-
Indo. J. Chem. Sci. 2 (2) (2013)Indonesian Journal of Chemical
Sciencehttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs
2013 Universitas Negeri SemarangISSN NO 2252-6951
Info Artikel Abstrak
Abstract
SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOKATALIS CuO/TiO2 YANG
DIAPLIKASIKANPADA PROSES DEGRADASI LIMBAH FENOLMastuti Widi
Lestari*), Subiyanto Hadi Saputro dan Sri WahyuniJurusan Kimia
FMIPA Universitas Negeri SemarangGedung D6 Kampus Sekaran
Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229
Sejarah Artikel:Diterima Juli 2013Disetujui Juli
2013Dipublikasikan Agustus 2013
Telah dilakukan sintesis nanokatalis CuO/TiO2 dengan metode
sol-geldimodifikasi Polietilen Glikol (PEG). CuO/TiO2 disintesis,
dikarakterisasi dandiaplikasikan pada degradasi fenol. CuO/TiO2
disintesis dengan variasitemperatur kalsinasi, yaitu 400, 500 dan
600oC, kemudian diberi nama K-400, K-500 dan K-600. Data XRD K-400
menunjukkan fasa anatase sedangkan K-500dan K-600 terdapat puncak
rutil. Perhitungan ukuran partikel masing-masingCuO/TiO2, yaitu
6,89; 17,716 dan 41,877 nm. Semakin tinggi temperaturkalsinasi
menyebabkan kenaikan ukuran partikel dan terbentuknya fasa
rutil.Karakterisasi menggunakan metode BET menunjukkan
masing-masing luaspermukaan CuO/TiO2 yaitu 89,2; 76,87 dan 29,94
m2/g. Semakin tinggitemperatur kalsinasi mengurangi luas permukaan
CuO/TiO2. Dari hasilkarakterisasi menggunakan XRD dan BET dipilih
K-400 untuk diaplikasikansebagai katalis. K-400 dikarakterisasi
dengan SEM-EDX menunjukkan morfologikristal yang terbentuk tidak
homogen dan terdapat residu karbon. Uji aktifitaskatalis
menunjukkan waktu optimum degradasi t = 50 menit dengan
persentasedegradasi 60,625%. Proses degradasi menggunakan oksigen
sebagai oksidatorpada reaktor slurry. Hasil analisis GC-MS
menunjukkan terbentuknya 2-propanonyang diduga merupakan hasil
oksidasi fenol.
Alamat korespondensi:E-mail: [email protected]
Kata kunci:nanokatalisCuO/TiO2degradasi fenoloksidasi
CuO/TiO2 nanocatalyst were synthesized by sol-gel method
modifiedPolyethylene Glycol (PEG). CuO/TiO2 synthesized,
characterized and appliedfor phenol degradation. CuO/TiO2
synthesized by various calcinationtemperature; 400, 500 and 600oC,
then called K-400, K-500 and K-600. XRDdata of K-400 showed anatase
phase while K-500 and K-600 are rutile peak.Particle size of each
CuO/TiO2 6.89, 17.716 and 41.877 nm. The highercalcination
temperature causes an increase of particles size and the formation
ofrutile phase. Characterization using BET method showed surface
area of eachCuO/TiO2 89.2, 76.87 and 29.94 m2/g. The higher
calcination temperaturereduces the surface area of CuO/TiO2. From
the results of XRD and BETcharacterization, K-400 was selected to
be applied as a catalyst. K-400characterized by SEM-EDX showed the
crystal morphology is not homogeneousand there are elements of
carbon. Catalyst activity test showed optimumdegradation time t =
50 min with a percentage degradation of 60.625%. Theprocess of
degradation uses oxygen as an oxidant in the reactor slurry. The
resultof GC-MS showed the formation of 2-propanone were suspected
as compoundof phenol oxidized.
-
155
MW Lestari / Indonesian Journal of Chemical Science 2 (2)
(2013)Pendahuluan
Aktivitas perindustrian yang semakin pesatmenghasilkan berbagai
jenis limbah logam beratdan organik yang menjadi permasalahan
seriusbagi kesehatan dan lingkungan (Slamet, et al.;2005). Senyawa
organik yang berbahayadiantaranya adalah fenol yang terdapat
dalamlimbah cair dari industri penyulingan minyakbumi, gas,
farmasi, tekstil dan rumah tangga.Jumlah fenol yang besar dalam air
dapatmenyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut.Menurut Baron
dalam Sari (2011),berkurangnya kadar oksigen terlarut dalamsistem
perairan akan menganggu ekosistemkehidupan hewan dan tumbuhan dalam
air, jugadapat mematikan secara langsung bakteri aerob.
Degradasi senyawa organik dalam katalispadat telah dikembangkan.
Senyawa organikdapat diubah menjadi karbondioksida dan airpada
temperatur dan tekanan yang relatifrendah melalui proses oksidasi
katalitik (Stuber,et al.; 2001). Sebagai oksidator, digunakan
gasseperti oksigen, ozon, H2O2, permanganat,klorin dan hipoklorit
(Hamilton, et al.; dalamHarmankaya dan Gndz; 1998).
Namunperkembangan penggunaan katalis untuk prosesoksidasi katalitik
masih belum memuaskan.Seperti misalnya, katalis yang digunakan
untukmengoksidasi hanya bekerja pada konsentrasirendah dalam media
encer dan tidak dapatdipisahkan pada akhir proses (Sadana
danKatzer; dalam Massa, et al.; 2004). Umumnyakatalis yang
digunakan adalah katalis heterogen.Katalis heterogen yang digunakan
biasanyadalam bentuk logam murni atau oksidanya.Kesulitan yang
sering dijumpai dalampenggunaan katalis logam murni antara
lainmemiliki stabilitas termal yang rendah danmudah mengalami
penurunan luas permukaanakibat pemanasan dan sintering. Hal inilah
yangmendorong untuk memperbaiki kinerja danmengatasi kelemahan
katalis logam murnidengan mendispersikan komponen logam
padapengemban yang memiliki luas permukaanbesar. Pemakaian
pengemban dapat memper-panjang waktu pakai katalis dan
luaspermukaan pengemban yang besar akanmeningkatkan dispersi logam.
Pada temperatur160-250oC, tembaga oksida merupakan katalisyang
paling aktif untuk oksidasi fenol danaktivitasnya dapat bertambah
jika dicampurdengan Co, Zn dan Ti (Pintar dan Levec; 1992dalam
Silva, et al.; 2003).
Penelitian ini mencoba mensintesisCuO/TiO2 berukuran nanometer
yang
diharapkan dapat diaplikasikan pada prosesoksidasi katalitik.
CuO/TiO2 disintesis denganmetode sol-gel dimodifikasi larutan
polimerPolyethylene Glycol (PEG). PEG berfungsisebagai zat
pendispersi. Kelebihan dari metodeini adalah prosesnya yang tidak
rumit, tidakmembutuhkan waktu yang lama dan ukurankristal mencapai
nanometer (1-100 nm).Metode Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian iniadalah seperangkat alat
gelas (Pyrex), magneticstirrer (IKAMAG), cawan crus, termometer,
hotplate, oven (Memmert), furnace (BarnsteadThermolyne 1400), XRay
Diffractometer (XRD)(PANalytical PW3373), Gas Sorption AnalyzerNOVA
1000 (Quantachrome), Gas ChromatographyMass Spectrophotometer
(GC-MS)(Shimadzu QP-2010s), Scanning Electron Microscope Energy
Dispersive XRay Spectroscopy (SEM-EDX) (LEO 1530VP) dan
SpektrofotometerUV-Vis (Shimadzu).
Bahan yang digunakan dalam penelitianini mempunyai grade pro
analysist meliputiCu(NO3)2.3H2O, polyethilene glycol, HCl,etanol,
fenol, NH3, K2HPO4, KH2PO4, 4-aminoantipirin, K3Fe(CN)6 buatan
Merck,titanium isopropoxide (TiIPP) buatan SigmaAldrich, larutan
Ca(OH)2, aquademin, dan gasoksigen (PT. Samator Gas).
Preparasi nanokatalis CuO/TiO2dilakukan dengan metode sol-gel
modifikasi.Metode diadaptasi dari penelitian Tuan, et al.(2009) dan
Liherlinah, et al. (2009). Pada gelaskimia A, garam Cu(NO3)2.3H2O
sebanyak 0,76gram dilarutkan dengan 2,2 mL aquademin.Pada gelas
kimia B, campuran 3,6 mL etanoldan 1,2 mL HCl diaduk selama 30
menit.Kemudian ditambahkan 18,4 mL TiIPP.Campuran diaduk sebentar
dan ditambahkandengan 4,5 mL aquademin. Campuran padagelas B diaduk
selama 1 jam. Larutan padagelas piala A dimasukan kedalam gelas
piala Bsambil terus diaduk. Campuran ditambahkandengan larutan PEG
(5 gram dalam 50 mLaquademin). Penambahan PEG dilakukan tetesdemi
tetes sambil terus diaduk. Hasilnyadituang ke cawan porselin untuk
diuapkan kedalam oven. Setelah kering, campurandipindahkan ke dalam
cawan krus untukdipanaskan pada suhu 400, 500 dan 600oCselama 2
jam. Padatan CuO/TiO2 yangdihasilkan dibiarkan dingin kemudian
digerusmenggunakan lumpang alu sampai halus.Katalis CuO/TiO2 yang
telah disintesisdikarakterisasi menggunakan XRD untuk
-
MW Lestari / Indonesian Journal of Chemical Science 2 (2)
(2013)
156
mengetahui fase kristal, kristalinitas dan ukurankristal, gas
sorption analyzer NOVA-1000 untukmengetahui luas permukaan, rerata
jari-jari poridan volume pori, dan SEM-EDX untuk melihatmorfologi
permukaan kristal dan komposisinya.
Larutan fenol 100 ppm sebanyak 250 mLditambah dengan 0,5 gram
katalis CuO/TiO2ditempatkan ke dalam labu leher tiga alas
bulat.Campuran diaduk hingga homogen. Botol berisilarutan Ca(OH)2
dihubungkan pada reaktorlabu alas bulat untuk mengetahui adanya
gasCO2 yang terbentuk. Campuran fenol dankatalis dipanaskan hingga
temperatur 70oC.Pada saat temperatur mencapai 70oC, gasoksigen
dialirkan dengan kecepatan 200mL/menit. Pemanasan dilanjutkan
hingga suhu90oC. Reaksi dilakukan dengan variasi waktu 8,15, 30,
50, 110 dan 155 menit pada suhu 90oC.Setelah reaksi selesai,
campuran dibiarkandingin dan di-sentrifuge, selanjutnya
filtratsebanyak 10 mL diencerkan dengan aquademinsampai volume 200
mL. Larutan ini digunakansebagai sampel pada uji fenol
terdegradasimenggunakan spektrofotometer UV-Vis. Untukmengetahui
senyawa yang terkandung dalamfenol terdegradasi, filtrat diuji
menggunakanGC-MS.
Pengujian fenol sisa degradasi dilakukandengan metode adisi
standar. Metode adisistandar dilakukan dengan menambahkanlarutan
standar (Vs) pada salah satu dari duacuplikan sampel (Hendayana;
1994). Sampelfenol terdegradasi pada masing-masing variasiwaktu (8,
15, 30, 50, 110 dan 155 menit)diambil 10 mL kemudian ditempatkan
dalamlabu ukur 200 mL. Masing-masing sampeldiencerkan dengan
aquademin sampai tandabatas. Ke dalam labu ukur 500 mL,
dimasukkanlarutan fenol 100 ppm sebanyak 25 mLkemudian diencerkan
dengan aquademinsampai tanda batas. Larutan ini disebut
larutanstandar fenol. Pada sampel 8 menit, diambilsebanyak 25 mL
dan ditempatkan ke dalamerlenmeyer A dan 25 mL ke dalam
erlenmeyerB. Pada erlenmeyer A ditambahkan aquademinsampai volume
total 50 mL. Pada erlenmeyer Bditambahkan 25 mL larutan standar
fenol.Masing-masing larutan ditambahkan 1,25 mLNH4OH 0,5 N dan pH
diatur menjadi 7,9 0,1dengan larutan penyangga fosfat.
Larutandikomplekskan dengan 0,5 mL 4-aminoantipirin2% dan ditambah
dengan 0,5 mL larutankalium ferisianida 8% sambil terus
diaduksampai timbul warna merah. Untuk pengujiansampel 15, 30, 50,
110 dan 155 menit dilakukan
hal yang sama seperti pada sampel 8 menit.Masing masing larutan
diukur absorbansinyamenggunakan UV-Vis.Hasil dan Pembahasan
Sintesis nanokatalis CuO/TiO2 dilakukandengan metode sol gel
dimodifikasi mengguna-kan PEG sebagai zat pendispersi. Prekusor
yangdigunakan adalah TiIPP dan garamCu(NO3)2.3H2O. Pada saat HCl
dan etanoldiaduk, didapat campuran tak berwarna. Solberwarna putih
didapat ketika TiIPPditambahkan pada campuran HCl dan etanol.Sol
putih memadat ketika ditambahkan air. Halini dikarenakan terjadinya
hidolisis TiIPP olehair. Padatan putih menjadi biru
ketikaditambahkan larutan Cu(NO3)2. Tahapan reaksisintesis TiO2
secara sol-gel menurut Sanchez, etal. (2011) adalah sebagai
berikut:
CuO/TiO2 disintesis dengan variasitemperatur kalsinasi. Hasil
kenampakanCuO/TiO2 dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Perubahan
warna dan kenampakanCuO/TiO2 berdasarkan perlakuan
temperaturkalsinasi
Pada Tabel 1, K-400 dan K-500 berwarnahitam yang menunjukkan
adanya Cu. Warnahitam K-400 lebih pekat dibandingkan denganK-500.
Sedangkan K-600 sampel yangdihasilkan berwarna abu-abu.
Pemanasandengan suhu semakin tinggi menyebabkanwarna nanokatalis
CuO/TiO2 semakin muda.Menurut Yang (2008), warna abu-abudisebabkan
karena auto-reduksi Cu(II) menjadiCu(I).
Gambar 1. Pola difraksi sinar-X CuO/TiO2
-
157
MW Lestari / Indonesian Journal of Chemical Science 2 (2)
(2013)Gambar 1 menunjukkan pengaruh
temperatur kalsinasi terhadap pola difraksi darikatalis CuO/TiO2
yang disintesis denganmetode sol gel modifikasi.
Pada K-400, K-500 dan K-600 munculpuncak difraktogram pada 2 =
25,6o yangmenunjukkan kecocokan difraktogram PDFstandar TiO2
anatase #751537 yaitu pada 2 =25,69o. Selain itu pada K-400, 2 =
54,72omenunjukkan kecocokkan terhadap difrakto-gram standar yaitu
pada 2 = 54,775o. Pada K-500 dan K-600, 2 = 54,72o
mengalamipergeseran ke 2 = 54,48o dan 54,59o. Namunpada K-500 dan
K-600 terbentuk fase TiO2 rutilyang ditunjukkan pada masing-masing
2 =27,56o; 36,16o dan 27,46o; 36,34o mirip denganPDF standar TiO2
rutil #781510. Hal inimenunjukkan bahwa pemanasan terlalu
tinggimenyebabkan terbentuknya fase rutil pada TiO2.
Berdasarkan data difraktogram standarCuO PDF #800076 puncak khas
CuO terlihatpada 2 = 35,54o, 38,97o dan 48,85o.Difraktogram pada
K-500 dan K-600menunjukkan kecocokan dengan difragtogramstandar CuO
pada masing-masing 2 = 38,94odan 38,95o. Pada K-400, terdapat
pergeserandifraktogram pada 2 = 38,18o dan 48,47o. Darihasil
analisis fasa kristal TiO2, K-400 memilikikriteria untuk
diaplikasikan sebagai supportkarena mempunyai fasa anatase lebih
banyakdibandingkan dengan K-500 dan K-600. PuncakCuO pola difraksi
K-400 yang tidak terlihatpada 2 = 38,9o disebabkan CuO
terdispersipada permukaan TiO2. Hasil analisis ukurankristal K-400,
K-500 dan K-600 masing-masingyaitu 6,890; 17,716 dan 41,877 nm.
Ukurankristal menunjukkan kenaikan seiring denganpenambahan
temperatur kalsinasi. Hal inidisebabkan pemanasan pada suhu terlalu
tinggimenyebabkan terjadinya sintering. Data hasilkarakterisasi
kristal CuO/TiO2 menggunakanmetode BET ditunjukkan pada Tabel
2.Tabel 2. Hasil karakterisasi luas permukaanspesifik, rerata
jari-jari pori dan volume totalCuO/TiO2
Pada Tabel 2, luas permukaan nanokatalisCuO/TiO2 semakin rendah
pada kenaikan suhupemanasan. Hal ini disebabkan terjadinyasintering
pada pemanasan yang terlalu tinggi.Data tersebut menyatakan bahwa
terdapathubungan antara ukuran kristal dan luas
permukaan nanokatalis CuO/TiO2. Kenaikansuhu pemanasan
menyebabkan ukuran kristalnanokatalis CuO/TiO2 semakin besar
danmemiliki luas permukaan yang semakin kecil.Ukuran rerata
jari-jari pori semakin besar padakenaikan suhu pemanasan. Hasil
pengujianXRD dan BET, padatan yang mempunyaiukuran partikel paling
kecil dan luas permukaanpaling besar ditunjukkan pada K-400.
Padatantersebut kemudian dianalisis menggunakanSEM-EDX. Hasil
analisis SEM ditunjukkanpada Gambar 2.
Gambar 2. Foto SEM K-400 dengan perbesaran500 kali dan 20.000
kaliPada Gambar 2, warna abu-abu menyebar
hampir pada seluruh permukaan partikel. Halini menunjukkan bahwa
partikel CuO hanyatersebar pada permukaan TiO2, tidak
sampaiterdopan pada pori TiO2. Kristal yangdihasilkan memiliki
bentuk yang tidak homogendan masih terdapat agregat. Hal ini
disebabkanoleh pengadukan yang kurang lama danpenambahan PEG yang
belum optimal. Tabel 3menunjukkan komposisi CuO dan TiO2
padapadatan CuO/TiO2 hasil analisis EDX.Tabel 3. Komposisi padatan
CuO/TiO2
Dari data EDX juga menunjukkan bahwamasih adanya unsur karbon
dalam kristalCuO/TiO2. Hal ini disebabkan pada saat akandilakukan
kalsinasi padatan belum kering.Maka senyawa organik dari reaktan
pada saatsintesis tidak terdekomposisi sempurna. Hasilanalisis
kadar fenol tersisa bergantung waktudisajikan dalam Tabel 4 dan
Gambar 3.Tabel 4. Analisis kadar fenol sisa degradasimenggunakan
katalis CuO/TiO2
-
MW Lestari / Indonesian Journal of Chemical Science 2 (2)
(2013)
158
Gambar 3. Kurva persentase degradasiberbanding waktu
degradasiHasil pengukuran kadar fenol tersisa
dalam proses degradasi fenol menggunakannanokatalis CuO/TiO2
menunjukkan waktuoptimum pada saat t = 50 menit yaitu
sebanyak60,625%. Gambar 3 menunjukkan penurunanpersentase degradasi
pada t = 110 menit. Hal inikurang sesuai dengan teori bahwa semakin
lamawaktu degradasi, maka semakin banyakpersentase degradasi yang
diperoleh. Waktuoptimum proses degradasi didapat dari
datapersentase degradasi yang tidak mengalamiperubahan signifikan
dengan bertambahnyawaktu proses. Ketidaksesuaian ini
diakibatkanoleh fenol yang telah jenuh oleh CuO/TiO2,maka pemisahan
fenol dengan CuO/TiO2menjadi lebih sukar. Larutan yang
jenuhmempengaruhi proses pembacaan absorbansipada sampel.
Analisis senyawa hasil degradasi fenoldilakukan dengan
menggunakan instrumen GC-MS. Hasil yang dipilih untuk dianalisis
adalahhasil degradasi dengan waktu reaksi 50 menit.Analisis
kromatogram GC senyawa hasildegradasi fenol disajikan pada Tabel
5.Tabel 5. Analisis kromatogram senyawa hasildegradasi fenol
Dari keterangan pada Tabel 5,kromatogram GC hasil degradasi
fenolmemunculkan 2 puncak dengan puncak palingdominan yaitu nomor 2
dengan kelimpahan63,47% dan waktu retensi 2,319 menit. Puncaknomor
1 dengan kelimpahan 36,53% didugaadalah pengotor dari sampel fenol
sisadegradasi. Analisis MS menunjukkan puncaknomor 2 adalah
2-propanon. Spektrum massapuncak nomor 2 disajikan pada Gambar
4.
Gambar 4. Spektrum massa senyawa hasildegradasi fenol
Munculnya puncak ion molekul pada m/z= 58 menyatakan bahwa massa
molekulsenyawa tersebut sama dengan massa molekul2-propanon. Puncak
tersebut diduga sebagaisenyawa hasil degradasi fenol. Senyawa
hasildegradasi fenol berupa 2-propanon didugadiperoleh dari
oksidasi fenol menjadi alkoholsekunder yang teroksidasi lebih
lanjut menjadi2-propanon.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapatdisimpulkan bahwa
kristal CuO/TiO2 yangdisintesis dengan metode sol-gel
modifikasilarutan polimer PEG, mempunyai fase TiO2anatase pada
temperatur kalsinasi 400oC danpada kenaikan temperatur kristal akan
berubahfase menjadi TiO2 rutil. Kenaikan temperaturkalsinasi
mengakibatkan kenaikan ukurankristal CuO/TiO2 karena terjadi
sintering. Padapengukuran menggunakan metode BET, luaspermukaan
nanokatalis CuO/TiO2 mengalamipenurunan pada kenaikan temperatur
kalsinasi.Analisis menggunakan SEM-EDX menunjuk-kan bahwa
nanokatalis CuO/TiO2 yangdisintesis menggunakan metode
sol-gelmodifikasi mempunyai bentuk yang belumhomogen dan
pendistribusian CuO pada TiO2juga belum homogen. Nanokatalis
CuO/TiO2dapat diaplikasikan sebagai katalis degradasifenol dengan
waktu optimum t = 50 menitsebesar 60,625%.Daftar PustakaHarmankaya,
M. & G. Gndz. 1998. Catalyticof Phenol in Aqueous Solution. Tr.
J. ofEngineering and Environmental Sciences.1998:9-15Hendayana, S.,
Kadarohman, A., Sumarna.1994. Kimia Analitik Instrumen.Semarang:
IKIP Semarang PressLiherlinah et al. 2009. Sintesis
NanokatalisCuO/ZnO/Al2O3 untuk MengubahMetanol Menjadi Hidrogen
untuk BahanBakar Kendaraan Fuel Cell. JurnalNanosains dan
Nanoteknologi. ISSN 1979-0880Sanchez, K. D. A., Cuchillo, O. V.,
Villanueva,M. S., Ramirez, J. F. S., Lopez, A. C., andElguezabal,
A. A. 2011. Preparation,Characterization and
PhotocatalyticProperties of TiO2 Nanostructured SperesSynthesized
by Sol-Gel Method Modifiedwith Ethylene Glycol. J. SolGel
Technol.58:360-365Sari, A. P. 2011. Penurunan Kadar Fenol
SecaraFotokatalitik Menggunakan SrTiO3 DalamLimbah Industri Tekstil
di Sungai JenggotKota Pekalongan. Tugas Akhir 2.Semarang:
Universitas Negeri Semarang
-
159
MW Lestari / Indonesian Journal of Chemical Science 2 (2)
(2013)Silva, A. M. T., Branco, I. M. C., Ferreira, R.M. Q., and
Levec, J. 2003. CatalyticStudies in Wet Oxidation of EffuentsFrom
Formaldehyde Industry. ChemicalEngineering Science: 963-970Slamet,
R. Arbianti & Daryanto. 2005.Pengolahan Limbah Organik (Fenol)
danLogam (Cr6+ atau Pt4+) Secara SimultanDengan Fotokatalis TiO2,
ZnO-TiO2 danCdS-TiO2. Makara Teknologi, Vol. 9 No. 2Stuber, F.,
Polaert. I., Delmas, H., Font, J.,Fortuny, A., and Fabregat, A.
2001.Catalytic Wet Air Oxidation of PhenolUsing Active Carbon:
Performance ofDiscontinuous and Continuous Reactors.Jurnal of
Chemical Technology andBiotechnology, 76:743-751
Tuan, N. M., Nha, N. T., and Tuyen, N. H.2009. Low Temperature
Synthesis ofNano-TiO2 anatase on Nafion Membranefor Using on DMFC.
Journal of Physics:Conference Series 187Yang, X. 2008. Sol-Gel
SynthesizedNanomaterials for EnvironmentalApplications.
Dissertation. Manhattan:Kansas State University