i SISTEM PEMBELAJARAN DWIBAHASA (BILINGUAL) PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Kendal) SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Oleh: Muhammad Bahrul Ulum 3501407047 JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 i
110
Embed
SISTEM PEMBELAJARAN DWIBAHASA … orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ... BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN ... dan Pedoman Wawancara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
i
SISTEM PEMBELAJARAN DWIBAHASA (BILINGUAL)PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL(Studi Kasus di SMA Negeri 1 Kendal)
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi
Oleh:
Muhammad Bahrul Ulum
3501407047
JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2011
i
ii
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam tak lupa dihaturkan untuk
nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul "Sistem Pembelajaran Dwibahasa (Bilingual) di Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (Studi kasus di SMA Negeri 1 Kendal). Skripsi ini disusun dalam rangka
menyelesaikan studi Strata satu untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan
Sosiologi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan,
motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langssung maupun tidak langsung,
maka dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi strata satu
di Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Subagyo M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, yang
telah memberikan dukungan untuk kelancaran skripsi.
3. Drs. MS. Mustofa, M.Si., Ketua Jurusan Sosiologi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan
penelitian.
4. Dra. Elly Kismini M.Si, Dosen Pembimbing I, yang dengan kesabaran dan ketekunan
telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
vi
vii
vii
5. Drs. Sunarto, SH. M.Si., Dosen Pembimbing II yang dengan kesabaran telah banyak
memberikan bimbingan, bantuan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Drs. Iskandar, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kendal yang telah memberikan ijin
untuk pelaksanaan penelitian dan membantu dalam pemberian data informasi
sekolah.
7. Dra. Tri Istini, Drs. M. Djazuli, dan Bapak Fendy Dwi Hardiyanto, S. Pd., selaku
guru sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal yang telah memberikan informasi tentang
sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga amal baik yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah
SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, 2011
Penulis
vii
viii
viii
SARI
Ulum, Muhammad Bahrul. 2011. “Sistem Pembelajaran Dwibahasa (Bilingual) pada Mata Pelajaran Sosiologi di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi kasus di SMA Negeri 1 Kendal)” Skripsi. Jurusan Sosiologi Antropologi. Dra. Elly Kismini M.Si, dan Drs. Sunarto, SH. M.Si. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang 77 Hal.
Kata kunci: Sistem Pembelajaran Dwibahasa (Bilingual), Mata Pelajaran Sosiologi, RSBI.
Pendidikan di zaman modernisasi dan globalisasi berorientasi untuk membentuk lulusan yang mempunyai nilai lebih (value added) dan mampu bersaing dengan negara lain. Salah satu caranya adalah menerapkan pembelajaran dwibahasa (bilingual) yaitu sistem pembelajaran yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran. Di SMA Negeri 1 Kendal sebagai RSBI sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) juga diterapkan pada mata pelajaran sosiologi. Guru sosiologi dan siswa di SMA Negeri 1 Kendal dituntut untuk mampu mengikuti sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual). Permasalahan tersebut yang kemudian membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi di rintisan sekolah bertaraf internasional SMA Negeri 1 Kendal? (2) Apa saja hambatan-hambatan dalam sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi di sekolah rintisan bertaraf internasional SMA Negeri 1 Kendal? (3) Bagaimana persepsi guru sosiologi dan siswa terhadap sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi di rintisan sekolah bertaraf internasional SMA Negeri 1 Kendal?
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Kendal. Subjek dalam penelitian ini adalah guru sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal yang berjumlah 3 orang dan siswa berjumlah 12 orang. Informan pendukung adalah kepala sekolah untuk mengetahui gambaran umum SMA Negeri 1 Kendal. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi data. Teknik analisis data mencakup empat hal yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal menggunakan dwibahasa (bilingual). (1) Sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) meliputi materi, media, metode, dan evaluasi yang diterapkan oleh guru. (2) Materi yang digunakan guru bersumber dari buku paket sosiologi yang bilingual serta dari majalah, koran, artikel dan internet. Namun dalam penyampaian materi guru belum sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris, guru juga masih menggunakan bahasa Indonesia
viii
ix
ix
bahkan terkadang masih disisipi dengan menggunakan bahasa Jawa. (3) Media yang digunakan guru menggunakan LCD dan komputer untuk menayangkan slide materi sosiologi yang bilingual. (4) Metode yang diterapkan guru sosilogi di SMA Negeri 1 Kendal dengan cara ceramah interaktif, tanya jawab, dan berdiskusi. Dalam berdiskusi siswa dibiasakan untuk menggunakan multimedia sebagai wujud pembelajaran yang berbasis ICT (information and communication tehnology). Selain itu guru juga menggunakan metode pembelajaran inovatif seperti snow ball trowing agar siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran sosiologi yang bilingual. Evaluasi yang diterapkan guru menggunakan soal bahasa Inggris. (6) Evaluasi meliputi tes harian (daily test), mid semester (middle test), dan ujian akhir. Siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru masih ada yang menggunakan bahasa Indonesia, siswa juga terkadang masih kebingungan dalam memahami soal ulangan yang diberikan guru sehingga dapat mengakibatkan nilai ulangan siswa tidak tuntas. hal ini dikarenakan faktor penguasaan bahasa Inggris yang kurang. (7) Hambatan-hambatan dalam sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi adalah guru dan siswa belum sepenuhnya menguasai bahasa Inggris. Selain itu, belum berjalannya program English daymenjadikan pembelajaran bilingual terhambat. (8) Guru sosiologi dan siswa mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual). Persepsi tersebut merupakan bentuk apresiasi guru dan siswa selama mengikuti sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi.
Saran yang dikemukakan penulis antara lain: (1) Guru-guru sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal perlu mendapatkan pelatihan bahasa Inggris secara merata karena pada dasarnya guru-guru sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal belum sepenuhnya menguasai bahasa Inggris, (2) Siswa SMA Negeri 1 Kendal perlu dibiasakan berbahasa Inggris terutama di dalam kegiatan belajar mengajar dan menggerakkan lebih aktif dalam program English day untuk menunjang sistem pembelajaran dwibahsa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi, (3) Bagi kepala sekolah seharusnya ikut berperan aktif dalam mendorong terlaksananya pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal.
ix
x
x
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN.............................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. v
PRAKATA...................................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
D. Kegunaan Penelitian.............................................................................. 7
E. Batasan Istilah ..................................................................................... 8
x
xi
xi
F. Sistematika Skripsi ................................................................................. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI................................... 12
A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 12
B. Landasan Teori..................................................................................... 27
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 31
A. Dasar Penelitian ................................................................................... 31
B. Lokasi Penelitian.................................................................................. 31
C. Fokus Penelitian .................................................................................. 32
D. Subjek Penelitian.................................................................................. 32
E. Sumber Data ....................................................................................... 33
F. Teknik Pengumpulan data .................................................................... 34
G. Validitas Data ...................................................................................... 37
H. Metode Analisis Data ........................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 42
A. Gambaran Umum Sekolah ............................................................... 42
1. Sejarah, Kondisi fisik dan Lingkungan Sekolah .............................. 42
2. Visi dan Misi Sekolah .................................................................. 45
3. Keadaan Guru, Siswa dan Pegawai ................................................. 46
4. SMA Negeri 1 Kendal sebagai RSBI ............................................. 50
xi
xii
xii
B. Sistem Pembelajaran Dwibahasa (Bilingual) pada Mata
(2001-2003), 11) Drs. Sutopo (2003-2009), 12) Drs. Iskandar (2009- sekarang).
Secara administratif, SMA Negeri 1 Kendal terletak di Desa Purwokerto,
Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, berbatasan dengan:
Sebelah selatan : perumahan penduduk
Sebelah barat : perumahan penduduk
Sebelah timur : jalur lambat
Sebelah utara : SMK N 1 Kendal
Gambar 2. Profil Sekolah SMA Negeri 1 Kendal
(sumber : dokumentasi peneliti pada tanggal 4 Mei 2011).
45
45
SMA Negeri 1 Kendal memiliki fasilitas gedung yang memadai, dengan 30
ruang kelas, masing-masing tingkatan kelas memiliki 10 ruang kelas. Di dalam
kelas, selain prasarana yang umum seperti meja kursi peserta didik, meja kursi
guru, dan papan tulis, juga dilengkapi dengan LCD, komputer kelas, layar LCD,
dan AC. Ruang penunjang lainnya terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang wakil
kepala sekolah, ruang guru, ruang Tata Usaha (TU), ruang tunggu, ruang aula,
ruang perpustakaan siswa, ruang kesenian, ruang laboratorium (fisika, kimia,
biologi, bahasa, dan komputer), ruang multimedia, ruang layanan BK (Bimbingan
dan Konseling), masjid, ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah), ruang OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah), kantin sekolah, koperasi sekolah, dapur, gudang,
pos keamanan, rumah penjaga sekolah, tempat parkir, lapangan olah raga, dan
toilet.
SMA Negeri 1 Kendal merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten
Kendal. Prestasi tersebut dapat berupa prestasi akademik maupun non akademik.
SMA Negeri 1 Kendal terus mengalami kemajuan dengan menjadi sekolah rintisan
bertaraf internasional.
2. Visi dan Misi Sekolah
SMA Negeri 1 Kendal merupakan sekolah unggulan yang mempunyai visi
sekolah “mewujudkan manusia beriman, bertaqwa, berbudipekerti luhur dan unggul
dalam berprestasi di era global”. Adapun misi dari SMA Negeri 1 Kendal adalah
sebagai berikut:
a. Pembelajaran efektif, efisien, berdasarkan Kurikulum menuju SBI
46
46
b. Peningkatan iman dan takwa (Imtaq) seluruh warga SMA Negeri 1 Kendal
c. Aplikasi nilai-nilai luhur bangsa dalam kehidupan sehari-hari
d. Sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sesuai SBI
e. Kerja sama yang baik dengan semua stakeholder yang ada
f. Mempersiapkan peserta didik berkompetisi di era global
g. Tugas pokok dan fungsi masing-masing komponen sekolah berjalan kondusif.
Visi dan misi SMA Negeri 1 Kendal tersebut bertujuan agar semua yang
menjadi tujuan dari sistem pendidikan yang diterapkan mampu tercapai guna
kemajuan dan nama baik SMA Negeri 1 Kendal.
3. Keadaan Guru, Siswa dan Pegawai
SMA Negeri 1 Kendal mempunyai 66 guru.Guru yang berijazah berjumlah 52
orang dan guru yang tidak tetap sebanyak 14 orang. Guru Bahasa Inggris
berjumlah 6 orang.Kemudian guru Matematika dan Bahasa Indonesia masing-
masing berjumlah 5 orang.Sedangkan guru Ekonomi, Bimbingan dan Konseling,
Kewarganegaraan, TIK dan Bahasa Jepang masing-masing berjumlah 4
orang.Selain dari mata pelajaran yang telah disebutkan, rata-rata guru tiap mata
pelajaran berjumlah 2 sampai 3 orang. Keadaan guru di SMA Negeri 1 Kendal
menempuh jenjang pendidikan terakhir S1 berjumlah 62 orang, S2 berjumlah 1
orang, dan D3 berjumlah 3 orang.
Guru di SMA Negeri I Kendal juga di bekali dengan pelatihan-pelatihan
tentang bahasa Inggris dan penguasaan dalam bidang ICT (Information and
Communication Technology).SMA Negeri 1 Kendal juga bekerja sama dengan
47
47
Institut Bahasa Inggris World Pro yaitu lembaga pelatihan bahasa Inggris dari
Semarang yang melatih guru dalam bidang bahasa Inggris sebagai wujud dari
pembelajaran bilingual yang mutlak dilakukan pada mata pelajaran MIPA
(Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) serta pengembangan terhadap IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial). Penguasaan ICT bagi guru berguna untuk penggunaan media
pembelajaran terutama komputer dan LCD serta fasilitas internet dan area hotspot
yang dapat dimanfaatkan guru untuk menunjang sistem pembelajaran di SMA
Negeri 1 Kendal sebagai sekolah rintisan bertaraf internasional.
Tabel 2. Jenjang pendidikan dan jumlah guru SMA Negeri 1 Kendal
No Jenjang Pendidikan Guru Jumlah
1 Jenjang S1 62 orang
2 Jenjang S2 1 orang
3 Jenjang D3 3 orang
Jumlah keseluruhan 66 orang
(Sumber : data sekolah tahun ajaran 2010/2011).
SMA Negeri 1 Kendal mempunyai siswa berjumlah 1077 orang. Siswa yang
menempati kelas X berjumlah 345 orang, siswa kelas XI 352 orang, dan siswa kelas
XII berjumlah 380 orang serta mempunyai kelas sebanyak 30 kelas. Masing-masing
kelas dibagi ke dalam beberapa rombongan belajar dan untuk kelas XI dan XII
terbagi pula menjadi 2 jurusan yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan
IlmuPengetahuan Sosial (IPS). Jumlah peserta didik yang termasuk dalam jurusan
48
48
IlmuPengetahuan Alam lebih banyak dari peserta didik jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial. Hal itu dibuktikan dengan jumlah kelas dari jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
kelas XI dan kelas XII yang masing-masing ada 6 kelas, dengan jumlah peserta
didik kelas XI.IPA 228 orang dan jumlah peserta didik kelas XII.IPA 244 orang.
Sedangkan jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial kelas XI dan XII masing-masing
terdiri dari 4 kelas dengan jumlah peserta didik kelas XI.IPS 123 dan kelas XII.IPS
138 peserta didik.
Tabel 3. Jumlah siswa di SMA Negeri 1 Kendal
No Kelas Jumlah siswa
1 Kelas X 345
2 Kelas XI 352
3 Kelas XII 380
Jumlah keseluruhan 1077 siswa
(Sumber : data sekolah tahun ajaran 2010/2011).
Adapun syarat masuk untuk menjadi siswa SMA Negeri 1 Kendal adalah
sebagai berikut :
1. Seleksi Administrasi, meliputi : Nilai rapor SMP atau MTS kelas VII sampai
dengan IX untuk mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris rata-rata 7,5.
2. Achievement test, meliputi : Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS
dengan skor minimal 7 dalam rentang nilai 0-10.
49
49
3. Tes Kemampuan Bahasa Inggris, meliputi : Reading, Listening, Writing, dan
Speaking dengan skor minimal 7 dalam rentang nilai 0-10.
4. Lulus Tes Psikologi (Psychotest), meliputi : IQ, CQ, TC dan tes kepribadian.
5. Lulus Tes Wawancara Minat Masuk SMA Negeri 1 Kendal.
Tenaga kependidikan di SMA Negeri 1 Kendal berjumlah 22 orang. Dari
jumlah tersebut, 5 di antaranya merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS), sedangkan
lainnya masih berstatus sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT). Jumlah tenaga yang
memiliki jenjang pendidikan S1 hanya satu orang, kemudian D3 ada 3 orang,
SMA/SMK sebanyak 11 orang, SMP sebanyak 3 orang, dan lainnya berpendidikan
terakhir SD.
Tabel 4. Status dan jumlah pegawai di SMA Negeri 1 Kendal
No Status pegawai Jumlah
1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 5 orang
2 Pegawai Tidak Tetap (PTT) 17 orang
Jumlah keseluruhan 22 orang
(Sumber : data sekolah tahun ajaran 2010/2011).
50
50
4. SMA Negeri 1 Kendal sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI)
SMA Negeri 1 Kendal merupakan SMA RSBI dan salah satu sekolah unggulan
di Kendal dan telah terakreditasi A (amat baik) dengan nilai akreditasi 92,83.
Sebagai rintisan sekolah bertaraf internasional, SMA Negeri 1 Kendal mempunyai
sistem pendidikan yang berbeda dengan sekolah lain di Kendal terutama yang
bukan RSBI. Perbedaan tersebut dapat diketahui salah satunya dari bagaimana
sistem pembelajaran yang diterapkan di SMA Negeri 1 Kendal. Kepala sekolah
SMA Negeri 1 Kendal Drs. Iskandar mengatakan :
“Perbedaan SMA 1 Kendal dengan SMA lain selain RSBI, itu juga bisa dilihat dari sistem pembelajarannya mas, di sini itu pembelajaran sudah berbasis ICT dan menggunakan bilingual pada penyampaian materinya” (hasil wawancara pada tanggal 14 Mei 2011).
Sistem pembelajaran di SMA Negeri 1 Kendal berbasis ICT (Information and
Comunication Technology) yaitu pembelajaran yang berupa informasi-informasi
yang di komunikasikan melalui alat-alat dan teknologi modern.Alat-alat tersebut
berupa LCD, Laptop, komputer dan Internet. Adanya ICT maka di SMA Negeri 1
Kendal difasilitasi dengan area Hotspot sebagai acuan untuk mendapatkan
informasi secara cepat. Selain dengan berbasis ICT, hal lain yang membedakan dari
SMA Negeri 1 Kendal adalah adanya sistem pembelajaran bilingual. Sistem
pembelajaran bilingual adalah sistem pembelajaran yang menggunakan dua bahasa
pengantar dalam proses belajar mengajar yaitu menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris dan menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
51
51
Mata pelajaran yang menggunakan pembelajaran bilingual adalah mata pelajaran
MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) serta pengembangan pada mata
pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).
Selain berbasis ICT dan sistem pembelajaran bilingual, SMA Negeri 1 Kendal
juga mempunyai sekolah kembaran (sister school) yang menjadi relasi kerjasama
dalam pengembangan SMA Negeri 1 Kendal. Seperti yang dituturkan oleh Bapak
Iskandar :
“Kita juga mempunyai kerjasama dengan sekolah lain, ya...dari luar negeri mas namanya Henderson Secondary School Singapore yang kita jadikan sister school”(hasil wawancara pada tanggal 14 Mei 2011).
Kerjasama antara SMA Negeri 1 Kendal dengan Hendrson Secondary School
Singapore berupa kerjasama dalam pengembangan pendidikan dan pengembangan
kurikulum. Kerjasama tersebut sebagai wujud SMA Negeri 1 Kendal yang telah
RSBI menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI).
B. Sistem Pembelajaran Dwibahasa (Bilingual) pada Mata Pelajaran Sosiologi
SMA Negeri 1 Kendal merupakan rintisan sekolah bertaraf internasional yang
sistem pembelajarannya berbeda dengan sekolah yang belum RSBI.Pembelajaran
dwibahasa (bilingual) adalah sistem pembelajaran yang diterapkan di SMA Negeri
1 Kendal selaku rintisan sekolah bertaraf internasional. Lulusan SMA Negeri 1
Kendal diharapkan mampu mempunyai nilai tambah (value added) yang dapat
bersaing dengan negara lain di zaman global. Sistem pembelajaran dwibahasa
(bilingual) adalah sistem pembelajaran yang menggunakan dua bahasa pengantar
52
52
yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sosiologi merupakan mata pelajaran
yang diajarkan mulai kelas X dan pada kelas penjurusan XI IPS dan XII IPS. Di
SMA Negeri 1 Kendal mata pelajaran sosiologi diajarkan secara dwibahasa
(bilingual).Hal ini merupakan tuntutan karena SMA Negeri 1 Kendal merupakan
rintisan sekolah bertaraf internasional. Seperti yang di tuturkan oleh Bapak Iskandar
selaku kepala sekolah:
“Pembelajaran di sini mengunakan bilingual terutama pada mata pelajaran MIPA...sosiologi juga sudah menggunakan bilingual” (hasil wawancara pada tanggal 14 Mei 2011).
Kemudian dengan pertanyaan Ibu Istini selaku guru sosiologi kelas XI :
“Sosiologi di SMA 1 memang harus bilingual mas, wong kita sudah RSBI kok, jadi harus berorientasi internasional” (hasil wawancara pada tanggal 14 Mei 2011).
Pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi merupakan
wujud dari visi dan misi SMA Negeri 1 Kendal. Pembelajaran dwibahasa
(bilingual) yang diajarkan dengan bahasa Inggris diharapkan mampu membekali
siswa dalam bidang kemampuan bahasa, karena bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional. Pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi
diadakan karena adanya tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam proses
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran
sosiologi yaitu :
1. Sebagai perwujudan dari visi dan misi SMA Negeri 1 Kendal.
2. Sebagai iklim pembiasaan kepada guru dan siswa agar dapat menggunakan
bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari khususnya di lingkungan sekolah.
53
53
3. Untuk memperkenalkan istilah-isilah asing baru yang sering ada dalam mata
pelajaran sosiologi.
4. Sebagai sarana untuk membekali siswa dalam memasuki era globalisasi dan
modernisasi.
Hal di atas serupa dengan apa yang di tuturkan oleh Bapak Fendy :
“Tujuan dari pembelajaran bilingual, itu pertama sebagai perwujudan visi dan misi, kemudian sebagai sarana pembiasaan dalam komunikasi dengan bahasa Inggris, serta pengenalan istilah-istilah asing” (hasil wawancara pada tanggal 9Mei 2011).
Hal tersebut juga dikuatkan oleh Ibu Istini :
“Tujuan dari adanya pembelajaran dwibahasa tentu untuk membekali siswa dalam hal bahasa, terutama bahasa Inggris yang pada zaman globalisasi dan modern sekarang sangat penting” (hasil wawancara pada tanggal 14 Mei 2011).
Guru sosiologi dalam pembelajaran dwibahasa (bilingual) mempunyai peran
yang penting. Sebelum melakukan pembelajaran terlebih dahulu guru
mempersiapkan bahan-bahan ajar yang berkaitan dengan pembelajaran sosiologi.
Persiapan-persiapan yang dilakukan guru sebelum mengajar yaitu menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan silabus. Dalam menyususn RPP dan
silabus guru sosiologi di haruskan menyusun dalam dua bahasa yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. RPP dalam bentuk bahasa Inggris disebut Lesson
Plan atau Lesson Study, sedangkan silabus dalam bentuk bahasa Inggris disebut
Sillabus. Perangkat tersebut juga termasuk program tahunan (annual program) dan
program semester. Seperti yang di tuturkan Bapak fendy selaku guru sosiologi kelas
X dan XI :
54
54
“Persiapannya sebelum mengajar ya dengan membuat RPP atau istilahnya Lesson Plan, selain itu juga silabus, serta mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan sosiologi terutama yang berhubungan dengan bahasa Inggrisnya”(hasil wawancara dengan pada tanggal 9 Mei 2011).
Kemudian yang dituturkan oleh Bapak Djazuli :
“Kalau saya sebelum mengajar ya membuat RPP dan mencari bahan-bahan yang akan saya ajarkan dalam pembelajaran bilingual” (hasil pada tanggal 11Mei 2011).
Selain mempersiapkan Lesson Plan dan Sillabus, guru sosiologi juga mencari
bahan-bahan dan referensi yang didapat dari internet maupun dari buku paket dan
lembar kerja siswa (LKS). Referensi lain dibutuhkan untuk melengkapi segala
materi yang kurang atau belum ada pada buku paket atau LKS.
Pembelajaran di pendidikan formal pada umunya dilakukan dengan
menggunakan bahasa Indonesia.SMA Negeri 1 Kendal sebagai rintisan sekolah
bertaraf internasional memberlakukan sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual)
pada mata pelajaran yang diharuskan, salah satunya adalah pada mata pelajaran
sosiologi. Adanya sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran
sosiologi menuntut guru untuk bekerja lebih dalam mempersiapkan pembelajaran.
Terdapat berbagai perbedaan antara pembelajaran dwibahasa (bilingual) dengan
nonbilingual. Perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya guru harus membuat
perangkat pembelajaran dengan dua bahasa, guru harus menyampaikan materi
pelajaran dengan dua bahasa, guru harus menyiapkan bentuk tugas dan evaluasi
dengan menggunakan dua bahasa. Seperti yang telah dituturkan oleh Bapak Fendy :
“Bedanya dalam pembelajaran bilingual guru harus bekerja ekstra keras lagi. Guru harus membuat perangkat dan menyampaikan materi kepada anak-anak
55
55
dengan menggunakan dua bahasa. Jadi guru harus bekerja dua kali”(hasil wawancara pada tanggal 9 Mei 2011).
Dalam sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) terdapat berbagai kelebihan
dan kelemahan. Kelebihan dalam pembelajaran dwibahasa pada mata pelajaran
sosiologi yaitu guru sosiologi dan siswa menjadi lebih tahu tentang bagaimana
manfaat bahasa asing terutama bahasa Inggris dalam berkomunikasi dalam proses
belajar mengajar. Sedangkan kelemahan dari adanya pembelajaran dwibahasa
(bilingual) pada mata pelajaran sosiologi yaitu guru dan siswa masih merasa
kesulitan untuk berdaptasi dengan materi yang menggunakan bahasa Inggris
sehingga sistem pembelajaran sosiologi dapat menjadi terhambat. Seperti yang
disampaikan oleh Apriwieda siswi kelas X9 :
“Saya senang dengan adanya pembelajaran sosiologi yang bilingual dapat menambah pengetahuan istilah asing, memperlancar bahasa komukasi dengan bahasa inggris, dan yang lebih saya suka lagi karena dapat menambah vocabsaya mas…walaupun kadang masih bingung dengan materinya”(hasil wawancara pada tanggal 4 Mei 2011).
Hal tersebut juga disampaikan oleh Widya siswi kelas X2 :
“Cara saya mengungkapkan pertanyaan kadang ya pake bahasa Inggris kadang juga pake bahasa Indonesia.Namun lama-lama juga terbiasa dengan bahasa Inggris”(hasil wawancara pada tanggal 17 Mei 2011).
Guru dalam pembelajaran sosiologi secara dwibahasa (bilingual) juga selalu
memberikan semangat dan dorongan kepada siswa agar selalu berusaha terbiasa
dengan pembelajaran dwibahasa (bilingual) dan menghimbau kepada siswa agar
meningkatkan belajar terutama dengan materi sosiologi yang menggunakan bahasa
Inggris.
56
56
Menurut Syaiful (2002) komponen-komponen dalam pembelajaran meliputi :
1. Bahan pelajaran, yaitu substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Tanpa adanya bahan pelajaran, proses belajar mengajar tidak akan
berjalan.
2. Metode, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode dipergunakan guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir.
3. Sumber pelajaran, yaitu segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat
dimana bahan pengajaran terdapat atau berasal untuk belajar seseorang. Dengan
demikian, sumber-sumber belajar merupakan bahan/materi untuk menambah
ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi siswa.
4. Alat, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Alat berfungsi sebagai perlengkapan, dan pembantu dalam
mempermudah usaha mencapai tujuan pembelajaran.
5. Evaluasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-
dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab
akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan
kemampuan siswa.
57
57
1. Materi dan Sumber dalam Sistem Pembelajaran Dwibahasa (Bilingual)
pada Mata Pelajaran Sosiologi
Sosiologi diajarkan di sekolah untuk memberikan kompetensi kepada peserta
didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok
sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai pada
terciptanya integrasi sosial. Mata pelajaran sosiologi diberikan pada tingkat
pendidikan dasar sebagai bagian integral dari IPS, pada tingkat pendidikan
menengah diberikan sebagai mata pelajaran sendiri (BSNP,2006a:1). Sistem
pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi tentu tidak
mudah dan membutuhkan persiapan khusus. Persiapan khusus yang dilakukan guru
dapat berupa memahami materi dan menyiapkan semua bahan pembelajaran
sosiologi yang bilingual sebelum diajarkan kepada siswa karena materi harus
memakai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.Materi-materi yang akan
disampaikan oleh guru sosiologi adalah materi yang sesuai dengan standar
kompetensi yang telah ditentukan di dalam silabus.
Materi-materi dalam pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran
soisologi yang digunakan guru tidak semuanya disampaikan dengan menggunakan
billingual. Guru sosiologi harus memilah terlebih dahulu apakah materi yang akan
disampaikan dapat tersampaikan dengan bilingual, karena materi yang akan
diajarkan guru mempunyai tingkat kesulitan masing-masing. Guru juga terkadang
masih menggunakan bahasa Jawa untuk menegaskan materi yang diajarkan kepada
siswa. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Fendy dalam sebuah wawancara :
58
58
“Materi yang saya sampaikan tidak selamanya menggunakan bilingual, ada beberapa materi yang saya rasa kadang lebih tepat saya sampaikan dengan bahasa Indonesia saja, walaupun sebenarnya pembelajarannya harus bilingual”(hasil wawancara tanggal 9 Mei 2011).
Materi dalam Pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran
sosiologi juga membutuhkan sumber-sumber, bahan-bahan atau referensi lain yang
dapat menunjang materi pembelajaran selain dari buku paket sosiologi. Buku paket
yang digunakan guru sosiologi berupa buku paket yang bilingual. Sumber-sumber
lain tersebut dapat diperoleh oleh guru sosiologi dari lembar kerja siswa (LKS),
internet, artikel dari koran maupun majalah yang berkaitan dengan pembelajaran
sosiologi. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Istini dalam petikan wawancara :
“Sumber-sumber atau referensi yang saya gunakan selain buku paket yang bilingual itu, ya bisa dari internet, dari koran, majalah, artikel-artikel juga bisa, yang penting ada kaitannya dengan sosiologi” (hasil wawancara pada tanggal 19 Mei 2011).
Hal serupa juga dituturkan oleh Bapak Djazuli :
“Kalau saya sebagai sumber utama itu berupa buku paket mas, namun kadang juga saya sisipi dari koran dan internet karena sekarang untuk mendapatkan informasi sudah mudah tak seperti zaman dahulu.Ya pokoknya banyaklah referensi yang digunakan” (hasil wawancara pada tanggal 11 Mei 2011).
Cara belajar siswa dalam memperdalam materi juga mempunyai cara yang
berbeda-beda. Sumber-sumber yang didapatkan siswa juga bervariasi. Selain
menggunakan buku paket dan LKS, siswa juga menambah referensi dari internet
dengan membuka Goegle, artikel dan koran. Siswa juga mendapatkan materi dari
media massa seperti berita-berita yang ditayangkan di televisi. Hal tersebut seperti
yang dikatakan oleh Arin Sweiteniasari siswi kelas XI IPS 4 :
59
59
“Dalam memahami materi saya juga mencari referensi lain selain dari yang disampaikan oleh bu Is misalnya dari artikel-artikel berbahasa Inggris dan berita dari televisi terutama berita sosial politik” (hasil wawancara pada tanggal 11 Mei 2011).
Hal serupa juga dikatakan oleh Intan dan Dinar siswi dari kelas X2 :
“Belajarnya mandiri terkadang searching di Internet, jika ada yang gak tahu ya tanya gurunya” (hasil wawancara pada tanggal 13 Mei 2011).
“kalo saya kadang selain belajar mandiri juga terkadang goegling mas” (hasil wawancara pada tanggal 13 Mei 2011).
Guru dalam menyampaikan materi sosiologi secara bilingual juga mengunakan
peta konsep (map of concept) sebelum masuk pada materi yang akan diajarkan
kepada siswa. Peta konsep ini membantu siswa dalam mengetahui tentang apa saja
yang akan dipelajari dalam satu kompetensi dasar.
2. Media dalam Sistem Pembelajaran Dwibahasa (Bilingual) pada Mata
Pelajaran Sosiologi
Media merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam
proses belajar mengajar. Media dibutuhkan karena dapat memudahkan dalam
menyampaikan materi. Media juga berperan dalam menarik perhatian siswa karena
di dalam media terdapat bagian-bagaian yang bersifat variatif.
Guru dalam pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi
mengunakan media yang berbeda-beda. Namun media utama yang digunakan guru
sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal adalah menggunakan LCD, dan komputer.Hal
ini dikarenakan pembelajaran di SMA Negeri 1 Kendal telah berbasis ICT
(Information and Comunication Technology). Untuk itu guru dan siswa diharuskan
60
60
untuk dapat menggunakan media dalam pembelajaran. Media digunakan guru
dalam pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi untuk
menayangkan power point. Power point biasanya dibuat guru sosiologi pada setiap
materi yang akan diajarkan. Penggunaan power point dapat memudahkan guru
dalam menyampaian materi sosiologi. Selain sebagai media yang simpel, power
point juga dapat menayangkan gambar, suara dan tulisan yang dapat divariasi sesuai
dengan pengunaan.
Gambar 3. Power point bilingual
(dokumentasi peneliti pada tanggal 14 Mei 2011)
Cara guru sosiologi dalam penyampaian materi menggunakan media power
point dengan membuat tampilan materi yang disusun menggunakan dua bahasa.
Pertama guru membuat materi yang bertuliskan bahasa Inggris, kemudian pada
paragrap berikutnya guru memberi terjemahan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini
61
61
agar memudahkan siswa dalam memahami materi. Seperti yang dikatakan Radityo
siswa kelas X5 :
“Power point memang sering digunakan pak Fendy sehinga saya dapat membaca antara yang bahasa Indonesia dan bahasa Inggrisnya” (hasil wawancara pada tanggal 15 Mei 2011).
Media yang menarik akan membuat siswa menjadi bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi. Guru
sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal menggunakan media yang mudah di pahami
oleh siswa. Selain itu, guru sosiologi selalu mengaitkan dengan apa yang ada dalam
buku paket maupun realita yang ada di masyarakat.
Siswa dalam sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran
sosiologi juga diharuskan untuk dapat menggunakan media pembelajaran yang ada.
Media yang ada misalnya dengan menggunakan komputer dalam diskusi atau
mencari tugas yang di berikan oleh guru.Hal ini sebagai wujud kepedulian SMA
Negeri 1 Kendal dalam mempersiapkan lulusan yang mampu bersaing di era global.
Selain menggunakan power point, guru juga terkadang menggunakan media
yang masih sederhana. Media sederhana tersebut dapat berupa gambar-gambar yang
didapatkan dari internet, koran dan majalah. Media sederhana digunakan guru
sebagai bentuk variasi agar siswa tidak merasa bosan dengan media yang digunakan
dalam proses pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi.
62
62
3. Metode dalam Sistem Pembelajaran Dwibahasa (Bilingual) pada Mata
Pelajaran Sosiologi
Metode merupakan cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Dalam sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata
pelajaran sosiologi, guru mempersiapkan metode yang tepat dalam menyampaikan
materi kepada siswa. Setiap guru sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal mempunyai
cara yang berbeda-beda dalam menggunakan metode pembelajaran.
Bapak Djazuli dalam sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata
pelajaran sosiologi lebih menyukai metode pembelajaran sosiologi dengan ceramah
interakatif dan tanya jawab. Metode ceramah interaktif dan tanya jawab digunakan
Bapak Djazuli karena dapat membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran
sosiologi. Dalam metode ceramah interaktif dan tanya jawab, pada awalnya guru
mulai menyampaikan materi sosiologi yang ditanyangkan di LCD secara bilingual
lkepada siswa. Kemudian disela pertengahan materi guru mulai memberikan
pertanyaan kepada siswa dengan menggunakan bahasa Inggris dan siswa
diharuskan pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Adakalanya siswa menjawab
dengan bahasa Inggris dan adapula siswa yang masih menjawab dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Hal tersebut seperti yang dilakukan Bapak Djazuli
pada saat pembelajaran di kelas X 10. Selain ceramah interkatif dan tanya jawab,
Bapak Djazuli juga menerapakan metode lain seperti Snow Ball Throwing. Snow
Ball Throwing merupakan metode inovatif dalam pembelajaran dengan alat utama
63
63
yaitu menggunakan bola.Dalam Snow Ball Throwing siswa yang terkena bola
diharuskan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Bapak Djazuli.
Metode diskusi juga diterapkan oleh Ibu Istini dalam pembelajaran dwibahasa
(bilingual) pada mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal. Diskusi yang
diterapkan Bu Istini lebih mengenai materi yang akan diajarkan. Dalam diskusi ini,
Bu Istini membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok dan setiap kelompok akan
mendapatkan materi yang menjadi bahan diskusi. Setiap kelompok wajib membuat
power point dan menyajikan materi dalam bentuk yang bilingual. Dengan dikusi
tersebut siswa diharapkan mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris dalam
proses pembelajaran sosiologi. Seperti yang dilakukan Bu Istini di kelas X1 IPS 4.
Gambar 4. Suasana diskusi di dalam kelas
(dokumentasi peneliti pada tanggal 14 Mei 2011)
Selain Bapak Ibu Istini, Bapak Fendy juga menerapkan metode yang berbeda
dalam sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi di
64
64
SMA Negeri 1 Kendal. Bapak Fendy menerapkan metode pembelajaran sosiologi
dengan diskusi. Diskusi yang dilakukan Bapak Fendy berupa diskusi materi dengan
mengaitkan materi yang diajarkan dengan fenomena masyarakat yang terjadi pada
zaman sekarang. Dengan metode diskusi diharapkan siswa mampu mengetahui dan
memahami istilah-istilah baru yang belum di ketahui oleh siswa. Misalnya kata
hegemoni dan kata prestise. Pengenalan-pengenalan istilah asing merupakan salah
satu tujuan pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi.
Guru sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal dalam sistem pembelajaran dwibahasa
(bilingual) pada mata pelajaran sosiologi mempunyai cara lain dalam usaha
memudahkan pemahaman siswa. Cara lain yang digunakan guru dengan membuat
kata kunci (key word) pada setiap materi sosiologi yang diajarkan. Key word adalah
kata-kata penting yang merupakan kata kunci dalam memahami materi
pembelajaran sosiologi. Key word dibuat guru dalam bentuk bahasa Inggris.Dengan
adanya key word diharapkan siswa menjadi mudah dalam mempelajari materi
sosiologi secara bilingual.
Metode yang diterapkan oleh guru sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal
berpengaruh terhadap pemahaman minat dan pemahan siswa terhadap materi
sosiologi.Siswa merasa senang apabila metode yang diterapkan guru tidak hanya
tulisan, tetapi juga disisipi gambar-gambar dan slide yang menarik. Seperti yang
dikatakan oleh Ulfi Nihaya siswi kelas X1 IPS 1 :
“saya sangat senang apabila metode yang diterapkan guru diselingi dengan gambar-gambar, jadi saya tidak merasa bosan. Apalagi bilingual kan materinya tambah double-double”(hasil wawancara pada tanggal 12 Mei 2011).
65
65
Metode yang diterapkan guru dalam pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada
mata pelajaran sosiologi dapat menambah pengetahuan siswa terutama terhadap
teknologi. Siswa dalam berdiskusi diharuskan memakai komputer dan LCD serta
mempresentasikan hasil diskusi dengan membuat power point. Siswa yang pada
awalnya kurang mengerti terhadap teknologi lama-kelamaan menjadi paham dan
dapat menggunakannya dalam pembelajaran. Seperti yang dikatakan Niken siswi
kelas X1 IS 3 :
“Guru sih sukanya suruh menggunakan komputer dan power point pas waktu diskusi di kelas. Lama-lama saya menjadi terbiasa dengan multimedia” (hasil wawancara pada tanggal 6 Mei 2011).
Selain karena faktor dorongan dari guru, siswa SMA Negeri 1 Kendal rata-rata
sudah memiliki laptop. Hal ini yang memudahkan guru dalam mentransfer materi
sosiologi.Setelah selesai pembelajaran siswa selalu meminta file-file materi
pembelajaran sosiologi kepada guru. Tujuan siswa adalah untuk mempelajari lagi
materi yang telah disampaikan oleh guru, terutama pada bagian materi yang
berbahasa Inggris.
4. Evaluasi dalam Sistem Pembelajaran Dwibahasa (Bilingual) pada Mata
Pelajaran Sosiologi
Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan guru sosiologi untuk mengukur
kemampuan siswa dalam pembelajaran yang dilakukan dalam waktu rentang
tertentu. Evaluasi bertujuan mengetahui sejauhmana pemahaman dan pengetahuan
siswa terhadap mata pelajaran sosiologi.
66
66
Evaluasi dilakukan guru sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal setiap materi dalam
satu kompetensi dasar telah selesai diajarkan. Dua jam pelajaran dari setiap dasar
kompetensi merupakan tahap evaluasi yang menurut isltilah di SMA 1 Kendal
disebut daily test (ulangan harian). Selain itu juga terdapat Mid Semester (middle
test) dan ujian akhir. Guru akan melakukan evaluasi apabila siswa benar-benar telah
dirasa menguasai materi pembelajaran sosiologi.
Pada awalnya guru mempersiapkan materi yang akan digunakan untuk bahan
evaluasi. Kemudian guru membuat soal-soal yang berupa soal uraian dan
pengembangan. Walaupun pembelajaran sosiologi dilakukan secara bilingual,
namun soal-soal yang diberikan guru sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal berupa
soal yang menggunakan bahasa Inggris pada setiap butir soal. Daily test yang
diberikan guru kepada siswa mempunyai bentuk dua soal yaitu soal berkode A dan
soal berkode B. Soal berkode A akan diberikan guru kepada siswa yang duduk
disebelah kiri dan soal berkode B akan diberikan kepada siswa yang duduk di
sebelah kanan. Pengkodenan pada soal bertujuan agar siswa tidak melakukan
kecurangan-kecurangan dan mengerjakan ulangan harian dengan sungguh-sungguh.
Pada dasarnya evaluasi bertujuan untuk menilai hasil belajar siswa. Selain daily
test, penilaian tidak hanya dari ulangan harian (daily test), akan tetapi hasil dari
diskusi, keaktifan siswa di dalam kelas, sikap dan penerapan dari materi yang
diajarkan juga menjadi bagian dari penilaian guru sosiologi di SMA Negeri 1
Kendal.
67
67
Guru dalam melakukan evaluasi selalu menekankan kepada siswa agar
menjawab soal-soal yang diberikan dengan menggunakan bilingual. Siswa di SMA
Negeri 1 Kendal ada yang sudah mampu menjawab soal ulangan dengan
menggunakan bahasa Inggris ada juga yang masih menjawab dengan bahasa
Indonesia. Bagi siswa yang mampu menjawab soal dengan menggunakan bahasa
Inggris akan mendapatkan nilai tambahan dari pada siswa yang menjawab dengan
bahasa Indonesia. Guru akan menambahkan nilai pada ranah psikomotorik bagi
siswa yang mampu menjawab soal ulangan dengan menggunakan bahasa Inggris.
Hal ini seperti yang dituturkan Ibu Istini :
“Evaluasi selain untuk menilai pengetahuan siswa atau kognitif, juga menilai pada afektif dan psikomotornya” (hasil wawancara tanggal 14 Mei 2011).
Gambar 5. Suasana penugasan di perpustakaan
(dokumentasi peneliti pada tanggal 12 Mei 2011)
68
68
Penilaian lain yang diberikan guru adalah dengan cara penugasan-penugasan
kepada siswa. Penugasan-penugasan yang diberikan guru kepada siswa dapat
berupa penugasan individu dan penugasan kelompok. Penugasan individu dapat
berupa makalah yang bilingual, sedangkan penugasan kelompok dapat berupa tugas
diskusi di perpustakaan dan tugas pengamatan di suatu tempat di masyarakat.
Guru di dalam memberikan nilai kepada siswa, mempunyai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang menjadi patokan apakah siswa tuntas dalam mengikuti tes
atau siswa belum tuntas (remidi). Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus
dicapai siswa dalam mata pelajaran sosiologi adalah 7,5. Batas minimal ini tidak
hanya berlaku pada mata pelajaran sosiologi saja, akan tetapi juga berlaku pada
semua mata pelajaran di SMA Negei 1 Kendal.
Siswa yang belum mencapai nilai maka diharuskan untuk mengkuti remidial.
Remidial bertujuan untuk mendorong siswa supaya lebih giat belajar dan
mendorong siswa untuk mampu mancapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Remidial yang diberikan guru kepada siswa dapat berupa penugasan adapula tes
ulang. Bobot soal dari tes remidial diberikan guru lebih ringan dan mudah dari soal
ulangan yang ada pada ulangan sebelumnya.
C. Hambatan-hambatan dalam Sistem Pembelajaran Dwibahasa (Bilingual)
pada Mata Pelajaran Sosiologi
Guru dan siswa di SMA Negeri 1 Kendal dalam sistem pembelajaran dwibahasa
(bilingual) pada mata pelajaran sosiologi tidak selalu berjalan lancar, akan tetapi
69
69
mengalami berbagai hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan pada saat
pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi. Hambatan yang
dialami guru adalah guru belum sepenuhnya mendapat pelatihan dan menguasai
bahasa Inggris. Guru harus menunggu giliran untuk mendapat kesempatan
mengikuti pelatihan bahasa Inggris. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Fendy :
“Beberapa guru sosiologi disini memang sudah ada yang mendapatkan pelatihan bahasa Inggris dari World Pro khususnya, berhubung saya guru baru ya masih menunggu giliran” (hasil wawancara pada tanggal 9 Mei 2011).
Hal senada juga diperkuat oleh Bapak Djazuli :
“Saya belum sepenuhnya menguasai bahasa Inggris walaupun sudah pernah mendapatkan pelatihan” (hasil wawancara pada tanggal 11 Mei 2011).
Selain itu hambatan yang dialami guru adalah belum berjalannya program
english day secara maksimal. English day berguna untuk membiasakan guru dan
siswa menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi khususnya di lingkungan
SMA Negeri 1 Kendal.
Selain faktor teknis, masalah ideologi juga menjadi penghambat dalam sistem
pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi. Guru
sebenarnya lebih setuju apabila pembelajaran sosiologi menggunakan bahasa
Indonesia saja. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Fendy :
“Sebenarnya pembelajaran bilingual sangat bagus, tapi juga terkadang saya merasa ini bertentangan dengan ideologi saya sebagai bangsa Indonesia yang harusnya berbahasa Indonesia.Tapi inilah kebijakan sistem” (hasil wawncara pada tanggal 9 Mei 2011).
Hambatan juga dialami siswa SMA Negeri 1 Kendal.Hambatan yang dialami
siswa adalah siswa masih mengalami kebingungan dalam pembelajaran dwibahasa
70
70
(bilingual) pada mata pelajaran sosiologi. Kebingungan tersebut dapat ditemui
misalnya pada saat ulangan atau mid semester. Soal-soal yang diberikan guru tidak
sepenuhnya dapat dimengerti oleh semua siswa. Siswa masih saja mengalami
kesalahan dalam menterjemahkan soal ulangan dan mid semester. Hal ini seperti
yang dikatakan Hendri Apriliyanto siswa kelas XI IPS 2 :
“Saya terkadang masih bingung dengan maksud soal yang diberikan guru pada saat ulangan dan mid, jadi maksud guru kemana saya kemana. Padahal yakin jawabannya benar, eh ternyata saya keliru memahami soalnya. Itu yang kadang membuat saya remidi” (hasil wawancara pada tanggal 16 Mei 2011).
Hambatan lainyang dialami adalah tidak semua siswa mampu menguasai bahasa
Inggris. Siswa masih terbiasa pada dengan sistem pembelajaran yang diterapkan
pada saat masih SMP/MTS yang hanya dengan menggunakan bahasa Indonesia saja
terutama pada siswa yang masih duduk di kelas X. Bagi siswa yang masih duduk di
kelas X, pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi
merupakan hal baru yang masih butuh adaptasi bagi semua siswa. Seperti yang
dikatakan Aulia Rahma siswi kelas X 10 :
“Pembelajaran bilingual ki menurutku hal yang masih baru, jadi perlu adaptasi lagi karna saya masih terbiasa dengan sistem pembelajaran pas SMP” (hasil wawancara pada tanggal 14 Mei 2011).
Hal ini diperkuat dengan perkataan Ratri Purnamasari siswi kelas XI IPS 3 :
”Pada dasarnya saya masih rendah dalam bahasa Inggris, jadi agak susah mengikuti pembelajaran sosiologi dalam bilingual.”(hasil wawancara pada tanggal 6 Mei 2011).
Siswa dalam pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi
juga merasa terbebani karena harus memahami materi sosiologi dengan
71
71
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Siswa pada umumnya lebih
senang apabila pembelajaran sosiologi disampaikan dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Inilah yang kemudian membuat pembelajaran sosiologi terhambat.
Seperti yang dituturkan Bapak Djazuli :
“Sebagian siswa disini masih suka dengan pembelajaran sosiologi dengan bahasa Indonesia saja. Ini yang kadang membuat siswa menjadi kurang tertarik dengan pembelajaran bilingual” (hasil wawancara pada tanggal 11 Mei 2011).
D. Persepsi Guru dan Siswa terhadap Sistem Pembelajaran (Bilingual) pada
Mata Pelajaran Sosiologi
Guru dan siswa mempunyai persepsi berbeda-beda terhadap sistem
pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 1
Kendal. Persepsi guru dan siswa merupakan bentuk penilaian terhadap berjalannya
sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi.
Teori stimulus respon McQuail (dalam Burhan, 2006:281) menjelaskan elemen-
elemen dalam teori stimulus-respon adalah : (a) pesan (Stimulus), (b) seorang
penerima atau receiver (Organisme), dan (c) efek (Respons). Prinsip teori stimulus-
respon ini mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan dan didistribusikan
secara sistematis dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan
tersebut dapat diterima oleh sejumlah besar individu, bukan ditujukan pada seorang
atau indivudu. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespons pesan
informasi itu.
72
72
Guru dalam pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi
adalah sebagai seorang yang menstimulus siswa dengan materi, metode, media dan
evaluasi yang diterapkan selama proses belajar mengajar. Efek yang dimaksud
dalam pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi adalah
tujuan yang dicapai selama pembelajaran berlangsung. Ketercapainya tujuan
pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi ini dapat dilihat
dengan bagaimana respon setiap siswa yang menerima stimulus(receiver) guru
sosiologi.
Pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi merupakan
pembelajaran yang berguna bagi siswa dalam memasuki era globlalisasi yang sarat
dengan kemajuan IPTEK. Seperti yang dituturkan Bapak Fendy :
“Pembelajaran bilingual sangat bagus dan penting, dapat dijadikan bekal bagi anak zaman sekarang. Lihat saja bagaimana fenomena facebook dan twitter di dalamnya juga banyak istilah-istilah dalam bahasa Inggris. Kalau anak sudah dibiasakan dengan bahasa Inggris. Maka hal ini tentunya akan sangat membantu mereka” (hasil wawancara pada tanggal 9 mei 2011).
Selain untuk membekali siswa, sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada
mata pelajaran sosiologi juga dapat menambah memotivasi siswa dalam belajar.
Seperti yang dikatakan widya siswi kelas X 2 :
“Saya sangat tertarik, karena sosiologi diajarkan dengan bahasa Inggris saya lebih semangat dan semakin penasaran” (hasil wawancara pada tanggal 17 Mei 2011).
Sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi dapat
membiasakan guru dan siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris
khususnya dilingkungan sekolah. Seperti yang dituturkan Ibu Istini :
73
73
“Sistem pembelajaran bilingual secara tidak langsung membiasakan kami dalam berbahasa Inggris. Kami sering lho berkomunikasi dengan guru lain menggunakan bahasa Inggris begitu juga pada saat di kelas” (hasil wawancara pada tanggal 14 Mei 2011).
Hal tersebut juga dikatakan oleh Apriwieda Siswi kelas X9 :
“Saya senang dengan adanya pembelajaran sosiologi yang bilingual dapat menambah pengetahuan istilah asing, memperlancar bahasa komukasi dengan bahasa Inggris, dan yang lebih saya suka lagi karena dapat menambah vocabsaya mas”(hasil wawancara pada tanggal 4 Mei 2011).
Ada pula yang beranggapan bahwa pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada
mata pelajaran sosiologi membingungkan siswa dalam memahami materi sosiologi.
Seperti yang dikatakan Akbar Dwiguna siswa kelas X 3 :
“Menurut saya pembelajaran bilingual sangat membingungkan karena saya kurang menguasai bahasa Inggris” (hasil wawancara pada tanggal 5 Mei 2011).
Persepsi guru dan siswa merupakan bentuk apresiasi terhadap terselenggaranya
sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi di SMA
Negeri 1 Kendal.
74
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Guru sosiologi dan siswa dalam sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual)
pada mata pelajaran sosiologi belum sepenuhnya mampu menguasai dan
menerapkan pembelajaran bilingual terutama dalam kaitannya dengan
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran
sosiologi.
2. Hambatan yang dialami guru dan siswa dalam sistem pembelajaran dwibahasa
(bilingual) pada mata pelajaran sosiologi dapat berdampak pada kurang
maksilmalnya hasil yang ingin dicapai dari proses pembelajaran bilingual.
Hambatan ini dikarenakan bahwa pembelajaran bilingual masih dianggap
sebagai pembelajaran yang masih sukar untuk dipahami karena faktor ketidak
mampuan penguasaan bahasa asing terutama bahasa Inggris.
3. Guru sosiologi dan siswa SMA Negeri 1 Kendal mempunyai persepsi yang
berbeda-beda terhadap sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata
pelajaran sosiologi. Persepsi tersebut merupakan bentuk apresiasi guru
sosiologi dan siswa selama mengikuti proses pembelajaran sosiologi.
74
75
75
B. Saran
1. Guru-guru sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal perlu mendapatkan pelatihan
bahasa Inggris secara merata karena pada dasarnya guru-guru sosiologi di
SMA Negeri 1 Kendal belum sepenuhnya menguasai bahasa Inggris.
2. Bagi siswa SMA Negeri 1 Kendal perlu dibiasakan berkomunikasi dengan
berbahasa Inggris terutama di dalam kegiatan belajar mengajar dan
menggerakkan lebih aktif dalam program English day untuk menunjang
sistem pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi di
SMA Negeri 1 Kendal.
3. Bagi kepala sekolah seharusnya ikut berperan aktif dalam mendorong
terlaksananya pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran
sosiologi di SMA Negeri 1 Kendal.
76
76
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Alatas, Mahda. 2008. ”Proses Pembelajaran di SMP Negeri 2 Semarang sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Deskriptif Kualitatif Proses Perencanaan, Pelaksanaaan, dan Evaluasi Pembelajaran)”. Skripsi. Semarang: Unnes.
Arniyana, Ida B.P. 2008. “Pengembangan Model Pembelajaran Bilingual Peview-Review dipandu Strategi Kooperatif STAD dalam pembelajaran Sains di SMA”. Bali: dalam Jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=3087. (21febuari 2011).
Agustina, dkk.2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
BSNP, 2006a. Standar Isi Mata Pelajaran Sosiologi SMA/MA. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Balai Pustaka.
Dimyati, Muhammad. 1989. Pengajaran Ilmu-ilmu Sosial di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi: UPI.
Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakaya.
Saondi, dkk. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sagala, Saeful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sugandi, Ahmad. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT UNNES Press.
Syaiful, dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Soenaryo, Endang. 2000. Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Sistem. Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa.
Suwandi dan Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Syani, Abdul. 2007. Sosiologi (Skematika, Teori, dan Penerapan). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Itta. 2007. “Kemampuan Berbahasa Inggris Anak dengan Pembelajaran Bilingual”.Jakarta: dalam Jurnal Pendidikan Penabur. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=25072. (21 febuari 2011).
Tim Penyusun. 2009. Panduan Penyelengaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI). Jakarta: DEPDIKNAS.
Tarigan, Henry G. 1988. Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung: Angkasa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Yahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Diperbanyak Oleh Biro Hukum dan Organisasi.
Uzer, Usman. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
78
78
LAMPIRAN
78
79
79
Lampiran 1
INSTRUMENT PENELITIAN
SISTEM PEMBELAJARAN DWIBAHASA (BILINGUAL) PADA MATA
PELAJARAN SOSIOLOGI DI RINISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
(Studi Kasus di SMA Negeri 1 Kendal)
(Pedoman Penelitian)
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Oleh karena itu untuk memperoleh
kelengkapan data yang diperlukan, disediakan pedoman penelitian. Adapun aspek-
aspek dalam penelitian ini adalah:
A. Obyek Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Profil SMA N 1 Kendal
b. Visi dan Misi SMA N 1 Kendal
c. Data siswa SMA N 1 Kendal
d. Data guru dan karyawaan SMA N 1 Kendal
e. Data sarana dan prasarana SMA N 1 Kendal
f. Jadwal pelajaran SMA N 1 Kendal
g. Tata tertib siswa, guru, dan karyawan SMA N 1 Kendal
2. Sasaran Penelitian
a. Guru mata pelajaran sosiologi
80
80
b. Siswa X dan XI IS
c. Kepala sekolah
B. Hal-Hal Yang Diteliti
1. Guru mata pelajaran sosiologi kelas
a. Pelaksanaan dalam pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata
pelajaran sosiologi.
b. Materi, metode, media dan evaluasi yang digunakan guru dalm sistem
pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata pelajaran sosiologi.
c. Hambatan guru dalam pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata
pelajaran sosiologi.
2. Siswa/peserta didik
a. Keadaan siswa dalam pembelajaran sosiologi.
b. Persepsi siswa terhadap pembelajaran sosiologi secara dwibahasa
(bilingual).
c. Hambatan siswa dalam pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada mata
pelajaran sosiologi.
3. Kepala Sekolah
a. Gambaran umum dari SMA Negeri 1 Kendal.
b. Faktor-faktor yang mengahambat kegiatan pembelajaran dwibahasa
(bilingual) pada mata pelajaran sosiologi.
81
81
PEDOMAN PENGAMATAN (OBSERVASI)
SISTEM PEMBELAJARAN DWIBAHASA (BILINGUAL) PADA MATA
PELAJARAN SOSIOLOGI DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
(Studi Kasus di SMA Negeri 1 Kendal)
Berilah tanda (√) pada kolom di bawah ini!
No Indikator Keterangan
Ya Tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pembelajaran dwibahasa (bilingual) pada pada mata pelajaran
sosiologi.
Materi yang disampaikan guru sosiologi dalam pembelajaran
bilingual.
Metode yang diterapkan oleh guru sosiologi dalam pembelajaran
bilingual.
Media yang digunakan oleh guru sosiologi dalam pembelajaran
bilingual.
Model evaluasi yang diterapkan guru sosiologi dalam
pembelajaran bilingual.
Alat-alat yang digunakan guru sosiologi dalam pembelajaran
bilingual.
Komunikasi antara guru dan siswa dalam pembelajaran sosiologi
secara bilingual.
Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa dalam pembelajaran
bilingual.
Guru menstimulus siswa dalam pembelajaran sosiologi secara
bilingual.
Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran sosiologi
secara bilingual di dalam kelas.
82
82
INSTRUMENT PENELITIAN
SISTEM PEMBELAJARAN DWIBAHASA (BILINGUAL) PADA MATA
PELAJARAN SOSIOLOGI DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
(Studi Kasus di SMA Negeri 1 Kendal)
(Wawancara Untuk Guru)
A. Identitas Informan
Nama :……………………..
Umur :……………………..
Jenis Kelamin :……………………..
Pekerjaan :……………………..
Alamat :……………………..
B. Daftar Pertanyaan
No Indikator Keterangan
1 Perlaksanaan
sistem
pembelajaran
bilingual
a). Bagaimana persiapan bapak/ibu dalam pelaksanaan
pembelajaran sosiologi secara bilingual?
b). Apa saja tujuan pembelajaran sosiologi secara bilingual?
c). Bagaimana cara bapak/ibu menjelaskan mata pelajaran
sosiologi secara bilingual?
d). Menurut bapak/ibu, bagaimana perbedaan antara
pembelajaran bilingual dengan non bilingual?
e). Bagaimana kelebihan dan kekurangan pembelajaran
sosiologi secara bilingual?
83
83
f). Bagaimana antusias siswa dalam pembelajaran sosiologi
secara bilingual?
2 Materi, metode,
media, dan
eveluasi
a) Bagaimana stimulus yang Bapak/Ibu berikan terhadap
siswa dalam pembelajaran sosiologi secara dwibahasa
(bilingual)?
b) Bagaimana materi yang bapak/ibu berikan terhadap
siswa dalam pembelajaran sosiologi secara bilingual?
c) Sumber apa saja yang menjadi referensi bapak/ibu
dalam pembelajaran sosiologi secara bilingual?
d) Bagaimana metode yang bapak/ibu gunakan dalam
pembelajaran sosiologi secara bilingual?
e) Bagaimana media yang bapak/ibu gunakan dalam proses
pembelajaran sosiologi secara bilingual?
f) Bagaimana evaluasi yang bapak/ibu terapkan dalam
pembelajaran soisologi secara bilingual?
g) Bagaimana cara bapak/ibu dalam menetapkan standard
ketuntasan dalam evaluasi?
h) Upaya apa yang bapak/ibu lakukan terhadap siswa yang
belum mencapai standard ketuntasan?
84
84
3 Hambatan-
hambatan dalam
pelaksanaan
pembelajaran
bilingual
a). Apa saja hambatan yang bapak/ibu alami dalam
pembelajaran sosiologi secara bilingual?
b). Bagaimana upaya bapak/ibu dalam mengatasi hambatan
tersebut?
c). Bagaimana pembenahan khusus yang dilakukan
bapak/ibu dalam pembelajaran sosiologi secara
bilingual?
d). Menurut bapak/ibu seperti apa seharusnya pembelajaran
sosiologi secara bilingual?
85
85
INSTRUMENT PENELITIAN
SISTEM PEMBELAJARAN DWIBAHASA (BILINGUAL) PADA MATA
PELAJARAN SOSIOLOGI DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
(Studi Kasus di SMA Negeri 1 Kendal)
(Wawancara Untuk Siswa)
A. Identitas Informan
Nama :……………………..
Umur :……………………..
Jenis Kelamin :……………………..
Kelas :……………………..
Alamat :……………………..
B. Daftar Pertanyaan
No Indikator Keterangan
1 Pelaksanaan
sistem
pembelajaran
bilingual
a). Bagaimanakah cara belajar anda dalam sistem
pembelajaran sosiologi secara bilingual?
b). Bagaimanakah cara anda untuk dapat memahami
pembelajaran sosiologi secara bilingual?
c). Bagaimanakah cara anda dalam mengungkapkan
pertanyaan kepada guru dalam pembelajaran sosiologi?
d). Menurut anda, apakah pembelajaran sosiologi secara
bilingual dapat menambah motivasi anda dalam belajar?
e). Bagaimana penilaian anda terhadap sistem pembelajaran
86
86
2
3
Materi, metode,
media, dan
evaluasi
Hambatan-
hambatan dalam
pembelajaran
bilingual
sosiologi secara bilingual?
f). Bagaimana respon anda terhadap sistem pembelajaran
sosiologi secara bilingual?
a). Bagaimana menurut anda materi yang disampaikan guru
dalam pembelajaran sosiologi secara bilingual?
b). Bagaimana cara anda dapat memahami materi yang
disampaikan oleh guru secara bilingual?
c). Bagaimanakah metode yang diterapkan guru dalam
pembelajaran sosiologi secara bilingual?
d). Bagiamanakah metode yang disampaikan oleh guru dalam
pemebelajaran bilingual?
e). Bagaimanakah cara anda menjawab tugas-tugas dan
evalusi yang di berikan guru?
a). Menurut anda, apakah pembelajaran sosiologi secara
bilingual membingungkan?
b). Faktor apa saja yang membuat sistem pembelajaran
sosiologi secara bilingual terhambat?
c). Bagaimana kesulitan yang anda alami ketika menerima
penjelasan guru dengan sistem bilingual?
d). Bagaimana kesulitan yang anda alami ketika menjawab
tugas guru dengan sistem bilingual?
e). Bagaimana cara anda dalam mengatasi hambatan dalam
pembelajaran sosiologi secar bilingual?
f). Bagaimanakah seharusnya menurut anda proses sistem
pembelajaran sosiologi secara bilingual?
87
87
INSTRUMENT PENELITIAN
SISTEM PEMBELAJARAN DWIBAHASA (BILINGUAL) PADA MATA
PELAJARAN SOSIOLOGI DI RINISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
(Studi Kasus di SMA Negeri 1 Kendal)
(Wawancara Untuk Kepala Sekolah)
A. Identitas Informan
Nama :……………………..
Umur :……………………..
Jenis Kelamin :……………………..
Pekerjaan :……………………..
Alamat :……………………..
B. Daftar Pertanyaan
No Indikator Keterangan
1 Gambaran umum
sekolah
a). Bagaimana latar belakang SMA N 1 kendal?
b). Bagaimana fasilitas di SMA N 1 Kendal?
c). Bagaimana sistem pembelajaran di SMA N 1 Kendal?
d). Bagiamana perbedaan antara sistem pembelajaran antara
RSBI dengan non RSBI?
e). Bagaimanakah kurikulum yang digunakan?
f). Bagaimana kerja sama sekolah dengan lembaga
pendidikan lain?
g). Bagaimana latar belakang diadakannya sistem
88
88
2 Hambatan-
hambatan dalam
pembelajaran
bilingual
pembelajaran bilingual?
h). Apa saja tujuan dari pembelajaran bilingual?
i). Bagaimana persepsi bapak/ibu terhadap pembelajaran
bilingual pada mata pelajaran sosiologi?
a). Bagaimana hambatan yang muncul dalam sistem
pembelajaran bilingual?
b). Mengapa guru dan siswa mengalami kesulitan dalam
sistem pembelajaran bilingual?
c). Bagaimana peran bapak/ibu dalam mengatasi kesulitan
dalam sistem pembelajaran bilingual?
d). Bagaimana cara guru dan siswa dalam menerapkan
pembelajaran bilingual?
e). Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi hambatan-hambatan
dalam pembelajaran sosiologi secara bilingual?
f). Bagaimana tindak lanjut dari hambatan-hambatan
tersebut?
89
89
Lampiran 2
Daftar Informan
A. Kepala Sekolah dan Guru Sosiologi
1. Nama : Drs. Iskandar
Umur : 49 tahun
Status : Kepala Sekolah
Alamat : Jln. Candi Tembaga Utara no. 679 Semarang.
2. Nama : Dra. Tri Istini
Umur : 49 tahun
Status : Guru Sosiologi
Alamat : Jln. Gunung Jati Selatan I no. 306 Perum mangkang Indah Semarang