-
1
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN
LOKASI MENGGUNAKAN AHN dan METODE
DELPHI
Dessy Tri Anggraeni
ABSTRAKSI
Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih
suatu
alternatif. Peralatan utama Analitycal hierarchy proses (AHP)
adalah sebuah
hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia.
Dengan hirarki, suatu
masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan kedalam
kelompok-
kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi
suatu
bentuk hirarki. Metode Delphi adalah proses yang sistematis dan
dapat diulang
dalam mendapatkan kriteria dari para ahli dimana terdapat
kerahasian identitas
antara sesama panel ahli. Mereka diminta untuk mengisi kuesioner
secara tertulis.
Setelah itu kuesioner dikumpulkan, dan jawaban-jawaban tadi akan
digabung
untuk membuat pertanyaan baru dalam putaran berikutnya. Proses
ini diulang
sampai tercapai kriteria.
Memilih Lokasi untuk pabrik adalah suatu tujuan yang bersifat
umum,dan
tujuan tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa sub tujuan
yang lebih
terperinci yang dapat menjelaskan apa yang dimaksud dalam tujuan
pertama.
Alternatif lokasi pada penulisan ini menghasilkan Bogor,
Tangerang, Bekasi, dan
Depok merupakan ukuran pencapaian tujuan utama.
Kata Kunci: Sistem Keputusan, Lokasi Usaha, Analytical hierarchy
Process
Pendahuluan
Memilih lokasi tempat usaha tampaknya gampang-gampang susah.
Usaha
dapat berjalan dengan aman dan lancar serta dapat berkembang,
memang perlu
memilih lokasi tempat usaha yang tepat, strategis, dan menunjang
produktivitas
adalah pekerjaan yang sulit. Pemilihan lokasi untuk setiap jenis
usaha sangat
berbeda, misalnya saja perbandingan pemilihan lokasi untuk
sebuah pabrik yang
membutuhkan lokasi yang benar-benar diperlukan pertimbangan baik
dari kaca
mata pemilik pabrik maupun dari lingkungannya.
-
2
Dalam pemilihan lokasi diperlukan pengambilan keputusan,
karena
pemilihan lokasi memiliki banyak variabel dan kriteria yang
harus diperhatikan.
Penulisan ini memberikan informasi dalam sistem penunjang
keputusan
menentukan lokasi usaha. Mencari tempat usaha dengan menerapkan
fungsi
analisis AHP sebagai teori keputusan dengan menggunakan hitungan
matriks.
Ruang lingkup penulisan adalah badan usaha berupa pabrik dengan
lokasi Jakarta,
Bogor, Tangerang dan Bekasi.
Pengertian Keputusan
Menurut Davis, keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang
dihadapi
dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan
mengenai ‘apa yang harus dilakukan‘ dan seterusnya mengenai
unsur-unsur
perencanaan. Terutama keputusan itu dibuat untuk menghadapi
masalah-masalah
atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah
digariskan atau
penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dapat
juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil
proses
pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa
alternatif yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Keputusan
itu diambil
dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh
sembarangan. Masalahnya
terlebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas,
sedangkan
pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif yang
disajikan.
Lokasi Pabrik
Menentukan lokasi sebuah pabrik memiliki banyak variabel yang
harus
dipertimbangkan baik kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan
pendirian pabrik
adalah mendapatkan keuntungan ekonomis, sesuai dengan teori
perusahaan
industri, maka variabel pertama yang harus dipertimbangkan
adalah variabel
ekonomi. Jika secara ekonomi menguntungkan, maka analisa perlu
diteruskan
dengan variabel lain yang mungkin mengubah keputusan suatu
lokasi menjadi
lokasi lain.
-
3
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih
suatu
alternatif. Peralatan utama analytical hierarchy process (AHP)
adalah sebuah
hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia.
Dengan hirarki, suatu
masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan kedalam
kelompok-
kelompoknya, kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi
suatu
bentuk hirarki.
Suatu tujuan yang sifatnya umum dapat dijabarkan dalam beberapa
sub
tujuan yang lebih terperinci yang dapat menjelaskan apa yang
dimaksud dalam
tujuan pertama penjabaran ini dapat dilakukan terus hingga
akhirnya diperoleh
tujuan yang bersifat operasional. Pada hirarki terendah ini
dilakukan proses
evaluasi atas altematif yang merupakan ukuran dari pencapaian
tujuan utama, dan
pada hirarki terendah ini dapat ditetapkan dalam satuan apa
kriteria diukur.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam melakukan
proses
penjabaran hirarki tujuan, yaitu:
1. Pada saat penjabaran tujuan ke dalam sub tujuan, harus
diperhatikan apakah
setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam sub
tujuan tertentu.
2. Meskipun hal tersebut terpenuhi, perlu menghindari terjadinya
pembagian
yang terlampau banyak, baik dalam arah horisontal maupun
vertikal.
3. Sebelum menetapkan suatu tujuan untuk menjabarkan hirarki
tujuan yang
lebih rendah, maka dilakukan tes kepentingan, “Apakah suatu
tindakan/ hasil
yang terbaik akan diperoleh bila tujuan tersebut tidak
dilibatkan dalam proses
evaluasi”.
Penjabaran tujuan dalam hirarki yang lebih rendah pada
dasarnya
tujuannya ditujukan agar memperoleh kriteria yang dapat diukur.
Walaupun
sebenarnya tidaklah selalu demikian keadaannya. Dalam beberapa
hal tertentu.
Mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan tujuan pada hirarki
yang lebih
tinggi dalam proses analisis. Semakin rendah dalam menjabarkan
suatu tujuan
pada hirarki yang bbih tinggi dalam proses analisis, semakin
objektif penilaian
kriteria-kriterianya. Akan tetapi, ada kalanya dalam proses
analisis pengambilan
-
4
keputusan tidak memerlukan penjabaran yang terlalu terperinci.
Bila demikian
keadaannya salah satu cara untuk ukuran pencapaiannya adalah
dengan
menggunakan skala subjektif.
Model AHP Pendekatannya hampir identik dengan model perilaku
politis,
yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan menggunakan
pendekatan
kolektif dari proses pengambilan keputusan. Kelebihan AHP
dibandingkan
dengan yang lain adalah:
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria
yang dipilih,
sampai subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validasi sampai dengan batas toleransi
inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para
pengambilan keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisa
sensitivitas
pengambilan keputusan.
Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah
yang multi-objek dan multi-kriteria yang berdasar pada
perbandingan preferensi
dari setiap elemen dalam hirarki. Model ini merupakan suatu
pengambilan
keputusan komprehensif. Pada dasarnya langkah dalam metode AHP
meliputi:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang
diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum,
dilanjutkan
dengan subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada
tingkat kriteria
yang paling bawah.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang
menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap
masing-masing tujuan
atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan
berdasarkan
judgment dari pengambilan keputusan dengan menilai tingkat suatu
elemen
dibandingkan elemen yang lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh
judgment.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak
konsisten
maka pengambilan data diulang.
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat
hirarki.
7. Menghitung vector eigen dari tiap matrik perbandingan
berpasangan. Nilai
-
5
vector eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk
mensistesis
judgment dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat
hirarki
terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilai lebih dari 10
persen maka penilaian
data judgment harus diperbaiki.
Skala Perbandingan
Untuk dapat menghasilkan matriks yang terdiri dari penilaian
terhadap
tingkat kepentingan atau bobot relatif maka diperlukan skala
untuk memberikan
penilaian proses yang paling mudah adalah membandingkan dua hal
dengan
keakuratan perbandingan tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk itu saat
(1980) menetapkan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk
menilai
perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen lain.
Tabel 1. Skala Perbandingan
Bobot Keterangan Penjelasan
1 Kedua elemen sama
penting
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama
besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu lebih
sedikit dan lebih penting
dari pada elemen yang lain
Pengalaman dan penilaian sedikit lebih
menyokong satu elemen dibandingkan elemen
lainnya
5 Elemen yang satu lebih
penting daripada elemen
lainnya
Pengalaman dan penilaian sangat menyokong
satu elemen dibandingkan elemen lainnya
7 Satu elemen jelas lebih
mutlak penting daripada
elemen lainnya
Satu elemen yang kuat disokong dan dominan
terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak penting
daripada elemen lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu
terhadap elemen lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi yang mungkin
menguatkan
2,4,6,8 Nila-nilai antara dua nilai
pertimbangan yang
berdekatan
Konsistensi
Dalam metode AHP ada dua macam konsistensi consistency index
(CI)
dan Consistency Ratio(CR).
-
6
Tabel 2. Tabel Index Random
Ukuran Matriks Index Random (Inkonsistensi)
1,2 0.00
3 0.58
4 0.90
5 1.12
6 1.24
7 1.32
8 1.41
9 1.45
10 1.49
11 1.48
12 1.51
13 1.56
14 1.57
15 1.59
Metode Delphi
Metode Delphi adalah proses yang sistematis dan dapat diulang
dalam
mendapatkan konsensus dari para ahli tentang masa depan. Metode
ini pertama
kali dikembangkan oleh Rand Corporation pada akhir tahun 1940.
Dalam metode
ini telah direkomendasikan sebagai proses komunikasi kelompok
terstruktur
karena kuesioner yang berulang akan diberikan dan akan
mengurangi dominasi
individual dan dapat dikembangkan konsensus tentang sesuatu.
Pada tehnik ini
dimaksudkan untuk menghindari hubungan langsung yang kurang
enak, karena
menonjolnya ide yang lebih bagus dari salah seorang dibandingkan
dengan ide
yang lain. Keburukannya antara lain : hanya karena untuk
menghindarkan rasa
tidak enak saja, maka tidak diberikan kesempatan berkomunikasi
secara langsung.
Ada baiknya bila ada pendapat yang lebih baik itu dianggap
sebagai penambahan
pengetahuan.
Menurut Benson, terdapat unsur dalam metode Delphi yaitu :
1. Kerahasian identitas antara sesama panel ahli.
2. Umpan balik terkontrol.
3. Respon group secara statik.
Maka metode ini berbeda dan brainstorming di mana terdapat
interaksi
-
7
antara pendapat individu dan tidak adanya kerahasiaan identitas
yang dapat
mempengaruhi jawaban. Kelompok ahli dipilih secara selektif,
mewakili para ahli
yang memahami masalah yang akan dicari konsensusnya, akan
diminta untuk
mengisi kuesioner secara tertulis. Setelah itu kuesioner
dikumpulkan, dan jawaban
akan digabung untuk membuat pertanyaan baru dalam putaran
berikutnya. Proses
ini diulang sampai tercapai konsensus. Bagian yang paling
penting adalah
merancang kuesioner. Kuesioner harus mudah dimengerti oleh
panelis.
Gambar 1. Metode Penelitian
Pengumpulan Dan Pengolahan Data
Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari primer dan
data
sekunder. Data primer yang digunakan merupakan hasil penyebaran
kuesioner dua
tahap pada tahap pertama penelitian ditunjukkan kepada 4
responden terpilih dan
-
8
untuk tahap kedua kepada 10 orang terpilih, sedangkan data
sekunder diperoleh
dari berbagai sumber seperti studi kepustakaan, internet dan
data yang diberikan
dan disarankan oleh dosen pembimbing sebagai data penunjang
dalam penulisan.
Identifikasi Sampel
Penetapan jumlah sampel merupakan hal yang perlu diperhatikan,
yaitu
dengan melihat derajat keseragaman (degree of homogeneity) dari
populasi.
Semakin seragam populasi maka makin kecil sampel yang
dibutuhkan. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel non
probabilita
dengan metode Judgement Sample, untuk kuisioner tahap pertama
dan metode
Quota Sample.
Perencanaan sampel Non-probabilistik (Nonprobability Sample)
tidak
mengukur sejauh mana karakteristik sampel mendekati parameter
populasi
induknya, sehingga pada kenyataan populasi induk tidak dapat
digeneralisasi pada
populasi tempat sampel tersebut diambil.
Panel Delphi
Panel Ahli diatur agar dapat mewakili golongan akademisi,
pedagang dan
konsultan di daerah seputar JaBoTaBek. Orang yang mempunyai
pengetahuan
dalam dunia bisnis dipilih untuk berpartisipasi dalam putaran
pertama studi
Delphi. Kuesioner diberikan ke panelis. Metode Delphi dilakukan
dengan
kerahasiaan panelis yang sangat terjaga.
Prosedur Tahap Pertama
Tujuan dari studi ini adalah untuk mendapatkan konsensus
terhadap factor
yang dapat mempengaruhi keputusan memilih lokasi dan
mengklasifikasikan ke
dalam kelompok jenis bisnis, alternatif, kriteria lokasi. Issu
studi ini adalah :
1. Identifikasi motivasi dari perusahaan yang ingin
mengembangkan usaha.
2. Menentukan langkah dalam proses pemilihan lokasi.
3. Mengidentifikasi faktor tersulit dalam membuat keputusan
lokasi dan
merekomendasikan cara mengatasinya.
-
9
4. Mengidentifikasi faktor tersulit dalam membuat keputusan
memilih lokasi
dan merekomendasikan cara mengatasinya.
5. Mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan keputusan
memilih lokasi
dengan meminta para ahli menentukan hal yang penting
diperhatikan.
6. Mengidentifikasi faktor yang harus dipertimbangkan dalam
keputusan lokasi,
misalnya Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang dan sebagainya.
Kuesioner Tahap Pertama
Studi Delphi diperlukan untuk menyelidiki kriteria dan altematif
yang
mempengaruhi keputusan memilih lokasi yang nilai kemungkinannya
diambil dari
data kuesioner tahap I. Sifat dari metode ini sangat memakan
waktu dan
membutuhkan beberapa kali pegulangan kuesioner untuk mendapatkan
konsensus.
Tetapi metode ini berguna dalam mencapai konsensus mengenai
perencanaan strategis. Studi akhir masih jauh dari komplit,
respon pertama
digabungkan dan dianalisa untuk kemudian dikirim ke responden
yang sama
untuk mendapatkan komentar. Indikasi awal adalah alternatif dan
kriteria lokasi
yang dipertimbangkan daalm proses pengambilan keputusan tidak
sama
pentingnya, beberapa alternatif dan kriteria dapat
diabaikan.
Alternatif Lokasi Pabrik
Alternatif :
Depok
Tangerang
Bekasi
Bogor
Mendapatkan sumber daya teknologi
kedekatan dengan pasar, yang
mengakibatkan pelayanan konsumen yang
lebih cepat dan lebih baik
Pengolahan Data Kuesioner Tahap I
Pada tahap ini pegolahan data menggunakan kuesioner penelitian
tahap I,
di mana pengolahan ini mengolah data yang didapat dari pendapat
para pakar
untuk alternatif dan kriterianya dengan mengambil 4 untuk
alternatif dan 3 terbaik
untuk kriteria terbaik dari usulan.
-
10
Untuk kriteria terlihat pada gambar 2 berikut.
Gambar 2. Kriteria Pemilihan
Untuk alternative dapat dilihat pada gambar 3 berikut.
Gambar 3. Alternatif Pemilihan
Kuesioner Tahap II
Alternatif dan kriteria dalam memilih lokasi usaha yang
diperoleh dari
hasil penyebaran kuesioner pendahuluan dan kuesioner penelitian
bagian I di
survey lebih lanjut, untuk kepentingan pembobotan terhadap
alternatif dan kriteria
tersebut melalui penyebaran kuesioner penelitian II. Pada
kuesioner ini, responden
diminta untuk memberikan persepsi terhadap tingkat kepentingan
alternatif dan
kriteria dalam memilih lokasi usaha.
Kuesioner penelitian II ini disusun dalam bentuk tertutup dengan
jawaban
manggunakan perbandingan berpasangan kepentingan alternatif dari
kriteria.
-
11
Tabel x. Nilai Pembobotan
Nilai Bobot Tingkat Kepentingan
1 Sama
3 Sedang
5 Kuat
7 Sangat Kuat
9 Ekstrim
Kuesioner penelitian bagian II, disebarkan kepada 10
responden.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner penelitian bagian II
terhadap responden
tersebut, diperoleh bobot kriteria dan alternatif dalam memilih
lokasi usaha untuk
pendirian pabrik. Hasil pengumpulan data melalui kuesioner
penelitian bagian II
setelah dilakukan penyebaran terhadap 10 responden dan telah
dilakukan uji
validitas dan reabilitas.
Pengolahan Data Kuesioner II
Pengolahan data merupakan tahap yang bertujuan untuk
mendapatkan
hasil guna kepentingan analisa dengan menggunakan metode
Analisis Hirarki
Proses atau AHP. Dalam hal ini digunakan perbandingan
berpasangan yang
nilainya terdiri dari sama dengan, sedang, cukup kuat, sangat
kuat sekali. Kelima
penilaian tersebut diberikan bobot.
Pengolahan pembobotan dengan perbandingan berpasangan dari
kuesioner
yang disebarkan melakukan pengisian kuesioner penelitian tahap
II serta penilaian
harapan terhadap kinerja pabrik dengan menggunakan bantuan
program SPS versi
11.0 (Uji Descriptive Statistica-Frequencies).
Pembahasan
Pengumpulan data untuk menentukan lokasi untuk pabrik ini
telah
dilakukan dan menghasilkan suatu hirarki sederhana yang terdiri
dari tiga level
antara lain : goal atau tujuan, kriteria dan alternatif.
Responden dan hirarki
tersebut adalah hasil survey penelitian tahap I dan II.
-
12
Gambar 4. Hirarki Keputusan
Setelah tujuan, kriteria dan alternatif sudah tersusun secara
hirarki,
langkah selanjutnya menentukan kepentingan relatif alternatif
dan kriteria.
Penentuan Nilai Bobot
Dibuat analisa data yang diperoleh dari kuesioner untuk
menentukan nilai
bobot masing-masing kriteria dan alternatif yang sudah
ditentukan.
Nilai Bobot untuk Kriteria
Dari survey data yang diambil dapat dijadikan penilaian untuk
menentukan
peringkat kriteria pasar, kemudian infrastruktur dan peraturan
pemerintah daerah.
Dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
Pasar adalah 2x lebih penting dari pada infrasuktur
Infrasuktur 3x lebih penting dari pada peraturan pemerintah
daerah
Pasar 4x lebih penting dari pada peraturan pemerintah daerah
Matriks tersebut menjadi peringkat kriteria dari penilaian
tersebut dibuat
matriks berpasangan.
-
13
Infrastruktur Pasar Peraturan Daerah
Infrastruktur 1 / 1 1 / 2 3 / 1
Pasar 2 / 1 1 / 1 4 / 1
Peraturan Daerah 1 / 3 1 / 4 1 / 1
Sekarang pecahan di ubah menjadi desimal :
1.0000 0.5000 3.00002.0000 1.0000 4.00000.3333 0.2500 1.0000
kemudian matriks tersebut dikuadratkan :
1.0000 0.5000 3.00002.0000 1.0000 4.00000.3333 0.2500 1.0000
1.0000 0.5000 3.00002.0000 1.0000 4.00000.3333 0.2500 1.0000
Hingga menghasilkan :
3.0000 1.7500 8.00005.3332 3.0000 14.00001.1666 0.6665
3.0000
Langkah kedua menghitung kriteria yang terpenting yang pertama (
4 angka di
belakang koma ), jumlahkan barisnya :
12.750022.33324.8331
Totalkan jumlah barisnya yaitu 39,9161 dan buat nilai
perbandingannya.
12.7500
39.9161= 0.3194
22.3332
39.9161= 0.5595
4.8331
39.9161= 0.1211
Peringkat kriteria yang diperoleh adalah :
0.3194 Kriteria kedua terpenting
0,5595 Kriteria terpenting
0,1211 Kriteria ketiga
Kemudian kembali ke pohon hirarki.
-
14
Gambar 5. Bobot Kriteria
Nilai Bobot Alternatif Kriteria Infrastruktur
Dalam hal infrastruktur, perbandingan menentukan preferensi
dari
alternatif terhadap alternatif lain. Survey data yang diambil
dengan menggunakan
penilaian untuk menentukan peringkat alternatif dihasilkan
adalah Tangerang
lokasi yang paling baik, kemudian baru Bekasi, Depok dan Bogor.
Penilaian
sebagai berikut :
Tangerang 6x lebih baik dari pada Bogor
Bogor 4x lebih baik dari pada Depok
Bekasi 4x lebih baik dari pada Bogor
Tangerang 5x lebih baik dari pada Depok
Dari matriks tersebut menjadi peringkat kriteria dari penilaian
itu dibuat
lagi matriks berpasangan.
Bogor Bekasi Depok Tangerang
Bogor 1 / 1 1 / 4 4 / 1 1 / 6
Bekasi 4 / 1 1 / 1 4 / 1 1 / 4
Depok 1 / 4 1 / 4 1 / 1 1 / 5
Tangerang 6 / 1 4 / 1 5 / 1 1 / 1
-
15
Peringkat Alternatif menurut kriteria Infrastruktur adalah :
Rangking Infrastruktur
0,1064 Bogor
0,2583 Bekasi
0,0530 Depok
0.5821 Tangerang
Kriteria Pemasaran
Kemudian perlakukan hal yang sama dengan kriteria lainnya. Dalam
hal
pasar, perbandingan menentukan preferensi dari suatu alternatif
terhadap alternatif
lain. Dari survey data yang diambil dengan menggunakan penilaian
untuk
menentukan peringkat alternatif dihasilkan adalah Tangerang
lokasi yang paling
bagus, kemudian baru bekasi, Bogor dan Depok.
Tangerang 5x lebih baik dari Depok
Bogor 2x lebih baik dari Depok
Bekasi 4x lebih baik dari Bogor
Tangerang 3x lebih baik dari Bogor
Bogor Bekasi Depok Tangerang
Bogor 1 / 1 1 / 4 2 / 1 1 / 3
Bekasi 4 / 1 1 / 1 2 / 1 2 / 1
Depok 1 / 2 1 / 2 1 / 1 1 / 5
Tangerang 3 / 1 2 / 1 5 / 1 1 / 1
Peringkat Altematif menurut kriteria Pemasaran adalah :
Rangking Infrastruktur
0,1278 Bogor
0,3239 Bekasi
0,1014 Depok
0,4683 Tangerang
Kriteria Peraturan Pemerintah
Kemudian perlakukan hal yang sama dengan kriteria berikutnya.
Dalam
hal peraturan pemerintah, perbandingan menentukan preferensi
dari suatulternatif
terhadap altematif lain. Dari survey data yang diambil dengan
menggunakan
penilaian untuk menentukan peringkat alternatif dihasilkan
adalah Tangerang
-
16
lokasi yang paling bagus, kemudian baru Bekasi, Bogor dan
Depok.
Tangerang 4x lebih baik dari Bekasi
Bekasi 3x lebih baik dari Depok
Depok 2x lebih baik dari Bogor
Tangerang 6x lebih baik dari Bogor
Bogor Bekasi Depok Tangerang
Bogor 1 / 1 1 / 3 1 / 2 1 / 6
Bekasi 3 / 1 1 / 1 3 / 1 1 / 4
Depok 2 / 1 1 / 3 1 / 1 1 / 6
Tangerang 6 / 1 4 / 1 6 / 1 1 / 1
Peringkat Alternatif menurut kriteria Peraturan Pemerintah
adalah :
Rangking Infrastruktur
0,0613 Bogor
0,3134 Bekasi
0,0868 Depok
0,5368 Tangerang
Kesimpulan
Dapat disimpulkan dalam beberapa point antara lain : pengambilan
keputusan
adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu
masalah, pengumpulan
fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang
dihadapi dan
pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan
yang paling tepat.
Agar usaha dapat berjalan dengan aman dan lancar serta dapat
berkembang,
memang perlu memilih lokasi tempat usaha yang tepat dan
strategis yang dalam
pemilihannya memerlukan banyak pertimbangan faktor yang
bergantung pada jenis
usahanya. Memilih lokasi pabrik berarti ada 3 hal yang
diperhatikan yaitu: tujuan, kriteria
dan alternatif. Peralatan utama Analitycal hierarchy proses
(AHP) adalah sebuah hirarki
fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Metode Delphi
adalah proses yang
sistematis dan dapat diulang dalam mendapatkan konsensus dari
para ahli dimana
terdapat kerahasian identitas antara sesama panel ahli.
Setelah dilakukan pengolahan dan analisis dengan menggunakan
metode AHP
dan hitungan matriks berpasangan yang memungkinkan untuk
mencapai suatu keputusan
yang hirarki untuk mengambil keputusan memilih pabrik, maka
dapat diambil kesimpulan
-
17
Tangerang dapat dijadikan tempat usaha dengan resiko keuntungan
tertinggi (0,5010).
Saran
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan pada
hakekat
suatu masalah, yang terpenting yang harus diperhatikan adalah:
Pengumpulan fakta-fakta,
Penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, pengambilan
yarg menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Penulis juga menyarankan untuk penggunaan model AHP ini
digunakan untuk
keputusan yang sifatnya: Keputusan yang sifatnya kurang
terstruktural dan umumnya
dihadapi oleh manager ditingkat puncak.
Daftar Pustaka
Ali Ramadhani, M.T, DR. ir Kadarsah Suryadi. Sistem Pendukung
Keputusan. PT
Remaja Rosdakarya. 1998.
Imam Soeharto, Manajemen Proyek, Erlangga 1995.
Singgih Santoso, Mengolah Data Statistik Secara Profesional,
Penerbit PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2001.
Thomas L.Saaty, Decision Marking For Leader 1999.