MODUL 4
MATERI PEMELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI
TEKNIK KENDARAAN RINGANMEMPERBAIKI SISTEM STATER DAN
PENGISIAN
( 020 KJ B18 )
MODUL PEMBELAJARANDISUSUN OLEH
MASHUDHA, S.Pd.
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL PEMBELAJARAN
TEKNIK KENDARAAN RINGANMEMPERBAIKI SISTEM STATER DAN
PENGISIAN
( 020 KJ B18 )Disusun Oleh
MASHUDHA, S.Pd.
Disetujui dan Disahkan
Tanggal, 20 Juli 2010
Kepala SMK Negeri 1 Tuban
Drs. GATOET SUDJITO, ST., M.Si.
NIP. 19550701 198103 1 014
MODUL 020 KJ B18MEMPERBAIKI SISTEM STATER DAN PENGISIANA. SISTEM
STATERRangkaian Sistem Starter
Sistem Starter : berfungsi membantu start mesin .
Komponen :
Accu ; sebagai sumber arus listrik
Kontak : Sebagai pemutus/penghubung arus batteray ke motor
Solenoid : Sebagai main switch dan pengatur gerakan pinion
gear
Motor :mengubah listrik menjadi gerak putar
Fly Wheel ; meneruskan putaran motor ke mesin
Ada dua model Starter :
1. Jenis Overrunning : dilengkapi dengan kopling overrunning.
Putaran motor tinggi dengan momen rendah (0.6 1,2 Kg m) Biasa untuk
mesin kecil-sedang
2. Jenis Reduksi : Dilengkapi dengan gigi reduksi untuk
memperbesar momen walau putarannya lebih rendah. Biasa dipakai pada
mesin diesel (berat)
Terminal pada Solenoid
1. terminal 30 ---- dari baterai
2. Terminal 50 ---- dari kunci kontak
3. Terminal C ---- ke kumparan medan
Bagian Motor
Seperti terlihat pada gambar :
1. Tuas pengungkit :
2. Kopling
3. Terminal B
4. Brostle
5. Armature
6. Kumparan medan
7. Belitan penahan
8. Belitan penarik
9. Main switch
10. Pinion gear
Komponen Motor
1. Kumparan Medan
Kumparn medan untuk membangkitkan kemag netan stator. Yaitu pada
inti yang melekat pada dinding motor. Kuparan medan dibuat dari
lempengan tembaga yang mampu mengalirkan arus listrik yang besar.
Arus yang mengalir melalui kumparan medan berfungsi untuk
menghasilkan kemagnetan yang kuat pada sepatu kutub dan memperkuat
garis gaya magnet. Kumparan medan dihubungan secara seri dengan
kumparan anker.
2. Kumparan Angker/armature
Anker tersusun dari besi plat (kern), poros anker, komutator,
kumparan anker dan bagian-bagian lainnya.. Kumparan anker dirakit
dalm celah-celah plat dan masing-masing ujungnya di sambungkan pada
sekmen komutator. Dengan demikian arus yang mengalir melewati semua
kumparan dan anker dapat berputar dan menghasilkan momen putar
(torsi).
3. Brostle/Sikat
Motor starter biasanya dilengkapi dengan 4 buah sikat arang
(brush) 2 buah diikatkan pada pemagang yang di isolasi dan
dihubungkan dengan kumparan anker melalui komutator. Sedangkan
sikat lainnya diikat pada pemegang yang dihubungan ke massa (body
motor starter) sikat di tekan ke komutator oleh pegas.
4. Kopling, Pinion dan ulir
Kopling dugunakan untuk mencegah putaran balik dari mesin ke
motor
Pinion digunakan sebagai gigi penerus putaran ke flywheel
Ulir : agar pinion dapat maju sambil putar, hal ini mempermudah
masuk dan lepasnya gigi pinion dengan flywheel
5. Solenoid
Solenoid terdiri atas :
1. Main Switch : sebagai saklar utama yang dikendalikan secara
magnet
2. Pull Coil : berupa kumparan yang dirangkai seri antara
terminal 50 dengan terminal C , dan berfungsi untuk membangkitkan
kemagnetan yang mempu menarik plunyer (memajukan pinion dan menekan
main switch.
3. Hold Coil : Berupa kumparan yang dirangkai antara terminal 50
dan massa. Berfungsi untuk membantu menahan pinion agar saat start
pinion tetap terkait dengan fly whell.
4. Plunyer : Penarik tuas starter dan penekan main swich.
5. Pegas PEngembali; untuk mengembalikan posisi plunyer .
2. CARA KERJA SISTEM STARTER
1. Saat Kontak ON/Start
Aliran Arus Listrik
1. Baterai (kontak ( terminal 50. ( hold coil ( massa
Sehingga : Ada kemagnetan yang menarik plunyer (ke kanan)
2. BAttery ( kontak ( terminal 50 ( kumparan pull coil( terminal
C ( Kumparan Medan ( anker ( massa
Sehingga:
- Magnetik switch ,plunyer tertarik /aktif
Pinion maju dan berputar lambat (arus nya masih kecil, lewat
kontak)
Main Swtch mulai terhubung
2. Saat Pinion Berkaitan Penuh
Aliran Arus Listrik
1.Baterai ( kontak ( terminal 50 ( kumparan penahan ( massa
2. Baterai ( terminal B ( terminal C ( Kumparan medan ( kumparan
angker ( Massa
Sehingga Motor akan tertahan terkait dengan pinion dan berputar
cepat (arus dari
battery langsung lewat main switch ke motor).
3. Saat Kontak Posisi Off
Aliran Arus Listrik
Baterai( Terminal B( main switch( Terminal C ( kumparan pull
coil ( hold coil (massa Baterai( Terminal B( main switch( Terminal
C ( kump medan angker (massaSehingga kemagnetan plunyer berbalik
(sesuai arah aliran listriknya) sehingga Plunyer akan bergerak maju
sehingga pinion tertarik mundur dan main switch terputus
Dengan sepotong kawat baja lepas pegas-pegas sikat dan lepas
sikat-sikat dari pemegangnya
Lepaskan pemegang sikat dari anker
Buka kerangka kumparan medan dari rumah penggerak pinion
Buka tuas penggerak dari rumah penggerak pinion
Lepaskan anker dari rumah penggerak
Dengan alat khusus keluarkan cincin penyetop dari ring
pengunci
Lepaskan ring pengunci
Keluarkan pinion beserta kopling jalan bebas dan poros anker
Pemeriksaan1. Kumparan Medan ( field coil)
Pemeriksaan :
1. Gunakan AVO, Posisi x 1
- Hubungan Tahanan (STD 1 )Hubungkan kaki belitan dengan kaki
sikatHasil : terhubungGunakan AVO, Posisi x 1K
- Kebocoran Tahanan (STD 0,1 M)Hubungkan kaki sikat..dengan
dengan masa/body
Hasil tidak terhubung
2. Angker dan Armatture Coil
Pemeriksaan :
Komutator :
Bersihkan dan periksa kerataan lamel komutator
Periksa Hubungan antar Lamel (tidak terhubung) Perksa Hub Lamel
dan Body (kebocoran)
3. Brostle
Pemeriksaan brostle Panjang mininal 5 mm
Pemeriksaan Kekuatan Pegas
Pegas harus tetap mempunyai daya elasytisitas tertentu
4. Overrunning Cluth/Kopling dan Pinion
Pemeriksaan :
Pinion hanya dapat berputar satu arah saja.
Pegang rumah kopling, lalu putar pinion ,:
Ke kanan ; tidak putarKe Kiri ; putarGigi pinion ; Tidak cacat,
aus, dengan chamfer sisi ujung.
5. Solenoid
1. Pemeriksaan Main Switch :
Pakai AVO
Hubungkan 30 dan C, normal Putus dan saat aktif terhubung
1. Pemeriksaan Hold Coil
Gunakan AVO, Posisi x 1
Hubungkan 50 dan massa (terhubung)2. Pemeriksaan Pull Coil
Gunakan AVO, Posisi x 1
Hubungkan 50 dan C (terhubung)
7. Poros dan Bushing
Poros angker depan dan belakan didukung dengan bantalan
luncur,
Poros harus dapat meluncur putar dan tidak kocakPemeriksaan
:
Diameter Poros : mm
Diameter Bushing : .mm
Kekocakan :
STARTER JENIS REDUKSIMotor starter ini terdiri dari anker
starter dan sikat arang (brush). Seperti ditunjukkan pada gambar di
atas, pinion penggerak, gigi idle dan gigi kopling jalan bebas
berkaitan secara tetap. Putaran anker dipindahkan ke pinion
penggerak, melalui gigi idle dan gigi kopling jalan bebas sehingga
putarannya berkurang sampai seperempat setelah melalui mekanisme
kopling.
Cara Kerja
1. Pada saat saklar starter ON
Dengan memutar kunci kontak ke posisi start, arus akan mengalir
melalui kumparan penahan dan bersamaan dengan ini juga mengalir ke
kumparan penarik dan kumparan medan, kumparan anker, massa. Pada
saat ini, kumparan penarik dan Kumparan medan menghasilkan gaya
magnet dengan arah yang sama
2. Saat Gigi Pinion Berkaitan Penuh
Bila saklar magnet dan sekrup ulir memanjang telah mendorong
gigi pinion sehingga terjadi perkaitan penuh dengan roda, plat
kontak akan berhubungan dengan plunyer dan menghubung singkat
saklar utama antara terminal 30 dan terminal C dengan demikian maka
arus besar akan mengalir dari batterai ke motor starter sehingga
motor akan berputar dan menghasilakan torsi yang besar. Pada waktu
yang bersamaan tegangan pada ujung-ujung kumparan penarik
mendapatkan potensial yang sama sehingga kumparan tersebut tidak di
aliri arus. Plunyer di pertahankan pada posisi menempel ke kontak
utama oleh gaya magnet pada kumparan penahan.
2. Selama Motor HidupApabila motor sudah hidup, anker akan
diputarkan oleh roda gaya, sehingga kopling starter akan berputar
bebas dan mencegah anker berputar pada kecepatan tinggi yang
berlebihan (diluar batas).
3. Pada saat saklar starter OFF
Dengan memutar saklar starter ke posisi OFF, arus yang mengalir
ke kumparan penahan akan terputus sehingga plunyer akan kembali ke
posisi semula, akibat dari dorongan pegas 2 (plunyer spring).
Dengan demikian kontak utama (main contact) akan terbuka dari arus
yang mengalir ke Kumparan medan akn terputus, dan anker akan
berhenti berputar. Berhentinya anker ini dibantu dengan pengaruh
pengereman dari gesekan antara sikat (brush) dan kommutator
TUGAS
Jawablah pertanyaan dibawah dengan benar !
1. Gambarkan rangkaian system starter, lengkap dengan komponen
dan fungsinya?
2. Bagaimana cara pemeriksaan :
a. Main switch
b. Hold Coil
c. Pull coil
d. Field coil
e. Armature coil
f. Brostle
g. Overruning cluth
3. Jelaskan cara kerja system starter
a. Saat kontak posisi start (main switch belum terhubung)
b. Saat kontak start (main switch terhubung)
c. Saat kontak dilepas (main switch terhubung)4. Mengapa kita
tidak boleh menstart mesin terlalu lama ?
5. Bagaimana cara memeriksa kinerja motor starter
B. SISTEM PENGISIANFungsi Batteray
Battery merupakan sumber energi listrik pada mobil. Agar energe
listrik yang tersimpan pada battery tidak habis karena pemakaian
maka mobil dilengkapi dengan Sistem Pengisian. Yaitu sistem yang
mengubah putaran mesin menjadi energi listrik untuk mengisi
battery
Rangkaian Pengisian
Rangkaian Sistem Pengisian
Secara Umum sistem pengisian terdiri dari :
1. Accu : sebagai penyimpan dan sumber arus listrik
2. Alternator : sebagai pengubah putaran menjadi energi
listrik
3. Regulator : sebagai pengatur besarnya arus dan tegangan
pengisian
4. Kontak : sebagi pemutus dan penghubung arus
5. Lampu CHG : sebagai indikator ada tidaknya pengisian
6. ampere meter/volt meter : sebagai indikator besar kecilnya
pengisian
Uraian Komponen Pengisian
1. Alternator
Rotor : komponen yang berputar antara lain :
Pully : penerus putaran dari mesin
Fan : mendinginkan alternator
Belitan Rotor: kumparan utnuk membangkitkan kemagnetan rotor
Slip Ring: untuk meneruskan
Stator : komponen tidak bergerak. Antara lain :
Tutup depan
Belitan stator : sebagai penghasil tegangan pengisian
Rectifier : mengubah tegangan AC menjadi DC
Brostle Tutup belakang
Alternator terdiri atas rotor dan stator.
Rotor Coil
Saat mesin putar lambat, agar pengisian tetap ada maka
kemagnetan rotor ditingkatkan. Demikian juga jika mesin putar
cepat, kemagnetan rotor diperkecil agar pengisian tidak terlalu
besar.
Ini dilakukan oleh regulator yang mengatur besar tegangan dari
batery yang masuk ke belitan rotor.(kaki F & E)
Tegangan dialirkan melalui brostle dan slip ring.
Tahanan belitan rotor 4 Ohm
Stator Coil
Rotor berputar di dalam stator, sehingga belitan stator
terbangkit gaya gerak listrik . Besar tegangan yang dihasilkan
tergantung putaran dan besar kemagnetan rotor.
Tegangan yang dihasilkan adalah tegangan AC (alternating
Current).
Belitan rotor terdiri atas 3 belitan (6 kaki yang satu kaki
ujungnya dijadikan satu (kaki N).
Tahanan belitan 1 Ohm
Hubungan dengan massa maks 0,1 M Ohm
Rectifier/Silikon/Penyearah
Karena tegangan output beltan rotor jenis AC, maka untuk
mengubahnya menjadi tegangan DC diperlukan Rectifier .
Ada 3 belitan dibutuhkan 3 buah dioda + dan 3 Diaoda
Brostle
Untuk meneruskan tegangan dari regulator ke rotor yang berputar
diperlukan brostle slip ring. Masing-masing slip ring merupakan
terminal belitan rotor.
Panjang brostle baru 13 mm
Panjang limit 5 mm
2. Regulator
Tegangan dan arus keluaran alternator bervariasi tergantung pada
kecepatan putaran alternator dan banyaknya beban (arus output)
alternator.
Putaran mesin yang terus berubah-ubah, demikian juga putaran
alternator, selanjutnya beban, (lampu-lampu, wiper, sistem AC Mobil
dan lain-lain) selalu berubah-ubah mempengaruhi kondisi pengisian
baterai.
Output Pengisian harus selalu stabil pada tegangan 13,8 14,8
volt. Regulator adalah pengatur tegangan yang masuk ke rotor
sehingga besar kemagnetan rotor terkendali menyesuaikan dengan
putaran mesin dan beban alternator.Saat putaran rendah, tegangan
pengisian akan turun sehingga kemagnetan rotor diperkuat, demikian
sebaliknya.
Ada 2 cara pengendalian :
- Dengan Regulator mekanik (cut-Out) - Dengan IC Regulator2.1
Regulator Mekanik
a. Regulator dg 1 kontak point
Terdapat 3 terminal kaki :
IG = dihubungkan ke kontak
F = dihubungkan ke F alternator
E = Massa
b. Regulator dengan 2 Kontak Point
Regulator jenis ini, terdapat 2 pengatur yaitu :
Pengatur Tegangan (voltage regulator)
Pengatur keluaran (cut-out regulator) yang dikengkapi dengan
lampu CHG (charge)
Bila ada pengisian lampu CHG akan mati
Kaki kaki regulator :
F = dihubungkan ke F alternator (rotor coil)
IG= Arus dari kunci kontak
L = dari lampu CHG ( satu kaki lainnya ke IG)
N = ke kaki N (netral) alternator
B = tegangan output alternator +.
E = Massa
Adapun posisi socket :
Cara Kerja:
1. Kunci kontak ON mesin mati.
Arus medan mula mengalir dari B+ baterai ( kunci kontak (
terminal IG regulator ( titik kontak PL1 ( titik kontak PL0 (
terminal F regulator ( terminal F alternator ( sikat ( slip ring (
kumparan medan/rotor ( slip ring ( terminal E alternator (
masa,
((( kumparan medan menjadi magnet.Arus lampu kontrol pengisian
mengalir dari B+ baterai ( kunci kontak ( lampu kontrol pengisian (
terminal L regulator ( titik kontak P1 ( titik kontak P0 ( terminal
E regulator ( masa,
((( lampu menyala.2. Mesin hidup : Kecepatan rendah sampai
sedang
Alternator lewat terminal B+ mengeluarkan energi listrik untuk
pengisian baterai dan beban kelistrikan mobil.
Arus medan mengalir dari B+ alternator ( kunci kontak ( terminal
IG regulator ( titik kontak PL1 ( titik kontak PL0 ( terminal F
regulator ( terminal F alternator( sikat ( slip ring ( kumparan
medan/rotor ( slip ring ( terminal E alternator ( masa.
Arus dari terminal N alternator mengalir ke kumparan relai
tegangan melalui terminal N regulator kemudian ke masa, yang
mengakibatkan kontak gerak P0 tertarik ke titik kontak diam P2
menghubungkan tegangan sinyal regulasi dari B+ alternator ke
kumparan regulator dan akibatnya lampu pengisian padam karena tidak
ada beda potensial antara lampu kontrol dan terminal L
regulator.
3. Mesin hidup : Kecepatan sedang sampi tinggi
Bila kecepatan bertambah naik, tegangan keluaran alternator juga
bertambah naik diatas 14,4 volt, yang berarti juga tegangan sinyal
regulasi yang masuk ke kumparan regulator tegangan juga naik.
Akibatnya kemagnetan pada inti kumparan regulator bertambah besar
yang mampu menarik kontak PL0 hingga melayang (berada di
tenggah-tenggah kontak PL1 dan PL2). Akibatnya arus medan melewati
tahanan R tetapi karena kecepatanya sudah tinggi maka tegangan
keluaran alternator akan tetap 14,4 volt.
Bila kecepatan bertambah naik lagi maka tegangan keluaran
alternator juga bertambah naik hingga 14,8 volt. Pada tegangan
tersebut kemagnetan pada inti kumparan menarik kontak gerak PL0
lebih jauh lagi hingga menempel pada titik kontak PL2 akibatnya
arus medan menjadi nol dan tegangan keluaran alternator turun (
kontak gerak PL0 lepas kembali ( arus medan besar lagi ( tegangan
keluaran naik lagi ( kontak gerak PL0 menempel lagi pada PL2 (
demikian seterusnya terjadi putus hubung antara kontak gerak PL0
dan kontak PL2 sehingga tegangan keluaran B+ alternator tetap pada
14,4 sampai 14,8/15,0 volt.
Penyetelan Regulator
1. Reley Tegangan dilakukan dengan mengatur point gap atau
adjusting arm)
Posisi Normal (alternator belum Putar , pelat kontak harus
terhubung dengan massa (Lampu indikator nyala dan hubungan dengan B
terputus.
Saat mesin hidup (putar rendah, sedang, tinggi) pelat kontak
harus terlepas dan terhubung dengan B. (lampu mati)2. Regulator
TEGANGAN
Posisi normal, pelat kontak gandeng
dengan IG, (Tegangan F maksimal)
Posisi Putar rendahData :
Tegangan N = 6 8 Volt
Tegangan F = 12 Volt saat mesin putar rendah
F = 4 6 volt saat putar sedang
Tegangan B = 13,8 14,8 volt
2. IC Regulator
Baik regulator tipe titik kontak (point type) maupun IC
regulator mempunyai fungsi dasar yang sama: membatasi tegangan yang
dikeluarkan alternator dengan mengatur arus field yang mengalir
pada rotor coil.
Perbedaan pokok bahwa, pada regulator IC pemutusan arus
dilakukan oleh IC, sedang oleh relay pada regulator tipe point
IC Regulator sangat kompak dan ringan dan mempunyai kemampuan
yang tinggi karena tidak mempunyai titik kontak mekanik.
Dibandingkan dengan tipe titik kontak (point type), ini mempunyai
kelebihan sebagai berikut::
KEUNTUNGAN
Rentang tegangan outputnya lebih sempit dan variasi tegangan
outputnya dalam waktu singkat
Tahan terhadap getaran dan dapat digunakan dalam waktu lama
karena tidak banyak bagian-bagian yang bergerak.
KERUGIAN
Mudah terpengaruh oleh tegangan dan suhu yang tidak wajar.
COMPACT ALTERNATOR
KEISTIMEWAAN
1. Lebih Kecil dan Lebih Ringan
Penyempurnaan dalam sirkuit magnetnya seperti pengurangan air
gap antara rotor dengan stator dan modifikasi bentuk rotor pole
core dibuat untuk memperkecil ukuran dan memperingan.
2. Penguatan Fan dan Rotor
Kecepatan putar compact alternator jauh lebih tinggi daripada
alternator ukuran standar. Untuk mengatasi hal tersebut, fan yang
diletakkan secara konvensional di luar telah dijadikan satu dengan
rotor di dalam alternator dan ini meningkatkan kemampuan
pendinginan dan keamanan.
3. Lebih Mudah Diperbaiki
Rectifier, brush holder dan IC Regulator diikat pada end frame
dengan baut dan ini memudahkan pembongkaran serta pemasangannya
4. Sistem Pengisian Menjadi Sederhana
Penggunaan multiple function IC Regulator menyederhanakan sistem
pengisian.
Alternator type Bosch
Keterangan:
1. Puli alternator
2. Kipas Pendingin
3. Rumah Bagian Depan
4. Stator (Kumparan Pembangkit)
5. Rotor (Kumparan Medan)
6. Rumah Bagian Belakang
7. Cincin Gesek
8. Diode daya
9. Diode arus medan
10. IC Regulator
11. Dudukan Pengikat Alternator
KLASIFIKASI PROBLEM SISTEM PENGISIAN
Untuk sistem pengisian yang dilengkapi dengan lampu warning
charge, problemnya dapat dikategorikan dalam empat kelompok
berikut:
1 Bekerja lampu warning charge tidak normal
a) Lampu tidak menyala pada saat kunci kontak ON
b) Lampu tidak mati pada waktu mesin mulai hidup
c) Lampu menyala redup pada saat mesin hidup
d) Lampu kadang-kadang menyala pada saat mesin hidup
2 Baterai lemah (kosong)
a) Tidak dapat memutar mesin dengan motor starter
b) Lampu besar redup
3 Baterai terlalu banyak diisi (overcharged)
a) Elektrolit baterai cepat habis
4 Suara tidak normal
a) Suara tidak normal pada alternator
b) Static pada radio
PERHATIAN PADA SAAT MENANGANI SISTEM PENGISIAN
1. Berhati-hati terhadap polaritas baterai. Usahakan agar tidak
menyambung baterai terbalik
2. Karena tegangan baterai selalu ada pada terminal B
alternator, maka terminal B tidak boleh berhubungan dengan
massa
3. Bila baterai diisi cepat dengan quick charger, maka diode
dapat rusak. Pastikan bahwa kabel baterai telah dilepas pada saat
menggunakan quick charger
4. Hati-hatilah agar alternator dan bagian-bagian listrik
lainnya tidak terkena air pada saat mencuci kendaraan
5. Mesin tidak boleh diputar bila terminal B alternator
dilepaskan. Ini dikarenakan pada saat seperti itu tidak ada
pengaturan tegangan, sehingga tegangan terminal netral (tegangan
pada terminal L) dapat naik dan membakar kumparan relay
6. Masa alternator dan regulator harus baik, bila tidak, dapat
terjadi overcharging, memijarkan lampu atau menggetarkan jarum
ammeter dan lain-lain
7. Untuk mencegah suara dan lain-lain, kondenser tidak boleh
dihubungkan dengan terminal F karena ini dapat mengakibatkan kerak
pada titik kontak regulator
8. Terminal F dan terminal IG tidak boleh dibalik apapun
alasannya, hal ini dapat mengakibatkan wire harness terbakar
9. Body IC regulator harus mempunyai tegangan massa, pastikan
bahwa baut-bautnya pada alternator kuat dan memperoleh massa.
PEMERIKSAAN SISTEM PENGISIAN
1. PERIKSA BERAT JENIS SPESIFIK BATERAI
(a) Periksa berat jenis spesifik pada setiap sel
Berat jenis spesifik standar
Bila terisi penuh (full charged) pada 20(C (68(F):1,25-1,27
(b) Periksa banyaknya elektrolit pada tiap sel
Bila kurang, tambahkan air suling (murni)
2. PERIKSA TERMINAL BATERAI, FUSIBLE LINK DAN SEKERING
(a) Pastikan bahwa terminal baterai tidak longgar atau karat
(b) Periksa hubungan fusible link dan sekering
1. PERIKSA DRIVE BELT
(a) Periksa belt secara visual kemungkinan perekat karet di
bagian atas dan di bawah terlepas, terlepasnya inti dari samping
belt, intinya retak, rib terlepas dari karet perekatnya, rib retak
atau cacat, rib robek atau aus.Bila perlu, ganti belt.
(b) Periksa defleksi belt dengan menekan belt pada titik yang
ditunjukkan dalam gambar dengan tekanan 10kg (22,0 lb)
Defleksi Drive belt:
Belt baru 5-7 mm (0,20-0,28 In)
Belt lama 7-8 mm (0,28-0,31 In)
Bila perlu, setel kekencangan/defleksi sabuk penggerak
REFERENSI
Dengan menggunakan SST, periksa kekerasan drive belt SST
09216-00020 dan 09216-00030
Kekerasan drive belt:
Belt baru 53-73kg
Belt lama 26-46kg
Bila perlu, setel ketegangan drive belt
CATATAN:
Belt baru adalah belt yang telah digunakan pada mesin hidup
selama kurang dari 5 menit
Belt lama adalah belt yang telah digunakan pada mesin hidup
selama lebih dari 5 menit
Setelah memasang drive belt, periksa apakah belt terpasang
dengan tepat pada groove
Periksa dengan tangan untuk memastikan bahwa belt tidak meleset
dari groove pada bagian bawah puli poros engkol
Setelah memasang belt, hidupkan mesin selama kira-kira 5 menit
dan periksa kembali ketegangan atau defleksinya.
4. PERIKSA ALTERNATOR WIRING DAN DENGARKAN SUARA-SUARA YANG
TIDAK NORMAL
(a) Periksa bahwa wiring dalam keadaan baik
(b) Periksa bahwa suara-suara tidak normal pada alternator tidak
ada selama mesin berputar.
5. PERIKSA SIRKUIT LAMPU CHARGE
(a) Hidupkan mesin dan kemudian matikan
(b) Matikan semua asesori
(c) Putar kunci kontak ON dan periksa bahwa lampu charge
menyala
(d) Hidupkan mesin dan pastikan bahwa lampu charge padam
Bila tidak bekerja seperti yang ditentukan, cari gangguan pada
sirkuit lampu charge
6. PERIKSA SIRKUIT PENGISIAN TANPA BEBAN
CATATAN: Bila ada baterai/alternator tester, dihubungkan dengan
tester dengan sirkuit pengisian seperti ditunjukkan pada
manufacturers instruction.
(a) Bila tidak ada tester seperti itu, tidak tersedia hubungkan
voltmeter dan ammeter pada sirkuit pengisian sebagai berikut:
Lepaskan kabel terminal B alternator dan sambungkan ke negatif
probe pada ammeter
Sambungkan test probe dari terminal positif ammeter ke terminal
B alternator
Sambungkan positif probe pada voltmeter ke terminal B
alternator
Sambungkan negatif probe voltmeter ke massa
5. Periksa sirkuit pengisian (charging circuit) sebagai
berikut:
Dengan putaran mesin dari idle sampai 2000 rpm periksa
penunjukkan pada ammeter dan voltmeter.
Tanpa IC regulator
Amper standar: kurang dari 10 A
Tegangan standar : 13,8-14,8 pada 25(C (77(F)
Bila hasil pembacaan menunjukkan tegangan tidak seperti standar,
setel atau ganti regulator
Dengan IC regulator
Amper standar: kurang dari 10 A
Tegangan standar :
Tipe konvensional
13,8-14,4 V pada 25(C (77(F)
compact tipe kecepatan tinggi
13,9-15,1 V pada 25(C (77(F)
13,4-14,4 V pada 115((239(F)
Bila tegangannya melebihi harga standar, ganti IC regulator.
Bila hasil bacaan tegangannya di bawah standar, periksa IC
regulator dan alternator sebagai berikut:
Dengan terminal F dihubungkan pada massa, start mesin dan
periksa penunjukkan tegangan pada terminal B.
Bila penunjukkan tegangan lebih besar dari standar, maka
gantilah IC regulator
Bila penunjukkan tegangan di bawah harga standar, maka
periksalah alternator.
7. PERIKSA SIRKUIT PENGISIAN DENGAN BEBAN
a. Dengan mesin keadaan berputar pada 2000 rpm, hidupkan lampu
besar high-beam dan heater fan control switch pada posisi Hi.
b. Periksa penunjukkan ammeter.
Ammeter standar : lebih dari 30 A
Bila penunjukkan amper kurang dari 30 A, lakukan perbaikan pada
alternator.
CATATAN: Dengan baterai keadaan full charged, penunjukkan
kadang-kadang di bawah 30 amper.
PEMERIKSAAN ALTERNATOR REGULATOR1.) LEPASKAN TUTUP ALTERNATOR
REGULATOR
2.) PERIKSA PERMUKAAN TITIK KONTAK; HANGUS ATAU TIDAK
Bila rusak, ganti regulator
3.) PERIKSA TAHANAN ANTARA TERMINAL-TERMINAL
(a) Dengan menggunakan ohmmeter, ukur tahanan antara terminal IG
dan F.
Tahanan (voltage regulator)
Bebas
: 0(Tertarik :kira-kira 11(
4.) Dengan menggunakan ohmmeter, ukur tahanan antara terminal L
dan E.
Tahanan (voltage regulator)
Bebas
: 0(Tertarik : kira-kira 100(
5.) Dengan menggunakan ohmmeter, ukur tahanan antara terminal B
dan E.
Tahanan (voltage relay)
Bebas
:tak terhingga
Tertarik : kira-kira 100(
(d) Dengan menggunakan ohmmeter, ukur tahanan antara terminal B
dan L
Tahanan (voltage relay)
Bebas
: tak terhingga
Tertarik : kira-kira 0(
(e) Dengan menggunakan ohmmeter, ukur tahanan antara terminal N
dan E
Tahanan : kira-kira 24 (Bila salah satu dari hasil pemeriksaan
di atas tidak sesuai, maka ganti alternator regulator.
4. SETEL VOLTAGE REGULATOR
(a) Setel voltage regulator dengan membengkokkan regulator
adjusting arm
Tegangan kerja relay : 13,8-14,8 V
(b) Setel voltage relay dengan membengkokkan relay adjusting
arm.
Tegangan kerja relay : 4,0-5,8 V
5. PASANG TUTUP ALTERNATOR
PEMERIKSAAN IGNITION MAIN RELAY
(1) PERIKSA HUBUNGAN RELAY
a. Periksa bahwa antara terminal 1 dan 3 ada hubungan
b. Periksa bahwa antara terminal 2 dan 4 tidak ada hubungan
Bila hubungan tidak seperti yang ditentukan, ganti relay.
(2) PERIKSA KERJA RELAY
a. Berikan tegangan baterai, pada terminal 1 dan 3
b. Periksa bahwa antara terminal 2 dan 4 ada hubungan.
Bila hubungan tidak seperti yang ditentukan, ganti relay.
PEMERIKSAAN PADA KENDARAAN
1. CEK BERAT JENIS DAN PERMUKAAN ELEKTROLIT BATERAI
(a) Cek permukaan elektrolit dari setiap sel
Bila kurang, tambahkan air suling (atau destilasi)
(b) Cek berat jenis dari setiap sel
Berat jenis dari setiap sel
Berat jenis standar pada 20(C (68(F)
1,250 1,270
Bila berat jenisnya kurang dari spesifikasi, lakukan charge
baterai
PETUNJUK : Cek indikator seperti pada gambar.
2. CEK TERMINAL BATERAI, FUSIBLE LINK DAN FUSE
(a) Cek bahwa terminal baterai tidak kendor atau berkarat.
(b) Cek fusible link : H Fuse dan Fuse
Fusible link: 3,0 W (AE), 2,0 L (AT)
H Fuse: AM( 40 A, AM( 30 A, ALT 100 A
Fuse: IGN 10A (AE), IGN 7,5A (AT)
AM(: 30A (AT)
GAUGE :10A
ALT-S :7,5A
3. PERIKSA TALI KIPAS
(a) Secara visual, cek adanya keausan yang berlebihan, terurai
dll
Bila ada cacat yang ditemukan, ganti tali kipas
PETUNJUK: Keretakan yang terjadi pada sisi rusuk tali kipas
adalah wajar. Bila ada bagian yang terlepas dari rusuk, maka tali
kipas harus diganti.
(b) Cek defleksi tali kipas dengan menekan tali penggerak di
bagian seperti yang ditunjukkan gambar, sebesar 98N (10 kgf; 22
lbf)
Ketegangan tali kipas:
Tali kipas baru
7 9 mm (0,28-0,35 in)
tali kipas lama
11,5 13,5 mm (0,45 0,53 in)
Bila perlu, setel defleksi tali kipas.
(Referensi)
Menggunakan SST, cek ketegangan tali kipas.
SST A 09216 00020
SST B 09216 00030
Defleksi tali kipas:
Tali kipas baru
70-80 kgf
tali kipas lama
30-45 kgf
Bila ketegangan tali kipas tidak sesuai spesifikasi ,setel tali
kipas.
PETUNJUK:
Tali kipas baru adalah tali kipas yang telah digunakan kurang
dari 5 menit pada mesin hidup.
Tali kipas lama adalah tali kipas yang telah digunakan selama 5
menit atau lebih pada mesin hidup.
Setelah pemasangan tali kipas, cek bahwa tali kipas telah
terpasang dengan benar pada alur rusuknya
Cek dengan tangan, untuk memastikan bahwa tali kipas tidak slip
keluar alur pada bagian bawah pulley.
Setelah pemasangan tali kipas baru, hidupkan mesin selama
kira-kira 5 menit dan cek kembali ketegangan tali kipas.
4. SECARA VISUAL, CEK RANGKAIAN KABEL ALTERNATOR DAN DENGARKAN
ADANYA KELAINAN SUARA.
(a) Cek bahwa rangkaian kabel baik kondisinya
(b) Cek tidak ada kelainan bunyi dari alternator pada saat mesin
hidup.
5. PERIKSA DISCHARGE WARNING LIGHT CIRCUIT
(a) Putar ignition switch ke posisi ON, Cek bahwa discharge
warning light menyala.
(b) Start mesin cek bahwa discharge warning light padam. Bila
kondisi kerjanya tidak sesuai spesifikasi, lakukan pencarian
gangguan pada discharge warning light circuit.
6. PERIKSA CHARGING CIRCUIT TANPA BEBAN
PETUNJUK: Bila tersedia baterai/alternator tester, hubungkan
tester tersebut dengan charging circuit sesuai dengan petunjuk dari
pabrik pembuatnya.
(a) Bila tidak tersedia tester, hubungkan voltmeter dan ammeter
pada charging circuit sebagai berikut:
Lepas kabel dari terminal B alternator dan hubungkanlah dengan
kabel negatif (-) ammeter.
Hubungkan kabel positif (+) dari ammeter dengan terminal B
alternator.
Hubungkan kabel positif (+) dari voltmeter dengan terminal B
alternator.
Hubungkan kabel negatif (-) dari voltmeter dengan massa.
(b) Cek charging circuit sebagai berikut:
Dengan mesin hidup dari putaran idle hingga 2000 rpm, cek
pembacaan ammeter dan voltmeter.
Kuat arus standart:
10 A atau kurang
Tegangan standard:
14,0 15,0 Volt pada 25(C (77(F)
13,5 14,3 Volt pada 115(C (239(F)
Bila pembacaan voltmeter lebih dari tegangan standart, gantilah
IC regulator
Bila pembacaan voltmeter kurang dari tegangan standart, cek IC
regulator dan alternator sebagai berikut:
Dengan terminal F dihubungkan massa, start mesin dan cek
pembacaan voltmeter terminal B.
Bila pembacaan voltmeter lebih dari tegangan standart, ganti IC
regulator.
Bila pembacaan voltmeter kurang dari tegangan standart, cek
alternator.
7. PERIKSA CHARGING CIRCUIT DENGAN BEBAN
(a) Dengan mesin hidup pada 2000 rpm, putar switch high beam
light ON dan tempatkan switch heater blower di posisi HI
(b) Cek pembacaan ammeter
Kuat arus standart:
30 A atau lebih.
Bila pembacaan ammeter kurang dari kuat arus standart, perbaiki
alternator.
PETUNJUK: Bila baterai terisi penuh, maka penunjukan kadangkala
dapat kurang dari kuat arus standart.
Panjang sikat
Slip ring
rotor
EMBED Word.Picture.8
x
Lampu kontrol Pengisian
Fungsi : Kunci kontak on motor mati, (arus medan mula dari (+)
baterai ke K.K ( regulator ( masa.
Motor hidup, arus medan dari ( B+) alternator ( K.K ( regulator(
rotor ( masa
Tegangan sinyal regulasi( dari B+ Alternator ( kunci kontak ( Ig
regulator ( kumparan regulator (masa
Kerugian :
Jika ada rugi tegangan pada K.K tegangan pengisian terlalu
tinggi karena tegangan sinyal regulasi tidak sama dengan tegangan
keluaran B+ Alternator
K.K on, motor mati, arus medan tetap ada (kumparan medan panas
(baterai di kosongkan
IG N F
E L B
PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMK NEGERI 1 TUBAN
Jl. Mastrip No. 2 Tuban Telp.(0356) 321422
e-mail : HYPERLINK "mailto:[email protected]"
[email protected]
website: HYPERLINK "http://www.smkn1tbn.cjb.net/"
www.smkn1tbn.cjb.net
_1044124184.doc