Profil Kesehatan Kabupaten Sumedang Tahun 2015 Page IV - 1 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 6.1 Sarana Kesehatan Sumber daya Kesehatan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas kesehatan. Sumber daya kesehatan dapat berupa sumber daya manusia/tenaga kesehatan, sarana prasarana kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan. a) JUMLAH SARANA KESEHATAN PEMERINTAH Rumah Sakit Umum : 1 Puskesmas : 35 Puskesmas Rawat Inap : 10 Puskesmas Non Rawat Inap : 25 Puskemas Akreditasi : 5 Puskesmas Pembantu : 67 Poskesdes/Polindes : 225/52 BP : 5 b) JUMLAH SARANA KESEHATAN SWASTA Rumah Sakit Umum : 1 Balai Pengobatan/Klinik : 68 dr. Praktek Umum : 86 Bidan Praktek : 195 Rumah Bersalin : 5 Apotik : 105 Toko Obat : 19 Batra : 10 Radiologi : 4 Laboratorium : 8
48
Embed
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN - MCAP · PDF fileDengan indikator ini dapat diketahui ... bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA. ... Cakupan peserta KB aktif adalah cakupan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Profil Kesehatan Kabupaten Sumedang Tahun 2015 Page IV - 1
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
6.1 Sarana Kesehatan
Sumber daya Kesehatan sangat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas kesehatan. Sumber daya kesehatan dapat berupa sumber daya
manusia/tenaga kesehatan, sarana prasarana kesehatan dan Pembiayaan
Kesehatan.
a) JUMLAH SARANA KESEHATAN PEMERINTAH
Rumah Sakit Umum : 1
Puskesmas : 35
Puskesmas Rawat Inap : 10
Puskesmas Non Rawat Inap : 25
Puskemas Akreditasi : 5
Puskesmas Pembantu : 67
Poskesdes/Polindes : 225/52
BP : 5
b) JUMLAH SARANA KESEHATAN SWASTA
Rumah Sakit Umum : 1
Balai Pengobatan/Klinik : 68
dr. Praktek Umum : 86
Bidan Praktek : 195
Rumah Bersalin : 5
Apotik : 105
Toko Obat : 19
Batra : 10
Radiologi : 4
Laboratorium : 8
Gambar 6.1
Sebaran tenaga kesehatan dan non kesehatan Tahun 2016 Di Kabupaten Sumedang
Berdasarkan gambar diatas dapat terlihat bahwa sebaran tenaga
kesehatan paling banyak berada di puskesmas yang tersebar di 35
puskesmas dan rumah sakit, dimana tenaga di rumah sakit ini berasal dari
data rsud kab, sumedang, rsu pakuwon dan rsu harapan keluarga (yang
baru berdiri pada akhir tahun 2016). Sedangkan tenaga penunjang dalam
hal ini asisten tenaga kesehatan dan penunjang administrasi paling banyak
berada di sarana kesehatan swasta sebanyak 188 orang yang tersebar di
klinik, apotek dan praktek mandiri tenaga kesehatan.
0
200
400
600
800
1000
Puskesmas Rumah Sakit DinasKesehatan
Sarkes Swasta
802 772
35
488
170 150
69
188
Tenaga Kesehatan Tenaga Penunjang
Tabel 6.1
Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan
Di Kabupaten Sumedang Tahun 2016
No Tenaga Kesehatan Berdasarkan
Tempat Praktik
Berdasarkan Orang
1 Dokter Umum 306 256
2 Dokter Gigi 59 29
3 Dokter Spesialis 93 48
4 Perawat 768 766
5 Farmasi 197 190
6 Kesehatan Masyarakat 48 48
7 Gizi 36 36
8 Sanitarian 37 37
9 Bidan 481 481
11 Tenaga Teknis Medis 100 100
12 Fisoterapis 6 3
Tabel diatas mengambarkan keadaan tenaga kesehatan di Kabupaten
sumedang dimana terlihat tenaga kesehatan dengan jumlah paling banyak
adalah tenaga perawat sebanyak 768 orang dimana sebaran tenaga
perawat paling banyak terdapat di rumah sakit tepatnya di RSUD dan
tenaga kesehatan yang masih jarang atau bahkan belum ada tenaganya
yaitu tenaga dalam rumpun tenaga teknis medis. Data Tenaga Kesehatan
diatas merupakan hasil penjumlahan tenaga PNS dan non PNS baik yang
bekerja di Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah, RS Pakuwon, RS
Harapan Keluarga (yang baru berdiri pada akhir tahun 2016), dan fasiltas
kesehatan swasta seperti klinik dan praktek mandiri tenaga kesehatan.
SITUASI KESEHATAN
5.1 Pelayanan Kesehatan
Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan
kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah
tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal 34
ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut dengan
mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya masyarakat
Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
5.1.1 Pelayanan Kesehatan Dasar
a. Kesehatan Ibu dan anak
1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk Ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan Antenatal sesuai dengan standar
dalam penerapannya terdiri dari 10T.
Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat
pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit 4 kali dengan
distribusi 1 kali pada trimester ke- 1 , 1 kali pada trimester ke- 2, dan 2 kali
pada trimester ke 3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu .
Pada tahun 2016 sasaran bumil sebesar 20.786 bumil,cakupan K1
dan K4 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya tapi untuk
penilaian cakupan program masih diatas target program, dapat dilihat pada
grafik dibawah ini.
Gambar 5.2
Trend Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Di Kabupaten Sumedang tahun 2012 – 2016
2. Pertolongan persalinan
Cakupan persalinan adalah adalah cakupan ibu bersalin yang
mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan disuatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Berdasarkan sasaran Estimasi jumlah Bulin adalah 19.872 hasil
pencapaian cakupan persalinan tahun 2016 sebanyak 20.006 ibu bersalin
yang ditolong tenaga kesehatan didapat cakupan sebesar 100% dari
sasaran estimasi.
98.35 94.59 95.2
109.1 104.2
87.12 84.52 85.7
99 95.2
0
20
40
60
80
100
120
2012 2013 2014 2015 2016
K1 K4
Gambar 5.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan
Di Kabupaten Sumedang tahun 2012 - 2016
Berikut adalah cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
diPuskesmas Kabupaten Sumedang tahun 2016, masih ada Puskesmas
yang cakupannya kurang dari 80%
Gambar 5.4 Sebaran Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan
Di Kabupaten Sumedang tahun 2016
117.
36
116.
97
112
.42
11
0.04
10
8.5
6
108.
30
108.
27
108.
13
106
.95
10
6.34
10
6.22
10
5.7
4
104.
96
104.
07
10
3.9
9
102.
89
100.
00
99.
80
97.9
6
96
.79
96.
63
96
.59
95.4
5
95.4
2
94.5
5
94.4
0
93.0
8
89.8
5
88.8
9
87.8
7
87.
67
86.
55
85.5
0 8
0.16
73
.09
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
KOTA
KALE
R
CIM
AN
GG
UN
G
TAN
JUN
GSA
RI
PAM
ULI
HA
N
WA
DO
SITU
PASE
H
CIS
ITU
DA
RM
AR
AJA
SUM
ED
AN
G S
ELA
TA
N
SAW
AH
DA
DA
P
MA
RG
AJA
YA
SUKA
SAR
I
CIB
UG
EL
GA
NEA
S
CIS
AR
UA
JATI
NU
NG
GA
L
HA
UR
NG
OM
BO
NG
CIM
ALA
KA
UJU
NG
JAYA
SITU
RA
JA
PAD
ASU
KA
JATI
NA
NG
OR
SUKA
GA
LIH
SUKA
MA
NTR
I
CIS
EMPU
R
RA
NC
AKA
LON
G
SUR
IAN
HA
RIA
NG
TAN
JUN
GM
EDA
R
TAN
JUN
GKE
RT
A
TOM
O
CO
NG
GEA
NG
BU
AH
DU
A
JATI
GED
E
89.83 89.93 89.93
104.8
100.7
80
85
90
95
100
105
110
2012 2013 2014 2015 2016
3. Kunjungan Neonatus
Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah cakupan neonates yang
mendapat pelayanan sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi
waktu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada hari ke 3- hari ke 7, dan 1 kali pada
hari ke 8- hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan pelayanan
kesehatan neonatal.
Jumlah kelahiran hidup di Kabupaten Sumedang adalah 20.055,
kunjungan neonatus 1 kali yang ditolong tenaga kesehatan yaitu 19.968
(100%), sedangkan kunjungan neonatus lengkap (KN3) adalah 19.825
(100%). Trend Cakupan KN 1 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 5.5 Trend Cakupan kunjungan neonatus
Tahun 2012 s/d 2016 di Kabupaten Sumedang
Sebaran Cakupan KN 1 dan KN3 di Puskesmas cukup bervariasi
pada tahun 2016 dan lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
94.2 93.8 91.9
107.4
103.5
80
85
90
95
100
105
110
2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 5.6 Cakupan KN 1 Di Kabupaten Sumedang Tahun 2016
Berdasarkan grafik diatas semua Puskesmas cakupannya lebih dari 80 %
kecuali puskesmas jatigede cakupannya (72,5%) berdasarkan hasil analisa
ketidak tercapainya cakupan disebabkan mobilisasi penduduk ke luar
wilayah akibat perendaman desa sebagian wilayah Jatigede .
Gambar 5.7
Cakupan KN Lengkap
Di Kabupaten Sumedang Tahun 2016
121
.79
12
0.14
1
15.2
1
111
.92
1
11.8
1
111
.30
11
1.14
1
11.0
4
110.
73
109
.85
1
09.7
3
109
.35
1
07.0
9
106
.56
1
05.8
0
105
.34
1
03.4
6
101
.65
1
00.5
0
99.
71
99.
14
99
.05
9
8.76
9
8.64
9
8.35
9
6.96
9
5.90
9
2.67
9
1.15
9
0.4
9
88
.91
8
8.24
8
8.04
8
3.0
2
72.
55
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00C
IMA
NG
GU
NG
KOTA
KALE
R
TAN
JUN
GSA
RI
SITU
PAM
ULI
HA
N
CIS
ITU
WA
DO
PASE
H
DA
RM
AR
AJA
SAW
AH
DA
DA
P
SUM
EDA
NG
SEL
ATA
N
MA
RG
AJA
YA
CIB
UG
EL
SUKA
SAR
I
GA
NEA
S
CIS
AR
UA
JATI
NU
NG
GA
L
HA
UR
NG
OM
BO
NG
CIM
ALA
KA
PAD
ASU
KA
CIS
EMPU
R
SITU
RA
JA
SUKA
GA
LIH
UJU
NG
JAYA
SUKA
MA
NTR
I
JATI
NA
NG
OR
RA
NC
AKA
LON
G
SUR
IAN
HA
RIA
NG
TAN
JUN
GKE
RT
A
TOM
O
TAN
JUN
GM
EDA
R
CO
NG
GEA
NG
BU
AH
DU
A
JATI
GED
E
12
0.7
4 1
18.3
3
11
6.8
3 1
13.0
8
111
.81
1
11.0
4
110
.88
1
09.3
3
10
8.86
1
08.
74
107
.29
1
06.9
2
106
.53
10
5.8
0
105
.51
1
04.2
9
103
.00
1
02.2
6
10
0.1
0
100
.00
9
9.2
6
98.
42
98.
35
9
6.7
9
96.
05
9
5.53
9
5.4
2
93
.95
9
1.6
2
91.
15
87.
76
8
7.30
8
6.86
8
2.75
7
0.64
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
CIM
AN
GG
UN
G
KOTA
KALE
R
TAN
JUN
GSA
RI
SITU
PAM
ULI
HA
N
PASE
H
CIS
ITU
WA
DO
DA
RM
AR
AJA
SUM
ED
AN
G S
ELA
TA
N
MA
RG
AJA
YA
SUKA
SAR
I
CIS
AR
UA
GA
NEA
S
CIB
UG
EL
JATI
NU
NG
GA
L
SAW
AH
DA
DA
P
HA
UR
NG
OM
BO
NG
CIM
ALA
KA
PAD
ASU
KA
SUKA
GA
LIH
SITU
RA
JA
SUKA
MA
NTR
I
JATI
NA
NG
OR
RA
NC
AKA
LON
G
UJU
NG
JAYA
TAN
JUN
GKE
RT
A
CIS
EMPU
R
SUR
IAN
HA
RIA
NG
TAN
JUN
GM
EDA
R
TOM
O
CO
NG
GEA
NG
BU
AH
DU
A
JATI
GED
E
Cakupan KN1 19968 (100%) dan cakupan KN lengkap 19825
(100%) tahun 2016, semua puskesmas cakupannya telah lebih dari 80 %,
hal ini dikarenakan meningkatnya kinerja tenaga kesehatan khususnya
bidan di Kabupaten Sumedang. Seperti diketahui bahwa kunjungan
neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian
neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan
bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan
sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara
komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru
Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu
Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang
meliputi :
1. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir
Perawatan Tali pusat
Melaksanakan ASI Eksklusif
Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 bila belum diberikan pada
waktu perawatan bayi baru lahir
Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA.
Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir. Tenaga kesehatan yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan neonatus adalah : dokter spesialis
anak, dokter, bidan dan perawat.
4. Kunjungan bayi
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan yang mendapat pelayanan
paripurna minimal 4kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada
umur 3 – 5 bulan dan 1 kali pada umur 6 – 8 bulan, dan 1 kali pada umur 9 -11
bulan sesuai standar disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Cakupan kunjungan bayi tahun 2016 sebesar 20743 (100%). Pencapaian
persentase cakupan kunjungan bayi per Puskesmas pada tahun 2016 yang
cakupannya diatas 80 % untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik
dibawah ini.
Gambar 5.8
Cakupan Kunjungan bayi Menurut Puskesmas Di Kabupaten Sumedang Tahun 2016
b. Keluarga Berencana
Cakupan peserta KB aktif adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama
yang masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (Alkon) dibandingkan
dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.
Keberhasilan program keluarga berencana dapat diketahui dari beberapa
indikator ditunjukan melalui pencapaian cakupan KB aktif dan peserta KB baru
terhadap pasangan usia subur (PUS). Pencapaian KB Aktif di Kabupaten
Sumedang pada tahun 2016 menjadi 90 %.
156
.34
1
46.0
0
134
.74
1
31.7
7
128
.10
1
27.8
6
125
.89
1
23.8
6
116
.84
1
13.0
0
111
.86
1
11.7
6
111
.42
1
10
.70
1
10.5
2
110
.34
1
10.1
7
108
.47
1
06.9
9
105
.49
10
5.07
1
04.2
3
101
.28
1
01.2
5
100
.27
9
8.86
9
8.79
9
6.88
9
6.74
9
6.26
8
7.86
8
5.51
8
5.43
82
.27
73
.40
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
SITU
CIM
ALA
KA
PAD
ASU
KA
RA
NC
AKA
LON
G
PAM
ULI
HA
N
UJU
NG
JAYA
SUKA
SAR
I
CIM
AN
GG
UN
G
DA
RM
AR
AJA
SAW
AH
DA
DA
P
HA
UR
NG
OM
BO
NG
MA
RG
AJA
YA
KOTA
KALE
R
CIS
AR
UA
TAN
JUN
GSA
RI
CIS
ITU
JATI
NA
NG
OR
SUKA
MA
NTR
I
SUR
IAN
GA
NEA
S
WA
DO
PASE
H
SUKA
GA
LIH
SUM
EDA
NG
SEL
ATA
N
CIB
UG
EL
JATI
NU
NG
GA
L
TAN
JUN
GM
EDA
R
CIS
EMPU
R
SITU
RA
JA
HA
RIA
NG
TOM
O
TAN
JUN
GKE
RT
A
CO
NG
GEA
NG
BU
AH
DU
A
JATI
GED
E
Jenis Kontrasepsi tertinggi pada peserta KB baru menggunakan kontrasepsi
Suntik (64,3%).
Gambar 5.9 Persentase Cakupan Peserta KB aktif terhadap Pasangan Usia subur
Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang tahun 2016
c. Imunisasi
Program immunisasi merupakan salah satu program prioritas yang dinilai
sangat efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat
penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh immunisasi.
1) Immunisasi bayi
Cakupan imunisasi pada tahun 2016 pada umumnya mengalami
kenaikan, setiap jenisnya sejalan dengan hal tersebut cakupan UCI desa
mengalami kenaikan dari 92,6 % pada tahun 2015 menjadi 100 % pada tahun
2016. Untuk melihat perkembangan cakupan imunisasi secara lengkap dapat
dilihat pada table dibawah ini :
98.
28
97.
41
96.
15
95.
45
94.
92
94.
61
94.
46
94.
35
94.
02
93.
74
93.
23
92.
90
92.
08
92.
05
91.
77
91.
50
91.
33
90.
54
89
.45
88.
20
87.
62
86.
54
86.
53
85.
49
80.
33
70.
72
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
Gambar 5.10 Trend CakupanImmunisasi
Di KabupatenSumedangTahun 2012 - 2016
2) Immunisasi Ibu Hamil
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT1 pada tahun 2016
sebesar 96,8 % dari sasaran ibu hamil sebanyak 20.684 orang, sedangkan
cakupan TT2 sebesar 92.0 %. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada grafik di
bawah ini.
Gambar 5.11 Cakupan Immunisasi TT1 dan TT2
Di KabupatenSumedangTahun 2016
3) Cakupan UCI desa
Persentase Desa/Kelurahan yang mencapai “Universal Child Immunization”
(UCI). Desa yang mencapai UCI adalah desa/kelurahan yang cakupan
imunisasi dasar ≥ 80%.Padatahun 2016 Cakupan Desa/Kelurahan UCI adalah
100%. Jumlah desa/Kelurahan yang telah mencapai UCI yaitu sebanyak 277
dari 277 desa/Kelurahan. 100 % UCI Puskesmas, dari 35 Puskesmas dan
100 % UCI Kecamatan dari 26 Kecamatan.
80
85
90
95
100
105
110
BCG DPTIII+HBIII Polio 4 Campak
92.5 93.9
92.8 94.2
90.8 89.1
90.3 92.2
94.44 93
88.56 89.89 95.558
102 101.1
105.2 100 100 100 100 2012
2013
2014
2015
2016
- 200.00 400.00 600.00 800.00
1,000.00 1,200.00 1,400.00 1,600.00
Jati
nan
gor
Cis
emp
ur
Cim
angg
un
gSa
wah
dad
apTa
nju
ngs
ari
Mar
gaja
yaSu
kasa
riH
aurn
gom
bo
ng
Pam
ulih
anR
anca
kalo
ng
Sum
ed
ang
Sela
tan
Suka
galih
Ko
taka
ler
Situ
Pad
asu
kaG
anea
sSi
tura
jaC
isit
uD
arm
araj
aC
ibu
gel
Wad
oJa
tin
un
ggal
Jati
ged
eTo
mo
Uju
ngj
aya
Co
ngg
ean
gP
ase
hC
imal
aka
Cis
aru
aSu
kam
antr
iTa
nju
ngk
ert
aTa
nju
ngm
ed
arB
uah
du
aH
aria
ng
Suri
an
TT2
TT1
Gambar 5.12
Cakupan Universal Child Immunization (UCI) Di Kabupaten Sumedang Tahun 2016
5.1.2 Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat
Pelayanan Gizi Masyarakat
Pembangunan gizi merupakan salah satu pokok RPJMN Tahun 2015-2019.
Perbaikan dan peningkatan status gizi masyarakat tetap merupakan agenda yang penting
untuk dijalankan di setiap tingkat pemerintahan di seluruh wilayah NKRI. Sejalan dengan
prinsip Nawacita maka hendaknya seluruh aparat pemerintah senantiasa tanggap terhadap
berbagai masalah gizi masyarakat bukan hanya dalam tindakan yang bersifat intervensi
sesaat melainkan juga dalam seluruh lingkup pelayanan gizi masyarakat.
Gerakan global scalling up nutrition sejak Tahun 2011 dan Perpres Nomor 43
Tahun 2012 tentang Percepatan Perbaikan Gizi telah menuntut upaya perbaikan gizi
masyarakat untuk lebih efektif dan fokus pada 1000 HPK. Dengan demikian, seluruh
upaya gizi harus meliputi perbaikan dan pencegahan masalah gizi pada ibu hamil, ibu nifas,
anak baduta, dan anak balita.
Dalam dukungan rencana strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 serta
dengan memperhatikan RPJMD Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun 2014-2018 maka
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
10
0
100
1
00
100
1
00
100
1
00
1
00
10
0
-
20
40
60
80
100
120Ja
tin
ango
r
Cis
emp
ur
Cim
angg
un
g
Saw
ahd
adap
Tan
jun
gsar
i
Mar
gaja
ya
Suka
sari
Hau
rngo
mb
on
g
Pam
ulih
an
Ra
nca
kalo
ng
Sum
edan
g Se
lata
n
Suka
galih
Kota
kale
r
Situ
Pad
asu
ka
Gan
eas
Situ
raja
Cis
itu
Dar
mar
aja
Cib
uge
l
Wad
o
Jati
nu
ngg
al
Jati
ged
e
Tom
o
Uju
ngj
aya
Co
ngg
ean
g
Pase
h
Cim
alak
a
Cis
aru
a
Suka
man
tri
Tan
jun
gker
ta
Tan
jun
gmed
ar
Bu
ahd
ua
Har
ian
g
Suri
an
program perbaikan gizi masyarakat di Kabupaten Sumedang dilaksanakan dengan fokus
pada pengurangan berbagai masalah gizi yang ada. Terdapat 6 indikator kinerja pembinaan
gizi masyarakat yang telah ditetapkan target nya secara nasional dan 3 indikator kinerja
pencapaian RPJMD Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam target daerah. Seluruh
indikator tersebut didukung oleh kegiatan surveilans untuk penyediaan data secara cepat
dan tepat.
Profil pelayanan gizi di Kabupaten Sumedang Tahun 2016 dapat diperjelas sebagai
berikut:
1. Pelayanan gizi ibu hamil
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil diberikan sejak
triwulan I. Pelayanan gizi tersebut dinyatakan sebagai cakupan Fe 1. Pada tahun
2016 cakupan Fe 1 di Kabupaten Sumedang adalah sebesar 104,00%
secara proyeksi, sedangkan dilihat dari sasaran riil cakupannya sebesar 100%
(21.617). Data ini menunjukkan bahwa seluruh ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya pada trimester I telah mendapatkan pelayanan gizi berupa
pemberian TTD.
Efektifitas pemberian TTD terhadap status anemia ibu hamil akan tercapai
dengan konsumsi minimal 90 tablet secara berturut-turut selama kehamilan. Ibu
hamil dengan kadar Hb yang diintervensi oleh TTD memiliki risiko yang lebih
kecil untuk mengalami anemia dan pendarahan saat persalinan. Dampak lebih
besar lagi dari hal tersebut adalah semakin berkurangnya risiko kematian ibu
melahirkan yang dominan akibat pendarahan. Cakupan ibu hamil mendapat
TTD 90 tablet (Fe 3) di Kabupaten Sumedang pada Tahun 2016 mencapai 96,56%
(Tabel 32). Meskipun turun namun selalu melampaui target yang telah
ditetapkan.
Gambar 5.13
Trend Cakupan Fe 1 dan Fe 3 Di Kabupaten Sumedang tahun 2012 – 2016
2. Pelayanan gizi bayi
a. Pelayanan gizi bayi baru lahir
Bayi baru lahir hidup di Kabupaten Sumedang Tahun 2016 sebanyak 20.055
bayi, sebagian besar adalah bayi berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak
10.340 bayi. Bayi-bayi yang lahir hidup tersebut kemudian seluruhnya
mendapatkan pelayanan gizi berupa penimbangan berat badan.
Bayi dengan berat badan lahir < 2500 gram dinyatakan sebagai bayi dengan
berat badan lahir rendah. Pada Tahun 2016 persentase BBLR di Kabupaten
Sumedang menurun dan terkendali di bawah target 5% dibandingkan
dengan Tahun 2015. Secara absolut jumlah BBLR Tahun 2015 adalah 839
bayi sedangkan Tahun 2016 sebanyak 757 bayi (Tabel 37). Penurunan
0
20
40
60
80
100
120
2012 2013 2014 2015 2016
98.88 94.13 94.08 109.14 104
86.15 83.12 85.62
101.67 96.56
FE 1
FE 3
angka kelahiran BBLR tidak terlepas dari keberhasilan tentang peningkatan
kemampuan petugas dalam memberikan konseling dan peningkatan
pengetahuan ibu hamil mengenai zat besi sehingga memberikan dampak
kepatuhan kepada ibu hamil dan keluarganya.
Gambar 5.14 Trend Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Kabupaten Sumedang tahun 2012 – 2016
b. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia kurang dari 6 bulan
Proses untuk keberhasilan ASI eksklusif bayi 6 bulan dilaksanakan selama
rentang usia bayi 0 sampai 5 bulan cakupannya sebesar 75.64% (Tabel 39).
Grafik dibawah ini menunjukkan bahwa proses tersebut pada Tahun 2016
memberikan hasil yang menurun jika dibandingkan dengan Tahun 2015.
Dengan kata lain jumlah bayi ASI eksklusif yang gugur sebelum usia 6
bulan pada Tahun 2016 lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Walaupun demikian target kinerja sebesar 33% dapat tercapai.
Capaian ini merupakan hasil dari kegiatan pemantauan, pendampingan, dan
3.66
5.1
4.4 4.05
3.77
0
1
2
3
4
5
6
2012 2013 2014 2015 2016
BBLR
konseling menyusui oleh petugas Puskesmas sebagai proses yang
dibutuhkan untuk keberhasilan ASI eksklusif bayi 6 bulan.
Gambar 5.15
Trend Cakupan ASI Eksklusif Di Kabupaten Sumedang tahun 2012 – 2016
c. Pemberian kapsul vitamin A
Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa persentase balita 6-59 bulan
mendapat Vitamin A di Kabupaten Sumedang Tahun 2016 sudah mencapai
target secara riil tetapi belum mencapai target yang diharapkan secara
proyeksi. Capaian bila dibandingkan dengan sasaran proyeksi hanya sebesar
92,87% (Tabel 44).
67.18
75.6 77.07
79.22
75.64
60
62
64
66
68
70
72
74
76
78
80
82
2012 2013 2014 2015 2016
ASI EKSKLUSIF
Gambar 5.16
Persentase balita 6-59 bulan mendapat Vitamin A di Kabupaten Sumedang
Tahun 2016
Capaian kegiatan distribusi Vitamin A Tahun 2016 tiap Puskesmas
menunjukkan sebagian besar Puskesmas tidak memenuhi target. Hal ini
disebabkan karena pada saat pemberian kapsul vitamin yaitu bulan februari dan
agustus sebagian besar balita tidak berada di tempat, sehingga kehilangan
informasi mengenai pemberian kapsul vitamin A terutama di beberapa wilayah
puskesmas yang mobile penduduknya tinggi.
3. Pemantauan pertumbuhan baduta (0-23 bulan) dan balita (0-59 bulan)
a. Penimbangan
Tingkat partisipasi masyarakat di Posyandu (D/S) Kabupaten Sumedang
Tahun 2016 hanya mengalami sedikit peningkatan baik itu pada katagori
baduta (0-23 bulan) ataupun kategori balita (0-59 bulan) jika dibandingkan
dengan Tahun 2015 (Tabel 45 dan 47).
92.87
97.89 97.2
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
PROYEKSI RIIL TARGET
VITA 2016
Gambar 5.17 Trend Tingkat Partisipasi Masyarakat di Posyandu
Di Kabupaten Sumedang tahun 2012 – 2016
Meskipun telah melampaui target 70% tetapi pola tingkat partisipasi
masyarakat di Posyandu Tahun 2016 masih tetap sama dengan Tahun 2015,
yaitu menonjol pada Bulan Pebruari dan Agustus dapat dilihat pada grafik
dibawah ini. Karena pada bulan tersebut seiring dengan kegiatan pemberian
kapsul vitamin A.
60.1
46.38 44.75
75.26 75.31
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2012 2013 2014 2015 2016
D/S
Gambar 5.18
Tingkat partisipasi masyarakat di Posyandu Kabupaten Sumedang
Bulan Januari-Desember Tahun 2015-2016
b. Deteksi Bawah Garis Merah (BGM)
Balita dengan hasil plotting berat badan di bawah garis merah pada kurva
KMS adalah balita dengan berat badan sangat kurang. Hal tersebut dapat
mengindikasikan masalah pertumbuhan lainnya seperti kurus dan pendek.
Dengan demikian, BGM merupakan deteksi awal bagi kejadian masalah
gizi balita. Persentase balita BGM di Kabupaten Sumedang Tahun 2016
menurun baik itu pada katagori baduta (0-23 bulan) ataupun kategori balita
(0-59 bulan) jika dibandingkan dengan Tahun 2015 dan terkendali tetap di
bawah batas target yang ditetapkan <5%.
Gambar 5.19 Trend Balita BGM (Bawah Garis Merah)
Di Kabupaten Sumedang tahun 2013 – 2016
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
2015
2016
c. Perawatan Gizi Buruk
Seluruh balita gizi buruk yang ada pada Tahun 2016 telah mendapatkan
perawatan menurut tata laksana gizi buruk, baik secara rawat inap maupun
rawat jalan. Dengan demikian, seperti tahun-tahun sebelumnya balita gizi buruk
mendapat perawatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2016 mencapai 100%
(Tabel 48). Balita gizi buruk yang menjalani rawat inap Tahun 2016 tercatat
sebanyak 1 orang, sedangkan yang menjalani rawat jalan sebanyak 43 orang.
Grafik di bawah ini menunjukkan penurunan kasus gizi buruk di 5 (lima) tahun
terakhir.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
2013 2014 2015 2016
0.4
2.1
2.45
0.62
0.9
2.3 2.29
0.59
Baduta
Balita
Gambar 5.20 Trend Kasus Gizi Buruk Di Kabupaten Sumedang Tahun 2012 – 2016
d. Status Gizi Balita
Kinerja pembinaan gizi masyarakat adalah perbaikan dan peningkatan
status gizi yang ditandai dengan penurunan maupun pengendalian masalah gizi
masyarakat. Saat ini masalah gizi ganda tengah dialami oleh seluruh negara
termasuk Indonesia. Masalah kekurangan gizi yang belum tuntas dibayang-
bayangi oleh masalah kelebihan gizi yang terus meningkat. Demikian pula hal
nya dengan Kabupaten Sumedang, masalah kurang gizi pada level kronis saat ini
disertai pula dengan peningkatan gizi lebih dari tahun ke tahun.
Berbagai kinerja positif dalam capaian indikator yang dihasilkan cukup
efektif mengendalikan berbagai masalah gizi sehingga capaiannya tetap di bawah
ambang batas yang telah ditentukan secara daerah (RPJMD yaitu <1%) sesuai
dengan trend capaian dalam 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu status gizi buruk Tahun
2016 sebanyak 567 balita (0.68%). Tetapi, pengendalian tersebut tidak disertai
96 94
81
58
44
0
20
40
60
80
100
120
2012 2013 2014 2015 2016
Kasus Gizi Buruk
dengan penurunan masalah gizi lebih pada balita yang selalu meningkat
persentasenya sejak Tahun 2014. Hal ini disebabkan karena hingga saat ini belum
ada intervensi langsung terhadap kasus-kasus gizi lebih tersebut. Selanjutnya
untuk perkembangan status gizi balita antara tahun 2012-2016 dapat dilihat pada
grafik berikut ini.
Gambar 5.21
Perkembangan Prevalensi Status Gizi pada Balita (0-4 Tahun)
Di Kabupaten Sumedang Tahun 2012 – 2016
Sumber : Hasil BPB Tahun 2016
e. Status Gizi Ibu Hamil
Masalah gizi yang dialami oleh balita sangat terkait dengan status gizi ibu
pada saat hamil. Ibu hamil dengan status gizi kurang akan melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR) dan stunting, yang apabila tidak ditangani dalam rentang
usia 2 tahun akan menyebabkan masalah kurang gizi permanen pada balita. Data
masalah gizi ibu hamil di Kabupaten Sumedang Tahun 2012-2016 (Grafik 5.21 )
0102030405060708090
100
2012 2013 2014 2015 2016
Gizi Buruk 0.69 0.61 0.71 0.78 0.68
Gizi Kurang 9.01 7.86 9.13 8.19 7.21
Gizi Baik 89.21 90.39 88.93 89.95 90.78
Gizi Lebih 1.09 1.15 1.22 1.08 1.33
menunjukkan adanya peningkatan persentase ibu hamil KEK dalam 3 tahun
terakhir. Masalah gizi yang banyak dialami oleh ibu hamil di Kabupaten
Sumedang tersebut kemungkinan disebabkan oleh umur ibu hamil yang sebagian
besar kurang dari 20 tahun (Laporan Program KIA). Selain itu, berdasarkan hasil
Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016 disebabkan oleh masih belum optimalnya
asupan gizi ibu hamil termasuk konsumsi Tablet tambah Darah (TTD) selama
kehamilan.
Gambar 5.22 Trend Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Ibu Hamil Anemia
Di Kabupaten Sumedang tahun 2013 – 2016
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan usia lanjut berada di Tupoksi Seksi Kesehatan Keluarga dan
Gizi. Pengertian dari usia lanjut adalah umur 60 tahun ke atas. Pelaksanaan pelayanan
kesehatan usia lanjut dilaksanakan di 35 puskesmas di Kabupaten Sumedang, dengan hasil
laporan sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
2012 2013 2014 2015 2016
7.57
2.92 4.32
5.91
8.4
4.58
5.48 5.03
6.51
9.69
KEK
Anemia
Gambar 5.23 Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Di Kabupaten Sumedang Tahun 2012 – 2016
Berdasarkan grafik di atas cakupan pelayanan kesehatan lanjut usia mengalami
penurunan pada Tahun 2016, Hal ini disebabkan karena sumber anggaran yang terbatas
sehingga program lanjut usia ini tidak dapat berjalan dengan optimal. Terlepas dari hal itu
diperlukan adanya peningkatan partisipasi masyarakat di posbindu.
Berikut adalah jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah KabupatenSumedang dan RSU Pakuwon.
5.25
7.02
7.91 8.44
7.77
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2012 2013 2014 2015 2016
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Gambar 5.14
Trend Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUD Sumedang Tahun 2012 - 2016
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa trend kasus rujukan rawat
jalan dan rawat inap di RSUD Sumedang meningkat. Hal ini dimungkinkan karena
mekanisme rujukan sudah lebih baik dan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
RSUD Sumedang lebih lengkap. Kondisi ini dipengaruhi juga dengan adanya rujukan
dari luar wilayah kabupaten Sumedang. Didukung pula dengan adanya program JKN
untuk pembiayaan kesehatan baik PBI maupun non PBI.
Gambar 5.15 Grafik Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSU Pakuwon
Tahun 2016
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah kasus rawat jalan di RSU
Pakuwon lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kasus rawat inap. Hal ini menunjukan
bahwa jumlah kasus yang dirujuk ke RSU Pakuwon kondisinya masih cukup baik dan
masih bisa ditangani dengan rawat jalan.
145504 147803
154171
163172 220782
25013 26587 26218 6459
29085
0
50000
100000
150000
200000
250000
2012 2013 2014 2015 2016
Rawat Jalan
Rawat Inap
11903 8690
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
2016
Rawat Jalan
Rawat Inap
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
4.1 MORTALITAS
Kontribusi bidang kesehatan terhadap peningkatan IPM sangat dipengaruhi
oleh Usia harapan hidup (UHH), yang sangat erat kaitannya dengan Angka
Kematian Bayi (AKB), angka kematian balita (AKABA) dan angka kematian ibu
(AKI).
Kecenderungan harapan penduduk berumur panjang dan sehat diukur
dengan Usia Harapan Hidup (AHH) waktu lahir. Oleh karena itu, angka harapan
hidup waktu lahir (eo) memiliki korelasi yang sangat erat dengan angka kematian
bayi atau infan mortality rate (AKB/IMR). Kemudian angka kematian bayi
dipengaruhi pula oleh pemeriksaan dan perawatan kehamilan, pertolongan
persalinan, perawatan neonatus dan status gizi bayi (0-11 bulan).
1. Usia Harapan Hidup
Kondisi di Kabupaten Sumedang untuk angka harapan hidup dapat dilihat
pada grafik dibawah ini :
Gambar 4.1 Angka Harapan Hidup di Kabupaten Sumedang
Tahun 2011 - 2015
Sumber data : BPS Propinsi Jawa Barat
Dari gambar IV.1 terlihat bahwa angka harapan hidup di Kabupaten
Sumedang mengalami peningkatan menandakan adanya keberhasilan dari
67.52 67.58 67.60
68.34
68.54
67.00
68.00
69.00
2011 2012 2013 2014 2015
2011 2012 2013 2014 2015
beberapa program kesehatan yang telah dilaksanakan oleh Kabupaten Sumedang,
diantaranya terdapatnya penurunan jumlah kematian bayi, jumlah kematian ibu,
dan penurunan prevalensi gizi buruk pada Balita.
2. Angka Kematian
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
ukuran bagi kemajuan kesehatan Suatu negara khususnya yang berkaitan dengan
masalah kesehatan ibu dan anak. AKI merupakan indikator yang mencerminkan
status kesehatan Ibu.
Untuk mengetahui gambaran kematian bayi di Kabupaten Sumedang
dapat dilihat pada grafik trend jumlah kematian bayi, pada tahun 2016 jumlah
pencatatan kematian bayi yaitu 120 bayi dari 20.055 kelahiran hidup.
Gambar 4.2
Trend Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Sumedang Tahun 2012–2016
Sumber : Laporan Tahunan KIA, Bidang Kesga Dinkes Kab. Sumedang, 2016
Jumlah Kematian bayi di atas merupakan penjumlahan dari jumlah
kematian Neonatal dengan penyebab kematian yaitu BBLR (29), Asfiksia (21),
Kel Congenital (11), sepsis (2), Ikterus (1) lain-lain (18) dan Jumlah Kematian
bayi dengan penyebab Pneumonia (7), kelainan saluran pencernaan (7), Diare
(1), Kelainan Syaraf (1) dan lainnya (22). Angka kejadian kematian neonatal
karena Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sampai tahun 2016 masih merupakan
penyebab tertinggi kematian neonatal. Namun kasus kematian neonatal
karena Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) untuk tahun 2016 disebabkan karena
282
205 202 181
120
0
100
200
300
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Kematian Bayi
kelahiran gemeli, bukan lagi disebabkan karena Kekurangan Energi Kronis
(KEK) Anemia , seiring dengan peningkatan kemampuan petugas kesehatan
(dokter, bidan, dan perawat) dalam penanganan ibu hamil Kekurangan Energi
Kronis (KEK) dan Anemia yang sudah baik. Pendukung program penurunan
BBLR dari kasus Kekurangan Energi dan Kronis (KEK) dan anemia
merupakan suatu keberhasilan program gizi dalam pemberian Tablet Tambah
Darah (TTD) dengan dibantu pemantauan minum Tablet Tambah Darah (TTD)
oleh keluarga dengan kartu pemantauan Tablet Tambah Darah (TTD).
a. Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita dari BPS belum diketahui, namun untuk
gambaran jumlah kematian Balita di Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada
gambar IV.3
Gambar 4.3
Trend Jumlah Kematian Balita di Kabupaten Sumedang Tahun 2012 - 2016
Sumber : Laporan Tahunan KIA, Bidang Kesga, Dinkes Kab. Sumedang, 2016
Dilihat dari Trend jumlah kematian Balita dapat diketahui bahwa
kematian Balita pada tahun 2016 mengalami peningkatan dibanding tahun
2015 sebanyak 12 kasus, penyebab kematian balita adalah Diare (1), Ispa (2),
Campak (1) dan lain-lain (21).
b. Angka Kematian Ibu
Angka kematian Ibu di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan
dan merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara , tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan selama hamil,
penanganan persalinan dan masa nifas. Untuk gambaran jumlah kematian ibu
28 28 24
12
25
0
10
20
30
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Kematian Balita
di Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada grafik 4.4.Jumlah Kematian
Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena
kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu,
di daerah tertentu.
Gambar 4.4 Trend Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Sumedang
Dari Tahun 2012 s/d 2016
Sumber : Laporan Tahunan KIA, Dinkes Kab. Sumedang, Tahun 2016
Dilihat dari gambar 4.4 diatas dapat diketahui bahwa Trend kematian ibu
di Kabupaten Sumedang tahun 2012 ke tahun 2013 terjadi peningkatan,
kemudian dari tahun 2013 ke tahun 2015 terjadi penurunan, tahun 2015
ketahun 2016 terjadi peningkatan. Berdasarkan hasil evaluasi terjadinya
peningkatan kematian ibu penyebab kematian Ibu adalah Hipertensi Dalam
Kehamilan (HDK) (5), pendarahan (5), Infeksi (1) dan penyebab terbesar ada
di lain-lainnya (6). Trend kematian Ibu tahun 2016 mengalami pergeseran yang
selama ini perdarahan menjadi penyebab tertinggi, tahun 2016 kematian ibu di
sebabkan karena penyakit tidak menular. Kasus ibu hamil dengan penyakit
tidak menular kebanyakan tidak terdeteksi dari awal di sebabkan masih rendah
nya kemampuan tenaga kesehatan dalam penggalian riwayat penyakit dan
pengendalian penyakit tidak menular yang diderita ibu hamil.
4.2 MORBIDITAS
Masalah kesehatan adalah gangguan kesehatan yang dinyatakan dalam
ukuran kesakitan (Morbiditas) dan kematian (mortalitas). Kesehatan merupakan
unsur penting dalam kesejahteraan hidup, baik perorangan, kelompok dan
masyarakat. Perubahan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat pada
14
23
11 8
17
0
10
20
30
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Kematian Ibu
umumnya digambarkan dengan perubahan ”Pola Penyakit dan Jumlah kasus
penyakit” yang dicatat dan diamati di fasilitas-fasilitas kesehatan dalam bentuk
angka dan data, sehingga cukup baik untuk dijadikan bahan analisis tolak ukur
derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.
Sebagai gambaran umum angka kesakitan di Kabupaten Sumedang pada
tahun 2016 dapat melalui data sepuluh besar penyakit berdasarkan total kunjungan
pasien yang datang ke 35 Puskesmas yang ada di Kabupaten sumedang. Dari
sumber data Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas dapat diketahui bahwa
sepuluh besar penyakit yang ada di Kabupaten Sumedang pada tahun 2016 adalah
sebagai berikut :
Gambar 4.5 Sepuluh Besar Penyakit
Berdasarkan Total Kunjungan Pasien di Puskesmas Tahun 2016
Sumber : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Tahun 2016
Berdasarkan grafik di atas bahwa penyakit Myalgia merupakan
prosentasi terbesar sebanyak 10,10 % dari 10 besar penyakit yang ada .
Myalgia adalah rasa sakit atau nyeri yang muncul pada bagian otot , ini adalah
kondisi yang umum dan bisa terjadi pada semua orang.Penyakit ini secara
10, 10%
10, 10%
10, 10%
9, 9%
8, 8%
8, 8% 4, 4%
3, 3%
3, 3%
3, 3%
32, 32%
10 Besar Penyakit Myalgia
Gejala dan tanda umum lainnya
Hipertensi Primer (esensial)
Penyakit Infeksi Saluran PernafasanAtas Akut tidak SpesifikGastroduodenitesis tidak spesifik
Nasofaringitis Akuta (Common Cold)
Dermatitis lain, tidak spesifik(eksema)Dispepsia
Tukak Lambung
Gangguan lain pada kulit dan jaringansubkutan yang tidak terklasifikasikanPenyakit Lainnya
umum disebabkan karena ketegangan otot biasanya terkait dengan tingkat
ketegangan , terlalu banyak aktifitas atau cedera dari olahraga dan atau
bekerja .Myalgia adalah gejala dari suatu penyakit ,untuk mengatasinya
seseorang sebaiknya istirahat dan minum obat penghilang nyeri.
4.2.1 Gambaran Penyakit Menular
a. Penyakit menular bersumber binatang
4.2.1.1 Malaria
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan
yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko
tinggi yaitu bayi, anak, balita, ibu hamil, selain itu malaria secara
langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan
produktifitas kerja.
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
parasite Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina. Jenis Plasmodium yang banyak
ditemukan di Indonesia adalah P falciparum dan P vivax,
sedangkan P. Malariae dapat ditemukan di beberapa Provinsi
antara lain : Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua.
Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan
sampai membahayakan jiwa. Gejala utama sering didiagnosi
dengan infeksi lain seperti demam typhoid, demam dengue,
leptospirosis, chikungunya dan infeksi saluran napas. Adanya
trombositopenia sering di diagnosis dengan demam dengue atau
typhoid. Bila ada demam dengan ikterik bahkan sering
diinterpretasikan dengan diagnosa hepatitis. Penurunan kesadaran
dengan demam sering juga diagnosa dengan meningitis/
encephalitis atau bahkan stroke.
Masa inkubasi penyakit ini tergantung dari spesies
plasmodium. P falciparum masa inkubasi 9 – 14 hari, P.vivax 12 –
17 hari, P.ovale 16 – 18 hari dan P.Malariae 18 – 40 hari.
Diagnosa malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit
lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium. Diagnosa pasti malaria apabila
ditemukan parasit malaria dalam darah. Keluhan utama apada
malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Penderita malaria berat harus segera ditujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang memiliki sarana dan prasarana yang
lebih lengkap untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut.
Kasus malaria di Kabupaten Sumedang dari tahun 2011
sampai dengan 2016 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 4.6
Kasus Penyakit Malaria Di Kabupaten Sumedang Tahun 2011 – 2016
Pada tahun 2016 ditemukan kasus malaria sebanyak 3
(tiga) kasus yang merupakan kasus import karena mobilitas
penduduk Kabupaten Sumedang yang cukup tinggi yaitu pasien
bekerja di tempat endemis malaria seperti di Papua.
4.2.1.2 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2 – 7 hari
disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit
Positif0
5
10
15
20
25
30
35
2011 2012 2013 2014 2015 2016
3 3 0 0 0
3 3
33
1 0 0 3
Positif
Klinis
(trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran