Page 1
1 | M A N A J E M E N
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menghadapi globalisasi, sistem informasi semakin dibutuhkan oleh
lembaga pendidikan, khususnya dalam meningkatkan kelancaran aliran informasi
dalam lembaga pendidikan, kontrol kualitas, dan menciptakan aliansi atau kerja
sama dengan pihak lain yang dapat meningkatkan nilai lembaga pendidikan
tersebut. Sebenarnya ilmu manajemen tidak hanya menekankan tujuannya pada
pengoptimalan, melainkan menekankan tujuannya pada pemuasan dan
mempertimbangkan keterbatasan manusia dalam mencapai pemecahan. Dari hal
tersebut timbullah suatu usaha untuk mendapatkan data yang telah diolah menjadi
bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil
keputusan saat ini atau mendatang disebut informasi.
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan
dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan
personal menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial
dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan
pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal
tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku
kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan
melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi,
kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang
efektif, kemampuan memahami relasi antar konsep kepemimpinan-kekuasaan-
politik dalam organisasi, kemampuan memahami genealogi konflik dan
negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.
Kreativitas penting bagi pengambil keputusan, hal ini memungkinkan
pengambil keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan memahami
masalah, termasuk melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain,
namum kenyataannya banyak pemimpin dalam pengambilan keputusan tidak
memperhatikan perilaku pemimpin yang sebaiknya.
Page 2
2 | M A N A J E M E N
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka terdapat dua
permasalahan utama yang menjadi acuan dalam penulisan makalah ini.
1.2.1 Apa itu sistem informasi?
1.2.2 Apa itu pengambilan keputusan?
1.3 Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari
penulisan ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Mendeskripsikan secara mendetail tentang sistem informasi
1.3.2 Mendeskripsikan secara mendetail tentang pengambilan keputusan
Page 3
3 | M A N A J E M E N
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan
2.1.1 Sistem Informasi
Teori manajemen tidak hanya menekankan tujuannya pada pengoptimalan,
melainkan menekankan tujuannya pada pemuasan dan mempertimbangkan
keternatasan manusia dalam mencapai pemecahan. Dari hal tersebut timbullah
suatu usaha untuk mendapatkan data yang telah diolah menjadi bentuk yang
berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini
atau mendatang disebut informasi. Beberapa para ahli menafsirkan tentang
pengertian sistem informasi sendiri di antaranya : john G. Burch Jr. Dan Felix R.
Strater dkk. Menyebutkan: “information is the result of modeling, formation, or
converting data in a way that in creases the level of knowledge for its ceripient”.
Informasi merupakan kebutuhan dasar bagi suatu organisasi dalam mengambil
keputusan atau dalam menggunakan sistem perancang yang baik. Menyinggung
perlu adanya kebutuhan akan informasi, Robert G. Murdick dan Joel E. Ross
mengatakan:
“A clear statement of information needs is fundamental and nessesary to
good sistem design. Too many companies spend lavish sums on hardware
and software to perpetuate exiting sistem or build sophisticated data banks
without first determining the real information needs to management:
informatioan that can increase the perception of managers in critical
areas such as problems, alternatif, opportunities, and plans”
Teori informasi yang sering digunakan dalam komunikasi sendiri
dirumuskan oleh William A. Schrode dan Voich Jr. Dimana mereka menyebutkan
“information theory is generally referred to communication engineers as the
mathematical theory of communication”. Sehubungan dengan hal tersebut
terdapat tiga angkatan yang berbeda tentang informasi yang dikemukan oleh
Weaver, antara lain:
1. The technical or syntactic level (tingkat teknik)
2. The semantik level (tingkat semantik)
3. The effectiveness or influence level (tingkat efektivitas)
Page 4
4 | M A N A J E M E N
Informasi sendiri baru lahir setelah dipertimbangkan dengan teknik
semantik dan keefektifan tingkat transmisi informasi dari sumber kepada
penerima atau penggunanya. Secara matematika dapat dirumuskan suatu model
yang digunakan dalam mengukur sejumlah informassi yang dibangkitkan oleh
proses komunikasi sebagai berikut:
𝐻 = −𝑘 𝑝𝑖 log𝑝𝑖
𝑛
𝑖=1
𝐻 = 𝑒𝑛𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖 𝑦𝑎𝑖𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
𝐾 = 𝑠𝑒𝑏𝑢𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓
𝑃𝑖 = 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑤𝑎
Informasi sebaliknya merupakan ukuran keteraturan dalam suatu sistem.
Tetapi rumusan informasi sering sekali disebut fungsi entropi, karena informasi
diperlukan untuk mengurangi ketidakteraturan. Dengan kata lain, banyaknya
informasi yang diperlukan juga merupakan sebuah ketidakaturan atau entropi
yang harus dikurangi.
2.1.2 Hubungan Antara Data dan Informasi
Hubungan antara data dan informasi dapat diumpamakan sebagai
hubungan antara bahan baku sampai menjadi bahan jadi. Hubungan tersebut dapat
dilihat dari bagan di bawah ini:
Data atau bahan baku dapat diartikan sebagai kelompok teratur simbol-
simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda, dan sebagainya. Seorang ahli
bernama Burch menyebutkan bahwa;
“Information is result of modeling, formating, organizing, or conventing
data in a way that increases the level of knowledge for its recipient. Give
these definitions, data are viewed as being by nature objectives, whre as
information is subjectives and exits only relevant to a recipient”.
PENYIMPANAN
DATA
DATA PENGOLAHAN INFORMASI
Page 5
5 | M A N A J E M E N
Dari pernyataan diatas dapat digambarkan bahwa informasi bagi
seserorang dapat dipandang bahan mentah bagi orang lain, sama halnya dengan
suatu barang jadi bagi suatu pabrik merupakan bahan baku bagi pabrik lain.
Contoh yang lebih konkrit yaitu pada pabrik pemintalan, dimana pada pabrik
tersebut akan memproduksi benang sebagai barang jadi. Akan tetapi bagi pabrik
kain, benang merupakan bahan mentah dalam memproduksi kain tersebut.
Sehingga jika kita hubungkan dengan data dan informasi, maka kita akan
mengetahui perbedaan antara data dengan informasi. Dimana data adalah bahan
baku yang diolah untuk memberikan informasi.
2.1.3 Sistem Informasi
Sebuah sistem informasi terdiri atas sub sistem yang terpadu dan saling
berhubungan yang dapat dipandang sebagai sebuah sistem secara total. Oleh
karena rumitnya keseluruhan sistem informasi, maka sistem informasi perlu
dibagi-bagi ke dalam beberapa sub sistem sehingga akan memudahkan dalam
penanganan kerja serta tanggung jawabnya. Dalam pengembangan sistem
informasi perlu penerapan konsep sistem sebagai berikut:
a) Sistem informasi didefinisikan dan tanggung jawab dibebankan
sepenuhnya kepada satu orang.
b) Sub-sub sistem penting pengolahan informasi didefinisikan
c) Membuat jadwal perkembangan
d) Setiap sub sistem dijabarkan lagi dan dikembangkan dalam sub-sub sistem
yang lebih kecil dan membebankan tanggung jawab untuk masing-masing
e) Membuat sistem pengendali untuk memonitor pengmbangan proses.
Penerapan konsep sistem dalam informasi dengan konsep-konsep seperti
di atas adalah sangat penting pelaksanaan kosep-konsep tersebut di atas
dimaksudkan memperjelas perwujudan keterpaduan serta saling hubung antara
sub-sub sistem sehingga tujuan secara keseluruhan akan tercapai dengan
sempurna.
2.1.4 Kebutuhan Informasi bagi Kejelasan Hubungan dalam Struktur
Organisasi
Page 6
6 | M A N A J E M E N
Salah satu kegiatan manajemen yaitu adanya pengorganisasian. Dimana
fungsi pengorganisasian tidak dapat dipisahkan dengan fungsi lainnya seperti
perencanaan, pembinaan, atau pun pengendalian. Dapat dikatakan bahwa fungsi-
fungsi tersebut sbegai sub-sub sistem yang secara totalitas mencapai satu tujuan.
Adapun kegiatan-kegiatan dalam fungsi pengorganisasian tersebut dapat diperinci
sebagai berikut:
a) penyusunan struktur organisasi
b) pendelegasian wewenang
c) tata hubungan
Penyusunan struktur organisasi, pendelegasian wewenang, tata hubungan
merupakan kegiatan yang saling padu dan berhubungan satu sama lain karena itu
dalam perwujudannya pada tiap-tiap bagian itu dibutuhkan informasi. Adapun
perananan informasi dalam pengorganisasian dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) informasi akan mengurangi hambatan-hambatan ketidakpastian tugas yang
di pikul oleh tiap bagian dalam struktur organisasi.
b) informasi akan mengurangi kerumitan dan tiap-tiap bagian.
c) informassi akan mewujudkan tata hubungan baik vertikal ataupun
horizontal dan sebagai perwujudan keterpaduan dari tiap bagian atau sub-
sub sistem.
d) informasi mewujudkan koordinasi atau sub-sub sistem dalam struktur
organisasi.
Contoh sederhana dapat dilihat pada pengorganisasian sekolah yaitu sub-
sub sistem kepegawaian, sub sistem akademik, sub sistem pembiayaan atau sama
lainya terpadu dan saling berhubungan.
2.2 Pengambilan Keputusan
2.2.1 Pengertian Sistem Pengambilan Keputusan
Sebagai tolok ukur keberhasilan manajemen sering diwujudkan oleh cara
pengambilan keputusan dan arti keputusannya sendiri bagi kegiatan selanjutnya.
Keputusan –keputusan itu dilaksanakan pada setiap kegiatan. Menurut Herbert A.
Simon menyimpulkan bahwa inti kepemimpinan administrasi terletak pada
bagaimana cara pengambilan keputusan. Bagi pemimpin, pengambilan keputusan
merupakan hal yang sangat penting, karena perlu ada model atau sistem dalam
Page 7
7 | M A N A J E M E N
pengambilan keputusan dengan model-model tertentu inilah sering mewarnai
dalam gaya kepemimpinan seseorang. Suatu model sistem pengambilan keputusan
dapat tertutup dan terbuka. Model keputusan tidak akan mengindahkan input dari
lingkungan. Model ini akan menekankan kepada kemampuan serta kepribadian
manusianya. Sistem pengambilan keputusan ini dianggap sebagai model
keputusan.
a. Mengetahui semua perangkat alternative dan semua akibat atau
hasilnya masing-masing.
b. Memiliki metode (aturan, hubungan dan sebagainya) yang
memungkinkan membuat urutan kepentingan semua alternative
c. Memilih alternative yang mememaksimalkan sesuatu, misalnya laba,
volume penjualan dan kegunaan.
Konsep pengambilan keputusan tertutup menekankan kepada rasionalitas
individu secara logis menguji seluruh alternative dan mengurutkan dengan
berorientasi kepada hasil dan memilih kepada alternative yang secara maksimal
dan terbaik. Model ini biasanya diwujudkan dengan model kuantitatif. Konsep
pengambilan keputusan terbuka menekankan kepada pertimbangan-pertimbangan
latar belakang, pandangan atas alternative, kemampuan menangani suatu
keputusan. Model ini tidak begitu mengindahkan rasionalitas dan logis, tetapi
lebih didasarkan kepada factor lingkungan dan situasi sebagaimana disebutkan di
atas. Hasil keputusan model ini sering dikatakan sebagai keputusan yang
aksektable. Model keputusan terbuka menganggap keputusan sebagai:
a. Tidak mengetahui semua alternative dan hasil
b. Melakukan pencarian serta terbatas untuk mengambil beberapa
alternative yang memuaskan
c. Mengambil keputusan yang memuaskan tingkat aspirasinya.
Model keputusan terbuka sering digunakan dalam pendekatan manajemen
yang behavioral. Pengambilan keputusan diartikan sebagai suatu kegiatan dengan
memilih alternative yang tepat dari berbagai alternative yang ada dengan
mempertimbangkan hasil yang maksimal.
Disamping keuntungan-keuntungan yang didapat dari suatu aliran yang
menitikberatkan kegiatan managemen pada pengambilan keputusan terdapat
Page 8
8 | M A N A J E M E N
resiko yang dihadapi yaitu dengan demikian manajer kurang memperhatikan
proses masalahnya.
2.2.2 Mengenal Masalah dan Pembuatan Keputusan
Masalah adalah setiap situasi dimana apa yang terjadi tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan. Semakin besar perbedaan tersebut, semakin besar pula
masalahnya. Suatu masalah dapat dirasakan apabila terjadi kesenjangan antara
yang diharapkan dengan kenyataan atau anatar teori dengan praktiknya, yang
apabila hal ini dibiarkan akan menimbulkan kerugian. Masalah merupakan
sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan atau direncanakan atau
ditentukan untuk dicapai, sehingga merupakan rintangan atau hambatan untuk
menuju ke tercapainya tujuan. Simon (1977;39) menyatakan bahwa sebuah
problem adalah deviation from standard. Selaras dengan pandangan tersebut
Michael dan Jones (1973:263) mendefinisikan sebagi berikut
“a problem is frequently said to exist when a difference is perceived
between reality and desires. Thus, it has been defined as, the existence of
an event out of control, or as the difference between what we see
factually to be the present situation and what we would like like to see to
meet our objectives the problem is the difference”
Seringkali masalah dalam organisasi bersifat mendasar dan komplek yang
menuntut pemecahan dengan berbagai kemungkinan jawaban dan adakalanya
memerlukan penelitian atau eksperimen untuk mendapatkan jawaban. Pemecahan
masalah merupakan upaya mencari jawaban atas apa yang dirasakan sebagai
masalah atau beberapa solusi yang dapat dirasakan sebagai masalah atau beberapa
solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul.
Pemecahan masalah dalam manajemen bukanlah seperti menyembuhkan sebuah
penyakit, namun permasalahannya tetap ada sewaktu-waktu akan dapat timbul
kembali. Oleh karena itu, perlu diketahui penyebab dan sumber masalahnya
sehingga kita dapat mengambil tindakan yang tepat dan komperhensif.
Istilah keputusan pada umumnya dipandang sebagai pilihan. Ini berarti
ada beberapa kemungkinan (alternative) yang ada diantaranya ditetapkan sebagai
pilihan. Dengan kata lain, keputusan berarti penetapan terhadap satu pilihan.
Berikut beberapa pengertian pembuatan keputusan:
Page 9
9 | M A N A J E M E N
a. Trewtha dan Newport (1982); Pengambilan keputusan sebagai proses
memilih rangkaian/tindakan di antara dua macam alternative yang ada
(atau lebih) guna mencapai pemecahan atau problem tertentu.
b. Siagian (1997;24) Pembuatan keputusan adalah pilihan yang secara yang
sadar dijatuhkan atas satu alternative dari berbagai alternative yang
tersedia.
c. Stoner (1990) Pembuatan keputusan merupakan proses yang digunakan
untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari beberapa definisi para ahli di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa
pengambilan keputusan merupakan suatu proses menetapkan alternative yang
terbaik yang dilakukan secara komperhensif untuk memecahkan suatu
permasalahan.
2.2.3 Pentingnya Pengambilan Keputusan dalam Manajemen
Suatu pengambilan keputusan adalah hal penting untuk memecahkan suatu
masalah yang muncul tanpa diduga disetiap organisasi, dan dimanapun. Masalah
bersifat subjektif dan relative. Seperti seorang manajer dapat mengetahui maslah
dari beberapa indikasi yang muncul seperti:
a. Dirasakan adanya kemunduran prestasi kerja dari tahun lalu; banyak guru
dan pegawai yang telat datang kesekolah, Nilai Ujian Nasional siswa yang
turun, Sedikitnya kehadiran guru dan pegawai dalam kegiatan sekolah
seperti rapat, dan lain-lain. Peristiwa ini memberikan sinyal kepada Kepala
Sekolah bahwa ada masalah yang telah berkembang.
b. Terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Berarti
proyeksi dan harapan kepala sekolah tidak terpenuhi. Jumlah enrollment
tiba-tiba anjlok, proposal-proposal tidak ditanggapi Disdik, anggaran
turun, jadwal beberapa kegiatan-kegiatan molor dan ada banyak yang tidak
terealisasi sehingga perlu turun tangan kepala sekolah untuk memulihkan
situasi.
c. Adakalanya rekan kerja, komite, orang tua siswa atau orang yang berani
memberikan masukan atau member tahu jika ada penyimpangan. Keluhan
orang tua akan kekosongan kelas, keluhan personil lain tentang
Page 10
10 | M A N A J E M E N
ketertutupan pengelolaan kegiatan oleh segelinit orang memberi signal
adanya masalah denagn orang-orang.
d. Adanya inovasi dan manajemen maupun pembelajaran yang menuntut
adanya perubahan proses atau prosedur dalam organisasi.
Pentingnya pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah terkait
dengan posisi keputusan itu sendiri yang diharapkan dapat mempertahankan
lembaga agar terus survive, penggerak kegiatan, dan menjadi titik berangkat
(point of departure) organisasi dalam melaksinakan aktivitas manajemen.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
ialah proses pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa
alternative untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Definisi ini mengandung substansi pokok yaitu: Ada kebutuhan
memecahkan masalah, adanya proses (langkah-langkah), ada ketetapan hati
memilih satu pilihan dan tujuan pengambilan keputusan (disengaja).
Owens (1995;174) menjelaskan bahwa ada beberapa langkah umum
pengambilan keputusan:
a. Mendefinisikan masalah
b. Menganalisis masalah
c. Mengembangkan alternative solusi
d. Memutuskan solusi terbaik
e. Memindahkan keputusan ke dalam tindakan efektif
Bagi Gibson (1996) proses pengambilan keputusan mencakup proses-
proses, yaitu:
a. Mengenali masalah, meliputi : memandang masalah, mendefinisikan
masalah dalam terminology solusi dan mengenali gejala masalah.
b. Membangun alternative
c. Mengevaluasi alternative
d. Memilih stu alternative
e. Melaksanakan alternative
f. Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan keputusan.
Idealnya, kepala sekolah atau kepala bidang pendidikan melibatkan
personilnya, akan tetapi pengambilan keputusan dilaksanakan dalam menentukan:
Page 11
11 | M A N A J E M E N
a. Kebijaksanaan umum
b. Sistem umum
c. Sasaran sekolah atau bidang (yang diturunkan dari sasaran level lebih
tinggi)
d. Apa yang diharapkan setiap individu untuk dicapai (Everad (2005;55)
Kepemimpinan kepala sekolah melekat wewenang dan tanggung jawab
menyusun program kerja, melaksanakan dan mengevaluasi dengan mengarahkan
personel sekolah dalam melaksanakan program sekolah. Morphet (1982;123)
menjelaskan bahwa pemimpin setiap organisasi harus mempermudah proses
pengambilan keputusan dan komunikasi keputusan terhadap semua anggota
organisasi serta masyarakat untuk mendapat dukungan melaksanakan keputusan.
Gamage dan Pang (2003;151) berpendapat bahwa keputusan efektif akan tercapai
jika sepenuhnya keputusan itu dapat dilaksanakan. Perhatian orang akan sepenuh
hati ke dalam suatu keputusan jika mereka terlibat secara langsung atau tidak
langsung dalam membuat keputusan. Suatu cara yang efektif untuk mencapai
dukungan dan komitmen dilaksanakan dengan mengajak para guru dalam
pemecahan masalah pada tahap penyusunan sasaran. Strategi kolaboratif
pengambilan keputusan mengilhami para pegawai dengan rasa pemberdayaan dan
perasaan penting yang memuaskan dorongan kebutuhan mereka. Kepala sekolah
perlu melibatkan semua personil (guru, pegawai, dan komite sekolah) dalam
mengambil keputusan agar muncul rasa memiliki dan tanggungjawab dalam
melaksanakan keputusan.
Kebijakan sangat penting bagi kehidupan siswa dan para guru karena
berkaitan dengan pengajaran dan pembelajaran dalam rangka peningkatkan
efektivitas sekolah dan prestasi pelajar. Tidak terkecualian peran administrator
dan anggota komite sekolah adalah sangat menentukan, terkait dengan suatu
kebijakan. Duke dan Canady (1991:2) kebijakan sekolah adalah kerjasama dan
keputusan oleh individu atau keinginan kelompok dengan kewenangan yang sah
dari dewasa sekolah, pengawas, administrator sekolah atau komite sekolah dan
tanggungjawab bagi kontrak negosiasi. Biasanya kebijakan sekolah dituliskan dan
dibagi kepada personel sekolah untukmemperjuangkan melalui berbagai kegiatan
sekolah. Menurut Thompson (1976:17) suatu kebijakan sekolah dibuat oleh orang
Page 12
12 | M A N A J E M E N
yang terpilih bertanggungjawab untuk membuat kebijakan pendidikan, dewan
sekolah dan unsure lain yang diberi kewenangan membuat kebijakan, baik kepala
sekolah, pengawas atau administrator yang memiliki kewenangan mengelola
kebijakan dari dewan sekolah.
2.2.4 Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan
Berbagai model dibuat di dalam pengambilan keputusan, tergantung pada
sifat, waktu dan penggunaan keputusan itu sendiri. Salah satu model yang sangat
dikenal adalah model pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Herbert
A.Simon dalam bukunya “Administrative behavior”. Ada tiga tahap dalam model
itu yakni:
a. Penyelidikan
b. Perancangan, dan
c. Penilaian
Tahap penyelidikan mempelajari lingkungan atas kondisi yang
memerlukan keputusan. Data mentah diperoleh, diolah dan diuji untuk di jadikan
petunjuk yang dapat mengidentifikasi persoalan. Pada tahap perencangan
dilakukan kegiatan mendaftar, mengembangkan, menganalis arah tindakan yang
mungkin dilakukan. Hal ini meliputi proses-proses untuk memahami persoalan
menghasilkan pemecahan dan menguji kalayakan pemecahan tersebut. Pada tahap
ketiga pemilihan dilakukan memilih arah tindakan tertentu dari semua yang ada.
Pilihan ditentukan dan dilaksanakan. Ketiga langkah ini merupakan langkah-
langkah yang berkesinambungan satu sama lain; pengambilan keputusan
merupakan kegiatan pemilihan, perancangan sampai kepada kegiatan pemilihan,
perancangan sampai kepada pemilihan. Dalam hal ini mungkin juga terjadi
meskipun sudah pada tahap pemilihan dapat dikembangkan pada tahap
sebelumnya yaitu perencangan.
Tahap-tahap pokok proses pengambilan keputusan model simon dapat
digambar sebagai berikut:
PENYELIDIKAN
PERANCANGAN
PEMILIHAN
Page 13
13 | M A N A J E M E N
Dalam model ini akan terlihat relevansi sistem informasi dalam
pengambialan keputusan, seperti terlihat dibawah ini:
a. Tahap penyelidikan; proses pencarian melibatkan suatu pengujian data
baik dalam cara yang telah ditentukan dahulu, maupun dalam cara khusus.
Sistem Informasi Manajer (SIM) sendiri harus menyediakan kedua
fasilitas tersebut. Sistem informasinya sendiri harus memberikan semau
data dan menimbulkan suatu permintaan teruji pada manusia atau situasi
yang jelas menuntut perhatian. Baik SIM ataupun organisasi harus
menyediakan saluran konfirmasi untuk persoalan ysng diterimanya agar
alirkan ke dalam organisasi sampai diambil tindakan terhadapnya.
b. Tahap perancangan: SIM harus memiliki model-model keputusan untuk
mengolah data dan menimbulkan pilihan pemecahan. Model tersebut harus
membantu menganalisis pilihan.
c. Tahap pemilihan: sebuah SIM akan efektif bila hasil rancangan disajikan
untuk mengambil keputusan. Bila keputusan sudah diambil maka fungsi
SIM berubah menjadi pengumpulan data untuk umpan balik penaksiran
Informasi merupakan dasar untuk menilai suatu alternative sehingga akan
diperoleh keputusan yang tepat. Lebih-lebih dalam perkembangan teori
manajemen, sekarang ini penggunaan informasi untuk pengambilan keputusan
akan mewujudkan keputusan-keputusan yang bersifat memuaskan.
2.2.5 Prinsip-prinsip Pembuatan Keputusan
Prinsip merupakan asas dasar atau suatu kebenaran yang menjadi pokok
dasar berfikir bertindak dan sebagainya. Prinsip-prinsip membuat keputusan
merupakan sekumpulan atauran pokok asas dasar bagi pembuat keputusan yang
menjadi pokok dasar dalam membuat keputusan. Beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh pembuat keputusan yaitu:
Page 14
14 | M A N A J E M E N
a. Keputusan berada dalam kekuasaan. Keputusan tidak sah bila dibuat oleh
orang yang memiliki kekuasaan. Keputusan dalam organisasi sepenuhnya
dibuat di bawah tindakan pembuatan keputusa.
b. Mempertimbangkan semua hal yang relevan dan membuang jauh-jauh hal
yang tidak relevan.
c. Pembuat keputusan tidak boleh membuat keputusan untuk perbuatan yang
tidak jujur dan untuk tujuan yang salah.
d. Pembuatan keputusan harus menjamin bahwa kegiatan didasarkan pada
bukti.
e. Keputusan harus masuk akal
f. Orang-orang yang mungkin terkait dengan keputusan harus disetujui
dengan prosedur yang adil yang merupakan prinsip-prinsip keadilan.
g. Mempertimbangkan kebijakan pemerintahan.
h. Pembuatan keputusan tidak mendasarkan keputusannya hanya atas
petunjuk orang lain atau seseorang.
2.2.6 Tipe Keputusan
Sering kali seorang kepala sekolah dihadapi pada suatu persoalan terkait
organisasi di sekolah. Permasalahan tersebut terkait hal penerimaan siswa baru,
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi, monitoring kegiatan, dan pelaporan dapat
diselesaikan dengan suatu prosedur pembuatan keputusan terprogram. Sedangkan
masalah insidental yang berada dalam ketidakpastian, penuh resiko dan tidak
umum terjadi dan penyelesaian spesifik memerlukan pembuatan keputusan yang
tidak terprogram.
a. Keputusan Terprogram
Keputusan terprogram dibuat berdasarkan kebijakan, prosedur, atau
peraturan dan kebiasaaan yang dilakukan, keptusan ini bersifat rutin,
berulang, dan biasanya organisasi sudah memiliki kebijakan baik
tertulis maupun tidak yang memudahkan manajer membuat keputusan.
Keputusan yang terprogram memberikan keleluasaan kepada para
manajer untuk memikirkan hal lain yang lebih penting. Karena
prosedur baku dan kegiatan berulang merupakan rutinitas yang
Page 15
15 | M A N A J E M E N
pemecahannya sudah ada prosedur yang baku sehingga para manajer
terbebaskan dari beban-beban untuk memikirkan masalah yang serupa.
b. Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan yang tidak terprogram berangkat dari masalah khusus yang
tidak biasa, spesifik, dan tidak terliput oleh kebijakan yang ada
sehingga perlu penanganan tersendiri dengan menyediakan waktu yang
cukup dengan teknik yang tepat untuk menganailis masalah,
menyodorkan alternatif, dan memilih alternatif. Sebagai contoh
pengambilan keputusan yang tidak terprogram di dunia pendidikan
berkaitan dengan upaya-upaya mengembangkan kualitas pendidikan,
merancang akselerasi pendidikan, pengembangan sumber daya
pendidikan, merancang pembelajaran kratif inovatif dan lain
sebagainya.
Proses Pembuatan Keputusan
1. Pengamatan Situasi
1. Definisi masalah
2. Diagnosis penyebabnya
3. Tentukan tujuan keputusan
2. Kembangkan Alternatif
1. Cari alternatif secara kreatif
2. Jangan mengevaluasi dulu
3. Mengevaluasi Alternatif
Dan Memilih Yang Terbaik
1. Evaluasi alternatif
2. Pilih alternatif terbaik
4. Implementasikan Keputusan
Dan Monitor Hasil
1. Rencanakan implementasi
2. Implementasikan rencana
3. Monitor implementasi dan buat
penyesuaian yang baru
Page 16
16 | M A N A J E M E N
Gambar Proses Pembuatan Keputusan Rasional
Tahap 1: Pengamatan Situasi
a. Definisikan Masalah
Mendefinisikan masalah merupakan pekerjaan yang tidak mudah, bnayak
manajer yang sulit menemukan masalah yang sebenarnya, tidak sedikit dari
mereka yang hanya dapat mengidentifikasikan gejala masalah. Namun ada
beberapa cara untuk mendefinisikan masalah. Cara pertama yaitu para manajer
dapat menguji hubungan sebab-akibat. Cara kedua yaitu manajer mencari
perubahan-perubahan yang menyimpang dari keadaan normal, dan cara ketiga
yaitu dengan melakukan konsultasi dengan pihak lain yang mengetahui
perjalan organisasi.
b. Diagnosis Penyebabnya
Diagnosis penyebab ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam
merumuskan masalah. Maka dari itu, penting bagi seorang manajer
mengembangkan suatu investigasi pikiran dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan untuk mendiagnosis penyebab masalah. Para manajer dapat
memulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan siapa saja orang terlibat
dalam situasi masalah? Apakah mereka memiliki keinginan atau perspektif
tentang situasi masalah? Apakah tindakan mereka menjadi kontribusi pada
masalah?
c. Tentukan Tujuan Keputusan
Pemecahan suatu masalah sebagai maksud dari pembuatan keputusan harus
selalu bertujuan dengan jelas. Kejelasan tujuan diperlukan sebagai pedoman
untuk menentukan pilihan-pilihan yang paling tepat untuk suatu masalah.
Untuk masalah generik, tujuan harus dirumuskan secara umum dan mendasar.
Kemudian dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih operasional dan
selanjutnya ke dalam bentuk sasaran-sasaran atau target yang hendak dicapai.
Tahap 2: Kembangkan Alternatif
a. Cari Alternatif Secara Kreatif
Para manajer dapat mencari alternatif untuk memecahkan masalah melalui
pemikiran para pegawai atau stakeholders untuk mendapat keputusan terbaik.
Page 17
17 | M A N A J E M E N
Para manajer dapat mengembangkan brainstorming ( sumbang saran ) yang
diminta dari tiap individu atau kelompok. Akan tetapi dalam keadaan terdesak,
sering kali para manajer mengabaikan pengambilan keputusan dengan teknik
analisis masalah, mereka mengambil keputusan yang mudah dilaksanakan
tanpa mengkaji feasibilitasnya terhadpa pemecahan masalah.
b. Jangan Mengevaluasi Dulu
Para manajer diharapkan dapat menahan diri untuk mengevaluassi saran-saran
pegawai dalam mengemukan alternatif. Alternatif pemecahan perlu
diidentifikasi sebab suatu masalah mungkin tidak hanya dapat diatasi dengan
satu cara saja. Sejumlah alternatif diperlukan untuk sampai kepada pilihan
putusan yang paling tepat dengan tingkat fisibilitas dan akseptabilitas yang
tinggi dan resiko yang minimal.
Tahap 3: Mengevaluai Alterantf Dan Memilih Yang Terbaik
a. Evaluasi Alternatif
Banyaknya pemikiran merupakan alternatif terhadap pemecahan massalah.
Identifikasi seluruhnya denga jalan menginventarisie seluruh alternatif dan
mengkaji kekuatan dan kelemahannya, serta kemungkinan
pengimplementasianya. Melakukan evaluasi berarti mengembangkan kriteria
suatu keputusan apakah alternatif yang dijadikan keputusan itu cocok untuk
memecahkan masalah, sesuai dengan permasalahan dan orang-orang sanggup
melakukannya. Sekalipun sangat sulit untuk mengembangkan suatu kriteria
secara pasti, akan tetapi secara umum dapat didasari pada tiga pertimbangan
yaitu fisibilitas, akseptabilitas, dan vulnerabilitas. Fisibilitas berkaitan dengan
pertanyaan seberpa sulit, yang berarti menyangkut inventasi yang dibutuhkan.
Akseptabilitas berkaitan dengan pertanyaan seberapa benar, yang berarti
menyangkut perolehan atau keuntungan yang bisa diraih. Dan vulnerabilitas
berkaitan dengan pertanyaan seberapa salah, yang berarti menyangkut risiko
yang harus ditanggung.
b. Pilih Alternatif Terbaik
Alternatif terbaik merupakan solusi pemecahan masalah yang paling
memungkinkan diantara solusi-solusi yang lainnya. Pilihan alternatif solusi
merupakan langkah yang kritis sebab memang amat menentukan untuk
Page 18
18 | M A N A J E M E N
tahapan berikutnya. Kecermatan, tanggung jawab, komitmen, dan keberanian
amatlah diperlukan.
Tahap 4: Implementasi Keputusan
Pengertian implementassi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan
sesuatu, menimbulkan akibat terhadap sesuatu. Dengan demikian
implementasi keputusan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan
alternatif yang terbaik sebagai solusi pemecahan masalah. Implementasi
keptusan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu alternatif pemecahan
masalah yang dipilh. Implementasi keputusan biasanya menempuh prosedur
legalisasi rencana program, mengimplementasikan program, memonitor,
mengevaluasi, dan melakukan tindak lanjut.
2.2.7 Model-model Pembuatan Keputusan
a. Model Rasional Komprehensif
Model rasional komprehensif melahirkan suatu keputusan dengan
perbandingan hasil yang tercapai dengan nilai yang dikorbankan selalu
lebih dari nol (positif). Model ini menghasilkan keputusan yang sangat
efesien dan lebih baik jika dibandingkan dengan alternatif-alternatif
lainnya. Model ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Pure Rationally Model, merupakan suatu model yang
mengharuskan pembuat keputusan mengembangkan suatu pola
yang ideal secara universal sehingga keputusan dapat dibuat
setepat mungkin.
2. Economically Rational Model, merupakan suatu model yang
didasarkan pada pengembangan suatu pola yang ideal dan
universal dengan menekankan cara dan hasil yang paling efesien.
3. Sequential Decision Model, melakukan experiment untuk menguji
alternative sehingga diperoleh keputusan yang paling efektif.
4. Extra Rational Model, merupakan suatu model yang didasarkan
pada proses pembuatan keputusan yang sangat rasional untuk
menciptakan metode pembuatan keputusan yang paling optimal.
Page 19
19 | M A N A J E M E N
b. Incremental Model
Model yang pertama kali diajukan oleh Charles E. Lidblom ini
bertentangan dengan model rasional komprehensif . Lidblom beranggapan
bahwa pengambilan keputusan yang mengutamakan proses berpikir
rasional murni telah mengabaikan aspek emosional, bahkan dia menilai
metode tersebut tidak efesien karena membutuhkan banyak waktu, biaya,
dan tenaga untuk menganalisis seluruh alternatif.
Menurut model ini, suatu keputusan baru merupakan suatu kelanjutan
atas kegiatan-kegiatan manajemen dimasa lalu dengan sedikit perubahan.
Ini disebakan karena para pembuat kebijakan tidak memiliki sumber daya
yang cukup untuk menganalisis semua alternatif. Terdapat dua jenis model
yang sejalan dengan model ini.
1. Model Satisfaying, berpandangan bahwa dalam pengambilan
keputusan, tidak mungkin untuk memperoleh informasi yang
lengkap sehingga tidak mungkin untuk mencapai pilihan dengan
nilai tertinggi (maximum rationality). Oleh karena itu, model ini
hanya memusatkan pada proses pemilihan alternative keputusan
pertama yang paling memuaskan tanpa bersusah payah menilai
alternative lain.
2. Model Optimasi, berupaya mengoptimalkan hasil yang terbaik bagi
organisasi dengan mempertimbangkan keterbatasan yang dimiliki.
Model ini mengembangkan kriteria-kriteria sebagai berikut.
a. Kriteria maximin, mengasumsikan bahwa apapun yang diambil
akan membuahkan hasil yang paling minimum (pesimistik).
b. Kriteria maximax, mengasumsikan bahwa keputusan yang
diambil akan mendatangkan hasil yang maksimum (optimistik).
c. Kriteria melewatkan kesempatan untuk memperoleh peluang
yang lebih besar.
d. Kriteria probabilitas, berpangan bahwa dalam pengambilan
keputusan harus menggunakan konsep peluang sebagai dasar
untuk menjatuhkan pilihan.
e. Kriteria nilai terbaik yang diharapkan.
Page 20
20 | M A N A J E M E N
f. Kriteria manfaat, beranggapan bahwa dalam pemilihan
keputusan perlu didasarkan atas manfaat yang akan diperoleh.
c. Model Mixed Scanning
Model yang pertama kali digagas oleh Emitai Etzioni ini merupakan
penengah konflik antara model rasional dengan model incremental
(pragmatis) dengan menggabungkan kelebihan-kelebihan kedua model
tersebut. Ketika sang pengambil keputusan dihadapkan dengan
permasalahan fundamental yang memerlukan suatu penjelajahan terhadap
alternative, maka mereka akan melakukan studi pendahuluan dan mengkaji
secara mendalam sehingga apabila ditemukan permasalahan yang sama
pada saat pengembangan kajian, mereka akan menggunakan cara yang
sama seperti pola yang sudah dilakukan.
d. Model Heuristik
Model heuristik merupakan model pembuatan keputusan yang
didasarkan pada lini empiris, dengan pedoman umum, untuk mencari
penyelesaian masalah atau jawabannya. Pada model ini, factor-faktor
internal pembuat keputusan lebih berpengaruh daripada faktor-faktor
eksternal. Model ini digunakan jika si pembuat keputusan tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan pendekatan matematikal dan tidak terdapat
kesempatan untuk memanfaatkan sumber organisasional untuk melakukan
kajian kualitatif.
2.2.8 Teknik-teknik Pembuatan Keputusan
a. Teknik-teknik Identifikasi dan Analisis Masalah
Terdapat tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
sebagai keperluan dalam pembuatan keputusan.
1. Analisis Input-Output (Teknik AIO), dilakukan dengan cara
mengidentifikasi input dan output dari suatu proses, apa sumber
inputnya dan apa tujuan outputnya.
2. Teknik Bagan Alur (Teknik BA)
3. Teknik Penemuan Fakta Sistimatis (Teknik PFS)
Page 21
21 | M A N A J E M E N
Sedangkan untuk menganalisis dan menafsirkan data, terdapat 4
teknik yang dapat dipergunakan.
1. Teknik Diagram Pencar, merupakan teknik yang bertujuan untuk
mengenali apakah terjadi hubungan antara perangkat data.
Hubungan antara seperangkat data tersebut akan digunakan sebagai
bukti suatu kejadian.
2. Teknik Diagram Efek Penyebab, merupakan teknik yang bertujuan
untuk menemukan akar suatu permasalahan dengan bantuan daftar
pertanyaan, seperti apa, bila, dimana, bagaimana, dan mengapa.
3. Teknik Diagram Pareto, merupakan teknik yang bertujuan untuk
membedakan antara apa yang penting dan yang tidak, antara yang
“sedikit tapi penting” dan “banyak tapi sepele”.
4. Teknik Analisis Mengapa-mengapa, merupakan teknik ekspansi
pertanyaan mengapa terhadap suatu masalah.
b. Teknik dalam Pengembangan Alternatif Solusi
Terdapat sepuluh jenis teknik yang dapat dipergunakan dalam
pengembangan alternatif solusi.
1. Brainstorming, merupakan jenis pemecahan masalah dengan
mempartisipasikan personil. Hal-hal penting terkait dengan teknik
ini adalah menampung seluruh ide tanpa mengevaluasi serta catat
betapapun anehnya, mengungkapkan seluruh pendapat baik itu
yang pro ataupun kontra, membahas seluruh pendapat hingga
menemukan suatu solusi yang disepakati.
2. Force Field Analysis, teknik ini mengungkapkan bahwa setiap
kondisi tertentu merupakan kondisi kesetimbangan antara dua
kekuatan yang bertolak belakang. Kekuatan yang mempertahankan
keadaan disebut Restraining Force, sedangkan kekuatan yang
menghendaki perubahan disebut Driving Force. Untuk mengubah
kesetimbangan yang ada menjadi kesetimbangan yang baru maka
perlu dilakukan penguatan terhadap driving force dan pelemahan
restraining force. Dalam pembuatan keputtusan, teknik ini
dilakukan dengan menganalisis factor pendukung dan penghambat
Page 22
22 | M A N A J E M E N
kemudian melakukan penguatan-pelemahan terhadap factor-faktor
tersebut.
3. Consensus Thinking, teknik ini digunakan pada suatu kelompok
yang memiliki banyak kesamaan, sehingga kesepakatan-
kesepakatan yang terkait dengan pengambilan keputusan dan
teknik pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah.
4. Didactive Interaction, digunakan untuk memecahkan suatu
permasalahan yang menunttut jawaban iya atau tidak.
5. Fish Bowling, pada teknik ini para pengambil keputusan duduk
melingkar dan ditengah lingkaran disediakan tempat duduk. Satu
persatu para pengambil keputusan tersebut diberikan kesempatan
untuk duduk ditengah dan mendeskripsikan gagasannya serta
menjawab menjawab berbagai pertanyaan dari anggota lingkaran.
Pertanyaan tersebut tidak bertujuan untuk mendebat, namun untuk
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang gagasan tersebut.
Setelah semuanya mendapatkan giliran mengemukakan ide,
selanjutnya mereka mendiskusikan ide-ide tersebut secara
keseluruhan untuk mendapatkan kesamaan pandangan terhadap
pemecahan masalah yang dihadapi.
6. Teknik Kelompok Nominal, pada teknik ini prosedur komunikasi
ide, pendapat, dan usul dilakukan secara tertutup melalui lembaran
format yang harus diisi anggota dengan respon, pendapat, atau
gagasan tentang suatu permasalahan.
7. Teknik Delphi, dipergunakan untuk menjaring ide dari orang-orang
luar yang ahli dan berpengalaman yang dipilih dari berbagai
profesi.
8. Collective Bargaining, pada teknik ini terdapat dua pihak yang
memiliki pandangan yang bertolak belakang dalam memecahkan
masalah, sehingga untuk menghindari konflik pada proses
pengambilan keputusan, pemimpin harus melakukan collective
bargaining dengan cara memberikan kesempatan kepada pihak-
pihak yang berbeda pendapat untuk mengemukakan gagasannya
Page 23
23 | M A N A J E M E N
secara berimbang. Pihak kontra duduk dalam satu forum kemudian
membandingkan fakta, data, dan informasi yang mendukung ide
masing-masing sehingga disepakati suatu keputusan.
9. Mean-ways End Analysis, digunakan dengan cara mengkaji secara
timbal balik sumber-sumber, alat-alat, dan alternative cara untuk
mencapai tujuan.
10. Decision Tree, metode yang dilakukan pada teknik ini adalah
mengidentifikasi masalah untama, kemudian merinci masala
tersebut, dan rincian tersebut dirinci kembali, sehingga membentuk
suatu diagram pohon.
c. Teknik dalam Penilaian dan Pemilihan Alternatif Solusi
1. Teknik Linear Programing Model Penugasan, dengan cara
menganalisis pekerjaan-pekerjaan yang kiranya dapat dibantu oleh
fasilitas yang dimiliki serta penugasan terhadap orang-orang yang
dinilai tepat untuk melaksanakannyasehingga diperoleh jumlah
pengeluaran minimum. Model penugasan meliputi tiga langkah
yaitu, menentukan tabel biaya kesempatan, menentukan apakah
pemecahan optimal dapat dibuat, dan merevisi tabel biaya
kesempatan.
2. Teknik Probabilitas Model Analisis Matrik Payoff, digunakan
untuk membuat keputusan dalam keadaan dimana terdapat resiko
dan ketidakpastian. Persoalan dimana dalam situasi ada resiko atau
ketidakpastian memiliki komponen yang dapat diberi symbol dan
disajikan dalam matriks pay off.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Mencari Alternatif
1. Sistem Nilai Seseorang, sebagai akibat keputusan tersebut
diciptakan oleh manusia, maka keputusan tersebut juga
terpengaruh oleh perilaku manusia yang disebabkan oleh sistem.
Sistem nilai yang berlaku dalam hubungan anatar individu dan
masyarakat akan mempengaruhi putusan-putusan administrator
sebagai masyarakat.
Page 24
24 | M A N A J E M E N
2. Persepsi-persepsi, pemilihan alternative solusi setiap orang akan
berbeda karena dipengaruhi oleh persepsi yang berbeda-beda
tergantung dari latar belakang individunya.
3. Pengaruh Keterbatasan dalam Proses Manusianya, pencarian
alternative juga dipengaruhi oleh keterbatasan manusiawi yaitu
ketidakmampuan mengumpulkan informasi secara langsung, maka
informasi yang didapatkan merupakan informasi dari orang lain.
4. Perilaku Politik dan Kekuasaan, dalam pengambilan keputusan
kekuatan politik akan selalu mempengaruhi administrator sehingga
banyak keputusan yang tidak maksimal.
5. Keterbatasan Waktu, karena keterbatasan waktu dari administrator
maka sering diperoleh informasi-informasi yang yang terbatas yang
kemudian menjadi dasar pengambilan keputusan.
6. Gaya Kepemimpinan, gaya kepemimpinan seseorang sangat
berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Seseorang yang
otoriter tidak akan menerima saran atau informasi dari orag lain.
Apa yang menjadi keputusannya tidak dapat diganggu gugat. Ini
tentu akan berbeda dengan seseorang bergaya kepemimpinan
demokratis.
2.2.9 Pengaruh Kognitif Atas Pengambilan Keputusan
Strategi yang digunakan oleh individu dalam pengambilan keputusan atau
memecahkan suatu persoalan disebut gaya kognitif. Ada bukti yang menyatakan
bahwa setiap individu memiliki gaya kognittif yang berbeda-beda. Seorang periset
membedakan individu berdasarkan cara pola komunikasinya dan berdasarkan cara
penimbangannya. Pola komunikasi berkisar dari perspektif sampai reseptif. Cara
penimbangan berkisar dari sistematis sampai intuitif. Individu dapat digolongkan
berdasarkan kedua dimensi gaya kognitif ini.
1. Individu Analitis mengandalkan pada informasi yang cepat yang
dirancang secara teratur dan terencana terhadap pengambilan
keputusan.
Page 25
25 | M A N A J E M E N
2. Individu Heuristik mengendalikan pada analogi dan membiarkan
situasi membimbing mereka dalam pengambilan keputusan.
Gaya kognitif secara langsung relevan bagi perancang sistem informasi
manajemen. Sistem-sistem yang berdasarkan computer cenderung dirancang oleh
individu analitis. Mereka mau menggunakan sistem semacam itu karena mereka
lekat dengan gaya keputusan tersebut.
Sistem yang dirancang untuk individu analitis tidak dapat digunakan oleh
individu heuristic. Situasi ini mengharuskan agar sitem informasi dirancang
sedemikian ruapa sehingga kedua individu tersebut mau menggunakannya.
2.2.10 Teori-teori Pengambilan Keputusan
Teori pengambilan keputusan berusaha menyesuaikan aspek-aspek
rasional dan pilihan, yang menjadi perhatian utama para ahli ekonomi, dengan
sifat-sifat dan batasan mekanisme pengambilan keputusan yang menjadi perhatian
para ahli psikologi. Konsep dasar rasionality ini tidaklah mudah, karena itu untuk
lebih menjelaskan rasionality perlu kiranya dikemukakan beberapa aspek seperti:
a. Semua putusan adalah rasional objektif, bila dalam kenyataan itu adalah
merupakan prilaku yang besar untuk memaksimalkan nilai-nilai yang
diberikan dalam situasi yang ada.
b. Suatu rasional adalah rasional objektif, bila hal itu memaksimalkan hasil
relative terhadap pengetahuan yang actual daripada subjek.
c. Suatu putusan adalah rasional consciously (disadari) bila alat untuk
mencapai tujuan itu adalah proses yang disadari.
d. Suatu putusan adalah rasional yang disengaja jika pengaturan alat-alat
untuk pencapaian tujuan tidak dipertimbangkan apakah berdasarkan
kepentingan individu atau organisasi.
e. Suatu putusan adalah rasional yang organisasional , jika orientasinya pada
tujuan organisasi.
f. Suatu putusan adalah rasional personal bila orientasinya pada tujuan-
tujuan individu.
Selanjutnya dengan asumsi rationality seperti:
a. Complete knowledge of relevant environmental factor
Page 26
26 | M A N A J E M E N
b. Ability to order preference according to some yardstick of utility (usually
money)
c. Ability to choose the alternative that maximizes the divisions making
utility.
Jelaslah kiranya bagaimana keputusan-keputusan yang akan diambil secara
rasional. Tidaklah mudah kiranya kita mengambil keputusan yang rasional agar
dicapai efisiensi. Pada masalah yang sama mungkin akan diambil keputusan yang
berbeda. Hal ini bergantung dari beberapa factor yang mempengaruhi keputusan
ataupun lingkungan luar. Herbert A. Simon mengemukakan batas dan rationality
sebagai berikut:
a. Keahlian, kebiasaan, dan cermin dari kata hati kecepatan serta ketepatan
seseorang dalam mengambil keputusan akan dibatasi oleh keahlian dan
ataupun kebiasaan seseorang. Seorang dokter misalnya akan lebih cepat
serta tepat mengambil keputusan tentang obat apa yang harus diberikan
kepada pasien daripada orang yang tidak ahli dibidang kedokteran.
Dengan demikian juga karena kebiasaan seseorang akan lebih tepat serta
cepat dalam mengambil keputusan.
b. Pada pihak lain, nilai serta konsep tujuan akan membatasi dalam
seseorang mengambil keputusan. Seorang individu tidak akan lepas dari
masyarakat. Ia terkait oleh nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakatnya,
oleh karena itu dalam pengambilan keputusan tidak akan lepas dari
adanya pertimbangan nilai-nilai yng ada dalam masyarakat. Sebagai
contoh bila terdapat karyawan yang merugikan sebuah perusahaan maka
apa ia langsung dipecat atau tidak. Pe rtimbangan ini dibatasi oleh nilai-
nilai yang berlaku, apakah pemecatan tanpa adanya peringatan terlebih
dahulu tidak melenggar nilai-nilai yang ada di masyarakat atau tidak
melanggar jiwa Pancasila?
c. Demikian juga pengambilan keputusan individu itu dibatasi oleh luasnya
pengetahuan yang relevan dengan pekerjaannya. Seorang ahli bangunan
yang mempunyai pengetahuan yang luas tentang bangunan akan secar
cepat dan tepat dalam mengambil keputusan bangunan yang bagaimana
yang cocok untuk daerah tertentu.
Page 27
27 | M A N A J E M E N
2.2.11 Sistem Bantuan dan Keputusan
a. Nilai Informasi dalam Ancangan Keputusan
Ancangan teori keputusan memusatkan perhatian bukan hanya pada
nilai informasi dalam sebuah keputusan, tetapi juga pada kenyataan bahwa
biaya untuk memperoleh informasi yang banyak juga besar. Nilai
informasi adalah nilai perubahan dalam perilaku keputusan karena
informasi.
b. Kriteria untuk Pengambilan Keputusan
Sebuah pandangan alternative pada criteria pengambilan keputusan
adalah pemuasan. Pandangan ini berasal dari model keperilakuan
deskriptif yang mengatakan bahwa para pengambil keputusan tidak
mengetahui semua laternatif dan harus mencarinya. Mereka
menyederhanakan factor-faktor yang harus dipertimbangkan dank arena
itu mengurangi banyak hal yang harus dipertimbangkan. Anggapan konsep
pemuasan lebih merupakan rasionalitas terbatas daripada rasionalitas
lengkap.
c. Pengambilan Keputusan pada Organisasi Formal
Pengambilan keputusan pada organisasi formal merupakan bagian dari
keseluruhan proses yang sebenarnya dimulai dengan penetapan tujuan
organisasi dan akhirnya menghasilkan implementasi solusi dan control.
Proses tersebut adalah sebagai berikut.
Pembahasan yang jelas tentang tujuan yang hendak dicapai dari
putusan itu
1. Pengumpulan semua fakta yang mungkin, opini, dan ide terkait.
2. Analisis dan interpretasi data yang terkumpul
3. Formulasi alternative yang mungkin
4. Evaluasi setiap alternative atas dasar efektif
5. Memilih alternative tertentu yang paling baik.
d. Pohon Keputusan
Ketika sang pengambil keputusan dihadapkan pada serangkaian
keputusan, maka pohon keputusan merupakan pilihan yang tepat.
Page 28
28 | M A N A J E M E N
Dinamakan pohon keputusan karena tindakan dan keputusan yang
berbeda-beda membentuk cabang-cabang dari sebuah titik awal keputusan.
Untuk menganalisis pohon keputusan, mulailah pada ujung atau
puncak cabang. Hitung nilai yang diharapkan untuk setiap perangkat
cabangdan tuliskan nilai tersebut kedalam kode. Kerjakan simpul
berikutnya dan hitung probabilitasnya dengan mempertimbangkan
probabilitasyang telah dihitung ditambah dengan probabilitas baru. Pada
titik keputusan, tuliskan nilai yang tertinggi yang dapat diharapkan menuju
ketitik keputusan di dalam kotak bujursangkar. Akhirnya proses ini
menghasilkan keputusan yang diharapkan.
Page 29
29 | M A N A J E M E N
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Informasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan data yang telah diolah
menjadi bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam
pengambilan keputusan saat ini dan mendatang.
3.1.2 Keputusan merupakan penetapan terhadap suatu pilihan. Istilah keputusan
pada umumnya dipandang sebagai pilihan. Ini berarti ada beberapa
kemungkinan (alternative) yang ada diantaranya ditetapkan sebagai
pilihan. Pengambilan keputusan merupakan merupakan hal yang
terpenting dalam manajemen sebuah organisasi. Dengan adanya prinsip
dalam pengambilan sebuah keputusan diharapkan sesuai dengan tujuan
yang telah diharapkan.
3.2 Saran
Informasi merupakann salah satu hal yang penting dalam kehidupan. Adanya
informasi memerlukan suatu sistem yang digunakan untuk menampung informasi-
informasi yang ada. Suatu sistem informasi bermanfaat dalam pengambilan suatu
keputusan. Diharapkan dengan adanya suatu sistem informasi setiap informasi
yang dimiliki setiap orang dapat terhimpun menjadi satu, sehingga mempermudah
kita atau setiap dalam memutuskan suatu keputusan, tanpa menyampingkan
sebuah prinsip-prinsip dan hal-hal yang mendungkung guna melahirkan sebuah
keputusan yang baik dan bertanggung jawab.