perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 0 SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI DASAR VERBA TESIS Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif Oleh: Husniah Ramadhani Pulungan S110908006 PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
149
Embed
SISTEM PEMBENTUKAN VERBA BAHASA BATAK ANGKOLA DARI … · tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0
SISTEM PEMBENTUKAN VERBA
BAHASA BATAK ANGKOLA DARI DASAR VERBA
TESIS Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif
Oleh: Husniah Ramadhani Pulungan
S110908006
PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK Husniah Ramadhani Pulungan. S110908006. Sistem Pembentukan Verba Bahasa Batak Angkola dari Dasar Verba. Pembimbing I: Prof. Dr. H.D. Edi Subroto. Pembimbing II: Dr. Djatmika, M.A. Tesis: Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Maret, 2011.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan afiks-afiks derivasional dan afiks-afiks infleksional pembentuk verba Bahasa Batak Angkola (BBA) dari dasar verba beserta aspek semantik dan keproduktifannya. Penyediaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik rekam, teknik pustaka, dan teknik kerjasama dengan informan, lalu teknik simak, teknik sadap, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat adalah sebagai teknik lanjutannya. Sumber data dalam penelitian ini adalah kaset, interview dengan informan, dan beberapa buku yang ditulis dalam BBA. Adapun data yang dianalisis berupa verba dalam BBA baik monomorfemik maupun polimorfemik yang tuturan/ kalimatnya mengalami afiks derivasi dan afiks infleksi. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode agih atau distribusional dengan teknik urai unsur terkecil (ultimate constituent analysis), teknik urai/ pilih unsur langsung (immediate constituent analysis), teknik oposisi dua-dua, dan teknik perluasan atau ekspansi. Penelitian ini juga menggunakan metode padan dengan teknik dasar pilah unsur tertentu. Hasil analisis data, menunjukkan bahwa dari 100 verba dasar transitif dan 25 dasar verba intransitif yang berada dalam ruang lingkup Paradigma I adalah sebagai berikut. Bentuk-bentuk afiks derivasional adalah kategori D–i dan kategori D–kon. Aspek semantiknya adalah makna afiks derivasional –i (frekuentatif, dan lokatif), dan makna afiks derivasional –kon (benefaktif, melakukan dengan perbuatan alat, melakukan dengan sungguh-sungguh (intensif), kausatif, dan direktif), sedangkan produktifitasnya terbatas karena sifatnya yang unpredictable. Bentuk-bentuk afiks infleksional adalah kolom A (kategori maN-D, di-D, hu-D, di-D-ho, di-D-ia, tar-D), kolom B (kategori maN-D-i, di-D-i, hu-D-i, di-D-iho, di-D-iia, tar-D-i), dan kolom C (kategori maN-D-kon, di-D-kon, hu-D-kon, di-D-konho, di-D-konia, tar-D-kon). Aspek semantiknya adalah bentuk baris 1 berfokus pada agen, sedangkan baris 2-6 berfokus pada pasien, kemudian produktifitasnya luas karena sifatnya yang predictable. Namun, terdapat beberapa verba tertentu yang tidak dapat dilekati afiks derivasi dan infleksi karena alasan semantis, dan beberapa verba, hukumnya harus dihapal karena sudah menjadi konvensi di masyarakat. Sistem pembentukan verba Bahasa Batak Angkola adalah salah satu objek kajian di bidang Linguistik Deskriptif. Karenanya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian sejenis berikutnya. Semoga, penelitian ini dapat menjadi salah satu pedoman dalam upaya pelestarian bahasa Nusantara sebagai kekayaan bangsa. (Kata Kunci: derivasi, infleksi, afiks, semantik, transitif, intransitif, verba).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Batak Angkola (selanjutnya BBA) adalah salah satu bahasa
Nusantara yang sudah mulai mengalami pergeseran dalam pemakaiannya. Hal itu
disebabkan oleh adanya budaya merantau dan datangnya para perantau dari
daerah lain yang mau tidak mau secara langsung ataupun tidak langsung
membawa perubahan budaya dan bahasa bagi masyarakat itu sendiri baik di kota
maupun di desa. Di samping itu, walaupun para orang tua masih menggunakan
BBA dalam kehidupan sehari-hari, ternyata akibat era globalisasi kecenderungan
para orang tua untuk lebih mengajarkan bahasa Indonesia atau bahasa asing
kepada para generasi penerusnya lebih besar daripada mengajarkan BBA, dengan
tujuan agar para generasi penerus ini dapat mengikuti perkembangan zaman yang
sudah semakin canggih.
Di satu sisi, sikap para orang tua ini berdampak positif karena dilandasi
rasa ingin maju, tetapi di sisi lain sangat disayangkan sekali karena tanpa disadari
sikap para orang tua yang demikian dapat membuat penggunaan BBA semakin
lama semakin berkurang dan akhirnya bahasa daerah ini bisa punah. Hal ini tidak
boleh terjadi, karena BBA merupakan warisan sejarah yang sudah turun-temurun
berperan sebagai alat komunikasi yang signifikan antarmasyarakat Batak
Angkola. Alangkah baiknya apabila masyarakat Batak Angkola mau menyadari
dan mau bersama-sama menjaga dan melestarikan bahasa daerah ini. Setidaknya,
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
walaupun tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena faktor situasional,
masyarakat dapat menggunakannya dalam keluarga atau ketika bertemu sanak
saudara karena itu merupakan sebuah ciri dan kebanggaan bagi bangsa Indonesia
khususnya bagi masyarakat Batak Angkola tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin ikut berperan serta dalam
pelestarian BBA dengan membuat penelitian mengenai sistem verba BBA yang
bertujuan agar masyarakat Batak Angkola baik para orang tua maupun generasi
muda dapat mempelajari BBA. Selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan
bermanfaat bagi masyarakat guru bahasa, masyarakat linguistik, dan masyarakat
umum yang ingin mengetahui dan menambah wawasan tentang BBA. Senada
dengan pernyataan di atas, Harahap (2007:ii) menyatakan bahwa Undang-Undang
No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang dalam rangka
melestarikan budaya daerah sebagai bagian dari budaya nasional.
Ginting (1997:2) menekankan dalam UUD 1945 bab XV ayat 1 dan 2
dipaparkan bahwa bahasa-bahasa daerah masih dipakai sebagai alat perhubungan
dan alat komunikasi yang hidup, dihargai dan dipelihara oleh negara. Hal ini
dikarenakan bahasa daerah itu adalah bahagian dari kebudayaan nasional yang
tetap hidup dan berkembang. Dengan demikian, bahasa daerah itu adalah
pendukung kebudayaan serta menjadi lambang identitas daerah yang turut
menunjang pembinaan bahasa nasional. Berlandaskan pernyataan-pernyataan di
atas diharapkan pelaksanaan sosialisasi dari pelestarian BBA ini akan lebih mudah
dan terbuka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
BBA merupakan bagian dari jenis bahasa suku Batak yang terdapat di
Sumatera Utara. Menurut Hutahuruk (1987:6) suku Batak itu mempunyai tujuh
sub suku: Toba, Dairi, Angkola, Mandailing, Campuran, Karo dan Simalungun.
Adapun pembagian tempat tinggalnya adalah sebagai berikut:
1) Daerah Kabupaten Tapanuli Utara
a. Orang Batak Toba berada di pulau Samosir (Pangururan); sekitar
Danau Toba (Balige); tanah datar Humbang (Siborong-borong); dan
lembah Silindung (Tarutung).
b. Orang Batak Dairi di tanah Pakpak dengan kota Sidikalang.
2) Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan
a. Orang Batak Angkola berada di sekitar Padangsidimpuan, Sipirok dan
Gunung Tua;
b. Orang Mandailing berada di sekitar Panyabungan, Natal dan Muara
Sipongi.
3) Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah (Pesisir)
Di daerah ini yang tinggal adalah pertemuan orang Batak Toba (mayoritas)
dengan orang Batak Angkola dan orang pendatang dari luar suku Batak;
terdapat di daerah pantai dari Sibolga sampai Barus.
4) Daerah Kabupaten Karo, Sumatera Timur adalah tempat tinggal orang Batak
Karo (Kabanjahe).
5) Derah Kabupaten Simalungun, Sumatera Timur adalah tempat tinggal orang
Batak Simalungun (Pematangsiantar).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Tarigan dalam Hasibuan (1972:6) membagi bahasa-bahasa Batak
sebagai berikut:
1. Angkola
2. Karo
3. Mandailing
4. Pakpak
5. Simalungun
6. Toba
Tinggibarani (2008:1) menyatakan bahwa bahasa Angkola adalah salah
satu bahasa di daerah Tapanuli bahagian Selatan, yang dipergunakan sehari-hari
oleh masyarakat Marancar, Angkola, Sipirok, Padangbolak/Padanglawas,
Barumun-Sosa, dan dapat dimengerti oleh penduduk daerah kabupaten
Mandailing Natal, dengan dialek atau logat yang berbeda.
Hasibuan (1972:14) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
masyarakat Angkola ialah orang-orang yang masih terikat dengan kebudayaan
Angkola dalam hidupnya sehari-hari dan memakai bahasa Angkola sebagai
bahasa ibunya. Kemudian, Siregar dan Nasution (dalam Hasibuan (1972:14-15))
menjelaskan bahwa daerah yang memakai bahasa Angkola meliputi kecamatan
Padangsidimpuan, kecamatan Sipirok, kecamatan Batangtoru, kecamatan Batang
Angkola, kecamatan Sosopan, kecamatan Padangbolak dan kecamatan Barumun
Tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Gambar 1. Peta Kabupaten Tapanuli Selatan
Gambar peta Kabupaten Tapanuli Selatan di atas menunjukkan batas
wilayah antara daerah Angkola dan daerah Batak lainnya. Daerah Angkola berada
di antara daerah Mandailing dan daerah Toba sehingga BBA mendapat pengaruh
dari bahasa Batak Angkola dan bahasa Batak Toba, baik dalam penulisan,
pengucapan, dan perbendaharaan kata. Walaupun demikian, BBA adalah tetap
bahasa yang berdiri sendiri.
Situs profil daerah kabupaten Tapanuli Selatan menyatakan bahwa
penduduk kabupaten Tapanuli Selatan atau penduduk Angkola berjumlah 629,212
jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk ini dapat dilihat bahwa sebenarnya masih
terdapat potensi yang besar dalam mengembangkan dan melestarikan BBA ini.
Penelitian tentang BBA memang sudah mengalami perkembangan,
mulai dari masalah tata bahasa sampai pada budayanya. Namun sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
disayangkan penelitian tentang sistem pembentukan verba masih kurang
mendapat perhatian.
Chafe (1973:10) yang menyatakan bahwa struktur semantik dibentuk
dari verba sebagai pusatnya, yang kemudian disertai nomina yang berhubungan
dengannya. Dalam hal ini, verba memiliki peranan yang penting dalam struktur
semantik karena verba merupakan inti informasi dari suatu tuturan dalam
berkomunikasi. Pernyataan ini senada dengan Alwi, dkk., (2003) yang
menjelaskan bahwa verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat
karena dalam kebanyakan hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain
yang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut.
Berdasarkan pernyataan di atas peneliti tertarik untuk meneliti sistem
pembentukan verba BBA dari dasar verba. Penelitian ini hanya fokus pada
masalah morfologi mengenai afiks-afiks derivasional dan infleksional pembentuk
verba dari dasar verba BBA yang nantinya akan menghasilkan sistem
pembentukan verba BBA kelas I dan kelas II dalam paradigma I.
B. Perumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang masalah, penelitian
ini merupakan kajian atas sistem pembentukan verba BBA dari morfem dasar.
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini diwujudkan dalam serangkaian bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah afiks-afiks derivasional pembentuk verba BBA dari dasar
verba?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Bagaimanakah aspek semantik dari keproduktifan afiks-afiks derivasional?
3. Bagaimanakah afiks-afiks infleksional pembentuk verba BBA dari dasar verba?
4. Bagaimanakah aspek semantik dari keproduktifan afiks-afiks derivasional?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
deskripsi tentang sistem pembentukan verba BBA dari morfem dasar yang secara
rinci dijabarkan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan afiks-afiks derivasional pembentuk verba BBA dari dasar
verba.
2. Mendeskripsikan aspek semantik dari keproduktifan afiks-afiks derivasional.
3. Mendeskripsikan afiks-afiks infleksional pembentuk verba BBA dari dasar
verba.
4. Mendeskripsikan aspek semantik dari keproduktifan afiks-afiks derivasional.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan rujukan
tentang sistem afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA bagi
penelitian-penelitian selanjutnya dalam usaha melestarikan bahasa daerah yaitu
BBA.
Berdasarkan uraian di atas, maka manfaat penelitian ini dapat
dirumuskan menjadi dua bagian pokok, yakni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1) Manfaat teoretis
1. Sebagai hasil dokumentasi dan deskripsi BBA yang dapat digunakan
sebagai sumber informasi untuk penelitian-penelitian berikutnya.
2. Sebagai bahan perbandingan terhadap bahasa-bahasa daerah yang ada di
Nusantara sebagai pelestarian bahasa daerah.
3. Sebagai sumber informasi untuk penyusunan tata BBA khususnya yang
berkaitan dengan verba.
4. Penelitian ini dapat memperkaya kajian di bidang linguistik pada
umumnya dan di bidang morfologi BBA pada khususnya.
2) Manfaat praktis
1. Menambahkan dan menumbuhkembangkan kecintaan masyarakat
Angkola terhadap BBA.
2. Sebagai bahan pengajaran bahasa daerah terutama tentang sistem sistem
afiks derivasi dan afiks infleksi dari dasar verba BBA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
Penulis menguraikan beberapa landasan teori dan kajian pustaka untuk
memberi gambaran tentang uraian penelitian ini dan juga beberapa penelitian
yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.
1. Penjenisan Kata Bahasa Indonesia Secara Umum
Secara umum kata dalam Bahasa Indonesia terdiri atas beberapa jenis.
Alwi, dkk., (2003) memaparkan bahwa kata dapat dibagi menjadi sepuluh jenis
yaitu verba, ajektiva, adverbia, nomina, pronomina, numeralia, kata tugas,
interjeksi, artikula, dan partikel penegas. Kesepuluh jenis kata ini memiliki
peran yang berbeda penerapannya di dalam kalimat yang dapat dilihat sebagai
berikut:
a. Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat karena verba
berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain yang harus atau boleh ada
dalam kalimat tersebut. Contoh: lari, belajar, dan seterusnya.
b. Ajektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus
tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Contoh: baik,
rajin, pintar, putih dan seterusnya.
c. Adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, ajektiva, atau adverbia lain.
Contoh: sangat, selalu, hampir, hanya, dan seterusnya.
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
d. Nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan
konsep atau pengertian. Contoh: guru, kucing, meja, kebangsaan, dan
seterusnya.
e. Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
Contoh: saya, kamu, dia, mereka, dan seterusnya.
f. Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud
(orang, binatang, atau barang) dan konsep. Contoh: lima hari, setengah
abad, orang ketiga, beberapa masalah, dan seterusnya.
g. Kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti
leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas,
melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat.
Contoh: dan, ke, karena, dari, dan seterusnya.
h. Interjeksi adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara.
Contoh: ayo, mari, aduh, nah, dan seterusnya.
i. Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina, seperti: yang
bersifat gelar, yang mengacu ke makna kelompok, dan yang menominalkan.
Contoh: sang, hang, si, dan seterusnya.
j. Partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk
dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang mengiringinya. Contoh: -kah,
-lah, -tah, dan pun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Selanjutnya, Kridalaksana, dkk., (1985) membagi kategorisasi kata
sebagai berikut:
a. Nomina adalah kategori gramatikal yang tidak dapat bergabung dengan
tidak.
b. Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina.
c. Ajektiva adalah kategori kata yang ditandai oleh (1) kemungkinannya
didampingi partikel seperti lebih, sangat, dan agak, atau (2) ciri-ciri
morfologis, seperti -if (dalam sensitif), dan –i (dalam alami). Secara
semantis, ajektiva mengungkapkan makna keadaan suatu benda.
d. Numeralia adalah kategori gramatikal yang tidak bergabung dengan tidak
tapi dapat bergabung dengan nomina, seperti dalam dua guru. Istilah
numeralia dipakai menyatakan konsep sintaksis yang mewakili bilangan
yang terdapat dalam alam di luar bahasa.
e. Verba adalah kategori gramatikal yang dalam konstruksi mempunyai
kemungkinan diawali dengan kata tidak, tidak mungkin diawali dengan kata
di, ke, dari, dan tidak mungkin diawali dengan prefiks ter- ‘paling’. Secara
semantis, verba mengungkapkan makna perbuatan, proses, atau keadaan.
f. Adverbia adalah kategori yang mendampingi kategori verba, ajektiva,
numeralia, adverbia, dan proposisi.
g. Preposisi adalah partikel yang berfungsi menghubungkan kata atau frase
sehingga berbentuk frase eksosentris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
h. Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi
menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau
mengukuhkan apa yang telah diketahui oleh pembicara.
i. Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan
anteseden.
j. Konjungsi adalah kategori yang berfungsi meluaskan satuan yang lain dalam
konstruksi hipotaktis. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang
setataran ataupun yang tidak setataran.
k. Interjeksi bertugas mengungkapkan perasaan pembicara dan secara sintaktis
tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam sebuah kalimat.
l. Kategori fatis bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Kategori fatis ini tidak
dapat diucapkan dalam monolog. Kategori fatis ini biasanya terdapat dalam
konteks dialog atau wawacara bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang
diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara.
m. Pertindihan kelas kategori, contoh:
(1) Sapi saya mati kemarin. (mati sebagai verba intransitif).
(2) Mati itu bukan akhir segalanya. (mati sebagai nomina).
(3) Ini harga mati. (mati sebagai ajektiva).
Pendapat para ahli di atas menunjukkan bahwa penjenisan kata
secara umum dalam bahasa Indonesia masih belum seragam. Hal ini terjadi
karena penjenisan itu tergantung pada sudut pandang bagaimana membagi
jenis kata tersebut secara umum. Dengan demikian, pembagian jenis kata ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya pada saat dibutuhkan. Dalam penelitian
ini, Peneliti hanya akan fokus pada jenis kata verba saja.
2. Verba dalam Bahasa Indonesia dan Ciri-cirinya
Verba merupakan jenis kata yang menjadi inti dari sebuah kalimat
pada umumnya. Verba sudah dapat mewakili aksi apa yang akan dilakukan
oleh subjek kepada objek ataupun sebaliknya. Beberapa penjelasan verba
menurut para ahli dapat dilihat sebagai berikut.
2.1 Ciri-ciri Verba dalam Bahasa Indonesia
Kridalaksana, dkk., (2008:254) menyatakan bahwa verba (verb)
adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam
beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala,
aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur
semantis perbuatan, keadaan, atau proses; kelas ini dalam Bahasa
Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak
dan tidak mungkin diawali dengan kata sangat, lebih, dan sebagainya;
misalnya datang, naik, bekerja, dan sebagainya.
Alwi, dkk., (2003:87) menyatakan bahwa ciri-ciri verba dapat
diketahui dengan mengamati (1) perilaku semantis, (2) perilaku sintaktis,
dan (3) bentuk morfologisnya. Namun secara umum verba dapat
diidentifikasi dan dibedakan dari kelas kata yang lain, terutama dari
ajektiva, karena ciri-ciri berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
a. Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat
dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain.
Contoh:
(4) Pencuri itu lari.
(5) Mereka sedang belajar di kamar.
(6) Bom itu seharusnya tidak meledak.
(7) Orang asing itu tidak akan suka masakan Indonesia.
Bagian yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di atas adalah predikat,
yaitu bagian yang menjadi pengikat bagian lain dari kalimat itu. Dalam
sedang belajar, tidak meledak, dan tidak akan suka verba belajar, meledak
dan suka berfungsi sebagai inti predikat.
b. Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan
Sebuah situs internet yang bernama ling.udel.edu. memaparkan
bahwa morfem adalah unit terkecil dari arti linguistik; sebuah kata tunggal
dapat terdiri atas beberapa morfem, contoh: unsystematically (kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
unsystematically dapat dianalisis menjadi lima bagian morfem yaitu
un+system+atic+al+ly); sebuah unit gramatikal yang perpaduan bunyi
dan artinya berubah-ubah sehingga tidak dapat dianalisis lebih lanjut;
setiap kata dari setiap bahasa tersusun dari satu morfem atau lebih. Berikut
adalah uraian pembagian suku kata morfem.
Satu morfem boy (satu suku kata)
desire, lady, water (dua suku kata)
crocodile (tiga suku kata)
salamander (empat suku kata), atau lebih suku kata
Dua Morfem boy+ish
desire + able
Tiga Morfem boy + ish + ness
desire + able + ity
Empat Morfem gentle + man + li + ness
un + desire + able + ity
Lebih dari empat morfem un + gentle + man + li + ness
anti + dis + establish + ment + ari + an + ism
Selanjutnya dijelaskan bahwa morfem terdiri atas morfem bebas
dan morfem terikat. Morfem bebas yaitu morfem yang dapat digunakan
sebagai sebuah kata dan dapat berdiri sendiri (tanpa membutuhkan elemen
yang mengikutinya, seperti: afiks), contoh: girl, system, desire, hope, act,
phone, happy. Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sendiri secara bebas (atau terpisah) dari kata. Morfem terikat adalah afiks
(prefiks, sufiks, infiks, and sirkumfiks).
Kemudian, dijelaskan pula bahwa morfem terbagi atas root dan
stem atau dengan kata lain disebut dengan akar dan dasar. Uraian
mengenai root dan stem ini dapat dilihat dengan jelas dalam tabel berikut.
TABEL 1
PERBEDAAN ANTARA ROOT DAN STEM
Root Stem
Leksikal non-afiks mengandung morfem-morfem yang tidak dapat dianalisis lagi menjadi bagian-bagian yang terkecil. Contoh: act, beauty, system, dan lain-lain.
· Morfem akar bebas: run, bottle, phone, dan lain-lain.
· Morfem akar terikat: uncount, dan lain-lain.
· Ketika sebuah morfem akar dikombinasikan dengan morfem afiks, itulah bentuk dari sebuah stem.
· Afiks-afiks yang lain dapat ditambahkan pada sebuah stem untuk membentuk sebuah stem yang lebih kompleks.
Root believe (verb)
Stem believe + able (verb + sufiks)
Kata un + believe + able (prefiks + verb + sufiks)
Root system (noun)
Stem system + atic (noun + sufiks)
Stem un + system + atic (prefiks+ noun + sufiks)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Stem un + system + atic + al (prefiks + noun + sufiks + sufiks)
Kata un + system + atic + al + ly (prefiks + noun + sufiks + sufiks
+sufiks)
Sementara itu, Alwi, dkk. (2003:28-29) menyatakan bahwa dalam
bahasa ada bentuk (seperti kata) yang dapat “dipotong-potong” menjadi
bagian yang lebih kecil, yang kemudian dapat dipotong lagi menjadi
bagian yang lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang, jika dipotong lagi,
tidak mempunyai makna.
Kata memperbesar, misalnya, dapat kita potong sebagai berikut:
mem-perbesar
per-besar
Jika besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak
mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem.
Morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan morfem
bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-,
dinamakan morfem terikat.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa anggota satu morfem yang
wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama
dinamakan alomorf. Morfem biasanya diapit oleh tanda kurung kurawal
{…}. Morfem, morf dan alomorf dalam BBA adalah sebagai berikut:
a) Morfem, misalnya, morfem terikat yaitu : {maN-} ‘meN-’, {tar-} ‘ter-’,
dan morfem bebas yaitu : {pio} ‘panggil’, {maridi} ‘mandi’.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b) Morf, misalnya {ma-} ‘me-’, {man-} ‘men-’, {mam-} ‘mem-’, {mang-}
‘meng-’, {many-} ‘meny-’.
c) Alomorf, misalnya semua {ma-} ‘me-’, {man-} ‘men-’, {mam-}
‘mem-’, {mang-} ‘meng-’, {many-} ‘meny-’ merupakan alomorf dari
{maN-} ‘meN-’.
Untuk sementara, penjelasan mengenai morfem BBA ini masih terus
menjadi perbincangan dan bahan penelitian.
5. Morfem Dasar
Kridalaksana (2008:44) menyatakan bahwa morfem dasar (base
morpheme) adalah mofem yang dapat diperluas dengan dibubuhi afiks; misal:
juang dalam berjuang.
Morfem yang dileburi morfem yang lain disebut morfem dasar
(Verhaar, 2008:98). Selanjutnya dijelaskan bahwa yang dileburkan itu berupa
imbuhan atau klitika atau bentuk dasar yang lain (dalam pemajemukan) atau
morfem yang sama (dalam reduplikasi). Morfem dasar terdiri atas tiga macam,
yaitu (1) pangkal, (2) akar, dan (3) pradasar.
Morfem pangkal adalah morfem dasar yang bebas, contohnya: do dalam
undo, dan hak dalam berhak. Morfem akar adalah morfem dasar yang
berbentuk terikat, agar menjadi bentuk bebas harus mengalami pengimbuhan,
misalnya: infinitif verbal Latin amare ‘mencintai’ memiliki akar –am, dan akar
am- itu selamanya membutuhkan imbuhan (misalnya imbuhan “infinitif aktif”
–are dalam kata amare) untuk menjadi bentuk bebas artinya, am- plus klitika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
tidak akan menghasilkan bentuk bebas, dan pemajemukan dengan am- juga
tidak memungkinkan. Pradasar adalah bentuk yang membutuhkan
pengimbuhan dan pengklitikan atau pemajemukan untuk menjadi bentuk bebas.
Misalnya, morfem ajar berupa pradasar. Morfem ini dapat menjadi bebas
melalui pengimbuhan (misalnya dalam mengajar, belajar, dan lain
sebagainya), dapat juga melalui pengklitikaan, (misalnya dalam kami ajar, saya
ajar, dan sebagainya), dan dapat juga dengan pemajemukan (misalnya dalam
kurang ajar).
Kemudian, morfem dasar tidak selalu berupa monomorfemis. Sebagai
misal kata berpengalaman, terdiri atas pangkal (polimorfemis) pengalaman
diimbuhi ber-, tetapi pangkal itu sendiri adalah polimorfemis dan dapat dibagi
lagi atas pangkal (monomorfemis) alam ditambahi imbuhan (terbagi) pen- -an.
Atau dengan contoh yang lain, seperti bentuk pradasar berikut, yaitu: ajar.
Adapun kemungkinan-kemungkinan pengimbuhan yang dapat muncul adalah
sebagai berikut: belajar, pelajar, mengajar, pengajar, mengajari,
Dengan demikian, teknik penyediaan data yang akan dilaksanakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Teknik rekam
2) Teknik pustaka
3) Teknik kerjasama dengan informan
Kemudian ketiga teknik ini akan dilanjutkan dengan:
a) Teknik simak
b) Teknik sadap
c) Teknik simak bebas libat cakap
d) Teknik catat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses inti dari sebuah penelitian, karena pada teknik
inilah kemampuan dan ketelitian dalam menganalisis terasah dan teruji. Baik
tidaknya hasil analisis data suatu penelitian ditentukan oleh baik tidaknya dan
sesuai tidaknya, dalam menggunakan teknik analisis data penelitian tersebut.
Pernyataan di atas merujuk pada Sudaryanto (1993:6) yang menyatakan
bahwa sesuai dengan istilah “analisis”, tahap ini merupakan upaya sang peneliti
menangani langsung masalah yang terkandung pada data.
Kemudian, Edi Subroto (1992:55) menjelaskan bahwa menganalisis
berarti mengurai atau memilah-bedakan unsur-unsur yang membentuk suatu
satuan lingual, atau mengurai suatu satuan lingual ke dalam
komponen-komponennya.
Selanjutnya, mengacu pada pernyataan di atas maka penelitian ini
menggunakan analisis metode agih (Sudaryanto, 1993:31) atau distribusional
(Edi Subroto, 1992:63). Metode ini menganalisis sistem bahasa atau keseluruhan
kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku atau ciri khas
kebahasaan satuan-satuan lingual tertentu (Edi Subroto, 1992:64).
Metode agih atau distribusional dalam penelitian ini menggunakan teknik
dari Edi Subroto (1992, 65-76), sebagai berikut:
1) Teknik urai unsur terkecil (Ultimate constituent analysis), maksudnya adalah
mengurai suatu satuan lingual tertentu atas unsur-unsur terkecilnya. Misalnya,
unsur terkecil sebuah kalimat adalah kata atau morfem, dalam BBA seperti:
mangoban ‘membawa’, mambuat ‘mengambil’, maka dapat ditemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
bentuk-bentuk terkecil yang berulang sama secara bentuk arti ialah: mang-,
mam-, oban, buat, sehingga masing-masing merupakan morfem.
2) Teknik urai/ pilih unsur langsung (immediate constituent analysis) adalah
teknik memilah atau mengurai suatu konstruksi tertentu (morfologis atau
sintaksis) atas unsur-unsur langsungnya. Hal ini dapat terlihat pada BBA,
seperti pada konstruksi maniop ‘memegang’, unsur langsungnya adalah
{man-} ‘men-’ dan tiop ‘pegang’.
3) Teknik oposisi dua-dua yaitu oposisi antara dua kategori morfologis, yang
sebuah mengandung nilai kategori tertentu yang dinyatakan dengan prosede
morfologis (kaidah pembentukan kata secara sinkronis); sedangkan lainnya
tidak. Penerapan teknik ini dalam BBA misalnya:
mamotuk ‘memukul’ >< mamotuki ‘memukuli’
manggadis ‘menjual’ >< manggadisi ‘menjuali’
Berdasarkan kedua contoh di atas jelas terlihat bahwa terdapat kontras
kategorial yang menunjukkan nilai berkali-kali atau pluralitas perbuatan dalam
mamotuki dan manggadisi yang ditandai dengan penambahan sufiks {–i} pada
kata-kata atau morfem-morfem tersebut.
4) Teknik perluasan atau ekspansi adalah teknik memperluas satuan lingual
tertentu (yang dikaji atau yang dibahas) dengan “unsur” atau satuan lingual
tertentu baik perluasan ke kiri atau ke kanan. Misalnya dapat dilihat dalam
BBA sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Akar kata gadis ‘jual’ diperluas ke kiri dengan unsur {mang-} ‘meng-’
menjadi manggadis ‘menjual’, diperluas ke kanan dengan unsur {–kon} ‘-kan’
menjadi manggadiskon ‘menjualkan’.
Dari contoh di atas, perluasan ke kanan dan ke kiri, unsur {mang-} dan
{–kon} berfungsi mentransitifkan verba. Unsur {mang-} memberi nosi aktif
transitif sementara unsur {–kon} memberi nosi benefaktif.
5) Teknik parafrasis digunakan untuk mengetahui aspek ciri arti dari suatu satuan
lingual dalam suatu konstruksi. Wujud penerapan teknik ini adalah pernyataan
dalam bentuk tuturan yang berbeda terhadap isi tuturan yang sama. Misalnya:
mamodomi ‘meniduri’ (afiks –i menandakan ‘lokatif’) dan mamodomkon
‘menidurkan’ (afiks –kon menandakan ‘kausatif’.
Metode padan juga digunakan dalam penelitian ini. Menurut Edi Subroto
(1992:55) metode padan sering disebut pula metode identitas yaitu metode yang
mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat
penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian
dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan dalam penelitian ini menggunakan
alat penentu referent atau segala sesuatu yang ditunjuk bahasa (benda, barang,
objek; tindakan, peristiwa, perbuatan, kejadian; sifat, kualitas, keadaan derajat;
jumlah dan sebangsanya) benar-benar berada di luar bahasa, terlepas dan tidak
menjadi bagian dari bahasa.
Selanjutnya, Sudaryanto (1993:21) menyatakan bahwa metode padan
adalah metode yang menggunakan teknik dasar teknik pilah unsur tertentu.
Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
referensial dengan alatnya referen. Hal ini berarti bahwa daya pilah sebagai
pembeda referen untuk membagi satuan lingual kata menjadi berbagai jenis dan
untuk mengetahui perbedaan referen itu dengan menggunakan daya pilah yang
bersifat mental yang dimiliki oleh setiap peneliti. Misalnya untuk menerangkan
makna afiksasi sebagai pembentuk verba dari morfem dasar dengan melihat watak
semantis morfem akar yang menjadi bentuk dasar afiks yang bersangkutan.
Teknik ini dapat mengesahkan makna afiks {mang-} yang dilekati morfem dasar.
Afiks {mang-} ini mengandung makna “melakukan suatu perbuatan aktif seperti
yang dikatakan pada morfem dasar”, misalnya pada kata mangambur [maNambùr]
‘melompat’, atau mangambat [maNambat] ‘menghambat’.
Dengan demikian, prefiks {mang-} yang dilekati morfem dasar pada
bentuk tersebut memiliki makna yaitu yang pertama afiks {mang-} yang dilekati
morfem dasar ambur [ambùr] ‘lompat’ sehingga menjadi mangambur [maNambùr]
‘melompat’ atau melakukan suatu perbuatan aktif dalam hal ini lompat, dan yang
kedua afiks {mang-} yang melekat pada morfem dasar ambat [ambat] ‘hambat’
sehingga menjadi mangambat [maNambat] ‘menghambat’ atau ‘melakukan suatu
perbuatan aktif seperti yang dikatakan pada verba yang melekat pada morfem
dasar dalam hal ini adalah perbuatan hambat’.
Dengan demikian, dapat dinyatakan secara sederhana bahwa dalam
penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Metode agih atau distribusional, yang terdiri atas:
a) Teknik urai unsur terkecil (ultimate constituent analysis)
b) Teknik urai/ pilih unsur langsung (immediate constituent analysis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
c) Teknik oposisi dua-dua
d) Teknik perluasan atau ekspansi
e) Teknik parafrasis
2) Metode padan, dengan teknik dasar pilah unsur tertentu.
F. Teknik Penyajian Analisis Data
Hasil Analisis data dilaporkan dalam penyajian analisis data yang
menggunakan teknik informal dan formal ataupun sebaliknya. Metode penyajian
informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa-walaupun dengan terminologi
yang teknis sifatnya. Metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda
dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993:145).
Sesuai dengan pernyataan di atas, penyajian analisis data ini nantinya akan
menghasilkan suatu kaidah atau rumusan mengenai sistem verba BBA dari
morfem dasar berupa rangkaian kalimat yang sistematis, dan selanjutnya
diterjemahkan dalam bentuk tanda dan lambang seperti tanda bintang (*), tanda
kurung biasa (()), tanda kurung kurawal ({}), tanda kurung siku ([ ]), dan tanda
garis miring (//), agar kaidah atau rumusan yang dihasilkan lebih sederhana dan
mudah untuk dipahami hasilnya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa teknik
penyajian analisis data akan dinyatakan secara formal dan informal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB IV
ANALISIS DATA DAN TEMUANNYA
Pembahasan hasil penelitian dalam BAB IV ini disajikan ke dalam empat
bagian utama sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan dalam latar
belakang masalah. Keempat bagian ini menguraikan hasil penelitian yang telah
ditemukan oleh peneliti dengan upaya yang sungguh-sungguh demi mencapai
keakuratan dari hasil yang akan dicapai. Bagian pertama membahas afiks-afiks
derivasional pembentuk verba BBA dari dasar verba. Di dalam bagian kedua
dibahas mengenai aspek semantik dari keproduktifan afiks-afiks derivasional.
Sementara itu, di dalam bagian ketiga dibahas mengenai afiks-afiks infleksional
pembentuk verba BBA dari dasar verba. Aspek semantik dari keproduktifan
afiks-afiks infleksional dibahas di dalam bagian keempat. Keempat bagian ini
menggunakan data dari lampiran yang disediakan dari kajian pustaka berupa
buku-buku, dari informan berupa interview, dan dari kaset budaya berBBA, yang
dipilih menjadi 100 verba transitif dan 25 verba intransitif. Namun, dalam
penelitian ini, peneliti hanya membahas bentuk dasar verba atau morfem dasar
kategori verba yang terdapat dalam paradigma I saja, dengan tujuan agar lebih
fokus dan rinci. Sementara itu, untuk bentuk kategori lain yang mungkin muncul
dalam konteks paradigma yang sama maupun yang berbeda, disarankan untuk
menjadi bahan penelitian selanjutnya bagi para peneliti yang tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut tentang sistem verba BBA ini.
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
A. Afiks-afiks derivasional pembentuk verba BBA dari dasar verba
Perumusan masalah yang pertama ini menjelaskan jenis afiks
derivasional yang dapat membentuk verba BBA dari dasar verba yakni morfem
dasar. Bentuk afiks-afiks derivasional yang telah ditemukan berdasarkan data
yang telah tersedia adalah afiks –i dan afiks –kon. Hal ini ditunjukkan oleh
fenomena yang muncul pada saat peramalan yang dicobakan untuk setiap data
verba, baik verba transitif (100 kata) maupun verba intransitif (25 kata). Afiks
derivasional ialah afiks yang dalam proses pembentukan katanya melampaui
identitas kata. Contoh lampiran yang tersedia menunjukkan bahwa afiks –i dan
afiks –kon adalah pembentuk kata-kata baru dalam kategori yang berbeda.
Walaupun kemunculan dari kedua afiks ini tidak dapat diramalkan
(unpredictable), dari leksem baru yang telah dibubuhi afiks –i dan afiks –kon
tadi dapat dibentuk kata-kata infleksional yang dapat diramalkan (predictable)
kemunculannya. Afiks derivasional pembentuk verba dari morfem dasar ini
(afiks –i dan afiks -kon) memang tidak dapat diramalkan (unpredictable)
kemunculannya pada setiap morfem dasar. Namun dapat dipastikan bahwa
untuk verba berjenis transitif, kemunculannya dapat terjadi secara berulang dan
teratur. Hal ini dapat dilihat pada data lampiran data no.1 sampai data no.100.
Sementara itu, untuk verba intransitif kemunculan afiks ini tidak dapat
diramalkan (unpredictable), seperti yang ditunjukkan oleh data no.1 sampai
data no.25. Berikut adalah penjelasan berdasarkan pembagian jenis verbanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
1) Verba Transitif
TABEL 3
Afiks Derivasional Verba Transitif
No. Verba Dasar
Glos
DERIVASIONAL Paradigma I
KETERANGAN
B C
Kat
egor
i D–i
Kat
egor
i D–k
on
1. jomur jemur P P Afiks derivasional pembentuk verba dari morfem dasar transitif mengalami kemunculan kategori D –i dan kategori D–kon, secara teratur dan dapat diramalkan (predictable). Kolom B dan C menunjukkan bahwa semua morfem dasar transitif dapat dilekati oleh kedua kategori ini.
2. kobet ikat P P 3. kubak kupas P P 4. ambit gendong
(depan) P P
5. gotap potong P P 6. pudun ikat P P 7. pake pakai P P 8. sambut sambut P P 9. potuk pukul P P 10. siram siram P P 11. ramban lempar P P 12. ompa gendong
(depan atau belakang)
P P
13. sargut gigit P P 14. tampul tebas P P 15. jomput pungut P P 16. gora tegur
(menegur dengan suara)
P P
17. tinggang timpa P P 18. surdu suguh P P 19. dege pijak P P 20. tangkup tangkap P P 21. ambat hambat P P 22. balut bungkus P P 23. putik petik P P 24. pasang pasang P P 25. basu cuci P P 26. sipak sepak P P 27. ayak usir P P 28. ambur lompat P P 29. tungkir intip P P 30. togu tuntun P P 31. jata raih P P 32. tutun bakar P P 33. tiop pegang P P 34. tudu tunjuk P P 35. bunu bunuh P P 36. gadis jual P P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
37. apil hapal P P 38. kojar kejar P P 39. doit sengat P P 40. apit jepit P P 41. lilit lilit P P 42. bola belah P P 43. ombus hembus P P 44. susun susun P P 45. puntar pecah P P 46. suan tanam P P 47. tembak tembak P P 48. jagit terima P P 49. baen bikin P P 50. surat tulis P P 51. alo lawan P P 52. dok bilang P P 53. buat bikin P P 54. jago jaga P P 55. tangko curi P P 56. garar bayar P P 57. abing angkat
(benda) P P
58. simpan simpan P P 59. tanda kenal P P 60. lehen beri P P 61. buka buka P P 62. cukur cukur P P 63. tiru tiru P P 64. tahan tahan P P 65. oban bawa P P 66. ingot ingat P P 67. inte tunggu P P 68. ajar ajar P P 69. basa baca P P 70. etong hitung P P 71. kirim kirim P P 72. tonton tonton P P 73. jalaki cari P P 74. kubur kubur P P 75. urus urus P P 76. tatap pandang P P 77. atur atur P P 78. pili pilih P P 79. koyok sembelih P P 80. alus jawab P P 81. topot tuju P P 82. tarik tarik P P 83. pareso periksa P P 84. simpan simpan P P 85. angkat angkat P P 86. gantung gantung P P 87. ligi lihat P P 88. tutup tutup P P 89. bagi bagi P P 90. taru antar P P 91. tarimo terima P P 92. bege dengar P P 93. kaluk peluk P P 94. jama pegang P P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
95. tabusi beli P P 96. alap jemput P P 97. pio panggil P P 98. rurus rontok P P 99. duda tumbuk P P 100. injam pinjam P P
Tabel 3 di atas, jelas menunjukkan bahwa seratus data yang berasal dari
verba transitif memperlihatkan penggunaan afiks derivasional –i dan –kon,
yang diwujudkan dalam kategori D-i dan kategori D-kon, sehingga terbukti
bahwa verba itu menjadi kata baru walaupun tidak mengubah kelas katanya.
Penjelasan selanjutnya mengenai semantik akan dibahas pada bagian yang
menjawab rumusan masalah yang kedua.
2) Verba Intransitif
Kemunculan afiks derivasional pada verba intransitif tidak dapat
diprediksi (unpredictable) karena untuk beberapa verba, kemunculan afiks
derivasional ini tidak berterima secara semantis maupun secara konvensi dalam
masyarakat. Adapun, datanya dapat dilihat sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
TABEL 4
Afiks Derivasional Verba Intransitif
No. Morfem dasar
Glos
DERIVASIONAL Paradigma
I
KETERANGAN
B C
Kat
egor
i D–i
Kat
egor
i D–k
on
1. siap siap - P Afiks derivasional pembentuk verba dari morfem dasar intransitif mengalami kemunculan kategori D–i dan kategori D–kon. Kategori D–i hanya dialami oleh morfem dasar hobar, lintas, dalan, ngot, ro, juguk, tengget, kehe, mulak, rumbak, maridi, mijur, modom, masuk, dan dabu. Morfem dasar intransitif lainnya tidak mengalami karena alasan semantis. Morfem dasar intransitif yang mengalami kategori D-i memiliki ideosinkretis (keanehan-keanehan bentuk) yang dapat diihat sebagai berikut. Khusus untuk morfem dasar ro, bentuknya berubah menjadi reduplikasi roroi karena verba ini hanya terdiri dari satu suku kata saja. Sementara itu, morfem dasar ngot, kehe, mulak, maridi, mijur, dan modom mengalami kategori D–i tapi bentuknya berubah menjadi pa-D-i yaitu pangoti, pakehei, pamulaki, paridii, paijuri,dan podomi. Kategori D-kon dialami oleh semua morfem dasar intransitif kecuali morfem dasar tolap karena alasan semantis. Morfem dasar ngot, ro, kehe, mulak, maridi, mijur, dan modom, mengalami kategori D-kon. Tapi bentuk morfem dasar ro berubah menjadi pa-D yaitu paro. Uniknya, pada kategori D-i terjadi bentuk reduplikasi, sedangkan pada kategori D-kon bentuknya berubah dan tidak mengalami reduplikasi sama sekali. Bentuk morfem dasar yang mengalami kategori pa-D-kon yaitu pangotkon, pakeheon, pamulakkon, paridion, paijurkon, dan podomkon. Berdasarkan penjelasan ini terbukti bahwa kategori D-i dan kategori D-kon untuk morfem dasar intransitif adalah unpredictable (tidak dapat diramalkan kemunculannya secara teratur dan berulang), sehingga bentuknya harus dihapal karena sudah menjadi konvensi di masyarakat.
2. munduk tunduk - P 3. hobar bicara P P 4. tubu tumbuh - P 5. payak letak - P 6. harejo kerja - P 7. tangi dengar - P 8. lintas lewat P P 9. dalan jalan P P
10. ngot bangun P P 11. ro datang P P 12. juguk duduk P P 13. tengget naik P P 14. mago hilang - P 15. kehe pergi P P 16. mulak pulang P P 17. gulung baring - P 18. rumbak roboh P P 19. habang terbang - P 20. maridi mandi P P 21. mijur turun P P 22. modom tidur P P 23. masuk masuk P P 24. tolap tiba - - 25. dabu jatuh P P
Tabel 4 di atas memperlihatkan dengan jelas bentuk afiks derivasional
dari morfem dasar intransitif. Morfem dasar intransitif memang tidak memiliki
bentuk afiks derivasional yang teratur karena morfem dasar ini hukumnya
harus dihapal. Selain itu, beberapa verba memiliki bentuk dan ketentuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
tersendiri dalam pembentukannya yang otomatis akan mempengaruhi aspek
semantiknya juga.
B. Aspek semantik dan keproduktifan afiks-afiks derivasional
Afiks-afiks derivasional memiliki keproduktifan yang terbatas karena
alasan semantis. Namun bila dilihat dari aspek semantik, afiks-afiks
derivasional pembentuk verba BBA dari morfem dasar ini memiliki beberapa
makna. Dari segi verba transitif (dialami oleh semua data dari no.1 sampai
no.100), makna dari afiks derivasional –i ada dua, yaitu (1) frekuentatif, dan
(2) lokatif. Sementara itu, makna dari afiks derivasional –kon adalah
(1) benefaktif (melakukan untuk orang lain), (2) melakukan dengan perbuatan
alat, (3) melakukan dengan sungguh-sungguh (intensif), (4) kausatif, dan (5)
direktif. Untuk verba intransitif, afiks derivasionalnya juga sama dengan verba
transitif, yaitu afiks –i, dan afiks –kon.
Adapun rincian penjelasannya dapat diambil dari beberapa contoh data
sebagai berikut. Tapi sebelumnya disajikan terlebih dahulu keterangan dari
simbol-simbol pada bagan berikut.
Keterangan:
Paradigma: Daftar lengkap perubahan afiksasi yang mungkin dengan morfem
asal yang sama (Verhaar, 1988: 65).
Paradigma I: Seperangkat unsur-unsur bahasa yang sebagian bersifat konstan
(afiks infleksi), dan yang sebagian berubah-ubah (afiks derivasi).
Afiks derivasi dialami ke sebelah kiri dan kanan dari morfem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dasar. Proses derivasional dari data ini terdiri atas tiga kolom yaitu
A, B, dan C. Afiks infleksi dialami kolom A, B, dan C dari baris 1
sampai baris 5.
Kategori morfologis: sejumlah kata yang ditandai oleh ciri bentuk yang sama
berhubungan dengan ciri arti yang sama pula, atau
ditandai oleh kesepadanan antara perbedaan identik
dalam valensi dengan ciri identik dari arti (Uhlenbeck
dalam Edi Subroto, 1991:76).
Contoh: seperti mang-D, di-D, dan seterusnya.
Kolom A: Kolom dari morfem dasar. Bila ke kiri dan ke kanan mengalami
afiks derivasi, sedangkan bila ke bawah mengalami afiks infleksi.
Kolom B: Kolom dari verba yang mengalami afiks derivasi –i. Bila ke bawah
mengalami afiks infleksi.
Kolom C: Kolom dari verba yang mengalami afiks derivasi –kon. Bila ke
bawah mengalami afiks infleksi.
Baris 1: Deretan verba derivasional yang dilekati afiks mang-, mang- -i, dan
mang- -kon.
Baris 2: Deretan verba derivasional yang dilekati afiks di-, di- -i, dan
di- -kon.
Baris 3: Deretan verba derivasional yang dilekati afiks hu-, hu- -i, dan
hu- -kon.
Baris 4: Deretan verba derivasional yang dilekati afiks di- -ho, di- -iho, dan
di- -konho.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Baris 5: Deretan verba derivasional yang dilekati afiks di- -ia, di- -iia, dan
di- -konia.
Contoh data morfem dasar transitif BBA:
14. tampul [tampùl] ‘tebas’
DERIVASIONAL (I)
B A C -TAMPULI -TAMPUL -TAMPULKON [tampùli] [tampùl] [tampùlk¿n] ‘tebasi’ ‘tebas’ ‘tebaskan’ manampuli 1.manampul manampulkon [manampùli] [manampùl] [manampùlk¿n] ‘menebasi’ ‘menebas’ ‘menebaskan’
I N ditampuli 2.ditampul ditampulkon F [ditampùli] [ditampùl] [ditampùlk¿n] L ‘ditebasi’ ‘ditebas’ ‘ditebaskan’ E K hutampuli 3.hutampul hutampulkon S [hutampùlk¿n] [hutampùl] [hutampùlk¿n] I ‘kutebasi’ ‘kutebas’ ‘kutebaskan’ O N ditampuliho 4.ditampulho ditampulkonho A [ditampùlIho] [ditampùlho] [ditampùlk¿nho] L ‘diatebasi oleh kamu’ ‘ditebas oleh kamu’ ‘diatebaskan oleh kamu’ ‘kautebasi’ ‘kautebas’ ‘kautebaskan’
ditampuliia 5.ditampulia ditampulkonia [ditampùliia] [ditampùlia] [ditampùlk¿nia] ‘ditebasi oleh dia’ ‘ditebas oleh dia’ ‘ditebaskan oleh dia’ ‘diatebasi’ ‘diatebas’ ‘diatebaskan’
Bagan 5. Contoh data 14 (Derivasional)
Bagian data (14) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Perbedaan antara leksem TAMPUL (A), TAMPULI (B), TAMPULKON (C)
yaitu adalah sebagai berikut. TAMPULI memiliki makna ‘perbuatan yang
berulang-ulang’ (dalam oposisinya dengan TAMPUL), contoh:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tampuli ma jolo duhut-duhut i. tebasi lah dulu rumput-rumput itu
[tampùli ma j¿lo dùhùt-dùhùti]
‘Tebasilah dulu rumput-rumput itu.’
Sementara itu, TAMPULKON mempunyai makna ‘melakukan perbuatan
dengan alat’, contoh:
Tampulkon ma jolo batang ni pisang i tebaskan lah dulu pohon dari pisang itu
[tampùlk¿n ma j¿lo bataN ni pIsaNI]
‘Tebaskanlah dulu pohon pisang itu.’
Atas dasar tersebut, kata TAMPUL, TAMPULI, TAMPULKON, secara
leksikal adalah tiga kata yang berbeda (derivasional) sekalipun sama-sama
termasuk verba. Ciri makna atau nilai kategorial ‘berkali-kali’ pada tampuli
disebabkan oleh hadirnya sufiks –i. Adapun, ciri makna atau nilai kategorial
‘melakukan dengan alat’ pada tampulkon disebabkan oleh hadirnya sufiks
–kon. Di samping hal perbedaan ciri makna, kemunculan sufiks –i pada
TAMPULI dan sufiks –kon pada TAMPULKON yang ‘tak dapat diramalkan’
merupakan salah satu penanda pembentukan derivasional.
18. surdu [sùrdu] ‘suguh (menawarkan sesuatu kepada orang lain)’
DERIVASIONAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
(I) B A C -SURDUI -SURDU -SURDUON [sùrdùi] [sùrdu] [sùrdu¿n] ‘suguhi’ ‘suguh’ ‘suguhkan’ manyurdui 1.manyurdu manyurduon [ma=ùrdùi] [ma=ùrdu] [ma=ùrdu¿n] ‘menyuguhi’ ‘menyuguh’ ‘menyuguhkan’
I N disurdui 2.disurdu disurduon F [disùrdui] [disùrdu] [disùrdu¿n] L ‘disuguhi’ ‘disuguh’ ‘disuguhkan’ E K husurdui 3.husurdu husurduon S [husùrdui] [husùrdu] [husùrdu¿n] I ‘kusuguhi’ ‘kusuguh’ ‘kusuguhkan’ O N disurduiho 4.disurduho disurduonho A [disùrduIho] [disùrdùho] [disùrdu¿nho] L ‘disuguhi oleh kamu’ ‘disuguh oleh dia’ ‘disuguhkan oleh dia’
‘kausuguhi’ ‘kausuguh’ ‘kausuguhkan’ disurduiia 5.disurduia disurduonia [disùrduiia] [disùrduia] [disùrdu¿nia] ‘disuguhi oleh dia’ ‘disuguh oleh dia’ ‘disuguhkan oleh dia’ ‘diasuguhi’ ‘diasuguh’ ‘diasuguhkan’
Bagan 6. Contoh data 18 (Derivasional)
Bagian data 18 di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Perbedaan antara leksem SURDU (A), SURDUI (B), SURDUON (C) adalah
sebagai berikut. SURDUI memiliki makna ‘perbuatan yang lokatif’ (dalam
oposisinya dengan SURDU), dapat dilihat dalam kalimat:
Surdui ma jolo tes on tu koum ta an. suguhi lah dulu air minum ini untuk tamu kita itu
[sùrdui ma j¿lo tEson tu k¿um ta an]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
‘Suguhilah dulu minum ini untuk tamu kita itu’.
Suguhi mengandung makna menyuguhi sesuatu dan yang disuguhkan itu
diletakkan pada tempat tertentu dan biasanya diletakkan di depan orang yang
ingin disuguhi sesuatu tersebut.
Sementara itu, SURDUON mempunyai makna ‘melakukan untuk orang
lain (benefaktif)’, contoh:
Surduon ma burangir i tu hatobangon i. suguhkan lah sirih itu ke para tetua itu
[sùrdu¿n ma bùraNIri tu hat¿baN¿ni]
‘Suguhkanlah sirih itu pada para tetua itu’) (di dalam oposisinya dengan
surdu).
Suguhkan mengandung makna menyuruh orang lain untuk menyuguh
sesuatu terhadap orang lain. Atas dasar tersebut, kata SURDU, SURDUI,
SURDUON, secara leksikal adalah tiga kata yang berbeda (derivasional)
sekalipun sama-sama termasuk verba. Ciri makna atau nilai kategorial ‘lokatif’
pada surdui disebabkan oleh hadirnya sufiks –i. Adapun, ciri makna atau nilai
kategorial ‘melakukan untuk orang lain (benefaktif)’ pada surduon disebabkan
oleh hadirnya sufiks –kon. Di samping hal perbedaan ciri makna, kemunculan
sufiks –i pada SURDUI dan sufiks –kon pada SURDUON yang ‘tak dapat
diramalkan’ merupakan salah satu penanda pembentukan derivasional.
47. tembak [temba/] ‘tembak’
DERIVASIONAL (I)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
B A C -TEMBAKI -TEMBAK -TEMBAKKON [tembaki] [temba/] [temba/k¿n] ‘tembaki’ ‘tembak’ ‘tembakkan’ manembaki 1.manembak manembakkon [manembaki] [manemba/] [manemba/k¿n] ‘menembaki’ ‘menembak’ ‘menembakkan’
I N ditembaki 2.ditembak ditembakkon F [ditembaki] [ditemba/] [ditemba/k¿n] L ‘ditembaki’ ‘ditembak’ ‘ditembakkan’ E K hutembaki 3.hutembak hutembakkon S [hutembaki] [hutemba/] [hutemba/k¿n] I ‘kutembaki’ ‘kutembak’ ‘kutembakkan’ O N ditembakiho 4.ditembakho ditembakkonho A [ditembakIho] [ditemba/ho] [ditemba/k¿no] L ‘ditembaki oleh kamu’ ‘ditembak oleh kamu’ ‘ditembakkan oleh kamu’
‘kautembaki’ ‘kautembak’ ‘kautembakkan’ ditembakiia 5.ditembakia ditembakkonia [ditembakiia] [ditembakia] [ditemba/k¿nia] ‘ditembaki oleh dia’ ‘ditembak oleh dia’ ‘ditembakkan oleh dia’ ‘diatembaki’ ‘diatembak’ ‘diatembakkan’
Bagan 7. Contoh data 47 (Derivasional)
Bagian data 47 di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Perbedaan antara leksem TEMBAK (A), TEMBAKI (B), TEMBAKKON (C)
adalah sebagai berikut. TEMBAKI memiliki makna ‘perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang/frekuentatif’’ (dalam oposisinya dengan TEMBAK), dapat
dilihat dalam kalimat:
Tembaki ma jolo unggas na ma mangan eme i. tembaki lah dulu burung yang sudah makan padi itu
[tembaki ma j¿lo uNgas na ma maNan eme i]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
‘Tembakilah dulu burung yang sudah memakan padi itu.’
Tembaki mengandung makna menembaki sesuatu pada tempat tertentu dan
biasanya terletak di depan orang yang ingin menembak tersebut.
Sementara itu, TEMBAKKON mempunyai makna ‘direktif’, contoh:
Tembakkon ma misang i sannari. tembakkan lah musang itu sekarang
[temba/k¿n ma mIsaNI sannari]
‘Tembakkanlah musang itu sekarang.’ (di dalam oposisinya dengan
tembak).
Tembakkan mengandung makna melakukan menembak secara langsung
(direktif). Atas dasar tersebut, kata TEMBAK, TEMBAKI, TEMBAKKON,
secara leksikal adalah tiga kata yang berbeda (derivasional) sekalipun
sama-sama termasuk verba. Ciri makna atau nilai kategorial ‘frekuentatif’ pada
tembaki disebabkan oleh hadirnya sufiks –i. Adapun, ciri makna atau nilai
kategorial ‘direktif’ pada tembakkon disebabkan oleh hadirnya sufiks –kon. Di
samping hal perbedaan ciri makna, kemunculan sufiks –i pada TEMBAKII dan
sufiks –kon pada TEMBAKKON yang ‘tak dapat diramalkan’ merupakan salah
satu penanda pembentukan derivasional.
Contoh data morfem dasar intransitif BBA:
7. tangi [taNI] ‘dengar’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
DERIVASIONAL (I)
B A C - TANGI -TANGION [taNI] [taNI¿n] ‘dengar’ ‘dengarkan’ 1. manangion
[manaNI¿n] ‘mendengarkan’
I N 2. ditangion F [ditaNI¿n] L ‘didengarkan’ E K 3. hutangion S [hutaNI¿n] I ‘kudengarkan’ O N 4. ditangionho A [ditaNI¿nho] L ‘didengarkan oleh kamu’ ‘kaudengarkan’
5. ditangionia [ditaNI¿nia] ‘didengarkan oleh dia’ ‘diadengarkan’
Bagan 8. Contoh data 7 (Derivasional)
Bagian data (7) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Data ini memperlihatkan bahwa bentuk derivasional itu tidak bisa diramalkan
atau diprediksi kemunculannya (unpredictable). Hal ini disebabkan oleh
TANGI (A) dan TANGION (C) muncul, sedangkan (B) tidak muncul karena
alasan semantik yang tidak berterima. TANGION memiliki makna ‘melakukan
dengan sungguh-sungguh (intensif)’ seperti pada kalimat:
Ucok, tangion so hudokkon ucok dengarkan biar kukatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
[uc¿/ taNI¿n so hùd¿/k¿n]
‘Ucok, dengarkan biar kukatakan.’
Kalimat ini menunjukkan bahwa seseorang telah menyuruh Ucok untuk
melakukan tindakan mendengar.
10. ngot [N¿t] ‘bangun’
DERIVASIONAL (I)
B A C -NGOTI NGOT -NGOTKON [N¿ti] [N¿t] [N¿tk¿n] ‘banguni’ ‘bangun’ ‘bangunkan’
I N diroroi 2. diparoon F [dir¿r¿i] [dipar¿on] L ‘didatangi’ ‘didatangkan’ E K huroroi 3. huparoon S [hur¿r¿i] [hupar¿on] I ‘kudatangi’ ‘kudatangkan’ O N diroroiho 4. diparoonho A [dir¿r¿iho] [dipar¿onho] L ‘didatangi oleh kamu’ ‘didatangkan oleh kamu’
‘kaudatangi’ ‘kaudatangkan’ diroroiia 5. diparoonia [dir¿r¿iia] [dipar¿onia] ‘didatangi oleh dia’ ‘didatangkan oleh dia’ ‘diadatangi’ ‘diadatangkan’
Bagan 10. Contoh data 11 (Derivasional)
Bagian data (11) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Verba RO (A) adalah morfem dasar. Verba ROROI (B), dan PARO (C) adalah
leksem yang selalu muncul dan dapat diprediksi (predictable). ROROI
memiliki ciri semantik ‘lokatif’, seperti terlihat pada kalimat:
Roroi ma jolo naron ompung di bagas da. datangi lah dulu nanti kakek di rumah ya
[r¿r¿i ma j¿lo nar¿n ompùN di bagas da]
‘Nanti, datangilah dulu kakek di rumah ya.’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
ROROI di sini menunjukkan bahwa seseorang disuruh untuk
mendatangi kakeknya yang berada di rumah.
Sementara itu, PARO mempunyai makna ‘kausatif’, seperti pada
kalimat:
Paro ma jolo aya tukang becak i. datangkan lah dulu nak tukang becak itu
[par¿ ma j¿lo aya tùkaN bEca/ i]
‘Datangkanlah dulu nak tukang becak itu.’
PARO dalam kalimat ini berarti seseorang yang lebih tua menyuruh si
pelaku (dalam hal ini) untuk mendatangkan seorang tukang becak.
15. kehe [kehe] ‘pergi’
DERIVASIONAL (I)
I B A C N pakehei KEHE pakeheon F [pakehei] [kehe] [pakehe¿n] L ‘membuat ‘pergi’ ‘membuat E jadi pergi’ pergi’ K 1. S I 2. O N 3. A L 4. 5.
Bagan 15. Contoh data 15 (Derivasional)
Bagian data (15) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Verba KEHE (A) adalah morfem dasar. Verba PAKEHEI (B), dan PAKEHEON
(C) adalah leksem yang memiliki ideosinkretis (keanehan-keanehan bentuk)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
yang tidak dapat dimunculkan turunannya (unpredictable). PAKEHEI memiliki
ciri semantik ‘membuat jadi pergi (kausatif)’, seperti terlihat pada kalimat:
Ucok, pakehei ma dongan-dongan mi da ucok membuat jadi pergi lah teman-teman mu itu ya
[uc¿/ pakehei ma d¿Nan d¿Nan mi da]
‘Ucok, teman-temanmu itu disuruh pergi dulu ya.’
PAKEHEI di sini menunjukkan bahwa Ucok disuruh oleh seseorang
untuk membuat teman-temannya pergi.
Sementara itu, PAKEHEON mempunyai makna ‘membuat pergi
(kausatif)’, seperti pada kalimat:
Pakeheon ma sannari ia na manabusi pocal i. membuat pergi lah sekarang dia yang membeli pecal itu
[pakeheon ma sannari ia na manabùsi p¿cali]
‘Sekarang, buatlah dia pergi membeli pecal itu.’
PAKEHEON dalam kalimat ini berarti seseorang menyuruh seseorang
lagi untuk membuat dia (dalam hal ini orang yang ketiga) untuk pergi membeli
I N dipaijuri 2. dipaijurkon F [dIpaijùri] [dipaijùrk¿n] L ‘dituruni’ ‘diturunkan’ E K hupaijuri 3. hupaijurkon S [hùpaijùri] [hupaijùrk¿n] I ‘kuturuni’ ‘kuturunkan’ O N dipaijuriho 4. dipaijurkonho A [dIpaijùrIho] [dipaijùrk¿nho] L ‘dituruni oleh kamu’ ‘diturunkan oleh kamu’ ‘kauturuni’ ‘kauturunkan’
dipaijuriia 5. dipaijurkonia [dIpaijùriia] [dipaijùrk¿nia] ‘dituruni oleh dia’ ‘diturunkan oleh dia’ ‘diaturuni’ ‘diaturunkan’
Bagan 11. Contoh data 21 (Derivasional)
Bagian data (21) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Verba MIJUR (A) adalah morfem dasar. Verba PAIJURI (B), dan
PAIJURKON (C) adalah leksem yang memiliki ideosinkretis
(keanehan-keanehan bentuk) yang dapat dimunculkan turunannya
(predictable). PAIJURI memiliki ciri semantik ‘berkali-kali’, seperti terlihat
pada kalimat:
Uda, paijuri ma jolo goni-goni i. paman, turuni lah dulu karung-karung itu
[uda paijùri ma j¿lo g¿ni g¿ni i]
‘Paman, turunilah karung-karung itu.’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
PAIJURI di sini menunjukkan bahwa Uda disuruh oleh seseorang untuk
menurunkan karung-karung itu berkali-kali.
Sementara itu, PAIJURKON mempunyai makna ‘kausatif’, seperti pada
kalimat:
Tolong ma paijurkon jolo barang-barang na di ginjang i. tolong lah turunkan dulu barang-barang yang di atas itu
[t¿l¿N ma paijùrk¿n j¿lo baraN baraN na di gInjaNi]
‘Tolonglah dulu turunkan barang-barang yang di atas itu.’
PAIJURKON dalam kalimat ini berarti seseorang menyuruh seseorang
lagi untuk menurunkan barang-barang yang ada di atas.
24. tolap [t¿lap] ‘tiba’
DERIVASIONAL (I)
I B A C N - TOLAP - F [t¿lap] L ‘tiba’ E K 1. S I 2. O N 3. A L 4. 5.
Bagan 12. Contoh data 24 (Derivasional)
Bagian data (24) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Verba TOLAP (A) tidak mengalami afiks derivasional sama sekali dalam
kolom-kolom selanjutnya, baik kolom (B) maupun kolom (C). Hal ini
menunjukkan bahwa kemunculannya tidak dapat diprediksi (unpredictable)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
karena yang tidak muncul itu bentuk dan makna semantiknya yang tidak
berterima.
C. Afiks-afiks infleksional pembentuk verba BBA dari dasar verba
Adapun bentuk afiks-afiks infleksional yang ditemukan dari dasar verba
dapat ditinjau dari segi verba transitif dan verba intransitif. Data yang
digunakan sama dengan data untuk menganalisis afiks derivasional yaitu verba
transitif (1-100) dan verba intransitif (1-25). Berikut adalah penjelasannya.
1) Verba Transitif
Tabel 5
Afiks Infleksional Verba Transitif
Paradigma I Kolom A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
No. Morfem dasar
Glos
INFLEKSIONAL Paradigma I
KETERANGAN
A
Kat
egor
i m
ang-
D
Kat
egor
i di-
D
Kat
egor
i hu-
D
Kat
egor
i di-
D-h
o
Kat
egor
i di-
D-i
a
1. jomur jemur P P P P P Kolom A menunjukkan bahwa afiks infleksional yang diturunkan dari afiks derivasional dapat diprediksi kemunculannya secara jelas. Turunan yang muncul adalah afiks-afiks infleksi seperti kategori mang-D, kategori di-D, kategori hu-D, kategori di-D-ho, kategori di-D-ia. Kelima kategori ini kemunculannya dapat diprediksi (predictable) pada kolom (A), (B), dan (C) untuk verba transitif. Mengingat verba transitif memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan verba intransitif, maka afiks-afiks infleksional ini juga bersifat produktif.
2. kobet ikat P P P P P 3. kubak kupas P P P P P 4. ambit gendong
(depan) P P P P P
5. gotap potong P P P P P 6. pudun ikat P P P P P 7. pake pakai P P P P P 8. sambut sambut P P P P P 9. potuk pukul P P P P P 10. siram siram P P P P P 11. ramban lempar P P P P P 12. ompa gendong
(depan atau belakang)
P P P P P
13. sargut gigit P P P P P 14. tampul tebas P P P P P 15. jomput pungut P P P P P 16. gora tegur P P P P P 17. tinggang timpa P P P P P 18. surdu suguh P P P P P 19. dege pijak P P P P P 20. tangkup tangkap P P P P P 21. ambat hambat P P P P P 22. balut bungkus P P P P P 23. putik petik P P P P P 24. pasang pasang P P P P P 25. basu cuci P P P P P 26. sipak sepak P P P P P 27. ayak usir P P P P P 28. ambur lompat P P P P P 29. tungkir intip P P P P P 30. togu tuntun P P P P P 31. jata raih P P P P P 32. tutung bakar P P P P P 33. tiop pegang P P P P P 34. tudu tunjuk P P P P P 35. bunu bunuh P P P P P 36. gadis jual P P P P P 37. apil hapal P P P P P 38. kojar kejar P P P P P 39. doit sengat P P P P P 40. apit jepit P P P P P 41. lilit lilit P P P P P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
42. bola belah P P P P P 43. ombus hembus P P P P P 44. susun susun P P P P P 45. puntar pecah P P P P P 46. suan tanam P P P P P 47. tembak tembak P P P P P 48. jagit terima P P P P P 49. baen bikin P P P P P 50. surat tulis P P P P P 51. alo lawan P P P P P 52. dok bilang P P P P P 53. buat bikin P P P P P 54. jago jaga P P P P P 55. tangko curi P P P P P 56. garar bayar P P P P P 57. abing angkat
(benda) P P P P P
58. simpan simpan P P P P P 59. tanda kenal P P P P P 60. lehen beri P P P P P 61. buka buka P P P P P 62. cukur cukur P P P P P 63. tiru tiru P P P P P 64. tahan tahan P P P P P 65. oban bawa P P P P P 66. ingot ingat P P P P P 67. inte tunggu P P P P P 68. ajar ajar P P P P P 69. basa baca P P P P P 70. etong hitung P P P P P 71. kirim kirim P P P P P 72. tonton tonton P P P P P 73. jalaki cari P P P P P 74. kubur kubur P P P P P 75. urus urus P P P P P 76. tatap pandang P P P P P 77. atur atur P P P P P 78. pili pilih P P P P P 79. koyok sembelih P P P P P 80. alus jawab P P P P P 81. topot tuju P P P P P 82. tarik tarik P P P P P 83. pareso periksa P P P P P 84. simpan simpan P P P P P 85. angkat angkat P P P P P 86. gantung gantung P P P P P 87. ligi lihat P P P P P 88. tutup tutup P P P P P 89. bagi bagi P P P P P 90. taru antar P P P P P 91. tarimo terima P P P P P 92. bege dengar P P P P P 93. kaluk peluk P P P P P 94. jama pegang P P P P P 95. tabusi beli P P P P P 96. alap jemput P P P P P 97. pio panggil P P P P P 98. rurus rontok P P P P P 99. duda tumbuk P P P P P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
100. injam pinjam P P P P P
Tabel 5 di atas memperlihatkan bentuk-bentuk afiks infleksional dari
paradigma I kolom A. Seratus verba transitif yang telah dicobakan satu persatu
memunculkan kategori-kategori infleksi yaitu kategori mang-D, kategori di-D,
di-D, dan kategori hu-D adalah kategori yang mendapat prefiks mang-, di-, dan
hu-. Prefiks mang-, dan hu- adalah penanda aktif sedangkan di- adalah penanda
pasif. Kategori di-D-ho, dan kategori di-D-ia adalah kategori yang mendapat
konfiks (discontinuous morfem) di- -ho, dan di- -ia. Khusus untuk kedua kategori
ini memiliki bentuk penanda pasif yang dalam BBA berubah fungsi menjadi
penanda aktif.
Tabel 6
Afiks Infleksional Verba Transitif
Paradigma I Kolom B
No. Morfem dasar
Glos INFLEKSIONAL Paradigma I KETERANGAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
B
Kat
egor
i D-i
Kat
egor
i m
ang-
D-i
Kat
egor
i di-
D-i
Kat
egor
i hu-
D-i
Kat
egor
i di-
D-i
ho
Kat
egor
i di-
D-i
ia
1. jomur jemur P P P P P P Kolom B merupakan turunan dari leksem yang dilekati oleh afiks –i, mulai dari kategori mang-D-i, kategori di-D-i, kategori hu-D-i, kategori di-D-iho, kategori di-D-iia. Dengan demikian, keenam kategori ini adalah produktif.
2. kobet ikat P P P P P P 3. kubak kupas P P P P P P 4. ambit gendong
depan P P P P P P
5. gotap potong P P P P P P 6. pudun ikat P P P P P P 7. pake pakai P P P P P P 8. sambut sambut P P P P P P 9. potuk pukul P P P P P P 10. siram siram P P P P P P 11. ramban lempar P P P P P P 12. ompa gendong
(depan atau belakang)
P P P P P P
13. sargut gigit P P P P P P 14. tampul tebas P P P P P P 15. jomput pungut P P P P P P 16. gora tegur P P P P P P 17. tinggang timpa P P P P P P 18. surdu suguh P P P P P P 19. dege pijak P P P P P P 20. tangkup tangkap P P P P P P 21. ambat hambat P P P P P P 22. balut bungkus P P P P P P 23. putik petik P P P P P P 24. pasang pasang P P P P P P 25. basu cuci P P P P P P 26. sipak sepak P P P P P P 27. ayak usir P P P P P P 28. ambur lompat P P P P P P 29. tungkir intip P P P P P P 30. togu tuntun P P P P P P 31. jata raih P P P P P P 32. tutung bakar P P P P P P 33. tiop pegang P P P P P P 34. tudu tunjuk P P P P P P 35. bunu bunuh P P P P P P 36. gadis jual P P P P P P 37. apil hapal P P P P P P 38. kojar kejar P P P P P P 39. doit sengat P P P P P P 40. apit jepit P P P P P P 41. lilit lilit P P P P P P 42. bola belah P P P P P P 43. ombus hembus P P P P P P 44. susun susun P P P P P P 45. puntar pecah P P P P P P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
46. suan tanam P P P P P P 47. tembak tembak P P P P P P 48. jagit terima P P P P P P 49. baen bikin P P P P P P 50. surat tulis P P P P P P 51. alo lawan P P P P P P 52. dok bilang P P P P P P 53. buat bikin P P P P P P 54. jago jaga P P P P P P 55. tangko curi P P P P P P 56. garar bayar P P P P P P 57. abing gendong P P P P P P 58. simpan simpan P P P P P P 59. tanda kenal P P P P P P 60. lehen beri P P P P P P 61. buka buka P P P P P P 62. cukur cukur P P P P P P 63. tiru tiru P P P P P P 64. tahan tahan P P P P P P 65. oban bawa P P P P P P 66. ingot ingat P P P P P P 67. inte tunggu P P P P P P 68. ajar ajar P P P P P P 69. basa baca P P P P P P 70. etong hitung P P P P P P 71. kirim kirim P P P P P P 72. tonton tonton P P P P P P 73. jalaki cari P P P P P P 74. kubur kubur P P P P P P 75. urus urus P P P P P P 76. tatap pandang P P P P P P 77. atur atur P P P P P P 78. pili pilih P P P P P P 79. koyok sembelih P P P P P P 80. alus jawab P P P P P P 81. topot tuju P P P P P P 82. tarik tarik P P P P P P 83. pareso periksa P P P P P P 84. simpan simpan P P P P P P 85. angkat angkat P P P P P P 86. gantung gantung P P P P P P 87. ligi lihat P P P P P P 88. tutup tutup P P P P P P 89. bagi bagi P P P P P P 90. toru antar P P P P P P 91. tarimo terima P P P P P P 92. bege dengar P P P P P P 93. kaluk peluk P P P P P P 94. jama pegang P P P P P P 95. tabusi beli P P P P P P 96. alap jemput P P P P P P 97. pio panggil P P P P P P 98. rurus rontok P P P P P P 99. duda tumbuk P P P P P P 100. injam pinjam P P P P P P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 6 di atas memperlihatkan bentuk-bentuk afiks infleksional yang
dialami oleh morfem dasar transitif dalam kolom B. Adapun afiks-afiks
infleksional tersebut diwujudkan dalam kategori mang-D-i, kategori di-D-i,
kategori hu-D-i, kategori di-D-iho, kategori di-D-iia. Kelima kategori ini
mendapat konfiks (discontinuous morfem) yakni mang- -i, di- -i, hu- -i, di- -iho,
dan di- -iia. Konfiks mang- -i, dan hu- -i adalah penanda aktif sedangkan di- -i
adalah penanda pasif. Konfiks di- -iho, dan di- -iia adalah penanda pasif namun
dalam BBA berubah fungsi menjadi penanda aktif. Kelima kategori ini adalah
produktif karena dapat dialami oleh semua morfem dasar transitif.
Tabel 7
Afiks Infleksional Verba Transitif
Paradigma I Kolom C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
No. Morfem dasar
Glos
INFLEKSIONAL Paradigma I
KETERANGAN
C
Kat
egor
i m
ang-
D-k
on
Kat
egro
ri d
i-D
-kon
Kat
egor
i hu-
D-k
on
Kat
egor
i di-
D-k
onho
Kat
egor
i di-
D-k
onia
1. jomur jemur P P P P P Kolom C menunjukkan bahwa leksem yang dilekati oleh afiks –kon dapat memunculkan afiks infleksional seperti kategori mang-D-kon, kategori di-D-kon, kategori hu-D-kon, kategori di-D-konho, kategori di-D-konia. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa keenam kategori di atas adalah produktif.
2. kobet ikat P P P P P 3. kubak kupas P P P P P 4. ambit gendong depan P P P P P 5. gotap potong P P P P P 6. pudun ikat P P P P P 7. pake pakai P P P P P 8. sambut sambut P P P P P 9. potuk pukul P P P P P 10. siram siram P P P P P 11. ramban lempar P P P P P 12. ompa gendong
(depan atau belakang)
P P P P P
13. sargut gigit P P P P P 14. tampul tebas P P P P P 15. jomput pungut P P P P P 16. gora tegur P P P P P 17. tinggang timpa P P P P P 18. surdu suguh P P P P P 19. dege pijak P P P P P 20. tangkup tangkap P P P P P 21. ambat hambat P P P P P 22. balut bungkus P P P P P 23. putik petik P P P P P 24. pasang pasang P P P P P 25. basu cuci P P P P P 26. sipak sepak P P P P P 27. ayak usir P P P P P 28. ambur lompat P P P P P 29. tungkir intip P P P P P 30. togu tuntun P P P P P 31. jata raih P P P P P 32. tutung bakar P P P P P 33. tiop pegang P P P P P 34. tudu tunjuk P P P P P 35. bunu bunuh P P P P P 36. gadis jual P P P P P 37. apil hapal P P P P P 38. kojar kejar P P P P P 39. doit sengat P P P P P 40. apit jepit P P P P P 41. lilit lilit P P P P P 42. bola belah P P P P P 43. ombus hembus P P P P P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
44. susun susun P P P P P 45. puntar pecah P P P P P 46. suan tanam P P P P P 47. tembak tembak P P P P P 48. jagit terima P P P P P 49. baen bikin P P P P P 50. surat tulis P P P P P 51. alo lawan P P P P P 52. dok bilang P P P P P 53. buat bikin P P P P P 54. jago jaga P P P P P 55. tangko curi P P P P P 56. garar bayar P P P P P 57. abing gendong P P P P P 58. simpan simpan P P P P P 59. tanda kenal P P P P P 60. lehen beri P P P P P 61. buka buka P P P P P 62. cukur cukur P P P P P 63. tiru tiru P P P P P 64. tahan tahan P P P P P 65. oban bawa P P P P P 66. ingot ingat P P P P P 67. inte tunggu P P P P P 68. ajar ajar P P P P P 69. basa baca P P P P P 70. etong hitung P P P P P 71. kirim kirim P P P P P 72. tonton tonton P P P P P 73. jalaki cari P P P P P 74. kubur kubur P P P P P 75. urus urus P P P P P 76. tatap pandang P P P P P 77. atur atur P P P P P 78. pili pilih P P P P P 79. koyok sembelih P P P P P 80. alus jawab P P P P P 81. topot tuju P P P P P 82. tarik tarik P P P P P 83. pareso periksa P P P P P 84. simpan simpan P P P P P 85. angkat angkat P P P P P 86. gantung gantung P P P P P 87. ligi lihat P P P P P 88. tutup tutup P P P P P 89. bagi bagi P P P P P 90. toru antar P P P P P 91. tarimo terima P P P P P 92. bege dengar P P P P P 93. kaluk peluk P P P P P 94. jama pegang P P P P P 95. tabusi beli P P P P P 96. alap jemput P P P P P 97. pio panggil P P P P P 98. rurus rontok P P P P P 99. duda tumbuk P P P P P 100. injam pinjam P P P P P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Tabel 7 memperlihatkan bahwa bentuk afiks-afiks infleksional dari verba
transitif kolom C adalah kategori mang-D-kon, kategori di-D-kon, kategori
kategori di-D-kon, dan kategori hu-D-kon mendapat konfiks (discontinuous
morfem) mang- -kon, dan hu- -kon sebagai penanda aktif, serta konfiks di- -kon
sebagai penanda pasif. Kategori di-D-konho, dan kategori di-D-konia mendapat
konfiks di- -konho dan di- -konia sebagai penanda pasif, namun dalam BBA
berubah fungsi menjadi penanda aktif.
2) Verba Intransitif
Tabel 8
Afiks Infleksional Verba Intransitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Paradigma I Kolom A
No. Morfem dasar
Glos
INFLEKSIONAL Paradigma I
KETERANGAN A
Kat
egor
i man
g-D
Kat
egor
i di-
D
Kat
egor
i hu-
D
Kat
egor
i di-
D-h
o
Kat
egor
i di-
D-i
a
1. siap siap - - - - - Kolom A menunjukkan bahwa verba intransitif tidak seproduktif verba transitif terlihat dari kemunculan afiks infleksi dalam tabel. Ketidakmunculan bentuk afiks infleksi ini karena adanya kendala dari segi bentuk dan segi semantik yang tidak berterima.
Tabel 8 kolom A menunjukkan bahwa bentuk-bentuk afiks infleksi
morfem dasar intransitif tidak dapat menjadi dasar pembentukan verba lainnya.
Hal ini tidak berlaku karena ada kendala bentuk dan semantis yang tidak
berterima dalam konvensi masyarakat.
Tabel 9
Afiks Infleksional Verba Intransitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Paradigma I Kolom B
No. Morfem dasar
Glos
INFLEKSIONAL Paradigma I
KETERANGAN
B
Kat
egor
i D-i
Kat
egor
i man
g-D
-i
Kat
egor
i di-
D-i
Kat
egor
i hu-
D-i
Kat
egor
i di-
D-i
ho
Kat
egor
i di-
D-i
ia
1. siap siap - - - - - - Kolom B berbeda dengan kolom A. Kolom B ini terlihat agak produktif walaupun tidak semua verba intransitif mengalami afiks infleksi ini. Verba yang tidak dapat memunculkan afiks infleksional pada kolom ini memiliki kendala baik dari segi bentuk maupun dari segi semantik. Adapun morfem dasar yang mengalami afiks infleksional adalah verba hobar, lintas, dalan, ngot, ro, juguk, tengget, rumbak, maridi, mijur, modom, masuk, dan dabu. Sementara itu, kategori-kategori yang lain tidak dapat dilekatkan pada afiks infleksi karena bentuk-bentuk verba ini hukumnya harus dihapal.
2. munduk tunduk - - - - - - 3. hobar bicara P P P P P P 4. tubu tumbuh - - - - - - 5. payak letak - - - - - - 6. harejo kerja - - - - - - 7. tangi dengar - - - - - - 8. lintas lewat P P P P P P 9. dalan jalan P P P P P P
10. ngot bangun P P P P P P 11. ro datang P P P P P P 12. juguk duduk P P P P P P 13. tengget naik P P P P P P 14. mago hilang - - - - - - 15. kehe pergi P - - - - - 16. mulak pulang P - - - - - 17. gulung baring - - - - - - 18. rumbak roboh P P P P P P 19. habang terbang - - - - - - 20. maridi mandi P P P P P P 21. mijur turun P P P P P P 22. modom tidur P P P P P P 23. masuk masuk P P P P P P 24. tolap tiba - - - - - - 25. dabu jatuh P P P P P P
Tabel 9 kolom B di atas menunjukkan bahwa tidak semua verba intransitif
dapat mengalami afiks infleksional karena alasan semantis. Bentuk-bentuknya
harus dihapal agar dapat mengaplikasikan penggunaannya. Adapun afiks-afiks
infleksional dari kolom C dapat diwujudkan ke dalam kategori D-i, kategori
Kategori mang-D-i, kategori di-D-i, dan kategori hu-D-i mendapat konfiks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
mang- -i, dan hu- -i sebagai penanda aktif, serta konfiks di- -i sebagai penanda
pasif. Kategori di-D-iho, dan kategori di-D-iia mendapat konfiks di- -iho dan
di- -iia sebagai penanda pasif, namun dalam BBA berubah fungsi menjadi
penanda aktif.
Tabel 10
Afiks Infleksional Verba Intransitif
Paradigma I Kolom C
No. Morfem dasar
Glos INFLEKSIONAL
Paradigma I KETERANGAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
C
Kat
egor
i D-k
on
Kat
egor
i man
g-D
-kon
Kat
egor
i di-
D-k
on
Kat
egor
i hu-
D-k
on
Kat
egor
i di-
D-k
onho
Kat
egor
i di-
D-k
onia
1. siap siap P P P P P P Kolom C jauh lebih produktif dibandingkan dengan Kolom B. Hal ini terjadi karena afiks ini tidak memiliki kendala dari segi bentuk maupun ciri semantik yang terdapat pada verba intransitif tersebut. Namun, terdapat tiga verba yang tidak dapat mengalami afiks infleksi ini yaitu verba kehe, mulak, dan tolap, karena alasan semantis.
2. munduk tunduk P P P P P P 3. hobar bicara P P P P P P 4. tubu tumbuh P P P P P P 5. payak letak P P P P P P 6. harejo kerja P P P P P P 7. tangi dengar P P P P P P 8. lintas lewat P P P P P P 9. dalan jalan P P P P P P
10. ngot bangun P P P P P P 11. ro datang P P P P P P 12. juguk duduk P P P P P P 13. tengget naik P P P P P P 14. mago hilang P P P P P P 15. kehe pergi P - - - - - 16. mulak pulang P - - - - - 17. gulung rebah P P P P P P 18. rumbak roboh P P P P P P 19. habang terbang P P P P P P 20. maridi mandi P P P P P P 21. mijur turun P P P P P P 22. modom tidur P P P P P P 23. masuk masuk P P P P P P 24. tolap tiba - - - - - - 25. dabu jatuh P P P P P P
Tabel 10 kolom C di atas menunjukkan bahwa morfem dasar intransitif
dapat mengalami afiks infleksi dengan kategori D-kon, kategori mang-D-kon,
kategori di-D-kon, kategori hu-D-kon, kategori di-D-konho, dan kategori
di-D-konia. Kategori mang-D-kon, kategori di-D-kon, dan kategori hu-D-kon
mendapat konfiks mang- -kon, dan hu- -kon sebagai penanda aktif, serta konfiks
di- -kon untuk penanda pasif. Kategori di-D-konho, dan kategori di-D-konia
mendapat konfiks di- -konho, dan di- -konia sebagai penanda pasif, namun dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
BBA berubah fungsi menjadi penanda aktif. Untuk verba kehe, mulak, dan tolap
mendapat pengecualian karena alasan semantis.
D. Aspek semantik dan keproduktifan afiks-afiks infleksional
Afiks-afiks infleksional dikenal lebih produktif dibandingkan dengan
afiks-afiks derivasional karena lebih dapat diprediksi kemunculannya
(predictable). Aspek semantik dari afiks-afiks infleksional memiliki penjelasan
sebagai berikut.
Contoh data morfem dasar transitif BBA:
11. ramban [ramban] ‘lempar’
DERIVASIONAL (I)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
B A C -RAMBANI RAMBAN -RAMBANKON [rambani] [ramban] [rambank¿n] ‘lempari’ ‘lempar’ ‘lemparkan’ mangarambani 1.mangaramban mangarambankon [maNarambani] [maNaramban] [maNarambank¿n] ‘melempari’ ‘melempar’ ‘melemparkan’
I N dirambani 2.diramban dirambankon F [dirambani] [diramban] [dirambank¿n] L ‘dilempari’ ‘dilempar’ ‘dilemparkan’ E K hurambani 3.huramban hurambankon S [hurambani] [huramban] [hurambank¿n] I ‘kulempari’ ‘kulempar’ ‘kulemparkan’ O N dirambaniho 4.dirambanho dirambankonho A [dirambaniho] [dirambanho] [dirambank¿nho] L ‘dilempari oleh kamu’ ‘dilempar oleh kamu’ ‘dilemparkan oleh kamu’ ‘kaulempari’ ‘kaulempar’ ‘kaulemparkan’
dirambaniia 5.dirambania dirambankonia [dirambaniia] [dirambania] [dirambank¿nia] ‘dilempari oleh dia’ ‘dilempar oleh dia’ ‘dilemparkan oleh dia’ ‘dialempari’ ‘dialempar’ ‘dialemparkan’
Bagan 13. Contoh data 11 (Infleksional)
Bagian data (11) di atas yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar
RAMBAN [ramban] ‘lempar’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom
Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada kolom A,
kolom (B), dan kolom (C) tadi dicobakan dalam kalimat berikut.
Kolom A:
Baris 1: Danak i do na mangaramban tarup i dohot batu. anak itu lah yang melempar atap itu dengan batu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
[danaki do na maNaramban tarùpi d¿h¿t batu]
‘Anak itulah yang melempar atap itu dengan batu’
Baris 2: Tarup i do na diramban danak i dohot batu. atap itu lah yang dilempar anak itu dengan batu
[tarùpi do na dIramban danaki d¿h¿t batu]
‘Atap itulah yang dilempar anak itu dengan batu.’
Baris 3: Huramban tarup i dohot batu. Kulempar atap itu dengan batu
[hùramban tarùpi d¿h¿t batu]
‘Kulempar atap itu dengan batu’
Baris 4: Andigan do dirambanho tarup i dohot batu? Kapan kah kaulempar atap itu dengan batu
[andIgan do dIrambanho tarùpi d¿h¿t batu]
‘Kapankah kaulempar atap itu dengan batu?’
Baris 5: Asi do dirambania tarup i dohot batu? mengapa kah dilemparnya atap itu dengan batu
[asi do dIrambania tarùpi d¿h¿t batu]
‘Mengapa dilemparnya atap itu dengan batu?’
Kolom B:
Baris 1: Danak i do na mangarambani tarup i dohot batu. anak itu lah yang melempari atap itu dengan batu
[danaki do na maNarambani tarùpi d¿h¿t batu]
‘Anak itulah yang melempari atap itu dengan batu.’
Baris 2: Tarup i do na dirambani danak i dohot batu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
atap itu lah yang dilempari anak itu dengan batu
[tarùpi do na dIrambani danaki d¿h¿t batu]
‘Atap itulah yang dilempari anak itu dengan batu.’
Baris 3: Hurambani tarup i dohot batu. kulempari atap itu dengan batu
[hùrambani tarùpi d¿h¿t batu]
‘Kulempari atap itu dengan batu.’
Baris 4: Andigan do dirambaniho tarup i dohot batu? kapan kah kaulempari atap itu dengan batu
[andIgan do dIrambanIho tarùpi d¿h¿t batu]
‘Kapankah kaulempari atap itu dengan batu?’
Baris 5: Asi do dirambaniia tarup i dohot batu? mengapa kah dialempari atap itu dengan batu
[asi do dIrambanIia tarùpi d¿h¿t batu]
‘Mengapa dialempari atap itu dengan batu?’
Kolom C:
Baris 1: Danak i do na mangarambankon batu i tu tarup. anak itu lah yang melemparkan batu itu ke atap
[danaki do na maNarambank¿n batu i tu tarùp]
‘Anak itulah yang melemparkan batu itu ke atap.’
Baris 2: Batu i do na dirambankon danak i tu tarup. batu itu lah yang dilemparkan anak itu ke atap
[batu i do na dIrambank¿n danaki tu tarùp]
‘Batu itulah yang dilemparkan anak itu ke atap.’
Baris 3: Hurambankon batu i tu tarup i. kulemparkan batu itu ke atap itu
[hùrambank¿n batu i tu tarùpi]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
‘Kulemparkan batu itu ke atap itu.’
Baris 4: Andigan do dirambankonho batu i tu tarup i? kapan kah kaulemparkan batu itu ke atap itu
[andIgan do dIrambank¿nho batu i tu tarùp]
‘Kapankah kaulemparkan batu itu ke atap?’
Baris 5: Asi do dirambankonia batu i tu tarup i? mengapa kah dialemparkan batu itu ke atap itu
[asi do dIrambank¿nia batu i tu tarùpi]
‘Mengapa dialemparkan batu itu ke atap?’
18. surdu [sùrdu] ‘suguh (menawarkan sesuatu kepada orang lain)’
DERIVASIONAL (I)
B A C -SURDUI SURDU -SURDUON [sùrdùi] [sùrdu] [sùrdu¿n] ‘suguhi’ ‘suguh’ ‘suguhkan’ manyurdui 1.manyurdu manyurduon [ma=ùrdùi] [ma=ùrdu] [ma=ùrdu¿n] ‘menyuguhi’ ‘menyuguh’ ‘menyuguhkan’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
I N disurdui 2.disurdu disurduon F [disùrdui] [disùrdu] [disùrdu¿n] L ‘disuguhi’ ‘disuguh’ ‘disuguhkan’ E K husurdui 3.husurdu husurduon S [husùrdui] [husùrdu] [husùrdu¿n] I ‘kusuguhi’ ‘kusuguh’ ‘kusuguhkan’ O N disurduiho 4.disurduho disurduonho A [disùrduIho] [disùrdùho] [disùrdu¿nho] L ‘disuguhi oleh kamu’ ‘disuguh oleh dia’ ‘disuguhkan oleh dia’
‘kausuguhi’ ‘kausuguh’ ‘kausuguhkan’ disurduiia 5.disurduia disurduonia [disùrduiia] [disùrduia] [disùrdu¿nia] ‘disuguhi oleh dia’ ‘disuguh oleh dia’ ‘disuguhkan oleh dia’ ‘diasuguhi’ ‘diasuguh’ ‘diasuguhkan’
Bagan 14. Contoh data 18 (Infleksional)
Bagian data (18) ini yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar surdu
[sùrdu] ‘suguh’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom SURDU (A),
kolom SURDUI (B), kolom SURDUON (C). Masing-masing kolom merupakan
paradigma infleksional dan masing-masing mempunyai bentuk kata baris 1-5.
Pada masing-masing kolom dapat terlihat bahwa bentuk kata dengan prefiks
mang- sebagai bentuk pertama pada baris 1 diramalkan dapat digantikan
dengan prefiks di- pada baris 2, hu- pada baris 3, di- -ho pada baris 4, di- -ia
pada baris 5 (khusus kolom A). Untuk baris 4 dan 5 posisi afiks infleksi
terdapat setelah verba karena alasan semantis, dan morfem dasar untuk kedua
baris ini dilekati oleh prefiks di- pada awalnya (merupakan bentuk yang unik
dan dapat diramalkan kemunculannya). Oleh karena itu, masing-masing kolom
merupakan paradigma infleksional. Kolom A merupakan bentuk-bentuk kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
dari leksem ‘SURDU’, kolom B dari leksem ‘SURDUI’, kolom C dari leksem
‘SURDUON’.
Kemunculan masing-masing bentuk mang-, di-, hu-, -ho, -ia dari setiap
kolom dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatikal tertentu. Bentuk baris 1
terdapat apabila berfokus pada agen, sedangkan baris 2-5 (kolom A) terdapat
bila berfokus pada pasien. Baris 2-5 menyatakan kesengajaan’. Baris 2
berbeda dari 3-5 karena di dalam baris 3-5 ‘pelaku tampak di dalam bentuk’,
sedangkan baris 2 ‘pelaku tidak tampak dalam bentuk’, baris 3 pelaku adalah
persona pertama tunggal lekat kiri (pembicara), baris 4 pelaku adalah persona
kedua tunggal lekat kanan, baris 5 pelaku adalah persona ketiga tunggal lekat
kanan.
Hal yang sama terjadi pada kolom B dan C hanya saja setiap kolom B
mengandung ciri semantik keberkalian, mulai dari mang- -i, di- -i, hu- -i,
di- -iho, -iia. Kolom C mengandung ciri semantik ‘melakukan untuk orang lain
(benefaktif)’, mulai dari mang- -kon, di- -kon, hu- -kon, di- -konho, di- -konia.
Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada kolom A,
kolom (B), dan kolom (C) tadi dicobakan dalam kalimat berikut.
Kolom A:
Baris 1: Parumaennia ma na manyurdu burangir i tu jolo ni hatobangon i. menantu perempuannya lah yang menyuguh sirih itu ke depan para tetua itu
[parùmaen nia ma na ma=ùrdu bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
‘Menantu perempuannyalah yang menyuguh sirih itu ke depan para
tetua itu.’
Baris 2: Burangir i ma na disurdu parumaennia i tu jolo ni hatobangon i. sirih itu lah yang disuguh menantu perempuannya itu ke depan para tetua itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
[bùraNIri ma na dIsùrdu parùmaen nia i tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
‘Sirih itulah yang disuguh menantu perempuannya itu ke depan
para tetua itu.’
Baris 3: Husurdu burangir i tu jolo ni hatobangon i. kusuguh sirih itu ke depan para tetua itu
[hùsùrdu bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
‘Kusuguh sirih itu ke depan para tetua itu.’
Baris 4: Andigan do disurduho burangir i tu jolo ni hatobangon i? kapan kah kausuguh sirih itu ke depan para tetua itu
[andIgan do dIsùrdùho bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
‘Kapankah kausuguh sirih itu ke depan para tetua itu?’
Baris 5: Asi do disurduia burangir i tu jolo ni hatobangon i? mengapa kah diasuguh sirih itu ke depan para tetua itu
[asi do dIsùrdùia bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
‘Mengapa diasuguh sirih itu ke depan para tetua itu?’
Kolom B:
Baris 1: Parumaen nia i ma na manyurdui burangir i tu jolo ni hatobangon i. menantu perempuannya itu lah yang menyuguhi sirih itu ke depan para tetua itu
[parùmaen nia ma na ma=ùrdui bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
‘Menantu perempuannya itulah yang menyuguhi sirih itu ke depan
para tetua itu.’
Baris 2: Burangir i ma na disurdui parumaen nia i tu jolo ni hatobangon i. sirih itu lah yang disuguhi menantu perempuannya itu ke depan para tetua itu
[bùraNIri ma na dIsùrdui parùmaennia i tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
‘Sirih itulah yang disuguhi menantu perempuannya itu ke depan
para tetua itu.’
Baris 3: Husurdui burangir i tu jolo ni hatobangon i. kusuguhi sirih itu ke depan para tetua itu
[hùsùrdùi bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
‘Kusuguhi sirih itu ke depan para tetua itu.’
Baris 4: Andigan do disurduiho burangir i tu jolo ni hatobangon i? kapan kah kausuguhi sirih itu ke depan para tetua itu
[andIgan do dIsùrdùiho bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
‘Kapankah kausuguhi sirih itu ke depan para tetua itu?’
Baris 5: Asi do disurduiia burangir i tu jolo ni hatobangon i? mengapa kah diasuguhi sirih itu ke depan para tetua itu
[asi do dIsùrdùiia bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
‘Mengapa diasuguhi sirih itu ke depan para tetua itu?’
Kolom C:
Baris 1: Parumaennia i ma na manyurduon burangir i tu jolo ni hatobangon i. menantu perempuannya itu lah yang menyuguhkan sirih itu ke depan para tetua itu
[parùmaen nia i ma na ma=ùrdù¿n bùraNIri tu j¿lo ni
hat¿baN¿ni]
‘Menantu perempuannya itu lah yang menyuguhkan sirih itu ke
depan para tetua itu.’
Baris 2: Burangir i ma na disurduon parumaen nia i tu jolo ni hatobangon i. sirih itu lah yang disuguhkan menantu perempuannya itu ke depan para tetua itu
[bùraNIri ma na dIsùrdùon parùmaen nia i tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
‘Sirih itulah yang disuguhkan menantu perempuannya itu ke depan
para tetua itu.’
Baris 3: Husurduon burangir i tu jolo ni hatobangon i. kusuguhi sirih itu ke depan para tetua itu
[hùsùrdù¿n bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
‘Kusuguhi sirih itu ke depan para tetua itu.’
Baris 4: Andigan do disurduonho burangir i tu jolo ni hatobangon i? kapan kah kausuguhkan sirih itu ke depan para tetua itu
[andIgan do dIsùrdù¿nho bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
‘Kapankah kausuguhkan sirih itu ke depan para tetua itu?’
Baris 5: Asi do disurduonia burangir i tu jolo ni hatobangon i? mengapa kah diasuguhkan sirih itu ke depan para tetua itu
[asi do dIsùrdù¿nia bùraNIri tu j¿lo ni hat¿baN¿ni]
‘Mengapa diasuguhkan sirih itu ke depan para tetua itu.’
Contoh data morfem dasar intransitif BBA:
7. tangi [taNI] ‘dengar’
DERIVASIONAL (I)
B A C - TANGI -TANGION [taNI] [taNI¿n] ‘dengar’ ‘dengarkan’ 1. manangion
[manaNI¿n] ‘mendengarkan’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
I N 2. ditangion F [ditaNI¿n] L ‘didengarkan’ E K 3. hutangion S [hutaNI¿n] I ‘kudengarkan’ O N 4. ditangionho A [ditaNI¿nho] L ‘didengarkan oleh kamu’ ‘kaudengarkan’
5. ditangionia [ditaNI¿nia] ‘didengarkan oleh dia’ ‘diadengarkan’
Bagan 15. Contoh data 7 (Infleksional)
Bagian data (7) ini yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar harejo
[harEjo] ‘kerja’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom TANGI (A),
kolom (-) (B), kolom TANGION (C). Masing-masing kolom merupakan
paradigma infleksional dan masing-masing mempunyai bentuk kata baris 1-5
(kecuali kolom A dan B karena alasan semantis). Pada kolom C dapat terlihat
bahwa bentuk kata dengan prefiks mang- sebagai bentuk pertama pada baris 1
diramalkan dapat digantikan dengan prefiks di- pada baris 2, hu- pada baris 3,
di- -ho pada baris 4, di- -ia pada baris 5. Untuk baris 4 dan 5 posisi afiks
infleksi terdapat setelah verba karena alasan semantis, dan morfem dasar untuk
kedua baris ini dilekati oleh prefiks di- pada awalnya (merupakan bentuk yang
unik dan dapat diramalkan kemunculannya). Oleh karena itu, masing-masing
kolom merupakan paradigma infleksional. Kolom A dan B tidak menghasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
bentuk-bentuk kata dari leksemnya. Hanya kolom C yang dapat menghasilkan
bentuk-bentuk baru dari leksem ‘TANGION’ dengan ciri semantik ‘melakukan
dengan sungguh-sungguh (intensif)’.
Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada kolom (C)
tadi dicobakan dalam kalimat berikut.
Kolom C:
Baris 1: Si Ucok ma na manangion aha na nidok ni umaknia. si ucok lah yang mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibunya
[si uc¿/ ma na manaNI¿n aha na nId¿/ ni uma/nia]
‘Si ucoklah yang mendengarkan apa kata ibunya.’
Baris 2: Aha na nidok ni umaknia i ma na ditangion ni si Ucok i. apa yang dikatakan oleh ibunya itu lah yang didengarkan oleh si ucok itu
[aha na nId¿/ ni uma/nia i ma na dItaNI¿n ni si uc¿/i]
‘Apa yang dikatakan ibunya itulah yang didengarkan si Ucok.’
Baris 3: Hutangion do aha na nidok ni umak i. kudengarkan lah apa yang dikatakan oleh ibu itu
[hùtaNI¿n do aha na nId¿/ ni uma/i]
‘Kudengarkanlah apa yang dikatakan oleh Ibu.’
Baris 4: Andigan do ditangionho na nidok ni umak i? kapan kah kaudengarkan yang dikatakan oleh ibu itu
[andIgan do dItaNI¿nho na nId¿/ ni uma/i]
‘Kapankah kaudengarkan apa yang dikatakan oleh ibu.’
Baris 5: Asi do ditangionia aha na nidok ni umak i? mengapa kah diadengar apa yang dibilang oleh ibu itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
[asi do dItaNI¿nho na nId¿/ ni uma/i]
‘Mengapa diadengarkan apa yang dikatakan oleh ibu itu.’
10. ngot [N¿t] ‘bangun’
DERIVASIONAL (I)
B A C -NGOTI NGOT -NGOTKON [N¿ti] [N¿t] [N¿tk¿n] ‘banguni’ ‘bangun’ ‘bangunkan’ pangoti 1. pangotkon [paN¿ti] [paN¿tk¿n]
N diroroi 2. diparoon F [dir¿r¿i] [dipar¿on] L ‘didatangi’ ‘didatangkan’ E K huroroi 3. huparoon S [hur¿r¿i] [hupar¿on] I ‘kudatangi’ ‘kudatangkan’ O N diroroiho 4. diparoonho A [dir¿r¿iho] [dipar¿onho] L ‘didatangi oleh kamu’ ‘didatangkan oleh kamu’ ‘kaudatangi’ ‘kaudatangkan’
diroroiia 5. diparoonia [dir¿r¿iia] [dipar¿onia] ‘didatangi oleh dia’ didatangkan oleh dia’ ‘diadatangi’ ‘diadatangkan’ Bagan 17. Contoh data 11 (Infleksional)
Bagian data (11) ini yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar RO
[r¿] ‘datang’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom (A) RO sebagai
morfem dasar, kolom (B) ROROI dan kolom (C) PARO merupakan leksem
yang dapat diturunkan menjadi verba infleksi. Masing-masing kolom
merupakan paradigma infleksional dan masing-masing mempunyai bentuk kata
baris 1-5. (kecuali kolom A karena alasan semantis). Pada masing-masing
kolom dapat terlihat bahwa bentuk kata dengan prefiks mang- sebagai bentuk
pertama pada baris 1 diramalkan dapat digantikan dengan prefiks di- pada baris
2, hu- pada baris 3, di- -ho pada baris 4, di- -ia pada baris 5. Untuk baris 4 dan
5 posisi afiks infleksi terdapat setelah verba karena alasan semantis, dan
morfem dasar untuk kedua baris ini dilekati oleh prefiks di- pada awalnya
(merupakan bentuk yang unik dan dapat diramalkan kemunculannya). Oleh
karena itu, masing-masing kolom merupakan paradigma infleksional. Kolom B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
merupakan bentuk-bentuk kata dari leksem ROROI’,dan kolom C dari leksem
‘PARO’.
Kemunculan masing-masing bentuk mang-, di-, hu-, di- -ho, di- -ia dari
setiap kolom dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatikal tertentu. Bentuk
baris 1 terdapat apabila berfokus pada agen, sedangkan baris 2-5 (seharusnya
terdapat pada kolom A tapi tidak muncul karena alasan semantis) terdapat bila
berfokus pada pasien. Baris 2-5 menyatakan kesengajaan’. Baris 2 berbeda dari
3-5 karena di dalam baris 3-5 ‘pelaku tampak di dalam bentuk’, sedangkan
baris 2 ‘pelaku tidak tampak dalam bentuk’, baris 3 pelaku adalah persona
pertama tunggal lekat kiri (pembicara), baris 4 pelaku adalah persona kedua
tunggal lekat kanan, baris 5 pelaku adalah persona ketiga tunggal lekat kanan.
Kolom C yang menyatakan ‘kausatif’.
Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada kolom (B),
dan kolom (C) tadi dicobakan dalam kalimat berikut.
Kolom B:
Baris 1: Ulang lupa hamu mangaroroi ompung di bagas da. jangan lupa kalian mendatangi kakek di rumah ya
[ulaN lùpa hamu maNar¿r¿i ompùN di bagas da]
‘Jangan lupa kalian mendatangi kakek di rumah ya.’
Baris 2: Ompung ma na diharoroi halahi di bagas i. kakek lah yang didatangi mereka di rumah itu
[ompùN ma na dIhar¿r¿i halahi di bagas i]
‘Kakeklah yang didatangi mereka di rumah itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Baris 3: Huroroi ma ompung di bagas. kudatangi lah kakek di rumah
[hùr¿r¿i ma ompùN di bagas]
‘Kudatangilah kakek di rumah itu.’
Baris 4: Andigan do diharoroiho ompung di bagas? kapan kah kaudatangi kakek di rumah
[andIgan do dIhar¿r¿Iho ompùN di bagas]
‘Kapankah kaudatangi kakek di rumah?’
Baris 5: Asi do diharoroiia ompung di bagas? mengapa kah diadatangi kakek di rumah
[asi do dIhar¿r¿Iia ompùN di bagas]
‘Mengapakah diadatangi kakej di rumah.’
Kolom C:
Baris 1: Ulang lupa hamu paroon ompung tu bagas da. jangan lupa kalian mendatangkan kakek ke rumah ya
[ulaN lùpa hamu par¿¿n ompùN tu bagas da]
‘Kalian jangan lupa mendatangkan kakek ke rumah ya.’
Baris 2: Ompung ma na diparoon halahi tu bagas i. kakek lah yang didatangkan mereka ke rumah itu
[ompùN ma na dIpar¿on halahi tu bagasi]
‘Kakeklah yang kalian datangkan ke rumah itu.’
Baris 3: Huparoon ma ompung tu bagas i. kudatangkan lah kakek ke rumah itu
[hùpar¿on ma ompùN tu bagasi]
‘Kudatangkanlah kakek ke rumah itu.’
Baris 4: Andigan do diparoonho ompung tu bagas? kapan kah kaudatangkan kakek ke rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
[andIgan do dIpar¿onho ompùN kakek ke rùmah]
‘Kapankah kaudatangkan kakek ke rumah?’
Baris 5: Asi do diparoonia ompung tu bagas i? mengapa kah diadatangkan kakek ke rumah itu
[asi do dIpar¿onia ompùN tu bagasi]
‘Mengapa diadatangkan kakek ke rumah itu?’
15.kehe [kehe] ‘pergi’
DERIVASIONAL (I)
I B A C N pakehei KEHE pakeheon F [pakehei] [kehe] [pakehe¿n] L ‘membuat ‘pergi’ ‘membuat E jadi pergi’ pergi’ K 1. S I 2. O N 3. A L 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
5.
Bagan 18. Contoh data 15 (Infleksional)
Bagian data (15) ini yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar KEHE
[kehe] ‘pergi’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom (A) KEHE
sebagai morfem dasar, sedangkan kolom (B) PEKEHEI dan kolom (C)
PAKEHEON merupakan leksem yang tidak dapat diturunkan menjadi verba
infleksi karena alasan semantis. Bentuk verba derivasi pada kolom B dan
kolom C memiliki ideosinkretis (keanehan-keanehan bentuk) yaitu dengan
wujud morfem dasar yang berubah dari KEHE menjadi PAKEHEI dengan ciri
semantik ‘membuat jadi pergi (kausatif)’, dan PAKEHEON dengan ciri
semantik ‘membuat pergi (kausatif)’.
Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada
kolom (B), dan kolom (C) tadi dicobakan dalam kalimat berikut.
Kolom B:
Ucok, pakehei ma dongan-donganmi da. ucok, membuat jadi pergi lah teman-temanmu itu ya
[uc¿/ pakEhei ma d¿Nan d¿Nan mi da]
‘Ucok, buatlah dulu teman-temanmu jadi pergi ya.’
Kolom C:
Ucok, pakeheon ma dongan-donganmi sannari da. ucok, membuat pergi lah teman-temanmu itu sekarang ya
[uc¿/ pakEhe¿n ma d¿Nan d¿Nan mi sannari da]
‘Ucok, suruhlah dulu pergi teman-temanmu itu sekarang ya.’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
21. mijur [mijùr] ‘turun’
DERIVASIONAL (I)
B A C PAIJURI MIJUR PAIJURKON [paijùri] [mIjùr] [paijùrk¿n] ‘turuni’ ‘turun’ ‘turunkan’ mampaijuri 1. mampaijurkon
[mampaIjùri] [mampaIjùrk¿n]
‘menuruni’ ‘menurunkan’ I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
N dipaijuri 2. dipaijurkon F [dIpaijùri] [dipaijùrk¿n] L ‘dituruni’ ‘diturunkan’ E K hupaijuri 3. hupaijurkon S [hùpaijùri] [hupaijùrk¿n] I ‘kuturuni’ ‘kutur unkan’ O N dipaijuriho 4. dipaijurkonho A [dIpaijùrIho] [dipaijùrk¿nho] L ‘dituruni oleh kamu’ ‘diturunkan oleh kamu’ ‘kauturuni’ ‘kauturunkan’
dipaijuriia 5. dipaijurkonia [dIpaijùriia] [dipaijùrk¿nia] ‘dituruni oleh dia’ ‘diturunkan oleh dia’ ‘diaturuni’ ‘diaturunkan’
Bagan 19. Contoh data 21 (Infleksional)
Bagian data (21) ini yang dibahas adalah yang bercetak tebal saja.
Paradigma ini adalah paradigma verba yang dibentuk dari morfem dasar mijur
[mIjùr] ‘turun’. Paradigma verba terbagi atas tiga kolom: kolom (A) MIJUR
sebagai morfem dasar, sedangkan kolom (B) PAIJURI dan kolom (C)
PAIJURKON merupakan leksem yang dapat diturunkan menjadi verba infleksi.
Masing-masing kolom merupakan paradigma infleksional dan masing-masing
mempunyai bentuk kata baris 1-5. (kecuali kolom A karena alasan semantis).
Pada masing-masing kolom dapat terlihat bahwa bentuk kata dengan prefiks
mang- sebagai bentuk pertama pada baris 1 diramalkan dapat digantikan
dengan prefiks di- pada baris 2, hu- pada baris 3, di- -ho pada baris 4, di- -ia
pada baris 5. Untuk baris 4 dan 5 posisi afiks infleksi terdapat setelah verba
karena alasan semantis, dan morfem dasar untuk kedua baris ini dilekati oleh
prefiks di- pada awalnya (merupakan bentuk yang unik dan dapat diramalkan
kemunculannya). Oleh karena itu, masing-masing kolom merupakan paradigma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
infleksional. Kolom B merupakan bentuk-bentuk kata dari leksem
PAIJURI’,dan kolom C dari leksem ‘PAIJURKON’.
Kemunculan masing-masing bentuk mang-, di-, hu-, di- -ho, di- -ia dari
setiap kolom dapat diramalkan berdasarkan kaidah gramatikal tertentu. Bentuk
baris 1 terdapat apabila berfokus pada agen, sedangkan baris 2-5 (seharusnya
terdapat pada kolom A tapi tidak muncul karena alasan semantis) terdapat bila
berfokus pada pasien. Baris 2-5 menyatakan kesengajaan’. Baris 2 berbeda dari
3-5 karena di dalam baris 3-5 ‘pelaku tampak di dalam bentuk’, sedangkan
baris 2 ‘pelaku tidak tampak dalam bentuk’, baris 3 pelaku adalah persona
pertama tunggal lekat kiri (pembicara), baris 4 pelaku adalah persona kedua
tunggal lekat kanan, baris 5 pelaku adalah persona ketiga tunggal lekat kanan.
Kolom C yang menyatakan ‘kausatif’ (berarti pula menyatakan kesengajaan).
Selanjutnya, verba infleksi yang diturunkan dari leksem pada
kolom (B), dan kolom (C) tadi dicobakan dalam kalimat berikut.
Kolom B:
Baris 1: Uda do na mampaijuri goni-goni i. paman lah yang menuruni karung-karung itu
[uda do na mampaIjùri g¿ni g¿ni i]
‘Pamanlah yang menuruni (meurunkan berkali-kali)
karung-karung itu.’
Baris 2: Goni-goni i do na dipaijuri ni uda i. karung-karung itu lah yang dituruni oleh paman itu
[g¿ni g¿ni i do na dIpaijùri ni uda i]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
‘Karung-karung itulah yang dituruni (diturunkan berkali-
kali) paman itu.’
Baris 3: Hupaijuri do goni-goni i. Kuturuni lah karung-karung itu
[hùpaijùri ma g¿ni g¿ni i]
‘Kuturunilah (berkali-kali) karung-karung itu.’
Baris 4: Andigan do dipaijuriho goni-goni i? kapankah kau turunkan karung-karung itu