sebagai
larutan IIA, IIB, dan IIC
Uji Liebermann-Burchard1. Larutan IIA digunakan sebagai blanko,
larutan IIB sebanyak 5 ml ditambah 3 tetes asam asetat anhidrat dan
1 tetes H2SO4 pekat, lalu dikocok perlahan dan diamati terjadinya
perubahan warna.
-
2. Terjadinya warna hijau biru menunjukkan adanya saponin
steroid, warna merah ungu menunjukkan adanya saponin triterpenoid
dan warna kuning muda munjukkan adanya sapogenin jenuh.
Uji Salkowski1. Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan
IIC sebanyak 5 ml ditambah 1 - 2 ml H2SO4 pekat melalui dinding
tabung reaksi. 2. Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan
timbulnya cincin warna merah.
-
2.3. Identifikasi sapogenin steroid/triterpenoid 1. Ekstrak
sebanyak 0,5 gram ditambah 5 ml HCl 2 N, didihkan dan tutup dengan
corong berisi kapas basah selama 2 jam untuk menghidrolisis
saponin. 2. Setelah dingin, netralkan dengan ammonia, kemudian
ekstraksi dengan 3 ml n-heksana sebanyak 3 kali, lalu uapkan sampai
tinggal 0,5 ml, totolkan pada pelat KLT.
-
Fase diam : Kiesel Gel GF 254Fase gerak : n-heksana etil asetat
(4 : 1)Penampak noda: - Anisaldehida asam sulfat - Antimon
klorida3. Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna : -
merah ungu (ungu) utk anisaldehida asam sulfat - merah muda utk
antimon klorida
-
2.4. Identifikasi terpenoid/steroid bebas secara KLT
1. Sedikit ekstrak ditambah beberapa tetes n-heksana, diaduk
sampai larut, totolkan pada fase diam. 2. Uji kromatografi lapis
tipis ini menggunakan :Fase diam: Kiesel gel GF 254Fase gerak:
n-heksana - etil asetat (4 : 1)Penampak noda : Anisaldehida asam
sulfat
-
Skrining utk gol flavonoid3.1. Preparasi sampel1. 0,3 gram
ekstrak dikocok dengan 3 ml n-heksana berkali-kali sampai ekstrak
n-heksana tidak berwarna. 2. Residu dilarutkan dalam etanol dan
dibagi menjadi 4 bagian, masing-masing disebut sebagai larutan
IIIA, IIIB, IIIC, dan IIID.
-
3.2. Reaksi warnaUji Bate-Smith dan MetcalfLarutan IIIA sebagai
blanko, larutan IIIB ditambah 0,5 ml HCl pekat dan diamati
perubahan warna yang terjadi, kemudian dipanaskan di atas penangas
air dan diamati lagi perubahan warna yang terjadi. 2. Bila
perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu menunjukkan
adanya senyawa leukoantosianin (dibandingkan dengan blanko).
-
Uji Wilstater
Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIC ditambah 0,5 ml HCl
pekat dan 4 potong magnesium.
2. Diamati warna yang terjadi, diencerkan dengan air suling,
kemudian ditambah 1 ml butanol.
3. Diamati warna yang terjadi di setiap lapisan. Perubahan warna
merah jingga menunjukkan adanya flavon, merah pucat menunjukkan
adanya flavonol, merah tua menunjukkan adanya flavanon.
-
3.2. Kromatografi lapis tipis1. Larutan IIID ditotolkan pada
fase diam. 2. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan : Fase
diam: lapisan tipis selulosa (diganti Kiesel Gel GF 254) Fase
gerak: butanol- asam asetat glasial-air (4 : 1 : 5)Penampak noda: -
pereaksi sitrat borat atau - uap amonia3. Adanya flavonoid
ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna kuning intensif.
-
4. Noda kuning yang ditimbulkan oleh uap ammonia akan hilang
secara perlahan ketika amonianya menguap meninggalkan noda.5
Sedangkan noda kuning yang ditimbulkan oleh pereaksi sitrat-borat
sifatnya permanen.Fase gerak tsb. biasa disebut BAW (Butanol,
Acetic acid, Water). BAW dibuat dengan cara mencampur ketiga
komponen tsb. dengan perbandingan B : A : W = 4 : 1 : 5, maka akan
terjadi 2 lapisan. Lapisan atas diambil dan dipakai sebagai fase
gerak untuk mengeluasi senyawa gol. flavonoid.
-
Skrining utk gol. polifenol & tanin4.1. Preparasi sampel0,3
gram ekstrak ditambah 10 ml akuades panas, diaduk dan dibiarkan
sampai temperatur kamar, lalu tambahkan 3 4 tetes 10% NaCl, diaduk,
dan disaring.
2. Filtrat dibagi menjadi tiga bagian masing-masing + 4 ml dan
disebut sebagai larutan IVA, IVB, dan IVC.
-
4.2. Uji gelatin1. Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan
IVB ditambah dengan sedikit larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCl
10%. 2. Jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya tanin.
4.3. Uji ferriklorida1. Sebagian larutan IVC diberi beberapa
tetes larutan FeCl3, kemudian diamati terjadinya perubahan warna.
2. Jika terjadi warna ungu menunjukkan adanya tanin.
-
3. Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan
tetapi setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan
warna menjadi hijau biru hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa
polifenol.
FeCl3 positif, uji gelatin positif tanin (+)FeCl3 positif, uji
gelatin negatif polifenol (+)FeCl3 negatif polifenol (-), tannin
(-)
-
4.4. Kromatografi lapis tipis Sebagian lar. IVC digunakan utk
pemeriksaan dengan KLT.Fase diam : Kiesel gel GF 254Fase gerak :
Kloroform - Etil asetat Asam formiat ( 0,5 : 9 : 0,5 ) Penampak
noda : Pereaksi FeCl3 Jika timbul warna hitam menunjukkan adanya
polifenol dalam sampel.
-
Skrining utk gol. antrakinon
5.1. Reaksi warnaUji Borntrager1. Ekstrak sebanyak 0,3 gram
diekstraksi dengan 10 ml akuades, saring, lalu filtrat diekstraksi
dengan 5 ml benzena dalam corong pisah. (Benzena diganti dg.
toluena)2. Ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali. Kemudian fase
benzena dikumpulkan dan dibagi menjadi dua bagian, disebut sebagai
larutan VA dan VB. 3. Larutan VA sebagai blanko. larutan VB
ditambah amonia dan dikocok. 4. Warna merah menunjukkan adanya
senyawa antrakinon.
-
Uji modifikasi Borntrager1. Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah
dengan 5 ml KOH 0,5 N dan 1 ml H2O2 encer. 2. Dipanaskan dan
disaring, filtrat ditambah asam asetat glasial, kemudian
diekstraksi dengan benzena (benzena diganti dg. toluena)3. Fase
benzena diambil dan dibagi menjadi dua sebagai larutan VIA dan VIB.
4. Larutan VIA sebagai blanko, larutan VIB ditambah amonia. Warna
merah atau merah muda pada lapisan alkalis menunjukkan adanya
antrakinon.
-
5.2. Kromatografi lapis tipis1. Sampel ditotolkan pada fase
diam. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan : Fase diam :
Kiesel gel GF 254 Fase gerak : benzena - etil asetat - asam asetat
glasial (75 : 24 : 1)Dalam praktikum benzena diganti dg. toluena
Penampak noda : larutan 10% KOH dalam metanol.2. Timbulnya noda
berwarna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau ungu
menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
-
Glikosida sianohidrin
adalah : Seny nitril atau organik sianida yg terdistribusi luas
pada tanaman. Struktur umumnya sbb : O b glikosil l R - C - CN l
RPd hidsrolisis enzimatik tdk diperoleh aglikon, tetapi asam
sianida. Proses ini dikatalisis oleh 2 mcm enzim yi : b-glikosidase
dan oksinitrilase. Pembentukan asam sianida terjadi bila tanaman
terluka/jaringan pecah, tapi asam sianida tdk akan terbentuk bila
pd tanaman tdk tdpt kedua enzim diatas
-
O b glikosil OH O l l ll R - C - CN -----> R - C CN ----->
R - C R + HCN l l R R
Scr mdh pembentukan asam sianida bisa diketahui sbb
:Patah-patahkan simplisia segar, masukkan kdlm tabung reaksi
bertutupMasukkan kertas saring yg telah dicelupkan kdlm asam pikrat
yg sdh dibasakanWarna kuning akan berubah menjadi merah bila
terdapat asam sianida
-
Skrining utk gol.Glikosida Sianohidrin
Reaksi Warna Tes Grignard 2-5 gram serbuk ditambah air
secukpnya, kemudian ditambahkan 1 mL CHCl3. kemudian ditutupi gabus
dengan diselipi kertas pikrat. Kertas pikrat tidak boleh menyentuh
cairan kemudian dipanaskan pada suhu 35o 40o C atau didiamkan selam
3 jam kemudian diamati perubahan warna pada kertas pikrat. Positif
bila terjadi bayangan merah pada kertas pikrat.