SISTEM PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TEMBAKAU MENGGUNAKAN FUZZY SET DAN AHP DENGAN ESTIMASI PRIORITAS METODE CCMA Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Oleh Nanik Tri Ratnawati NIM. 5302413013 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
61
Embed
SISTEM PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TEMBAKAU ...lib.unnes.ac.id/32095/1/5302413013.pdfSISTEM PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK ... DENGAN ESTIMASI PRIORITAS METODE CCMA ... Dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SISTEM PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK
TEMBAKAU MENGGUNAKAN FUZZY SET DAN AHP
DENGAN ESTIMASI PRIORITAS METODE CCMA
Skripsi
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Oleh
Nanik Tri Ratnawati
NIM. 5302413013
PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Nanik Tri Ratnawati
NIM : 5302413013
Program Studi : S-1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Judul Skripsi : SISTEM PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK
TEMBAKAU MENGGUNAKAN FUZZY SET DAN AHP
DENGAN ESTIMASI PRIORITAS METODE CCMA
Skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke panitia sidang ujian skripsi
Program Studi S-1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.
� Sebab hidup adalah ibadah kepada Allah, maka tugas kehambaan kita adalah
mengemudi hati menuju-Nya. (Salim A. Fillah)
Persembahan:
� Allah SWT
� Almarhumah Ibu, Bapak, Kakak, Adik, beserta keluarga tercinta yang
menjadi motivator, penyemangat, dan pemberi dukungan,
� Dosen pembimbing, Dr. Ir. Subiyanto, S.T., M.T. dan Ir. Ulfah Mediaty
Arief, M.T., yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini.
� Sahabat-sahabat saya, Alfian Faiz, Rina Kartika, Susanti, dan Abdul Majid
yang memberi dukungan selama menyelesaikan skripsi ini.
� Tim Unnes Electrical Engineering Student Research Group (UEESRG) yang
telah memberikan dukungan dan waktu untuk diskusi bersama selama
menyelesaikan skripsi ini.
vi
ABSTRAK Tri Ratnawati, Nanik. 2017. Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Tembakau Menggunakan Fuzzy Set Dan AHP dengan Estimasi Prioritas Metode CCMA. Skripsi. Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer. Jurusan Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Dr. Ir. Subiyanto, S.T., M.T. dan Ir. Ulfah Mediaty Arief, M.T.
Tembakau merupakan salah satu tanaman ekspor di Indonesia yang menjadi pemasukan negara melalui pajak. Peningkatan kebutuhan ekspor harus diimbangi dengan peningkatan produksi tembakau. Akan tetapi ketersediaan lahan untuk budidaya tembakau kini semakin berkurang. Penilaian kesesuaian lahan merupakan cara optimalisasi lahan dan produktivitas tembakau. Secara umum, teknik penilaian kesesuaian lahan belum akurat. Metode penilaian kesesuaian lahan yang saat ini tren adalah integrasi fuzzy set dengan AHP. Guna meningkatan akurasi hasil penilaian kesesuaian lahan, maka diperlukan sistem yang mengintegrasikan fuzzy set dan AHP. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan akurasi penilaian kesesuaian lahan melalui sistem penilaian kesesuaian lahan menggunakan fuzzy set dan AHP dengan estimasi prioritas metode CCMA untuk tanaman tembakau. Kriteria yang digunakan dalam penilaian kesesuaian lahan ini meliputi faktor iklim, tanah, dan topografi. Faktor-faktor ini terbagi kedalam 15 sub-kriteria. Setiap sub-kriteria memiliki nilai derajat keanggotaan hasil stadarisasi yang menunjukkan tingkat potensi sub-kriteria untuk budidaya tembakau dan nilai bobot masing-masing yang menunjukkan dampak sub-kriteria terhadap perkembangan tembakau. Stadarisasi nilai setiap sub-kriteria menggunakan metode fuzzy set dan pembobotan setiap kriteria menggunakan AHP dengan estimasi prioritas metode CCMA. Nilai hasil stadardisasi dan pembobotan ini digunakan untuk menentukan indeks kesesuaian lahan. Hasil penilaian sistem selanjutnya dikorelasikan dengan hasil panen dan dibandingkan dengan hasil penilaian konvensional.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa area penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan tingkat marginal untuk budidaya tembakau. Nilai korelasi dari SPKL Fuzzy set dan AHP estimasi prioritas metode CCMA terhadap hasil panen lebih tinggi dibandingkan nilai korelasi penilaian manual. Hal ini menunjukkan bahwa metode fuzzy set dan AHP dengan estimasi prioritas metode CCMA lebih akurat dibandingkan sistem manual yang telah ada, sehingga sistem ini direkomendasikan untuk diimplementasikan dalam penilaian kesesuaian lahan untuk tembakau.
Kata Kunci: Tembakau, penilaian kesesuaian lahan, fuzzy set, analytic hierarchy process, index kesesuaian lahan, kelas kesesuaian lahan.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Tembakau Menggunakan Fuzzy
Set Dan AHP dengan Estimasi Prioritas Metode CCMA”. Skripsi ini merupakan
tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer,
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Penulis
menyadari bahwa penulisan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di
Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Unnes.
3. Dr.-Ing. Dhidik Prastiyanto, S.T., M.T., Ketua Jurusan Teknik Elektro Unnes.
4. Ir. Ulfah Mediaty Arief, M.T., Koordinator Program Studi PTIK Unnes.
5. Dr. Ir. Subiyanto, S.T., M.T. dan Ir. Ulfah Mediaty Arief, M.T., selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Kepala BPTP dan BPS Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian dan pengambilan data sekunder yang digunakan
dalam penelitian.
7. Segenap dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan.
8. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan dan do’a.
9. Rekan-rekan Rombel 1 PTIK Unnes Angkatan 2013, KSR PMI Unit Unnes,
BEM FT Unnes, dan Kerohanian Islam Teknik, terimakasih menjadi sahabat
yang hebat.
viii
10. Berbagai pihak yang telah memberi bantuan untuk karya tulis ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
khususnya bagi penulis sendiri dan masyarakat serta pembaca pada
umumnya.
Semarang, 9 Juni 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................. 5
1.3. Batasan Masalah ...................................................................................... 6
1.4. Rumusan Masalah .................................................................................... 8
1.5. Tujuan ...................................................................................................... 9
yaitu pH tanah yang berpengaruh terhadap produksi tembakau karena jika kondisi
pH tinggi maka produksi tembakau akan turun (Zeng et al., 2014). Faktor
kandungan organik merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah
(Albaji et al., 2009).
2.2.2.3. Faktor Topografi
Faktor topografi yang dipertimbangkan dalam penilaian lahan yaitu relief,
lereng, dan ketinggian tempat. Relief dan lereng berkaitan dengan faktor
pengelolaan lahan dan bahaya erosi, sedangkan faktor ketinggian tempat berkaitan
dengan temperatur udara dan lama penyinaran matahari. Ketinggian tempat diukur
dari permukaan laut sebagai titik nol (Ritung et al,. 2007).
20
2.2.3. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan merupakan tingkat kemampuan suatu bidang lahan untuk
jenis penggunaan tertentu (FAO, 1976). Kesesuaian lahan dapat dinilai untuk
kondisi saat ini maupun setelah dilakukan perbaikan pada lahan tersebut. Lebih
spesifik lagi, kesesuaian lahan ditinjau dari sifat-sifat fisik lahannya yang sesuai
untuk usaha pertanian maupun komoditas tertentu yang produktif (Djaenudin et al.,
2011). Menurut kerangka FAO (1976), terdapat dua macam kesesuaian lahan yaitu
kesesuaian lahan kualitatif dan kuantitatif. Kesuaian lahan kualitatif adalah
kesesuaian lahan yang hanya dinyatakan dalam istilah kualitatif, tanpa perhitungan
yang tepat baik biaya atau modal maupun keuntungan, Klasifikasi ini didasarkan
hanya pada potensi fisik lahan. Sedangkan kesesuaian lahan kuantitatif adalah
kesesuaian lahan yang tidak hanya didasarkan pada kondisi fisik lahan, tetapi juga
mempertimbangkan aspek ekonomi.
Dalam penelitian ini, jenis kesesuaian lahan yang digunakan adalah
kesesuaian lahan kualitatif, hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor
fisik lebih bersifat stabil dibandingkan faktor ekonomi dan sosial, selain itu menurut
Ranst et al (1996) pengembangan kesesuaian lahan secara fisik merupakan syarat
utama untuk perencanaan dan pengembangan penggunaan lahan.
2.2.4. Penilaian Kesesuaian Lahan
Penilaian kesesuaian lahan merupakan proses penilaian pada kemampuan
lahan jika digunakan untuk tujuan tertentu, dengan melibatkan pelaksanaan dan
interpretasi dari survey dan penyelidikan dari fisik lahan untuk mengidentifikasi
dan membuat perbandingan dari jenis penggunaan lahan yang dapat dipakai untuk
tujuan penilaian (FAO, 1976). Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan
21
/atau arahan penggunaan lahan yang diperlukan, dan harapannya dapat berdampak
positif terhadap produksi tanaman (Djaenudin et al., 2011).
2.2.5. Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat
dibedakan menurut tingkatannya sebagai berikut:
2.2.5.1. Tingkat Ordo
Kesesuaian lahan ditingkat ordo menunjukkan keadaan kesesuaian lahan
secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan menjadi lahan yang
tergolong sesuai (S) atau lahan tidak sesuai (N) (FAO, 1976; Djaenudi et al: 2011).
2.2.5.2. Tingkat Kelas
Menurut Djaenudin et al (2011), kesesuaian lahan tingkat kelas
menggambarkan derajat kesesuaian. Tingkatan ini merupakan turunan dari
tingkatan ordo. Secara umum dari tingkat ordo sesuai dibagi menjadi tiga kelas
yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai moderat), S3 (sesuai marginal). Untuk tingkat
ordo N tidak dibeda-bedakan dalam kelas. Pembagian kelas ini dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
Penjelasan tingkat kelas yaitu:
1. Kelas S1 (sangat sesuai): Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang
berarti tehadap penggunaan berkelanjutan dan tidak akan mereduksi
produktivitas lahan secara nyata.
2. Kelas S2 (sesuai moderat): Lahan memiliki faktor pembatas yang dapat
berpengaruh terhadap produktivitas lahan, lahan ini memerlukan masukan
tambahan. Pembatas tersebut bisa diatas oleh petani sendiri.
3. Kelas S3 (sesuai marginal): Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat
dan dapat berpengaruh terhadap produktivitas lahan. Masukan yang
22
diperlukan harus lebih banyak daripada lahan kelas S2. Untuk mengatasi
faktor pembatas ini diperlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya campur
tangan pemerintah atau pihak swasta.
4. Kelas N, (tidak sesuai): Lahan yang memiliki kelas N disebabkan faktor
pembatas yang sangat berat dan/ atau sulit diatasi.
2.2.5.3. Tingkat Subkelas
Menurut Djaenudin et al (2011), tingkat subkelas merupakan tingkatan
dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas
berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat.
Faktor pembatas ini sebaiknya dibatasi jumlahnya, maksimum dua pembatas.
Kemungkinan kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan ini bisa diperbaiki dan
ditingkatkan kelasnya sesuai dengan masukan yang diperlukan, tergantung peranan
faktor pembatas pada masing-masing subkelas.
2.2.5.4. Tingkat Unit
Menurut Djaenudin et al (2011), keadaan tingkat unit merupakan tingkatan
dalam subkelas kesesuaian lahan yang didasarkan pada sifat tambahan yang
berpengaruh dalam pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam satu subkelas
mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dam mempunyai jenis pembatas yang
sama pada satu tingkatan subkelas. Unit satu berbeda dengan unit yang lainnya
dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering
merupakan pembedaan detil dari faktor pembatasnya.
Dalam penelitian ini, klasifikasi tingkat kesesuaian lahan yang digunakan
adalah tingkat kelas. Hal ini dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kesesuaian lahan dari area penelitian dalam tingkat semi detil sesuai tingkat
derajat kesesuaian lahan tersebut, klasifikasi ini berguna untuk perencanaan
23
penggunaan lahan pertanian dan perkebunan. Klasifikasi kelas kesesuaian lahan
untuk tanaman tembakau dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kelas kesesuaian lahan berdasarkan index kesesuaian
No. Kelas Kesesuaian Index Kesesuaian
1 S1 0. 76 – 1
2 S2 0.51 – 0.75
3 S3 0.26 – 0.5
4 N 0.0 – 0.25
2.2.6. Tanaman Tembakau
Tembakau merupakan tanaman bernilai komersial yang disetiap lembaran
daunnya mengandung kandungan penting phyto-chemical yaitu nikotin. Tembakau
termasuk kedalam genus Nicotiana, yang merupakan salah satu dari generasi utama
family Solanaceae, Nicotiana tobacum dan Nicotiana rusticia termasuk kedalam
dua jenis tanaman tembakau yang dikomersilkan (Sarala et al., 2013). Sekitar 120
negara menanam tembakau dan hampir 4 juta hektar lahan pertanian ditanamani
tanaman ini. Berdasarkan data dari Tobacco in Australia, Indonesia termasuk dalam
leading producer’s tembakau nomor 5 pada tahun 2007. Salah satu kabupaten yang
menghasilkan tembakau ini adalah Kabupaten Wonogiri. Dalam penelitian ini,
penilaian kesesuaian lahan dilakukan pada tanaman tembakau secara umum tanpa
memperhatikan varietas tertentu, hal ini didasarkan pada penelitian sebelumnya
(Chen et al., 2012; Zhang et al., 2015) yang juga mengasumsikan seluruh jenis
tembakau memiliki kriteria lahan yang sama.
2.2.7. Kriteria Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Tembakau
Kriteria penilaian kesesuaian lahan yang erat kaitannya dengan penilaian
kesesuaian lahan dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor utama, yaitu faktor iklim,
topografi, dan tanah. Lahan untuk budidaya tembakau memiliki syarat tertentu
ditinjau dari tiga faktor ini. Syarat lahan untuk budidaya tembakau pada penelitian
24
ini mengacu pada penelitian Zhang et al (2015), dengan asumsi sesuai penjelasan
pada BAB I poin 1.1.
2.2.7.1. Faktor Iklim
Faktor iklim yang dipertimbangkan dalam penilaian kesesuaian lahan
untuk tembakau yaitu suhu rata-rata, rata-rata curah hujan, dan lama penyinaran
matahari. Syarat lahan untuk tanaman tembakau dari segi faktor iklim ditunjukkan
pada tabel 2.2. dan kondisi riil iklim di Kabupaten Wonogiri ditunjukkan pada tabel
2.3.
Tabel 2.2. Syarat Lahan untuk Tanaman Tembakau dari Segi Faktor Iklim
No. Sub-kriteria Faktor Iklim Nilai
1. Suhu rata-rata 20-28 ºC
2. Rata-rata total curah hujan selama
recovery stage
50-100 mm
3. Rata-rata total curah hujan selama rapid growth
100-180 mm
4. Rata-rata curah hujan selama maturity stage
80-150 mm
5. Lama penyinaran matahari 400-600 jam
Sumber: Zhang et al (2015)
Tabel 2.3. Kondisi Kabupaten Wonogiri dari Segi Faktor Iklim
No. Sub-kriteria Faktor Iklim Nilai
1. Suhu rata-rata 21-25ºC
2. Rata-rata total curah hujan selama
recovery stage
18-24 mm
3. Rata-rata total curah hujan selama rapid growth
18–28 mm
4. Rata-rata curah hujan selama maturity stage
11-21 mm
5. Lama penyinaran matahari 600-722 jam
Sumber: Badan Pusat Statistika (1998-2014)
25
2.2.7.2. Faktor Tanah
Faktor tanah yang digunakan dalam penilaian kesesuaian lahan untuk
tembakau yaitu kandungan nitrogen (N), phosphorus (P), potassium (K), pertukaran
calcium (Ca) dan magnesium (Mg), pH tanah, dan kandungan organik yang terdapat
pada area penelitian. Syarat lahan untuk tanaman tembakau dari segi faktor tanah
ditunjukkan pada tabel 2.4. dan kondisi riil tanah di Kabupaten Wonogiri
ditunjukkan pada tabel 2.5.
Tabel 2.4. Syarat Lahan untuk Tanaman Tembakau dari Segi Faktor Tanah
No. Sub-kriteria Faktor Tanah Nilai
1. Kandungan N 30 mm kg-1
2. Kandungan P 10-20 mm kg-1
3. Kandungan K 120-240 mm kg-1
4. Pertukaran Ca 8-20 mm kg-1
5. Pertukaran Mg 1.6-3.2 mm kg-1
6. pH tanah 5-6.5
7 Kandungan organik (OM) 0.6-1.6 %
Sumber: Zhang et al (2015)
Tabel 2.5. Kondisi Kabupaten Wonogiri dari Segi Faktor Tanah
No. Sub-kriteria Faktor Tanah Nilai
1. Kandungan N 58-122 mm kg-1
2. Kandungan P 1.8-4.3 mm kg-1
3. Kandungan K 1.8-14.2 mm kg-1
4. Pertukaran Ca 5.5-6.7 mm kg-1
5. Pertukaran Mg 0.6-4.3 mm kg-1
6. pH tanah 7.2-28.5
7 Kandungan organik (OM) %
Sumber: BPTP (2013)
2.2.7.3. Faktor Topografi
Faktor topografi yang dipertimbangkan dalam penilaian kesesuaian lahan
untuk tembakau yaitu relief, lereng, dan ketinggian tempat. Syarat lahan untuk
26
tanaman tembakau dari segi faktor topografi ditunjukkan pada tabel 2.6. dan kondisi
riil topografi di Kabupaten Wonogiri ditunjukkan pada tabel 2.7.
Tabel 2.6. Syarat Lahan untuk Tanaman Tembakau dari Segi Faktor
Topografi
No. Sub-kriteria Faktor Topografi Nilai
1. Lereng 0-12.5 %
2. Ketinggian tempat 150-800 m
3. Relief 0.3-0.7
Sumber: Zhang et al (2015)
Tabel 2.7. Kondisi Kabupaten Wonogiri dari Segi Faktor Topografi
No. Sub-kriteria Faktor Topografi Nilai
1. Lereng 3.39-29.3 %
2. Ketinggian tempat 200 – 815 m
3. Relief 0.5 - 0.75
Sumber: BPTP (2013)
Dengan membandingkan kondisi syarat lahan untuk budidaya tembakau
dari penelitian Zhang et al (2015) yang dilakukan di Provinsi Shandong dengan
kondisi wilayah Kabupaten Wonogiri, maka secara umum terdapat kondisi yang
hampir sama. Berdasarkan persamaan kondisi wilayah tersebut, maka diasumsikan
syarat lahan yang berlaku di Provinsi Shandong juga berlaku di Kabupaten
Wonogiri. Syarat lahan ini akan digunakan dalam pembatasan nilai fungsi
keanggotaan pada proses standarisasi nilai setiap sub-kriteria menggunakan metode
fuzzy set.
2.2.8. Himpunan Fuzzy (Fuzzy set)
Himpunan fuzzy adalah pembagian objek pada suatu kelas dengan
rangkaian derajat dari keanggotaan. Seperti suatu kumpulan yang digolongkan
dengan fungsi keanggotaan yang mana diberikan untuk setiap objek, derajat ini
memiliki range antara 0 sampai 1. Konsep fuzzy set menyediakan poin yang tepat
dari awal untuk membentuk konsep framework yang paralel sesuai dengan
framework yang digunakan dalam kasus ordinary sets, tetapi ini lebih umum dan
27
berpotensi, memungkinkan penggunaan dalam jangkauan yang lebih luas, terutama
dalam bidang klasifikasi dan pemrosesan informasi. Pada dasarnya fuzzy set
merupakan framework yang menyediakan cara alamiah yang berhubungan dengan
masalah yang berawal dari ketidaktepatan karena ketiadaan penentuan kriteria
dengan tegas dalam keanggotaan kelas.
Misalkan X adalah tempat untuk objek dengan elemen dari X ditunjukkan
dengan x, jadi X = {x}. Fuzzy set A pada X merupakan penggolongan dengan fungsi
keanggotaan fA(x) yang terhubung dengan setiap poin pada X dengan nilai yang
berada pada interval [0,1], dengan nilai fA(x) pada x menunjukkan derajat
keanggotaan dari x pada A. Ketika A merupakan himpunan biasa, maka fungsi
keanggotaannya hanya bernilai dua macam yaitu 0 dan 1, dengan fA(x) = 1 berarti x
termasuk kedalam himpunan A, dan fA(x) = 0 berarti x tidak termasuk kedalam
himpunan A (Zadeh, 1965).
Ada beberapa cara menuliskan himpunan fuzzy yaitu:
1. Cara 1 : sebagai himpunan pasangan berurutan
A = {(x1, µA(x1)), (x2, µA(x2)), …, (xn, µA(xn)) }
2. Cara 2 : dinyatakan dengan menyebut fungsi keanggotaan
Cara ini digunakan bila anggota himpunan fuzzy bernilai menerus (riil)
3. Cara 3 : dengan menuliskan sebagai
A = { } untuk x diskrit
A = { } untuk x menerus (continue)
Himpunan fuzzy mempunyai dua atribut :
1. Linguistik: penamaan grup yang mewakili kondisi dengan menggunkan
bahasa alami. Contoh : panas, dingin, tua, muda dsb.
28
2. Numerik: nilai yang menunjukkan ukuran variabel fuzzy
Contoh: 35, 78, 112,0 dsb.
Contoh himpunan fuzzy: misalkan variabel umur dibagi menjadi 3 kategori
Muda: umur < 35 tahun
Paruhbaya: 35 ≤ umur ≤ 55 tahun
Tua: umur > 55 tahun
Himpunan fuzzy diatas dapat digambarkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Contoh himpunan fuzzy untuk variabel umur
2.2.9. Fungsi Keanggotaan
Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang
menunjukan pemetaan titik-titik input data (sumbu x) kedalam nilai keanggotaan
yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Ada beberapa fungsi yang bisa digunakan
diantaranya fungsi keanggotaan trapezoid, S-shape, dan Z-shape.
2.2.10. Fungsi Keanggotaan Fuzzy untuk Kesesuaian Lahan
Penentuan derajat keanggotaan setiap faktor penilaian kesesuaian lahan
membutuhkan fungsi keanggotaan untuk perhitungan, dalam penilaian kesesuaian
lahan ada beberapa tipe fungsi keanggotaan yang digunakan oleh beberapa peneliti
sebelumnya, tipe fungsi keanggotaan tersebut antara lain yaitu fungsi trapezoid /
parabolic / trapesium, fungsi Z-shape, dan fungsi S-shape (Keshavarzi et al., 2010;
Sharififar et al., 2016; Tobert et al., 2008; Zhang et al., 2015). Berdasarkan faktor-
faktor penilaian kesesuaian lahan yang berpengaruh terhadap tingkat kesesuaian
29
lahan untuk tembakau, maka penelitian ini menggunakan tiga fungsi keanggotaan
yaitu trapezoid, S-shape, dan Z-shape
2.2.10.1. Fungsi keanggotaan trapezoid
Fungsi keanggotan trapezoid merupakan fungsi keanggotaan yang
menentukan derajat keanggotaan berdasarkan posisi x dengan empat nilai pembatas
dalam fungsi tersebut. Nilai pembatas ini yaitu a, b, c, dan d. Fungsi keanggotaan
trapezoid digunakan untuk faktor karakteristik lahan yang dimana nilai dari
karakteristik lahan ini akan bernilai optimal pada titik batas optimal saja, semakin
tinggi atau semakin rendah nilai akan berdampak sama pada potensi kesesuaian
lahan untuk tembakau. Bentuk dan rumus dari fungsi keanggotaan trapezoid dapat
digambarkan pada gambar 2.2 dan rumus 2.1.
Gambar 2.2. Model fungsi keanggotaan trapezoid
dimana:
x adalah nilai input dari karakteristik lahan
µ(x) adalah nilai derajat keanggotaan x untuk kesesuaian lahan
a adalah nilai batas terendah
b adalah nilai batas optimal terendah
c adalah nilai batas optimal tertinggi
d adalah nilai batas tertinggi Nilai a < b < c < d
(2.1)
30
2.2.10.2. Fungsi keanggotaan Z-shape
Fungsi Z-shape merupakan fungsi keanggotaan berbetuk S terbalik yang
menentukan derajat keanggotaan berdasarkan posisi x dengan dua nilai pembatas
dalam fungsi tersebut. Nilai pembatas ini yaitu a dan c. Fungsi keanggotaan Z-
shape digunakan untuk faktor karakteristik lahan yang dimana nilai dari
karakteristik lahan tersebut akan memiliki dampak peningkatan potensi kesesuaian
suatu lahan terhadap tembakau jika nilai karakteristik lahan semakin rendah.
Bentuk dan rumus dari fungsi keanggotaan Z-shape dapat digambarkan pada
gambar 2.3 dan rumus 2.2.
Gambar 2.3. Model fungsi keanggotaan Z-shape
dimana:
x adalah nilai input dari karakteristik lahan
µ(x) adalah nilai derajat keanggotaan x untuk kesesuaian lahan
a adalah nilai batas terendah
c adalah nilai batas tertinggi
b adalah
(2.2)
31
2.2.10.3. Fungsi keanggotaan S-shape
Fungsi S-shape merupakan fungsi keanggotaan berbetuk S yang
menentukan derajat keanggotaan berdasarkan posisi x dengan dua nilai pembatas
dalam fungsi tersebut. Nilai pembatas ini yaitu a dan b. Fungsi keanggotaan S-
shape digunakan untuk faktor karakteristik lahan yang dimana nilai dari
karakteristik lahan tersebut akan memiliki dampak peningkatan potensi kesesuaian
suatu lahan terhadap tembakau jika nilai karakteristik lahan semakin tinggi. Bentuk
dan rumus dari fungsi keanggotaan S-shape dapat digambarkan pada gambar 2.4
dan rumus 2.3.
Gambar 2.4. Model fungsi keanggotaan S-shape
dimana:
x adalah nilai input dari karakteristik lahan
µ(x) adalah nilai derajat keanggotaan x untuk kesesuaian lahan
a adalah nilai batas terendah
c adalah nilai batas tertinggi
b adalah
(2.3)
32
2.2.11. Metode AHP dengan estimasi prioritas metode CCMA
AHP merupakan metode yang muncul karena adanya masalah pokok dari
teori keputusan yaitu bagaimana cara memperoleh bobot untuk sekumpulan kriteria
yang sesuai dengan tingkat kepentingan kriteria tersebut. Kepentingan ini biasanya
diperoleh dengan pertimbangan yang cocok untuk kriteria tersebut. Hal ini
merupakan proses pembuatan keputusan dengan multi-criteria dengan
menggunakan struktur hierarki. Objek yang memiliki bobot disebut dengan
prioritas. Metode AHP terfokus pada pengembangan metode untuk memberi skala
bobot dari elemen pada setiap level dari hirarki. AHP membangun matrix pairwise
comparison dari setiap kriteria yang berisi tentang kekuatan salah satu elemen
terhadap elemen yang lain (Saaty, 1977).
Penggunaan AHP untuk memodelkan permasalahan membutuhkan hirarki
atau struktur jaringan untuk menggambarkan permasalahan dan pairwise
comparison untuk membuat hubungan dalam struktur tersebut. Dalam
permasalahan dikrit, perbandingan digunakan untuk memperoleh matrix yang
dominan. Matrix bersifat reciprocal yaitu aji = 1 / aij. Secara umum model dari
hirarki suatu permasalahan yaitu terdiri dari objektif, kriteria, kemudian subkriteria
yang merupakan bagian dari kriteria, dan terakhir yaitu tingkat alternatif dari
pilihan yang dibuat (Saaty, 1987). Banyaknya tingkatan disesuikan dengan
kebutuhan, dalam penelitian ini tingkat hirarki terdapat 3 tingkatan, yaitu tujuan,
kriteria, dan sub-kriteria.
Estimasi prioritas merupakan bagian yang penting dalam AHP. Banyak
penelitian telah dilakukan untuk menentukan prioritas dari pairwise comparison.
Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan prioritas adalah correlation
coefficient maximization appoarch (CCMA), metode CCMA merupakan suatu
33
metode yang menentukan prioritas melalui pemaksimalan koefisien korelasi antar
nilai tiap kolom dari matrix pairwise comparison. Melalui metode CCMA ini akan
diperoleh hasil prioritas yang tepat dari sub-kriteria yang tersedia (Wang et al,
2007).
Tahapan perhitungan AHP dengan estimasi prioritas metode CCMA yaitu:
1. Membuat hirarki permasalahan
Hirarki permasalahan berisi dari tujuan, kriteria dan alternatif. Contoh dari
hirarki ini seperti pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Hirarki permasalahan kesesuaian lahan
(Sumber: Zhang et al., 2015)
2. Membuat matrix pairwise comparison
Pairwise comparison dibuat berdasarkan penetapan tingkat kepentingan
dari faktor berdasarkan skala yang dibuat oleh Saaty. Skala Saaty terdapat dalam
tabel 2.8.
Tabel 2.8. Skala dan deskripsi untuk pairwise comparison AHP
Intensitas kepentingan Deskripsi
1 Equal importance 3 Moderate importance 5 Strong or essential importance 7 Very strong or demonstrated importance 9 Absolute importance 2,4,6,8 Intermediate values Reciprocals Values for inverse comparison
Sumber: Saaty (1977)
34
3. Normalisasi matrix comparison
Normalisasi matrix menggunakan rumus 2.4.
bij = i,j = 1,…,n (2.4)
dimana: bij adalah komponen dari hasil normalisasi matrix
aij adalah komponen dari matrix A
aj adalah rata-rata setiap kolom pada matrix A
4. Menghitung transformasi bobot
Penghitungan transformasi bobot menggunakan rumus 2.6 dan maksimalisasi
jumlah koefisien korelasi dengan rumus 2.5.
R = (2.6)
= i=1,…,n (2.5)
dimana:
adalah hasil tranformasi bobot
bij adalah komponen matrix hasil normalisasi
R adalah koefisien korelasi
5. Menentukan bobot koefisien
Perhitungan bobot koefisien menggunakan rumus 2.7.
β = (2.7)
(2.8)
dimana:
β adalah koefisien bobot
aij adalah komponen matrix A
adalah transformasi bobot
adalah tranformasi bobot per kolom hasil dari perhitungan rumus (2.8)
35
6. Menghitung final prioritas
Perhitungan final prioritas menggunakan rumus 2.9.
= , i = 1,…,n (2.9)
dimana:
adalah final prioritas
n adalah jumlah faktor
β adalah koefisien bobot
adalah transformasi bobot
2.2.12. Metode Fuzzy Set dan AHP dengan estimasi prioritas metode CCMA
dalam penilaian kesesuaian lahan
Penerapan fuzzy AHP dengan estimasi prioritas metode CCMA dalam
penilaian kesesuaian lahan terdapat beberapa tahapan. Tahapan algoritma dari
metode fuzzy set dan AHP dengan estimasi prioritas metode CCMA adalah sebagai
berikut:
2.2.12.1. Identifikasi faktor penilaian
Penelitian ini menggunakan proses penilaian multiple criteria untuk
menilai kesesuaian lahan tanaman tembakau. Banyak faktor yang berdampak
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman (Forestry and Agrifoods Agency of
Canada), namun faktor-faktor ini tidak mungkin untuk digunakan seluruhnya dalam
penilaian kesesuaian lahan (Zhang et al, 2015). Berdasarkan literatur (Ahamed et
al,.2000; Akinci et al,.2013; Albaji et al,.2009; Chen et al,.2012; Feizizadeh and
Blaschke,.2012; Jafari and Zaredar,.2010;Wang et al,.1990, Zhang et al,.2015),
maka ada 3 faktor yang digunakan dan terdapat 15 karakteristik lahan berdasarkan
faktor yang digunakan tersebut sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab 2.2.7.
36
2.2.12.2. Standarisasi sub-kriteria menggunakan metode fuzzy
Sub-kriteria yang digunakan dalam penilaian kesesuaian lahan ini bersifat
multi-criteria, dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Untuk mengetahui tingkat
potensi suatu nilai sub-kriteria untuk budidaya tembakau, maka diperlukakan
standarisasi dalam rentang nilai yang sama untuk seluruh nilai sub-kriteria. Dengan
perhitungan stadardisasi akan diperoleh nilai derajat keanggotaan yang
menunjukkan potensi nilai sub-kriteria tersebut untuk budidaya tembakau. Setiap
faktor memiliki tipe membership function masing-masing sesuai pengaruh faktor
tersebut. Stadardisasi faktor dalam penelitian ini menggunakan membership
function dan rumus sesuai dengan penjelasan pada sub-bab 2.2.10.
2.2.12.3. Pembobotan faktor menggunakan metode AHP estimasi prioritas
metode CCMA
Penilaian kesesuaian lahan merupakan proses penialain multi-criteria
yang menggunakan banyak faktor, maka diperlukan pembobotan untuk setiap
faktor guna mengetahui bobot antar karakteristik lahan terhadap potensi kesesuaian
lahan. Pembobotan faktor dalam penelitian ini menggunakan AHP dengan estimasi
prioritas metode CCMA dengan tahapan sesuai dengan penjelasan pada sub-bab
2.2.11.
2.2.12.4. Penghitungan index kesesuaian lahan
Index kesesuaian lahan dihitung menggunakan model linier additive
combination (Cengiz, T. and C. Akbulak, 2009; Feizizadeh and Blaschke, 2012;
Zhang et al., 2015). Rumus perhitungan index lahan terdapat pada rumus 2.10.
(2.10)
37
dimana: SI adalah index kesesuaian
Wi adalah bobot faktor i hasil perhitungan menggunakan metode AHP
dengan estimasi prioritas metode CCMA
µi adalah derajat keanggotaan untuk fakor i hasil perhitungan
menggunakan metode fuzzy set.
Nilai akhir dari SI berada pada range 0 sampai 1, hal ini dikarenakan nilai
bobot dan derajat keanggotaan setiap faktor juga bernilai 0 sampai 1. Nilai 1
menunjukkan sangat sesuai dan 0 menunjukkan tidak sesuai.
2.2.13. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dimulai dengan dengan melakukan studi literatur.
Berdasarkan studi literatur dari beberapa jurnal, artikel, maupun hasil penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian penilaian kesesuaian lahan untuk
tanaman tembakau. Dari studi literatur diperoleh hasil identifikasi masalah dan
konsep penyelesaian permasalahan tersebut.
Permasalahan yang terjadi adalah ketidakseimbangan antara ketersediaan
lahan dengan kebutuhan peningkatan produktivitas tembakau untuk memenuhi
kebutuhan ekspor. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu adanya upaya
pengoptimalan ketersediaan lahan untuk meningkatkan nilai produktivitas
tembakau dengan cara melakukan penilaian kesesuaian lahan.
Penilaian kesesuaian lahan merupakan proses multi-criteria yang
memerlukan stadardisasi dan pembobotan, karena kriteria penilaian kesesuaian
lahan memiliki bentuk dan satuan yang berbeda, serta memiliki pengaruh yang
berbeda-beda terhadap pertumbuhan tembakau. Stadardisais setiap kriteria
menggunakan metode fuzzy set dan pembobotan setiap kriteria menggunakan
metode AHP.
38
Model sistem penilaian kesesuaian lahan yang akan dibuat menghasilkan
output berupa nilai indeks kesesuaian beserta kelas kesesuaian lahan setiap satuan
unit lahan untuk tembakau di area penelitian. Hasil penilaian ini akan divalidasi
dengan mengkorelasikan nilai dan kelas kesesuaian lahan dengan nilai dan kelas
produktivitas tembakau di area penelitian. Hasil korelasi ini kemudian dibandingan
dengan hasil korelasi antara penilaian dari BPTP terhadap nilai dan kelas
produktivitas tembakau. Tujuan perbandingan ini adalah untuk mengetahui tingkat
akurasi sistem yang dibuat dibandingkan metode yang telah digunakan di BPTP.
Hasil penelitian yang diharapkan yaitu berupa sistem yang tervalidasi
dengan hasil yang lebih baik dibandingan metode yang biasa digunakan di BPTP,
sehingga fuzzy set dan AHP mampu menjadi metode solusi dan alternatif dalam
penilaian kesesuaian lahan untuk tembakau.
Skema alur kerangka berfikir sesuai penjabaran diatas terdapat pada gambar 2.6.
39
Studi Literatur
Mengidentifikasi Masalah:
1. Ketersediaan lahan untuk budidaya tembakau semakin berkurang.
2. Optimalisasi ketersediaan lahan untuk meningkatkan hasil produksi melalui
penilaian kesesuaian lahan.
3. Pemilihan algoritma untuk stadardisasi dan pembobotan setiap kriteria penilaian
dalam penilaian kesesuian lahan merupakan hal penting karena berpengaruh
terhadap hasil penilaian.
4. Tingkat akurasi metode fuzzy set dan AHP dengan estimasi prioritas CCMA
dalam menentukan penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman tembakau.
Menganalisis Masalah:
Mengintegrasikan metode fuzzy set dan AHP untuk meningkatkan tingkat akurasi
hasil penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman tembaku.
Tindakan:
Metode fuzzy set dan AHP diimplementasikan dalam penilaian kesesuaian lahan
untuk tanaman tembakau. Fuzzy set untuk standardisasi setiap kriteria dan AHP
untuk pembobotan setiap kriteria
Validasi Sistem:
Uji kecocokan dengan hasil produktivitas tembakau di lapangan, dan perbadingan
hasil uji kecocokan dari penilaian BPTP.
Hasil:
Sistem tervalidasi dan penerapan metode fuzzy set dan AHP menjadi metode
terekomendasi dalam penilaian kesesuaian lahan untuk tembakau.
Gambar 2.6. Kerangka Berfikir Penelitian
105
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Penilaian kesesuaian lahan untuk tembakau berhasil dibuat menggunakan
metode fuzzy set dan AHP dengan estimasi prioritas metode CCMA dengan studi
kasus Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Penilaian kesesuaian
lahan didasarkan pada kondisi iklim, tanah, dan topografi. Berdasarkan hasil
penilaian, area penelitian memiliki tingkatan sesuai marginal untuk budidaya
tembakau. Hasil penilaian ini kemudian dicocokan dengan data riil di lapangan dan
dibandingkan dengan hasil penilaian dari sistem konvensional. Nilai tingkat
kecocokan menunjukkan bahwa kecocokan dari SPKL fuzzy set dan AHP terhadap
produktivitas yaitu 85%, penilaian ini lebih baik dibandingkan dengan hasil
penilaian BPTP yang memiliki tingkat kecocokan sebesar 78%. Berdasarkan
perhitungan AHP, sub-kriteria yang memiliki tingkat pengaruh paling tinggi
terhadap tingkat kesesuaian suatu lahan untuk tembakau yaitu kondisi relief lahan,
dan sub-kriteria yang memiliki pengaruh paling rendah yaitu ketersediaan nitrogen.
Simpulan yang diperoleh adalah metode fuzzy set dan AHP dengan estimasi
prioritas metode CCMA bisa menjadi alternatif metode penilaian kesesuaian lahan
yang lebih baik dibandingkan metode konvensional, karena proses dalam
penentuan indeks kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan metode yang
sistematis yang dapat meningkatkan ketelitian dalam penilaian kesesuaian lahan.
106
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukan, dapat diajukan saran dalam
pengembangan sistem lebih lanjut yaitu menambahkan faktor penilaian selain
faktor fisik lahan, yang berpengaruh pada tingkat kesesuaian tanamana
tembakau pada suatu lahan untuk mendapatkan hasil penilaian yang lebih
universal dan mampu meningkatkan nilai akurasi sistem.
107
DAFTAR PUSTAKA
Adamcsek, E. 2008. The Analytic Hierarchy Process and its Generalizations. Thesis. Eotvos Lorand University. Hongaria.
Ahamed, T.R.N., K.G.Rao, dan J.S.R. Murthy. 2000. GIS-Based Fuzzy
Membership Model for Crop-Land Suitability Analysis. Agricultural Systems 63: 75-95.
Akinci, H., A.Y.Ozalp, dan B.Turgut. 2013. Agricultural Land Use Suitability
Analysis using GIS and AHP Technique. Computers and Electronics in Agriculture 97: 71–82.
Albaji, M., A.A.Naseri, P. Papan, dan S.B. Nasab. 2009. Qualitative Evaluation of
Land Suitability for Principal Crops in the West Shoush Plain, Southwest Iran. Bulgarian Journal of Agricultural Science 15(2): 135-145.
Badan Pusat Statistika. 2015. Ekspor Tembakau Menurut Negara Tujuan Utama,
2000-2015. BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistika Kabupaten Wonogiri. 2013. Wonogiri dalam Angka. BPS
Kabupaten Wonogiri. Wonogiri. Badan Pusat Statistika Kabupaten Wonogiri. 2014. Wonogiri dalam Angka. BPS
Kabupaten Wonogiri. Wonogiri. Badan Pusat Statistika Kabupaten Wonogiri. 2015. Wonogiri dalam Angka. BPS
Kabupaten Wonogiri. Wonogiri. Burrough, P.A. 1989. Fuzzy Mathematical Methods for Soil Survey and Land
Evaluation. Journal of Soil Science 40: 477-492. Cengiz, T. dan C. Akbulak. 2009. Application of Analytical Hierarchy Process and
Geographic Information Systems in Land-Use Suitability Evaluation: A Case Study of Dumrek Village (Canakkale, Turkey). International Journal of Sustainable Development & World Ecology 16: 286-294.
Chang, N.B., G. Parvathinathan, dan J.B. Breeden. 2007. Combining GIS with
fuzzy multicriteria decision-making for landfill siting in a fast-growing urban region. Journal of Environmental Management 87: 139–153.
Chen, F., G. Peng, W.Su, Y.Qin dan X.Li. 2012. Small-Scale Evaluation of Tobacco
Planting Suitability Based on Spatial Information Technology. International Federation for Information Processing 2012. China.
108
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Tembakau 2014 – 2016. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2011. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. 36p.
Elaalem, M., P. Fisher, dan A. Comber. 2011. A Comparison of Fuzzy AHP and
Ideal Point Methods for Evaluating Land Suitability. Transactions in GIS 15(3): 329–346.
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soils Bulletin No. 32. FAO.
Rome, pp 81.
Feizizadeh, B. dan T. Blaschke. 2012. Land Suitability Analysis for Tabriz County, Iran: A Multi-Criteria Evaluation Approach Using GIS. Journal of Environmental Planning and Management 1: 1–23.
Hamzeh, S., M. Mokarram, dan S.K. Alavipanah. 2014. Combination of Fuzzy and
AHP Methods to Assess Land Suitability for Barley: Case Study of Semi Arid Lands in the Southwest of Iran. Desert 19-2: 173-181.
Hartati, S. dan I.S. Sitanggang. 2010. A Fuzzy Based Decision Support System for
Evaluating Land Suitability and Selecting Crops. Journal of Computer Science 6(4): 417-424.
Hazain, F.A., Harisno, dan N.Legowo. 2012. Land Suitability Map Developmentfor
Central Java and Daerah Istimewa Yogyakarta Provinces Based on WebGIS. Procedia Engineering 50: 532 – 543.
Jafari, S. dan N. Zaredar. 2010. Land Suitability Analysis using Multi Attribute
Decision Making Approach. International Journal of Environmental Science and Development 1: 5.
Keshavarzi, A., F. Sarmadian, A. Heidari, dan M. Omid. 2010. Land Suitability
Evaluation Using Fuzzy Continuous Classification (A Case Study: Ziaran Region). Modern Applied Science 4: 7.
Majaliwa, J.G.M., S. Ratemo, A. Zizinga, M.Mugurura, S. D. Wafula, I. Tunywane,
P. Ababo, A. Achom, C. Tweyambe, K. Kyalisima dan R. Kaahwa. 2015. Suitability of major agricultural land uses around Kibale National Park. African Journal of Agricultural Research 10(36), pp. 3582-3589.
McBratney and O.A. Odeh. 1997. Application of Fuzzy Sets in Soil Science: Fuzzy
Logic, Fuzzy Measurements, and Fuzzy Decisions. Geoderma. 77, 85-113.
109
Nasiri, J., M.R.Naghavi, H. Alizandeh, M.R.F. Moghadam, A. Mashouf dan M. Nabizadeh. 2015. Modified AHP-Based Decision-Making Model Toward Accurate Selection of Eligible Maintenance Media for Production Oftaxanes in Taxus Baccatacallus Culture. Acta Physiol Plant 37:110.
Parapat, D.J. 2009. Model Penentuan Prioritas dalam AHP melalui Koefisien
Korelasi. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.
Prakash, T.N. 2003. Land Suitability Analysis for Agricultural Crops: A Fuzzy
Multicriteria Decission Making Approach.Tesis. International Institute for Geo-Information Science and Earth Observation. Netherland.
Ranst E.V., T. Huajun, and J. Debaveye, R. Da. 1991. Land Suitability
Classification Based on Fuzzy Set Theory. Pedologie. XLI-3 p.277-290.
Ranst E.V., H. Tang, R. Groenemans, dan S. Sinthurahat. 1996. Application of
Fuzzy Logic to Land Suitability for Rubber Production in Peninsular Thailand. Geoderma. 70: 1-19.
Ritung S, Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian
Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, Indonesia.
Saaty, T.L. 1977. A Scaling Method for Priorities in Hierarchical Structures.
Journal of Mathematical Pshychology 15: 234-281. Sarala K., T.G.K. Murthy, P. Rao, dan H. Ravisankar. 2013. Tobacco Research in
India: Trends and Development. Agrotechnology. 2: 3. Sicat, R.S., E.J.M. Carranza, dan U.B. Nidumolu. 2005. Fuzzy Modeling of
Farmers’ Knowledge for Land Suitability Classification. Agricultural Systems 83: 49–75.
Tobert, H.A., E. Krueger, D. Kurtener. 2008. Soil Quality Assessment Using Fuzzy
Modelling. International Agrophysics. 22, 365-370. Wang, F., G.B. Hall and Subaryono. 1990. Fuzzy Information Representationand
Processing in Conventional GIS Software: Database Design and Application. International Journal Geographical Information System 4(3): 261-283.
110
Wang, Y., C. Parkan, dan Y. Luo. 2007. Priority Estimation in the AHP Through Maximization Of Correlation Coefficient. Applied Mathematical Modelling 31: 2711–2718.
Zadeh, L. A. 1965. Fuzzy set. Information and Control 8: 338-353. Zhang, J., Y. Su, J. Wu, dan H. Liang. 2015. GIS Based Land Suitability
Assessment for Tobacco Production using AHP and Fuzzy Set in Shandong Province of China. Computers and Electronics in Agriculture 114: 202–211.
Zeng, W., M. Zeng, H. Zhou, H. Li, Q. Xu, dan F. Li. 2014. The Effect of Soil pH
on Tobacco Growth. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research 6(3): 452-457