Sinopsis : SITI NURBAYA Saat Siti Nurbaya masih kecil ibunya telah meninggal. Saat itu pula dia mengawali penderitaan hidup. Kini siti nurbaya tinggal bersama Baginda Sulaiman , ayah tercinta. Baginda Sulaiman adalah seorang pedagang yang sukses di kota Padang. Sebagian modal usahanya berasal dari pinjaman seorang rentenir bernama Datuk Maringgih. Awal mulanya usaha Baginda Sulaiman mengalami kemajuan yang sangat pesat . Datuk maringgih tidak rela atas kemajuan yang di alami baginda Sulaiman . Untuk melampiaskan ketidak relaannya, Datuk Maringgih menyuruh anak buahnya untuk membakar semua kios milik Baginda Sulaiman . Setelah semua kios Baginda Sulaiman habis dilalap api Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang kepada Datuk Maringgih. Keadaan itu dimanfaatkan oleh datuk Maringgi untuk memaksa Baginda Sulaiman agar menikahkan dirinya dengan Siti Nurbaya. Supaya dianggap
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Sinopsis :
SITI NURBAYA
Saat Siti Nurbaya masih kecil ibunya telah meninggal. Saat itu pula dia
mengawali penderitaan hidup. Kini siti nurbaya tinggal bersama Baginda Sulaiman ,
ayah tercinta. Baginda Sulaiman adalah seorang pedagang yang sukses di kota
Padang. Sebagian modal usahanya berasal dari pinjaman seorang rentenir bernama
Datuk Maringgih.
Awal mulanya usaha Baginda Sulaiman mengalami kemajuan yang sangat
pesat . Datuk maringgih tidak rela atas kemajuan yang di alami baginda Sulaiman .
Untuk melampiaskan ketidak relaannya, Datuk Maringgih menyuruh anak buahnya
untuk membakar semua kios milik Baginda Sulaiman . Setelah semua kios Baginda
Sulaiman habis dilalap api Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang kepada
Datuk Maringgih. Keadaan itu dimanfaatkan oleh datuk Maringgi untuk memaksa
Baginda Sulaiman agar menikahkan dirinya dengan Siti Nurbaya. Supaya dianggap
lunas , terpaksa Baginda Sulaiman menyetujui perjanjian tersebut .
Siti Nurbaya hanya bisa menangis menghadapi keputusan ayahnya. Apalagi
jika ia mengingat Samsul Bahri , kekasihnya yang bersekolah di Stovia , Jakarta .
Sebenarnya Ia tidak rela jika Ia harus menikah dengan rentenir tua Bangka itu.
Hanya demi ayahnyalah dia dengan berat hati menyetujuinya. Dan mereka menikah
Samsul Bahri yang berada di Jakarta mengetahui peristiwa yang terjadi di
desanya , lebih - lebih setelah menerima surat dari siti nurbaya yang menceritakan
tentang nasib yang dialami bersama ayahnya
Saat liburan Samsul Bahri pulang ke kampungnya . Dia menyempatkan
menjenguk Baginda Sulaiman yang sedang sakit keras. Saat Samsul Bahri berbincang
dengan Siti Nurbaya tiba – tiba Datuk Maringgih muncul. Datuk Maringgih marah
besar kepada Siti Nurbaya , melihat kejadian tersebut Samsul Bahri langsung
menghajar Datuk tua itu. Siti nurbaya berteriak – teriak agar mereka menghentikan
perkelaiannya. Karena Baginda sulaiman mendengar teriakan Siti Nurbaya ia
berusaha bangun dari tempat tidurnya , tetapi ia jatuh dan menghembuskan nafas
terakhirnya.
Datuk Maringgih langsung mengusir Siti Nurbaya kemudian Siti Nurbaya
hidup sebatangkara dan menumpang di salah satu rumah bibinya.
Samsul Bahri juga diusir oleh Sutan Mahmud, ayahnya karna dianggap
mencoreng nama baik keluarga penghulu. Samsul Bahri meninggalkan Padang
menuju Jakarta dan berjanji tidak akan kembali ke Padang lagi.
kekasihnya ,Samsul Baahri ke Jakarta. Siti Nurbaya menaiki kapal untuk pergi ke
Jakarta. Saat di tengah laut tiba – tiba Ia didorong oleh seseorang hamper saja ia mati
tenggelam. Ternyata orang yang mendorongnya adalah anak buat Datuk Maringgih.
Setelah sampai di Jakarta Ia ditangkap polisi dengan tuduhan melarikan
sejumlah perhiasan milik Datuk maringgih. Akibatnya IA dipulangkan ke Padang .
namun sesampainya di Padang Ia tidak terbukti bersalah.
Saat Siti Nurbaya duduk- duduk di depan rumah bibinya ada penjual lemang
lewat kemudian dia membelinya. Kemudian Siti Nurbaya keracunan dan Ia
meninggal. Ternyata penjual lemang itu adalah orang suruhan Datuk maringgih
Suatu saat Padang terjadi keramaian dan kejahatan akibat ulah Datuk
Maringgih oleh karena itu Samsul Bahri yang telah masuk ketentaraan dikirimkan ke
padang . Ketika bertemu Datuk Maringgih di suatu keributan tanpa berpikir panjang
Samsul Bahri menembak Datuk Maringgih namun sebelum meninggal datuk
maringgih membacok kepala Samsul bahri .
Samsul bahri atau Letnan MAs segera dibawa ke rumah sakit . Ia berpesan
sebelum dia meninggal ia ingin bertemu sang ayan Sultan Mahmud namun ajal lebih
dulu terjadi sebelum pesannya terjadi
BAB III
PEMBAHASAN
3.2. Analisis Intrinsik
1. Tokoh dan Penokohan1) Samsul Bahri sebagai pelaku utama (Tokoh Protagonis): anak Sultan Mahmud Syah (penghulu di Padang), wataknya: Orangnya pandai, tingkah lakuya sopan dan santun, halus budibahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, dan setiakawan.2) Siti Nurbaya sebagai pelaku utama (Tokoh Protagonis): anak Bginda Sulaeman (saudagar kaya di Padang), wataknya: Lemah lembut, penyayang, tutur bahasanya halus, sopan dan santun, baik hati, setia kawan, patuh terhadap orang tua.3) Datuk Maringgih sebagai pelaku utama (Tokoh Antagonis), laki-laki yang berwatak kikir, picik, penghasud, kejam, sombong, bengis, mata keranjang, penipu, dan selalu memaksakan kehendaknya sendiri.4) Sultan Mahmud Syah sebagai pelaku tambahan (Toloh Protagonis), Ayahnya Samsul Bahri yang berwatak: Bijaksana, sopan, ramah, adil, penyayang.5) Siti Maryam sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), berwatak: Bijaksana, sopan, ramah, adil, penyayang.6) Baiginda Sulaeman sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), berwatak: Bijaksana,sopan, ramah, adil, penyayang.7) Zainularifin sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), temannya Samsul Bahri yang berwatak: Tingkah lakunya sopan dan santun, halus budi bahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, dan setiakawan.8) Bakhtiar sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), temannya Samsul Bahri yang berwatak: Tingkahlakunya sopan dan santun, halus budibahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, dan setiakawan.9) Alimah sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), saudaranya Siti Nurbaya, yang bewatak lemah lembut, santun setiakawan, bijaksana.10) Pak Ali sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis).11) Pendekar Tiga sebagai pelaku tambahan (Tokoh Antagonis)12) Pendekar Empat sebagai pelaku tambahan (Tokoh Antagonis)13) Penekar Lima sebagai pelaku tambahan (Tokoh Antagonis)14) Dokter sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis)
2. TemaNovel “ Siti Nurbaya” ini bertemakan sosial, moral, dan egois. Tema yang terkandung dalam novel ini yaitu; “Satu percintaan antara dua remaja yang tidak dapat berakhir dengan pernikahan karena penghianatan seseorang yang hanya mementingkan kekayaan dunia dan hawa nafsu.
3. AmanatAmanat yang terkandung dalan novel “Siti Nurbaya” yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :1) Kita hendaknya jangan terlalu di kuasai oleh perasan dengan tidak mempergunakan pikiran yang sehat karena akan berakibat hilangnya keperibadian yang ada pada diri kita.2) Jika hendak memutuskan sesuatu hendaklah pikirkan masak-masak lebih dulu agar kelak tidak menyesal.3) Siapa yang berbuat jahat tentu akan mendapat balasan kelak sebagai akibat dari perbuatan itu.
4. Latar atau Seting
Latar atau Seting ini terdiri atas dua bagian yaitu : latar waktu dan latar tempat. Latar tempat dalam novel “Siti Nirbaya” diantaranya: di sekolah, di kota Padang,di kota Jakarta, di Kebun Kelapa, di rumah, di halaman rumah, di kantor pos. Latar waktu: sekitar tahun 1920-an.
5. Plot/AlurDari segi penysunan peristiwa atau bagian-bagian yang membentuk, cerita dari novel “Siti Nurbaya” menggunakan plot kronologis atau progresif, yang lebih dikenal dengan Alur Maju. Jadi cerita novel “Siti Nurbaya” ini ceritanya benar-benar dimulai dari eksposisi, komplikasi, klimaks, dan berakhir dengan pemecahan masalah. Pengarang menyajikan ceritanya secara terurut atau secara alamiah. Artinya urutan waktu yang urut dari peristiwa A,B,C,D dan seterusnya.
6. Sudut PandangSudut pandang yag digunakan oleh pengarang movel “Siti Nurbaya” ini yaitu sudut pandang diaan-mahatahu. Pengarang berada di luar cerita hanya menjadi seorang pengamat yang maha tahu dan bahkan mampu berdialog langsung dengan pembaca.
7. Gaya Penulisan Gaya penulisan yang di gunakan masih menggunakan gaya bahasa dan sastra lama yang menggunakan ejaan tempo dulu, sehingga mengharuskan adanya pemahaman yang lebih dalam agar makna dalam novel tersebut dapat dipahami.
Baginda Sulaiman : pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya demi membayar hutang.
Sultan Mahmud : kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru dalam membuat keputusan.
Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat.
3. Latar
Latar Tempat : Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)
Latar Waktu : pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana masih banyak pemberontakan – pemberontakan (diceritakan Datuk Maringgih salah satu dari pemberontak tersebut).
4. Alur
Eksposisi : dua sejoli yang akan berpisah karena Samsulbahri akan menuntut ilmu ke Jakarta.
Insiden Permulaan : Datuk Maringgih menjadi culas dan menyuruh anak buahnya membakar semua kiosnya.
Penanjakan Laku : Samsulbahri mengetahui Siti Nurbaya menikah dengan Datuk Maringgih
Klimak : Samsulbahri saling bunuh dengan Datuk Maringgih
Penurunan Laku : Samsulbahri ikut terbunuh setelah berhasil membunuh Datuk Maringgih
Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan di akhir khayatnya.
Karya sastra merupakan sebuah karya yang memiliki nilai edukasi, etika, dan
estetika.Karya sastra juga memiliki aspek yang sangat penting, yaitu unsur intrinsik
dan unsur ekstrinsik. Kedua aspek tersebut harus dipandang sama, tidak boleh
meletakkan bahwa unsurintrinsik yang lebih penting dari unsur ekstrinsik begitu juga
sebaliknya.
Analisis aspek intrinsik karya sastra ialah analisis mengenai karya sastra itu sendiri
tanpa melihat kaitannya dengan data di luar cipta sastra sastra tersebut, aspek
ekstrinsik hanyalah dalam hubungan menetapkan nilai isinya (Sugiarti,2007:25).
Aspek intrinsik terdiri dari sebagai berikut:
1. Tema
Tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita yang terbentuk dalam sejumlah ide,
tendens, motif, atau amanat yang sama, yang tidak bertentangan satu dengan yang
lainnya (Sugiarti,2007:37).
2. Setting atau Latar
Setting merupakan tempat terjadinya peristiwa baik yang berupa fisik, unsure tempat,
waktu dan ruang ataupun peristiwa cerita (Sugiarti, 2007:55)
3. Alur atau Plot
Alur merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang sambung menyambung
dalam sebuah cerita atau dapat dikatakan sebagai suatu jalur lintasan urutan peristiwa
yang berangkai sehingga menghasilkan suatu cerita (Sugiarti, 2007: 62).
4. Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul
atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan perasaan tertentu dalam hati
pembaca.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan hubungan antara tempat atau posisi pencerita dan
bagaimana visinya terhadap cerita yang dikisahkan (Sugiarti, 2007: 105).
6. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku cerita yang memerankan orang-orang yang ada dalam
cerita.
7. Perwatakan
Perwatakan merupakan pemberian sifat baik lahir maupun batin pada seorang pelaku
atau tokoh yang terdapat pada cerita (Sugiarti, 2007: 94).
Analisis aspek unsur ekstrinsik ialah analisis karya sastra itu sendiri dari segi
isinya, dan sepanjang mungkin melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di luar
karya sastra itu sendiri (Sugiarti, 2007: 22).Aspek ekstrinsik terdiri dari aspek sosial,
budaya, ekonomi, agama, maupun pendidikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Unsur Intrinsik dalam Novel “Orang-orang Proyek”
a. Tokoh
1) Tokoh Utama: Kabul
Bukti yang menunjukkan bahwa tokoh Kabul merupakan tokoh utama yaitu karena
Kabul merupakan tokoh yang sering muncul. Walaupun dalam awal narasi cerita Pak
Tarya yang pertama muncul dimana sedang bermain suling dipinggir sungai Cibawor,
tapi disetiap bagian dalam novel tersebut tokoh ini selalu berdialog dengan tokoh-
tokoh yang ada.
Pada saat ini menunjukkan dimana tokoh Kabul dimunculkan pada awal dialog, yang
mengindikasikan tokoh Kabul adalah tokoh utama.
“Wah, bagus sekali.Tak tahunya Pak Tarya pandai main suling?”(Orang-orang
Proyek, 2007: 8)
Cupklikan dari dialog antara Kabul dan Pak Tarya ini menceritakan bagaimana awal
Kabul mendengarkan suara suling seorang pak tua yaitu Pak Tarya yang merdu, dan
membuat Kabul terasa senang dan sejuk hatinya, sehingga Kabul memuji dengan
ucapan “Wah, bagus sekali….”
Pada saat ini Kabul sebagai tokoh utama selalu berada dalam semua situasi dalam
cerita, dan ini juga mengindikasikan juga kalau tokoh Kabul merupakan tokoh utama.
“Eh Kades,” keluh Kabul.“Sayur asemnya bukan main.Ayo, santap dulu sebelum
dingin.hargailah prestasi istrimu. Khotbahmu bisa dilanjutkan lain waktu.”
(Orang-orang proyek, 2007: 40)
Pada saat ini tokoh Kabul mengalami konflik-konflik yang mengindikasikan juga
bahwa ia adalah tokoh utama.
“Maaf, Wat, aku memutuskan berhenti karena prinsip yang harus ku bela. Aku harus
pergi, namun aku minta kamu tetap bekerja sampai proyek ini selesai.Atau dianggap
selesai menjelang HUT GLM, kira-kira sebulan lagi.” (Orang-orang Proyek, 2007:
201)
Pada bagian ini menceritakan, dimana Kabul memberitahukan kepada Wati, bahwa ia
tidak bisa bekerja lagi sampai proyek ini selesai. Dan disini Wati merasakan gejolak
hatinya tersakiti, karena Kabul dengan begitu saja pergi darinya.
2) Tokoh Sentral: Wati
Hal ini dikarenakan Wati menjadi pusat perhatian semua tokoh dan dibicarakan oleh
semua tokoh, yang dibuktikan dengan kutipan berikut:
“Atau menerima Wati juga tidak salah…” (Orang-orang Proyek, 2007: 24).
Kutipan tersebut merupakan narasi bahwa Kabul merasa senang dengan kehadiran
Wati karena dapat menjadi penyeimbang di proyek pembangunan jembatan yang
didominasi oleh lelaki. Kabul juga merasa, bahwa Wati memang teman kerja yang
patut diandalkan dan tepat untuk ia pertahankan.
“Memang, Pak Insinyur. Tapi yah, yang namanya manusia. Dan andaikata aku jadi
Wati, jangan-jangan aku pun akan berbuat sama.” (Orang-orang Proyek, 2007: 47).
Kutipan tersebut merupakan potongan kutipan antara Mak Sumeh dan Kabul saat
membicarakan Wati.Dimana Mak Sumah meyakinkan hati Kabul, bahwa Wati benar-
benar menyukainya. Disini hati Kabul merasa bingung, dan tidak apa yang harus
dilakukannya lagi.
“Tapi nak Wati kelihatan tak bergairah…” (Orang-orang Proyek, 2007: 77).
Kutipan ini merupakan pembicaraan istri Pak Tarya ketika Wati dan Kabul makan
bersama di rumah mereka, yang menunjukkan bahwa terlihatnya suasana hati Wati
yang tidak bergairah.Karena perasaannya yang begitu besar, tidak pernah direspon
oleh Kabul. Sehingga ia bungkam seribu bahasa.
3) Tokoh Pembantu: Pak Tarya, Basar, Mak Sumeh, Tante Ana, Dalkijo, Kang
Martasatang, Wircumplung, Baldun, Aminah, Biyung dan Yos
a) Pak Tarya:
“Ah, saya malu. Saya kan hanya tukang mancing…” (Orang-orang Proyek, 2007: 8)
Kutipan tersebut merupakan cuplikan percakapan Pak Tarya dengan Kabul pada saat
mereka berdialog.Dalam hal ini, Pak Tarya sedang memperbincangkan status sosial
antara Kabul yang sebagai insinyur dan dirinya yang hanya sebagai tukang mancing
dan pemain suling.
“Kan Zaman sudah edan, Mas.Pilihan kita hanya dua.Ikut edan atau jadi korban
keedanan.” (Orang-orang Proyek, 2007: 69)
Kutipan tersebut merupakan cuplikan Pak Tarya dengan Kabul, yang dimana Pak
Tarya kecewa dengan keadaan republik ini yang edan, baik dari pejabat, maupun
orang-orang proyek itu sendiri. Sehingga Pak Tarya mencurahkan isi hatinya kepada
Kabul, dimana zaman yang edan berubah menjadi sangat dan jauh lebih edan.
b) Basar (Kades):
“Sekali lagi, ini bahasa ekstrem. Semua hal yang dimaksud termasuk lima rukun
dalam agama kita, bila pengamalan kelimanya tidak menjadi bagian internal, tidak
menghasilkan proses penyempurnaan akhlak atau budi luhur.” (Orang-orang Proyek,
2007: 40)
Dimana dalam kutipan ini tokoh Kabul, Pak Tarya dan Basar sedang berbincang
mengenai masalah religi yang dikaitkan dengan bagaimana keadaan system
pendidikan yang ada.Sehingga masalah kurangnya akhlak atau budi luhur yang
dimasyarakat bisa disempurnakan.
c) Mak Sumeh:
“Eh, Pak Insinyur. Masa Iya, diminta makan bareng saja tak mau,” sela Mak Sumeh
langsung memanggil Sonah agar menyiapkan hidangan (Orang-orang Proyek. 2007:
54).
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Mak Sumeh menyuruh Kabul agar mau diajak
makan bersama Wati. Dalam hal ini, Mak Sumeh bisa dikatakan mak comblang
dalam proses kedekatan antara Wati dan Kabul.
d) Tante Ana:
“….Maka malam mini Kabul menyilakan Tante Ana mbarang sepuasnya dihalaman
kantor proyek…”(Orang-orang Proyek. 2007: 58).
Dari cuplikan narasi tersebut, dapat dilihat bahwa Tante Ana hanyalah pengamen banci yang biasanya menghibur para pekerja proyek. Tokoh ini merupakan tokoh yang paling disenangi oleh pekerja proyek, sebagaimana ia disanjung, dipuji dan orang-orang tidak pernah mengejeknya.
e) Dalkijo:
“Ya.Keputusan itu ku ambil tadi malam setelah aku berbicara dengan pemilik proyek,
tokoh-tokoh partai, dan khususnya jajaran GLM.Mereka telah setuju kebijakan yang
ku ambil.Dan itu pula keputusan yang ku bawa saat ini.” (Orang-orang Proyek, 2007:
198)
Dari cuplikan narasi ini, dimana Dalkijo menghasut Kabul untuk menggunakan pasir
yang tidak bermutu, dan semua bahan bangunan yang tidak sesuai standar
pembangunan.Disini juga menunjukkan penggambaran bagaimana tokoh Dalkijo
yang serakah, tidak mau berbagi, ingin menang sendiri, egois dan lain-lain.
f) Kang Martasatang:
“Pak Kabul, saya ingin sampeyan menjawab pertanyaan saya. Sebenarnya, ada
kegiatan apa di proyek ini pada malam selasa kemarin?” (Orang-orang Proyek, 2007:
128)
Dari kutipan ini, dimana Kang Martasatang menemui Kabul dengan wajah dan
bahasa yang kaku, dan menuduh Kabul menjadikan anaknya Sawin sebagai tumbal
pembanguan jembatan.Disni terlihat jelas, bawha masyarakat masih menganut
animisme atau hal-hal yang mistik. Sehingga apa bila terjadi kejanggalan sedikit saja
dilingkungan mereka, langsung dinyatakan bahwa itu adalah hal-hal yang ghoib.
g) Biyung:
“….terasa betul Biyung tetap memandangnya sebagai anak yang masih kanak-
kanak….” (Orang-orang Proyek. 2007: 207).
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Biyung merupakan ibu dari Kabul yang
munculnya hanya sekilas dan mendukung tokoh pertama, yaitu Kabul. Dimana tokoh
biyung ini merupakan tokoh yang paling berjasa buat tokoh utama (Kabul), dan
sampai Kabul dewasa, ia masih memandang tokoh Kabul sebagai anak yang masih
kanak-kanak.
b. Tema
Tema dalam novel “Orang-orang Proyek” karya Ahmad Tohari, yaitu mengenai
maraknya korupsi dan ketidak adilan yang dilakukan oleh para pejabat partai politik
maupun non partai politik dalam pembangunan proyek jembatan.Dan
mengindikasikan bahwa orang-orang yang berkecimpung dalam proyek itu identik
dengan keserakahan, meraih keuntungan pribadi, tanpa memikirkan kualitas dari
proyeknya tersebut.
c. Alur
Alur yang ada dalam novel “Orang-orang Proyek”, yaitu alur maju. Hal ini
dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut:
1) Pelukisan Awal Cerita
Pelukisan awal cerita dalam novel ini didahului oleh narasi yang menceritakan
tentang kondisi sungai Cibawor. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Pagi ini Sungai Cibawor kelihatan letih. Tiga hari yang lalu hujan deras di hulu
membuat sungai ini banjir besar….” (Orang-orang Proyek. 2007: 5).
Pada saat ini, dimana penulis menggambarkan keadaan sungai Cibawor yang kotor
dan penuh sampah, sehingga membuat sering terjadi banjir.
Ucapan kagum Kabul atas tiupan suling merdu Pak Tarya ketika mereka pertama kali
bertemu di sekitar Sungai Cibawor. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
“ Wah, bagus sekali. Tak tahunya Pak Tarya pandai main seruling?” (Orang-orang
Proyek,2007: 8).
Obrolan Kabul dengan Mak Sumeh di warung Mak Sumeh mengenai Wati skretaris
Kabul. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“…Jadi percaya sajalah, Wati memang suka sama Pak Insinyur…” (Orang-orang
Proyek, 2007: 46).
Dibagian ini Mak Sumeh mencoba meyakinkan Kabul kalau Wati memang suka
padanya, dan Mak Sumeh merupakan salah satu tokoh yang menghiasi warna-warni
cerita cinta Kabul dan Wati.
Obrolan Kabul dengan Wati untuk berterimakasih, namun terkesan malu-malu. Hal
ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Wat, terima kasih atas kebaikanmu kemarin,” ujar Kabul (Orang-orang Proyek,
2007: 48).
Disini Kabul bertemu dengan Wati dan mengucapkan rasa terimakasihnya, dengan
sikap yang malu-malu.
2) Titik awal Pertikaian
Awal pertikaian ditunjukkan oleh percakapan antara Kabul dan Dalkijo.Di mana
mereka saling berdebap pendapat. Dalkijo menghendaki untuk melakukan korupsi
atas proyek pembuatan jembatan, sedangkan Kabul tidak setuju akan hal tersebut. Hal
ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Yah, berapa kali harus saya katakan, seperti proyek yang kita kerjakan sebelum ini,
semuanya selalu bermula dari permainan…” (Orang-orang Proyek. 2007: 27).
Hal ini juga dipertegas oleh keluhan Kabul atas kondisi jembatan yang memakan
anggaran semakin membengkak, padahal pembangunannya belum selesai total.
“….Kabul mengeluh atas tingginya angka kebocoran yang berarti tambahan cukup
besar yang harus dipikul oleh anggaran proyek.” (Orang-orang Proyek. 2007: 26).
Selain itu, keberanian Mak Sumeh untuk menyatakan kepada Kabul bahwa Wati
menyukai Kabul. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Anu.Tapi sebelumnya aku minta maaf. Apa Pak Insinyur belum tahu Wati…anu…
suka sama Pak Insinyur?” (Orang-orang Proyek. 2007: 46).
3) Titik Puncak Cerita
Titik puncak cerita didukung oleh perkataan Mak Sumeh yang memojokkan Kabul
sehingga Kabul tersenyum samar. Hal ini dibuktikan melalui kutipan berikut:
“Pak Insinyur tahu, kepergian berdua dengan Wati kali ini jadi perhatian orang?
Soalnya, Pak Insinyur berdua dengan Wati naik sepeda motor. Dan cara Wati
menempel di punggung Pak Insinyur itu…wah.” (Orang-orang Proyek, 2007: 46)
Pada bagian ini Mak Sumeh menyampaikan kalau Kabul dengan Wati sedang
diperbincangkan oleh orang banyak.Mak Sumeh menceritakan kalau pada saat
mereka berdua naik motor, orang-orang menganggap bahwa Kabul dan Wati sudah
beropacara, sehingga membuat heboh orang-orang dilungkungan proyek.
Puncak permasalahan juga dilakukan Martasatang yang menuduh Kabul telah
menjadikan anaknya tumbal dalam pengecoran jembatan. Hal ini dibuktikan oleh
kutipan berikut:
“Anak saya, Sawin, hilang karena telah dijadikan tumbal proyek ini dan jasadnya ikut
dicor jadi bagian tiang jembatan. Sekarang jawab: Iya apa tidak?” (Orang-orang
Proyek, 2007: 129).
Disini terlihat jelas, begitu tingginya kadar animisme masyarakat, yang masih
percaya dengan hal-hal yang diluar akal atau ghoip, dan percaya kalau anaknya Sawin
dijadikan tumbal pada pembangunan jembatan.
Adanya pemaksaan yang dilakukan Dalkijo untuk tetap menggunakan besi bekas
membuat Kabul mengancam untuk mengundurkan diri karena khawatir akan kondisi
jembatan.
“Ya, saya tahu.Meskipun begitu saya tidak mau menggunakan besi bekas itu.Bila
dipanaskan, lebih baik saya mengundurkan diri.” (Orang-orang Proyek. 2007:182).
4) Resolusi
Resolusi dalam novel ini yaitu dimulai pada saat Kabul merasa tidak tahan dengan
sikap keserahan dan kekonyolan atasannya Dalkijo dan tidak ingin tdrlalu lama
terlibat dalam korupsi yang dilakukan Dalkijo, akhirnya Kabul memilih keluar dari
proyek tersebut.
“Maaf Pak. Keputusan saya tak bisa ditarik lagi.Saya keluar!” (Orang-orang Proyek.
2007: 200).
Karena pada saat ini, Kabul merasa bahwa dengan keluar dari pekerjaannya itu, ia
terbebas dari tindak kecurangan yang dilakukan oleh atasannya Dalkijo.
Ketika Kabul keluar dari proyek, Wati merengut agar Kabul memikirkan kedua kali
keputusannya itu. Saat itu Wati sangat kecewa, namun ia berjanji akan tetap
menghubungi Wati. Beberapa waktu kemudian mereka berpacaran dan Wati diajak
Kabul menemui Biyungnya karena mereka telah resmi pacaran.
“Kapan-kapan Wati kujemput, dan kuajak menemui Biyung, emakku.Kamu mau,
Wat?” (Orang-orang Proyek. 2007:202).
5) Keputusan
Pada akhirnya, Kabul memutuskan keluar dari proyek jembatan sungai cibawor dania
istirahat sebentar dari hiruk-pikuk proyek di rumah Biyungnya. Selain itu, ia juga
sebenarnya ingin kembali ke kampus. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut:
“Sebenarnya aku ingin kembali ke kampus, sebab bekerja di lapangan ternyata berat
buatku.Tapi entahlah bila aku bekerja di proyek milik swasta.” (Orang-orang Proyek.
2007: 201).
d. Penokohan
Mengenai sifat-sifat tokoh yang ada dalam novel, yaitu sebagai berikut:
1) Tokoh Utama: Kabulsifatnya kritis, idealis, optimis, dan perhatian.
Sifat idealis Kabul ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Pak Dalkijo, saya ingatkan ada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1990, pemborong
wajib menjamin bangunan yang dikerjakan bisa dimanfaatkan setidaknya
selama sepuluh tahun.” (Orang-orang Proyek, 2007: 182).
Dimana disini Kabul menasehati Dalkijo atasannya, bahwa dalam membangun
sebuah bangunan itu harus memikirkan bagaimana kualitasnya nanti, apakah bisa
dirasakan untuk sekian tahun atau tidak.
Sedangkan, sifat Kabul yang optimis ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“…Aku masih punya keinginan kuat menyelesaikan proyek ini dengan mutu yang
bisa dipertanggungjawabkan….” (Orang-orang Proyek, 2007:158).
Disini tokoh Kabul menunjukkan partisipasinya untuk membangun jembatan dengan
baik, dengan mutu kualitas tertinggi, dan ia optimis bahwa ia bisa untuk
melakukannya.
Sifat perhatian Kabul ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Kamu sudah benar-benar sembuhkan, Wat?” (Orang-orang Proyek, 2007: 150).
2) Tokoh Sentral: Wati, sifatnya perhatian dan cengeng.
Sifatnya yang perhatian ditunjukkan oleh kutipan berikut:
“Makan siang yuk. Mas sudah lapar, kan? Eh, nanti dulu. Aku punya ini