5/20/2018 SJS
1/21
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dijelaskan pertama kali pada tahun 1922, Sindrom Stevens-Johnson
merupakan hipersensitivitas yang dimediasi kompleks imun yang merupakan
ekspresi berat dari eritema multiforme. Sindrom Stevens-Johnson SSJ!
ektodermosis erosiva pluriorifisialis, sindrom mukokutaneaokular, eritema
multiformis tipe "ebra, eritema multiforme mayor, eritema bulosa maligna!
adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel#bula, dapat disertai purpura
yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium, dan mukosa kelopak mata dengan
keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk "am$ah,2%%2!.1,2
&enyebab pasti dari SSJ saat ini belum diketahui namun ditemukan
beberapa hal yang memi'u timbulnya SSJ seperti obat-obatan atau infeksi virus.
mekanisme terjadinya sindroma pada SSJ adalah reaksi hipersensitif terhadap $at
yang memi'unya.1,(
SSJ mun'ul biasanya tidak lama setelah obat disuntik atau diminum, dan
besarnya kerusakan yang ditimbulkan kadang tak berhubungan langsung dengan
dosis, namun sangat ditentukan oleh reaksi tubuh pasien. )eaksi hipersensitif
sangat sukar diramal, paling diketahui jika ada ri*ayat penyakit sebelumnya dan
itu kadang tak disadari pasien, jika tipe alergi tipe 'epat yang seperti syok
anafilaktik jika 'epat ditangani pasien akan selamat dan tak bergejala sisa, namun
jika SSJ akan membutuhkan *aktu pemulihan yang lama dan tidak segera
menyebabkan kematian seperti syok anafilaktik.(
+leh beberapa kalangan disebut sebagai eritema multiforme mayor tetapi
terjadi ketidak setujuan dalam literatur. Sebagian besar penulis dan ahli
berpendapat bah*a sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik
! merupakan penyakit yang sama dengan manifestasi yang berbeda. Dengan
alasan tersebut, banyak yang menyebutkan SSJ#. SSJ se'ara khas mengenai
kulit dan membran mukosa. /alaupun presentasi minor dapat timbul tetapi gejala
signifikan dari membran mukosa oral, nasal, mata, vaginal, uretral,
gastrointestinal dan saluran napas ba*ah dapat terjadi selama perjalanan penyakit.
1
5/20/2018 SJS
2/21
0kut sertanya gastrointestinal dan respiratori dapat berlanjut menjadi nekrosis. SSJ
merupakan kelainan sistemik yang serius dengan potensi morbiditas berat dan
mungkin kematian. esalahan diagnosis sering terjadi pada penyakit ini.(
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
ntuk melengkapi persyaratan tugas kepanitraan klinik stase kulit rumah
Sakit mum Daerah Deli Serdang 3ubuk &akam.
b. Tujuan Khusus
4emberikan penjelasan tentang Stevens - Johnson Syndrome
BAB II
2
5/20/2018 SJS
3/21
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. De!n!s! SJS
Sindrom Stevens-Johnson, biasanya disingkatkan sebagai SJS, adalah
reaksi buruk yang sangat ga*at terhadap obat. fek samping obat ini
mempengaruhi kulit, terutama selaput mukosa. Juga ada versi efek samping ini
yang lebih buruk, yang disebut sebagai nekrolisis epidermis toksik to5ik
epidermal ne'rolysis#!. 6da juga versi yang lebih ringan, disebut sebagai
eritema multiforme 4! 6dithan,2%%7!.(
Sindrom Steven-Johnson SSJ! merupakan suatu kumpulan gejala klinis
erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa,
mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum berat. Sinonimnya antara lain 8
sindrom de riessinger-)endu, eritema eksudativum multiform mayor, eritema
poliform bulosa, sindrom muko-kutaneo-okular, dermatostomatitis, dll.(
Sindrom Stevens-Johnson pertama diketahui pada 1922 oleh dua dokter,
dr. Stevens dan dr. Johnson, pada dua pasien anak laki-laki. amun dokter
tersebut tidak dapat menentukan penyebabnya 6dithan,2%%7!. (
2.2. Et!"l"g! SJS
"ampir semua kasus SJS dan disebabkan oleh reaksi toksik
terhadap obat, terutama antibiotik mis. obat sulfa dan penisilin!, antikejang mis.
fenitoin! dan obat nyeri, termasuk yang dijual tanpa resep mis. ibuprofen!.
erkait "0:, alasan SJS yang paling umum adalah nevirapine hingga 1,; persen
penggunanya! dan kotrimoksa$ol jarang!. )eaksi ini dialami segera setelah mulai
obat, biasanya dalam 2-( minggu 6dithan, 2%%7< Siregar, 2%%=!.(,7
tiologi SSJ sukar ditentukan dengan pasti, karena penyebabnya
berbagai faktor, *alaupun pada umumnya sering berkaitan dengan respon imun
terhadap obat. >eberapa faktor penyebab timbulnya SSJ diantaranya 8 infeksi
virus, jamur, bakteri, parasit!, obat salisilat, sulfa, penisilin, etambutol, tegretol,
tetrasiklin, digitalis, kontraseptif!, makanan 'oklat!, fisik udara dingin, sinar
3
5/20/2018 SJS
4/21
matahari, sinar ?!, lain-lain penyakit &olagen, keganasan, kehamilan! 4ansjoer,
2%%2< Siregar, 2%%=!.=,7
2.#. Pat"!s!"l"g! SJS
&atogenesis SSJ sampai saat ini belum jelas *alaupun sering
dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe 000 reaksi kompleks imun! yang
disebabkan oleh kompleks soluble dari antigen atau metabolitnya dengan antibodi
0g4 dan 0g@ dan reaksi hipersensitivitas lambat delayed-type hypersensitivity
rea'tions, tipe 0:! adalah reaksi yang dimediasi oleh limfosit yang spesifik.
+leh karena proses hipersensitivitas, maka terjadi kerusakan kulit sehingga terjadi
Aarroll, 2%%1! B8
1. egagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan 'airan
2. Stres hormonal diikuti peningkatan resisitensi terhadap insulin,
hiperglikemia dan glukosuriat
(. egagalan termoregulasi
=. egagalan fungsi imun
;. 0nfeksi
&erjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan
yang dapat berupa didahului panas tinggi, dan nyeri kontinyu. rupsi timbul
mendadak, gejala bermula di mukosa mulut berupa lesi bulosa atau erosi, eritema,
disusul mukosa mata, genitalia sehingga terbentuk trias stomatitis, konjun'tivitis,
dan uretritis!. @ejala prodormal tidak spesifik, dapat berlangsung hingga 2
minggu. eadaan ini dapat menyembuh dalam (-= minggu tanpa sisa, beberapa
penderita mengalami kerusakan mata permanen. elainan pada selaput lendir,
mulut dan bibir selalu ditemukan. Dapat meluas ke faring sehingga pada kasus
yang berat penderita tak dapat makan dan minum. &ada bibir sering dijumpai
krusta hemoragik 0lyas, 2%%=!.;
2.$. %an!estas! kl!n!s SJS
4
5/20/2018 SJS
5/21
SSJ dan biasanya mulai dengan gejala prodromal berkisar antara 1-1=
hari berupa demam, malaise, batuk, kori$a, sakit menelan, nyeri dada, muntah,
pegal otot dan atralgia yang sangat bervariasi dalam derajat berat dan kombinasi
gejala tersebut. emudian pasien mengalami ruam datar ber*arna merah pada
muka dan batang tubuh, sering kali kemudian meluas ke seluruh tubuh dengan
pola yang tidak rata. Daerah ruam membesar dan meluas, sering membentuk
lepuh pada tengahnya. ulit lepuh sangat longgar, dan mudah dilepas bila
digosok. Se'ara khas, proses penyakit dimulai dengan infeksi nonspesifik saluran
napas atas.(
3esi mukokutaneus berkembang 'epat. elompok lesi yang berkembang
akan bertahan dari 2-= minggu. 3esi tersebut bersifat nonpruritik. )i*ayat demam
atau perburukan lokal harus dipikirkan ke arah superinfeksi, demam dilaporkan
terjadi sampai C; dari seluruh kasus.7
@ejala pada membran mukosa oral dapat 'ukup berat sehingga pasien tidak
dapat makan dan minum. &asien dengan gejala genitourinari dapat memberi
keluhan disuria. )i*ayat penyakit SSJ atau eritema multiforme dapat ditemukan.
)ekurensi dapat terjadi apabila agen yang menyebabkan tidak tereliminasi atau
pasien mengalami pajanan kembali.7
&ada , bagian kulit yang luas mengelupas, sering hanya dengan
sentuhan halus. &ada banyak orang, (% persen atau lebih permukaan tubuh hilang.
Daerah kulit yang terpengaruh sangat nyeri dan pasien merasa sangat sakit dengan
panas-dingin dan demam. &ada beberapa orang, kuku dan rambut rontok 6dithan,
2%%7!.(
ehilangan kulit dalam serupa dengan luka bakar yang ga*at dan
sama-sama berbahaya. Aairan dan elektrolit dalam jumlah yang sangat besar dapat
merembes dari daerah kulit yang rusak. Daerah tersebut sangat rentan terhadap
infeksi, yang menjadi penyebab kematian utama akibat .(
&ada SSJ akan terlihat trias kelainan berupa 8 kelainan kulit, kelainan
selaput lendir di orifisium, dan kelainan mata.(
1. elainan pada kulit
a. emerahan pada kulit bermula sebagai makula yang berkembang
menjadi papula, vesikel, bula, plak urtikaria atau eritema konfluen.
b. &usat dari lesi ini mungkin berupa vesikular, purpura atau nekrotik.
5
5/20/2018 SJS
6/21
'. 3esi dapat menjadi bula dan kemudian pe'ah, menyebabkan erosi
dan ekskoriasi pada kulit. ulit menjadi rentan terhadap infeksi
sekunder.
d. 3esi urtikaria biasanya tidak bersifat pruritik.
e. 0nfeksi merupakan penyebab s'ar yang berhubungan dengan
morbiditas.
f. /alaupun lesi dapat terjadi dimana saja tetapi telapak tangan,
dorsal dari tangan dan permukaan ekstensor merupakan tempat
yang paling umum.
g. emerahan dapat terjadi di bagian manapun dari tubuh tetapi yang
paling umum di batang tubuh.
6
5/20/2018 SJS
7/21
elainan selaput lendir di orifisium
a. elainan sering terjadi pada mukosa mulut 1%%!, disusul pada
lubang alat genitalia ;%!, jarang pada lubang hidung dan anus
masing-masing C dan =!.
b. @ejala pada mukosa mulut berupa eritema, edema, vesikel # bula
yang gampang pe'ah sehingga timbul erosi, ekskoriasi dan krusta
kehitaman, terutama pada bibir. Juga dapat timbul pseudomembran.
3esi terdapat pada traktus respiratorius bagian atas, faring dan
esofagus.
'. Stomatitis pada mulut dapat menyebabkan pasien sulit menelan.
d. &seudomembran pada faring menyebabkan pasien sukar bernapas.e. /alaupun beberapa ahli menyarankan adanya kemungkinan SSJ
tanpa lesi pada kulit tetapi sebagian besar per'aya bah*a lesi
mukosa saja tidak 'ukup untuk menegakkan diagnosis. >eberapa
ahli menyebut kasus yang tanpa lesi kulit sebagai atipikal atau
inkomplit.
7
5/20/2018 SJS
8/21
2. elainan 4ata ;
Eang paling sering adalah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat
berupa konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea,
iritis, iridosiklitis.
konjungtivitis
simblefaron
8
5/20/2018 SJS
9/21
2.&. D!agn"s!s SJS
Diagnosa ditujukan terhadap manifestasi yang sesuai dengan trias
kelainan kulit, mukosa, mata, serta hubungannya dengan faktor penyebab yang
se'ara klinis terdapat lesi berbentuk target, iris atau mata sapi, kelainan pada
mukosa, demam. Selain itu didukung pemeriksaan laboratorium antara lain
pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan imunologik, biakan kuman serta uji
resistensi dari darah dan tempat lesi, serta pemeriksaan histopatologik biopsi kulit.
6nemia dapat dijumpai pada kasus berat dengan perdarahan, leukosit biasanya
normal atau sedikit meninggi, terdapat peningkatan eosinofil. adar 0g@ dan 0g4
dapat meninggi, A( dan A= normal atau sedikit menurun dan dapat dideteksi
adanya kompleks imun beredar. >iopsi kulit diren'anakan bila lesi klasik tak ada.
0munoflurosesensi direk bisa membantu diagnosa kasus-kasus atipik Siregar,
2%%=< 6dithan, 2%%7!.(
2.'. D!agn"sa Ban(!ng SJS
6da 2 penyakit yang sangat mirip dengan sindroma Steven Johnson 81! Toxic Epidermolysis Necroticans. Sindroma steven johnson sangat dekat
dengan . SJS dengan bula lebih dari (% disebut .
2! Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (Ritter disease).&ada penyakit ini lesi
kulit ditandai dengan krusta yang mengelupas pada kulit. >iasanya mukosa
terkena Siregar, 2%%=!.7
9
5/20/2018 SJS
10/21
10
5/20/2018 SJS
11/21
2.). Pemer!ksaan *enunjang #
a. &emeriksaan 3aboratorium 8
idak ada pemeriksaan laboratorium selain biopsi yang dapat menegakkan
diagnosis SSJ.
1! &emeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan jumlah leukosit yang
normal atau leukositosis yang nonspesifik. 3eukositosis yang nyata
mengindikasikan kemungkinan infeksi bakteri berat. alau terdapat
eosinofilia kemungkinan karena alergi.
2! ultur jaringan kulit dan darah telah disetujui karena insidensi infeksi
bakteri yang serius pada aliran darah dan sepsis yang menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas.
(! 0munofluoresensi banyak membantu membedakan sindrom Steven
Johnson dengan panyakit kulit dengan lepuh subepidermal lainnya.
=! ultur darah, urin dan jaringan pada luka diindikasikan ketika
di'urigai adanya infeksi.
b. &emeriksaan )adiologi8
oto rontgen thorak dapat menunjukkan adanya pneumonitis ketika di'urigaise'ara klinis. 6kan tetapi foto rontgen rutin biasa tidak diindikasikan.
'. &emeriksaan "istopatologi8
@ambaran histopatologik sesuai dengan eritema multiforme, bervariasi dari
perubahan dermal yang ringan sampai nekrolisis epidermal yang menyuluruh.
elainan berupa 8
1! 0nfiltrate sel mononu'lear di sekitar pembuluh-pembuluh darah dermis
superfi'ial.
2! dema dan ekstravasasi sel darah merah di dermis papiler.
(! Degenerasi hidropik lapisan basalis sampai terbentuk vesikel
subepidermal.
=! ekrosis sel epidermal dan kadang-kadang di adneksa.
;! Spongiosis dan edema intrasel epidermis.
2.+. Penatalaksanaan SJS
+bat yang tersangka sebagai kausanya segera dihentikan, termasuk jamu
dan $at aditif lainnya. Jika keadaan umum pasien SSJ baik dan lesi tidak
menyeluruh 'ukup diobati dengan prednisone (%-=% mg sehari. alau keadaan
11
5/20/2018 SJS
12/21
umunya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati se'ara tepat dan 'epat dan pasien
harus dira*at-inap. &engggunaan obat kortikosteroid merupakan tindakan life-
saving, dapat digunakan deksametason se'ara intravena dengan dosis permulaan
=-7 5 ; mg sehari. &ada umumnya masa krisis dapat diatasi dalam beberapa hari.
6gar lebih jelas, maka berikut ini diberikan 'ontoh. Seorang pasien SSJ yang
berat, harus segera di ra*at-inap dan diberikan deksametason 7 5 ; mg iv.
>iasanya setelah beberapa hari 2-( hari!, masa krisis telah teratasi, keadaan
membaik dan tidak timbul lesi baru, sedangkan lesi lama tampak mengalami
involusi. Dosisnya segera diturunkan se'ara 'epat, setiap hari diturunkan ; mg,
setelah dosis men'apai ; mg sehari lalu diganti dengan tablet kortikosteroid,
misalnya prednisone, yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 2% mg sehari,
sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 1% mg kemudian obat tersebut
dihentikan. Jadi lama pengobatan kira-kira 1% hari.C
Selain deksametason dapat digunakan pula metilprednisolon dengan dosis
setara. elebihan metilprednisolon ialah efek sampingnya lebih sedikit
dibandingkan dengan deksametason karena termasuk golongan kerja sedang,
sedangkan deksametason termasuk golongan kerja lama, namun harganya lebihmahal. arena pengobatan dengan kortikosteroid dalam *aktu singkat pemakaian
kedua obat tersebut tidak banyak perbedaan mengenai efek sampingnya. Tapering
off hendaknya dilakukan 'epat karena umumnya penyebab SSJ ialah eksogen
alergi!, jadi berbeda dengan penyakit autoimun endogen!, misalnya pemfigus.7
>ila tapering offtidak lan'ar hendaknya dipikirkan faktor lain. 4ungkin
antibiotik yang sekarang diberikan menyebabkan alergi sehingga masih timbul
lesi baru. alau demikian harus diganti dengan antibiotik lain. emungkinan lain
kausanya bukan alergi obat, tetapi infeksi pada sebagian ke'il kasus!. Jadi kultur
darah hendaknya dikerjakan. Aara pengambilan sampel yang terbaik ialah kulit
tempat akan diambil darah dikompres dengan spiritus dengan kasa steril selama F
jam untuk menghindari kontaminasi.7
&ada *aktu penurunan dosis kortikosteroid sistemik dapat timbul miliaria
kristalina yang sering disangka sebagai lesi baru dan dosis kortikosteroid
dinaikkan lagi, yang seharusnya tetap diturunkan.
12
5/20/2018 SJS
13/21
Dengan dosis kortikosteroid setinggi itu, maka imunitas pasien akan
berkurang, karena itu harus diberikan antibioti' untuk men'egah terjadinya
infeksi, misalnya bronkopneumonia yang dapat menyebabkan kematian.
6ntibiotik yang dipilih, hendaknya yang jarang menyebabkan alergi, berspektrum
luas, bersifat bakterisidal, dan tidak atau sedikit nefrotoksik. "endaknya antibiotik
yang akan diberikan jangan yang segolongan atau yang rumusnya mirip dengan
antibiotik yang diduga menyebabkan alergi untuk men'egah sensitisasi silang.
+bat yang memenuhi syarat tersebut, misalnya siprofloksasin 2 5 =%% mg iv.
lindamisin, meskipun tidak berspektrum luas sering digunakan karena juga
efektif bagi kuman anaerob, dosisnya 2 5 7%% mg iv sehari. +bat lain juga dapat
digunakan misalnya seftriakson dengan dosis 2 gram iv sehari 1 5 1. "endaknya
diingat obat tersebut akan memberikan sensitisasi silang dengan amoksisilin
karena keduanya termasuk antibiotik beta laktam. ntuk mengurangi efek
samping kortikosteroid diberikan diet yang miskin garam dan tinggi protein,
karena kortikosteroid bersifat katabolik. Setelah seminggu diperiksa pula kadar
elektrolit dalam darah. >ila terdapat penurunan dapat diberikan Al ( 5 ;%% mg
per os.C
"al yang perlu diperhatikan ialah mengatur keseimbangan 'airan#elektrolit
dan nutrisi, terlebih-lebih karena pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi
di mulut dan di tenggorokan dan kesadaran dapat menurun. ntuk itu dapat
diberikan infus, misalnya dekstrose ;, aAl 9 dan laktat ringer berbanding 1 8
1 81 dalam 1 labu yang diberikan C jam sekali.
Jika dengan terapi tersebut belum tampak perbaikan dalam 2 hari, maka
dapat diberikan transfusi darah sebanyak (%% '' selama 2 hari berturut-turut. fek
transfusi darah whole lood! ialah sebagai imunorestorasi. >ila terdapat
leukopenia prognosisnya menjadi buruk, setelah diberi transfusi leukosit 'epat
menjadi normal.
Selain itu darah juga mengandung banyak sitokin dan leukosit, jadi
meninggikan daya tahan.
Jadi indikasi pemberian transfusi darah pada SSJ dan yang dilakukan
ialah 8C
13
5/20/2018 SJS
14/21
1. >ila telah diobati dengan kortikosteroid dengan dosis adekuat setelah 2
hari belum ada perbaikan. Dosis adekuat untuk SSJ (% mg
deksametason sehari dan =% mg sehari.
2. >ila terdapat purpura generalisata.
(. Jika terdapat leukopenia.
entang kemungkinan terjadinya polisitemia tidak perlu dikha*atirkan
karena pemberian darah untuk transfusi hanya selama 2 hari. "b dapat naik
sedikit, namun 'epat turun.
&ada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin A
;%% mg atau 1%%% mg sehari iv.
erapi topikal tidak sepenting terapi sistemik. &ada daerah erosi dan
ekskoriasi dapat diberikan krim sulfodia$in-perak. ntuk lesi di mulut dapat
diberikan kenalog in oraase dan etadine gargle. ntuk bibir yang biasanya
kelainannya berupa krusta tebal kehitaman dapat diberikan emolien misalnya krim
urea 1%. C
2.,. K"m*l!kas! SJS
Sindrom Steven Johnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain
sebagai berikut8
o +ftalmologi G ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis,
kebutaan
o @astroenterologi -Esophageal strict!res
o @enitourinaria G nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring,
stenosis vagina
o &ulmonari G pneumonia
o utaneus G timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen,
infeksi kulit sekunder
o 0nfeksi sitemik, sepsis
o ehilangan 'airan tubuh, sho'k 4ansjoer, 2%%2!.=
omplikasi a*al yang mengenai mata dapat timbul dalam hitungan jam
sampai hari, dengan ditandai timbulnya konjungtivitis yang bersamaan pada kedua
14
5/20/2018 SJS
15/21
mata. 6kibat adanya perlukaan di konjungtiva dapat menyebabkan
pseudomembran atau konjungtivitis membranosa, yang dapat mengakibatkan
sikatrik konjungtivitis. &ada komplilasi yang lebih lanjut dapat menimbulkan
perlukaan pada palpebra yang mendorong terjadinya ektropion, entropion,
trikriasis dan lagoftalmus. &enyembuhan konjungtiva meninggalkan perlukaan
yang dapat berakibat simblefaron dan ankyloblefaron. Defisiensi air mata sering
menyebabkan masalah dan hal tersebut sebagai tanda menuju ke fase komplikasi
yang terakhir. Eang mana komplikasi tersebut beralih dari komplikasi pada
konjungtiva ke komplikasi pada kornea dengan kelainan pada permukaan bola
mata. ase terakhir pada komplikasi kornea meningkat dari hanya berupa
pemaparan kornea sampai terjadinya keratitis epitelial pungtata, defek epitelial
yang rekuren, hingga timbulnya pembuluh darah baru neovaskularisasi pada
kornea! yang dapat berujung pada kebutaan. 6khirnya bila daya tahan tubuh
penderita menurun ditambah dengan adanya kelainan akibat komplikasi-
komplikasi di atas akan menimbulkan komplikasi yang lebih serius seperti
peradangan pada kornea dan sklera. &eradangan atau infeksi yang tak terkontrol
akan mengakibatkan terjadinya perforasi kornea, endoftalmitis dan panoftalmitis
yang pada akhirnya harus dilakukan eviserasi dan enukleasi bola mata
:is*anadh, 2%%2!9
2.1-. Pr"gn"s!s SJS
SJS dan adalah reaksi yang ga*at. >ila tidak diobati dengan baik,
reaksi ini dapat menyebabkan kematian, umumnya sampai (; persen orang yang
mengalami dan ;-1; persen orang dengan SJS, *alaupun angka ini dapat
dikurangi dengan pengobatan yang baik sebelum gejala menjadi terlalu ga*at.
)eaksi ini juga dapat menyebabkan kebutaan total, kerusakan pada paru, dan
beberapa masalah lain yang tidak dapat disembuhkan.
&ada kasus yang tidak berat, prognosisnya baik, dan penyembuhan
terjadi dalam *aktu 2-( minggu. ematian berkisar antara ;-1; pada kasus
berat dengan berbagai komplikasi atau pengobatan terlambat dan tidak memadai.
15
5/20/2018 SJS
16/21
&rognosis lebih berat bila terjadi purpura yang lebih luas. ematian biasanya
disebabkan oleh gangguan keseimbangan 'airan dan elektrolit, bronkopneumonia,
serta sepsis 6dithan, 2%%7< Siregar, 2%%=!.(,7
BAB III
KESI%PULAN DAN SAAN
2.1. Kes!m*ulan
Sindrom Steven-Johnson SJS! merupakan suatu kumpulan gejala klinis
erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa,
mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum berat. tiologi SJS sukar
16
5/20/2018 SJS
17/21
ditentukan dengan pasti, karena penyebabnya berbagai faktor, *alaupun pada
umumnya sering berkaitan dengan respon imun terhadap obat.
&atogenesis SSJ sampai saat ini belum jelas *alaupun sering
dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe 000 reaksi kompleks imun! dan
reaksi hipersensitivitas lambat delayed-type hypersensitivity rea'tions, tipe 0:!.
4anifestasi SJS pada mata dapat berupa konjungtivitis, konjungtivitas kataralis ,
blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, simblefaron, kelopak mata edema dan
sulit dibuka, pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi kornea yang dapat
menyebabkan kebutaan. Diagnosis banding dari Sindrom Steven Johnson ada 2
yaitu Toxic Epidermolysis Necroticans" Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
(Ritter disease)dan konjungtivitis membranosa atau pseudomembranosa.
&enanganan Sindrom Steven Johnson dapat dilakukan dengan memberi
terapi 'airan dan elektrolit, serta kalori dan protein se'ara parenteral pada
penderita dengan keadaan umum berat. &emberian antibiotik spektrum luas,
selanjutnya berdasarkan hasil biakan dan uji resistensi kuman dari sediaan lesi
kulit dan darah. &enggunaan steroid sistemik masih kontroversi, ada yang
mengganggap bah*a penggunaan steroid sistemik pada anak bisa menyebabkan
penyembuhan yang lambat dan efek samping yang signifikan, namun ada juga
yang menganggap steroid menguntungkan dan menyelamatkan nya*a.
2.1. Saran
Demikianlah makalah yang telah kami susun mengenai Steven Johson
Syndrom.Demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan kritikan serta saran
yang membangun. Saran dari penulis kami harapkan agar pemba'a dapat
memaknai makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
17
5/20/2018 SJS
18/21
DA/TA PUSTAKA
1. "am$ah 4.Er!psi #at $lergik. 0n8 0lmu &enyakit ulit dan elamin. (rd
edition. >agian 0lmu &enyakit ulit dan elamin akultas edokteran
niversitas 0ndonesia. >alai &enerbit akultas edokteran niversitas
0ndonesia. Jakarta. 2%%2. p81(9-1=2
2. /ijana, . onjungtiva. 0n 0lmu &enyakit 4ata.199(. hal =%-=1.
18
5/20/2018 SJS
19/21
(. 6dithan A. Stevens-%ohnson Syndrome. 0n8 Drug 6lert. :olume 2. 0ssue 1.
Departement of &harma'ology. J0&4). 0ndia. 2%%7. 6''ess on8 June (,
2%%B. 6vailable at8 ***.jipmer.edu
=. 4ansjoer 6, Suprohaita, /ardhani /0, Setio*ulan /.Er!psi $lergi #at.
0n8 apita Selekta edokteran. :olume 2. (rd edition. akultas
edokteran niversitas 0ndonesia. 4edia 6es'ulapius. Jakarta. 2%%2.
p81((-1(9
;. 0lyas, S. Sindrom Steven Johnson. 0n 0lmu &enyakit 4ata. ( rd edition.
akultas edokteran niversitas 0ndonesia. Jakarta. 2%%=. "al 1(;-1(7.
7. Siregar, ).S. Sindrom Stevens Johnson. 0n 8 Saripati &enyakit ulit. 2nd
edition. @A. Jakarta. 2%%=. hal 1=1-1=2.
B. Aarroll 4A, Eueng-Eue 6, sterly >. Drug-indu'ed hypersensitivity
syndrome in pediatri' patients. &ediatri's 2%%1< 1%C 8 =C;-92.
C. Sharma, :.. 8 &roposed 06D:3 Aonsensus @uidelines 2%%78
4anagement of Stevens-Johnson Syndrome SJS! and o5i' pidermal
e'rolysis !. 06D:3.2%%7
S6S &6S0
0. 0D006S0 &6S0
ama 8 4aris*ati
mur 8 ;= tahun
19
5/20/2018 SJS
20/21
Status menikah 8 menikah
&ekerjaan 8 &ensiunan &&=
Suku bangsa 8 Ja*a
6lamat 8 jl. 4elati 2, gg. )ukun, ke'. &erbaungan
00. 664S0S
eluhan utama8 Seluruh badan melepuh, perih didalam mulut seperti saria*an
)&S 8 hal ini dialami +S lebih kurang 1 minggu yang lalu sebelum
datang ke )SD Deli Serdang 3ubuk &akam.
7 "S4)S 8 +S berobat ke 4antri dengan keluhan nyeri pada perut, lalu
diberikan terapi melalui 04 obat tidak diketahui !
; "S4)S 8 +S mengeluhkan pusing, lalu diba*a ke )S melati &erbaungan.
+S diberikan terapi melalui 0: obat tidak diketahui !
= "S4)S 8 +S mengeluhkan panas pada kulit dan nyeri pada saat menelan
( "S4)S 8 bibir +S mulai pe'ah2 dan kulit sudah mulai melepuh
1 "4)S 8 keadaan +S makin parah dengan bibir pe'ah2, sulit menelan, kulit
melepuh pada muka, badan, kaki dan tangan serta kemaluan, dan
sakit saat >6> dan >6. 3alu pasien dirujuk ke )SD Deli
Serdang 3ubuk &akam
)&+ 8 tidak diketahui
)& 8 -
&4)0S66 0S0
Status general!sata
esadaran 8
@i$i 8
D 8
") 8
)) 8
20
5/20/2018 SJS
21/21
8
21