1 SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM (PERSIS) 92 MAJALENGKA Hafiizh Muhammad Ramadhan Guru PAI Al-Basyariyah 2 Bandung Al- Basyariyah 2 Cigondewah Rahayu Bandung 40215 Email: [email protected]PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan keagamaan tertua yang ada di Indonesia, Dawam Raharjomenyebutkan bahwa Pesantren ada sebelum datangnya Islam ke Indonesia,ia hidup diperkirakan pada masa Hindu dan Budha,bukti terhadap hal tersebut terlihat dari beberapa hal yang memperkuat dengan adanya tradisi penghormatan santri terhadap gurunya, tata hubungan diantara keduanya tidak didasar pada uang (materil) dan sifat pengajaranya yang murni Agama.Akan tetapi Mastuhu menyebutkan bahwa asal dari pesantren adalah dari agama Jawa, (Agama Jawa adalah perpaduan anatara kepercayaan Animisme, Hinduisme dan Bhudisme) yang selanjutnya sistem pendidikan tersebut diadopsi oleh umat Islam dengan mengonversi nilai ajarannya dengan nilai ajaran Islam yang dilandasi oleh nilai - nilai Tauhid. 1 Terlepas dari itu semua, kata Pesantren kalau coba kita telusuri menurut Zamakhsari Dhofier berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an, yang berarti tempat tingal santri. 2 SoegardaPoerbakawatja juga menjelaskan pesantren berasaldarikatasantri,yaituseorang yang belajar agama Islam,dengandemikian pesantrenmempunyaiarti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. 3 Menurut ManfredZiamek bahwa asal etimologi dari pesantren adalah pe – santri – an, ” tempat santri ” Santri atau murid (umumnya sangat berbeda-beda) mendapat pelajaran dari pimpinan pesantren (kyai) dan oleh para guru (ulama atau ustadz) Pelajaran mencakup berbagai bidang tentang pengetahuan Islam. 4 1. Ading Kusdiana, M.Ag,Sejarah Pesantren, (Bandung ; Humaniora, 2014) hal 5 2.Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1984) hlm. 18 3. Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976)hlm. 223 4. Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Butche B. Soendjono, Pent.(Jakarta: LP3ES,
39
Embed
SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM (PERSIS) … · ManfredZiamek bahwa asal etimologi dari pesantren adalah pe – santri – an, ” tempat santri ” Santri atau murid
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
SISTEM PENDIDIKAN
PESANTREN PERSATUAN ISLAM (PERSIS) 92 MAJALENGKA
Hafiizh Muhammad Ramadhan Guru
PAI Al-Basyariyah 2 Bandung Al-
Basyariyah 2 Cigondewah Rahayu Bandung 40215 Email:
11. Howard M. Federspiel, Persatuan Islam ; Pembaharuan Islam abad XXI (Yogyakarta:UGM Pres,
1996) hlm. 59-87).
12. Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia, 1900 – 1942 (Jakarta : LP3ES, 1995) hal. 95 -113
13. Tiar Anwar Bachtiar, Sejarah Pesantren Persis 1936 – 1983, (Jakarta: Pembela Islam, 2012) hal 13-16
5
Pendidikan Islam yang dirintis oleh M Natsir telah berkembang pesat, sehingga
Pendidikan Islam yang didalamnya ada program-program Frober School (Taman Kanak
– kanak) HIS (Holandshe Inlandshe School), MULO serta pertukangan dan perdagangan,
mengadakan Asrama dan Kursus – kursus. Pendidikan Islam pada tahun 1938
mempunyai cabangyang banyak, yaitu 5 (lima) buah di Jawa Barat dan juga berdiri
diluar Jawa (Bangka dan Kalimantan) sampai akhirnya Pendis atau Pendidikan Islam di
tutup oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1942.14
Pemilihan dan penggunaan istilah Pesantren bagi nama lembaga pendidikan
Persatuan Islam (Persis) pada masa selanjutnya, pada subtansinya mirip dengan lembaga
Pendidikan Islam Madrasah yang dikelola dengan klasikal, akan tetapi dengan tetap
mempertahankan kekhasannya. Seperti yang dikatakan oleh Latief Mukhtar Persatuan
Islam (Persis) mempunyai sistem pendidikan sendiri yang khas yaitu Madrasah dengan
jiwa Pesantren, yang tidak terikat dengan kurikulum Departemen Agama (Kementerian
Agama sekarang) dan tidak pula dengan Departemen Pendidikan (Dinas Pendidikan
sekarang).15
Dengan hal tersebut dapat dipahami bahwa Pesantren Persatuan Islam (Persis)
memiliki kurikulum pendidikan sendiri, yang berlaku bagi semua jenjang
kependidikannya, baik itu pra sekolah, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah maupun
Pendidikan Tinggi, dengan sistem pendidikannya khas Persatuan Islam (Persis) dan
partikelir (swasta). Dan berbeda dengan lembaga pendidikan yang diselenggarakan
organisasi yang lain, baik itu NU maupun Muhammadiyah, dimana NU dengan Lembaga
Pendidikan Maarifnya dan juga Muhammadiyah dengan lembaga pendidikannya semua
kurikulumnya mengacu kepada kurikulum dari pemerintah dan hanya menambah muatan
Ke Nu an ataupun ke- Muhammadiyahan.16
Seiring dengan perjalanan waktu pesantren Persatuan Islam (Persis) telah
memberikan andil bagi terjadinya kaderisasi dengan menghasilkan kader-kader terbaik
pelanjut estafeta kepemimpinan Persis di berbagai daerah, ataupun telah memlihara
tradisi pemikiran tajdid Persatuan Islam (Persis) akan tetapi tantangan kedepan tentunya
lebih berat dan komplek, dimana Pesantren Persis tentunya harus bisa bertahan dan
dinamis dalam menghadapi tantangan tersebut.
14. Tiar Anwar Bachtiar, Pergulatan Pemikiran Kaum Muda Persis, (Bandung: Granada, 2005) . hal. 60 15. A. Latif Mukhtar, Gerakan kembali ke Islam : Warisan terakhir A. Latief Muchtar(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998) hal. 224 16. Toto Suharto, Kontribusi Pesantren Persatuan Islam bagi Penguatan Pendidikan Islam di Indonesia, (Surakarta: Jurnal Millah Vol. XI, No. 1, Agustus 2011) hal. 110-112
6
Dengan hal tersebut diatas menarik dan mendorong penulis untuk meneliti
tentang keberadaan Pesantren Persatuan Islam (Persis) 92 Majalengka, dengan judul :
“ SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM (PERSIS) 92
MAJALENGKA ”
B. Rumusan Masalah Penelitian
1. Bagaimana Sejarah berdirinya Pondok PesantrenPersatuan Islam (Persis) 92
Majalengka ?
2. Bagaimana jadwal pelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Persatuan Islam
No. 92 Majalengka?
3. Seperti apa metode pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Persatuan
Islam No. 92 Majalengka?
4. Apa Saja Unsur – unsur Pesantren yang ada di Pesantren Persatuan Islam 92
Majalengka ?
5. Berdasarkan analisis, apakah Pondok Pesantren Persatuan Islam 92 Majalengka
Statis atau Dinamis?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya pondok pesantren Persatuan Islam 92
Majalengka.
2. Untuk mengetahui jadwal pembelajaran yang ditetapkan di pondok pesantren
Persatuan Islam 92 Majalengka.
3. Untuk mengetahui seperti apa Metode pembelajaran yang di terapkan di pondok
pesantren Persatuan Islam 92 Majalengka.
4. Untuk mengetahui Unsur – unsur Pesantren yang ada di Pesantren Persatuan Islam
92 Majalengka.
5. Untuk menganalisis apakah pondok pesantren Persatuan Islam 92 Majalengka
termasuk pondok pesantren yang bersifat statis atau dinamis.
D. Metode Penelitian
Dalam mengumpulkan data dan memperoleh data-data yang saya butuhkan, saya
menggunakan dua metode penelitian, yaitu :
1. Metode Wawancara
7
Wawancara merupakan salah satu metode penelitian dengan cara “tanya-
jawab” secara langsung dengan nara sumber yang bersangkutan. Dimana dalam hal
ini kami melakukan wawancara dengan salah satu pengajar dan santri pondok
pesantren salaf An-nur.
2. Metode Observasi
Observasi merupakan salah satu metode penelitian dengan cara terjun
langsung ke objek penelitian, kemudian mencatat, merekam, dan bahkan
mengabadikan hal-hal yang sekiranya menunjang dalam proses penelitian melalui
kamera digital atau media yang lainnya.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu alat penelitian yang bertujuan untuk
melengkapi data (sebagai bukti pendukung), yang bersumber bukan
dari manusia yang memungkinkan dilakukannya pengecekan untuk
mengetahui kesesuiannya. Sumber data yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah dokumentasi pembelajaran di pesantren.
8
LANDASAN TEORI
A. Terminologi Pesantren
Istilah Pesantren bisa disebut pondok saja atau kata ini digabungkan menjadi
pondok pesantren, secara esensial, semua istilah ini menggabungkan makna yang sama.
Sesuai dengan namanya, pondok berarti tempat tinggal/menginap (asrama), dan
pesantren berarti tempat para santri mengkaji agama islam dan sekaligus di asramakan.
Kata Pesantren menurut Zamakhsari Dhofier berasal dari kata santri, dengan
awalan pe dan akhiran an, yang berarti tempat tingal santri. SoegardaPoerbakawatja
juga menjelaskan pesantren berasaldarikatasantri,yaituseorang yang belajar agama Islam,
dengan demikian pesantrenmempunyaiarti tempat orang berkumpul untuk belajar agama
Islam.17
Menurut ManfredZiamek bahwa asal etimologi dari pesantren adalahpe–santri–
an,”tempat santri ” Santri atau murid (umumnya sangat berbeda-beda) mendapat
pelajaran dari pimpinan pesantren (kyai) dan oleh para guru (ulama atau ustadz).dan
Pelajaran mencakup berbagai bidang tentang pengetahuan Islamyang dilandasi oleh nilai
- nilai Tauhid.18
Dalam peraturan menteri agama RI mengatakan Pesantren adalah Lembaga
pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat baik sebagai satuan pendidikan
dan/atau sebagai wadah penyelenggara pendidikan.19
Pesantren juga memiliki dua arti
yang dilihat dari segi fisik dan pengertian kultural. Dari segi fisik pesantren merupakan
sebuah kompleks pendidikan yang terdiri dari susunan bangunan yang dilengkapi dengan
sarana prasarana yang mendukung penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan secara
kultural pesantren mencakup pengertian yang lebih luas mulai dari sistem nilai khas yang
secara intrinsik melekat di dalam pola kehidupan komunitas santri, seperti kepatuhan
pada kiai sebagai tokoh sentral, sikap ikhlas dan tawadhu, serta tradisi keagamaan yang
diwariskan secara turun-temurun.Ada pula yang mengartikan pesantren dengan arti
bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari,
memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-sehari.20
Menurut M.Arifin dikutip oleh Mujamil Qomar. Pondokpesantren merupakan
suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar,
17. Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976)hlm. 223
19. Permenag No.3 tahun 2012, tentang Pendidikan Keagamaan Islam, BAB I 20. Mastuhu, Dinamika sistem pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), hal. 55
9
dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama
melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan
dari leader ship seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat
kharismatik serta independen dalam segala hal. Penggunaan gabungan kedua istilah
antara pondok dengan pesantren menjadi pondok pesantren, sebenarnya lebih
mengakomodasikan karakter keduanya. Namun penyebutan pondok pesantren kurang
jami‟ ma‟ni (singkat padat). Selagi perhatiannya dapat diwakili istilah yang lebih singkat,
karena orang lebih cenderung mempergunakan yang pendek. Maka pesantren dapat
digunakan untuk menggantikan pondok atau pondok pesantren.
Bardasarkan lembaga reseach islam (pesantren luhur) mendefinisikan pesantren
merupakan suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-
pelajaran agama islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggal.
B. Tujuan Pesantren
Tujuan pesantren merupakan bagian terpadu dari faktor-faktor pendidikan.
Tujuan merupakan rumusan hal-hal yang diharapkan dapat tercapai melalui metode,
sistem dan strategi yang diharapkan. Dalam hal ini tujuan menempati posisi yang amat
penting dalam proses pendidikan sehingga materi, metode dan alat pengajaran harus
disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan.
Pada dasarnya pesantren sebagai lembaga pendidikan islam, tidak memiliki
tujuan yang formal tertuang dalam teks tertulis. Namun hal itu bukan berarti pesantren
tidak memiliki tujaun, setiap lembaga pendidikan yang melakukan suatu proses
pendidikan, sudah pasti memiliki tujuan-tujuan yang diharapkan dapat dicapai, yang
membedakan hanya apakah tujuan-tujuan tersebut tertuang secara formal dalam teks atau
hanya berupa konsep-konsep yang tersimpan dalam fikiran pendidik. Hal itu tergantung
dari kebijakan lembaga yang bersangkutan.
Untuk mengetahui tujuan pesantren dapat dilakukan melalui wawancara kepada
kiai atau pengasuh pondok yang bersangkutan. Menurut Mastuhu berdasarkan
wawancara yang dilakukannya, bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan
dan menggambarkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa
kepada tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau khidmat kepada
mesyarakat dengan jalan menjadi kaula atau abdi masyarakat yang diharapkan seperti
kepribadian rasul yaitu pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhamad
SAW, mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebabkan agama
10
atau menegakkan islam dan kejayaan umat ditengah-tengah masyarakat (Izz.al-Islam wa
al-muslimin) dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepriadian manusia.
Menurut keputusan hasil musyawarah/lokakarya intensifikasi pengembangan
pondok pesantren yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 2 s/d 6 mei 1978, tujuan umum
pesantren yaitu membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan
ajaran-ajaran agama islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut. Pada segi
kehidupannnya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama,
masyarakat dan negara.
Adapun tujuan khusus pesantren adalah :
1. Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi seorangmuslim yang
bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia,memiliki kecerdasan, keterampilan dan
sehat lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila.
2. Mendidik siswa/santri untuk menjadikan manusia muslim selaku kader-kader ulama
dan mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan
sejarah islam secara utuh dan dinamis.
3. Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan dirinya dan
bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan negara.
4. Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan regional
(pedesaan/masyarakat lingkungannya).
5. Mendidik siswa/santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor
pembangunan, khususnya pembangunan mental-spiritual.
6. Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat bangsa.
Semua tujuan yang telah disebutkan diatas semuanya dirumuskan melalui
pemikiran (asumsi), wawancara yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya
maupun keputusan musyawarah/loka karya.
C. Metode Pendidikan Pesantren
Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua dan khas Indonesia keberadaannya
dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, pertama Pesantren Tradisional dan Pesantren
Moderen, adapun pengertian Pesantren Trasdisional adalah yang melakukan pengajaran
terhadap santri santrinya untuk belajar agama islam secara khusus tanpa
11
mengikutsertakan pendidikan umum didalamnya. Kegiatan yang dilakukan biasanya
mempelajari ajaran belajar menggunakan kitab-kitab kuning atau kitab kuno (klasik),
yang menggunakan metode tradisional seperti hafalan, menerjemahkan kitab kitab
didalam berlangsungnya proses belajar mengajar.
Sedangkan Pesantren Moderen atau disebut juga Pesantren Khalafiyah adalah
pesantren yang mengadopsi sistem madrasah atau sekolah yang memasukkan pelajaran
umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang
menyelenggarakan tipe sekolah sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP,
MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya.21
Ada juga yang mendefinisikan
Pesantren yang selain memberikan pengajaran kitab-kitab klasik juga membuka sekolah-
sekolah umum. Sekolah-sekolah umum itu dalam koordinasi dan berada di lingkungan
pesantren. Keberadaan sekolah dimaksudkan untuk membantu mengembangkan
pendidikan pesantren. Di dalamnya terdapat perpaduan antara ilmu umum dan ilmu
agama. Pengelolaannya tersistem dan terstruktur. Kegiatan di sekolan di dalam pesantren
menjadi seimbang.22
1. Metode Tradisional
a. Metode Sorogan
Metode sorogan merupakan metode yang ditempuh dengan cara ustadz
menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual. Sasaran metode ini biasanya
kelompok santri pada tingkat rendah yaitu mereka yang baru menguasai pembacaan Al-
quran. Melalui sorogan, pengembangan intelektual santri dapat ditangkap oleh kiai
secara utuh. Dia dapat memberikan bimbingan penuh sehingga dapat memberikan
tekanan pengajaran terhadap santri-santri tertentu atas dasar observasi langsung terhadap
tingkat kemampuan dasar dan kapasitas mereka. Kelemahan penerapan metode ini
menuntut pengajar untuk besikaf sabar dan ulet, selain itu membutuhkan waktu yang
lama yang berarti pemborosan, kurang efektif dan efisien. Kelebihannya yaitu secara
signifikan kiai/ustadz mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal
kemampuan santri dalam menguasai materi yang diajarkan.
b. Metode Wetonan
21. DEPAG, Pedoman Pondok Pesantren (Jakarta: “t.p.”, 2002), hal. 6
22Klasifikasi ini tertuang dalam Wardi Bakhtiar, Laporan Penelitian Perkembangan Pesantren di
Jawa Barat (Bandung: Balai Penelitian IAIN Sunan Gunung Djati, 1990), hal. 22.
12
Metode wetonan atau di sebut juga metode bandungan adalah metode pengajaran
dengan cara ustadz/kiai membaca, menerjemahkan, menerangkan dan mengulas
kitab/buku-buku keislaman dalam bahasa arab, sedangkan santri mendengarkannya.
Mereka memperhatikan kitab/bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti
maupun keterangan) tentang kata-kata yang diutarakan oleh ustadz/kiai.
Kelemahan dari metode ini yaitu mengakibatkan santri bersikaf pasif. Sebab
kreatifitas santri dalam proses belajar mengajar di domoninasi oleh ustadz/kiai,
sementara santri hanya mendengarkan dan memperhatikan.
Kelebihan dari metode ini yaitu terletak pada pencapaian kuantitas dan
pencapaian kjian kitab, selain itu juga bertujuan untuk mendekatkan relasi antara santri
dengan kiai/ ustadz.
c. Metode Ceramah
Metode ceramah ini merupakan hasil pergeseran dari metode wetonan dan metode
sorogan. Said dan Affan melaporkan bahwa metode wetonan dan metode sorogan yang
semula menjadi ciri khas pesantren, pada beberapa pesantren telah diganti denganm
metode ceramah sebagai metode pengajaran yang pokok dengan sistem klasik. Namun
pada beberapa pesantren lainnya masih menggunakan metode sorogan dan wetonan
untuk pelajaran agama, sedangkan untuk pelajaran umum menggunakan metode
ceramah. (Said dan Affan : 98).
Kelemahan dari metode ini justru mengakibatkan santri menjadi lebih fasif,
sedangkan kelebihannya yaitu mampu menjangkau santri dalam jumlah banyak, bisa
diterapkan pada peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen dan pengajar mampu
menyampaikan materi yang relatif banyak.
d. Metode Muhawarah
Metode muhawarah adalah metode yang melakukan kegiatan bercakap-cakap
dengan menggunakan bahasa arab yang diwajibkan pesantren kepada para santri selama
mereka tinggal di pondok.(Arifin :39). Sebagian pesantren hanya mewajibkan pada saat
tertentu yang berkaitan dengan kegiatan lain, namun sebagian pesantren lain ada yang
mewajibkan para santrinya setiap hari menggunakan bahasa arab.
Kelebihan dari penerapan metode ini yaitu dapat membentuk lingkungan yang
komunikatif antara santri yang menggunakan bahasa arab dan secara kebetulan dapat
13
menambah pembendaharaan kata (mufradat) tanpa hafalan. Pesantren yang menerapkan
metode ini secar intensif selalu berhasil mengembangkan pemahaman bahasa.
e. Metode Mudzakarah
Metode mudzakarah adalah suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik
membahas masalah diniyyah seperti aqidah, ibadah dan masalah agama pada umumnya.
Aplikasi metode ini dapat mengembangkan dan membangkitkan semangat intelektual
santri. Mereka diajak berfikir ilmiah dengan menggunakan penalaran-penalaran yang
didasarkan pada Al-qur‟an dan Al-sunah serta kitab-kitab keislaman klasik. Namun
penerapan metode ini belum bisa berlangsung optimal, ketika para santri membahas
aqidah khususnya, selalu dibatasi pada madzhab-madzhab tertentu. Materi bahasan dari
metode mudzakarah telah mengalami perkembangan bahkan diminati oleh kiai yang
bergabung dalam forum bathsul masail dengan wilayah pembahasan yang sedikit meluas.
f. Metode Majlis Ta’lim
Metode majlis ta‟lim adalah metode menyampaikan pelajaran agama islam yang
bersifat umum dan terbuka, yang dihadiri jama‟ah yang memiliki latar belakang
pengetahuan, tingkat usia dan jenis kelamin.
Metode ini tidak hanya melibatkan santri mukmin dan santri kalong (santri yang
tidak menetap di asrama cuma belajar dipesantren ) saja tetapi masyarakat sekitar
pesantren yang tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pengajian setiap hari.
Pengajian majlis ta‟lim bersifat bebas dan dapat menjalin hubungan yang akrab antara
pesantren dan masyarakat sekitarnya.23
2. Metode Moderen
Pesantren yang dalam sistem pengajarannya mengadopsi dan menerapkan sistem
pengajaran klasikal moderen.Baik itu pembelajaran dilakukan di dalam ruang atau kelas
dengan adanya meja dan kursi dan juga kyai ataupun ustadz menggukan metode
pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran sebagaimana yang dipakai di
lembaga pendidikan Islam (madrasah) dan Umum (sekolah).
23. HS, Mastuki, El-sha, M. Ishom. ''Intelektualisme Pesantren'', (Jakarta: Diva Pustaka, 2006) Hal 22-25
14
3. Metode Kombinasi
Sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan teknologi banyak
pesantren yang melakukan pembenahan dalam metode pembelajaran, hal itu dilakukan
guna memperbaiki kualitas-kualitas sumber daya santri sehingga bisa menyesuaikan
dengan perkembangan zaman. Berdaarkan persfektif metodik, pesantren terpolarisasikan
menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Pesantren yang hanya meggunakan satu metode yang bersifat tradisional dalam
mengajarkan kitab-kitab klasik.
b. Pesantren yang hanya menggunakan metode-metode hasil penyesuaian dengan
metode yang dikembangkan pendidikan formal.
c. Pesantren yang menggunakan metode-metode bersifat tradisional dan
mengadakan penyesuaian dengan metode pendidikan yang dipakai dalam
lembaga pendidikan formal.
D. Unsur - unsur Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang khas Indonesia, dimana
menurut Dhofierunsure – unsur khas pesantren baik tradisional maupun modern yang
membedakannya dengan Pendidikan Islam, yaitu : Mesjid,Pondok, Pengajaran Kitab – kitab
Kuning, Santri dan Kyai.
1. Mesjid
Mesjid mempunyai kedudukan yang penting dalam sistem pendidikan
Pesantren, karena mesjid dainggap sebagai tempat yang tepat untuk mendidik santri,
terutama dalam praktik Sholat lima waktu, Khutbah dan Sholat Jumat, dan pengajaran
kitab Kuning.Lebih daripada itu mesjid dijadikan pusat penggemblengan sikap mental
keagamaan santri yang tinggal di dalam komplek pesantren.Bahkan seringkali
pendirian pesantren terlebih dahulu dengan didirikannya mesjid.Baru setelah santrinya
banyak, maka dilanjutkan dengan pendirian bangunan – bangunan lainnya, seperti
Pondok dan Madrasah.
2. Pondok
Pada tahun 1960-an pusat –pusat pendidikan pesantren di Indonesia lebih
dikenal dengan sebutan istilah Pondok, nama Pondok berarti tempat tinggal atau
Asrama – asrama bagi para santri yang terbuat dari bamboo, atau juga berasal dari
15
bahasa Arab , yaitu funduq yang artinya adalah Hotel atau Asrama. Adanya Pondok
atau Asrama bagi para santri merupakan kekhasan tradisi pesantren, yang
membedakannya dengan dengan system pendidikan tradisional di mesjid – mesjid
yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam di Negara-negara lain.
3. Pengajaran Kitab – kitab Kuning
Pengajaran Kitab Klasik adalah pengajaran yang di berikan kepada santri untuk
mengkaji, memperdalam dan menguji pemahaman dan kemahiran mereka membaca
dan memahami kitab – kitab klasik. Adapun kitab-kitab klasik yang diajarkan di
pesantren yaitu : Nahwu, fikih, ushul fikih, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf dan etika.
4. Santri
Menurut Nurkholis Majid (Cak Nur) tentang asal muasal istilah santri, Kata
Santri itu berasal dari kata “sastri” kata yang berasal dari bahasa Sansakerta, yang
mempunyai arti melek huruf Hal tersebut dikarenakan menjadi santri berarti menjadi
tahu Agama dengan mempelajari kitab – kitab berbahasa Arab, atau paling tidak bisa
membaxca Al Quran, akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa Santri berasal dari
bahasa jawa, yaitu dari kata Cantrik, yang artinya Seseorang yang selalu mengikuti
seorang guru kemanapun guru tersebut menetap.24
Menurut tradisi Pesantren Santri itu terbagi kepada dua, yaitu Santri mukim dan
Santri Kalong, yang dinamakan Santri mukim adalah santri menetap atau tinggal di
lingkungan Pesantren / atau di Asarama. Sedangkan Santri Kalong adalah Santri yang
berasal dari penduduk di sekitar Pesantren yang tidak tinggal di Asrama atau
dilingkungan Pesantren.
Ada beberapa alasan kenapa santri pergi jauh dari rumahnya dan menetap di
pesantren adalah karena beberapa alas an sebagai berikut, pertama Ingin mempelajari
kitab – kitab lain yang membahas Islam lebih mendalam dibawah bimbingan kyai
yang memimpin pesantren.keduaingin memperoleh penmelek huruf.galaman
kehidupan pesantren, baik suasana pembelajaran, berorganisasi dan berkomunikasi
dengan pesantren lainnya, ketiga ingin fokus study di pesantren tanpa harus terganggu
dengan kesibukan lainnya.
24. Nurkholis Madjud, Bilik bilik Pesantren, hal.21-22
16
5. Kyai.
Kyai adalah unsur yang paling esensial dalam sebuah pesantren, bahkan
terkadang ia pula pendirinya, maka suatu yang wajar ketokohan dan kharisma seorang
mempengaruhi kemajuan dan kemunduran dari sebuah pesantren.
Menurut Asal usulnya Kyai dipakai untuk ketiga jenis gelar yang saling
berbeda, yaitu :
a. Gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat.
b. Gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya
c. Gelar kehormatanyang diberikan oleh masyarakatkepada seorang ahli agama
Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantrendan mengajarkan kitab –
kitab kuning klasik kepada santrinya, selain gelar kyai ia juga bisa di panggil
dengan gelar alim, ustadz, ajengan dan lain lain..25
E. Transformasi Kurikulum Pesantren
1. Materi Dasar Keislaman Dengan Ilmu Keislaman
Sistem pendidikan dipesantren tidak didasarkan pada kurikulum yang digunakan
secara luas, tetapi diserahkan pada penyesuaian elastis antara kehendak kiai dengan
kemampuan santrinya secara individual.
Ketika masih berlangsung dilanggar (surau) atau masjid, kurikulum pengajian
masih dalam bentuk yang sederhana, yakni berupa inti ajaran islam yang mendasar.
Rangkaian trio komponen ajaran islam yang berupa iman, islam dan insan atau dokrin,
ritual, dan mistik telah menjadi perhatian kiai perintis pesantren sebagai kurikulum yang
diajarkan kepada santrinya. Penyampaian tiga komponen ajaran islam tersebut dalam
bentuk yang paling mendasar, sebab disesuaikan dengan tingkat intelektual dengan
masyarakat (santri) dan kualitas keberagamaannya pada waktu itu.
Peralihan dari langgar (surau) atau masjid lalu berkembang menjadi pondok
pesantren ternyata membawa perubahan materi pengajaran. Dari sekedar pengetahuan
menjadi suatu ilmu.
Dalam perkembangan selanjutnya, santri perlu di berikan bukan hanya ilmu-ilmu
yang terkait dengan ritual keseharian yang bersifat praktis-pragmatis, melainkan ilmu-
ilmu yang berbau penalaran yang menggunakan referensi wahyu seperti ilmu kalam,