LAPORAN HASIL SGD SISTEM INTEGUMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKABIES OLEH : SGD 2 Pande Kadek Purniwati (0902105002) A.A. Tri Ayu Widyawathi (0902105003) Putu Anggi Maseni Kuswandari (0902105010) Ni Putu Susi Perdanayanti (0902105017) Nyoman Diah Somawardani (0902105033) Nyoman Agus Jagat Raya (0902105043) I Dewa Gede Suapriyantara (0902105062) Putu Ayu Emmy Savitri Karin (0902105065) Putu Ayu Utami Dewantari (0902105066) Putu Yunita Octaviani (0902105074) I Komang Riko Husada Putra (0902105085) Putu Ika Puspita Dewi (0902105090)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN HASIL SGD SISTEM INTEGUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKABIES
OLEH : SGD 2
Pande Kadek Purniwati (0902105002)
A.A. Tri Ayu Widyawathi (0902105003)
Putu Anggi Maseni Kuswandari (0902105010)
Ni Putu Susi Perdanayanti (0902105017)
Nyoman Diah Somawardani (0902105033)
Nyoman Agus Jagat Raya (0902105043)
I Dewa Gede Suapriyantara (0902105062)
Putu Ayu Emmy Savitri Karin (0902105065)
Putu Ayu Utami Dewantari (0902105066)
Putu Yunita Octaviani (0902105074)
I Komang Riko Husada Putra (0902105085)
Putu Ika Puspita Dewi (0902105090)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
KASUS
An.B usia 4 tahun dibawa ke PKM tempat anda bekerja dengan keluhan gatal terutama pada
malam hari di area sela-sela jari tangan dan kaki, lipatan ketiak, dan siku bagian luar. Setelah
dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan terowongan berwarna abu berkelok-kelok, tampak
adanya vesikel, dan ekskoriasi. Dari hasil anamnesa, An.B tinggal di lingkungan yang padat
penduduknya, dan ada anggota keluarga lain yang mengalami masalah serupa. Ibu klien
mengatakan pada malam hari klien sering terbangun dan sulit untuk tidur lagi karena gatal yang
dirasakan.
Gangguan sistem integumen apakah yang dialami oleh klien dengan kasus di atas?
Jelaskan konsep dasar penyakit (etiologi, faktor predisposisi, epidemiologi,
klasifikasi, pathogenesis, cara penularan, manifestasi klinis (4 tanda kardinal),
penatalaksanaan, prognosis, pathway)
Sebutkan ruam primer dan sekunder yang terjadi pada klien di atas! Sebutkan dan
jelaskan jenis ruam primer dan ruam sekunder lainnya
Susunlah asuhan keperawatan pada kasus klien di atas (pengkajian, dx.keperawatan,
intervensi keperawatan)
Susunlah pendidikan kesehatan yang bisa diberikan pada klien dengan kasus di atas
PEMBAHASAN
1. Gangguan sistem integumen yang dialami oleh klien dengan kasus di atas adalah Skabies.
a. Skabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei ver. hominis dan produknya.
(Arif Mansjoer, 2000)
b. Scabies atau sering juga disebut penyakit kulit berupa budukan atau gudik yang dapat
ditularkan melalui kontak erat dengan orang yang terinfeksi. (Sungkar, 2007)
c. Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular
dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebab scabies
adalah Sarcoptes scabiei. (Ma'rufi, 2005)
Jadi Skabies adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
(kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya dan mudah menular
melalui kontak erat dengan orang yang terinfeksi, yang mana penyakit ini sering disebut
gudig, budukan atau kudis dengan gejala utama rasa gatal yang panas pada malam hari
dan edema yang disebabkan oleh garukan.
2. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian hominis.
Sarcoptes scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu
terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Tubuh
tungau terbagi bagian anterior yang disebut nototoraks dan bagian posterior yang disebut
notogaster. Nototoraks dan notogaster masing-masing mempunyai 2 pasang kaki.
B. Faktor Predisposisi
Faktor penunjang penyakit ini antara lain sosial ekonomi rendah, higiene buruk,
sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografis
serta ekologik.
C. Epidemiologi
Diperkirakan sekitar 300 juta orang diseluruh dunia telah terinfeksi tungau scabies
ini. Sarcoptes scabiei menyerang semua tingkat sosioekonomi, wanita dan anak- anak
lebih banyak daripada laki-laki. Pada study epidemiologi di Amerika Serikat skabies ini
lebih cenderung di daerah urban, terutama yag terlalu padat penduduk dan lebih sering
saat musim hujan dibandingkan musim panas ( sungkar, 2007 ). Beberapa faktor yang
dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual
promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual.
Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh
Indonesia adalah 4,6 % - 12,95 % dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit
kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704
kasus skabies yang merupakan 5,77 % dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990
prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 %. (Sungkar, 1995)
D. Klasifikasi
Beberapa bentuk/klasifikasi dari Skabies adalah :
1) Skabies pada Orang Bersih (scabies of cultivated)
Terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup. Biasanya sangat sukar
ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Bentuk ini
ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga
sangat sukar ditemukan.
2) Skabies Inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies,
sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya pengobatan dengan steroid topical yang
lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini disebabkan mungkin oleh
karena penurunan respon imum seluler.
3) Skabies Nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang agtal. Nodus biasanya
terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila.
Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus
yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat
menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan
anti skabies dan kortikosteroid.
4) Skabies yang ditularkan melalui hewan
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan
skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 –
8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena Sarcoptes scabiei pada binatang tidak
dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5) Skabies Norwegia
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,
skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit
kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat
disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang
menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi
imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat
berkembangbiak dengan mudah.
6) Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo,
ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.
7) Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur
dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
8) Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain
Skabies sering dijumpai bersama penyakit menular seksual yang lain seperti gonore,
sifilis, pedikulosis pubis, herpes genitalis dan lainnya.
E. Pathogenesis
Kelainan kulit skabies terjadi karena sensitisasi dan invasi kutu tuma sarcopte
scabei varian homanis. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui
kontak langsung maupun kontak tidak langsung seperti melalui pakaian dalam, tempat
tidur, handuk. Kemudian kutu betina akan menggali lubang kedalam epidermis dan
selanjutnya membentuk terowongan didalam stratum korneum. Dua hari setelah
fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian berkembang melalui
stadium larva, nimpa dan kemungkinan menjadi kutu dewasa dalam waktu 10-14 hari.
Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan.
Terowongan lebih banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak banyak
mengandung folikel pilosebasea sehinggga dapat terjadi perubahan bagian tubuh.
Pengeluaran ekskret dan sekresi ini juga menimbulkan reaksi imunologi lambat
yaitu : sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma. Antibodi ini akan berikatan dengan
respetor Fc pada permukaan jaringan sel mast dan basofil. Sel mast dan basofil yang
dilapisi oleh IgE akan tersensitisasi (fase sensitisasi). Karena sel B memerlukan waktu
untuk menghasilkan IgE, maka pada kontak pertama, tidak terjadi apa-apa. Waktu yang
diperlukan bervariasi dari 15-30 menit hingga 10-20 jam. Adanya alergen pada kontak
pertama menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi, yaitu IgE. IgE kemudian
masuk ke aliran darah dan berikatan dengan reseptor di sel mastosit dan basofil sehingga
sel mastosit atau basofil menjadi tersensitisasi. Pada saat kontak ulang dengan alergen,
maka alergen akan berikatan dengan IgE yang berikatan dengan antibody di sel mastosit
atau basofil dan menyebabkan terjadinya granulasi. Degranulasi menyebakan pelepasan
mediator inflamasi primer dan sekunder seperti histamine, bradikinin dan serotonin.
Pelepasan mediator inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala terutama gatal,
edema local, adanya vesikel dan eritema.
Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga
terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga. Penyakit ini sangat
erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Apabila tingkat
kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat
keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang,
kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah
penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering
kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.
F. Cara Penularan
Adapun cara penularannya adalah sebagai berikut :
1) Kontak langsung (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan seksual.
2) Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.
Penularan biasanya oleh sarcoptes betina yang telah dibuahi atau dalam bentuk larva.
Dikenal juga dengan Sarcoptes scabei varian animals yang kadang- kadang dapat
menulari manusia, terutama pada orang yang memelihara hewan seperti anjing.
G. Manifestasi Klinis (4 Tanda Kardinal)
Gatal merupakan gejala utama sebelum gejala klinisnya lainnya muncul, rasa gatal
biasanya hanya pada lesi tetapi pada skabies kronis gatal dapat dirasakan seluruh tubuh.
Ciri-ciri seseorang terkena skabies adalah kulit penderita penuh bintik-bintik kecil sampai
besar, berwarna kemerahan yang diebabkan garukan keras. Bintik-bintik itu akan menjadi
bernanah jika terinfeksi (Djuanda, 2006)
Terdapat empat tanda kardinal skabies:
1) Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2) Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang
seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi
tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder
ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat
predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria)
dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau salep
yang dioleskan pada kulit yang terinfeksi. Beberapa syarat obat harus memenuhi criteria
ini : tidak berbau, efektif terhadap stadium kutu (telur, larva maupun kutu dewasa), tidak
menimbulkan iritasi kulit, mudah diperolah dan murah.
Terapi/tindakan penanganan yang diberikan adalah :
1) Secara Farmako
a. Sistemik
Antihistamin klasik sedative ringan untuk mengurangi gatal, misalnya
klorfeniramin maleat 0,34 mg/kgBB 3x sehari.
Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin atau
eritromisin.
b. Topical
Salep 2-4, biasanya dalam bentuk salep atau krim
Kekurangannya obat ini menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotori
pakaian, tidak efektif membunuh stadium telur dan penggunaannya harus
lebih dari 3 kali berturut-turut.
Emulsi benzyl-benzoat 20-25%, efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama 3 hari berturut-turut. Kekurangannya dapat
menimbulkan iritasi kulit
Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan karena memiliki efek antiskabies,
juga bersifat anti gatal.
Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena
sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada
manusia
Permetrin HCL 5%, efektifitasnya sama dengan Gamexan, namun tidak
terlalu toksik. Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relative mahal.
I. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, syarat pengobatan,
dan menghilangkan factor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan memberi
prognosis yang baik.
J. Pathway
(Terlampir)
3. Sebutkan ruam primer dan sekunder yang terjadi pada klien di atas! Sebutkan dan jelaskan
jenis ruam primer dan ruam sekunder lainnya!
Ruam primer pada klien diatas adalah terdapat terowongan berwarna abu berkelok-
kelok dan vesikel. Ruam sekunder yang terdapat pada klien adalah tampak adanya
ekskoriasi.
Ruam primer :
Makula : kelainan kulit berbatas tegas setinggi permukaan kulit
berupa perubahan warna, bisa putih, coklat, merah dan hitam.
Papul : penonjolan padat di atas permukaan kulit, sirkumskrip ,
diameter < 0,5 cm
Plak : penonjolan padat yang mendatar di atas permukaan kulit,
diameter > 0,5 cm.
Nodul : penonjolan padat di atas permukaan kulit, sirkumskrip,
diameter > 0,5 cm tapi < 1 cm.
Nodus/tumor: masa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan diameter > 1 cm.
Kista : suatu kantong yang berisi cairan, bisa encer atau semi solid
Vesikel : gelembung berisi cairan jernih (serum) dengan diameter
<0,5 cm.
Bula : vesikel yang lebih besar dari 0,5 cm
Pustul : vesikel berisi nanah
Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran
pembuluh darah kapiler
Abses : kumpulan nanah dalam jaringan / dalam kutis atau
subkutis
Urtika : edema setempat yang temporer (berbentuk papul atau plak)
timbul mendadak, hilang perlahan – lahan.
Ruam sekunder :
Erosi : kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum basale,
misalnya kulit digaruk.
Ekskoriasi : kehilangan jaringan lebih dalam dari erosi sampai ujung
papilla dermis.
Ulkus : hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi sehingga
terbentuk pinggir, dinding, dasar dan isi ulkus
Fissura : kulit terbelah secara linier, vertikal pada
epidermis dan dermis.
Krusta : cairan eksudat yang mongering, dapat bercampur dengan
kotoran, obat dsbnya.
Skuama : adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
Likenifikasi : perubahan kulit sehingga relief kulit makin jelas
Sikatriks : relief kulit tidak normal akibat jaringan tidak utuh
lagi dan timbul kumpulan jaringan ikat baru, bisa mencekung
(atrofik) atau meninggi (hipertrofik)
4. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan
penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
DS:
Keluarga klien mengeluh bahwa, klien mengalami gatal-gatal pada malam hari, di area
sela-sela jari tangan dan kaki, lipatan ketiak, dan siku bagian luar.
Ibu klien mengatakan pada malam hari klien sering terbangun dan sulit untuk tidur lagi
karena gatal yang dirasakan.
DO:
Klien tampak menggruk-garuk bagian tubuh yang gatal, seperti di area sela-sela jari
tangan dan kaki, lipatan ketiak, dan siku bagian luar.
Klien terlihat lemas dan lesu
Klien tampak sering menguap
Ada eritema, papula dan vesikula pada bagian kulit pasien yang di garuk-garuk tadi .
c. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS
dan respon verbal klien.
d. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: tekanan darah biasanya akan meningkat akibat nyeri (di atas (bayi 85/54
mmHg, toddler 95/65 mmHg, sekolah 105-165 mmHg, remaja 110/65 mmHg)).