1 SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011 Akibat perkelahian, “Abang Terminal” (preman desa) mengalami luka robek di daerah paha kiri sebelah dalam yang mengeluarkan banyak darah. Abang terminal terlihat cemas, berkeringat dingin, dan badannya lemas. Kulitnya pucat dan dingin. Saat diperiksa bidan desa, Tanda vital : frekuensi nadi 120x/menit (lemah) dan tekanan darah 90/60 mmHg. Lukanya dibalut oleh bidan, namun darah tetap keluar merembes. Setelah diberi infus dengan cairan Dextrose 5%, ia langsung dikirim ke rumah sakit terdekat yang berjarak 2 jam. Sampai di rumah sakit, Abang Terminal sudah tidak sadar dan terlihat sesak napas. Saat diperiksa oleh dokter : Frekuensi nafas 32x/menit (cepat dan dalam), frekuensi nadi 130x/menit, tekanan darah 80/50 mmHg, Glasgow Coma Scale : 10. Dokter menyatakan bahwa abang terminal telah mengalami asidosis. I. Klarifikasi Istilah 1. Luka robek : luka yang menyebabkan robek pada kulit dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
SKENARIO A BLOK 6 TAHUN 2011
Akibat perkelahian, “Abang Terminal” (preman desa) mengalami luka robek di
daerah paha kiri sebelah dalam yang mengeluarkan banyak darah. Abang terminal
terlihat cemas, berkeringat dingin, dan badannya lemas. Kulitnya pucat dan
dingin.
Saat diperiksa bidan desa, Tanda vital : frekuensi nadi 120x/menit (lemah) dan
tekanan darah 90/60 mmHg. Lukanya dibalut oleh bidan, namun darah tetap
keluar merembes. Setelah diberi infus dengan cairan Dextrose 5%, ia langsung
dikirim ke rumah sakit terdekat yang berjarak 2 jam.
Sampai di rumah sakit, Abang Terminal sudah tidak sadar dan terlihat sesak
napas. Saat diperiksa oleh dokter : Frekuensi nafas 32x/menit (cepat dan dalam),
frekuensi nadi 130x/menit, tekanan darah 80/50 mmHg, Glasgow Coma Scale :
10. Dokter menyatakan bahwa abang terminal telah mengalami asidosis.
I. Klarifikasi Istilah
1. Luka robek : luka yang menyebabkan robek pada kulit dan otot
pada paha kiri sebelah dalam.
2. Berkeringat dingin : cairan yang keluar dari permukaan tubuh yang
memiliki suhu dibawah suhu optimal tubuh.
3. Kulit pucat : keadaan kulit menjadi lebih putih dikarenakan
kekurangan suplai oksigen pada kulit
4. Bidan : seorang yang berpendidikan dalam dua disiplin
ilmu, keperawatan dan kebidanan yang memiliki
sertifikat sesuai dengan tuntutan CNM (Certified
Nurse Mid-Wife)
2
5. Tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan suhu
tubuh
6. Tekanan darah : kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding
arteri
7. Infus : penyuntikan cairan terapeutik yang lambat dari
darah ke dalam vena
8. Cairan Dextrose : monosakarida terutama dipakai sebagai cairan dan
pengganti makanan dan juga dipakai sebagai
dieuretika
9. Sesak napas : pengubahan patologi yang disebabkan kurangnya
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadarankesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk
perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen
karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam
rongga tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau
sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran
berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas
(kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien.
Tingkat kesadaran ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.
46
Mekanisme Ketidaksadaran
Mekanisme sesak nafas dan tidak sadar:
Gangguan Kesadaran
Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat. Untuk
mempertahankan fungsi kesadaran yang baik, perlu suatu interaksi yang konstan
dan efektif antara hemisfer serebri yang intak dan formasio retikularis di batang
otak. Gangguan pada hemisfer serebri atau formasio retikularis dapat
menimbulkan gangguan kesadaran.
Bergantung pada beratnya kerusakan, gangguan kesadaran dapat berupa
apati, delirium, somnolen, sopor atau koma. Koma sebagai kegawatan maksimal
fungsi susunan saraf pusat memerlukan tindakan yang cepat dan tepat, sebab
47
makin lama koma berlangsung makin parah keadaan susunan saraf pusat sehingga
kemungkinan makin kecil terjadinya penyembuhan sempurna.
Mekanisme cemas, berkeringat dingin, badannya lemas, kulit pucat serta
dingin
Faktor penyebab timbulnya kecemasan menurut Collins dalam Susabda (1983,112) bahwa kecemasan timbul karena adanya:
1. Threat (Ancaman) baik ancaman terhadap tubuh, jiwa atau psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan, kehilangan arti kehidupan) maupun ancaman terhadap eksistensinya (seperti kehilangan hak).
2. Conflik (Pertentangan) yaitu karena adanya dua keinginan yang keadaannya bertolak belakang, hampir setiap dua konflik, dua alternatif atau lebih yang masing-masing yang mempunyai ifat approach dan avoidance.
3. Fear (Ketakutan) kecemasan sering timbul karena ketakutan akan sesuatu, ketakutan akan kegagalan menimbulkan kecemasan, misalnya ketakutan akan kegagalan dalam mengahadapi ujian atau ketakutan akan penolakan menimbulkan kecemasn setiap kali harus berhadapan dengan orang baru.
4. Unfulled Need (Kebutuhan yang tidak terpenuhi) kebutuhan manusia begitu kompleks dan bila ia gagal untuk memenuhinya maka timbullah kecemasan.
Faktor-faktor penyebab kecemasan dapat digolongkan menjadi:
1. Faktor Kognitif. McMahon (1986,559) menyatakan bahwa kecemasan dapat timbul sebagai akibat dari antisipasi harapan akan situasi yang menakutkan dan pernah menimbulkan situasi yang menimbulkan rasa sakit, maka apabila ia dihadapkan pada peristiwa yang sama ia akan merasakan kecemasan sebagai reaksi atas adanya bahaya.
2. Faktor Lingkungan. Menurut Slavson (1987), salah satu penyebab munculnya kecemasan adalah dari hubungan-hubungan dan ditentukan langsung oleh kondisi-kondisi, adat-istiadat, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kecemasan dalam kadar terberat dirasakan sebagai akibat dari perubahan sosial yang amat cepat, dimana tanpa persiapan yang cukup, seseorang tiba-tiba saja sudah dilanda perubahan dan terbenam dalam situasi-situasi baru yang terus menerus berubah. Dimana
48
perubahan ini merupakan peristiwa yang mengenai seluruh lingkungan kehidupan, maka seseorang akan sulit membebaskan dirinya dari pengalaman yang mencemaskan ini.
3. Faktor Proses Belajar. Menurut Mowrer (dalam Goldstein&Krasner, 1988:282) kecemasan timbul sebagai akibat dari proses belajar. Manusia mempelajari respon terhadap stimulus yang memperingatkan adanya peristiwa berbahaya dan menyakitkan yang akan segera terjadi.
Greenberger & Padesky (2004,212) menyatakan bahwa kecemasan berasal dari dua aspek, yakni aspek kognitif dan aspek kepanikan yang terjadi pada seseorang. diantaranya adalah :
1. Aspek kognitif, yang meliputi :
a. Kecemasan disertai dengan persepsi bahwa seseorang sedang berada dalam bahaya atau terancam atau rentan dalam hal tertentu, sehingga gejala fisik kecemasan membuat seseorang siap merespon bahaya atau ancaman yang menurutnya akan terjadi.
b. Ancaman tersebut bersifat fisik, mental atau sosial, diantaranya adalah:
a. Ancaman fisik terjadi ketika seseorang percaya bahwa ia akan terluka secara fisik.
b. Ancaman mental terjadi ketika sesuatu membuat khawatir bahwa dia akan menjadi gila atau hilang igatan.
c. Ancaman sosial terjadi ketika seseorang percaya bahwa ia akan ditolak, dipermalukan, merasa malu atau dikecewakan.
c. Persepsi ancaman berbeda-beda untuk setiap orang.
d. Sebagian orang, karena pengalaman mereka bisa terancam dengan begitu mudahnya dan akan lebih sering cemas. Orang lain mungkin akan memiliki rasa aman dan keselamatan yang lebih besar. Tumbuh dilingkungan yang kacau dan tidak sabil bisa membuat seseorang menyimpulkan bahwa dunia dan orang lain selalu berbahaya.
e. Pemikiran tentang kecemasan berorientasi pada masa depan dan seringkali memprediksi malapetaka. Pemikiran tentang kecemasan sering dimulai dengan “Bagaimana kalau…” dan berakhir dengan
49
hal yang kacau. Pemikiran tentang kecemasan juga sering meliputi citra tentang bahaya. Pemikiran-pemikiran ini semua adalah masa depan dan semuanya memprediksi hasil yan buruk.
2. Aspek kepanikan
Panik merupakan perasaan cemas atau takut yang ekstrem. Rasa panik terdiri atas kombinasi emosi dan gejala fisik yang berbeda. Seringkali rasa panik ditandai dengan adanya perubahan sensasi fisik atau mental, dalam diri seseorang yang menderita gangguan panic, terjadi lingkaran setan saat gejala-gejala fisik, emosi, dan pemikiran saling berinteraksi dan meningkat dengan cepat. Pemikiran ini menimbulkan ketakutan dan kecemasan serta merangsang keluarnya adrenalin. Pemikiran yang katastrofik dan reaksi fisik serta emosional yang lebih intens yang terjadi bias menimbulkan dihindarinya aktivitas atau situasi saat kepanikan telah terjadi sebelumnya.
Menurut kasus ini, kecemasan yang dialami dikarenakan adanya ancaman ( dari para preman) , ketakutan (akan kondisi tubuhnya) yang termasuk dalam ancaman fisik.
Mekanisme Pucat
Pendarahan yang terus menerus akan menyebabkan cairan ekstraselular
terutama darah akan mengalami penurunan yang drastis. Pendarahan ini
menyebabkan pengikatan oksigen oleh hemoglobin yang ada di dalam darah
berkurang sehingga kulit terlihat pucat
Mekanisme Lemas
Pendarahan yang terus menerus akan menyebabkan cairan ekstraselular
terutama darah akan mengalami penurunan yang drastis. Pendarahan ini
menyebabkan pengikatan oksigen oleh hemoglobin yang ada di dalam darah
berkurang aliran oksigen yang dibawa oleh darah ke sel atau jaringan akan
berkurang sel atau jaringan kekurangan asupan oksigen metabolisme
terganggu energi yang dihasilkan pun sedikit tubuh terlihat lemas.
Adanya pendarahan menyebabkan berkurangnya volume darah dalam vaskular
(hipovolemia). Hal ini menyebabkan tekanan arteri berkurang. Kemudian
50
baroreseptor arteri (sinus karotikus dan arkus aorta) dan reseptor regangan
vaskular merespon penurunan tersebut. Perubahan yang ditangkap oleh reseptor
tersebut memberikan stimulus kepada saraf simpatis yang menyebabkan cemas,
keringat dingin, vasokontriksi arteriol, dan takikardi. Vasokontriksi arteriol
menyebabkan aliran darh ke perifer berkurang, hal inilah yang menyebabkan
kulit menjadi dingin, pucat dan asupan nutrisi berkurang. Kurangnya asupan
nutrisi dan menurunnya perfusi O2 ke jaringan ( akibat tekanan arteri dan volume
darah yang menurun) menyebabkan lemas.
VITAL SIGN (TANDA VITAL)
Pengukuran Denyut Nadi
Denyut Nadi
Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri
akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi
yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh
darah arteri, terutama pada tempat-tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan
diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan
denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis,
poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior, namun yang paling sering dilakukan
yaitu :
1. Arteri radialis
Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan
tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin
2. Arteri Brankialis
Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa
antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac
arrest pada infant
3. Arteri Karotid
51
Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan
diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi,
kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak.
Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, pada saat aktifitas normal :
• Normal : 60 – 100 x / menit,
• Bradikardi : <> 100. x / menit
Denyut nadi pada saat tidur yaitu :
a. Bayi baru lahir 100 – 180 x/menit
b. Usia 1 minggu – 3 bulan 100 – 220 x/ menit
c. Usia 3 bulan – 2 tahun 80 – 150 x/menit
d. usia 10 –21 tahun 60 – 90 x/menit
e. Usia lebih dari 21 tahun 69 – 100 x/menit
Berdasarkan kuat dan lemahnya denyut arteri diklasifikasikan :
i. Tidak teraba denyut : 0
ii. Ada denyut tetapi sulit teraba : +1,
iii. Denyut normal teraba dengan mudah dan tidak mudah hilang : +2
iv. Denyut kuat, mudah teraba seakan- akan memantul terhadap ujung jari serta
tidak mudah
hilang: + 3
1. PEMERIKSAAN FREKUENSI NADI
pemeriksaan frekuensi nadi yang umum dilakukan adalah sebagai berikut:
a. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI RADIALIS
1). Persiapan alat
1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
2. Buku catatan nadi (kartu status)
52
3. Alat tulis
2). Persiapan pasien
1. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Buatlah pasien rilek dan nyaman .
3). Cara pemeriksaan
1. Cuci tangan pemeriksa
2. minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah
3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada
posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.
4. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah, lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan
tangan
5. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur
6. Hitung denyut tersebut selama satu menit ,
7. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.
b. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI BRAKIALIS
1). Persiapan alat
1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
2. Buku catatan nadi ( kartu status )
3. Alat tulis
2). Persiapan pasien
1. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Buatlah pasien rilek dan nyaman
3). Cara pemeriksaan
1. Cuci tangan pemeriksa
2. Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi lengan atas
3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi.
Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap
atas.
53
4. Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan jari telunjuk dan
jari tengah pada fossa cubiti (lekuk antara otot bisep dan trisep diatas
siku)
5. Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur
6. Hitung jumlah denyut selama satu menit
7. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.
c. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI KAROTIS
1). Persiapan alat
1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
2. Buku catatan nadi ( kartu status )
3. Alat tulis
2). Persiapan pasien
1. Jelaskan pada pasien tentang perlunya pemeriksaan ini.
2. Buatlah pasien serilek dan senyaman mungkin
3). Cara pemeriksaan
1. Cuci tangan pemeriksa dengan air bersih
2. minta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas
3. pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha
4. Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis
5. Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada sisi arah yang
berlawanan dengan yang akan diperiksa
6. Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk
menghindari rangsangan sinus karotid
7. Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk palpasi sekitar otot
sternokleidomastoideus bagian medial
8. Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan
napas
9. Hitung frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu untuk 30 detik,
kemudian hasilnya dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung
selama 1 menit
54
Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah paling tepat bila diukur secara langsung dengan
memakai jarum intra-arteri. Namun, dalam praktik sehari-hari, kita menggunakan
cara tidak langsung dengan menggunakan sfigmomanometer. Sfigmomanometer
terdiri dari kantong yang dapat digembungkan yang terbungkus di dalam manset
yang tidak dapat mengembang, pompa karet berbentuk bulat, manometer di mana
tekanan darah dibaca, dan lubang pengeluaran untuk mengempiskan sistem
tersebut.Ada dua jenis manometer, yaitu
1. Manometer gravitasi air raksa terdiri dari suatu tabung kaca yang
dihubungkan dengan reservoir yang berisi air raksa. Tekanan di dalam
manset mendorong air raksa ke atas tabung. Air raksa tersebut turun
karena gaya berat, dan karena gaya berat adalah suatu konstanta, peneraan
ulang tidak diperlukan.
2. Manometer aneroid mempunyai embusan logam yang menerima tekanan
dari manset. Dengan meningkatkan tekanan, embusan menggembang dan
memutar roda gigi yang menggerakkan jarum melintasi piringan angka
yang sudah dikaliberasikan.
Mengukur tekanan darah
Adapun tata cara pengukuran tekanan darah pasien sebagai berikut.
1. Mengukur tekanan darah setelah pasien beristirahat selama 15 menit.
2. Posisi pasien duduk, berdiri, dan berbaring.
3. Lengan diatur sedemikian rupa sehingga arteri brachialis terletak setinggi
jantung dalam posisi abduksi, rotasi ekstena dan sedikit fleksi.
4. Lilitkan manset yang masih dalam keadaan kempis dengan ketat pada
lengan atas sehingga batas bawah manset tersebut kira-kira 1 inci di atas
fossa antekubiti.
55
5. Mula-mula tekanan darah diukur dengan palpasi agar kesenjangan palpasi
dapat dideteksi. Rabalah denyut a. radialis dan pompalah manset sampai
denyut tidak terasa, catat hasil pengukuran dan kempiskan manset.
6. Lakukan evaluasi kedua dengan memompa lebih 30 mmHg dari tekanan
dimana denyut tidak terasa, kemudian tempelkan stetoskop pada lengan
tempat a. brachialis berada, lalu kempiskan manset perlahan-lahan, vibrasi
tersebut terdengar sebagai bunyi Korotkoff dengan lima fase, meliputi
a. Korotkof I, suara denyut mulai terdengar, tapi masih lemah dan akan
mengeras setelah tekanan diturunkan 10-15 mmHg (sesuai dg tekanan
sistolik).
b. Korotkof II, suara terdengar seperti bising jantung (murmur) selama
15-20 mmHg berikutnya.
c. Korotkof III, suara menjadi kecil kualitasnya, lebih jelas dan keras
selama 5-7 mmHg berikutnya.
d. Korotkof IV, suara meredup sampai kemudian menghilang setelah 5-6
mmHg berikutnya.
e. Korotkof V, titik dimana suara menghilang (sesuai dengan tekanan
diastolik).
KategoriTD Sistolik
(mmHg)
TD Diastolik
(mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90
Pengukuran frekuensi napas
56
Saat menghitung frekuensi pernafasan pada penderita respons jangan biarkan ia
mengetahuinya. Satu pernafasan adalah satu kali menghirup nafas dan satu kali
mengeluarkannafas.
SISTEM KARDIOVASKULER
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.
Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas
(atrium yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel
memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi
utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan
tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi
tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh
tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil
oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah
yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Gambar1. Jantung tampak depan
57
• Fungsi jantung
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut
diastol), selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang
jantung (disebut sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara
bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara
bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari
seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam
atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke
dalam ventrikel kanan.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam
arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh
yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru,
menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya
dihembuskan.
Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke
atrium kiri. Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium
kiri disebut sirkulasi pulmoner.
Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang
selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup
aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini
disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru.
58
Gambar 2. Ruang dan Katup Jantung
Gambar 3. Jantung (potongan melintang/bagian dalam)
• Pembuluh darah
Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri,
arteriola, kapiler, venula dan vena.
Arteri (kuat dan lentur) membawa darah dari jantung dan menanggung
tekanan darah yang paling tinggi. Kelenturannya membantu mempertahankan
59
tekanan darah diantara denyut jantung. Arteri yang lebih kecil dan arteriola
memiliki dinding berotot yang menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan
atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis,
yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung)
dan vena (membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen
dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil
metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.
Dari kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang akan
membawa darah kembali ke jantung. Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi
biasanya diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena mengangkut
darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan
tidak terlalu dibawah tekanan.
Jantung dan pembuluh darah merupakan alat dalam tubuh yang mengatur
peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme jaringan
dapat terangkut dengan baik. Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan
pembuluh darah sebagai penyalur darah ke jaringan. Sistem kardiovaskuler
dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA, nodus AV, berkas His,
dan serabut Purkinye. Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom
melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem tersebut
akan mengakibatkan kelainan pada sistem kardiovaskuler.
SISTEM RESPIRASI
Sistem respirasi terdiri dari:
1. Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disaring dan
dilembabkan
2. Saluran nafas bagian bawah
60
Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke
alveoli
3. Alveoli
terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO2
4. Sirkulasi paru
Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena
meninggalkan paru.
5. Paru, terdiri dari :
a. Saluran nafas bagian bawah
b. Alveoli
c. Sirkulasi paru
6. Rongga Pleura
Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada
yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veserali.
7. Rongga dan dinding dada
Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam
proses respirasi.
Saluran Nafas Bagian Atas
61
a. Rongga hidung
Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal :
- Dihangatkan
- Disaring
- Dan dilembabkan
Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri dari :
Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel
partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu
hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang
masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal
tersebut dibantu dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan ke
b. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)
c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal
lidah)
d. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
Saluran Nafas Bagian Bawah
62
a. Laring
Terdiri dari tiga struktur yang penting
- Tulang rawan krikoid
- Selaput/pita suara
- Epilotis
- Glotis
b. Trakhea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang rawan
seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastic
menempel pada dinding depan usofagus.
c. Bronkhi
Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut
carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea.
Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior. Brochus
kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior.
d. Alveoli
63
Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial.
Membran alveolar :
- Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli
- Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan surfactant.
- Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang saling
berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam rongga
endotel.
- Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh : endotel kapiler, epitel
alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.
Aliran pertukaran gas
Proses pertukaran gas berlangsung sebagai berikut: alveoli epitel alveoli «