Top Banner
PAPER KOPERASI DAN KEMITRAAN AGRIBISNIS Tema: Perkembangan Koperasi Indonesia Saat Ini PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA Disusun Oleh : Siti Nur Astuti H0413043 PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 1
21

Siti Nur Astuti_h0413043_pkp 2013_pengaruh Globalisasi Terhadap Koperasi Di Indonesia

Sep 30, 2015

Download

Documents

sitinurastuti

Pengaruh Globalisasi terhadap Koperasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    PAPER KOPERASI DAN KEMITRAAN AGRIBISNIS

    Tema: Perkembangan Koperasi Indonesia Saat Ini

    PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI

    DI INDONESIA

    Disusun Oleh :

    Siti Nur Astuti

    H0413043

    PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2014

    1

  • 2

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1

    DAFTAR ISI .................................................................................................. 2

    I. PENDAHULUAN ................................................................................... 3

    A. Latar Belakang .................................................................................... 3

    B. Permasalahan ....................................................................................... 4

    C. Tujuan ................................................................................................. 5

    II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 8

    A. Hasil Kajian Literatur ........................................................................... 8

    B. Pembahasan Hasil ................................................................................ 12

    IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 18

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 18

    B. Saran ..................................................................................................... 18

    DAFTAR PUSTAKA

    2

  • 3

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pelaksanaan ekonomi di Indonesia melibatkan 3 pelaku utama, yaitu sektor

    swasta, negara dan salah satunya adalah Koperasi. Koperasi merupakan pelaku

    ekonomi, akan tetapi lebih lemah dari dua pelaku ekonomi lainnya, yaitu Badan

    Usaha Milik Negara (BUMN) danBadan Usaha Milik Swasta (BUMS), karena

    modal koperasi sebagian besar berasal dari anggota dan tujuan utamanya adalah

    untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya bukan semata-mata untuk mencari

    keuntungan. Koperasi sangat berarti dalam pencapaian tujuan dari negara. Badan

    Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Swasta lebih mendapatkan perhatian

    dar pemerintah dibandingkan Koperasi yang memiliki peran besar dalam

    terwujudnya kemerdekaan. Hal tersebut yang mendasari pertumbuhan koperasi

    yang tidak begitu pesat dibandingkan dengan Badan Usaha Milik Negara dan

    Badan Usaha Milik Swasta.

    Koperasi sudah dikenal sejak masa kolonial sebagai lembaga ekonomi

    rakyat yang berseberangan dengan sistem ekonomi kapitalis/kolonialis yang pada

    waktu itu mendominasi perekonomian negeri terjajah. Peran koperasi dalam era

    kolonial hanya sebatas memberikan bantuan kepada para anggotanya terutama

    pegawai rendahan, para pedagang dan petani miskin. Eksistensi koperasi dibatasi

    oleh berbagai peraturan yang tidak berpihak kepada rakyat di negeri jajahan.

    Perjalanan panjang perjuangan memajukan koperasi adalah sejalan dengan

    perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Dalam era

    kemerdekaan yang bernuansa demokrasi diharapkan koperasi dapat tumbuh

    berkembang sejajar dengan usaha besar. Harapan tersebut ternyata tidak dapat

    terwujud dengan baik. Irama pembangunan koperasi diawal kemerdekaan ternyata

    juga diwarnai oleh ketidakmapanan sistem politik. Koperasi baru memperlihatkan

    eksistensinya pada era orde baru, tetapi pada waktu itu konsepsi pembinaan lebih

    diarahkan pada upaya menjadikan koperasi sebagai kepanjangan tangan

    3

  • 4

    pemerintah dalam mendukung program-program sektoral terutama di pedesaan,

    sehingga kemandirian koperasi tidak berkembang dengan baik. Dalam era

    reformasi sekarang ini eksistensi koperasi ternyata semakin pudar. Pada satu sisi

    koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat, dan merupakan salah satu pilar

    ekonomi, selayaknya perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pada sisi

    lain, salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi pengangguran dan

    mengentaskan kemiskinan dilakukan melalui program-program pemberdayaan

    ekonomi rakyat. Dengan demikian, melalui pemberdayaan koperasi diharapkan

    akan mendukung upaya pemerintah tersebut. Pemerintah dalam hal ini dituntut

    untuk dapat menghasilkan program dan kebijakan yang dapat mendukung

    pemberdayaan koperasi.

    Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan

    perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

    yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara.

    Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan

    hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.

    Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi

    kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian

    internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan

    membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara

    kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global

    ke dalam pasar domestik.

    B. Permasalahan

    Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka permasalahan di dalam paper ini

    dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

    1. Bagaimana perkembangan koperasi di Indonesia hingga saat ini?

    2. Kemungkinan dampak apa yang akan terjadi terhadap perkembangan koperasi di

    Indonesia akibat adanya globalisasi?

  • 5

    C. Tujuan

    Tujuan dari paper ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di

    atas, yakni:

    1. Mengetahui prospek perkembangan koperasi di Indonesia..

    2. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap perkembangan koperasi di Indonesia.

  • 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin

    yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini,

    dalam bahasa Inggris dikenal istilah Co dan Operation, yang dalam bahasa Belanda

    disebut dengan istilah Cooperatieve Vereneging yang berarti bekerja bersama dengan

    orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selain kata koperasi dapat dimaknai

    sebagai suatu perkumpulan kerjasama yang beranggotakan orang-orang maupun

    badan-badan dimana ia memberi kebebasan untuk keluar dan masuk sebagai

    anggotanya (Anoraga, 2002).

    Kata Cooperation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai

    Kooperasi yang dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal dengan

    istilah koperasi, yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya

    sukarela. Oleh karena itu koperasi dapat didefenisikan seperti berikut: Koperasi

    adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang

    atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota

    menurut peraturan yang ada;dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan

    suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya

    (Hadhikusuma, 2002).

    Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992, Koperasi adalah badan

    usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan

    melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan

    ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi sebagai organisasi

    ekonomi yang berwatak sosial harus mampu menjalankan kegiatannya secara

    seimbang, jangan sampai kegiatan ekonominya tidak diisi dan hanya dilandasi oleh

    nilai-nilai kemasyarakatan saja. Sebagai badan usaha koperasi adalah sebuah

    perusahaan yang harus mampu berdiri sendiri menjalankan kegiatan usahanya

    mendapatkan laba sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan

    jasmani anggota-anggotanya (Sumarsono, 2009).

    6

  • 7

    Secara formal, menurut undang-undang, koperasi adalah suatu badan usaha

    yang berbadan hukum yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggotanya

    melalui bisnisnya. Oleh karena itu terdapat proses usaha yang mengorganisasikan

    input produksi menjadi output apakah dalam bentuk barang atau jasa. Dalam koperasi

    sendiri terjadi proses transaksional secara ekonomi dengan ukuran output adalah nilai

    penjualan. Analisis menyangkut koperasi sebagai suatu badan usaha yang terukur

    secara ekonomi telah banyak terungkap (Watkins, 1986; Wibowo, 2004; Situmorang,

    2008). Posisi koperasi dalam bisnis juga mengungkap koperasi sebagai badan usaha

    yang berkembang di tengah persaingan dunia usaha (Suyono dkk, 1995; Sinaga dkk,

    2006). Dengan demikian, penggunaan indikator ekonomi yang terukur dan

    keterkaitannya secara nasional dari sisi koperasi dan perekonomian nasional dapat

    sebagai alat untuk mengungkap kemampuan daerah dalam pembangunan koperasi.

    Koperasi mempunyai dua aspek yaitu ekonomi dan sosial. Sebagai organisasi

    ekonomi maka koperasi tunduk pada hukum, hukum ekonomi dan efisiensi. Sebagai

    organisasi sosial maka koperasi perlu mengutamakan dimensi kehidupan sosial yaitu

    peningkatan kualitas kehidupan masyarakat oleh karena itu perlu diingat bahwa

    koperasi mempunyai dua tujuan yaitu: tujuan utama adalah peningkatan kualitas

    terhadap masyarakat baik anggota koperasi maupun masyarakat lingkungan koperasi

    itu dan tujuan antara adalah tujuan ekonomis (Harsoyo dkk, 2006).

    Menurut asal katanya, kata "Globalisasi" diambil dari kata global, yang

    maknanya ialah universal. Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda

    atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah

    Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja

    (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang

    memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah

    yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama

    lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan

    menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

  • 8

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Kajian Literatur

    1. Koperasi

    Ropke (1987) mendefinisikan koperasi sebagai organisasi bisnis yang

    para pemilik atau anggotanya adalah juga pelangggan utama perusahaan

    tersebut (kriteria identitas). Kriteria identitas suatu koperasi akan merupakan

    dalil atau prinsip identitas yang membedakan unit usaha koperasi dari unit

    usaha yang lainnya. Berdasarkan definisi tersebut, menurut Hendar dan

    Kusnadi (2005), kegiatan koperasi secara ekonomis harus mengacu pada

    prinsip identitas (hakikat ganda) yaitu anggota sebagai pemilik yang sekaligus

    sebagai pelanggan. Organisasi koperasi dibentuk oleh sekelompok orang yang

    mengelola perusahaan bersama yang diberi tugas untuk menunjang kegiatan

    ekonomi individu para anggotanya. Koperasi adalah organisasi otonom, yang

    berada didalam lingkungan sosial ekonomi, yang menguntungkan setiap

    anggota, pengurus dan pemimpin dan setiap anggota, pengurus dan pemimpin

    merumuskan tujuan-tujuannya secara otonom dan mewujudkan tujuan-tujuan

    itu melalui kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilaksanakan secara bersama-

    sama (Hanel, 1989).

    Koperasi merupakan salah satu sektor dalam ekonomi kerakyatan.

    Selain orientasi pemerataan koperasi juga menjalankan fungsi lain yang

    mendukung pembangunan ekonomi dan mobilitas ekonomi. Koperasi

    memiliki definisi yaitu badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

    badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

    koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

    kekeluargaan (Putranto, 2002)

    Di Indonesia pengenalan koperasi memang dilakukan oleh dorongan

    pemerintah, bahkan sejak pemerintahan penjajahan Belanda telah mulai

    diperkenalkan. Gerakan koperasi sendiri mendeklarasikan sebagai suatu

    8

  • 9

    gerakan sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui Kongres Koperasi

    di Tasikmalaya. Pengalaman di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang

    pernah lahir dan telah tumbuh secara alami di jaman penjajahan, kemudian

    setelah kemerdekaan diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat

    tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar. Dan atas dasar itulah kemudian

    melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan koperasi

    (Soetrisno, 2003).

    Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang sudah

    diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang dikenal

    sebagai golongan ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari kelompok

    masyarakat kelas menengah kebawah. Eksistensi koperasi memang

    merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga sejenis

    lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan menjadi

    penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga koperasi oleh banyak

    kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata kehidupan bangsa

    Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan menolong diri sendiri, kerjasama

    untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan beberapa esensi moral

    lainnya. Sangat banyak orang mengetahui tentang koperasi meski belum tentu

    sama pemahamannya, apalagi juga hanya sebagian kecil dari populasi bangsa

    ini yang mampu berkoperasi secara benar dan konsisten. Sejak kemerdekaan

    diraih, organisasi koperasi selalu memperoleh tempat sendiri dalam struktur

    perekonomian dan mendapatkan perhatian dari pemerintah.

    Selama ini koperasi dikembangkan dengan dukungan pemerintah

    dengan basis sektor-sektor primer yang memberikan lapangan kerja terbesar

    bagi penduduk Indonesia. KUD sebagai koperasi program yang didukung

    dengan program pembangunan untuk membangun KUD. Di sisi lain

    pemerintah memanfaatkan KUD untuk mendukung program pembangunan

    seperti yang selama PJP I, menjadi ciri yang menonjol dalam politik

    pembangunan koperasi. Bahkan koperasi secara eksplisi ditugasi melanjutkan

  • 10

    program yang kurang berhasil ditangani langsung oleh pemerintah, seperti

    penyaluran kredit BIMAS menjadi KUT, pola pengadaan bea pemerintah, TRI

    dan lain-lain sampai pada penciptaan monopoli baru (cengkeh).

    Keberadaan koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat ditilik dari sisi

    usianyapun yang sudah lebih dari 50 tahun berarti sudah relatif matang.

    Sampai dengan bulan November 2001, berdasarkan data Departemen

    Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), jumlah koperasi di seluruh

    Indonesia tercatat sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotaan

    ada sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah

    koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat.

    Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup

    menggembirakan. Jumlah koperasi aktif per- November 2001, sebanyak

    96.180 unit (88,14 persen). Hingga tahun 2004 tercatat 130.730, tetapi yang

    aktif mencapai 28,55%, sedangkan yang menjalan rapat tahunan anggota

    (RAT) hanya 35,42% koperasi saja. Data terakhir tahun 2006 ada 138.411

    unit dengan anggota 27.042.342 orang akan tetapi yang aktif 94.708 unit dan

    yang tidak aktif sebesar 43.703 unit.

    Namun uniknya, kualitas perkembangannya selalu menjadi bahan

    perdebatan karena tidak jarang koperasi dimanfaatkan di luar kepentingan

    generiknya. Juga, secara makro pertanyaan yang paling mendasar berkaitan

    dengan kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),

    pengentasan kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja. Sedangkan secara

    mikro pertanyaan yang mendasar berkaitan dengan kontribusi koperasi

    terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggotanya. Menurut

    Merza (2006), dari segi kualitas, keberadaan koperasi masih perlu upaya yang

    sungguh-sungguh untuk ditingkatkan mengikuti tuntutan lingkungan dunia

    usaha dan lingkungan kehidupan dan kesejahteraan para anggotanya. Pangsa

    koperasi dalam berbagai kegiatan ekonomi masih relatif kecil, dan

  • 11

    ketergantungan koperasi terhadap bantuan dan perkuatan dari pihak luar,

    terutama Pemerintah, masih sangat besar.

    2. Globalisasi

    Tidak ada definisi yang baku atau standar mengenai globalisasi, tetapi

    secara sederhana globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses di

    mana semakin banyak negara yang terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi

    global yang membuat negara-negara tersebut saling tergantung satu dengan

    yang lainnya. Jika dalam periode sejak perang dunia kedua berakhir hingga

    tahun 1970-an ekonomi dunia didominasi oleh Amerika Serikat (AS),

    sekarang ini walaupun PDB AS masih paling besar, peran dari Uni Eropa

    (UE), Jepang dan negara-negara industri baru (NICs) di Asia Tenggara dan

    Timur seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura, serta Cina dan India

    sebagai motor penggerak perekonomian dunia jauh lebih besar, terutama

    lewat dua jalur yakni perdagangan dan investasi internasional. Selain itu,

    peran dari ekonomi-ekonomi ini sebagai sumber pendanaan pembangunan

    ekonomi di NSB juga jauh lebih besar dibandingkan 20 tahun yang lalu. Di

    Wolf (2004), disebut ada tiga aspek yang saling terkait yang menandakan

    sedang berlangsungnya proses globalisasi, yakni semakin terintegrasinya

    pasar lintas negara, semakin berkurang-/menghilangnya hambatan-hambatan

    yang dikenakan pemerintah terhadap arus internasional dari barang, jasa dan

    modal, dan penyebaran global dari kebijakan-kebijakan yang yang semakin

    berorientasi pasar di dalam negeri maupun internasional.

    Jadi, proses globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian

    dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan proses ini akan berlangsung

    terus dengan laju yang akan semakin cepat mengikuti perubahan teknologi

    yang juga akan semakin cepat dan peningkatan serta perubahan pola

    kebutuhan masyarakat dunia. Perkembangan ini telah meningkatkan kadar

    hubungan saling ketergantungan ekonomi dan juga mempertajam persaingan

    antarnegara, tidak hanya dalam perdagangan internasional tetapi juga dalam

  • 12

    investasi, keuangan, dan produksi. Globalisasi ekonomi ditandai dengan

    semakin menipisnya batas-batas geografi dari kegiatan ekonomi atau pasar

    secara nasional atau regional, tetapi semakin mengglobal menjadi satu

    proses yang melibatkan banyak negara. Globalisasi ekonomi biasanya

    dikaitkan dengan proses internasionalisasi produksi,7perdagangan dan pasar

    uang. Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses yang berada diluar

    pengaruh atau jangkauan kontrol pemerintah, karena proses tersebut terutama

    digerakkan oleh kekuatan pasar global, bukan oleh kebijakan atau peraturan

    yang dikeluarkan oleh sebuah pemerintah secara individu.

    Dalam tingkat globalisasi yang optimal arus produk dan faktor-faktor

    produksi (seperti tenaga kerja dan modal) lintas negara atau regional akan

    selancar lintas kota di dalam suatu negara atau desa di dalam suatu kecamatan.

    Pada tingkat ini, seorang pengusaha yang punya pabrik di Kalimantan Barat

    setiap saat bisa memindahkan usahanya ke Serawak atau Filipina tanpa

    halangan, baik dalam logistik maupun birokrasi yang berkaitan dengan urusan

    administrasi seperti izin usaha dan sebagainya.

    B. Pembahasan Hasil

    Dalam sejarahnya, koperasi sebenarnya bukanlah organisasi usaha yang

    khas berasal dari Indonesia. Kegiatan berkoperasi dan organisasi koperasi pada

    mulanya diperkenalkan di Inggris di sekitar abad pertengahan. Pada waktu itu

    misi utama berkoperasi adalah untuk menolong kaum buruh dan petani yang

    menghadapi problem-problem ekonomi dengan menggalang kekuatan mereka

    sendiri. Kemudian di Perancis yang didorong oleh gerakan kaum buruh yang

    tertindas oleh kekuatan kapitalis sepanjang abad ke 19 dengan tujuan utamanya

    membangun suatu ekonomi alternatif dari asosiasi-asosiasi koperasi

    menggantikan perusahaan-perusahaan milik kapitalis (Moene dan Wallerstein,

    1993). Ide koperasi ini kemudian menjalar ke AS dan negara-negara lainnya di

    dunia. Di Indonesia, baru koperasi diperkenalkan pada awal abad 20.

  • 13

    Sejak munculnya ide tersebut hingga saat ini, banyak koperasi di negara-

    negara maju (NM) seperti di Uni Eropa (UE) dan AS sudah menjadi perusahaan-

    perusahaan besar termasuk di sektor pertanian, industri manufaktur, dan

    perbankan yang mampu bersaing dengan korporat-korporat kapitalis. Sejarah

    kelahiran dan berkembangnya koperasi di NM dan NSB memang sangat

    diametral. Di NM koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan

    pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar.

    Bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan

    penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi termasuk dalam perundingan

    internasional. Peraturan perundangan yang mengatur koperasi tumbuh kemudian

    sebagai tuntutan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya.

    Sedangkan, di NSB koperasi dihadirkan dalam kerangka membangun institusi

    yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk

    mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan

    dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan

    peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di NSB, baik oleh pemerintah

    kolonial maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan (Soetrisno,

    2001). Dalam kasus Indonesia, hal ini ditegaskan di dalam Undang-undang (UU)

    Dasar 1945 Pasal 33 mengenai sistem perekonomian nasional. Berbagai peraturan

    perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan dan juga dibentuk departemen

    atau kementerian khusus yakni Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan

    Menengah dengan maksud mendukung perkembangan koperasi di dalam negeri.

    Secara historis pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan

    melalui dukungan kuat program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu

    lama, dan tidak mudah ke luar dari kungkungan pengalaman tersebut. Jika semula

    ketergantungan terhadap captive market program menjadi sumber pertumbuhan,

    maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan baru bagi lahirnya

    pesaing-pesaing usaha terutama KUD.

  • 14

    Jika melihat posisi koperasi pada hari ini sebenarnya masih cukup besar

    harapan kita kepada koperasi. Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia

    pada dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 55-

    60 persen dari keseluruhan aset koperasi dan dilihat dari populasi koperasi yang

    terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi koperasi atau

    sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi koperasi

    dalam pasar Perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa

    dengan pangsa sekitar 31%. Dengan demikian walaupun program pemerintah

    cukup gencar dan menimbulka distorsi pada pertumbuhan kemandirian koperasi,

    tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada. Sehingga pada

    dasarnya masih besar elemen untuk tumbuhnya kemandirian koperasi.

    Mengenai jumlah koperasi yang meningkat dua kali lipat dalam waktu 3

    tahun 1998 2001, pada dasarnya tumbuh sebagai tanggapan terhadap dibukanya

    secara luas pendirian koperasi dengan pencabutan Inpres 4/1984 dan lahirnya

    Inpres 18/1998. Sehingga orang bebas mendirikan koperasi pada basis

    pengembangan dan pada saat ini sudah lebih dari 35 basis pengorganisasian

    koperasi. Kesulitannya pengorganisasian koperasi tidak lagi taat pada penjenisan

    koperasi sesuai prinsip dasar pendirian koperasi atau insentif terhadap koperasi.

    Keadaan ini menimbulkan kesulitan pada pengembangan aliansi bisnis maupun

    pengembangan usaha koperasi kearah penyatuan vertical maupun horizontal.

    Menurut data dari ICA, di dunia saat ini sekitar 800 juta orang adalah

    anggota koperasi dan diestimasi bahwa koperasi-koperasi secara total

    mengerjakan lebih dari 100 juta orang, 20% lebih dari jumlah yang diciptakan

    oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Pada tahun 1994, Perserikatan

    Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa kehidupan dari hampir 3 miliar

    orang, atau setengah dari jumlah populasi di dunia terjamin oleh perusahaan-

    perusahaan koperasi.

    Tidak hanya di NSB yang pendapatan per kapitanya rendah, tetapi juga di

    NM yang pada uumnya adalah ekonomi kapitalis seperti di Amerika Utara dan

  • 15

    Jepang atau yang semi kapitalis seperti di negara-negara Eropa Barat, khususnya

    Skandinavia peran koperasi sangat penting.1Suatu studi dari Eurostat (2001) di

    tujuh negara Eropa menunjukkan bahwa pangsa dari koperasi-koperasi dalam

    menciptaan kesempatan kerja mencapai sekitar 1 persen di Perancis dan Portugal

    hingga 3,5 persen di Swiss. Menurut ICA, di Kanada 1 dari 3 orang (atau sekitar

    33% dari jumlah populasinya) adalah anggota koperasi. Koperasi (termasuk

    koperasi kredit atau credit union) mengerjakan lebih dari 160 ribu orang. Gerakan

    koperasi the Desjardins (koperasi tabungan dan kredit) dengan lebih dari 5 juta

    anggota adalah pencipta kesempatan kerja terbesar di Propinsi Qubec. Banyak

    koperasi pertanian mendirikan industri pupuk dan banyak koperasi yang terlibat

    dalam kegiatan-kegiatan pengeboran minyak bumi. Banyak koperasinya yang

    memiliki pangsa yang cukup besar di pasar global. Misalnya koperasi-koperasi

    gula menguasai sekitar 35% dari produksi gula dunia.

    Perkembangan koperasi yang sangat pesat di NM tersebut membuktikan

    bahwa tidak ada suatu korelasi negatif antara masyarakat dan ekonomi modern

    dan perkembangan koperasi. Dalam kata lain, koperasi tidak akan mati di tengah-

    tengah masyarakat dan perekonomian yang modern, atau pengalaman tersebut

    memberi kesan bahwa koperasi tidak bertentangan dengan ekonomi kapitalis.

    Sebaliknya, koperasi-koperasi di NM selama ini tidak hanya mampu bersaing

    dengan perusahaan-perusahaan besar non-koperasi, tetapi mereka juga

    menyumbang terhadap kemajuan ekonomi dari negara-negara kapitalis tersebut.

    Seperti telah dijelaskan di atas bahwa koperasi lahir pertama kali di Eropa yang

    juga merupakan tempat lahirnya sistem ekonomi kapitalis.

    Fenomena diatas menimbulkan pertanyaan mengapa dalam era reformasi,

    yang juga sekaligus diwarnai oleh gaung globalisasi perkembangan koperasi

    menjadi terhambat. Dalam era globalisasi yang antara lain menyuarakan

    demokratisasi idealnya koperasi sebagai lembaga yang berazaskan demokrasi

    dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik. Disini orang dapat

    mengeluarkan berbagai pendapat, baik yang memberikan gambaran tentang

  • 16

    berbagai kelemahan internal, kendala, dan permasalahan yang dihadapi koperasi,

    maupun mereka yang mengemukakan berbagai potensi dan peluang koperasi.

    Berbagai hasil kajian maupun penelitian menunjukkan bahwa koperasi

    merupakan lembaga perekonomian yang tumbuh dan berkembang dalam system

    perekonomian nasional yang secara langsung di pengaruhi oleh suasana politik

    dan sosial di dalam negeri, serta kondisi perekonomian dunia. Kesemua faktor

    eksternal yang bersifat dinamis tersebut membentuk lingkungan hidup koperasi

    yang juga bersifat dinamis. Dalam era globalisasi tantangan dan kecenderungan

    yang dihadapi ke depan sejalan dengan derasnya perkembangan arus informasi

    adalah demokratisasi dan desentralisasi/otonomisasi. Globalisasi dicirikan oleh

    semakin ketatnya persaingan, demokratisasi dicirikan oleh kebebasan berfikir,

    berkata, dan bertindak, sehingga para pelaku bisnis dituntut untuk selalu inovatif,

    kreatif dan mampu beradaptasi. Namun demikian dalam era efisiensi tidak ada

    lagi keberpihakan khusus kepada yang lemah, maka untuk menghadapi perubahan

    perekonomian dunia yang mengarah pada persaingan bebas tersebut koperasi

    seharusnya dapat menampilkan karakteristiknya sebagai kumpulan orang yang

    secara bersama-sama dapat membangun kekuatan yang mengarah pada efisiensi.

    Namun demikian terlihat kondisi internal koperasi sendiri masih diwarnai oleh

    berbagai kelemahan yang menyebabkan koperasi sulit untuk mampu

    mengembangkan daya saingnya.

    Statement tersebut diatas memang ada benarnya tetapi juga ada

    kekeliruaannya. Kebenaran terletak pada kurangnya kesempatan yang diberikan

    oleh koperasi untuk dapat eksis dalam sistem perekonomian nasional yang

    mengacu pada efisiensi. Koperasi yang termasuk dalam kelompok usaha UKM

    tersebut bukanlah kelompok usaha modern yang padat modal dan bersandar pada

    teknologi yang dapat mengembangkan efisiensi dalam waktu cepat. Kekeliruan

    disini adalah bahwa berbagai kebijakan makro ekonomi yang dituangkan dalam

    berbagai konsepsi pembangunan cenderung mengarah pada upaya mengejar

  • 17

    pertumbuhan melalui berbagai usaha yang bersifat padat modal, sehingga mereka

    yang bermodal lemah seperti koperasi akan mudah tersingkir.

    Masalah pembangunan koperasi selama era kemerdekaan masih terjebak

    dalam persoalan-persoalan klasik seperti lemahnya partisipasi anggota, dan

    rendahnya akses koperasi terhadap sumber permodalan, pasar dan teknologi.

    Memang dari masa kemasa perkembangan koperasi berfluktuatif. Pada era orde

    lama sebenarnya banyak koperasi yang bagus-bagus atau koperasi-koperasi yang

    dapat melaksanakan berbagai ragam usahanya untuk kepentingan pelayanan bagi

    anggotanya. Koperasi-koperasi seperti ini pada waktu itu banyak terlihat di

    Kabupaten Tasik malaya, Pekalongan, Cilacap dan Purwokerto. Pada masa orde

    baru, koperasi seperti itu kebanyakan sulit dijumpai lagi, padahal frekuensi

    pembinaan terhadap koperasi pada masa itu dilakukan sedemikian intensif. Disini

    perlu diperhatikan kembali anatomi koperasi sebagai badan usaha ekonomi yang

    dibangun oleh anggotanya, dimiliki oleh anggota dan bekerja untuk kepentingan

    anggota. Konsepsi seperti ini jelas tertuang dalam UU Nomor 12 tahun 1967,

    tetapi jiwa dari prinsip dasar koperasi tersebut tidak terlihat jelas pada UU Nomor

    25 Tahun 1992. Kondisi seperti itu mungkin terkait dengan keinginan pemerintah

    pada waktu yang menghendaki koperasi dapat segera difungsikan sebagai

    lembaga penghimpun kekuatan ekonomi rakyat, yang dituntut untuk juga dapat

    memberikan pelayanan yang lebih luas bagi semua anggota masyarakat (termasuk

    yang bukan anggota koperasi), sehingga pada waktu itu ada istilah calon anggota

    dan anggota yang dilayani.

    Dalam era reformasi sekarang ini dengung pembangunan koperasi

    memang sudah sangat jarang terdengar. Demikian juga kecenderungan koperasi

    dijadikan kendaraan politik (hidden car for politicians) dari para politisi semakin

    berkurang. Kecenderungan tersebut masih mungkin akan terjadi selama unsur

    politik masih mendominasi kebijakan dan peraturan perkoperasian, atau selama

    pembinaan dari pemerintah masih mendominasi proses pemberdayaan koperasi.

  • 18

    Berdasarkan data resmi dari Departemen Koperasi dan UKM, sampai

    dengan bulan November 2001, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat

    sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak

    26.000.000 orang. Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah koperasi per-

    Desember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi

    aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Jumlah

    koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Hingga

    tahun 2004 tercatat 130.730, tetapi yang aktif mencapai 71,50%, sedangkan yang

    menjalan rapat tahunan anggota (RAT) hanya 35,42% koperasi saja. Tahun 2006

    tercatat ada 138.411 unit dengan anggota 27.042.342 orang akan tetapi yang aktif

    94.708 unit dan yang tidak aktif sebesar 43.703 unit.

  • 19

    IV. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    1. Koperasi sebenarnya bukanlah organisasi usaha yang khas berasal dari

    Indonesia. Koperasi berasal dari Inggris dan awalnya merupakan sebuah

    organisasi.

    2. Dampak dari globalisasi yaitu koperasi berkembang semakin pesat

    setiap tahunnya meskipun kualitas koperasi itu sendiri idak berkembang

    dengan baik karena adanya berbagai kendala.

    B. SARAN

    1. Supaya pemerintah lebih menambah fasilitas untuk koperasi agar koperasi

    tersebut berkembang.

    2. Pemerintah juga memberikan pelatihan untuk para pegawai koperasi agar

    kualitas diri yang mereka miliki meningkat.

    18

  • 20

    DAFTAR PUSTAKA

    Anoraga, Pandji. Sudantoko, Djoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha

    Kecil. Rineka Cipta. Jakarta.

    Hadhikusuma, Sutantya R. 2002. Hukum Koperasi Indonesia. PT. Raja Grafindo

    Persada. Jakarta.

    Harsoyo, dkk. 2006. Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan. Penerbit Pustaka

    Widyatama. Jakarta.

    Hendar, Kusnadi, 2005. Ekonomi Koperasi. Lembaga Penerbit Fekon Universitas

    Indonesia. Jakarta

    Moene, Karl Ove dan Michael Wallerstain (1993), Unions versus Cooperatives, dalam Samuel Bowles, Herbert Gintis, dan Bo Gustafsson (eds.), Markets and

    Democracy Participation, Accountability and Efficiency, Cambridge

    University Press.

    Putranto. 2002. Managemen Koperasi. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

    Rozi dan Hendri. 2007. Kapan dan Bilamana Berkoperasi. Unri Press. Riau.

    Sinaga, Pariaman; Urip Triyono, Irsyad Muchtar, Zaenal Wafa, Slamet A. W. 2006.

    Berlayar Mengarungi Sejuta Tantangan. Koperasi Di Tengah Lingkungan

    Yang Berubah. Rajawali Pers, Jakarta.

    Situmorang, Johnny W. 2008. Prototipe Model Pemeringkatan Koperasi Berdasarkan

    Membership Dignity Performance Index. Studi Kasus Koperasi di Kabupaten

    Bandung. INFOKOP: Media Pengkajian Koperasi dan UKM, No 28 Tahun

    XXII, hal 37-47. ISSN: 0126-813X. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya

    UKMK, Kemenneg KUKM, Jakarta (1).

    Soetrisno, Noer (2001), Rekonstruksi Pemahaman Koperasi, Merajut Kekuatan Ekonomi Rakyat, Instrans, Jakarta Stiglitz, Joseph (2006), Making Globalization Work, New York: W.W. Norton & Company.

    Soetrisno, Noer (2003), Wajah Koperasi Tani dan Nelayan di Indonesia: Sebuah

    Tinjauan Kritis, Jurnal Ekonomi Rakyat, II(5), Agustus.

    Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan

    Ketenagakerjaan. Graha Ilmu. Jogyakarta.

    Watkins, W. P. 1986. Co-operative Principles. Today and Tomorrow. Holyoake

    Books.

    Wibowo, Rudi. 2004. Koperasi dan Korporasi Petani: Kunci Pembuka

    Pengembangan Agribisnis Berdayasaing, Berkerakyatan, dan Berkeadilan.

    Infokop, Koperasi Dalam Perspektif Masa Depan. Media Pengkajian

  • 21

    Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah. Nomor 24 Tahun XX 2004, hal 93-

    106, ISSN: 0126-813X, Jakarta.

    Wolf, Martin (2004), Why Globalization Works, New Haven dan London: Yale

    University Press.