-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Nyata - Praktek
Tingkat persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat seiring
dengan semakin
pesatnya perkembangan teknologi. Dewasa ini menyebabkan dunia
kerja menuntut
tersedianya faktor produksi yang berkualitas. Tenaga kerja
sebagai salah satu faktor
produksi dituntut dapat menguasai pekerjaannya dengan baik
terampil, dan profesional.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan Asia
Tenggara yang
menunjukkan perkembangan pesat dalam sektor industri. Faktor
yang mempengaruhi
perkembangan industri itu sendiri beraneka ragam.salah satu
faktor esensial yang
memegang peran penting adalah tersedianya sumber daya manusia
yang terampil.
Sebuah perusahaan menuntut tenaga kerja profesional yang tidak
hanya mengusai teori
saja tetapi juga harus mampu menerapkannya dalam kondisi nyata
di lapangan.
Perguruan tinggi sebagai salah satu institusi pendidikan turut
berperan serta dalam
menyediakan sumber daya manusia yang terampil dan berkualitas.
Untuk memenuhi
tuntutan kerja yang ada maka hubungan baik antara perguruan
tinggi dan perusahaan
perlu dibina. Hal ini perlu dilakukan agar perguruan tinggi
mampu menghasilkan calon
tenaga kerja berkualitas dan perusahaan akan memperoleh tenaga
kerja yang terampil,
terdidik, terlatih, serta mampu memahami dunia kerja. Hal ini
pernah dicanangkan oleh
menteri pendidikan dan kebudayaan RI terdahulu dengan istilah
link and match yang
berarti perguruan tinggi harus mampu mencetak lulusan
profesional sesuai dengan
kebutuhan industri masa kini.
Seringkali hambatan yang dialami oleh mahasiswa adalah minimnya
pengalaman
untuk terjun langsung dan menerapkan teori yang diperoleh
kedunia kerja sebenarnya.
Sadar akan hal ini, Universitas Brawijaya Malang, khususnya
program studi Teknik
Industri dan untuk melengkapi kurikulum dengan Kuliah Kerja
Nyata - Praktek yang
berbobot 2 SKS. Kuliah Kerja Nyata - Praktek ini wajib
dilaksankan oleh seluruh
mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan dengan tujuan memberi
kesempatan
kepada mahaiswa untuk mengenal secara langsung konteks dunia
kerja yang
sebenarrnya.
Kuliah Kerja Nyata - Praktek ini dapat dijadikan sebagai wahana
latihan mahasiswa
untuk terjun langsung ke dunia kerja yang tentunya berbeda
dengan dunia perkuliahan,
-
2
dengan demikian mahasiswa akan bertambah wawasan serta apresiasi
terhadap
keilmuan teknik industri, khusus mengenai maintenance, selain
itu praktek ini dapat
menjadi bahan evaluasi bagi kedua belah pihak dimasa akan datang
antara pihak
perguruan tinggi dengan perusahaan.
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan kerja praktek ini meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus.
1.2.1 Tujuan Umum
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata - Praktek yang dilakukan di PT. Adi
Putro Wirasejati
mempunyai tujuan ganda bagi mahasiswa, institusi pendidikan
(Universitas Brawijaya)
dan bagi instansi tempat mahasiswa melakukan praktek kerja.
1. Tujuan bagi Mahasiswa:
a. Mengetahui seluk beluk dunia kerja.
b. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan
yang telah diperoleh di Universitas Brawijaya.
c. Memperoleh kesempatan untuk mempelajari keterampilan dan
pengetahuan
baru melalui kegiatan kerjasama dengan para pakar industri yang
telah
berpengalaman di lapangan.
d. Memperoleh kesempatan untuk membandingkan kemampuan dan
hasil
kerjanya dengan kemampuan hasil kerja para pekerja yang
telah
berpengalaman. Dengan mengetahui perbandingan ini diharapkan
mahasiswa
dapat memperluas cakrawala dan pengembangan diri
selanjutnya.
2. Tujuan bagi Universitas Brawijaya:
a. Mendapatkan umpan balik dari lapangan mengenai isi materi
yang telah
diberikan di bangku kuliah.
b. Memperoleh masukan tentang masalah-masalah di tempat praktek
kerja
lapangan.
c. Dapat mengembangkan badan penelitian yang ada di
universitas.
3. Tujuan bagi PT. Adi Putro Wirasejati:
a. Memperoleh masukan yang mungkin dapat membantu penyelesaian
studi kasus
di kalangan sesuai dengan konsentrasinya.
b. Menjalin hubungan kerja sama dalam bidang pendidikan dengan
institusi
sebagai suatu badan penelitian.
-
3
c. Sebagai suatu program pelatihan untuk mencari tenaga kerja
seperti yang
diharapkan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus bagi mahasiswa Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik,
antara lain:
1. Mampu memecahkan studi kasus yang mungkin terjadi selama
proses operasi yang
terjadi di lapangan.
2. Dapat membandingkan teori dan pengetahuan yang telah
diperoleh di Universitas
Brawijaya dengan kenyataan di lapangan.
3. Menyajikan data dan informasi yang diperoleh selama praktek
kerja lapangan.
1.3 Manfaat Kuliah Kerja Nyata - Praktek
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan program ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan metodologinya
yang selama
ini telah diterima di bangku kuliah pada dunia kerja.
2. Menguji kemampuan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang telah
diperoleh.
3. Memberikan Informasi kepada mahasiswa keadaan dunia kerja
nyata sehingga
memotifasi untuk mempersiapkan dirinya.
4. Menjembatani hubungan kerjasama antara perusahaan dengan
Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya Malang.
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan
Pada Kuliah Kerja Nyata - Praktek ini diadakan tinjauan mengenai
perusahaan,
yang terdiri dari tinjauan umum dan tinjauan khusus.
1.4.1 Tinjauan Umum
Tinjauan umum perusahaan secara garis besar terdiri dari sejarah
singkat
perusahaan, sturuktur organisasi perusahaan, proses produksi,
sistem produksi, mesin
dan peralata, lingkungan kerja, serta tinjauan sekilas mengenai
departemen-departemen
yang ada di dalam perusahaan.
-
4
1.4.2 Tinjauan Khusus
Tinjauan khusus yang akan diambil adalah mengenai sistem
perawatan, yaitu
dengan mengamati dan meninjau bagaimana pelaksanaan pemeliharaan
mesin dan
peralatan produksi yang digunakan di departemen perawatan
(maintenance department)
PT. Adi Putri Wirasejati.
1.5 Metodologi Kuliah Kerja Nyata - Praktek
Metode yang digunakan dalam melaksanakan praktek kerja di PT.
Adi Putro
Wirasejati, antara lain:
1. Metode observasi
Melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap
objek dengan
maksud untuk mendapatkan data yang sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.
2. Metode wawancara
Melakukan tanya jawab terhadap responden dari perusahaan guna
memperoleh
data secara tepat dan akurat.
3. Studi pustaka
Mengumpulkan data dari buku-buku referensi dan data-data dari
perusahaan
maupun sumber-sumber lain.
1.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kuliah Kerja Nyata - Praktek dilaksanakan di PT. Adi Putro Wira
Sejati, yang
berlokasi di Malang, Jawa Timur. Kuliah Kerja Nyata - Praktek
dilaksanakan selama 1
(satu) bulan dengan waktu pelaksanaan dari 14 Mei 2012 sampai
dengan 14 Juni 2012,
yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan Laporan Kuliah Kerja
Nyata - Praktek.
-
5
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
Perusahaan karoseri Adi Putro merupakan salah satu karoseri yang
bergerak dalam
bidang pembentukan body kendaraan. Perusahaan ini didirikan oleh
Bapak Simon
Jethrokusumo. Awal mulanya Bapak Simon Jethrokusumo melakukan
percobaan
membuat body mini bus di rumahnya dan ternyata minibus yang
dihasilkan
mendapatkan sambutan yang cukup baik dari masyarakat kota
Malang.
Oleh karena itu keberhasilannya tersebut, pada tahun 1973 supaya
dapat
memperluas produksi maka diputuskan untuk mengkontrak tempat
yang lebih luas yaitu
daerah Betek, Malang. Perusahaan itu diberi nama PERUSAHAAN
KAROSERI ADI
PUTRO yang mempunyai arti putra pertama atau putra yang baik.
Pada awal
pembentukan perusahaan pengerjaannya masih menggunakan peralatan
yang
sederhaana, yaitu dengan teter, sedangkan untuk pengecatan
menggunakan pompa
tangan, produk pertama yang dihasilkan adalah Mitstubishi Colt
T-120.
Sesuai dengan berjalannya waktu, perusahaan Adi Putro semakin
berkembang, baik
dalam jumlah produksi maupun peralatan yang digunakan. Mengingat
hal tersebut,
maka pada tahun 1975 perusahaan dipindah ke Jalan Raya
Balearjosari No.35 Karanglo,
Malang yang awalnya mempunyai luas 3000 m2
dan perusahaan telah menggunakan
peralatan yang lebih baik antara lain mesin tekuk manual dan
mesin gunting plat dan
memperkerjakan kurang lebih 20 orang tenaga kerja.
Pada tahun 1980, untuk menghasilkan mobil dies, digunakan mesin
potong, mesin
press hidrolik, pengecatan menggunakan kompresor sentral dan
meninggalkan cara
kerja manual. Kini dalam pembuatan karoseri mobil maju selangkah
megikuti
perkembangan teknologi yang semakin canggih. Sehingga kini Adi
Putro terus
berkembang dengan daerah pemasaran hingga seluruh nusantara,
meliputi: Jawa,
Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara dan daerah lainnya.
Lahan pabrik yang digunakan sebagai karoseri di jalan
balearjosari no.35 saat ini
adalah 4.9 hektar dan perkembangannya sedang diperluas menjadi
6.9 hektar. Jumlah
tenaga kerja saat ini 1000 karyawan dengan status kerja
bermacam-macam yaitu:
pegawai tetap, outsourcing, dan borongan. Setelah cukup sukses
dan dapat diterima
oleh masyarakat, maka Adi Putro membuka cabang di Jakarta untuk
menjangkau
-
6
kawasan Jawa Barat. Akan tetapi, pada perkembangannya perusahaan
Adi Putro di
jakarta kurang diminati dibanding dengan yang di kota Malang
sehingga beralih
menjadi repair body kendaraan saja.
Produksi yang dihasilkan ada berbagai macam antara lain: Suzuki
Carry Carreta
1000 cc, Suzuki Avebtura 1500 cc, Mitsubishi L300, dan Isuzu
Elf. Sejak terjadi kritis
moneter pada tahun 1997, permintaan assembling kendaraan kecil
mulai berkurang
sehingga Adi Putro mencoba melakukan pembuatan body pada
kendaraan besar, yaitu
bus. Sampai sekarang bus menjadi assembling utama di Adi Putro.
Kapasitas produksi
yang dapat dikerjakan antara lain 1-1,5 bulan untuk minibus dan
2-3 bulan untuk bus.
2.2 Logo Perusahaan
Logo PT. Adi Putro Wira Sejati digambarkan dengan seekor kuda
yang ditunggangi
oleh seorang pahlawan. Sehingga dapat dikatakan logo PT. Adi
Putro Wira Sejati
adalah pahlawan berkuda. Kuda melambangkan kecepatan dan suatu
perjuangan,
sedangkan pahlawan merupakan orang yang berjasa. Oleh karena
itu, makna logo Adi
Putro adalah perjuangan tiada henti dari seorang pahlawan untuk
menjadi yang tercepat.
Sedangkan huruf AP pada gambar adalah singkatan dari Adi Putro
yang artinya
putra terbaik.
Gambar 2.1 Logo PT. Adi Putro Wira Sejati
2.3 Motto, Visi, dan Misi Perusahaan
2.3.1 Motto Perusahaan
Motto dari PT. Adi Putro Wira Sejati adalah Senantiasa
Terdepan.
2.3.2 Visi Perusahaan
Visi PT. Adi Putro Wira Sejati adalah menjadi perusahaan yang
terdepan dengan
penguasaan teknologi yang sesuai dengan kompetensi industri seta
menghasilkan
produk-produk yang mampu menghadapi persaingan global.
-
7
2.3.3 Misi Perusahaan
Misi PT. Adi Putro Wira Sejati adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing di pasar
global khususnya
produk-produk niaga, serta menyediakan lingkungan yang
kondusif.
2. Mengembangkan penguasaan teknologi untuk memecahkan masalah
di bidang
pelayanan, khususnya yang berkaitan dengan produksi, perawatan,
dan desain.
3. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam mengembangkan
suasana
perusahaan yang kondusif dengan mengimplementasikan nilai etika
dan moral.
2.4 Bentuk Badan Hukum Perusahaan
Pada awal berdirinya perusahaan ini hingga pada awal tahun 1992,
tepatnya pada
tanggal 2 Januari 1992, status hukum perusahaan perseroan
berubah menjadi P.T
(Perseroan Terbatas) dengan SIUP No. 068.3878/138/PB/II/91/PI.
Selain penggantian
status badan hukum juga dilakukan penggantian nama perusahaan
dari Adi Putro
menjadi PT. Adi Putro Wira Sejati.
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR MINI
BUSKEUANGANHRDMAINTENANCEDIREKTUR BUS PEMASARAN
STAFFSTAFFSTAFF STAFFSTAFFSTAFFSUPERVISOR
MEKANIK
SUPERVISOR
ELEKTRIK
SUB-ASSY
BUS
DESAIN
ENGINEERING
BUS
MEKANIKL &
SUSPENSI
BODY BUS
(PANELING)
PAINTING BUS
DIES SHOP
FINISHING BUS
TRIMMING BUS
BONGKAR
CHASIS
SUPERVISOR
SUPERVISOR
DESAIN
ENGINEERING
BUS
BODY
WELDING
PUTTY MINI
BUS
PAINTING MINI
BUS
TRIMMING MINI
BUS
FINISHING MINI
BUS
KOMPONEN
SUB ASSY MINI
BUS
CUTTING
PRESS SHOP
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Adi Putro Wira Sejati
-
8
2.6 Departemen-Departemen Perusahaan
Berikut ini adalah departemen-departemen di PT. Adi Putro Wira
Sejati yang
terkait dengan proses produksi minibus atau bus, dan departemen
umum lainnya:
2.6.1 Departemen Engineering
Pada Departemen Engineering ini, tugas yang dilakukan adalah
membuat
prototype atau model dari kendaraan yang akan diproduksi.
Departemen ini membuat
berbagai macam variadi bentuk sebuah model kendaraan yang
nantinya ditawarkan
kepada konsumen. Model yang dibuat meliputi model luar kendaraan
dan juga bagian
dalamnya yang digambarkan pada kertas gambar. Akan tetapi, model
dari sebuah
kendaraan tidak hanya berdasarkan model yang dibuat oleh
Departemen Engineering,
melainkan model dapat berasal dari konsumen itu sendiri.
Sebelum bertugas membuat prototype, Departemen Engineering juga
harus
membuat rancangan model bus atau minibus yang dilakukan oleh
drafter di Departemen
Engineering dengan bantuan software AutoCAD. Gambar yang
dihasilkan dalam bentuk
gambar teknik. Gambar tersebut dilengkapi dengan dimensi yang
kemudian di cetak
dalam kertas A4 agar mudah dilihat dan dimengerti sehingga
mempermudah dalam
merealisasikan pembuatan minibus.
Selain itu, para operator departemen ini juga bertugas membuat
jig (alat bantu)
untuk membaut body bus atau minibus. Dalam pembuatan jig, dibagi
menjadi tiga
bagian sebagai berikut:
1. Membuat jig, yaitu membuat alat bantu untuk membuat body bus
atau minibus
yang direalisasikan dari prototype yang telah dibuat setelah ada
gambar dari
drafter.
2. Repair jig, yaitu memperbaiki jig yang rusak atay bentuknya
sudah berubah karena
sering digunakan.
3. Renovasi jig, yaitu mengubah bentuk jig lama karena adanya
model baru.
Fungsi utama dari jig adalah agar didapatkan kepresisian bentuk
body sebuah
minibus dan digunakan juga untuk penggabungan beberapa komponen
minibus, seperti
body samping dengan pilar kaca. Dengan digunakannya jig pada
penggabungannya,
maka hasil akan sesuai dengan jig yang telah dibuat. Prinsip
kerja jig berasal dari plat
yang sudah dibentuk menjadi sebuah bagian minibus, kemudian
diletakkan di atas jig
yang tersedia, lalu plat dicekam dengan pencekam yang sudah
tersedia pada jig,
-
9
sehingga penggabungan komponen dilakukan dengan menggunakan
mesin las listrik
dan las titik.
2.6.2 Departemen Bongkar Chasis
Departemen Bongkar Chasis merupakan departemen umum, karena
departemen ini
tidak hanya bertugas untuk membongkar chasis bus saja, tetapi
juga membongkar
chasis mini bus. Oleh karena itu, kedudukan Departemen Bongkar
Chasis tidak berada
di bawah wewenang manajer produksi bis, melainkan berada di
bawah wewenang
Direktur Utama.
Langkah awal yang dilakukan ketika chasis masuk adalah
dilakukannya pelepasan
segala panel dan instrument yang melekat pada chasis tersebut.
Hal ini dilakukan agar
dalam proses pmbuatan bus selanjutnya, panel dan instrument
tidak terkena alat-alat
produksi seperti mesin las, gerinda, termasuk cat pada waktu
pengecatan. Panel dan
instrument yang dilepas meliputi:
1. Interior, yang terdiri atas:
a. Instrument lamp
b. Headlining
c. Dashboard
d. Seat
e. Console box
f. Safety belt
2. Eksterior, yang berupa side mirror.
3. Function, yang terdiri atas:
a. Wiper
b. Signal lamp
c. Hazzard lamp
d. Horn
e. Central lock
f. Battery (ACCU)
Selain parameter yang dikemukakan, juga dilakukan pelepasan
terhadap ban
cadangan, setir, serta dilakukan pembungkusan semua socket kabel
dengan
menggunakan plastik. Panel dan instrument selanjutnya disimpan
dalam gudang
penyimpanan atau biasa disebut dengan gudang bongkar. Pada
kegiatan pembongkaran
-
10
chasis ini, terdapat batasan waktu yaitu sekitar 105 menit untuk
tiap unit chasis. Setelah
chasis dibongkar, maka chasis bus akan dikirimkan ke lapangan
parkir chasis.
2.6.3 Departemen Mekanik Bus
Departemen ini memiliki beberap tugas, sebagai berikut:
1. Mengebor chasis atau sering disebut memasang plandes pada
chasis bus agar
rangka tidak langsung menempel pada chasis sehingga chasis tidak
terkena las.
2. Memasang sistem suspensi udara (air suspension).
3. Memperbaiki bus yang mogok atau mesinnya sudah rusak.
Dengan jumlah pekerja ada 25 orang dan 1 supervisor, target
waktu proses
produksi pada departemen ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan dan pemasangan air suspension sebanyak-banyaknya
3-4 unit per
minggu.
2. Pemasangan plandes sebanyak 2 unit per hari.
Bagian Mekanik Bus ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu:
1. Air Suspension, terdiri dari tiga stall, yaitu:
a. Stall 1, merupakan stall penyedia komponen yang bertugas
membuat bracket
dan menyediakan peralatan untuk air suspension.
b. Stall 2, bertugas untuk melakukan setting atau pemasangan
bracket.
c. Stall 3, merupakan stall finishing yang bertugas memasang
seluruh instalasi air
suspension, seperi berikut ini:
1) enam unit air bag (2 di belakang dan 4 di depan), fungsinya
untuk
meredam getaran.
2) tiga air spring valve, digunakan untuk regulator atau menjaga
tekanan
udara, setiap satu air spring valve menggunakan dua air bag.
3) dua air tank valve, digunakan untuk tempat persediaan udara
yang diambil
dari gudang komponen, satu di belakang dengan kapasitas 40 liter
dan satu
lagi depan dengan kapasitas 20 liter.
4) Pilot valve, digunakan untuk memaksimalkan air bag agar dapat
naik
secara bersamaan sehingga dapat meredam getaran bus.
2. Plandes
Ada dua jalur produksi dengan total pekerja 6 orang. Pemasangan
plandes
kurang lebih ada 24 buah. Bahan plandes didapat dari gudang kaca
yang diproduksi
sendiri. Target pemasangan plandes adalah 1 bus/hari/jalur.
-
11
2.6.4 Departemen Dies Shop (Bengkel)
Departemen ini tidak terlibat secara langsung dengan proses
produksi, tetapi
memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan
produksi. Tugas
yang dilakukan dalam Departemen Dies Shop ini adalah membuat
alat bantu untuk
menunjang kegiatan produksi. Misalnya, membuat cetakan untuk
komponen body
kendaraan, plunge, pisau atau perkakas untuk departemen
komponen.
Urutan proses pembuatan cetakan yaitu sebagai berikut:
1. Pembuatan prototype cetakan, yang dilakukan oleh Departemen
Engineering.
2. Pengukuran dan penggambaran.
3. Perencanaan pembuatan bentuk cetakan.
4. Pemesanan bahan untuk membuat cetakan.
5. Pemotongan bahan sesuai dengan bentuk yang telah
direncanakan.
6. Cutting dan pengelasan hingga menjadi bahan baku.
7. Machining, yang dilakukan dengan menggunakan mesin CNC.
8. Finishing, yang dilakukan dengan menggunakan gerinda
manual.
Bahan yang digunakan untuk membuat cetakan adalah besi cork
arena besi cor
mudah dimodifikasi dan mudah diperbaiki jika cacat serta besi
cor memiliki serat.
Waktu yang diperlukan dalam membuat cetakan ini tergantung dari
besar dan bentuk
cetakan yang dibuat. Semakin rumit bentuknya, semakin lama waktu
yang diperlukan
untuk membuat cetakan tersebut karena membutuhkan tools yang
banyak.
Pembuatan cetakan dibedakan menjadi dua, yaitu dengan model
kemudian di copy
atau langsung membuat cetakan dengan menggunakan program
computer, tetapi
membuat dengan program yang lebih sulit karena rumitnya model
yang dibuat. Cetakan
terdiri atas: bagian male dan female dengan jarak keduanya
sebesar 1 plat. Cetakan yang
sudah jadi dikirim ke Departemen Komponen (Press Shop) yang
digunakan untuk
memproduksi komponen yang akan dikirim ke bagian
Sub-Assembly.
2.6.5 Departemen Press Shop (Komponen)
Departemen Press Shop sebgai bagian dari lantai produksi
mempunyai peranan
untuk memproduksi komponen-komponen kendaraan bus atau minibus.
Dalam
departemen ini terdapat mesin-mesin yang digunakan untuk
membentuk bahan baku
plat menjadi komponen. Tugas yang dilakukan departemen ini,
antara lain:
-
12
1. Mencetak plat lembaran menjadi komponen-komponen bus dan
minibus.
Komponen-komponen tersebut meliputi: rangka, pintu, panel kanan,
panel kiri,
panel depan, dan panel atas. Jumlah komponen yang diproduksi
tergantung pada
jumlah pesanan yang masuk.
2. Mensuplai kebutuhan Departemen Body Welding.
Proses-proses yang terdapat dalam Departemen Press Shop, adalah
sebagai berikut:
1. Cutting (Pemotongan)
Setelah plat yang dipesan datang, maka dilakukan proses
pemotongan plat
dengan menggunakan mesin pemotong plat menjadi lembaran-lembaran
potongan
plat sesuai dengan perencanaan Departemen Engineering. Prinsip
kerja dari mesin
potong yang dimiliki PT. Adi Putro Wira Sejati adalah
menggunakan motor listrik
sebagai penggeraknya. Pada alat tersebut terdapat suatu tombol
yang diletakkan di
bawah, dimana untuk menekannya menggunakan kaki sehingga pada
saat ditekan,
maka pisau dari mesin tersebut yang semula berada di atas akan
bergerak turun
untuk memotong plat yang telah diukur dan diberi tanda
sebelumnya.
Selain mesin potong di atas, ada juga mesin yang berfungsi untuk
memotong
plat, antara lain:
a. Mesin TAMING (tebal maksimal 1,4 mm)
b. Mesin EDWARD (tebal maksimal 1,2 mm)
c. Mesin RRC (tebal maksimal 4 mm)
d. Mesin Vibro
2. Plat dicetak (di-press)
Setelah gulungan plat dipotong menjadi beberapa potong plat,
maka plat
dicetak menggunakna mesin press dan dibentuk menggunakan dies
atau matras
(cetakan) sesuai dengan permintaan yang ada. Setiap dies
mewakili satu bentuk
bagian minibus. Untuk bagian lainnya terdapat dies yang berbeda.
Penggunaan dies
dilakukan dengan cara meletakkan plat yang akan dibentuk ke atas
dies yang
sesuai. Setelah plat ditempatkan di dies, proses pencetakan plat
dilakukan dengan
menggunakan beberapa mesin pencetak plat yang dimiliki
Departemen Press Shop.
Adapun beberapa mesin pencetak plat yang ada, antara lain:
a. Mesin Press Besar
1) Mesin Minchang
2) Mesin Inoue Besar
3) Mesin MD
-
13
3. Proses Bending (Penekukan)
a. Mesin Press Kecil
1) Mesin Inoue Kecil
2) Mesin LVD
3) Hong
4. Membentuk Lubang Plat (Punch)
Setelah plat dibentuk, diperlukan beberapa lubang yang digunakan
untuk
memasukkan bagian lain. Misalnya pada pintu diperlukan lubang,
untuk
memasukkan anak kunci, dan sebagainya. Proses memeberi lubang
pada plat
dilakukan dengan menggunakan mesin punch (yang dimiliki PT. Adi
Putro Wira
Sejati berjumlah 3 buah dengan kapasitas masing-masing yaitu 20,
40, dan 60 ton).
Mesin punch yang dimiliki ada dua macam, antara lain mesin punch
dengan sistem
hidrolis, dan mesin punch yang mengginakan mekanisme belt dan
motor listrik.
5. Proses Bumping
Proses bumping merupakan proses membentuk plat menjadi suatu
komponen
dengan cara memposisikan plat pada jig lalu operator memukul
bagian yang akan
ditekuk dengan palu.
6. Pemotongan Plat yang Tidak Digunakan
Setelah semua plat dibentuk dan diberi lubang, ada beberapa
hasil plat yang
tidak digunakan, maka harus dipotong dan dibuang. Contohnya,
pada tempat kaca
kendaraan, penutup ban, dan selebor dimana ban harus terlihat
dari samping. Oleh
karena itu, tempat kaca dan plat penutup ban harus dipotong dan
dibuang dengan
menggunakan plasma (pemotongan dengan mesin las pada plat/wire
cutting) yang
memiliki spesifikasi pemotongan maksimal 5 mm.
2.6.6 Departemen Sub-Assy Minibus
Komponen yang telah dibuat merupakan bagian minibus yang
terpisah-pisah, maka
perlu penggabungan beberapa komponen tersebut. Penggabungan
beberapa komponen
ini dilakukan di Departemen Sub-Assy (Sub-Assembly). Pada
departemen ini dapat
dikatakan sebahai perakitan komponen yang sudah dibentuk.
Perakitan dilakukan
dengan menggunakan batuan jig yang kemudian di las menjadi satu.
Beberapa perakitan
komponen yang digabung, yaitu:
1. Pintu bagasi
2. Pintu depan
-
14
3. Rangka front panel
4. Ruang kaca depan dan belakang
5. Engsel
2.6.7 Departemen Body Welding Minibus
Setelah panel dan instrument chasis dilepas dan komponen minibus
telah dibuat,
maka tahap berikutnya adalah penyatuan beberapa bagian komponen
untuk dapat
menjadi sebuah body minibus oleh Departemen Body Welding.
Beberpa tahapan yang
dilakukan departemen ini, yaitu:
1. Plasma
2. Penyambungan lantai
3. Pemasangan side panel
4. Pemasangan pintu samping
5. Pemasangan roof
6. Pemasangan pintu belakang
7. Finishing
Jika dibagi berdasarkan stall, departemen ini terdapat empat
stall yaitu sebagai
berikut:
1. Stall 1
Stall 1 ini melakukan pekerjaan sebagai berikut:
a. Pemasangan bibir lantai
b. Pemasangan lantai (khusus Elf)
c. Pemasangan panel (badan samping)
d. Pemasangan pintu samping
e. Pemangan trap (tingkatan)
2. Stall 2
Stall 2 ini melakukan pekerjaan sebagai berikut:
a. Pemasangan inner (bagian dalam minibus).
b. Pemasangan badan belakang (bumper).
c. Pemasangan atap dengan bantuan las pen.
d. Pemasangan baut untuk bangku dan pintu.
-
15
3. Stall 3
Stall 3 melakukan pekerjaan, yaitu finishing body welding yang
meliputi:
meluruskan sambungan las, merapikan sambungan sebelum masuk ke
Departemen
Putty. Pekerjaan ini dilakukan dengan memukul body menggunakan
palu.
4. Stall 4
Stall 4 mengerjakan pertin, yaitu proses untuk menutupi
sambungan las dengan
timah. Tujuannya agar bagian sambungan tidak mudah berkarat dan
memudahkan
saat proses pendempulan sehingga hasil dempulan rata.
2.6.8 Departemen Putty Minibus
Setelah melewati Departemen Body Welding, selanjutnya minibus
akan diproses di
Departemen Putty untuk dilakukan pendempulan body. Adapun
beberapa tahap yang
dilakukan Departemen Putty antara lain:
1. Pembersihan seluruh body minibus, terdiri dari proses sebagai
berikut:
a. Greasing, pencucian minibus dengan sabun utuk menghilangkan
minyak-
minyak yang melekat pada plat.
b. Phosputting, pelapisan bahan anti karat agar plat tidak mudah
berkarat. Setelah
itu minibus dicuci dengan air biasa yang harus dalam keadaan
panas agar tidak
berkarat.
2. Oven
Tujuan dari proses oven, yaitu agar air kering dan memantapkan
bagian post
putting sehingga tidak mudah mengelupas dan tidak mudah
berkarat. Oven
dilakukan selama kurang lebih 20 menit dalam suhu 90C.
3. Primer epoxy
Membuat warna dasar minibus. Bahan-bahannya terdiri dari
campuran primer
epoxy 5 kg, hardener (pengering) 1 kg dan thiner arcilic 5
liter. Proses ini
dilakukan 2 lapis (2 kali oles)
4. Dempul
Sebelum proses dempul, permukaan body minibus ini dipukul-pukul
agar rata
dan tidak ada bagian yang cekung sehingga memudahkan dalam
proses
pendempulan.
-
16
5. Gosok dempul
Tujuan proses ini adalah untuk meratakan dempulan dengan
menggunakan
kertas gosok nomor 120 dan 185 serta air biasa. Disini dilakukan
QC untuk
mengecek apakah masih ada lubang karena dempulan yang tidak
rata.
6. Epoxy Filler
Epoxy ini dilakukan secara 3 lapis. Epoxy filler berfungsi untuk
menutupi pori-
pori dempul atau lubang-lubang dan luka pada plat.
7. Gosok epoxy
Dilakukan dengan kertas gosol nomor 280, 400, 600 serta air
biasa untuk
mempersiapkan pengecatan agar permukaan plat halus. Setelah itu
dilakukan QC
lagi untuk mengecek lubang karena setelah epoxy, lubang akan
terlihat lebih jelas.
8. Finishing
Merapikan bagian yang masih kurang sempurna karena berlubang.
Hal ini
dilakukan dengan ditambal dengan dempul sekaligus dilakukan
penggosokan serta
untuk mencari cacat pada plat sebelum masuk ke proses painting
atau pengecatan.
2.6.9 Departemen Painting Minibus
Setelah dilakukan pendempulan body minibus, maka minibus dikirim
ke bagian
painting untuk dilakukan pengecatan. Urutan pengecatan minibus
adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan, yang terdiri dari proses-proses sebagai
berikut:
a. Air blow, dengan kompresor angin dan harus ada sirkulasi
udara agar debu
tidak menempel kembali di body minibus.
b. Wash bensin, dengan bensin yang sudah disuling agar bensin
tidak menguap.
c. Tack cloth, meminimalkan debu yang menempel di panel dengan
cara bahan
tack cloth ini ditempelkan di panel minibus.
d. Penutupan bagian-bagian yang tidak boleh terkena cat, seperti
mesin, stir,
perseneleng, ban, dan komponen elektrik.
2. Pengecatan.
a. Untuk solid: satu kali pengecatan langsung selesai.
b. Untuk metallic: dicat dan setelah itu dipernis
3. Flash of, yaitu jeda atau tenggang waktu (10 menit) untuk
menuntaskan cat
sebelum masuk ke oven.
-
17
4. Oven, proses ini dilakukan selam 45 menit dengan temperatur
80C. Jika order
banyak, waktu oven bisa dipersingkat, tetapi temperaturnya
dinaikkan.
5. Rehack, proses ini dilakukan oleh bagian QC. QC akan
memeriksa apakah ada
cacat, misalnya goresan.
6. Pelapisan anti karat
2.6.10 Departemen Trimming Minibus
Setelah minibus dicat, maka langkah selanjutnya adalah memasang
semua panel
dan instrument chasis yang telah dilepas sebelumnya. Pemasangan
ini dilakukan oleh
Departemen Trimming. Departemen ini terdiri dari 3 stall,
yaitu:
1. Stall 1, pemasangan peredam, pemasangan triplek, dan cover
interior.
2. Stall 2, pemasangan kabel-kabel lampu, pemasangan lantai, dan
cover lantai,
pemasangan kaca (yang tidak berhubungan dengan plafon minibus),
pemasangan
plafon atau ducting.
3. Stall 3, pemasangan AC, pemasangan bangku, pemasangan kaca
seluruhnya, sealen
(proses menutupi pinggiran-pinggiran kaca dengan cairan sejenis
karet)
Setelah semua proses diatas dilakukan, maka minibus akan
melewati proses shower
test untuk memeriksa apakah masih ada bagian yang bocor.
2.6.11 Departemen Finishing Minibus
Sebelum mobil dikirim ke konsumen, maka perlu tahap finishing.
Tugas yang
dilakukan di departemen ini antara lain:
1. Menambal dempul atau cat yang masih cacat.
2. Memoles ulang panel
3. Mengelap body
4. Pembersihan bagian-bagian yang kotor
5. Pencarian bagian yang cacat
6. Mengecat ulang jika masih ada cacat atau warna yang tidak
kontras (kurang merata)
7. Menempelkan sticker logo, film kaca, dan emblem logo Adi
Putro.
2.6.12 Departemen Fiber
Tugas-tugas yang dilakukan Departemen Fiber, antara lain:
membuat dashboard,
bumper depan, bumper belakang bus, pintu yang dibuka ke atas
(pintu belakang
-
18
minibus), dan pipa pada minibus. Di Departemen Fiber terdiri
dari beberapa bagian,
yaitu:
1. ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene)
Bagian ini memproduksi komponen-komponen bus yang terbuat dari
lembaran
ABS. Lembran ABS yang digunakan terdiri dari tiga macam
ketebalan, yaitu 1 mm,
2 mm, dan 3 mm. Adapun produk yang dihasilkan adalah sebagai
berikut:
a. Cover bode
b. Cover dek
c. Cover door
d. Cover ducting
e. Cover emergency
f. Cover engsel
g. Plafon bus dan minibus
2. Ruang Inject atau Intergral
Adapun produk yang dihasilkan untuk bagian bus, adalah sebagai
berikut:
a. Cover vertical L dan T
b. Cover horizontal
c. Cover travego
d. Cover radius belakang
Sedangkan produk yang dihasilkan bagian ini untuk bagian
minibus, yaitu:
a. Cover striker
b. Cover pilar belakang
c. Cover AB
d. Cover engsel
e. Cover horizontal
f. Cover T
3. Fiber
Produk yang dihasilkan oleh bagian Fiber, antara lain:
a. Seluruh bagian dashboard
b. Toilet
c. Ducting
d. Bumper
4. Putty Fiber
Proses yang terjadi pada bagian putty fiber ini yaitu:
-
19
a. Penggosokan seluruh permukaan yang diinginkan agar produk
fiber halus.
b. Pengolesan thiner pada permukaan
c. Pendempulan
d. Penggosokan dengan air
e. Pengecatan atau penyemprotan epoxy
2.6.13 Departemen Sub-Assy Bus
Proses produksi secara umum yang dilakukan pada Departemen
Sub-Assy Bus
adalah sebagai berikut:
1. Merakit pipa sesuai jig
2. Mengelas bagian-bagian pipa yang akan disambungkan
3. Menggerinda bagian-bagian rakitan pipa yang sudah jadi, yang
bertujuan untuk
merapikan produk yang telah selesai di las.
4. Melakukan proses epoxy yang merupakan sebuah proses
pengecatan dasar produk,
dimana warna cat tersebut adalah grey atau abu-abu
5. Menggerinda rakitan pipa
6. Memasang rakitan
7. Memasang rakitan pipa dengan plat sesuai dengan jenis
komponene yang dibuat.
Pada Departemen Su-Assy terdapat empat area yaitu:
1. Area A yang bertugas memproduksi bagasi barang, bagasi ACCU,
bagasi
ornament, wheel house, inner connector, kuda-kuda ducting, meja
kaca.
2. Area B yang bertugas memproduksi outerback panel, rumah
lambu, engsel bagasi,
wheel dop bracket, rangka tandon air, rangka bumper belakang,
rangka sun roof,
brecket, BCM 1.
3. Area C yang bertugas memproduksi BCM 2-10, rangka penahan
lumpur, rangka
spanten, belalai belakang, rangka variasi travego.
4. Area D yang bertugas memproduksi pintu, back pane, front
panel, dan pintu
emergency.
2.6.14 Departemen Rangka
Rangka hanya digunakan untuk bus, sedangkan untuk minibus tidak
perlu
menggunakan rangka (langsung dengan body yang dibuat di
Departemen Body
Welding). Cara memindahkan rangka bus dari satu stall ke stall
yang lain dengan cara
didorong manual.
-
20
Divisi rangka bekerja berdasarkan surat keterangan lisan dari
Marketing, tidak
menunggu SPK (Surat Perintah Kerja) diturunkan. Asalkan dari
pihak marketing sudah
memberitahukan spesifikasi tentang modelnya dan jenis chasis
(tiap chasis punya
karakter yang berbeda-beda), tipe lampunya (yang mempengaruhi
front dan side panel),
tipe AC (yang mempengaruhi posisi bracket dan roof), dan ada
toilet atau tidak.
2.6.15 Departemen Panelling (Welding Bus)
Pada paneling, pembuatan side panel dan atap dibuat oleh
Departemen Panelling
sendiri. Sehingga material berupa bahan baku berupa gulungan
plat dilektakkan pada
Departemen Panelling. Pada Departemen Panelling ada 5 stall
(stasiun kerja), antara
lain:
1. Stall 1, melakukan pemasangan cup, pillar, connectoe, roof
depan bagian atasdek
lumpur, engine lid (bagasi mesin), side middle, side front.
2. Stall 2, melakukan pemasangan side panel, bagasi barang,
travego, bagasi aki.
3. Stall 3, melakukan pemasangan pintu, back panel, bagasi
sirip, lantai, bagasi
radiator, bagasi tambahan, dehicter (siku dalam), plafon,
connector wheel house,
wheel house, inner connector.
4. Stall 4, melakukan pemasangan lantai bagasi, dinding bagasi,
dek bagasi tambahan,
tutup BCM, tutup solar depan dan belakang, bracket bumper depan
dan belakang,
bracket lampu depan dan belakang, trap depan dan belakang
(tangga), tutup
dashboard depan, trap depan keseluruhan, trap mesin belakang,
flat, bibiran AC,
dek bagasi tambahan, bracket tandon dan bracket septictank.
5. Stall 5, melakukan finishing (tukang teter)
2.6.16 Departemen Putty Bus
Pada Departemen Putty Bus dibagi menjadi 6 stall, yaitu:
1. Epoxy Primer, tahap-tahap dalam epoxy primer adalah sebagai
berikut:
a. Bus disemprot dengan pompa angin untuk menghilangkan debu
yang
menempel.
b. Wash bensin (pencusian dengan bensin) agar debunya
benar-benar bersih
sebelum di-primer.
c. Masuk ruangan epoxy primer selama 2,5 jam, Akan tetapi,
sebelum primer,
bagian-bagian seperti stire, ban, mesin, kabel, perseneling, dan
komponen
-
21
elektrik harus ditutupi agar tidak terkena epoxy dan tidak
merubah warna
aslinya.
2. Dempul
3. Gosok dempul
4. Epoxy
5. Gosok epoxy
6. Finishing
2.6.17 Departemen Painting Bus
Pada Departemen Painting Bus ada beberapa macam proses painting,
yaitu:
1. Untuk bentuk yang sederhana, operator membuat gambar pada
body bus dengan
bantuan mal (pola gambar yang terbuat dari kertas karton) yang
ditempelkan pada
body bus. Pola yang sudah tergambar pada body bus kemudian
ditelusuri dengan
menggunakan selotip kertas. Selanjutnya dilakukan pengecatan
pada pola tersebut
dengan menggunakan air brush. Sebelumnya, daerah di luar pola
ditutup dengan
kertas koran agar tiddak terkena cat.
2. Untuk bentuk yang lebih rumit, pembuatan pola juga dilakukan
dengaa bantuan
mal. Mal yang dibuat tidak sedetail gambar yang dibuat.
Selanjutnya operator
mengecat mengkuti pola tersebut dan melukis gambar yang
diinginkan pada body
bus. Proses ini memerlukan operator dengan keahlian khusus.
3. Untuk gambar yang full, maka proses painting tidak
menggunakan cat tetapi stiker.
Sebelum stiker ditempel, body disemprot terlebih dahulu dengan
air shampoo. Air
shampoo ini memudahkan operator untuk mengatur letak stiker,
karena stiker tidak
mudah melekat pada body. Pemasangan stiker dibagi menjadi bagian
atas dan
bagian bawah.
2.6.18 Departemen Trimming Bus
Pada Departemen Trimming Bus ada 6 stall dan 1 stall elektrik,
diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Stall 1, melakukan pemasangan triplek untuk lantai penumpang
dan karpet bagasi,
peredam mesin, peredam panas ruangan penumpang, list pintu dan
karet
aluminium, sealer stripping body, handle pintu dan handle
bagasi, sun roof.
-
22
2. Stall 2, melakukan pemasangan kaca samping, karpet supir,
lantai supirm trap,
lantai bagasi, plafon, atap, dek samping, toilet, lampu depan
dan lampu belakang,
serta bumper depan dan bumper belakang.
3. Stall 3, melakukan pemasangan ducting, kaca depan belakang,
sealer kaca depan
samping belakang, ducting tambahan belakang, lampu mayang depan
belakang,
lampu bagasi, lampu trap pintu, lampu interior.
4. Stall 4, melakukan pemasangan spion kiri kanan, finishing
toilet, smoking area, rak
ducting, louver AC dan speaker, dashboard, cover pillar kaca,
tempat TV, laci
sopir, serta laci VCD.
5. Stall 5, melakukan pemasangan karpet lantai penumpang, tutup
ducting, emergency
hammer, komponen elektrik di dashboard, rel gorden.
6. Stall 6, melakukan pemasangan gorden, finishing elektrik,
pengecekan interior,
bangku penumpang, ban serep dan partisi, spion dalam, cover LCD
tengah, water
test, full emblem.
7. Stall elektrik, bertugas untuk memasang instalasi listrik
bus. Dibagi menjadi dua
bagian yaitu bagian lapangan dan bagian rakitan. Bagian lapangan
bertugas untuk
memasang rakitan langsung ke bus, sedangkan bagian perakitan
bertugas merakit
listrik di stall elektrik.
2.6.19 Departemen Finishing Bus
Tugas yang dilakukan pada Departemen Finishing bus antara
lain:
1. Pembersihan bagian-bagian yang kotor
2. Pengecekan kekurangan, cacat dan kerapian
3. Perbaikan kerusakan atau cacat, misalnya kebocoran, atau
plafon yang kurang rapi.
Departemen ini juga bertugas untuk mengecek apakah masih ada
kebocoran pada
bus atau tidak. Hal tersebut dilakukan dengan shower test
sebelum bus dilakukan proses
finishing akhir. Shower test ini akan mengeluarkan air dari
segala arah. Bus yang akan
dicek, ditempatkan di bawah shower test tersebut selam 15
menit.
2.6.20 Departemen Maintenance
Departemen maintenance merupakan deepartemen umum yang bertugas
menangani
kerusakan dan melakukan perawatan di semua bagian perusahaan.
Tugas departemen
maintenance antara lain:
-
23
1. Melakukan perawatan dan perbaikan alat-alat atau mesin-mesin
yang digunakan
dalam aktivitas produksi (biasanya alat-alat yang sering rusak
adalah mesin las dan
gerinda)
2. Bertanggung jawab dalam pengadaan instalasi.
3. Menghandle semua alat-alat produksi
4. Memanasi genset yang dilakukan seminggu sekali
5. Perawatan oven di Departemen Painting Bus dan Minibus.
Tugas pengadaan instalasi biasanya dilakukan pada hari Sabtu dan
Minggu agar
tidak mengganggu jalannya proses produksi. Di samping itu, jika
ada kerusakan alat,
maka kegiatan perbaikan dilakukan hingga alat tersebut dapat
digunakan lagi, bahkan
harus bekerja diluar jam kerja (lembur).
Bagian maintenance ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu Bagian
Elektronika dan
Bagian Mekanik. Masing-masing bagian bertugas menangani bagian
elektronika dan
bagian mekanik alat-alat produksi.
2.7 Sistem Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas atau quality control adalah suatu usaha
untuk
mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan
agar sesuai dengan
spesifikasi produk yang telah ditetapkan. Jika diamati, sistem
pengendalian kualitas
yang dilakukan PT. Adi Putro Wira Sejati ini sebenarnya dapat
dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Sistem pengendalian kualitas dalam departemen
Beberapa departemen memiliki seorang pengendali kualitas yang
bertugas
untuk melakukan pengecekan terhadap produk yang akan dikirim ke
departemen
berikutnya. Beberapa departemen yang memiliki seorang pengendali
kualitas di
dalamnya adalah Departemen Panelling (Welding Bus) dan
Departemen Putty. Pada
Departemen Panelling, seorang pengendali kualitas menggunakan
lembar
pemeriksaan welding bus untuk memudahkan pemeriksaan terhadap
pemasangan
panel pada bus, pengendali kualitas mengecek apakah panel pada
bus sudah
terpasang dengan posisi dan ukuran yang tepat atau tidak.
2. Sistem pengendalian kualitas antar departemen
Aktivitas ini dilakukan dengan pengecekan ulang produk yang
sedang
dikerjakan, sebelum dikirim ke departemen selanjutnya. Jika
pengecekan telah
selesai dilakukan, maka orang yang bertugas akan mengisi
lembaran serah terima
-
24
departemen, dan akan menyerahkannya kepada departemen berikutnya
yang juga
akan memverifikasi jenis pengecekan yang dilakukan oleh
departemen sebelumnya.
Oleh karena itu, departemen yang akan menemukan kecacatan
tersebut akan
mengirimkan action log kepada departemen sebelumnya untuk
memperbaiki
kesalahan yang ada. Action log merupakan lembar daftar kesalahan
yang dituliskan
oleh departemen yang menemukan kesalahan. Lember action log
mencakup uraian
masalah, long time (waktu yang hilang yang diperlukan untuk
melakukan perbaikan
kesalahan), tindakan yang harus dilakukan untuk pembenahan,
serta tujuan
department yang seharusnya menangani kesalahan tersebut.
3. Sistem pengendalian terpusat
Sistem ini dilakukan oleh Departemen Engineering. Beberapa
orang
Departemen Engineering akan melakukan pengecekan produk yang
sedang
diproses di beberapa departemen. Jika terdapat beberapa masalah
atau cacat pada
produk, maka Departemen Engineering akan memberikan solusi untuk
menangani
cacat yang terjadi pada departemen yang bersangkutan.
2.8 Manajemen Perawatan pada Departemen Maintenance
Perawatan mesin di PT. Adi Putro Wira Sejati menekankan pada
Autonomous
Maintenance yang dilakukan masing-masing operator tiap
departemen, Preventive
Maintenance (PM) yang dilakukan setiap satu bulan sekali
(perawatan terencana), dan
Breakdown Maintenance yang dilakukan apabila ada mesin yang
rusak (perawatan tidak
terencana). Berikut ini adalah penjelasan yang lebih terperinci
mengenai jenis-jenis
perawatan yang diterapkan di PT. Adi Putro Wira Sejati:
1. Autonomous Maintenance
Autonomous maintenance adalah perawatan yang dilakukan oleh
masing-
masing operator pada tiap departemen. Perawatan ini sangat
penting karena dapat
mengurangi tingkat kerusakan pada mesin. Tiap-tiap operator
dapat melakukan
perawatan ini dengan cara membersihkan peralatan yang telah
dipakai,
menghilangkan debu yang menempel atau membersihkan lingkungan
kerjanya,
agar mesin dan alatnya lebih awet
2. Preventive Maintenance
Dalam hal ini pihak Departemen Maintenance melakukan
perawatan
berdasarkan petunjuk perawatan (biasanya berupa jadwal
perawatan) yang terdapat
pada masing-masing mesin misalnya penggantian oli setiap 3 bulan
sekali, dapat
-
25
pula berdasarkan pengalaman data-data yang terdapat pada
maintenance record.
Preventive Maintenance di PT. Adi Putro Wira Sejati biasanya
dilakukan pada hari
Minggu, dimana tidak ada aktivitas produksi.
3. Breakdown Maintenance
Selain kedua perawatan diatas, perawatan yang paling sering
terjadi adalah
breakdown maintenance. Breakdown maintenance adalah perawatan
yang
dilakukan ketika mesin atau alat tiba-tiba mati (mogok).
Perawatan ini tidak
terjadwal dan bisa dikurangu dengan meningkatkan autonomous
maintenance. Jika
para operator masing-masing alat mau membersihkan dan merawat
alat yang
digunakan maka breakdown maintenance akan berkurang dan
efektivitas bekerja
akan meningkat karena tidak ada waktu tunggu untuk perbaikan
alat.
Ada dua jenis kerusakan mesin di PT. Adi Putro Wira Sejati,
yaitu kerusakan
ringan dan berat. Kerusakan ringan terjadi jika mesin sering
mati dan dapat diperbaiki
dengan cepat, sedangkan kerusakan berat terjadi jika mesin
terbakar dan perlu waktu
untuk memperbaikinya. Jika ada mesin yang rusak maka akan
langsung diperbaiki oleh
operator Departemen Maintenance, namun bila ada kerusakan yang
cukup berat, maka
proses dilanjutkan dengan menggunakan mesin cadangan (jika ada),
sehingga tidak
menghambat jalannya proses produksi. Apabila kerusakan mesin
terlalu berat dan
karena adanya faktor keterbatasan waktu dan tenaga kerja di
departemen maintenance,
maka mesin diperbaiki oleh teknisi yang di datangkan dari luar
perusahaan.
2.9 Keselamatan Kerja dan Hygiene Perusahaan
Hasil yang optimal dan efisien dalam melaksanakan proses
produksi dapat
diperoleh dengan meningkatkan ketelitian dan keselamatan.
Mengingat proses produksi
yang cukup beresiko, para pekerja wajib mengikuti peraturan
keselamatan kerja yang
berkaitan dengan alat, bahan, dan benda kerja.
Di dalam pelaksanaan proses produksinya, PT. Adi Putro Wira
Sejati menggunakan
prinsip 5R pada setiap departemennya. Adapun prinsip 5R ini
diadaptasi dari istilah
Jepang, yaitu 5S atau dalam bahasa Inggrisnya disebut CAN-DO.
Prinsip 5S adalah
sebagai berikut:
1. Ringkasi (Seiri)
Meringkas dan menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan
dari area kerja.
2. Rawat (Seiketsu)
-
26
Memelihara area kerja masing-masing, agar ringkas, rapi, dan
resik sehingga
produktivitas dan lingkungan kerja nyaman dan dapat
dipertahankan.
3. Rajin (Shitsuke)
Melatih karyawan untuk memiliki kebiasaan kerja yang baik,
tegas, dan disiplin
dalam menaati aturan kerja yang sudah ditetapkan.
4. Rapi (Seiton)
Pengaturan barang yang dibutuhkan sehingga tersusun dengan rapi
dan dapat
diambil atau dipilih dengan mudah.
5. Resik (Seiso)
Membersihkan area kerja masing-masing setiap kali selesai
bekerja sehingga tidak
ada debu di lantai, mesin, atau peralatan serta agar alat kerja
tidak berserakan.
Beberapa contoh tindakan yang berkaitan dengan keselamatan kerja
para pekerja
yang telah dilakukan oleh PT. Adi Putro Wira Sejati adalah
sebagai berikut:
1. Menggunakan sarung tanga saat mengangkat plat atau pipa besi
untuk melindungi
tangan dari bagian-bagian besi yang tajam.
2. Pada Departemen Fiber, pekerja diwajibkan menggunakan masker
dari kain untuk
mencegah masuknya serat-serat fiber ke dalam saluran
pernafasan.
3. Pada Departemen Painting, pekerja juga diwajibkan menggunakan
masker dari
plastik dan karet untuk mencegah masuknya butiran-butiran halus
cat ke dalam
saluran pernafasan.
4. Tersedianya tabung pemadam kebakaran (PMK) di berbagai
tempat.
-
27
2.11 Pemasaran
Produk-produk PT. Adi Putro Wira Sejati dipasarkan ke seluruh
pelosok Indonesia,
meliputi: Jawa, Kalimantan, Sumatra, Nusa Tenggara, dan daerah
lainnya.
2.12 Produk
Produk-produk PT. Adi Putro Wira Sejati dipasarkan ke seluruh
pelosok nusantara.
Kualitas produk, kelengkapan jenis produk untuk mengantisipasi
keragaman selera
konsumen, dan jaringan distribusi yang luas, adalah modal utama
yang mengkokohkan
keberadaan PT. Adi Putro Wira Sejati di Indonesia. Berikut ini
adalah beberapa produk
PT. Adi Putro Wira Sejati:
2.13 Pengolahan Limbah
PT. Adi Putro Wira Sejati tidak menghasilkan limbah berupa
cairan maupun gas
karena menggunakan sistem blower yang akan bersikulasi kembali.
Sistem kerja blower
ini yaitu bagian atas berfungsi untuk mendorong dan bagian bawah
berfungsi untuk
menghisap kotoran.
Akan tetapi PT. Adi Putro Wira Sejati menghasilkan limbah padat
berupa sisa-sisa
kain lap atau kerak painting. Limbah padat tersebut dikumpulkan
dan dibuang ke
tempat sampah. Barang-barang sisa juga dijual kembali oleh pihak
penjualan sehingga
akan menambah keuntungan perusahaan. Barang-barang sisa yang
dijual berupa: koran
bekas, kertas bekas, kardus, karet, kabel, kawat, besi, fiber,
plat, dan kaleng.
-
28
BAB III
TINJAUAN PROSES PRODUKSI
3.1 Bahan Baku
Bahan utama yang dibutuhkan PT. Adi Putro Wira Sejati untuk
membuat body bus
atau mini bus adalah plat besi. PT. Adi Putro Wira Sejati
memesan plat besi dari sebuah
perusahaan bernama PT. POSMI STEEL INDONESIA, yaitu perusahaan
pembuat plat
yang cukup besar di Indonesia. Plat yang dipesan, dikirim dalam
bentuk gulungan
dengan ukuran dan spesifikasi berdasarkan pesanan PT. Adi Putro
Wira Sejati.
3.2 Mesin dan Perlatan Pendukung Proses Produksi
Fasilitas-fasilitas penunjang di PT. Adi Putro Wira Sejati
adalah berupa mesin-
mesin produksi untuk membantu proses pengerjaan produksi. Mesin
dan peralatan yang
digunakan antara lain:
1. Mesin sekrap
2. Mesin frais
3. Mesin las listrik (SMAW)
4. Mesin las MIG (Metal Inert Gas)
5. Mesin las LPG
6. Mesin Band Saw
7. Gerinda tangan
3.3 Proses Produksi Minibus
Minibus adalah chasis yang diubah menjadi sebuah kendaraan
melalui berbagai
penggabungan atau assembling body di setiap bagiannya. Untuk
memproduksi suatu
minibus di PT. Adi Putro Wira Sejati terdapat beberapa bagian
departemen yang saling
mendukung satu sama lain. Sebuah chasis harus melewati semua
departemen yang ada,
dimana setiap departemen memiliki tugas masing-masing untuk
menunjang
pembentukan sebuah minibus. Berikut beberapa departemen yang
terkait dalam proses
produksi minibus:
1. Departemen Engineering
2. Departemen Pembongkaran Chasis
3. Departemen Dies Shop
-
29
4. Departemen Press Shop
5. Departemen Sub-Assy Minibus
6. Departemen Body Welding
7. Departemen Putty Minibus
8. Departemen Painting Minibus
9. Departemen Fiber
10. Departemen Trimming Minibus
11. Departemen Finishing Minibus
Di setiap departemen membutuhkan kinerja yang benar agara ketika
chasis
berpindah dari suatu departemen ke departemen lainnya tidak
ditemukan kesalahan atau
trobel yang dapat mengakibatkan perlunya waktu yang lebih lama
untuk melakukan
perbaikan terlebih dahulu. Berikut ini adalah diagram alir
pembuatan body minibus:
-
30
Gambar 3.1. Diagram Alir Pembuatan Body Minibus
Proses pembuatan sebuah minibus di PT. Adi Putro Wira Sejati
terdiri dari
beberapa tahapan, antara lain sebagai berikut:
1. Perencanaan model sebuah minibus (Departemen
Engineering).
2. Merealisasikan dalam bentuk gambar (Departemen Engineering
bagian Drafter).
3. Pelepasan panel-panel dan istrumen chasis (Departemen Bongkar
Chasis)
4. Penyedia cetakan atau dies (PT. Adi Putro Wira Sejati
menyebutnya matras) oleh
Departemen Dies Shop.
5. Penyediaan bahan untuk mencetak (Departemen Press Shop).
6. Penyambungan komponen (Departemen Sub-Assy).
-
31
7. Perangkaian body minibus (Departemen Body Welding).
8. Pendempulan (Departemen Putty Minibus).
9. Pengecatan (Depatemen Painting Minibus).
10. Pemasangan Interior (Departemen Trimming Minibus)
11. Finishing (Departemen Finishing Minibus).
3.4 Proses Produksi Bus
PT. Adi Putro Wira Sejati saat ini lebih dominan dalam pembuatan
bus-bus besar
maupun minibus karena PT. Adi Putro Wira Sejati adalah
perusahaan yang lebih
mengedapankan padat karya maka perusahaan lebih memilih
mesin-mesin semi
otomatis dan menggunakan jig-jig untuk mempercepat proses
produksi. Berikut ini
adalah beberapa departemen yang ada di PT. Adi Putro Wira Sejati
dalam menduking
proses produksi bus dan minibus, antara lain:
1. Departemen Engineering
2. Departemen Pembongkaran Chasis
3. Departemen Dies Shop
4. Departemen Press Shop
5. Departemen Sub-Assy Bus
6. Departemen Rangka
7. Departemen Panelling (Welding Bus)
8. Departemen Putty Minibus
9 Departemen Painting Minibus
10 Departemen Trimming Minibus
11. Departemen Finishing Minibus
Di setiap departemen dibutuhkan kinerja yang benar dan cermat
agar ketika chasis
berpindah dari satu departemen ke departemen lain tidak
ditemukan kesalahan yang
memerlukan perbaikan chasis sehingga bisa menghambat proses
produksi.
-
32
Alur pembuatan bus di PT. Adi Putro Wira Sejati dapat dilihat
pada diagram alir di
bawah ini:
START
Chasis
masuk
Pengeboran Chasis
Perencanaan model
Realisasi dalam
bentuk gambar
Penyediaan bahan
dan pembuatan
komponen
Penyambungan
rangka
Perakitan body bus
Pendempulan
Pengecatan
Pemasangan panel
dan instrumen
Finishing
END
Penggantian
suspensi
Gambar 3.2 Diagram alir pembuatan bus di PT. Adi Putro Wira
Sejati
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai proses-proses
pembuatan minibus atau
bus di PT. Adi Putro Wira Sejati:
-
33
3.4.1 Chasis Masuk
Chasis yang masuk ke PT. Adi Putro Wira Sejati adalah chasis
asli produk
Mercedez Benz, Volvo, dan sebagainya. Chasis yang mesuk umumnya
telah lengkap
dengan sistem kelistrikan, panel-panel instrument, mesin, serta
suspensi pegas daun
(leaf spring suspension).
3.4.2 Pelepasan Panel dan Instrumen
Setelah chasis masuk, dilakukan pelepasan segala macam panel dan
instrumen agar
tidak rusak atau cacat kerena terkena pengelasan, penggerindaan
termasuk cat pada
waktu pengecatan. Panel dan istrumen yang dilepas meliputi:
1. Interior, yang terdiri atas:
a. Instrument lamp
b. Headlining
c. Dashboard
d. Seat
e. Console box
f. Safety belt
2. Eksterior, yang berupa side mirror.
3. Function, yang terdiri atas:
a. Wiper
b. Signal lamp
c. Hazzard lamp
d. Horn
e. Central lock
f. Battery (ACCU)
Selain parameter yang dikemukakan, juga dilakukan pelepasan
terhadap ban
cadangan, setir, serta dilakukan pembungkusan semua socket kabel
dengan
menggunakan plastik. Panel dan instrument selanjutnya disimpan
dalam gudang
penyimpanan atau biasa disebut dengan gudang bongkar. Pada
kegiatan pembongkaran
chasis ini, terdapat batasan waktu yaitu sekitar 105 menit untuk
tiap unit chasis. Setelah
chasis dibongkar, maka chasis bus akan dikirimkan ke lapangan
parkir chasis.
-
34
3.4.3 Pengeboran Chasis dan Penggantian Suspensi
Setelah panel daninstrumen dilepas, kenudian dilakukan
pengeboran di Departemen
Mekanik Bus pada chasis sebagai persiapan awal pemasangan
rangka. Jika konsumen
menginginkan penggantian suspensi dari suspensi pegas daun (leaf
spring suspension)
menjadi suspensi udara (air suspension) maka suspensinya akan
dibongkar dan diganti
dengan suspensi udara. Keuntungan penggunaan suspensi udara
dibandingkan dengan
suspensi pegas daun, antara lain:
1. Biaya perawatan yang lebih murah
2. Umur pemakaian lebih lama dan lebih awet, sehingga dapat
menghemat biaya.
3. Lebih nyaman jika dibandingkan dengan pegas daun.
3.4.4 Perencanaan Model
Perencanaan model ini dilakukan oleh Departemen Engineering.
Tugas dari
departemen ini adalah membuat berbagai macam variasi bentruk
sebuah model
kendaraan yang nantinya ditawarkan kepada konsumen. Model yang
akan dibuat
meliputi model luar dan bagian dalam kendaraan. Model ini tidak
hanya berdasarkan
pada model yang dibuat oleh Departemen Engineering, tetapi juga
bisa berdasarkan
pada permintaan dan keinginan konsumen.
Selain merencanakan model. departemen ini juga mengaplikasikan
modelnya dalam
jig. Jig dapat dikatakan sebagai rangka utama dari model
kendaraan yang akan dibuat.
Jig ini berfungsi menjaga kepresisian bentuk suatu bus sehingga
pada proses
penggabungannya akan tetap presisi. Keuntungan penggunaan jig
adalah sebagai
berikut:
1. Pekerjaan yang dilakukan lebih efisien serta tidak
membutuhkan banyak tenaga dan
waktu, sehingga dapat menghemat biaya.
2. Meskipun jig digunakan berulang-ulang hasilnya akan tetap
baik, akurat, dan
presisi.
3. Hasilnya akan tetap mulus seperti bentuk semula karena tidak
mendapat pukulan
dan tidak memerlukan banyak dempul dalam proses
pengecatannya.
Prinsip utama jig ini yaitu dengan melakukan pencekaman pada
plat alat profil baja
yang akan dibuat menjadi bagian bus menggunakan pencekam (clamp)
yang sudah
terpasang dan di setting pada jig. Penggabungan komponennya
dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin las listrik atau masin las MIG.
-
35
3.4.5 Realisasi dalam Bentuk Gambar
Model yang telah direncanakan digambar dengan menggunakan
software AutoCAD
oleh Departemen Engineering bagian drafter. Kemudian hasilnya
dicetak ke dalam
sebuah kertas sehingga dapat mempermudah karyawan dalam
mengerjakannya.
3.4.6 Penyediaan Bahan dan Pembuatan Komponen
Setelah departemen Engineering merencanakan model dan
merealisasikannya
dalam bentuk gambar, kemudian Departemen Komponen mempersiapkan
bahan plat
sebagai komponen utama dan dibuat dengan cara dicetak sesuai
dengan model yang
telah digambarkan sebelumnya. Dalam pembautan komponen di
departemen ini ada
beberapa tahapan yang harus dilalui, antara lain:
1. Pemotongan (cutting) yaitu pemotongan plat dengan menggunakan
mesin press dan
mesin potong sesuai dengan dimensi dan bentuk yang dirancang
sebelumnya.
2. Pencetakan plat yaitu proses dimana plat hasil potongan
sebelumnya ditempatkan
pada mesin press komponen yang ada untuk dibentuk.
3. Pembentukan lubang pada plat yaitu plat yang sudah dicetak
kemudian diplong
dengan mesin press untuk bagian-bagian tertentu.
4. Pemotongan bagian yang tidak digunakan yaitu pemotongan pada
bagian tepi hasil
pengepresan. Bagian ini biasanya bergelombang karena tekanan
pengepresan.
3.4.7 Penyambungan Rangka
Rangka yang telah dibuat merupakan bagian bus yang
terpisah-pisah, maka
diperlukan penggabungan rangka yang dilakukan di Departemen
Sub-Assy (Sub-
Assembly). Perakitan rangka tersebut dilakkukan menggunakan
bantuan jig yang
kemudian disambung dengan las antara satu sama lain.
Kepresisisan sangat dijaga olrh
departemen ini, pengukurannya dilakukan dalam satuan mm dengan
toleransi antara 1-2
mm.
Departemen ini membutuhkan karyawan cukup banyak mengingat
adanya beragam
jenis bus yang memiliki penggabungan yang berbeda-beda. Target
penyambungan
rangka ini adalah 5 jam untuk 1 buah rangka. Bila permintaan bus
sedang berkurang,
penyambungan rangka akan tetap dilakukan dan menjadikannya stok
untuk permintaan
selanjutnya.
-
36
3.4.8 Perakitan Body Bus
Setelah penyambungan rangka bus selesai dilakukan, tahap
berikutnya adalah
penyatuan beberapa komponen untuk menjadi sebuah body bus,
proses ini dilakukan
oleh Departemen Body Welding. Tahapan-tahapan yang dilakukan
departemen ini untuk
membentuk sebuah body bus adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan plat pada seluruh body bus
2. Pemasangan penyambung lantai.
3. Pemasangan side panel.
4. Pemasangan pintu depan.
5. Pemasangan roof (atap)
6. Pemasangan pintu belakang
7. Finishing yang berupa penggerindaan dan pemotongan bagian
yang tajam atau
tidak diperlukan.
3.4.9 Pendempulan (Putty)
Setelah melewati Departemen Body Welding, selanjutnya pengerjaan
bus berlanjut
ke Departemen Putty untuk dilakukan pendempulan. Adapun beberapa
tahapan proses
yang dilakukan di departemen ini adalah sebagai berikut:
1. Epoxy Primer
Sebelum dilakukan pendempulan, body bus dicat terlebih dahulu
dengan dasar
yang berwarna abu-abu. Pengecatan ini dilakukan dengan alat yang
disebut gun
spray.
2. Putty
Setelah dicat dasar, dilakukan pendempulan pada body bus.
Pendempulan ini
dilakukan pada seluruh body bus yang telah di epoxy primer.
Pendempulan ini
melalui beberapa tahap, antara lain:
a. Kondisi plat yang akan didempul diamati terlebih dahulu, mana
saja bagian
yang akan didempul baru kemudian akan dilakukan pendempulan.
b. Hasil pendempulan digosok agar permukaannya halus dan
rata.
c. Dilakukan epoxy filter, yaity pengecatan dasar yang digunakan
untuk menutupi
dempul.
d. Hasil epoxy filter digosok hingga halus dan rata
3. Finishing, meliputi perbaikan lubang-lubang, merapikan bagian
yang kasar, dan
lain-lain.
-
37
3.4.10 Pengecatan (Painting)
Body bus yang telah didempul kemudian dibawa ke Departemen
Painting untuk
dilakukan pengecatan. Tahapan pengecatan di departemen ini,
antara lain:
1. Air Flow
Bus yang akan dicat dibersihkan dengan menggunakan semprotan
angun untuk
membersihkan sisa-sisa kotoran yang masih melekat pada body
bus.
2. Wash Bensin
Pembersihan body dilakukan sekali lagi dengan menggunakan bensin
untuk
menghilangkan minyak yang melekat pada body bus.
3. Flash Off
Pada tahapan ini dilakukan penyetelan mesin oven agar tidak
dalam kondisi lembab
atau basah yang nantinya akan mempengaruhi kualitas hasil
pengecatan.
4. Pengecatan
Warna dan motif pengecatan dilakukan atas dasar permintaan
konsumen.
Terkadang ada pengecatan yang tidak dilakukan secara penuh
karena konsumen
menginginkan penggunaan stiker untuk menutupi body bus.
5. Clear (Pernis)
Hasil pengecatan yang sudah dilakukan, dilapisi dengan pernid
agar tahan air, than
gores, dan tampak lebih mengkilap.
6. Pemanasan Akhir
Pada proses ini, hasil pengecatan dan pernis dipanaskan dengan
mesin burner.
3.4.11 Pemasangan Panel dan Instrumen
Setelah bus mengalami proses pengecatan, selanjutnya bus akan
masuk pada proses
pemasangan semua panel dan instrument bus yang telah dilepas di
Departemen
Trimming. Setelah pemasangan panel dan instrument, departemen
ini juga akan
membuat dan memasang plafon dan dek kendaraan. Tahapan proses
yang dilakukan
departemen ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan plafon.
2. Pembuatan dek pintu
3. Pemasangan plafon
4. Pemasangan babut sebagai peredam
-
38
5. Pemasangan perlengkapan pintu
6. Pemasangan perlengkapan dashboard
7. Pemasangan kaca
8. Pemasangan Air Conditioner (AC)
9. Pemasangan toilet
10. Pemasangan instrumen, seperti LCD, video, dan sebagainya
11. Pemasangan jok
12. Set pintu dan kontrol keseluruhan
3.4.12 Finishing
Sebelum bus diserahkan ke konsumen, dilakukan tahapan finishing
terlebih dahulu.
Tahapan finishing yang dilakukan, antara lain:
1. Pembersihan bus dari perekat anti karat yang berlebihan
2. Pengontrolan kebersihan interior dan eksterior bus
3. Pemolesan dan perbaikan cat bila ada yang cacat.
Apabila sudah melewati tahapan tersebut, maka bus yang telah
jadi ditempatkan
pada tempat parkir bus yang sudah jadi dan siap diberikan kepada
konsumen.
-
39
BAB IV
STUDI KASUS
4.1 Pendahuluan
4.1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu
industri-industri terus
berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang
dihasilkannya. Dalam
bidang industri saat ini, kualitas produk sangat menentukan
tingkat persaingan. Industri
yang tidak mampu menghasilkan kualitas produk yang baik, akan
dapat dengan mudah
tersingkarkan oleh industri pesaingnya yang mampu menghasilkan
produk yang lebih
baik. Peningkatan hasil industri yang terus-menerus memerlukan
proses produksi yang
lancar. Kelancaran suatu proses produksi dipengaruhi oleh
keandalan (reliability) dan
ketersediaan (avaibiliy) mesin yang dipergunakan.
PT. Adi Putro Wira Sejati merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang
industri karoseri bus dan minibus. Pada perusahaan tersebut
banyak digunakan alat-alat
untuk menunjang proses produksi, misalnya mesin sekrap, mesin
freis, mesin press,
mesin CNC, serta mesin las. Mesin las merupakan mesin yang
hampir setiap hari
mengalami kerusakan dan kerusakan mesin las tersebut tidak dapat
terduga dan
terkadang terjadi secara mendadak. Mesin las yang rusak secara
mendadak dapat
mengganggu rencana produksi yang telah ditetapkan. Untuk
menanggulangi kerusakan
mesin secara mendadak (failure maintenance), maka diperlukan
perencanaan perawatan
mesin yang terjadwal (preventive maintenance). Tujuan dari
perawatan mesin ini adalah
untuk menjaga mesin agar dalam keadaan siap pakai ketika
diperlukan. Selain itu
kerusakan mesin las yang terjadi secara mendadak dapat
diminimalisir dengan cara
mengidentifikasi atau menentukan komponen yang sering
menyebabkan kerusakan pada
mesin las, dan kemudian mencatat interval antar kerusakan.
Setelah mengetahui interval
kerusakan yang terjadi, maka perusahaan dapat menentukan
melakukan tindakan
perawatan, pengecekan, atau penggantian komponen saat atau
sebelum mesin
mengalami downtime.
-
40
4.1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis kerusakan yang terjadi pada mesin las MIG?
2. Apa saja komponen yang sering rusak pada mesin las MIG?
3. Apa penyebab terjadinya jenis kerusakan yang paling sering
terjadi pada mesin las
MIG?
4. Bagaimana cara mengetahui berapa lama mesin las harus
dilakukan pengecekan
ulang atau perawatan?
4.1.3 Batasan Masalah
PT. Adi Putro Wira Sejati memiliki banyak sekali mesin produksi
dengan sistem
perawatan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, masalah yang
dibahas akan dibatasi
sebagai berikut:
1. Mesin yang diamati adalah mesin las jenis MIG yang terdapat
pada Departemen
Rangka Bus, PT. Adi Putro Wira Sejati.
2. Data yang diambil sebagai data penelitian adalah data
kerusakan pada bulan Januari
2012 - April 2012.
4.1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada mesin las
MIG pada
Departemen Rangka Bus, PT. Adi Putro Wira Sejati.
2. Mengetahui komponen yang sering rusak pada mesin las MIG pada
Departemen
Rangka Bus, PT. Adi Putro Wira Sejati.
3. Mengidentifikasi penyebab terjadinya jenis kerusakan yang
paling sering terjadi
pada mesin las MIG.
4. Mengetahui laju kerusakan dan nilai MTTF pada komponen yang
paling sering
rusak pada mesin las MIG.
-
41
4.2 Landasan Teori
4.2.1 Definisi Pemeliharaan
Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) merupakan kegiatan
untuk menjaga
atau memelihara fasilitas-fasilitas dan peralatan pabrik, serta
mengadakan perbaikan,
penyesuaian atau penggantian yang diperlukan untuk mendapatkan
suatu kondisi
operasi produksi yang memuaskan dan sesuai dengan yang
direncanakan. Selain itu
pengertian lain dari perawatan adalah segala tindakan yang
dilakukan untuk menjaga
kelangsungan fungsional dari sistem produksi dan peralatannya.
Di samping itu ada
juga yang mendefinisikan perawatan sebagai suatu konsepsi dari
semua aktivitas yang
diperlukan untuk menjaga ataupun mempertahankan kualitas
peralatan agar tetap dapat
berfungsi dengan baik seperti dalam kondisi yang sebelumnya
(Supandi: 26).
Sedangkan pekerjaan perawatan adalah kegiatan untuk melakukan
perbaikan yang
bersifat kualitas, untuk meningkatkan suatu kondisi ke kondisi
lain yang lebih baik.
Besarnya aktivitas perawatan yang dilakukan tergantung pada
(Supandi: 26):
1. Batas kualitas terendah yang diizinkan dari suatu
komponen.
2. Waktu pemakaian atau lamanya operasi yang menyebabkan
berkurangnya kualitas
peralatan.
Dalam usaha untuk dapat menggunakan terus fasilitas dan
peralatan, dibutuhkan
aktivitas atau kegiatan perawatan yang meliputi kegiatan
pengecekan, meminyaki
(librication), dan perbaikan atas kerusakan-kerusakan yang ada,
serta penggantian
komponen yang terdapat pada fasilitas tersebut.
Manajemen perawatan (maintenance management) adalah
pengorganisasian operasi
perawatan untuk memberikan pandangan umum mengenai perawatan
fasilitas industri
(Supandi: 15).
Pemeliharaan mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam
kegiatan
produksi dari suatu perusahaan yang menyangkut kelancaran atau
kemacetan produksi,
kelambatan dan volum produksi serta efisiensi berproduksi.
Dengan demikian,
pemeliharaan memiliki fungsi yang sama pentingnya dengan
fungsi-fungsi lain dari
suatu perusahaan (Assauri: 115). Selain itu pentingnya fungsi
perawatan merupakan
faktor yang dominan dalam banyak industri. Dalam beberapa tahun
belakangan ini,
filosofis umum tentang manajemen perawatan telah berkembang ke
arah spesialisasi
yang semakin diperlukan.
Aktivitas pemeliharaan atau perawatan yang sering kali diabaikan
oleh pihak
perusahaan, sebenarnya merupakan kegiatan yang tidak kalah
pentingnya dengan
-
42
kegiatan lain yang ada di dalam suatu perusahaan. Kegiatan
pemeliharaan yang tidak
teratur, dapat mengakibatkan mesin dan peralatan mengalami
kerusakan, sehingga dapat
mempengaruhi kapasitas produksi, serta mengeluarkan biaya-biaya
yang mahal untuk
melakukan perbaikan.
4.2.2 Tujuan Pemeliharaan
Tujuan utama dari perawatan dan pemeliharaan mesin adalah:
1. Menjaga agar kualitas produk berada pada tingkat yang
diharapkan guna memenuhi
apa yang dibutuhkan produk itu sendiri dan menjaga agar kegiatan
produksi tidak
mengalami gangguan.
2. Mempertahankan kemampuan alat atau fasilitas produksi guna
memenuhi
kebutuhan sesuai dengan target serta rencana produksi.
3. Mengurangi pemakaian dan penyimpangan diluar batas dan
menjaga modal yang
diinvestasikan dalam perusahan selama jangka waktu yang
ditentukan sesuai
dengan kebijaksanaan perusahaan.
4. Memperhatikan dan menghindari kegiatan-kegiatan operasi mesin
serta peralatan
yang dapat membahayakan keselamatan kerja.
5. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi
utama lainnya dari
suatu perusahaan, dalam rangka untuk mencapai tujuan utama
perusahaan.
Sedangkan tujuan umum dari menajemen pemeliharaan adalah untuk
menunjang
aktivitas dalam bidang perawatan (Supandi: 16), yaitu:
1. Memperpanjang waktu pengoperasian fasilitas industri yang
digunakan semaksimal
mungkin, dengan biaya perawatan yang seminimum mungkin dan
adanya proteksi
yang aman dari investasi modal.
2. Menyediakan modal biaya tertentu dan informasi-informasi
lainnya yang dapat
menunjang penuh dalam bidang perawatan.
3. Menentukan metode evaluasi prestasi kerja yang dapat berguna
untuk manajemen
secara umum dan bagi pengawas maintenance khususnya.
4. Membantu dalam menciptakan kondisi kerja yang aman, baik
untuk bagian operasi
maupun personil maintenance lainnya dengan menetapkan dan
menjaga standar
perawatan yang benar.
5. Meningkatkan keterampilan para pengawas dan para operator
perawatan melalui
pelatihan.
-
43
4.2.3 Jenis-jenis Pemeliharaan
Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan aktivitas
pemeliharaan, maintenance
dapat dibagi menjadi dua cara (Supandi: 27), yaitu :
1. Perawatan yang direncanakan (Planned Maintenance)
Pengorganisasian pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan dengan
pertimbangan ke
masa depan, terkontrol dan tercatat.
2. Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned Maintenance)
Cara pekerjaan perawatan darurat yang tidak direncanakan
(Unplanned Emergency
Maintenance).
Sedangkan aktivitas perawatan atau pemeliharaan (maintenance)
dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu breakdown maintenance, corrective
maintenance, preventive
maintenance, predictive maintenance, running maintenance,
emergency maintenance,
autonomous maintenance dan total productive maintenance.
4.2.3.1 Breakdown Maintenance
Breakdown maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan setelah
terjadinya kerusakan atau terjadi kelainan pada fasilitas dan
peralatan sehingga tidak
dapat berfungsi dengan baik. Perawatan ini tidak terlalu
menekankan pada pemeliharaan
preventif, cukup pada keadaan apabila mesin dan peralatan sudah
mengalami kerusakan
sehingga perlu pembongkaran secara total (breakdown).
Pekerjaan perawatan ini dilakukan setelah terjadi kerusakan, dan
untuk
memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat
dan tenaga kerjanya.
Penerapan sistem perawatan ini dilakukan pada mesin-mesin
industri yang ringan,
sehingga apabila terjadi kerusakan dapat diperbaiki dengan
cepat.
Pada dasarnya aktivitas ini tidak tepat untuk disebut aktivitas
perawatan. Yang
termasuk dalam katagori ini adalah semua aktivitas yang tak
terencana (unscheduled)
yang disebabkan oleh kerusakan (breakdown) peralatan.
4.2.3.2 Corrective Maintenance
Perawatan korektif ini dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kondisi
fasilitas sehingga mencapai standar yang dapat diterima.
Perawatan korektif termasuk
dalam cara perawatan yang direncanakan untuk perbaikan (Supandi:
28). Perawatan ini
dilakukan juga untuk menentukan tindakan yang di perlukan untuk
mengatasi
kerusakan-kerusakan atau kemacetan yang terjadi berulang
kali.
-
44
Dalam perawatan korektif ini dapat diadakan peningkatan
sedemikian rupa, seperti
melakukan perubahan atau modifikasi rancangan peralatan agar
lebih baik.
Menghilangkan problema yang merugikan untuk mencapai kondisi
operasi yang lebih
ekonomis (Supandi: 28).
Tindakan perawatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kerusakan yang sama.
Prosedur ini di tetapkan pada peralatan atau mesin yang
sewaktu-waktu dapat terjadi
kerusakan. Dengan demikian didapatkan kesimpulan bahwa
pemeliharaan korektif
memusatkan permasalah setelah permasalahan itu terjadi, bukan
menganalisa masalah
untuk mencegahnya agar tidak terjadi.
4.2.3.3 Preventive Maintenance
Preventive Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan secara
terjadwal,
umumnya secara periodik, dimana sejumlah tugas pemeliharaan
seperti inspeksi,
perbaikan, penggantian, pembersihan, pelumasan dan penyesuaian
dilaksanakan.
Pekerjaan perawatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kerusakan atau cara
perawatan yang direncanakan untuk pencegahan. Perawatan
preventif dimaksudkan
juga untuk mengefektifkan pekerjaan inspeksi, perbaikan kecil,
pelumasan, dan
penyetelan sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi
dapat terhindar dari
kerusakan. Perawatan preventif dilaksanakan sejak awal sebelum
terjadi kerusakan
(Supandi: 27).
Perawatan preventif ini penting diterapkan pada
industri-industri yang proses
produksinya kontinyu atau memakai sistem otomatis (Supandi: 27).
Dalam praktek di
lapangan, pemeliharaan preventif dalam perusahaan dapat
dilakukan dan dibedakan
sebagai berikut :
1. Routine maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan secara rutin. Contohnya yaitu
pembersihan
fasilitas atau peralatan, lubrication (pelumasan), pengecekan
oli, serta pengecekan
isi bahan bakar.
2. Periodic maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan secara berkala atau dalam
jangka waktu
tertentu. Penentuan jangka waktu periodic maintenance dapat
dilakukan
berdasarkan interval waktu (seperti, melakukan perawatan setiap
satu bulan, setiap
empat bulan atau setiap satu tahun), dan berdasarkan lamanya jam
kerja mesin
produk tersebut sebagai jadwal kegiatan misalnya setiap seratus
jam sekali.
-
45
Terdapat beberapa manfaat dari pemeliharaan pencegahan yaitu
sebagai berikut:
1. Memperkecil overhaul (turun mesin).
2. Mengurangi kemungkinan resparasi bersekala besar.
3. Mengurangi biaya kerusakan atau pergantian mesin.
4. Memperkecil kemungkinan produk produk yang rusak.
5. Meminimalkan persediaan suku cadang.
6. Memperkecil hilangnya gaji-gaji tambahan akibat penurunan
mesin.
7. Menurunkan harga satuan dari produk pabrik.
Sedangkan tujuan dari Preventive maintenance yang merupakan
tindakan
perawatan pencegahan dalam rangkaian aktivitas pemeliharaan
adalah:
1. Memperpanjang umur produktif asset dengan mendeteksi bahwa
sebuah asset
memiliki titik kritis penggunaan (critical wear point) dan
mungkin akan mengalami
kerusakan.
2. Melakukan inspeksi secara efektif dan menjaga supaya kondisi
peralatan selalu
dalam keadaan sehat.
3. Mengeliminir kerusakan peralatan dan hasil produksi yang
cacat serta
meningkatkan ketahanan mesin dan kemampuan proses.
4. Mengurangi waktu yang terbuang pada kerusakan peralatan
dengan membuat
aktivitas pemeliharan peralatan.
5. Menjaga biaya produksi seminimum mungkin
4.2.3.4 Predictive Maintenance
Perawatan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya
perubahan atau
kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem
perawatan. Biasanya perawatan
prediktif dilakukan dengan bantuan panca indera atau dengan
alat-alat monitor yang
canggih.
Pekerjaan ini merupakan perawatan dimana dilakukan inspeksi
terhadap asset
peralatan untuk memprediksikan terhadap kerusakan atau kegagalan
yang akan terjadi.
Beberapa contoh teknik perawatan prediktif: vibration
monitoring, thermography,
tribology, process parameters, visual inspection, ultrasonic
monitoring, other non-
destructive techniques.
-
46
4.2.3.5 Running Maintenance
Perawatan berjalan merupakan pekerjaan yang dilakukan pada saat
fasilitas atau
peralatan dalam keadaan bekerja. Perawatan berjalan ini termasuk
cara perawatan yang
direncanakan untuk diterapkan pada peralatan dalam keadaan
operasi.
Perawatan dalam kondisi berjalan diterapkan pada mesin-mesin
yang harus
beroperasi terus dalam melayani proses produksi. Kegiatan
perawatan dilakukan dengan
jalan monitoring secara aktif. Diharapkan hasil dari perbaikan
yang dilakukan secara
cepat dan terencana ini dapat menjamin kondisi operasi produksi
tanpa adanya
gangguan yang mengakibatkan kerusakan.
4.2.3.6 Emergency Maintenance
Perawatan darurat ini merupakan pekerjaan perbaikan yang segera
dilakukan
karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tak terduga.
Perawatan darurat ini
termasuk cara perawatan yang tidak direncanakan (unplanned
emergency maintenance).
4.2.3.7 Autonomous Maintenance
Autonomous maintenance atau disebut juga perawatan mandiri
merupakan kegiatan
yang dirancang untuk melibatkan operator di dalam merawat
mesinnya sendiri, di
samping kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian perawatan.
Kegiatan tersebut meliputi
pengecekan harian, pembersihan, pelumasan, pengencangan mur dan
baut, reparasi
sederhana, dan pendeteksian penyimpangan. Membersihkan
mesintermasuk kegiatan
memeriksa mesin.
4.2.3.8 Total Productive Maintenance
Seiichi Nakajima, Vice Chairman of The Japan Institute of Plan
Maintenance
mendefinisikan Total Productive Maintenance (TPM) sebagai suatu
pendekatan yang
inovatif dalam maintenance dengan cara mengoptimasi keefektifan
peralatan,
mengurangi/menghilangkan kerusakan mendadak (breakdown) dan
melakukan
perawatan mandiri oleh operator (Autonomous Maintenance by
Operator).
Total Productive Maintenance (TPM) merupakan suatu filosofi yang
bertujuan
memaksimalkan efektifitas dari fasilitas yang digunakan di dalam
industri, yang tidak
hanya dialamatkan pada perawatan saja tapi pada semua aspek dari
operasi dan instalasi
dari fasilitas produksi termasuk juga di dalamnya peningkatan
motivasi dari orang-
-
47
orang yang bekerja dalam perusahaan itu. Komponen dari TPM
secara umum terdiri
atas 3 bagian, yaitu:
1. Total Approach
Semua orang ikut terlibat, bertanggung jawab dan menjaga semua
fasilitas yang ada
dalam pelaksanaan TPM.
2. Productive Action
Sikap proaktif dari seluruh karyawan terhadap kondisi dan
operasi dari fasilitas
produksi.
3. Maintenance
Pelaksanaan perawatan dan peningkatan efektivitas dari fasilitas
dan kesatuan
operasi produksi.
Total Productive Maintenance (TPM) adalah konsep pemeliharaan
yang melibatkan
semua karyawan. Tujuannya adalah mencapai efektifitas pada
keseluruhan sistem
produksi melalui partisipasi dan kegiatan pemeliharaan
produktif. Dalam program TPM
ditekankan keterlibatan semua orang, sementara semua fokus
kegiatan pun dicurahkan
bagi mereka. TPM mirip dengan Total Quality Control (TQC),
dimana keterlibatan
semua karyawan adalah kunci sukses dalam mengembangkan kualitas
usaha guna
memenuhi kebutuhan pelanggan.
Pengembangan program TPM pun pada prinsipnya sama dengan
pengembangan
TQC. Sebagai contoh, kemacetan mesin atau kerewelan mesin bisa
dibandingkan
dengan cacat produksi yang terjadi pada jalur produksi. Seperti
juga mutu yang lebih
baik dibangun pada sumbernya, yaitu proses produksi dan bukan
melalui inspeksi,
pemeliharaan produktif lebih disukai daripada pemeliharaan
setelah terjadi kerusakan.
(Kiyoshi Suzaki, 1987: 132)
Pada awal masa perkembangan TPM berfokus pada perawatan
(pendukung proses
produksi suatu perusahaan), sehingga JIPM memberikan definisi
yang komplit ke dalam
lima elemen: (Seiichi Nakajima, 1988: 10)
1. TPM, berusaha memaksimasi efektifitas peralatan keseluruhan
(Overall Equipment
Effectiveness).
2. TPM merupakan sistem dari Preventive Maintenance (PM) dalam
rentang waktu
umur suatu perusahaan.
3. TPM melibatkan seluruh departemen perusahaan (perancangan,
pengoperasian dan
penawaran).
-
48
4. TPM melibatkan seluruh personil, mulai dari manajemen puncak
hingga pekerja di
lantai produksi.
5. TPM sebagai landasan mempromosikan PM melalui manajemen
motivasi, dalam
bentuk kegiatan kelompok kecil mandiri.
Kata Total dalam Total Productive Maintenance mengandung tiga
arti, yaitu:
(Seiichi Nakajima, 1988: 11)
1. Total Effectiveness, menunjukkan bahwa TPM bertujuan untuk
efisiensi ekonomi
atau mencapai keuntungan.
2. Total Maintenance System, meliputi maintenance prevention,
maintainability
improvement dan preventive maintenance.
3. Total Participation of All Employees, meliputi autonomous
maintenance operator
melalui kegiatan suatu grup kecil (small group activities).
4.2.4 Konsep Keandalan (Reliability Concept)
Keandalan (Reliability) didefinisikan sebagai probabilitas
sebuah komponen atau
sistem akan dapat beroperasi sesuai fungsi yang diinginkan untuk
suatu periode waktu
tertentu ketika digunakan dibawah kondisi operasi yang telah
ditetapkan (Ebeling,
1997:5). Sedangkan arti lainya adalah peluang dari sebuah unit
yang dapat bekerja
secara normal ketika digunakan untuk kondisi tertentu setidaknya
bekerja dalam suatu
kondisi yang telah ditetapkan.
Untuk menentuk