-
SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE
ANALISIS ABC, MINIMUM MAXIMUM STOCK
LEVEL (MMSL) DAN REORDER POINT (ROP) DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
HASANUDDIN
DRUG INVENTORY CONTROL SYSTEM USE COMBINATION METHODS OF
ANALYSIS ABC, MINIMUM MAXIMUM STOCK LEVEL (MMSL) AND
REORDER POINT (ROP) IN HASANUDDIN UNIVERSITY HOSPITAL
1Jannatul Ma’wa ,
2Fridawaty Rivai,
3Masni
1 Manajemen Administrasi Rumah sakit, FKM, UNHAS
([email protected]) 2 Manajemen Administrasi Rumah sakit, FKM,
UNHAS ([email protected])
3Biostatistik/ KKB, FKM, UNHAS
([email protected])
Alamat Korespondensi :
Jannatul Ma’wa
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
Makassar, 90245
Hp. 081242555502
Email : [email protected]
-
Abstrak
Aspek terpenting dalam pelayanan kefarmasian adalah melakukan
pengendalian persediaan dengan mengoptimalkan
penyediaan obat termasuk perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian serta pemilihan dan
pengendaliannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan
nilai persediaan, nilai stagnan dan nilai stockout
obat sebelum dan setelah dilakukan simulasi pengendalian
persediaan menggunakan kombinasi metode Analisis
ABC, Minimal Maximal Stock Level (MMSL) dan Reorder Point (ROP)
di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
(RS Unhas). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan metode pre eksperimental design. Penelitian
dilaksanakan di RS Unhas. Pengumpulan data dilakukan menggunakan
teknik dokumentasi dan studi pustaka. Data
dianalisis menggunakan analisis paired samples t test. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan
hasil pengelompokan obat dengan analisis ABC sebelum dan setelah
simulasi. Terdapat perbedaan yang signifikan
pada nilai persediaan, nilai stagnan dan nilai stockout pada
kelompok sebelum dan sesudah simulasi dengan nilai
p=0.001. Hal ini menunjukkan bahwa simulasi pengndalian
persediaan obat di Instalasi Farmasi RS Unhas dengan
kombinasi metode analisis ABC, MMSL dan ROP dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas jumlah dan item
persediaan obat.
Kata Kunci: Manajemen logistik, nilai persediaan, nilai stagnan,
nilai stockout
Abstrack
The most important aspect of pharmaceutical services is to
control inventory by optimizing the supply of drugs,
including planning, procurement, storage, distribution and
selection and control. This study aims to determine
differences of inventory value, stagnant value and stockout
value before and after inventory control simulations use
combination methods of ABC analysis, Minimal Maximal Stock Level
(MMSL) and Reorder Point (ROP) at
Hasanuddin University Hospita (HUH)l. This research is a
quantitative research with pre experimental design
method. The research was carried out at HUH. Data collection was
carried out using documentation and literature
study techniques. Data were analyzed using paired samples t test
analysis. The results of this study indicated that
there were differences in the results of grouping of drugs with
ABC analysis before and after the simulation. There
were significant differences in inventory value, stagnant value
and stockout value of the groups before and after
simulation with p=0.001. These show that the simulation of
inventory control at Pharmacy unit of HUH with
combination methods of ABC analysis, MMSL and ROP can improve
the efficiency and effectiveness of the amount
and item of drug supply.
Keywords:Logistic management, inventory value, stagnant value,
stockout value
-
PENDAHULUAN
Manajemen logistik adalah sistem terintegrasi yang
mengkoordinasikan keseluruhan
proses di organisasi/ perusahaan dalam mempersiapkan dan
menyampaikan produk/ jasa kepada
konsumen (Heizer, 2010). Manajemen logistik berfungsi untuk
merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan keefisienan dan keefektifan aliran barang,
penyimpanan barang, pelayanan dan
informasi terkait dari titik permulaan (point-of-origin) hingga
titik konsumsi (point-of-
consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para
pelanggan (Seto, 2008).
Di banyak negara berkembang, belanja obat di rumah sakit dapat
menyerap sekitar 40-
50% biaya keseluruhan rumah sakit (Mellen, 2013). Belanja
perbekalan farmasi yang sedemikian
besar tentunya harus dikelola dengan efektif dan efisien. Hal
ini diperlukan mengingat dana
kebutuhan obat di rumah sakit tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan. Pengelolaan perbekalan
farmasi yang efektif dan efisien akan mendukung mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit
(Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes, 2010).
Data yang di peroleh dari Instalasi Farmasi RS Universitas
Hasanuddin (RS Unhas)
diketahui bahwa pada tahun 2016 telah terjadi penurunan obat
stagnan yaitu menjadi 7%. Hal ini
menunjukkan telah dilakukannya upaya pengendalian persediaan
obat namun dinilai belum
optimal, karena masih melebihi nilai standar obat stagnan yaitu
kurang dari 2%.
Untuk mengetahui obat dikelola secara efisien atau tidak, dapat
diukur dengan
menghitung nilai Turn Over Ratio (TOR) yang merupakan salah satu
tes efisiensi pengendalian
persediaan di rumah sakit. TOR adalah indikator yang digunakan
untuk mengetahui kecepatan
perputaran persediaan farmasi yaitu seberapa cepat persediaan
farmasi dibeli, dijual dan
digantikan (Quick, 2012).
Angka TOR dapat diperoleh dari harga pokok penjualan per tahun
dibagi nilai rata-rata
persediaan obat. TOR obat merupakan besarnya perputaran dana
untuk tiap jenis obat dalam satu
periode. Semakin tinggi nilai TOR, maka semakin efisien
pengelolaan persediaan (Yohanes,
2015).
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari Instalasi
Farmasi RS Unhas
menunjukkan pada tahun 2016 nilai TOR obat adalah 2,36 kali per
tahun. Dengan nilai TOR
yang rendah menunjukkan bahwa nilai persediaan obat tergolong
tinggi sehingga perputaran dana
pun menjadi sangat kecil. Tingginya nilai persediaan tidak
menjadi jaminan tersedianya seluruh
-
obat yang dibutuhkan pelayanan, terbukti dengan terjadinya
stockout obat di RS Unhas pada
tahun 2016 sebesar Rp 464.619.000.
Diantara rumah sakit yang mengalami stockout obat tersebut,
hampir setengahnya
mengalami kekurangan sebanyak 21 atau lebih obat. Sebanyak 82%
dari rumah sakit menunda
perawatan pasien akibat kekurangan obat dan lebih dari
setengahnya tidak mampu menyediakan
obat sesuai dengan resep yang diberikan. Selain itu, sebagian
besar rumah sakit tersebut
melaporkan biaya obat meningkat sebagai akibat dari kekurangan
obat (Mellen, 2013).
Pada unit farmasi terdapat ratusan hingga ribuan jenis obat yang
harus diteliti dan
diawasi. Masing-masing obat membutuhkan analisis tersendiri
untuk mengetahui order size dan
order point. Akan tetapi harus disadari bahwa berbagai jenis
obat yang ada dalam persediaan
tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
kebijaksanaan pengendalian dengan pertimbangan efisiensi dan
efektifitas untuk membedakan
tingkat pengawasan tiap jenis obat (Wahyuni, 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian
persediaan obat dengan
menggunakan metode pengendalian persediaan yang sesuai dengan
karateristik persediaan rumah
sakit.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Desain penelitian
Pengambilan data dilakukan oleh peneliti di RS Unhas Makassar
pada bulan Februari
2018 dengan menggunakan data pada bulan Januari sampai Desember
tahun 2017. Penelitian ini
menggunakan pendekatan analisis kauntitatif dengan metode
penelitian pre eksperimental
design., yang bertujuan untuk mengetahui pengendalian persediaan
obat dengan menggunakan
metode pengendalian persediaan yang sesuai dengan karateristik
persediaan RS Unhas.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang teridiri dari objek
atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh item obat di Instalasi
Farmasi RS Unhas Makassar periode Januari sampai Desember 2017.
Sampel adalah bagian yang
diambil dari populasi. Prosedur Penarikan sampel dilakukan
secara puroposive sampling. Teknik
Purposive Sampling digunakan berdasarkan data obat yang
terpakai, tersedia dan memiliki data
-
penerimaan langsung di Instalasi Farmasi RS Unhas yang digunakan
sebagai sampel. Kriteria
inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh
subjek agar dapat diikutsertakan
dalam penelitian.
Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data di lokasi penelitian dengan mengacu
pada bagaimana cara
data tersebut diperoleh. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan teknik dokumentasi dan studi pustaka.
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat,
yang berfungsi
memberikan gambaran karakteristik populasi dan penyajian hasil
deskriptif melalui frekuensi dan
distribusi dari variabel bebas dan variabel terikat. Data yang
sudah lengkap tersebut kemudian
digunakan untuk menganalisis perbanedaan nilai persediaan,
stagnan dan stockout obat.
Perhitungan akan dilakukan menggunakan aplikasi Microsoft Excel
dan akan disajikan ke dalam
tabel. Analisis multivariate dalam penelitian ini menggunakan
analisis (paired samples t test)
dengan bantuan program komputer aplikasi IBM SPSS.
HASIL
Penelitian ini dilaksanakan di RS Unhas kota Makassar. Unit
sampel (unit observasi)
adalah seluruh item obat di Instalasi Farmasi RS Unhas Makassar
periode Januari sampai
Desember 2017.
Pada penelitian ini untuk mendapatkan hasil pengelompokan obat
dengan analisis ABC,
dilakukan pengolahan data terhadap jumlah dan nilai pemakaian,
persediaan awal, persediaan
akhir dan penerimaan obat di Instalasi Farmasi RS Unhas selama
periode Januari sampai
Desember 2017.
Berdasarkan data pemakaian obat di RS Unhas diketahui bahwa dari
982 item obat yang
dikelola oleh Instalasi Farmasi RS Unhas terdapat 852 item obat
yang terpakai atau sebesar
86,76% dengan nilai pemakaian sebesar Rp 10.296.273.409,
sedangkan sisanya sebanyak 130
item obat atau 13,24% tidak terpakai. Berdasarkan pengelompokan
obat dengan analisis ABC
dari data pemakaian menunjukkan kelompok A yang merupakan
akumulasi lebih dari 80% nilai
pemakaian terdiri dari 82 atau 9,62% item obat yang menyerap
80,00% jumlah pemakaian senilai
Rp 8.237.027.760, kelompok B merupakan akumulasi dari 15-20%
nilai pemakaian terdiri dari
-
136 atau 15,96% item obat yang menyerap 15,22% atau sebanyak Rp
1.541.630.333 dan
Kelompok C merupakan akumulasi kurang dari 5% nilai pemakaian
yang menunjukkan sebanyak
74,41% atau 634 item obat namun hanya menyerap senilai Rp
517.616.316 atau 5,03% dari total
pemakaian senilai Rp 10.296.273.
Berdasarkan data persediaan awal tanggal 1 Januari 2017 dapat
diketahui bahwa dari 982
item obat yang dikelola oleh Instalasi Farmasi RS Unhas tersedia
sebanyak 579 item obat atau
sebanyak 58,96% dari total item obat yang dikelola yaitu senilai
Rp 4.037.514.511. Kelompok A
yang merupakan akumulasi lebih dari 80% nilai persediaan terdiri
dari 62 atau 10,71% item obat
yang menyerap anggaran sebanyak Rp 3.217.204.435, kelompok B
merupakan akumulasi dari
15-20% nilai persediaan terdiri dari 100 atau 17,27% item obat
yang menyerap anggaran
sebanyak 15,26% atau senilai Rp 616.325.225, sedangkan kelompok
C merupakan akumulasi
dari 5,05% nilai persediaan dengan nilai investasi sebanyak Rp
203.984.851 yang terdiri dari 417
item obat atau sebanyak 72,02% dari seluruh total item obat.
Berdasarkan data obat persediaan akhir tanggal 31 Desember 2017
diketahui bahwa
sebelum dilakukan simulasi pengendalian persediaan, stok obat
yang tersedia di Instalasi Farmasi
RS Unhas sebanyak 516 item obat atau sebanyak 52,55% dengan
nilai investasi sebesar Rp
4.835.087.839 sedangkan stok obat yang tersedia setelah
dilakukan simulasi pengendalian
persediaan dengan kombinasi Analisis ABC, MMSL dan ROP jumlah
item obat meningkat
menjadi 940 atau 95,72% dari seluruh item obat yang dikelola di
Instalasi Farmasi RS Unhas
selama Januari sampai Desember 2017 namun nilai persediaan
menurun menjadi Rp
2.450.410.122.
Dari hasil pengelompokkan obat dengan analisis ABC data tersebut
menunjukkan bahwa
setelah dilakukan simulasi pengendalian persediaan dengan
kombinasi analisis ABC, MMSL dan
ROP masing-masing kelompok terjadi peningkatan jumlah item obat
dengan persentase item obat
Kelompok A dan B menurun sedangkan Kelompok C meningkat, namun
dengan penurunan nilai
persediaan yang signifikan.
Dari data penerimaan obat menunjukkan bahwa setelah dilakukan
simulasi pengendalian
persediaan dengan analisis ABC, MMSL dan ROP diperoleh nilai
penerimaan yang lebih kecil
dibandingkan dengan nilai penerimaan sebelum dilakukan simulasi
dengan selisih Rp
465.234.387, namun item obat yang diterima lebih besar dari item
obat sebelum simulasi dengan
selisih 216.
-
Berdasarkan tabel 2 Perbedaan nilai persediaan obat sebelum dan
setelah simulasi
pengendalian persediaan metode analsis ABC, MMSL dan ROP di RS
Universitas Hasanuddin
Tahun 2017 diketahui bahwa nilai persediaan antara sebelum
dengan setelah simulasi
pengendalian persediaan dengan analisis ABC, MMSL dan ROP
terjadi perbedaan yang
sigifikan, diperoleh nilai p 0,001 lebih kecil dari 0,05.
Perbedaan yang terjadi berupa peningkatan
jumlah item obat yang tersedian di Instalasi Farmasi RS Unhas
pada tanggal 31 Desember 2017
sebanyak 82,17% namun dengan penurunan nilai investasi sebanyak
49,42% atau sebanyak Rp
2.384.677.717 sehingga diperoleh nilai persediaan pada akhir
periode menjadi Rp 2.450.410.122.
Berdasarkan tabel 3 Perbedaan nilai Stagnan Obat Sebelum dan
Setelah Simulasi
Pengendalian Persediaan Metode Analsiis ABC, MMSL dan ROP di RS
Universitas Hasanuddin
Tahun 2017 menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara
nilai stagnan sebelum dengan
setelah simulasi pengendalian persediaan dengan analisis ABC,
MMSL dan ROP, perbedaan
tersebut berupa penurunan jumlah item obat maupun nilai
investasinya.
Bersdasarkan tabel 4 Perbedaan Nilai Stockout Obat Sebelum dan
Setelah Simulasi
Pengendalian Persediaan Metode Analsiis ABC, MMSL dan ROP di RS
Universitas Hasanuddin
Tahun 2017 Berdasarkan hasil pengujian SPSS dengan paired
samples test diperoleh nilai p
0,000 yang lebih kecil dari 0,05 hal ini menunjukkan bahwa
terjadi perbedaan yang signifikan
antara nilai stockout sebelum dengan setelah simulasi
pengendalian persediaan dengan analisis
ABC, MMSL dan ROP.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji analisis paired samples t test. Hasil dari
sampel tersebut
dibandingkan dengan nilai p, sehingga dari perbandingan tersebut
dapat diketahui apakah nilai
sampel yang diperoleh lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai
p yaitu 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Instalasi Farmasi
RS Unhas memiliki
nilai persediaan obat yang sangat besar yaitu Rp 4.037.514.511
dengan nilai TOR sebanyak 8,51
kali per tahun berdasarkan hasil tersebut Instalasi Farmasi RS
Unhas perlu melakukan proses
pengelolaan nilai persediaan obat yang efektif dan efesien.
Nilai persediaan obat di Instalasi
Farmasi RS Unhas sebelum dilakukan simulasi pengendalian
didapatkan nilai investasi
persediaan sebesar Rp 4.835.087.839 dengan jumlah item obat
sebanyak 516 jenis obat,
sedangkan setelah peneliti melakukan pengendalian persediaan
dengan cara simulasi metode
analisis ABC dengan mengelompokkan obat dan menentukan minimum
dan maksimum dengan
-
metode MMSL serta menentukan waktu dan jumlah pemesanan dengan
metode ROP diperoleh
nilai investasi persediaan menjadi Rp 2.450.410.122 dari jumlah
item obat sebanyak 940 jenis
obat sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi efisiensi sebesar
49,42% atau sebesar Rp
2.384.677.717 dengan nilai TOR meningkat menjadi 16,80 kali per
tahun atau efisiensi sebesar
97,50%, selain itu juga ditemukan bahwa item obat yang tersedia
lebih efektif karena mengalami
peningkatan sebesar 82,17%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penerapan metode pengendalian
kombinasi analisis ABC, MMSL dan ROP dianggap cukup efektif dan
efisien dalam menentukan
jumlah obat yang tersedia di Instalasi Farmasi RS Unhas. Dari
hasil uji perbandingan nilai
persediaan antara kelompok sebelum dan setelah simulasi
pengendalian persediaan dengan
analisis ABC, MMSL dan ROP dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan secara signifikan
antara kelompok sebelum dan setelah simulasi dengan nilai p
sebesar 0,001.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maimun (2008),
mengenai perencanaan
obat antibiotik berdasarkan kombinasi metode konsumsi dengan
analisis ABC dan ROP
ditemukan bahwa perencanaan dengan kombinasi metode tersebut
terbukti dapat menurunkan
nilai persediaan dan meningkatkan TOR serta didapatkan efisiensi
sebesar 30,14%.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan jumlah nilai investasi
obat stagnan sebelum
dilakukan simulasi adalah sebesar Rp 3.653.965.851 dengan jumlah
obat sebanyak 460 jenis
obat, keadaan ini menunjukkan adanya penggunaan dana yang kurang
efisien. Sedangkan setelah
dilakukan simulasi pengendalian persediaan dengan kombinasi
metode analisis ABC, MMSL dan
ROP diperoleh jumlah nilai investasi obat stagnan menjadi Rp
438.587.990 dengan jumlah item
obat sebanyak 444 jenis obat sehingga disimpulkan bahwa terjadi
efisiensi yang cukup besar
yaitu sebanyak Rp 3.215.377.860 yang berarti terjadi penurunan
yang signifikan sebanyak
88,00% dengan jumlah item obat 16 jenis obat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penerapan
kombinasi metode pengendalian tersebut dianggap cukup efisien
dan efektif dalam menurunkan
jumlah obat yang stagnan di Instalasi Farmasi RS Unhas.
Dari hasil uji perbandingan nilai stagnan antara kelompok
sebelum dan setelah simulasi
pengendalian persediaan dengan analisis ABC, MMSL dan ROP dapat
disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok sebelum dan
setelah simulasi dengan nilai
p sebesar 0,001. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Imas Sayyidati
(2016), dengan judul Faktor penyebab kejadian stagnant dan
stockout di Instalasi Farmasi Upt
Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur yang menyatakan hasil
penelitiannya adalah masih
-
belum terlaksananya sistem manajemen logistik dengan benar
sehingga menyebabkan kerugian
yang cukup besar akibat adanya kejadian obat stagnant dan
stockout di Instalasi Farmasi UPT
RSMM Jawa Timur.
Berdasarkan hasil penelitian pada perhitungan nilai stockout
sebelum simulasi sebanyak
652 item obat senilai Rp 369.147.130 dan setelah simulasi
pengendalian persediaan
pengendalian persediaan dengan kombinasi analisis ABC, MMSL dan
ROP tidak terjadi stockout
obat selama Januari sampai Desember 2017. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan penerapan
metode pengendalian yang disesuaikan dengan karateristik serta
sifat persediaan maka dapat
diperoleh hasil yang efektif dan efisien terbukti dengan
diperolehnya hasil akhir dari nilai
stockout adalah nol.
Dari hasil uji perbandingan antara kelompok sebelum dan setelah
simulasi dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara
kelompok sebelum dan setelah
simulasi pengendalian persediaan dengan analisis ABC, MMSL dan
ROP dengan nilai p sebesar
0,001.
Penggunaan analisis ABC terhadap nilai persediaan item obat
sangat berpengaruh
terhadap anggaran belanja rumah sakit, hal ini disebabkan oleh
anggaran pembelian obat yang
meningkat akibat penetapan harga obat yang tidak sesuai
(Fadhila, 2013). Besarnya harga satu
item obat akan mempengaruhi seluruh anggaran pembelian RS Unhas.
Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Utari (2015), Pengendalian Persediaan Obat
Paten dengan Metode Analisis
ABC, Metode Economic Order Quantity (EOQ), Buffer Stock dan
Reorder Point (ROP) di Unit
Gudang Farmasi RS Zahirah, ditemukan bahwa dengan adanya
penentuan stok minimum dan
maksimum masing-masing obat generik dapat menghindari kejadian
stockout dan kelebihan
persediaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil uji analisis adanya perbedaan hasil yang
ditemukan pada saat
perhitungan sebelum dan setelah simulasi menunjukkan bahwa
penerapan pengedalian persediaan
dengan kombinasi metode analisis ABC, MMSL dan ROP di Instalasi
Farmasi RS Unhas sangat
efisien dalam mengelompokkan dan mengendalikan item serta jumlah
persediaan obat. Nilai
persediaan menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kelompok
sebelum dan setelah simulasi
dimana terjadi penurunan jumlah item obat dengan selisih sebesar
424 atau 82,17% dengan nilai
-
investasi Rp 2.384.677.717. Hal tersebut menunjukkan bahwa
simulasi metode pengendalian
dianggap efektif dan efisien dalam menekan persediaan obat.
Nilai stagnan menunjukkan
perbedaan yang signifikan pada kelompok sebelum dan setelah
simulasi dimana terjadi
penurunan jumlah item obat stagnan dengan selisih sebesar 16
atau 3,48% dengan nilai investasi
Rp 3.215.377.860. Hal tersebut menunjukkan bahwa simulasi metode
pengendalian dianggap
cukup efektif dan efisien dalam menekan kejadian stagnan obat.
Nilai stockout menunjukkan
perbedaan yang signifikan pada kelompok sebelum dan setelah
simulasi dimana terdapat selisih
jumlah item obat stockout sebesar 652 atau 100% dengan nilai
investasi Rp 1.919.356.427. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pengendalian persediaan dengan
simulasi kombinasi metode
analisis ABC, MMSL dan ROP dianggap sangat efektif dan efisien
dalam menekan kejadian
stockout. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah
dirumuskan, maka
dikemukakan beberapa saran atau rekomendasi sebagai berikut: RS
Unhas perlu membuat daftar
persediaan sesuai dengan tingkat prioritasnya, agar semua pihak
yang terlibat dalam pengelolaan
obat memiliki persepsi yang sama terhadap setiap item obat serta
perbaikan dan pengembangan
manajemen logistik melalui SIM agar mengurangi tingkat kesalahan
dalam pencatatan,
pengambilan dan pengolahan data persediaan. Agar mencapai nilai
persediaan obat yang ideal
sebaiknya pihak manajemen RS Unhas perlu meningkatkan
pengendalian pada proses distribusi
dengan mengkoordinasikan pihak Instalasi Farmasi RS Unhas dengan
pengguna. Agar stagnan
obat dapat terus ditekan sebaiknya Instalasi Farmasi perlu
melakukan perbaikan dan
pengembangan pada proses perencanaan dengan mempertimbangkan
jumlah minimal dan
maksimal serta pada proses pengadaan dilakukan secara bertahap
disesuaikan dengan tingkat
persediaan saat reorder point sehingga persediaan yang diterima
tidak menumpuk dan dapat
memperoleh jumlah persediaan yang optimal. Serta agar stockout
obat dapat dihindari sebaiknya
manajemen RS Unhas melaksanakan proses perencanaan dan pengadaan
melalui SIM yang
terintegrasi agar data pemakaian dan stok persediaan yang
digunakan adalah data yang akurat
serta dengan mempertimbangkan lead time dan safety stock.
-
DAFTAR PUSTAKA
Arnita, A. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Obat
Stagnant di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2014.
Makassar: Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010).
‘Pedoman Pengelolaan
Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit’.
Fadhila, R. (2013). Studi Pengendalian Persediaan Obat Generik
Melalui Metode Analisis ABC,
EOQ dan ROP di Gudang Farmasi RS Islam Asshobirin Tahun 2013.
Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Heizer, (2010). Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba empat
Maimun, A. (2008). Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan
Kombinasi Metode Konsumsi
dengan Analisis ABC dan Reorder Point Terhadap Nilai Persediaan
dan Turn Over
Ratio di Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal.
Program Pascasarjana
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat-UNDIP.
(http://eprints.undip.ac.id/16382/, diakses
24 Agustus 2017).
Mellen, P. W. (2013). ‘Faktor Penyebab dan Kerugian Akibat
Stockout dan Stagnant Obat di
Unit Logistik RSU Haji Surabaya’, Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesi, (Online),
Vol. 1, No. 1.
Quick, R. (2012). ‘Inventory Management in Maganging Drug
Supply. Third Edition Managing
accss to Medicines and health Technologies’, Management Sciences
for Health.
Sayyidati, (2016). ‘Faktor Penyebab Kejadian Stagnan dan
Stockout di Instalasi Farmasi UPT
Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur’, Jurnal Manajemen
Kesehatan.
Seto (2008). Manajemen Farmasi; Apotek, Farmasi Rumah Sakit,
Pedagang Farmasi, Industri
Farmasi. Surabaya: Airlangga
Utari, A. (2015). ‘Cara Pengendalian Persediaan Obat Paten
dengan Metode Analisis ABC,
Metode Economic Order Quantity (EOQ), Buffer Stock dan Reorder
Point (ROP) di
Unit Gudang Farmasi RS Zahirah Tahun 2014’, Jurnal Kesehatan
Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah.
Wahyuni, R.T. (2005). Perbandingan Metode Perencanaan dengan
Menggunakan Minimum-
Maximum Stock Level (MMSL) dan Economic Order Quantity (EOQ).
Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Program
Pascasarjana-UNAIR.
Yohanes. (2015). ‘Analisis Faktor Yang Mepengaruhi Pengelolaan
Obat Publik di Instalasi
Farmasi Kabupaten (Studi di Papua Wilayah Selatan)’, Jurnal Ilmu
Kefarmasian
Indonesia, 94-101
-
Tabel 1 Pengelompokan Obat dengan Analisis ABC Berdasarkan Data
Penerimaan,
Persediaan dan Penerimaan di RS Universitas Hasanuddin Tahun
2017
Kelompok Pemakaian Persediaan
Awal
Persediaan Akhir Penerimaan
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
A 82 62 78 98 80 78
B 136 100 108 177 110 131
C 634 417 330 665 332 529
- 130 403 446 42 460 244
Total 982 982 982 982 982 982
Sumber : Data Primer 2018
Tabel 2 Perbedaan Nilai Persediaan Obat Sebelum dan Setelah
Simulasi Pengendalian
Persediaan Metode Analsis ABC, MMSL dan ROP di RS Universitas
Hasanuddin
Tahun 2017
Sumber : Data Primer, 2018
Tabel 3 Perbedaan Nilai Stagnan Obat Sebelum dan Setelah
Simulasi Pengendalian
Persediaan Metode Analsis ABC, MMSL dan ROP di RS Universitas
Hasanuddin
Tahun 2017
Sumber : Data Primer, 2018
Tabel 4 Perbedaan Nilai Stockout Obat Sebelum dan Setelah
Simulasi Pengendalian
Persediaan Metode Analsis ABC, MMSL dan ROP di RS Universitas
Hasanuddin
Tahun 2017
Sumber : Data Primer, 2018
Kelompok Item Obat Nilai Persediaan Nilai P
Sebelum 516 Rp 4.835.087.839
0,000
Setelah 940 Rp 2.450.410.122
Setelah – Sebelum 424 (Rp 2.384.677.717)
Persentase 82,17%
(100%-182,17%)
49,42%
(100%-50,68%)
Kelompok Item Obat Nilai Stagnan Nilai P
Sebelum 460 Rp 3.653.965.851
0,000
Setelah 444 Rp 438.587.990
Setelah – Sebelum (16) (Rp 3.215.377.860)
Persentase 3,48%
(100%-96,52%)
88,00%
(100%-12,00%)
Kelompok Item Obat Nilai Stockout Nilai P
Sebelum 652 Rp 1.919.356.427
0,000 Setelah - -
Setelah – Sebelum (652) (Rp 1.919.356.427)
Persentase ∞ ∞